Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

11
2.1 Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran 2.4.1 Pengertian Pendekatan Inquiry Pendekatan Inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing/pemimpin belajardan fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri/dalam bentuk kolompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru. Pendekatan “inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar dan mengembangkan cara berfikir ilmiah. Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inquiry” adalah pembimbing dan fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah. Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan, namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan masalah harus dikurangi.

description

Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

Transcript of Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

Page 1: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

2.1 Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Pendekatan Inquiry

Pendekatan Inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan

objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal

sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang

sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.

Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing/pemimpin belajardan

fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan

sendiri/dalam bentuk kolompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.

Pendekatan “inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar

dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.

Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan

kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek

yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inquiry” adalah pembimbing dan

fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan

kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru

adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah.

Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan,

namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan

masalah harus dikurangi.

Pendekatan “inquiry” dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat

didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah

menciptakan kultur bisu tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan

inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan masalah, mendesain

eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri.

Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian

ketepatan dan kerumitannya.

Indrawati dalam Trianto (2007:134) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada

umumnya akan lebih efektif bila di selenggarakan melalui model-model pembelajaran

yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model

pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan

Page 2: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Salah satu yang

termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.

Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, tau pemeriksaan,

penyelidikan (Trianto, 2007:135).

Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009:166) strategi inkuiri berarti suatu rangkaian

kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk

mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat

merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan

pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses

kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan

pembelajaran; (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang

ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2007:135). Peranan guru dalam pembelajaran

inkuiri (Trianto, 2007:136) adalah sebagai (1) motivator, memberi rangsangan agar

siswa aktif dan bergairah berpikir; (2) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siwa

mengalami kesulitan; (3) penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka

buat; (4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas; (5) pengarah,

memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan; (6) manajer,

mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; (7) rewarder, memberi

penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

Gulo (dalam Trianto, 2009:168-169) menyatakan, bahwa kemampuan (proses)

yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk

meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis,

kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan

yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan

kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang

ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Page 3: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang telah diperoleh.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan

sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

1.4.2 Perlunya Pendekatan Inkuiri

Pendekatan inkuiri diperlukan karena menurut Trianto (2007: 135) sasaran utama

kegiatan pembelajaran inkuiri adalah:

1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar

2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran

3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam

proses inkuiri

Peranan guru dalam pembelajaran inkuiri (Trianto, 2007:136) adalah sebagai (1)

motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir; (2) fasilitator,

menunjukkan jalan keluar jika siwa mengalami kesulitan; (3) penanya, menyadarkan

siswa dari kekeliruan yang mereka buat; (4) administrator, bertanggung jawab terhadap

seluruh kegiatan kelas; (5) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan

yang diharapkan; (6) manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas;

(7) rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.

1.4.3 Langkah-Langkah Operasional Pendekatan Inquiry

Gulo (dalam Trianto, 2009:168-169) menyatakan, bahwa kemampuan (proses)

yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:

a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan

Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.

Untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di

papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.

b. Merumuskan hipotesis

Page 4: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi

permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,

guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin.

Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan

permasalahan yang diberikan.

c. Mengumpulkan data

Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang

dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.

d. Analisis data

Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan

menganalisis data yang telah diperoleh.

e. Membuat kesimpulan

Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat

kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.

Tahap Perilaku Guru

1. Menyajikan pertanyaan

atau masalah

Guru membimbing siswa mengiden-

tifikasi masalah dan masalah dituliskan

di papan tulis.

Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk curah pendapat dalam

membentuk hipotesis.

Guru membimbing siswa dalam

menentukan hipotesis yang relevan

dengan permasalahan dan memprio-

ritaskan hipotesis mana yang menjadi

prioritas penyelidikan.

3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada

siswa untuk menentukan langkah-

langkah yang sesuai dengan hipotesis

yang akan dilakukan.

Page 5: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

Guru membimbing siswa mengurutkan

langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan percobaan

untuk memperoleh

informasi

Guru membimbing siswa mendapatkan

informasi melalui percobaan

5. Mengumpulkan dan

menganalisis data

Guru memberi kesempatan pada tiap

kelompok untuk menyampaikan hasil

pengolahan data yang terkumpul

2.4.4 Jenis Pendekatan Inquiry

Menurut Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005:109) mengemukakan tiga macam

inquiry sebagai berikut :

1. Inquiry terpimpin (Guide inquiry)

Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.

Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang

membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum

berpengalaman beajar dengan inquiry, daam hal ini guru memberikan

bimbingan dan pengerahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan

lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan

perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar

perencanaannya dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup uas tentang

bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.

2. Inquiry bebas (free inquiry)

Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan

seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat

mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan

diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta

didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugas

Page 6: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

sebagai, misanya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data

dan pengevaluasi proses.

3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)

Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan dan kemudian peserta didik

diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,

eksplorasi, dan prosedur penelitian.

2.4.5 Kelebihan Pendekatan Inquiry

Menurut Hebrank (2000), Inquiry bermanfaat bagi pemelajar karena beberapa

alasan sebagai berikut:

a. Materi pelajaran yang dipelajari terkait dengan pengalaman sehari-hari

pemelajar, yang kadangkala menimbulkan keingintahuan mereka.

b. Membuat pemelajar aktif karena Pendekatan Inquiry meminimalisir metode

ceramah.

c. Pendekatan Inquiry dapat mengakomodasi perbedaan perkembangan

pemelajar.

d. Metode penilaian pada Inquiry memungkinkan pemelajar memperlihatkan

kompetensi dengan berbagai cara.

e. Inquiry dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran dan metode

mengajar/belajar yang berbeda.

f. Inquiry dapat mengembangkan kompetensi komunikasi pemelajar karena

mereka harus menyampaikan temuannya dengan cara yang mudah dipahami.

g. Inquiry dapat mengembangkan berpikir kritis pemelajar.

h. Inquiry dapat membuat pemelajar lebih mandiri

Bagi guru, pendekatan Inquiry dapat menciptakan kesempatan untuk

mempelajari bagaimana pikiran pemelajar bekerja. Pemahaman tersebut dapat

digunakan untuk menciptakan situasi belajar dan memfasilitasi mereka dalam

memperoleh pengetahuan. Menurut Budnitz (2003), ketika menerapkan pendekatan

inquiry guru dapat mengetahui :

a. Kapan memberikan dorongan.

b. Petunjuk apa yang dapat diberikan kepada setiap pemelajar.

c. Apa yang tidak perlu diberikan kepada pemelajar.

Page 7: Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran

d. Bagaimana membaca perilaku pemelajar ketika mereka sedang bekerja.

e. Bagaimana membantu pemelajar berkolaborasi dalam memecahkan masalah

secara bersama-sama.

f. Kapan pengamatann, hipotesis, atau eksperimen bermakna bagi pemelajar.

g. Bagaimana mentolelir ambiguitas.

h. Bagaimana memanfaatkan kesalahan (mistakes) secara konstruktif.

i. Bagaimana membimbing pemelajar secara tepat

Pembelajaran dengan pendekatan IBT juga dapat memberikan intake lebih

baik. Magnesen (dalam Deporter, Reardon, dan Singer-Nourie, 2000) memberikan

klasifikasi prosentase retensi pengetahuan berdasarkan metode belajar yang

digunakan: 10% dari dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang

dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikataakan, dan 90%

dari yang dikatakan dan dilakukan. Menurut hemat saya, IBT sangat erat kaitannya

dengan yang terakhir karena pemelajar harus melakukan inquiry dan

menyampaikannya kepada orang lain, baik guru maupun koleganya.

2.4.6 Kekurangan Pendekatan Inquiry

Pendekatan Inquiry juga memiliki beberapa kelemahan. Mulyani Sumantri dan

johar Permana (2001: 143) mengemukakan keemahan pendekatan inquiry sebagai

berikut:

a. Tidak sesuai untuk kelas dengan jumlah peserta didik yang besar

b. Memerukan fasilitas yang memadai

c. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama