Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

20
Vol. 9, No. 2, Desember 2014 Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual) Amie Primarni Universitas Ibn Khaldun Bogor [email protected] Abstrak Manusia adalah makhluk yang diberi banyak kelebihan di- bandingkan dengan makhluk lainnya. Pada hakekatnya manusia memiliki empat elemen inti yaitu intelektual, emosi, spiritual, dan fisik-inderawi. Keempat eleman tersebut merupakan pemberian Allah SWT. Sehingga, manusia mengemban tanggungjawab yang sangat besar terhadap kegunaan elemen-elemen tersebut. Sebab manusia merupakan pemimpin di dunia, termasuk pemimpin bagi dirinya sendiri. Dan untuk melaksanakan tanggungjawab manusia sebagai pemimpin atas dirinya maupun orang lain maka manusia membutuhkan pendidikan. Dengan pendidikan tersebut manusia akan mengetahui antara yang baik dan buruk. Untuk itu, pendidikan yang dicanangkan kepada manusia hendaknya mengarah pada perilaku yang memanusiakan manusia. Artinya, manusia harus diberikan suplemen pengetahuan yang mampu mereka gunakan untuk menjalankan kebaikan. Dalam konsep Islam, kebaikan yang dimaksud adalah aturan atau syariat yang tertulis dalam al-Qur’an dan Hadits. Oleh sebab itu, pendidikan Islam semestinya selalu berdasarkan pada ajaran yang ada dalam al-Qur’an dan Hadits. Terutama dimulai dari Pengakuan adanya Allah SWT, dan berakhir dengan Kepatuhan atau Ketaqwaan kepada Allah SWT, dengan kesadaran penuh yang dihasilkan oleh pengembangan intelektual, emosi dan fisik Inderawi. Dengan nilai inilah manusia diharapkan mampu membangun negara yang sesuai dengan syariat Islam. Keywords: Pendidikan, Pembangunan Negara, Konsep Manusia, Fitrah.

Transcript of Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Page 1: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

Pendidikan SebagaiAsas Pembangunan Negara

(Studi Konseptual)Amie Primarni

Universitas Ibn Khaldun [email protected]

AbstrakManusia adalah makhluk yang diberi banyak kelebihan di-

bandingkan dengan makhluk lainnya. Pada hakekatnya manusia memilikiempat elemen inti yaitu intelektual, emosi, spiritual, dan fisik-inderawi.Keempat eleman tersebut merupakan pemberian Allah SWT. Sehingga,manusia mengemban tanggungjawab yang sangat besar terhadapkegunaan elemen-elemen tersebut. Sebab manusia merupakan pemimpindi dunia, termasuk pemimpin bagi dirinya sendiri.

Dan untuk melaksanakan tanggungjawab manusia sebagaipemimpin atas dirinya maupun orang lain maka manusia membutuhkanpendidikan. Dengan pendidikan tersebut manusia akan mengetahui antarayang baik dan buruk. Untuk itu, pendidikan yang dicanangkan kepadamanusia hendaknya mengarah pada perilaku yang memanusiakan manusia.Artinya, manusia harus diberikan suplemen pengetahuan yang mampumereka gunakan untuk menjalankan kebaikan.

Dalam konsep Islam, kebaikan yang dimaksud adalah aturan atausyariat yang tertulis dalam al-Qur’an dan Hadits. Oleh sebab itu, pendidikanIslam semestinya selalu berdasarkan pada ajaran yang ada dalam al-Qur’andan Hadits. Terutama dimulai dari Pengakuan adanya Allah SWT, danberakhir dengan Kepatuhan atau Ketaqwaan kepada Allah SWT, dengankesadaran penuh yang dihasilkan oleh pengembangan intelektual, emosidan fisik Inderawi. Dengan nilai inilah manusia diharapkan mampumembangun negara yang sesuai dengan syariat Islam.

Keywords: Pendidikan, Pembangunan Negara, Konsep Manusia, Fitrah.

Page 2: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni268

Jurnal At-Ta’dib

A. PendahuluanSalah satu aspek terpenting dalam membangun peradaban

adalah pendidikan. Dengan pendidikan peradaban manusia akanterbangun dengan kokoh. Sebab, pendidikan merupakan prosespenanaman nilai-nilai kepada manusia. Dan ketika yang ditanamkanadalah nilai yang benar maka akan membentuk paradigma yangbenar pula, begitu pula sebaliknya. Dengan nilai yang tertanammelalui proses pendidikan itulah manusia akan mampu mem-bangun negara. Syed Naquib Al-Attas menyatakan bahwa denganpendidikanlah peradaban manusia dapat dibangun. Jauh sebelum-nya, Paulo Freire telah mencoba membangkitkan bangsanya dengankesadaran pendidikan, agar mereka tersadar dari penindasan danmenjadi manusia yang baru. Ada apa dengan pendidikan sehinggaia bisa menjadi sebuah solusi untuk kebesaran negara, bangsa danperadaban. Bagaimana kita memahami dimensi Iqra dalam mem-bangun peradaban yang pernah dibuktikan pada masa keemasanIslam di zamannya?. Tulisan ini akan menjelaskan tentang hakekatpendidikan dan perannya dalam membangun suatu negara.

B. Dasar Pendidikan: Pandangan UmumSetiap pekerjaan membutuhkan sebuah landasan, atau pijakan

yang kokoh agar hasil dari pekerjaan itu memiliki kualifikasi tertentu.Pekerjaan mendidik, membutuhkan rancangan pendidikan sebagailandasan dan acuan dalam mencapai tujuan agar memiliki kualifikasitertentu. Dasar ini menjadi pilar utama dalam pekerjaan mendidik,sebab bila dasarnya tidak kokoh, maka tidak akan menghasilkanlulusan yang bagus. Dalam hal pendidikan dimana telah dijelaskandi awal bahwa manusia terdiri atas empat elemen1, yakni Intelektual,Emosi, Fisik-inderawi dan Iman. Keempat elemen ini merupakanpotensi dasar pada manusia yang harus dikembangkan.

Al-Quran menyatakan bahwa tujuan Allah menciptakanmanusia adalah untuk mengemban amanah (tanggungjawab)sebagai pemimpin, dan tunduk patuh pada Allah SWT. Maka VisiManusia adalah menjadi pemimpin, yang dalam proses memimpinmenuju keTaqwaan. Misi yang harus dilakukannya adalah mengenal

1 Amie Primarni, Makalah seminar Pendidikan Holistik, 5-6 Juli 2008, MargoCity.

Page 3: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 269

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

dan mengakui keberadaan Allah SWT yang Esa, dengan caramematuhi petunjuk yang diberikan melalui Kitab Suci Al-Qur’andan Hadits. Jika demikian adanya maka dasar pendidikan adalahsesuatu yang dapat membimbing siswa sampai pada kemampuanbertanggungjawab sebagai pemimpin di dunia dengan bimbinganAllah SWT, untuk kemudian dipertanggungjawabkan kembalikepada pemberi kuasa yaitu Allah SWT.

Keempat elemen Manusia ini harus dikembangkan dalamproses pendidikan, sehingga manusia menjadi utuh atau sempurna.Manusia harus berkembang akalnya, emosinya, dan kemampuanIndera-fisiknya, serta berkembang keImanannya dalam Taqwa.Elemen mana yang menjadi hasil akhir. Apa yang terpenting dalamdiri manusia? Barat mengagungkan Akal dalam mengembangkanmanusia, sehingga manusia yang bernilai adalah manusia yangberakal, berpengetahuan, cerdas. Akal menjadi finalisasi terhadaphakekat kebenaran. Benarkah demikian? Benarkan Akal menjadisatu-satunya yang mampu menilai? Dalam kenyataannya manusiamemiliki tiga bentuk nilai yang dapat dicerap oleh peralatanjasmaniah dan ruhaniahnya. Yaitu nilai benar-salah, nilai baik-burukdan nilai indah-tidak indah.

Akal hanya dapat digunakan untuk menilai benar atau salah,menurut kapasitas Intelektual manusia. Emosi hanya dapat diguna-kan untuk menulai baik atau buruk dari kacamata Inderawimanusia. Gabungan akal dan emosi dapat merasakan keindahan atauketidak indahan. Dan semua dimiliki oleh fakultas Spiritual – Iman.Dengan menempatkan Spiritual- Iman dalam penyatu ketiga elemenmaka kebenaran, kebaikan dan keindahan semua dilandasai olehnilai-nilai spiritual –Iman. Demikian juga penilain salah, buruk dantidak indah juga dilandasi oleh nilai-nilai spiritual – Iman yang jauhlebih kokoh.

Page 4: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni270

Jurnal At-Ta’dib

Nilai-nilai yang ada dalam spiritual (Iman) inilah yang akanmenjadikan manusia memiliki nilai-nilai moral spiritual yang akanmembentuk kepribadiannya.

Merujuk pada pendapat Ahmad Tafsir dalam bukunya FilsafatPendidikan Islami. Dimana dalam pembahasan Dasar Pendidikan2

di Indonesia. Penulis setuju jika saja pada masa awal Pancasiladiberlakukan pemerintah menjelaskan dengan transparan, Filosofidari Pancasila. Dan menjabarkan seperti apa yang dijabarkan olehAhmad Tafisr bahwa ada lima nilai dasar dalam Pancasila, Pertama,orang Indonesia harus beriman kepada Tuhan YME menurut agamamasing-masing. Makna penting dalam nilai ini ialah dalam kebudaya-an kita tidak boleh berkembang sekularisme apalagi atheisme. Nilaiini menjiwai empat nilai lainnya. Dengan demikian, nilai kedua ialahkemanusiaan yang adil dan beradab berdasarkan keimanan kepadaTuhan YME. Nilai ketiga, ialah persatuan Indonesia yang berdasarkankeimanan kepada Tuhan YME, keempat, kerakyatan yang dipimpinoleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilanberdasarkan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa, dan kelima,keadilan sosial bagi seluruh.”

Jika demikian, maka sesungguhnya kegiatan P4 sebagai saranasosialisasi dulu, akan lebih baik bila dimulai dengan pengenalanFilosofi Pancasila, daripada langsung pada butir-butir pancasila ataupenjabaran pancasila. Pada masa Pancasila disosialisasikan dengangigih, kondisinya juga menghadapi tantangan dari mereka yangmengetahui persis bila filosofi Pancasila ini berhasil maka merekatidak mendapat tempat di Indonesia, dan ini dapat dibuktikandengan fenomena, dimana ketika sedikit demi sedikit masyarakatmenolak Pancasila dengan berbagai argumen, sekularisme mencobamenebarkan pesonanya. Dalam pemikiran penulis, cukuplahmereka dibuat bingung dengan Pancasila, maka kebingungan itumemudahkan masuknya filosofi Humanisme. Dan saat ini dimanaPancasila sudah nyaris tak terdengar gaungnya, Filsafat Humanismedan keturunannya merebak dan berkembang pesat besertaketurunannya, dan manusia Indonesia terpisah dari keholistikannyaOleh sebab itu, jika sekiranya boleh memilih maka dasar pendidikanyang diambil dari Pancasila, dengan menurunkan pemikiran bahwa

2 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Rosdakarya: Bandung, 2006), p.53.

Page 5: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 271

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

seluruh kegiatan bernegara berdasatkan Ketuhanan Yang Maha Esa,artinya menempatkan pada Tuhan yang satu, maka dasar pendidikanyang diambil dari nilai Pancasila jauh lebih baik, dibandingmengambil Dasar Pendidikan dengan filosofi Barat, yang jelas tidakmenempatkan agama atau KeImanan atau KeTuhanan sebagai titiksentral.

Figure 1

Page 6: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni272

Jurnal At-Ta’dib

C. Tujuan Pendidikan sebagai Hakekat MendidikSecara sederhana, tujuan (goals,

aims – chayyat, qashid) mengandungpengertian arah atau maksud yanghendak dicapai lewat upaya atau aktifi-tas3. Membahas Tujuan Pendidik, telahtergambar dalam hakekat pendidikan4

dimana tujuan pendidikan adalahmengembangkan manusia memilikikualitas jasmani dan ruhani terbaik.Setiap budaya memiliki pandanganhidup sendiri yang tercermin dalamsetiap nafas kehidupan mereka,

pandangan hidup sebagai hasil kerja peralatan rohaniah, yaitu akal,budi, naluri, dan hati nurani mewujud dalam sikap, perilaku dandalam mereka menangani berbagai masalah yang muncul. Tujuanhidup akan mewujud dalam bentuk tujuan pendidikan. Barat yangmenganut pandangan hidup rasionalisme, akan memandang bahwatujuan pendidikan adalah optimalisasi dari akal, tujuan pendidikanadalah membuat manusia cerdas. Sesuai dengan cara dan corakberfikirnya yang flat (datar), maka dimensi ruhaniah tidak akanterakomodir dalam menentukan tujuan hidup dan tujuan pendidikan.

Berbeda dengan Islam, oleh karena tujuan hidup Islam adalahdunia dan akhirat, maka bangunan Ilmu, yang merupakan alat yangakan digunakan untuk mencapai tujuan pendidikan, mengakomodirperan spiritual (ruhaniah – Iman) dalam menentukan tujuan hidup.Bahkan dalam Islam, peran Ruhaniah-Iman ini menjadi core – titikmemulai dan mengakhiri sebagai evaluasi untuk mengukur hakekatkebenaran melalui dimensi spritual – jadi dalam Islam pilar Ilmuyang dibentuk berlandaskan, berkerangka, bertujuan, dan dievaluasimelalui jalur spiritual –ruhaniah– Iman. Oleh sebab itu tujuanpendidikan Islam adalah mengembangkan potensi nilai-nilai yangada dalam diri manusia, yaitu intelektual, emosi, fisik-inderawi danspiritual untuk mencapai derajat ketaqwaan dan keilmuan.

Figure 2

3 Abdullah, Abdurahman Saleh, Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Terj. M. Arifin Zainuddin, (Jakarta : Rineka Cipta, 1990), p. 131-132.

4 Amie Primarni, Makalah Seminar, Pendidikan, Holistik, 5-6 Juli 2008, MargoCity.

Page 7: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 273

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

Menurut Ahmad Tafsir dalam bukunya Filsafat PendidikanIslami5, ada dua karakteristik yang diharapkan dari sebuah tujuanpendidikan yaitu : 1) mampu hidup dengan tenang dan (2) produktifdalam kehidupan bersama. Dari dua kriteria di atas dapat diturunkanmenjadi tiga ciri. Pertama, badan sehat serta kuat. Kedua, otaknyacerdas serta pandai. Cerdas dengan ciri yang paling mudah dikenaliialah ia mampu menyelesaikan masalah secara cepat dan tepat; ciriyang lain ialah ia jarang memerintah atau menyuruh orang lain.Kemampuan ini dibawa sejak lahir. Pandai adalah banyak penge-tahuannya, seorang yang ber-IQ tinggi tetapi tidak punya penge-tahuan, seperti sebuah mobil yang kehilangan onderdil. Ketiga,lulusan mesti beriman kuat. Sulit dibayangkan seseorang akan

5 Ahmad Tafsir, Filsafat Pendidikan Islam, (Rosdakarya, Bandung, 2006), p79.

Page 8: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni274

Jurnal At-Ta’dib

mudah hidup tenang bila ia tidak berIman. Mungkin saja banyakkesulitan yang dihadapinya tidak mengganggunya bila masalah itudapat ia rasionalkan, dapat diselesaikan dengan IQ yang tinggi. Tetapiakan banyak masalah yang pasti ia tidak akan mampu merasional-kannya. Pada bagian inilah ia memerlukan Iman yang kuat.Kecerdasan Intelektual ditentukan oleh (IQ), dengan ciri banyaknyapengetahuan dan bobot pengetahuan yang mampu diserap. Ke-cerdasan Emosi ditandai oleh (EQ), ketika banyak dan berbobotnyapengetahuan yang dimilikinya, digunakan sebagai petunjukmenyelaraskan antara etika, dan estetika, serta nilai-nilai spiritualmaka Kecerdasan Emosinya bekerja dengan baik. IQ hanya mampumenilai benar atau salah, tetapi baikkah tindakan yang dilakukan,atau burukkah tidakan yang dilakukan hanya dapat dipindai olehEQ. Ke-Imanan dan pengetahuan keagamaan adalah modal dasardalam mengembangkan EQ.

Jika demikian, maka kita dapat menyusun kriteria karakteris-tik6 yang lebih detail untuk menghasilkan lulusan yang bermutuyakni :1. Disiplin yang diartikan sebagai sikap mental yang ditandai oleh

adanya konsistensi yang tinggi. Cirinya adalah, adanya rasapengabdian yang tinggi terhadap pekerjaannya dan tugas-tugas-nya. Menghadapi masa depan ia harus memiliki visi normatifidealis yang dijabarkan dalam visi strategik yang berupa target-target dalam waktu tertentu untuk mewujudkan. Dari disiplintinggi itu akan muncul sifat lain yaitu dedikasi tinggi terhadappekerjaannya.

2. Lulusan harus memiliki sifat jujur. Sifat ini merupakan salahsatu turunan dari hati yang penuh iman. Jujur barulah terwujudbila orang mampu jujur terhadap diri sendiri; Sekalipun adapersaingan, tetap dibutuhkan sebuah kerjasama. Dalam kerja-sama kejujuran sangat dibutuhkan. Termasuk kejujuran ialahkeberanian mengakui bahwa kita tidak mampu melakukansuatu pekerjaan bila memang ragu tentang kemampuan kitadalam menyelesaikan pekerjaan.

3. Lulusan harus kreatif. Kreatifitas hanya dimungkinkan bilatujuan pendidikan diarahkan pada pengembangan cara berfikirsiswa didik, bukan bertujuan menghafalkan materi ajar, atau

6 Ibid., hal 81

Page 9: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 275

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

mengerjakan soal yang sudah dilatih, dan diketahui dengan carayang sama. Kreatifitas hanya mungkin dimunculkan bila siswadidik diberi bekal untuk memilih dari dua pilihan yang samabaiknya, dari dua kesulitan yang sama tingkat kesulitannya,dari dua kemungkinan yang belum pasti. Kreatifitas hanyadimungkinkan bila penilain akhir tidak hanya terbatas padabenar dan salah, tetapi memberi peluang pada semuakemungkinan yang bisa diterima dan diterapkan.

4. Ulet, kreatifitas akan menghasilkan sikap ulet, tidak mudahmenyerah dan putus asa, sebab dia mampu berfikir denganbanyak jalan, dan banyak cara untuk mencapai tujuan terbaik-nya. Ulet akan menghasilkan sikap sabar, yang dicirikanmemiliki kemampuan untuk menunda kesenangan sesaat ataukesenangan jangkan pendek untuk memperoleh hasil yang lebihmaksimal.

5. Daya saing yang tinggi, disiplin, jujur, kreatif, ulet-sabar, akanmemunculkan rasa percaya diri yang tepat, yang diartikankesadaran atas kemampuan diri baik segi pengetahuan maupunkecakapan sosial dalam menempatkannya dirinya sehubungandengan eksistensi diri dan lingkungannya.

6. Mampu hidup berdampingan, dengan kecakapan yang di-milikinya diharapkan lulusan dapat beradaptasi denganlingkungan tanpa kehilangan akar kepribadiannya.

7. Lulusan harus bersikap terbuka terhadap pemikiran yang adadisekelilingnya, taklid buta dapat menyebabkan dirinya tersesat,atau terisolasi dari dunia sekelilingnya.

8. Menghargai waktu, yang dimaksud adalah mampu menentu-kan skala prioritas untuk menyelesaikan sejumlah pekerjaandalam keseimbangan. Manajemen waktu perlu dimiliki olehlulusan, sebab waktu tidak akan kembali mundur, kesalahandalam mengorganisir waktu akan menggagalkannya dalammeraih apa yang dicita-citakan.

9. Pengendalian diri yang tinggi, tanpa pengendalian diri yangdilandasi oleh nilai-nilai spiritual, maka manusia akan memilikikarakter bagai hewan yang liar tak terkendali. Manusia yangtidak mampu mengendalikan dirinya sendiri, tak akan mampumengendalikan orang lain. Padahal syarat utama menjadiseorang pemimpin adalah kemampuan mengendalikan dirinyadan orang lain.

Page 10: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni276

Jurnal At-Ta’dib

Tujuan Pendidikan ditentukan berdasarkan kriteria diatas, parapendidik harus mengetahui bagaimana cara dan metode yang tepatuntuk mencapai masing-masing kriteria di atas. Yang jelas lulusanharuslah memiliki kompetensi keilmuan yang diserapnya, dankematangan pribadi selaras dengan tumbuh kembangnya.

D.Konsep Peserta Didik dan PendidikIstilah peserta didik seringkali diartikan ke dalam beberapa

istilah, misalnya: murid, pelajar, siswa, dan mahasiswa. MenurutAhmad Tafsir, di antara semua itu yang memiliki muatan positifadalah istilah murid. Sebab kata murid mengandung kesungguhanbelajar, memuliakan guru, keprihatinan guru terhadap murid. Dalamkonsep murid ini terkandung keyakinan bahwa mengajar danbelajar itu wajib, dalam perbuatan mengajar dan belajar itu adabarokah. Pendidikan yang dilakukan yang di situ murid dianggapmengandung muatan profane dan transendental.Istilah murid mencakup konsep : Murid harus berusaha mensucikan batinnya Murid harus menganggap bahwa belajar dan menyucikan batin

itu adalah suatu bentuk ibadah Murid berhak mendapat kasih sayang dari gurunya Murid harus dikembangka daya kreatifitasnya dalam pem-

belajaran.Jika mengacu pada kerangka pendidikan Islam Holistik, maka

akan didapat tiga fase pendidikan dimana setiap fase pendidikanmemiliki titik tekan yang berbedatentang siapa yang paling ber-tanggungjawab terhadap pendidikan.

Pada paruh pertama pend-idikan anak, maka yang memegangkendali utama atas pendidikan anakadalah orang-tuanya. Usia 0-7 thadalah masa yang terbaik untukmenanamkan nilai-nilai keImanan.Ada dua secara garis besar pendidik-an usia dini, pertama adalah melatihdaya rasa, kedua melatih kebiasaan.

Page 11: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 277

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

Dasar pembagian fase pertama ini diambil dari perintah untuk meng-ajarkan sholat pada usia 7 tahun. Jadi sebelum anak diajarkan sholat,lebih dulu anak dikenalkan dengan nilai-nilai dibalik makna sholat(proses ini sekaligus mengasah daya imajinasi mereka yangterstruktur dan berlandaskan nilai-nilai spiritual), sehingga padawaktunya nanti mereka telah memiliki bekal yang cukup untukmenerima pelajaran sholat. Melatih daya rasa termasuk daya imajinasi(EQ) Beranjak dari yang mudah tentang arti kejujuran,tanggungjawab, berbagai adab, sosialiasi sangat penting ditanamkanpada usia yang dini.

Kedua adalah pola pembiasaan atau manajemen waktu,dimana anak diperkenalkan dengan tata-aturan, mulai dari jam tidur,jam makan, jam main, jam membaca, dst sesuai usia dan per-kembangan anak. Bila ini telah dibiasakan, maka anak akan mampumengarahkan dirinya sendiri untuk mengatur waktunya sejalandengan peningkatan kegiatan belajarnya.

Usia 7-14 th, tanpa meninggalkan peran pendidik dari orangtua, maka usia ini peran pendidik yaitu guru lebih dominan, disinilahpengembangan penalaran anak tumbuh dengan pesat. Guru yangberwawasan luas dan dalam pengetahuannya serta berakhlak baik,akan sangat mempengaruhi mind set anak dalam menyikapi masalah-masalah yang dihadapinya. Peran Guru penting dalam memberikankerangka belajar yang menumbuhkan minat belajar bukan semata-mata menjejali murid dengan materi ajar. Pada usia ini pendidikyang baik akan menstimulasi rasa ingin tahu pada anak, sehinggaminat anak terhadap belajar itu sendiri berdampak positif dalambenaknya. Apa yang diharapkan dari hal ini ialah, dalam diri anaktertanam bahwa belajar adalah kebutuhan dirinya, dan merupakankecintaannya terhadap ilmu, sehingga anak akan terus memilikisemangat belajar karena sudah mampu mersakan nikmatnya prosesbelajar dan manisnya apa yang dihasilkan dari proses belajarnya.Oleh sebab itu jangan sampai ada guru yang mematikan semangatbelajar anak hanya karena nilai yang didapatnya rendah, sebab nilaiyang rendah pada usia anak 7-14th masih dapat berkembang sejalandengan kematangannya dalam proses belajar. Anak pada usia inisangat kritis, peran dialogis dalam pendidikan akan mengembang-kan kemampuannya berfikir kritis, dan mampu mendewasakannya.

Usia 14-21 th, anak mengalami masa remaja dan dewasa muda.Saya membatasi usia 21 th sebagai tahap puncak dimana anak

Page 12: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni278

Jurnal At-Ta’dib

matang untuk mampu membedakan mana yang baik dan buruk,mana yang salah dan benar, dan mana yang etis dan tidak etis. Sebabpada usia ini secara fisik-biologis sudah dimungkinkan untuk dapatberumah tangga. Bila kematangan fisik-biologis ini tidak diimbangidengan kematangan elemen lain akan menimbulkan masalah baiksecara sexual, maupun mental-psikologis. Asumsi saya di usia inimereka telah menyelesaikan tamat Perguruan Tinggi, mampumandiri, dan siap memikul tanggungjawab. Bagi yang pria siap men-jadi kepala rumah tangga yang mengetahui peran dan tanggung-jawabnya. Dan bagi yang wanita siap menjadi istri dan Ibu dari anak-anak yang akan dilahirkannya kelak. Dilain pihak pada usia 21 tahun,secara akademik maka anak telah selesai pendidikan jenjang S1, yangjika ke empat elemennya berkembang sempurna maka anak sudahdapat bekerja menghasilkan nafkah bagi dirinya sendiri, danmenabung untuk kebutuhan masa depan dan cita-citanya.

E. Hakekat Manusia

ImanManusia merupakan makhluk yang memiliki banyak

kelebihan (QS 2:30 dan 6:122). Sehingga Manusia dapat dilihat darimultidisipliner, dan pada hakekatnya manusia memiliki empatelemen: yakni Intelektual, Emosi, Spiritual, Fisik-Inderawi (QS 17:70) Keempat elemen tersebut merupakan potensi yang telah Allah SWTberikan (QS 16:78 ; 30:8) Dengan Empat Elemen yang demikianmaka manusia paling sedikit dapat ditinjau dari empat sudutpandang. Manusia Intelektual, manusia yang memiliki kapasitasuntuk berfikir secara linier, asosiatif, dan Integral. Manusia Emosi,yang memiliki kapasitas kemampuan intrapersonnal, interpersonnaldan metapersonal. Manusia Fisik –Inderawi, dengan kapasitaspenglihatan dan pendengaran, dan yang terakhir adalah ManusiaSpiritual yang memiliki kapasitas memahami makna dengantafakkur-tadabbur. Mengembangkan Elemen secara parsial ternyatatidak akan menemukan hakekat manusia, sebab manusia baru akandikatakan sebagai manusia jika berkembang keempat elemennya.Batas empat elemen ini dalam Islam belumlah cukup. Sebab meskipenyatu keempat elemen sudah disebutkan yakni spiritual, namunmakna spiritual ini masih dapat didefinisikan dan dimaknai berbeda-beda. Danar Johar mengartikan bahwa Spiritual adalah kemampuan

Page 13: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 279

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

untuk mengalami dan menggunakan pengalaman tentang makna dannilai yang lebih tinggi. Jadi dalam hal ini Spiritual diartikan sebagai“berpikir menyatukan”.

Dalam Islam ini tidakcukup Dalam Islam initidak cukup, spiritual inibelum memiliki sandaranyang kuat untuk mencapaihakekat kebenaran dan ke-utuhan manusia itu sendiri.Bila dilontarkan pertanyaan,Siapakah yang memberikankemampuan untuk meng-alami? Siapa yang membuatmanusia dapat menggunakanpengalaman untuk mencapaimakna? Makna dan nilai

apa yang disebut dengan nilai yang lebih tinggi, maka jawabnyamasihlah samar, dan diserahkan kembali pada masing-masingindividu untuk memaknainya

Dalam Islam Empat elemen di atas dimana elemen Intelektual,Emosi dan Fisik diikat oleh Spiritual sebagai penyatu harus ditariklebih jauh lagi menjadi Iman tempat finalisasi bagi kebenaran.

Piramida ManusiaIman sebagai inti,

atau core dalam istilahyang digunakan olehAhmad Tafsir itulah yangmerupakan inti, tempatbermula dan berakhirnyakesempurnaan manusiasesuai dengan standardkesempurnaan manusiayang dynamics equilibriumJadi dalam pengertian inigambar ini mengilustrasi-kan bahwa manusia me-miliki elemen Intelektual,

Page 14: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni280

Jurnal At-Ta’dib

Emosi dan Fisik-Inderawi yang disatukan oleh elemen Iman yangsaling terintegrasi, terinteraksi, dan terinterelasi. Jika kehilangan Iman,maka Piramida Manusia akan kehilangan arah, dan merusak elemenyang lain dan manusia dalam kondisi yang tidak seimbang dan stabilyang pada akhirnya manusia akan kehilangan jati dirinya sebagaimanusia.

F. Hakekat PendidikanJika pendidikan diartikan sebagai memanusiakan manusia,

artinya manusia tidak dapat bergerak dan berkembang dengansendirinya tanpa bantuan manusia lain. Seorang bayi, membutuhkanIbu untuk dapat bertahan hidup, seorang anak butuh Ibu untukmengenal konsep, metode, dan tehnik mulai dari pengenalan konsepwaktu – jam makan, jam tidur, jam mandi. Seorang anak butuhmemahami cara makan, cara mandi, cara tidur yang benar, danseorang anak perlu bantuan untuk terampil dalam mengelola waktu,mengelola diri dstnya. Pendek kata manusia sejak di dalamkandungan bahkan hingga mati sekalipun butuh bantuan manusialain. Bantuan apa yang paling dibutuhkan oleh manusia adalahbantuan dalam membimbingnya, sehingga menjadi manusia yangInsan Kamil. Proses pembentukan manusia ini yang senantiasa dalamposisi dynamics equlibrium inilah yang menuntut adanya bantuandari manusia lain untuk menjaga, mengembangkan dan mencapaikeseimbangan dan kestabilan di semua elemen yang dimilikinya.

Intelektual, dan Emosi adalah elemen yang paling dominanyang dimiliki oleh manusia. Kapasitas Intelektual bila diukur denganskala psikologi (IQ) dibatasi pada skala tertentu dan setiap manusiamemiliki titik optimum dalam mengembangkan akal danpikirannya. Sementara kematangan emosi manusia berdasarkan hasilpenelitian (Daniel Goleman dengan istilah EQ) mengatakan bahwakematangan ini akan berkembang dan terus berubah selama manusiaitu senantiasa menyadari apa saja yang dibutuhkannya dalammenyelesaikan masalah di setiap episode kehidupannya. Meskipundemikian penulis ingin memaparkan bahwa dalam pandanganpenulis EQ yang dimaksud oleh Daniel Goleman adalah Emosi dalamhubungannya dengan diri-pribadi (intrapersonnal) dan kemudianDaniel Goleman mempopulerkan kecerdasan sosial yakni hubunganantar pribadi (interpersonnal). Bagi penulis, kecerdasan emosi dalamperspektif Islam haruslah dihubungkan dengan adanya hubungan

Page 15: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 281

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

manusia dengan Allah SWT. Jadi, manusia yang cerdas emosinya,yang matang emosinya adalah manusia yang menyadari eksistensidirinya, dirinya dan hubungannya dengan manusia dan alam, dandirinya dalam hubungannya dengan Allah SWT. Jika manusiameninggalkan satu di antara tiga hal ini, penulis memastikan bahwaemosinya akan terganggu, dan tidak akan mencapai derajat yangmulia. Islam memiliki banyak istilah untuk menggambarkan emosidalam pengertian jiwa, dan ruh. Sebab, akal, jiwa, ruh, dan fisik inipada satu saat dapat terlihat sendiri-sendiri, dalam saat yang laintidak dapat dibedakan apalagi dipisahkan antara satu dengan lainnya.Akal, Jiwa, Ruh dan Fisik dapat dibedakan tetapi tidak dapat dipisah-kan. Manusia dikatakan manusia, jika dia memiliki akal, jiwa, ruh,dan fisik.

G.Peran Pendidikan Pada ManusiaManusia adalah makhluk yang berkesadaran. Tetapi kesadaran

ini masih merupakan sebuah potensi yang harus diluapkan. Prosespenyadaran diri manusia hanya dapat dilakukan lewat prosespembelajaran yang bertahap, berulang, dan berkesinambungan. Halini dinyatakan oleh Allah SWT dalam perintah pertamanya untuk“Membaca” (QS Al-Alaq 1-5) sebab manusia dilahirkan dalam kondisiyang belum berpengetahuan. Tanpa proses pendidikan, makamanusia tidak akan berada pada puncak kesadaran tentang eksistensiDirinya, dan hubungannya dengan manusia lain dan Alam, sertadalam hubungannya dengan Sang Pencipta Allah SWT.

Jauh sebelumnya Ibn Taimiyah telah melihat bahwa secaramanusiawi manusia mampu mengembangkan apa yang termasukdalam Fitrat Al-Gharizat, yakni potensi yang hanya akan berkembangbila ada usaha dari manusia. Oleh sebab itu pendidikan juga diartikansebagai sebuah usaha manusia dalam memanusiawikan dirinya sendiri.Manusia yang tidak memiliki dorongan ini termasuk diri yangdzalim.

Page 16: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni282

Jurnal At-Ta’dib

Potensi Fitrah Al-Munazzalat hanya akan terbentuk denganutuh setelah upaya dan usaha manusia mencari bimbingan melaluipotensi fitrat Al-Gharizatnya. Artinya manusia menggunakan potensiakalnya untuk mencapai kebenaran, mengembangkan potensiemosinya untuk mengendalikan diri dan berbuat kebaikan, danmelindungi dirinya dari bahaya yang mengancamnya, maka potensiruhaniah yang memang telah Allah SWT berikan akan bergerakmencapai menjadi pelindung, pembimbing bagi dirinya, hinggamencapai ke Imanan dan ke Taqwaan. Oleh sebab itu boleh kiranyadalam makalah ini penulis mengambil pemikiran bahwa sesungguh-nya bila proses penanaman keImanan berjalan dengan baik makamanusia yang Beriman dengan Taqwa sebagai puncaknya adalahmanusia yang telah terdidik Intelektualnya, Fisik-Inderawinya, danEmosinya. Jadi Hakekat Pendidikan adalah seperti dialektika,hubungan yang dimulai dari manusia dan berakhir pada ujung yangsama, yakni memanusiakan manusia itu sendiri. Dalam IslamHakekat Pendidikan mestilah dimulai dari Pengakuan adanya AllahSWT, dan berakhir dengan Kepatuhan atau Ketaqwaan kepada AllahSWT, dengan kesadaran penuh yang dihasilkan oleh pengembanganintelektual, emosi dan fisik Inderawi. Jika penulis gambarkan makaproses pendidikan adalah sebagai berikut

Page 17: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 283

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

H.Pendidikan Sebagai Kunci Pembangunan NegaraNegara adalah sebuah kumpulan masyarakat yang berdaulat

atas sebuah wilayah, bangsa, dan bahasa tertentu. Negara terdiri atassekumpulan manusia, negara terbentuk dengan adanya masyarakat,masyarakat akan tercipta jika ada sekumpulan manusia yang sepakatterhadap tata cara budaya. Budaya dihasilkan dari pemikiran-pemikiran manusia yang membentuknya. Jika pemikiran yangterbentuk berasal dari pemikiran yang baik dan benar, makamasyarakat yang terbentuk juga masyarakat yang memiliki carapandang, perilaku dan budaya yang baik dan benar. Masyarakatyang memiliki cara pandang, perilaku dan budaya yang baik danbenar hanya dapat diperoleh melalui serangkaian pendidikan yangbaik dan benar serta terstruktur dan sistematis. Oleh sebab itu jikaingin membentuk sebuah negara kuat maka kuncinya ada padamanusia yang terdidik, maka pendidikan merupakan kunci dalammembangun sebuah negara. Menurut hemat penulis, padahakekatnya konsep pendidikan secara garis besar adalah suatu usahadan proses pengembangan manusia untuk menjadikannya manusiayang sesuai dengan kehendak Allah SWT yakni manusia yangmengakui keberadaan Allah SWT dan manusia Insan Kamil.

Page 18: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni284

Jurnal At-Ta’dib

Manusia diciptakan Allah SWT dengan dua tugas sebagaipemimpin di muka bumi, dan sebagai pengadi kepada Allah SWT.Tugas pendidikanlah yang menghasilkan seorang pemimpin yangbertaqwa kepada Allah SWT. Jika proses pendidikan berjalan denganbaik, maka manusia yang dihasilkan adalah manusia yang tahu persisapa tugasnya di muka bumi, dan apa tanggungjawabnya kelak diakhirat. Maka manusia yang seperti ini akan memiliki sifat-sifat mulia.Dengan sifat-sifat mulia inilah sebuah negara yang kuat akanterbangun.

Sebuah Negara yang menyelenggarakan proses pendidikanyang berbasis pada kebenaran dan kebaikan akan mencapai puncakperadaban Dalam Islam bila proses pendidikan dilakukan denganbasis keImanan dan Ketaqwaan sebagai finalisasi dunia dan akhirat,akan mencapai puncak peradaban yang tinggi.Dan ini pernah dialami di masa Ilmu menjadi sentral dalam pemerintahan. KetikaIlmu ditinggalkan, maka Islam mengalami sebuah kemunduran yangdahsyat. Penguasaan Ilmu sebagai hasil dari proses pendidikan saatini menunjukkan buktinya di negara Barat. Jika kita ingin mengulangkembali kejayaan di masa lalu, maka kita harus membangun sebuahsistem pendidikan yang kuat secara fondasi, kerangka, tujuan,evaluasi dan dilakukan penuh dengan keyakinan, optimisme dansikap Istiqomah.

Pendidikan mengantarkan manusia pada kesadaran akandirinya, dan dengan demikian manusia dapat memikul tanggung-

Page 19: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara 285

Vol. 9, No. 2, Desember 2014

jawab. Paulo Friere membuktikan pemikirannya dengan ke-mampuannya membebaskan rakyat Brazil dari buta aksara, yangmenyadarkan rakyatnya akan keberadaan diri, dan lingkungannya,dan memberi kekuatan untuk bangkit dari ketertindasan. Pada masaNabi Muhammad, para tawanan diminta untuk mengajar baca dantulis. Ternyata dimensi Iqra adalah dimensi yang fitrah. Paulo tidakmengenal Iqra, tetapi perintah Allah adalah perintah universal bagimereka yang mau membuka mata dan hatinya. Oleh sebab itusesungguhnya perintah Iqra adalah sebuah anugerah yang taktertandingi. Dan bila kita konsisten, dalam mengembangkan maknaIqra maka bukan tidak mungkin Islam dapat kembali bangkit.

I. KesimpulanDari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa konsep

pendidikan Islam sangat terkait dengan konsep manusia yaituintelektual, emosi, fisik0inderawi dan iman. Keempat elementersebut merupakan potensi dasar manusia yang harus dikembang-kan dan selalu mendapat perhatian yang lebih. Mendidik berartisuatu proses menanamkan nilai-nilai ke dalam diri manusia. Untukitu, nilai yang akan ditanamkan harus sesuai dengan al-Qur’an danHadits. Sebab nilai itulah yang nantinya akan membentuk jati diriseseorang menjadi pemimpin yang kuat.

Allah SWT menciptakan manusia sebagai pemimpin di dunia.Istilah khalifah berarti makhluk yang penuh dengan tanggungjawabatau amanah kepemimpinan. Karena manusia sebagai pemimpinmaka hal yang tidak dapat diabaikan adalah mengarahkan visikepemimpinannya ke dalam ketaqwaan. Artinya, sistem ke-pemimpinan yang dipegang manusia seharusnya mengandungaspek keimanan kepada Allah SWT dengan menjalankan segalaperintahnya.

Dan untuk menciptakan sistem kepemimpinan suatu negaratentunya tidak bisa terlepas dari konsep pendidikan Islam yang benar.Yaitu pendidikan yang mengacu pada sumber dasar agama Islam.Sebab, pendidikan Islam pada hakekatnya merupakan kompaskehidupan. Dengan pendidikan Islam itulah umat Islam akanmewarnai model kepemimpinannya dalam upaya mencapai tujuanhidup yaitu ketaqwaan.

Page 20: Pendidikan Sebagai Asas Pembangunan Negara (Studi Konseptual)

Amie Primarni286

Jurnal At-Ta’dib

Daftar PustakaAlatas, Fajrie, Ismail, Risalah Konsep Ilmu Dalam Islam, (Jakarta:

Diwan, 2001)._____, Krisis Epistimologi dan Islamisasi Ilmu, (Ponorogo: CIOS, 2007)Al-Attas, Syed M Naquib, Islam and The Philosophy of Science, (Kuala

Lumpur: ISTAC, 1989)._____, The Concept of Education in Islam, (Kuala Lumpur: ISTAC,

1999).Miller, J., Education And Soul: Toward A Spiritual Curriculum, (Albany

NY: University of New York Press, 2000)._____, The Holistic Curriculum (Rev. ed), (Toronto, ON: OISE Press,

2001)._____, Educating For Wisdom And Compassion: Creating Conditions

For Timeless Learning, (Thousand Oaks, CA: Corwin Press,2005).

Saleh, Abdurahman, dkk., Teori-Teori Pendidikan Berdasarkan Al-Qur’an, Terj. M. Arifin Zainuddin, (Jakarta : Rineka Cipta,1990).

Tafsir, Ahmad, Epistemologi untuk Ilmu Pendidikan Islam, (Bandung:UIN Bandung, 1995).

_____, Filsafat Pendidikan Islam, (Bandung: Rosdakarya, 2006)._____, Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam, edisi enam, (Bandung:

Rosda, the Arts and Humanities, 2005).