Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

14
PENDIDIKAN AGAMA TOPIK: STUDI AGAMA PENDEKATAN FENOMENOLOGIS (BERDASAR TEORI KLASIK)

Transcript of Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

Page 1: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

PENDIDIKAN AGAMA TOPIK:

STUDI AGAMA PENDEKATAN FENOMENOLOGIS (BERDASAR TEORI

KLASIK)

Page 2: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

PENGERTIANSTUDI AGAMA MELALUI PENDEKATAN FENOMENO LOGIS (NON THEOLOGIS) BERASAL DARI BHS YUNA NI PHAINOMENON (GEJALA/ FAKTA YG TAMPAK

/TERLIHAT/ YANG DI PRAKTEKAN OLEH PENGANUT AGAMA DALAM KEHIDUPAN SEHARI-HARI. LOGOS ( RASIO/PER TIMBANGAN/ILMU).

. PENDEKATAN FENO MENOLOGI TIDAK MEMAN DANG KEBENARAN HANYA PADA TATARAN EPIS TEMOLOGIS DAN AXIO LOGIS ( EMPIRIK & LOGIS ) SEMATA TAPI MENCAKUP KEBENARAN SECARA LEBIH LUAS BERSIFAT HOLISTIK & MENUNTUT PEMAKNAAN DIBALIK REALITAS/ MELAHIRKAN ILMU PENGETAHUAN YANG TIDAK BEBAS NILAI.

Page 3: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

TEORI KEBENARAN KEBENARAN ILAHIAH & ILMIAHSebelum rumus, dalil atau hukum kebenaran ilmiah belum

ditemukan karena saat itu belum ada yang bertanya mengenai kebenaran melalui kerja tekun para pencari kebenaran/ ilmuwan, dimana kebenaran bersembunyi ? milik siapa ? Misalkan “ Buah apel jatuh dari tangkainya ketanah, kenapa dan hasil kerja siapa ?

Melalui perenungan, percobaan dan pengamatan secara ilmiah terhadap berbagai gejala “ Newton menemukan hukum “ GAYA/ DAYA TARIK/ GRAVITASI BUMI “. Pada saat itu misteri kegelapan selama berabad-abad terungkap melalui hasil kerja ilmiah. Disini “Kebenaran Ilahiah bertemu dengan Kebenaran Ilmiah” Dan dengan demikian “ Setiap manusia harus meyakini bahwa setiap fenomena yang ada dapat dilihat/ditinjau dari dua aspek kebenaran ( Kebenaran Ilahiah dan Kebenaran Ilmiah).

Jadi apa itu Kebenaran Ilmiah ?

Page 4: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

Kata Kunci dalam Pendekatan Fenomenologi Waardenberg

1. Empiris, mengacu pada gejala yang diamati. (Kebenaran Empirik melalui penelitian kualitatif ).

2. Logis, mengacu pada pengetahuan yang diperoleh melalui proses penelitian ilmiah dan pengujian terhadap struktur sosial dan perilaku manusia sesuai dengan premis dan penemuan pengetahuan ilmiah berdasar kerangka teori yang kongkrit dan terukur

Sumber Ilmu Pengetahuan

Wahyu (Transendental )

Panca Indera(Empiris)

Akal(Rasio)

Page 5: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

3. Ciri penget ilmiah ? Apakah Agama dapat dilakukan penelitian secara ilmiah ? Bgm proses Penelitian Agama secara ilmiah (Insider & Outsider )

4. Sumber ilmu Pengetahuan ( Panca indera/Empiris, Akal/ logis (Immanental) dan Wahyu (Transendental)

5. Kemampuan yang ada dlm diri manusia (immanental) ada 2 Pancaindera dan akal. Bgmna Sikap manusia dlm mendaya gunakan kemampuannya ?

6. Untuk menjadikan agama sebagai subjek penelitian empiris dan rasional menuntut keteguhan hati (keimanan/keyakinan yang kuat) dan keberanian melampaui wilayah yang suci karena agama mengindikasikan adanya dogma/ suatu feno mena yang tidak selalu berjalan/ belum terjangkau sesuai dengan parameter aktifitas rasional ( Misal Tuhan ada dimana ?)

Page 6: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

GEORGE HERBERT MEAD ( Buku: Mind, Self and Society)Kesulitan yg dihadapi dalam kaitan dengan

Diskursus sikap keberagamaan seseorang terkait dengan Konsep Diri ( Individu ) dengan Konsep Interelasi dengan orang lain adalah:

a.Tetap bersikap Obyektif atau menjaga diri dari sikap menolak Apa yang tidak sama/Tidak setuju/Berbeda dari apa yg dihadapi org lain dengan apa yang kita miliki.

b.Memahami apa yg kelihatannya benar pada pikiran orang lain ( tetap netral dlm memahami nilai/ ajaran agama yang lain ).

Page 7: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

PENGERTIAN & FUNGSI AGAMAPENGERTIAN AGAMA 1. Cambridge International Dictionary: Sistem

Keyakinan dan Peribadatan. 2. Charles Glock & Rodney Stark Terdiri 5 dimensi : Ideologis, Ritualistik, Exprencial, Intelektual dan Konsekuensial. 3. Ninian Smart Terdiri dari 6 dimensi: Spritual/Transendental, Doktrinal, Ritual, Etika/ moral, Sosial dan Material FUNGSI AGAMA:

Pedoman/ Pemberi arti Kehidupan (way of life), Sumber nilai/ Landasan etika/moral, Motivator/pemberi dukungan psikologis, Kontrol sosial, Inspirator/pendorong perubahan kehidupan masya rakat

Page 8: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

Pendapat Beberapa Ahli: 1. Mirchea Eliade (Patterns In Compa

rative Religion,1958): Pendekatan ilmiah dalam studi agama harus

dilakukan dengan mempertautkan hal yang Sacred dan hal-hal yang bersifat Profan/ Qauniyah ( suci/spiritual/transen dental vs Immanental/ material/pemahaman atas realitas/yang nyata dan kongkrit dalam kehidupan sehari-hari )

Bagaimana kecenderungan individu/ masyarakat modern dalam kaitan hal-hal yang bersifat Sacred dan Profan ?

Page 9: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

2. Hegel (The Phenomenology of spirit, 1806) Studi agama dengan pendekatan

fenomenologi adalah pemahaman atas Esensi melalui penyelidikan atas Manifestasi.

Menurut Hegel: Fenomena/ kenyataan yang tanpak/yang terjadi dan dapat dilihat dalam berbagai keragamannya di alam raya ini merupakan Manifestasi realitas transen dental yang tidak terpisah dan tunduk dibawah hukum Esensi yakni eksistensi yang lebih dalam yang bersifat spiritual.

Page 10: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

3. Edmund Husserl mengemukakan 2 konsep yang menjadi dasar/titik tolak studi agama pendekatan fenomenologi yaitu Epoche dan Eidetik (Yunani)

Epoche : Kecurigaan/ prasangka/ menunda dalam mengambil keputusan yang mempengaruhi hasil pemahaman yang memandang alam semesta ini sebagai suatu yang telah teratur secara mekanis.

Eidetik : Kemampuan melihat fenomena yang terjadi. Dengan eidetik/ kemampuan mencari esensi melalui analisis secara deskriptif fakta/fenomena yang terjadi secara obyektif dapat mengendalikan epoche.

Page 11: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

4.Rudolf Otto (the idea of the holy,1923) Merupakan pendekatan fenomenologis yang mempersatukan sejumlah aliran dan pendekat an yang berbeda dengan menganalisis Feno mena vs Noumena dengan cara memasukan eksistensi/sensus Numenis (pengalaman yang suci/spiritual/rohani) yang disebut sebagai kategori Sui generis.

Page 12: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

Sui generis : sesuatu yang tetap tidak terkatakan dan argumennya tergantung atas pengetahuan yang diperoleh berdasar keimanan yang dipertahankan berdasarkan konsepsi rasional yang mengacu pada sesuatu yang tetap dan tidak terkatakan.

Page 13: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

5. FRISTCHOF SCHOUNBerpendapat bahwa Studi agama pendekatan

fenomenologis memiliki 2 dimensi yaitu: Eksoterik (btk permukaan yang tanpak/ dapat

dilihat & Essoterik ( aspek kedalaman yang tidak tanpak )

Pada tingkat Eksoterik Agama-agama saling berbeda, sedangkan pada tingkat Essoterik Agama-agama memiliki nilai/ norma dasar yang sama.

cth. Ultimate goal, norma2 perbuatan baik/ pesan spiritualitas.

Sosiolog Agama ( Huston Smith ) mengomentari pendapat Schoun dengan sebuah skema !

Page 14: Pendidikan Agama Pendekatan Fenomenologis

6. Ninian Smart, Mengembangkan studi agama dengan pendekatan Agnotisisme/ Poli metodik yakni studi agama secara Spesialis dan Generalis.

Mempelajari fenomenologi dan nilai/ ajaran agama dan dalam waktu yang bersamaan mempelajari pula fenomena/membuka pikiran/masukan dari disiplin ilmu-ilmu lain berkait dengan nilai/ ajaran agama, sehingga membawa danpak:a. Studi agama tidak terbatas pada

pandangan yang bersifat religius semata tapi lebih luas dan lebih hidup

b. Nilai agama dapat berinteraksi dan diaplikasikan dengan dukungan teori dari disiplin ilmu-ilmu lain tsb.