Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

18
Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa ELLA YULAELAWATI*) Abstrak Keaksaraan merupakan prasyarat untuk berdaya secara ekonomi, sosial, dan politik. Pemerintah Indonesia menyadari hal ini dan telah membuat berbagai upaya untuk memberantas buta aksara. Untuk pemberantasan buta aksara usia 15-60 tahun, pemerintah kini sedang berupaya mengintegrasikan pemberantasan buta aksara dengan pembebasan kemiskinan dan pengangguran. Untuk mewujudkannya, keaksaraan diarahkan kepada keaksaraan usaha mandiri dan kecakapan hidup. Hingga tahun 2010, tingkat keaksaraan jauh menurun dibandingkan dengan periode awal kemerdekaan, tetapi masih banyak kelemahan dan tantangan yang dihadapi pemerintah. Kata kunci: keaksaraan, orang dewasa, Akrab! Pendahuluan Dalam lima tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengembangkan suatu kerangka legislatif dan peraturan komprehensif yang mengatur peran, tanggung jawab, dan kewajiban pemerintah pusat/daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam penyediaan jasa pendidikan. Sementara itu, kebijakan program keaksaraan disediakan baik untuk mereka yang ada di sekolah maupun luar sekolah. Hal ini sejalan dengan target Dakar nomor 2 tentang Pendidikan Dasar dan nomor 4 tentang Keaksaraan Orang Dewasa dan Pendidikan Berkelanjutan. Sampai sekarang, Indonesia masih dihadapkan dengan jumlah orang yang tidak mampu membaca, menulis, dan berhitung. Karena buta aksara, mereka memiliki kendala untuk berpartisipasi secara aktif dalam proses pembangunan berkelanjutan. Mereka perlu membutuhkan pemberdayaan agar kualitas hidupnya meningkat dan lebih produktif. Sampai dengan bulan Oktober 2010, masih terdapat 8.300.000 orang berusia 15 tahun atau lebih yang masih buta aksara. Ini berarti bahwa 4,79 % penduduk tidak dapat memperoleh manfaat dari kompetensi keaksaraan. Sejalan dengan ini, Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasar adalah 95% di tahun 2009 yang menunjukkan bahwa itu cukup tinggi dan dapat dianggap prestasi. Namun, ada drop out sekitar 200,000 setiap tahun karena mereka miskin, yang nantinya bisa buta huruf karena mereka memiliki keterlibatan yang sangat minim terhadap bahan bacaan. Masalah lain untuk pendidikan orang dewasa adalah ada kecenderungan terjadinya kambuh (relapsing) yang cukup tinggi karena kurangnya pendekatan pengajaran pada program pendidikan keaksaraan dalam program membaca berkelanjutan orang dewasa. Kondisi Pendidikan Keaksaraan A. Keaksaraan Indonesia Dibandingkan dengan Negara Lain Gambar-1, berdasarkan buku laporan pemantauan global pendidikan untuk semua atau EFA (Education for All) dan Global Monitoring Report (EFA GMR, 2010), mempsosisikan Indonesia dalam kelompok sepuluh negara terpadat buta aksara. EFA GMR (2010) masih mencantumkan Keaksaraan Orang Dewasa 32 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Transcript of Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Page 1: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Pendidikan Keaksaraan Orang DewasaELLA YULAELAWATI*)

Abstrak

Keaksaraan merupakan prasyarat untuk berdaya secara ekonomi, sosial, dan politik. PemerintahIndonesia menyadari hal ini dan telah membuat berbagai upaya untuk memberantas buta aksara.Untuk pemberantasan buta aksara usia 15-60 tahun, pemerintah kini sedang berupayamengintegrasikan pemberantasan buta aksara dengan pembebasan kemiskinan dan pengangguran.

Untuk mewujudkannya, keaksaraan diarahkan kepada keaksaraan usaha mandiri dan kecakapanhidup. Hingga tahun 2010, tingkat keaksaraan jauh menurun dibandingkan dengan periodeawal kemerdekaan, tetapi masih banyak kelemahan dan tantangan yang dihadapi pemerintah.

Kata kunci: keaksaraan, orang dewasa, Akrab!

Pendahuluan

Dalam lima tahun terakhir, pemerintah Indonesia telah mengembangkan suatu kerangka legislatifdan peraturan komprehensif yang mengatur peran, tanggung jawab, dan kewajiban pemerintahpusat/daerah dan pemangku kepentingan terkait dalam penyediaan jasa pendidikan. Sementaraitu, kebijakan program keaksaraan disediakan baik untuk mereka yang ada di sekolah maupunluar sekolah. Hal ini sejalan dengan target Dakar nomor 2 tentang Pendidikan Dasar dan nomor4 tentang Keaksaraan Orang Dewasa dan Pendidikan Berkelanjutan.

Sampai sekarang, Indonesia masih dihadapkan dengan jumlah orang yang tidak mampu membaca,menulis, dan berhitung. Karena buta aksara, mereka memiliki kendala untuk berpartisipasi secaraaktif dalam proses pembangunan berkelanjutan. Mereka perlu membutuhkan pemberdayaanagar kualitas hidupnya meningkat dan lebih produktif.

Sampai dengan bulan Oktober 2010, masih terdapat 8.300.000 orang berusia 15 tahun atau lebihyang masih buta aksara. Ini berarti bahwa 4,79 % penduduk tidak dapat memperoleh manfaatdari kompetensi keaksaraan. Sejalan dengan ini, Angka Partisipasi Murni (APM) Sekolah Dasaradalah 95% di tahun 2009 yang menunjukkan bahwa itu cukup tinggi dan dapat dianggap prestasi.Namun, ada drop out sekitar 200,000 setiap tahun karena mereka miskin, yang nantinya bisabuta huruf karena mereka memiliki keterlibatan yang sangat minim terhadap bahan bacaan.Masalah lain untuk pendidikan orang dewasa adalah ada kecenderungan terjadinya kambuh(relapsing) yang cukup tinggi karena kurangnya pendekatan pengajaran pada program pendidikankeaksaraan dalam program membaca berkelanjutan orang dewasa.

Kondisi Pendidikan KeaksaraanA. Keaksaraan Indonesia Dibandingkan dengan Negara LainGambar-1, berdasarkan buku laporan pemantauan global pendidikan untuk semua atau EFA(Education for All) dan Global Monitoring Report (EFA GMR, 2010), mempsosisikan Indonesiadalam kelompok sepuluh negara terpadat buta aksara. EFA GMR (2010) masih mencantumkan

Keaksaraan Orang Dewasa

32 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 2: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Gambar-3 Tingkat Keaksaraan Dunia

Ranking Negara Keaksaraan (%)

1 Luxembourg 100

2 Finland 100

10 Samoa 99.7

20 Uzbekistan 99.3

30 Canada 99

31 Iceland 99

32 Japan 99

jumlah buta aksara sebagai 13 juta yaitu keadaan Indonesia antara tahun 2000 dan 2002.

Dalam hal persentase tingkat keaksaraan dunia, sesuai dengan data EFA 2010, terdapat 13 jutaorang buta aksara dengan persentase sekitar 9,6% di Indonesia. Posisi Indonesia berada setelahColombia diikuti oleh Vietnam, Burma, Malaysia, dan Brazil (Gambar-3). Masalah pendataandan penyampaian data dan informasi ke tingkat dunia menjadi penting agar Indonesia selaluditunjukkan kinerjanya dengan data-data terkini. Bila dicermati, data perkembangan keaksaraantersebut berada pada posisi di antara tahun 2000 dan tahun 2003, dimana terdapat kevakumaninformasi.

33

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Gambar-1 Negara Padat ButaAksara EFA GMR (2010)

Gambar-2 Negara Padat Buta Aksara EFA GMR(2010) dengan perbaikan Data Kemdiknas (2009)

Sumber EFA GMR (2010) Sumber EFA GMR (2010); PSP, Kemdiknas (2009)

Page 3: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Sumber: www.indexmundi.com

35 United States 99

36 United Kingdom 99

38 Germany 99

40 France 99

50 Croatia 98.1

60 British Virgin Islands 97.8

70 Bosnia and Herzegovina 96.7

80 Anguilla 95

90 Venezuela 93

93 Brunei 92.7

94 Philippines 92.6

95 Thailand 92.6

96 Singapore 92.5

100 Panama 91.9

105 China 90.9

106 Sri Lanka 90.7

108 Colombia 90.4

109 Indonesia 90.4

110 Vietnam 90.3

113 Burma 89.9

117 Malaysia 88.7

118 Brazil 88.6

120 Lebanon 87.4

130 Sao Tome and Principe 84.9

140 Honduras 80

150 Cambodia 73.6

157 Laos 68.7

168 India 61

171 East Timor 58.6

175 Papua New Guinea 57.3

178 Morocco 52.3

180 Yemen 50.2

Keaksaraan Orang Dewasa

34 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 4: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

35

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Namun demikian posisi Indonesia sebagai negara berpenduduk besar di kawasan ASEAN,menunjukkan hal tidak mengkhawatirkan. Gambar-4 menunjukkan keadaan Indonesia padaurutan ke lima di kawasan ASEAN.

Gambar-4 Tingkat Keaksaraan di Negara-Negara ASEAN

Sumber data : http:\\www.indexmundi.com

A. Keadaan Keaksaraan IndonesiaPada akhir tahun 2009 terdapat penduduk buta aksara sebesar 8,7 juta orang terdiri atas sekitar300 ribu orang usia 15-24 tahun, sebanyak 1,1 juta orang usia 25-44 tahun dan 7,3 juta orangberusia 45 tahun ke atas. Setelah pelaksanaan program diperkirakan pada akhir tahun 2010 sisapenduduk buta aksara tinggal 4,79% atau sekitar 8,3 juta orang. Kebanyakan buta aksara adalahperempuan (64%), tinggal di pedesaan dan miskin. Gambar-5 menunjukkan perkembangantingkat keaksaraan penduduk dewasa tahun 2005-2009.

Gambar-5 Penurunan Buta Aksara Tahun 2005-2009

Page 5: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Keaksaraan Orang Dewasa

36 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

1. Pencapaian Antar UsiaSisa buta aksara terbesar berada pada usia 45 tahun ke atas. Penduduk buta aksara pada usia 15–24 tahun hanya tinggal 0,54% dan untuk usia 15-44 tahun, penduduk yang masih buta aksarahanya tinggal 1,95% ( BPS, 2008). Tetapi diperlukan perhatian pada 8 provinsi untuk kelompok usia ini, agar pencapaian keaksaraanusia MDG’s, lebih sempurna lagi (Gambar-6). Penduduk usia 15-24 tahun di provinsi Papua,Sulawesi Barat, Papua Barat, NTT, dan Sulawesi Selatan sangat perlu diperhatikan.

Gambar-6 Provinsi dengan Persentase Buta Aksara di Atas Satu Persen

Sumber: BPS, Susenas 2008

Keadaan ekonomi, geografis, ketersediaan sekolah, ketersedian infrastruktur transportasi, BahasaIbu yang kuat, pembelajaran membaca-menulis permulaan yang kurang baik, sumber dayamanusia dan daya dukung penyelenggaran yang belum memadai, merupakan faktor-faktor yangberpengaruh terhadap tingginya buta aksara remaja dan pemuda di wilayah ini. Selanjutnya,Nusa Tenggara Barat, Gorontalo, Bali, dan Kalimantan Barat mempunyai karakteristik sepertidi atas walau persentasenya lebih kecil namun masih di atas capaian nasional (0,54%).

Pada kelompok usia produktif (15-44 tahun), persentase buta aksara sangat tinggi di provinsiPapua (26,23%). Pelaksanaan program pemberantasan buta aksara pada usia produktif (15-44tahun) ini masih perlu banyak dilakukan di provinsi Papua, Papua Barat, Sulawesi Barat, danNusa Tenggara Barat (lihat Gambar-10) dengan pencapaian di atas 5%. Pada Gambar-7 jugaterlihat bahwa penduduk buta aksara usia 15-24 dan 15-44 tahun yang terbesar terdapat di Papuadan NTB. Sedangkan untuk usia 45 tahun ke atas, penduduk buta aksara terbesar berada di NTBdan Bali. Berdasarkan kondisi ini maka perhatian pada Papua, NTB, dan Bali perlu dilakukandalam program pemberantasan buta aksara ke depan.

Page 6: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

37

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Gambar-7 Persentase Penduduk Buta Aksara Usia 15 tahun Ke atas, 15-44 tahun,dan 45 tahun ke atas di Provinsi Terpadat dari Tahun 2003 – 2009

Sumber: BPS Susenas 2003-2009

2. Pencapaian Antar Wilayah2.1 Tingkat Keaksaraan Berdasarkan ProvinsiGambar-8 menunjukkan bahwa persentase buta aksara yang masih di atas target nasional (5%)menyebar di semua wilayah di Indonesia. Terdapat 23 provinsi yang telah mencapai ataumendekati target nasional, namun demikian tidak berarti angka absolutnya rendah. Misalnya,karena padat penduduk, provinsi Jawa Barat (2,78%) dan Sulawesi Selatan (2,71%) memilikipersentase buta aksara yang baik, tetapi angka absolutnya tinggi, yaitu Jawa Barat 918,5 ribuorang dan Sulawesi Selatan 549,2 ribu orang.

Page 7: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Keaksaraan Orang Dewasa

38 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Gambar-8 Capaian Penuntasan Buta Aksara Berdasarkan Wilayah

Page 8: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

39

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Untuk mengatasi kemarjinalan, layanan pendidikan keaksaraan difokuskan pada daerah padatbuta aksara, yaitu provinsi yang jumlah penduduk buta aksaranya lebih dari 200 ribu orang.Gambar-9 menunjukkan tingkat kpadatan buta aksara antar provinsi.

Gambar-9 Kepadatan buta aksara tingkat Provinsi tahun 2009

2.2 Tingkat Keaksaraan Berdasarkan Kabupaten/KotaPada akhir tahun 2009 terdapat 52 Kabupaten/Kota dengan jumlah buta aksara di atas 50 ribuorang. Kabupaten/Kota dengan jumlah buta aksara di atas 50 ribu orang ini disebut Kabupaten/Kotapadat buta aksara. Untuk tingkat Kabupaten/Kota, 5 kabupaten terpadat buta aksara adalahkabupaten Jember (232 ribu orang), disusul Indramayu (158 ribu orang), Sampang (155 ribuorang), Sumenep (153 ribu orang), dan Malang (141 ribu orang); dan terdapat hanya 1 kotapadat buta aksara yaitu kota Pasuruan.

Page 9: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Keaksaraan Orang Dewasa

40 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Gambar-10 Kabupaten/Kota Padat Buta Aksara Tertinggi 2009

Sumber: PSP, Kemdiknas 2009

Page 10: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

2.3 Tingkat Keaksaraan Berdasarkan Perdesaan/PerkotaanGambar-10 dan Gambar-11 menunjukkan bahwa penduduk buta aksara perempuan lebih banyaktinggal di perdesaan. Pada tahun 2008, penduduk buta aksara di perkotaan adalah 0,74%, menurundari 1,34% pada tahun 2005, sedangkan di perdesaan mencapai 3,21% turun dari 4,49%. Halini berarti penurunan buta aksara di perkotaan (44%) lebih cepat dibandingkan penurunan diperdesaan (30%).

Gambar-11 Persentase Penduduk Buta Aksara Usia 15-44 Tahundi Daerah Perkotaan dan Jenis Kelamin, Tahun 2005-2008

Sumber: BPS, Susenas 2005-2008

Gambar-12 Persentase Penduduk Buta Aksara Usia 15-44 Tahun di Daerah Perdesaandan Jenis Kelamin, Tahun 2005-2008

Sumber: BPS, Susenas 2005-2008

41

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 11: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

3. Tingkat Keaksaraan Penduduk Berdasarkan GenderKeadaan di atas makin rumit karena Indeks paritas Gender (IPG) nasional untuk melek aksarakelompok usia 15-24 tahun hampir mendekati angka 100, namun, di 15 provinsi, tingkat melekaksara perempuan dalam kelompok usia ini sedikit lebih rendah dibandingkan tingkat keaksaraanlaki-laki (lihat Gambar-13).

Gambar-13 IPG tingkat keaksaraan penduduk usia 15-24 tahun

Sumber: BPS, Susenas 2005-2008

Satu hal yang menjadi gejala umum pada penduduk buta aksara di perdesaan dan perkotaanadalah persentase kaum perempuan selalu lebih banyak dari laki-laki. Persentase disparitasgender pada penduduk buta aksara usia 15 tahun ke atas pada tahun 2009 mencapai 2,75%. Halini berarti jumlah penduduk buta aksara kaum perempuan lebih banyak 2,75% dibandingkandengan jumlah penduduk laki-laki. Angka persentase penduduk buta aksara antara kaumperempuan dan laki-laki dapat dilihat juga pada Gambar-14 dan Gambar-15.

Gambar-14 Persentase Penduduk Buta Aksara Usia 15-44 TahunMenurut Jenis Kelamin, tahun 2005-2008

Sumber: BPS,Susenas 2005-2008

Keaksaraan Orang Dewasa

42 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 12: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Gambar-15 Persentase Penduduk Buta Aksara Usia 45 Tahun KeatasMenurut Jenis Kelamin Tahun 2005-2008

Sumber: BPS,Susenas 2005-2008

4. Tingkat Keaksaraan Penduduk Berdasarkan Status EkonomiJika ditinjau berdasarkan golongan pengeluaran (quantile) dapat diperlihatkan bahwa pendudukbuta aksara terjadi pada kelompok pengeluaran terendah (quantile 1), sedangkan pada kelompokpengeluaran tertinggi terlihat sedikit yang mengalami buta aksara. Seperti dapat dilihat padatabel 9, pada quantile 1 (pengeluaran terendah) penduduk buta aksara cukup tinggi baik diperdesaan mencapai 16,70% maupun di perkotaan mencapai 10,44%. Pada quantile 5 (pengeluarantertinggi) pada daerah perkotaan hanya memiliki 0,91% penduduk buta aksara, sedangkan didaerah perdesaan mencapai 5,62%. Jika dihitung secara total, penduduk buta aksara pada quantile1 mencapai angka 13,58%, sedangkan pada quantile 5 diperoleh angka 3,28%.

Tabel -1Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Tipe Daerah, Kemampuan Membaca

dan Menulis, dan Golongan Pengeluaran 2005-2008

Kategori 2005 2006 2007 2008Quantile 1 Perkotaan 3,85 9,44 11,80 10,44

Perdesaan 10,23 15,59 20,45 16,70Total 7,10 12,83 16,54 13,58

Quantile 2 Perkotaan 4,29 6,34 6,71 6,42Perdesaan 10,47 13,21 16,19 14,10Total 7,59 10,16 11,94 10,33

Quantile 3 Perkotaan 0,00 4,36 3,05 3,95Perdesaan 0,00 11,53 13,50 11,15Total 0,00 8,36 8,85 7,63

Quantile 4 Perkotaan 3,53 3,05 0,93 1,94Perdesaan 9,36 10,51 6,47 8,32Total 6,75 7,23 4,00 5,19

43

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 13: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Quantile 5 Perkotaan 7,43 1,23 0,23 0,91Perdesaan 17,92 7,96 1,65 5,62Total 13,56 4,96 1,01 3,28

Sumber: Susenas 2005-2008

Berdasarkan Gambar-16 dan Gambar -17 dapat dilihat ilustrasi yang lebih jelas. Kondisi pendudukbuta aksara berdasarkan jumlah pengeluaran penduduk yang dibagi dalam lima kategori (quantile)menunjukan bahwa penduduk dengan pengeluaran paling rendah sangat rentan untuk mengalamibuta aksara. Ketidakberdayaan secara ekonomi membuat mereka sulit memperoleh pendidikanatau bersekolah, sehingga mereka terpaksa menjadi buta aksara. Oleh karena itu, pelaksanaanwajib belajar di daerah perdesaan perlu terus digalakkan dengan memberikan bantuan pembiayaanyang cukup sehingga mereka dapat menyelesaikan pendidikan dasar. Kalau setiap pendudukmampu menamatkan pendidikan dasar, maka penduduk buta aksara akan dengan sendirinyaberkurang. Meskipun demikian, program pemberantasan buta aksara ini perlu disertai dengankonsep pemberdayaan dalam bentuk pemberian keterampilan kerja dan kewirausahaan dalambentuk pendidikan keaksaraan fungsional atau melalui program “aksara agar berdaya”.

Gambar-16Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Golongan Pengeluaran (Quantile)

di Perkotaan Tahun 2005-2008

Sumber: Susenas 2005-2008

Keaksaraan Orang Dewasa

44 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 14: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Gambar-17Persentase Penduduk 15 Tahun ke Atas menurut Golongan Pengeluaran (Quantile)

di Perdesaan Tahun 2005-2008

Sumber: Susenas 2005-2008

Strategi dan Kebijakan Nasional untuk Keaksaraan Orang Dewasa "Mencapai 50 persen perbaikan dalam tingkat keaksaraan orang dewasa pada tahun 2015,khususnya bagi perempuan, dan akses yang adil dan melanjutkan pendidikan dasar bagi semuaorang dewasa." (Dakar, 2000)

Secara historis, pada periode pasca kemerdekaan awal (1945-1965), Indonesia mulai memberantasbuta aksara dan ingin mewujudkan semua orang Indonesia tahu huruf dan bisa menulis namamereka sendiri serta memahami kalimat sederhana. Pada tahun 1966-1970, upaya untukmempromosikan keaksaraan fungsional dengan cara mengajarkan keterampilan kerja terkaitdengan keterampilan membaca dan menulis dilakukan dan menghasilkan peningkatan produktivitaspekerja terpelajar yang bekerja di perikanan, kehutanan, pertanian, industri, dll.Pada awal 1970-an, pemerintah memperkenalkan model baru untuk memberantas buta aksara,yang dikenal dengan program Paket A. Program ini mengenalkan warga belajar kepada pengetahuantentang lingkungan sekitarnya dan dalam kehidupan sehari-hari mereka, keluarga, dan kehidupansosial. Program ini diterapkan dalam buku teks A1 hingga A100 dari bahan Paket A. Seri A1-10 mengajarkan keterampilan membaca menulis tingkat dasar, sementara seri A11-20 memperkuatkompetensi keterampilan ini dengan menggunakan subyek dan tema yang berbeda. Seri A21-100 dirancang untuk meningkatkan keterampilan keaksaraan fungsional warga belajar lebih jauhdengan menggunakan berbagai subyek dan tema. Materi dalam seri-seri ini digunakan sampaitahun 1990-an, hampir tanpa revisi apapun.

Sejak tahun 2000, Indonesia telah berkonsentrasi pada percepatan pemberantasan buta aksara.Dengan demikian, sejalan dengan UNESCO Prakarsa Keaksaraan untuk Pemberdayaan (LIFE2006-2015), keaksaraan di Indonesia dipahami sebagai fondasi belajar sepanjang hayat. Keaksaraanmerupakan hak asasi manusia, alat pemberdayaan pribadi, dan sarana bagi pembangunanmasyarakat. Keaksaraan merupakan prasyarat untuk jenis pembelajaran lainnya. Keaksaraanpenting untuk dimiliki oleh setiap orang baik anak-anak, muda maupun dewasa. Keaksaraansangat penting untuk memberantas kemiskinan, mengurangi angka kematian anak, membatasipertumbuhan penduduk, mencapai kesetaraan gender dan memastikan pembangunan berkelanjutan,perdamaian dan demokrasi. Keaksaraan merupakan cara yang sangat diperlukan untuk partisipasiefektif dalam masyarakat dan ekonomi untuk abad ke-21. Prakarsa keaksaraan untuk pemberdayaandalam konteks di atas diterjemahkan ke dalam pemberantasan buta aksara melalui pendidikan

45

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 15: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

keaksaraan dasar, keaksaraan usaha mandiri, pendidikan pemberdayaan perempuan,pengarusutamaan gender yang berorientasi pada pendidikan keluarga, dan peningkatan kebiasaanmembaca masyarakat.

Untuk mencapai semua tujuan tersebut, pemerintah, melalui Direktorat Pendidikan MasyarakatDitjen PNFI Kementerian Pendidikan Nasional berupaya untuk mengembangkan keaksaraanorang dewasa sebagai sebuah proses investasi masyarakat pembelajar dengan memberikanprogram pendidikan keaksaraan fungsional yang didukung oleh pendidikan pemberdayaanperempuan. Hal ini terkait dengan kenyataan bahwa 65% orang dewasa buta aksara adalahperempuan. Untuk menghindari terjadinya buta aksara kembali, program ini diperkuat denganpenyediaan taman bacaan masyarakat di ruang publik termasuk di desa, pasar, tempat ibadah,rumah sakit, dan mall. Selain itu, upaya keaksaraan disinergikan dengan upaya peningkatanketerampilan pribadi dengan cara menerapkan pelatihan kewirausahaan sederhana yangdikombinasikan dengan keterampilan program kehidupan. Untuk membuat sebuah terobosandalam mengurangi perempuan yang buta aksara, pengarusutamaan gender di bidang pendidikanditanamkan dalam program keaksaraan. Oleh karena itu, akan ada investasi masyarakat pembelajardan peningkatan kapasitas dalam konteks pendidikan sepanjang hayat untuk menciptakanmasyarakat yang melek aksara, berbudaya membaca, sadar jender, dan bermoral tinggi. Arahkebijakan keaksaraan untuk semua disajikan pada gambar 20 berikut ini.

Gambar 20. Arah Kebijakan Meningkatkan Keaksaraan untuk Semua

Sejak tahun 2006, telah ada gerakan nasional dalam rangka meningkatkan keaksaraan orangIndonesia yang disebut Gerakan Nasional Percepatan Penuntasan Wajib Belajar PendidikanDasar Sembilan Tahun dan Pemberantasan Buta Aksara. Gerakan ini juga umumnya disingkatGNP-PWB/PBA. Keberhasilan Gerakan Nasional ini bergantung pada koordinasi antarapemerintah pusat (enam kementerian), Biro Pusat Statistik dan pemerintah daerah (tingkatprovinsi dan kabupaten). Tugas utama dari mereka yang terlibat adalah sebagai berikut:1) Kementerian Koordinator Kementerian Koordinator Kesejahteraan Rakyat: membuat

jaringan dan mengkoordinasikan program gerakan nasional GNP-PWB/PBA.2) Kementerian Pendidikan Nasional: Menetapkan, men-desain, mengimplementasikan,

memonitor, dan mengevaluasi program gerakan nasional GNP-PWB/PBA. Ada notakesepahaman antara pemerintah pusat dan provinsi/kota/kabupaten mengenai pembagiananggaran.

Keaksaraan Orang Dewasa

46 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 16: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

3) Kementerian Dalam Negeri: Mendorong kerangka hukum untuk dilaksanakan dipemerintahan tingkat provinsi, kota, dan kabupaten serta sektor swasta, organisasi perempuan,organisasi kepemudaan, LSM, dan organisasi masyarakat untuk berpartisipasi dalamgerakan ini.

4) Kementerian Agama: Berpartisipasi dalam sosialisasi, fasilitasi, aktualisasi, dan pelaksanaanprogram GNP-PWB/PBA di sekolah-sekolah berbasis agama (Madrasah), asrama sekolah-sekolah agama (Pondok Pesantren), dan organisasi keagamaan di bawah bimbingan merekauntuk menutupi target, anggaran, dan mencapai sasaran program.

5) Kementerian Keuangan: Tugas utama kementerian ini adalah untuk merencanakan danmengalokasikan anggaran pada implementasi GNP-PWB/PBA sesuai dengan usulanKementerian Pendidikan Nasional dan para pemimpin dari lembaga-lembaga yang disetujuilainnya sebagai pemangku kepentingan.

6) Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak: Membuat jaringansosial dan advokasi lembaga-lembaga atau LSM di bawah bimbingan mereka.

7) Kepala Biro Pusat Statistik Nasional: bekerjasama dengan Menteri Pendidikan Nasionaldalam memberikan rinci terbaru, terutama mengenai jenis kelamin, data nasional untukmendukung kegiatan GNP-PWB/PBA dari setiap propinsi, kota, kabupaten, dan kecamatan.

8) Gubernur setiap Provinsi (33 provinsi): Membentuk tim yang dipercayakan untukmengkoordinasikan GNP-PWB/PBA di setiap propinsi.

9) Walikota atau Bupati: Membentuk kelompok koordinator untuk GNP-PWB/PBA disetiap kota dan kabupaten. Untuk mendukung gerakan pemberantasan buta aksara, dibangunnota kesepahaman antara pemerintah pusat dalam hal ini Menteri Pendidikan Nasionaldengan Gubernur dan Bupati/Walikota tentang penuntasan buta aksara. Hal ini merupakanfaktor kunci yang menjadikan gerakan pemberantasan buta aksara sebagai gerakan nasional.Dalam nota kesepahaman tersebut ditetapkan proporsi sasaran dan pembiayaan yangmenjadi tanggungjawab masing-masing tingkat pemerintahan (Pusat: Provinsi:Kabupaten/Kota), yakni rata-rata berkisar antara 50:30:20.

Pada sekitaran tahun 2009, dirumuskan Kerangka Aksi Belem yang menyatakan bahwa "Kamimenyadari bahwa pendidikan dan pembelajaran orang dewasa merupakan komponen pentingdari proses belajar sepanjang hayat yang mencakup suatu kontinum belajar mulai dari formalke nonformal serta informal. Pembelajaran dan pendidikan orang dewasa memenuhi kebutuhanbelajar anak muda, dewasa, dan orang tua. Pembelajaran dan pendidikan orang dewasa mencakupberbagai konten (isu-isu umum, hal kejuruan, keaksaraan keluarga dan pendidikan keluarga,kewarganegaraan dan lain-lain) dengan prioritas tergantung pada kebutuhan khusus dari negaramasing-masing."

Pendidikan orang dewasa belajar (ALE) di Indonesia ditangani baik oleh sistem formal maupunnonformal. Lembaga pemerintah bersama dengan lembaga non-pemerintah, lembaga-lembagaswasta dan masyarakat juga menyediakan program pendidikan di luar sekolah. Program inimeliputi program pendidikan umum, pendidikan agama, pendidikan terkait layanan, pelatihanuntuk bekerja di departemen pemerintah dan pendidikan kejuruan. Program pendidikan di luarsekolah termasuk kursus singkat, program lebih panjang seperti program pendidikan kesetaraanPaket A, B, dan C, program yang menghasilkan pendapatan, dan beberapa pilihan lain sepertipelatihan magang.

Sejalan dengan Kerangka Belem, Indonesia berusaha untuk melayani orang dewasa danmemberdayakan mereka melalui pendidikan nonformal guna memberikan keterampilan fungsionaldan pengetahuan serta pengembangan sikap dan kepribadian professional. Prakarsa Keaksaraanuntuk Pemberdayaan (LIFE) yang dideklarasikan oleh UNESCO - sebagai kerangka kerjastrategis global atau sebagai mekanisme kunci dari peningkatan kompetensi keaksaraan pendudukdunia pada skala internasional - juga diimplementasikan di Indonesia untuk memberdayakanorang dewasa di masyarakat. Dalam rangka meningkatkan kompetensi keaksaraan orang dewasa,sebuah program yang disingkat dengan nama AKRAB (AKsaRA agar Berdaya). Program ini

47

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

Page 17: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

Keaksaraan Orang Dewasa

48 Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

berarti meminta orang-orang yang buta aksara untuk membiasakan (akrab) diri mereka sendiridengan huruf (aksara) dalam rangka pemberdayaan (berdaya). Slogan ini disingkat dalamakronim "AKRAB", yang berarti bahwa hanya melalui keakraban dengan aksara, makapemberdayaan sebagaimana dijanjikan dalam LIFE dapat dicapai. Untuk meningkatkanketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas layanan pendidikan keaksaraan, program-programAKRAB diintegrasikan dengan pendidikan kewirausahaan, pendidikan keterampilan hidup, dankesetaraan gender.

Program-program AKRAB mencakup sebagai berikut:a) Keaksaraan Fungsional

Keaksaraan fungsional dimaksudkan untuk membuat orang melek aksara secara fungsional.Dengan kata lain, mereka dapat terlibat dalam semua kegiatan di mana kemampuankeaksaraan diperlukan untuk berfungsi secara efektif dalam kelompoknya dan masyarakatserta memungkinkan mereka untuk terus membaca, menulis, dan menghitung baik untukmembangun diri mereka sendiri maupun masyarakat.

b) Keaksaraan KewirausahaanKeaksaraan kewirausahaan adalah program peningkatan keaksaraan yang dirancang dalambentuk kewirausahaan yang dapat meningkatkan seseorang atau kelompok agar menjadilebih independen setelah mencapai kompetensi dasar melek aksara.

c) Keaksaraan KeluargaKeaksaraan keluarga dirancang untuk memberdayakan keluarga melalui pengajaran anggotakeluarga (oleh salah satu anggota keluarga yang melek aksara) hal-hal yang berkaitandengan keterampilan komunikasi, pada teks dan non-teks, dan menghitung dalam bahasaIndonesia, sehingga mereka bisa mendapatkan, mencari, dan memanfaatkan informasiuntuk memecahkan masalah keluarga dan dapat berpartisipasi dalam pembangunan negara.

d) Keaksaraan Komunitas Khusus Berdasarkan Cerita RakyatKeaksaraan komunitas khusus berdasarkan cerita rakyat bertujuan untuk menggunakancerita rakyat sebagai pendekatan pengajaran dan media untuk membuat orang di komunitastertentu menguasai dan memelihara keterampilan keaksaraan mereka.

e) Keaksaraan Seni Budaya LokalBudaya Keaksaraan seni budaya lokal adalah upaya penguatan kemampuan membacadengan menggunakan budaya lokal sebagai media pengajarannya dan pemberdayaan bagisiswa dan lingkungannya.

f) Keaksaraan Bahasa IbuMelihat kenyataan bahwa masih banyak suku/kelompok etnis di Indonesia yang tidakmenggunakan bahasa Indonesia dalam komunikasi sehari-hari, penggunaan bahasa ibudalam proses belajar keaksaraan menjadi sangat efektif, dan upaya ini dilakukan secarabertahap dengan diselingi bahasa nasional (bahasa Indonesia).

Selain program AKRAB, untuk mendukung pelaksanaan kebutuhan belajar pendidikan orangdewasa yang beragam, diperlukan revitalisasi dan peningkatan kapasitas kelembagaan programpenyedia pendidikan masyarakat. Program yang disebut Balai Belajar Bersama akan dirintispada tahun 2010 yang bertujuan untuk mengintegrasikan semua layanan pendidikan masyarakatyang menyediakan sinergi yang lebih baik antara jalur pendidikan formal dan non formal sertasektor sosial lainnya. Karakteristik Balai Belajar Bersama adalah sebagai berikut:• Memulai, menumbuhkan, dan mengembangkan kebutuhan, partisipasi, dan potensi dari

suatu komunitas tertentu.• Terbuka untuk memenuhi kebutuhan belajar, penciptaan, rekreasi, dan pekerjaan untuk

memenuhi tuntutan hidup masyarakat dan pembangunan lingkungan.• Kredibel dalam mensinergikan program-program pembelajaran formal, nonformal, dan

informal, serta mengembangkan masyarakat di semua sector.• Lebih dari sekedar fasilitator belajar sepanjang hayat dan masyarakat pembelajar.• Didirikan dari, oleh, dan untuk masyarakat dengan jelas dan transparan.

Page 18: Pendidikan Keaksaraan Orang Dewasa

49

Keaksaraan Orang Dewasa

Jurnal AKRAB! Volume I Edisi 1/Maret/2010, YULAELAWATI

KesimpulanPemerintah semakin memperkuat strategi pemberantasan buta aksara di Indonesia. Hasil yangdicapai pemerintah dalam pengentasan buta aksara hingga akhir tahun 2009, tersisa 5,30% atausekitar 8,7 juta orang buta aksara. Setelah beberapa program dilaksanakan, pada akhir tahun2010 tersisa sekitar 4,79% atau sekitar 8,3 juta orang yang masih buta aksara. Kebanyakan butaaksara adalah perempuan (64%), tinggal di perdesaan dan miskin.Keberhasilan ini tidak lain disebabkan karena perubahan pola pikir dalam menerapkan strategipemberantasan itu sendiri. Jika sebelumnya, pemberantasan buta aksara dilakukan untukmengurangi angka atau persentase buta aksara masyarakat Indonesia, sejak tahun 2006 kebijakanpemberantasan buta aksara dipahami sebagai prakarsa keaksaraan untuk pemberdayaan (AKRAB),yang diterjemahkan ke dalam pemberantasan buta aksara melalui pendidikan keaksaraan dasar,keaksaraan usaha mandiri, pendidikan pemberdayaan perempuan, pengarusutamaan gender yangberorientasi pada pendidikan keluarga, dan peningkatan kebiasaan membaca masyarakat.

*) Direktur Pendidikan Masyarakat, Direktorat Pendidikan Masyarakat, Direktorat JenderalPendidikan Nonformal dan Informal

Daftar Pustaka

BPS, Susenas 2005-2009.

Burd,Sharps. 2008. National Agency to Fight Illiteracy (2007); National Literacy Trust (2009);Reading and Writing Foundation (2009) dalam GMR, 2010.

http: . Tingkat Keaksaraan Dunia.

______________________. Tingkat Keaksaraan di Negara-negara ASEAN

Kemdiknas. 2009. Improving Literacy for All a National Movement for Empowering IndonesianCommunity. Jakarta: Kemdiknas.

Kerangka Kerja Belem. 2009.

PSP, Kemdiknas. 2009, Kabupaten/kota Terpadat Buta Aksara di Indonesia. Jakarta: Kemdiknas.