A. PENEGAKAN DIAGNOSIS MORBILI
Diagnosis dibuat dari gambaran klinis yang didapat pada anamnesis, pemeriksaan fisik
dan pemeriksaan penunjang lain.
1. Anamnesis
Demam
Demam tinggi secara terus menerus, dapat meningkat hingga hari kelima atau
keenam, yaitu saat puncak timbulnya erupsi. Kadang temperatur dapat bersifat bifasis
dengan peningkatan awal yang cepat dalam 24-48 jam pertama, diikuti dengan
periode normal selama 1 hari dan selanjutnya terjadi peningkatan yang cepat sampai
39°C - 40°C pada saat erupsi ruam memuncak.
Pada morbili tapa komplikasi, temperatur turun diantara hari ke 2-3, sehingga timbul
eksentema. Bila tidak disertai komplikasi, maka 2 hari setelah timbul ruam yang
lengkap, panas biasanya turun. Bila panasnya menetap, maka kemungkinan penderita
mengalami komplikasi.
Coryza
Batuk dan bersin diikuti dengan hidung tersumbat dan sekret mukopurulen dan
menjadi profus pada saat erupsi mencapai puncaknya serta menghilang bersamaan
dengan hilangnya demam.
Konjungtivitis
Pada stadium awal periode prodormal dapat ditemukan transverse marginal line
injection pada palpebra inferior. Gambaran ini sering dihubungkan dengan adanya
inflamasi konjungtiva yang luas dengan disertai adanya edem palpebra. Keadaan ini
dapat disertai dengan fotofobia dan peningkatan lakrimasi. Konjungtivitis akan hilang
setelah demam turun.
Batuk
Batuk disebabkan oleh reaksi inflamasi mukosa traktus respiratorius. Intensitas batuk
meningkat dan mencapai puncaknya pada saat erupsi. Namun demikian batuk dapat
bertahan lebih lama dan menghilang secara bertahap dalam waktu 5-10 hari.
Hal lain yang dapat membantu dalam penegakan diagnosis yang didapat dari
anamnesis adalah riwayat kontak dengan penderita morbili.
2. Pemeriksaan fisik
Bercak Koplik
Ditemukan tanda patognomonik yaitu bercak koplik di mukosa pipi di depan molar
tiga. Gambaran berupa bercak-bercak kecil yang ieguler sebesar ujung jarum/pasir
yang berwarna merah terang dan pada bagian tengahnya berwarna putih kelabu.
Ruam
Muncul ruam makulopapular setelah 3-4 hari demam. Ruam dimulai dari batas
rambut di belakang telinga, kemudian menyebar ke wajah, leher dan akhirnya ke
ekstremitas.
Gambar 3. Anak dengan Morbili
3. Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan pada penderita campak adalah:
a. Darah tepi
Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan leukopenia selama fase prodormal
dan stadium awal dari ruam. Biasanya terdapat peningkatan yang mencolok dari
jumlah leukosit apabila terjadi komplikasi. Apabila tidak terjadi komplikasi maka
jumlah leukosit perlahan-lahan meningkat sampai normal saat ruam menghilang.
b. Isolasi dan identifikasi virus
Usap nasofaring dan contoh darah yag diambil dari seorang pasien 2-3 hari
sebelum mulai timbul gejala hingga 1 hari setelah timblnya ruam, merupakan
sumber yang cocok untuk isolasi virus.
c. Serologi
Pemastian serologi infeksi morbili tergantung pada peningkatan 4 kali lipat titer
antibodi antara fase akut dan fase konvalesen serum atau pada terlihatnya antibodi
IgM spesifik morbili dalam bahan serum tunggal yang diambil diantara 1dan 2
minggu setelah muali rimbul ruam.
d. Pemeriksaan lain untuk komplikasi
Pada penderita morbili yang disertai dengan komplikasi dapat dilakukan
pemeriksaan laboratorium sebagai berikut:
1) Ensefalitis, dilakukan pemeriksaan cairan serebrosinal dengan kadar protein
48-240 mg/dL dan jumlah limfosit antara 5-99 sel, kadar elektrolit darah dan
analisa das darah.
2) Enteritis, dilakukan pemeriksaan feses lengkap
3) Bronkopneumonia, dilakukan pemeriksaan foto thorak.
4. Patologi Anatomi
Pada organ limfoid dijumpai:
a. Hiperplasia folikuler yang nyata
b. Sentrum germinatum yang besar
c. Sel Warthin-Finkeldey
Sel datia berinti banyak yang tersebar secara acak, memiliki nukleus eosinofilik
dan jisim inklusi dalam sitoplasma serta merupakan tanda patognomonik morbili.
Pada Bercak Koplik dijumpai:
a. Nekrosis
b. Neutrofil
c. Neovaskularisasi
B. DIAGOSIS BANDING
1. Rubella
Gejala yang muncul pada rubella lebih ringan dari morbili, terdiri dari gejala infeksi
saluran nafas atas dan demam ringan. Namun pada rubella terdapat pembesaran
kelenjar regional di daerah suboccipital dan post aurikuler. Ruam lebih halus yang
mula-mula timbul pada daerah wajah, lalu menyebar ke tubuh dan menghilang dalam
waktu 3 hari.
2. Eksentema Subitum
Penyakit ini disebabkan oleh virus, biasanya timbul pada bayi berumur 6-36 bulan.
Perjalanan penyakitnya mirip morbili, namun bedanya ruam muncul pada saat demam
turun7.
3. Rash karena obat-obatan
Lebih bersifat urtikaria, sehingga rash lebih besar, luas, menonjol dan umumnya tidak
disertai panas.
4. Infeksi Ricketsia
Gejala prodormal lebih ringan, rash tidak dijumpai diwajah dan tidak ada bercak
Koplik.
5. Infeksi Monoukleolus
Dijumpai limfadenopati umum dan peningkatan jumlah monosit.
C. PENATALAKSANAAN
Masalah yang sering timbul pada anak dengan morbili adalah hipertermia, kurang nutrisi
dan risiko komplikasi. Pasien yang menderita morbili tanpa adanya komplikasi cukup
dengan berobat jalan. Pengobatan bersifat simptomatik yaitu memperbaiki keadaan
umum, istirahat, pemberian cairan yang cukup, suplemen nutrisi, antibiotik diberikan bila
terjadi infeksi sekunder, anti konvulsi apabila terjadi kejang, antipiretik bila demam, dan
vitamin A. Anak dengan defisiensi vitamin A lebih mudah untuk terkena infeksi,
termasuk morbili. Maka pemberian suplemen vitamin A bisa direkomendasikan. Vitamin
A diberikan untuk membantu pertumbuhan epitel saluran nafas yang rusak, menurunkan
morbiditas campak juga berguna untuk meningkatkan titer IgG dan jumlah limfosit total.
Pemberian vitamin A untuk anak usia kurang dari 1 tahun yaitu dengan dosis 100.000
iu/hari dan anak usia lebih dari 1 tahun dengan dosis 200.000 iu/hari, diberikan secara
intramuskular selama 2 hari.
Indikasi rawat inap untuk pasien morbili adalah8:
1. Hiperpireksia (suhu > 39°C)
2. Dehidrasi
3. Kejang
4. Asupan oral sulit
5. Adanya komplikasi
D. PENCEGAHAN MORBILI
Pencegahan utama pada morbili antara lain adalah menghindari kontak dengan penderita
morbili dan dengan melakukan imunisasi campak. Imunisasi Campak di Indonesia
termasuk Imunisasi dasar yang wajib diberikan terhadap anak usia 9 bulan dengan
ulangan saat anak berusia 6 tahun dan termasuk ke dalam program pengembangan
imunisasi (PPI). Imunisasi campak dapat pula diberikan bersama Mumps dan Rubela
(MMR) pada usia 12-15 bulan. Anak yang telah mendapat MMR tidak perlu mendapat
imunisasi campak ulangan pada usia 6 tahun.
Vaksinasi tidak boleh dilakukan bila:
a. Menderita infeksi saluran nafas akut atau infeksi akut lainnya disertai dengan demam
lebih dari 38°C
b. Memiliki riwayat kejang demam
c. Terdapat defisiensi imunologik
d. Penderita leukimia, dalam pengobatan kortikosteroid dan imunosupresif
e. Memiliki riwayat alergi (ditunda sampai dengan 2 minggu sembuh)
f. Dalam masa kehamilan.
Imunisasi yang diberikan dapat berupa pasif dan aktif, yaitu:
1. Imunisasi aktif
Imunisasi aktif dapat dirangsang dengan memberikan virus morbili hidup yang
dilemahkan, yang tidak menyebar melalui kontak dengan individu yang divaksin.
Tiap dosis dari vaksin yang sudah dilarutkan mengandung virus morbili tidak kurang
dari 1000 TCID50 dan neomisin B sulfat tidak lebih dari 50 µg. Imunisasi morbili
awal dapat diberikan pada usia 12-15 bulan, dengan dosis 0,5 ml diberikan secara
subkutan. Imunisasi kedua biasanya diberikan sebagai morbili-mumps-rubella
terindikasi.
2. Imunisasi pasif
Imunisasi pasif dengan kumpulan serum orang dewasa, kumpulan serum konvalesen,
globulin plasenta, atau gamma globulin plasma. Morbili dapat dicegah dengan
menggunakan immunoglobulin serum (gamma globulin) dengan dosis serum 0,25
ml/kgBB diberikan secara intamuskular dalam 5 hari setelah terinfeksi, tetapi semakin
cepat semakin baik. Bila diberikan pada hari ke 9 atau 10 hanya akan sedikit
mengurangi gejala dan demam dapat muncul meskipun tidak terlalu berat.
3. Isolasi
Penderita rentan menghindari kontak dengan seseorang yang terkena morbili dalam
kurun waktu 20-30 hari, demikian pula bagi penderita morbili untuk diisolasi selama
20-30 hari guna menghindari penularan lingkungan sekitar.
E. KOMPLIKASI
Pada penyakit morbili terdapat resistensi umum yang menurun sehingga dapat terjadi
alergi (uji tuberkulin yang semula positif berubah menjadi negatif). Keadaan ini
menyebabkan mudahnya terjadi komplikasi sekunder seperti:
1. Bronkopnemonia
Bronkopneumonia dapat disebabkan oleh virus morbili atau oleh pneumococcus,
streptococcus, staphylococcus. Bronkopneumonia ini dapat menyebabkan kematian
bayi yang masih muda, anak dengan malnutrisi energi protein, penderita penyakit
menahun seperti tuberkulosis, leukemia dan lain-lain. Oleh karena itu pada keadaan
tertentu perlu dilakukan pencegahan.
2. Komplikasi neurologis
Kompilkasi neurologis pada morbili seperti hemiplegi, paraplegi, afasia, gangguan
mental, neuritis optica dan ensefalitis.
3. Encephalitis morbili akut
Encephalitis morbili akut ini timbul pada stadium eksantem, angka kematian rendah.
Angka kejadian ensefalitis setelah infeksi morbili ialah 1:1000 kasus, sedangkan
ensefalitis setelah vaksinasi dengan virus morbili hidup adalah 1,16 tiap 1.000.000
dosis.
4. SSPE (Subacute Scleroting panencephalitis)
SSPE yaitu suatu penyakit degenerasi yang jarang dari susunan saraf pusat. Ditandai
oleh gejala yang terjadi secara tiba-tiba seperti kekacauan mental, disfungsi motorik,
kejang, dan koma. Perjalan klinis lambat, biasanya meninggal dalam 6 bulan sampai 3
tahun setelah timbul gejala spontan. Meskipun demikian, remisi spontan masih dapat
terjadi. Biasanya terjadi pada anak yang menderita morbili sebelum usia 2 tahun.
SSPE timbul setelah 7 tahun terkena morbili, sedang SSPE setelah vaksinasi morbili
terjadi 3 tahun kemudian.
Penyebab SSPE tidak jelas tetapi ada bukti-bukti bahwa virus morbilli memegang
peranan dalam patogenesisnya. Anak menderita penyakit morbili sebelum umur 2
tahun, sedangkan SSPE bisa timbul sampai 7 tahun kemudian SSPE yang terjadi
setelah vaksinasi morbili didapatkan kira-kira 3 tahun kemudian. Kemungkinan
menderita SSPE setelah vaksinasi morbili adalah 0,5-1,1 tiap 10.000.000, sedangkan
setelah infeksi morbili sebesar 5,2-9,7 tiap 10.000.000.
5. Immunosuppresive measles encephalopathy
Didapatkan pada anak dengan morbili yang sedang menderita defisiensi imunologik
karena keganasan atau karena pemakaian obat-obatan imunosupresif.
6. Enteritis
Beberapa anak dengan morbili mengalami muntah dan mencret pada fase prodormal.
Keadaan ini akibat invasi virus kedalam mukosa usus.
F. PROGNOSIS
Prognosis baik pada anak dengan keadaan umum yang baik, tetapi prognosis buruk bila
keadaan umum buruk, anak yang sedang menderita penyakit kronis atau bila ada
komplikasi.