Penegakan Diagnosis Morbili

11
A. PENEGAKAN DIAGNOSIS MORBILI Diagnosis dibuat dari gambaran klinis yang didapat pada anamnesis, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang lain. 1. Anamnesis Demam Demam tinggi secara terus menerus, dapat meningkat hingga hari kelima atau keenam, yaitu saat puncak timbulnya erupsi. Kadang temperatur dapat bersifat bifasis dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama, diikuti dengan periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai 39°C - 40°C pada saat erupsi ruam memuncak. Pada morbili tapa komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbul eksentema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang lengkap, panas biasanya turun. Bila panasnya menetap, maka kemungkinan penderita mengalami komplikasi. Coryza Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret mukopurulen dan menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan dengan hilangnya demam. Konjungtivitis Pada stadium awal periode prodormal dapat ditemukan transverse marginal line injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edem palpebra. Keadaan ini dapat disertai dengan fotofobia dan

description

referat

Transcript of Penegakan Diagnosis Morbili

Page 1: Penegakan Diagnosis Morbili

A. PENEGAKAN DIAGNOSIS MORBILI

Diagnosis dibuat dari gambaran klinis yang didapat pada anamnesis, pemeriksaan fisik

dan pemeriksaan penunjang lain.

1. Anamnesis

Demam

Demam tinggi secara terus menerus, dapat meningkat hingga hari kelima atau

keenam, yaitu saat puncak timbulnya erupsi. Kadang temperatur dapat bersifat bifasis

dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama, diikuti dengan

periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai

39°C - 40°C pada saat erupsi ruam memuncak.

Pada morbili tapa komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbul

eksentema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang

lengkap, panas biasanya turun. Bila panasnya menetap, maka kemungkinan penderita

mengalami komplikasi.

Coryza

Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret mukopurulen dan

menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan

dengan hilangnya demam.

Konjungtivitis

Pada stadium awal periode prodormal dapat ditemukan transverse marginal line

injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya

inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edem palpebra. Keadaan ini

dapat disertai dengan fotofobia dan peningkatan lakrimasi. Konjungtivitis akan hilang

setelah demam turun.

Batuk

Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa traktus respiratorius. Intensitas batuk

meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat

bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.

Hal lain yang dapat membantu dalam penegakan diagnosis yang didapat dari

anamnesis adalah riwayat kontak dengan penderita morbili.

Page 2: Penegakan Diagnosis Morbili

2. Pemeriksaan fisik

Bercak Koplik

Ditemukan tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa pipi di depan molar

tiga. Gambaran berupa bercak-bercak kecil yang ieguler sebesar ujung jarum/pasir

yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.

Ruam

Muncul ruam makulopapular setelah 3-4 hari demam. Ruam dimulai dari batas

rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke

ekstremitas.

Gambar 3. Anak dengan Morbili

3. Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah:

a. Darah tepi

Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leukopenia selama fase prodormal

dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang mencolok dari

Page 3: Penegakan Diagnosis Morbili

jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi komplikasi maka

jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat sampai normal saat ruam menghilang.

b. Isolasi dan identifikasi virus

Usap nasofaring dan contoh darah yag diambil dari seorang pasien 2-3 hari

sebelum mulai timbul gejala hingga 1 hari setelah timblnya ruam, merupakan

sumber yang cocok untuk isolasi virus.

c. Serologi

Pemastian serologi infeksi morbili tergantung pada peningkatan 4 kali lipat titer

antibodi antara fase akut dan fase konvalesen serum atau pada terlihatnya antibodi

IgM spesifik morbili dalam bahan serum tunggal yang diambil diantara 1dan 2

minggu setelah muali rimbul ruam.

d. Pemeriksaan lain untuk komplikasi

Pada penderita morbili yang disertai dengan komplikasi dapat dilakukan

pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:

1) Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrosinal dengan kadar protein

48-240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar elektrolit darah dan

analisa das darah.

2) Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap

3) Bronkopneumonia, dilakukan pemeriksaan foto thorak.

4. Patologi Anatomi

Pada organ limfoid dijumpai:

a. Hiperplasia folikuler yang nyata

b. Sentrum germinatum yang besar

c. Sel Warthin-Finkeldey

Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, memiliki nukleus eosinofilik

dan jisim inklusi dalam sitoplasma serta merupakan tanda patognomonik morbili.

Pada Bercak Koplik dijumpai:

a. Nekrosis

b. Neutrofil

c. Neovaskularisasi

B. DIAGOSIS BANDING

1. Rubella

Page 4: Penegakan Diagnosis Morbili

Gejala yang muncul pada rubella lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi

saluran nafas atas dan demam ringan. Namun pada rubella terdapat pembesaran

kelenjar regional di daerah suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang

mula-mula timbul pada daerah wajah, lalu menyebar ke tubuh dan menghilang dalam

waktu 3 hari.

2. Eksentema Subitum

Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.

Perjalanan penyakitnya mirip morbili, namun bedanya ruam muncul pada saat demam

turun7.

3. Rash karena obat-obatan

Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak

disertai panas.

4. Infeksi Ricketsia

Gejala prodormal lebih ringan, rash tidak dijumpai diwajah dan tidak ada bercak

Koplik.

5. Infeksi Monoukleolus

Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.

C. PENATALAKSANAAN

Masalah yang sering timbul pada anak dengan morbili adalah hipertermia, kurang nutrisi

dan risiko komplikasi. Pasien yang menderita morbili tanpa adanya komplikasi cukup

dengan berobat jalan. Pengobatan bersifat simptomatik yaitu memperbaiki keadaan

umum, istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila

terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan

vitamin A. Anak dengan defisiensi vitamin A lebih mudah untuk terkena infeksi,

termasuk morbili. Maka pemberian suplemen vitamin A bisa direkomendasikan. Vitamin

A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan

morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.

Pemberian vitamin A untuk anak usia kurang dari 1 tahun yaitu dengan dosis 100.000

iu/hari dan anak usia lebih dari 1 tahun dengan dosis 200.000 iu/hari, diberikan secara

intramuskular selama 2 hari.

Indikasi rawat inap untuk pasien morbili adalah8:

Page 5: Penegakan Diagnosis Morbili

1. Hiperpireksia (suhu > 39°C)

2. Dehidrasi

3. Kejang

4. Asupan oral sulit

5. Adanya komplikasi

D. PENCEGAHAN MORBILI

Pencegahan utama pada morbili antara lain adalah menghindari kontak dengan penderita

morbili dan dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia

termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan

ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan

imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela

(MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat

imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.

Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila:

a. Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya disertai dengan demam

lebih dari 38°C

b. Memiliki riwayat kejang demam

c. Terdapat defisiensi imunologik

d. Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif

e. Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)

f. Dalam masa kehamilan.

Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif, yaitu:

1. Imunisasi aktif

Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus morbili hidup yang

dilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang divaksin.

Tiap dosis dari vaksin yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang

dari 1000 TCID50 dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 µg. Imunisasi morbili

awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan, dengan dosis 0,5 ml diberikan secara

subkutan. Imunisasi kedua biasanya diberikan sebagai morbili-mumps-rubella

terindikasi.

2. Imunisasi pasif

Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesen,

globulin plasenta, atau gamma globulin plasma. Morbili dapat dicegah dengan

Page 6: Penegakan Diagnosis Morbili

menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis serum 0,25

ml/kgBB diberikan secara intamuskular dalam 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin

cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit

mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.

3. Isolasi

Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena morbili dalam

kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita morbili untuk diisolasi selama

20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.

E. KOMPLIKASI

Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi

alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini

menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:

1. Bronkopnemonia

Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus,

streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian

bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit

menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan

tertentu perlu dilakukan pencegahan.

2. Komplikasi neurologis

Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan

mental, neuritis optica dan ensefalitis.

3. Encephalitis morbili akut

Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.

Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan

ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000

dosis.

4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)

SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai

oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,

kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3

tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat

Page 7: Penegakan Diagnosis Morbili

terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun.

SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili

terjadi 3 tahun kemudian.

Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang

peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit morbili sebelum umur 2

tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi

setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan

menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan

setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.

5. Immunosuppresive measles encephalopathy

Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik

karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.

6. Enteritis

Beberapa anak dengan morbili mengalami muntah dan mencret pada fase prodormal.

Keadaan ini akibat invasi virus kedalam mukosa usus.

F. PROGNOSIS

Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila

keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada

komplikasi.

Page 8: Penegakan Diagnosis Morbili