Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

17
PENDEKATAN ILMU KESEHATAN JIWA DALAM PENANGANAN GANGGUAN MENTAL Ria Nur Rachmawaty 04054811416030 Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) merupakan salah satu cabang spesialistik kedokteran yang mendalami aspek kejiwaan dalam kehidupan sosial, berperandalam peningkatan taraf kesehatan jiwa baik dalam kondisi sakit (fisik maupunpsikis) maupun dalam kondisi sehat. Di kalangan masyarakat awam maupun profesi kesehatan, ‘Psikiatri’ seringkali masih dianggap sebagai bidang yang menangani gangguan jiwa berat saja. Karena peran psikiatri di dalam kesehatanmedik umum masih belum banyak dipahami oleh masyarakat dan profesi lainnya dalam bidang kesehatan. Untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang apa itu psikiatri dan perannya dalam praktek kedokteran umum, maka perlu dilakukan pendekatan secara eklektik dan holistik dalam psikiatri 1 . Dalam bidang kedokteran, apa yang diharapkan pasien bukan hanya pengobatan penyakitnya, tetapi juga perlakuan yang wajar untuk mendapatkan taraf kesehatan yang lebih baik secara menyeluruh, sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya secara optimal atau dengan kata lain mendapatkan taraf kualitas hidup yang lebih baik. Dalam

description

abcd

Transcript of Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

Page 1: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

PENDEKATAN ILMU KESEHATAN JIWA DALAM

PENANGANAN GANGGUAN MENTAL

Ria Nur Rachmawaty 04054811416030

Psikiatri (Ilmu Kedokteran Jiwa) merupakan salah satu cabang spesialistik

kedokteran yang mendalami aspek kejiwaan dalam kehidupan sosial, berperandalam

peningkatan taraf kesehatan jiwa baik dalam kondisi sakit (fisik maupunpsikis)

maupun dalam kondisi sehat. Di kalangan masyarakat awam maupun profesi

kesehatan, ‘Psikiatri’ seringkali masih dianggap sebagai bidang yang menangani

gangguan jiwa berat saja. Karena peran psikiatri di dalam kesehatanmedik umum

masih belum banyak dipahami oleh masyarakat dan profesi lainnya dalam bidang

kesehatan. Untuk memperluas pengetahuan masyarakat tentang apa itu psikiatri dan

perannya dalam praktek kedokteran umum, maka perlu dilakukan pendekatan secara

eklektik dan holistik dalam psikiatri1.

Dalam bidang kedokteran, apa yang diharapkan pasien bukan hanya

pengobatan penyakitnya, tetapi juga perlakuan yang wajar untuk mendapatkan taraf

kesehatan yang lebih baik secara menyeluruh, sehingga dapat menjalankan fungsi

sosialnya secara optimal atau dengan kata lain mendapatkan taraf kualitas hidup yang

lebih baik. Dalam menyembuhkan penyakit, seorang psikiater harus melakukan

pendekatan eklektik, artinya menelusuri secara rinci namun selektif terhadap aspek

psikis (mental dan emosional), fisik, dan sosialnya. Setiap aspek tersebut selanjutnya

dipandang secara menyeluruh pengaruhnya terhadap gejala atau gangguan yang

dialami individu, itulah yang disebut pendekatan holistik. Hal tersebut akan menjadi

semakin nyata ketika seseorang menghadapi penyakit-penyakit berat, menahun, yang

menyebabkan kecacatan atau menghadapi kematian, di saat itulah diperlukan

kepekaan dan kepedulian seorang dokter dalam menilai kondisi pasien secara

menyeluruh, termasuk mengantisipasi kemungkinan dampak penyakit/pengobatan

terhadap kehidupan psikososial pasien nantinya2,3. Sebagai contoh; seorang pasien

Page 2: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

yang mengalami penyakit sirosis hati,dimana separuh dari hatinya sudah mengalami

kerusakan dan tidak bisa berfungsi lagi.

Hal ini menyebabkan kehidupan pasien akan terganggu baik psikis maupun

sosialnya. Dalam hal inilah peran psikiatri dimanfaatkan, dengan keadaan pasien

yang mungkin mengalami depresi atau mengalami gangguan mental emosional yang

berdampak pada perilaku kehidupan sosialnya sehari-hari, tugas seorang dokter tidak

hanya terpaku pada pengobatan sirosis saja, tetapi juga bagaimana seorang dokter

bisa menjaga kualitas hidup pasien untuk tetap optimal. Dengan menggunakan

pendekatan eklektik dan holistik sebagai dasar pendekatan psikiatri, seorang dokter

bisa mencapai pengobatan pada pasien tersebut secara menyeluruh baik dalam aspek

fisik/organ, psikologi, dan sosial. Dalam hal ini, seorang dokter harus bisa melakukan

pendekatan kepada pasien sehingga dalam menyampaikankeadaan penyakit kepada

pasien tidak memperburuk kondisi mental danemosionalnya. Landasan pendekatan

manusiawi yang adekuat dalam hal ini padadasarnya tidak lain yaitu Empati. Dimana

empati yaitu upaya dan kemampuanuntuk mengerti, memahami, menghayati, dan

menempatkan diri seseorang padatempat orang lain sesuai dengan identitas, perasaan,

cara berpikir, harapan, nilai dan perilaku seseorang2,3,4.

Berempati berarti tidak bersikap menghakimi, baik dalam arti kata

membenarkan atau menyalahkan. Dengan kata lain berempati adalah menerima orang

lain sebagaimana adanya, termasuk mengerti, menerima, dan menghargai nilai-nilai

pribadi seseorang. Sehingga ketika seorang dokter menjelaskan keadaan fisik dan

pengobatan penyakit, dokter juga harus memperhatikan kelangsungan kehidupan

sosial dan keadaan psikologis pasien dalam menerima penyakitnya. Disinilah

pentingnya peranan pendekatan psikiatri secara eklektik dan holistik1,3. Dimana dalam

pengobatan pasien harus bersifat menyeluruh dan utuh untuk meningkatkan

kesehatan mental dan kualitas hidup pasien. Itulah sebabnya psikiatri tidak dapat

dipisahkan dari kesehatan fisik, dan sebaliknya pengobatan fisik pun tidak lepas dari

psikiatri. Kedokteran jiwa dan fisik sama-sama dibutuhkan untuk mengembalikan

Page 3: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

kesehatan secara optimal. Jadi, peran psikiatri tidak hanya untuk individu yang

mengalami gangguan jiwa saja, tetapi psikiatri juga harus diterapkan dalam berbagai

kondisi penyakit yang membutuhkan penanganan baik kesehatan fisik, psikis dan

sosial untuk melangsungkan kehidupan dengan lebih baik dan berkualitas5.

Dalam perjalanan sejarahnya, pengertian kesehatan mental mengalami

perkembangan sebagai berikut4,5:

1. Kesehatan mental adalah terhindarnya seseorang dari gangguan danpenyakit

jiwa (neurosis dan psikosis). Pengertian ini terelihat sempit, karenayang

dimaksud dengan orang yang sehat mentalnya adalah mereka

yang tidakterganggu dan berpenyakit jiwanya. Namun demikian, pengertian

ini banyak mendapat sambutan dari kalangan psikiatri.

Kembali pada istilah neurosis, pada awalnya kata tersebut berarti ketidak

beresan dalam susunan syaraf. Namun, setelah para ahli penyakit dan

ahli psikologi menyadari bahwa ketidak beresan  tingkah laku tersebut tidak

hanya disebabkan oleh ketidak beresan susunan syaraf, tetapi juga

dipengaruhi oleh sikap seseorang terhadap dirinya sendiri dan terhadap orang

lain, makaaspek mental (psikologi) dimasukkan pula dalam istilah tersebut.

2. Kemampuan untuk menyesuaikan diri dengan dirinya sendiri, dengan orang

lain dan masyarakat serta lingkungan di mana ia hidup. Pengertian inilebih

luas dan umum, karena telah dihubungkan dengan kehidupan sosialsecara

menyeluruh. Dengan kemampuan penyesuaian diri, diharapkan akan

menimbulkan ketentraman dan kebahagiaan hidup.

3. Terwujudnya keharmonisan yang sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi jiwa

serta mempunyai kesanggupan untuk mengatasi problem yang biasa terjadi,

serta terhindar dari kegelisahan dan pertentangan batin (konflik).

4. Pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan untuk mengembangkan

danmeningkatkan potensi, bakat dan pembawaan semaksimal mungkin,

Page 4: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

sehingga membawa kebahagiaan diri dan orang lain, terhindar dari gangguan

dan penyakit jiwa.

Dari pengertian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa orang yang sehat

mentalnya adalah orang yang terhindar dari gangguan dan penyakit jiwa, maupun

menyesuaikan diri, sanggup menghadapi masalah-masalah dan kegoncangan-

kegoncangan yang bias, adanya keserasian fungsi jiwa, danmerasa bahwa dirinya

berharga, berguna, dan berbahagia serta dapatmenggunakan potensi-potensi yang ada

semaksimal mungkin.

Kesehatan mental (mental hygiens) adalah ilmu yang meliputi sistemtentang

prinsip-prinsip, peraturan-peraturan serta prosedur-prosedur untukmempertinggi

kesehatan ruhani. Menurut H.C. Witherington, kesehatan mental meliputi

pengetahuan serta prinsip-prinsip yang terdapat lapangan Psikologi, kedokteran,

Psikiatri, Biologi, Sosiologi, dan Agama3.

Kesehatan Mental merupakan kondisi kejiwaan manusia yang harmonis.

Seseorang yang memiliki jiwa yang sehat apabila perasaan, pikiran, maupun fisiknya

juga sehat. Jiwa (mental) yang sehat keselarasan kondisi fisik dan psikis seseorang

akan terjaga. Ia tidak akan mengalami kegoncangan, kekacauan jiwa (stres), frustasi,

atau penyakit-penyakit kejiwaan lainnya. Dengan kata lain orang yang memiliki

kesehatan mental juga memiliki kecerdasan baik secara intelektual, emosional,

maupun spiritualnya. Selanjutnya bila dicermati aktivitas manusia, ada yang selalu

bergembira dan berbahagia dan ada pula yang selalu mengeluh, merasa gelisah dan

bersedih hati, tidak cocok dengan orang lain, tidak bersemangat serta tidak dapat

memikul tanggung jawab. Gejala-gejala yang menggelisakan itulah yang mendorong

para ahli ilmu jiwa untuk berusaha menyelidiki faktor apa yang menyebabkan tingkah

laku orang itu berbeda-beda, kendatipun kondisinyasama. Dan juga apa penyebabnya

ada orang yang tidak mampu merasakanketenangan dan kebahagiaan dalam hidup ini.

Usaha inilah menurut Zakiah Darajat menimbulkan satu cabang disiplin ilmu dari

ilmu jiwa, yaitu kesehatan mental (Mental Hygiene)3.

Page 5: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

Memberikan definisi kesehatan mental tidaklah mudah. Dalam

psikologimutakhir, kesehatan mental oleh berbagai aliran dimasukkan ke dalam

suatucabang psikologi yang terkenal dengan nama Psikologi Kepribadian atau

Psikologi Syahsiyah. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ada ciri-ciri khusus yang

dimiliki oleh manusia yang secara keseluruhan dapat membedakan dengan orang lain.

Ciri-ciri tersebut nampak dalam pola-pola tingkah laku,keinginan-keinginan dan cara-

cara untuk memuaskannya. Atau berbagai pola-pola tingkah laku yang digunakan

oleh seseorang untuk bergerak terhadapperangsang-perangsang yang dihadapinya,

baik pola-pola itu merupakan ekspresi melalui wajah atau gerak jasmaniah ataupun

merupakan ucapan kata-kata ataupun cara berfikir. Kadang juga kesehatan mental itu

diartikan dengan kebahagiaan di dunia. Kesehatan mental adalah terjemahan dari

Hygiene dan mens atau mentis. Hygiene berasal dari kata Hygeia bahasa Yunani

yaitu nama dewi kesehatan Yunani yang artinya kesehatan mental. Sedang mental

berarti jiwa, nyawa, sukma, roh, semangat. Dengan demikian kesehatan mental

adalah jiwa yang sehat. Ilmu kesehatan mental adalah ilmu kesehatan jiwa yang

memasalahkan kehidupan kerohanian yang sehat, dengan memandang pribadi

manusia sebagai satu totalitas psiko-fisik yang kompleks3,6.

Seseorang dikatakan sehat mentalnya bila terjalin secara harmonis antara

fungsi-fungsi psikisnya dengan fungsi-fungsi pisiknya. Atau orang yang memiliki

ketenteraman, kedamaian, ketenangan dan kestabilan hidupnya. Hal-hal yang

dilakukan dalam kesehatan mental adalah agar seseorang mendapatkan keseimbangan

jiwa, menegakkan kepribadian yang terintegrasi dengan baik, serta mampu

memecahkan segala kesulitan hidup dengan kepercayaan diri dan keberanian.

Kesemuanya itu bertujuan agar seseorang memiliki dan membina jiwa yang sehat,

berusaha mencega kepatahan jiwa, mencegah berkembangnya macam-macam

penyakit mental dan sebab musabab timbulnya penyakit tersebut serta mengusahakan

penyembuhandalam stadium permulaan2,3.

Page 6: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

Kesehatan mental adalah salah satu cabang dalam psikologi. Olehkarena itu

pembicaraan tentang teori-teori dalam kesehatan mental tidakdapat dipisahkan

dengan teori-teori dalam psikologi. Dalam kaitan ini akandikemukakan beberapa teori

yang menyangkut mental manusia diantaranya; Teori Psikoanalisa, Behaviorisme,

Eksistensialisme dan Teori Humanistic4,5.

a. Teori Psikoanalisa

Para penganut Psikoanalisa berpendapat bahwa kesehatan mental yangwajar

terletak pada kesanggupan ”Aku yang Agung” untuk membuat sintesisantara

berbagai alat-alat diri dan tuntutan masyarakat. Atau pertarungan yangtimbul antara

alat-alat ini dan tuntutan-tuntutan realitas (Freud). Tetapimereka berpendapat bahwa

manusia hanya sanggup mencapai sebagian sajakesehatan mentalnya, ”sebab manusia

tidak sanggup mncapai kebahagiaandan kemajuan sekaligus”. Freud berpendapat

bahwa kesehatan mental tentang manusia dimanamanusia bertarung terus menerus

dengan kandungan-kandungan si ”Dia” dantuntutan-tuntutan realitas dengan si ”Aku”

harus menyelesaikan pertarunganitu. Akulah yang bertanggung jawab untuk

memuaskan dorongan-dorongan siDia tanpa menentang tuntutan-tuntutan realitas.

Selanjutnya beliau mengatakan bahwa perkembangan mental adalahbelajar

mempergunakan cara-cara baru dalam mereduksikan tegangan yangtimbul karena

individu menghadapi berbagai hal yang dapat menjadi sumber tegangan (tension) dan

hal yang dapat menimbulkan tegangan atau rasa tidak enak. Sering kali individu

belajar karena ingin mengurangi ataumenghilangkan rasa tidak enak. Itu dengan cara

bertingkah laku seperti orang lain. Inilah yang dimaksud dengan identifikasi.

Kemudian Psikoanalisa sering ditafsirkan dalam tiga batas pengertian. Pertama,

sebagai suatu konsep toritik dalam ilmu perilaku yang menjelaskan struktur dan

dinamika kepribadian manusia. Kedua, suatu bentuk psikoterapibagi gangguan jiwa.

Ketiga, sebagai suatu teknik untuk menelusuri pikiran-pikiran dan perasaan-perasaan

tak sadar manusia. Jadi konsep kepribadian dalam teori ini diawali dengan pendapat

Page 7: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

Sigmund Freud tentang kehidupan manusia yang dikuasai oleh alam

ketidaksadarannya. Seorang tokoh dari aliran ini bernama Carl Gustav Jung juga

semula murid Freud tidak berbicara tentang mental kepribadian, tetapi berbicara

tentang psike. Adapun yang dimaksud dengan psike oleh Jung ialah segalaperistiwa

psikis, baik yang disadari maupun yang tidak disadari. Jadi Psike dapat diartikan

kepribadian. Menurut Jung kepribadian itu sendiri terdiri daridua alam yaitu : alam

sadar dan alam tidak sadar. Kesadaran mempunyai duakelompok yaitu fungsi jiwa

dan sikap jiwa yang keduanya mempunyai perananmasing-masing dalam orientasi

manusia terhadap dunianya4,5.

b. Teori Behaviorisme

Behaviorisme dianggap sebagai reaksi terhadap teori psikoanalisa. Penganut

aliran ini berpendapat bahwa mempelajari pengalaman pribaditentang asosiasi bebas

atau tafsiran mimpi tidak akan memberikan fakta-faktailmiah yang dapat diterima,

karena sukar membuktikan kebenaran persyaratanini. Aliran behaviorisme

melahirkan pendekatan yang sangat kontradiktif dengan psikoanalisa yang

memandang manusia sangat dipengaruhi olehinsting tak sadar dan dorongan-

dorongan nafsu rendah. Teori ini tidakmengakui konsepsi ketidaksadaran/kesadaran

yang menjadi inti daripsikoanalisa, namun lebih memandang aspek stimulus

lingkungan yang bisamembentuk perilaku manusia dangan sesuka hati lingkungan

eksternal itu. Kebiasaan merupakan konsep dasar pada teori tentang tingkah

laku,yaitu proses kepribadian (personality). Seseorang memperoleh kebiasaan-

kebiasaannya, yakni ia mempelajarinya. Sedang kepribadian itu adalahsusunan

tertentu yang terdiri dari kebiasaan. Susunan itulah yang menentukantingkah laku

seseorang dan membedakan kepribadian dari orang lain. Teori inimenguatkan

pentingnya faktor lingkungan yang dihadapi seseorang dalam hidupnya. Pendeknya

teori ini memandang manusia sebagai satu susunan tertentuyang terdiri dari

kebiasaan-kebiasaan yang diperoleh dan dipelajarinya.Olehnya itu ditekankan

Page 8: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

pentingnya faktor-faktor lingkungan yang dihadapi olehseseorang dalam

perkembangannya, dan kegoncangan emosi dan sosialadalah hasil dari salah satu

faktor dari: (a) kegagalan mempelajari ataumemperoleh tingkah laku yang sesuai, (b)

mempelajari pola-pola tingkah lakuyang tidak sesuai atau penyakit, dan (c) seseorang

menghadapi suasana-suasana pertarungan yang menghendaki ia untuk membedakan

danmengambil keputusan dimana ia merasa tidak sanggup mengerjakannya. Jika

seorang telah memperoleh kebiasaan yang sesuai dengan budayamasyarakatnya dan

menolong untuk hidup dengan dinamis, aktif dan berhasildengan orang-orang lain,

maka ia memiliki kesehatan mental yang wajar. Sebaliknya, jika ia gagal memperoleh

kebiasaan atau ia memperoleh kebiasaanyang tidak sesuai dengan kebiasaan yang

disetujui oleh masyarakat, makakesehatan mentalnya adalah buruk atau goncang

emosinya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa teori behaviorisme

sangatmengagungkan pengaruh lingkungan dalam membentuk perilaku

manusia.Manusia dapat dikatakan pasif, karena tergantung dari perlakuan

yangdiberikan lingkungan kepadanya4,5.

c. Teori Eksistensialisme

Kesehatan mental menurut teori ini adalah agar manusia menikmati

wujudnya. Manusia menikmati wujudnya berarti ia mengetahui arti wujud

ini,menyadari potensi-potensinya, dan bahwa ia bebas untuk mencapai apa yangia

kehendaki dengan cara yang dipilihnya. Begitu juga ia menyadari segi-

segikelemahannya dan menerimanya. Ia menyadari sifat-sifat hidup yangmengandung

pertentangan-pertentangan. Wujudnya pertentangan ini salahsatu ciri-ciri kehidupan

ini, ia berhasil mencapai susunan nilai-nilai tertentuyang akan menjadi bingkai

kehidupannya, dan akhirnya ia kembali daripengasingannya kepada ketentramannya.

Manusia tidak sanggup mencapaiitu, kecuali jika ia menghadapi dirinya dengan jujur

dan amanah atau berdiritelanjang di depan cermin tanpa pakaian kepalsuan atau

sarung dosa. Jadi aliran ini sangat pesimistis, sebab mereka menyadari kesulitan

Page 9: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

yangdihadapi manusia untuk mencapai kesehatan mental yang wajar, terutamadalam

kehidupan yang tidak punyakeamanan dan ketentraman4,5.

d. Teori Humanistik (kemanusiaan)

Teori Humanistik merasa kurang puas dengan eksplanasi tentang

perilakumanusia menurut psikoanalisa dan behavorisme. Kritiknya adalah

mengapakonsepsi tentang perilaku manusia harus dibangun pemahamannya

melaluistudi manusia yang tidak sehat mental dan manusia yang dapat

dibentukseenaknya seperti tanah liat oleh lingkungannya? Bukankah manusia

adalahmahkluk yang bebas menentukan perkembangan dirinya menjadi sehat

mentalbila ia mendapat kesempatan, sehingga ia dapat berperilaku optimal

sesuaidengan potensi yang dimilikinya. Selanjutnya teori ini mengemukakan bahwa

individu-individu denganseluruh kompleksitasnya dan segi pandangan ini

diringkaskan dengan istilah ”personologi”, yang diciptakan oleh Murray (1983) untuk

memberi usaha-usahanya sendiri dan usaha orang-orang lain yang memiliki

keprihatinanmendalam untuk memahami individu secara penuh. Secara konsisten ia

menekankan lainnya dalam pribadi berhubungan dengan fungsi yang lain. Manusia

tidak dapat menyatu dengan alam, mereka terisolasi dan kesepian. Agar dapat

survive, manusia harus menyatu dengan orang lain. Jadi teori humanistik tidak

menolak mentah-mentah konsep yangmendukung mazhab atau teori sebelumnya,

tetapi sebenarnya berupaya untuk mengintegrasikan segi yang bermanfaat, bermakna,

dan dapat diterapkan bagi kemanusiaan. Definisi-definisi kesehatan mental yang

diungkap secara umum dengan menggunakan berbagai konsep, sebagian

menggunakan istilah penyesuaian dan yang lain menggunakan penyesuaian terpadu,

dan ada pula yang menggunakan konsep keterpaduan. Keterlepasan dari teori-teori

tersebut di atas, ada yang memberikandefinisi kesehatan mental sebagai penyesuaian

sosial seseorang, seperti pendapat Boehm (1955) yang mengatakan bahwa kesehatan

mental adalah keadaan dan paras dinamisme seseorang dari segi sosial yang

Page 10: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

membawa kepada pemuasan kebutuhan-kebutuhan. Jadi yang dimaksud kesehatan

mental di sini adalah keadaan seseorang yang menentukan dinamisme sosialnya.

Definisi ini didasarkan atas asumsi bahwa orang yang hidup bersama dengan orang

lain karena bertujuan memuaskan berbagai kebutuhannya. Semakin sanggup

seseorang hidup bersama dengan orang lain dan memuaskan kebutuhan-

kebutuhannya tanpa membangkitkan kemarahan mereka, maka itulah tanda baiknya

penyesuaiannya dan selanjutnya menjadi bukti kesehatan mentalnya yang wajar4,5.

Page 11: Pendekatan Ilmu Kesehatan Jiwa Dalam Penanganan Gangguan Mental

DAFTAR PUSTAKA

1. Kaplan.H.I, Sadock. B.J, Sinopsis Psikiatri: Ilmu Pengetahuan Perilaku

Psikiatri Klinis, edisi ketujuh, jilid 1. Jakarta: Binarupa Aksara,1997.

2. Abdul Mujib, Fitrah. 1999. Kepribadian Islam: Sebuah Pendekatan

Psikologis, Jakarta: Darul Falah 1999.

3. Nevid, J.S., Rathus, S.A., & Greene, B. 2003. Psikologi Abnormal jilid 1.

Jakarta :Erlangga, 2003.

4. Sumintradja, Elmira N. “Konsep Manusia Menurut Psikoanalisa: Eksplansi,

Kritikdan Titik Temu dengan Psikologi Islami” dalam Metodologi Psikologi

Islami Cet. I; Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2000.

5. Maramis. 1980. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Surabaya: Airlangga

University Press,1980.

6. Kadri. 1999. Aspek Psikosomatis. Dalam Ilmu Penyakit Dalam jilid II

Jakarta: FK UI,1999.