Kelompok 4 Asas-Asas Lingkungan
-
Upload
lazirra-zal -
Category
Documents
-
view
224 -
download
3
Transcript of Kelompok 4 Asas-Asas Lingkungan
A. ASAS LINGKUNGAN HIDUP
1. Semua energi yang memasuki sebuah organisme hidup, populasi atau ekosistem dapat
dianggap sebagai energi yang tersimpan atau terlepaskan. Energi dapat diubah dari satu bentuk ke
bentuk yang lain tetapi tidak dapat hilang, dihancurkan atau diciptakan.
Pengertian :
Asas ini adalah sebenarnya serupa dengan hukum termodinamika I, yang sangat
fundamental dalam fisika. Asas ini dikenal sebagai hukum konservasi energi dalam persamaan
matematika. Energi yang memasuki jasad hidup,populasi, atau ekosistem dapat dianggap energi
yang tersimpan atau terlepaskan. Dalam hal ini sistem kehidupan dapat dianggap sebagai
pengubah energi, dan berarti pula akan didapatkan berbagai strategi untuk mentransformasi
energi.
Contoh :
Banyaknya kalori, energi yang terbuang dalam bentuk makanan diubah oleh jasad hidup
menjadi energi untuk tumbuh berbiak, menjalankan proses metabolisme, dan yang terbuang.
Dalam dunia hewan sebagian energi hilang, misalnya, dalam bentuk tinjanya sebagian diambil
oleh parasit yang terdapat dalam tubuhnya. Metabolisme hewan ini kemudian terbagi dalam
beberapa komponen yang tetap dapat mempertahankan kegiatan metabolisme dasarnya.
2. Tak ada sistem pengubahan energi yang betul-betul efisien.
Pengertian :
Asas ini tak lain adalah hukum termodinamika kedua, ini berarti energi yang tak pernah
hilang dari alam raya, tetapi energi tersebut akan terus diubah dalam bentuk yang kurang
bermanfaat.
Contoh :
Misal energi yang diambil oleh hewan untuk keperluan hidupnya adalah dalam bentuk
makanan padat yang bermanfaat. Tetapi panas yang keluar dari tubuh hewan karena lari, terbang,
atau berenang terbuang tanpa guna.
3
3. Materi, energi, ruang, waktu, dan keanekaragaman, semuanya termasuk kategori
sumber daya alam.
Pengertian :
Memang jelas dalam asas kimia, bahwa pengubahan energi oleh sistem biologi harus
berlangsung pada kecepatan yang sebanding dengan adanya materi dan energi di lingkungannya.
Pengaruh ruang secara asas adalah beranalogi dengan materi dan energi sebagai sumber alam.
Contoh :
Misal pada ruang yang sempit bagi suatu populasi yang tingkat kepadatannya tinggi
mungkin akan terjadi terganggunya proses pembiakan. Pada ruang yang sempit hewan jantan
akan bertarung untuk mendapatkan betina sehingga pembiakan terganggu. Sebaliknya kalau
ruang terlalu luas, jarak antar individu dalam populasi semakin jauh, kesempatan bertemu antara
jantan dan betina semakin kecil sehingga pembiakan akan terganggu.
Ruang dapat juga memisahkan jasad hidup dengan sumber bahan makanan yang dibutuhkan, jauh
dekatnya jarak sumber makanan akan berpengaruh terhadap perkembangan populasi.
Waktu sebagai sumber alam tidak merupakan besaran yang berdiri sendiri. Misal hewan mamalia
di padang pasir, pada musim kering tiba persediaan air habis dilingkungannya, maka harus
berpindah ke lokasi yang ada sumber airnya. Berhasil atau tidaknya hewan bermigrasi tergantung
pada adanya cukup waktu dan energi untuk menempuh jarak lokasi sumber air.
Keanekaragaman juga merupakan sumberdaya alam. Misal semakin beragam jenis makanan
suatu spesies semakin kurang bahayanya apabila menghadapi perubahan lingkungan yang dapat
memusnahkan sumber makanannya. Sebaliknya suatu spesies yang hanya tergantung satu jenis
makanan akan mudah terancam bahaya kelaparan
4. Untuk semua kategori sumber alam, kalau pengadaanya sudah mencapai optimum,
pengaruh unit kenaikannya sering menurun dengan penambahan sumber alam itu sampai ke suatu
tingkat maksimum. Melampaui batas maksimum ini tak akan ada pengaruh yang menguntungkan
lagi. Untuk semua kategori sumber alam (kecuali keanekaragaman dan waktu) kenaikan
pengadaannya yang melampui batas maksimum , bahkan akan berpengaruh merusak karena
kesan peracunan. Ini adalah asas penjenuhan. Untuk banyak gejala sering berlaku kemungkinan
penghancuran yang disebabkan oleh pengadaan sumber alam yang sudah mendekati batas
maksimum.
4
Pengertian :
Asas ini dapat dijelaskan dengan gambar, dimana batas suhu maksimum membatasi
kegiatan hidup dalam sistem biologi :
Asas 4 tersebut terkandung arti bahwa pengadaan sumber alam mempunyai batas
optimum, yang berarti pula batas maksimum, maupun batas minimum pengadaan sumber alam
akan mengurangi daya kegiatan sistem biologi.
Contoh :
Pada keadaan lingkungan yang sudah stabil, populasi hewan atau tumbuhannya cenderung
naik - turun (bukan naik terus atau turun terus). Maksudnya adalah akan terjadi pengintensifan
perjuangan hidup, bila persediaan sumber alam berkurang. Tetapi sebaliknya, akan terdapat
ketenangan kalau sumber alam bertambah.
5. Ada dua jenis sumber alam dasar, yaitu sumber alam yang pengadaannya dapat
merangsang penggunaan seterusnya, dan yang tak mempunyai daya rangsang penggunaan lebih
lanjut.
Pengertian :
Ada 2 hal pada asas 5 ini. Di suatu pihak dapat kita bayangkan suatu keadaan atau situasi,
dengan jenis sumber alam tidak menimbulkan rangsangan untuk penggunaan lebih lanjut. Di
pihak lain dapat juga kita bayangkan adanya paling sedikit dua situasi yang mempunyai kesan
merangsang itu.
Contoh :
Suatu jenis hewan sedang mencari berbagai sumber makanan. Kemudian didapatkan suatu
jenis tanaman yang melimpah di alam, maka hewan tersebut akan memusatkan perhatiannya
kepada penggunaan jenis makanan tersebut. Dengan demikian, kenaikan sumber alam (makanan)
merangsang kenaikan pendaya-gunaan.
6. Individu dan spesies yang mempunyai lebih banyak keturunan dari pada saingannya,
cenderung berhasil mengalahkan saingannya.
Pengertian :
5
Asas ini adalah pernyataan teori Darwin dan Wallace. Pada jasad hidup terdapat
perbedaan sifat keturunan dalam hal tingkat adaptasi terhadap faktor lingkungan fisik atau
biologi. Kemudian timbul kenaikan kepadatan populasinya sehingga timbul persaingan. Jasad
hidup yang kurang mampu beradaptasi yang akan kalah dalam persaingan. Dapat diartikan pula
bahwa jasad hidup yang adaptif akan mampu menghasilkan banyak keturunan daripada yang non-
adaptif.
Contoh :
Mula-mula di bukit pasir tumbuhan pelopor itu kemudian berhasil mengubah keadaan
lingkungan. Pada perkembangan berikutnya, serangkaian spesies lain yang lebih adaptif dengan
keadaan lingkungan barulah yang datang mengganti, dan tumbuhan pelopor kemudian
tersisihkan. Proses penggantian spesies secara berurutan inilah yang dikenal sebagai proses
suksesi.
7. Kemantapan keanekaragaman suatu komunitas lebih tinggi di alam yang “mudah
diramal”.
Pengertian :
Mudah diramal pada asas 7 ini maksudnya adalah adanya keteraturan yang pasti pada pola
faktor lingkungan pada suatu periode yang relatif lama. Terdapat fluktuasi turun-naiknya kondisi
lingkungan di semua habitat, tetapi mudah dan sukarnya untuk diramal berbeda dari satu habitat
ke habitat lain. Dengan mengetahui keadaan optimum pada faktor lingkungan bagi kehidupan
suatu spesies, maka perlu diketahui berapa lama keadaan tersebut dapat bertahan.
Contoh :
Keadaan iklim yang stabil dalam waktu yang lama tidak saja akan melahirkan
keanekaragaman spesien yang tinggi, tetapi juga akan menimbulkan keanekaragaman penyebaran
kesatuan populasi.
8. Sebuah habitat dapat jenuh atau tidak oleh keanekaragaman takson, bergantung kepada
bagaimana nicia dalam lingkungan hidup itu dapat memisahkan takson tersebut.
Pengertian : 6
Kelompok taksonomi tertentu dari suatu jasad hidup ditandai oleh keadaan lingkungannya
yang khas (nicia), tiap spesias mempunyai nicia tertentu. Spesies dapat hidup berdampingan
dengan spesies lain tanpa persaiangan, karena masing-masing mempunyai keperluan dan fungsi
yang berbeda di alam.
Contoh :
Burung dapat hidup dalam suatu keadaan lingkungan yang luas dengan spesies yang
kurang beraneka ragam, karena burung mempunyai kemampuan menjelajah.
Tumbuhan dan serangga mempunyai gerakan terbatas, sehingga hanya dapat memanfaatkan
bahan makanan disekitarnya. Oleh sebab itu tumbuhan dan serangga lebih responsif terhadap
lingkungan terbatas dibandingkan dengan burung.
Tumbuhan dan serangga bila ada perubahan biokimia yang halus saja dapat menyebabkan
perbedaan genetika dalam perjalanan evolusinya. Jadi dalam waktu yang lama keanekaragaman
serangga dan tumbuhan meningkat, kemudian hidup dalam bentuk nicia suatu lingkungan.
9. Keanekaragaman komunitas apa saja sebanding dengan biomasa dibagi produktivitas.
Pengertian :
Asas ini mengandung arti, bahwa efisiensi penggunaan aliran energi dalam sistem biologi
akan meningkat dengan meningkatnya kompleksitas organisasi sistem biologi dalam suatu
komunitas.
Contoh :
Spesies bertambah dan terdapat juga tumbuhan dalam bentuk komunitas tumbuhan yang
berlapis-lapis.
10. Pada lingkungan yang stabil perbandingan antara biomasa dengan produktivitas (B/P)
dalam perjalanan waktu naik mencapai sebuah asimtot.
Pengertian :
Sistem biologi menjalani evolusi yang mengarah kepada peningkatan efisiensi
penggunaan energi dalam lingkungan fisik yang stabil, dan memungkinkan berkembangnya
keanekaragaman.
7
Contoh :
Apabila suatu masyarakat berkembang semakin maju, memang secara keseluruhan ada
penurunan harga energi per unit produksi kotor nasional (gross national product), tetapi pada
waktu yang sama produksi kotor nasional per kapita naik dengan sangat cepat, sehingga terdapat
peningkatan pengeluaran energi per orang.
11. Sistem yang sudah mantap (dewasa) mengekploitasi yang belum mantap (belum
dewasa).
Pengertian :
Asas 11 ini mengandung arti ekosistem, populasi atau tingkat makanan yang sudah
dewasa memindahkan energi, biomasa, dan keanekaragaman tingkat organisasi ke arah yang
belum dewasa. Dengan kata lain, energi, materi, dan keanekaragaman mengalir melalui suatu
kisaran yang menuju ke arah organisasi yang lebih komplek. Dari subsistem yang rendah
keanekaragaman nya ke subsistem yang tinggi keanekaragamannya.
Contoh :
Tenaga kerja dari ladang, kampung, kota kecil mengalir ke kota besar (metropolitan)
karena keanekaragaman kehidupan kota besar melebihi tempat asalnya. Atau cendekiawan yang
berasal dari daerah enggan kembali ke asalnya, karena taraf keanekaragaman penghidupan kota
besar lebih tinggi dari daerah asalnya. Dengan demikian keahlian, bakat, tenaga kerja mengalir
dari daerah yang kurang ke daerah yang lebih beraneka ragam corak penghidupannya.
12. Kesempurnaan adaptasi suatu sifat atau tabiat bergantung pada kepentingan relatifnya
dalam keadaan suatu lingkungan.
Pengertian :
Populasi dalam ekosistem yang belum mantap, kurang bereaksi terhadap perubahan
lingkungan fisiko-kimia dibandingkan dengan populasi dalam ekosistem yang sudah mantap.
Populasi dalam lingkungan dengan kemantapan fisikokimia yang cukup lama, tak perlu
berevolusi untuk meningkatkan kemampuannya beradaptasi dengan keadaan yang tidak stabil.
Contoh : 8
Adaptasi secara tiba-tiba oleh serangga dan ikan yang berwarna semarak di daerah tropika
yang kaya keaneragaman.
13. Lingkungan yang secara fisik mantap memungkinkan terjadinya penimbunan
keanekaragaman biologi dalam ekosistem yang mantap, yang kemudian dapat menggalakkan
kemantapan populasi lebih jauh lagi.
Pengertian :
Pentingnya memperluas ruang lingkup ekologi murni menjadi ilmu lingkungan yang
memiliki batasan lebih luas.
Contoh :
Jumlah spesies tumbuhan dan hewan habis di eksploitasioleh manusia dan menyebabkan
semakin lama jumlahnya semakin sedikit. Maka dari itu, perlu diperlukan suatu ilmu untuk
menjaga ekosistem ini tetap berjalan baik
14. Derajat pola keteraturan naik-turunnya populasi tergantung pada jumlah keturunan
dalam sejarah populasi sebelumnya yang nanti akan mempengaruhi populasi itu.
Pengertian :
Asas 14 ini merupakan kebalikan asas 13, tidak adanya keaneka ragaman yang tinggi pada
rantai makanan dalam ekosistem yang belum mantap, menimbulkan derajat ketidak stabilan
populasi yang tinggi.
Contoh :
Burung elang sangat tergantung pada tikus tanah sebagai sumber makanan utama, dan
tikus tanah sangat bergantung pada spesies tumbuhan, tumbuhan tersebut tergantung pada jenis
tanah tertentu untuk hidupnya.
A. KONSERVASI ENERGI
Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energy secara efisien
dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar diperlukan untuk
menunjang pembangunan nasional. penggunaan energi yang optimal sesuai kebutuhan sehingga
akan menurunkan biaya energi yang dikeluarkan ( hemat energi hemat biaya). Hukum konservasi 9
energi mengatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan (dibuat) ataupun di musnahkan akan
tetapi dapat berubah bentuk dari bentuk yang satu ke bentuk lainnya.
1. Tujuan Konservasi Energi
Memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa sumber energi melalui
kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien, rasional, untuk
mewujudkan kemampuan penyediaan energi
2. Teknologi Konservasi Energi
Untuk menjalankan konservasi nergi tersebut dilakukan teknologi konservasi
energi. Yang dimana teknologi konservassi energi merupakan. pengembangkan
melalui pemanfaatan energi secara efisien dan rasional, serta memanfaatkan sumber
daya alam yang berupa sumber energi alternatif
3. Contoh Pemanfaatan Energi Alternatif
a. Energi Air ( mikrohidro )
b. Energi Angin
c. Energi Surya
d. Biodisel
A. Energi Air (mikrohidro)
Mikrohidro adalah istilah yang digunakan untuk instalasi pembangkit listrik yang
mengunakan energi air. Kondisi air yang bisa dimanfaatkan sebagai sumber daya (resources)
penghasil listrik adalah memiliki kapasitas aliran dan ketiggian tertentu dad instalasi.
Semakin besar kapasitas aliran maupun ketinggiannya dari istalasi maka semakin besar energi
yang bisa dimanfaatkan untuk menghasilkan energi listrik.
Biasanya Mikrohidro dibangun berdasarkan kenyataan bahwa adanya air yang mengalir di
suatu daerah dengan kapasitas dan ketinggian yang memadai. Istilah kapasitas mengacu
kepada jumlah volume aliran air persatuan waktu (flow capacity) sedangan beda ketingglan
daerah aliran sampai ke instalasi dikenal dengan istilah head. Mikrohidro juga dikenal sebagai
white resources dengan teluemahan bebas bisa dikatakan "energi putih". Dikatakan demikian
karena instalasi pembangkit listrik seperti ini mengunakan sumber daya yang telah disediakan
oleh alam dan ramah lingkungan. Suatu kenyataan bahwa alam memiliki air terjun atau jenis
10
lainnya yang menjadi tempat air mengalir. Dengan teknologi sekarang maka energi aliran air
beserta energi perbedaan ketinggiannya dengan daerah tertentu (tempat instalasi akan
dibangun) dapat diubah menjadi energi listrik,
Seperti dikatakan di atas, Mikrohidro hanyalah sebuah istilah. Mikro artinya kecil
sedangkan hidro artinya air. Dalam, prakteknya istilah ini tidak merupakan sesuatu yang baku
namun bisa dibayangkan bahwa Mikrohidro, pasti mengunakan air sebagai sumber energinya.
Yang membedakan antara istilah Mikrohidro dengan Miniihidro adalah output daya yang
dihasilkan. Mikrohidro menghasilkan daya lebih rendah dad
100 W, sedangkan untuk minihidro daya keluarannya berkisar antara 100 sampai 5000 W.
Secara teknis, Mikrohidro memiliki tiga komponen utama yaitu air (sumber energi), turbin
dan generator. Air yang mengalir dengan kapasitas tertentu disalurkan clan ketinggian
tertentu menuju rumah instalasi (rumah turbin). DI rumah instalasi air tersebut akan
menumbuk turbin dimana turbm' sendin, dipastikan akan mencrima energi air tersebut dan
mengubahnya menjadi energi mckanik berupa berputamya poros turbin. Poros yang berputar
tersebut kemudian ditransmisikan ke generator dengan mengunakan kopling. Darl generator
akan dthaslikan energi listrik yang ak-an masuk ke sistem kontrol arus listrik sebelum
dialirkan ke rumah-rumah atau keperluan lainnya (beban). Begitulah secara ringlcas proses
Mikrohidro merubah energi aliran dan ketinggian air menjadt energi listrik.
Terdapat sebuah peningkatan kebutuhan suplai daya ke daerah-daerah pedesaan di
sejumlah negara, sebagian untuk mendukung industri-industri, dan sebagian untuk
menyediakan penerangan di malam hari. Kemampuan pemerintah yang terhalang oleh biaya
yang tinggi dari perluasan jaringan listrik, sering membuat Mikro Hidro memberikan sebuah
alternatif ekonomi ke dalam jaringan. Ini karena Skema Mikro Hidro yang mandiri
menghemat biaya dari jaringan transmisi, dan karena skema perluasan jaringan sering
memerlukan biaya peralatan dan pegawai yang mahal. Dalam kontrak, Skema Mikro Hidro
dapat didisain dan dibangun oleh pegawai lokal dan organisasi yang lebih kecil dengan
mengikuti peraturan yang lebih longgar dan menggunakan teknologi lokal seperti untuk
pekerjaan irigasi tradisional atau mesin-mesin buatan lokal. Pendekatan ini dikenal sebagai
Pendekatan Lokal. Gambar 1 menunjukkan betapa ada perbedaan yang berarti antara biaya
pembuatan dengan listrik yang dihasilkan.
B. Energi Angin
11
Turbin Angin Merupakan kincir angin yang digunakan untuk membangkitkan
tenaga listrik dengan menggunakan prinsip konversi energi kinetik menjadi listrik.
C. Energi Surya
Sebagai negara tropis, Indonesia mempunyai potensi energi surya yang cukup besar.
Berdasarkan data penyinaran matahari yang dihimpun dari 18 lokasi di Indonesia, radiasi surya di
Indonesia dapat diklasifikasikan berturut-turut sebagai berikut: untuk kawasan barat dan timur
Indonesia dengan distribusi penyinaran di Kawasan Barat Indonesia (KBI) sekitar 4,5 kWh/m
2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 10%; dan di Kawasan Timur Indonesia (KTI) sekitar 5,1
kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%. Dengan demikian, potesi angin rata-rata
Indonesia sekitar 4,8 kWh/m 2 /hari dengan variasi bulanan sekitar 9%.
Untuk memanfaatkan potensi energi surya tersebut, ada 2 (dua) macam teknologi yang sudah
diterapkan, yaitu teknologi energi surya termal dan energi surya fotovoltaik. Energi surya termal
pada umumnya digunakan untuk memasak (kompor surya), mengeringkan hasil pertanian
(perkebunan, perikanan, kehutanan, tanaman pangan) dan memanaskan air. Energi surya
fotovoltaik digunakan untuk memenuhi kebutuhan listrik, pompa air, televisi, telekomunikasi,
dan lemari pendingin di Puskesmas dengan kapasitas total ± 6 MW.
Ada dua macam teknologi energi surya yang dikembangkan, yaitu:
• Teknologi energi surya fotovoltaik;
• Teknologi energi surya termal.
TEKNOLOGI ENERGI SURYA FOTOVOLTAIK
Teknologi dan Kemampuan Nasional
Pemanfaatan energi surya khususnya dalam bentuk SHS (s olar home systems ) sudah mencapai tahap semi komersial.
Komponen utama suatu SESF adalah:
Sel fotovoltaik yang mengubah penyinaran matahari menjadi listrik, masih impor, namun untuk laminating menjadi modul surya sudah dkuasai;
Balance of system (BOS) yang meliputi controller, inverter , kerangka modul, peralatan listrik, seperti kabel, stop kontak, dan lain-lain, teknologinya sudah dapat dikuasai;
Unit penyimpan energi (baterai) sudah dapat dibuat di dalam negeri; Peralatan penunjang lain seperti: inverter untuk pompa, sistem terpusat, sistem hibrid, dan
lain-lain masih diimpor.12
Kandungan lokal modul fotovoltaik termasuk pengerjaan enkapsulasi dan framing sekitar 25%, sedangkan sel fotovoltaik masih harus diimpor. Balance of System (BOS) masih bervariasi tergantung sistem desainnya. Kandungan lokal dari BOS diperkirakan telah mencapai diatas 75%.
Sasaran Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Sasaran pengembangan energi surya fotovoltaik di Indonesia adalah sebagai berikut: Semakin berperannya pemanfaatan energi surya fotovoltaik dalam penyediaan energi di daerah perdesaan, sehingga pada tahun 2020 kapasitas terpasangnya menjadi 25 MW.
Semakin berperannya pemanfaatan energi surya di daerah perkotaan. Semakin murahnya harga energi dari solar photovoltaic , sehingga tercapai tahap
komersial. Terlaksananya produksi peralatan SESF dan peralatan pendukungnya di dalam negeri
yang mempunyai kualitas tinggi dan berdaya saing tinggi.
Peluang Pemanfaatan Fotovoltaik
Kondisi geografis Indonesia yang terdiri atas pulau-pulau yang kecil dan banyak yang terpencil menyebabkan sulit untuk dijangkau oleh jaringan listrik yang bersifat terpusat. Untuk memenuhi kebutuhan energi di daerah-daerah semacam ini, salah satu jenis energi yang potensial untuk dikembangkan adalah energi surya. Dengan demikian, energi surya dapat dimanfaatkan untuk p enyedian listrik dalam rangka mempercepat rasio elektrifikasi desa.
Selain dapat digunakan untuk program listrik perdesaan, peluang pemanfaatan energi surya lainnnya adalah
Penyediaan listrik untuk rumah peribadatan. SESF sangat ideal untuk dipasang di tempat-tempat ini karena kebutuhannya relatif kecil. Dengan SESF 100 /120Wp sudah cukup untuk keperluan penerangan dan pengeras suara;
Penyediaan listrik untuk sarana umum. Dengan daya kapasitas 400 Wp sudah cukup untuk memenuhi listrik sarana umum;
Penyediaan listrik untuk sarana pelayanan kesehatan, seperti: rumah sakit, Puskesmas, Posyandu, dan Rumah Bersalin;
Penyediaan listrik untuk Kantor Pelayanan Umum Pemerintah. Tujuan pemanfaatan SESF pada kantor pelayanan umum adalah untuk membantu usaha konservasi energi dan mambantu PLN mengurangi beban puncak disiang hari;
Untuk pompa air ( solar power supply for waterpump ) yang digunakan untuk pengairan irigasi atau sumber air bersih (air minum).
Kendala Pengembangan Fotovoltaik di Indonesia
Kendala yang dihadapi dalam pengembangan energi surya fotovoltaik adalah: Harga modul surya yang merupakan komponen utama SESF masih mahal mengakibatkan
harga SESF menjadi mahal, sehingga kurangnya minat lembaga keuangan untuk memberikan kredit bagi pengembangan SEEF;
Sulit untuk mendapatkan suku cadang dan air accu , khususnya di daerah perdesaan, menyebabkan SESF cepat rusak;
Pemasangan SESF di daerah perdesaan pada umumnya tidak memenuhi standar teknis yang telah ditentukan, sehingga kinerja sistem tidak optimal dan cepat rusak.;
13
Pada umumnya, penerapan SESF dilaksanakan di daerah perdesaan yang sebagian besar daya belinya masih rendah, sehingga pengembangan SESF sangat tergantung pada program Pemerintah;
Belum ada industri pembuatan sel surya di Indonesia, sehingga ketergantungan pada impor sangat tinggi. Akibatnya, dengan menurunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar menyebabkan harga modul surya menjadi semakin mahal.
2. TEKNOLOGI ENERGI SURYA TERMAL
Selama ini, pemanfaatan energi surya termal di Indonesia masih dilakukan secara tradisional. Para petani dan nelayan di Indonesia memanfaatkan energi surya untuk mengeringkan hasil pertanian dan perikanan secara langsung.
Teknologi dan Kemampuan Nasional
Berbagai teknologi pemanfaatan energi surya termal untuk aplikasi skala rendah (temperatur kerja lebih kecil atau hingga 60o C) dan skala menengah (temperatur kerja antara 60 hingga 120o C) telah dikuasai dari rancang-bangun, konstruksi hingga manufakturnya secara nasional. Secara umum, teknologi surya termal yang kini dapat dimanfaatkan termasuk dalam teknologi sederhana hingga madya. Beberapa teknologi untuk aplikasi skala rendah dapat dibuat oleh bengkel pertukangan kayu/besi biasa. Untuk aplikasi skala menengah dapat dilakukan oleh industri manufaktur nasional.
Beberapa peralatan yang telah dikuasai perancangan dan produksinya seperti sistem atau unit berikut:
Pengering pasca panen (berbagai jenis teknologi); Pemanas air domestic; Pemasak/oven; Pompa air (dengan Siklus Rankine dan fluida kerja Isopentane ); Penyuling air ( Solar Distilation/Still ); Pendingin (radiatif, absorpsi, evaporasi, termoelektrik, kompressip, tipe jet); Sterilisator surya; Pembangkit listrik dengan menggunakan konsentrator dan fluida kerja dengan titik didih
rendah.
Untuk skala kecil dan teknologi yang sederhana, kandungan lokal mencapai 100 %, sedangkan untuk sistem dengan skala industri (menengah) dan menggunakan teknologi tinggi (seperti pemakaian Kolektor Tabung Hampa atau Heat Pipe ), kandungan lokal minimal mencapai 50%.
Sasaran Pengembangan Energi Surya Termal
Sasaran pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut:
Meningkatnya kapasitas terpasang sistem energi surya termal, khususnya untuk pengering hasil pertanian, kegiatan produktif lainnya, dan sterilisasi di Puskesmas. Tercapainya tingkat komersialisasi berbagai teknologi energi surya thermal dengan kandungan lokal yang tinggi.
Strategi Pengembangan Energi Surya Termal
14
Strategi pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut: Mengarahkan pemanfaatan energi surya termal untuk kegiatan produktif, khususnya untuk kegiatan agro industri.
Mendorong keterlibatan swasta dalam pengembangan teknologi surya termal. Mendor ong terciptanya sistem dan pola pendanaan yang efektif. Mendorong keterlibatan dunia usaha untuk mengembangkan surya termal.
Program Pengembangan Energi Surya Termal
Program pengembangan energi surya termal di Indonesia adalah sebagai berikut:
Melakukan inventarisasi, identifikasi dan pemetaan potensi serta aplikasi teknologi fototermik secara berkelanjutan. Melakukan diseminasi dan alih teknologi dari pihak pengembang kepada pemakai (agro-industri, gedung komersial, dan lain-lain) dan produsen nasional (manufaktur, bengkel mekanik, dan lain-lain) melalui forum komunikasi, pendidikan dan pelatihan dan proyek-proyek percontohan.
Melaksanakan standarisasi nasional komponen dan sistem teknologi fototermik. Mengkaji skema pembiayaan dalam rangka pengembangan manufaktur nasional. Meningkatkan kegiatan penelitian dan pengembangan untuk berbagai teknologi
fototermik. Meningkatkan produksi lokal secara massal dan penjajagan untuk kemungkinan ekspor. Pengembangan teknologi fototermik suhu tinggi, seperti: pembangkitan listrik, mesin
stirling , dan lain-lain.
Peluang Pemanfaatan Energi Surya Termal
Prospek teknologi energi surya termal cukup besar, terutama untuk mendukung peningkatan kualitas pasca-panen komoditi pertanian, untuk bangunan komersial atau perumahan di perkotaan.
Prospek pemanfaatannya dalam sektor-sektor masyarakat cukup luas, yaitu: Industri, khususnya agro-industri dan industri pedesaan, yaitu untuk penanganan pasca-
panen hasil-hasil pertanian, seperti: pengeringan (komoditi pangan, perkebunan, perikanan/peternakan, kayu olahan) dan juga pendinginan (ikan, buah dan sayuran);
Bangunan komersial atau perkantoran, yaitu: untuk pengkondisian ruangan ( Solar Passive Building , AC) dan pemanas air;
Rumah tangga, seperti: untuk pemanas air dan oven/ cooker ; PUSKESMAS terpencil di pedesaan, yaitu: untuk sterilisator, refrigerator vaksin dan
pemanas air.
Kendala Pengembangan Energi Surya Termal
Kendala utama yang dihadapi dalam pengembangan surya termal adalah:
Teknologi energi surya termal untuk memasak dan mengeringkan hasil pertanian masih sangat terbatas. Akan tetapi, sebagai pemanas air, energi surya termal sudah mencapai tahap komersial. Teknologi surya termal masih belum berkembang karena sosialisasi ke masyarakat luas masih sangat rendah;
Daya beli masyarakat rendah, walaupun harganya relatif murah;
15
Sumber daya manusia (SDM) di bidang surya termal masih sangat terbatas. Saat ini, SDM hanya tersedia di Pulau Jawa dan terbatas lingkungan perguruan
D. Biodisel
Biodiesel adalah bahan bakar motor diesel yang berupa ester alkil/alkil asam-asam lemak (biasanya ester metil) yang dibuat dari minyak nabati melalui proses trans atau esterifikasi. stilah biodiesel identik dengan bahan bakar murni. Campuran biodiesel (BXX) adalah biodiesel sebanyak XX`% yang telah dicampur dengan solar sejumlah 1-XX %
Latar Belakang Kebutuhan Biodiesel di Indonesia:
Bahan bakar mesin diesel yang berupa ester metil/etil asam-asam lemak. Dibuat dari minyak-lemak nabati dengan proses metanolisis/etanolisis. Produk-ikutan: gliserin. Atau dari asam lemak (bebas) dengan proses esterifi-kasi dgn metanol/etanol. Produk-ikutan : air Kompatibel dengan solar, berdaya lumas lebih baik. Berkadar belerang hampir nihil,umumnya < 15 ppm. BXX = camp. XX %-vol biodiesel dengan (100 – XX) %-vol solar. Contoh: B5, B20, B100. Sudah efektif memperbaiki kualitas emisi kendaraan diesel pada level B2.
Keuntungan Pemakaian Biodiesel
Dihasilkan dari sumber daya energi terbarukan dan ketersediaan bahan bakunya terjamin
Cetane number tinggi (bilangan yang menunjukkan ukuran baik tidaknya kualitas solar berdasar sifat kecepatan bakar dalam ruang bakar mesin)
Viskositas tinggi sehingga mempunyai sifat pelumasan yang lebih baik daripada solar sehingga memperpanjang umur pakai mesin
Dapat diproduksi secara lokal Mempunyai kandungan sulfur yang rendah Menurunkan tingkat opasiti asap Menurunkan emisi gas buang Pencampuran biodiesel dengan petroleum diesel dapat meningkatkan
biodegradibility petroleum diesel sampai 500 %
16
BAB 3 PENUTUPAN
A. Kesimpulan
1. Konservasi energi dapat di definisikan sebagai kegiatan pemanfaatan energy secara
efisien dan rasional tanpa mengurangi penggunaan energi yang memang benar-benar
diperlukan untuk menunjang pembangunan nasional.
2. Tujuan konservasi energi adalah Memelihara kelestarian sumber daya alam yang berupa
sumber energi melalui kebijakan pemilihan teknologi dan pemanfaatan energi secara efisien,
rasional, untuk mewujudkan kemampuan penyediaan energi.
B. Saran
Sebaiknya kita lebih mengenal asas-asas lingkunga yang ada disekitar kita agar dapat
beradaptasi dengan lingkungan makhluk hidup perlu mengenal lingkungannya serta
berinteraksi dengan yang lain.Dengan mengenal lingkungan sekitar kita kita dapat
memanfatkan energi yang di hasilkan di lingkungan kita sehingga energi tersebut tidak
terbuang percuma.
1