PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf ·...

82
i PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON SKRIPSI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1) dalam Ilmu Syari’ah Disusun oleh: NUR KHANNAH NIM. 042 111 111 JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010

Transcript of PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf ·...

Page 1: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

i

PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI

PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat

Guna Memperoleh Gelar Sarjana Strata 1 (S.1)

dalam Ilmu Syari’ah

Disusun oleh:

NUR KHANNAH NIM. 042 111 111

JURUSAN AL-AHWAL AL-SYAKHSIYAH FAKULTAS SYARIAH

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

2010

Page 2: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

ii

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Lamp. : 4 (empat) eksemplar Hal : Naskah Skripsi

a.n. Sdri. Nur Khannah

Kepada Yth. Dekan Fakultas Syari'ah IAIN Walisongo Semarang di Semarang

Assalamu'alaikum Wr. Wb.

Setelah kami meneliti dan mengadakan perbaikan seperlunya, bersama

ini kami kirim naskah skripsi saudari:

Nama : Nur Khannah

NIM : 042 111 111

Judul : PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI

PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON

Selanjutnya kami mohon agar skripsi saudara tersebut dapat segera

dimunaqasyahkan. Atas perhatiannya kami ucapkan terima kasih.

Wassalamu'alaikum Wr. Wb.

Semarang, 5 Juni 2010 Pembimbing I Pembimbing II

Moh. Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012 199703 1002 NIP. 19670320 199303 2001

Page 3: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

iii

PENGESAHAN

N a m a : NUR KHANNAH

N I M : 042 111 111

Fakultas/Jurusan : Syari’ah / al-Ahwal al-Syakhsiyyah

Judul Skripsi : PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON

Telah Dimunaqosahkan oleh Dewan Penguji Fakultas Syari’ah Institut Agama Islam Negeri Walisongo Semarang, pada tanggal:

Semarang, 24 Juni 2010 Dan dapat diterima sebagai kelengkapan ujian akhir dalam rangka menyelesaikan studi Program Sarjana Strata I (S.1) tahun akademik 2010/2011 guna memperoleh gelar sarjana dalam Ilmu Syari’ah.

Semarang, 24 Juni 2010

Dewan Penguji Ketua Sidang Sekretaris Sidang Drs. Moh. Sholek, M.A. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19660318 199303 1 004 NIP. 19670320 199303 2 001 Penguji I Penguji II H. Ahmad Izzuddin, M.Ag Muhammad Shoim, S.Ag.,MH. NIP. 19720512 199901 1 003 NIP. 19711101 200604 1 003 Pembimbing I Pembimbing II Moh. Arifin, S.Ag.,M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012 199703 1002 NIP. 19670320 199303 2 001

KEMENTERIAN AGAMA INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG

FAKULTAS SYARI’AH Jl.Prof. Dr. Hamka KM 2 Ngaliyan Telp. (024)7601291 Semarang 50185

Page 4: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

iv

DEKLARASI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil kerja

saya sendiri dan di dalamnya tidak terdapat karya yang pernah

diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan

tinggi atau lembaga lainnya, pengetahuan yang diperoleh dari hasil

penerbitan maupun yang belum diterbitkan sumbernya dijelaskan

dalam tulisan dan daftar pustaka.

Semarang, 3 Juni 2010 Deklarator

Nur Khannah NIM: 042 111 111

Page 5: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

v

ABSTRAK

Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon menempati tanah wakaf yang diterima dari H Sama’un. Di atas tanah wakaf tersebut, KH. Bahruddin Yusuf telah mengembangkan sarana pendidikan agama Islam (sebagaimana peruntukan harta wakaf yang diamanatkan si wakif), selain pondok pesantren yang sudah ada, didirikan juga sekolah umum (yaitu MTs dan MA al-Ma’unah). KH. Bahruddin Yusuf, selaku ketua nadzir (nadzir perseorangan) atas tanah wakaf tersebut dan dibantu sejumlah anggota nadzir, secara bersama-sama mengelola dan mengembangkan (peruntukan) tanah wakaf tersebut. Namun selain nadzir, terdapat pula beberapa orang (yang masih memiliki hubungan keluarga dengan KH Bahruddin Yusuf) yang terlibat dalam pengelolaan pondok pesantren, bahkan memiliki peran yang strategis dalam pengambilan kebijakan.

Permasalahan yang diangkat berdasarkan kecurigaan sebagian masyarakat sekitar pondok yang mengkhawatirkan adanya penyelewengan pengelolaan harta wakaf dengan adanya pelimpahan wewenang harta wakaf kepada pengelola lembaga pendidikan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Dalam pengumpulan data (data primer dan data sekunder) yang diperlukan, peneliti menggunakan metode wawancara dan dokumentasi, yang kemudian peneliti menganalisa data yang sudah didapat secara analisis deskriptif.

Harta wakaf yang telah diterima nadzir dari wakif, dikembangkan sesuai dengan peruntukan wakaf. Pelimpahan wewenang dari KH Bahruddin Yusuf (Ketua Nadzir) kepada H Karyono, Lc. (dan lain-lain), atas pengelolaan wakaf merupakan pendelegasian pengelolaan wakaf. Pendelegasian ini memiliki tujuan agar di dalam pengelolaan lembaga pendidikan yang berdiri di atas tanah wakaf tersebut, pihak nadzir tidak mengalami kesulitan yang menghambat pengembangannya. Proses pendelegasian ini merupakan strategi nadzir untuk memudahkan tugas-tugas dan kewajiban nadzir dalam rangka mengemban amanat sesuai peruntukan wakaf. Serah terima kewenangan ini juga bukan berarti hak-hak nadzir dibatasi, karena pengelola yang ditunjuk nadzir merupakan wakil yang menjalankan tugas-tugas teknis di lapangan. Ditinjau dari sisi hukum, pada dasarnya pelimpahan wewenang wakaf hukumnya boleh berdasarkan al-Qur’an, Hadits dan konsensus ulama (ijma’). Berkaitan dengan wakaf, “nadzir tidak boleh mewakilkan urusan pengelolaan wakaf, jika wakif mensyaratkan untuk melaksanakan pengelolaan wakaf secara langsung oleh dirinya dan dia dilarang untuk mewakilkan sebagian atau keseluruhan pengelolaan wakaf kepada orang lain”. Dalam hal ini si wakif, H Sama’un tidak menyatakan syarat apapun pada saat serah terima tanah wakaf yang tertuang di dalam Akta Ikrar Wakaf. Oleh karena itu, pendelegasian kewenangan yang terjadi di Pondok Pesantren al-Ma’unah tidak terhalang dari sisi hukum, yang berarti diperbolehkan.

Page 6: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

vi

MOTTO

بسم اهللا الرمحن الرحيم

لن تـنالوا الرب حىت تـنفقوا مما حتبـون وما تـنفقوا من شيء فإن اهللا به عليم

﴾92: عمران ال﴿

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna)

sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka

sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS Ali Imran, 3: 92)*

* Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan

Terjemahnya, Surabaya: Mahkota, 1989, hlm. 91

Page 7: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

vii

PERSEMBAHAN

Kupersembahan skripsi ini untuk orang-orang yang telah memberi arti dalam hidupku:

� Bapak (H.Bakhruddin Yusuf) & Ibu (Hj. Umamah) terhormat,

terimakasih atas semua cinta, kasih, perhatian, dan segala yang

telah kau berikan kepadaku selama ini. Ku tak bisa membalas

segala yang telah kalian berikan, maafkan anakmu yang belum bisa

membahagiakan kalian.

� Untuk kakak dan adik-adik ku tersayang, terimakasih atas segala

dukungan dan supportnya selama ini untuk tidak menyerah dalam

mencapai kesuksesan, terkhusus untuk Angmina yang telah rela

meluangkan waktunya untuk mengurus buah hatiku selama aku di

Semarang.

� Ayah dari anakku tercinta dan bintang kecilku yang selalu ada di

hati yang terus menerus memberikan semangat dan do’a agar selalu

sabar, tabah dalam menghadapi segala cobaan dalam kehidupan.

(Ingatlah bunda selalu ada untuk kalian).

� Buat anak-anak kos gedung putih yang cantik-cantik, makasih ya

dah ngizinin aku tinggal di situ.

Dan teman-teman yang lain yang belum aku sebut yang telah

membantu dalam pembuatan skripsi.

Page 8: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

viii

KATA PENGANTAR

بسم اهللا الرمحن الرحيم

Dengan mengucap syukur al-Hamdulillah penulis panjatkan ke Hadirat

Allah swt, Penguasa seluruh alam semesta beserta isinya; Pemilik segala

kemanfaatan baik dunia dan setelah ini; dan dengan Rahmat, Hidayah dan Inayah-

Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam

semoga tercurahkan kepada Nabi Agung Muhammad saw, yang telah memberi

inspirasi keteladanan serta membawa keberkahan ilmu bagi umatnya di dunia dan

akhirat.

Skripsi ini tidak mungkin dapat selesai hanya dengan kerja keras penulis,

karena tidak ada sesuatu karyapun bagi penulis yang tanpa melibatkan pihak lain.

Bantuan dari berbagai pihak baik material maupun spiritual, yang memungkinkan

skripsi ini tercipta. Oleh karena itu penulis sangat berhutang budi atas bantuan

bimbingan, saran dan kritik serta kebaikan yang tidak ternilai harganya yang

diberikan kepada panulis.

Ucapan terima kasih sesungguhnya belum sepadan untuk mewakili,

namun adalah sulit untuk mencari kata-kata yang lebih tepat. Untuk itu dari lubuk

hati terdalam izinkan penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rektor IAIN Walisongo Semarang, Bapak Prof. Dr. Abdul Jamil, MA.

2. Bapak Drs. H. Muhyiddin, M.Ag., selaku Dekan Fakultas Syariah IAIN

Walisongo Semarang, yang telah memberikan izin dan bantuan dalam

penyusunan skripsi ini.

3. Kepala Jurusan dan Sekretaris Jurusan Al-Ahwal Al-Syakhsiyah, dosen-

dosen dan karyawan Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang, atas

segala didikan, bantuan dan kerja samanya.

4. Dosen Wali yang selalu meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan

dan arahan, dan membagi ilmunya kepada penulis.

Page 9: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

ix

5. Bapak Moh. Arifin, S.Ag.,M.Hum., dan Ibu Nur Hidayati Setyani,

SH.,MH., selaku Pembimbing yang telah meluangkan waktu, tenaga serta

pikiran untuk membimbing penulisan skripsi.

6. Segenap dosen dan civitas akademika Fakultas Syariah IAIN Walisongo

Semarang.

Semoga kebaikan dan keikhlasan yang telah diberikan akan mendapatkan

balasan yang setimpal dari Allah SWT. Penulis sadar sepenuhnya bahwa skripsi

ini masih jauh dari sempurna.

Oleh karenanya, saran dan kritik konstruktif sangat penulis harapkan untuk

perbaikan dan kesempurnaan di masa mendatang. Akhirnya hanya kepada Allah,

penulis berserah diri dan semoga apa yang tertulis dalam skripsi ini bisa

bermanfaat khususnya bagi penulis sendiri dan para pembaca umumnya. Amin ya

rabbal alamin.

Penulis

Nur Khannah

Page 10: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i

HALAMAN NOTA PEMBIMBING .............................................................. ii

HALAMAN PENGESAHAN .......................................................................... iii

HALAMAN DEKLARASI .............................................................................. iv

HALAMAN ABSTRAK .................................................................................. v

HALAMAN MOTTO ...................................................................................... vi

HALAMAN PERSEMBAHAN ...................................................................... vii

HALAMAN KATA PENGANTAR ................................................................ viii

HALAMAN DAFTAR ISI ............................................................................... x

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1

A. Latar Belakang Masalah ............................................................... 1

B. Rumusan Masalah ........................................................................ 8

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian ..................................................... 8

D. Telaah Pustaka .............................................................................. 9

E. Metode Penelitian ......................................................................... 11

F. Sistematika Penulisan Skripsi ....................................................... 15

BAB II WAKAF, NADZIR DAN PENDELEGASIAN WEWENANG ... . 17

A. Wakaf ........................................................................................... 17

1. Pengertian Wakaf ................................................................... 17

2. Dasar Hukum Wakaf .............................................................. 19

3. Rukun dan Syarat Wakaf ........................................................ 23

4. Macam-macam Wakaf ........................................................... 27

B. Nadzir ........................................................................................... 30

1. Pengertian Nadzir ................................................................... 30

2. Syarat-syarat Nadzir ............................................................... 30

C. Pendelegasian Wewenang Wakaf ................................................. 34

BAB III PENDELEGASIAN KEWENANGAN WAKAF DI LEMBAGA

PENDIDIKAN AL-MA’UNAH CIREBON ..................... .............. 41

Page 11: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xi

A. Profil Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon .............................. 41

1. Sejarah Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon ..................... 41

2. Kondisi Sosial ......................................................................... 43

3. Keadaan Sarana Prasarana ...................................................... 46

4. Struktur Organisasi ................................................................. 47

B. Pendelegasian Kewenangan Wakaf di Pondok Pesantren al-

Ma’unah ........................................................................................ 49

1. Proses Perwakafan .................................................................. 49

2. Proses Pendelegasian Wewenang ........................................... 50

BAB IV ANALISIS PENDELEGASIAN WEWENANG WAKAF DI

LEMBAGA PENDIDIKAN AL-MA’UNAH CIREBON ............. 52

A. Analisis tentang Prosedur Pendelegasian Kewenangan Wakaf di

Lembaga Pendidikan al-Ma’unah Cirebon ................................... 52

B. Analisis Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendelegasian

Kewenangan Wakaf di Lembaga Pendidikan Al-Ma’unah

Cirebon ......................................................................................... 57

BAB V PENUTUP ......................................................................................... 62

A. Kesimpulan ................................................................................... 62

B. Saran-saran ................................................................................... 63

C. Penutup ......................................................................................... 63

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 12: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xii

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Wakaf berasal dari kata waqf yang bermakna habs (menahan). Istilah

waqf sendiri diturunkan dari kata waqafa – yaqifu – waqfan, yang

mengandung arti sama dengan habasa – yahbisu – habsan, yaitu menahan.

Sehingga waqaf dipahami dengan menahan barang dan mengambil

manfaatnya guna diberikan di jalan kebaikan.1 Kemudian menurut syariat

Islam, wakaf bermakna menahan pokok dan mendermakan buah, atau dengan

kata lain menahan harta dan mengalirkan manfaatnya di jalan Allah.2

Pendapat Imam Muhammad Idris al-Syafi’, Imam Malik dan murid

Abu Hanifah, Abu Yusuf dan Imam Muhammad, wakaf mengisyaratkan

penghilangan kepemilikan keuntungan yang diabadikan dan pemberian pada

kepemilikan Allah. Karena keuntungan harus digunakan demi kesejahteraan

manusia dari awal sampai akhir.3

Allah telah mensyariatkan wakaf, menganjurkannya dan

menjadikannya sebagai salah satu ibadah untuk mendekatkan diri kepada-Nya.

Orang-orang jahiliyah tidak pernah mengenal wakaf. Kemudian Nabi

Muhammad memperkenalkan, menyerukan dan menganjurkan wakaf sebagai

1 Fadlullah dan BTH. Brondgeest, Kamus, Jilid IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1927, hlm. 1011.

2 Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah, cet. 1, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara, hlm. 461.

3 Al-Syafi’i, Al-Umm, Jilid 3, Beirut: Dar al-Kutub, 1993, hlm. 281.

Page 13: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xiii

sebuah kebaikan yang diberikan kepada orang-orang fakir dan orang-orang

yang membutuhkannya.4

Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Rasul SAW bersabda,5

ن اب ات ام : إذ ال ق م ل س و ه ي ل ع ى اهللا ل ص اهللا ول س ر ن ، ا ه ن ع اهللا ي ض ر ة ر يـ ر ه أيب ن ع ه ل و ع د ي ح ال ص د ل و أو ه ب ع ف تـ ن يـ م ل ع أو ة ي ار ج ة ق د ، ص ة ث ال ث ن م إال ه ل م ع ع ط ق نـ ا م آد

(رواه مسلم)Artinya: Dari Abu Hurairah r.a. sesungguhnya Rasulullah SAW telah

bersabda, “Apabila anak Adam meninggal dunia, putuslah segala amal kecuali tiga macam, yaitu: shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat dan anak shaleh yang mendoakan orang tuanya.” (HR Muslim)

Dari hadits tersebut jelaslah bahwa wakaf bukan hanya seperti sedekah

biasa, tetapi lebih besar ganjaran dan manfaatnya terhadap diri yang berwakaf.

Karena ganjaran wakaf itu terus mengalir selama barang wakaf itu masih

berguna. Wakaf bagi masyarakat, dapat menjadi washilah (jalan) untuk

kemajuan ummat yang seluas-luasnya. Bahkan ummat Islam terdahulu dapat

berkembang dan maju dikarenakan dari hasil wakaf sebagian kaum muslimin.

Berkembangnya agama Islam seperti yang kita lihat sekarang ini di antaranya

adalah karena hasil wakaf dari kaum muslimin. Bangunan-bangunan masjid,

mushalla, madrasah, pondok pesantren, panti asuhan dan sebagainya hampir

semuanya berdiri di atas tanah wakaf.

4 Sayyid Sabiq, op.cit., hlm. 58.

5 Imam Abi Husein Muslim Ibnu Hajjaj al-Qusyairiy, Shahih Muslim, terj. Adib Bisri

Musthofa, Jilid 3, Semarang: asy-Syifa, 1992, hlm. 27.

Page 14: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xiv

Sejak Islam datang ke Indonesia, wakaf telah memberikan kontribusi

besar sebagai elemen penunjang dakwah, dan pembangunan masyarakat,

selain zakat. Wakaf merupakan pranata keagamaan yang memiliki kaitan

secara fungsional dengan upaya pemecahan masalah kemiskinan dan

kepincangan sosial.6

Karena itulah, Islam sangat menganjurkan bagi orang-orang yang kaya

agar mau menyerahkan sebagian harta atau tanahnya guna kepentingan Islam.

Ha ini dilakukan atas persetujuan bersama serta atas pertimbangan

kemaslahatan umat dan dana yang lebih bermanfaat bagi perkembangan umat.

Dengan demikian, manfaat wakaf tidak hanya dapat dirasakan oleh umat Islam

saat ini saja, akan tetapi dapat juga dirasakan manfaatnya bagi generasi umat

Islam pada masa-masa berikutnya.

Harta wakaf adalah amanat Allah yang terletak di tangan nadzir. Oleh

karena itu nadzir adalah orang yang mempunyai wewenang melakukan segala

tindakan yang mendatangkan kebaikan, dengan senantiasa memperhatikan

syarat-syarat yang ditentukan oleh wakif.7 Begitu pentingnya kedudukan

nadzir dalam perwakafan, maka pada diri nadzir perlu terdapat beberapa

persyaratan yang harus dipenuhi. Begitu pula usahanya dalam pengembangan

harta wakaf harus sesuai denga hukum Islam.

6 Departemen Agama RI., Perkembangan Pnegelolaan Wakaf di Indonesia, Yakarta:

Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimas Islam, 2006: hlm. 83.

7 Ahmad Ashar Basyir, Hukum Islam tentang Wakaf, Ijarah, Syirkah, Bandung: al-Ma’arif,

t.th., hlm. 20.

Page 15: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xv

Pengawasan benda wakaf, pada dasarnya adalah hak dari wakif. Tetapi

boleh juga wakif menyerahkan pengawasan wakafnya kepada orang lain, baik

perseorangan ataupun badan hukum atau organisasi untuk menjamin agar

wakaf dapat terselenggara dengan peraturan yang mengatur seluk-beluk

perwakafan termasuk pengawasannya. Di Indonesia, tugas dan wewenang

pengawasan terhadap benda wakaf, telah diatur dalam bentuk Kompilasi

Hukum Islam.

Dalam hal ini bahwa orang atau badan hukum yang diberi wewenang

untuk mengawasi tugas dan tanggung jawab pengelola benda wakaf (nadzir)

adalah KUA, Pasal 277 KHI mengatur bahwa: “Pengawasan pelaksanaan

tugas dan tanggung jawab nadzir dilakukan secara bersama-sama oleh Kepala

Kantor Urusan Agama, Majelis Ulama Indonesia dan Pengadilan Agama yang

mewilayahinya.”

Nadzir bukanlah pemilik dan tidak dapat disamakan dengan pemilik,

akan tetapi hanya berstatus sebagai pengelola sebagaimana layaknya pegawai-

pegawai dalam suatu perusahaan. Dalam Peraturan Pemerintah No. 28 Tahun

1977 (Pasal 1 ayat [4]) dan dalam Kompilasi Hukum Islam (Pasal 215 ayat

[5]) kita jumpai adanya suatu rumusan yang sama tentang siapa sebenarnya

Nadzir itu. “Nadzir adalah kelompok orang atau badan hukum yang diserahi

tugas tugas pemeliharaan dan pengurus benda wakaf.”8

Pada ayat (1) Kompilasi Hukum Islam (KHI) menyebutkan bahwa

nadzir berkewajiban untuk mengurus dan bertanggung jawab atas kekayaan

8 Suparman, Hukum Perwakafan di Indonesia, Darul Ulum Pers, 1999, hlm. 102.

Page 16: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xvi

wakif serta hasilnya dan pelaksanaan perwakafan sesuai dengan tujuan

menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh Menteri Agama.

Pemerintahpun telah memberikan jaminan perlindungan terhadap

keberadaan harta wakaf yang tertuang dalam UU Pokok Agraria (UUPA),

pasal 49 ayat (1), yaitu “Hak milik badan-badan keagamaan sosial sepanjang

diakui dan dilindungi badan-badan tersebut dijamin pula akan memperoleh

tanah yang cukup untuk bangunan usahanya dalam bidang keagamaan dan

sosial.”9

Adapun persyaratan nadzir diatur dalam pasal 219 Kompilasi Hukum

Islam dan pasal 6 PP No.28 tahun 1977, yaitu:10

1. Warga Negara Republik Indonesia,

2. Beragama Islam,

3. Dewasa,

4. Sehat jasmani dan rohani,

5. Tidak berada di bawah pengampunan,

6. Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak tanah / benda yang

diwakafkan.

Mengingat besarnya potensi dalam rangka mensejahterakan umat,

maka wakaf memerlukan pengelola yang akan bertindak untuk dan atas nama

9 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cet. II, Jakarta: Akademik Persindo,

1995, hlm. 168.

10 Ibid., hlm. 350.

Page 17: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xvii

wakaf dan mengurus segala macam harta benda yang termasuk dalam lingkup

wakaf tersebut.

Praktek wakaf yang terjadi dalan kehiduapn masyarakat belum

sepenuhnya berjalan tertib dan efisien. Banyak terjadi kasus harta wakaf tidak

terpelihara sebagaimana mestinya, terlantar atau beralih ke tangan pihak

ketiga dengan cara melawan hukum keadaan demikian itu tidak hanya karena

kelalaian atauketidakmampuan nadzir dalam emngelola dan mengembangkan

harta benda wakaf, tetapi juga karena sikap masyareakat yang kurang peduli

atau belum memahami status harta benda wakaf yang seharusnya dilindungi

demi kesejahteraan umum sesuai dengan tujuan, dungsi dan peruntukan

wakaf.

Untuk kepentingan umat, terutama terselenggaranya pendidikan Islam,

Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon merupakan salah satu dari sekian

lembaga yang membuka diri untuk menerima harta wakaf dari masyarakat.

Dengan adanya harta wakaf yang mengalir ke Pondok Pesantren al-Ma’unah,

diharapkan bisa memberikan kontribusi terhadap pendidikan masyarakat luas.

Harta wakaf yang untuk kepentingan sebagaimana tujuan berdirinya Pondok

Pesantren al-Ma’unah, sudah seharusnya dikelola secara terbuka, transparan

dan profesional dengan mengikuti kaidah-kaidah pelaksanaan sesuai dengan

peraturan yang berlaku,11 sehingga tidak menimbulkan kecurigaan bagi

sebagian masyarakat atas pengelolaan harta wakaf tersebut.

11

Ketentuan-ketentuan perwakafan (syarat dan tugas nadzir) diatur dalam UU No.

41/2004 tentang Wakaf.

Page 18: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xviii

Untuk mencapai semua itu, maka dibentuklah sebuah kepengurusan

dalam mengelola wakaf. Oleh karena itu, pengurus yang mengelola wakaf

(nadzir) tersebut harus melaksanakan tugasnya secara profesional agar

pengembangan wakaf dapat terwujud sesuai dengan prinsip syariah.

Kenyataannya, masih ada sebagian masyarakat di sekitar berdirinya

Pondok Pesantren al-Ma’unah yang menaruh rasa curiga atas pengelolaan

harta wakaf yang diterimanya. Ada pihak lain yang tidak termasuk anggota

nadzir, justru memiliki peran yang besar dalam pengelolaan harta wakaf

tersebut. Masalah lain adalah tidak pernah adanya transparansi pihak

pengelola (nadzir) bagi masyarakat umum serta tidak pernah adanya laporan

kepada BWI12 maupun publik.

Keterlibatan ”orang lain” (di luar anggota nadzir) dalam pengelolaan

harta wakaf tersebut, diduga menjadi sumber masalah yang membuka peluang

terjadinya penyelewengan harta wakaf. Terlebih lagi, para pengelola harta

wakaf dalam pesantren (baik nadzir maupun bukan nadzir) tersebut memiliki

hubungan kekeluargaan satu sama lain, tertutup dari akses masyarakat sekitar.

Tercatat ada nama-nama bukan nadzir tetapi memiliki peran penting

dalam pengelolaan harta wakaf, yaitu H Karyono, LC, Nur Hakim, Anisah,

Budi Hartanto, Solikhin, Muslicha Ahmad, Khamim Ismail, Makhrus, Ida

12

Salah satu tugas nadzir adalah melaporkan pelaksanaan tugas kepada BWI. Lihat UU

No. 41/2004 tentang Wakaf, pasal 11. menurut KHI, nadzir diwajibkan membuat laporan secara

berkala kepada KUA kecamatan setempat. Lihat Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di

Indonesia, pasal 200, ayat (2).

Page 19: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xix

Farida dan Mukti Ali Fauzi. Masing-masing memiliki posisi dalam

kepengurusan Yayasan, MTs maupun MA al-Ma’unah.13

Kegiatan pengelolaan harta wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah

Cirebon yang masih persoalan ini menarik untuk dikaji lebih lanjut bagi

peneliti. Kajian akan difokuskan pada masalah ”Pendelegasian Pengelolaan

Wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon”, sebagai judul skripsi.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas, maka beberapa permasalahan yang akan

peneliti temukan jawabannya lebih lanjut adalah:

1. Bagaimana pendelegasian pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren al-

Ma’unah Cirebon?

2. Bagaimana tinjauan hukum Islam terhadap pendelegasian pengelolaan

wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon?

C. Tujuan Penelitian

Telah menjadi suatu pedoman bahwa setiap perbuatan yang dilakukan

pasti mempunyai tujuan. Demikian pula halnya dengan penyusunan skripsi ini,

tujuannya adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui proses pendelegasian pengelolaan wakaf di Pondok

Pesantren al-Ma’unah Cirebon.

13

Lihat Struktur Organisasi Yayasan, MTs, dan MA al-Ma’unah Cirebon. (Terlampir)

Page 20: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xx

2. Untuk mengetahui tinjauan hukum Islam terhadap pendelegasian

pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon.

D. Telaah Pustaka

Penelitian ini adalah berdasarkan studi kasus berkaitan dengan

pendelegasian pengelolaan wakaf yang terjadi di Pondok Pesantren al-

Ma’unah Cirebon. Oleh karena dalam penelitian ini tidak lepas dari

keberadaan literatur, maka peneliti akan menyebutkan beberapa literatur yang

menjadi previous finding (penelitian, penelmuan sebelumnya).

1. Skripsi yang ditulis Afik Achsanti di Fakultas Syariah IAIN Walisongo

Semarang yang berjudul “Analisis Terhadap Pengelolaan Tanah Wakaf

oleh Yayasan Pomesmawi di Kebarongan Kemrajen Banyumas”. Dalam

tulisan ini dijelaskan bahwa mengenai pelaksanaan dan pengelolaan wakaf

di Yayasan Pomeswami belum sesuai dengan kemestian yang ada, dalam

artian belum sesuai dengan hukum Islam dan UU di Indonesia.14

2. Skripsi yang ditulis oleh Mamik Sunarti di Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul “Analisis Hukum Islam Terhadap

Pemberdayaan Ekonomi Harta Wakaf (Study Lapangan Harta Wakaf

Masjid Agung Semarang)”. Dalam tulisan ini dijelaskan bahwa diduga

adanya indikasi rekayasa dan pihak penukaran dan dengan melibatkan

beberapa pejabat dan orang-orang yang bersangkutan dalam proses tukar-

14

Afik Achsanti, “Analisis Terhadap Pengelolaan Tanah Wakaf oleh Yayasan Pomesmawi

di Kebarongan Kemrajen Banyumas”, Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syariah IAIN

Walisongo, 1995.

Page 21: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxi

menukar tanah wakaf Masjid Besar Semarang dengan tanah lain yang

berada di Kabupaten Demak.15

3. Skripsi yang ditulis Durrotin Nihayah di Fakultas Syari’ah IAIN

Walisongo Semarang yang berjudul “Analisis Hukum Islam terhadap

Pendayagunaan Harta Wakaf (Studi di BKM Kabupaten Demak)”. Dalam

tulisan ini dijelaskan bahwa dari dana umat yang dikelola oleh BKM

Demak tadi, harusnya dirasakan manfaatnya oleh masyarakat lain.16

4. Skripsi yang ditulis oleh Siddiq Nurjaman di Fakultas Syari’ah UIN

Yogyakarta yang berjudul “Persengketaan Perwakafan Tanah Milik dan

Penyelesaiannya”. Dalam tulisan ini dijelaskan bahwa apabila penyebab

terjadinya perselisihan wakaf adalah belum adanya sertifikat tanah, maka

keberadaannya mutlak diperlukan dan usaha sertifikasi harus

dilaksanakan, dan faktor yang menjadi penghambatnya harus

dituntaskan.17

15

Mamik Sunarti, “Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Harta Wakaf

(Study Lapangan Harta Wakaf Masjid Agung Semarang)”, Skripsi, Semarang: Perpustakaan

Fakultas Syariah IAIN Walisongo, 2006.

16 Durrotin Nihayah, “Analisis Hukum Islam terhadap Pendayagunaan Harta Wakaf (Studi

di BKM Kabupaten Demak)”, Skripsi, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syariah IAIN Walisongo,

2006.

17 Siddiq Nurjaman, “Persengketaan Perwakafan Tanah Milik dan Penyelesaiannya”,

Skripsi, Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Syariah UIN, 2003.

Page 22: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxii

5. Skripsi yang ditulis oleh Khairul Fahmi di Fakultas Syari’ah UIN

Yogyakarta yang berjudul “Sengketa Tanah Wakaf Milik (Studi Kasus di

Kec. Selong Kab. Lombok Timur)”.18

6. Buku Wakaf Produktif, karya Prof. Dr. H. Abdul Gani Abdullah, SH.,

membahas tentang komponen yang berkaitan dengan wakaf: wakif, ikrar,

nadzir, benda yang diwakafkan.19

7. Buku Fiqih Wakaf, membahas tentang hal-hal pokok yang perlu

disosialisasikan di lingkungan masyarakat, organisasi-organisasi Islam dan

para nadzir yang mengelola tanah wakaf.20

Berdasarkan telaah pustaka di atas, yang semuanya membahas tentang

wakaf, tidak ada satupun yang bersinggungan dengan masalah pendelegasian

pengelolaan wakaf dalam sebuah lembaga pendidikan. Oleh karena itu

penelitian di sini berbeda dengan penelitian-penelitian sebelumnya, terlebih

lagi obyek penelitiannya dalam hal ini adalah Pondok Pesantren al-Ma’unah

Cirebon.

E. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah penelitian lapangan (field research),

yaitu penelitian yang didasarkan pada obyek lapangan di daerah atau

18

Khairul Fahmi, “Sengketa Tanah Wakaf Milik (Studi Kasus di Kec. Selong Kab. Lombok

Timur)”, Skripsi, Yogyakarta: Perpustakaan Fakultas Syariah UIN, 2003.

19 Abdul Gani Abdullah, Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008,

hlm 153.

20 Departemen Agama RI, Fiqih Wakaf, Jakarta: Departemen Agama.

Page 23: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxiii

lokasi tertentu guna mendapatkan data yang nyata dan benar.21 Obyek

lapangan penelitian yang dimaksud di sini adalah Pondok Pesantren al-

Ma’unah Cirebon.

2. Sumber Data

Yang dimaksud sumber data adalah sumber dimana data dapat

diperoleh.22 Ada dua sumber data yang dipergunakan, yaitu:

a. Data Primer, yaitu data dari sumber-sumber primer, yaitu sumber asli

yang memuat informasi / data tersebut. Adapun sumber primer dalam

penelitian ini adalah informasi yang diperoleh dari Pondok Pesantren

al-Ma’unah Cirebon, antara lain pimpinan/pengelola, wakif, nadzir,

dan pihak-pihak yang ditunjuk oleh nadzir.

b. Data Sekunder, adalah data yang diperoleh dari data kepustakaan,

buku, dokumen dan lain sebagainya. Data sekunder diperoleh dari

sumber pendukung untuk memperjelas sumber data primer berupa data

kepustakaan yang berkorelasi erat dengan pembahasan obyek

penelitian.23

3. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini, adalah:

21

Hadari Nawawi, Metode Penelitian Sosial, cet vi, Yogyakarta: Gajah Mada University

Press, 1993, hlm. 31

22 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendelatan Praktek, cet XII, Jakarta: PT

Rineka Cipta, 1998, hlm. 120.

23 Saifuddin Azwar, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001, hlm. 91.

Page 24: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxiv

a. Wawancara / Interview

Yaitu suatu percakapan, tanya jawab antara dua orang atau

lebih yang duduk berhadapan secara fisik dan diarahkan pada suatu

masalah tertentu. Interview merupakan metode pengumpulan data

yang menghendaki komunikasi langsung antara penyelidik dengan

subyek, atau responden.24 Dalam melaksanakan interview,

pewawancara (peneliti) membawa pedoman secara garis besar tentang

hal-hal yang akan ditanyakan.

Tanya jawab ini dilakukan oleh peneliti dengan pimpinan /

pengelola, wakif, nadzir, pihak-pihak yang ditunjuk oleh nadzir yang

bersangkutan untuk memperoleh data tentang pendelegasian

pengelolaan wakaf yang terjadi di Pondok Pesantren al-Ma’unah

Cirebon.

b. Dokumentasi

Metode dokumentasi yaitu sekumpulan data yang berbentuk

tulisan seperti dokumen, buku-buku, majalah, peraturan-peraturan,

catatan harian dan sebagainya.25 Metode ini digunakan untuk

mengumpulkan data yang berkaitan dengan pendelegasian pengelolaan

harta wakaf yang terjadi di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon,

24

Yatim Riyanto, Metode Penelitian Pendidikan: Suatu TInjauan Dasar, Surabaya: SIC,

1996, hlm. 67.

25 Suharsimi Arikunto, op.cit., hlm. 144.

Page 25: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxv

antara lain berupa AD/ART, peraturan perwakafan dan Sertipikat

Wakaf.

4. Metode Analisis

Teknik analisis data yang dipergunakan adalah analisis data

kualitatif. Teknik pengelolaan data ini bertolak dari berbagai fakta yang

teridentifikasi yang muncul atau merupakan penelitian deskriptif

sebagaimana penelitian yang terjadi saat ini.26 Atau dengan kata lain,

bahwa data yang tidak bisa diukur atau dinilai dengan angka secara

langsung.27

Dalam menganalisa data, dipergunakan metode analisis data

normatif. Data normatif merupakan kegiatan untuk mengadakan

sistematisasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis. Sistematisasi berarti

membuat klasifikasi terhadap bahan-bahan hukum tertulis tersebut untuk

memudahkan pekerjaan analisis dan kontruksi.28

Sebagai pendekatannya, digunakan metode deskriptif, yaitu cara

penulisan dengan menggunakan pengamatan terhadap gejala, peristiwa

dan kondisi aktual di masa sekarang.29

26 Ibnu Hajar, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT

Raja Grafindo Persada, 1996, hlm. 274.

27 Tatang M. Amirin, Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali, cet ke-2, 1990,

hlm. 134.

28 Bambang Sunggono, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada,

2003, cet ke-5, hlm. 195-196.

29 Wasty Soemanto, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999, hlm.

15.

Page 26: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxvi

F. Sistematika Penulisan Skripsi

Untuk memperoleh pembahasan yang sistematis dan konsisten yang

dapat menunjukkan gambar utuh dalam skripsi ini, maka penulis

menyusunnya dengan sistematika sebagai berikut:

BAB I : Latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian, telaah

pustaka, metode penelitian dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Bab ini merupakan landasan teori yang terdiri atas tiga sub bab

yaitu tentang wakaf, nadzir dan pendelegasian pengelolaan

wakaf. Pada sub bab pertama, yaitu tentang wakaf, memuat

pengertian wakaf, dasar hokum, unsurr dan syarat wakaf, dan

macam-macam wakaf. Pada sub bab kedua adalah pengertian,

syarat dan tugas nadzir. Pada sub bab ketiga, adalah

pendelegasian pengelolaan wakaf (yang terdapat dalam Undang-

undang Wakaf).

BAB III : Bab ini berisi tentang pendelegasian pengelolaan wakaf di

Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon. Yang termasuk di

dalamnya adalah gambaran umum tentang pesantren, dan

praktek pendelegasian pengelolaan wakaf di pondok pesantren.

BAB IV : Analisis hukum Islam, merupakan pokok inti yang di dalamnya

menyangkut tentang analisa hukum Islam terhadap

Page 27: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxvii

pendelegasian pengelolaan wakaf di Pondok Pesantren al-

Ma’unah Cirebon.

BAB V : Penutup. Bab ini berisikan tentang kesimpulan, diikuti dengan

saran-saran, dan diakhiri dengan kata penutup.

Page 28: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxviii

BAB II

PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF

A. Wakaf

1. Pengertian Wakaf

Kata wakaf atau waqf (ا����) berasal dari bahasa Arab yang

berasal dari akar kata wa-qa-fa (و��) berarti menahan, berhenti, diam di

tempat atau berdiri. Kata waqafa-yaqifu-waqfan semakna dengan kata

habasa-yahbisu-tahbisan (ف� maknanya terhalang (ا���� � ا�

menggunakan. Kata waqf dalam bahasa Arab mengandung makna: ( ا����

���� artinya: menahan, menahan harta untuk ,(����� ا����� ا�

diwakafkan, tidak dipindahmilikkan.30

Dalam bahasa Arab, istilah wakaf kadang-kadang bermakna objek

atau benda yang diwakafkan (al-mauquf bih) atau dipakai dalam

pengertian wakaf sebagai institusi seperti yang dipakai dalam perundang-

undangan Mesir. Di Indonesia, term wakaf bermakna objek yang

diwakafkan atau institusi.31

30 Fadlullah dan BTH. Brondgeest, Kamus, Jilid IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1927, hlm.

1011. 31 Juhaya S. Praja. Perwakawan di Indonesia, Pemikir, Hukum dan Perkembangan.

Bandung: Yayasan Piara, 1995, hlm. 6

Page 29: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxix

Menurut Taqiyyuddin Abu Bakar, wakaf adalah menahan harta

yang bisa dimanfaatkan (untuk umum) tanpa mengurangi harta itu untuk

mendekatkan diri kepada Allah.32

Dari definisi di atas, wakaf dapat mencakup pengertian sebagai

berikut:33

a. Harta benda milik seorang atau kelompok;

b. Harta benda tersebut bersifat kekal dzatnya, tidak habis apabila

dipakai;

c. Harta tersebut dilepas kepemilikannya tidak bisa dikembalikan,

diwariskan atau diperjualbelikan;

d. Manfaat dari harta benda tersebut adalah untuk kepentingan umum

sesuai dengan anjuran agama Islam.

Dalam Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

ditetapkan bahwa wakaf adalah perbuatan hukum wakif untuk

memisahkan atau menyerahkan sebagian harta miliknya untuk

dimanfaatkan selamanya atau jangka waktu tertentu sesuai dengan

ketentuannya guna keperluan ibadah atau kesejahteraan umum menurut

syari’ah.34

Dalam Kompilasi Hukum Islam (KHI) dijelaskan bahwa wakaf

adalah perbuatan hukum seseorang, atau kelompok orang, atau badan

32 Taqiyuddin Abu Bakar, Kifayatul Ahyar, Juz I, Semarang: Toha Putra, hlm. 319.

33 Hendi Suhendi, Fiqih Mu’amalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002, hlm. 242. 34 UU No. 41 Tahun 2004, pasal 1, ayat (1)

Page 30: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxx

hukum dengan memisahkan sebagian harta benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah atau

keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran agama Islam.35

Definisi wakaf yang terdapat dalam KHI memperlihatkan adanya

perluasan pihak wakif. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun

1977, pihak wakif yang dinyatakan secara eksplisit hanyalah dua, yaitu

perorangan dan badan hukum. Sedangkan dalam Kompilasi Hukum Islam,

pihak wakif bisa tiga, yaitu perorangan, sekelompok orang, atau badan

hukum.

2. Dasar Hukum Wakaf

a. Wakaf dalam Al-Qur’an

ر لعلكم يآأيـها الذين آمنـوا اركعوا واسجدوا واعبدوا ربكم وافـعلوا اخليـ ﴾77: احلج﴿ تـفلحون

Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, ruku’lah kamu, sujudlah

kamu, sembahlah Tuhanmu dan berbuatlah kebajikan, supaya kamu mendapat kemenangan”. (QS. al-Hajj, 22: 77)36

ال﴿م ي ل ع ه ب اهللا ن إ ف ء ي ش ن ا م و ق ف ن ا تـ م و ن و بـ ا حت ا مم و ق ف ن تـ ىت ح رب وا ال ال ن تـ ن ل ﴾92: عمران

Artinya: “Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang

sempurna) sebelum kamu menafkahkan sebahagian harta yang kamu cintai, dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka

35 KHI, Bab 1, pasal 215, ayat (1)

36 Yayasan Penyelenggara Penerjemah al-Qur’an Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota, 1989, hlm. 523

Page 31: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxi

sesungguhnya Allah mengetahuinya”. (QS Ali Imran, 3: 92)37

ل ك يف ل اب ن س ع ب س ت ت ب نـ أ ة ب ح ل ث م ك اهللا ل ي ب س يف م اهل و م أ ن و ق ف ن يـ ن ي ذ ال ل ث م ﴾261: البقرة﴿ م ي ل ع ع اس و اهللا و ء شآي ن م ل ف اع ض ي اهللا و ة ب ح ة ئ م ة ل بـ ن س

Artinya: Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipatgandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS al-Baqarah, 2: 261)38

b. Hadits Nabi

� و+,. ,�& هللا ◌-,� هللا ر+�ل ان ◌ �&، هللا ر"� ھ���ة أ��

أو ,. C/ر�< ABث، -?�< 1� إ> �,& ا:789 آدم ا�� إذا 1/ت :�/ل

7D (رواه �1,.) �? ��& -/�E �? أوو �& ��

Artinya: Dari Abu Hurairah r.a., sesungguhnya Rasulullah SAW

telah bersabda: “Apabila anak Adam meninggal dunia, putuslah segala amal kecuali tiga macam, yaitu shadaqah jariyah, ilmu yang bermanfaat, anak shaleh yang mendo’akan kepada orang tuanya.” (HR. Muslim).39

�IJK ���L� /"��أر � ا�� �� ر"� هللا ��P/ �/ل: ا-/ب

P�K �1J/ 9K/ل: �/ ر+�ل هللا إ:� ا���� -,� هللا ,�& و+,. ��

/�K &�1 ي?� �D:ھ� أ T� </1 U-أ .� ���L� /"اأر V�-أ

V��W VXY و+,.، إن &�, 9K &� �:�1JI/ل �& ر+�ل هللا -,� هللا

37 Ibid., hlm. 91. 38 Ibid., hlm. 65. 39 Adib Bisri Musthafa, Tarjamah Shahih Muslim, Jilid 3, Semarang: asy-Syifa: 1992,

hlm. 105.

Page 32: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxii

K /P� V� ?Iو /P,-ا U�ھI<ع و/�I< /P:ا ،�� /P� ق?

ق ��K /P ا9D��اء و�K ا9���� و�K +��� هللا ?I �رث. �/ل وI<و

/P�1 � J� أن /P�1� و� �, �� >�C/ح ��� وا� وا�� ا��

ل (رواه �1,.)�/����وف و� ��1 ��a .�8

Artinya: Dari Ibnu Umar r.a., berkata bahwa sahabat Umar ra

memperoleh sebidang tanah di Khaibar, kemudian menghadap kepada Nabi SAW untuk memohon petunjuk. Umar berkata, “Ya Rasulullah, saya mendapatkan sebidang tanah di Khaibar, saya belum pernah mendapatkan harta sebaik itu, maka apakah yang engkau perintahkan kepadaku?” Rasulullah menjawab, “Bilal kamu suka, kamu tahan (pokoknya) tanah itu, dan kamu sedekahkan (hasilnya).” Kemudian Umar melakukan shadaqah, tidak dijual, tidak dihibahkan dan tidak pula diwariskan. Berkata Ibu Umar, “Umar menyedekahkannya kepada orang-orang fakir, kaum kerabat, budak belian, sabilillah, ibnu sabil dan tamu. Dan tidak mengapa atau tidak dilarang bagi yang menguasai tanah wakaf itu (pengurusnya) makan dari hasilnya dengan cara baik (sepantasnya) atau makan dengan tidak bermaksud menumpuk harta”. (HR. Muslim)40

Hadits lain:

,- ���,� �� � ا�� �� �/ل: �/ل >b/��و+,. ان ا &�, � هللا

+P. ا�� �� ب◌d��� �. أ-T� </1 U أ Uc ا�� P�1/ �? اردت

/P:��B ��+و /P,-ا ��W◌9/ل ا���� -,�. : اK ،/P� ق ?Iان ا

(رواه ا��L/ري و �1,.)

Artinya: Dari Umar, ia berkata, Umar mengatakan kepada Nabi

SAW, “Saya mempunyai seratus dirham saham di Khaibar. Saya belum pernah mendapat harta yang paling saya kagumi seperti itu. Tetapi saya ingin menyedekahkannya”. Nabi SAW mengatakan kepada Umar, “Tahanlah (jangan dijual, hibahkan dan wariskan) asalnya (modal pokok) dan

40 Ibid., hlm. 110.

Page 33: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxiii

jadikan buahnya sedekah untuk sabilillah”. (HR. Bukhari dan Muslim)41

Sedikit sekali memang ayat al-Qur’an dan as-Sunnah yang

menyinggung tentang wakaf. Karena itu sedikit sekali hukum-hukum

wakaf yang ditetapkan berdasarkan kedua sumber tersebut. Meskipun

demikian, ayat al-Qur’an dan Sunnah yang sedikit itu mampu menjadi

pedoman para ahli fiqih Islam. Sejak masa Khulafaur Rasyidin sampai

sekarang, dalam membahas dan mengembangkan hukum-hukum

wakaf melalui ijtihad mereka. Sebab itu sebagian hukum-hukum

wakaf dalam Islam ditetapkan sebagai hasil ijtihad.42

c. Wakaf dalam Hukum Positif

1) Peraturan Pemerintah No. 28 tahun 1977 tentang Pewakafan Tanah

Milik, yang tertuang pada pasal 1 ayat (1) Wakaf berupa tanah

milik dan melembagakannya untuk selama-lamanya untuk

kepentingan peribadatan atau keperluan umum lainnya sesuai

dengan ajaran Islam.

2) Kompilasi Hukum Islam, pasal 215 ayat (1), wakaf adalah

perbuatan hukum seseorang atau kelompok atau badan hukum

yang memisahkan sebagian dari benda miliknya dan

melembagakannya untuk selama-lamanya guna kepentingan ibadah

atau keperluan umum lainnya sesuai dengan ajaran Islam

41 Ibid. 42 Jaih Mubarak, Wakaf Produktif, Bandung: Refika Offset, 2008, hlm. 12.

Page 34: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxiv

3) Undang-Undang No. 41 tahun 2004 tentang Wakaf.

3. Rukun dan Syarat Wakaf

Wakaf dinyatakan sah apabila telah terpenuhi rukun dan syaratnya.

Rukun wakaf dalam fiqih ada 4 (empat) macam, yaitu:

a. Wakif (orang yang mewakafkan)

Wakif adalah pihak yang mewakafkan. Wakif harus mempunyai

kecakapan hukum atau kamalul ahliyah (legal competent) dalam

membelanjakan hartanya (tasharruf al-mal). Dalam pasal 7 UU No. 41

tahun 2004, wakif meliputi:

1) Perseorangan adalah apabila memenuhi persyaratan dewasa,

berakal sehat, tidak terhalang melakukan perbuatan hukum dan

pemilik sah harta benda wakaf;

2) Organisasi adalah apabila memenuhi ketentuan organisasi untuk

mewakafkan harta benda wakaf milik organisasi sesuai dengan

anggaran dasar organisasi yang bersangkutan;

3) Badan hukum, adalah apabila memenuhi ketentuan hukum sesuai

dengan mewakafkan harta benda milik badan hukum sesuai dengan

anggaran dasar badan hukum yang bersangkutan.

b. Mauquf ‘alaih (orang yang diberi amanat wakaf)

Page 35: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxv

Yang dimaksud dengan mauquf ‘alaih adalah tujuan wakaf

(peruntukan wakaf). Wakaf harus dimanfaatkan dalam batas-batas

yang sesuai dan diperbolehkan syariat.43

Syarat-syarat mauquf ’alaih adalah qurbat atau pendekatan diri

kepada Allah.44 Wakaf adalah perbuatan yang bertujuan untuk

mendekatkan diri kepada Allah. Oleh karena itu yang menjadi obyek

atau tujuan wakaf (mauquf ‘alaih)-nya harus obyek kebajikan yang

termasuk dalam bidang qurbat kepada Allah.

Sementara, pemaknaan istilah mauquf ‘alaih sering disebutkan

dengan istilah nadzir sebagai pelaksana dan pengelola wakaf. Secara

spesifik dalam UU No. 41 tahun 2004, pemaknaan mauquf ‘alaih

dipisahkan lebih tegas dengan mencantumkan nadzir sebagai pengelola

dan dengan tegas disebutkan peruntukan harta benda wakaf, yang

konsekuensi menimbulkan ketatnya perubahan terhadap peruntukan

harta wakaf di kemudian waktu.45

43 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Jenderal

Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2009, hlm. 45. 44 Farida Prihatini, Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia,

Jakarta: Papas Sinar Sinanti dan FH UI, 2005, cet. I, hlm. 116. 45 Harta benda wakaf tidak boleh dijadikan jaminan, disita, dihibahkan, dijual,

diwariskan, ditukar, atau dialihkan dalam bentuk hak lainnya. Terhadap harta benda wakaf yang ditukar baik status, fungsi dan fisiknya atas persetujuan Badan Wakaf Indonesia dengan salah satu pertimbangannya adalah kepentingan umum menyesuaikan Rencana Umum Tata Ruang (RUTR) sesuai dengan UU dan tidak bertentangan dengan syari’ah. UU No. 41 Tahun 2004 tentang Wakaf pasal 40, 41.

Page 36: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxvi

c. Mauquf (Harta Benda Wakaf)

Syarat-syarat bagi sesuatu (barang) yang diwakafkan ialah

bahwa harta wakaf ( )�1 �� merupakan harta yang bernilai, milik yang

mewakafkan (wakif) dan tahan lama untuk digunakan. Harta wakaf

dapat juga berupa uang yang dimodalkan, berupa saham pada

perusahaan dan berupa apa saja yang lainnya, yang penting pada harta

yang berupa modal ialah dikelola dengan sedemikian rupa (semaksimal

mungkin) sehingga mendatangkan kemaslahatan atau keuntungan.46

Agar harta yang diwakafkan itu sah, maka harta benda yang

diwakafkan harus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:47

1) Benda yang diwakafkan itu harus mutaqawwim dan ‘aqar. Yang

dimaksud mutaqawwim adalah barang yang dimiliki oleh seseorang

dan barang yang dimiliki itu boleh dimanfaatkan menurut syariat

(Islam) dalam keadaan apapun, misalnya kitab-kitab dan barang-

barang tidak bergerak. Di samping itu benda tersebut juga harus

‘aqar (benda tidak bergerak) dan dapat diambil manfaatnya.

2) Benda yang diwakafkan harus jelas wujudnya dan pasti batasan-

batasannya.

3) Harta yang diwakafkan itu harus benar-benar kepunyaan wakif

secara sempurna, artinya bebas dari segala beban.

46 Hendi Suhendi, op.cit., hlm. 243 47 Farida Prihatini, op.cit., hlm. 112.

Page 37: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxvii

4) Benda yang diwakafkan harus kekal.

d. Shighat (e�-)> atau pernyataan wakaf

Shighat adalah segala ucapan, tulisan datau isyarat dari orang

yang berakal untuk menyatakan kehendak dan menjelaskan apa yang

diinginkannya. Namun shighat wakaf cukup dengan ijab saja dari

wakif tanpa memerlukan qabul dari mauquf ‘alaih.48 Begitu juga qabul

tidak menjadi syarat sahnya wakaf dan juga tidak menjadi syarat untuk

berhaknya mauquf ‘alaih memperoleh manfaat harta wakaf. Kecuali

pada wakaf yang tidak tertentu. Ini menurut pendapat sebagian

madzhab.49

Dalam pasal 21 UU No.41 tahun 2004 tentang Wakaf, suatu

pernyataan wakaf/ikrar wakaf dituangkan dalam akta ikrar wakaf, yang

paling sedikit memuat:

1) Nama dan identitas wakif;

2) Nama dan identitas nadzir;

3) Data dan keterangan harta benda wakaf;

4) Peruntukan harta benda wakaf; dan

5) Jangka waktu wakaf.

Adapun lafadz shighat wakaf ada dua macam:50

48 Ahmad Rofiq, Hukum Islam di Indonesia, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997,

cet. 2, hlm. 497.

49 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, op.cit., hlm. 55. 50 Mughni asy-Syarbini, Al-Muhtaj, Juz II, Kairo: Musthafa Halabi, hlm. 832.

Page 38: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxviii

1) Lafadz sharih, seperti:

V , � + و W � � V و D� V و

Bila lafadz ini dipakai dalam ijab wakaf, maka sahlah

wakaf tersebut. Sebab lafadz tersebut tidak mengandung suatu

pengertian lain kecuali kepada wakaf.

2) Lafadz kiasan (kinayah), seperti

- ? � V و W � 1 V ت ? � ا و

Kalau lafadz ini harus dibarengi dengan niat wakaf.

4. Macam-macam Wakaf

Bila ditinjau dari segi peruntukannya, ditujukan kepada siapa

wakaf itu, maka wakaf dapat dibagi menjadi 2 (dua) macam:51

a. Wakaf Ahli

Yaitu wakaf yang ditujukan kepada orang-orang tertentu,

seorang atau lebih, keluarga si wakif atau bukan. Wakaf seperti ini

juga disebut wakaf dzurri.

Wakaf sejenis ini (wakaf ahli/dzurri) kadang-kadang juga

disebut wakaf ‘alal aulad, yaitu wakaf yang diperuntukan bagi

kepentingan dan jaminan sosial dalam lingkungan keluarga (family),

lingkungan kerabat sendiri.52

51 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, op.cit., hlm.14-16. 52 Ibid, hlm. 14.

Page 39: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xxxix

b. Wakaf Khairi

Yaitu, wakaf yang secara tegas untuk kepentingan agama

(keagamaan) atau kemasyarakatan (kebajikan umum).53 Seperti wakaf

yang diserahkan untuk keperluan pembangunan masjid, sekolah,

jembatan, rumah sakit, panti asuhan anak yatim dan lain sebagainya.

Secara substansi, wakaf inilah yang merupakan salah satu segi dari

cara membelanjakan (memanfaatkan) harta di jalan Allah SWT. Dan

tentunya kalau dilihat dari manfaat kegunaannya merupakan salah satu

sarana pembangunan, baik di bidang keagamaan, khususnya peribadatan,

perekonomian, kebudayaan, kesehatan, keamanan dan sebagainya. Dengan

demikian, benda wakaf tersebut benar-benar terasa manfaatnya untuk

kepentingan kemanusiaan (umum), tidak hanya untuk keluarga atau

kerabat yang terbatas.

Pada zaman Dinasti Mamluk berkuasa di Mesir, wakaf dibedakan

menjadi tiga, yaitu:54

a. Abas, adalah tanah-tanah wakaf yang dimanfaatkan untuk sektor usaha

perkebunan yang hasilnya (tsamarah) digunakan untuk pengelolaan

masjid.

b. Awqaf hukmiyah, adalah tanah-tanah wakaf di Mesir dan Kairo (yang

didayagunakan secara komersial, pen.), pengelolaan kota “suci”

53 Sayyid Sabiq, Fiqh as-Sunnah, Lebanon: Dar al-‘Arabi, 1971, hlm. 378.

54 Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, op.cit., hlm.14.

Page 40: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xl

tersebut, atau secara bahasa berarti wakaf Negara (kenegaraan) yang

meskipun berbeda usia dan agama.

c. Awqaf ahliyah,55 adalah wakaf yang berupa tanah atau benda lainnya

yang manfaatnya didermakan dalam bentuk bantuan sosial dari

anggota keluarga yang berkecukupan untuk anggota keluaga yang

kurang dan atau tidak mampu.

Sementara Qahaf juga membagi wakaf menjadi tiga:56

a. Wakaf sosial (khairi);

b. Wakaf untuk keluarga (ahli); dan

c. Wakaf gabungan (musytarak) karena manfaat wakaf tersebut

disedekahkan kepada masyarakat dan keluarga secara sekaligus.

Di samping itu, Qahaf juga membedakan wakaf dari segi cara

pemanfaatannya menjadi dua:

a. Wakaf yang objeknya digunakan untuk mencapai tujuan secara

angsung, seperti: Masjid, digunakan untuk shalat, rumah sakit,

digunakan untuk pengobatan, dan lain-lain.

b. Wakaf yang pokok barangnya digunakan untuk kegiatan produksi yang

hasilnya disedekahkan sesuai dengan tujuan wakaf (wakaf produktif).

55 M.A. Manan, Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Kawasan Islam, terj.

Tjasmijanto dan Rozidyanti, (Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, t.th.), hlm. 33. 56 Jaih Mubarak, op.cit., hlm. 12.

Page 41: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xli

B. Nadzir

1. Pengertian Nadzir

Nadzir Wakaf adalah orang yang memegang amanat untuk

memelihara dan menyelenggarakan harta wakaf sesuai dengan tujuan

perwakafan.57 Mengurus atau mengawasi harta wakaf pada dasarnya

menjadi hak wakif, tetapi boleh juga wakif menyerahkan hak pengawasan

wakafnya kepada orang lain, baik perseorangan maupun organisasi.

Dalam pasal 43 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004,

pengelolaan dan pengembangan harta benda wakaf oleh nadzir

dilaksanakan sesuai dengan prinsip syari’ah. Dan dalam mengelola dan

mengembangkan harta benda wakaf, nadzir dilarang melakukan perubahan

peruntukan harta benda wakaf kecuali atas dasar izin tertulis.58

2. Syarat-syarat Nadzir

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

ditegaskan bahwa nadzir mencakup tiga macam: nadzir perseorangan,

nadzir organisasi dan nadzir badan hukum.59

Nadzir adalah orang yang paling bertanggung jawab terhadap harta

wakaf yang dipegangnya, baik terhadap harta wakaf itu sendiri maupun

terhadap hasil dan upaya-upaya pengembangannya. Oleh karena begitu

57 Elsi Kartika Sari, Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PT Grasindo, 2007,

hlm. 63 58 Ibid., hlm. 77. 59 Jaih Mubarok, op.cit., hlm. 153.

Page 42: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlii

pentingnya kedudukan nadzir dalam perwakafan, maka pada diri nadzir

perlu terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu:60

a. Nadzir perorangan:

1) Warga Negara Indonesia;

2) Beragama Islam;

3) Dewasa;

4) Amanah;

5) Mampu secara rohani dan jasmani;

6) Tidak terhalang melakukan perbuatan hukum; dan

7) Bertempat tinggal di kecamatan tempat letak benda yang

diwakafkannya.

b. Nadzir organisasi

1) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat

nadzir perorangan;

2) Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,

pendidikan, kemasyarakatan dan / atau keagamaan Islam.

c. Nadzir badan hukum

1) Pengurus organisasi yang bersangkutan memenuhi syarat-syarat

nadzir perorangan;

2) Badan hukum Indonesia yang dibentuk sesuai dengan peraturan

perundang undangan yang berlaku; dan

60 Ibid., hlm. 154.

Page 43: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xliii

3) Organisasi yang bersangkutan bergerak di bidang sosial,

pendidikan, kemasyarakatan, dan / atau keagamaan Islam.

Institusi atau lembaga pengelola wakaf pengertiannya berkaitan

langsung dan tidak dipisahkan dari upaya-upaya produktif dari aset wakaf.

Inti ajaran yang terkandung dalam amalan wakaf itu sendiri menghendaki

agar harta wakaf itu tidak boleh hanya dipendam tanpa hasil yang akan

dinikmati oleh mauquf ‘alaih. Semakin banyak hasil harta wakaf yang

dapat dinikmati orang, akan semakin besar pula pahala yang akan mengalir

kepada pihak wakif. Berdasarkan hal tersebut, dari sisi hukum fiqih,

pengembangan harta wakaf secara produktif merupakan kewajiban yang

harus dilakukan oleh pengelolanya (nadzir).

Dalam KHI di Indonesia kewajiban dan hak-hak nadzir adalah:61

a. Nadzir berkewajiban untuk mengurus dan bertanggung jawab atas

kekayaan wakaf serta hasilnya, dan pelaksanaan perwakafan sesuai

dengan tujuannya menurut ketentuan-ketentuan yang diatur oleh

Menteri Agama.

b. Nadzir diwajibkan membuat laporan secara berkala atas semua hal

yang menjadi tanggung jawabnya sebagaimana dimaksud dalam ayat

(1) kepada Kepala Kantor Urusan Agama (KUA) kecamatan setempat

dengan tembusan kepada Majelis Ulama kecamatan dan Camat

setempat.

61 Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, Pasal 200, ayat (1)-(3)

Page 44: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xliv

c. Tata cara pembuatan laporan seperti dimaksud dalam ayat (2)

dilaksanakan sesuai dengan peraturan Menteri Agama.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 mengenai

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf juga

ditetapkan tugas dan masa bakti nadzir.

Dalam pasal 11 Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004,

menyebutkan tugas-tugas nadzir meliputi:

a. Melakukan pengadministrasian harta benda wakaf.

b. Mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf sesuai dengan

tujuan, fungsi dan peruntukannya.

c. Mengawasi dan melindungi harta benda wakaf.

d. Melaporkan pelaksanaan tugas kepada Badan Wakaf Indonesia.

Dan apabila dalam mengelola dan mengembangkan harta benda

wakaf, nadzir diberhentikan dan diganti dengan nadzir lain apabila yang

bersangkutan:

a. Meninggal dunia;

b. Berhalangan tetap;

c. Mengundurkan diri; dan atau

d. Diberhentikan oleh badan Wakaf Indonesia.62

Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam pasal 11,

nadzir dapat menerima imbalan dari hasil bersih atas pengelolaan dan

62 Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006, pasal 4, ayat (1)

Page 45: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlv

pengembangan harta benda wakaf yang besarnya tidak melebihi 10%

(sepuluh persen).

Sedangkan ketentuan mengenai masa bakti nadzir: pertama, masa

bakti nadzir perseorangan adalah lima tahun dan dapat diangkat kembali.

Kedua, pengangkatan kembali nadzir dilakukan oleh Badan Wakaf

Indonesia dengan syarat ia telah melaksanakan tugasnya (track record)

dengan baik sesuai ketentuan prinsip syari’ah dan peraturan perundang-

undangan.

C. Pendelegasian Wewenang Wakaf

1. Pengertian Pendelegasian Wewenang

Dalam bahasa Arab, pendelegasian wewenang disebut al-wikalah,

yang berasal dari kata �^ا>�1 ا��& –و �f� yang berarti “menjadikan

pengganti untuk urusannya” dan disandarkan kepadanya karena

ketidakmampuan atau mencari kenyamanan.63

Menurut al-Kasany64 dalam kitab Bada’i’u al-Shana’i’, secara

etimologis al-wikalah dalam bentuk mudzakar berarti:

- Pemeliharaan atau penjagaan,

Seperti dalam al-Qur’an surat Ali Imran ayat 173:

63 Imam Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawy, Syarah al-Muhadzdzab, Juz 14, tt., Dar

Ihya’ al-Turatsi al-Araby, t.th., hlm. 154.

64 Dikutip dalam al-Muhadzdzab, ibid.

Page 46: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlvi

وقالوا إميانا فـزادهم فاخشوهم لكم مجعوا قد الناس إن الناس هلم قال الذين ﴾173: عمران ال﴿ الوكيل ونعم الله حسبـنا

…Mereka menjawab: “Cukuplah Allah menjadi Penolong kami dan Allah adalah sebaik-baik Pelindung.” (QS Ali Imran, 3: 173)65

QS al-Muzzammil ayat 9

إله ال والمغرب المشرق رب ذه هو إال 9: املزمل﴿ وكيال فاخت﴾ “(Dia-lah) Tuhan masyrik dan maghrib, tiada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, maka ambillah Dia sebagai Pelindung.” (QS al-Muzzammil, 73: 9)66

- Sandaran dan penyerahan

Seperti dalam QS Yusuf: 97

﴾67: يوسف﴿ المتـوكلون فـليتـوكل وعليه تـوكلت عليه ...“…kepada-Nya-lah aku bertawakal dan hendaklah kepada-Nya saja orang-orang yang bertawakal berserah diri". (QS Yusuf, 12: 67)67 Menurut syariat, al-Wikalah dipakai untuk kedua makna tersebut

sesuai dengan makna etimologisnya, yaitu penyerahan kewenangan

menjalankan suatu urusan dan pemeliharaan kepada wakil.68

Menurut al-Kabisi yang dimaksud dengan perwakilan adalah

menempatkan orang lain sebagai ganti dirinya dalam melakukan berbagai

prosedur yang boleh dilakukan dan boleh diketahui.69 Berwakil yaitu

menyerahkan pekerjaan yang boleh dikerjakannya kepada yang lain, agar

65 Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 106. 66 Ibid., hlm. 989. 67 Ibid., hlm. 359. 68 Imam Abu Zakaria Muhyiddin an-Nawawy, loc.cit. 69 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Hukum Wakaf, cet 1, Jakarta: Dompet Dhuafa

Republika dan IIMaN, 2004, hlm. 453.

Page 47: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlvii

dikerjakannya (wakil) semasa hidupnya (yang berwakil). Pendelegasian

kewenangan adalah pelimpahan kewenangan untuk melakukan atau tidak

melakukan sesuatu yang diberikan dari pihak atasan kepada bawahan.70

2. Hukum Pendelegasian Wewenang

Pendelegasian wewenang (al-wikalah) hukumnya boleh

berdasarkan al-Qur’an, Hadits dan konsensus ulama (ijma’).71

Dalil al-Qur’an

Firman Allah SWT,

ا دقات إمنها والعاملني اكني والمس للفقراء الص ويف قـلوبـهم والمؤلفة عليـ عليم والله الله من فريضة السبيل وابن الله سبيل ويف والغارمني الرقاب ﴾60﴿ حكيم

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS at-Taubah, 9: 60)72

﴾19﴿... المدينة إىل هذه بورقكم أحدكم فابـعثوا...

Artinya: …Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini… (QS al-Kahfi, 18: 19)73

Dasar al-Wikalah dari as-Sunnah:

70 www.kiva.org, konsep pendelegasian atau pelimpahan kewenangan

71 Ibnu Qudamah, Al-Mughni, Juz 6, (Riyadl: Dar Alam al-Kutub, 1997), hlm. 196. 72 Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 288. 73 Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 446.

Page 48: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlviii

1. Diriwayatkan dari Urwah bin Al-Ja’d RA, ia berkata: “Datang kepada Rasulullah SAW pedagang dari luar, kemudian beliau memberikan uang satu dinar, dan berkata: “Datangilah pedagang dari luar itu dan belikan untuk kita seekor kambing.” Maka aku datangi si pedagang dan menawarnya, kemudian aku membeli dua ekor kambing seharga satu dinar, dan menuntunnya pulang. Di jalan aku bertemu seorang laki-laki yang menawar kambing itu dan akupun menjual seekor kambing kepadanya dengan harga satu dinar. Kemudian aku mendatangi Rasulullah SAW dengan membawa kambing dan uang satu dinar dan aku berkata, “Wahai Rasulullah ini adalah uang dinarmu dan ini adalah kambingmu.” Beliau menjawab, “Bagaimana kau melakukannya?” Kemudian aku bercerita kepadanya dan beliau berdo’a, “Ya Allah berkahilah ia di dalam usahanya.” HR Abu Dawud, al-Utsram dan Ibnu Majah.

2. Dari Jabir bin Abdillah RA ia berkata: “Aku ingin keluar ke daerah Khaibar, kemudian aku mendatangi Rasulullah SAW dan berkata: “Aku ingin pergi keluar ke daerah Khaibar,” kemudian beliau bersabda: “Datangilah wakilku, ambillah darinya 15 wasaq, apabila ia meminta bukti darimu, maka letakkan tanganmu di atas tulang selangkanya.” HR Abu Daud.

3. Diriwayatkan juga bahwa Rasulullah mewakilkan pernikahannya dengan Ummu Habibah kepada Amr bin Umayah al-Qhamry, begitu juga mewakilkan pernikahannya dengan Maemunah kepada Abu Rafi’.74

Dasar al-Wikalah dari Ijma’:

Para ulama telah sepakat tentang kebolehan akad wikalah. Dan

karena dituntut kebutuhan akan hal itu, karena setiap orang tidak mungkin

memenuhi kebutuhannya sendiri maka dibutuhkanlah perwakilan.75

Menurut Sulaiman Rasjid, hukum berwakil bisa menjadi sunah,

kadang-kadang menjadi wajib kalau terpaksa, dan haram kalau pekerjaan

74

Ibnu Qudamah, op.cit., hlm. 197. 75 Ibid.

Page 49: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

xlix

yang diwakilkan itu pekerjaan yang haram, dan makruh kalau pekerjaan

itu makruh.76

Dalam hal pendelegasian wewenang wakaf, Pasal 11 Undang-

undang Pengelola Wakaf Nomor 46 tahun 1970 menyatakan: bagi

pengelola dengan persetujuan Kantor Wakaf berhak untuk mengangkat

satu wakil atau lebih dalam mengelola dan dia menanggung gaji mereka.

Memperhatikan prakondisi dan pedoman dalam melaksanakan

pendelegasian kewenangan, dapat diharapkan manfaat dari pelimpahan

kewenangan antara lain:

1. Dengan pelimpahan wewenang, pemimpin dapat melakukan tugas-

tugas yang pokok saja;

2. Alat untuk manajemen waktu bagi seorang manajer yang dibebani

tanggung jawab berlebihan;

3. Pendelegasian adalah yang sebuah bentuk pengkayaan tugas (job

enrichment) yang kemungkinan akan membuat pekerjaan seorang

bawahan menjadi lebih menarik, menantang, dan lebih berarti.

Ibn Qudamah menyebutkan dalam kitab Al-Mughni,77 bahwa

perwakilan dibolehkan dalam hal: hawalah (pemindahan utang), rahn

(penggadaian), dhaman (jaminan) dan kafalah (tanggungan), syirkah

(koperasi/persekutuan), wadi’ah (penitipan), mudharabah (bagi hasil),

76 Sulaiman Rasjid, Fiqh Islam, terj., Jakarta: at-Tahiriyah, 1976, hlm. 306.

77 Lihat Ibnu Qudamah, op.cit., hlm. 198.

Page 50: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

l

ji’alah , musaqah, ijarah (penyewaan), qardh (pinjaman), shulhu

(perdamaian), wasiat, hibah, wakaf, sedekah, fasakh (pembatalan) dan

ibra’ (pembebasan). Sebab semuanya itu bisa disamakan dengan jual beli

yang membolehkan perwakilan, agaknya tidak ada perbedaan pendapat

dalam masalah tersebut.

Para fuqaha telah sepakat bahwa nadzir berhak mewakilkan

sebagian pekerjaan atau keseluruhan dari pengelolaan harta wakaf kepada

orang lain. Hanya saja sebagian fuqaha membatasi, nadzir tidak boleh

mewakilkan urusan pengelolaan wakaf, jika wakif mensyaratkan untuk

melaksanakan pengelolaan wakaf secara langsung oleh dirinya dan dia

dilarang untuk mewakilkan sebagian atau keseluruhan pengelolaan wakaf

kepada orang lain.78

Perlu diingat, bahwa hak pengelolaan yang diberikan kepada

seorang wakil tidak berpengaruh pada hak yang memberi wewenang. Dia

tetap boleh ikut serta dalam pengelolaan wakaf. Meskipun sudah ada

wakilnya. Sebab, orang yang memiliki hak melakukan sesuatu perkara

sesuai kehendaknya sendiri, dia boleh mewakilkan kepada orang lain

untuk menggantikan dirinya melakukan perkara itu. Dengan syarat perkara

yang dilakukan itu termasuk perkara yang boleh diwakilkan.

78 Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, op.cit., hlm. 453.

Page 51: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

li

BAB III

PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF

DI PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON

A. Profil Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon

1. Sejarah Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon

Cikal bakal PP al-Ma’unah adalah berawal dari PP asy-Syari’ah

yang dipimpin oleh K. Muhammad Amin (1975-2001). Sementara

keberadaan PP asy-Syariah diawali dari adanya kegiatan pembelajaran

yang menempati sebuah bangunan yang disebut dengan gedung dampul,

yang dipelopori oleh K. Ahmad dan KH. Junaed. Kegiatan pengajian ini

berlangsung sekitar tahun 1950-an. Setelah wafatnya kedua tokoh ini,

kegiatan pembelajaran dilanjutkan oleh putra KH Junaed, yaitu KH.

Abdurrahim.79

Sepeninggal KH. Abdurrahim (w. 1974), kemudian tugas dan

tanggung jawab pengajian diteruskan keturunannya atas dasar wasiat yang

diberikan kepada putra-putranya. Wasiat KH. Abdurrahim adalah agar

pengajian di gedung dampul dipertahankan dan dikembangkan. Kemudian

oleh K. Muhammad Amin (w. 30 Nov 2002),80 salah seorang putra KH

79

Wawancara dengan Syafiq, salah seorang putra K Muhammad Amin, tanggal 10

Februari 2010

80 Ibid.

Page 52: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lii

Abdurrahim, melanjutkan kegiatan pengajian yang selama ini berlangsung,

dan diberi nama PP asy-Syari’ah.

Seiring berjalannya waktu, wasiat dari KH. Abdurrahim ini tidak

berjalan dengan lancar sebagaimana mestinya. Di dalam internal keluarga

terjadi konflik atas persoalan wasiat tersebut. Kegiatan Pondok pesantren

terkena imbas dari konflik tersebut, sehingga keberadaan pondok sudah

berada dalam kondisi yang tidak menentu, antara hidup dan mati. Para

santri tidak menerima pelajaran yang diharapkan dan seperti terlantar.

Mereka hanya seolah-olah numpang tidur dan mandi saja di dalam

pondok.

Dengan kondisi yang seperti itu, salah seorang menantu KH.

Abdurrahim, yaitu KH. Bahruddin memisahkan diri dari aktivitas

pesantren asy-Syari’ah dan kemudian mendirikan pesantren sendiri.

Pondok Pesantren Tahfidzusy Syari’ah yang lokasinya berdekatan dengan

asy-Syari’ah, didirikan KH. Bahruddin (tahun 2001) untuk mengatasi

permasalahan pendidikan yang sudah berlangsung. Namun ternyata tidak

lepas dari aral dan rintangan. Dengan i’tikad yang bulat, KH. Bahruddin

membawa pesantren Tahfidzusy Syari’ah menjadi berkembang, sehingga

kapasitas asrama (yang terbuat dari gubuk) untuk santri tidak memadahi.81

Melihat kondisi fisik pesantren yang memprihatinkan, salah

seorang dermawan kemudian tergerak hatinya untuk membantu. Pada

tahun 2003, H Sama’un mewakafkan sebagian tanahnya seluas 1.000m2

81 Wawancara dengan KH Bahruddin Yusuf, tanggal 11 Februari 2010.

Page 53: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

liii

untuk kepentingan sebagai sarana pendidikan agama Islam. Bangunan

pesantren yang semula hanya terbuat dari gubuk, diganti dengan bangunan

tembok permanen. Oleh KH. Bahruddin, pesantren Tahfidzusy Syari’ah

kemudian diganti nama menjadi Pondok Pesantren al-Ma’unah (2004),

yang diambil dari nama donatur H. Sama’un sebagai tanda jasa.

Selain pondok pesantren, kegiatan pendidikan juga dikembangkan

dalam bentuk Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah al-Ma’unah, di

bawah kendali KH. Bahruddin Yusuf.82 Ketiga bentuk lembaga pendidikan

ini, pengelolaannya terpusat pada satu tokoh sentral, yaitu KH. Bahruddin

Yusuf.

Pada tahun 2008, KH. Bahruddin Yusuf bermaksud mendirikan

Yayasan al-Ma’unah, untuk menaungi lembaga pendidikan yang sudah

ada, agar pengelolaan PP, MTs dan MA al-Ma’unah dikendalikan secara

terpadu. Hanya saja sampai saat ini pengelolaan lembaga-lembaga

pendidikan tersebut belum bisa optimal ditangani oleh Yayasan al-

Ma’unah, dengan alasan permasalahan administrasi yang belum memenuhi

standar untuk menaungi lembaga pendidikan.

2. Kondisi Sosial

Potensi yang ada di Desa Kepuh Kecamatan Palimanan Kabupaten

Cirebon dan sekitarnya sangat mendukung keberadaan pondok pesantren.

Animo masyarakat yang ingin melanjutkan sekolah dengan keterbatasan

82

Ketiga bentuk lembaga pendidikan tersebut, selanjutnya di dalam skripsi ini disebut

Lembaga Pendidikan al-Ma’unah / LP al-Ma’unah

Page 54: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

liv

biaya, dan minimnya penguasaan ilmu agama, mendukung maju dan

berkembangnya lembaga pendidikan al-Ma’unah.

Hadirnya Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah al-Ma’unah

mendapat respon positif dari masyarakat Desa Kepuh. Berdirinya

madrasah ini bertujuan antara lain: untuk mengupayakan dan mencetak

siswa/santri yang berakhlak al-karimah, bermanfaat bagi nusa, bangsa dan

agama. Atas kesepakatan antara Pengurus Yayasan dan warga mayarakat

serta perangkat Desa Kepuh, anak didik / siswa Madrasah Aliyah al-

Ma’unah bebas biaya Uang Gedung dan BP3/SPP.

Sampai sekarang MTs dan MA al-Ma’unah yang telah

menyandang Status Terakreditasi ”B”, mengalami kemajuan pesat dengan

jumlah siswa keseluruhan kurang lebih 500 siswa (laki-laki dan

perempuan). Sebagian besar siswa MTs dan MA al-Ma’unah adalah santri

Pondok Pesantren al-Ma’unah, yang memiliki 550 an santri.

Secara administratif, Desa Panongan berbatasan dengan:83

a. Sebelah utara : Desa Beran

b. Sebelah selatan : Desa Kepuh

c. Sebelah barat : Desa Cilukrak

d. Sebelah timur : Desa Kepuh

Pondok Pesantren al-Ma’unah terletak di Desa Panongan

Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon. Meskipun secara administratif

83

Wawancara dengan H. Karyono, Lc., tanggal 10 Februari 2010

Page 55: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lv

letak PP al-Ma’unah masuk wilayah Desa Panongan, namun jauh dari

warga desa setempat, dan justru berdekatan dengan warga desa yang

berbatasan, yaitu Desa Kepuh. Interaksi sosial keberadaan Pesantren al-

Ma’unah lebih banyak bersentuhan dengan warga Desa Kepuh.

Masyarakat yang lebih memperhatikan keberadaan lembaga pendidikan

dan menggantungkan harapan pendidikan anak-anak mereka pada lembaga

pendidikan tersebut pun banyak dari warga Kepuh.

Pondok Pesantren al-Ma’unah menempati tanah wakaf seluas

1.000m2 dari H. Sama’un, yang berbatasan:84

� Sebelah utara : tanah milik Sdr. Jene/Tuba

� Sebelah selatan : tanah milik Ny. Hj. Salamah

� Sebelah barat : tanah Titisara

� Sebelah timur : tanah milik Ny. Hj. Salamah

Di atas tanah tersebut, didirikan Pondok Pesantren al-Ma’unah, dan

bangunan-bangunan lain yang menunjang, terdiri dari:85

- Asrama Putri : 3x40m2.

- Asrama Putra : 7x5 m2.

- Ruang Pengurus : 4x4m2

- Mushalla : 12x12m2

- MTs : 7x65 m2

- MA : 8x12m2

84

Dokumen Ikrar Wakaf

85 Wawancara dengan KH. Bahruddin Yusuf, tanggal 11 Februari 2010

Page 56: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lvi

- Kolam : 20x30m2

3. Sarana dan Prasarana Pondok Pesantren al-Ma’unah

Sebagaimana yang dialami oleh tiap-tiap lembaga pendidikan

bahwa sarana pendidikan merupakan kebutuhan utama. Adapun mengenai

fasilitas Pesantren al-Ma’unah dalam rangka menunjang pelaksanaan

proses belajar mengajar adalah sebagai berikut: 86

- Ruang belajar mengajar

- Kantor (Pondok Pesantren, MTs, MA)

- Aula Pondok Pesantren

- Mushalla

- Perpustakaan

- UKS

- Gudang

- Kamar Mandi / WC

- Laboratorium.

4. Pengurus / Pengelola Lembaga Pendidikan al-Ma’unah

a. Yayasan al-Ma’unah

Yayasan yang diharapkan nantinya bisa menaungi lembaga

pendidikan yang didirikan oleh KH. Bahruddin Yusuf, susunan

pengurusnya adalah sebagai berikut:

86

Wawancara dengan H Imron Rosyadi, Lc. (Ketua Yayasan), tanggal 10 Februari 2010.

Page 57: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lvii

Penanggung Jawab : H. Bahruddin Yusuf

Ketua : H. Imron Rosyadi, LC.

Sekretaris : Anisah

Bendahara : H. Karyono, LC.

Humas : Nurhakim, S.Fil.I.

Seksi Pendidikan : H. Abdul Hakim.87

b. Madrasah Tsanawiyah al-Ma’unah

Untuk pengelolaan Madrasah Tsanawiyah, susunan

pengurusnya adalah:88

Kepala MTs : Budi Hartanto, S.Pd.I.

Bendahara : H. Karyono, LC.

Tata Usaha : Solikhin

Waka Kesiswaan : Muslicha Ahmad, S.H.I.

Waka Kurikulum : Drs. Khamim Ismail

Waka Sarpras : H. Imron Rosyadi, LC.

c. Madrasah Aliyah al-Ma’unah

Pengelolaan MA al-Ma’unah adalah sebagai berikut:89

Kepala MA : Drs. Sodikin T

87

Berdasarkan hasil wawancara dengan Anisah, salah seorang pengurus Yayayasan,

tanggal 12 Februari 2010.

88 Berdasarkan pengamatan di papan susunan pengurus MTs al-Ma’unah, yang

didampingi oleh Solikhin, TU MTs, tanggal 12 Februari 2010.

89 Berdasarkan pengamatan di papan susunan pengurus MA al-Ma’unah, yang

didampingi oleh Makhrus, TU MA, tanggal 12 Februari 2010.

Page 58: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lviii

Bendahara : Nurhakim, S.Fil.I.

Tata Usaha : Makhrus

Waka Kesiswaan : Ida Farida, S.Pd.I.

Waka Kurikulum : Mukti Ali Fauzi, S.Pd.I.

Waka Sarpras : H. Imron Rosyadi, LC.

B. Pendelegasian Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah

1. Proses Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Wakaf

Bermula dari keadaan yang seadanya, Pondok Pesantren al-

Ma’unah (sebelumnya bernama PP asy-Syari’ah) kemudian mendapat

perhatian dari seorang dermawan yang mewakafkan tanahnya untuk

kepentingan sarana pendidikan agama Islam. Pada tanggal 27 Januari

2003, selaku wakif, H. Sama’un memberikan sebidang tanah tersebut

untuk pengembangan pesantren tersebut seluas 1.000m2. Serah terima

mauquf, antara wakif dengan nadzir, telah dicatatkan di Pejabat Pembuat

Akta Ikrar Wakaf Kecamatan Palimanan.90

Nadzir sebagai pengelola mauquf dalam hal ini merupakan nadzir

perorangan, yang terdiri terdiri dari:91

Ketua : KH. Bahruddin Yusuf

Anggota : Abdul Hakim

90

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Salinan Akta Ikrar Wakaf Nomor

W.2/33/K.15/IV/2003.

91 Sertipikat Tanah Wakaf No. 180, Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon, 7 Januari

2006

Page 59: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lix

Anggota : H. Imron Rosyadi, Lc

Anggota : Farchatullaely Rosyadi

Anggota : Mu’minah

Oleh karena itu, di dalam pencatatan ikrar, ditentukan peruntukannya yaitu

sebagai sarana pendidikan agama Islam.

Harta wakaf berupa tanah yang diterima dari wakif, telah

digunakan untuk penyelenggaraan pendidikan agama Islam, antara lain

untuk Pondok Pesantren al-Ma’unah, Madrasah Tsanawiyah al-Ma’unah

dan Madrasah Aliyah al-Ma’unah. Dalam pelaksanaan pengelolaan harta

wakaf untuk lembaga pendidikan tersebut, nadzir membagi tugas

pengelolaan kepada pihak-pihak yang dianggap mampu.

Dari seluruh keanggotaan nadzir di atas adalah dari kalangan

keluarga sendiri. Oleh karena nadzir terdiri dari beberapa anggota, maka

pengelolaan sebagian harta wakaf didelegasikan kepada para anggota yang

ada. Di samping itu, ada pihak keluarga dari mauquf alaih (bukan

merupakan nadzir) yang menerima pendelegasian kewenangan mengelola

sebagian harta wakaf tersebut. Di antara keluarga yang bukan nadzir tetapi

menerima wewenang mengelola harta wakaf adalah H. Karyono, Lc

sebagai pengelola MTs dan MA al-Ma’unah.

Di sini peran H. Karyono, Lc sangat berpengaruh dalam segala

urusan yang berhubungan dengan pengelolaan harta wakaf. Baik urusan

Page 60: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lx

internal maupun eksternal kelembagaan pendidikan al-Ma’unah hampir

seluruhnya ditangani oleh dia.

Selain H. Karyono, LC., H. Imron Rosyadi juga memiliki peran

yang besar dalam pengelolaan harta wakaf, yang secara khusus mengelola

Pondok Pesantren al-Ma’unah. Sementara KH. Bahruddin Yusuf selaku

Ketua Nadzir justru tidak banyak terlibat di dalamnya secara langsung.92

Sedangkan pengelolaan keuangan dari seluruh aktivitas di

lingkungan lembaga pendidikan al-Ma’unah, tugas dan kewenangannya

ditangani oleh:

- Abdul Hakim, untuk keuangan Pondok Pesantren; dan

- Nur Hakim, untuk keuangan MTs dan MA.93

Di mana keduanya saling berkoordinasi satu sama lain dalam hal

penerimaan dana sumbangan, menyusun anggaran sampai pemanfaatan

keuangan.

Adanya pelimpahan kewenangan dalam pengelolaan harta wakaf

tersebut, kepada penerima wewenang (wakil), adalah untuk meringankan

tugas pengelolaan wakaf oleh nadzir.94 Mengingat keberadaan lembaga

pendidikan al-Ma’unah yang semakin berkembang, di sini nadzir merasa

tidak mampu, jika mengelola keseluruhan harta wakaf sesuai dengan

peruntukannya secara langsung. Penunjukan kepada mereka, karena

92

Wawancara dengan H. Karyono, Lc., tanggal 10 Februari 2010.

93 Ibid.

94 Wawancara dengan KH Bahruddin Yusuf, tanggal 11 Februari 2010.

Page 61: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxi

mereka dianggap mampu dan cakap dalam menjalankan tugas tanggung

jawab pengelolaan.

2. Skema Pelimpahan Wewenang Pengelolaan Wakaf

Kronologi terjadinya proses pelimpahan wewenang pengelolaan

harta wakaf di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon, jika digambarkan

dalam skema adalah sebagai berikut:

WAKIF

NADZIR

Ketua : KH. Bahruddin Yusuf Anggota : Abdul Hakim Anggota : H. Imron Rosyadi, Lc Anggota : Farchatullaely Rosyadi Anggota : Mu’minah

YAYASAN AL-MA’UNAH

MTs AL-MA’UNAH

MA AL-MA’UNAH

H. SAMA’UN

Sebidang tanah seluas 1.000m2

PP AL-MA’UNAH

AKTA IKRAR WAKAF

Page 62: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxii

BAB IV

ANALISIS PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF

DI PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON

A. Analisis tentang Pendelegasian Pengelolaan Wakaf di Pondok Pesantren

al-Ma’unah Cirebon

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 42 Tahun 2006 tentang

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

ditegaskan bahwa nadzir mencakup tiga macam: nadzir perseorangan, nadzir

organisasi dan nadzir badan hukum.95

Adanya nadzir dimaksudkan untuk mengelola (memelihara dan

menyelenggarakan) harta wakaf sesuai dengan peruntukannya sebagaimana

amanat dari wakif. Dalam hal ini, si wakif yaitu H. Sama’un mewakafkan

tanahnya seluas 1.000m2 untuk keperluan pengembangan pendidikan agama

Islam. Oleh karena itu, sebidang tanah yang diserahkan oleh H Sama’un hanya

boleh digunakan untuk kepentingan penyelenggaraan yang berhubungan

dengan pendidikan agama Islam.

Dalam hal proses perwakafan di Pondok Pesantren al-Ma’unah,

ketentuan wakaf sudah memenuhi rukun dan syaratnya, antara adalah:

1. Wakif, adalah pihak yang mewakafkan, yaitu H. Sama’un.

95 Prof. Dr. Jaih Mubarok, M.Ag., Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media,

2008, hlm. 153.

Page 63: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxiii

Menurut ketentuan pasal 7 UU No. 41 tahun 2004, wakif perseorangan

harus memenuhi persyaratan dewasa, berakal sehat, tidak terhalang

melakukan perbuatan hukum dan pemilik sah harta benda wakaf. H

Sama’un selaku wakif tidak ada masalah dalam hal ini.

2. Mauquf ‘alaih dimaknai sebagai tujuan peruntukan wakaf, ada juga yang

memaknai sebagai nadzir. Di dalam Ikrar Wakaf, disebutkan bahwa wakaf

dimaksudkan untuk pengembangan sarana pendidikan agama Islam. Dan

kemudian, sekarang di atas tanah wakaf telah didirikan bangunan Pondok

Pesantren yang dilengkapi MTs dan MA oleh KH Bahruddin Yusuf selaku

ketua nadzir. Ketiga lembaga pendidikan tersebut merupakan sarana

pendidikan agama Islam.

3. Mauquf (harta wakaf). Harta yang diserahkan oleh wakif kepada nadzir

yaitu berupa sebidang tanah seluas 10002.

4. Shighat adalah pernyataan wakaf. Serah terima tanah tersebut telah

dinyatakan dalam Akta Ikrar Wakaf yang didokumentasikan oleh Pejabat

Pembuat Akta Ikrar Wakaf Kecamatan Palimanan Kabupaten Cirebon.

Harta berupa sebidang tanah yang diwakafkan oleh wakif

diserahterimakan kepada KH. Bahruddin Yusuf sebagai Ketua Nadzir. Ada 4

(empat) anggota nadzir lainnya yang ikut membantu KH. Bahruddin Yusuf,

dalam pengelolaan wakaf. Harta yang sudah diwakafkan sudah tidak menjadi

milik siapa-siapa kecuali milik Allah. Wakif sudah tidak memiliki urusan

apapun terhadap harta wakaf, kecuali hanya akan memperoleh pahalanya.

Page 64: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxiv

Nadzir juga tidak berhak memiliki harta waka tersebut, kecuali hanya

mengemban amanah dari wakif sebagaimana disebut dalam Akta Ikrar Wakaf.

Selaku nadzir di sini adalah KH. Bahruddin Yusuf (Ketua); Abdul

Hakim (Anggota); H. Imron Rosyadi, Lc (Anggota); Fatchatullaely Rosyadi

(Anggota); Mu’minah (Anggota).

Harta wakaf telah digunakan untuk keperluan penyelenggaraan

pendidikan agama Islam, yaitu meliputi Pondok Pesantren al-Ma’unah, yang

dilengkapi MTs al-Ma’unah dan MA al-Ma’unah. Untuk pertama kalinya,

Pondok Pesantren adalah lembaga pendidikan yang didirikan di atas tanah

wakaf tersebut, yaitu pada tahun 2004 setelah pada tahun 2003 menerima

harta wakaf dari H Sama’un. Kemudian menyusul MTs dan MA untuk

melengkapi kegiatan pengajaran agama Islam di lingkungan Pondok Pesantren

al-Ma’unah.

Seiring dengan berkembangnya lembaga pendidikan tersebut,

permasalahan semakin kompleks, sehingga membutuhkan tenaga-tenaga untuk

mengembangkannya, atau menjaga amanah sesuai dengan peruntukan harta

wakaf tersebut. Anggota nadzir yang menerima amanah wakaf ini, masing-

masing telah menempati posisi untuk menjalankan tugasnya. Sebagaimana

dalam Struktur Organisasi Yayasan, MTs maupun MA al-Ma’unah, masing-

masing anggota nadzir memegang perannya sebagai berikut:

1. Abdul Hakim, selain memegang peranan sebagai pengurus yayasan, juga

diserahi tugas sebagai pengelola keuangan Pondok Pesantren al-Ma’unah.

Page 65: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxv

2. H Imron Rosyadi, merupakan Wakil Kepala Sarana dan Prasarana MTs

sekaligus MA al-Ma’unah.

3. Farchatullaely Rosyadi dan Mu’minah, tugas-tugasnya tidak secara

spesifik tercantum dalam struktur organisasi.

KH. Bahruddin Yusuf selaku Ketua Nadzir, kemudian membagi tugas-

tugas pengelolaan lembaga pendidikan yang ada. Orang-orang yang ditunjuk

untuk membantu mengelola harta wakaf ini terdapat orang di luar anggota

nadzir. Di antara beberapa orang yang berperan aktif dalam pengelolaan

waakaf di atas adalah:

1. H. Karyono, Lc., sebagai Bendahara Yayasan dan Bendahara MTs;

2. Nur Hakim, sebagai Bendahara MA dan sebagai Humas Yayasan;

3. Anisah, sebagai Sekretaris Yayasan;

4. Budi Hartanto, sebagai Kepala Madrasah MTs;

5. Solikhin, sebagai TU MTs

6. Muslicha Ahmad, sebagai Waka Kesiswaan MTs

7. Khamim Ismail, sebagai Waka Kurikulum MTs

8. Makhrus, sebagai TU MA

9. Ida Farida, sebagai Waka Kesiswaan MA

10. Mukti Ali Fauzi, sebagai Waka Kurikulum MA.

Di antara orang yang ditunjuk tersebut di atas, yang masuk dalam

jajaran keanggotaan nadzir adalah H. Imron Rosyadi dan Abdul Hakim.

Page 66: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxvi

Sedangkan yang lain merupakan orang-orang yang dalam hal ini menerima

kewenangan dari sebagian tugas-tugas nadzir.

Pembagian tugas-tugas di atas, disebut pendelegasian kewenangan,

yaitu pelimpahan kewenangan untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu

yang diberikan dari pihak atasan kepada bawahan. Menurut Ibnu Qudamah,

praktek yang demikian ini diperbolehkan. Namun hak pengelolaan yang

diberikan kepada seorang wakil tidak berpengaruh pada hak yang memberi

wewenang. Dia tetap boleh ikut serta dalam pengelolaan wakaf, meskipun

sudah ada wakilnya.

Kewenangan yang diserahkan kepada H. Karyono, Lc dan H. Imron

Rosyadi (sebagai wakil) memiliki peran yang besar dalam pengelolaan harta

wakaf. Keduanya adalah menantu KH. Bahruddin Yusuf.

Pembagian tugas pengelolaan harta wakaf, baik yang digunakan untuk

pendidikan Pondok Pesantren, Madrasah Tsanawiyah dan Madrasah Aliyah

(al-Ma’unah), adalah untuk mengoptimalkan pemanfaatan harta wakaf.

Meskipun pendelegasian wewenang sudah dilaksanakan kepada pihak lain,

namun nadzir tetap yang bertanggung jawab melaporkan pelaksanaan kepada

BWI (sebagaimana UU No.41 tahun 2004 pasal 11 bagian d). Mereka ini juga

yang bertanggung jawab secara moral terhadap masyarakat dan khususnya

wakif.

Penyerahan tugas kepada pihak lain (di luar anggota nadzir),

merupakan solusi terbaik dalam penyelenggaraan pengelolaan harta wakaf,

Page 67: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxvii

sehingga penyerahan tugas (pendelegasian) ini menjadikan pengelolaan harta

wakaf lebih optimal.

B. Analisis Tinjauan Hukum Islam terhadap Pendelegasian Kewenangan

Wakaf di Lembaga Pendidikan Al-Ma’unah Cirebon

Nadzir dalam satu kesatuan memiliki tugas yang telah diatur dalam

UU No. 41 tahun 2004 yang tertuang dalam pasal 11. Sedangkan pembagian

(distribusi) tugas secara rinci tidak diatur di dalamnya. Salah satu tugas nadzir

adalah mengawasi dan melindungi harta benda wakaf (pasal 11 bagian c). Di

sini, oleh nadzir, harta benda wakaf dikelola dan dikembangkan sesuai dengan

peruntukannya, yaitu untuk pengembangan pendidikan agama Islam. Maksud

dan tujuan wakif menyerahkan tanahnya, adalah supaya dikelola sebaik-

baiknya untuk keperluan pengembangan pendidikan agama Islam.

Harta yang sudah diwakafkan sudah bukan menjadi hak wakif maupun

nadzir, tetapi menjadi milik Allah. Nadzir yang menerima harta wakaf,

posisinya adalah sebagai pengelola yang bertanggung jawab untuk mengelola

dan mengembangkan sesuai dengan amanat wakif.

Nadzir wajib mengelola dan mengembangkan harta benda wakaf

sesuai dengan tujuan, fungsi dan peruntukannya (pasal 42 UU No 41/2004),

dan pelaksanaannya sesuai dengan prinsip syariah (pasal 43 (1)).

Kemudian, di dalam pelaksanaannya, nadzir telah mengelolanya

dengan cara membagi tugas kepada anggota nadzir. Secara bersama-sama

Page 68: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxviii

mereka menjalankan tugasnya untuk mengelola lembaga pendidikan agama

Islam yang sudah didirikan baik sebelum adanya wakaf maupun sesudah

menerima tanah wakaf. Selain itu, pihak lain selain anggota nadzir juga

ditunjuk dan dipercaya di dalam pengelolaan harta wakaf tersebut. Penunjukan

ini dimaksudkan untuk meringankan tugas-tugas nadzir dalam pengelolaan

harta wakaf untuk lembaga pendidikan yang ada. Pelimpahan tugas

pengelolaan ini dilakukan, jika tidak untuk kepentingan pribadi atau keluarga,

maka hal ini bisa dibenarkan sepanjang memenuhi persyaratan sebagaimana

yang disyaratkan bagi nadzir.

Namun, permasalahannya jika pelimpahan ini dimaksudkan untuk

kepentingan pribadi dan keluarga, maka yang demikian ini tidak boleh.

Mengingat harta wakaf di sini, oleh wakif diperuntukkan sebagai sarana

pendidikan agama Islam (sebagaimana disebut dalam ikrar wakaf), maka tidak

boleh digunakan untuk kepentingan pribadi maupun keluarga. Nadzir dan

pihak keluarga nadzir, tidak boleh memanfaatkan mauquf untuk kepentingan

lain.

Pada dasarnya pelimpahan wewenang hukumnya boleh berdasarkan al-

Qur’an, Hadits dan konsensus ulama (ijma’). Menurut al-Kasany al-wikalah

(pendelegasian wewenang) berarti pemeliharaan atau penjagaan; dan sandaran

dan penyerahan. Menurut al-Kabisi yang dimaksud dengan perwakilan adalah

menempatkan orang lain sebagai ganti dirinya dalam melakukan berbagai

prosedur yang boleh dilakukan dan boleh diketahui.

Page 69: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxix

Ayat al-Qur’an yang digunakan sebagai dasar hukum pelimpahan

wewenang adalah QS at-Taubah ayat 60 dan QS al-Kahfi ayat 19:

ا دقات إمنها والعاملني والمساكني للفقراء الص ويف م قـلوبـه والمؤلفة عليـ

عليم والله الله من فريضة السبيل وابن الله سبيل ويف والغارمني الرقاب

﴾60﴿ حكيم

Artinya: Sesungguhnya zakat-zakat itu, hanyalah untuk orang-orang fakir, orang-orang miskin, pengurus-pengurus zakat, para muallaf yang dibujuk hatinya, untuk (memerdekakan) budak, orang-orang yang berutang, untuk jalan Allah dan orang-orang yang sedang dalam perjalanan, sebagai sesuatu ketetapan yang diwajibkan Allah; dan Allah Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana. (QS at-Taubah, 9: 60)96

﴾19﴿... المدينة إىل هذه بورقكم أحدكم فابـعثوا...

Artinya: …Maka suruhlah salah seorang di antara kamu pergi ke kota dengan membawa uang perakmu ini… (QS al-Kahfi, 18: 19)97

Dalam kaitannya dengan wakaf, Ibnu Qudamah berpendapat bahwa

perwakilan dibolehkan dalam hal: hawalah (pemindahan utang), rahn

(penggadaian), dhaman (jaminan) dan kafalah (tanggungan), syirkah

(koperasi/persekutuan), wadi’ah (penitipan), mudharabah (bagi hasil), ji’alah ,

musaqah, ijarah (penyewaan), qardh (pinjaman), shulhu (perdamaian),

wasiat, hibah, wakaf, sedekah, fasakh (pembatalan) dan ibra’ (pembebasan).

96 Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 288 97 Departemen Agama RI., op.cit., hlm. 446

Page 70: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxx

Sebab semuanya itu bisa disamakan dengan jual beli yang membolehkan

perwakilan.

Kemudian dalam Pasal 11 Undang-undang Pengelola Wakaf Nomor

46 tahun 1970 dinyatakan, bagi pengelola dengan persetujuan Kantor Wakaf

berhak untuk mengangkat satu wakil atau lebih dalam mengelola dan dia

menanggung gaji mereka.

Para fuqaha telah sepakat bahwa nadzir berhak mewakilkan sebagian

pekerjaan atau keseluruhan dari pengelolaan harta wakaf kepada orang lain.

Hanya saja sebagian fuqaha membatasi, nadzir tidak boleh mewakilkan urusan

pengelolaan wakaf, jika wakif mensyaratkan untuk melaksanakan pengelolaan

wakaf secara langsung oleh dirinya dan dia dilarang untuk mewakilkan

sebagian atau keseluruhan pengelolaan wakaf kepada orang lain.98

Oleh karena di dalam Ikrar Wakaf H Sama’un selaku wakif tidak

menyebutkan syarat apapun yang dibebankan kepada nadzir, maka

pelimpahan yang dilakukan KH. Bahruddin Yusuf mempercayakan H.

Karyono, Abdul Hakim, dan Nur Hakim, tidak bisa dipermasalahkan. Terlebih

lagi jika maksud dan tujuan dari pihak nadzir melibatkan mereka adalah untuk

ikut serta meringankan beban pengelolaan lembaga pendidikan Islam. Dalam

hal ini, mereka yang ditunjuk adalah sebagai pelaksana teknis yang

bertanggung jawab kepada nadzir. Kemudian nadzir bertanggung jawab

kepada Badan Wakaf Indonesia.

98 Dr. Muhammad Abid Abdullah al-Kabisi, Hukum Wakaf, (terj.), Ciputat: IIMaN Press,

2004, hlm. 453

Page 71: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxi

Pelaksanaan pendelegasian kewenangan yang terjadi di Pondok Pesantren al-

Ma’unah Cirebon adalah suatu bentuk strategi nadzir untuk mengoptimalkan

pengelolaan wakaf sehingga dapat mencapai tujuan wakaf sesuai syari’at.

Page 72: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxii

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Harta wakaf yang diserahterimakan dari wakif kepada nadzir, telah

dicatatkan dalam Akta Ikrar Wakaf. Kemudian nadzir mengelola harta

wakaf tersebut untuk pengembangan pendidikan agama Islam, berupa

Pondok Pesantren, MTs dan MA al-Ma’unah. Dalam pengelolaan semua

lembaga pendidikan yang ada, pihak nadzir kemudian menunjuk beberapa

orang untuk ikut membantu dalam pengembangannya. Melalui struktur

organisasi pada Yayasan, MTs dan MA, mereka ditugaskan dalam

2. Pendelegasian wewenang wakaf pada dasarnya boleh, sepanjang wakif

tidak mensyaratkan untuk melaksanakan pengelolaan wakaf secara

langsung oleh dirinya dan dia dilarang untuk mewakilkan sebagian atau

keseluruhan pengelolaan wakaf kepada orang lain. Oleh karena yang

terjadi di Pondok Pesantren al-Ma’unah nadzir (dalam Akta Ikrar Wakaf)

tidak dibatasi dalam hal mewakilkan urusan pengelolaan wakaf kepada

pihak lain, maka nadzir memiliki kewenangan mendelegasikan sebagian

atau keseluruhan pengelolaan harta wakaf. Pelaksanaan pendelegasian

kewenangan yang terjadi di Pondok Pesantren al-Ma’unah Cirebon adalah

Page 73: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxiii

suatu bentuk strategi nadzir untuk mengoptimalkan pengelolaan wakaf

sehingga dapat mencapai tujuan wakaf sesuai syari’at.

B. Saran-saran

1. Untuk kesejahteraan umat, dan untuk menjaga keabadian agama Islam,

seyogyanya para aghniya’ (orang kaya) mentasyarufkan sebagian harta

benda untuk kepentingan Islam dan sosial, dengan cara wakaf.

2. Harta wakaf yang dikembangkan hendaknya diserahkan kepada pihak-

pihak (nadzir) yang memiliki amanah, sehingga pengelolaan dan

pengembangannya bisa dilaksanakan secara optimal sesuai dengan tujuan.

3. Nadzir, yang menerima amanah mengelola harta wakaf sebaiknya

menyusun job description (pembagian tugas) dan menggunakan sistem

manajemen terbuka.

4. Jika diperlukan adanya pelaksana teknis dalam pengelolaan harta wakaf,

sebaiknya nadzir menunjuk orang-orang yang ahli di bidangnya.

C. Penutup

Akhirnya sebagai rasa syukur atas selesainya proses penyusunan

skripsi ini, penulis memanjatkan puji syukur Alhamdulillah ke Hadirat Ilahi

Rabb. Sebab apapun yang penulis lakukan untuk menyusun skripsi ini tidak

lepas dari bimbingang-Nya. Sehingga penulis mendapat pertolongan dan

Page 74: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxiv

memiliki kemampuan sederhana untuk menyusun skripsi adalah semata-mata

dari Allah SWT.

Sungguhpun demikian, penulis sadar bahwa hasil penulisan ini

merupakan upaya penulis yang tentunya masih jauh dari kesempurnaan yang

sebenarnya. Oleh karena itu penulis selalu memohon kepada Allah untuk

senantiasa menganugerahkan rahmat, taufik dan hidayah-Nya. Amin.

Kemudian penulis juga menyampaikan ungkapan rasa terima kasih

kepada semua pihak yang telah membantu kelancaran dalam penyusunan

skripsi ini, baik secara materiil maupun secara moril. Penulis hanya bisa

berdoa semoga yang mereka lakukan menjadi amal shaleh.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini bisa membawa manfaat

bagi penulis khususnya, dan juga pembaca pada umumnya.

Page 75: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxv

DAFTAR PUSTAKA

Abdullah, Abdul Gani, Prof. Dr. H.SH., Wakaf Produktif, Bandung: Simbiosa Rekatama Media, 2008.

Abdurrahman, Kompilasi Hukum Islam di Indonesia, cet. II, Jakarta: Akademik Persindo, 1995

Achsanti, Afik, Analisis Terhadap Pengelolaan Tanah Wakaf Oleh Yayasan Pomesmawi di Kaborongan Kemrajen Banyumas, Skripsi Sarjana Syari’ah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 1995.

Amirin, Tatang M., Menyusun Rencana Penelitian, Jakarta: Rajawali, cet ke-2, 1990.

Arikunto, Suharsimi, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, cet. XII, Jakarta: PT. Rineka Cipta, 1998.

Azwar, Saifuddin, Metode Penelitian, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2001.

Bakar, Taqiyuddin Abu, Kifayatul Ahyar, Juz I, Semarang: Toha Putra.

Basyir, Ahmad Ashar, Hukum Islam Tentang Wakaf, Ijarah, Syirkah, Bandung: al- Ma’arif, t.th.

Departemen Agama Republik Indonesia, Perkembangan Pengelolaan Wakaf di Indonesia, Jakarta: Direktorat Pemberdayaan Wakaf Dirjen Bimas Islam, 2006

Direktorat Pengembangan Zakat dan Wakaf, Fiqih Wakaf, Jakarta: Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Islam dan Penyelenggaraan Haji, 2009.

Fadlullah, H.M., dan BTH. Brondgeest, Kamus, Jilid IV, Jakarta: Balai Pustaka, 1927

Hajar, Ibnu, Dasar-dasar Metodologi Penelitian Kualitatif dalam Pendidikan, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1996

Fahmi, Khairul, Sengketa Tanah Wakaf Milik (Studi Kasus di Kec. Selong Kab. Lombok Timur), Sarjana Fakultas Syari’ah, Yogyakarta: Perpustakaan UIN, 2003.

Page 76: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxvi

al-Kabisi, Muhammad Abid Abdullah, DR., Hukum Wakaf, Jakarta: Dompet Dhuafa Republika dan IIMaN, cet 1, 2004.

Manan, M.A., Sertifikat Wakaf Tunai: Sebuah Inovasi Instrumen Kawasan Islam, terj. Tjasmijanto dan Rozidyanti, Jakarta: CIBER dan PKTTI-UI, t.th.

Mubarak, Jaih, Prof. Dr. M.Ag., Wakaf Produktif, Bandung: Refika Offset, 2008.

Muslim, Imam Abi Husein, Tarjamah Shahih Muslim, Jilid 3, Semarang: asy-Syifa: 1992.

an-Nawawy, Imam Abu Zakaria Muhyiddin, Syarah al-Muhadzdzab, Juz 14, tt., Dar Ihya’ al-Turatsi al-Araby, t.th.

Nawawi, Hadari, Metode Penelitian Bidang Sosial, cet vi, Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1993.

Nihayah, Durrotin, Analisis Hukum Islam terhadap Pendayagunaan Harta Wakaf (Studi di BKM Kabupaten Demak), Skripsi Sarjana Syari’ah, Semarang: Perpustakaan Fakultas Syari’ah IAIN Walisongo, 2006.

Nurjaman, Siddiq, Persengketaan Perwakafan Tanah Milik dan Penyelesaiannya, Skripsi Sarjana Syari’ah, Yogyakarta: Perpustakaan UIN, 2003.

Pejabat Pembuat Akta Ikrar Wakaf, Salinan Akta Ikrar Wakaf Nomor W.2/33/K.15/IV/2003.

Praja, Juhaya S., Perwakawan di Indonesia, Pemikir, Hukum dan Perkembangan, Bandung: Yayasan Piara.

Prihatini, Farida, SH., MH., CN., Hukum Islam Zakat dan Wakaf Teori dan Prakteknya di Indonesia, Jakarta: Papas Sinar Sinanti dan FH UI, 2005, cet. I.

al-Qudamah, Ibnu, Al-Mughni, Juz 6, Riyadl: Dar Alam al-Kutub, 1997.

Rasjid, Sulaiman, Fiqh Islam, Jakarta: at-Tahiriyah, 1976.

Riyanto, Yatim, Metodologi Penelitan Pendidikan: Suatu Tinjauan Dasar, Surabaya: SIC, 1996.

Rofiq, Ahmad, Drs., MA., Hukum Islam di Indonesia, , cet. 2, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1997.

Sabiq, Sayyid, Fiqh as-Sunnah, Lebanon: Dar al-‘Arabi, 1971.

___________, Fiqih Sunnah, cet. I, Jakarta: PT. Pena Pundi Aksara

Sari, Elsi Kartika, S.H.,M.H., Pengantar Hukum Zakat dan Wakaf, Jakarta: PT Grasindo, 2007.

Sertipikat Tanah Wakaf No. 180, Kantor Pertanahan Kabupaten Cirebon, 7 Januari 2006

Soemanto, Wasty, Pedoman Teknik Penulisan Skripsi, Jakarta: Bumi Aksara, 1999.

Page 77: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxvii

Suhendi, H. Hendi, Fiqih Mu’amalah, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2002.

Sunarti, Mamik, Analisis Hukum Islam Terhadap Pemberdayaan Ekonomi Harta Wakaf (Study Lapangan Harta Wakaf Masjid Agung Semarang), Skripsi Sarjana Syari’ah, Semarang: Perpustakaan IAIN Walisongo, 2006

Sunggono, Bambang, Metode Penelitian Hukum, Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, cet. ke-5, 2003.

Suparman, Drs. H., SH., Hukum Perwakafan di Indonesia, Darul Ulum Pers, 1999

al-Syafi’i, Al-Umm, Jilid 3, Beirut: Daar al-Kutub, 1993.

asy-Syarbini, Mughni, Al-Muhtaj, Juz II, Kairo: Musthafa Halabi.

Yayasan Penyelenggara Penterjemah al-Qur’an Departemen Agama RI., Al-Qur’an dan Terjemahnya, Surabaya: Mahkota, 1989.

Dokumen Ikrar Wakaf

Peraturan Pemerintah RI Nomor 42 Tahun 2006

UU RI Nomor 41 Tahun 2004 tentang Wakaf

www.kiva.org, konsep pendelegasian atau pelimpahan kewenangan

Page 78: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxviii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Nur Khannah

Tempat, Tanggal Lahir : Cirebon, 03 Oktober 1985

Jenis Kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat Rumah : Jl. Ki Ageng Tepak – Pasar Minggu – Palimanan –

Cirebon KP 45161

No. HP : 0852 2415 9733

Jenjang Pendidikan :

1. SD N Kepuh II, lulus tahun 1997

2. MTs Al-Hidayah, Cirebon Jawa Barat, lulus tahun 2000

3. MA An-Nur, Bantul DI Yogyakarta, lulus tahun 2003

4. IAIN Walisongo Semarang (S1) Fakultas Syariah Angkatan 2004,

lulus tahun 2010.

Semarang, 3 Juni 2010 Penulis

Page 79: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxix

Nur Khannah NIM: 042 111 111

Penanggung Jawab KH. BAHRUDDIN YUSUF

Ketua H. IMRON ROSYADI, LC

Bendahara H. KARYONO, LC.

Sekretaris ANISAH

Sie Pendidikan H. ABDUL HAKIM

Humas NURHAKIM, S.Fil.I

STRUKTUR ORGANISASI YAYASAN AL-MA’UNAH CIREBON TAHUN 2005

Page 80: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxx

Kepala Madrasah BUDI HARTANTO, S.Pd.I

Bendahara H. KARYONO, LC.

Waka Kesiswaan MUSLICHA AHMAD, SHI.

TU SOLIKHIN

Waka Sarana / Prasarana H. IMRON ROSYADI, LC

STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH TSANAWIYAH AL-MA’UNAH CIREBON

TAHUN 2005

Waka Kurikulum DRS. KHAMIM ISMAIL

Page 81: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxxi

Kepala Madrasah Drs. SODIKIN T

Waka Kurikulum MUKTI ALI FAUZI, S.Pd.I

Bendahara NURHAKIM, S.Fil.I

Waka Kesiswaan IDA FARIDA S.Pd.I

TU MAKHRUS

Waka Sarana / Prasarana H. IMRON ROSYADI, LC

STRUKTUR ORGANISASI MADRASAH ALIYAH AL-MA’UNAH CIREBON

TAHUN 2005

Page 82: PENDELEGASIAN PENGELOLAAN WAKAF DI PONDOK …eprints.walisongo.ac.id/3040/2/2104111_Coverdll.pdf · 2014-12-17 · Arifin, S.Ag., M.Hum. Nur Hidayati Setyani, SH.,MH. NIP. 19711012

lxxxii

SARANA DAN PRASARANA

PONDOK PESANTREN AL-MA’UNAH CIREBON 99

NO SARANA/RUANGAN JUMLAH KET KONDISI

1 Ruang belajar mengajar 6 ruang Umum Baik

2 Kantor 2 ruang PP Baik

3 Kantor 1 ruang MTs Baik

4 Kantor 1 ruang MA Baik

5 Aula 2 PP Baik

6 Mushalla 1 Umum Baik

7 Perpustakaan 1 ruang Umum Baik

8 Lapangan 1 ruang Umum Baik

9 UKS 1 ruang Umum Baik

6 Gudang 1 ruang Umum Baik

7 WC / Kamar mandi 6 ruang Umum Baik

8 Laboratorium 1 Umum Baik

9 Koperasi 1 Umum Baik

99

Wawancara dengan H Imron Rosyadi, Lc. (Ketua Yayasan), tanggal 10 Februari 2010.