PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN...

267
PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN MENTAL PADA PANTI REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH Skripsi Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Sosial (S. Sos) Oleh Muhammad Ali Nurdin NIM 1112052000017 PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN PENYULUHAN ISLAM FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN ILMU KOMUNIKASI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 1439 H / 2018 M  

Transcript of PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN...

Page 1: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

PROGRAM REHABILITASI MENTAL

PASIEN GANGGUAN MENTAL PADA PANTI

REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA

PURBALINGGA JAWA TENGAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Persyaratan Memperoleh

Gelar Sarjana Sosial (S. Sos)

Oleh

Muhammad Ali Nurdin

NIM 1112052000017

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN

PENYULUHAN ISLAM

FAKULTAS ILMU DAKWAH DAN

ILMU KOMUNIKASI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI

SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA

1439 H / 2018 M

 

Page 2: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 3: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 4: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 5: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

ABSTRAK

Muhammad Ali Nurdin, 1112052000017, Program

Rehabilitasi Mental Pasien Gangguan Mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Dibawah bimbingan Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si.

Riset Kesehatan Dasar Kemenkes RI tahun 2013 menunjukan

bahwa penderita gangguan mental di Indonesia masih tinggi.

Upaya untuk mengatasi gangguan mental adalah dengan

melakukan rehabilitasi sedini mungkin ke pusat pelayanan

kesehatan atau berobat ke tenaga kesehatan yang kompeten.

Upaya rehabilitasi penting dilakukan untuk memperbaiki dan

mengembangkan kembali fisik serta mental seseorang agar dapat

kembali kepada kondisi awal sebagai manusia yang berguna dan

dapat melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar seperti

sediakala.

Metode penelitian yang digunakan adalah kualitatif dengan jenis

deskriptif. Subyek penelitian ini adalah 1 orang pendiri sekaligus

kepala panti, 4 orang staf yang bekerja di panti serta 2 orang

masyarakat sekitar panti. Adapun teknik menentukan informan

untuk dijadikan subyek dalam penelitian ini menggunakan teknik

purposive sampling. Analisis data yang digunakan adalah teknik

analisis domain yang analisis hasil penelitiannya ditujukan untuk

memperoleh gambaran seutuhnya dari objek yang diteliti atau

yang biasa disebut juga dengan eksplorasi.

Hasil observasi dan wawancara yang telah peneliti lakukan

menunjukan bahwa pelaksanaan program rehabilitasi mental pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba sudah berjalan dengan

lancar dan efektif sebagai metode penyembuhan bagi pasien.

Sedangkan untuk penerimaan pasien terhadap program

rehabilitasi mental di panti sudah baik, hal itu terlihat dari tidak

ada pasien yang menolak program rehabilitasi mental yang ada di

panti. Faktor penentu keberhasilan program rehabilitasi mental di

panti ditentukan oleh faktor kerjasama dan faktor sosok yang

memimpin program rehabilitasi mental terutama rehabilitasi

mental non-medis, yaitu program ruqyah, program istighosah dan

program minum air karomah.

Kata Kunci: Rehabilitasi mental, Gangguan mental,

Program.

 

Page 6: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

v

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahiim

Syukur Alhamdulillah, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan nikmat dan karunia yang tiada terhingga kepada

penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini sebagai

salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Sosial. Shalawat dan

salam semoga tercurahkan kepada manusia mulia, baginda nabi

besar Muhammad SAW. Semoga tercurahkan pula kepada para

keluarganya, sahabat-sahabatnya dan mudah-mudahan sampai

kepada kita selaku ummatnya yang tunduk dan patuh

menjalankan ajaran dan Sunnah-sunnah beliau.

Proses penyusunan skripsi ini sungguh memakan waktu, stamina,

biaya, pikiran dan diwarnai dengan banyak dinamika kehidupan

yang indah dalam dunia ilmiah. Namun bantuan, perhatian dan

dorongan baik berupa kritikan dan saran maupun dorongan dalam

bentuk lain, senantiasa Allah kirimkan melalui orang-orang

terdekat dan tersayang. Untuk itu, dalam kesempatan ini dengan

hati tulus penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga

kepada kedua orang tua penulis yang tak pernah lelah dan tanpa

henti mendoakan penulis siang dan malam.

Ucapan terima kasih dan penghargaan tak terhingga juga penulis

sampaikan kepada yang terhormat:

1. Dekan Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta Dr. H. Arief Subhan, MA.,

Wakil Dekan I Bidang Akademik Suparto M.Ed., Ph.D.,

 

Page 7: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

vi

Wakil Dekan II Bidang Administrasi Umum Dr.

Roudhonah, MA., dan Wakil Dekan III Bidang

Kemahasiswaan, Alumni dan Kerjasama Dr. Suhaimi,

M.Si.

2. Dra. Rini Laili Prihatini, M.Si selaku Ketua Prodi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Jakarta, sekaligus

sebagai Dosen Penasihat Akademik serta Dosen

Pembimbing Skripsi penulis yang telah meluangkan

banyak waktunya dan mencurahkan segenap ilmu, arahan,

masukan, saran dan motivasi kepada penulis selama ini.

Penulis juga mohon dimaafkan lahir-bathin atas segala

kesalahan yang telah penulis lakukan selama ini.

3. Ir. Noor Bekti Negoro, SE., M.Si selaku Sekretaris Prodi

Bimbingan dan Penyuluhan Islam UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta yang telah turut membantu

melancarkan semua proses yang dibutuhkan oleh penulis.

4. Bapak dan ibu dosen Prodi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam serta bapak dan ibu dosen Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

yang telah banyak memberikan ilmu kepada penulis

selama ini.

5. Pimpinan dan seluruh staf Perpustakaan Utama dan

Perpustakaan Fakultas UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

serta seluruh civitas akademik Universitas Islam Negeri

Syarif Hidayatullah Jakarta.

6. Kepala sekaligus pendiri Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba di Purbalingga Jawa Tengah K.H. Supono

 

Page 8: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

vii

Mustajab, M.Si beserta seluruh staf dan pegawai panti

yang telah menerima penulis dengan terbuka dan

memberikan informasi serta data yang dibutuhkan dalam

penelitian ini.

7. Mas Taufik, mas Nana, mas Fuad, mas Arif dan mas

Opank yang telah banyak membantu penulis selama di

panti penelitian. Mudah-mudahan Allah membalas jasa-

jasa kalian dengan sebaik-baiknya.

8. Kakak penulis teh Ida Dahlia dan bang Dian Irawan, juga

tiga keponakan penulis Haikal Araby, Al-Hafizh Akbar

dan Amanda Aprilia. Tak lupa kepada seluruh kerabat

penulis yang terus memotivasi untuk segera

menyelesaikan skripsi ini.

9. Teman-teman BPI 2012: Apip, Sofet, Irpan, Aceng, Ipul,

Novi, Yanti, Saadah, Via, Daul, Rizka, Neli, Sela, Syifa,

Hilya, Diah, Upi, Aul, dan teman-teman lainnya di BPI

2012. Serta teman-teman seperjuangan di Prodi BPI UIN

Jakarta seluruh angkatan, juga teman-teman seperjuangan

di UIN Jakarta.

10. Teman-teman Alumni Ponpes Nurul Furqon Cibinong di

UIN Jakarta yang telah memberikan semangat untuk

menyelesaikan studi S1 ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada semua pihak tanpa

terkecuali yang telah membantu seluruh proses skripsi ini dari

awal hingga akhir serta membantu proses perkuliahan penulis

dari awal hingga akhir di kampus tercinta ini. Mudah-mudahan

 

Page 9: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

viii

segala macam bantuan dalam bentuk apapun menjadi amal ibadah

dan dibalas oleh Allah SWT, Tuhan pencipta alam.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat, amiin.

Jakarta, 29 Agustus 2018

Muhammad Ali Nurdin

 

Page 10: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

ix

DAFTAR ISI

Lembar Persetujuan Pembimbing ............................. i

Lembar Pengesahan .................................................. ii

Lembar Pernyataan ................................................... iii

Abstrak ...................................................................... iv

Kata Pengantar .......................................................... v

Daftar Isi ................................................................... ix

BAB I PENDAHULUAN ........................................ 1

A. Latar Belakang Masalah ............................... 1

B. Batasan dan Rumusan Masalah .................... 13

1. Batasan Masalah .................................... 13

2. Rumusan Masalah .................................. 14

C. Tujuan Penelitian .......................................... 14

D. Manfaat Penelitian ........................................ 15

E. Tinjauan Pustaka ........................................... 15

F. Sistematika Penulisan ................................... 21

BAB II LANDASAN TEORI ................................. 23

A. Teori Kesehatan Mental ................................ 23

B. Jiwa dan Mental ............................................ 38

1. Jiwa Perspektif Teori Umum ................. 38

2. Jiwa Perspektif Teori Islam .................... 40

3. Mental Perspekti teori Umum

dan Islam ................................................ 42

C. Program ......................................................... 46

1. Pengertian Program ................................ 46

2. Program Kesejahteraan Sosial ............... 48

 

Page 11: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

x

3. Prinsip Dasar Dalam Praktik

Kesejahteraan Sosial .............................. 53

D. Rehabilitasi Mental ....................................... 58

1. Pengertian Rehabilitasi Mental .............. 58

2. Jenis Rehabilitasi ................................... 60

3. Fungsi Rehabilitasi ................................. 62

4. Tahapan Rehabilitasi .............................. 63

5. Rasionalisasi Program Rehabilitasi

Mental .................................................... 65

E. Gangguan Mental .......................................... 77

1. Pengertian Gangguan Mental ................. 77

2. Penyebab Gangguan Mental .................. 81

3. Macam-macam Gangguan Mental ......... 84

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ............. 94

A. Metode Penelitian ......................................... 94

B. Jenis Penelitian .............................................. 96

C. Lokasi dan Waktu Penelitian ........................ 97

1. Lokasi Penelitian .................................... 97

2. Waktu Penelitian .................................... 98

D. Subyek dan Obyek Penelitian ....................... 98

1. Subyek Penelitian ................................... 98

2. Obyek Penelitian .................................... 101

E. Teknik Pengumpulan Data ............................ 101

1. Teknik Observasi ................................... 101

2. Teknik Wawancara ................................ 103

3. Teknik Dokumentasi .............................. 104

F. Sumber Data .................................................. 105

1. Sumber Data Primer ............................... 105

2. Sumber Data Sekunder .......................... 106

G. Fokus Amatan dan Analisis .......................... 106

H. Teknik Analisis Data ..................................... 107

I. Asumsi Peneliti ............................................. 110

 

Page 12: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

xi

BAB IV HASIL DAN ANALISA PENELITIAN .. 113

A. Gambaran Umum Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah .................................................. 113

1. Profil Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah............................................ 113

2. Visi dan misi, Sasaran dan

Tujuan Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah .. 116

3. Tata Tertib .............................................. 122

4. Program Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah.. 126

5. Jadwal Harian Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah ........................................... 128

6. Struktur Pengurus Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah ........................................... 128

7. Tahapan Pelayanan Rehabilitasi pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah ........ 130

B. Temuan Lapangan ......................................... 133

1. Program Rehabilitasi Mental pada

Pasien Gangguan Mental ....................... 134

2. Analisis Program Rehabilitasi Mental

Pasien Gangguan Mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah ...................... 175

C. Diskusi .......................................................... 208

BAB V PENUTUP .................................................. 213

A. Kesimpulan ................................................... 213

B. Saran ............................................................. 215

Daftar Pustaka ............................................... 217

Lampiran ....................................................... 225

 

Page 13: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sejak zaman dahulu, sikap terhadap gangguan mental

telah muncul dalam konsep primitif animisme. Ada

kepercayaan bahwa dunia ini diawasi dan dikuasai oleh roh-

roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin

bertiup, ombak mengalun, batu berguling dan pohon tumbuh

karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda

tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental

terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya.1

Untuk menghindari kemarahan dewa tersebut, maka

mereka mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra

dari korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik

semacam itu berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Seiring

perkembangan zaman, maka praktik semacam itupun kian

berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental

berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad

pertengahan.2

Selanjutnya pada abad 4 SM muncul tokoh-tokoh bidang

medis dari bangsa Yunani seperti Hipocrates, Hirophilus,

1 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi

Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, Cet ke-2 (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hal. 16. 2 Ibid., h. 16.

 

Page 14: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

2

Galenus, Vesalius, Paracelsus dan Cornelius Agrippa yang

mulai menggunakan konsep biologis dalam penanganannya

sehingga lebih manusiawi. Asumsinya adalah gangguan

mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis

seseorang, bukan akibat roh jahat. Aliran ini mendapat

pertentangan keras dari aliran sebelumnya yang meyakini

adanya roh jahat.3

Abad ke-20 masehi merupakan revolusi kesehatan mental

dengan munculnya pendekatan psikoanalisa yang

mempelopori penanganan penderita gangguan mental secara

medis dan psikologis. Tokoh utamanya adalah Sigmund

Freud, yang melakukan penanganan hipnose, katarsis,

asosiasi bebas dan analisis mimpi. Tujuannya adalah

mengatasi masalah gangguan mental individu dengan

menggali konflik intrapsikis penderita gangguan mental.

Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan klinis

(psikoterapi).4

Seiring dengan adanya revolusi pemahaman masyarakat

mengenai mental yang sehat dan cara-cara penanganannya,

maka pemahaman tentang gangguan mental terus berubah

dan berkembang. Gangguan mental dalam beberapa hal

disebut perilaku abnormal (abnormal behavior) yang juga

dianggap sama dengan sakit mental (mental illness) ataupun

sakit jiwa (insanity, lunacy, madness). Selain itu terdapat

3

Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental (Semarang: Universitas

Diponegoro Press, 2012), h. 13. 4 Ibid., h. 13-14.

 

Page 15: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

3

pula istilah-istilah yang serupa seperti: distress, discontrol,

disadvantage, disability, inflexibility, irrationality,

syndromal pattern dan disturbance. Berbagai istilah ini

dalam beberapa hal dianggap sama namun di lain pihak

digunakan secara berbeda. Dalam International

Classification of Diseases (ICD) dan Diagnostic and

Statistical Manual of Mental Disorders (DSM), istilah yang

digunakan adalah „mental disorder‟ yang bila diterjemahkan

menjadi „gangguan mental‟.5

Seorang ahli psikologi agama, Zakiah Daradjat

menawarkan satu istilah yang agak berbeda dalam

menjelaskan tentang gangguan mental. Menurut Daradjat,

gangguan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan

yang tidak normal baik yang berhubungan dengan fisik

maupun dengan mental. Ketidaknormalan tersebut tidak

disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota

badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada

fisik.6

Gangguan mental selalu berkaitan dengan gangguan-

gangguan internal berupa motivasi-motivasi yang tidak riil

dan kekuatan-kekuatan yang saling berkonflik dalam

kepribadian seseorang, misalnya berupa konflik antara

dorongan-dorongan yang infantil (bersifat kekanak-kanakan)

5 Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep

dan Penerapan, Cet ke-6 (Malang: UMM Press, 2011), h. 42. 6

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33.

 

Page 16: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

4

melawan pertimbangan yang rasional dan matang, konflik

antara norma-norma batin sendiri melawan standar sosial

yang dianut orang dan konflik lain yang saling bertentangan

dalam diri seseorang.7

Penyebab sederhana gangguan mental adalah karena

harapan dan kebutuhan yang diidamkan tidak tercapai

sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik dalam batin.

Setiap manusia selalu mempunyai macam-macam kebutuhan

untuk mempertahankan eksistensi hidupnya sehingga

timbullah dorongan, usaha dan dinamisme untuk memenuhi

kebutuhan tersebut. Bila kebutuhan-kebutuhan hidup itu

terhalangi, maka akan timbullah ketegangan-ketegangan dan

konflik batin. Bila hal ini berlangsung terus-menerus, maka

akan muncul kekalutan/ gangguan mental.8

Berkaitan dengan penyebab tersebut, Allah SWT

berfirman dalam al-Quran surat al-Baqarah ayat 155:

ل وٱلوفس ه ٱلمو ه ٱلخوف وٱلجوع ووقص م ولىبلووكم بشيء م

بريه ر ٱلص ت وبش )٥١١(وٱلثمر

Artinya: “Dan sungguh akan Kami berikan cobaan

kepadamu dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan

harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita

gembira kepada orang-orang yang sabar”.

7

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 83-84. 8 Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1 (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2007), h. 304.

 

Page 17: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

5

Sejalan dengan hal tersebut, sifat manusia yang mudah

berkeluh kesah dalam batinnya apabila harapan dan

kebutuhan yang diidamkannya tidak tercapai, yang pada

akhirnya menyebabkan gangguan mental sudah disinggung

dalam al-Quran surat al-Maarij ayat 19-21:

ه خلق هلوعا وس وإذا مسه ) ٠٢(ٱلشر جزوعا إذا مسه )٥١ (إن ٱل

) ٠٥ (ٱلخير مىوعا

Artinya: “Sesungguhnya manusia diciptakan bersifat keluh

kesah lagi kikir. Apabila ia ditimpa kesusahan ia berkeluh

kesah. Dan apabila ia mendapat kebaikan ia amat kikir”.

Demikianlah al-Quran menjelaskan mengenai penyebab

manusia mengalami gangguan mental. Manusia diciptakan

cenderung bersifat keluh kesah apabila harapannya tidak

sesuai dengan kenyataan. Selain itu, ketidaksanggupan

manusia dalam menyesuaikan diri dengan situasi yang

dihadapinya, respon yang salah terhadap kesulitan yang

dihadapi, penyesuaian diri yang lamban terhadap kondisi

yang ada serta ketidakmampuan menghadapi segala macam

kesulitan akan menyebabkan gangguan mental.

Dewasa ini banyak orang yang tidak menyadari bahwa

dirinya sebenarnya mengalami gangguan mental. Di samping

itu banyak orang yang menderita gangguan mental namun

tidak mau menerima perawatan apapun karena tidak merasa

 

Page 18: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

6

bahwa ia sedang mengalami gangguan mental. Atau karena

anggota keluarga dan kawan-kawannya tidak mengetahui

bahwa orang ini sedang sakit mental. Ada juga orang-orang

yang diketahui oleh keluarga dan kawan-kawannya sebagai

orang yang menderita gangguan mental tetapi tidak mau

mengobatinya karena beberapa alasan, misalnya kekurangan

biaya ataupun karena ingin menjaga kehormatan nama baik

keluarga yang dilandasi rasa malu mengakui bahwa anggota

keluarganya menderita gangguan mental.9

Rendahnya minat masyarakat untuk melakukan

pengobatan bagi penderita gangguan mental tersebut

mengakibatkan terjadinya perlakuan salah masyarakat

terhadap penderita gangguan mental, salah satunya adalah

dengan melakukan pemasungan.10

Hasil Riset Kesehatan

Dasar Kemenkes RI tahun 2013 menunjukan bahwa

penderita gangguan mental yang dikategorikan gangguan

mental ringan sebesar 6% untuk usia 15 tahun ke

atas atau sekitar 14 juta orang. Sedangkan prevalensi

(jumlah keseluruhan kasus) gangguan jiwa berat seperti

skizofrenia adalah 1,7 per 1000 penduduk atau sekitar

400.000 orang. Ironisnya, dari jumlah tersebut ternyata

9

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental, Edisi ke-3 (Yogyakarta:

Kanisius, 2006), h. 10-11. 10

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Jakarta: Balitbangkes, 2013), h. 125.

 

Page 19: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

7

14,3% atau sekitar 57.000 orang di Indonesia pernah

dipasung atau sedang dipasung.11

Untuk provinsi Jawa Tengah tempat penelitian ini

dilaksanakan, dari prevalensi gangguan jiwa berat pada

penduduk Indonesia 1,7 per mil, Jawa Tengah menempati

urutan ke-5 teratas secara nasional setelah Yogyakarta, Aceh,

Sulawesi Selatan dan Bali.12

Dari angka tersebut, kota

tertinggi penderita gangguan mental terdapat di

Kabupaten/Kota Magelang dan Wonogiri. Sedangkan

Kabupaten Purbalingga menempati urutan ke-7 terbanyak

penderita gangguan mental.13

Berdasarkan angka tersebut, di

seluruh kabupaten Purbalingga pada tahun 2013 ditemukan

30 kasus pemasungan terhadap penderita gangguan mental.14

Tingginya angka pemasungan terhadap penderita

gangguan mental di Indonesia di atas bukanlah satu-satunya

derita bagi penderita gangguan mental, masih terdapat

perlakuan salah lainnya yang sering dialami oleh para

penderita gangguan mental seperti stigmatisasi dan

diskriminasi oleh anggota masyarakat yang menilai para

penderita gangguan mental berbeda dengan masyarakat

lainnya. Bentuk diskriminasi terhadap mereka antara lain

11

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa,” Diakses pada 9

September 2016 dari http://www.depkes.go.id. 12

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Jakarta: Balitbangkes, 2013), h. xi. 13

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Jawa Tengah (Jakarta: Balitbangkes,

2013), h. 146. 14

Republika, “30 Warga Penderita Gangguan Jiwa Dipasung”,

Diakses pada 10 September 2018 dari http://www.republika.co.id.

 

Page 20: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

8

diceraikan oleh pasangan, ditelantarkan oleh keluarga,

bahkan dirampas harta bendanya.15

Untuk mencegah hal itu terjadi, Menteri Kesehatan RI

mengajak seluruh jajaran kesehatan untuk dapat

melaksanakan Empat Seruan Nasional Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap penderita gangguan mental, yaitu:

1. Tidak melakukan stigmatisasi dan diskriminasi

kepada siapapun juga dalam pelayanan kesehatan;

2. Tidak melakukan penolakan atau menunjukkan

keengganan untuk memberikan pelayanan kesehatan

kepada penderita gangguan mental;

3. Senantiasa memberikan akses pada pelayanan

kesehatan baik akses pemeriksaan, pengobatan,

rehabilitasi maupun reintegrasi ke masyarakat pasca

perawatan di rumah sakit jiwa atau di panti sosial;

4. Melakukan berbagai upaya promotif (pemeliharaan/

penjagaan) dan preventif (pencegahan) untuk

mencegah terjadinya masalah kejiwaan, mencegah

timbulnya atau kambuhnya gangguan jiwa,

meminimalisasi resiko masalah kesehatan jiwa, serta

mencegah timbulnya dampak psikososial.16

Komitmen menteri kesehatan tersebut diperkuat dengan

diterbitkannya Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2014

15

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa,” Diakses pada 9

September 2016 dari http://www.depkes.go.id. 16

Ibid.

 

Page 21: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

9

tentang Kesehatan Jiwa yang disahkan pada 8 Agustus 2014.

Undang-Undang ini ditujukan untuk menjamin setiap orang

agar dapat mencapai kualitas hidup yang baik serta

memberikan pelayanan kesehatan secara terintegrasi,

komprehensif dan berkesinambungan melalui upaya promotif

(pemeliharaan/ penjagaan), preventif (pencegahan), kuratif

(penyembuhan) dan rehabilitatif (pemulihan).17

Undang-Undang lain menyatakan bahwa penderita

gangguan mental berhak mendapatkan perawatan atas biaya

negara. Hal tersebut tertuang dalam Undang-Undang RI

Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi Manusia (HAM),

Pasal 42 yang menyatakan bahwa setiap warga negara yang

berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat mental berhak

memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan dan bantuan

khusus atas biaya negara untuk menjamin kehidupan yang

layak sesuai dengan martabat kemanusiaannya,

meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan

berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

dan bernegara.18

Dengan demikian rehabilitasi menjadi

penting untuk dilakukan karena rehabilitasi merupakan

amanat Undang-Undang yang harus ditaati dan dijalankan

oleh pemerintah dan harus didukung oleh seluruh masyarakat

Indonesia.

17

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa,” Diakses pada 9

September 2016 dari http://www.depkes.go.id. 18

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, “Undang-Undang No 39

Tahun 1999,” Diakses pada 9 September 2016 dari

http://www.komnasham.go.id.

 

Page 22: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

10

Amanat undang-undang untuk melakukan rehabilitasi

bagi penderita gangguan mental tersebut ditujukan untuk

memperbaiki kembali dan mengembangkan fisik serta mental

seseorang sehingga orang itu dapat mengatasi masalah

kesejahteraan sosial bagi dirinya serta keluarganya.19

Dengan

demikian rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan

seseorang kepada kondisi awal supaya menjadi manusia yang

berguna dan memiliki tempat kembali di tengah masyarakat.

Rehabilitasi pada tataran praktik mempertemukan

berbagai disiplin ilmu mulai dari medis, psikologi, sosial

bahkan pendidikan multidisipliner untuk menghasilkan

proses rehabilitasi yang saling terkait dan mendukung upaya

pengembalian fungsi sosial, sehingga individu dapat

menjalankan perannya sesuai dengan tuntutan

lingkungannya.20

Rehabilitasi didasari pada sebuah asumsi

bahwasanya pada diri penyandang masalah sosial terkandung

adanya potensi untuk berubah menuju kondisi yang normal.21

Rehabilitasi diarahkan untuk memfungsikan kembali

kemampuan fisik dan mental seseorang agar dapat

melaksanakan fungsi sosialnya secara wajar seperti

sediakala.

19

Y. B. Suparlan, Kamus Istilah Pekerjaan Sosial (Yogyakarta:

Kanisius, 1990), h. 139. 20

Badan Penelitian dan Pengembangan Sosial Departemen Sosial RI,

Isu-isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta:

Balitbangsos RI, 2004), h. 186. 21

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), h. 53.

 

Page 23: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

11

Rehabilitasi bukan hanya menjadi tanggung jawab

pemerintah saja melalui Kementerian Sosial RI, namun juga

perlu peran dari masyarakat untuk bersama-sama ikut terlibat

dalam merehabilitasi penderita gangguan mental di

Indonesia. Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan

rehabilitasi terhadap penderita gangguan mental, baik dalam

bentuk lembaga maupun non lembaga sangat memungkinkan

untuk dikembangkan sebagai salah satu usaha

mengembalikan keberfungsian sosial penderita gangguan

mental.22

Sejalan dengan hal tersebut, Haji Supono Mustajab

di Kabupaten Purbalingga Jawa Tengah mendirikan Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba sebagai bentuk

partisipasi dalam merehabilitasi penderita gangguan mental

di Indonesia.

Rehabilitasi yang dilaksanakan oleh panti ini

memadukan pengobatan medis dan non-medis. Secara medis

pihak panti bekerja sama dengan dokter dari Purbalingga dan

Banyumas, salah satunya adalah dokter spesialis jiwa dr.

Basiran Sp.Kj. yang berasal dari RSUD Banyumas sebagai

penanggung jawab dan konsultan. Sedangkan secara non-

medis atau rohani dilakukan sendiri oleh pimpinan panti,

yakni H. Supono Mustajab dengan metode siraman rohani

22

Ruaida Murni dan Mulia Astuti, “Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyandang Disabilitas Mental Melalui Unit Informasi dan Layanan Sosial

Rumah Kita,” Jurnal Sosio Informa, Vol 1 No 3 (September-Desember 2015):

h. 280.

 

Page 24: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

12

setiap selesai sholat, ruqyah, istighosah, dan minum air

karomah.23

Data menunjukan, Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga memiliki 90 pasien rawat inap yang

didominasi oleh laki-laki dengan 74 pasien dan sisanya

perempuan dengan 16 pasien. Pasien yang berjumlah 90

orang tersebut berasal dari 13 kabupaten/ kota di 3 provinsi

di pulau jawa, yakni Provinsi Jawa Barat, Jawa Tengah dan

Jawa Timur. Ke-90 pasien di panti ini berada dalam satu

komplek panti dan dibiarkan melakukan aktifitas di luar

ruangan yang berada dalam komplek panti, namun jika

pasien mengalami gangguan mental berat dan dianggap

membahayakan pasien lain maka akan ditempatkan di ruang

isolasi panti.24

Dengan dilaksanakannya rehabilitasi pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah tersebut, diharapkan adanya penurunan pada angka

penderita gangguan mental di Indonesia. Pengobatan dan

rehabilitasi bagi penderita gangguan mental sangat

dibutuhkan untuk mengembalikan martabat kemanusiaannya

di tengah masyarakat, mampu berpartisipasi kembali dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara serta

23

Suara Merdeka, “Wisma Rehabiltasi Jiwa Purbalingga, Tempat

Sumanto Akan Menimba Ilmu Agama,” Diakses pada 9 September 2016 dari

http://www.suaramerdeka.com. 24

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 10

Agustus 2016.

 

Page 25: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

13

dapat mengatasi masalah kesejahteraan sosial bagi dirinya

serta keluarganya.

Dengan memperhatikan latar belakang di atas dan

setelah melalui berbagai pertimbangan, maka penulis tertarik

untuk menulis sebuah skripsi berjudul: “Program

Rehabilitasi Mental Pasien Gangguan Mental Pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah”.

B. Batasan dan Rumusan Masalah

1. Batasan Masalah

Pembatasan masalah diperlukan untuk mencegah

pembahasan masalah yang melebar dan tidak terfokus.

Dalam penelitian ini penulis membatasi masalah yang

akan dibahas yaitu:

Batasan pada program rehabilitasi mental di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah dibatasi hanya pada program yang bersifat non-

medis, meliputi program ruqyah, program istighosah dan

program minum air karomah.

Sedangkan batasan pada gangguan mental dilihat dari

aspek gangguan mental berat, yang meliputi skizofrenia,

manik depresif dan paranoia. Aspek gangguan mental

berat tersebut juga dibatasi hanya pada penderita atau

 

Page 26: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

14

pasien yang telah menerima bantuan berupa pengobatan/

rehabilitasi di panti sekurang-kurangnya 1 bulan.

2. Rumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini

sebagai berikut:

a. Bagaimana pelaksanaan program rehabilitasi

mental pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah?

b. Bagaimana penerimaan program rehabilitasi

mental pada pasien gangguan mental di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah?

c. Apa faktor penentu keberhasilan program

rehabilitasi mental pada Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah?

C. Tujuan Penelitian

Secara umum penelitian ini dilakukan untuk mengetahui

program rehabilitasi mental di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah terhadap pasien

gangguan mental. Selain tujuan secara umum, ada beberapa

tujuan khusus dari penelitian ini, yaitu:

1. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan

program rehabilitasi mental pada Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah.

 

Page 27: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

15

2. Untuk mengetahui dan menganalis penerimaan

program rehabilitasi mental pada pasien gangguan

mental di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah.

3. Untuk mengetahui dan menganalisis faktor penentu

keberhasilan program rehabilitasi mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil penelitian ini dapat memperkaya teori

bimbingan dan penyuluhan serta kajian kesehatan

mental seperti teori gangguan mental, teori penyakit

mental dan teori rehabilitasi mental.

2. Sebagai kontribusi untuk jurusan yang dapat

dijadikan bahan rujukan dalam membuat program

praktikum.

3. Hasil penelitian dapat memberikan masukan atau

referensi tambahan bagi panti tempat diadakannya

penelitian dalam penyusunan program kerja dalam

upaya perawatan dan rehabilitasi terhadap pasien

gangguan mental.

E. Tinjauan Pustaka

Dalam rangka penelitian ini, penulis telah melakukan

tinjauan pustaka di Perpustakaan Fakultas Ilmu Dakwah dan

Ilmu Komunikasi serta Pusat Perpustakaan UIN Syarif

 

Page 28: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

16

Hidayatullah Jakarta untuk memastikan tidak ada skripsi yang

sama dengan skripsi yang penulis susun. Tinjauan pustaka

dilakukan terhadap lima skripsi terdahulu yang berkaitan

dengan judul penelitian ini, diantaranya:

1. Ilmawati Hasanah dengan judul penelitian “Program

Rehabilitasi Sosial Bagi Narapidana Di Lembaga

Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta: Perspektif

Pekerjaan Sosial Koreksional” pada Jurusan

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu

Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun

2015. Penelitian ini menggunakan pendekatan

kualitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Hasil dari

penelitian ini adalah program rehabilitasi sosial di

Lapas Cipinang merupakan program wajib yang telah

ditetapkan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi

Manusia RI dan diberikan kepada narapidana dengan

pola pembinaan, baik pembinaan kepribadian dan

pembinaan kemandirian.25

Kelebihan dari skripsi ini adalah mampu

menjabarkan proses penerimaan narapidana terhadap

program rehabilitasi sosial yang diberikan pihak

Lapas secara mendalam, dapat menemukan kendala

yang paling mendasar kemudian menjabarkannya satu

25

Ilmawati Hasanah, “Program Rehabilitasi Sosial Bagi Narapidana

Di Lembaga Pemasyarakatan Klas I Cipinang Jakarta: Perspektif Pekerjaan

Sosial Koreksional” (Jakarta: Skripsi Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas

Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2015), h.

98.

 

Page 29: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

17

persatu dan pembahasan skripsi ini tidak melebar

kemana-mana dan tetap terfokus hanya dalam

perspektif pekerjaan sosial koreksinonal. Adapun

kekurangan dari skripsi ini terletak pada analisis

mengenai pola rehabilitasi sosial kurang mendalam

dan sangat sedikit dijelaskan oleh peneliti.

2. Jovendra Aliansyah dengan judul skripsi

“Rehabilitasi Mental Remaja Korban

Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani

Mental Care Cipinang Besar Selatan Jakarta Timur”

pada Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi

UIN Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2013. Hasil

dari penelitian ini adalah rehabilitasi mental yang

dilaksanakan oleh Yayasan Madani Mental Care

berupa terapi medis, terapi religius spiritual dan terapi

psikososial dapat menyembuhkan mental remaja

korban penyalahgunaan narkoba.26

Kelebihan skripsi ini terletak pada kemampuan

penulis melihat penyebab penyalahgunaan narkoba di

kalangan remaja terlebih dahulu dan kemampuan

melihat sisi lain dari keberhasilan dan hambatan yang

ada pada yayasan tempat diadakannya penelitian ini.

26

Jovendra Aliansyah, “Rehabilitasi Mental Remaja Korban

Penyalahgunaan Narkoba Di Yayasan Madani Mental Care Cipinang Besar

Selatan Jakarta Timur” (Jakarta: Skripsi Prodi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2013), h. 65.

 

Page 30: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

18

Adapun kekurangan skripsi ini adalah penulis

menukar kata subjek dan objek penelitian pada bagian

Metodologi Penelitian sehingga menimbulkan

kebingungan dan analisis yang disajikan pada Bab IV

kurang mendalam.

3. Penelitian berjudul “Program Rehabilitasi Terhadap

Anak Berkebutuhan Khusus Cerebral Palsy di

Yayasan Sayap Ibu Bintaro (Studi Kasus Yayasan

Sayap Ibu Bintaro Provinsi Banten)” oleh Nurhikmah

pada Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta tahun 2016. Penelitian ini

menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis

penelitian deskriptif. Hasil dari penelitian yang

dilakukan oleh Nurhikmah adalah program

rehabilitasi yang dilaksanakan oleh Yayasan Sayap

Ibu Bintaro terhadap anak-anak yang berkebutuhan

khusus Cerebral Palsy berupa fisioterapi, hidroterapi,

terapi wicara dan terapi group work berjalan lancar

dan sukses sebagai program rehabilitasi.27

Kelebihan dari skripsi ini adalah peneliti

mengungkapkan cara penanganan anak berkebutuhan

khusus cerebral palsy yang baik dan benar.

27

Nurhikmah, “Program Rehabilitasi Terhadap Anak Berkebutuhan

Khusus Cerebral Palsy di Yayasan Sayap Ibu Bintaro (Studi Kasus Yayasan

Sayap Ibu Bintaro Provinsi Banten” (Jakarta: Skripsi Jurusan Kesejahteraan

Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta, 2016), h. 67.

 

Page 31: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

19

Sedangkan kekurangan yang ditemukan pada skripsi

ini adalah peneliti tidak menguraikan program

rehabilitasi yang dijalankan lembaga secara jelas pada

bagian temuan lapangan dan analisis sehingga terlihat

kurang mendalam.

4. Siti Masyitoh dengan judul penelitian “Program

Pelatihan Terapis Dalam Pengobatan Alternatif di

Bengkel Rohani Ciputat”. Skripsi tersebut merupakan

karya ilmiah pada Jurusan Manajemen Dakwah

Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN

Syarif Hidayatullah Jakarta tahun 2011. Hasil dari

skripsi tersebut adalah program pelatihan bagi para

calon terapis dalam bidang pengobatan alternatif yang

dikembangkan oleh Bengkel Rohani Ciputat

diberikan kepada calon terapis agar dapat menjadi

terapis yang handal namun tetap berpatokan pada

pengobatan yang diajarkan oleh Nabi Muhammad

SAW.28

Kelebihan skripsi ini adalah mampu melihat

kekurangan dan kelebihan dari program pelatihan

terapis di Bengkel Rohani Ciputat secara jujur dan

apa adanya serta mampu menjabarkan tata cara

pengobatan alternatif di lembaga itu dengan seksama

28

Siti Masyitoh, “Program Pelatihan Terapis Dalam Pengobatan

Alternatif di Bengkel Rohani Ciputat” (Jakarta: Skripsi Jurusan Manajemen

Dakwah Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2011), h. 50.

 

Page 32: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

20

sehingga yang membaca merasa tertarik. Adapun

kekurangan skripsi ini yaitu kurangnya pembahasan

pada analisis program pelatihan terapis yang menjadi

nyawa penelitian ini dan permasalahan dalam

penelitian tersebut terasa tidak ada.

5. Penelitian berjudul “Rehabilitasi Sosial Untuk

Penyalahguna Napza di Yayasan Karya Peduli Kita

Tangerang Selatan” oleh Roudhotul Firdha pada

Jurusan Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah

dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif Hidayatullah

Jakarta tahun 2016. Hasil dari skripsi tersebut adalah

rehabilitasi sosial yang dilaksanakan oleh pihak

Yayasan Karya Peduli Kita untuk para korban

penyalahgunaan napza berupa pemulihan secara fisik,

mental maupun sosial menggunakan metode terapi

medis, terapi psikiatrik, terapi psikososial dan terapi

psikoreligius sukses sebagai program rehabilitasi

sosial untuk penyalahguna napza.29

Kelebihan skripsi ini adalah peneliti

menggambarkan dengan seksama proses rehabilitasi

sosial serta hasil yang didapatkan dari proses

rehabilitasi sosial untuk korban penyalahgunaan

napza tersebut. Adapun kekurangan dari skripsi

29

Roudhotul Firdha, “Rehabilitasi Sosial Untuk Penyalahguna Napza

di Yayasan Karya Peduli Kita Tangerang Selatan” (Jakarta: Skripsi Jurusan

Kesejahteraan Sosial Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Syarif

Hidayatullah Jakarta, 2016), h. 97.

 

Page 33: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

21

adalah peneliti tidak menguraikan permasalahan pada

bagian latar belakang masalah secara mendalam.

Berbeda dengan kelima skripsi tersebut, penulis dalam

skripsi ini lebih memfokuskan pembahasannya pada program

rehabilitasi mental terhadap pasien gangguan mental pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Pada pelaksanaan program rehabilitasi mental

tersebut panti memadukan dua cara, yakni cara medis dengan

memberikan obat-obatan medis kepada para pasien dan cara

non-medis dengan menerapkan program ruqyah, istighosah

dan minum air karomah yang menjadi batasan masalah pada

penelitian ini.

F. Sistematika Penulisan

Dalam rangka mencapai pembahasan skripsi yang

sistematis, maka penulis membuat sistematika penulisan ke

dalam lima (5) BAB yang terdiri dari sub-sub bab sehingga

menjadi satu kesatuan yang utuh. Adapun sistematika

penulisan skripsi ini adalah sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN. Isi BAB I merupakan

pendahuluan dari keseluruhan BAB yang ada pada skripsi ini.

BAB I terdiri dari Latar Belakang Masalah, Batasan dan

Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian,

Tinjauan Pustaka dan Sistematika Penulisan.

BAB II : LANDASAN TEORI. Dalam BAB ini akan

dipaparkan mengenai teori-teori ataupun pembahasan yang

 

Page 34: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

22

berkaitan dengan kesehatan mental, program, rehabilitasi

mental dan mengenai gangguan mental.

BAB III : METODOLOGI PENELITIAN. Isi BAB III ini

terdiri dari Metode Penelitian, Jenis Penelitian, Lokasi dan

Waktu Penelitian, Subyek dan Obyek Penelitian, Teknik

Pengumpulan Data, Sumber Data, Fokus Amatan dan

Analisis, Teknik Analisis data, dan Asumsi Peneliti.

BAB IV : HASIL DAN ANALISA PENELITIAN. Isi

BAB ini terdiri dari Gambaran Umum Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah yang

menggambarkan secara singkat mengenai lembaga penelitian

dan Temuan Lapangan yang merupakan jawaban dari

rumusan masalah serta analisisnya secara komprehensif.

Selanjutnya BAB ini juga terdiri dari Diskusi yang

merupakan penulisan hasil temuan dalam bentuk narasi secara

singkat pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN. Pada BAB ini

disajikan kesimpulan penelitian dan saran dari hasil

pembahasan.

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

 

Page 35: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

23

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Teori Kesehatan Mental

Kesehatan mental terdiri dari dua kata, yakni kesehatan

dan mental. Kesehatan kata dasarnya adalah sehat, yang

merupakan kata adopsi dari bahasa Arab yang artinya segar

tidak sakit, sembuh, selamat, memperbaiki dan selamat dari

aib.1 Majelis Ulama Indonesia (MUI) dalam Musyawarah

Nasional Ulama tahun 1983 merumuskan kesehatan sebagai

kesehatan jasmaniah, rohaniah dan sosial yang dimiliki

manusia sebagai karunia Allah SWT yang wajib disyukuri

dengan mengamalkan tuntunan-Nya, memeliharanya dan

mengembangkannya.2

Dengan demikian yang dinamakan

sehat tidak hanya diukur dari sehat secara fisik saja, namun

sehat dan segar secara badaniah, rohaniah dan sosial.

Sedangkan kata mental dalam Kamus Ilmu Jiwa dan

Pendidikan adalah kepribadian yang merupakan kebulatan

yang dinamik pada diri seseorang yang tercermin dalam cita-

cita, sikap dan perbuatannya.3 Menurut istilah mental adalah

semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi, sikap dan

perasaan yang dalam keseluruhan kebulatannya akan

1

Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia (Jakarta: Hidakarya

Agung, 1989), h. 9. 2 M. Quraish Shihab, Wawasan Al-Quran, Cet ke-4 (Bandung: Mizan,

1996), h. 182. 3 Jalaluddin, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Surabaya: Putra Al-

Maarif, t.t.), h. 115.

 

Page 36: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

24

menentukan corak tingkah laku, cara menghadapi suatu hal

yang menekan perasaan mengecewakan, menggembirakan,

menyenangkan dan sebagainya.4 Mental adalah seluruh unsur

yang ada pada diri individu yang tidak berbentuk fisik/ organ

terlihat mata namun ada dalam setiap diri manusia.

Kata kesehatan dan mental di atas dipadukan menjadi satu

istilah yang kita sebut dengan kesehatan mental. Kesehatan

mental diambil dari konsep mental hygiene yang berasal dari

kata mental dan hygeia. Hygeia adalah nama dewi kesehatan

Yunani dan hygiene berarti ilmu kesehatan. Sedangkan

mental dari kata lain mens atau mentis yang berarti jiwa,

nyawa, sukma, roh, semangat.5 Dalam banyak literatur, istilah

mental hygiene bukanlah satu-satunya istilah yang digunakan

untuk menyebut kesehatan mental. Istilah lain yang juga

digunakan untuk maksud yang sama adalah psychological

medicine, nervous health, atau mental health.6

Diantara berbagai istilah tersebut yang dipandang

memiliki makna yang tepat untuk menyebutkan kesehatan

mental adalah mental hygiene dibandingkan penggunaan

istilah mental health. Hal ini karena mental health artinya

keadaan jiwa yang sehat namun mengandung pengertian yang

statis. Sedangkan mental hygiene bermakna kesehatan mental

4

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental

(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 35. 5 Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan

Mental dalam Islam, cet ke-6 (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 3. 6 Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep

dan Penerapan, Cet ke-6 (Malang: UMM Press, 2011), h. 27-28.

 

Page 37: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

25

namun lebih dinamis karena menunjukan adanya usaha

peningkatan. Namun demikian, istilah mental health telah

meluas digunakan termasuk oleh badan kesehatan dunia

World Health Organization (WHO).7 Di Indonesia, istilah

yang paling sering digunakan adalah „mental hygiene’ jika

disebutkan mengunakan bahasa Inggris dan istilah „kesehatan

mental‟ jika disebutkan dalam bahasa Indonesia.

Sejak zaman dahulu, sikap terhadap gangguan mental

telah muncul dalam konsep primitif animisme. Ada

kepercayaan bahwa dunia ini diawasi atau dikuasai oleh roh-

roh atau dewa-dewa. Orang primitif percaya bahwa angin

bertiup, ombak mengalun, batu berguling dan pohon tumbuh

karena pengaruh roh yang tinggal dalam benda-benda

tersebut. Orang Yunani percaya bahwa gangguan mental

terjadi karena dewa marah dan membawa pergi jiwanya.

Untuk menghindari kemarahannya, maka mereka

mengadakan perjamuan pesta (sesaji) dengan mantra dari

korban yang mereka persembahkan. Praktik-praktik semacam

itu berlangsung mulai dari abad 7-5 SM. Seiring

perkembangan zaman, maka praktik semacam itupun kian

berkurang, walaupun kepercayaan tentang penyakit mental

7 Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep

dan Penerapan, Cet ke-6 (Malang: UMM Press, 2011), h. 28.

 

Page 38: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

26

tersebut berasal dari roh-roh jahat tetap bertahan sampai abad

pertengahan.8

Selanjutnya pada abad 4 SM muncul tokoh-tokoh bidang

medis dari bangsa Yunani seperti Hipocrates, Hirophilus,

Galenus, Vesalius, Paracelsus dan Cornelius Agrippa yang

mulai menggunakan konsep biologis dalam penanganannya

sehingga lebih manusiawi. Asumsinya adalah gangguan

mental disebabkan gangguan biologis atau kondisi biologis

seseorang, bukan akibat roh jahat. Aliran ini mendapat

pertentangan keras dari aliran sebelumnya yang meyakini

adanya roh jahat.9

Perkembangan kesehatan mental dipengaruhi oleh

gagasan, pemikiran dan inspirasi para ahli terutama dari dua

tokoh perintis, yaitu Dorothea Lynde Dix dan Clifford

Whittingham Beers. Kedua tokoh ini banyak mendedikasikan

hidupnya dalam bidang pencegahan gangguan mental dan

pertolongan bagi orang-orang miskin dan lemah. Dorothea

Lynde Dix lahir pada tahun 1802 dan meninggal dunia

tanggal 17 Juli 1887. Dia adalah seorang guru sekolah di

Massachussets, yang menaruh perhatian terhadap orang-orang

yang mengalami gangguan mental. Sebagian perintis

(pioneer) selama 40 tahun, dia berjuang untuk memberikan

8 Bertrand Russell, Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan Kondisi

Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, Cet ke-2 (Yogyakarta: Pustaka

Pelajar, 2004), hal. 16. 9

Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental (Semarang: Universitas

Diponegoro Press, 2012), h. 13.

 

Page 39: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

27

pengorbanan terhadap orang-orang gila secara lebih

manusiawi. Berkat usahanya yang tak kenal lelah, di Amerika

Serikat didirikan 32 rumah sakit jiwa. Dia layak mendapat

pujian sebagai salah seorang wanita besar di abad ke-19.10

Pada tahun 1909, gerakan kesehatan mental secara formal

mulai muncul. Selama dekade 1900-1909, beberapa

organisasi kesehatan mental telah didirikan, seperti American

Social Hygiene Association (ASHA) dan American

Federation for Sex Hygiene. Perkembangan gerakan-gerakan

di bidang kesehatan mental ini tidak lepas dari jasa Clifford

Whittingham Beers (1876-1943). Bahkan, karena jasa-jasanya

itulah, dia dinobatkan sebagai ”The Founder Of The Mental

Hygiene Movement”. Dedikasi Beers yang begitu kuat dalam

kesehatan mental dipengaruhi oleh pengalamannya sebagai

pasien di beberapa rumah sakit jiwa yang berbeda. Selama di

rumah sakit, dia mendapatkan pelayanan atau pengobatan

yang keras dan kasar (kurang manusiawi). Kondisi seperti ini

terjadi karena pada masa itu belum ada perhatian terhadap

masalah gangguan mental, apalagi pengobatannya.11

Pada abad ke-20 barulah muncul revolusi kesehatan

mental ke dua, yakni munculnya pendekatan psikologis

(Psikoanalisa) yang mempelopori penanganan penderita

gangguan mental secara medis dan psikologis. Tokoh

10

Indra Aditiyawarman, “Sejarah Perkembangan Gerakan Kesehatan

Mental”, Jurnal Komunika Dakwah dan Komunikasi, Vol 4 No 1 (Januari-Juni

2010): h. 92-93. 11

Ibid., h. 93.

 

Page 40: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

28

utamanya adalah Sigmund Freud, yang melakukan

penanganan hipnose, katarsis, asosiasi bebas dan analisis

mimpi. Tujuannya adalah mengatasi masalah mental individu

dengan menggali konflik intrapsikis penderita gangguan

mental. Intervensi tersebut dikenal dengan istilah penanganan

klinis (psikoterapi).12

Pendekatan psikologis tersebut meyakini bahwa faktor

psikologis berpengaruh besar pada kondisi mental seseorang,

dimana dalam pendekatan psikologis memiliki 3 pandangan

yang besar yang membahas mengenai hal tersebut, yaitu:13

1. Psikoanalisa

Pendekatan ini meyakini bahwa interaksi individu

pada awal kehidupannya serta konflik intrapsikis yang

terjadi akan mempengaruhi perkembangan kesehatan

mental seseorang. Faktor epigenetik mempelajari

kematangan psikologis seseorang yang berkembang

seiring pertumbuhan fisik dalam tahap-tahap

perkembangan individu, juga merupakan faktor penentu

kesehatan mental individu.

2. Behavioristik

Pendekatan ini meyakini proses pembelajaran dan

proses belajar sosial akan mempengaruhi kepribadian

seseorang. Kesalahan individu dalam proses pembelajaran

dan belajar sosial akan mengakibatkan gangguan mental.

12

Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental (Semarang: Universitas

Diponegoro Press, 2012), h. 13-14. 13

Ibid., h. 16.

 

Page 41: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

29

3. Humanistik

Perilaku individu dipengaruhi oleh hierarki kebutuhan

yang dimiliki. Selain itu, individu diyakini memiliki

kemampuan memahami potensi dirinya dan berkembang

untuk mencapai aktualisasi diri.14

Lebih lanjut badan kesehatan dunia, World Health

Organization (WHO) menyatakan bahwa kesehatan mental

merupakan kondisi dari kesejahteraan yang disadari individu

yang di dalamnya terdapat kemampuan-kemampuan untuk

mengelola stres kehidupan yang wajar, untuk bekerja secara

produktif dan menghasilkan, serta berperan serta di

komunitasnya.15

Menurut Karl Menninger, individu yang sehat

mentalnya adalah mereka yang memiliki kemampuan untuk

menahan diri, menunjukkan kecerdasan, berperilaku dengan

menenggang perasaan orang lain serta memiliki sikap hidup

yang bahagia. Adapun karakteristik individu sehat mental

mengacu pada kondisi atau sifat-sifat positif, seperti:

kesejahteraan psikologis (psychological well-being) yang

positif, karakter yang kuat serta sifat-sifat baik/ kebajikan

(virtues).16

Dalam UU Nomor 3 Tahun 1966, bab 1 pasal 1

disebutkan bahwa kesehatan mental adalah keadaan mental

yang sehat menurut ilmu kedokteran sebagai unsur daripada

14

Kartika Sari Dewi, Kesehatan Mental (Semarang: Universitas

Diponegoro Press, 2012), h. 16. 15

Ibid., h. 10-11. 16

Ibid., h. 11.

 

Page 42: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

30

kesehatan yang dimaksud dalam pasal 2 Undang-undang

pokok-pokok kesehatan (UU No. 9 tahun 1960 tentang pokok-

pokok kesehatan) yang menyebutkan bahwa kesehatan

meliputi kesehatan badan, rohani atau mental dan sosial serta

bukan hanya keadaan yang bebas dari penyakit, cacat dan

kelemahan.17

Kesehatan mental adalah terwujudnya keserasian yang

sungguh-sungguh antara fungsi-fungsi kejiwaan dan

terciptanya penyesuaian diri antara individu dengan dirinya

sendiri dan lingkungannya, berlandaskan keimanan dan

ketaqwaan, serta bertujuan untuk mencapai hidup yang

bermakna dan bahagia di dunia dan akhirat.18

Pengertian ini

menunjukan bahwa kesehatan mental adalah keharmonisan

antara individu dengan dirinya sendiri dan lingkungannya agar

merasakan kebahagiaan dan kebermaknaan hidup di dunia dan

akhirat.

Menurut Kartini Kartono, kesehatan mental atau mental

hygiene menitik beratkan pada kehidupan kerohanian. Mental

hygiene merupakan ilmu kesehatan jiwa yang membahas

kehidupan kerohanian yang sehat dengan memandang pribadi

manusia sebagai satu totalitas dari psikis dan fisik yang

kompleks. Ilmu kesehatan mental ini erat hubungannya

dengan tekanan-tekanan batin dan konflik-konflik pribadi

yang terdapat pada diri manusia. Tekanan-tekanan batin dan

17

Dede Rahmat Hidayat dan Herdi, Bimbingan Konseling Kesehatan

Mental di Sekolah, Cet ke-2 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), h. 31. 18

Djalaludin dan Ramayulis, Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Cet ke-8

(Jakarta: Kalam Mulia, 1998), h. 77.

 

Page 43: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

31

konflik-konflik pribadi itu sering mengganggu ketenangan

hidup seseorang.19

Seorang ahli psikologi agama, Zakiah Daradjat

mengungkapkan ada beberapa pengertian dan definisi tentang

kesehatan mental yang dipaparkan oleh para ahli, sesuai

dengan pandangan dan bidangnya masing-masing. Definisi

pertama menurut Zakiah Daradjat, kesehatan mental adalah

terhindarnya orang dari gejala-gejala gangguan jiwa (neurose)

dan dari gejala-gejala penyakit jiwa (psychose). Definisi

pertama ini banyak mendapat sambutan dari kalangan

psikiatri (kedokteran jiwa).20

Definisi pertama inilah yang

paling banyak digunakan oleh psikiatri di Indonesia.

Menurut definisi ini, orang yang sehat mentalnya adalah

orang yang terhindar dari segala macam gangguan jiwa dan

penyakit jiwa. Secara ringkas dapat dikatakan bahwa

indikator seseorang menderita gangguan jiwa adalah bila

sering mengalami cemas tanpa diketahui sebabnya,

munculnya rasa malas, tidak ada kegairahan untuk bekerja

dan badan selalu terasa lesu. Sedangkan penderita sakit jiwa

adalah orang yang pandangannya jauh berbeda dari

pandangan orang pada umumnya dan jauh dari realitas.21

19

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 3-4. 20

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 4. 21

Ibid., h. 4.

 

Page 44: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

32

Demikianlah definisi pertama dari empat definisi menurut

Zakiah Daradjat mengenai kesehatan mental.

Definisi kedua menurut Zakiah Daradjat, kesehatan

mental adalah kemampuan seseorang untuk menyesuaikan

diri dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan masyarakat

serta lingkungan dimana ia hidup. Definisi kedua ini lebih

luas dan bersifat umum karena dihubungkan dengan

kehidupan secara keseluruhan. Kesanggupan untuk

menyesuaikan diri itu akan membawa orang kepada

kenikmatan hidup dan terhindar dari kecemasan, kegelisahan

dan ketidakpuasan. Disamping itu, ia penuh dengan semangat

dan kebahagiaan dalam hidup.22

Definisi ini menunjukan

bahwa orang yang mampu hidup harmonis dengan dirinya

sendiri dan orang lain di lingkungannya, maka itulah orang

yang sehat mentalnya.

Definisi ketiga menurut Zakiah Daradjat, kesehatan

mental adalah pengetahuan dan perbuatan yang bertujuan

untuk mengembangkan dan memanfaatkan segala potensi,

bakat dan pembawaan yang ada semaksimal mungkin,

sehingga membawa kepada kebahagiaan diri dan orang lain

serta terhindar dari gangguan-gangguan dan penyakit jiwa.

Definisi ini mendorong orang untuk mengembangkan dan

memanfaatkan segala potensi yang ada. Dari definisi ini

diharapkan tidak ada bakat yang terpendam atau bakat yang

22

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 4-5.

 

Page 45: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

33

digunakan dengan cara yang tidak membawa pada

kebahagiaan, apalagi mengganggu hak dan kepentingan orang

lain.23

Definisi keempat menurut Zakiah Daradjat, kesehatan

mental adalah terwujudnya keharmonisan yang sungguh-

sungguh antara fungsi-fungsi jiwa, mempunyai kesanggupan

untuk menghadapi problem-problem biasa yang terjadi dan

merasakan secara positif kebahagiaan dan kemampuan

dirinya. Menurut definisi ini, fungsi-fungsi jiwa seperti

pikiran, perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup

harus dapat saling membantu dan bekerjasama satu sama lain

sehingga terciptanya keharmonisan yang menjauhkan orang

dari perasaan ragu dan bimbang serta terhindar dari

kegelisahan dan pertentangan batin/ konflik.24

Definisi ini mengatakan bahwa fungsi-fungsi jiwa dengan

semua unsur-unsurnya bertindak menyesuaikan seseorang

dengan dirinya sendiri, dengan orang lain dan lingkungannya.

Dalam menghadapi suasana dan situasi yang selalu berubah

dalam kehidupan, fungsi-fungsi jiwa akan bekerjasama secara

harmonis dalam menyiapkan diri untuk menghadapi

perubahan-perubahan tersebut. Dengan demikian perubahan-

perubahan itu tidak akan menyebabkan kegelisahan dan

kegoncangan jiwa pada diri seseorang.25

Perpaduan yang

23

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 5-6. 24

Ibid., h. 6. 25

Ibid., h. 6.

 

Page 46: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

34

harmonis antara fungsi-fungsi jiwa dalam menghadapi segala

permasalahan yang dihadapi dalam hidup akan membawa

seseorang pada kesehatan mental yang baik.

Dengan demikian pendapat kesehatan mental menurut

Zakiah Daradjat adalah terhindarnya seseorang dari gejala-

gejala gangguan dan penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri,

dapat memanfaatkan segala potensi dan bakat yang ada dan

membawa kepada kebahagiaan bersama serta tercapainya

keharmonisan jiwa dalam hidup. Perlu diingat bahwa

kesehatan mental itu adalah relatif, dimana keharmonisan

yang sempurna antara seluruh fungsi-fungsi tubuh itu tidak

ada, yang dapat diketahui adalah berapa jauh jaraknya

seseorang dari kesehatan mental yang normal.26

Berdasarkan beberapa pendapat tentang kesehatan mental

terutama berdasarkan teori dari Zakiah Daradjat di atas,

penulis mendefinisikan dalam penelitian ini kesehatan mental

adalah keserasian yang sungguh-sungguh antara pikiran,

perasaan, sikap jiwa, pandangan dan keyakinan hidup dalam

diri individu sehingga dapat merasakan ketenangan hidup dan

sanggup menghadapi permasalahan yang dihadapinya hingga

menjadikan ia terhindar dari gejala-gejala gangguan jiwa dan

dari gejala-gejala penyakit jiwa.

26

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 7.

 

Page 47: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

35

Zakiah Daradjat menambahkan ada beberapa ciri orang

yang mempunyai mental sehat, yaitu:27

1. Terhindar dari gangguan mental dan penyakit mental.

2. Mampu menyesuaikan diri.

3. Sanggup menghadapi masalah-masalah dan

kegoncangan-kegoncangan biasa.

4. Adanya keserasian fungsi-fungsi jiwa (tidak ada

konflik) dan merasa bahwa dirinya berharga, berguna

dan bahagia.

5. Dapat menggunakan potensi yang ada pada dirinya

seoptimal mungkin.28

Mental yang sehat ditandai dengan adanya integrasi diri

dan pengontrolan diri, yaitu kontrol terhadap pikiran, angan-

angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan, emosi-

emosi, sentimen dan segenap tingkahlaku. Orang yang

terganggu mentalnya tidak akan mampu menguasai diri

sendiri dan tidak memiliki kontrol diri sehingga mereka selalu

diricuhkan oleh gangguan-gangguan konflik, batin dan

macam-macam frustasi yang serius.29

Seseorang yang

memiliki kontrol terhadap pikiran, emosi, ambisi dan segenap

tingkahlaku merupakan orang yang mentalnya sehat,

27

Zakiah Daradjat, Islam dan Kesehatan Jiwa, cet ke-8 (Jakarta:

Gunung Agung, 1996), h. 9. 28

Ibid., h. 9. 29

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 284.

 

Page 48: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

36

sebaliknya jika seseorang tidak mampu mengontrol segenap

tingkahlakunya maka kesehatan mentalnya terganggu.

Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa

putus asa, pesimis atau apatis karena ia dapat menghadapi

semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan tenang

dan wajar serta menerima kegagalan itu sebagai suatu

pelajaran yang akan membawa sukses nantinya. Maka,

kesehatan mental-lah yang menentukan tanggapan seseorang

terhadap suatu persoalan dan kemampuannya menyesuaikan

diri. Kesehatan mental pulalah yang menentukan apakah

orang akan mempunyai kegairahan untuk hidup atau akan

pasif dan tidak bersemangat.30

Respon atau tanggapan serta

sikap seseorang dalam menghadapi segala macam persoalan

yang dihadapinya ditentukan oleh kondisi kesehatan

mentalnya.

Perlu diingat, orang yang memiliki kesehatan mental yang

baik sekalipun tidak bisa terbebas dari kecemasan dan

perasaan bersalah. Dia tetap mengalami kecemasan dan

perasaan bersalah tetapi tidak dikuasai oleh kecemasan dan

perasaan bersalah itu. orang yang memiliki kesehatan mental

sanggup menghadapi masalah-masalah biasa dengan penuh

keyakinan diri dan dapat memecahkan masalah-masalah

tersebut tanpa adanya gangguan yang hebat pada struktur

30

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 9.

 

Page 49: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

37

dirinya.31

Orang yang mentalnya sehat sekalipun tidak serta-

merta terbebas dari rasa cemas dan perasaan bersalah, akan

tetapi rasa cemas dan perasaan bersalah itu tidak menguasai

dirinya dan mampu ia hadapi dengan tenang dan penuh

keyakinan.

Kesehatan mental bukan hanya sekedar mental yang sehat

berada dalam tubuh yang sehat seperti kata pepatah Yunani

„mens sana in corpore sano‟, tetapi kesehatan mental juga

merupakan suatu keadaan yang berhubungan erat dengan

seluruh eksistensi manusia. Itulah suatu keadaan kepribadian

yang bercirikan kemampuan seseorang untuk menghadapi

kenyataan dalam hidup dan untuk berfungsi secara efektif

dalam suatu masyarakat yang dinamik.32

Dengan demikian,

tubuh yang sehat belum dapat dijadikan ukuran mentalnya

sehat, mental yang sehat dapat terjadi jika seseorang mampu

merespon dan menghadapi kenyataan dalam hidup dengan

tenang dan wajar.

Dalam penelitian ini, pengertian kesehatan mental yang

penulis jadikan landasan teori adalah pengertian dari Zakiah

Daradjat dalam buku Kesehatan Mental cetakan ke-23 tahun

2001 yang menggabungkan empat definisi yang lazim

digunakan para ahli. Pengertian kesehatan mental tersebut

yaitu terhindarnya seseorang dari gejala-gejala gangguan dan

penyakit jiwa, dapat menyesuaikan diri, dapat memanfaatkan

31

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental, Jilid 1 (Yogyakarta: Kanisius,

2006), h. 9. 32

Ibid., h. 52.

 

Page 50: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

38

segala potensi dan bakat yang ada dan membawa kepada

kebahagiaan serta tercapainya keharmonisan jiwa dalam

hidup.

B. Jiwa dan Mental

1. Jiwa Perspektif Teori Umum

Jiwa adalah daya hidup rohaniah yang bersifat abstrak

yang menjadi penggerak dan pengatur bagi sekalian

perbuatan-perbuatan pribadi (personal behavior) dari

hewan tingkat tinggi hingga manusia. Perbuatan pribadi

tersebut adalah perbuatan sebagai hasil proses belajar

yang dimungkinkan oleh keadaan jasmani, rohaniah dan

sosial. Menurut Aristoteles, jiwa disebut sebagi anima

yang terbagi dalam tiga macam jenis yaitu:33

a. Anima vegetativa, yaitu anima yang terdapat pada

tumbuh-tumbuhan yang mempunyai kemampuan

untuk makan, minum dan berkembang biak.

b. Anima sensitiva, yaitu anima yang terdapat dalam

hewan. Anima ini memiliki kemampuan seperti

anima vegetativa juga kemampuan untuk

berpindah tempat, mempunyai nafsu, dapat

mengamati, mengingat dan merasakan.

c. Anima intelektiva, yaitu anima yang terdapat

dalam diri manusia. Selain memiliki kemampuan

33

Edwi Arief Sosiawan, “Psikologi Sosial”, Diakses pada 10

September 2018 dari www.file.upi.edu.

 

Page 51: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

39

seperti anima sensitiva juga mempunyai

kemampuan berpikir dan berkemauanan.34

Lebih lanjut dalam teori Sigmund Freud ada tiga

elemen pendukung struktur kepribadian manusia, yaitu:35

a. The Id (Aspek biologis)

Id adalah sistem kepribadian yang asli dan dibawa

sejak lahir. Dari Id ini kemudian akan muncul Ego

dan Superego. Saat dilahirkan, Id berisi semua aspek

psikologik yang diturunkan seperti insting, impuls

dan drives. Id berada dalam daerah unconscious dan

beroperasi berdasarkan prinsip kenikmatan (pleasure

principle), yaitu berusaha memperoleh kenikmatan

dan menghindari rasa sakit. Id tidak mampu menilai

atau membedakan benar-salah dan tidak tahu moral.

b. The Ego (Aspek psikologis)

Ego berkembang dari Id agar orang mampu

menangani realita sehingga Ego beroperasi

berdasarkan prinsip realita (reality principle). Ego

sebagai eksekutif kepribadian berusaha memenuhi

kebutuhan Id sekaligus juga memenuhi kebutuhan

moral dan kebutuhan mencapai kesempurnaan dari

Superego.

34

Edwi Arief Sosiawan, “Psikologi Sosial”, Diakses pada 10

September 2018 dari www.file.upi.edu. 35

Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), h.

14-16.

 

Page 52: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

40

c. The Superego (Aspek sosiologis)

The Superego atau Das Ueber Ich adalah aspek

sosiologis dalam kepribadian yang merupakan wakil

dari nilai-nilai tradisional dan cita-cita masyarakat

yang diajarkan dalam bentuk perintah atau larangan.

The Superego lebih merupakan kesempurnaan

daripada kesenangan, karena itu Das Ueber Ich dapat

pula dianggap sebagai aspek moral dalam

kepribadian. Fungsi pokoknya adalah menentukan

apakah sesuatu itu benar atau salah, pantas atau tidak,

susila atau tidak, sehingga dengan demikian pribadi

dapat bertindak sesuai moral masyarakat.36

2. Jiwa Perspektif Teori Islam

Jiwa dalam bahasa Arab disebut al-Nafs, dalam

bahasa Yunani disebut Psyche yang diterjemahkan dengan

jiwa atau Soul dalam bahasa Inggris.37

Menurut Buya

Hamka, jiwa merupakan jejak atau hasil interaksi antara

aspek-aspek jiwa, yakni akal, hawa nafsu dan kalbu.

Konsep jiwa yang ditawarkan Hamka lebih

menitikberatkan pada perseteruan akal dengan hawa nafsu

sebagai dua kekuatan utama dalam jiwa manusia,

sementara kondisi kalbu yang akan menjadi kondisi jiwa

36

Alwisol, Psikologi Kepribadian (Malang: UMM Press, 2009), h.

14-16. 37

Ema Yudiani, “Dinamika Jiwa dalam Perspektif Psikologi Islam”,

Jurnal Ilmu Agama, Vol 14 No 1 (Juni-Juli 2013): h. 45.

 

Page 53: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

41

secara keseluruhan sepenuhnya tergantung pada hasil

perseteruan tersebut.38

Aspek jiwa menurut Hamka adalah sebagai berikut:

a. Akal

Hakikat akal adalah aspek jiwa manusia yang

berfungsi untuk mengikat hawa nafsunya,

sebagaimana tali pengikat ternak agar ternak tidak lari

kemana-mana. Akal manusia akan mengikatnya agar

ia tidak lepas kendali dengan mudah dan serta merta

mengikuti hawa nafsunya. Lebih lanjut Hamka

menyebutkan bahwa akal digerakkan oleh tiga daya

yang dimiliki jiwa, yaitu pikiran (al-fikr), perasaan

(al-wijdan) dan kemauan (al-iradah).

b. Hawa Nafsu

Hawa nafsu yang dimaksudkan oleh Hamka

adalah nafsul amarah yang digambarkan dalam Al-

Qur‟an sebagai kecenderungan manusia yang lebih

rendah dari pada binatang. Nafsu adalah musuh

bebuyutan akal dalam jiwa manusia. Lebih lanjut

beliau menerangkan sifat-sifat nafsu manusia,

diantaranya bersifat ingin bebas dan egosentris dalam

semua perkara, bertujuan untuk kesenangan semata,

38

Ema Yudiani, “Dinamika Jiwa dalam Perspektif Psikologi Islam”,

Jurnal Ilmu Agama, Vol 14 No 1 (Juni-Juli 2013): h. 46.

 

Page 54: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

42

tidak pernah menyesal meskipun telah berbuat salah

dan nafsu selalu dibisikkan oleh setan.

c. Kalbu

Hamka tidak terlalu banyak mengupas kalbu atau

hati, namun secara gamblang beliau menyatakan

bahwa hati adalah medan pertempuran yang

diperebutkan oleh akal dan hawa nafsu. Kalbu akan

mengikuti akal atau nafsu yang nantinya akan

menguasainya. Jika akal yang menang selamatlah hati

dan selamatlah seluruh jiwa, jika nafsu yang berkuasa

maka rusaklah jiwa keseluruhannya.39

Ahli psikologi Islam Mujib dan Mudzakir lebih

menekankan keutamaan kalbu dalam konsep struktur jiwa

yang ditawarkannya. Lebih lanjut, menurutnya jiwa

manusia berasal dari dua substansi yang saling bertolah

belakang yaitu substansi jasmani yang diwakili oleh jasad

dan substansi ruhani yang yang diwakili oleh ruh. Hasil

penggabungan kedua substansi tersebutlah yang

menghasilkan jiwa. Serupa dengan pendapat Hamka,

Mujib dan Mudzakir juga berpendapat bahwa jiwa terdiri

dari akal, nafsu dan kalbu.40

3. Mental Perspektif Teori Umum dan Islam

Kata mental dalam Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan

adalah kepribadian yang merupakan kebulatan yang

39

Ema Yudiani, “Dinamika Jiwa dalam Perspektif Psikologi Islam”,

Jurnal Ilmu Agama, Vol 14 No 1 (Juni-Juli 2013): h. 46-47. 40

Ibid., h. 50.

 

Page 55: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

43

dinamik pada diri seseorang yang tercermin dalam cita-

cita, sikap dan perbuatannya. 41 Menurut istilah mental

adalah semua unsur-unsur jiwa termasuk pikiran, emosi,

sikap dan perasaan yang dalam keseluruhan kebulatannya

akan menentukan corak tingkah laku, cara menghadapi

suatu hal yang menekan perasaan mengecewakan,

menggembirakan, menyenangkan dan sebagainya. 42

Mental adalah seluruh unsur yang ada pada diri individu

yang tidak berbentuk fisik/ organ terlihat mata namun ada

dalam setiap diri manusia.

Secara sederhana mental dapat dipahami sebagai

sesuatu yang berhubungan dengan batin dan watak atau

karakter, tidak bersifat jasmani (badan).43

Mental adalah

paduan secara menyeluruh antara berbagai fungsi-fungsi

psikologis dengan kemampuan menghadapi krisis-krisis

psikologis yang menimpa manusia yang dapat

berpengaruh terhadap emosi dan dari emosi ini akan

memperngaruhi pada kondisi mental.44

Secara definitif memang belum ada kepastian definisi

yang jelas dari para ahli kejiwaan mengenai pengertian

mental. Secara etimologi kata mental berasal dari bahasa

41

Jalaluddin, Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan (Surabaya: Putra Al-

Maarif, t.t.), h. 115. 42

Zakiah Daradjat, Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental

(Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 35. 43

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus

Besar Bahasa Indonesia, Edisi ke-2 (Jakarta: Balai Pustaka, 1994), h. 646. 44

Hasan Langgulung, Teori-teori Kesehatan Mental (Jakarta: Pustaka

Alhusna, 1992), h. 30.

 

Page 56: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

44

Yunani yang mempunyai pengertian sama dengan

pengertian psyche, artinya psikis, jiwa atau kejiwaan.45

Ada juga yang mengatakan bahwa mental dari kata lain

mens atau mentis yang berarti jiwa, nyawa, sukma, roh,

semangat. 46 James Draver memaknai mental yaitu

„revering to the mind‟, maksudnya adalah sesuatu yang

berhubungan dengan pikiran atau pikiran itu sendiri.47

Sedangkan C.P Chaplin mengatakan bahwa yang

dimaksud dengan mental yaitu yang berhubungan dengan

pikiran, akal, ingatan atau proses yang berasosiasi dengan

pikiran, akal dan ingatan.48

Lebih lanjut Sigmund Freud memberikan definisi

bahwa mental yang sehat adalah adanya keseimbangan

antara dorongan-dorongan dan motif-motif tiap bagian

jiwa dalam pemuasannya. Begitu juga Arthur Gorden

melihat bahwa kemampuan mengharmoniskan dorongan-

dorongan psikis dengan realitas dengan sendirinya akan

terbentuk kepribadian/ mental yang sehat dan akan

melahirkan tingkah laku yang sehat pula (normal).49

45

Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep

dan Penerapan, Cet ke-6 (Malang: UMM Press, 2011), h. 21. 46

Kartini Kartono dan Jenny Andari, Hygiene Mental dan Kesehatan

Mental dalam Islam, cet ke-6 (Bandung: Mandar Maju, 1989), h. 3. 47

James Draver, A Dictionary of psychology (New York: Pengin

Books, t.t.) h, 169. 48

C.P Chaplin, Kamus Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono

(Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995), h. 407. 49

F. Patty, dkk., Pengantar Psikologi Umum (Surabaya: Usaha

Nasional, 1982), h. 189-190.

 

Page 57: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

45

Mental yang sehat ditandai dengan adanya integrasi

diri dan pengontrolan diri, yaitu kontrol terhadap pikiran,

angan-angan, keinginan-keinginan, dorongan-dorongan,

emosi-emosi, sentimen dan segenap tingkahlaku. Orang

yang terganggu mentalnya tidak akan mampu menguasai

diri sendiri dan tidak memiliki kontrol diri sehingga

mereka selalu diricuhkan oleh gangguan-gangguan

konflik, batin dan macam-macam frustasi yang serius.50

Seseorang yang memiliki kontrol terhadap pikiran, emosi,

ambisi dan segenap tingkahlaku merupakan orang yang

mentalnya sehat, sebaliknya jika seseorang tidak mampu

mengontrol segenap tingkahlakunya maka kesehatan

mentalnya terganggu.

Orang yang sehat mentalnya tidak akan lekas merasa

putus asa, pesimis atau apatis karena ia dapat menghadapi

semua rintangan atau kegagalan dalam hidup dengan

tenang dan wajar serta menerima kegagalan itu sebagai

suatu pelajaran yang akan membawa sukses nantinya.

Maka, kesehatan mental-lah yang menentukan tanggapan

seseorang terhadap suatu persoalan dan kemampuannya

menyesuaikan diri. Kesehatan mental pulalah yang

menentukan apakah orang akan mempunyai kegairahan

untuk hidup atau akan pasif dan tidak bersemangat.51

50

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 284. 51

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 9.

 

Page 58: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

46

Respon atau tanggapan serta sikap seseorang dalam

menghadapi segala macam persoalan yang dihadapinya

ditentukan oleh kondisi kesehatan mentalnya.

C. Program

1. Pengertian Program

Menurut bahasa, kata program berasal dari bahasa

Inggris, programe yang berarti acara atau rencana.

Sedangkan menurut istilah program adalah rancangan

mengenai asas-asas serta usaha-usaha yang akan

dijalankan.52

Menurut Wirawan, program adalah kegiatan

atau aktifitas yang dirancang untuk melaksanakan

kebijakan dan dilaksanakan untuk waktu yang tidak

terbatas.53

Dari pengertian ini terdapat makna bahwa

program adalah rencana/ rancangan kegiatan yang akan

dilakukan.

Menurut Suharsimi Arikunto, Program merupakan

sistem. Sedangkan sistem adalah suatu kesatuan dari

beberapa bagian atau komponen program yang saling

kait-mengkait dan bekerjasama satu dengan lainnya untuk

mencapai tujuan yang sudah ditetapkan dalam sistem.

Dengan begitu, program terdiri dari komponen-komponen

yang saling berkaitan dan saling menunjang dalam rangka

52

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kamus

Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka, 1988), h. 702. 53

Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi

(Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 17.

 

Page 59: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

47

mencapai suatu tujuan tertentu.54

Dalam pengertian ini,

selain rencana/ rancangan, program juga merupakan

kumpulan komponen yang saling berkaitan dan saling

menunjang guna mencapai suatu tujuan.

Program didefiniskan sebagai suatu unit atau kesatuan

kegiatan yang merupakan realisasi atau implementasi dari

suatu kebijakan, berlangsung dalam proses yang

berkesinambungan dan terjadi dalam suatu organisasi/

lembaga yang melibatkan sekelompok orang. Ada tiga

pengertian penting dan perlu ditekankan dalam

menentukan program, yaitu:

a. Realisasi atau implementasi suatu kebijakan.

b. Terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan

kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan.

c. Terjadi dalam organisasi/ lembaga yang

melibatkan sekelompok orang.55

Konsep teori program mempunyai dua dimensi, yaitu

dimensi perspektif dan dimensi deskriptif. Dimensi

perspektif memfokuskan pada apa yang harus dilakukan

dalam keadaan ideal ketika melaksanakan program,

sedangkan dimensi deskriptif memfokuskan pada

penjelasan program, yaitu apa yang sesungguhnya terjadi

54

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi

Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi

Pendidikan, Edisi ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 9. 55

Ibid., h. 4.

 

Page 60: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

48

sepanjang program berfungsi termasuk sumber program,

aktifitas-aktifitas program, pengaruh-pengaruh (outcomes)

program dan akibat (impact) program.56

Dengan demikian, sebuah program sangat dibutuhkan

dalam setiap pelaksanaan kegiatan individu maupun

kegiatan dari sebuah lembaga. Hal yang perlu diingat

adalah bahwa kegiatan yang sudah tidak lagi dilaksanakan

bukan lagi disebut program dan kegiatan yang tidak

direncanakan namun terjadi juga bukanlah suatu program.

Hal itu sesuai dengan definisi dari program yang

merupakan rencana suatu kegiatan yang berarti belum

atau sedang dilakukan.

2. Program Kesejahteraan Sosial

Perhatian pemerintah dan masyarakat secara umum

terhadap perlunya standar kehidupan yang lebih baik telah

mendorong terbentuknya berbagai usaha kesejahteraan

sosial. Usaha kesejahteraan sosial itu sendiri pada

dasarnya merupakan suatu program ataupun kegiatan

yang didesain secara kongkrit untuk menjawab masalah,

kebutuhan masyarakat ataupun meningkatkan taraf hidup

masyarakat. Usaha kesejahteraan sosial itu dapat

ditujukan pada individu, keluarga, kelompok-kelompok

56

Wirawan, Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi

(Jakarta: Rajawali Press, 2012), h. 69-70.

 

Page 61: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

49

dalam komunitas ataupun komunitas secara keseluruhan

(baik komunitas lokal, regional maupun nasional).57

Dari hal di atas, dapat dilihat bahwa kesejahteraan

sosial sebagai suatu kondisi kehidupan yang diharapkan

masyarakat tidak dapat terwujud bila tidak dikembangkan

usaha/ program kesejahteraan sosial, baik oleh pihak

pemerintah, organisasi non pemerintah maupun dunia

usaha. Karena itu berjalan atau tidaknya suatu program

kesejahteraan sosial sangat dipengaruhi oleh organisasi

yang menyediakan usaha kesejahteraan sosial tersebut.

Organisasi yang menyediakan layanan sosial (usaha

kesejahteraan sosial) ini dalam perspektif yang lebih luas

seringkali disebut dengan nama organisasi pelayanan

masyarakat (Human Service Organizations atau sering

disingkat dengan sebutan HSO).58

Human Service Organizations mempunyai lingkup

yang lebih luas dari organisasi sosial yang dikenal di

Indonesia. karena HSO bisa merupakan organisasi

pemerintah (government organizations), organisasi non-

pemerintah (non government organizations) maupun

pihak swasta (private organizations) yang memperhatikan

(concern dengan) masalah-masalah sosial dan masalah

kesejahteraan sosial dalam arti sempit (seperti masalah

57

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 86. 58

Ibid., h. 86.

 

Page 62: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

50

yang terkait dengan prostitusi, anak jalanan, tuna netra,

tuna rungu dan tuna grahita).59

Dalam kaitan dengan apa yang menjadi motivasi dari

suatu organisasi pelayanan masyarakat mengadakan usaha

kesejahteraan sosial, Schneiderman tahun 1967

menyatakan tiga tujuan dari suatu HSO (Human Service

Organizations) menyediakan usaha kesejahteraan sosial,

yaitu:60

a. Tujuan kemanusiaan dan keadilan sosial

(Humanitarian and social justice goal)

Tujuan ini bersumber dari gagasan ideal

demokratis tentang keadilan sosial, hal ini berasal dari

keyakinan bahwa setiap manusia mempunyai hak

untuk mengembangkan potensi diri yang mereka

miliki meskipun kadangkala potensi tersebut

„tertutup‟ oleh adanya hambatan fisik, sosial,

ekonomi, kejiwaan ataupun berbagai faktor lainnya.

Berdasarkan tujuan ini, usaha kesejahteraan sosial

banyak diarahkan pada upaya pengidentifikasian

kelompok yang paling tidak mendapat perhatian,

kelompok yang paling ditelantarkan, kelompok yang

paling tergantung terhadap pihak lain ataupun

kelompok yang kurang diuntungkan. Usaha/ program

59

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 87. 60

Ibid., h. 87.

 

Page 63: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

51

kesejahteraan sosial menjadikan mereka sebagai

kelompok sasaran dalam upaya menjembatani

kelangkaan sumberdaya yang mereka (kelompok

sasaran) miliki.61

b. Tujuan yang terkait dengan pengendalian sosial

(Social control goal)

Tujuan ini berkembang berdasarkan pemahaman

bahwa kelompok yang tidak diuntungkan, kekurangan

ataupun tidak terpenuhi kebutuhan hidupnya akan

dapat melakukan „serangan‟ ataupun menjadi

„ancaman‟ bagi kelompok masyarakat yang sudah

mapan.62

c. Tujuan yang terkait dengan pembangunan

ekonomi (Economic development goal)

Tujuan pembangunan ekonomi memprioritaskan

pada program-program yang dirancang untuk

meningkatkan produksi barang dan jasa serta berbagai

sumber daya yang dapat menunjang serta

memberikan sumbangan pada pembangunan

ekonomi.63

61

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 87. 62

Ibid., h. 87. 63

Ibid., h. 88.

 

Page 64: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

52

Adapun jenis program kesejahteraan sosial yang

ditawarkan ke masyarakat dapat berupa:64

a. Layanan yang langsung ditujukan ke kelompok

(komunitas) sasaran yang dikenal dengan nama

Direct services. Misalnya saja, suatu lembaga

pelayanan masyarakat (Human Service

Organizations) mengembangkan program

pengembangan modal usaha dan berbagai macam

model pemberian bantuan keuangan untuk

komunitas (income generating activities), program

beasiswa untuk anak yang tidak mampu dan

sebagainya. Disini semua layanan yang dilakukan

oleh lembaga ditujukan langsung pada komunitas

sasaran.

b. Layanan yang tidak langsung diarahkan pada

komunitas sasaran, tetapi bantuan diberikan pada

lembaga yang mempunyai program langsung ke

komunitas sasaran. Bentuk layanan seperti ini

dikenal dengan Indirect services. Misalnya, suatu

lembaga donor internasional dalam rangka

mengurangi angka kemiskinan dan angka kematian

bayi (infant mortality rate) maka lembaga donor

tersebut tidak memberikan bantuan langsung ke

komunitas sasaran, tetapi lembaga tersebut

64

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 89.

 

Page 65: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

53

mengkontak berbagai organisasi pelayanan

masyarakat (Human Service Organizations) di

Indonesia yang mempunyai program langsung ke

masyarakat. Bila dilihat dari apa yang dilakukan

oleh lembaga donor internasional tersebut maka

layanan yang diberikannya dapat digolongkan

sebagai layanan tidak langsung (indirect

services).65

3. Prinsip Dasar Dalam Praktik Kesejahteraan Sosial

a. Penerimaan (Acceptance)

Prinsip ini secara mendasar melihat bahwa praktisi

harus berusaha menerima klien mereka apa adanya,

tanpa „menghakimi‟ klien tersebut. Kemampuan

praktisi untuk menerima klien (pihak yang

membutuhkan bantuan) dengan sewajarnya akan

dapat banyak membantu perkembangan relasi antara

mereka. Berdasarkan prinsip ini, penerimaan seorang

praktisi harus berusaha meredam perasaan „suka‟ dan

„tidak suka‟ yang terlihat dari penampilan fisik

seseorang. Dengan adanya sikap acceptance

(menerima keadaan klien apa adanya) maka klien

akan dapat merasa lebih percaya diri dan tidak kaku

dalam berbicara dengan praktisi, sehingga klien dapat

mengungkapkan berbagai macam perasaan dan

65

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 89-90.

 

Page 66: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

54

permasalahan yang mengganjal di hatinya. Dengan

cara seperti ini maka relasi antara praktisi dan klien

dapat dikembangkan dengan baik.66

b. Komunikasi (Communication)

Prinsip komunikasi ini berkaitan erat dengan

kemampuan praktisi untuk menangkap informasi

ataupun pesan yang dikemukakan oleh klien. Pesan

yang disampaikan klien dapat berbentuk pesan verbal,

yang diungkapkan klien melalui ucapannya, ataupun

pesan tersebut berbentuk pesan non-verbal, misalnya

dari cara duduk klien, cara klien menggerakkan

tangan, cara meletakkan tangan dan sebagainya. Dari

pesan non-verbal kita bisa menangkap apakah klien

sedang merasa gelisah, cemas, takut, gembira dan

berbagai ungkapan perasaan lainnya.67

Bila suatu ketika klien tidak dapat mengungkapkan

perasaan apa yang dirasakannya, praktisi diharapkan

dapat membantu klien tersebut untuk mengungkapkan

apa yang ia rasakan. Dengan berkembangnya

komunikasi antara praktisi dan kliennya, maka ia

dapat menelaah permasalahan yang dihadapi klien

secara lebih jelas sehingga praktisi tidak menganalisis

66

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 84-85. 67

Ibid., h. 85.

 

Page 67: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

55

berdasarkan praduga, tetapi berdasarkan data yang

diterima dari pesan verbal dan pesan non-verbal yang

disampaikan oleh klien.68

c. Individualisasi (Individualisation)

Prinsip ini menganggap setiap individu berbeda

antara satu dengan yang lainnya sehingga seorang

praktisi haruslah berusaha memahami keunikan dari

setiap klien. Dalam proses pemberian bantuan,

praktisi harus berusaha mengembangkan intervensi

yang sesuai dengan kondisi kliennya agar

mendapatkan hasil yang optimal. Dengan adanya

prinsip individualisasi ini maka praktisi diharapkan

tidak menyamaratakan setiap klien, sehingga

pendekatan dalam melakukan terapi lebih diutamakan

dengan penanganan kasus per kasus dan bukan

penggeneralisasian cara penanganan masalah.69

d. Partisipasi (Participation)

Pada prinsip partisipasi ini, praktisi didorong untuk

menjalankan peran sebagai fasilitator. Dari peran ini

diharapkan praktisi akan mengajak kliennya untuk

berpartisipasi aktif dalam menghadapi permasalahan

yang dihadapinya. Tanpa partisipasi aktif dari klien,

68

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 85. 69

Ibid., h. 86.

 

Page 68: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

56

maka tujuan dari terapi tersebut sulit untuk tercapai.

Misalnya saja seorang praktisi menangani orang tua

yang sedang menderita depresi karena anak

kesayangannya meninggal. Tanpa keikutsertaan dan

usaha yang aktif dari orang tua tersebut untuk

mengatasi permasalahannya, maka upaya yang

dilakukan praktisi tidak akan membawa hasil yang

diinginkan.70

e. Kerahasiaan (Confidentiality)

Dalam prinsip ini, praktisi harus menjaga

kerahasiaan dari kasus yang sedang ditanganinya,

sehingga kasus itu tidak dibicarakan dengan

sembarang orang yang tidak terkait dengan

penanganan kasus tersebut. Praktisi baru dapat

membicarakan kasus tersebut ketika kasus tersebut

sedang dibahas dalam suatu tim kerja. Dengan

dijaminnya kerahasiaan ini, maka klien akan dapat

lebih bebas mengungkapkan permasalahan yang ia

hadapi ataupun perasaan yang ia rasakan. Ia akan

merasa lebih aman mengungkapkan perasaannya

70

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 87.

 

Page 69: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

57

karena ia yakin bahwa apa yang ia utarakan akan

tetap dijaga kerahasiaannya.71

f. Kesadaran diri petugas (Worker self-awareness)

Prinsip kesadaran diri (self awareness) ini

menuntut praktisi untuk bersikap profesional dalam

menjalin relasi dengan kliennya, dalam arti bahwa

praktisi harus mampu mengendalikan dirinya

sehingga tidak terhanyut oleh perasaan ataupun

permasalahan yang dihadapi oleh kliennya. Praktisi

haruslah tetap rasional, tetapi mampu untuk

menyelami perasaan kliennya secara objektif. Dengan

kata lain, praktisi haruslah menerapkan sikap empati

dalam menjalin relasi dengan kliennya.72

Dari uraian di atas terlihat bahwa keenam prinsip

dasar tersebut adalah prinsip yang saling kait-mengait satu

dengan yang lainnya, apalagi dalam situasi praktis keenam

prinsip tersebut dapat dikatakan sebagai enam cairan yang

dimasukan ke dalam satu gelas dan setelah diaduk keenam

unsur tersebut saling berbaur dan menyatu dalam diri

praktisi tersebut. Prinsip-prinsip tersebut seolah-olah

sudah menjadi satu kesatuan dengan diri praktisi yang

71

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 87-88. 72

Ibid., h. 88.

 

Page 70: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

58

berpraktik di bidang kesejahteraan sosial.73

Demikianlah 6

prinsip dasar dalam praktik mengusahakan kesejahteraan

sosial, termasuk untuk penderita gangguan mental.

D. Rehabilitasi Mental

1. Pengertian Rehabilitasi Mental

Rehabilitasi berasal dari kata dalam bahasa Inggris,

yaitu „Rehabilitation’ yang berarti „pembetulan‟ atau

„perbaikan‟. Rehabilitasi adalah suatu proses kegiatan

untuk memperbaiki kembali dan mengembangkan fisik,

kemampuan serta mental seseorang sehingga orang itu

dapat mengatasi masalah kesejahteraan sosial bagi dirinya

serta keluarganya.74

Dari pengertian ini diketahui bahwa

rehabilitasi merupakan upaya mengembalikan seseorang

kepada kondisi awal supaya menjadi manusia yang

berguna dan memiliki tempat di tengah masyarakat.

Menurut Departemen Sosial Republik Indonesia,

rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi dan

pemantapan taraf kesejahteraan sosial untuk

memungkinkan para penyandang masalah kesejahteraan

sosial mampu melaksanakan kembali fungsi sosialnya

dalam tata kehidupan dan penghidupan bermasyarakat dan

73

Isbandi Rukminto Adi, Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2013), h. 74. 74

Y.B. Suparlan, Kamus Istilah Pekerjaan Sosial (Yogyakarta,

Kanisius: 1990), h. 139.

 

Page 71: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

59

bernegara.75

Pada dasarnya rehabilitasi merupakan upaya

mengembalikan keberfungsian sosial seseorang dengan

menawarkan optimisme serta harapan yang kuat.

Rehabilitasi ini didasari pada sebuah asumsi

bahwasanya pada diri penyandang masalah sosial, baik

pada level individu, kelompok maupun masyarakat luas

terkandung adanya potensi untuk berubah menuju kondisi

yang normal.76

Jika saat ini seseorang sedang mengalami

masalah sosial atau menderita gangguan mental, maka

harus dipahami bahwa mereka sedang tidak normal.

Potensi dan kemungkinan mereka menjadi normal

kembali sangat terbuka lebar dengan adanya upaya

rehabilitasi.

Sedangkan rehabilitasi mental adalah suatu proses

kegiatan yang ditujukan untuk memperkuat ketahanan

mental seseorang dalam menghadapi masalah yang

dimiliki agar dapat bertahan, tidak putus asa dan memiliki

harapan untuk mengatasi masalahnya.77

Rehabilitasi

mental merupakan upaya perbaikan atau pemulihan

mental seseorang yang pernah mengalami gangguan

kejiwaan agar kembali kepada kondisi awal sebagai

75

Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan

Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Balitbang Departemen Sosial RI, 2003), h. 3. 76

Soetomo, Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya (Yogyakarta:

Pustaka Pelajar, 2008), h. 53. 77

Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Trafficking

(Jakarta: Direktorat Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kemensos

RI, 2010), h. 16.

 

Page 72: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

60

manusia seutuhnya dan dapat diterima kembali di tengah

masyarakat.

2. Jenis Rehabilitasi

Pada perkembangannya, rehabilitasi terbagi menjadi

empat jenis, yaitu:78

a. Rehabilitasi Medis

Rehabilitasi ini memberikan berbagai perawatan

secara medis dalam upaya memulihkan kondisi fisik

klien. Rehabilitasi medis menawarkan pelayanan

kesehatan bagi klien yang mempertemukan tenaga

profesional seperti dokter, psikolog, psikiater bahkan

pekerja sosial medis. Proses rehabilitasi medis

umumnya berlangsung di rumah sakit, khususnya

yang memiliki Instalasi Rehabilitasi Medis (IRM)

seperti Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM)

dan Rumah Sakit Fatmawati di Jakarta.

b. Rehabilitasi Pendidikan

Rehabilitasi pendidikan merupakan upaya

pembangunan potensi intelektual klien pada sekolah

dan untuk keterampilan.

78

Carolina Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial dalam Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balitbang Departemen

Sosial RI, 2004), h. 185.

 

Page 73: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

61

c. Rehabilitasi Vokasional

Rehabilitasi ini memberikan keterampilan khusus

pada klien sesuai minat dan kemampuannya, seperti

keterampilan dalam bidang musik, pijat, masak,

olahraga, komputer dan lain sebagainya. Rehabilitasi

vokasional memerlukan tenaga khusus yang

menguasai keterampilan-keterampilan tersebut

sehingga dapat mewujudkan tujuan proses rehabilitasi

vokasional yaitu kemandirian ekonomi.

d. Rehabilitasi Sosial

Proses rehabilitasi sosial mengupayakan agar klien

dapat memulihkan fungsi sosialnya di masyarakat.

Proses rehabilitasi sosial juga bertujuan untuk

mengintegrasikan klien kembali kepada lingkungan

masyarakat. Pada prosesnya, rehabilitasi sosial

mengintervensi klien sebagai bagian yang tidak dapat

terpisahkan dari keluarga dan komunitasnya. Proses

tersebut melibatkan sikap klien terhadap keluarga,

komunitas bahkan masyarakat. Peranan pekerja

sosial, psikolog, psikiater menjadi sangat penting

pada proses rehabilitasi ini.79

Dari keempat definisi di atas, jenis rehabilitasi yang

diterjadi pada tempat diadakannya penelitian ini, yakni

79

Carolina Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial dalam Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balitbang Departemen

Sosial RI, 2004), h. 185.

 

Page 74: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

62

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah adalah jenis rehabilitasi sosial.

3. Fungsi Rehabilitasi

Menurut Hamdani Bakran Adz-Dzaky, fungsi utama

rehabilitasi adalah sebagai berikut:80

a. Fungsi Pemahaman

Memberi pemahaman dan pengertian tentang

masalah dalam hidup serta bagaimana

menyelesaikannya secara baik, benar dan mulia,

khususnya terhadap gangguan mental, kejiwaan,

spiritual dan moral serta problematika-problematika

lahiriyah maupun batiniyah pada umumnya.

b. Fungsi Pengendalian

Memberikan potensi yang dapat mengarahkan

aktifitas setiap hamba Allah agar tetap terjaga dalam

pengendalian dan pengawasan Allah SWT sehingga

tidak akan keluar dari hal kebenaran, kebaikan dan

kemanfaatan.

c. Fungsi Analisa ke Depan

Sesungguhnya dengan ilmu ini seseorang akan

memiliki potensi dasar untuk melakukan analisa ke

80

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam

(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 270.

 

Page 75: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

63

depan tentang segala peristiwa, kejadian, dan

perkembangan.

d. Fungsi Pencegahan

Dengan mempelajari, memahami dan

mengaplikasikan ilmu ini, seseorang dapat terhindar

dari keadaan atau peristiwa yang membahayakan

dirinya, jiwa, mental, dan spiritual atau mentalnya.

Sebab hal tersebut dapat menimbulkan potensi

preventif.

e. Fungsi Penyembuhan /Perawatan

Rehabilitasi akan membantu seseorang melakukan

pengobatan, penyembuhan dan perawatan terhadap

gangguan atau penyakit, khususnya terhadap

gangguan mental, spiritual dan kejiwaan seperti

dengan berdzikrullah, hati dan jiwa menjadi tenang

dan damai, spirit dan etos kerja akan bersih dan suci

dari gangguan setan, jin, iblis, dan sebagainya.81

4. Tahapan Rehabilitasi

Ada beberapa tahapan dalam melakukan rehabilitasi/

terapi mental, yaitu:82

81

Hamdani Bakran Adz-Dzaky, Konseling dan Psikoterapi Islam

(Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004), h. 270-278. 82

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 149.

 

Page 76: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

64

a. Tahapan penelitian (study phase)

Dalam tahapan ini, klien dan caseworker mulai

menjalin relasi. Tahapan ini adalah proses perjalinan

(angagement) antara klien dan caseworker mulai

dikembangkan.

b. Tahapan pengkajian (assesment phase)

Dari pengkajian assesment yang dilakukan

diharapkan akan menghasilkan berbagai macam

bentuk terapi ataupun treatment tergantung kebutuhan

dan keunikan masing-masing klien.

c. Tahapan intervensi

Tahapan ini sebenarnya sudah diawali pada

pertemuan atau tahap awal dengan klien. Dalam

proses ini penyelenggara rehabilitasi sudah membantu

klien dalam mengklarifikasikan permasalahan apa

yang sebenarnya ia hadapi dan melakukan perubahan

kondisi kehidupannya berdasarkan pemahaman yang

terjadi.

d. Tahapan terminasi

Tahapan ini merupakan tahapan dimana relasi

dengan klien akan dihentikan. Pemahaman tentang

„penghentian‟ proses treatment juga harus dipahami

dengan makna yang kurang lebih sama, antara

caseworker dengan kliennya.83

83

Isbandi Rukminto Adi, Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi kedua (Jakarta: Fisip UI Press, 2005), h. 149-152.

 

Page 77: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

65

5. Rasionalisasi Program Rehabilitasi Mental

Pada penelitian di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah sebagaimana tertuang

dalam batasan masalah pada Bab I, penulis membatasi

program rehabilitasi mental yang diteliti hanya pada

program ruqyah, istighosah dan minum air karomah.

Berikut merupakan uraian mengenai program-program

tersebut ditinjau dari teori-teori yang ada.

a. Ruqyah

Menurut pandangan Sigmund Freud, orang yang

mengalami gangguan mental berat coping stress-nya

tidak dapat mengatasi stressor yang ada sehingga ego

menjadi lemah. Saat ego melemah maka ia mulai

melakukan pertahanan diri dalam bentuk dissosiasi,

yaitu kehilangan kemampuan mengingat peristiwa

yang terjadi pada dirinya. Dissosiasi tersebut

merupakan salah satu bentuk deffence mechanism ego

ketika kebutuhan-kebutuhan id tidak tersalurkan

karena adanya superego.84

Untuk menjelaskan bagaimana proses

penyembuhan gangguan mental melalui terapi ruqyah,

salah satu teori yang dapat digunakan adalah teori

kognitif. Dalam teori kognitif dikatakan bahwa pikiran

84

Rasmun, Stress, Coping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah

Keperawatan (Jakarta: Sagung Seto, 2004), h. 35.

 

Page 78: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

66

kitalah yang menimbulkan perasaan dan emosi, bukan

faktor eksternal. Selain itu reaksi emosional dan

perilaku dipengaruhi oleh persepsi mereka mengenai

kejadian-kejadian di sekelilingnya. Pikiran yang

timbul secara otomatis merupakan reaksi dari situasi

tertentu yang bukan merupakan hasil dari pemikiran

yang rasional (yang dipikirkan terlebih dahulu).85

Pikiran yang timbul secara otomatis tersebut

kemudian menjadi keyakinan-keyakinan inti, yang

merupakan pengertian-pengertian yang sangat

fundamental dan mendalam yang sering dianggap

sebagai kebenaran yang absolut, sifatnya paling

mendasar (fundamental), global, kaku dan over

generalized (menyama-ratakan). Pikiran otomatis

yang menjadi keyakinan tersebut dibangun oleh proses

kognitif individu (perceptual ke procedural) atas

pengalaman hidup dari kecil sehingga dewasa, dari

interaksi dengan orang-orang disekitar kehidupannya

dan pandangan mengenai dunianya.86

Ruqyah memang sangat berbeda dan tidak dapat

disamakan dengan psikoterapi konvensional

umumnya. Namun secara psikologis, penanganan

berbasis spiritual agama cukup signifikan dalam

85

Siti Qodariah, “Pengaruh Terapi Ruqyah Syariyyah Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan”, Jurnal Scientica, Vol 2 No 2 (Desember-

Februari 2015): h. 26. 86

Ibid., h. 26.

 

Page 79: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

67

penyembuhan. Asumsi ini khususnya didukung oleh

aliran eksistensial. Aliran eksistensial yang diwakili

oleh Viktor Frankl berpendapat bahwa gangguan

serius yang terjadi pada umat manusia adalah akibat

kevakuman eksistensial atau kekosongan nilai

spiritual. Untuk menghindari hal ini seseorang harus

memiliki kebermaknaan dalam hidupnya, kemudian

Frankl memberikan konsep transendensi untuk

menemukan supra-makna melalui keyakinan

ketuhanan.87

Dengan pendekatan eksistensial, seseorang akan

dibawa menuju kesadaran akan siapa dirinya,

kebebasan yang ada pada dirinya, tanggung jawab

dirinya atas perbuatan yang dipilih, identitas yang

dapat ia raih di lingkungannya, makna hidup yang

ideal bagi dirinya, kecemasan dalam kondisi hidup

yang diaalaminya dan kesadaran akan kematian.

Dalam proses ini maka manusia terarah menjadi

being. Terapi eksistensial menempatkan nilai penting

sentral pada hubungan antar pribadi. Terapi ini

percaya bahwa pertumbuhan klien terjadi melalui

pertemuan yang natur ini, bukan masalah teknik yang

87

George Boeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda

Bersama Psikologi Dunia (Yogyakarta: Prismashopie, 2004), h. 399.

 

Page 80: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

68

digunakan. Kualitas hubungan klien-terapis yang

berperan paling penting.88

Terapi ruqyah adalah terapi dengan menggunakan

ayat-ayat dalam Al Qur‟an dengan membaca ataupun

mendengarkannya secara keseluruhan ataupun hanya

surat-surat tertentu yang ada hubungannya dengan

permasalahan atau gangguan/ penyakit. Seseorang

yang diruqyah artinya sudah dimohonkan

perlindungan kepada Allah SWT, menggunakan

asma‟ul husna dan surat-surat mu’awidzat (penangkal

keburukan). Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

ruqyah mengandung unsur tawassul kepada Allah

melalui kesempurnaan rububiyah dan rahmat-Nya

yang memberi kesembuhan, karena memang Allah

satu-satunya yang dapat memberikan kesembuhan.

Oleh karena itu ruqyah ini sudah mengandung

tawassul kepada Allah melalui tauhid, ihsan dan

keyakinan terhadap Rububiyah Allah.89

Dibacakannya Al Quran dengan tartil dan tenang

pada klien akan menjadikan klien menjadi lebih

tenang karena terdapat aspek psikoterapi yang

dikandung oleh Al-Qur‟an yaitu aspek meditasi,

komunikasi, spiritual dan aspek autosugesti. Bacaan

88

G. Corey, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi

(Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), h. 277. 89

Abu Umar Basyir Al-Maidani, Metode Pengobatan Nabi SAW

(Jakarta: Griya Ilmu, 2005), h. 26-30.

 

Page 81: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

69

Al-Qur‟an yang tartil atau doa-doa yang lembut akan

memberikan vibrasi yang kuat kepada perubahan

mental dan mengandung kekuatan penyembuhan

memiliki hikmah magis dan gaib (dapat menghibur

perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan

membersihkan dan melunakkan hati yang keras, serta

mendatangkan petunjuk.90

Menurut Campbell, lantunan Al-Qur‟an secara

fisik mengandung unsur suara manusia. Suara

manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.

Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,

mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa

takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia

tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi

dan aktivitas gelombang otak. Dengan adanya

perasaan tenang dan rileks membuat laju pernafasan

menjadi lebih dalam atau lebih lambat sehingga

semakin menimbulkan ketenangan, pengendalian

90

Siti Qodariah, “Pengaruh Terapi Ruqyah Syariyyah Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan”, Jurnal Scientica, Vol 2 No 2 (Desember-

Februari 2015): h. 31.

 

Page 82: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

70

emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme

yang lebih baik.91

b. Istighosah

Serupa dengan ruqyah, penjelasan mengenai

istighosah dapat menyembuhkan gangguan mental

pun hampir sama. Istighosah adalah meminta sesuatu

untuk menghilangkan kesusahan atau kesedihan dan

memohon bantuan hanya dengan Allah SWT. Hal itu

diperbolehkan di dalam segala urusan kebaikan.92

Teori istighosah tersebut sejalan dengan teori Zakiah

Daradjat yang mengatakan bahwa salah satu manfaat

istighosah adalah memberi pencegahan terhadap

kegoncangan kejiwaan dan penyembuhan stres.93

Istighosah juga sangat berbeda dan tidak dapat

disamakan dengan psikoterapi konvensional

umumnya. Namun secara psikologis, penanganan

berbasis spiritual agama cukup signifikan dalam

penyembuhan. Asumsi ini khususnya didukung oleh

aliran eksistensial. Aliran eksistensial yang diwakili

oleh Viktor Frankl berpendapat bahwa gangguan

serius yang terjadi pada umat manusia adalah akibat

91

John M. Ortiz, Nurturing Your Child With Music: Menumbuhkan

Anak-anak yang Bahagia, Cerdas dan Percaya Diri dengan Musik.

Penerjemah Juni Prakoso. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 35. 92

Muhammad Ibn Abdul Wahab, Kitab Tauhid. Penerjemah Abu

Ismail Fuad (Yogyakarta: Pustaka Al-Haura, 2009), h. 33. 93

Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta:

Ruhama, 1994), h. 102.

 

Page 83: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

71

kevakuman eksistensial atau kekosongan nilai

spiritual. Untuk menghindari hal ini seseorang harus

memiliki kebermaknaan dalam hidupnya, kemudian

Frankl memberikan konsep transendensi untuk

menemukan supra-makna melalui keyakinan

ketuhanan.94

Dengan pendekatan eksistensial, seseorang akan

dibawa menuju kesadaran akan siapa dirinya,

kebebasan yang ada pada dirinya, tanggung jawab

dirinya atas perbuatan yang dipilih, identitas yang

dapat ia raih di lingkungannya, makna hidup yang

ideal bagi dirinya, kecemasan dalam kondisi hidup

yang diaalaminya dan kesadaran akan kematian.

Dalam proses ini maka manusia terarah menjadi

being. Terapi eksistensial menempatkan nilai penting

sentral pada hubungan antar pribadi. Terapi ini

percaya bahwa pertumbuhan klien terjadi melalui

pertemuan yang natur ini, bukan masalah teknik yang

digunakan. Kualitas hubungan klien-terapis yang

berperan paling penting.95

Terapi istighosah adalah terapi dengan

menggunakan bacaan-bacaan yang baik termasuk di

dalamnya adalah ayat-ayat dalam Al Qur‟an.

94

George Boeree, Personality Theories: Melacak Kepribadian Anda

Bersama Psikologi Dunia (Yogyakarta: Prismashopie, 2004), h. 399. 95

G. Corey, Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi

(Semarang: IKIP Semarang Press, 1995), h. 277.

 

Page 84: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

72

Seseorang yang melaksanakan istighosah artinya

sedang memohon perlindungan kepada Allah SWT,

menggunakan bacaan-bacaan yang baik bersumber

dari al-Quran dan doa Rasulullah seperti asma‟ul

husna dan surat-surat mu’awidzat (penangkal

keburukan). Menurut Ibnul Qayyim Al-Jauziyah

istighosah juga mengandung unsur tawassul kepada

Allah melalui kesempurnaan rububiyah dan rahmat-

Nya yang memberi kesembuhan, karena memang

Allah satu-satunya yang dapat memberikan

kesembuhan.96

Dengan memohon kepada Allah dengan

menggunakan bacaan doa-doa dan Al Quran dengan

tartil dan tenang akan menjadikan klien menjadi lebih

tenang karena terdapat aspek psikoterapi yang

dikandung oleh Al-Qur‟an yaitu aspek meditasi,

komunikasi, spiritual dan aspek autosugesti. Bacaan

Al-Qur‟an yang tartil atau doa-doa yang lembut akan

memberikan vibrasi yang kuat kepada perubahan

mental dan mengandung kekuatan penyembuhan

memiliki hikmah magis dan gaib (dapat menghibur

perasaan sedih, menenangkan jiwa yang gelisah dan

96

Abu Umar Basyir Al-Maidani, Metode Pengobatan Nabi SAW

(Jakarta: Griya Ilmu, 2005), h. 26-30.

 

Page 85: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

73

membersihkan dan melunakkan hati yang keras, serta

mendatangkan petunjuk.97

Menurut Campbell, lantunan doa dan al-Qur‟an

secara fisik mengandung unsur suara manusia. Suara

manusia merupakan instrumen penyembuhan yang

menakjubkan dan alat yang paling mudah dijangkau.

Suara dapat menurunkan hormon-hormon stres,

mengaktifkan hormon endorfin alami, meningkatkan

perasaan rileks dan mengalihkan perhatian dari rasa

takut, cemas dan tegang, memperbaiki sistem kimia

tubuh sehingga menurunkan tekanan darah serta

memperlambat pernafasan, detak jantung, denyut nadi

dan aktivitas gelombang otak. Dengan adanya

perasaan tenang dan rileks membuat laju pernafasan

menjadi lebih dalam atau lebih lambat sehingga

semakin menimbulkan ketenangan, pengendalian

emosi, pemikiran yang lebih dalam dan metabolisme

yang lebih baik.98

Dibacakannya doa dan harapan yang positif ini

akan memacu penguatan keyakinan religius dan

meningkatkan kontrol individu terhadap stressor.

Hubungan timbal balik itu direkam oleh hipokampus,

97

Siti Qodariah, “Pengaruh Terapi Ruqyah Syariyyah Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan”, Jurnal Scientica, Vol 2 No 2 (Desember-

Februari 2015): h. 31. 98

John M. Ortiz, Nurturing Your Child With Music: Menumbuhkan

Anak-anak yang Bahagia, Cerdas dan Percaya Diri dengan Musik.

Penerjemah Juni Prakoso. (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2002), h. 35.

 

Page 86: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

74

maka pengalaman emosional dan religius itu dapat

membawa transformasi diri bagi yang mengalaminya.

Individu menjadi lebih tenang, sehingga dapat

menurunkan gangguan mental yang dialami oleh

individu.99

c. Minum Air Karomah

Air merupakan bagian terbesar dari tubuh dan

terutama berfungsi sebagai pelarut bagi komponen

tubuh lainnya. Unsur air ini harus ada pada tubuh

dalam jumlah yang cukup, untuk mempertahankan

efisiensi tubuh.100

Air adalah daya yang menciptakan

dan memberikan kehidupan. Tanpa air, partikel-

partikel tidak dapat bercampur atau beredar. Air

adalah ibu kehidupan, sekaligus energi untuk

kehidupan. Ini dimungkinkan karena karakteristik

unik air. Air bukanlah sekedar zat, air adalah daya

hidup alam yang agung. Air mampu membersihkan

dan memberi hidup bagi semua kehidupan.101

Masaru Emoto melakukan penelitian tentang air di

Jepang. Dalam temuannya ia mengatakan bahwa air

dapat membawa informasi, informasi yang dibawa

99

Siti Qodariah, “Pengaruh Terapi Ruqyah Syariyyah Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan”, Jurnal Scientica, Vol 2 No 2 (Desember-

Februari 2015): h. 32. 100

Maimunah Hasan, Al-Qur’an dan Ilmu Gizi (Yogyakarta: Madani

Pustaka, 2001), h. 21. 101

Masaru Emoto, The Hidden Messages in Water: Pesan Rahasia

Sang Air (Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006), h. 5.

 

Page 87: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

75

bisa bermuatan positif atau negatif. Karena manusia

adalah air, sudah pasti tubuh akan merespon informasi

yang dibawa oleh air yang diminum. Jika tubuh

mendapat informasi positif dari air, tubuh menjadi

lebih sehat. Namun jika tubuh mendapat informasi

negatif dari air, maka tubuh menjadi sakit.102

Air mempunyai ukuran yang cocok untuk

membawa berbagai macam informasi, termasuk

diantaranya membawa gelombang yang bermanfaat

untuk pengobatan, gelombang tersebut sebagai hado

(energi). Dengan meminum air hado (berisi energi

karena telah dibacakan doa) ini orang yang sakit akan

mampu memperbaiki gelombang yang terganggu.103

Air bermanfaat untuk memperbaiki gelombang

tubuh yang terganggu. Air hado yang telah memiliki

energi karena sudah dibacakan doa-doa akan meresap

ke dalam molekul, atom, dan partikel sub atom,

sebagai faktor-faktor pembentuk tubuh manusia, untuk

kemudian menghentikan gangguan gelombang dalam

tubuh orang tersebut. Dengan meminum air hado,

102

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

84. 103

Ibid., h. 101.

 

Page 88: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

76

orang yang sakit akan mampu memperbaiki

gelombang yang terganggu.104

Air kiranya dapat memahami maksud dari kata

yang diperlihatkan, saat air merasakan adanya rasa

terima kasih, air kemudian membawa informasi yang

diterima ke dalam dirinya. Saat air sadar bahwa kata

yang diperlihatkan membawa informasi yang baik

maka air membentuk kristal yang indah seperti bunga

yang sedang mekar. Akan tetapi jika air diberikan

informasi negatif berupa kata hinaan seperti “kamu

bodoh” maka air hanya dapat membentuk pecahan-

pecahan kristal. Jadi kualitas air bergantung pada

informasi yang diterimanya.105

Air bersifat sensitif. Air mampu merespon setiap

kata yang diucapkan. Apabila seseorang mengirim

hado yang baik kepada air dengan mengatakan kata-

kata positif, maka air mempersembahkan kristal-

kristal yang indah. Doa juga mengeluarkan energi

yang dapat mengubah kualitas air. Seseorang yang

memberikan hado doa pada air, berarti telah

mengirimkan hado ke air kemudian air menggunakan

kekuatannya untuk menjawab doa-doa tersebut. Suara-

104

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

34. 105

Ibid., h. 14.

 

Page 89: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

77

suara seperti doa yang dibaca berulang-ulang

menciptakan frekuensi penyembuhan.106

E. Gangguan Mental

1. Pengertian Gangguan Mental

Seorang ahli psikologi agama, Zakiah Daradjat

menawarkan satu istilah yang agak berbeda dalam

menjelaskan tentang gangguan mental. Menurut Daradjat,

gangguan mental adalah kumpulan dari keadaan-keadaan

yang tidak normal baik yang berhubungan dengan fisik

maupun dengan mental. Ketidaknormalan tersebut tidak

disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian

anggota badan, meskipun kadang-kadang gejalanya

terlihat pada fisik. Ketidaknormalan itu dapat dibagi atas

dua golongan, yaitu gangguan mental dan sakit mental.

Pada tahapan awal seseorang terganggu mentalnya, yang

cepat atau lambat dapat meningkat menjadi sakit mental

sebagai tahapan lanjutannya.107

Gangguan mental merupakan gangguan dalam

pikiran, perasaan dan perilaku yang menimbulkan

ketidakmampuan atau disabilitas dalam kehidupan dan

106

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

113. 107

MIF Baihaqi, dkk., Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-

gangguan (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 4.

 

Page 90: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

78

menyebabkan penderitaan bagi seseorang.108

Dalam

pengertian ini dikatakan bahwa orang yang mentalnya

terganggu mengalami penderitaan dalam kehidupan

karena fungsi-fungsi jiwa seperti pikiran, perasaan dan

perilakunya mengalami gangguan sehingga menimbulkan

ketidakmampuan untuk hidup secara normal.

Gangguan mental pada umumnya berbentuk

ketidakmampuan mengadakan adaptasi terhadap

lingkungan dimana ia hidup dengan tingkahlakunya yang

tidak normal dan aneh. Penderita gangguan mental

biasanya tidak memahami dirinya sendiri atau bahkan

membenci dirinya sendiri.109

Orang yang mampu hidup

harmonis dengan dirinya sendiri dan orang lain serta

mampu memahami dirinya sendiri akan mudah

beradaptasi dengan lingkungannya sehingga mampu

membentengi diri dari gangguan mental.

Gangguan mental selalu berkaitan dengan gangguan-

gangguan internal berupa motivasi-motivasi yang tidak

riil dan kekuatan-kekuatan yang saling berkonflik dalam

kepribadian seseorang, misalnya berupa konflik antara

dorongan-dorongan yang infantil (bersifat kekanak-

kanakan) melawan pertimbangan yang rasional dan

108

Laury M.G Korobu, dkk., “Analisis Pelaksanaan Layanan Instalasi

Rehabilitasi Psikososial di Rumah Sakit Jiwa Prof. Dr. V. L Ratumbuysang

Provinsi Sulawesi Utara,” Jurnal Ilmu Kesehatan Masyarakat Umum, Vol 5

No 2 (April 2015): h. 180. 109

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 95.

 

Page 91: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

79

matang, konflik antara norma-norma batin sendiri

melawan standar sosial yang dianut orang dan konflik lain

yang saling bertentangan dalam diri seseorang.110

Gangguan mental dalam beberapa hal disebut

perilaku abnormal (abnormal behavior) yang juga

dianggap sama dengan sakit mental (mental illness)

ataupun sakit jiwa (insanity, lunacy, madness). Selain itu

terdapat pula istilah-istilah yang serupa seperti: distress,

discontrol, disadvantage, disability, inflexibility,

irrationality, syndromal pattern dan disturbance.

Berbagai istilah ini dalam beberapa hal dianggap sama

namun di lain pihak digunakan secara berbeda. Dalam

International Classification of Diseases (ICD) dan

Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders

(DSM), istilah yang digunakan adalah „mental disorder‟

yang bila diterjemahkan menjadi „gangguan mental‟.111

Untuk mengetahui apakah seseorang sehat mental

atau terganggu mentalnya tidaklah mudah, hal ini

dikarenakan tidak mudah mengukurnya, memeriksanya

dan tidak bisa dilihat dengan menggunakan alat-alat

seperti halnya dengan memeriksa kesehatan badan.

Biasanya yang dijadikan bahan penyelidikan atau tanda-

tanda dari kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku

110

Kartini Kartono, Hygiene Mental, Cet ke-7 (Bandung: Mandar

Maju, 2000), h. 83-84. 111

Moeljono Notosoedirdjo dan Latipun, Kesehatan Mental: Konsep

dan Penerapan, Cet ke-6 (Malang: UMM Press, 2011), h. 42.

 

Page 92: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

80

atau perasaan seseorang. Seseorang terganggu kesehatan

mentalnya bila terjadi kegoncangan emosi, kelainan

tingkah laku atau tindakannya.112

Orang yang terkena gangguan mental masih

mengetahui dan merasakan kesukaran-kesukaran yang

dialaminya, sebaliknya orang yang terkena penyakit

mental/ jiwa tidak demikian. Selain itu orang yang kena

gangguan mental kepribadiannya tidak jauh dari

kenyataan, ia masih hidup dalam alam kenyataan

sebagaimana masyarakat umumnya. Sedangkan orang

yang kena penyakit jiwa/ mental kepribadiannya sangat

terganggu dari segala segi (tanggapan, perasaan atau

emosi dan dorongan-dorongannya), tidak ada integritas

dan ia hidup jauh dari alam kenyataan.113

Jumlah gangguan mental yang dapat diidentifikasikan

hampir tidak terbatas, mulai dari kesulitan-kesulitan

emosional yang merugikan individu meskipun singkat

hingga pada gangguan mental yang ringan dan berat.

Beberapa orang menyebut gangguan mental yang ringan

dengan gangguan mental/ neurosis serta gangguan mental

yang berat dengan istilah penyakit mental/ psikosis.

Penulis tidak mau memakai kedua istilah itu mengingat

arti dari penyakit dan gangguan adalah sama. Dengan

112

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 9. 113

MIF Baihaqi, dkk., Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-

gangguan (Bandung: Refika Aditama, 2005), h. 4.

 

Page 93: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

81

demikian, baik gangguan emosi yang biasa maupun

neurosis dan psikosis ditempatkan di bawah satu judul

yang sama, yakni gangguan mental.114

2. Penyebab Gangguan mental

Setiap manusia itu selalu mempunyai macam-macam

kebutuhan untuk mempertahankan eksistensi hidupnya

sehingga timbullah dorongan, usaha dan dinamisme untuk

memenuhi kebutuhan tersebut. Bila kebutuhan-kebutuhan

hidup itu terhalangi, maka akan timbullah ketegangan-

ketegangan dan konflik batin. Bila hal ini berlangsung

terus-menerus, maka akan muncul kekalutan/ gangguan

mental.115

Penyebab sederhana gangguan mental adalah

karena harapan dan kebutuhan yang diidamkan tidak

tercapai sehingga menimbulkan ketegangan dan konflik

dalam batin.

Menurut Zakiah Daradjat, gangguan mental (neurose)

dan penyakit jiwa/ mental (psychose) disebabkan

ketidakmampuan seseorang menghadapi kesukaran-

kesukarannya dengan wajar atau ketidaksanggupan dalam

menyesuaikan diri dengan situasi yang dihadapinya.116

Respon yang salah terhadap kesulitan yang dihadapi,

penyesuaian diri yang lamban terhadap kondisi yang ada

114

Yustinus Semiun, Kesehatan Mental, Jilid 1 (Yogyakarta:

Kanisius, 2006), h. 9-10. 115

Kartini Kartono, Patologi Sosial, Jilid 1 (Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2007), h. 304. 116

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 24.

 

Page 94: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

82

serta ketidakmampuan menghadapi segala macam

kesulitan akan menyebabkan mental seseorang menjadi

terganggu.

Lebih lanjut Zakiah Daradjat menyebutkan ada tiga

faktor penyebab timbulnya gangguan mental, yaitu:117

a. Frustasi (tekanan perasaan)

Frustasi adalah suatu proses yang menyebabkan

orang merasa adanya hambatan dalam memenuhi

kebutuhan-kebutuhannya atau menyangka bahwa

akan terjadi sesuatu yang akan menghalangi

keinginannya. Jika seseorang tidak mampu

menghadapi rasa frustasi dengan cara yang wajar

maka ia akan berusaha mengatasi dengan cara lain

tanpa mengindahkan orang dan lingkungan sekitarnya

seperti dengan cara kekerasan. Apabila rasa tertekan

itu sangat berat sehingga tidak bisa diatasinya, maka

akan mengakibatkan gangguan bahkan penyakit

mental pada orang tersebut.

b. Konflik (pertentangan batin)

Konflik atau pertentangan batin adalah

terdapatnya dua macam dorongan atau lebih yang

saling berlawanan atau bertentangan antara satu

dengan yang lainnya dan tidak adanya kemungkinan

117

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 17.

 

Page 95: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

83

untuk dipenuhi dalam waktu yang sama. Konflik

dapat dibagi kepada beberapa macam, yaitu:

1. Pertentangan antara dua hal yang diingini,

yaitu adanya dua hal yang sama-sama diingini

namun tidak mungkin diambil keduanya.

Konflik seperti ini ringan saja dan akan hilang

jika orang sudah dapat memilih salah satu

diantaranya.

2. Pertentangan antara dua hal, yang pertama

diingini sedangkan yang kedua tidak diingini.

Konflik ini terjadi apabila terdapat dua macam

keinginan yang bertentangan satu sama lain

antara dua hal yang saling menghalangi antara

satu dengan lainnya. Dari satu segi ingin

mencapainya namun dari segi yang lain ingin

menghindarinya.118

3. Pertentangan antara dua hal yang tidak

diingini, yaitu orang menghadapi situasi yang

menimbulkan dua hal yang sama-sama tidak

disenangi.

c. Kecemasan (anxiety)

Kecemasan adalah manifestasi dari berbagai

proses emosi yang bercampur baur yang terjadi ketika

orang sedang mengalami tekanan perasaan (frustasi)

118

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 17-19.

 

Page 96: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

84

dan pertentangan batin (konflik batin). Kecemasan itu

mempunyai segi yang disadari seperti rasa takut,

terkejut, tidak berdaya, rasa berdosa/ bersalah,

terancam dan sebagainya. Juga ada segi-segi yang

terjadi di luar kesadaran dan tidak bisa menghindari

perasaan yang tidak menyenangkan itu. Rasa cemas

itu terdapat dalam semua gangguan dan penyakit

jiwa.119

3. Macam-macam Gangguan Mental

Gangguan mental akan terlihat dalam bermacam-

macam gejala, yang paling dominan diantaranya adalah

ketegangan batin (tension), rasa putus asa, murung,

gelisah/ cemas, perbuatan-perbuatan yang terpaksa

(compulsive), hysteria, rasa lemah dan tidak mampu

mencapai tujuan, takut, pikiran-pikiran buruk dan

sebagainya. Semua hal di atas dapat menggangu

ketenangan hidup, misalnya tidak bisa tidur nyenyak,

tidak ada nafsu untuk makan dan sebagainya.120

Gejala-

gejala gangguan mental baik yang ringan maupun yang

berat dapat mengganggu ketenangan hidup seseorang.

Menurut Zakiah Daradjat, orang yang –sekedar-

mengalami gangguan mental ringan masih mengetahui

dan merasakan kesukarannya, sedangkan orang yang

119

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 20. 120

Ibid., h. 26.

 

Page 97: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

85

sudah mengalami penyakit jiwa tidak demikian.

Disamping itu orang yang mengalami gangguan mental

kepribadiannya tidak jauh dari realitas dan masih hidup

dalam alam kenyataannya, sedangkan orang yang

mengalami penyakit jiwa kepribadiannya sangat

terganggu dari segala segi (tanggapan, perasaan, emosi

dan dorongan-dorongannya) serta tidak ada integrasi

dalam diri.121

Pada intinya, gangguan mental menurut

Zakiah Daradjat berada pada level gangguan yang ringan/

rendah dan hanya sekedar „gangguan‟, sedangkan

penyakit mental/ jiwa sudah berada pada level yang berat

maka disebut „penyakit‟.

Lebih lanjut Zakiah Daradjat menyebutkan macam-

macam gangguan jiwa adalah sebagai berikut:122

a. Neurasthenia

Neurasthenia merupakan salah satu gangguan jiwa

yang sudah lama dikenal orang sebagai penyakit saraf

yang dahulu dianggap terjadi karena lemahnya saraf.

Neurasthenia adalah penyakit payah yang apabila

menyerang seseorang, orang itu akan merasa seluruh

badannya letih, tidak bersemangat, lekas merasa

payah walau sedikit tenaga yang dikeluarkan,

perasaan tidak enak, sebentar-sebentar ingin marah,

121

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 26. 122

Ibid., h. 27.

 

Page 98: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

86

menggerutu, tidak sanggup berpikir tentang sesuatu

persoalan, sukar mengingat, sulit fokus, apatis dan

acuh tak acuh terhadap persoalan luar.123

b. Hysteria

Hysteria terjadi akibat ketidakmampuan seseorang

menghadapi kesukaran-kesukaran, tekanan-tekanan,

kegelisahan, kecemasan dan pertentangan batin.

Dalam menghadapi kesukaran itu orang tidak mampu

menghadapinya dengan cara yang wajar lalu

melepaskan tanggung jawab dan lari secara tidak

sadar kepada gejala-gejala hysteria.

c. Psychasthenia

Psychasthenia adalah semacam gangguan jiwa

yang bersifat paksaan yang terjadi akibat kurangnya

kemampuan jiwa untuk tetap berada dalam keadaan

integrasi yang normal. Gejala-gejala gangguan ini

antara lain phobia, obsesi dan kompulsi.

d. Gagap berbicara (stuttering)

Gagap bicara timbul akibat pertentangan batin,

tekanan perasaan dan ketidakmampuan seseorang

menyesuaikan diri. Gejala itu adalah sebagai salah

satu akibat dari gangguan jiwa. Gagap bicara ada

123

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 27.

 

Page 99: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

87

yang berbentuk terputus-putus, tertahan nafas atau

berulang-ulang. Apabila tekanan gagap semakin besar

maka ia akan menekan kedua bibirnya dengan diiringi

gerakan-gerakan tangan, kaki dan anggota tubuh

lain.124

e. Kepribadian psychopathi (psikopat)

Psychopathi adalah ketidaksanggupan

menyesuaikan diri yang mendalam dan kronis. Orang

yang psikopat biasanya menimpakan kesalahan yang

dibuatnya kepada orang lain. Segala perasaan yang

tidak puas, konflik jiwa dan tekanan perasaan dalam

diri tidak dapat ditahan atau diatasinya dengan wajar,

malah ia akan mengungkapkannya dalam bentuk

kelakuan-kelakuan yang menyebabkan orang lain

menderita karenanya. Penderita psikopat bersifat

agresif egois dan tidak peduli pada orang lain. Gejala-

gejala kepribadian psikopat biasanya mulai timbul

pada masa-masa puber (13-21 tahun) dan berlangsung

seumur hidup.

f. Keabnormalan seksual

124

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 28-42.

 

Page 100: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

88

Gejala-gejala yang sering dialami pada penderita

keabnormalan seksual antara lain onani, homoseksual

dan sadisme.125

Selain gangguan mental, Zakiah Daradjat juga

memaparkan macam-macam penyakit mental. Penyakit

mental/ jiwa ini menurut Zakiah berada pada level

gangguan berat dan bukan sekedar gangguan melainkan

sudah menjadi penyakit kronis. Diantara penyakit jiwa

tersebut ialah:126

a. Skizofrenia

Skizofrenia adalah penyakit yang paling banyak

terjadi dibandingkan dengan penyakit jiwa lainnya,

penyakit ini menyebabkan kemunduran kepribadian

yang biasanya mulai tampak pada masa puber dan

yang paling banyak menderita ialah orang yang

umurnya berkisar antara 15-30 tahun.

Sampai saat ini belum diketahui dengan pasti apa

sesungguhnya yang menimbulkan penyakit

skizofrenia ini. Ada yang berpendapat karena faktor

keturunan yang berasal dari keluarga yang pernah

dihinggapi penyakit mental, ada juga yang

berpendapat bahwa penyebab skizofrenia adalah

karena terganggunya atau rusaknya kelenjar-kelenjar

125

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 44. 126

Ibid., h. 49.

 

Page 101: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

89

tertentu dalam tubuh dan ada juga yang mengatakan

karena lemahnya penyesuaian diri yang

mengakibatkan ketidakmampuan menghadapi

kesukaran hidup sehingga sering menemui kegagalan

dalam usaha menghadapi kesulitan.127

Sedangkan menurut Laura A. King, skizofrenia

adalah gangguan psikologis yang parah yang

dicirikan oleh adanya proses-proses berpikir yang

terganggu. Istilah skizofrenia datang dari bahasa

Latin baru schizo yang berarti „terpecah‟ dan phernia

yang berarti „pikiran‟. Hal ini menekankan bahwa

pikiran seseorang terpecah dari realitas dan bahwa

individu itu menjadi bagian dari dunia yang kacau

dan menakutkan.128

b. Paranoia

Salah satu penyakit yang terkenal selain

skizofrenia adalah penyakit paranoia, yaitu „gila

kebesaran‟ atau „gila menuduh orang‟. Penyakit

paranoia ini biasanya menyerang orang sekitar umur

40 tahun. Diantara cirikhas dari paranoia adalah

delusi, yaitu satu pikiran salah yang menguasai orang

yang diserangnya.

127

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 49-51. 128

Laura A. King, Psikologi Umum (Jakarta: Salemba Humanika,

2010), h. 336.

 

Page 102: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

90

Delusi atau pikiran salah yang menyerang sangat

menguasai dan tidak bisa hilang. Pada permulaan

orang menyangka bahwa pikirannya itu logis dan

benar. Biasanya orang yang diserang oleh paranoia itu

adalah orang cerdas, ingatannya kuat, emosinya

terlihat berimbang dan cocok dengan pikirannya.

Hanya saja ia mempunyai satu kepercayaan salah dan

segala perhatian dan perkataannya dalam hidup

dikendalikan oleh pikiran yang salah.129

c. Manic depresif

Penderita manic depresif mengalami rasa besar/

gembira yang kemudian berubah dengan cepat

menjadi sedih/ tertekan. Gejala-gejala manic depresif

ada dua macam, yaitu:130

1. Mania

Dalam tindakan orang yang diserang oleh

mania yang masih ringan, ia akan terlihat selalu

aktif, tidak kenal lelah, suka menguasai

pembicaraan, pantang ditegur perkataan maupun

perbuatannya dan tidak tahan mendengar kecaman

terhadap dirinya. Biasanya orang ini suka

mencampuri urusan orang lain yang tidak ada

hubungannya dengan dirinya.

129

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 51-52. 130

Ibid., h. 53.

 

Page 103: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

91

Dalam mania yang berat, orang biasanya

diserang oleh delusi-delusi pada waktu-waktu

tertentu sehingga sulit baginya untuk melakukan

suatu pekerjaan dengan teratur. Penderita mania

berat mengungkapkan rasa gembira dan

bahagianya yang dilebih-lebihkan, terkadang ia

juga diserang oleh lamunan yang dalam sekali

sehingga ia tidak dapat membedakan tempat,

waktu dan orang-orang di sekelilingnya.

Dalam mania yang sangat berat (tingkatan

ketiga), penderita terkadang membahayakan

dirinya sendiri dan mungkin membahayakan orang

lain dalam sikap dan perbuatannya. Penyakit ini

sering disebut orang dengan „gila kumat-kumatan‟

karena penderita berubah-ubah dari rasa lega dan

gembira yang berlebihan, lalu terlihat biasa/

normal dan kemudian menurun menjadi sedih,

murung dan tak berdaya.131

2. Melancholia (rasa tertekan)

Dalam melancholia orang selalu terlihat

muram, sedih dan putus asa. Penderita

melancholia merasa diserang oleh bermacam

penyakit yang tidak bisa sembuh atau merasa telah

berbuat dosa yang tak mungkin diampuni lagi.

131

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 53.

 

Page 104: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

92

Terkadang penderita melancholia menyakiti

dirinya sendiri, misalnya menyayat-nyayat

kemaluannya dan sering pula ia berusaha

membunuh orang-orang yang paling dicintainya

dan kemudian bunuh diri karena ia merasa kasihan

pada mereka.

Diantara ciri-ciri dari melancholia adalah

penderita merasa curiga dan putus asa, gelisah dan

sering melamun. Penderita sering keluar-masuk

kamar sambil mengeluh, menarik-narik

rambutnya, menghempas-hempaskan tangannya

dan menyesali dirinya. Biasanya ia tidak mau

makan dan marah kepada orang-orang yang

mencoba mendekatinya.132

Ada orang menyebut gangguan mental sebagai

gangguan ringan/ neurosis dan menyebut gangguan

mental berat sebagai penyakit mental/ psikosis. Penulis

dalam hal ini tidak mau memisahkan kedua istilah itu

karena menurut penulis arti dari penyakit dan gangguan

adalah sama. Dengan demikian, penulis menempatkan

gangguan mental ringan dan gangguan mental berat/

penyakit mental di bawah satu judul yang sama, yakni

gangguan mental. Dalam penelitian ini, penulis memilih

gangguan mental yang tergolong berat yang penulis

132

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 54-55.

 

Page 105: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

93

jadikan sebagai batasan masalah, yakni skizofrenia, manik

depresif dan paranoia. Ketiga batasan dari gangguan

mental berat atau penyakit mental tersebut dalam

penelitian ini disebut sebagai gangguan mental.  

Page 106: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

94

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

metode kualitatif. Menurut Moleong dalam buku Metodologi

Penelitian kualitatif, penelitian kualitatif adalah penelitian

yang bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa

yang dialami oleh subjek penelitian, misalnya perilaku,

persepsi, motivasi, tindakan dan lain sebagainya secara

holistik dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan

memanfaatkan berbagai metode alamiah.1 Penelitian kualitatif

ditujukan untuk memahami fenomena secara utuh dalam

bentuk kata-kata dan bahasa.

Menurut Creswell, penelitian kualitatif adalah suatu

proses penelitian ilmiah yang lebih dimaksudkan untuk

memahami masalah-masalah manusia dalam konteks sosial

dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks

yang disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para

sumber informasi serta dilakukan dalam setting yang alamiah

tanpa adanya intervensi apapun dari peneliti.2

Penelitian

kualitatif dilakukan di lingkungan dan situasi kondisi yang

1

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 6. 2 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 8.

 

Page 107: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

95

alami tanpa dibuat-buat atau tanpa ada manipulasi

sebelumnya.

Dalam penelitian kualitatif, peneliti harus terjun langsung

dan harus mengenal subjek penelitian yang bersangkutan

secara personal dan tanpa perantara. Pemisah (gap) antara

peneliti dengan subjek yang diteliti semaksimal mungkin

harus dihilangkan atau diminimalisasi agar peneliti dapat

benar-benar memahami sudut pandang dan perasaan subjek

penelitian dengan optimal.3

Peneliti dalam penelitian

kualitatif sebisa mungkin tidak menciptakan penghalang yang

membuat jarak dengan subjek.

Pemilihan metode kualitatif dipilih karena penulis ingin

menjelaskan secara mendalam mengenai program rehabilitasi

mental bagi para pasien gangguan mental yang dilaksanakan

oleh Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba yang berada

di Desa Bungkanel Kecamatan Karanganyar kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah. Metode kualitatif dipilih untuk

menjelaskan gambaran dan hasil temuan tersebut secara

mendalam.

Alasan penulis menggunakan metode kualitatif karena

metode ini dapat digunakan untuk menemukan dan

memahami apa yang tersembunyi di balik fenomena yang

kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami.

Metode ini memungkinkan penulis untuk lebih dekat dengan

3 Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 7.

 

Page 108: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

96

subjek penelitian tanpa ada jarak dan tanpa ada yang ditutup-

tutupi. Hal ini ditujukan agar memudahkan penulis

mendapatkan data yang sebenar-benarnya benar.

B. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini

adalah jenis deskriptif. Kata deskriptif berasal dari bahasa

Inggris, descriptive, yang berarti bersifat menggambarkan

atau melukiskan sesuatu hal. Menggambarkan atau

melukiskan dalam hal ini dapat dalam arti sebenarnya

(harfiah), yaitu berupa gambar-gambar atau foto-foto yang

didapat dari data lapangan/ peneliti menjelaskan hasil

penelitian dengan gambar-gambar atau dapat pula berarti

menjelaskannya dengan kata-kata.4

Jenis deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur

pemecahan masalah yang diselidiki dengan menggambarkan/

melukiskan keadaan objek penelitian pada saat sekarang

berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana

adanya. Jenis deskriptif memusatkan perhatiannya pada

penemuan fakta-fakta (fact finding) sebagaimana keadaan

sebenarnya. Untuk memberikan bobot yang lebih tinggi pada

jenis penelitian ini, maka data atau fakta yang ditemukannya

harus diberi arti dengan tidak sekadar menyajikannya, data

4 Husaini Usman dan Purnomo Setiady Akbar, Metodologi Penelitian

Sosial, Edisi ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2008), h. 129.

 

Page 109: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

97

atau fakta yang terkumpul tersebut harus diolah dan

ditafsirkan.5

Alasan penulis menggunakan jenis penelitian deskriptif

karena jenis ini dapat digunakan untuk menggambarkan

keadaan objek penelitian berdasarkan fakta yang terjadi dan

berdasarkan apa adanya. Melalui jenis penelitian deskriptif

ini, penulis dapat menggambarkan/ melukiskan hasil

penelitian yang didapatkan dengan menggunakan kata-kata

mengenai program rehabilitasi mental bagi para pasien

gangguan mental yang dilaksanakan oleh Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba yang berada di daerah Kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah.

C. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi penelitian

Penelitian ini dilakukan di Kabupaten Purbalingga

Jawa Tengah, tepatnya di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba yang terletak di Desa Bungkanel RT 03 RW

02 Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga Jawa

Tengah. Lokasi ini dipilih penulis berdasarkan beberapa

alasan, diantaranya:

a. Lokasi penelitian memiliki program rehabilitasi

mental yang berperan penting dalam

menyembuhkan pasien gangguan mental,

5 Hadari Nawawi dan Mimi Martini, Penelitian Terapan (Yogyakarta:

Gadjah Mada University Press, 1994), h. 73.

 

Page 110: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

98

sehingga penulis tertarik untuk melaksanakan

penelitian tentang program rehabilitasi mental di

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah ini.

b. Penulis belum menemukan karya ilmiah berupa

skripsi yang meneliti tentang program rehabilitasi

mental pada pasien gangguan mental di lokasi

penelitian, yakni Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah.

c. Lokasi penelitian masih dapat diakses dan

dijangkau oleh penulis sehingga dapat

dilaksanakan penelitian.

2. Waktu penelitian

Waktu pelaksanaan penelitian ini dimulai sejak bulan

Juni 2016 sampai dengan bulan Juli 2018.

D. Subyek dan Obyek Penelitian

1. Subyek penelitian

Dalam penelitian kualitatif, sebelum studi dimulai,

peneliti sudah harus memiliki bayangan mengenai isu-isu

yang akan dilibatkan dalam topik, orang-orang yang akan

diwawancara baik itu responden maupun narasumber

(yakni orang yang dianggap memiliki pengetahuan

khusus, atau dapat memberikan informasi mengenai topik

yang diteliti), karakteristik yang diisyaratkan dari

responden dan lain sebagainya. Pemilihan orang yang

 

Page 111: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

99

tepat dengan berbagai argumentasi konseptualnya menjadi

faktor penting.6

Prosedur penentuan subyek dan/ atau sumber data

dalam penelitian kualitatif umumnya menampilkan

karakteristik sebagai berikut:

a. Diarahkan tidak pada jumlah sampel yang besar

melainkan pada kasus-kasus tipikal sesuai

kekhususan masalah penelitian.

b. Tidak ditentukan secara kaku sejak awal tetapi

dapat berubah baik dalam hal jumlah maupun

karakteristik sampelnya sesuai dengan

pemahaman konseptual yang berkembang dalam

penelitian.

c. Tidak diarahkan pada keterwakilan dalam arti

jumlah atau peristiwa acak melainkan pada

kecocokan dan konteks.7

Dengan karakteristik seperti disebutkan di atas,

jumlah sampel dalam penelitian kualitatif tidak dapat

ditentukan secara tegas di awal penelitian. Beberapa ahli

menyarankan untuk lebih mementingkan tercapainya ‘titik

jenuh’ dalam penelitian.8

Bila penelitian kuantitatif diarahkan pada generalisasi

(jumlah) tentang pengambilan sampel secara acak dan

terstratifikasi, penelitian kualitatif umumnya

6 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia, Cet ke-4 (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 109-110. 7 Ibid., h. 110.

8 Ibid., h. 110.

 

Page 112: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

100

menggunakan pendekatan purposif. Sampel tidak diambil

secara acak tetapi justru dipilih mengikuti kriteria tertentu.

Pilihan prosedur yang ada memberikan pilihan-pilihan

pada peneliti untuk mengambil prosedur yang dianggap

paling sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian.9

Subyek penelitian ini adalah orang yang terlibat

dalam program rehabilitasi mental di lokasi penelitian,

yakni pendiri Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah dan beberapa staf yang terkait

dengan program rehabilitasi mental serta masyarakat

sekitar panti yang mengetahui program rehabilitasi mental

tersebut.

Selain itu, penulis juga mengobservasi dan

bercengkrama dengan beberapa pasien panti. Hal ini

dilakukan untuk mengetahui rumusan masalah penelitian

ini khususnya rumusan poin 2 (dua) yang ingin

mengetahui penerimaan pasien terhadap program

rehabilitasi mental dari sisi pasien. Berdasarkan hasil

observasi penulis dan informasi yang didapat dari staf

panti, pasien-pasien di panti mengalami gangguan mental

pada kadar yang masih bisa ditangani dan masih bisa

diajak bicara dengan bebas sehingga penulis masih dapat

melakukan wawancara dan observasi dengan pasien.

9 E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia, Cet ke-4 (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 118-119.

 

Page 113: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

101

Penulis dalam melakukan penelitian ini juga tidak

hanya mengandalkan teknik wawancara dalam

mengumpulkan data penelitian, tetapi juga menggunakan

teknik observasi mendalam dan dilakukan berkali-kali

serta teknik dokumentasi untuk mengetahui program

rehabilitasi mental pada pasien gangguan mental yang

dijalankan panti.

2. Objek penelitian

Objek penelitian ini adalah program rehabilitasi

mental terhadap pasien gangguan mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah.

E. Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini ada beberapa teknik pengumpulan

data yang digunakan oleh penulis, yaitu:

1. Teknik observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

paling tua yang digunakan sepanjang sejarah

perkembangan ilmu pengetahuan. Observasi berasal dari

bahasa latin yang berarti memperhatikan dan mengikuti.

Memperhatikan dan mengikuti dalam arti mengamati

dengan teliti dan sistematis sasaran perilaku yang dituju.

Cartwright mendefinisikan observasi sebagai suatu proses

melihat, mengamati dan mencermati serta ‘merekam’

 

Page 114: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

102

perilaku secara sistematis untuk suatu tujuan tertentu.10

Teknik observasi mutlak dilakukan oleh peneliti kualitatif

karena data yang dihasilkan dari observasi merupakan

data primer atau data utama.

Observasi harus mempunyai tujuan, karena

pengamatan yang tanpa tujuan bukan merupakan

observasi. Pada dasarnya, tujuan dari observasi adalah

untuk mendeskripsikan lingkungan yang diamati,

aktivitas-aktivitas yang berlangsung, individu-individu

yang terlibat dalam lingkungan tersebut beserta aktivitas

dan perilaku yang dimunculkan dan makna kejadian

berdasarkan perspektif individu yang terlibat tersebut.11

Penulis menggunakan teknik observasi dalam

penelitian ini untuk mencari dan mengumpulkan data

yang dibutuhkan dengan cara mengunjungi, meninjau,

mengamati dan ‘merekam’ segala bentuk kegiatan yang

dialami oleh subjek penelitian yang terjadi di lokasi

penelitian, seperti kegiatan pasien dan staf dalam mengisi

waktu luang, komunikasi antara pasien dengan pasien,

komunikasi antara pasien dengan staf dan sebaliknya,

komunikasi pasien dan staf terhadap masyarakat sekitar,

pemberian makan, hingga perilaku pasien dan staf ketika

masuk waktu shalat berjamaah. Hasil dari observasi ini

akan penulis gunakan sebagai sumber data penelitian.

10

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 131. 11

Ibid., h. 131-132.

 

Page 115: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

103

2. Teknik wawancara

Wawancara merupakan metode pengumpulan data

yang digunakan pada hampir semua penelitian kualitatif,

bahkan karena seringnya wawancara digunakan dalam

penelitian kualitatif maka wawancara dianggap sebagai

ikon dalam metode pengumpulan data penelitian

kualitatif. Wawancara menjadi metode pengumpulan data

yang utama, karena sebagian besar data diperoleh melalui

wawancara.12

Menurut Lexy Moleong, wawancara adalah

percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu

dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara

(interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan

terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban

atas pertanyaan itu.13

Dalam penelitian, yang bertindak

sebagai pewawancara (interviewer) yang mengajukan

pertanyaan adalah peneliti/ penulis, sedangkan pihak yang

dijadikan sebagai terwawancara (interviewee) yang

memberikan jawaban adalah subjek penelitian.

Penulis dalam melakukan kegiatan wawancara dalam

penelitian ini menggunakan bantuan alat komunikasi dan

teknologi seperti buku catatan, alat tulis dan alat perekam

suara seperti handphone. Adanya alat bantu wawancara

12

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 117-118. 13

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 186.

 

Page 116: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

104

tersebut membantu penulis dalam melakukan pencatatan

dan perekaman wawancara. Penggunaan alat bantu

tersebut dimungkinkan/ diperbolehkan untuk merekam

wawancara yang tidak mungkin diingat semua oleh

peneliti jika tidak menggunakan alat bantu komunikasi

tersebut.

Dalam penelitian ini, teknik wawancara dilakukan

kepada subyek penelitian yang terdiri dari 7 orang yang

terlibat dalam program rehabilitasi mental di lokasi

penelitian yang terdiri dari 1 orang kepala sekaligus

pendiri panti, 4 orang staf panti serta 2 orang masyarakat

sekitar yang mengetahui program rehabilitasi mental di

panti. Teknik ini dilakukan untuk memperoleh data yang

diperlukan dan akan digunakan penulis sebagai sumber

data utama. Adapun teknik wawancara yang digunakan

peneliti adalah wawancara terstruktur, dimana peneliti

sudah membuat list pertanyaan berupa pedoman

wawancara terlebih dahulu.

3. Teknik dokumentasi

Teknik dokumentasi adalah salah satu teknik

pengumpulan data kualitatif dengan melihat atau

menganalisis dokumen-dokumen yang dibuat oleh subjek

sendiri atau oleh orang lain tentang subjek. Teknik

dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat

dilakukan peneliti kualitatif untuk mendapatkan gambaran

dari sudut pandang subjek melalui suatu media tertulis

 

Page 117: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

105

dan dokumen lainnya yang ditulis atau dibuat langsung

oleh subjek yang bersangkutan.14

Penulis dalam penelitian ini menggunakan teknik

dokumentasi untuk memperoleh data yang telah

didokumentasikan oleh Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah. Perwujudan dari

teknik dokumentasi dalam penelitian ini adalah dengan

mengkaji dokumen-dokumen yang berkaitan dengan

permasalahan penelitian untuk dijadikan sumber data

penelitian.

F. Sumber Data

Sumber data adalah salah satu yang paling vital dalam

penelitian. Apabila ada kesalahan dalam menggunakan atau

memahami sumber data, maka data yang diperoleh juga akan

meleset dari yang diharapkan. Oleh karena itu, peneliti harus

mampu memahami sumber data mana yang mesti digunakan

dalam penelitiannya itu. Ada dua jenis sumber data yang

biasanya digunakan dalam penelitian sosial, yaitu sumber data

primer dan sumber data sekunder.15

Sumber data dalam penelitian ini ada dua macam, yaitu:

1. Sumber data primer

14

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 143. 15

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 129.

 

Page 118: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

106

Sumber data primer adalah data yang bersumber

langsung dari data asli dan tidak melalui perantara. Dalam

penelitian ini, sumber data primer merupakan hasil

pengumpulan data melalui proses wawancara langsung

dan proses pengamatan langsung/ observasi.

2. Sumber data sekunder

Sumber data sekunder adalah data yang diperoleh

secara tidak langsung, yakni melalui perantara dan

merupakan data pendukung. Dalam penelitian ini, sumber

data sekunder diperoleh dari buku-buku dan internet serta

dari data-data yang dimiliki lembaga tempat

dilangsungkannya penelitian ini (melalui teknik

dokumentasi).

G. Fokus Amatan dan Analisis

Fokus analisis pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Program rehabilitasi mental yang bersifat non-medis,

meliputi:

a. Program ruqyah.

b. Program istighosah.

c. Program minum air karomah.

2. Analisis program rehabilitasi mental pada pasien

gangguan mental, meliputi:

a. Pelaksanaan program rehabilitasi mental.

b. Penerimaan pasien terhadap program rehabilitasi

mental.

 

Page 119: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

107

c. Faktor penentu keberhasilan program rehabilitasi

mental.

H. Teknik Analisis Data

Data mentah yang dikumpulkan dan didapatkan oleh

peneliti di lapangan akan ada gunanya setelah dilakukan

analisis data. Banyaknya data yang terkumpul belum

menjamin hasil penelitiannya akan baik, dan sebaliknya,

sedikitnya data yang terkumpul tidak dapat dipastikan hasil

penelitiannya kurang memuaskan. Keadaan di atas sangat

ditentukan pada apakah data yang terkumpul dapat

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya atau tidak.16

Analisis

data mempunyai peranan yang penting dalam mengolah data

yang telah berhasil dikumpulkan oleh peneliti.

Menurut Lexy Moleong, analisis data adalah proses

mengorganisasikan dan mengurutkan data ke dalam pola,

kategori dan satuan uraian dasar sehingga dapat ditemukan

tema dan dapat dirumuskan hipotesis kerja seperti yang

disarankan oleh data.17

Inti dari analisis data adalah mengurai

dan mengolah data mentah menjadi data yang dapat

ditafsirkan dan dipahami secara lebih spesifik dan diakui

dalam suatu perspektif ilmiah yang sama, sehingga hasil dari

analisis data yang baik adalah data olah yang tepat dan

16

P. Joko Subagyo, Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik, Cet

ke-7 (Jakarta: Rineka Cipta, 2015), h. 104-106. 17

Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26

(Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009), h. 280.

 

Page 120: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

108

dimaknai sama atau relatif sama dan tidak bias ataupun

menimbulkan perspektif yang berbeda di mata orang lain.18

Pada dasarnya dan pada prinsipnya, semua teknik analisis

data kualitatif adalah sama, yaitu melewati prosedur

pengumpulan data, input data, analisis data, penarikan

kesimpulan dan verifikasi serta diakhiri dengan penulisan

hasil temuan dalam bentuk narasi.19

Namun dalam penelitian

ini penulis menggunakan teknik analisis data domain yang

merupakan model analisis data dari Spradley sebagai teknik

analisis data.

Teknik analisis domain digunakan untuk menganalisis

gambaran-gambaran objek penelitian secara umum atau di

tingkat permukaan, namun relatif utuh tentang objek

penelitian tersebut. Teknik analisis domain ini amat terkenal

sebagai teknik yang dipakai dalam penelitian yang bertujuan

eksplorasi. Artinya, analisis hasil penelitian ini hanya

ditargetkan untuk memperoleh gambaran seutuhnya dari

objek yang diteliti, tanpa harus diperincikan secara detail

unsur-unsur yang ada dalam keutuhan objek penelitian

tersebut. Misalnya seorang peneliti menganalisis lembaga

sosial, maka domain atau kategori simbolis dari lembaga

18

Haris Herdiansyah, Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk Ilmu-

ilmu Sosial, Cet ke-3 (Jakarta: Salemba Humanika, 2012), h. 158. 19

Ibid., h. 163.

 

Page 121: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

109

sosial antara lain keluarga, perguruan tinggi, rumah sakit dan

sebagainya.20

Adapun objek dalam penelitian ini adalah program

rehabilitasi mental terhadap pasien gangguan mental pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah.

Teknik analisis domain adalah upaya peneliti untuk

memperoleh gambaran umum tentang data dalam menjawab

fokus penelitian. Caranya ialah dengan membaca naskah data

secara umum dan menyeluruh untuk memperoleh domain

atau ranah apa saja yang ada di dalam data tersebut. Pada

tahap ini, peneliti belum perlu membaca dan memahami data

secara rinci dan detail karena targetnya hanya untuk

memperoleh domain atau ranah. Hasil analisis ini masih

berupa pengetahuan tingkat permukaan tentang berbagai

ranah konseptual. Dari hasil pembacaan itu diperoleh hal-hal

penting dari kata, frase atau bahkan kalimat untuk dibuat

catatan pinggir.21

Sehubungan dengan kemungkinan bervariasinya domain,

maka Spradley menyarankan hubungan semantik yang

bersifat universal dalam analisis domain, yakni jenis (strict

inclution), ruang (spatial), sebab-akibat (cause-effect),

20

M. Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi

(Jakarta: Kencana, 2013), h. 284. 21

Imam Gunawan, Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik

(Jakarta: Bumi Aksara, 2013), h. 212.

 

Page 122: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

110

rasional (rationale), lokasi kegiatan (location for action), cara

ke tujuan (means-end), fungsi (function), urutan (sequence)

dan atribut (atribution).22

Dalam teknik analisis domain, terdapat enam langkah

dalam mengaplikasikan analisis domain menurut Spradley,

yakni:

1. Memilih pola hubungan semantik tertentu atas dasar

informasi atau fakta yang tersedia dalam catatan

harian peneliti di lapangan.

2. Menyiapkan kerja analisis domain.

3. Memilih kesamaan-kesamaan data dari catatan harian

peneliti di lapangan.

4. Mencari konsep-konsep induk dan kategori-kategori

simbolik tertentu yang sesuai dengan suatu pola

hubungan semantik.

5. Menyusun pertanyaan-pertanyaan struktural untuk

masing-masing domain.

6. Membuat daftar keseluruhan domain dari seluruh data

yang ada.

Seperti yang telah dikemukakan di atas, teknik analisis

data pada penelitian kualitatif pada dasarnya adalah sama,

yaitu melewati prosedur pengumpulan data, input data, analisis

data, penarikan kesimpulan dan verifikasi serta diakhiri

dengan penulisan hasil temuan dalam bentuk narasi. Namun

22

Ibid., h. 284.

 

Page 123: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

111

untuk kepentingan pembatasan, maka teknik analisis domain-

lah yang penulis gunakan untuk menganalisis data pada

penelitian ini.

I. Asumsi Peneliti

Penelitian kualitatif yang konseptual akan lebih berbobot

bila hal-ikhwal topiknya telah direnungkan secara mendalam

oleh peneliti. Artinya, peneliti tak mungkin berangkat dengan

kepala kosong. Ia telah memiliki dugaan-dugaan dan

seyogyanya memang demikian. Asumsi peneliti atau dikenal

dengan hipotesis dalam penelitian kualitatif adalah hipotesis

kerja, bukan hipotesis alternatif yang akan diuji secara kaku

apakah diterima atau tidak.23

Hipotesis kerja adalah dugaan-dugaan awal yang

dikembangkan secara seksama oleh peneliti mengenai

kemungkinan-kemungkinan jawaban dari pertanyaan-

pertanyaan penelitiannya.24

Sesungguhnya, hipotesis kerja

menjadi langkah atau modal sangat awal dari peneliti yang

memerlukan elaborasi dan penajaman untuk nantinya menjadi

kesimpulan dari penelitian.25

Dalam temuan peneliti, Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba yang terletak di Kabupaten Purbalingga Jawa

Tengah menjalankan program rehabilitasi mental terhadap

23

E. Kristi Poerwandari, Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia, Cet ke-4 (Depok: LPSP3 UI, 2011), h. 281. 24

Ibid., h. 281. 25

Ibid., h. 282.

 

Page 124: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

112

para penderita gangguan mental di Indonesia sebagai bentuk

partisipasi dalam merehabilitasi penderita gangguan mental.

Program rehabilitasi di panti ini memadukan pengobatan

medis dan non-medis untuk mengembalikan keberfungsian

sosial para penderita gangguan mental.

Dengan dilaksanakannya program rehabilitasi mental oleh

panti tersebut, peneliti berasumsi bahwa ada penurunan pada

angka pemasungan dan perlakuan salah pada pasien gangguan

mental. Selain itu, peneliti juga menduga banyak penderita

gangguan mental sudah sembuh dan bisa hidup normal seperti

sediakala serta dapat bergaul kembali di tengah masyarakat di

lingkungannya.

 

Page 125: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

113

BAB IV

HASIL DAN ANALISA PENELITIAN

A. Gambaran Umum Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

Berikut adalah uraian mengenai gambaran umum dari

tempat diadakannya penelitian yakni Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba yang terletak di kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah:

1. Profil Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah

Keterlibatan masyarakat dalam melaksanakan

rehabilitasi terhadap penderita gangguan mental, baik

dalam bentuk lembaga maupun non lembaga sangat

memungkinkan untuk dikembangkan sebagai salah satu

usaha mengembalikan keberfungsian sosial para penderita

gangguan mental.1 Sejalan dengan hal tersebut, menurut

Haji Supono Mustajab sebagai kepala Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba di Purbalingga Jawa tengah

perlu didirikan panti sebagai bentuk partisipasi dalam

merehabilitasi penderita gangguan mental di Indonesia.

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah merupakan salah satu tempat

1 Ruaida Murni dan Mulia Astuti, “Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyandang Disabilitas Mental Melalui Unit Informasi dan Layanan Sosial

Rumah Kita,” Jurnal Sosio Informa, Vol 1 No 3 (September-Desember 2015):

h. 280.

 

Page 126: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

114

rehabilitasi di Indonesia yang menawarkan metode

rehabilitasi alternatif, yakni menggunakan metode medis

dengan memberikan obat-obatan medis kepada pasien dan

metode non-medis dengan menerapkan program ruqyah,

istighosah dan minum air karomah2 bagi penderita

gangguan mental. Panti yang didirikan oleh Haji Supono

Mustajab yang juga pimpinan Rabithah Ma‟ahid

Islamiyah (RMI) Kabupaten Purbalingga ini beralamat

lengkap di Desa Bungkanel RT 03 RW 02 Kecamatan

Karanganyar Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa

Tengah, Kode pos 53354.3

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah didirikan pada hari selasa,

tanggal 28 November 1995 dan didaftarkan pada notaris

Tajuddin Nasution, SH. No. 16 tanggal 29-10-1998

dengan nama Yayasan An-Nur. Panti ini bergerak di

bidang pelayanan sosial dalam merawat orang-orang

dengan gangguan kejiwaan dan korban penyalahgunaan

narkotika. Pada awal berdirinya panti ini hanya

2 Air karomah adalah air minum biasa seperti air pada umumnya,

hanya saja air minum tersebut sudah diberikan bacaan-bacaan sehingga

mempunyai energi yang dapat menyembuhkan. Penyebutan air karomah

merujuk pada kegunaan air yang telah diberikan bacaan-bacaan doa sebagai

media penyembuhan. Minum air karomah dilaksanakan setiap malam jumat

setelah selesai melaksanakan ruqyah dan istighosah di aula panti, selain itu air

karomah juga bisa dibuat atau tersedia saat ada pasien baru datang ke panti dan

saat ada pasien yang mengamuk. 3 Afi Dhotul Inayah, “Metode Rehabilitasi Non-medis di Rumah Sakit

Khusus Jiwa H. Mustajab Purbalingga dalam Pandangan Tasawuf”

(Semarang: Skripsi Prodi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuludin UIN

Walisongo Semarang, 2014), h. 5.

 

Page 127: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

115

merehabilitasi penderita gangguan mental dan hal tersebut

hanya dilakukan terhadap warga desa Bungkanel saja.

Metode yang digunakan saat itu dengan memberikan air

karomah, yakni air yang telah dibacakan doa-doa secara

islami oleh pimpinan panti H. Supono Mustajab.4

Seiring berjalannya waktu, Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba mengembangkan metode

pengobatannya dengan memadukan pengobatan secara

medis dan non-medis. Untuk pengobatan medis pihak

panti bekerja sama dengan dokter dari Purbalingga dan

Banyumas, salah satunya adalah dokter spesialis jiwa dr.

Basiran Sp.Kj. yang berasal dari RSUD Banyumas

sebagai penanggung jawab dan konsultan yang mana

pasien diberikan obat-obat sesuai dengan penyakit dan

kadarnya. Sedangkan untuk pengobatan non-medis atau

rohani dilakukan sendiri oleh pendiri sekaligus pimpinan

panti, yakni H. Supono Mustajab dengan metode siraman

rohani setiap selesai sholat, ruqyah, istighosah, dan

minum air karomah.5

4 Afi Dhotul Inayah, “Metode Rehabilitasi Non-medis di Rumah Sakit

Khusus Jiwa H. Mustajab Purbalingga dalam Pandangan Tasawuf”

(Semarang: Skripsi Prodi Tasawuf dan Psikoterapi Fakultas Ushuludin UIN

Walisongo Semarang, 2014), h. 5. 5 Suara Merdeka, “Wisma Rehabiltasi Jiwa Purbalingga, Tempat

Sumanto Akan Menimba Ilmu Agama,” Diakses pada 9 September 2016 dari

http://www.suaramerdeka.com.

 

Page 128: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

116

2. Visi dan misi, sasaran dan tujuan Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah

Berikut adalah uraian mengenai visi dan misi panti,

sasaran dari program panti serta tujuan didirikannya Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah:

a. Visi dan misi

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah memiliki visi-misi yang

dibuat pada tahun 1998 saat panti ini resmi menjadi

yayasan berbadan hukum dengan akta notaris no. 16

tanggal 29 Oktober 1998 oleh Tajuddin Nasution, SH.

dengan nama Yayasan An-Nur. Visi tersebut

berbunyi:

“Terwujudnya Masyarakat Bebas dari Napza/

Narkoba dan Gangguan Jiwa.”6

Istilah Napza sesuai dengan surat edaran Badan

Narkotika Nasional (BNN) nomor SE/03/IV/2002

adalah singkatan dari narkotika, psikotropika dan zat

adiktif lainnya.7 Zat pertama yang tersebut dalam

singkatan napza adalah narkotika. Narkotika adalah

6 Dokumentasi Yayasan An-Nur, Visi Yayasan An-Nur (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2015). 7 Badan Narkotika Nasional RI, Modul Untuk Remaja (Jakarta: BNN,

2007), h. 2.

 

Page 129: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

117

zat/ bahan aktif yang bekerja pada sistem saraf pusat

(otak) yang dapat menyebabkan penurunan sampai

hilangnya kesadaran dari rasa sakit (nyeri) serta dapat

menimbulkan ketergantungan/ ketagihan.8

Zat selanjutnya yang tersebut dalam singkatan

napza setelah narkotika adalah psikotropika dan zat

adiktif lainnya. psikotropika adalah zat atau obat baik

alamiah maupun sintesis bukan narkotika yang

berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif pada

susunan syaraf pusat yang menyebabkan perubahan

khas pada aktifitas mental dan perilaku. Sedangkan

zat adiktif adalah zat atau bahan aktif bukan narkotika

atau psikotropika yang bekerja pada sistem saraf

pusat dan dapat menimbulkan ketergantungan.9

Istilah Napza diperkenalkan oleh Departemen

Kesehatan Republik Indonesia namun masyarakat

lebih mengenal istilah narkoba yang merupakan

singkatan dari narkotika dan obat/ bahan berbahaya.

Kedua istilah tersebut baik napza maupun narkoba

mengacu pada kelompok senyawa yang umumnya

8 Tim ahli BNN, Petunjuk Teknis Advokasi Bidang Pencegahan

Penyalahgunaan narkoba bagi Lembaga/ Instansi Pemerintah (Jakarta: BNN,

2008), h. 16. 9 Ibid., h. 22.

 

Page 130: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

118

memiliki resiko yang sama, yakni kecanduan bagi

penggunanya.10

Dalam visi panti di atas, selain istilah napza

disebut juga istilah gangguan jiwa. Gangguan jiwa

disebut dalam visi panti di atas karena memang panti

ini awalnya untuk merehabilitasi gangguan jiwa.

Gangguan jiwa merupakan kumpulan dari keadaan-

keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan

dengan fisik maupun dengan mental.

Ketidaknormalan tersebut tidak disebabkan oleh sakit

atau rusaknya bagian-bagian anggota badan,

meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada

fisik.11

Bebas dari Napza dan gangguan jiwa merupakan

visi panti yang berdiri di desa Bungkanel kecamatan

Karanganyar Kabupaten Purbalingga Jawa tengah ini.

Panti ini sejak awal berdiri memang dikhususkan

untuk menangani pasien yang menderita gangguan

jiwa, kemudian seiring berjalannya waktu panti ini

juga menangani pasien korban penyalahgunaan

10

Siti Soviatul Muquamah, “Evaluasi Program Penyuluhan Sosial

Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Badan Narkotika

Nasional Provinsi Banten” (Jakarta: Skripsi Prodi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam Fakultas Ilmu Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2013), h. 25. 11

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33.

 

Page 131: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

119

narkoba agar terhindar dan bebas dari Napza dan

gangguan jiwa.12

Untuk mewujudkan visi tersebut di atas, Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah menetapkan 4 (empat) misi sebagai

penjabaran dari visi yang telah dibuat, empat misi

tersebut yaitu:13

1. Mengurangi beban penderita penyalahgunaan

Napza dan gangguan jiwa dengan orientasi

ibadah.

2. Meningkatkan kemampuan masyarakat secara

mandiri dalam melaksanakan upaya

pencegahan dan penanggulangan

penyalahgunaan Napza dan penderita

gangguan jiwa.

3. Meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan

ketahanan individu, keluarga dan masyarakat

dalam melakukan pencegahan dan

penanggulangan penyalahgunaan Napza dan

penderita gangguan jiwa.

4. Berobat dan bertaubat.14

12

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 13

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Profil Yayasan An-Nur

(Purbalingga: Yayasan An-Nur, 2015). 14

Ibid.

 

Page 132: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

120

Visi misi ini terbentuk dilatarbelakangi oleh

kekhawatiran dan keprihatinan panti terhadap

maraknya penyalahgunaan Napza dan perlakuan salah

pada orang dengan gangguan jiwa yang tidak hanya

terjadi di kota-kota besar saja namun sudah

merambah ke pelosok-pelosok pedesaan. Ironisnya,

korban penyalahgunaan Napza dan korban perlakuan

salah pada penderita gangguan jiwa tersebut berasal

dari semua lapisan masyarakat, baik lapisan ekonomi

menengah ke atas maupun ekonomi menengah ke

bawah, baik yang tingkat pendidikannya rendah

maupun pendidikan tinggi.15

Indikator pencapaian visi-misi di atas dapat dilihat

pada perwujudan program kerja yang ada di panti.

Sebagai bentuk pengamalan terhadap visi-misi yang

sudah dibuat, Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba dari semenjak awal berdiri sampai saat ini

masih tetap konsisten dalam menyelenggarakan

pelayanan sosial dalam merawat orang-orang dengan

gangguan jiwa dan korban penyalahgunaan Napza.16

Alasan lain tercapainya visi-misi panti ini terletak

pada keberhasilan panti menyembuhkan ribuan pasien

baik pasien narkoba maupun pasien gangguan jiwa

dalam rangka mewujudkan masyarakat bebas dari

15

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Profil Yayasan An-Nur

(Purbalingga: Yayasan An-Nur, 2015). 16

Ibid.

 

Page 133: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

121

Napza dan gangguan jiwa, seperti visi utama panti ini.

Ribuan pasien yang sudah disembuhkan tersebut jika

dijumlah dari awal berdirinya panti sampai saat ini.17

b. Sasaran

Subyek yang menjadi sasaran Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

dalam mengemban Visi dan Misi yakni para orang

tua, guru, tokoh masyarakat, penegak hukum dan

masyarakat umum yang membutuhkan pencegahan,

pengobatan dan penanggulangan ketergantungan pada

narkoba serta pada penderita gangguan jiwa terutama

pada masyarakat kurang mampu.18

c. Tujuan

Tujuan dari program rehabilitasi yang

dilaksanakan oleh Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah adalah sebagai

berikut:19

1. Terpenuhinya kebutuhan dasar seperti sandang,

pangan dan papan bagi pasien

17

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 5 Desember 2016. 18

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Profil Yayasan An-Nur

(Purbalingga: Yayasan An-Nur, 2015). 19

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Program Panti (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2016).

 

Page 134: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

122

2. Adanya bekal keterampilan bagi pasien seperti

keterampilan membuat batu akik dan

mengelas

3. Terpenuhinya kebutuhan rekreasi para pasien

seperti olah raga dan outbond

4. Terpenuhinya kebutuhan Rohani dengan

adanya serangkaian ibadah seperti pengajian,

shalat berjamaah dan membaca Al-Qur‟an

5. Penerimaan masyarakat sekitar dengan

kegiatan yang dilakukan oleh para pasien di

sekitaran luar panti.

6. Penerimaan masyarakat terhadap para pasien

setelah menjalani program rehabilitasi.20

3. Tata tertib

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah memiliki tata tertib yang

berlaku bagi pasien. Dalam tata tertib ini juga terdapat

larangan dan sanksi yang dikenakan bila tata tertib

tersebut dilanggar. Adapun tata tertib tersebut berisi

sebagai berikut:21

20

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Program Panti (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2016). 21

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Tata Tertib Klien (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015).

 

Page 135: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

123

a. Tata tertib umum

1. Menjaga sopan santun, dan saling menghormati

diantara klien dan terhadap semua pembina

2. Diwajibkan mengikuti semua kegiatan panti

dengan disiplin dan bertanggung jawab

3. Setiap pagi harus bangun pukul 04.30 WIB, dan

mempersiapkan diri untuk mengikuti kegiatan.

4. Harus sudah berada di kamar tidur pukul 22.00

WIB.

5. Menjaga dan memelihara keindahan dan

kebersihan lingkungan panti.

6. Apabila memasuki kantor harus berpakaian

rapih dan sopan.

7. Mengikuti apel dengan tertib dan tepat waktu.

8. Rambut harus pendek dan rapih.22

b. Tata tertib asrama

1. Menjaga, memelihara dan tidak memindahkan/

merubah posisi barang di asrama

2. Tidak dibenarkan berpindah kamar (kecuali ada

perintah dari pembina)

3. Menjaga kebersihan, kerapihan dan keindahan

asrama serta lingkungan sekitarnya

22

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Tata Tertib Klien (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015).

 

Page 136: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

124

4. Dilarang menerima tamu di asrama kecuali ada

izin dari pembina

5. Dilarang membawa, memakai, menyimpan

minuman keras, obat-obatan terlarang serta

senjata tajam

6. Tempat tidur, lemari pakaian dan lain-lain harus

dalam keadaan rapih dan bersih

7. Klien harus tidur jam 22.00 WIB

8. Menjaga keamanan, ketertiban dan

ketenteraman asrama

9. Mempergunakan listrik dan air dengan hemat

10.Dilarang mencoret-coret dinding/ tembok atau

pagar asrama

11.Dilarang berbuat kegaduhan/ keonaran di

lingkungan asrama.23

c. Larangan

1. Dilarang berjudi, mencuri, berkelahi, minum-

minuman keras, obat-obatan terlarang serta

membawa senjata tajam

23

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Tata Tertib Klien (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015).

 

Page 137: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

125

2. Klien yang tidak berkepentingan dilarang

masuk kantor

3. Klien yang menemui pembina terlebih dahulu

melapor kepada petugas piket

4. Dilarang membawa HP

5. Dilarang membawa rokok dalam kantor

6. Dilarang membuang sampah sembarangan

7. Tidak dibenarkan mengambil, memetik, dan

memindahkan tanaman dilingkungan panti

8. Tidak dibenarkan meninggalkan panti tanpa

seizin pembina atau petugas piket

9. Dilarang membawa teman dari luar dan saling

mempengaruhi dalam perbuatan yang negatif

10.Dilarang merusak sarana dan prasarana panti

yang dapat mengganggu kelangsungan kegiatan

pelayanan.24

d. Sanksi

1. Pelanggaran terhadap tata tertib akan dikenakan

sanksi berupa:25

24

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Tata Tertib Klien (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015). 25

Ibid.

 

Page 138: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

126

a. Teguran. Teguran dengan mengisi surat

pernyataan untuk tidak mengulangi

perbuatan kembali

b. Hukuman berupa pekerjaan

1. Membersihkan lingkungan asrama

2. Membersihkan MCK

3. Membersihkan mushola

4. Membersihkan lingkungan kantor

c. Hukuman fisik

1. Push-up

2. Pull-up

3. Sit-up

2. Pasien akan dikeluarkan apabila melanggar tata

tertib dimaksud maksimal 3 kali setelah

diadakan sidang kasus.26

4. Program Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

Program Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah adalah sebagai berikut:27

26

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Tata Tertib Klien (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015). 27

Ibid.

 

Page 139: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

127

a. Memberi kebutuhan dasar bagi pasien.

b. Memberi bekal keterampilan antara lain

keterampilan las dan batu akik.

c. Kegiatan rekreasi seperti outbond setiap bulan dan

olahraga setiap minggu.

d. Kegiatan rohani, yakni memberikan pengetahuan

tentang agama Islam dan cara menerapkannya

dalam kehidupan sehari-hari.

e. Kegiatan mengaji bagi pasien setiap malam.

f. Kegiatan ruqyah, istighosah dan minum air

karomah.

g. Kegiatan kebersihan diri di setiap pagi dan sore

hari, yakni pasien melakukan mandi dan dipantau

pembimbing/ staf panti agar kebersihan tubuh

pasien terjaga. Selain itu, kuku dan rambut pasien

rajin di potong oleh staf agar terlihat rapih.

h. Kegiatan kebersihan panti oleh pasien setiap satu

minggu sekali.

i. Memberikan terapi psikososial.

j. Memberikan konseling terhadap setiap pasien.

k. Membebaskan pasien untuk berinteraksi dengan

masyarakat di sekitar panti dengan pengawasan

petugas guna menumbuhkan rasa percaya diri

pasien ketika kembali lagi ke masyarakat.28

28

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Program Panti (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2016).

 

Page 140: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

128

5. Jadwal harian Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

Berikut merupakan jadwal harian Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

disajikan dalam bentuk tabel.29

Tabel 1

Jadwal Harian Panti

No Hari Pukul Kegiatan

1 Senin 08.00-09.30 Kajian Agama Islam

2 Selasa 08.00-12.00 Cek Kesehatan

3 Rabu 13.00-15.00 Terapi Musik, Pengisian

Waktu Luang

4 Kamis 08.00-10.00 Pengetahuan Umum,

Kreatifitas Petugas

5 Jum‟at 06.30-09.00 Olahraga

6 Sabtu 07.00-10.00 Kerja Bakti

7 Minggu 07.00-10.00 Keterampilan

Sumber: Dokumentasi Yayasan An-Nur

6. Struktur pengurus Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

Dalam menjalankan seluruh kegiatan, pendiri panti H.

Supono Mustajab mengangkat beberapa orang yang dapat

29

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Program Panti (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2016).

 

Page 141: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

129

dipercaya. Berikut merupakan struktur pengurus Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah:30

Bagan 1

Struktur Pengurus Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

di Purbalingga Jawa Tengah

Sumber

30

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Struktur Pengurus (Purbalingga,

Yayasan An-Nur, 2015).

KETUA

H. Supono Mustajab

SEKRETARIS

Achmad Muchdir

BENDAHARA

Hj. Siti Sofiyatun

MANAGER PROGRAM

Imam Faozi Wahyudiana

PEKSOS KONS ADIKSI MEDIS

1.Anggun W

2.Siti Nurajizah

3.Dwi Rakhma

1.A. Chamzah

2.Imam Faozi

3.Maolana Ahmad

1. dr. Basiran

2. Nur Azizah

1.Purnama Rozak

2.Fuad Syarif H

TKS

 

Page 142: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

130

7. Tahapan pelayanan rehabilitasi pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah memiliki patokan resmi dalam

hal tahapan pelayanan bagi calon pasien ataupun keluarga

pasien yang ingin merehabilitasi anggota keluarganya di

panti ini. Adapun tahapan pelayanan tersebut adalah

sebagai berikut:31

Tabel 2

Tahapan Pelayanan Rehabilitasi

NO TAHAP

PELAYANAN

TUJUAN LANGKAH YANG

DILAKUKAN

1.

AKSES KLIEN

Untuk mendapatkan

calon pasien pengguna

Napza dan pasien

gangguan jiwa yang akan

direhabilitasi di Yayasan

An Nur

a) Adanya rujukan dari

perorangan/orang tua,

kepolisian, BAPAS,

Rumah Sakit atau

Dinas Sosial.

b) Outreach dari Pekerja

Sosial, Tenaga

Kesejahteraan Sosial

dan Konselor.

31

Dokumentasi Yayasan An-Nur, Program Panti (Purbalingga:

Yayasan An-Nur, 2016).

 

Page 143: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

131

2.

REGISTRASI &

PENERIMAAN

Untuk mengawali

keseluruhan proses

pelayanan dan

rehabilitasi sosial dengan

adanya pendataan dan

identifikasi terhadap

calon pasien

a) Pendekatan awal

b) Sosialisasi

c) Identifikasi

d) Seleksi

e) Penerimaan

f) Kontrak

3.

ASSESMENT

Untuk mendata,

mengumpulkan,

menganalisis dan

merumuskan masalah,

kebutuhan, potensi dan

sumber (aspek aspek

fisik, psikis, sosial dan

spiritual)

a) Perumusan masalah

b) Identifikasi sistem

sumber

c) Identifikasi potensi

4.

RENCANA

INTERVENSI

Untuk merencanakan

penanganan masalah

penyalahgunaan Napza

dan pasien gangguan

jiwa secara obyektif

melalui pengungkapan

masalah (assesment) dan

temu bahas kasus (case

conference)

a) Hasil assesment

b) Hasil temu bahas

kasus awal

c) Sidang kasus

 

Page 144: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

132

5.

PEMECAHAN

MASALAH

Untuk memecahkan

masalah korban

penyalahgunaan Napza

dan gangguan jiwa sesuai

kondisi obyektif

kebutuhan & masalahnya

masing-masing

a) Kegiatan bimbingan

fisik

b) Kegiatan bimbingan

mental

c) Kegiatan bimbingan

sosial

d) Kegiatan bimbingan

spiritual

e) Kegiatan bimbingan

keterampilan

6.

RESOSIALISASI

Untuk menyiapkan

korban penyalahgunaan

Napza agar dapat

diterima kembali di

lingkungan keluarga

maupun lingkungan

sosialnya

a) Dukungan keluarga

b) Mediasi keluarga

7.

TERMINASI

Untuk mengakhiri

pelayanan rehabilitasi

sosial bagi pasien

penyalahgunaan Napza

dan gangguan jiwa di

Yayasan An-Nur

-

 

Page 145: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

133

8.

PEMBINAAN

LANJUT

Untuk memberikan

pembinaan lanjut bagi

pasien penyalahgunaan

Napza dan gangguan

jiwa yang telah selesai di

rehabilitasi agar

keberfungsian sosialnya

kembali

a) Memelihara kepulihan

b) Konsultasi

c) Perubahan Perilaku

d) Kemandirian ekonomi

B. Temuan Lapangan

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan

(Balitbangkes) Kementerian Kesehatan RI dalam Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013

mengungkapkan bahwa sampai saat ini angka penderita

gangguan mental di Indonesia masih tinggi. Hal ini

diakibatkan pengobatan terhadap penderita gangguan mental

dan akses ke pelayanan kesehatan belum memadai. Salah satu

upaya yang dapat dilakukan untuk menurunkan angka

penderita gangguan mental adalah dengan cara merehabilitasi

penderita gangguan mental ke pusat pelayanan kesehatan atau

berobat ke tenaga kesehatan yang kompeten.32

Salah satu panti yang melaksanakan program rehabilitasi

bagi penderita gangguan mental adalah Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba yang terletak di Kabupaten

32

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Jakarta: Balitbangkes, 2013), h. 125.

 

Page 146: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

134

Purbalingga Jawa Tengah. Panti ini hadir sebagai bentuk

partisipasi dalam merehabilitasi penderita gangguan mental

tanpa pemasungan.

Berikut adalah uraian dari hasil penelitian yang akan

membahas tentang program rehabilitasi mental pada pasien

gangguan mental dan analisis program rehabilitasi mental

pasien gangguan mental pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah:

1. Program rehabilitasi mental pada pasien

gangguan mental

Pembahasan tentang program rehabilitasi mental

kepada para pasien gangguan mental di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba yang berada di Kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah meliputi:

a. Program rehabilitasi mental

Rehabilitasi berasal dari kata dalam bahasa

Inggris, yaitu „Rehabilitation‟ yang berarti

„pembetulan‟ atau „perbaikan‟.33

Sedangkan

rehabilitasi mental adalah suatu proses kegiatan yang

ditujukan untuk memperkuat ketahanan mental

seseorang dalam menghadapi masalah yang dimiliki

33

Y.B. Suparlan, Kamus Istilah Pekerjaan Sosial (Yogyakarta,

Kanisius: 1990), h. 139.

 

Page 147: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

135

agar dapat bertahan, tidak putus asa dan memiliki

harapan untuk mengatasi masalahnya.34

Rehabilitasi terhadap mereka yang menderita

gangguan mental bukan hanya menjadi tanggung

jawab Kementerian Sosial RI saja, namun juga perlu

peran dari masyarakat luas. Keterlibatan masyarakat

dalam melaksanakan rehabilitasi terhadap penderita

gangguan mental, baik dalam bentuk lembaga maupun

non-lembaga sangat memungkinkan untuk

dikembangkan sebagai salah satu usaha

mengembalikan keberfungsian sosial penderita

gangguan mental sehari-hari.35

Carolina Nitimiharjo membagi rehabilitasi ke

dalam empat jenis, yakni rehabilitasi medis,

rehabilitasi pendidikan, rehabilitasi vokasional dan

rehabilitasi sosial.36

Jenis rehabilitasi yang terjadi

pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah adalah jenis rehabilitasi

sosial, dengan fokus penelitian pada progran

rehabilitasi non-medis yang meliputi ruqyah,

istighosah dan minum air karomah.

34

Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Trafficking

(Jakarta: Direktorat Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kemensos

RI, 2010), h. 16. 35

Ruaida Murni dan Mulia Astuti, “Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyandang Disabilitas Mental Melalui Unit Informasi dan Layanan Sosial

Rumah Kita,” Jurnal Sosio Informa, Vol 1 No 3 (September-Desember 2015):

h. 280. 36

Carolina Nitimiharjo, Rehabilitasi Sosial dalam Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi (Jakarta: Balitbang Departemen

Sosial RI, 2004), h. 185.

 

Page 148: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

136

Berikut adalah uraian mengenai program

rehabilitasi mental pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah berupa

program ruqyah, istighosah dan minum air karomah:

1. Ruqyah

Kegiatan terapi ruqyah memiliki peran

strategis dalam rangka mendukung upaya

penyembuhan. Ruqyah merupakan terapi dengan

melafalkan doa baik dari al-Quran maupun as-

Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin

saja, tetapi juga mencakup terapi fisik dan

gangguan jiwa.37

Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba, ada yang menyatakan bahwa:

a. Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba ini ruqyah adalah metode dalam

menyembuhkan atau merehabilitasi pasien

gangguan mental/ jiwa, seperti yang

diungkapkan oleh Manager Program dan

Tenaga Kesejahteraan Sosial panti:

37

Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan

Pengobatan menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Penerjemah Said Agil

Husin Munawar dan Abdur Rahman Umar (Semarang: Dina Utama Semarang,

1994), h. 41.

 

Page 149: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

137

“Ruqyah adalah salah satu program

untuk mengobati pasien disini. Ruqyah

dilaksanakan di aula setiap malam jumat.

Saya kurang tau definisi pasti dari

ruqyah, tapi disini ruqyah merupakan

cara yang digunakan untuk mengobati

pasien”38

“Kalau disini, ruqyah untuk

penyembuhan. Pasien disini selain diobati

dengan menggunakan obat-obatan medis

juga diobati dengan cara-cara non-medis.

Disini ada ruqyah39

, istighosah40

, mandi

38

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 39

Ruqyah adalah salah satu metode pengobatan yang terdapat pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah. Ruqyah

dilaksanakan setiap malam jumat di aula panti untuk seluruh pasien secara

bergantian di setiap minggunya. Ruqyah dipimpin langsung oleh kepala

sekaligus pendiri panti yang dibantu oleh para staf dalam mengatur pasien,

selain itu ruqyah ditujukan untuk sebesar-besar kesembuhan pasien di panti. 40

Istighosah adalah salah satu dari tiga program panti yang

dilaksanakan di aula panti pada malam jumat sebagai salah satu metode

pengobatan yang terdapat di panti. Istighosah wajib diikuti oleh seluruh pasien

yang ada di panti karena istighosah adalah sarana mendekatan kembali diri

pasien dengan Tuhan dalam bentuk berdoa memohon kesembuhan pada Allah

SWT. Istighosah di panti berisi bacaan-bacaan yang baik dan harapan agar

pasien dapat segera pulih dari gangguan jiwa.

 

Page 150: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

138

malam41

dan minum air karomah42

. Itu

semua adalah cara non-medis”.43

b. Tidak ada staf panti yang tahu persis

bacaan ruqyah secara pasti karena ruqyah

hanya dibacakan oleh yang melaksanakan

ruqyah, yakni kepala dan pendiri panti,

seperti yang diungkapkan oleh Manager

Program panti:

“Tidak ada yang tahu bacaan ruqyah,

hanya kepala panti saja yang tahu. Tidak

ada staf yang diberitahu bacaan ruqyah,

maka itu hanya kepala panti saja yang

bisa ruqyah disini”44

c. Ada yang menyebut bahwa ruqyah di panti

ini memakai bacaan jampi-jampi dan doa-

doa, seperti yang diungkapkan oleh Tenaga

41

Mandi malam merupakan salah satu terapi pengobatan yang ada di

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah kepada

pasien gangguan mental yang baru masuk panti sebagai bentuk membersihkan

jiwa dan raga pasien baru dari segala hal yang mengikutinya. Mandi malam

dilaksanakan pada malam pertama pasien masuk panti dengan mencampurkan

air di bak mandi dengan kembang-kembang lalu menyiramkannya pada pasien

baru. Terapi ini dilaksanakan oleh kepala panti dengan dibantu para staf panti. 42

Air karomah adalah air minum biasa seperti air pada umumnya,

hanya saja air minum tersebut sudah diberikan bacaan-bacaan sehingga

mempunyai energi yang dapat menyembuhkan. Penyebutan air karomah

merujuk pada kegunaan air yang telah diberikan bacaan-bacaan doa sebagai

media penyembuhan. Minum air karomah dilaksanakan setiap malam jumat

setelah selesai melaksanakan ruqyah dan istighosah di aula panti. 43

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 44

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 151: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

139

Kesejahteraan Sosial dan Manager Program

panti:

“Mungkin karena ada bacaan doa-

doanya. Dan memang salah satu fungsi

ruqyah adalah untuk penyembuhan

jiwa”45

“Bacaan-bacaan ditambah doa-doa dari

al-Quran. Lebih detail apa yang dibaca

dalam proses ruqyah staf tidak ada yang

tahu”46

d. Bacaan ruqyah yang diterapkan di panti ini

sebenarnya adalah ayat al-Quran dan doa-

doa yang berasal dari al-Quran, seperti

yang diungkapkan informan luar panti mas

Irvan dan pengakuan peruqyah sendiri

yakni pak H. Supono selaku Kepala Panti:

“Kepala panti menggabungkan ruqyah

dengan istighosah di malam jumat,

kadang digabung sama pengajian,

kadang digabung sama sholawatan.

Bacaan ruqyahnya adalah ayat-ayat al-

Quran”47

45

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 46

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 47

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 152: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

140

“Ruqyah disini menggunakan ayat al-

Quran, ditambah dengan doa-doa yang

ada di dalam al-Quran dan ada juga

bacaan dzikir”48

e. Ada juga yang menyebut bahwa ruqyah di

panti ini dapat menyembuhkan pasien lebih

dikarenakan sosok peruqyah, yakni kepala

dan pendiri panti yang memang dianggap

sebagai „orang sakti‟ oleh masyarakat,

seperti yang diungkapkan oleh ketua

lingkungan bapak RT Madrosad dan

informan luar panti mas Irvan:

“Sejak kepala panti masih muda, beliau

sudah dikenal sebagai orang sakti disini,

istilah lainnya beliau adalah „orang

pintar‟. Jadi waktu beliau masih menjadi

kepala desa disini, sudah banyak orang

yang datang ke rumahnya hendak

berobat. Kalau ada yang kesurupan, ada

yang kena teluh, kena santet, pasti warga

sekitar sini datang ke rumah kepala

panti”49

“Semua orang desa Bungkanel sudah

tahu dari dulu bahwa kepala panti adalah

„orang pintar‟. Dari dulu kepala panti

memang dukun, makanya sampai bisa

jadi kepala desa dan bisa mengobati

orang yang kesurupan. Kalau bukan

48

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 49

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 153: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

141

karena „orang pintar‟ saya yakin tidak

ada orang yang mau datang berobat

kesini”50

Pendapat dari staf dan kepala panti tentang

ruqyah di atas yang diperkuat oleh pendapat dari

ketua RT dan salah satu warga sekitar panti

sebagai informan dapat dikaitkan dengan teori

Ruqyah yang dikemukakan oleh Ibnul Qayyim Al-

Jauziah. Dalam teori Ruqyah tersebut dikatakan

bahwa ruqyah merupakan terapi dengan

melafalkan doa baik dari al-Quran maupun as-

Sunnah untuk menyembuhkan suatu penyakit.

Terapi ruqyah tidak terbatas pada gangguan jin

saja, tetapi juga mencakup terapi fisik dan

gangguan jiwa.51

Kemudian masih menurut imam Ibnul Qayyim

Al-Jauziah, obat Rabbani (Pengobatan non-medis

seperti ruqyah) dapat menanggulangi penyakit

ketika sakit dan dapat mencegah sebelum sakit.

Jika terjadi sakit, sakit itu tak akan

membahayakannya meskipun ia merasakan sakit.52

50

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 51

Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan dan

Pengobatan menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW. Penerjemah Said Agil

Husin Munawar dan Abdur Rahman Umar (Semarang: Dina Utama Semarang,

1994), h. 41. 52

Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Zadul Ma‟ad: Bekal Perjalanan ke

Akhirat. Penerjemah Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 306.

 

Page 154: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

142

Selanjutnya, peneliti berkesempatan

melakukan observasi dan wawancara di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui

bahwa pelaksanaan ruqyah di panti masih

mengandalkan satu orang sosok yang

melaksanakan ruqyah, yakni kepala panti H.

Supono Mustajab.

Ketergantungan pada satu orang ini sangat

berbahaya untuk keberlangsungan panti kedepan

karena bukan tidak mungkin program ruqyah akan

ditiadakan jika sosok pelaksana ruqyah itu

berhalangan. Padahal ruqyah dipercaya sangat

efektif sebagai salah satu program rehabilitasi

pada pasien gangguan mental di panti.

Terkait dengan pendapat dari staf dan kepala

panti tentang kendala, Eliyahu M. Goldratt melalui

teori kendala atau Theory of Constraint/ TOC

mengatakan bahwa setiap organisasi mempunyai

kendala-kendala yang menghambat pencapaian

kinerja (Performance) yang tinggi. Jika suatu

kendala telah terpecahkan, maka kendala

berikutnya dapat diidentifikasi dan diperbaharui.53

Kendala yang dimiliki panti saat ini adalah adanya

53

Laelani Rusydina Sabila, Maksimasi Throughput Produk Garmen

dengan Menggunakan Pendekatan Theory of Constraint: Studi Kasus CV Suho

Garmindo Bandung (Bandung: Skripsi Fakultas Teknik Universitas Islam

Bandung, 2014), h. 6.

 

Page 155: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

143

ketergantungan pada satu orang dalam

melaksanakan ruqyah yang jika dibiarkan tanpa

diantisipasi akan menyebabkan ketiadaan program

ruqyah di masa mendatang.

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa pada

pelaksanaannya ruqyah sudah sangat efektif

sebagai salah satu metode rehabilitasi mental pada

pasien gangguan mental di panti, meskipun tidak

setiap minggu seorang pasien diruqyah karena

menunggu giliran dan bergantian dengan pasien

lainnya. Sedangkan pada kondisi kesehatan mental

pasien semakin hari semakin mengalami

peningkatan/ membaik, hal itu terlihat dari pasien

yang sudah tidak lagi menempati ruang isolasi

seperti pada saat awal pasien masuk panti.

2. Istighosah

Istighosah adalah meminta sesuatu untuk

menghilangkan kesusahan atau kesedihan dan

memohon bantuan hanya dengan Allah SWT. Hal

itu diperbolehkan di dalam segala urusan

kebaikan.54

Teori istighosah tersebut sejalan

dengan teori Zakiah Daradjat yang mengatakan

bahwa salah satu manfaat istighosah adalah

54

Muhammad Ibn Abdul Wahab, Kitab Tauhid. Penerjemah Abu

Ismail Fuad (Yogyakarta: Pustaka Al-Haura, 2009), h. 33.

 

Page 156: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

144

memberi pencegahan terhadap kegoncangan

kejiwaan dan penyembuhan stres.55

Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba, ada yang menyatakan bahwa:

a. Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba ini istighosah adalah sarana bagi

pasien berdoa untuk kesembuhannya

sendiri, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti dan Tenaga Kesejahteraan

Sosial panti:

“Istighosah disini adalah membaca surat

Yasin, tahlil dan sholawat secara

bersama-sama, termasuk pasien

diharuskan ikut membaca untuk

kesembuhan mereka sendiri”56

“Istighosah adalah acara berdoa secara

bersama-sama, karena disini yang

istighosah adalah para pasien, jadi

istighosah disini meminta kesembuhan

untuk para pasien disini”57

b. Seluruh program rehabilitasi non-medis

termasuk istighosah di panti ini bertujuan

untuk mendekatkan pasien kepada Tuhan

55

Zakiah Daradjat, Doa Menunjang Semangat Hidup (Jakarta:

Ruhama, 1994), h. 102. 56

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 57

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 157: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

145

yang pada akhirnya untuk penyembuhan

mereka, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti:

“Pasien disini saya dekatkan pada Tuhan,

minta kepada Tuhan Allah SWT untuk

kesembuhan. Saya hanya membantu,

pasien sendiri yang harus meminta

langsung pada Tuhan”58

c. Istighosah bermanfaat untuk rehabilitasi/

penyembuhan bagi pasien gangguan mental

di panti secara non-medis, seperti yang

diungkapkan oleh Manager Program,

informan luar panti mas Irvan, Tenaga

Kesejahteraan Sosial panti dan ketua

lingkungan pak RT Madrosad:

“Istighosah merupakan bagian dari

program panti untuk menyembuhkan

pasien secara non-medis”59

“Sejak awal berdiri panti ini terkenal

karena cara pengobatan terhadap pasien

bukan dengan menggunakan obat-obatan,

namun dengan cara non-medis seperti

ruqyah, istighosah, air karomah, terapi

mandi malam dan lain sebagainya. Justru

58

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 59

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 158: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

146

cara itulah yang menjadi daya tarik dari

panti ini”60

“Kalau pasien mau sembuh maka pasien

harus mengikuti program panti. Disini

ada pengobatan medis dan pengobatan

non-medis. Ruqyah, istighosah dan

minum air karomah itu termasuk kedalam

pengobatan non-medis”61

“Pasien di panti diobati dengan

pengajian-pengajian seperti istighosah,

ruqyah, shalat jamaah, minum air

karomah, dan terapi mandi malam.

Menurut saya hal itu bagus, karena cara-

cara itu masih bisa diterima dengan akal

sehat dan tidak menyiksa pasien”62

d. Ada yang berpendapat istighosah sebagai

penyeimbang antara metode medis dan

non-medis untuk penyembuhan pasien

gangguan mental di panti, seperti yang

diungkapkan oleh Manager Program dan

informan luar panti mas Irvan:

“Menurut saya kalau kita mengobati

pasien hanya dengan cara medis saja

seperti memberikan obat-obatan saja

maka akan sulit untuk sembuhnya, karena

perlu ada cara lain untuk mempercepat

60

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 61

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 62

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 159: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

147

dan memudahkan pasien agar bisa

sembuh. Di panti ini cara non-medisnya

yang diperbanyak, mudah-mudahan bisa

cepat sembuh”63

“Warga menganggap panti ini sudah

bagus dan warga sudah setuju dengan

cara-cara pengobatan di panti. Karena

kalau hanya mengandalkan obat medis

saja akan susah sembuhnya”64

Pendapat dari staf dan kepala panti tentang

istighosah di atas yang diperkuat oleh pendapat

dari ketua RT dan salah satu warga sekitar panti

sebagai informan dapat dikaitkan dengan teori

istighosah yang dikemukakan oleh imam

Muhammad Ibn Abdul Wahab. Dalam teori

istighosah tersebut dikatakan bahwa istighosah

merupakan kegiatan berdoa secara bersama-sama

yang wajib diikuti oleh semua pasien. Istighosah

merupakan kegiatan meminta sesuatu untuk

menghilangkan kesusahan atau kesedihan dan

memohon bantuan hanya dengan Allah SWT. Hal

itu diperbolehkan di dalam segala urusan

kebaikan.65

63

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 64

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 65

Muhammad Ibn Abdul Wahab, Kitab Tauhid. Penerjemah Abu

Ismail Fuad (Yogyakarta: Pustaka Al-Haura, 2009), h. 33.

 

Page 160: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

148

Selanjutnya, peneliti berkesempatan

melakukan observasi dan wawancara di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui

bahwa minat dan antusias pasien untuk berdoa

sampai saat ini masih minim, padahal pihak panti

telah membuka kesempatan yang sebesar-besarnya

untuk para pasien berdoa sendiri dengan caranya

sendiri.

Hal tersebut di atas terlihat dari dibebaskannya

pasien ke mushola kapanpun, membebaskan

pasien menggunakan pengeras suara yang ada di

mushola sebelum dan setelah sholat lima waktu.

Kepala panti sengaja membuka kesempatan itu

karena ingin para pasien dapat mendekatkan diri

pada Tuhan dengan cara berdoa dan hal positif

lainnya.

Terkait dengan pendapat dari staf dan kepala

panti tentang motivasi pasien yang berasal dari

harapan untuk sembuh, para staf dan kepala panti

terus memotivasi pasien dengan memberikan

harapan bahwa dengan banyak berdoa dan

semakin dekat dengan Tuhan maka kesembuhan

akan semakin cepat datang. Dalam teori harapan,

Victor Vroom mengatakan bahwa kekuatan yang

memotivasi seseorang untuk giat dalam

mengerjakan pekerjaannya tergantung dari

 

Page 161: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

149

hubungan timbal balik antara apa yang diinginkan

dan dibutuhkan dari hasil pekerjaannya itu.66

Berdasarkan wawancara diketahui bahwa di

dalam program istighosah ada kegiatan berdoa

pada Allah SWT memohon kesembuhan untuk

seluruh pasien dengan harapan pasien dapat

sembuh seperti sediakala. Istighosah dan berdoa

merupakan cara panti dalam mendekatkan pasien

dengan Tuhan. Dengan adanya istighosah kondisi

mental pasien yang terganggu semakin berkurang

dan pada akhirnya lama kelamaan akan sembuh,

hal itu terlihat dari pasien yang sudah jarang sekali

ngamuk karena kumat seperti yang sering terjadi

saat awal masuk.

3. Minum Air Karomah

Air mempunyai ukuran yang cocok untuk

membawa berbagai macam informasi, termasuk

diantaranya membawa gelombang yang

bermanfaat untuk pengobatan, gelombang tersebut

sebagai hado (energi). Dengan meminum air hado

(berisi energi karena telah dibacakan doa) ini

66

Malayu S Hasibuan, Organisasi & Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas Kerja (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 116.

 

Page 162: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

150

orang yang sakit akan mampu memperbaiki

gelombang yang terganggu.67

Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba, ada yang menyatakan bahwa:

a. Air karomah adalah air minum biasa seperti

air pada umumnya, hanya saja air tersebut

sudah diberikan bacaan-bacaan sehingga

mempunyai energi yang dapat

menyembuhkan, seperti yang diungkapkan

oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial panti:

“Air Karomah68

pada dasarnya adalah

air biasa seperti air pada umumnya,

hanya saja air karomah sudah

ditambahkan bacaan-bacaan oleh kepala

panti, maka disebutlah air karomah

karena dipercaya bisa menyembuhkan

yang sakit. Jadi airnya itu sudah hasil

bacaan bersama-sama di saat istighosah

yang berisi bacaan surat Yasin, tahlil,

sholawat dan kemudian kepala panti

menambahkan bacaan pribadi di akhir

67

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

101. 68

Air karomah adalah air minum biasa seperti air pada umumnya,

hanya saja air minum tersebut sudah diberikan bacaan-bacaan sehingga

mempunyai energi yang dapat menyembuhkan. Penyebutan air karomah

merujuk pada kegunaan air yang telah diberikan bacaan-bacaan doa sebagai

media penyembuhan. Minum air karomah dilaksanakan setiap malam jumat

setelah selesai melaksanakan ruqyah dan istighosah di aula panti, selain itu air

karomah juga bisa dibuat atau tersedia saat ada pasien baru datang ke panti dan

saat ada pasien yang mengamuk.

 

Page 163: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

151

istighosahnya. Kemudian air tersebut

diminum oleh seluruh pasien”69

b. Minum air karomah dilaksanakan setiap

malam jumat setelah selesai melaksanakan

istighosah di aula, seperti yang

diungkapkan oleh Kepala Panti dan

informan luar panti mas Irvan:

“Sebelum dilangsungkan ruqyah, para

pasien minum air karomah terlebih

dahulu. Air karomah itu adalah hasil

bacaan para pasien dan staf secara

bersama-sama dalam acara istighosah

dan saya tambahkan bacaan juga secara

pribadi. Jadi ruqyah, istighosah dan

minum air karomah masih satu tempat

dan satu waktu, setiap malam jumat di

aula panti”70

“Istighosah, ruqyah dan minum air

karomah dilaksanakan setiap malam

jumat setelah isya di aula panti”71

c. Ada yang mengatakan selain tersedia di

malam jumat, air karomah juga bisa dibuat/

tersedia saat ada pasien baru datang dan

saat ada pasien yang mengamuk, seperti

69

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 70

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 71

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 164: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

152

yang diungkapkan oleh kepala Panti dan

Tenaga Kesejahteraan Sosial panti:

“Kalau kebetulan saya ada di rumah, ada

staf yang laporan bahwa ada pasien

ngamuk atau kumat, langsung saya

datengin dan saya buatkan air karomah.

Pasien saya suruh minum air karomah

itu, biasanya langsung sadar. Biasanya

kalau ada pasien baru dateng, saya kasih

juga air karomah”72

“Kalau ada pasien ngamuk, kepala panti

membuatkan air karomah dadakan. Air

karomah dibuat mengikuti situasi di panti,

tapi kalau malam jumat saat acara

ruqyah dan istighosah pasti ada air

karomah”73

d. Ada yang mengatakan meminum air

karomah bermanfaat untuk penyembuhan

pasien, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti dan Manager Program panti:

“Air karomah hanya sebutan saja, karena

airnya sudah ditambahkan bacaan dan

berfungsi untuk penyembuhan. Tapi itu

semua atas izin Allah SWT”74

72

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 73

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 74

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 165: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

153

“Air karomah sebagai obat untuk

menyembuhkan pasien disini. Air

karomah merupakan salah satu obat non-

medis di panti”75

Pendapat dari staf dan kepala panti tentang

ruqyah di atas yang diperkuat oleh pendapat dari

salah satu warga sekitar panti sebagai informan

dapat dikaitkan dengan teori Air yang

dikemukakan oleh Masaru Emoto. Dalam teori Air

tersebut dikatakan bahwa air membawa informasi,

informasi yang dibawa bisa bermuatan positif atau

negatif. Karena manusia adalah air, sudah pasti

tubuh akan merespon informasi yang dibawa oleh

air yang diminum. Jika tubuh mendapat informasi

positif dari air, tubuh menjadi lebih sehat. Namun

jika tubuh mendapat informasi negatif dari air,

maka tubuh menjadi sakit.76

Masaru Emoto juga mengatakan bahwa air

mempunyai ukuran yang cocok untuk membawa

berbagai macam informasi tersebut, termasuk

diantaranya membawa gelombang yang

bermanfaat untuk pengobatan, gelombang tersebut

sebagai hado (energi). Dengan meminum air hado

75

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 76

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

84.

 

Page 166: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

154

(berisi energi karena telah dibacakan doa) ini

orang yang sakit akan mampu memperbaiki

gelombang yang terganggu.77

Selanjutnya, peneliti berkesempatan

melakukan observasi dan wawancara di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui

bahwa dalam program minum air karomah, air

minum biasa dijadikan sebagai media pengobatan

untuk pasien dengan dibacakan doa-doa kebaikan.

Air yang telah dibacakan doa-doa dan kalimat-

kalimat permohonan yang baik akan mengirimkan

energi positif bagi pasien yang meminum sehingga

dengan meminum air karomah kesembuhan pasien

akan semakin cepat dan efektif. hal itu terlihat dari

pasien yang ngamuk karena gangguan mentalnya

kumat seketika akan melemah jika diminumkan air

karomah.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa

program rehabilitasi non-medis berupa ruqyah,

istighosah dan minum air karomah di atas menjadi

cirikhas dan andalan Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa

dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah. Secara umum

tiga program rehabilitasi mental non-medis tersebut

77

Masaru Emoto, The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa. Penerjemah Azam Translator (Bandung: MQ Publishing, 2006), h.

101.

 

Page 167: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

155

dilaksanakan beriringan pada satu waktu dan satu

tempat, yakni aula panti yang merupakan tempat

paling luas di komplek panti. Tujuan dilaksanakannya

program rehabilitasi mental non-medis tersebut secara

umum adalah untuk pengobatan dan diharapkan

pasien dapat sembuh serta hidup normal kembali

seperti sedia kala.

b. Gangguan mental pada panti

Menurut Zakiah Daradjat, gangguan mental adalah

kumpulan dari keadaan-keadaan yang tidak normal

baik yang berhubungan dengan fisik maupun dengan

mental. Ketidaknormalan tersebut tidak disebabkan

oleh sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota

badan, meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat

pada fisik. Ketidaknormalan itu dapat dibagi atas dua

golongan, yaitu gangguan mental dan sakit mental.

Pada tahapan awal seseorang terganggu mentalnya,

yang cepat atau lambat dapat meningkat menjadi sakit

mental sebagai tahapan lanjutannya.78

Berikut adalah uraian mengenai pasien gangguan

mental yang ada di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah:

1. Gangguan mental yang sudah tertangani di

panti adalah semua jenis gangguan mental baik

78

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33.

 

Page 168: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

156

gangguan mental berat maupun gangguan

mental ringan, seperti yang diungkapkan oleh

Konselor Adiksi panti sebagai berikut:

“Disini kita mengobati pasien yang menderita

gangguan jiwa atau kecanduan narkoba, baik

pada tahap yang berat maupun ringan. Jadi

kita tidak mengelompokan terlebih dahulu apa

jenis sakit yang diderita pasien, kalau pasien

punya penyakit ini kita akan tangani atau

kalau pasien punya penyakit ini kita tolak,

disini tidak seperti itu”79

Pendapat dari Konselor Adiksi di atas dapat

dikaitkan dengan teori Gangguan Mental yang

dikemukakan oleh Zakiah Daradjat. Dalam teori

Gangguan Mental dikatakan bahwa gangguan

mental merupakan kumpulan dari keadaan-

keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan

dengan fisik maupun dengan mental.80

Masih

menurut Zakiah Daradjat, orang yang –sekedar-

mengalami gangguan mental ringan masih

mengetahui dan merasakan kesukarannya,

sedangkan orang yang sudah mengalami penyakit

jiwa/ gangguan mental berat tidak demikian.81

79

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017. 80

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33. 81

Ibid., h. 26.

 

Page 169: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

157

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Dari hasil observasi diketahui bahwa di

asrama panti terdapat pasien dari berbagai latar

belakang jenis penyakitnya, baik pasien gangguan

mental maupun pasien narkoba. Dalam keseharian

mereka berbaur bersama sehingga sulit mengenali

mereka menderita gangguan mental atau pasien

narkoba, termasuk sulit membedakan mana pasien

gangguan berat ataupun ringan. Hanya pasien yang

masih mengamuk dan tidak stabil kejiwaannya

yang dipisah di ruang khusus bernama ruang

isolasi di bagian paling ujung timur asrama panti.

2. Pasien gangguan mental yang datang awalnya

tidak ditangani di asrama panti, melainkan

dikirim ke rumah sakit jiwa Banyumas atau

rumah sakit jiwa Magelang pada awal

berdirinya panti. Hal tersebut diungkapkan oleh

Kepala Panti sebagai berikut:

“Pada awal sebelum panti berdiri, kalau ada

warga yang stres atau gangguan jiwa datang

kepada saya. Saya kirim ke Banyumas,

ternyata rumah sakit Banyumas mahal. Saya

kirim ke Magelang juga mahal, menghabiskan

uang banyak. Saya dirikan panti sebagai

 

Page 170: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

158

usaha menolong warga dengan biaya

pengobatan yang murah”82

Pada awal berdirinya panti memang belum ada

asrama seperti sekarang, hanya ada satu bilik

kecil di pinggir sawah sebelah timur rumah

pendiri panti. Hal ini diungkapkan oleh ketua

lingkungan pak RT Madrosad:

“Waktu awal berdirinya panti hanya ada dua

kamar yang terletak di bagian bawah panti,

itupun terbuat dari bilik bambu. Lama-

kelamaan karena semakin banyak yang mau

berobat disini, maka panti menambah

bangunan terus. Nah bangunan yang terbaru

adalah kamar perempuan yang berada di

dekat mushola panti”83

Pendapat dari Kepala Panti yang diperkuat oleh

pendapat dari ketua RT di atas dapat dikaitkan

dengan Undang-Undang yang berlaku di Indonesia

tentang hak penderita gangguan mental

mendapatkan perawatan atas biaya negara. Hal

tersebut tertuang dalam Undang-Undang RI

Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi

Manusia (HAM), Pasal 42 yang menyatakan

bahwa setiap warga negara yang berusia lanjut,

cacat fisik dan atau cacat mental berhak

82

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 5 Desember 2016. 83

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 171: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

159

memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan dan

bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin

kehidupan yang layak sesuai dengan martabat

kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri

dan kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.84

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

pada awalnya warga yang membawa keluarganya

yang menderita gangguan mental ditangani sendiri

oleh H. Supono Mustajab di rumahnya di Desa

Bungkanel Kecamatan Karanganyar Kabupaten

Purbalingga Jawa Tengah.

Pada perjalanan panti selanjutnya, pasien yang

datang semakin banyak dan harus dirawat inap,

maka H. Supono Mustajab sebagai pemilik panti

berinisiatif membangun panti di sekitar rumahnya

yang hingga saat ini masih berdiri dengan

beberapa kali pemugaran untuk memberikan

pelayanan pada penderita gangguan mental.

84

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, “Undang-Undang No 39

Tahun 1999,” Diakses pada 9 September 2016 dari

http://www.komnasham.go.id.

 

Page 172: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

160

3. Keberadaan pasien gangguan mental di panti

PRSJN akan mencegah perlakuan salah

terhadap mereka jika mereka berada di luar

panti seperti tindakan pemasungan, diejek dan

ditelantarkan. Seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti dan Konselor Adiksi panti sebagai

berikut:

“Kalau pasien dibiarkan di rumah mungkin

ada yang dipasung, ada yang dihina oleh

keluarganya, ada yang dibuang keluarganya.

Tapi pasien disini saya urus, saya kasih

makan, kasih minum, saya sediakan tempat

tidur, dilayanin oleh staf, dikasih obat biar

sembuh. Jadi pasien disini justru senang

dibanding mereka berada di rumah”85

“Biasanya pasien gangguan jiwa kalau

berada di rumah ada yang dipasung, ada yang

tidak diurus oleh keluarganya, jadi karena itu

kepala panti memdirikan panti ini supaya

pasien bisa diobati dan bisa sembuh hingga

bisa hidup normal kembali di tengah

masyarakat”86

Pendapat dari Kepala Panti dan Konselor

Adiksi di atas dapat dikaitkan dengan riset

Kementerian Kesehatan dalam Riskesdas (Riset

Kesehatan Dasar) tahun 2013. Dalam riset tersebut

85

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 86

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017.

 

Page 173: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

161

dikatakan bahwa pemasungan terhadap penderita

gangguan mental dapat dicegah jika pada saat

seseorang mengalami gangguan mental anggota

keluarganya dapat mengatasi atau melakukan

pengobatan sedini mungkin ke pusat pelayanan

kesehatan atau berobat ke tenaga kesehatan yang

kompeten.87

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

dengan membawa ke tempat pelayanan kesehatan

jiwa seperti panti, penderita gangguan mental akan

direhabilitasi kejiwaannya dan secara tidak

langsung akan mencegah perlakuan salah

masyarakat ataupun anggota keluarga terhadap

penderita gangguan mental.

Untuk itu, Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah hadir sebagai

salah satu bentuk pelayanan rehabilitasi dan untuk

mencegah perlakuan salah terhadap para penderita

gangguan mental. Selama berada di panti pasien

gangguan mental direhabilitasi secara manusiawi

dan jauh dari diskriminasi.

87

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013 (Jakarta: Balitbangkes, 2013), h. 125.

 

Page 174: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

162

4. Panti PRSJN didirikan dengan semangat

meringankan beban penderita gangguan mental,

terutama bagi yang berada dekat dengan panti

dan sekitaran Purbalingga. Seperti yang

diungkapkan oleh Kepala Panti sebagai berikut:

“Untuk meringankan beban masyarakat dan

untuk menangani mereka-mereka yang

gangguan jiwa dan narkoba saya buatkan

panti disini, jadi tidak usah berobat jauh-jauh

disini juga bisa”88

Pendapat dari Kepala Panti di atas dapat

dikaitkan dengan penelitian dalam jurnal sosio

informa tahun 2015. Dalam jurnal tersebut

dikatakan bahwa keterlibatan masyarakat dalam

melaksanakan rehabilitasi terhadap penderita

gangguan mental, baik dalam bentuk lembaga

maupun non lembaga sangat memungkinkan untuk

dikembangkan sebagai salah satu usaha

mengembalikan keberfungsian sosial penderita

gangguan mental.89

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

88

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 5 Desember 2016. 89

Ruaida Murni dan Mulia Astuti, “Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyandang Disabilitas Mental Melalui Unit Informasi dan Layanan Sosial

Rumah Kita,” Jurnal Sosio Informa, Vol 1 No 3 (September-Desember 2015):

h. 280.

 

Page 175: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

163

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

keterlibatan masyarakat tersebut bisa dalam bentuk

pencegahan dan bentuk penanganan. Keluarga

Indonesia yang mempunyai anggota keluarga

mengalami gangguan mental dapat membawa

penderita tersebut ke panti-panti milik Kemensos

RI ataupun ke balai-balai pengobatan dan panti-

panti non-Kemensos RI seperti Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah.

5. Pihak keluarga yang membawa pasien

gangguan mental ke panti tidak paham jenis

gangguan mental anggota keluarganya, seperti

yang diungkapkan oleh Konselor Adiksi panti

sebagai berikut:

“Keluarga pasien sendiri tidak paham jenis

sakit yang diderita oleh anggota keluarganya

itu jenis apa, yang mereka tahu pasien itu

sakit jiwa atau narkoba. Dan disini kita tidak

mau membeda-bedakan, jadi kita terima

pasien terlebih dahulu terlepas dari jenis sakit

apa yang diderita oleh pasien”90

Pendapat dari Konselor Adiksi di atas dapat

dikaitkan dengan penjelasan teori Gangguan

90

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017.

 

Page 176: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

164

Mental yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat.

Dalam penjelasan teori tersebut dikatakan bahwa

untuk mengetahui gangguan mental tidaklah

mudah karena sulit untuk diukur, diperiksa atau

dilihat dengan alat-alat seperti halnya mengetahui

kesehatan badan. Alat yang dijadikan bahan

penyelidikan untuk mengetahui tanda-tanda dari

kesehatan mental adalah tindakan, tingkah laku

atau perasaan seseorang. Orang diketahui

terganggu mentalnya bila terjadi kegoncangan

emosi, kelainan tingkah laku atau tindakannya.91

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

sampai saat ini masih banyak ditemukan

masyarakat Indonesia yang anggota keluarganya

menderita gangguan mental namun pihak keluarga

tidak mau membawa penderita gangguan mental

tersebut ke tempat pengobatan karena beberapa

alasan, salah satunya adalah karena tidak

mengetahui jenis penyakit mental yang diderita.

Hal ini disebabkan karena memang sulit untuk

mengidentifikasi hal tersebut, dibandingkan

mengetahui kesehatan badan atau fisik.

91

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 9.

 

Page 177: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

165

6. Pasien gangguan mental jarang mengalami sakit

badan atau fisik selama berada di panti,

keberadaan mereka di panti karena mereka

menderita gangguan mental yang tidak terlihat

seperti sakit fisik, seperti diungkapkan oleh

Kepala Panti:

“Disini pasien jarang sakit, seperti sakit

pusing, pilek, sakit perut itu jarang terjadi.

Orang yang mengalami gangguan jiwa itu

jarang sekali sakit, tapi kalaupun ada pasien

yang sakit kita bawa ke klinik, kita juga disini

punya klinik sendiri, klinik tersebut terletak di

samping panti”92

Pendapat dari Kepala Panti di atas dapat

dikaitkan dengan teori Gangguan Mental yang

dikemukakan oleh Zakiah Daradjat. Dalam teori

Gangguan Mental dikatakan bahwa gangguan

mental merupakan kumpulan dari keadaan-

keadaan yang tidak normal baik yang berhubungan

dengan fisik maupun dengan mental.

Ketidaknormalan tersebut tidak disebabkan oleh

sakit atau rusaknya bagian-bagian anggota badan,

92

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 178: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

166

meskipun kadang-kadang gejalanya terlihat pada

fisik.93

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan observasi, pasien panti

memang terlihat segar-segar dan tidak ada yang

sakit secara fisik. Penulis mengamati pasien yang

sehat memang rata-rata pernah mengalami sakit

kulit seperti diungkapkan kepala panti. Penulis

juga menemukan klinik milik panti yang berada di

samping kiri kediaman kepala panti dan masih

berada di komplek panti. Klinik tersebut bernama

sama dengan nama panti.

7. Gangguan mental yang tertangani di panti

adalah seluruh jenis gangguan mental baik

ringan maupun berat, namun pasien gangguan

mental yang paling banyak adalah pasien

gangguan mental berat, seperti diungkapkan

oleh Konselor Adiksi Panti:

“Jenis gangguan mental yang diderita pasien

di panti mayoritas pada level gangguan

mental berat, level gangguan mental ringan

paling cepat sebulan sudah boleh pulang.

93

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33.

 

Page 179: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

167

Kalau gangguan mental berat bisa sampai

enam bulan disini”94

Pendapat dari Konselor Adiksi di atas dapat

dikaitkan dengan penjelasan teori Gangguan

Mental yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat.

Dalam penjelasan teori tersebut dikatakan bahwa

gangguan mental dibagi menjadi dua macam yakni

gangguan mental ringan dan berat. Menurut

Zakiah Daradjat orang yang –sekedar- mengalami

gangguan mental ringan masih mengetahui dan

merasakan kesukarannya, sedangkan orang yang

sudah mengalami penyakit jiwa/ gangguan mental

berat tidak demikian.95

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan hasil observasi, pasien yang

berada di panti ini beragam jenis penyakitnya dan

kadar gangguan mentalnya. Penulis menemukan

memang benar pasien gangguan mental berat yang

paling banyak menghuni panti dibanding pasien

yang kadar gangguan mentalnya ringan. Hal yang

94

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017. 95

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 26.

 

Page 180: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

168

tak kalah penting dalam observasi yang penulis

lakukan adalah bahwa seluruh pasien bisa diajak

bicara.

8. Gangguan mental berat seperti skizofrenia,

paranoia dan manik depresif termasuk yang

ditangani di panti, seperti dikatakan oleh

Konselor Adiksi panti:

“Kita tidak membedakan jenis gangguan

mental yang diderita pasien yang akan masuk

ke panti, gangguan berat maupun ringan

kalau masih gangguan jiwa dan narkoba, kita

terima disini, belum ada yang ditolak.

Skizofrenia, paranoia dan manik depresif juga

termasuk yang ditangani disini”96

Pendapat dari Konselor Adiksi di atas dapat

dikaitkan dengan penjelasan teori Gangguan

Mental yang dikemukakan oleh Zakiah Daradjat.

Dalam penjelasan teori tersebut dikatakan bahwa

selain gangguan mental ringan, terdapat juga

macam-macam gangguan mental berat/ penyakit

mental. Penyakit mental ini menurut Zakiah berada

pada level gangguan berat dan bukan sekedar

gangguan melainkan sudah menjadi penyakit

96

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017.

 

Page 181: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

169

kronis. Diantara penyakit jiwa tersebut ialah:

skizofrenia, paranoia dan manik depresif.97

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan observasi diketahui bahwa

pasien gangguan mental yang paling banyak di

panti adalah pasien dengan kadar gangguan mental

berat. Tiga diantara gangguan mental berat yang

menjadi batasan penulis dalam penelitian ini yakni

skizofrenia, paranoia dan manik depresif ada dan

ditangani di panti.

c. Hasil dari program rehabilitasi mental pada

pasien gangguan mental

Pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

dan sekitarnya, ada yang menyatakan bahwa:

1. Mencegah perlakuan salah pada penderita

gangguan mental yakni pemasungan yang

sering dialami oleh para penderita gangguan

mental di Indonesia, seperti yang diungkapkan

oleh Kepala Panti, Konselor Adiksi dan ketua

lingkungan pak RT Madrosad:

97

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 49.

 

Page 182: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

170

“Kalau pasien dibiarkan di rumah mungkin

ada yang dipasung, ada yang dihina oleh

keluarganya, ada yang dibuang keluarganya.

Tapi pasien disini saya urus, saya kasih

makan, kasih minum, saya sediakan tempat

tidur, dilayanin oleh staf, dikasih obat biar

sembuh. Jadi pasien disini justru senang

dibanding mereka berada di rumah”98

“Biasanya pasien gangguan jiwa kalau

berada di rumah ada yang dipasung, ada yang

tidak diurus oleh keluarganya, jadi karena itu

kepala panti mendirikan panti ini supaya

pasien bisa diobati dan bisa sembuh hingga

bisa hidup normal kembali di tengah

masyarakat”99

“Menurut saya selaku ketua lingkungan di

sekitar panti, sepanjang cara yang digunakan

di panti masih manusiawi, bisa diterima oleh

akal sehat dan tidak menyakiti pasien maka

hal itu bagus. Di panti sini pasien tidak

dipasung dan diobati dengan cara medis

juga”100

2. Mengisi nilai-nilai spiritual pasien untuk lebih

dekat dengan Tuhan, seperti yang diungkapkan

oleh Kepala Panti:

“Para pasien bisa menderita sakit seperti

sekarang ini karena mereka jauh dari Tuhan,

98

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 99

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017. 100

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 183: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

171

imannya lemah, miskin spiritual, Disini saya

dekatkan kembali pasien dengan Tuhan. Maka

di panti ini lebih banyak pengobatan non-

medis dibanding pengobatan medisnya. Saya

yakin kalau pasien dekat dengan Tuhan pasti

mereka bisa sembuh lagi. Saya buatkan

program istighosah, ruqyah dan saya

wajibkan pasien shalat berjamaah lima waktu

agar pasien ingat Tuhan. Minta pada Tuhan

agar bisa cepat sembuh”101

3. Menyembuhkan pasien dari gangguan mental

hingga bisa hidup normal kembali, seperti yang

diungkapkan oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial,

Manager Program dan Kepala Panti:

“Di panti ini pengobatan non-medis justru

dianggap sebagai cara yang bisa

menyembuhkan pasien, karena cirikhas panti

ini adalah pengobatan non-medisnya itu.

Kalau hanya ingin mendapat obat saja lebih

baik pasien dibawa ke rumah sakit, disana

juga dikasih obat. Tapi kalau di panti pasti

ada cara lain selain obat sebagai cara

penyembuhan, nah disini dengan

menggunakan cara ruqyah, istighosah, air

karomah, terapi kelompok dan sholat jamaah.

Cara-cara seperti itulah yang justru bisa

menyembuhkan pasien disini”102

“Perlu ada cara lain untuk mempercepat dan

memudahkan pasien agar bisa sembuh.

101

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 102

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 184: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

172

Memang tidak cukup hanya dengan sekali

pengobatan karena tidak bisa instan. Jadi

non-medis penting untuk pendamping

pengobatan secara medis”103

“Di panti ini pengobatan non-medis sudah

terbukti bisa menyembuhkan ratusan bahkan

ribuan pasien dari tahun 1993. Malah dahulu

panti tidak menggunakan obat-obatan medis,

hanya mengandalkan pengobatan non-medis

saja tapi pasien bisa sembuh. Nah sekarang

panti menambahkan pengobatan dengan

menggunakan obat-obatan medis untuk

mengimbangi saja, pasien juga perlu obat

medis”104

Berdasarkan observasi dan wawancara yang

peneliti lakukan dapat diketahui bahwa hasil dari

program rehabilitasi mental yang dilaksanakan di

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah kesemuanya untuk sebesar-

besar kesembuhan dan kebaikan pasien yang dirawat

di panti ini, diantaranya adalah mencegah pasien

menerima perlakuan salah akibat gangguan mental

yang dideritanya yakni pemasungan.

Berkaitan dengan pemasungan, berdasarkan hasil

riset Kementerian Kesehatan RI diketahui bahwa

tindakan pemasungan terhadap penderita gangguan

103

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 104

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 185: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

173

mental masih tinggi. Untuk itulah panti hadir

memberikan rehabilitasi tanpa pemasungan dan

mencegah penderita gangguan mental mengalami

pemasungan.

Selanjutnya hasil dari program rehabilitasi mental

yang dilaksanakan di panti adalah mengisi kembali

nilai-nilai spiritualitas pasien untuk bisa lebih dekat

dengan Tuhan. Seluruh pasien di panti diusahakan

untuk kembali kepada Tuhan dengan mengikuti

program-program panti yang mayoritas bertujuan

untuk mendekatkan pasien dengan Tuhan seperti

ruqyah, istighosah dan wajib shalat berjamaah.

Hasil yang paling penting diantara hasil penting

lainnya dari pelaksanaan program rehabilitasi mental

di panti adalah menyembuhkan gangguan mental

yang diderita oleh pasien sehingga diharapkan pasien

dapat hidup normal kembali seperti sediakala.

Kesembuhan bagi pasien yang berada di panti

merupakan tujuan utama dari panti ini.

Hasil dari program rehabilitasi mental yang

dilaksanakan di panti tersebut sesuai dengan tujuan

rehabilitasi menurut Kementerian Sosial yaitu untuk

memungkinkan para penyandang masalah

kesejahteraan sosial seperti penderita gangguan

mental ini mampu melaksanakan kembali fungsi

 

Page 186: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

174

sosialnya dalam tata kehidupan dan penghidupan

bermasyarakat dan bernegara.105

Rehabilitasi mental merupakan salah satu bentuk

pelayanan sosial terhadap penderita gangguan mental

untuk memenuhi kebutuhan dan hak-hak dasarnya

sebagai manusia biasa, seperti diperlakukan sama

layaknya manusia pada umumnya, tidak direndahkan

martabatnya sebagai manusia, bebas dari penyiksaan

atau perlakuan kejam, bebas dari eksploitasi, bebas

dari kekerasan dan perlakuan semena-mena dan

mendapatkan hak perlindungan sosial.

Pemerintah berkewajiban untuk pemenuhan hak-

hak penderita gangguan mental dengan cara

merehabilitasi, namun perlu peran serta masyarakat

membantu pemerintah untuk ikut bersama-sama

memberantas dan tidak melakukan tindakan

pemasungan terhadap penderita gangguan mental

ataupun tindakan pengekangan lain yang membatasi

gerak, mengurung, mengisolasi dan menelantarkan

penderita gangguan mental.

Jika penderita gangguan mental mengikuti

program rehabilitasi mental, baik di panti-panti milik

Kementerian Sosial maupun di panti-panti milik

yayasan perorangan seperti Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah maka

105

Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan

Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Balitbang Departemen Sosial RI, 2003), h. 3.

 

Page 187: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

175

diharapkan perlakuan salah terhadap penderita

gangguan mental seperti pemasungan dan tindakan

pengekangan lain akan berkurang bahkan tidak terjadi

lagi. Selain itu diharapkan dengan mengikuti program

rehabilitasi mental dapat menyembuhkan gangguan

mental yang diderita sehingga dapat hidup normal

kembali seperti sediakala serta dapat berbaur kembali

dengan masyarakat.

2. Analisis program rehabilitasi mental pasien

gangguan mental pada Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

Pembahasan mengenai analisis program rehabilitasi

mental kepada para pasien gangguan mental di Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah meliputi:

a. Pelaksanaan program rehabilitasi mental pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah

Berikut adalah uraian mengenai pelaksanaan

program rehabilitasi mental terhadap pasien gangguan

mental pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah:

1. Pelayanan yang diberikan kepada pasien

merupakan bentuk rehabilitasi mental terhadap

 

Page 188: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

176

pasien di panti, seperti yang diungkapkan oleh

Manager Program panti:

“Selama pasien berada di panti mereka akan

diobati dengan cara diruqyah, istighosah,

minum air karomah, ada pembinaan mental.

Pasien juga mendapat fasilitas tidur di kamar

asrama, makan 3 kali sehari dan lain

sebagainya”106

Pendapat dari Manager Program di atas dapat

dikaitkan dengan teori Rehabilitasi Mental yang

dikemukakan oleh Tunggul Sianipar. Dalam teori

Rehabilitasi Mental dikatakan bahwa rehabilitasi

mental adalah suatu proses kegiatan yang

ditujukan untuk memperkuat ketahanan mental

seseorang dalam menghadapi masalah yang

dimiliki agar dapat bertahan, tidak putus asa dan

memiliki harapan untuk mengatasi masalahnya.107

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

rehabilitasi mental terhadap penderita gangguan

mental dilakukan sebagai upaya perbaikan atau

pemulihan mental pasien yang berada di panti.

106

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 107

Tunggul Sianipar, Pedoman Penanganan Korban Trafficking

(Jakarta: Direktorat Pelayanan dan rehabilitasi Sosial Tuna Sosial Kemensos

RI, 2010), h. 16.

 

Page 189: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

177

Rehabilitasi dilakukan pada pasien panti yang

memang dahulunya pernah mengalami gangguan

kejiwaan, tujuannya agar setelah dinyatakan

sembuh dan keluar dari panti pasien dapat kembali

pada kondisi awal sebagai manusia seutuhnya dan

dapat diterima kembali di tengah masyarakat.

2. Rehabilitasi mental yang dilaksanakan di panti

ditujukan terhadap pasien narkoba dan pasien

gangguan mental, seperti yang diungkapkan

oleh Konselor Adiksi panti:

“Kita menerima semua pasien gangguan jiwa

dan narkoba tanpa memilih pasien mana yang

akan diterima di panti. Asalkan pasien

memiliki gangguan jiwa ataupun kecanduan

narkoba baik berat maupun ringan, selagi

pasien diantarkan oleh keluarganya maka

akan kita terima”108

Rehabilitasi terhadap dua golongan pasien

tersebut dibenarkan oleh ketua lingkungan

setempat yakni pak RT Madrosad yang

mengungkapkan bahwa:

“Warga sekitar sudah tahu peruntukan panti

sejak dahulu bahwa panti dibangun untuk

menampung orang yang mau berobat

gangguan jiwa, kemudian sejak tahun 2000

108

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 15 Juni

2017.

 

Page 190: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

178

panti baru membuka pengobatan untuk pasien

narkoba”109

Pendapat dari Konselor Adiksi yang diperkuat

oleh pendapat dari ketua RT di atas dapat dikaitkan

dengan teori Gangguan Mental yang dikemukakan

oleh Zakiah Daradjat. Dalam teori Gangguan

Mental dikatakan bahwa gangguan mental

merupakan kumpulan dari keadaan-keadaan yang

tidak normal baik yang berhubungan dengan fisik

maupun dengan mental. Ketidaknormalan tersebut

tidak disebabkan oleh sakit atau rusaknya bagian-

bagian anggota badan, meskipun kadang-kadang

gejalanya terlihat pada fisik.110

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Dari hasil observasi diketahui bahwa

memang hanya ada dua golongan pasien yang

berada di panti, yakni pasien narkoba dan pasien

gangguan mental. Penggolongan pasien narkoba

dan pasien gangguan mental tersebut tidak terlihat

pada keseharian di panti, karena pasien disatukan

dan tidak dibeda-bedakan satu sama lain.

Penggolongan kedua jenis pasien tersebut hanya

109

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 110

Zakiah Daradjat, Kesehatan Mental, cet ke-23 (Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001), h. 33.

 

Page 191: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

179

ada di pendataan dan penanganan bukan pada

pelaksanaan sehari-hari.

3. Kegiatan yang selama ini dijalankan di panti

merupakan program panti yang wajib diikuti

oleh seluruh pasien, seperti yang diungkapkan

oleh Kepala Panti:

“Semua pasien wajib mengikuti program

panti. Kalau sudah masuk sini harus

mengikuti semua kegiatan sini. Kadang ada

saja pasien yang malas tetapi staf panti sudah

hafal alasan-alasan yang dibuat pasien, jadi

semua pasien pasti mengikuti semua kegiatan.

Kalau ada pasien yang sakit diperbolehkan

tidak mengikuti kegiatan, tetapi pasien jarang

sekali sakit, mereka kuat-kuat disini”111

Pendapat dari Kepala Panti di atas dapat

dikaitkan dengan teori Program yang dikemukakan

oleh Suharsimi Arikunto. Dalam teori Program

dikatakan bahwa program adalah suatu unit atau

kesatuan kegiatan yang merupakan realisasi atau

implementasi dari suatu kebijakan, berlangsung

dalam proses yang berkesinambungan dan terjadi

dalam suatu organisasi/ lembaga yang melibatkan

sekelompok orang. Ada tiga pengertian penting

dan perlu ditekankan dalam menentukan program,

yaitu realisasi atau implementasi suatu kebijakan,

111

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 192: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

180

terjadi dalam waktu yang relatif lama-bukan

kegiatan tunggal tetapi jamak berkesinambungan

dan terjadi dalam organisasi/ lembaga yang

melibatkan sekelompok orang.112

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

program rehabilitasi mental di panti merupakan

kegiatan-kegiatan yang wajib diikuti oleh seluruh

pasien tanpa terkecuali. Kewajiban mengikuti

setiap program panti ditujukan untuk kesembuhan

pasien. Program yang telah direncanakan oleh

panti sejauh ini telah terlaksana dan akan terus

terlaksana dalam keseharian di panti oleh para staf

dan kepala sekaligus pendiri panti.

4. Rehabilitasi mental terhadap pasien gangguan

mental dilakukan dengan memadukan cara

medis dan non-medis, seperti yang diungkapkan

oleh Manager Program dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial panti bahwa:

“Disini ada pengobatan dengan cara medis

dan cara non-medis, kedua cara tersebut

berdampingan dan saling melengkapi.

112

Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar, Evaluasi

Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi Mahasiswa dan Praktisi

Pendidikan, Edisi ke-2 (Jakarta: Bumi Aksara, 2010), h. 4.

 

Page 193: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

181

Keduanya mempunyai fungsi yang sama,

yakni menyembuhkan pasien”113

“Pasien disini selain diberikan obat-obatan

medis, juga diobati dengan cara-cara non-

medis”114

Secara medis pasien mendapatkan obat dan

secara non-medis mengikuti program-program

spiritual atau keagamaan seperti sholat jamaah,

pengajian dan ruqyah, seperti yang

diungkapkan oleh Kepala Panti:

“Kalau soal medis dan non-medis kita

berimbang, meskipun kebanyakan yang non-

medisnya. Cara medisnya hanya obat-obatan

saja tetapi cara non-medis lebih banyak,

seperti sholat berjamaah, pengajian, satu

persatu pasien latihan pidato, ruqyah,

istighosah dan minum air karomah. Jadi lebih

banyak cara non-medisnya, tetapi kita

seimbangkan juga dengan obat-obatan

medis”115

Pendapat dari Manager Program dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial yang diperkuat oleh pendapat

dari Kepala Panti di atas dapat dikaitkan dengan

113

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 114

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 115

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 194: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

182

teori Perawatan Kesehatan yang dikutip oleh

Dadang Hawari dari penelitian Ralph Snyderman.

Dalam teori Perawatan Kesehatan dikatakan

bahwa terapi medik saja tanpa disertai dengan

agama (berdoa dan berdzikir) tidaklah lengkap,

sebaliknya terapi agama saja tanpa disertai dengan

terapi medik tidaklah efektif.116

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Dari hasil observasi dan wawancara

terhadap pasien dan para staf di panti, penulis

menemukan kebenaran terjadinya perpaduan

metode medis dan metode non-medis untuk para

pasien tersebut.

Secara medis setiap pagi dan sore setelah

selesai makan staf panti bidang perawat

meminumkan obat untuk pasien sesuai dengan

nama pasien yang terletak di dalam kotak obat

khusus pasien. Secara non-medis pasien memang

melakukan program non-medis panti seperti shalat

wajib berjamaah dalam keseharian di panti.

Berdasarkan observasi dan wawancara memang

benar bahwa perpaduan metode medis dan metode

116

Dadang Hawari, Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan

Psikologi (Jakarta: FKUI Press, 2002), h. 24.

 

Page 195: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

183

non-medis tersebut berjalan beriringan setiap

harinya di panti.

5. Pelaksanaan program rehabilitasi mental

terutama non-medis dilaksanakan di aula milik

panti yang berada di dalam komplek panti

karena alasan kenyamanan, seperti yang

diungkapkan oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial:

“Aula sudah cukup nyaman sebagai tempat

pelaksanaan program. Tempatnya muat,

dekat, pak Haji juga bisa masuk dari

rumahnya, terus kalau staf bawain air dan

makanan untuk pasien juga dekat dari dapur.

Jadi sudah enak di aula tidak perlu pindah ke

tempat lain”117

Penggunaan aula panti untuk pelaksanaan

program rehabilitasi mental seperti ruqyah,

istighosah dan minum air karomah juga

diungkapkan oleh Kepala Panti:

“Semua kegiatan non-medis tempatnya di

aula. Saya buatkan aula memang untuk

istighosah dan ruqyah ini. Kalau di mushola

ukurannya tidak terlalu luas, tapi kalau di

aula ukurannya luas. Di panti ini ruang yang

paling luas adalah aula, maka itu tempat

pelaksanaan di aula”118

117

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 118

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 196: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

184

Warga setempat dan ketua lingkungan

membenarkan bahwa pelaksanaan program

rehabilitasi mental non-medis seperti ruqyah,

istighosah dan minum air karomah dilaksanakan

di aula panti, seperti yang dikatakan oleh warga

sekitar panti yang menjadi informan penelitian

yakni Irvan dan ketua lingkungan pak RT

Madrosad:

“Istighosah, ruqyah dan air karomah

dilaksanakan pada malam jumat setelah

waktu isya di aula yang berada di depan

panti”119

“Istighosah, ruqyah dan air karomah rutin

dilaksanakan setiap malam jumat sehabis isya

di aula panti”120

Pendapat dari Tenaga Kesejahteraan Sosial dan

Kepala Panti yang diperkuat oleh pendapat dari

ketua RT dan salah satu warga sekitar panti di atas

dapat dikaitkan dengan mengungkapkan teori

Ruang Publik dan Lansekap yang dikemukakan

oleh Rustam Hakim. Dalam teori Ruang Publik

dan Lansekap dikatakan bahwa kenyamanan

ditentukan oleh beberapa unsur pembentuk di

dalam perancangannya, yakni sirkulasi, daya alam/

119

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 120

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 197: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

185

iklim, kebisingan, aroma/ bau-bauan, bentuk,

keamanan, kebersihan, keindahan dan

penerangan.121

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan observasi dan wawancara

yang penulis lakukan di panti, aula merupakan

bangunan lapang yang paling luas dibanding

bangunan lain yang sifatnya lapang seperti

mushola. Bahkan jika dibandingkan dengan

halaman asrama yang digunakan oleh para pasien

dan staf untuk bercengkrama, bermain bulutangkis,

dan aktifitas lainnya dalam keseharian pun aula

panti masih jauh lebih besar.

Faktor kenyamanan merupakan alasan utama

menggunakan aula untuk melaksanakan program

panti disamping alasan lain seperti luas, dekat atau

karena dapat menampung seluruh pasien.

Kenyamanan menggunakan aula tersebut tidak

hanya ditinjau dari sisi para staf, tapi juga dari sisi

para pasien dan kepala panti yang memimpin

pelaksanaan program rehabilitasi mental di aula.

6. Motivasi pasien mau mengikuti program

rehabilitasi mental di panti karena adanya

121

Rustam Hakim, Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:

Prinsip, Unsur dan Aplikasi desain (Jakarta: Bumi Aksara, 2012), h. 28.

 

Page 198: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

186

harapan untuk sembuh, seperti yang

diungkapkan oleh Tenaga Kesejahteraan Sosial

dan Manager Program panti:

“Pasien datang kesini sudah membawa

keyakinan bahwa mereka pasti sembuh, kalau

pasien tidak yakin mereka tidak mungkin

datang kesini”122

“Menurut saya, semenjak keluarga pasien

berniat memasukan pasien kesini, berarti

mereka sudah percaya bahwa disini bisa

menyembuhkan anggota keluarganya yang

dibawa kesini”123

Pendapat dari Tenaga Kesejahteraan Sosial dan

Manager Program di atas dapat dikaitkan dengan

teori Motivasi Harapan yang dikemukakan oleh

Victor H. Vroom. Dalam teori Motivasi Harapan

dikatakan bahwa kekuatan yang memotivasi

seseorang untuk giat dalam mengerjakan

pekerjaannya tergantung dari hubungan timbal

balik antara apa yang diinginkan dan dibutuhkan

dari hasil pekerjaannya itu.124

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

122

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 123

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 124

Malayu S Hasibuan, Organisasi & Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas Kerja (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h. 116.

 

Page 199: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

187

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

pasien mau mengikuti setiap program panti karena

berharap dapat sembuh, harapan akan kesembuhan

tersebut menjadi motivasi keluarga pasien

membawa anggota keluarganya ke panti dan

menjadi motivasi pasien dalam mengikuti semua

kegiatan yang ada dan telah terprogram di panti.

Menurut staf panti berdasarkan wawancara,

motivasi tersebut terlihat cukup kuat pada diri

pasien yang baru. Sedangkan pada pasien yang

sudah relatif lama di panti, motivasi tersebut

semakin hari semakin melemah.

7. Pelaksanaan program rehabilitasi mental non-

medis penting dilakukan sebagai bentuk

penyerahan kesembuhan pasien pada

pertolongan Tuhan, seperti yang diungkapkan

oleh Manager Program dan Konselor Adiksi

panti:

“Memang belum ada penelitian yang bisa

membuktikan program non-medis seperti

ruqyah, istighosah dan minum air karomah

bisa menyembuhkan, tetapi kenyataannya

memang bisa menyembuhkan. Mungkin

karena ada kekuatan doa dan pertolongan

dari Allah SWT”125

125

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 200: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

188

“Kita tidak bisa berobat hanya mengandalkan

medis saja, karena semua harus dikembalikan

lagi kepada Tuhan”126

Menurut kepala dan pendiri panti, memohon

kesembuhan kepada Tuhan merupakan sebuah

keharusan dan tidak hanya dilakukan oleh

pasien saja, namun juga oleh para pengurus

panti:

“Pasien disini diajak untuk meminta pada

Allah SWT untuk kesembuhan. Saya dan para

staf juga pasti mendoakan para pasien

disini”127

Pendapat dari Manager Program dan Konselor

Adiksi yang diperkuat oleh pendapat dari Kepala

Panti di atas dapat dikaitkan dengan teori Obat

Rabbani yang dikemukakan oleh Ibnul Qayiim Al-

Jauziah. Dalam teori Obat Rabbani dikatakan

bahwa Obat Rabbani dapat menanggulangi

penyakit ketika sakit dan dapat mencegah sebelum

sakit. Jika terjadi sakit, sakit itu tak akan

126

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 10

Agustus 2016. 127

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 201: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

189

membahayakannya meskipun ia merasakan

sakit.128

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

obat Rabbani atau penyembuhan secara spiritual

dengan melibatkan Tuhan sebagai tempat

kembalinya permohonan sangat penting diterapkan

karena pada dasarnya segala penyakit datang atas

kehendak Tuhan dan pasti Tuhan telah

menyiapkan obat penawarnya. Hal itulah yang

menjadi dasar Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah menerapkan

teknik pengobatan Rabbani ini sebagai bentuk

memohonkan kesembuhan pasien sepenuhnya

kepada Tuhan.

8. Dalam pelaksanaan program rehabilitasi mental

ada saja kendala yang dihadapi, seperti yang

diungkapkan oleh Manager Program dan

Tenaga Kesejahteraan Sosial panti:

“Kendala pasti ada, salah satunya

menghadapi pasien yang malas-malasan”129

128

Ibnul Qayyim Al-Jauziah, Zadul Ma‟ad: Bekal Perjalanan ke

Akhirat. Penerjemah Kathur Suhardi (Jakarta: Pustaka Azzam, 2000), h. 306. 129

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 202: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

190

“Pasien yang malas-malasan ke aula itu yang

jadi kendalanya. Kadang kita harus memaksa

pasien untuk datang ke aula, kadang juga ada

pasien yang dari kamar sudah jalan menuju

aula tapi setelah dicek pasien tidak ada di

aula, ternyata sembunyi di kamar mandi”130

Kepala dan pendiri panti menambahkan

mengenai kendala yang dihadapi panti dari

perspektif di luar pelaksanaan program dengan

mengatakan bahwa:

“Kendalanya justru dari pihak keluarga, tapi

hal itu di luar kegiatan. Disini ada keluarga

pasien yang tidak bayar-bayar, ada juga yang

tidak pernah datang menjenguk, padahal

pasien setiap harinya butuh makan disini”131

Pendapat dari Manager Program dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial yang ditambahkan oleh

Kepala Panti di atas dapat dikaitkan dengan teori

Kendala yang dikemukakan oleh Eliyahu M.

Goldratt. Dalam teori Kendala dikatakan bahwa

setiap organisasi mempunyai kendala-kendala

yang menghambat pencapaian kinerja

(Performance) yang tinggi. Jika suatu kendala

130

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 131

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 203: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

191

telah terpecahkan, maka kendala berikutnya dapat

diidentifikasi dan diperbaharui.132

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

semua staf mengatakan hal yang sama mengenai

kendala yang dihadapi dalam menangani pasien

khususnya di waktu-waktu melaksanakan program

panti, kendala tersebut yaitu rasa malas dari pasien

yang menyebabkan para staf harus mengeluarkan

tenaga ekstra untuk menanggulangi rasa malas dari

para pasien.

Berbeda dengan staf, kepala sekaligus pendiri

panti mengemukakan kendala dari perspektif di

luar proses pelaksanaan program, yakni pada

kemalasan pihak keluarga untuk memperhatikan

keadaan panti dan pasien di panti. Menurut kepala

panti, masih ada pihak keluarga pasien yang tidak

menjenguk pasien berbulan-bulan dan tidak

membayar iuran untuk keberlangsungan hidup

pasien di panti seperti dalam hal makan, minum,

pembelian obat dan lain sebagainya. Hal ini

132

Laelani Rusydina Sabila, Maksimasi Throughput Produk Garmen

dengan Menggunakan Pendekatan Theory of Constraint: Studi Kasus CV Suho

Garmindo Bandung (Bandung: Skripsi Fakultas Teknik Universitas Islam

Bandung, 2014), h. 6.

 

Page 204: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

192

dianggap sebagai kendala yang dihadapi oleh

panti.

9. Program panti untuk melaksanakan rehabilitasi

mental pada pasien diakui dan diterima oleh

warga sekitar, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti:

“Warga sekitar sudah maklum terhadap panti

dan sejauh ini tidak ada keluhan. Warga

sekitar sudah terbiasa dan memahami pasien

disini. Jadi panti dan pasien tidak

mengganggu warga”133

Tanggapan warga sekitar panti terhadap

keberadaan panti dan pelaksanaan program

rehabilitasi mental yang dilaksanakan di panti

dikemukakan oleh kepala lingkungan pak RT

Madrosad yang mengatakan bahwa:

“Kalau dikatakan mengganggu sih tidak,

tetapi pernah terjadi ada pasien masuk ke

dalam rumah warga. Jadi secara umum

warga disini tidak ada yang merasa terganggu

dengan kegiatan ataupun keberadaan panti

disini, semua warga menerima panti”134

Pendapat dari Kepala Panti yang diperkuat oleh

pendapat dari ketua RT di atas dapat dikaitkan

133

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 134

Wawancara Pribadi dengan Madrosad, Ketua RT panti berada

sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 205: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

193

dengan teori Penerimaan yang dikemukakan oleh

Carl Rogers. Dalam teori Penerimaan dikatakan

bahwa penerimaan (acceptance) merupakan sikap

seseorang yang menerima orang lain apa adanya

secara keseluruhan, tanpa disertai persyaratan

ataupun penilaian.135

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di sekitar Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah. Dari hasil observasi dan wawancara

penulis pada warga di sekitar panti, warga sekitar

memang menerima sepenuh hati keberadaan panti

beserta program-program yang dilaksanakan panti.

Warga sekitar hanya mempermasalahkan jika ada

pasien yang diizinkan keluar oleh staf dengan

alasan ingin membeli sesuatu di warung namun

pasien masuk ke dalam rumah warga. Hal itu

pernah terjadi dan sedikit mengganggu ketenangan

warga.

10. Tujuan sebagai muara dari pelaksanaan

program rehabilitasi mental adalah untuk

kesembuhan pasien, seperti diungkapkan oleh

Manager Program dan Kepala Panti:

135

Triantoro Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. (Yogyakarta: Amara Books,

2005), h. 87.

 

Page 206: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

194

“Ruqyah, isighosah, minum air karomah,

terapi kelompok dan program rehabilitasi

lain yang bersifat non-medis dilaksanakan

sebagai cara tambahan dan pendamping

dari pengobatan medis untuk penyembuhan

pasien”136

“Ruqyah, istighosah dan program lainnya

sangat penting dilakukan disini untuk

kesembuhan pasien. Disini sudah terbukti

bisa menyembuhkan ratusan bahkan ribuan

pasien dari tahun 1993”137

Tujuan panti tersebut menurut warga sekitar

memang sesuai dengan semangat awal pada

saat mendirikan panti, yakni untuk mengobati

dan menyembuhkan pasien narkoba dan pasien

gangguan mental, hal tersebut diungkapkan

oleh warga sekitar panti sebagai informan

penelitian yakni mas Irvan:

“Waktu awal panti ini dibangun, pendiri

panti menjelaskan kepada warga sekitar

bahwa pendiri panti akan membangun panti

yang diperuntukan untuk pasien gangguan

jiwa dan pasien narkoba”138

136

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 137

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 138

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 207: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

195

Pendapat dari Manager Program dan Kepala

Panti yang diperkuat oleh pendapat dari salah satu

warga sekitar panti di atas dapat dikaitkan dengan

teori Rehabilitasi yang dikutip dari Kementerian

Sosial RI. Dalam teori Rehabilitasi dikatakan

bahwa rehabilitasi adalah proses refungsionalisasi

dan pemantapan taraf kesejahteraan sosial untuk

memungkinkan para penyandang masalah

kesejahteraan sosial mampu melaksanakan

kembali fungsi sosialnya dalam tata kehidupan dan

penghidupan bermasyarakat dan bernegara.139

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

kepala sekaligus pendiri panti mengakui bahwa

sampai saat ini pihak panti belum memiliki data

lengkap mengenai jumlah pasien yang telah

sembuh dan keluar dari panti jika dijumlah dari

awal berdiri hingga sekarang, hal itu dikarenakan

sistem pengelolaan panti masih dilakukan secara

tradisional dan kekeluargaan.

Kemudian pada tahun 1998 panti memperbaiki

pengelolaan seiring dengan perubahan status

menjadi yayasan. Pengelolaan semakin

139

Balitbang Departemen Sosial RI, Pola Pembangunan

Kesejahteraan Sosial (Jakarta: Balitbang Departemen Sosial RI, 2003), h. 3.

 

Page 208: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

196

ditingkatkan pada tahun 2015 karena panti

ditetapkan sebagai IPWL (Institusi Penerima

Wajib Lapor) Kementerian Sosial Republik

Indonesia.

Berdasarkan uraian di atas, diketahui bahwa

pelaksanaan program rehabilitasi mental terhadap

para pasien gangguan mental pada Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah

ditujukan semata-mata untuk kesembuhan pasien

yang menjalani rehabilitasi di panti. Berdasarkan

hasil wawancara, kesembuhan pasien merupakan

tujuan utama dari panti sejak awal berdiri, hal itu

dibenarkan oleh warga setempat yang menyatakan

bahwa memang dari awal berdiri panti ditujukan

untuk mengobati dan menyembuhkan pasien

gangguan mental.

b. Penerimaan pasien terhadap program

rehabilitasi mental pada Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah

Berikut adalah uraian mengenai penerimaan pasien

terhadap program rehabilitasi mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah:

 

Page 209: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

197

1. Penerimaan pasien gangguan mental terhadap

program ruqyah, istighosah dan minum air

karomah adalah sama, yakni menerima seluruh

program panti dengan cukup antusias. Seperti

yang diungkapkan oleh Kepala Panti dan

Konselor Adiksi panti:

“Pasien disini menerima program panti.

Pasien disini mau sembuh normal, jadi

mereka mengikuti dan menerima. Saya

melihat pasien senang berada disini”140

“Selama ini semua pasien sama saja,

semuanya menerima semua kegiatan yang

ada. Ada beberapa pasien yang sudah lama

disini memang lebih malas dan banyak alasan

kalau disuruh ikut kegiatan, tapi semuanya

menerima kegiatan yang ada disini”141

Pendapat dari Kepala Panti dan Konselor

Adiksi di atas dapat dikaitkan dengan teori

Penerimaan yang dikemukakan oleh Carl Rogers.

Dalam teori Penerimaan dikatakan bahwa

penerimaan (acceptance) merupakan sikap

seseorang yang menerima segala sesuatu apa

140

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 141

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 10

Agustus 2016.

 

Page 210: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

198

adanya secara keseluruhan, tanpa disertai

persyaratan ataupun penilaian.142

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan observasi diketahui bahwa

seluruh pasien memang menerima program yang

ada di panti. Termasuk ketika waktu shalat wajib

berjamaah di mushola panti, sudah ada beberapa

pasien yang menuju mushola meski waktu shalat

masih beberapa menit menjelang. Hal ini

menunjukan bahwa seluruh pasien memang

menerima dan menjalankan seluruh kegiatan yang

ada di panti.

2. Kesamaan penerimaan pasien terhadap

program-program panti dikarenakan program

tersebut berada pada waktu dan tempat yang

sama, seperti yang diungkapkan oleh Manager

Program panti:

“Jawabannya sama dengan jawaban staf yang

lain, karena ruqyah, istighosah dan minum

air karomah masih satu rangkaian”143

142

Triantoro Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. (Yogyakarta: Amara Books,

2005), h. 87.

143 Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 211: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

199

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

kesamaan penerimaan pasien terhadap program

yang ada di panti terutama program ruqyah,

istighosah dan minum air karomah disebabkan

program tersebut dijalankan pada satu rangkaian di

tempat dan waktu yang sama, yakni di aula panti

pada malam jumat.

3. Tidak ada pasien yang tidak menerima program

panti seperti ruqyah, istighosah dan minum air

karomah, hal tersebut diungkapkan oleh Tenaga

Kesejahteraan Sosial panti:

“Tidak pernah ada pasien yang menolak,

tidak pernah ada yang komplain, berarti

semua pasien menerima. Meskipun pasien

malas-malasan tapi tetap ikut kegiatannya,

jadi malasnya itu kalau diajak ikut

kegiatan”144

Kepala panti mengkonfirmasi bahwa selama

ini tidak ada laporan dari staf mengenai

penolakan dari pasien terhadap program, seperti

yang diungkapkan oleh Kepala Panti:

144

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 212: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

200

“Selama ini tidak ada yang melaporkan ke

saya sebagai kepala panti bahwa ada yang

menolak program. Mungkin di kalangan staf

ada pasien yang membandel kalau disuruh

shalat atau minum obat, itu hal yang wajar.

Tapi kalau yang sifatnya berat sampai

melapor ke saya selama ini belum ada”145

Pendapat dari Kepala Panti yang diperkuat oleh

pendapat dari Tenaga Kesejahteraan Sosial di atas

dapat dikaitkan dengan teori Penerimaan yang

dikemukakan oleh Carl Rogers. Dalam teori

Penerimaan dikatakan bahwa penerimaan

(acceptance) merupakan sikap seseorang yang

menerima segala sesuatu apa adanya secara

keseluruhan, tanpa disertai persyaratan ataupun

penilaian.146

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

sikap positif yang ditunjukan oleh para pasien di

panti seperti mengakui dan mengikuti arahan staf

untuk turut serta dalam pelaksanaan program-

program yang ada di panti termasuk program

145

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 146

Triantoro Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. (Yogyakarta: Amara Books,

2005), h. 87.

 

Page 213: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

201

ruqyah, istighosah dan minum air karomah

merupakan tanda bahwa seluruh pasien menerima

program-program yang telah dijadwalkan dan

diberlakukan di panti.

4. Semua pasien menerima program ruqyah,

istighosah dan minum air karomah tanpa

terkecuali, perbedaan hanya terletak pada

antusias pasien mengikuti program tersebut. Hal

ini diungkapkan oleh Manager Program dan

Tenaga Kesejahteraan Sosial panti:

“Pada intinya, antusias pasien berbeda-beda

dalam mengikuti program panti, ada yang

malas-malasan, ada yang mau tidak mau, ada

yang semangat. Jadi antusias pasien berbeda-

beda”147

“Selama ini tidak ada yang menolak, semua

pasien menerima. Memang ada pasien yang

malas-malasan tapi bukan berarti dia

menolak ruqyah. Rasa malas wajar saja,

kadang rajin kadang malas, wajar saja”148

Pendapat dari Manager Program dan Tenaga

Kesejahteraan Sosial di atas dapat dikaitkan

dengan penjelasan pada teori penerimaan yang

dikemukakan oleh Carl Rogers. Dalam teori

147

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 148

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 214: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

202

Penerimaan tersebut dikatakan bahwa faktor yang

menyebabkan seseorang menerima suatu keadaan/

kegiatan pada dasarnya tidak terlepas dari

penafsiran orang tersebut terhadap peristiwa yang

sedang dialaminya.149

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

perbedaan antusiasme pasien dalam menjalani

program-program rehabilitasi panti seperti ruqyah,

istighosah dan minum air karomah tidak terlepas

dari penafsiran pasien terhadap peristiwa yang

dialaminya.

Pada pasien baru antusias mengikuti program

terbilang tinggi namun pada pasien lama antusias

mengikuti program cenderung menurun.

Perbedaan antusias ini bukan berarti pasien tidak

menerima program, semua pasien tetap menerima

semua program yang ada di panti tetapi antusias

mengikuti program tersebut yang berbeda-beda.

149

Triantoro Safaria, Interpersonal Intelligence: Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak. (Yogyakarta: Amara Books,

2005), h. 87.

 

Page 215: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

203

c. Faktor penentu keberhasilan program

rehabilitasi mental pada Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah

Berikut adalah uraian mengenai faktor penentu

keberhasilan dari program rehabilitasi mental pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba

Purbalingga Jawa Tengah:

1. Faktor penentu keberasilan dari program

ruqyah, istighosah dan minum air karomah

adalah sosok kepala dan pendiri panti yang

memimpin ketiga program tersebut. Hal itu

diungkapkan oleh Konselor Adiksi, Manager

Program dan Tenaga Kesejahteraan Sosial

panti:

“Menurut saya sosok penentu keberhasilan

adalah kepala panti, karena di panti ini semua

tergantung pada kepala panti dan memang

kepala panti yang mengatur semuanya. Pasien

takutnya sama kepala panti, staf juga

mengikuti perintah kepala panti. Jadi kepala

panti yang menjadi sosok penentu

keberhasilan disini”150

“Jawabannya adalah kepala panti. Kepala

panti yang membuat program disini, kepala

150

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 10

Agustus 2016.

 

Page 216: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

204

panti juga yang menjalankan dengan dibantu

staf”151

“Ruqyah disini yang memimpin kepala panti

karena yang bisa hanya beliau saja. Staf disini

hanya bantu-bantu tetapi yang memimpin

penyelenggaraan program adalah kepala

panti”152

Masyarakat sekitar panti juga mengatakan

bahwa yang menjadi faktor penentu

keberhasilan dari panti adalah pak Haji,

pendapat ini didasari pada pengetahuan

masyarakat luas bahwa yang dikenal

masyarakar adalah sosok pak Haji, bukan

pantinya. Hal tersebut diungkapkan oleh warga

sekitar panti yang dijadikan sebagai informan

penelitian, yakni mas Irvan:

“Yang dikenal oleh masyarakat dari panti ini

adalah sosok kepala panti, bukan pantinya.

Kalau sedang di terminal atau di tempat lain

di sekitar Purbalingga, mas tanya pada orang

apakah kenal dengan bapak Haji Supono

Mustajab? Jawabannya pasti kenal, tapi kalau

mas tanya apakah kenal panti rehabilitasi

151

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 152

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 217: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

205

sosial jiwa dan narkoba? Pasti bingung

jawabnya”153

Pendapat dari Konselor Adiksi, Manager

Program dan Tenaga Kesejahteraan Sosial yang

diperkuat oleh pendapat dari salah satu warga

sekitar panti sebagai informan di atas dapat

dikaitkan dengan teori Implementasi yang

dikemukakan oleh George Edward III karena

implementasi merupakan perwujudan dari program

yang telah direncanakan. Dalam teori

implementasi tersebut dikatakan bahwa terdapat 4

faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan implementasi kebijakan/ program, yaitu

faktor komunikasi, faktor sumberdaya, faktor

disposisi dan faktor struktur birokrasi.154

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

faktor penentu keberhasilan program adalah sosok

kepala sekaligus pendiri panti, H. Supono

Mustajab yang menjalankan dan memimpin

program-program rehabilitasi non-medis.

153

Wawancara Pribadi dengan Irvan Bachtiar, Masyarakat sekitar

panti sebagai informan luar, Purbalingga, 15 Juni 2017. 154

Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi

(Malang: Bayu Media Publishing, 2010), h. 96.

 

Page 218: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

206

2. Faktor penentu keberhasilan selain sosok kepala

panti adalah karena kerjasama semua pihak

seperti staf, pasien dan kepala panti. Hal

tersebut diungkapkan oleh Tenaga

Kesejahteraan Sosial, Manager Program dan

Konselor Adiksi sebagai berikut:

“Menurut saya penentu keberhasilannya

adalah karena faktor kerjasama. Kerjasama

antara kepala panti dengan staf, juga antara

staf dengan pasien. Kepala panti butuh staf,

staf juga butuh kepala panti. Pasien butuh

staf, staf juga butuh pasien. Pasien juga butuh

sosok kepala panti. Jadi saling kerjasama

adalah kuncinya”155

“Memang faktor penentu keberhasilan adalah

kepala panti, tapi yang membantu menentukan

keberhasilan program disini adalah para staf.

Saling kerjasama adalah kuncinya. Jadi kalau

pertanyaannya siapa, jawabannya adalah

kepala panti. Tapi kalau pertanyaannya apa,

jawabannya adalah faktor kerjasama”156

“Mungkin keberhasilan di panti ini karena

adanya kerjasama, kerjasama staf dengan

pasien, dengan kepala panti, dengan sesama

staf juga. Semua sudah ada tugasnya masing-

masing, kalau dijalankan tugasnya masing-

masing dengan bertanggung jawab maka

semuanya akan baik-baik saja, akan lancar-

155

Wawancara Pribadi dengan Fuad Syarif Hidayatullah, selaku

Tenaga kesejahteraan sosial pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017. 156

Wawancara Pribadi dengan Imam Faozi Wahyudiana, selaku

Manager program pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 219: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

207

lancar saja. Saling membantu, saling

kerjasama, insya Allah tambah lancar dan

nyaman di panti”157

Faktor kerjasama tersebut juga diakui oleh

kepala panti, seperti yang diungkapkan oleh

Kepala Panti H. Supono Mustajab:

“Alhamdulilah semuanya berjalan dengan

lancar. Kerjasama antara seluruh staf yang

ada disini bagus sekali. Saya disini dibantu

oleh staf, mereka saya pekerjakan disini.

Mulai dari staf bagian masak, jaga malam,

staf yang ada di struktur, mereka membantu

saya mengurus pasien disini”158

Pendapat dari Tenaga Kesejahteraan Sosial,

Manager Program dan Konselor Adiksi yang

diperkuat oleh pendapat dari Kepala Panti di atas

dapat dikaitkan dengan teori Implementasi yang

dikemukakan oleh George Edward III karena

implementasi merupakan perwujudan dari program

yang telah direncanakan. Dalam teori

implementasi tersebut dikatakan bahwa terdapat 4

faktor yang mempengaruhi keberhasilan atau

kegagalan implementasi kebijakan/ program, yaitu

157

Wawancara Pribadi dengan Maolana Achmad, selaku Konselor

Adiksi pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba, Purbalingga, 10

Agustus 2016. 158

Wawancara Pribadi dengan H. Supono Mustajab, selaku Kepala

dan pendiri panti pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba,

Purbalingga, 15 Juni 2017.

 

Page 220: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

208

faktor komunikasi, faktor sumberdaya, faktor

disposisi dan faktor struktur birokrasi.159

Selanjutnya, peneliti berkesempatan melakukan

observasi dan wawancara di Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah. Berdasarkan wawancara diketahui bahwa

kerjasama antar semua pihak yang berkepentingan

di panti merupakan faktor penentu keberhasilan

bukan sosok dalam pelaksanaan program

rehabilitasi mental di panti.

Kerjasama yang baik akan menghasilkan hasil

yang baik, hal itu terbukti pada Panti Rehabilitasi

Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa Tengah.

Sejak tahun 1993 panti didirikan hingga sekarang ini

program-program rehabilitasi mental masih tetap

berjalan karena adanya kerjasama di dalam panti.

C. Diskusi

Pemerintah Indonesia mengesahkan dan menerbitkan

Undang-Undang RI Nomor 18 Tahun 2014 tentang

Kesehatan Jiwa. Undang-Undang ini bertujuan untuk

menjamin setiap orang agar dapat mencapai kualitas hidup

yang baik serta memberikan pelayanan kesehatan secara

terintegrasi, komprehensif dan berkesinambungan melalui

upaya pemeliharaan/ penjagaan, pencegahan, penyembuhan

159

Joko Widodo, Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi

(Malang: Bayu Media Publishing, 2010), h. 96.

 

Page 221: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

209

dan pemulihan.160

Undang-undang ini mengamanatkan agar

melakukan rehabilitasi kepada penderita gangguan mental

untuk memperbaiki dan mengembangkan fisik serta mental

para penderita gangguan mental.

Undang-Undang lain menyatakan bahwa penderita

gangguan mental berhak mendapatkan perawatan oleh negara

atas biaya negara. Hal tersebut tertuang dalam Undang-

Undang RI Nomor 39 Tahun 1999 Tentang Hak Azasi

Manusia (HAM), Pasal 42 yang menyatakan bahwa setiap

warga negara yang berusia lanjut, cacat fisik dan atau cacat

mental berhak memperoleh perawatan, pendidikan, pelatihan

dan bantuan khusus atas biaya negara untuk menjamin

kehidupan yang layak sesuai dengan martabat

kemanusiaannya, meningkatkan rasa percaya diri dan

kemampuan berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara.

Melalui Undang-Undang tersebut dapat diambil

kesimpulan bahwa rehabilitasi penting untuk dilakukan

karena rehabilitasi merupakan amanat Undang-Undang yang

harus ditaati dan dijalankan oleh pemerintah dan harus

didukung oleh seluruh masyarakat Indonesia. Rehabilitasi

dijalankan karena pada diri penderita gangguan mental

160

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa,” Diakses pada 9

September 2016 dari http://www.depkes.go.id.

 

Page 222: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

210

terdapat potensi dan kemungkinan untuk hidup normal

kembali seperti sediakala.

Selain berfungsi untuk memulihkan gangguan mental

yang dialami oleh seseorang, rehabilitasi juga berfungsi untuk

mencegah penderita gangguan mental mendapatkan perlakuan

salah dari orang-orang di sekitarnya seperti penghinaan,

penelantaran dan yang paling penting adalah untuk mencegah

pemasungan. Fungsi pencegahan tersebut dapat dilakukan

dengan membawa penderita gangguan mental ke panti-panti

atau ke tempat pelayanan kesehatan yang memiliki program

rehabilitasi mental.

Pencegahan pemasungan dengan membawa penderita

gangguan mental ke tempat rehabilitasi tersebut penting untuk

dilakukan agar kasus pemasungan yang saat ini terdata sekitar

57.000 orang dapat turun bahkan tidak ada lagi kasus

pemasungan di Indonesia. Pemasungan secara tradisional dan

non-tradisional yang ditujukan untuk membatasi gerak

penderita gangguan mental tidak dapat dibenarkan dengan

alasan apapun karena penderita gangguan mental tetaplah

manusia, makhluk Tuhan paling mulia.

Peran serta dan keterlibatan masyarakat untuk mencegah

pemasungan pada penderita gangguan mental perlu dilakukan

sebagai upaya membantu saudara-saudara kita dalam

mengembalikan kesehatan mental serta keberfungsian sosial

mereka di masyarakat agar diterima kembali di

 

Page 223: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

211

lingkungannya. Sejalan dengan hal tersebut, Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba berdiri di Desa

Bungkanel RT 03 RW 02 Kecamatan Karanganyar

Kabupaten Purbalingga Provinsi Jawa Tengah sebagai bentuk

partisipasi dalam merehabilitasi penderita gangguan mental di

Indonesia.

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga

Jawa Tengah didirikan oleh H. Supono Mustajab yang sampai

saat ini masih menjabat sebagai kepala panti. Dalam

melakukan rehabilitasi kepada penderita gangguan mental,

panti menggunakan metode medis dengan memberikan obat-

obatan medis kepada pasien dan metode non-medis dengan

menerapkan program ruqyah, istighosah dan minum air

karomah.

Pelaksanaan program rehabilitasi mental pada pasien

gangguan mental di Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah sudah berjalan dengan

lancar dan efektif sebagai metode penyembuhan bagi pasien.

Hal itu terlihat pada banyaknya pasien yang sudah sembuh

dan pulang ke kampung halamannya masing-masing. Selain

dalam hal pelaksanaan program yang lancar dan efektif,

penerimaan pasien terhadap program rehabilitasi mental di

panti juga sudah baik, hal itu terlihat dari tidak ada pasien

yang menolak program rehabilitasi mental yang ada di panti.

Seluruh pasien menerima program yang ada di panti, hanya

antusias saja yang berbeda-beda pada tiap pasien.

 

Page 224: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

212

Pelaksanaan program yang berjalan dengan lancar dan

penerimaan seluruh pasien terhadap program yang ada di

panti tidak lepas dari faktor penentu keberhasilannya. Pada

Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah, keberhasilan program ditentukan oleh faktor

kerjasama antar kepala panti, staf dan pasien serta faktor

sosok yang memimpin program rehabilitasi mental terutama

rehabilitasi mental non-medis, yakni kepala sekaligus pendiri

panti, H. Supono Mustajab. Kedua faktor inilah yang menjadi

sebab keberhasilan dari program-program yang ada di panti

sehingga program tersebut tetap ada dan masih berjalan

hingga saat ini.

 

Page 225: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

213

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian di Panti Rehabilitasi Sosial

Jiwa dan Narkoba yang terletak di Kabupaten Purbalingga

Jawa Tengah tentang program rehabilitasi mental pasien

gangguan mental pada Panti Rehabilitasi Sosial Jiwa dan

Narkoba Purbalingga Jawa Tengah, dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Pelaksanaan program rehabilitasi mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba sudah berjalan

dengan lancar dan efektif sebagai metode

penyembuhan bagi pasien. Hal itu dapat terlihat dari

pasien yang menjadi sehat kembali dan sudah sembuh

serta diperbolehkan pulang ke kampung halamannya

masing-masing. Program rehabilitasi yang

dilaksanakan di panti menggunakan metode medis

berupa pemberian obat medis kepada pasien dan

metode non-medis berupa program ruqyah, istighosah

dan minum air karomah serta program non-medis lain

seperti terapi kelompok, outbond dan shalat

berjamaah. Pelaksanaan program rehabilitasi mental

umumnya dilaksanakan di aula panti dan area dalam

panti dengan diawasi dan dipandu oleh kepala dan

staf panti.

 

Page 226: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

214

2. Program rehabilitasi mental diterima oleh seluruh

pasien di panti, hal itu terlihat dari tidak ada pasien

yang menolak program rehabilitasi mental yang ada

di panti. Seluruh pasien menerima program panti

namun antusias pasien mengikuti program berbeda-

beda, sehingga perbedaan antusias pasien ini menjadi

kendala bagi para staf dalam mengawal pasien

menjalani program terutama pasien yang antusiasnya

kurang. Pada pasien baru antusias mengikuti program

terbilang tinggi namun pada pasien lama antusias

mengikuti program cenderung menurun. Perbedaan

antusias ini bukan berarti pasien tidak menerima

program, semua pasien tetap menerima semua

program yang ada di panti tetapi antusias mengikuti

program tersebut yang berbeda-beda. Ukuran

perbedaan antusias tersebut terletak pada pasien yang

malas-malasan ketika diajak ikut program dan pasien

yang semangat mengikuti program. Penerimaan

pasien terhadap seluruh program panti memudahkan

panti untuk melaksanakan program sehingga

menjadikan pasien bisa sehat kembali dan dapat

sembuh seperti sedia kala.

3. Faktor penentu keberhasilan program rehabilitasi

mental di panti yaitu kerjasama antar kepala panti,

staf dan pasien serta faktor sosok yang memimpin

program rehabilitasi mental terutama rehabilitasi

mental non-medis, yakni kepala sekaligus pendiri

 

Page 227: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

215

panti, H. Supono Mustajab. Dalam pelaksanaan

program, kepala panti tidak dapat menjalankan

program seorang diri dan sangat membutuhkan

bantuan dari orang lain yang kemudian orang tersebut

diangkat menjadi staf panti di bidangnya masing-

masing. Sehingga dengan adanya kerjasama ini

program-program rehabilitasi mental masih tetap

berjalan sampai saat ini. Kedua faktor inilah yang

menjadi sebab penentu keberhasilan dari program-

program yang ada di panti sehingga pasien di panti

dapat disembuhkan. Selain dua faktor penentu di atas,

keberhasilan program rehabilitasi mental dapat dilihat

dari banyaknya pasien yang menjadi sehat dan

sembuh serta diperbolehkan pulang kembali ke

kampung halamannya masing-masing.

B. Saran

Dari hasil penelitian penulis mengenai program

rehabilitasi mental pasien gangguan mental pada Panti

Rehabilitasi Sosial Jiwa dan Narkoba Purbalingga Jawa

Tengah, penulis memberikan saran sebagai berikut:

1. Untuk panti agar dapat meningkatkan kualitas

program rehabilitasi mental seperti lebih tegas dalam

mengatur pasien ke aula agar antusias pasien

mengikuti program meningkat.

 

Page 228: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

216

2. Untuk panti karya ini dapat dijadikan masukan untuk

membenahi program yang ada, terutama dalam

mengurangi ketergantungan pada pendiri panti.

3. Untuk Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam UIN Jakarta agar dapat dijadikan bahan rujukan

dalam membuat program praktikum.

4. Untuk Program Studi Bimbingan dan Penyuluhan

Islam UIN Jakarta untuk mengembangkan kurikulum

dalam bidang penyuluhan agama terkait penanganan

terhadap penderita gangguan mental.

5. Untuk masyarakat luas agar dapat membawa anggota

keluarga yang mengalami gangguan mental ke panti

atau lembaga pelayanan kesehatan mental serta tidak

melakukan tindakan yang dapat merendahkan

martabat penderita gangguan mental.

 

Page 229: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

217

DAFTAR PUSTAKA

BUKU:

Adi, Isbandi Rukminto. Ilmu Kesejahteraan Sosial dan Pekerjaan

Sosial, Edisi ke-2. Jakarta: Fisip UI Press, 2005.

Kesejahteraan Sosial: Pekerjaan Sosial,

Pembangunan Sosial dan Kajian Pembangunan. Jakarta:

RajaGrafindo Persada, 2013.

Adz-Dzaky, Hamdani Bakran. Konseling dan Psikoterapi Islam.

Yogyakarta: Fajar Pustaka Baru, 2004.

Al-Jauziah, Ibnul Qayyim. Sistem Kedokteran Nabi: Kesehatan

dan Pengobatan menurut Petunjuk Nabi Muhammad SAW,

Penerjemah Said Agil Husin Munawar dan Abdur Rahman

Umar. Semarang: Dina Utama Semarang, 1994.

Zadul Ma’ad: Bekal Perjalanan ke

Akhirat, Penerjemah Kathur Suhardi. Jakarta: Pustaka

Azzam, 2000.

Al-Maidani, Abu Umar Basyir. Metode Pengobatan Nabi SAW.

Jakarta: Griya Ilmu, 2005.

Alwisol. Psikologi Kepribadian. Malang: UMM Press, 2009.

Arikunto, Suharsimi dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi

Program Pendidikan: Pedoman Teoretis Praktis Bagi

Mahasiswa dan Praktisi Pendidikan, Edisi ke-2. Jakarta:

Bumi Aksara, 2010.

Badan Narkotika Nasional RI. Modul Untuk Remaja. Jakarta:

BNN, 2007.

 

Page 230: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

218

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Sosial RI. Pola

Pembangunan Kesejahteraan Sosial. Jakarta: Balitbang

Departemen Sosial RI, 2003.

Isu-

isu Tematik Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi.

Jakarta: Balitbang Departemen Sosial RI, 2004.

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kemenkes RI,

Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta: Balitbangkes, 2013.

Riset Kesehatan Dasar 2013 Provinsi Jawa Tengah.

Jakarta: Balitbangkes, 2013.

Baihaqi, MIF. Psikiatri: Konsep Dasar dan Gangguan-

gangguan. Bandung: Refika Aditama, 2005.

Boerre, George. Personality Theories: Melacak Kepribadian

Anda Bersama Psikologi Dunia. Yogyakarta: Prismashopie,

2004.

Bungin, M Burhan. Metodologi Penelitian Sosial & Ekonomi.

Jakarta: Kencana, 2013.

Chaplin, C.P. Kamus Psikologi, Penerjemah Kartini Kartono.

Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995.

 

Page 231: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

219

Corey, G. Teori dan Praktek dari Konseling dan Psikoterapi.

Semarang: IKIP Semarang Press, 1995.

Daradjat, Zakiah. Doa Menunjang Semangat Hidup. Jakarta:

Ruhama, 1994.

Islam dan Kesehatan Jiwa, cet ke-8. Jakarta:

Toko Gunung Agung, 1996.

Kesehatan Mental, cet ke-23. Jakarta: Toko

Gunung Agung, 2001.

Pendidikan Agama dalam Pembinaan Mental.

Jakarta: Bulan Bintang, 1975.

Dewi, Kartika Sari. Kesehatan Mental. Semarang: Universitas

Diponegoro Press, 2012.

Djalaludin dan Ramayulis. Pengantar Ilmu Jiwa Agama, Cet ke-

8. Jakarta: Kalam Mulia, 1998.

Draver, James. A Dictionary of psychology. New York: Pengin

Books, t.t.

Emoto, Masaru. The True Power of Water: Hikmah Air dalam

Olahjiwa, Penerjemah Azam Translator. Bandung: MQ

Publishing, 2006.

The Hidden Messages in Water: Pesan

Rahasia Sang Air. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2006.

Gunawan, Imam. Metode Penelitian Kualitatif: Teori & Praktik.

Jakarta: Bumi Aksara, 2013.

Hakim, Rustam. Komponen Perancangan Arsitektur Lansekap:

Prinsip, Unsur dan Aplikasi desain. Jakarta: Bumi Aksara,

2012.

 

Page 232: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

220

Hasan, Maimunah. Al-Qur’an dan Ilmu Gizi. Yogyakarta:

Madani Pustaka, 2001.

Hasibuan, Malayu S. Organisasi & Motivasi: Dasar Peningkatan

Produktivitas Kerja. Jakarta: Bumi Aksara, 1996.

Hawari, Dadang. Dimensi Religi dalam Praktek Psikiatri dan

Psikologi. Jakarta: FKUI Press, 2002.

Herdiansyah, Haris. Metodologi Penelitian Kualitatif: Untuk

Ilmu-ilmu Sosial, Cet ke-3. Jakarta: Salemba Humanika,

2012.

Hidayat, Dede Rahmat dan Herdi. Bimbingan Konseling

Kesehatan Mental di Sekolah, Cet ke-2. Bandung: Remaja

Rosdakarya, 2014.

Jalaluddin. Kamus Ilmu Jiwa dan Pendidikan. Surabaya: Putra

Al-Maarif, tth.

Kartono, Kartini dan Jenny Andari. Hygiene Mental dan

Kesehatan Mental dalam Islam, cet ke-6. Bandung: Mandar

Maju, 1989.

Kartono, Kartini. Hygiene Mental, Cet ke-7. Bandung: Mandar

Maju, 2000.

Patologi Sosial, Jilid 1. Jakarta: RajaGrafindo

Persada, 2007.

King, Laura A. Psikologi Umum. Jakarta: Salemba Humanika,

2010.

Langgulung, Hasan. Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta:

Pustaka Alhusna, 1992.

Moleong, Lexy J. Metodologi Penelitian Kualitatif, Cet ke-26.

Bandung: Remaja Rosdakarya, 2009.

 

Page 233: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

221

Nawawi, Hadari dan Mimi Martini. Penelitian Terapan.

Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 1994.

Nitimiharjo, Carolina. Rehabilitasi Sosial dalam Isu-isu Tematik

Pembangunan Sosial: Konsepsi dan Strategi. Jakarta:

Balitbang Departemen Sosial RI, 2004.

Notosoedirdjo, Moeljono dan Latipun. Kesehatan Mental:

Konsep dan Penerapan, Cet ke-6. Malang: UMM Press,

2011.

Ortiz, John M. Nurturing Your Child With Music: Menumbuhkan

Anak-anak yang Bahagia, Cerdas dan Percaya Diri dengan

Musik, Penerjemah Juni Prakoso. Jakarta: Gramedia

Pustaka Utama, 2002.

Patty, F. Dkk., Pengantar Psikologi Umum. Surabaya: Usaha

Nasional, 1982.

Poerwandari, E. Kristi. Pendekatan Kualitatif untuk Penelitian

Perilaku Manusia, Cet ke-4. Depok: LPSP3 UI, 2011.

Rasmun. Stress, Coping dan Adaptasi Teori dan Pohon Masalah

Keperawatan. Jakarta: Sagung Seto, 2004.

Russell, Bertrand. Sejarah Filsafat Barat: Kaitannya dengan

Kondisi Sosio-Politik Zaman Kuno Hingga Sekarang, Cet

ke-2. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2004.

Safaria, Triantoro. Interpersonal Intelligence: Metode

Pengembangan Kecerdasan Interpersonal Anak.

Yogyakarta: Amara Books, 2005.

Semiun, Yustinus. Kesehatan Mental, Jilid 1. Yogyakarta:

Kanisius, 2006.

Shihab, M. Quraisy. Wawasan Al-Quran, Cet ke-4. Bandung:

Mizan, 1996.

 

Page 234: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

222

Sianipar, Tunggul. Pedoman Penanganan Korban Trafficking.

Jakarta: Direktorat Pelayanan dan Rehabilitasi Sosial Tuna

Sosial Kemensos RI, 2010.

Soetomo. Masalah Sosial dan Upaya Pemecahannya.

Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2008.

Subagyo, P Joko. Metode Penelitian dalam Teori dan Praktik,

Cet ke-7. Jakarta: Rineka Cipta, 2015.

Suparlan, Y. B. Kamus Istilah Pekerjaan Sosial. Yogyakarta:

Kanisius, 1990.

Tim Ahli Badan Narkotika Nasional. Petunjuk Teknis Advokasi

Bidang Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba bagi

Lembaga/ Instansi Pemerintah. Jakarta: BNN, 2008.

Tim Penyusun Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kamus

Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka, 1988.

Usman, Husaini dan Purnomo Setiady Akbar. Metodologi

Penelitian Sosial, Edisi ke-2. Jakarta: Bumi Aksara, 2008.

Wahab, Muhammad Ibn Abdul. Kitab Tauhid, Penerjemah Abu

Ismail Fuad. Yogyakarta: Pustaka Al-Haura, 2009.

Widodo, Joko. Analisis Kebijakan Publik: Konsep dan Aplikasi.

Malang: Bayu Media Publishing, 2010.

Wirawan. Evaluasi: Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi.

Jakarta: Rajawali Pers, 2012.

Yunus, Mahmud. Kamus Arab-Indonesia. Jakarta: Hidakarya

Agung, 1989.

 

Page 235: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

223

JURNAL:

Aditiyawarman, Indra. “Sejarah Perkembangan Gerakan

Kesehatan Mental”, Jurnal Komunika Dakwah dan

Komunikasi, Vol 4 No 1. Januari-Juni 2010.

Korobu, Laury M.G. dkk., “Analisis Pelaksanaan Layanan

Instalasi Rehabilitasi Psikososial di Rumah Sakit Jiwa Prof.

Dr. V. L Ratumbuysang Provinsi Sulawesi Utara,” Jurnal

Ilmu Kesehatan Masyarakat Umum, Vol 5 No 2. April

2015.

Murni, Ruaida dan Mulia Astuti. “Rehabilitasi Sosial Bagi

Penyandang Disabilitas Mental Melalui Unit Informasi dan

Layanan Sosial Rumah Kita,” Jurnal Sosio Informa, Vol 1

No 3. September-Desember 2015.

Qodariah, Siti. “Pengaruh Terapi Ruqyah Syariyyah Terhadap

Penurunan Tingkat Kecemasan”, Jurnal Scientica, Vol 2

No 2. Desember-Februari 2015.

Yudiani, Ema. “Dinamika Jiwa dalam Perspektif Psikologi

Islam”, Jurnal Ilmu Agama, Vol 14 No 1. Juni-Juli 2013.

SKRIPSI:

Inayah, Afi Dhotul. “Metode Rehabilitasi Non-medis di Rumah

Sakit Khusus Jiwa H. Mustajab Purbalingga dalam

Pandangan Tasawuf”. Semarang: Skripsi Prodi Tasawuf

dan Psikoterapi Fakultas Ushuludin UIN Walisongo

Semarang, 2014.

Muquamah, Siti Soviatul. “Evaluasi Program Penyuluhan Sosial

Dalam Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba pada Badan

Narkotika Nasional Provinsi Banten”. Jakarta: Skripsi

Prodi Bimbingan dan Penyuluhan Islam Fakultas Ilmu

Dakwah dan Ilmu Komunikasi UIN Jakarta, 2013.

 

Page 236: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

224

Sabila, Laelani Rusydina. “Maksimasi Throughput Produk

Garmen dengan Menggunakan Pendekatan Theory of

Constraint: Studi Kasus CV Suho Garmindo Bandung”.

Bandung: Skripsi Fakultas Teknik Universitas Islam

Bandung, 2014.

INTERNET:

Departemen Kesehatan Republik Indonesia, “Stop Stigma dan

Diskriminasi terhadap Orang Dengan Gangguan Jiwa”,

Diakses tanggal 09 September 2016 dari

http://www.depkes.go.id.

Edwi Arief Sosiawan, “Psikologi Sosial”, Diakses tanggal 10

September 2018 dari www.file.upi.edu.

Komisi Nasional Hak Asasi Manusia, “Undang-Undang No 39

Tahun 1999”, Diakses tanggal 09 September 2016 dari

http://www.komnasham.go.id.

Republika, “30 Warga Penderita Gangguan Jiwa Dipasung”,

Diakses tanggal 10 September 2018 dari

http://www.republika.co.id.

Suara Merdeka, “Wisma Rehabiltasi Jiwa Purbalingga, Tempat

Sumanto Akan Menimba Ilmu Agama”, Diakses tanggal 09

September 2016 dari http://www.suaramerdeka.com.

 

Page 237: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 238: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 239: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 240: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 241: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

PEDOMAN WAWANCARA

A. Program rehabilitasi mental non-medis

1. Ruqyah

a. Bisakah anda menceritakan, apa yang dimaksud

dengan program ruqyah?

b. Siapa yang melakukan ruqyah? Dan siapa sasaran

dari program ruqyah tersebut?

c. Kapan program ruqyah dilakukan?

d. Dimana program ruqyah dilakukan?

e. Berapa jumlah orang/ pasien yang mengikuti

program ruqyah?

f. Mengapa ruqyah ini perlu dilakukan?

g. Bagaimana alur pelaksanaan program ruqyah dari

awal hingga akhir dijalankan?

h. Bagaimana antusiasme dan penerimaan pasien

dalam mengikuti program ruqyah tersebut?

i. Apakah ada kendala dalam melaksanakan program

ruqyah?

j. Apa dan siapa yang menjadi faktor penentu

keberhasilan dari program ruqyah ini?

2. Istighosah

a. Bisakah anda menceritakan, apa yang dimaksud

dengan program istighosah?

b. Kapan istighosah dilakukan?

c. Dimana istighosah dilakukan?

 

Page 242: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

d. Siapa yang memimpin istighosah ini?

e. Mengapa program istighosah penting dan perlu

diterapkan?

f. Bagaimana anda meyakinkan para pasien dan

keluarga pasien bahwa program istighosah ini

ampuh mengobati pasien?

g. Bagaimana alur pelaksanaan istighosah dilakukan?

h. Bagaimana antusiasme dan penerimaan para

pasien terhadap program istighosah?

i. Apa yang menjadi faktor penentu keberhasilan

dari program istighosah ini?

3. Minum Air Karomah

a. Bisakah anda menceritakan, apa yang dimaksud

dengan minum air karomah?

b. Kapan minum air karomah dilakukan?

c. Dimana lokasi minum air karomah dilakukan?

d. Siapa yang membuat air karomah dan siapa

sasaran dari air karomah ini?

e. Mengapa meminum air karomah ini perlu

dilakukan?

f. Apakah ada hal yang menjadi penghambat metode

ini?

g. Bagaimana air karomah ini dapat menyembuhkan

pasien?

h. Bagaimana alur proses meminum air karomah ini

dilakukan?

 

Page 243: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

i. Bagaimana penerimaan pasien terhadap metode

ini?

j. Apa yang menjadi faktor penentu keberhasilan

dari metode meminum air karomah ini?

B. Gangguan mental berat

1. Apa saja jenis gangguan mental yang dapat

direhabilitasi di panti ini? Apakah gangguan mental

skizofrenia, manik depresif dan paranoia termasuk di

dalamnya?

2. Bisakah anda menceritakan, mengapa panti menerima

pasien dengan gangguan mental berat dan bertekad

untuk merehabilitasi mereka?

3. Siapa saja yang menangani dan mengurus para pasien

dengan gangguan mental berat di panti ini?

4. Dimana para pasien gangguan mental berat ini

ditempatkan?

5. Kapan para pasien gangguan mental berat dapat

meninggalkan panti dan dinyatakan sembuh? Apakah

ada batas waktunya?

6. Berapa jumlah pasien dengan gangguan mental berat

skizofrenia, manik depresif dan paranoia?

7. Bagaimana perlakuan panti terhadap para pasien

gangguan mental berat seperti skizofrenia, manik

depresif dan paranoia?

 

Page 244: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

8. Apakah ada perlakuan khusus bagi para pasien

gangguan mental berat yang telah mengikuti program

rehabilitasi lebih dari satu bulan?

9. Bagaimana antusiasme dan penerimaan para pasien

gangguan mental berat dalam mengikuti program-

program panti?

10. Apa yang menjadi faktor penentu keberhasilan dalam

menyembuhkan para pasien penderita gangguan

mental berat di panti ini?

 

Page 245: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 246: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 247: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 248: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 249: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 250: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 251: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 252: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 253: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 254: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 255: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 256: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 257: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

 

Page 258: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto-foto:

Wawancara dengan pendiri sekaligus kepala panti (kanan) di

aula utama panti.

Pelaksanaan kegiatan pasien di luar panti diawasi staf panti.

Olahraga merupakan kegiatan rutin 1 minggu sekali.

 

Page 259: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto bersama staf panti saat observasi dan bincang-bincang

di ruang staf panti.

Situasi shalat berjamaah para pasien di mushola yang berada

di dalam asrama pasien.

 

Page 260: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto bersama salah satu pasien (kanan) saat wawancara dan

observasi di asrama pasien putra.

Situasi saat program ruqyah dan istighosah serta minum air

karomah dilangsungkan di aula panti.

 

Page 261: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto bersama pendiri dan kepala panti di papan nama panti

yang tepat berada di depan gerbang panti.

Situasi para pasien sesaat sebelum program istighosah dan

ruqyah dimulai.

 

Page 262: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Para pasien ikut shalat jumat berjamaah (berbaur) dengan

warga di masjid desa Bungkanel.

Situasi saat para pasien belajar mengaji untuk program

istighosah di aula panti.

 

Page 263: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Situasi saat setelah program istighosah di aula panti.

Pelaksanaan program di luar area panti yang juga bertujuan

memulihkan mental pasien.

 

Page 264: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Situasi saat pasien makan siang di asrama pasien.

Situasi di dalam aula panti sesaat akan dimulai program

ruqyah, istighosah dan minum air karomah di aula panti.

 

Page 265: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto salah satu pasien wanita sedang berjalan bebas di depan

asrama panti.

Situasi saat pelaksanaan program di halaman asrama panti.

 

Page 266: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH

Foto sidang munaqasyah:

 

Page 267: PROGRAM REHABILITASI MENTAL PASIEN GANGGUAN …repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/42429/1/MUHAMMAD... · REHABILITASI SOSIAL JIWA DAN NARKOBA PURBALINGGA JAWA TENGAH