PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · ... 8...
Transcript of PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG …lppm.undiksha.ac.id/p2m/document/Laporan_Akhir... · ... 8...
LAPORAN AKHIR
PROGRAM P2M PENERAPAN IPTEK
PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG
KONTEMPORER UNTUK KEGIATAN
MENDONGENG BAGI GURU TK
DI KOTA SINGARAJA
Oleh:
Dr. I Made Tegeh, M.Pd.
Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd.
Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.
Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi.,Psikolog.
Dibiayai dari Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) Universitas Pendidikan
Ganesha dengan SPK Nomor: 16/UN48.15/LPM/2014 tanggal 13 Pebruari 2014
JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
LEMBAGA PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT
TAHUN 2014
iii
PENDAMPINGAN PEMBUATAN WAYANG KOMTEMPORER UNTUK
KEGIATAN MENDONGENG BAGI GURU TK DI KOTA SINGARAJA
Oleh:
Dr. I Made Tegeh, M.Pd.
Drs. I Nyoman Jampel, M.Pd.
Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.
Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.
Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
RINGKASAN
Berdasarkan latar belakang masalah, maka secara umum masalah yang dapat
dirumuskan adalah “Perlunya meningkatkan pengetahuan dan keterampilan guru TK
di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang kontemporer untuk kegiatan
mendongeng”. Tujuan yang ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media
wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.
Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah para guru TK di
Kota Singaraja sebanyak 100 orang. Guru yang dijadikan sasaran P2M ini adalah guru-guru
TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu untuk didampingi membuat media
wayang kontemporer dan (2) memiliki motivasi yang tinggi untuk membuat wayang
kontemporer.
P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari dua tahap
yaitu: tahap pertama, pendampingan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan
media wayang kontemporer dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima
kelompok guru TK dari gugus TK di Kota Singaraja untuk memproduksi media wayang
kontemporer.
Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan para
guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat dilihat dari hasil penilaian
produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK. Nilai rerata produk wayang
kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat
baik. Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada
Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer.
Kata Kunci: pendampingan, wayang kontemporer, mendongeng
iv
TIM PELAKSANA
1. Ketua Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Made Tegeh, S.Pd., M.Pd.
b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata,
197108152001121001
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan
e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 8 jam/minggu
2. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Nyoman Jampel, M.Pd.
b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IVc, Pembina Utama Muda,195910101986031003
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Bidang Keahlian : Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu
3. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Drs. Ketut Pudjawan, M.Pd.
b. Golongan, Pangkat, dan NIP : IV.c, Pembina Utama Muda, 195508181983031002
c. Jabatan Fungsional : Lektor Kepala
d. Bidang Keahlian : Pendidikan Luar Sekolah
e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu
4 Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Dr. I Komang Sudarma, M.Pd.
b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.c, Penata, 197204202001121001
c. Jabatan Fungsional : Lektor
d. Bidang Keahlian : Teknologi Pendidikan
e. Jurusan/Fakultas : Teknologi Pendidikan/FIP
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu
5. Anggota Pelaksana
a. Nama Lengkap dan Gelar : Nice Maylani Asril, S.Psi., M.Psi., Psikolog.
b. Golongan, Pangkat, dan NIP : III.a, 19875082012122001
c. Jabatan Fungsional : Asisten Ahli
d. Bidang Keahlian : Psikologi
e. Jurusan/Fakultas : PG PAUD/FIP
f. Perguruan Tinggi : Universitas Pendidikan Ganesha
g. Waktu untuk Kegiatan ini : 4 jam/minggu
v
PRAKATA
Puji syukur dipanjatkan kehadapan Tuhan Yang Mahaesa, karena berkat
karunia dan perlindungan Beliau, P2M yang berjudul “Pendampingan Pembuatan
Wayang Kontemporer untuk Kegiatan Mendongeng bagi Guru TK di Kota
Singaraja” dapat diselesaikan sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Suksesnya pelaksanaan P2M ini tidak terlepas dari bantuan semua pihak.
Ucapan terima kasih disampaikan kepada Prof. Dr. Ketut Suma, M.S., Kepala
Unit Pelaksana Pendidikan Kecamatan Buleleng, Pengawas dan Kepala TK di
Kecamatan Buleleng, para guru TK peserta P2M, sekrertaris dan seluruh staf LPM
Undiksha, semua pihak yang membantu kegiatan ini, dan tim pengabdian kepada
masyarakat Undiksha. Saran dan kritik dari pembaca sangat diharapkan sebagai
bahan penyempurnaan laporan ini. Semoga laporan ini dapat memberikan manfaat
bagi para pembaca, khususnya mereka yang berkecimpung dalam dunia
pendidikan.
Akhirnya pelaksana berharap semoga kegiatan ini dapat memberikan
manfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan peningkatan profesionalisme
guru.
Singaraja, 10 September 2014
Penyusun
vi
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN………………………………………….. i
RINGKASAN………………………………………………………….. iii
TIM PELAKSANA.................................................................................. iv
PRAKATA............................................................................................... v
DAFTAR ISI............................................................................................ vi
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................. vii
BAB I PENDAHULUAN......................................................................... 1
1.1 Analisis Situasi........................................................................ 1
1.2 Perumusan Masalah................................................................ 3
1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M...................................... 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA............................................................... 5
2.1 Klasifikasi Media Pembelajaran.......................................... 5
2.2 Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran................................ 7
2.3 Media Grafis Wayang Kontemporer..................................... 9
2.4 Kegiatan Mendongeng............................................................ 11
3.5 Karakteristik Taman Kanak-Kanak....................................... 12
BAB III MATERI DAN METODE PELAKSANAAN................................ 14
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah.................................................... 14
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah.................................................... 14
3.3 Khalayak Sasaran........................................................................ 15
3.4 Metode yang Digunakan.............................................................. 15
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN....................................................17
4.1 Hasil…………………………………………………………….17
4.2 Pembahasan…………………………………………………….21
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN……………………………………23
5.1 Kesimpulan……………………………………………………..23
5.2 Saran……………………………………………………………23
DAFTAR PUSTAKA………………………………………………………24
vii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Surat Perjanjian Kerja Pengabdian Masyarakat
2. Surat Undangan Ketua Lembaga Pengabdian Kepada Masyarakat
3. Surat Undangan Pelatihan
4. Daftar Hadir Peserta
5. Piagam
6. Foto Kegiatan P2M
7. Instrumen Penilaian/Validasi Media
8. Logbook Kegiatan dan Penggunan Dana
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Analisis Situasi
Standar Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) adalah bagian integral dari
Standar Nasional Pendidikan sebagaimana yang diamanatkan dalam Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan. Standar
PAUD dirumuskan dengan mempertimbangkan karakteristik penyelenggaraan
PAUD terdiri atas empat kelompok, yaitu: (1) standar tingkat pencapaian
perkembangan, (2) standar pendidik dan tenaga kependidikan, (3) standar isi,
proses, dan penilaian, dan (4) standar sarana dan prasarana, pengelolaan, dan
pembiayaan.
Pada standar keempat diatur pengelolaan PAUD, yaitu: (1) PAUD jalur
pendidikan formal dan (2) PAUD jalur pendidikan nonformal. PAUD jalur
pendidikan formal untuk anak usia 4-≤6tahun, terdiri atas Taman Kanak-
kanak/Raudhatul Athfal dan bentuk lain yang sederajat. PAUD jalur pendidikan
nonformal terdiri atas, Taman Penitipan Anak untuk usia 0-≤6tahun, Kelompok
Bermain untuk anak usia 2-≤6tahun, dan bentuk lain yang sederajat (untuk anak
usia 0-≤6tahun). Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK) sebagaimana dinyatakan
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 pasal 28 ayat 3
merupakan pendidikan anak usia dini ada jalur pendidikan formal yang bertujuan
membantu anak didik mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang
meliputi moral dan nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa,
fisik/motorik dan seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Direktorat Pembinaan
Pendidikan Anak Usia Dini, 2011).
Dalam menuju perkembangan kedewasaan setiap anak didik TK
memerlukan kesempatan untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai
fasilitas, sarana dan prasarana pendukungnya seperti media pembelajaran,
permainan, program-program pengembangan yang memadai serta suasana
pendidikan yang menunjang.
Konsep pembelajaran di TK adalah belajar melalui bermain. Untuk
mencapi konsep pembelajaran tersebut guru TK menggunakan berbagai strategi
2
dan media pembelajaran. Pemilihan dan penggunaan media yang tepat sangat
mendukung ketercapaian lima lingkup perkembangan anak TK, yaitu (1) nilai-
nilai agama dan moral, (2) motorik, (3) kognitif, (4) bahasa, dan (5) sosial-
emosional. Untuk pengembangan lima lingkup perkembangan anak TK, para guru
TK telah berusaha memanfaatkan media sesuai dengan pengetahuan dan
pengalaman yang dimilikinya.
Berdasarkan hasil observasi pada pertengahan Pebruari 2013 di TK Negeri
Singaraja diketahui bahwa guru telah menggunakan berbagai metode dalam
pembelajaran. Salah satu metode yang digunakan oleh guru TK adalah metode
bercerita atau mendongeng. Metode ini menuntut keterampilan guru untuk
menyampaikan sesuatu cerita secara verbal. Anak-anak TK cukup antusias
mendengarkan dongeng yang disampaikan oleh guru.
Hasil wawancara dengan Kepala TK Negeri Singaraja, Ibu Luh
Sukraningsih, S.Pd. menunjukkan bahwa dalam metode mendongeng telah
digunakan media pembelajaran seperti boneka tangan dan boneka biasa.
Penggunaan media boneka tangan dan boneka biasa masih mengalami kendala,
yakni sulit mencari boneka yang sesuai dengan tokoh cerita dalam dongeng.
Persediaan boneka terbatas pada tokoh-tokoh tertentu saja.
Selain itu, penggunaan media boneka yang terlalu sering dalam
mendongeng, membuat anak TK merasa jenuh atau bosan. Hal ini dapat dilihat
dari kurang fokusnya anak-anak dalam mendengarkan dongeng yang disampaikan
oleh guru TK. Untuk itu, perlu dikembangkan media lain yang mendukung
kegiatan mendongeng bagi anak TK. Salah satu media alternatif yang dapat
dikembangkan adalah media grafis berupa media wayang kontemporer. Dengan
adanya media baru ini diharapkan kendala yang dihadapi ketika menggunakan
boneka untuk mendongeng dapat diatasi. Selain itu, keaktifan dan keterlibatan
anak TK dalam mendongeng dapat lebih ditingkatkan.
3
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan analisis situasi di atas, maka masalah yang berhasil
diidentifikasi adalah adalah sebagai berikut.
1. Dalam kegiatan mendongeng, banyak guru TK hanya sekadar
mendongeng ataupun membacakan dongeng tanpa menggunakan media
yang relevan. Hal ini berakibat kegiatan mendongeng bagi anak TK
kurang menarik dan tidak melibatkan mereka secara aktif.
2. Beberapa guru TK telah menggunakan media boneka, boneka tangan, atau
gambar untuk mendukung kegiatan mendongeng. Kesulitan yang dihadapi
guru TK adalah mencari media-media tersebut karena keterbatasan
karakter tokoh yang didongengkan. Kesulitsan lainnya adalah para guru
TK belum memiliki pengetahuan dan keterampilan untuk memproduksi
media pendukung kegiatan mendongeng.
3. Penggunaan media untuk mendongeng yang tidak bervariasi dan monoton
menyebabkan kegiatan mendongeng kurang menarik bagi siswa TK.
Berdasarkan identifikasi masalah, maka secara umum masalah yang
dapat dirumuskan adalah: “Perlunya meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media wayang
kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penerapan P2M
1.3.1 Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah dan tinjauan pustaka, maka tujuan yang
ingin dicapai melalui kegiatan P2M ini adalah “meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan guru TK di Kota Singaraja dalam memproduksi media
wayang kontemporer untuk kegiatan mendongeng”.
.
4
1.3.2 Manfaat
Manfaat pelaksanaan P2M ini adalah sebagai berikut.
1. Memberikan wawasan kepada guru tentang tata cara pembuatan wayang
kontemporer, sehingga mereka termotivasi untuk mencoba membuat dan
menggunakan wayang kontemporer dalam kegiatan mendongeng.
2. Memberikan pengalaman langsung kepada guru tentang prosedur pembuatan
wayang kontemporer, sehingga guru mampu menghasilkan produk berupa
media wayang kontemporer.
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi Media Pembelajaran
Perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni, memberikan
dampak pula pada sumber dan media pembelajaran seperti foto, slide, radio, film,
dan video, komputer dan lain-lain. Pada awalnya hanya dikenal beberapa jenis
media sederhana seperti buku bergambar, gambar, bagan, grafik, dan model yang
bisa digunakan dalam pembelajaran. Pertambahan jenis media dan perluasan
pemanfaatannya menimbulkan pemikiran untuk mengadakan pengklasifikasian
atau penggolongan media pembelajaran dari berbagai aspek.
Secara umum ada dua penggolongan media pembelajaran yang dibahas
dalam tulisan ini, yakni penggolongan media pembelajaran berdasarkan persepsi
indera dan penggunaannya.
Berdasarkan persepsi indera, media diklasifikasikan menjadi tiga kelas,
yakni media audio, media visual, dan media audio visual (Setyosari dan
Sihkabuden, 2005).
Klasifikasi media berdasarkan penggunaannya dapat dilihat dari sasaran
penggunanya dan cara penggunaannya. Berikut ini dipaparkan klasifikasi media
berdasarkan penggunaannya dilihat dari kedua sudut pandang tersebut.
Berdasarkan sasaran yang menggunakannya, media dapat dibedakan
menjadi tiga, yaitu: media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara
individual, media pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara
kelompok (baik kelompok kecil maupun kelompok besar), dan media
pendidikan/pembelajaran yang penggunaannya secara massal (Degeng,
dkk.,1993).
Berdasarkan cara penggunaannya media pembelajaran dibedakan menjadi
dua, yakni media pembelajaran yang penggunaannya secara (1) tradisional atau
konvensional (sederhana) dan (2) modern atau kompleks.
6
2.2 Prinsip Pemilihan Media Pembelajaran
Sebelum menetapkan pilihan pada media yang akan digunakan dalam
pembelajaran, maka perlu diperhatikan prinsip-prinsip pemilihan media
pembelajaran. Prinsip-prinsip ini berupa kriteria pemilihan media atau dasar-dasar
pertimbangan pemilihan media. Hal ini penting agar media yang dipilih benar-
benar efektif dan efisien.
Dick and Carey (dalam Sadiman, dkk., 2002) menyebutkan bahwa di
samping kesesuaian dengan tujuan perilaku belajarnya, setidaknya masih ada
empat faktor lagi yang perlu dipertimbangkan dalam pemilihan media.Pertama,
ketersediaan sumber setempat. Artinya bila media yang bersangkutan tidak
terdapat pada sumber-sumber yang ada, maka harus dibeli atau dibuat sendiri.
Kedua, apakah untuk membeli atau memproduksi media tersebut ada dana,
tenaga, dan fasilitasnya. Ketiga, faktor yang menyangkut keluwesan, kepraktisan
dan ketahanan media yang bersangkutan untuk jangka waktu yang lama. Artinya
bisa digunakan di mana pun dengan peralatan yang ada di sekitarnya dan kapan
pun serta mudah dijinjing dan dipindahkan. Faktor yang terakhir adalah
efektivitas biayanya dalam jangka waktu yang panjang. Sebab ada sejenis media
yang biaya produksinya mahal, namun bila dilihat kestabilan materinya dan
penggunaannya yang berulang-ulang untuk jangka waktu yang panjang mungkin
lebih murah dari media yang biaya produksinya lebih murah (misal brosur) tetapi
setiap waktu materinya diganti.
Rohani (1997) mengatakan bahwa faktor-faktor yang perlu
dipertimbangkan terhadap pemilihan (prioritas) pengadaan media pembelajaran
adalah : 1) relevansi pengadaan media tersebut, 2) kelayakan pengadaan media,
dan 3) kemudahan pengadaan media. Lebih lanjut Rohani mengemukakan
beberapa kriteria pemilihan dan pemanfaatan media, yaitu: 1) tujuan, 2)
ketepatgunaan (validitas), 3) keadaan peserta didik, 4) ketersediaan, 5) mutu
teknis, dan 6) biaya.
7
Miarso (1987) mengemukakan tentang rumit dan sulitnya menetapkan
pilihan terhadap media pembelajaran karena hal ini didasarkan pada beberapa
faktor.
- Seberapa jauh situasi latar pekerjaan yang sebenarnya perlu ditiru dalam
program latihan atau pembelajaran ?
- Media apa yang dianggap paling praktis untuk memaketkan,
melaksanakan, dan memperbaharui program latihan atau pembelajaran ?
- Apakah diperlukan perlengkapan untuk menggunakan media yang
dipilih itu? Jika ya, apakah sudah tersedia? Apakah pengadaan peralatan
tertentu itu dapat dipertanggungjawabkan untuk keperluan pembelajaran
yang bersangkutan?
- Apakah media itu sesuai dengan kebutuhan belajar pebelajar (ditinjau
dari segi budaya, usia, kebiasaan belajar, dan sebagainya), atau malah
akan membingungkan mereka?
- Sejauh manakah pencapaian pebelajar harus sesuai dengan sasaran yang
telah ditentukan?
- Apakah nilai bahan pelajaran (perubahan tingkah laku yang diharapkan
terjadi, jumlah siswa yang belajar, atau isi mata pelajaran) sepadan
dengan biaya yang dikeluarkan untuk mendapatkan media itu?
Ibrahim dan Syaodih S. (1996) mengemukakan beberapa faktor yang
perlu diperhatikan dalam memilih media yang tepat, yakni: jenis kemampuan
yang akan dicapai, kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri, kemampuan
guru menggunakan media, keluwesan atau fleksibilitas dalam penggunaannya,
kesesuaiannya dengan alokasi waktu dan sarana pendukung yang ada,
ketersediaannya, dan biaya.
Ali (2002) mengatakan bahwa faktor yang harus dipertimbangkan sebaik-
baiknya dalam pembelajaran dalam memilih media adalah sebagai berikut.
1. Jenis kemampuan yang akan dicapai sesuai dengan tujuan. Sebagaimana
diketahui bahwa tujuan pengajaran itu menjangkau daerah kognitif,
afektif, dan psikomotor. Bila akan memilih media pembelajaran, harus
disesuaikan dengan tujuan yang akan dicapai.
8
2. Kegunaan dari berbagai jenis media itu sendiri. Setiap jenis media
mempunyai nilai kegunaan sendiri-sendiri. Hal ini harus dijadikan bahan
pertimbangan dalam memilih jenis media yang digunakan.
3. Kemampuan guru menggunakan suatu jenis media. Betapun tingginya
nilai kegunaan media, tidak akan memberi manfaat sedikitpun di tangan
orang yang tidak mampu menggunakan.
4. Fleksibilitas (lentur), tahan lama, dan kenyamanan media. Dalam memilih
media harus dipertimbangkan kelenturan, dalam arti dapat digunakan
dalam berbagai situasi; juga harus tahan lama (tidak sekali pakai langsung
dibuang), untuk menghemat biaya, dan digunakannya pun tidak
berbahaya.
5. Keefektifan suatu media dibandingkan dengan jenis media lain untuk
digunakan dalam pembelajaran.
Gagne dan Briggs (dalam Ali, 2002) menyarankan suatu cara dalam
langkah-langkah memilih media untuk pembelajaran sebagai berikut.
1. Merumuskan tujuan pengajaran.
2. Mengklasifikasi tujuan berdasarkan domain atau tipe belajar.
3. Memilih peristiwa-peristiwa pengajaran yang akan berlangsung.
4. Menentukan tipe perangsang untuk tiap peristiwa.
5. Mendaftar media yang dapat digunakan pada setiap peristiwa
dalam pengajaran.
6. Mempertimbangkan (berdasarkan nilai kegunaan) media yang
dipakai.
7. Menentukan media yang terpilih akan digunakan.
8. Menulis rasional (penalaran) memilih media tersebut.
9. Menuliskan tata cara pemakaiannya pada setiap peristiwa.
10. Menuliskan naskah pembicaraan dalam penggunaan media.
Degeng (2001) mengemukakan bahwa ada sejumlah faktor yang perlu
dipertimbangkan pengajar dalam memilih, mengembangkan, dan menggunakan
media pembelajaran. Faktor-faktor tersebut dikemukakan berikut ini.
9
1. Tidak ada satu media yang paling unggul untuk semua tujuan. Suatu
media hanya cocok untuk tujuan pembelajaran tertentu, tetapi mungkin
tidak cocok untuk yang lain.
2. Media adalah bagian integral dari proses belajar-mengajar. Hal ini berarti
bahwa media bukan hanya sekadar alat bantu mengajar saja, tetapi
merupakan bagian yang tak dapat dipisahkan dari proses belajar-mengajar.
Penetapan suatu media haruslah sesuai dengan komponen yang lain dalam
perancangan instruksional. Tanpa alat bantu mengajar mungkin
pembelajaran tetap dapat berlangsung, tetapi tanpa media pembelajaran itu
tidak akan terjadi.
3. Media apapun yang hendak digunakan, sasaran akhirnya adalah untuk
memudahkan belajar pebelajar. Kemudahan belajar pebelajar haruslah
dijadikan acuan utama pemilihan dan penggunaan suatu media.
4. Penggunaan berbagai media dalam satu kegiatan pembelajaran bukan
hanya sekadar selingan/pengisi waktu atau hiburan, melainkan
mempunyai tujuan yang menyatu dengan pembelajaran yang sedang
berlangsung.
5. Pemilihan media hendaknya obyektif (didasarkan pada tujuan
pembelajaran), tidak didasarkan pada kesenangan pribadi.
6. Penggunaan beberapa media sekaligus akan dapat membingungkan
mahasiswa. Penggunaan multimedia tidak berarti menggunakan media
yang banyak sekaligus, tetapi media tertentu dipilih untuk tujuan tertentu
dan media yang lain untuk tujuan yang lain pula.
7. Kebaikan dan keburukan media tidak tergantung pada kekonkritan dan
keabstrakannya. Media yang konkrit ujudnya, mungkin sukar dipahami
karena rumitnya, tetapi media yang abstrak dapat pula memberikan
pengertian yang tepat.
2.3 Media Grafis Wayang Kontemporer
Media grafis (graphic materials) adalah suatu media visual yang
menggunakan titik-titik, garis-garis, gambar-gambar, tulisan, atau simbol visual
yang lain dengan maksud untuk mengikhtisarkan, menggambarkan, dan
10
merangkum suatu ide, data atau kejadian (Tegeh, 2009). Batasan tersebut
memberikan gambaran bahwa media grafis merupakan media dua dimensi yang
dapat dinikmati dengan menggunakan indera penglihatan. Jenis-jenis media grafis
antara lain sketsa, bagan, grafik, poster, gambar, kartun, dan lain-lain.
Berdasarkan definisi media grafis tersebut, dapat diketahui unsur-unsur
pembentuk media grafis. Unsur-unsur yang nampak pada karya desain untuk
media grafis disebut unsur-unsur visual. Unsur-unsur visual media grafis adalah
sebagai berikut.
1) Titik, yaitu tanda sebuah tempat yang tidak memiliki panjang dan lebar. Tetapi
hanya merupakan pangkal atau ujung sebuah garis. Titik juga merupakan
perpotongan atau pertemuan dua buah garis.
2) Garis, yaitu rangkaian titik-titik yang ditimbulkan oleh jejak sesuatu alat dari
ujung yang runcing. Garis mempunyai ukuran panjang tanpa lebar,
mempunyai kedudukan dan arah, dan juga memiliki watak yang tergantung
dari keadaan sekitarnya.
3) Bidang, yaitu suatu bentuk pada bidang datar yang dibatasi oleh garis bagian
terluar kelilingnya. Bidang mempunyai ukuran panjang dan lebar tanpa tebal,
dan berperan secara struktural pada setiap karya desain. Pada dasarnya bidang-
bidang mempunyai tiga bentuk dasar, yaitu bujur sangkar atau persegi,
lingkaran, dan segitiga.
4) Bentuk, yaitu bangunan hasil pertalian dari titik, garis, dan bidang yang
nampak terlihat betapapun kecilnya.
5) Ruang, yaitu kesan kedalaman dari isi suatu bentuk yang dibatasi oleh bidang-
bidang bagian terluarnya. Ruang dapat terisi atau kosong, dapat nampak datar
atau seakan-akan menjorok.
6) Warna, yaitu unsur desain yang paling menonjol dan dapat menimbulkan
respons emosional terhadap orang yang melihatnya. Warna dapat dilihat
karena adanya cahaya yang menyinari sesuatu benda. Warna memiliki jenis,
keselarasan, intensitas, serta memiliki nilai dan pengaruh kejiwaan. Pada
dasarnya jenis warna pokok ada tiga, yaitu merah, kuning, dan biru. Ketiga
warna pokok tersebut bila dicampur dapat menghasilkan warna-warna yang
lain.
11
7) Tekstur, yaitu tampak permukaan bidang suatu benda. Permukaan benda dapat
polos atau berkurai, licin atau kasar, hal ini dapat diketahui dengan cara diraba
atau diamati. Ada dua jenis tekstur, yaitu tekstur nyata dan tekstur buatan.
Tekstur nyata ialah tekstur yang dapat diraba nilai teksturnya. Tekstur buatan
ialah tekstur yang tidak dapat diraba nilai teksturnya karena hasil gambar.
Beberapa jenis media grafis yang lazim digunakan dalam pembelajaran
antara lain peta, atlas, sketsa, bagan, grafik, gambar, poster, kartun, karikatur,
komik, dan media cetak. Gambar sebagai salah satu media grafis dapat
dimodifikasi penggunaannya, sehingga lebih menarik dan mampu dimanipulasi
oleh anak TK. Modifikasi gambar dapat berupa wayang kontemporer. Gambar
sebagai media grafis digunting menurut bentuk gambar dan diberi tangkai
pemegang seperti wayang. Media ini dinamakan wayang kontemporer karena
tokoh-tokoh wayang sudah diadaptasi sesuai dengan keadaan, situasi, dan
kebutuhan. Misalnya, untuk dongeng yang berjudul Siap Selem, media wayang
kontemporer yang dibutuhan sesuai dengan tokoh cerita atau dongeng tersebut.
2.4 Kegiatan Mendongeng
Kegiatan membacakan cerita atau mendongeng dapat dilakukan kapan saja
bahkan sejak bayi. Sejak bayi, anak sudah dapat dikenalkan pada buku.Bimbing
anak untuk membacakan isi ceritanya dengan berulang-ulang sebagai bekal
pemahamannya kelak dan membantu meningkatkan konsentrasinya. Anak dapat
diajak memilih buku sendiri buku-buku yang diinginkannya sesuai dengan
minatnya. Bila kebiasaan membaca sudah ditanamkan seja dini, kelak membaca
bukan lagi menjadi salah satu alternatif bermain, tetapi sudah merupakan suatu
kebutuhan (Sujiono, 2009). Ekspresi wajah orang dewasa dengan berbagai
intonasi emosi saat membacakan cerita atau mendongeng, dapat mengarahkan
anak menjadi lebih mandiri dalam mengeksplorasikan bacaan.
Berbagai sumber bacaan yang berisi kumpulan dongeng dapat
memudahkan para guru TK untuk mendapatkan cerita atau dongeng. Di sini peran
guru TK sangat penting dalam memilih cerita atau dongeng yang sesuai dengan
karakteristik anak dan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
12
2.5 Karakteristik Taman Kanak-Kanak
Pendidikan taman kanak-kanak (TK) merupakan pendidikan anak usia dini
pada jalur formal pendidikan anak usia dini yang bertujuan membantu anak didik
mengembangkan berbagai potensi baik psikis dan fisik yang meliputi moral dan
nilai agama, sosial, emosional, kemandirian, kognitif, bahasa, fisik/motorik dan
seni untuk siap memasuki sekolah dasar (Pasal 8 ayat 3 UU RI Nomor 20 tahun
2003). Dalam menuju kedewasaan setiap anak didik TK memerlukan kesempatan
untuk mengembangkan diri dengan ditunjang berbagai fasilitas, sarana dan
prasarana pendukungnya seperti alat peraga/alat permainan, perabot kelas, ruang
kelas/ruang bermain, guru, program-program pengembangan yang memadai serta
suasana pendidikan yang menunjang.
Taman Kanak-Kanak merupakan salah satu bentuk pendidikan anak usia
dini pada jalur pendidikan nonformal dengan mengutamakan kegiatan bermain
sambil belajar. Pendidikan anak usia dini yang diterapkan dalam program Taman
Kanak-Kanak didasarkan atas prinsip-prinsip: (1) berorientasi pada kebutuhan
anak, (2) sesuai dengan perkembangan anak, (3) sesuai dengan keunikan setiap
individu, (4) kegiatan belajar dilakukan melalui bermain, (5) anak belajar dari
yang konkrit ke abstrak, dari sederhana ke yang kompleks, dar gerakan ke vrbal,
dan dari diri sendiri ke sosial, (6) anak sebagai pembelajar aktif, (7) anak belajar
melalui interaksi sosial, (8) menyediakan lingkungan yang mendukung proses
belajar,(9) merangsang munculnya kreativitas dan inovatif, (10) mengembangkan
kecakapan hidup anak, (11) menggunakan berbagai sumber dan media belajar
yang ada di lingkungan sekitar, (12) anak belajar sesuai dengan kondisi sosial
budayanya, (13) melibatkan peran serta orang tua yang bekerja sama dengan para
pendidik di lembaga PAUD, dan (14) stimulasi pendidikan berifat menyeluruh
yang mencakup semua aspek perkembangan (Direktorat Pembinaan Pendidikan
Anak Usia Dini, 2011).
13
Dalam menyelenggarakan program pendidikan bagi anak usia 4 tahun
sampai 6 tahun perlu memperhatikan prinsip-prinsip tertentu. Adapun prinsip-
prinsip penyelenggaraan TK meliputi: (1) ketersediaan, (2) transisional, (3)
kerjasama, (4) kekeluargaan, (5) keberlanjutan, dan (6) pembinaan berjenjang.
Fungsi pendidikan TK adalah membina, menumbuhkan, mengembangkan
seluruh potensi anak secara optimal sehingga terbentuk perilaku dan kemampuan
dasar sesuai dengan tahap perkembangannya agar memiliki kesiapan untuk
memasuki pendidikan selanjutnya. Untuk mencapai fungsi tersebut, maka
program pembelajaran di TK mencakup bidang Pengembangan Perilaku dan
Pengembangan Kemampuan Dasar yang dilaksanakan melalui kegiatan bermain
bertahap, berkesinambungan dan bersifat pembiasaan. Pembelajaran di TK
dilakukan secara aktif dialogis dan kritis melalui pendekatan tematik dan
terintegrasi serta mengacu pada karakteristik program pembelajaran.
14
BAB III
MATERI DAN METODE PELAKSANAAN
3.1 Kerangka Pemecahan Masalah
Masalah yang terjadi di lokasi P2M ini adalah para guru TK di Kota
Singaraja belum memiliki pengetahuan dalam membuat media wayang
kontemporer untuk mendukung kegiatan mendongeng. Pengetahuan dan
keterampilan membuat wayang kontemporer sangat bermanfaat bagi guru untuk
meningkatkan daya tarik dan keaktifan anak TK dalam kegiatan mendongeng.
Berdasarkan masalah yang dialami oleh para guru TK di lokasi P2M yang
akan dilaksanakan ini, maka hal yang akan dilakukan untuk memecahkan masalah
tersebut adalah dengan memberikan kegiatan pendampingan pembuatan wayang
kontemporer. Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga
bulan. Pada awalnya para guru TK diundang ke satu tempat untuk mendapat
penjelasan tentang seluk beluk pembuatan dan penggunaan wayang kontemporer
dalam kegiatan mendongeng. Dalam kegiatan pengabdian kepada masyarakat ini
tempat yang digunakan adalah aula TK Negeri Pembina Kabupaten Buleleng.
Pendampingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan cara
berkunjung ke TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para guru TK
akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman secara
teoretis saja.
3.2 Realisasi Pemecahan Masalah
Kegiatan pendampingan akan dilakukan secara intensif selama tiga bulan.
Pada bagian awal para guru diundang ke Aula TK Negeri Pembina Kabupaten
Buleleng untuk mendapat penejelasan umum tentang pembuatan media wayang
kontemporer. Pembimbingan secara lebih intensif dilakukan oleh tim P2M dengan
cara berkunjung ke lima TK tempat P2M dilaksanakan. Dengan demikian para
guru akan mendapat pemahaman secara menyeluruh, tidak sekadar pemahaman
secara teoretis saja.
15
3.3 Khalayak Sasaran
Khalayak sasaran yang akan dilibatkan dalam kegiatan P2M ini adalah
para guru TK di Kota Singaraja sebanyak 50 orang. Guru yang dijadikan sasaran
P2M ini adalah guru-guru TK di Kota Singaraja yang: (1) siap meluangkan waktu
untuk didampingi membuat media wayang kontemporer dan (2) memiliki
motivasi yang tinggi untuk membuat wayang kontempore. Di antara 50 orang
peserta, dibagi menjadi enam kelompok sesuai dengan gugus TK untuk
diberikan pendampingan pembuatan wayang kontemporer secara lebih mendalam
dan intensif. Diharapkan guru yang mengikuti kegiatan pendampingan ini bisa
mendeseminasikan pengalamannya kepada guru lain di TK masing-masing dan
TK sekitarnya.
.
3.4 Metode yang Digunakan
P2M ini akan dilaksanakan dalam bentuk pendampingan yang terdiri dari
dua tahap yaitu: tahap pertama, pendampingan umum terhadap 50 orang guru
TK di Kota Singaraja tentang media grafis wayang kontemporer dan cara
pembuatannya dan tahap kedua, pendampingan secara intensif kepada lima
kelompok guru TK sesuai gugus TK di Kota Singaraja untuk membuat media
wayang kontemporer.
Pelaksanaan masing-masing tahap diuraikan sebagai berikut.
3.4.1 Tahap Pendampingan Umum
Langkah-langkah kegiatannya adalah sebagai berikut.
a. Merencanakan waktu dan tempat pendampingan bekerja sama dengan Kepala
UPP Kecamatan Buleleng.
b. Pelatihan umum tentang pengetahuan dan prosedur pembuatan wayang
kontemporer bagi para guru TK perserta P2M.
c. Diskusi dan tanya jawab tentang pembuatan wayang kontemporer antara
pelatih dengan peserta.
d. Pembentukan lima kolompok guru TK yang akan didampingi secara intensif
dalam pembuatan wayang kontemporer.
16
e. Kerja kelompok untuk memilih dan meringkas dongeng dibimbing oleh Tim
P2M.
3.4.2 Tahap Pendampingan Intensif Pelaksanaan Pembuatan Wayang
Kontemporer
a. Tahap pendampingan intensif pelaksanaan pembuatan wayang kontemporer
dilakukan selama tiga bulan pada lima kelompok.
b. Melakukan pemantauan dan pembimbingan terhadap produk wayang
kontemporer yang dihasilkan oleh para guru.
17
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Produk yang dihasilkan dalam kegiatan ini adalah media wayang
kontemprer. Wayang kontemporer yang dhasilkan oleh kelima kelompok guru TK
dinilai. Penilaian produk wayang kontemporer menggunakan instrumen berupa
lembar validasi produk berupa kuesioner atau angket.
Lembar validasi produk untuk menilai kualitas waang kontemporer yang
dihasilkan, adalah sebagai berikut.
GUGUS :..................
JUDUL DONGENG :................................................................................................
ANGKET TANGGAPAN/PENILAIAN AHLI MEDIA PEMBELAJARAN
MEDIA GRAFIS WAYANG KONTEMPORER
1. Kualitas kotak penyimpanan wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik
2. Kualitas bahan dan laminating wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat kurang baik Kurang baik Cukup baik Baik Sangat Baik
3. Kemenarikan desain cover Buku Dogeng
1 2 3 4 5
Sangat kurang
menarik
Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat
menarik
4. Kemenarikan penggunaan warna pada wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat kurang
menarik
Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat
menarik
18
5. Kejelasan tulisan/pengetikan
1 2 3 4 5
Sangat kurang jelas Kurang jelas Cukup jelas Jelas Sangat jelas
6. Kemenarikan tampilan wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat kurang
menarik
Kurang menarik Cukup menarik Menarik Sangat
menarik
7. Ketepatan ukuran wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
8. Kemudahan penggunaan media wayang kontemporer
1 2 3 4 5
Sangat sulit Sulit Cukup mudah Mudah Sangat mudah
9. Ketepatan ukuran wayang
1 2 3 4 5
Sangat kurang tepat Kurang tepat Cukup tepat Tepat Sangat tepat
Komentar dan Saran:
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………………………………
………………………………………………
Singaraja,…………………….2014
Validator,
……………………………………
19
Keterangan:
Setiap kriteria diberi skor 1, 2, 3, 4 atau 5
Sangat kurang skor 1
Kurang skor 2
Cukup skor 3
Baik skor 4
Sangat baik skor 5
Nilai = (Total skor : SMI) x 100%
Keterangan: SMI = skor maksimal ideal = 9 x 5 = 45
Nilai yang diperoleh dikonversikan ke Pedoman Konversi dengan Menggunakan
Pedoman Acuan Penilaian (PAP) Skala Lima.
Tabel 4.1 Pedoman Konversi PAP Skala Lima
Tingkat Penguasaan
(dalam %)
Kriteria
85-100 Sangat Baik
70-84 Baik
55-69 Cukup Baik
40-54 Kurang Baik
0-39 Sangat Kurang Baik
Peserta terdiri atas lima kelompok guru TK. Setiap kelompok
menghasilkan satu kotak media wayang kontemporer. Setiap kotak berisi buku
dongeng dan wayang kontemporer.
Gambar 4.1 Contoh Produk Wayang Kontemporer
20
Berikut adalah hasil penilaian terhadap produk wayang kontemporer yang
dihasilkan oleh para guru.
Tabel 4.2 Hasil Penilaian Media Wayang Kontemporer
No. Gugus dan TK Judul Dongeng Nilai Kriteria
(PAP Skala 5)
1 I: TK Kuncup
Harapan, TK Satya
Kumara, TK Tunas
Harapan, TK Widya
Kumara
Akibat Iri Hati 91,11 Sangat baik
2 II: TK Kemala
Bhayangkari II, TK
Surapat
Hiu Murah Senyum 91,11 Sangat baik
3 IV dan VII: TK Nurul
Mubin, TK
Diponegoro, TK Lab
Undiksha, TK Santa
Maria
Ubur-Ubur Jahat 88,89 Sangat baik
4 V: TK Mutiara, TK
Eka Dharma,
TKWidya Sanggraha,
TK Kartika
Pupi yang Sombong 88,89 Sangat baik
5 VI: TK Negeri
Pembina, TK Ceria
Asi, TK Tri Sula, TK
Dharma Suda, TK
Ath Thooriq, TK
Aisyiyah, TK Nrul
Huda
Laba-Laba Penolong 84,44 Baik
Jumlah 444,44
Rerata 88,89 Sangat baik
Berdasarkan Tabel 4.2 diketahui bahwa berdasarkan penilaian Tim Pengabdian
Kepada Masyarakat, terdapat empat produk wayang kontemporer berkriteria
sangat baik dan satu produk berkrieteria baik. Secara umum kelima produk
memiliki nilai rerata 88,89. Hal ini menunjukkan bahwa secara kuantitatif hasil
produk media grafis wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru TK
dalam kegiatan P2M berkriteria sangat baik.
Secara kualitatif terdapat beberapa saran yang diberikan oleh Tim
Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap produk media wayang kontemporer.
21
Saran-saran yang diberikan, antara lain: (1) beberapa wayang perlu diperkuat
tangkai dan ikatannya, (2) beberapa ukuran wayang perlu diperbesar, (3)
pemasangan tangkai wayang tidak cukup hanya menggunakan isolasi, sebaiknya
perlu dijahit dengan benang agar lebih kuat, (4) buku dongeng sebaiknya dijilid
langsung, (5) ukuran huruf pada buku dongeng terlalu kecil, sehingga perlu
digunakan font yang lebih besar, dan (6) beberapa item wayang kontemporer perlu
digunting sesuai bentuknya, sehingga lebih menarik. Keenam saran atau masukan
yang diberikan dapat dijadikan bahan acuan untuk merevisi produk media wayang
kontemporer.
4.2 Pembahasan
Kegiatan P2M ini telah mampu memberikan bekal pengetahuan dan
keterampilan tentang pembuatan media wayang kontemporer kepada para peserta.
Hal ini dapat dilihat dari produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para
peserta. Berkat pendampingan yang intensif, empat kelompok peserta
memperoleh nilai dalam kriteria sangat baik dan satu kelompok peserta mendapat
nilai dalam kriteria baik. Kelompok peserta yang memperoleh nilai tertinggi ada
dua, yakni Gugus I dengan judul dongeng Akibat Iri Hati dan Gugus II dengan
judul dongeng Hiu Murah Senyum. Kelompok peserta yang memperoleh nilai
terendah adalah Gugus VI dengan judul dongeng Laba-laba Penolong. Secara
umum produk wayang kontemporer sangat memuaskan karena rerata produk-
produk tersebut memiliki kriteria sangat baik. Dengan demikian, pendampingan
pembuatan media wayang kontemporer untuk kegiatan medongeng telah berhasil
dilaksanakan sesuai rencana dan tujuan yang ingin dicapai.
Keberhasilan ini patut disyukuri bersama karena berkat kerjasama
berbagai pihak, baik itu tim P2M, guru TK, dan kepala TK, serta Unit Pelaksana
Pendidikan Kecamatan Buleleng. Pada saat kegiatan penjelasan umum, Kepala
UPP Kecamatan Buleleng, Drs. Gede Wardana, berkenan mendampingi pemateri
tim P2M untuk memberikan sambutan dan motivasi kepada para peserta.
Faktor pendukung kegiatan ini adalah motivasi para peserta yang tinggi
untuk mengikuti kegiatan P2M. Selain itu, kemampuan guru TK untuk
mengoperasikan komputer sangat membantu dan memudahkan proses pembuatan
22
media wayang kontemporer. Faktor pendukung yang tidak kalah penting adalah
dukungan dari Kepala UPP Kecamatan Buleleng, para pengawas di lingkungan
Kecamatan Buleleng, dan para kepala TK mitra.
Walaupun kegiatan ini telah terlaksana dengan baik, terdapat pula faktor-
faktor penghambat. Faktor penghambat yang ditemui antara lain: (1) para guru
belum pernah membuat media wayang kontemporer, sehingga perlu
pendampingan secara intensif dan (2) kesibukan para guru untuk mengikuti
berbagai kegiatan dan pelaksanaan berbagai tugas cukup menyulitkan untuk
mempertemukan mereka dalam satu gugus untuk bersama-sama memproduksi
wayang kontemporer.
23
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Kegiatan P2M ini telah mampu meningkatkan pengetahuan dan
keterampilan para guru untuk membuat media wayang kontemporer. Hal ini dapat
dilihat dari hasil penilaian produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para
guru TK. Nilai rerata produk wayang kontemporer yang dihasilkan oleh para guru
TK adalah 88,89 berada pada kategori sangat baik. Secara kualitatif terdapat
beberapa saran yang diberikan oleh Tim Pengabdian Kepada Masyarakat terhadap
produk media wayang kontemporer.
5.2 Saran
Terdapat beberapa saran yang diajukan terkait dengan pelaksanaan P2M
ini adalah sebagai berikut. (1) Para guru TK yang telah didampingi membuat
media wayang kontemporer hendaknya mencoba untuk terus berlatih membuat
wayang kontemporer dengan judul dongeng yang lain, sehingga mampu
menghasilkan media wayang kontemporer sesuai kebutuhan TK. (2) Hasil yang
diperoleh oleh para guru TK perlu diimbaskan kepada para guru TK yang lain
agar kegiatan ini dapat memberikan manfaat yang luas bagi masyarakat,
khususnya para guru TK yang berminat untuk membuat media wayang
kontemporer.
24
DAFTAR PUSTAKA
Ali, M. 1992. Guru dalam Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algensindo.
Degeng, I N. S. 2001. Kumpulan Bahan Pembelajaran. Malang: LP3 UM.
Degeng, I N S., dkk., 1993. Proses Belajar Mengajar II (Media Pendidikan).
Malang: IKIP Malang.
Direktorat Pembinaan Pendidikan Anak Usia Dini. 2011. Petunjuk Teknis
Penyelenggaraan Taman Kanak-kanak. Jakarta: Direktorat Jenderal
Pendidikan Anak Usia Dini, Nonformal, dan Informal.
Ibrahim dan Syaodih S. 1996. Perencanaan Pengajaran. Jakarta: Pusat Perbukuan
Depdikbud dan Rineka Cipta.
Miarso, Y., dkk. 1987. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 58 tahun 2009 tentang Standar
Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen
Pendidikan Dasar dan Menengah, Direktorat Pembinaan TK dan SD.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Sadiman, A.S., Rahardjo, R., Haryono, A. & Rahardjito. 2002. Media Pendidikan;
Pengertian, Pengembangan dan Pemanfaatannya. Jakarta: Pustekkom
Dikbud dan RajaGrafindo Persada.
Setyosari, P. dan Sihkabuden. 2005. Media Pembelajaran. Malang: Elang Mas.
Tegeh, I M.. 2009. Media Pembelajaran. Singaraja: Universitas Pendidikan
Ganesha.
Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasonal.