ARINI HIDAYATI doc

22
Tugas Mahasiswa untuk mata Kuliah KONAS dan KOTRANAS 1. Jelaskan keterkaitan antara pernyataan kesehatan adalah hak asasi manusia dan akses terhadap obat esensial KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya Keterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan obat. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia. Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Untuk menjamin keterjangkauan obat esensial, pemerintah telah menetapkan harga obat esensial untuk pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah disubsidi melalui pengadaan obat di pelayanan kesehatan dasar. 2. Jelaskan bahwa obat bukan sekedar komoditas perdagangan biasa ! Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial. Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri Kesehatan yang Nama: YANIK TISNAWATI NIM: 201210410311144 KELAS: FARMASI C

description

menfar

Transcript of ARINI HIDAYATI doc

1

Tugas Mahasiswa untuk mata Kuliah KONAS dan KOTRANAS

1. Jelaskan keterkaitan antara pernyataan kesehatan adalah hak asasi manusia dan akses terhadap obat esensial

KONAS dalam pengertian luas dimaksudkan untuk meningkatkan pemerataan dan keterjangkauan obat secara berkelanjutan, agar tercapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginyaKeterjangkauan dan penggunaan obat yang rasional merupakan bagian dari tujuan yang hendak dicapai. Pemilihan obat yang tepat dengan mengutamakan penyediaan obat esensial dapat meningkatkan akses serta kerasionalan penggunaan obat. Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia.Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta. Untuk menjamin keterjangkauan obat esensial, pemerintah telah menetapkan harga obat esensial untuk pelayanan kesehatan. Sedangkan untuk masyarakat berpenghasilan rendah disubsidi melalui pengadaan obat di pelayanan kesehatan dasar.2. Jelaskan bahwa obat bukan sekedar komoditas perdagangan biasa !

Obat berbeda dengan komoditas perdagangan lainnya, karena selain merupakan komoditas perdagangan, obat juga memiliki fungsi sosial.Kebijakan Pemerintah terhadap peningkatan akses obat diselenggarakan melalui beberapa strata kebijakan yaitu Undang-Undang sampai Keputusan Menteri Kesehatan yang mengatur berbagai ketentuan berkaitan dengan obat.3. Jelaskan mengapa penyediaan obat esensial merupakan kewajiban pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan publik maupun swasta !

Karena rencana pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat2010, menggariskan arah pembangunan kesehatan yang mengedepankan paradigma sehat. Tujuan pembangunan kesehatan menuju Indonesia Sehat2010 antara lain meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat dan memiliki akses terhadap pelayanan kesehatan bermutu, adil dan merata.

Obat merupakan salah satu komponen yang tak tergantikan dalam pelayanan kesehatan. Obat adalah bahan atau paduan bahan-bahan yang digunakan untuk mempengaruhi atau menyelidiki sistem fisiologi atau keadaan patologi dalam rangka penetapan diagnosis, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, peningkatan kesehatan dan kontrasepsi termasuk produk biologi. Akses terhadap obat terutama obat esensial merupakan salah satu hak azasi manusia.Dengan demikian penyediaan obat esensial merupakan kewajiban bagi pemerintah dan lembaga pelayanan kesehatan baik publik maupun swasta4. Jelaskan keterkaitan antara pelaksanaan otonomi daerah dapat berpengaruh pada ketersediaan obat esensial !

Penerapan otonomi daerah pada tahun 2000 berdasarkan UU 22/1999, yang diperbaharui dengan UU 32/2004 tentang Pemerintahan Daerah, mengakibatkan beberapa peran pemerintah pusat dialihkan kepada pemerintah daerah sebagai urusan wajib dan tugas pembantuan, salah satunya adalah bidang pelayanan kesehatan. Hal ini mengakibatkan penyediaan dan atau pengelolaan anggaran untuk pengadaan obat esensial yang diperlukan masyarakat di sektor publik menjadi tanggung jawabpemerintah daerah yang sebelumnya merupakan tanggung jawab pemerintah pusat. Namun pemerintah pusat masih mempunyai kewajiban untuk penyediaan obat program kesehatan dan persediaan penyangga (buffer stock) serta menjamin keamanan, khasiat dan mutu obat.Pelaksanaan otonomi daerah telah membawa perubahan mendasar yang perlu dicermati agar ketersediaan obat esensial bagi masyarakat tetap terjamin. Untuk daerah-daerah terpencil, perbatasan, kepulauan dan daerah rawan bencana, perlu dikembangkan sistem pengelolaan obat secara khusus.5. Sebutkan tujuan pemerintah menetapkan harga obat generik untuk pelayanan kesehatan !

Dari hasil penelitian WHO membandingkan harga obat nama dagang dan obat generik menunjukkan bahwa obat generik bukan yang termurah. Tetapi secara umum obat generik lebih murah dari obat dengan nama dagang. .Upaya untuk keterjangkauan atau akses obat di upayakan dari dua arah, yaitu dari arah permintaan pasar dan dari arah pemasok. Dari arah permintaan diupayakan melalui penerapan Konsep Obat Esensial dan penggunaan obat generik. Penerapan Konsep Obat Esensial dan penggunaan obat generik dilakukan melalui berbagai upaya, antara lain promosi penggunaan obat generik di setiap tingkat pelayanan kesehatan, pengaturan, pengelolaan obat di sektor publik6. Sebutkan dampak dari harmonisasi persyaratan teknis di bidang farmasi sesuai yang tercantum pada KONAS

Pada era globalisasi sekarang ini, regulasi makin berkembang dengan upaya harmonisasi persyaratan teknis dalam pengendalian dan pengawasan obat yang diprakarsai negara-negara industri. Kecanggihan teknis (persyaratan tehnis yang sangat ketat) yang tidak diperlukan harus diwaspadai agar tidak berpengaruh terhadap akses obat esensial.Perjanjian WTO membawa implikasi berupa perlindungan hak paten, penghapusan tariff dan non tariff barrier, perampingan proses registrasi dan harmonisasi persyaratan teknis. Disatu pihak keadaan ini memberikan beban pada pengendalian dan pengawasan obat dan dilain pihak memaksa industri farmasi domestik untuk meningkatkan daya saingnya. Perjanjian TRIPs memperpanjang waktu perlindungan hak paten yang berarti memperpanjang hak monopoli dari industri inovator transnasional, yang akan memberikan dampak negatif pada keterjangkauan obat oleh masyarakat. Untuk itu pemerintah harus memanfaatkan peluang yang ada dalam TRIPs seperti Lisensi Wajib, dan Pelaksanaan Paten oleh Pemerintah untuk menjamin ketersediaan dan keterjangkauan obat di Indonesia.Harmonisasi persyaratan teknis membawa implikasi akan adanya persyaratan teknis terkini yang makin canggih yang mungkin tidak mendesak, dan yang menimbulkan beban tambahan bagi perusahaan domestik serta bagi konsumen. Berkenaan dengan itu Indonesia harus siap menghadapi kemungkinan tersebut dengan kemampuan pengkajian teknis ilmiah. Perdagangan bebas juga membawa implikasi pada pengendalian dan pengawasan obat berupa ancaman akan lolosnya obat yang tidak memenuhi standar. Menghadapi ancaman tersebut, pengendalian dan pengawasan obat harus senantiasa diperkuat kemampuan dan kapasitasnya sejalan dengan perkembangan Iptek. Pemerintah perlu memiliki strategi untuk memperkecil dampak dari ancaman tersebut.7. Sebutkan stakeholder atau pelaku yang terkait dengan penyusunan dan pelaksanaan KONAS !

Tim KONAS berdasarkan Kepmenkes Nomor 1273/Menkes/SK/XII/2004, tentang Susunan Keanggotaan Tim Penyusunan Kebijaksanaan Obat Nasional :Penanggung Jawab: Menteri KesehatanTim Pengarah, Ketua: Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat KesehatanAnggota : 1) Sekretaris Jenderal Departemen Kesehatan RI, 2) Direktur Jenderal Bina Kesehatan Masyarakat, 3) Direktur Jenderal Pelayanan Medik, 4) Direktur Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, 5) Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan,6) Kepala Badan Pengembangan dan Pemberdayaan SDM Kesehatan, 7) Kepala Badan Pengawasan Obat dan Makanan (Badan POM), 8) Sekretaris Utama Badan POM, 9) Deputi Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dana Produk Komplimen Badab POM, 10) Deputi Bidang Pengawasan Keamanan Pangan dan Bahan Berbahaya Badan POM, 11) Staf Ahli Menteri (SAM) Bidang Peningkatan Kapasitas Kelembagaan dan Desentralisasi, 12) SAM Bidang Pembiayaan dan Ekonomi Kesehatan, 13) SAM Bidang Penyehatan Lingkungan dan Epiodemiologi, 14) SAM Bidang Pelayanan Kesehatan Masyarakat Rentan;Tim Pelaksana, Ketua: SAM Bidang Teknologi Kesehatan dan Farmasi,Wakil Ketua Pelaksana: Deputi Bidang Pengawasan Produk Terapetik danNarkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif Badan POM,Sekretaris: 1) Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan, 2) Direktur Penilaian Obat danProduk Biologi Badan POM, 3) Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional.Anggota: 1) Direktur Bina Penggunaan Obat Rasional, 2) Direktur Bina Farmasi Komunitas dan Klinik, 3) Direktur Bina Obat Publik dan Perbekalan Kesehatan, 4) Direktur Bina Produksi dan Dan Distribusi Alat Kesehatan, 5) Direktur Inspeksi dan Sertifikasi Produk Terapetik Badan POM,6) Direktur Standardisasi Produk Terapetik Badan POM,7) Kepala Biro Perencanaan dan Anggaran Depkes, 8) Kepala Pusat Kajian Pembangunan Kesehatan Depkes,9) Kepala Biro Hukum dan Organisasi.Konsultan: 1) Drs. Slamet Soesilo, Apt, 2) Prof. DR. Drs. Charles JP Siregar, Apt, 3) DR. Dra. Sri Suryawati, Apt.Tim Kecil Penyusunan KONAS berdasarkan Surat Keputusan DirekturJenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor HK.00.DJ.I.157 :Ketua: Drs. Richard Panjaitan, Apt, SKM;Anggota: 1) Drs. Dwidjo Susono, Apt, SE, MBA, 2) Drs. Udjianto, Apt, 3) Dra. Nasirah Bahaudin, Apt, MM, 4) Drs. Slamet Soesilo, Apt (Konsultan), 5) Prof DR. Drs. Charles JP Siregar, Apt, (Konsultan) 6) DR. Dra. Sri Suryawati, Apt.

(Konsultan); Sekretariat : 1) Drs. H. Purwadi, Apt, MM, ME, 2) Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt, MPharm.

Sekretariat Tim Penyusunan KONAS berdasarkan Surat Keputusan Direktur Jenderal Pelayanan Kefarmasian dan Alat Kesehatan Nomor HK.00.DJ.I.158 :Koordinator: Drs. H. Purwadi, Apt, MM, ME;

Anggota: 1) Drs. M Nur Ginting, Apt, M.Kes, 2) Dra. Chusun, Apt, M.Kes, 3) Drs. T. Bahdar Djohan Hamid, Apt, MPharm,4) dr. Abdullah Achmad, MARS, 5) Dra. Elly Zardania,Apt, MSi, 6) Dra. Rida Wurjati, Apt, 7) Drs. Zaenal

Komar, Apt, MA. 8) Dra. Kuswati Ningsih, MM;Staf: 1) Dra. Sukarni, Apt, 2) Drs. Bayu Teja Muliawan, Apt, MPharm, 3) Drs. Haryono, 4) Mindawati, SSi, Apt, 5) Riani Triesnawati, SE, M.Kes, 6) Indah Susanti, SSi, Apt.Dalam proses penyusunan juga melibatkan berbagai pihak dalam tahapan workshop/seminar/lokakarya sebagai berikut :WorkshopWorkshop dengan pokok bahasan 1). Daftar Obat Esensial Nasional : Konsep dan proses up-datingnya; 2). Penggunaaaan Obat Rasional; 3) Pembiayaan : Pembiayaan Pengobatan Di Institusi Pelayanan Publik Pasca Desentralisasi dan Revitalisasi Gudang Farmasi Kabupaten; 4). Masalah Distribusi Obat Illegal & Peredaran Obat PalsuJajaran Depkes : Menteri Kesehatan, Pejabat Eselon-I, Pejabat Eselon-I, Peneliti Utama Bidang Kesehatan, para Pejabat Eselon-III selektif , Direktur Utama Rumah Sakit, Kepala Dinas Kesehatan Propinsi se Indonesia, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten terpilih, Direktur Rumah Sakit Daerah terpilih, Komite Medik Rumah Sakit pemerintah dan swasta;Di luar Depkes : Perwakilan Asosiasi di bidang kesehatan (IDI, ISFI, PDGI, PAFI, GPF) LSM yang bergerak dalam perlindungan konsumen, perwakilan Perguruan Tinggi (Fakultas Kedokteran dan Fakultas Farmasi)Seminar/Lokakarya Nasional :Drs. Slamet Soesilo, Apt, Prof. DR. Drs. Charles JP Siregar, Apt, DR. Dra. Sri Suryawati, Apt. Kepala Dinas Kesehatan /Pejabat Bidang Kefarmasian di Dinas Kesehatan Propinsi seluruh Indonesia, Kadinkes Kabupaten Sleman, Kadinkes Kabupaten Kolaka, Kadinkes Kabupaten Lombok Tengah, Kadinkes Kabupaten Cirebon, Kadinkes Kabupaten Pasuruan, Kadinkes Kota Balikpapan, Kadinkes Kabupaten Cianjur, Kadinkes Kota Bekasi, Kadinkes Kota Depok, Sudin Kesehatan Kota Jakarta Selatan, Direktur Utama RS Cipto Mangun Kusumo Jakarta, Direktur RSdr. Hasan Sadikin Bandung, Direktur RS Kanker Dharmais Jakarta, Direktur RSUD Prof Soekarjo Jawa Tengah, Direktur RS PKU Muhammadyah Yogyakarta, Direktur RS dr. M. Djamil Padang, Direktur RS dr. Soetomo Surabaya , Direktur RS Adam Malik Medan, Direktur RSUP dr. Wahidin Soediro Hoesodo Makassar, Direktur RS dr. Sardjito Yogyakarta, Direktur RS Bethesda Yogyakarta, Fakultas Farmasi Universitas Airlangga Surabaya, Fakultas Farmasi Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Ketua Departemen Farmasi Fakultas MIPA Universitas Indonesia Depok, Departemen Farmasi Fakultas MIPA ITB, Departemen Farmasi Fakultas MIPA Unpad Bandung, Fakultas Farmasi Universitas Pancasila Lenteng Agung, Fakultas Farmasi Universitas Tujuh Belas Agustus Jakarta, Prof. dr. Hasbullah Thabrany, MPH, DRPH

(FKM UI), Prof. dr. Laksono Trisnantoro, MSc, PhD (Pengelola Pusat Manajemen Pelayanan Kesehatan Fakultas Kedokteran UGM), Direktur JPKM Ditjen Binkesmas Depkes RI, Direktur Operasional PT ASKES (Persero), ISFI, IDI, PDGI, PAFI, Hisfarsi, Asosiasi Fakultas Farmasi, Gabungan Pengusaha Farmasi, YLKI, PERDHAKI, LBH KesehatanDan semua pihak yang telah membantu penyusunan KONAS yang tidak dapat disebutkan satu per satu8. Apa yang dimaksudkan dengan pengobatan rasional obat dan contoh ketidakrasionalan obat?

Dalam pengobatan yang rasional pasien menerima obat yang sesuai dengan kebutuhan klinisnya, dengan dosis yang tepat, untuk jangka waktu pengobatan yang sesuai, dengan biaya yang terjangkau. Survei di sarana pelayanan kesehatan menunjukkan bahwa ketidak-rasionalan penggunaan obat masih tinggi.Contoh:

Ketidak-rasionalan penggunaan obat yang sering terjadi adalah polifarmasi, penggunaan obat non esensial, penggunaan antimikroba yang tidak tepat, penggunaan injeksi secara berlebihan, penulisan resep yang tidak sesuai dengan pedoman klinis, ketidakpatuhan pasien (non-compliency) dan pengobatan sendiri secara tidak tepat.Dalam jangka panjang kecenderungan prevalensi penyakit menular antara lain Infeksi Saluran Pernafasan Atas (ISPA), Tuberkulosis (TB) paru, dan malaria, diperkirakan akan meningkat. Kasus diare akan sedikit bertambah. Kasus penyakit schistosomiasis masih menghadapi masalah yang sama seperti saat ini. Kasus penyakit campak, dengan upaya imunisasi yang berkesinambungan diperkirakan akan menurun.Kecenderungan prevalensi penyakit tidak menular dimasa mendatang, seperti penyakit kardiovaskuler, kanker dan kelainan endokrin diperkirakan akan semakin bertambah. Sedangkan HIV / AIDS dan penyakit-penyakit yang baru muncul (new emerging infection diseases) akan menjadi permasalahan baru.9. Sebutkan apa saja potret kelemahan dibidang Obat Tradisional seperti yang disebutkan dalam analisa SWOT Kotranas dan bagaimana cara mengatasai hal tersebut diatas ?Kelemahan :

Untuk dapat memberikan jaminan mutu di bidang obat tradisonal, dihadapkan pada kondisi sangat kurangnya ketersediaan standar dan metode sebagai instrumen untuk melakukan evaluasi mutu. Sebagaimana telah disebutkan bahwa manfaat dan mutu obat tradisional dipengaruhi oleh banyak faktor. Sementara itu penelitian mengenai faktor-faktor tersebut sangat terbatas yang pada gilirannya menyebabkan terbatasnya data, standar dan metodologi.

Sumber daya alam tumbuhan obat belum dikelola secara optimal dan kegiatan budidayabelum diselenggarakan secara profesional, karena iklim usaha yang tidak kondusif, tidak ada jaminan pasar dan harga. Hal ini berdampak pada pembudidayaan sebagai usaha sambilan, sehingga bahan baku obat tradisional sebagian besar masih merupakan hasil pengumpulan dari tumbuhan liar dan tanaman pekarangan.Kegiatan eksploitasi jenis-jenis tumbuhan liar dan tumbuhan hutan tertentu untuk bahan obat tradisional masih terus berlangsung tanpa disertai dengan kegiatan budidaya, sehingga beberapa jenis tumbuhan telah menjadi tumbuhan langka. Untuk mencegah terjadinya kepunahan, maka jenis tumbuhan langka tersebut perlu segera dilestarikan dengan mengupayakan kegiatan budidaya.Mutu simplisia umumnya kurang memenuhi persyaratan, karena penanganan pasca panen yang kurang tepat dan terbatasnya IPTEK serta lemahnya kualitas sumber daya petani tumbuhan obat. Upaya pengembangan obat tradisional kurang terkoordinasi dengan baik. Pihak-pihak terkait, seperti Pemerintah, industri, pendidikan dan penelitian, petani dan provider kesehatan belum bekerjasama secara sinergis.Penerimaan kalangan kedokteran terhadap obat tradisional semakin meningkat tetapi sampai saat ini belum terakomodasi dalam kurikulum Fakultas Kedokteran.Pembiayaan yang tersedia untuk pengembangan obat tradisional Indonesia, terutama untuk membiayai kegiatan penelitian, masih sangatjauh dari kebutuhan. Disatu sisi kemampuan keuangan Pemerintah masih terbatas, sedangkan di pihak lain industri obat tradisional belum termotivasi untuk secara tanggung renteng ikut membiayai kegiatan penelitian.

Kegiatan usaha industri yang mengkhususkan diri untuk memproduksi bahan baku antara masih sangat sedikit. Mereka memproduksi bahan bakuantara diutamakan untuk keperluan produksi produk jadi sendiri. Beberapa industri ekstrak di tanah air, belum berjalan secara optimal dan lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan sendiri.Dari 907 IKOT yang ada, sebanyak 35,4% dapat digolongkan sebagai industri rumah tangga dengan fasilitas dan sumber daya yang sangat minimal. Sedangkan dari 129 IOT baru 69 industri yang mendapat sertifikat Cara Pembuatan Obat Tradisional yang Baik (CPOTB).Industri obat tradisional masih sangat kurang memperhatikan dan memanfaatkan hasilhasil penelitian ilmiah dalam pengembangan produk dan pasar. Dalam pengembangan pasar industri obat tradisional masih lebih menekankan pada kegiatan promosi, dibanding dukungan ilmiah mengenai kebenaran khasiat, keamanan dan kualitas.

Cara mengatasi :

Untuk mencapai tujuan KOTRANAS ditetapkan landasan kebijakan yang merupakan penjabaran dari prinsip dasar SKN, yaitu :1.Sumber daya alam Indonesia harus dimanfaatkan secara optimal dan berkelanjutan untuk kesejahteraan rakyat, oleh karena itu perlu dilakukan upaya peningkatan pemanfaatan sumber daya alam dibidang obat tradisional untuk peningkatan pelayanan kesehatan dan ekonomi.2.Pemerintah melaksanakan pembinaan, pengawasan dan pengendalian obat tradisional, secara profesional, bertanggung jawab, independen dan transparan, sedangkan pelaku usaha bertanggung jawab atas mutu dan keamanan sesuai persyaratan dalam rangka melindungi masyarakat dan meningkatkan daya saing.3.Pemerintah perlu memberikan pengarahan dan iklim yang kondusif untuk tersedianya obat tradisional yang bermutu : aman, memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas, baik untuk pengobatan sendiri oleh masyarakat maupun digunakan dalam pelayanan kesehatan formal dan menjamin masyarakat mendapatkan informasi tentang obat tradisional yang benar, lengkap dan tidak menyesatkan.STRATEGI1.Mendorong pemanfaatan sumber daya alam Indonesia secara berkelanjutan untukdigunakan sebagai obat tradisional demi peningkatan pelayanan kesehatan dan ekonomiSumber daya alam Indonesiaharus dimanfaatkan secara optimal untuk pelayanan kesehatan dan ekonomi dengan memperhatikan kelestariannya, yang dilakukan melalui upaya sebagai berikut :a.Pelaksanaan budi daya tumbuhan berdasarkan keunggulan sumber daya biologi masing-masing wilayah dan konservasi sumber daya alam untuk pengembangan obat tradisional dan tujuan lainnya dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan (stake holder).b.Pelaksanaan penelitian yang bermanfaat untuk pengembangan obat tradisional dan tujuan lainnya.c.

Penerapan standar bahanbaku dankomoditas obat tradisional secara konsisten termasuk obat tradisional asing.

d. Penyiapan peraturan yang tepat untuk menjaminpengembangan obat tradisionale.Pengembangan dan perlindungan terhadap hak kekayaan intelektual (HKI) yang berhubungan dengan ramuan obat tradisional asli Indonesia dan hasil pengembangan IPTEK di bidang obat tradisional berbasis sumber daya hayati Indonesia.172.Menjamin obat tradisional yang aman, bermutu tinggi dan bermanfaat serta melindungi masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak tepat.Pengawasan dan pengendalian obat tradisional dilaksanakan mulai dari penyiapan bahan baku, produksi hingga ke tangan konsumen, merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan.Untuk mencapai maksud tersebut dilakukan upaya sebagai berikut :a.Penilaian keamanan, mutu dan khasiat melalui proses pendaftaran, pembinaan, pengawasan danpengendalian impor, ekspor, produksi, distribusi dan pelayanan obat tradisional merupakan suatu kesatuan yang utuh, dilakukan dengan kompetensi tinggi, akuntabel, transparan dan independen.b.Adanya dasar hukum danpenegakan hukum secara konsisten, dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran.c.Penyempurnaan ketentuan sarana produksi bahan baku, dan komoditi obat tradisional.d.Pemberdayaan masyarakat melalui penyediaandan penyebaran informasi terpercaya sehingga terhindar dari risiko penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi standard dan risiko kesalahgunaan.e.Penyempurnaan dan pengembangan berbagai standar dan pedoman yang berhubungan dengan mutu obat tradisional.183.Tersedianya obat tradisional yang memiliki khasiat nyata yang teruji secara ilmiah, dan dimanfaatkan secara luas baik untuk pengobatan sendirimaupun dalam pelayanan kesehatan formal.Salah satu masalah belum dimanfaatkannya obat tradisional secara luas baik untuk pengobatan sendiri maupun dalam pelayanan kesehatan formal adalah sebagian besar khasiat obat tradisional belum teruji secara ilmiah. Oleh karena itu perlu dilakukan melalui upaya sebagai berikut :a.Penerapan penelitian yang dapat dipercaya tentang khasiat dan efek yang tidak diinginkan dari obat tradisional yang diarahkan pada obat tradisional yang memiliki keunggulan rasio biaya-efektivitas.b.Penyiapan peraturan yang mendorong diterimanya obat tradisional yang telah terbukti khasiatnya kedalam pelayanan kesehatan formal.c.Pelaksanaan promosi danadvokasi penggunaan obat tradisionald.Pelaksanaan pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan tenaga pengumpul dan produksi obat tradisionale.Peningkatan kerjasama internasional di bidang teknis dan pertukaran pengetahuan obat tradisionalf.Koordinasi antara instansi yang berwenang dalam hal menangani tumbuhan obat, terutama dalam tukar menukar informasi menyangkut data spesies tumbuhan obat yang ditemukan dari hasil survei.194.Mendorong perkembangan dunia usaha di bidang obat tradisional yang bertanggung jawab agar mampu menjadi tuan rumah di negeri sendiri dan diterima di negara lainPerkembangan dunia usaha di bidang obat tradisional merupakan tanggung jawab seluruh pemangku kepentingan di bidang obat tradisional yaitu, pemerintah, masyarakat dan dunia usaha. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya sebagai berikut : a.Penyiapan peraturan yang tepat untuk menjaminperkembangan dunia usahaobat tradisional. (diganti : peningkatan kerjasama dan koordinasi antar berbagai pemangku kepentingan berdasarkan azas Tata Kelola Yang Baik (Good Governance)b.Pemberian insentif melalui kebijakan perpajakan (usul : pemberian insentif dan kemudahan pada pengembangan usaha obat tradisional dengan memperhatikan keterjangkauannya oleh masyarakat)c.Penyederhanaan pelaksanaan proses perizinan (diganti : penciptaan iklim yang kondusif bagi pengembagan usaha obat tradisional dengan memperhitungkan perkembangan pasar gloal, regional dan lokal)d.Peningkatan promosi obat tradisional melalui pameran dan ekspo di tingkat nasionaldan internasional (usul : Peningkatan promosi obat tradisional di pasar Internasional dengan memanfaatkan berbagai perkembangan teknologi komunikasi)e.Berperan aktif dalam harmonisasi peraturan dan standar di bidang obat tradisional di tingkat regional dan internasional2010. Bagaimana upaya Pemerintah untuk menjamin obat tradisional yang aman, bermutu tinggi dan bermanfaat serta melindungi masyarakat dari penggunaan obat tradisional yang tidak tepat sebutkan .Pengawasan dan pengendalian obat tradisional dilaksanakan mulai dari penyiapan bahan baku, produksi hingga ke tangan konsumen, merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan.Untuk mencapai maksud tersebut dilakukan upaya sebagai berikut :a.Penilaian keamanan, mutu dan khasiat melalui proses pendaftaran, pembinaan, pengawasan danpengendalian impor, ekspor, produksi, distribusi dan pelayanan obat tradisional merupakan suatu kesatuan yang utuh, dilakukan dengan kompetensi tinggi, akuntabel, transparan dan independen.b.Adanya dasar hukum danpenegakan hukum secara konsisten, dengan efek jera yang tinggi untuk setiap pelanggaran.c.Penyempurnaan ketentuan sarana produksi bahan baku, dan komoditi obat tradisional.d.Pemberdayaan masyarakat melalui penyediaandan penyebaran informasi terpercaya sehingga terhindar dari risiko penggunaan obat tradisional yang tidak memenuhi standard dan risiko kesalahgunaan.e.Penyempurnaan dan pengembangan berbagai standar dan pedoman yang berhubungan dengan mutu obat tradisional.

Nama: YANIK TISNAWATI

NIM: 201210410311144

KELAS: FARMASI C