PENDAHULUAN - · PDF fileFermentasi merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan...
Transcript of PENDAHULUAN - · PDF fileFermentasi merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan...
PENDAHULUAN
Tanaman-tanaman yang mengandung minyak atsiri ± 150–200 spesies tanaman yang
termasuk ke dalam suku Pinaceae, Labiateae, Compositeae, Lauraceae, Myrtaceae, dan
Umbelliferae. Minyak nilam (patchouli) merupakan salah satu contoh minyak atsiri dari
suku Labiateae. Minyak nilam terdapat pada daun, batang, dan akar. Minyak nilam paling
banyak terdapat pada daunnya (Ketaren, 1975; Depkes RI, 1995).
Salah satu metode isolasi minyak atsiri adalah destilasi. Macam-macam metode destilasi
yang dapat digunakan adalah destilasi air, destilasi air dan uap, serta destilasi uap. Proses
destilasi yang dipilih tergantung pada simplisianya. Minyak nilam dapat diisolasi dari
daunnya (Pogostemonis cablin folium) dengan menggunakan destilasi (Tyler, 1988;
Ketaren, 1975).
Proses destilasi minyak atsiri memiliki beberapa kelemahan. Salah satunya yaitu
kehilangan minyak atsiri selama proses penyulingan. Faktor-faktor yang menyebabkan
terjadinya kehilangan minyak atsiri antara lain kandungan minyak atsiri berkurang secara
bertahap selama penyulingan, penguapan minyak tidak terhenti secara tiba-tiba pada akhir
penyulingan, dan minyak atsiri masih ada yang terperangkap dalam jaringan tanaman
sehingga tidak dapat kontak dengan uap air (Guenther, 1987).
Minyak nilam dapat dihasilkan dengan beberapa teknik antara lain teknik destilasi,
ekstraksi, dan fermentasi. Minyak nilam dari daun kering yang diperoleh dengan
menggunakan teknik destilasi sebanyak 0,73 %, dengan teknik ekstraksi sebanyak 3,56 %
sedangkan dengan teknik fermentasi sebanyak 6,22 % (Yuliana, 2003).
Proses destilasi yang dilakukan pada daun nilam dapat mengakibatkan kehilangan minyak
atsiri karena terjadinya penguapan. Selain itu, proses isolasi minyak nilam dari daunnya
tidak sempurna karena minyak nilam masih terikat pada jaringan daun. Oleh karena itu,
diperlukan suatu metode untuk menghancurkan jaringan daun nilam agar jumlah minyak
nilam yang dapat diisolasi semakin optimal.
Fermentasi merupakan salah satu metode untuk menghancurkan jaringan daun nilam.
Prinsip fermentasi pada isolasi minyak nilam adalah dengan cara memecahkan dinding sel
1
2
rambut kelenjar dari daun nilam dengan menggunakan enzim yang terdapat dalam
mikroorganisme. Hancurnya dinding sel dan rambut kelenjar mengakibatkan minyak nilam
terpisah dari daun dan dapat diisolasi lebih mudah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis pengaruh fermentasi terhadap rendemen dan kualitas minyak nilam
berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI).
BAB 1
TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka meliputi : tinjauan botani, minyak atsiri, minyak nilam, tinjauan
farmakologi, fermentasi, destilasi, dan karakteristik minyak nilam.
1.1 Tinjauan Botani
Pada penelitian ini tanaman yang digunakan adalah Pogostemon cablin Benth dan bagian
tanaman yang digunakan adalah daun.
1.1.1 Klasifikasi Tanaman
Pogostemon cablin Benth diklasifikasikan sebagai berikut :
Divisi : Spermatophyta
Sub Divisi : Angiospermae
Kelas : Dicotyledonae
Bangsa : Solonales
Suku : Labiateae
Marga : Pogostemon
Jenis : Pogostemon cablin Benth.
Gambar 1.1 Pogostemon cablin.
3
4
1.1.2 Sinonim
Pogostemon javanicus Back. ex. Adelb, Pogostemon hortensis Backer, P. patchouli Pellet,
dan P. heyneanus Benth.
1.1.3 Nama Daerah
Ada beberapa nama daerah di Indonesia untuk tanaman ini, yaitu : nilam (Sumatera), dilem
(Jawa).
1.1.4 Morfologi
Pogostemon cablin (Blanco) Benth. merupakan semak, tumbuhan tahunan, dan tingginya
1-2 m. Batangnya berkayu, beralur, berambut, beruas-ruas, ketika masih muda warnanya
hijau setelah tua warnanya putih kotor. Daun tunggal, helaian daun berbentuk bulat telur
sampai jorong memanjang, ujungnya runcing, pangkal tumpul, tepi bergerigi, pertulangan
menyirip, permukaan berbulu, panjang sampai 7 cm, lebar sampai 6 cm, permukaan atas
hijau dan permukaan bawah hijau keunguan. Bunga majemuk, berwarna putih, biji kecil
dan coklat. Akar tunggang dan berwarna putih kecoklatan.
1.1.5 Ekologi dan Penyebaran
Nilam dapat tumbuh pada berbagai jenis tanah (andosol, latosol, regosol, podsolik, dan
grumusol) dengan tekstur lempung, liat berpasir dengan drainase yang baik dan pH tanah
5-7. Tanah yang mengandung bahan organik (humus) memberikan hasil yang paling baik.
Nilam tumbuh baik pada daerah dengan ketinggian <700 m dpl, karena pada dataran tinggi
kadar minyaknya menurun (<2%). Demikian pula pada keadaan ternaungi (<50% cahaya),
kadar minyaknya akan berkurang. Tanaman nilam membutuhkan curah hujan atau
ketersediaan air yang cukup. Curah hujan yang dikehedaki berkisar 2.500 – 3.500
mm/tahun, dengan suhu 24 – 28 ºC. Nilam membutuhkan 9 - 11 bulan basah per tahun.
Penyebaran tanaman nilam di Indonesia terdapat di beberapa daerah, yaitu NAD (Nanggro
Aceh Darussalam), Sumatera Barat, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah, dan Jawa
Barat. Tanaman nilam terdapat juga di Malaysia, Brazil, Cina, dan India.
5
1.2 Tinjauan Kimia
Daun nilam mengandung flavonoid, tanin, saponin, steroid/triterpenoid, dan minyak atsiri.
1.2.1 Minyak Atsiri
Minyak atsiri dikenal juga dengan nama minyak eteris atau minyak terbang (essential oil,
volatile oil) yang dihasilkan oleh tanaman. Pada suhu kamar minyak ini mudah menguap,
berbau wangi sesuai bau tanaman penghasilnya. Minyak atsiri merupakan salah satu hasil
sisa dari proses metabolisme dalam tanaman yang terbentuk karena reaksi antara berbagai
persenyawaan kimia dengan adanya air. Minyak atsiri disintesis dalam sel glandular
misalnya minyak nilam, ada juga yang terbentuk dalam pembuluh resin misalnya minyak
terpentin dari pohon pinus.
Fungsi minyak atsiri adalah membantu proses penyerbukan dengan menarik beberapa jenis
serangga atau hewan, mencegah kerusakan tanaman dari binatang maupun tanaman parasit,
dan sebagai cadangan makanan dalam tanaman. Selain itu, kontak antara tanaman secara
terus-menerus terhadap uap minyak atsiri akan mengakibatkan keracunan, kerusakan pada
zat-zat tumbuh, sifat permeabilitas semakin besar dan akhirnya tanaman akan mati.
Berdasarkan komponennya minyak atsiri digolongkan menjadi dua bagian, yaitu
hidrokarbon terutama dari golongan terpen, dan oxygenated hydrocarbon. Golongan
hidrokarbon yang terdapat dalam minyak atsiri terdiri dari monoterpen, sesquiterpen,
diterpen, politerpen, paraffin, dan hidrokarbon aromatik. Senyawa-senyawa yang termasuk
golongan oxygenated hydrocarbon adalah alkohol, aldehida, keton, oksida, dan ester.
Secara umum minyak atsiri tidak berwarna, kekuning–kuningan, beberapa jenis berwarna
kemerah–merahan, hijau, atau biru. Jika terkena udara dan sinar matahari maka akan
terjadi absorpsi oksigen udara sehingga menghasilkan warna minyak yang lebih gelap.
Minyak atsiri mudah menguap pada suhu kamar dan penguapan akan semakin cepat jika
suhu semakin tinggi. Umumnya tidak dapat bercampur dengan air, namun baunya dapat
terlarut dalam air. Minyak atsiri dapat larut dalam eter, alkohol, dan pelarut organik lainnya,
kurang larut dalam alkohol yang konsentrasinya kurang dari 70 %. Kelarutannya akan
menurun jika minyak atsiri mengandung terpen. Selain itu, minyak atsiri dapat mengalami
oksidasi, hidrolisis, polimerisasi (resinifikasi), dan penyabunan.
6
1.3 Minyak Nilam
Minyak nilam merupakan minyak atsiri yang diperoleh dari tanaman nilam (Pogostemon
cablin Benth.). Minyak nilam terdapat pada bagian batang, akar, dan daun tanaman nilam.
Minyak nilam berwarna coklat kehijauan sampai tua kemerahan, aromanya khas, awet, dan
mirip kamper. Kandungan minyak nilam adalah patchouli alkohol, patchoulene, azulene,
pogostol, norpaculenol, nortetrapaculol, seyselen, kariofilen, dan golongan sesquiterpen
lainnya yang belum teridentifikasi. Kandungan utama minyak nilam adalah patchouli
alkohol. Kadar patchouli alkohol dalam minyak nilam merupakan parameter yang
menunjukkan kualitas minyak nilam. Berdasarkan rancangan SNI tahun 2003 kadar
minimal patchouli alkohol adalah 31 %.
Patchouli alkohol (C15H26O) merupakan senyawa yang termasuk golongan sesqueterpen.
Patchouli alkohol meleleh pada suhu 39 – 40 oC, mendidih pada suhu 140 oC, tidak larut
dalam air, larut dalam alkohol, eter, dan pelarut organik lainnya.
Gambar 1.2 Struktur patchouli alcohol.
Syarat mutu minyak nilam berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI 06-2385-1998)
adalah seperti pada Tabel 1.1.
Tabel 1.1 Syarat Mutu Minyak Nilam (SNI 06-2385-1998)
Karakteristik Syarat Bobot jenis 25/25 oC 0,943 – 0,983 g/mL Indeks bias 20 oC 1,506 – 1,516
(-47o) – (-66o) Putaran optik Kelarutan dalam alkohol 90 %
Larut jernih atau opalisensi ringan dalam perbandingan volume 1 sampai 10 bagian
Bilangan asam maksimal 5,0 Bilangan ester maksimal 10,0 Kadar patchouli alkohol 31,0 %
7
1.4 Tinjauan Farmakologi
Minyak nilam menunjukkan aktivitas penghambatan terhadap bakteri Staphylococcus
aureus, E. coli dan jamur Micosporum gypscum. Ekstrak daun nilam meningkatkan
pertumbuhan rambut pada tikus jantan, tetapi pada tikus betina tidak menunjukkan
peningkatan (Marliani,2001 ; Yulianti, 2002).
1.5 Fermentasi
Fermentasi merupakan proses penguraian senyawa organik menjadi senyawa organik yang
lebih sederhana. Proses fermentasi menghasilkan energi, namun energi yang dihasilkan
lebih sedikit jika dibandingkan dengan proses respirasi aerobik. Energi yang dihasilkan
dalam proses fermentasi akan dimanfaatkan oleh mikroba untuk tumbuh dan berkembang
(Wanto, 1980).
Tahapan-tahapan yang terjadi pada proses fermentasi adalah terbentuknya enzim yang
berfungsi sebagai katalis pada perubahan senyawa organik, kemudian adanya pertumbuhan
mikroba yang mendapatkan energi dari perubahan senyawa organik tersebut, proses
selanjutnya adalah terjadinya proses kimia untuk mengubah senyawa organik tersebut
menjadi senyawa yang memiliki ukuran lebih kecil (Wanto, 1980).
Mikroorganisme mempunyai peranan penting dalam proses fermentasi. Mikroba yang
dapat menghasilkan enzim tertentu dapat dimanfaatkan dalam proses fermentasi. Enzim
merupakan zat yang berasal dari mahluk hidup yang dapat mempercepat reaksi kimia,
misalnya enzim selulase. Enzim tersebut dapat mempercepat proses penguraian selulosa
menjadi β-selobiosa. Salah satu penggunaannya adalah untuk menghancurkan selulosa
pada daun nilam sehingga senyawa yang terlindungi oleh selulosa dapat terlepas. Enzim
selulase dapat dihasilkan oleh beberapa mikroba, misalnya Trichoderma sp., Bacillus sp.,
dan Saccharomyces cereviceae (Mayende, 2006).
1.6 Destilasi
Destilasi adalah proses pemisahan komponen-komponen suatu campuran dari dua jenis
cairan atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan uap dari masing-masing zat tersebut.
Metode destilasi yang sering digunakan adalah penyulingan dengan air, penyulingan
dengan air dan uap, dan penyulingan dengan uap langsung. Prinsip penyulingan dengan air
adalah adanya kontak langsung antara bahan dengan air mendidih (Guenther, 1987).
8
Prinsip penyulingan dengan air dan uap adalah adanya kontak antara bahan dengan uap dan
tidak dengan air panas, uap selalu dalam keadaan basah, jenuh dan tidak terlalu panas.
Metode lainnya adalah penyulingan dengan uap, prinsipnya sama dengan penyulingan
dengan air dan uap, bedanya adalah pendidihan air dilakukan pada wadah yang berbeda
dengan bahan.
1.7 Karakteristik Minyak Nilam
Karakteristik minyak nilam yang ditentukan meliputi bobot jenis, indeks bias, bilangan
asam, kelarutan dalam etanol 90 %, dan kadar patchouli alkohol.
1.7.1 Bobot Jenis
Nilai bobot jenis minyak atsiri pada suhu 15 oC didefinisikan sebagai perbandingan antara
berat minyak pada suhu 15 oC dengan berat air pada volume air yang sama dengan volume
minyak pada suhu 15 oC.
1.7.2 Indeks Bias
Jika cahaya melewati media kurang padat ke media lebih padat, maka sinar akan
membelok atau membias dari garis normal. Jika e adalah sudut sinar pantul, dan i adalah
sudut sinar datang, maka menurut hukum pembiasan,
nN
eSiniSin=
⋅⋅
N adalah indeks bias media lebih padat, dan n adalah indeks bias media kurang padat.
1.7.3 Bilangan Asam
Bilangan asam dari suatu minyak didefinisikan sebagai jumlah miligram KOH yang
dibutuhkan untuk menetralkan asam bebas dalam 1 gram minyak. Bilangan asam minyak
atsiri dapat bertambah bila minyak tersebut disimpan dalam jangka waktu yang lama,
terutama bila cara penyimpanan minyak kurang baik. Proses oksidasi aldehida dan
hidrolisis ester yang terjadi pada minyak atsiri dapat menambah bilangan asam.
1.7.4 Kromatograf Gas – Spektrometri Massa
Kromatografi gas–spektrometri massa (KG–SM) merupakan teknik analisis terpadu. Setiap
komponen dalam teknik analisis terpadu mempunyai fungsi analisis tertentu. Pada teknik
KG–SM, kromatografi gas mempunyai fungsi untuk memisahkan senyawa analit yang
atsiri atau dapat dibuat atsiri dengan pembentukkan derivat, pada temperatur tinggi. Setiap
9
senyawa analit meninggalkan kolom sebagai pita sempit yang terpisah dengan waktu
keluar dari kolom yang berbeda.
Dalam ruang ionisasi, molekul analit atau molekul derivatnya bertumbukkan dengan aliran
elektron yang energinya cukup tinggi yang menggunakan potensial filamen 70 V,
terbentuk ion molekul analit dan sebagian terpecah menjadi fragmen molekul yang khas.
Parameter kromatografi gas adalah kromatogram dari senyawa yang dipisahkan, waktu
retensi, dan area di bawah puncak. Parameter spektrometri massa adalah massa ion
molekul, spektrum rasio m/z dari ion fragmen molekul dengan kelimpahannya dari setiap
komponen campuran senyawa yang telah dipisahkan pada kromatografi gas.
Pada penelitian ini kromatografi gas – spektrometri massa digunakan untuk mengetahui
komponen senyawa kimia yang terkandung dalam minyak nilam. Selain itu, kromatografi
gas – spektrometri massa dapat digunakan untuk mengetahui konsentrasi suatu senyawa
yang terkandung dalam minyak nilam.