Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran
description
Transcript of Pendekatan Inquiry Dalam Pembelajaran
2.1 Pendekatan Inquiry dalam Pembelajaran
2.4.1 Pengertian Pendekatan Inquiry
Pendekatan Inquiry bertolak dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan
objek dalam belajar, mempunyai kemampuan dasar untuk berkembang secara optimal
sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang
sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar.
Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing/pemimpin belajardan
fasilitator belajar. Dengan demikian, siswa lebih banyak melakukan kegiatan
sendiri/dalam bentuk kolompok memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru.
Pendekatan “inquiry” merupakan pendekatan mengajar yang berusaha meletakkan dasar
dan mengembangkan cara berfikir ilmiah.
Pendekatan ini menempatkan siswa lebih banyak belajar sendiri, mengembangkan
kekreatifan dalam pemecahan masalah. Siswa betul-betul ditempatkan sebagai subjek
yang belajar. Peranan guru dalam pendekatan “inquiry” adalah pembimbing dan
fasilitator belajar. Tugas utama guru adalah memilih masalah yang perlu dilontarkan
kepada kelas untuk dipecahkan oleh siswa sendiri. Tugas berikutnya dari guru
adalah menyediakan sumber belajar bagi siswa dalam rangka pemecahan masalah.
Sudah barang tentu bimbingan dan pengawasan dari guru masih tetap diperlukan,
namun campur tangan atau intervensi terhadap kegiatan siswa dalam pemecahan
masalah harus dikurangi.
Pendekatan “inquiry” dalam mengajar termasuk pendekatan modern, yang sangat
didambakan untuk dilaksanakan disetiap sekolah. Adanya tuduhan bahwa sekolah
menciptakan kultur bisu tidak akan terjadi apabila pendekatan ini digunakan. Pendekatan
inquiry adalah pendekatan mengajar di mana siswa merumuskan masalah, mendesain
eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data sampai mengambil keputusan sendiri.
Pendekatan inquiry harus memenuhi empat kriteria ialah kejelasan, kesesuaian
ketepatan dan kerumitannya.
Indrawati dalam Trianto (2007:134) menyatakan, bahwa suatu pembelajaran pada
umumnya akan lebih efektif bila di selenggarakan melalui model-model pembelajaran
yang termasuk rumpun pemrosesan informasi. Hal ini dikarenakan model-model
pemrosesan informasi menekankan pada bagaimana seseorang berpikir dan
bagaimana dampaknya terhadap cara-cara mengolah informasi. Salah satu yang
termasuk dalam model pemrosesan informasi adalah model pembelajaran inkuiri.
Inkuiri dalam bahasa Inggris inquiry, berarti pertanyaan, tau pemeriksaan,
penyelidikan (Trianto, 2007:135).
Menurut Gulo (dalam Trianto, 2009:166) strategi inkuiri berarti suatu rangkaian
kegiatan belajar yang melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk
mencari dan menyelidiki secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat
merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri. Sasaran utama kegiatan
pembelajaran inkuiri adalah (1) keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses
kegiatan belajar; (2) keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan
pembelajaran; (3) mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang
ditemukan dalam proses inkuiri (Trianto, 2007:135). Peranan guru dalam pembelajaran
inkuiri (Trianto, 2007:136) adalah sebagai (1) motivator, memberi rangsangan agar
siswa aktif dan bergairah berpikir; (2) fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siwa
mengalami kesulitan; (3) penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka
buat; (4) administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas; (5) pengarah,
memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan; (6) manajer,
mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas; (7) rewarder, memberi
penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
Gulo (dalam Trianto, 2009:168-169) menyatakan, bahwa kemampuan (proses)
yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan. Untuk
meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di papan tulis,
kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi permasalahan
yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini, guru menanyakan
kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin. Dari semua gagasan yang
ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat kesimpulan
sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
1.4.2 Perlunya Pendekatan Inkuiri
Pendekatan inkuiri diperlukan karena menurut Trianto (2007: 135) sasaran utama
kegiatan pembelajaran inkuiri adalah:
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pembelajaran
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri siswa tentang apa yang ditemukan dalam
proses inkuiri
Peranan guru dalam pembelajaran inkuiri (Trianto, 2007:136) adalah sebagai (1)
motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berpikir; (2) fasilitator,
menunjukkan jalan keluar jika siwa mengalami kesulitan; (3) penanya, menyadarkan
siswa dari kekeliruan yang mereka buat; (4) administrator, bertanggung jawab terhadap
seluruh kegiatan kelas; (5) pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan
yang diharapkan; (6) manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas;
(7) rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai siswa.
1.4.3 Langkah-Langkah Operasional Pendekatan Inquiry
Gulo (dalam Trianto, 2009:168-169) menyatakan, bahwa kemampuan (proses)
yang diperlukan untuk melaksanakan pembelajaran inkuiri adalah sebagai berikut:
a. Mengajukan pertanyaan atau permasalahan
Kegiatan inkuiri dimulai ketika pertanyaan atau permasalahan diajukan.
Untuk meyakinkan pertanyaan sudah jelas, pertanyaan tersebut dituliskan di
papan tulis, kemudian siswa diminta untuk merumuskan hipotesis.
b. Merumuskan hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara atas pertanyaan atau solusi
permasalahan yang dapat diuji dengan data. Untuk memudahkan proses ini,
guru menanyakan kepada siswa gagasan mengenai hipotesis yang mungkin.
Dari semua gagasan yang ada, dipilih salah satu hipotesis yang relevan dengan
permasalahan yang diberikan.
c. Mengumpulkan data
Hipotesis digunakan untuk menuntun proses pengumpulan data. Data yang
dihasilkan dapat berupa table, matrik, atau grafik.
d. Analisis data
Siswa bertanggung jawab menguji hipotesis yang telah dirumuskan dengan
menganalisis data yang telah diperoleh.
e. Membuat kesimpulan
Langkah penutup dari pembelajaran inkuiri adalah membuat
kesimpulan sementara berdasarkan data yang diperoleh siswa.
Tahap Perilaku Guru
1. Menyajikan pertanyaan
atau masalah
Guru membimbing siswa mengiden-
tifikasi masalah dan masalah dituliskan
di papan tulis.
Guru membagi siswa dalam kelompok.
2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk curah pendapat dalam
membentuk hipotesis.
Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan
dengan permasalahan dan memprio-
ritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan.
3. Merancang percobaan Guru memberikan kesempatan pada
siswa untuk menentukan langkah-
langkah yang sesuai dengan hipotesis
yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.
4. Melakukan percobaan
untuk memperoleh
informasi
Guru membimbing siswa mendapatkan
informasi melalui percobaan
5. Mengumpulkan dan
menganalisis data
Guru memberi kesempatan pada tiap
kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul
2.4.4 Jenis Pendekatan Inquiry
Menurut Sund dan Trowbridge (E. Mulyasa, 2005:109) mengemukakan tiga macam
inquiry sebagai berikut :
1. Inquiry terpimpin (Guide inquiry)
Peserta didik memperoleh pedoman sesuai dengan yang dibutuhkan.
Pedoman-pedoman tersebut biasanya berupa pertanyaan-pertanyaan yang
membimbing. Metode ini digunakan terutama bagi peserta didik yang belum
berpengalaman beajar dengan inquiry, daam hal ini guru memberikan
bimbingan dan pengerahan yang cukup luas. Pada tahap awal bimbingan
lebih banyak diberikan, dan sedikit demi sedikit dikurangi sesuai dengan
perkembangan peserta didik. Dalam pelaksanaannya sebagian besar
perencanaannya dibuat oleh guru. Petunjuk yang cukup uas tentang
bagaimana menyusun dan mencatat data diberikan oleh guru.
2. Inquiry bebas (free inquiry)
Pada inquiry bebas peserta didik melakukan penelitian sendiri bagaikan
seorang ilmuan. Pada pengajaran ini peserta didik harus dapat
mengidentifikasi dan merumuskan berbagai topik permasalahan yang akan
diselidiki. Metodenya adalah inquiryrole approach yang melibatkan peserta
didik dalam kelompok tertentu, setiap anggota kelompok memiliki tugas
sebagai, misanya koordinator kelompok, pembimbing teknis, pencatat data
dan pengevaluasi proses.
3. Inquiry bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Pada inquiry ini guru memberikan permasalahan dan kemudian peserta didik
diminta untuk memecahkan permasalahan tersebut melalui pengamatan,
eksplorasi, dan prosedur penelitian.
2.4.5 Kelebihan Pendekatan Inquiry
Menurut Hebrank (2000), Inquiry bermanfaat bagi pemelajar karena beberapa
alasan sebagai berikut:
a. Materi pelajaran yang dipelajari terkait dengan pengalaman sehari-hari
pemelajar, yang kadangkala menimbulkan keingintahuan mereka.
b. Membuat pemelajar aktif karena Pendekatan Inquiry meminimalisir metode
ceramah.
c. Pendekatan Inquiry dapat mengakomodasi perbedaan perkembangan
pemelajar.
d. Metode penilaian pada Inquiry memungkinkan pemelajar memperlihatkan
kompetensi dengan berbagai cara.
e. Inquiry dapat mensinergikan berbagai mata pelajaran dan metode
mengajar/belajar yang berbeda.
f. Inquiry dapat mengembangkan kompetensi komunikasi pemelajar karena
mereka harus menyampaikan temuannya dengan cara yang mudah dipahami.
g. Inquiry dapat mengembangkan berpikir kritis pemelajar.
h. Inquiry dapat membuat pemelajar lebih mandiri
Bagi guru, pendekatan Inquiry dapat menciptakan kesempatan untuk
mempelajari bagaimana pikiran pemelajar bekerja. Pemahaman tersebut dapat
digunakan untuk menciptakan situasi belajar dan memfasilitasi mereka dalam
memperoleh pengetahuan. Menurut Budnitz (2003), ketika menerapkan pendekatan
inquiry guru dapat mengetahui :
a. Kapan memberikan dorongan.
b. Petunjuk apa yang dapat diberikan kepada setiap pemelajar.
c. Apa yang tidak perlu diberikan kepada pemelajar.
d. Bagaimana membaca perilaku pemelajar ketika mereka sedang bekerja.
e. Bagaimana membantu pemelajar berkolaborasi dalam memecahkan masalah
secara bersama-sama.
f. Kapan pengamatann, hipotesis, atau eksperimen bermakna bagi pemelajar.
g. Bagaimana mentolelir ambiguitas.
h. Bagaimana memanfaatkan kesalahan (mistakes) secara konstruktif.
i. Bagaimana membimbing pemelajar secara tepat
Pembelajaran dengan pendekatan IBT juga dapat memberikan intake lebih
baik. Magnesen (dalam Deporter, Reardon, dan Singer-Nourie, 2000) memberikan
klasifikasi prosentase retensi pengetahuan berdasarkan metode belajar yang
digunakan: 10% dari dari yang dibaca, 20% dari yang didengar, 30% dari yang
dilihat, 50% dari yang dilihat dan didengar, 70% dari yang dikataakan, dan 90%
dari yang dikatakan dan dilakukan. Menurut hemat saya, IBT sangat erat kaitannya
dengan yang terakhir karena pemelajar harus melakukan inquiry dan
menyampaikannya kepada orang lain, baik guru maupun koleganya.
2.4.6 Kekurangan Pendekatan Inquiry
Pendekatan Inquiry juga memiliki beberapa kelemahan. Mulyani Sumantri dan
johar Permana (2001: 143) mengemukakan keemahan pendekatan inquiry sebagai
berikut:
a. Tidak sesuai untuk kelas dengan jumlah peserta didik yang besar
b. Memerukan fasilitas yang memadai
c. Waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama