Positivistik vs Fenomenologis
-
Upload
university-of-andalas -
Category
Education
-
view
97 -
download
4
description
Transcript of Positivistik vs Fenomenologis
![Page 1: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/1.jpg)
LANDASAN TEORI DALAM KOMUNIKASI
![Page 2: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/2.jpg)
DIKOTOMI
POSITIVISTIK
PASCA POSITIVIS
TIK/ FENOMENOLOGIK
![Page 3: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/3.jpg)
POSITIVISTIK
•BERAKAR DARI ILMU EKSAKTA•DISEBUT JUGA STUDI STATISTIK
•Disyaratkan adanya variabel yang dikontrol.•Pengacakkan sampel
•Pengujian validitas dan realibilitas instrumen•Ditujukan untuk menggenarilasasi sampel dalam populasi•Penelitian yang masuk kategori ini adalah:eksperimen, korelasi,survey, dll
![Page 4: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/4.jpg)
PASCA POSITIVISTIK/FENOMENOLOGIS
•BERAKAR pada tradisi dalam sosiologi dan antropologi•bertujuan untuk memahami suatu gejala seperti apa adanya•tanpa harus mengontrol variabel dan tidak berusaha menggeneralisasi gejala tersebut dalam gejala-gejala yang lain
•CONTOH penelitian ini adalah etnografi, studi kasus, studi naturalistic, sejarah, biografi, teori membumI (grounded theory), dan studi deskriptif (Creswell, 1998; Denzin dan Lincoln,2003; Merriam, 1998).
![Page 5: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/5.jpg)
Eichelberger selanjutnya membedakan tiga paradigma filsafat melandasi metodologi pengetahuan
positivistik•keberadaan sesuatu merupakan besaran yang dapat diukur•Peneliti adalah•pengamat yang objectif atas peristiwa yang terjadi di dunia•dapat diuji secara empirik
Fenomenologik•Filsafat fenomenologik pertama kali dikembangkan oleh seorang matematikawan Jerman Edmund Husserl (1850-1938)•filsafat fenomenologik berupaya untuk memahami makna yang sesungguhnya atas suatu pengalaman dan menekankan pada kesadaran yang disengaja (intentionallity of consciousness) atas pengalaman, karena pengalaman mengandung penampilan ke luar dan kesadaran di dalam, yang berbasis pada ingatan, gambaran dan makna
![Page 6: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/6.jpg)
Hermeneutik•Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17)•usaha mencari kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada.•Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu konteks tradisi. Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretator harus telah memiliki pra-pemahaman atas objek ketika ia mengkaji objek tersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral
![Page 7: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/7.jpg)
POSITIVISTIK FENOMENOLOGIK HERMENEUTIK
Analitik Holistik Sintetik
Nomotetik Ideografik Interpretatik
Dedukatif Induktif Sinkretik
Laboratorik Empirik Empatik
Pembuktian dengan logika Pengukuhan pengalaman Penafsiran tak memihak
Kebenaran universal Kebenaran bersifat unik Kebenaran yang diterima
Bebas nilai Tidak bebas nilai Tidak bebas nilai
![Page 8: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/8.jpg)
FENOMENOLOGIKSUMBER: Jurnal Pendidikan Penabur - No.05/ Th.IV / Desember 2005
menganggap bahwa pengalaman bukanlah merupakan suatu dunia eksternal
yang bersifat objektif.
Pengalaman bukan sekedar lama waktu seseorangberinteraksi dengan lingkungannya, melainkan
pelajaran yang diperoleh dalamrentangan waktu tertentu.
Untuk memahami pengalaman itu digunakanpemikiran, perasaan, tanggapan, dan berbagai
ungkapan psikologis ataumental lain.
![Page 9: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/9.jpg)
Gejala yang diamati dari suatu pengalaman perlu dibandingkan dengan pengalaman lain agar hal-hal yang esensial dari berbagai pengalaman itu
dapat dipahami.
Hal-hal yang esensial tersebut selanjutnya perlu digabungkan dengan hasil pengalaman lain, sehingga dapat diidentifikasi kesamaan yang
bersifat hakiki.
![Page 10: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/10.jpg)
Paradigma fenomenologik ini justru menggunakan akal sehat (common
sense) yang oleh penganut positivistik dianggap tidak/kurang ilmiah. Akal sehat ini mengandung
makna yang diberikan seseorang dalam menghadapi pengalaman dan kehidupannnya
sehari-hari.
Jadi tidak semata-matadidasarkan pada data atau informasi yang diperoleh
melalui penginderaan.
![Page 11: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/11.jpg)
Dalam paradigma ini suatu kebenaran ilmiah tidak dimulai dengan adanyasejumlah teori yang mendasari, namun secara induktif mengakumulasikanpengalaman khusus menjadi umum, atau yang konkrit menjadi abstrak, danbahkan kemudian bahkan mengukuhkan pengalaman itu menjadi teori (teorimembumi = grounded theory) yang bersifat holistik (meliputi segala sesuatuyang berkaitan dengan pengalaman yang bersangkutan)
![Page 12: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/12.jpg)
•Kebenaran ilmiah•menurut paradigma ini tidak bersifat nomotetik melainkan bersifat ideografik,•yaitu mengungkap secara naratif dengan memberikan uraian rinci mengenai•hakekat suatu objek atau konsep. Kebenaran itu juga bersifat unik dan hanya•dapat ditransfer bila kondisi dan situasinya sama atau tidak berbeda. Kebenaran•ini sarat dengan nilai (value loaded).
![Page 13: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/13.jpg)
FILSAFAT HERMENEUTIK
Filsafat hermeneutik dikembangkan oleh filosof Jerman Wilhelm Dilthey (Bleicher, 2003: 17; Eichelberger, 1998: 7), dalam usaha mencari
kebenaran dengan menafsirkan makna atas gejala yang ada. Sejarawan akan menafsirkan legenda, artefak atau berbagai naskah kuno berdasarkan
perspektif terkini.Seorang ahli tafsir agama akan berusaha menelaah
ayat-ayat dari kitab suci dan memberikan makna berdasarkan kondisi yang berkembang sekarang.
![Page 14: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/14.jpg)
Sedangkan seorang ahli hukum akan menafsirkan pasal dan ayat dalam kitab hukum dan
jurisprudensi dengan mempertimbangkan azas keadilan dan/atau manfaat. Interprestasi atau penafsiran tersebut berlangsung dalam suatu
konteks tradisi.
Implikasinya adalah bahwa ilmuwan sosial atau interpretator harus telah memiliki pra-
pemahaman atas objek ketika ia mengkaji objektersebut, sehingga tidak mungkin untuk memulai dengan sebuah pemikiran netral (Bleicher, 2003:
ix).
![Page 15: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/15.jpg)
Pengkajian atas objek itu harus dilakukan dengan sungguh-sungguh, mendalam, teliti dan tepat
agar dapat diterima oleh orang lain yang melakukan pengkajian yang sama, dan kemudian
dapat digabungkan menjadi bangunan pengetahuan.
Pendekatan hermeneutik ini pada awalnya banyak digunakan oleh para agamawan, sejarawan dan ahli hukum. Mereka ini
menafsikan apa yang ada dalam naskah (kitab suci, artefak atau kitab undang-undang) sesuai masalah yang dihadapinya dengan membangun
argumentasi sendiri.
![Page 16: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/16.jpg)
Paradigma hermeneutik, meskipun dapat dikatakan satu kategori dengan paradigma
fenomenologik, mempunyai sejumlah ketentuan yang berbeda.
Kebenaran ilmiah dalam paradigma ini tidak analitik maupun holistik, melainkan sintetik yaitu
memadukan pendapat yang berlawanan (tesis dan antitesis). Kebenaran dinyatakan dalam bentuk interpretatik, yaitu penafsiran yang
didasarkan pada keyakinan tertentu.
![Page 17: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/17.jpg)
Pendekatan yang dilakukan tidak berupa deduktif atau induktif, melainkan sinkretik, yaitu
menggunakan berbagai pandangan dan praktek.
Seorang pengacara dalam membela kliennya, tidak hanya menafsirkan hukum dari aspek legal saja (secara deduktif membangun kesimpulan dari kasus), melainkan berusaha memasukkan
aspek moral, sosial dan politik, sehingga diharapkan dapat menjadi suatu keputusan
jurisprudensi tersendiri.
![Page 18: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/18.jpg)
Data dan informasi yang dikumpulkan tidak dari latar laboratorik maupun
empirik, melainkan dengan cara empatik yaitu data yang diperoleh dengan
membangun kepedulian dengan adanya getaran yang bermakna. Kebenaran
diperoleh melalui penafsiran yang tidak memihak, meskipun dilandasi oleh
prasangka dan adanya pengetahuan awal.
Setiap pengacara akan bertolakdari azas praduga tidak bersalah sebagai suatu
kebenaran. Dia berlindung dibalik azas ini tanpa “kelihatan” memihak kepada klien yang
dibelanya.
![Page 19: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/19.jpg)
Kebenaran yang diusahakan adalah kebenaran yang dapat diterima oleh
mereka yang berkepentingan. Kebenaran ini tidak bersifat bebas nilai.
![Page 20: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/20.jpg)
PENGELOMPOKKAN TEORI DAN PARADIGMA PENELITIAN ILMU KOMUNIKASI
TEORI / PENDEKATAN PARADIGMA
KLASIK KONSTRUKTIVIS KRITISTheories of Message Theories of Disclosure √ √ √Theories Sign and Language √ √ Interpersonal Communications Symbolic interactionism √ (Iowa School) √ (Chicago School) Social Judgement theory √ Cognitive Dissonance theory √
Theories of experience and interpretation √ Theories of Receptions and Processing √ Group/Public/Organisational Communication Information system approach in Organisation √ Social Exchange theories √ Theories of Communication Network √ Mass Communication and Society Structural-Functionalism theories of mass media √ √Agenda Setting theory √ Uses and Gratifications √
Political-economy theories of mass media√ (liberal poitical
economy√ (culturalsm/constructivism
(Golding &Murdoch)
√ instrumentalism & structuralism (Chomasky,
Schudson)Mass media and social construction of reality √ Media and cultural studies √ √Theories of message production √
Theories of Mass Media and Persuasion, effectiveness of ads and communication program √
![Page 21: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/21.jpg)
Apa itu teori??
•Dibuat oleh manusia•Ketika para akademisi menguji sesuatu yg ada di dunia, mereka membuat pilihan,
Teori merupakan
susunan
•bagaimana mengelompokkan yg mereka amati.•Bagaimana menyebut konsep yg mereka fokuskan
•Seberapa luas dan sempitkan fokus mereka.
![Page 22: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/22.jpg)
•Merepresentasikan beragam cara para pengamat melihat lingkungan sekitar mereka lebih dari kenyataan g dapat mereka tangkap.teori•Teori : cara utuk melihat fakta, menyusu dan menunjukkannya
Mnrt Abraham Kaplan
•Teori: sebuah cara untuk melihat dan memikirkan dunia
Stanley Deetz
![Page 23: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/23.jpg)
Teori merupakan tafsiran, sehingga
mempertanyakan kegunaan teori lebih bijaksana
dari pada mempertanyakan kebenarannya.
•Teori menyusun dan menyatukan pengetahuan yang sudah ada, sehingga kita tidak perlu memulai semua penelitian dari awal.
![Page 24: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/24.jpg)
Teori menawarkan satu cara untuk menangkap “kebenaran” dari sebuah fenomena, tetapi
bukanlah satu-satunya cara untuk memandang fenoomena tersebut.
Teori berisi seperangkat pelajaran utnuk membaca dunia dan bertindak di dalamnya. Sebuah teori mengatur bagaimana cara kita melakukan pendekatan terhadap dunia kita
(JAMES ANDERSON)
![Page 25: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/25.jpg)
DIMENSI-DIMENSI TEORI
DIMENSI-DIMENSI
TEORI
![Page 26: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/26.jpg)
Asumsi filosofis
ASUMSI FILOSOFIS
EPISTEMOLOGI(TENTANG
PENGETAHUAN)
ONTOLOGI (TENTANG
KEBERADAAN)AKSIOLOGI (TENTANG
NILAI)
![Page 27: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/27.jpg)
TEORI NOMOTETIK
TEORI NOMOTET
IK
•SESUATU YG MELIHAT HUKUM UNIVERSAL ATAU UMUM•PENDEKATAN INI BERPENGARUH DLM IPA PERCOBAAN DAN CONTOH BAGI BANYAK PENELITIAN SOSIAL
TUJUAN
•UNTUK MENGGAMBARKAN DENGAN TEPAT CARA KEHIDUPAN SOSIAL BERJALAN•TEORI NOMOTETIK TDK MEBUAT PENILAIAN ATAU SOLUSI MENGENAI MASALAH, PARA ILMUAN HANYA MENGGAMBARKAN TENTANG SESUATU.
![Page 28: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/28.jpg)
GAGASAN KLASIK SEBUAH ILMU PENGETAHUAN
TEORI
HIPOTESIS
OBSERVASI
PENYIMPULAN
Teori
Tindakan
Metode &pengukuran
Induksi
![Page 29: Positivistik vs Fenomenologis](https://reader033.fdokumen.com/reader033/viewer/2022061216/54b277164a7959b83e8b45de/html5/thumbnails/29.jpg)
TEORI PRAKTIS
•MENGUMPULKAN BANYAK PERPEDAAN ANTAR SITUASI DAN UNTUK MEMBERIKAN SEBUAH SUSUNAN PEMAHAMAN YANG MEMUNGKINKAN PENELITI MEMPERTIMBANGKAN RANGKAIAN ALTERNATIF• TINDAKAN UNTUK MENCAPAI TUJUAN.
DIRANCANG UNTU
K