Makalah pembelajaran inquiry

31
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara. Tujuan dari pendidikan itu sendiri ialah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Dalam mewujudkan tujuan pendidikan ada beberapa hal yang harus dilakukan diantaranya adalah strategi pembelajaran dalam mendidik peserta didik. Strategi pembelajaran sangatlah banyak, namun yang akan kami bahas dalam makalah ini ialah strategi pembelajaran inquiry Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang yang menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung akan tetapi peran siswa dalam strategi ini 1

Transcript of Makalah pembelajaran inquiry

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan

suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,

pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang

diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Tujuan dari pendidikan itu sendiri ialah mengembangkan potensi peserta

didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang

Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi

warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dalam mewujudkan tujuan pendidikan ada beberapa hal yang harus

dilakukan diantaranya adalah strategi pembelajaran dalam mendidik peserta didik.

Strategi pembelajaran sangatlah banyak, namun yang akan kami bahas dalam

makalah ini ialah strategi pembelajaran inquiry

Strategi pembelajaran inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

yang menekankan pada proses mencari dan menemukan. Materi pelajaran tidak

diberikan secara langsung akan tetapi peran siswa dalam strategi ini adalah

mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran, sedangkan guru berperan

sebagai fasilitator dan pembimbing untuk siswa.

Strategi pembelajaran ini berawal dari asumsi bahwa manusia lahir ke

dunia, manusia memiliki dorongan untuk menemukan sendiri pengetahuannya.

Rasa ingin tahu tentang keadaan alam di sekelilingnya merupakan kodrat manusia

sejak lahir ke dunia. Sejak kecil manusia memiliki keinginan untuk mengenal

segala sesuatu yang bisa diindra.

Dalam makalah ini yang akan kami bahas ialah pengertian, ciri-ciri,

prinsip-prinsip, langkah-langkah, keunggulan, dan kelemahan dari strategi

pembelajaran inquiry.

1

B. Rumusan Masalah

1. Apa pengertian dari inqury?

2. Bagaimana ciri ciri inquiry?

3. Bagaimana prinsip-prinsip inquiry ?

4. Bagaimana langkah-langkah inquiry ?

5. Apa saja komponen pendekatan inquiry?

6. Apa saja jenis pendekatan inquiry?

7. Apa saja tingkatan inquiry ?

8. Apa saja kelemahan dan kelebihan pendekatan inquiry?

C. Tujuan

1. Mengetahui pengertian dari inquiry

2. Mengetahui ciri ciri inquiry

3. Memahami prinsip-prinsi inquiry

4. Mengetahui langkah-langkah inquiry

5. Mengetahui komponen dari pendekatan inquiry

6. Mengetahui jenis pendekatan inquiry

7. Mengetahui tingkatan inquiry

8. Mengetahui kelemahan dan kelebihan dari pendekatan inquiry

2

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian pendekatan inquiry

Model inquiry didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge, 1973)

sebagai: Pembelajaran yang mempersiapkan situasi bagi anak untuk

melakukan eksperimen sendiri; dalam arti luas ingin melihat apa yang terjadi,

ingin melakukan sesuatu, ingin menggunakan simbol-simbol dan mencari

jawaban atas pertanyaan sendiri, menghubungkan penemuan yang satu

dengan penemuan yang lain, membandingkan apa yang ditemukan dengan

yang ditemukan orang lain.

Hamalik (2001:63) mengemukakan bahwa pembelajaran berdasarkan

inquiry (inquiry based teaching) adalah suatu strategi yang berpusat pada siswa

di mana kelompok-kelompok siswa dibawa ke dalam suatu persoalan atau

mencari jawaban terhadap pertanyaan-pertanyaan di dalam suatu prosedur dan

struktur kelompok yang diharuskan secara jelas.

Strategi pembelajaran inquiry menekankan kepada proses mencari dan

menemukan. Materi pelajaran tidak diberikan secara langsung. Peran siswa

dalam strategi ini adalah mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran,

sedangkan guru berperan sebagai fasilitator dan pembimbing siswa untuk

belajar. Strategi pembelajaran inquiry merupakan rangkaian kegiatan

pembelajaran yang menekankan pada proses berpikir kritis dan analitis untuk

mencari dan menemukan sendiri jawaban dari suatu masalah yang

dipertanyakan. Proses berpikir itu sendiri biasanya dilakukan melalui tanya

jawab antara guru dan siswa. Strategi pembelajaran ini sering juga dinamakan

strategi heuristic, yang berasal dari bahasa Yunani, yaitu heuriskein yang

berarti saya menemukan.

Kuslan Stone (Dahar,1991) mendefinisikan model inquiry sebagai

pengajaran di mana guru dan anak mempelajari peristiwa-peristiwa dan gejala-

gejala ilmiah dengan pendekatan dan jiwa para ilmuwan.

3

Trowbridge & Bybee (1990) menyatakan bahwa model inquiry adalah

sebuah model proses pengajaran yang berdasarkan atas teori belajar dan

perilaku. Inquiry merupakan suatu cara mengajar murid-murid bagaimana

belajar dengan menggunakan keterampilan, proses, sikap, dan pengetahuan

berpikir rasional (Bruce & Bruce, 1992). Senada dengan pendapat Bruce &

Bruce , Cleaf (1991) menyatakan bahwa inquiry adalah salah satu strategi yang

digunakan dalam kelas yang berorientasi proses. Inquiry merupakan sebuah

strategi pengajaran yang berpusat pada siswa, yang mendorong siswa untuk

menyelidiki masalah dan menemukan informasi. Proses tersebut sama dengan

prosedur yang digunakan oleh ilmuwan sosial yang menyelidiki masalah-

masalah dan menemukan informasi.

Sementara itu, Trowbridge & Bybee (1990) menjelaskan model

inquiry sebagai proses mendefinisikan dan menyelidiki masalah-masalah,

merumuskan hipotesis, merancang eksperimen, menemukan data, dan

menggambarkan kesimpulan masalah-masalah tersebut. Lebih lanjut,

Trowbridge mengatakan bahwa esensi dari pengajaran inquiry adalah menata

lingkungan/suasana belajar yang berfokus pada siswa dengan memberikan

bimbingan secukupnya dalam menemukan konsep-konsep dan prinsip-prinsip

ilmiah.

Senada dengan pendapat Trowbridge & Bybee, Amien (1987) dan

Roestiyah (1998) mengatakan bahwa inquiry adalah suatu perluasan proses

discovery yang digunakan dalam cara yang lebih dewasa. Sebagai tambahan

pada proses discovery, inquiry mengandung proses mental yang lebih tinggi

tingkatannya, misalnya merumuskan masalah, merancang eksperimen,

melakukan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik

kesimpulan, menumbuhkan sikap objektif, jujur, hasrat ingin tahu, terbuka dan

sebagainya.

Berdasarkan definisi-definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa inquiry

merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk memecahkan masalah,

merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen, mengumpulkan dan

menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Jadi, dalam model inquiry ini

4

siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk memecahkan suatu

permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian, siswa akan terbiasa

bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet, objektif/jujur,

kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

B. Ciri ciri pendekatan inquiry

Strategi pembelajaran inquiry memiliki beberapa ciri-ciri yang bisa

dipahami, diantaranya:

1) Strategi inquiry menekankan kepada aktivitas siswa secara maksimal

untuk mencari dan menemukan. Artinya menempatkan siswa sebagai

subjek belajar. Dalam proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan

sebagai penerima pelajaran melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi

mereka berperan untuk menemukan sendiri inti dari materi pelajaran itu

sendiri.

2) Seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan

menemukan jawaban sendiri dari sesuatu yang dipertanyakan, sehingga

diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya diri (self belief). Dengan

demikian, strategi pembelajaran ini menempatkan guru bukan sebagai

sumber belajar, akan tetapi sebagai fasilitator dan motivator belajar siswa.

Aktivitas pembelajaran biasanya dilakukan melalui proses tanya jawab

antara guru dan siswa. Karena itu kemampuan guru dalam menggunakan

teknik bertanya merupakan syarat utama dalam melakukan strategi

pembelajaran ini.

3) Tujuan dari penggunaan strategi pembelajaran inquiry adalah

mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis,

atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses

mental.

Dengan demikian, dalam strategi pembelajaran inquiry siswa tak

hanya dituntut untuk menguasai materi pelajaran, akan tetapi bagaimana

mereka dapat menggunakan potensi yang dimilikinya. Manusia yang hanya

menguasai pelajaran belum tentu dapat mengembangkan kemampuan berpikir

5

secara optimal. Sebaliknya, siswa akan dapat mengembangkan kemampuan

berpikirnya manakala ia bisa menguasai materi pelajaran. Strategi

pembelajaran ini merupakan bentuk dari pendekatan pembelajaran yang

berorientasi kepada siswa (student centered approach). Dikatakan demikian,

sebab dalam strategi ini siswa memegang peran yang sangat dominan dalam

proses pembelajaran.

C. Prinsip kerja pendekatan inquiry

Dalam pelaksanaanya, strategi pembelajaran inquiry harus berpegang

pada prinsip-prinsip yang telah ditentukan sehingga pembelajaran akan

berjalan lancar dan sesuai tujuan. Adapun prinsip penggunaan strategi

pembelajaran inquiry :

a) Berorientasi pada pengembangan intelektual

Tujuan utama dari strategi ini adalah pengembangan kemampuan ber-

pikir. Dengan demikian, strategi pembelajaran inquiry selain berorientasi

kepada hasil belajar juga berorientasi pada proses belajar.

b) Prinsip interaksi

Proses pembelajaran pada dasarnya adalah proses interaksi, baik interaksi

antara siswa maupun interaksi siswa dengan guru, bahkan interaksi antara

siswa dengan lingkungan. Pembelajaran sebagai proses interaksi berarti

menempatkan guru bukan sebagai sumber belajar, tetapi sebagai pengatur

lingkungan atau pengatur interaksi itu sendiri.

c) Prinsip bertanya

Peran guru yang harus dilakukan dalam menggunakan strategi ini adalah

guru sebagai penanya. Sebab, kemampuan siswa untuk menjawab setiap

pertanyaan pada dasarnya sudah merupakan sebagian dari proses berpikir.

Karena itu, kemampuan guru untuk bertanya dalam setiap langkah inquiry

sangat diperlukan.

d) Prinsip belajar untuk berpikir

Belajar bukan hanya mengingat sejumlah fakta, akan tetapi belajar adalah

proses berpikir (learning how to think), yakni proses mengembangkan po-

6

tensi seluruh otak. Pembelajaran berpikir adalah pemanfaatan dan peng-

gunaan otak secara maksimal.

e) Prinsip keterbukaan

Pembelajaran yang bermakna adalah pembelajaran yang menyediakan

berbagai kemungkinan sebagai hipotesis yang harus dibuktikan kebenar-

annya. Tugas guru adalah menyediakan ruang untuk memberikan

kesempatan kepada siswa mengembangkan hipotesis dan secara terbuka

membuktikan kebenaran hipotesis yang diajukannya.

D. Langkah langkah pendekatan inquiry

Sesuai dengan pokok bahasan yang telah diuraikan di atas, maka

langkah-langkah yang ditempuh dalam pembelajaran dengan menggunakan

model inquiry adalah:

a. Orientasi

Langkah orientasi adalah langkah untuk membina suasana atau iklim

pembelajaran yang responsif. Pada langkah ini guru mengkondisikan agar

siswa siap melaksanakan proses pembelajaran. Guru merangsang dan

mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Langkah orientasi

merupakan langkah yang sangat penting. Keberhasilan strategi ini sangat

tergantung pada kemauan siswa untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya

dalam memecahkan masalah, tanpa kemauan dan kemampuan itu tak mungkin proses

pembelajaran akan berjalan dengan lancar.

b. Merumuskan masalah

Merumuskan masalah merupakan langkah membawa siswa pada suatu

persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah

persoalan yang menantang siswa untuk berpikir memecahkan teka-teki itu.

Dikatakan teka-teki dalam rumusan masalah yang ingin dikaji disebabkan

masalah itu tentu ada jawabannya, dan siswa didorong untuk mencari

jawaban yang tepat. Proses mencari jawaban itulah yang sangat penting

dalam strategi inquiry, oleh sebab itu melalui proses tersebut siswa akan

7

memperoleh pengalaman yang sangat berharga sebagai upaya

mengembangkan mental melalui proses berpikir.

c. Merumuskan hipotesis

Hipotesis adalah jawaban sementara dari suatu permasalahan yang sedang

dikaji. Sebagai jawaban sementara, hipotesis perlu diuji kebenarannya.

Perkiraan sebagai hipotesis bukan sembarang perkiraan, tetapi harus

memiliki landasan berpikir yang kokoh, sehingga hipotesis yang

dimunculkan itu bersifat rasional dan logis. Kemampuan berpikir logis itu

sendiri akan sangat dipengaruhi oleh ke dalaman wawasan yang dimiliki

serta keluasan pengalaman. Dengan demikian, setiap individu yang kurang

mempunyai wawasan akan sulit mengembangkan hipotesis yang rasional

dan logis.

d. Mengumpulkan data

Mengumpulkan data adalah aktivitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk

menguji hipotesis yang diajukan. Dalam strategi pembelajaran inquiry,

mengumpulkan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam

pengembangan intelektual. Proses pengumpulan data bukan hanya me-

merlukan motivasi yang kuat dalam belajar, akan tetapi juga membutuhkan

ketekunan dan kemampuan menggunakan potensi berpikirnya. Karena itu,

tugas dan peran guru dalam tahapan ini adalah mengajukan pertanyaan-

pertanyaan yang dapat mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi

yang dibutuhkan. Sering terjadi kemacetan dalam mengaplikasikannya

karena siswa tidak apresiatif terhadap pokok permasalahan. Tidak

apresiatif itu biasanya ditunjukkan oleh gejala-gejala ketidak gairahan

dalam belajar. Jika guru menemukan gejala-gejala seperti ini, maka guru

hendaknya secara terus-menerus memberikan dorongan kepada siswa

untuk belajar dengan memberikan berbagai jenis pertanyaan secara merata

kepada seluruh siswa sehingga mereka terangsang untuk berpikir.

e. Menguji hipotesis

Menguji hipotesis adalah proses menentukan jawaban yang dianggap

diterima sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pe-

8

ngumpulan data. Dalam menguji hipotesis yang terpenting adalah mencari

tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan. Di samping itu, menguji hipotesis

juga berarti mengembangkan kemampuan berpikir rasional, yaitu kebenaran

jawaban yang diberikan bukan hanya berdasarkan argumentasi, akan tetapi

harus didukung oleh data yang ditemukan dan dapat dipertanggung

jawabkan.

f. Merumuskan kesimpulan

Merumuskan kesimpulan adalah proses mendeskripsikan temuan yang

diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis. Merumuskan kesimpulan

merupakan hal penting dalam proses pembelajaran. Sering terjadi, karena

banyaknya data yang diperoleh, menyebabkan kesimpulan yang

dirumuskan tidak fokus pada masalah yang hendak dipecahkan. Karena

itu, untuk mencapai kesimpulan yang akurat sebaiknya guru mampu

menunjukkan pada siswa data yang relevan.

E. Komponen komponen dalam pendekatan inquiry

Walaupun dalam praktek aplikasi pendekatan inquiry sangat

beragam, tergantung pada situasi dan kondisi sekolah, namun dapat

disebutkan bahwa pembelajaran dengan pendekatan ini memiliki lima

komponen yang umum, yaitu:

1. Question. Pembelajarn biasanya dengan sebuah pertanyaan pembuka yang

memancing rasa ingin tahu siswa dan kekaguman siswa akan suatu

fenomena. Siswa diberi kesempatan untuk bertanya, yang dimaksudkan

sebagai pengarah ke pertanyaan ini yang akan dipecahkan oleh siswa.

Selanjutnya, guru menyampaikan pertanyaan inti atau masalah inti yang

harus dipecahkan oleh siswa. Untuk menjawab pertanyaan ini, siswa

dituntut untuk melakukan beberapa langkah seperti evaluasi, sintesis dan

analisis. Jawaban dari pertanyaan ini tidak dapat ditemukan misalnya

dibuku teks, malinkan harus dibuat atau dikonstruksi.

2. Student engagement. Dalam metode ini keterlibatan aktif siswa merupakan

suatu kaharusan sedangkan peran guru adalah sebagi fasilitator. Siswa

9

bukan secara pasif menuliskan jawaban pertanyaan pada kolom isian atau

menjawab soal-soal pada akhir bab setiap buku, melainkan dituntut terlibat

dalam menciptakan sebuah produk yang menunjukan pemahaman siswa

terhadap konsep yang dipelajari atau alam melakukan sebuah investigasi.

3. Cooperative interaction. Siswa diminta untuk berkomunikasi bekerja

berpasangan atau dalam kelompok, dan mendiskusikan berbagai gagasan.

Dalam hal ini, siswa bukan sedang berkompetensi. Jawaban dari

permasalahan yang diajukan guru dapat muncul dalam berbagai bentuk

mungkin saja semua jawaban benar.

4. Performance evaluation. Dalam menjawab permasalahan, biasanya siswa

diminta untuk membuat sebuah produk yang dapat menggambarkan

pengetahuannya mengenai permasalahan yang sedang dipecahkan. Bentuk

produk ini dapat berupa slide presentasi, grafik, poster, karangan, dan lain-

lain. Melalui produk-produk ini guru melakukan evaluasi.

5. Variety of resources. Siswa dapat menggunakan bermacam-macam

sumber belajar, misalnya buku teks, website, televisi, video, poster,

wawancara dengan ahli, dan lain sebagainya.

F. Jenis Pendekatan Inquiry

a. Inquiry terstruktur, siswa mengikuti dengan tepat instruksi guru untuk

menyelesaikan kegiatan secara langsung dengan sempurna. Petunjuk yang

diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan membimbing.

Pelaksanaan pembelajaran dimulai dari suatu pertanyaan inti, misalnya

mengapa air yang mendidih mengeluarkan gelembung udara?

b. Inquiry terbimbing, siswa mengembangkan cara kerja untuk menyelidiki

pertanyaan yang dipilih atau diberikan guru. Dalam hal ini siswa

melakukan penelitian bebas sebagaimana seorang scientist.

c. Inquiry bebas, berdasarkan masalah yang diajukan guru, denga konsep

atau teori yang sudah dipahami siswa melakukan penyelidikan untuk

menentukan kebenarannya.

10

G. Tingkatan inquiry

Berdasarkan komponen-komponen dalam proses inquiry yang meliputi

topik masalah, sumber masalah atau pertanyaan, bahan, prosedur atau

rancangan kegiatan, pengumpulan dan analisis data serta pengambilan

kesimpulan Bonnstetter (2000) membedakan inquiry menjadi lima tingkat

yaitu praktikum (tradisional hands-on), pengalaman sains terstruktur

(structured science experiences), inquiry terbimbing (guided inquiry), inquiry

siswa mandiri (student directed inquiry), dan penelitian siswa (student

research).

Klasifikasi inquiry menurut Bonnstetter (2000) didasarkan pada tingkat

kesederhanaan kegiatan siswa dan dikatakan sebaiknya penerapan inquiry

yang berkelanjutan, dimulai dari yang paling sederhana terlebih dahulu.

1. Traditional hands-on praktikum ( traditional hands-on ) adalah tipe

inquiry yang paling sederhana. Dalam praktikum guru menyediakan

seluruh keperluan mulai dari topik sampai kesimpulan yang harus

ditemukan siswa dalam bentuk buku petunjuk yang lengkap.

2. Pengalaman sains yang terstruktur. Tipe inquiry berikutnya ialah

pengalaman sains terstruktur (structured science experiences), yaitu

kegiatan di mana guru menentukan topik, pertanyaan, bahan dan

prosedur sedangkan analisis hasil dan kesimpulan dilakukan oleh

siswa.

3. Jenis yang ketiga ialah inquiry terbimbing (guided inquiry), siswa

diberikan kesempatan untuk bekerja merumuskan prosedur,

menganalisis hasil dan mengambil kesimpulan secara mandiri,

sedangkan dalam hal menentukan topik, pertanyaan dan bahan

penunjang, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

4. Inquiry siswa mandiri (student directed inquiry), dapat dikatakan

sebagai inquiry penuh karena pada tingkatan ini siswa

bertanggungjawab secara penuh terhadap proses belajarnya, dan guru

hanya memberikan bimbingan terbatas pada pemilihan topik dan

pengembangan pertanyaan.

11

5. Tipe inquiry yang paling kompleks ialah penelitian siswa ( student

research ). Pada tipe ini, guru hanya berperan sebagai fasilitator dan

pembimbing sedangkan penentuan atau pemilihan dan pelaksanaan

proses dari seluruh komponen inquiry menjadi tangungjawab siswa.

Ahli lain yaitu Tomlinson, C. & Callahan, C.M. (1992) menyusun

klasifikasi inquiry lain yang didasarkan pada intensitas keterlibatan siswa. Ada

tiga bentuk keterlibatan siswa di dalam inquiry, yaitu: (a) identifikasi masalah,

(b) pengambilan keputusan tentang teknik pemecahan masalah, dan (c)

identifikasi solusi tentatif terhadap masalah.

G. Keunggulan dan kelemahanStrategi Pembelajaran Inquiry merupakan strategi pembelajaran yang

banyak dianjurkan, karena strategi ini memiliki beberapa keunggulan, yaitu :

1. Merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

2. Startegi ini dapat memberikan ruang kepada siswa untuk belajar sesuai

dengan gaya belajar mereka.

3. Strategi yang dianggap sesuai dengan perkembangan psikologi belajar

modern yang menganggap belajar adalah proses perubahan tingkah laku

berkat adanya pengalaman.

4. Keuntungan lain adalah dapat melayani kebutuhan siswa yang memiliki

kemampuan di atas rata-rata, yaitu siswa yang memiliki kemampuan

belajar bagus tidak akan terhambat oleh siswa yang lemah dalam belajar.

Di samping memiliki keunggulan, strategi ini juga mempunyai

kelemahan, antara lain adalah :

1. Jika strategi ini digunakan sebagai strategi pembelajaran, maka akan sulit

mengontrol kegiatan dan keberhasilan siswa.

12

2. Strategi ini sulit dalam merencanakan pembelajaran oleh karena terbentur

dengan kebiasaan siswa dalam belajar.

3. Terkadang dalam mengimplementasikannya, memerlukan waktu yang

panjang sehingga sering guru sulit menyesuaikannya dengan waktu yang

telah ditentukan.

4. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan siswa

menguasai materi pelajaran, maka startegi ini akan sulit diimplementasikan

oleh setiap guru.

13

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan definisi-definisi para pakar pendidikan, dapat disimpulkan

bahwa inquiry merupakan suatu proses yang ditempuh siswa untuk

memecahkan masalah, merencanakan eksperimen, melakukan eksperimen,

mengumpulkan dan menganalisis data, dan menarik kesimpulan. Sehingga

dalam model inquiry, siswa terlibat secara mental maupun fisik untuk

memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru. Dengan demikian,

siswa akan terbiasa bersikap seperti para ilmuwan sains, yaitu teliti, tekun/ulet,

objektif/jujur, kreatif, dan menghormati pendapat orang lain.

Dalam strategi ini terdapat keunggulan dan kelemahan sehingga guru

harus mengerti dan memahami kondisi kelas yang di ajar sebelum memutuskan

untuk menggunakannya sebagai strategi dalam mengajar. Meski demikian,

startegi ini merupakan strategi pembelajaran yang menekankan kepada

pengembangan aspek kognitif, afektif, dan psikomotor secara seimbang,

sehingga pembelajaran melalui strategi ini dianggap lebih bermakna.

14

DAFTAR PUSTAKA

Amien, M. 1987. Mengajarkan Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) dengan Menggunakan Metode Discovery dan Inquiry. Jakarta: Depdikbud

Bruce, W.C. & J.K. Bruce. (1992) . Teaching with Inquiry. Maryland: Alpha Publishing Company, Inc.

Cleaf, D.W.V. (1991). Action in Elementary Social Studies. Singapore: Allyn and Bacon.

H Dahar, R.W. (1991). Teori-teori Belajar. Jakarta: Erlangga.

Hamalik, O. (1991). Strategi Belajar Mengajar. Bandung: CV Sinar Baru.

Roestiyah, N.K. (1998). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sund dan Trowbridge. (1973). Science; Study and teaching (Secondary).

Columbus, Ohio : Merrill.

Tomlinson, C., & Callahan, C.M. (1992). Contributions of gifted e ducation to

general education in a time of change.

Trowbridge, L.W. & R.W. Bybee. (1990). Becoming a Secondary School Science

Teacher. Melbourne: Merill Publishing Company

15

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL……………………………………………………… i

KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii

DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang……………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah............................................................................... 2

C. Tujuan Penulisan……………………………………………………. 2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Pembelajaran Inquiry …………………………………… 3

B. Ciri-ciri Pembelajaran Inquiry………………………………………. 5

C. Prinsip-Prinsip Pembelajaran Inquiry ……………………………… 6

D. Langkah-langkah Pembelajaran Inquiry ……………………………. 7

E. Komponen-Komponen Pembelajaran Inquiry ……………………… 9

F. Jenis-Jenis Pembelajaran Inquiry……………………………………10

G. Tingkatan-Tingkatan Pembelajaran Inquiri…………………………11

H. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Inquiri…………………12

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan….……………………………………………………… 13

DAFTAR PUSTAKA

16

KATA PENGANTAR

Tiada kata seindah “Alhamdulillah”, penulis panjatkan kehadirat Allah

SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahNya, sehingga segala

persiapan, pelaksanaan hingga penyusunan makalah ini dapat diwujudkan sebagai

wujud pelaksanaan Tri Dharma Perguruan Tinggi.

Makalah ini berjudul “Pembelajaran Inquiri dan Implementasinya”.

Penulis menyadari bahwa karya ini tidak dapat hadir dan rampung tanpa bantuan

dan dukungan berbagai pihak. Untuk itu penulis mengucapkan terima kasih yang

setinggi-tingginya kepada dosen pengampu mata kuliah “Pembelajaran Inquiry

dan Implementasinya Prof. Dr. Hj. NURHAYATI, M.Pd., atas bantuannya

selama penyusunan makalah ini.

Dengan segenap kerendahan hati, penulis mengharapkan saran dan kritik

yang sifatnya membangun demi penyempurnaan makalah ini. Semoga Allah SWT

senantiasa melindungi dan melimpahkan anugerahNya di setiap aktivitas kita yang

bermanfaat. Amin

Makassar, September 2013

Penyusun

17

Tugas : Kelompok M.K : Strategi Belajar Mengajar BiologiDosen Pengasuh : Prof. Dr.Hj. Nurhayati B., M.Pd

PEMBELAJARAN INQUIRY DAN IMPLEMENTASINYA

Oleh : KELOMPOK 5

SAHRINI RAUF : 13B13014

TAJUDDIN KACANG : 13B13015

ARDIANTO : 13B13018

LILIS PAULUS : 13B13019

18

PERTANYAAN PADA SAAT PRESENTASI

1. Apakah ada solusi untuk mengatasi kelemahan kelemahan untuk

kelancaran metode pembelajaran ini ?

- Kesulitan mengontrol siswa dapat diatasi dengan guru harus aktif

mengajak siswanya berdialog dan berdiskusi, bisa juga menggunakan

laptop untuk memfokuskan perhatian siswa, di samping itu bisa dilakukan

pembagian kelompok misalnya tutor sebaya.

- Kesulitan membagi waktu yang panjang dapat di atasi lebih awal pada

saat pembuatan program tahunan, program semester dan juga RPP

sehingga tidak terjadi kesulitan dalam mengatur waktu pada saat

menerapkannya. Misalnya jika waktunya terlalu kurang, sehingga materi

tidak selesai maka bisa digunakan waktu tambahan pada saat pekan

cadangan untuk menuntaskan pembelajarannya.

- Harus ada indikatornya, dengan memberikan ujian untuk menentukan

siapa yang berhasil dan siapa yang belum berhasil.

2. Dimanakan benang merah antara keterampilan proses dengan pendekatan

inquiry ?

- Benang merahnya adalah keterampilan proses dan pendekatan inquiry

sama-sama menginginkan siswa aktif dalam melakukan kegiatan

pembelajaran dan guru sebaiknya hanya sebagai fasilitator saja. Kemudian

inquiry merupakan salah satu penjabaran dari keterampilan proses.

- Sama sama menggunakan pikiran, nalar dan perbuatan secara efisien dan

efektif untuk mencapai suatu hasil tertentu, termasuk kreativitas

19

menggunakan kemampuan olah pikir (psikis) atau kemampuan olah

perbuatan (fisik).

3. Pendekatan konstruktivisme dan inquiry dimanakah letak perbedaanya?

- Sebenarnya pendekatan konstruktivisme merupakan salah satu acuan

dalam pembelajaran inquiry, pendekatan pendekatan yang sudah di bahas

sebelumnya menekankan bahwa siswa aktif dalam proses pembelajaran

dan guru hanya sebagai fasilitator termasuk pada pendekatan

konstruktivisme. Hanya dalam hal ini inquiry lebih menekankan tentang

proses Investigasi yang dilakukan oleh siswa. Investigasi ini difokuskan

untuk memahami konsep-konsep sains dan meningkatkan keterampilan

proses berpikir ilmiah siswa. Pendekatan konstruktivisme masih bersifat

umum yang mewadahi beberapa metode pembelajaran akan tetapi sama

sama meyakini bahwa pemahaman konsep merupakan hasil dari proses

berpikir secara ilmiah.

4. Apa beda dari metode dan pendekatan ?

- Pendekatan diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya

suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,

menginsiprasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan

cakupan teoretis tertentu. Dengan kata lain pendekatan adalah konsep

dasar yang mewadahi, menginsipirasi, menguatkan, dan melatari metode

pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.

- Metode merupakan jabaran dari pendekatan. Satu pendekatan dapat

dijabarkan ke dalam berbagai metode. Metode  adalah prosedur

pembelajaran yang difokuskan ke pencapaian tujuan. Teknik dan taktik

mengajar merupakan penjabaran dari metode pembelajaran.

20

21