Tugas Nilam Kelompok 1

22
MAKALAH AGROINDUSTRI DAN LINGKUNGAN OPTIMALISASI PRODUKSI ATSIRI NILAMOLEH KELOMPOK 1 A B C D E F G H I J K FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS JAMBI 2015

description

TUGAS AGROINDUSTRI DAN LINGKUNGAN - NILAM

Transcript of Tugas Nilam Kelompok 1

  • MAKALAHAGROINDUSTRI DAN LINGKUNGAN

    OPTIMALISASI PRODUKSI ATSIRI NILAM

    OLEH

    KELOMPOK 1

    A

    B

    C

    D

    E

    F

    G

    H

    I

    J

    K

    FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

    UNIVERSITAS JAMBI

    2015

  • iKATA PENGANTAR

  • ii

    DAFTAR ISI

    KATAPENGANTAR............................................................................................. i

    DAFTAR ISI.......................................................................................................... ii

    BAB I PENDAHULUAN...................................................................................... 1

    1.1 Latar Belakang........................................................................................1

    1.2 Rumusan Masalah...................................................................................2

    1.3 Tujuan..................................................................................................... 2

    BAB II LANDASAN TEORI............................................................................... 3

    2.1 Klasifikasi Tanaman Nilam.................................................................... 3

    2.2 Kandungan Nilam...................................................................................3

    2.3 Jenis-jenis Nilam.................................................................................... 4

    BAB III METODE PENGOLAHAN...................................................................6

    3.1 Proses Pengolahan Minyak Nilam..........................................................6

    3.2 Proses Pengolahan Limbah Minyak Nilam............................................ 7

    BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................9

    4.1 Pengolahan Minyak Nilam..................................................................... 9

    4.2 Pengolahan Limbah Minyak Nilam......................................................16

    BAB V PENUTUP............................................................................................... 18

    5.1 Kesimpulan...........................................................................................18

    5.2 Saran..................................................................................................... 18

    DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................19

  • 1BAB I

    PENDAHULUAN

    1.1 Latar BelakangIndonesia merupakan negara penghasil minyak nilam terbesar di dunia

    yang memenuhi kebutuhan minyak nilam dunia dengan pangsa pasar 90%.

    Pada tahun 2004, ekspor nilam Indonesia mencapai 2074 ton atau senilai

    US$ 27,137 juta. Namun, beberapa tahun terakhir posisinya mulai terancam

    oleh negara Cina, India, dan Vietnam.

    Minyak Nilam adalah salah satu jenis minyak atsiri, yang cukup penting.

    Minyak atsiri adalah minyak yang dihasilkan dari proses metabolisme

    sekunder tanaman yang mempunyai aroma, mudah menguap, larut dalam

    alkohol dan biasanya tersusun dari senyawa terpen atau sesquiterpen. Oleh

    karena sifatnya yang demikian, minyak atsiri dinamakan juga dengan minyak

    terbang (Volatile oil), minyak eteris atau minyak atrisi. Dalam perdagangan

    dunia minyak atsiri disebut dengan essential oil.

    Minyak nilam Indonesia sangat digemari pasar Amerika dan Eropa

    terutama digunakan untuk bahan baku industry pembuatan minyak wangi,

    kosmetika, farmasi dan industri yang lainnya. Minyak nilam (patchouli oil)

    diperoleh dari proses penyulingan daun nilam (Pogostemon cablin Benth).

    Dalam industri parfum, minyak nilam digunakan sebagai bahan fixative

    (pengikat wewangian) yang sampai saat ini belum dapat disintesis.

    Budidaya dan produksi pengolahan minyak nilam di Indonesia umumnya

    dilakukan petani dan agroindustri penyulingan nilam yang menggunakan

    teknologi yang masih tradisional dan memiliki keterbatasan di bidang

    pengetahuan ekstraksi minyak nilam sehingga pengawasan terhadap mutunya

    sangat kurang diperhatikan. Selain itu, masalah lain yang mereka hadapi

    adalah masalah permodalan, baik dalam budidaya tanaman nilam maupun

    pengolahannya. Keterbatasan itulah yang mendorong dilakukannya upaya

    optimalisasi nilai tambah setiap komuditas pertanian khususnya produksi

    pengolahan minyak nilam pada tingkat petani desa. Dalam perspektif

    optimalisasi tersebut, peran agroindustri sebagai wahana ekstraksi nilai

  • 2tambah dan inovasi menjadi sangat penting. Pemberdayaan agroindustri

    pengolahan nilam skala kecil dan menengah pada tingkat pedesaan

    diharapkan mampu meningkatkan pendapatan para petani nilam dan

    masyarakat sekitarnya.

    1.2 Rumusan Masalah

    1. Apa yang dimaksud dengan nilam?

    2. Apakah manfaat dari nilam?

    3. Bagaimana cara mengoptimalkan pengolahan nilam?

    4. Bagaimana cara memanfaatkan limbah nilam?

    1.3 Tujuan

    1. Mengetahui cara pengolahan nilam agar lebih produktif.

    2. Mengetahui cara memanfaatkan limbah nilam sebagai bahan yang

    memiliki nilai jual.

  • 3BAB II

    LANDASAN TEORI

    Tanaman nilam merupakan tanaman perdu wangi berdaun halus dan

    berbatang segiempat. Daun kering tanaman ini disuling untuk mendapatkan

    minyak nilam yang banyak digunakan diidang industri. Fungsi utama minyak

    nilam sebagai bahan baku pengikat dan sebagai bahan eteris untuk parfum agar

    aroma keharumannya bertahan lebih lama. Selain itu minyak nilam digunakan

    sebagai bahan campuran produk kosmetika, kebutuhan industri makanan,

    kebutuhan aromaterapi serta berbagai kebutuhan industri lainnya.

    2.1 Klasifikasi Tanaman NilamKingdom : Plantae (Tumbuhan)

    Sub-kingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)

    Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

    Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)

    Kelas : Magnoliopsida (Berkeping dua/dikotil)

    Sub-kelas : Asteridae

    Ordo : Lamiales

    Famili : Lamiaceae

    Genus : Pogostemon

    Spesies : Pogostemon sp.

    2.2 Kandungan NilamMinyak nilam mengandung beberapa senyawa, antara lain benzaldehid

    (2,34%), kariofilen (17,29%), a-patchoulien (28,28%), buenesen (11,76%), dan

    patchouli alkohol (40,04%). Sementara itu, kandungan minyak dalam batang,

    cabang, atau ranting jauh lebih kecil (0,4-0,5%) daripada bagian daun (5-6%).

    Standar mutu minyak nilam belum seragam untuk seluruh dunia. Setiap negara

    menentukan sendiri standar minyak nilamnya. Indonesia menetapkan standar

    mutu minyak nilam untuk ekspor dengan berat jenis 0,943-0,983, indeks bias

    1,504-1,514, bilangan ester maksimum 10,0, bilangan asam 5,0, warna kuning

    muda sampai cokelat, dan tidak tercampur dengan bahan lain.

  • 42.3 Jenis-jenis NilamNilam (Pogostemon sp.), termasuk familia Labiatae dan umumnya dikenal

    dengan nama Patchouli, tumbuh berupa semak setinggi kurang lebih 1 m, baik di

    dataran tinggi maupun di dataran rendah. Di Indonesia dikenal 3 jenis nilam,

    yaitu Pogostemon Cablin disebut Nilam Aceh, Pogostemon Heyneanus disebut

    Nilam Jawa, dan Pogostemon Hortensis disebut Nilam Sabun (Sobardini,

    Suminar & Murgayanti, 2006).

    Pogostemon Cablin

    Nilam aceh diperkirakan berasal dari Filipina atau Semenanjung

    Malaysia dan masuk ke Indonesia lebih dari seabad yang lalu. Nilam aceh

    mengandung sekitar 2,5-5 % minyak, sehingga banyak diminati oleh petani

    maupun pasar.

    Pogostemon Heyneanus

    Sering juga dinamakan nilam jawa berasal dari India, disebut juga nilam

    kembang karena dapat berkembang. Kandungan minyaknya lebih rendah 2-3

    kali lipat dari nilam aceh, yaitu berkisar antara 0,5-1,5%. Namun, nilam jawa

    lebih tahan terhadap penyakit layu bakteri dan nematoda dibanding nilam

    aceh. Wahyuno dan Sukamto (2010) juga melaporkan bahwa nilam jawa

    tahan terhadap penyakit budok yang disebabkan oleh jamur Synchytrium

    pogostemonis .

    Pogostemon Hortensis

    Jenis ini hanya terdapat di Banten. Kandungan minyaknya juga rendah,

    berkisar antara 0,5-1,5%. Mutu minyaknya juga kurang baik sehingga kurang

    diminati oleh pasar (Amalia, 2008).

    Selain bermanfaat bagi berbagai ragam kebutuhan industri, masa panen

    tanaman nilam relatif singkat dan mempunyai jangka waktu hidup cukup lama.

    Proses pemeliharaan dan pengendalian tanaman relatif mudah dan potensi

    pasarnya sudah jelas. Pola perdagangan minyak nilam tidak terkena kuota ekspor

    dan sampai saat ini belum ditemukan bahan sintetis atau bahan pengganti yang

    dapat menyamai manfaat minyak nilam. Sebab itu kondisi dan potensi minyak

    nilam tersebut merupakan basic power di sektor industri (Adharini, 2009).

  • 5Walaupun kontribusi ekspor minyak nilam relatif kecil, tetapi perkembangan

    volume dan nilainya relatif meningkat setiap tahun. Kekhasan aroma, warna, dan

    komponen yang terkandung dalam minyak nilam asal Indonesia merupakan

    kelebihan tersendiri sehingga pasaran minyak ini menjadi suatu primadona dalam

    bisnis minyak atsiri internasional (Nugroho, 2008).

    Sentra tanaman nilam di Indonesia tersebar di beberapa provinsi Sumatera,

    Jawa, Kalimantan, Sulawesi dan beberapa wilayah lain yang belum tercatat

    sebagai wilayah produsen minyak nilam. Sebaran di wilayah Sumatera terdapat di

    Aceh, Sumatera Utara, Riau, Sumatera Barat, Jambi, Sumatera Selatan, Bengkulu

    dan Lampung. Di wilayah Kalimantan mulai dikembangkan di Kalimantan

    Selatan dan Kalimantan Tengah, wilayah Sulawesi meliputi Sulawesi Tengah,

    Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat dan Sulawesi Tenggara sedangkan untuk

    wilayah Jawa seperti Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta dan Jawa Barat.

    Keunggulan minyak nilam asal Indonesia telah dikenal di berbagai negara

    pengimpor minyak nilam seperti Amerika, Perancis, Belanda, Jerman, Jepang,

    Singapura, Hongkong, Mesir dan Arab Saudi. Minyak nilam dalam industri

    digunakan sebagai bahan fiksasi yaitu bahan pengikat yang belum dapat

    digantikan oleh minyak lain sampai dengan saat ini. Selain itu, minyak nilam

    merupakan minyak atsiri yang tidak dapat dibuat secara sintesis.

    Berdasarkan kenyataan tersebut, maka perlu disiapkan panduan bagi

    petani/kelompok tani, petugas lapangan dan pelaku usaha dalam menerapkan dua

    perlakuan pascapanen yang baik dan benar dalam bentuk Pedoman Teknis

    Pascapanen yang mengacu pada prinsip-prinsip Good Agricultural Practices

    (GAP) dan Good Handling Practices (GHP) untuk menghasilkan minyak nilam

    yang bermutu. Keberhasilan penanganan pascapanen sangat tergantung dari mutu

    bahan baku dari kegiatan budidaya oleh karena itu penanganan proses produksi di

    kebun juga harus memperhatikan dan menerapkan cara budidaya yang baik dan

    benar. Penerapan GAP dan GHP menjadi jaminan bagi konsumen bahwa produk

    yang dipasarkan diperoleh dari hasil serangkaian proses yang efisien, produktif

    dan ramah lingkungan. Dengan demikian, petani akan mendapatkan nilai tambah

    berupa insentif peningkatan harga dan jaminan pasar (Natawidjaya, 2012).

  • 6BAB III

    METODE PENGOLAHAN

    3.1 Proses Pengolahan Minyak Nilam

  • 73.2 Proses Pengolahan Limbah Minyak NilamA. Pupuk Cair Organik

    LIMBAH EKSTAKSI NILAM+ DAUN KACANG TANAH

    UJI KADARN, P, K

    DIKERINGKAN PADAOVEN DENGANSUHU 100O C SELAMA 4 JAM

    PENDINGINAN SUHUKAMAR

    FERMENTASI 14HARI

    AIR, MOLASE

    BAKTERI EM48%

    FILTRASIPADATAN

    FILTRAT

    ANALISAKADAR N, P, KDENGAN KJEHLDAL,

    SPEKTROPHOTOMETERDAN

    FLAMEPHOTOMETER

    PUPUK CAIRORGANIK

  • 8B. Dupa dan Obat Nyamuk Bakar

    Keterangan:

    AW = akar wangi, SW = sereh wangi, NL = nilam

    TK = tempurung kelapa

    LIMBAH PADATPENYULINGAN MINYAK

    ATSIRI

    PENJEMURAN DAN PEMISAHANDARI BAHAN KONTAMINAN

    PENGGILINGAN DANPENYARINGAN 80 MESH

    PENIMBANGANBAHAN-BAHAN

    GOM+ONGGOK+BENZOAT+AIR

    PANAS (A)

    A+LIMBAHPENYULINGAN MINYAKAW, SW DAN NL+TK

    PENCETAKAN DANPENGERINGAN PADA

    OVEN 65OC

    PRODUK

  • 9BAB IV

    PEMBAHASAN

    4.1 Pengolahan Minyak NilamA. Panen

    1. Umur dan Waktu Panen

    Minyak nilam diperoleh dari penyulingan daun dan tangkai nilam. Panen

    nilam dapat dilakukan pada umur 6-8 bulan setelah tanam. Sebaiknya

    cabang-cabang tingkat pertama tidak dipanen terutama pada musim kemarau.

    Minimal satu cabang ditinggalkan untuk menstimulir pertumbuhan

    cabang-cabang baru dan mencegah kematian tanaman terlalu cepat. Panen

    biasanya dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang kedua atau

    sekitar 15-20 cm dari atas permukaan tanah. Produksi terna pertama masih

    rendah (sekitar 50-75% dari produk normal). Panen berikutnya dapat

    dilakukan setiap 4-6 bulan sekali tergantung dari curah hujan dan kesuburan

    tanah. Bila panen dilakukan menjelang musim kemarau, regenerasi tunas

    biasanya lebih lambat. Dalam keadaan demikian panen dapat diundur

    menjadi 6 bulan, yaitu menunggu sampai awal musim hujan. Waktu panen

    perlu diatur sedemikian rupa (disesuaikan dengan pola hujan), sehinga

    setelah tanamam dipanen tidak mengalami musim kering yang terlalu lama.

    Panen sebaiknya dilakukan pada pagi hari atau sore hari agar daun tetap

    mengandung minyak atsiri yang tinggi. Apabila dilakukan pada siang hari

    maka sel-sel daun akan melakukan proses metabolisme yang akan

    mengurangi laju pembentukan minyak dan daun kurang elastis, sehingga

    kehilangan minyak akan lebih besar karena daun mudah sobek. Begitu pula

    dengan adanya transpirasi daun yang lebih cepat menyebabkan jumlah

    minyak yang dihasilkan akan berkurang. Pemanenan dilakukan sebelum daun

    berubah warna menjadi coklat, karena daun yang demikian telah kehilangan

    sebagian minyaknya.

  • 10

    2. Cara Panen

    Cara memanen dapat menggunakan sabit atau ani-ani atau gunting stek.

    Pemanenan dengan menggunakan sabit lebih cepat dan menghemat tenaga

    kerja. Panen biasanya dilakukan dengan pemangkasan rumpun diatas cabang

    kedua atau sekitar 15-20 cm dari atas permukaan tanah.

    Panen dengan menggunakan sabit hendaknya batang dan cabang tidak

    dibabat habis tetapi disisakan 15 cm dari tanah, tinggalkan 1-2 cabang

    untuk merangsang pertumbuhan tunas-tunas baru pada fase selanjutnya.

    Pemanenan dan kebersihan alat-alat panen harus diperhatikan. Di setiap

    kebun harus disediakan tempat pencucian alat.

    3. Hasil Panen

    Satu hektar lahan nilam bila dipelihara dengan baik dan mengikuti pola

    budidaya yang benar dapat menghasilkan daun basah sekitar 25 ton atau

    setara dengan 6,25 ton (25%) daun kering. Hasil ini diperoleh bila

    diasumsikan batang/pohon menghasilkan 1 kg daun basah. Hasil panen

    dipengaruhi oleh lokasi lahan, jarak tanam, jenis varietas yang ditanam dan

    pohon pelindung.

    B. Pelayuan dan Pengeringan

    Pengeringan/pelayuan dilakukan dengan cara dijemur selama 4 jam yang

    diikuti dengan pengering anginan kurang lebih selama 6 hari hingga

    mencapai kadar air antara 12-15%. Kadar air yang terkandung dalam daun

    ini harus dipertahankan sampai proses penyulingan berlangsung. Bila

    penyulingan tidak dapat langsung dilaksanakan, penyimpanan daun kering

    disarankan tidak lebih dari satu minggu. Proporsi daun terhadap tangkai yang

    terbaik adalah 1:1.

    C. Perajangan

    Perajangan merupakan upaya mengurangi ketebalan bahan yang

    bertujuan agar kelenjar minyak dapat terbuka sebanyak mungkin sehingga

    akan terjadi peningkatan difusi yang akan mempercepat penguapan dan

    penyulingan minyak nilam. Perajangan sebaiknya dilakukan pada daun nilam

    yang telah kering dengan panjang rajangan berkisar 1520 cm. Perajangan

    daun segar dapat menyebabkan penurunan rendemen minyak.

  • 11

    D. Persiapan SebePenyulingan

    Beberapa hal yang harus diperhatikan sebelum penyulingan diantaranya

    alat penyuling harus dibersihkan terlebih dahulu. Setelah itu dilakukan

    kontrol terhadap saluran pipa pendingin serta ketersediaan air yang ada pada

    bak (kolam) pendingin. Selain itu tempat-tempat penampungan minyak harus

    dalam keadaan bersih. Sebelumnya tenaga penyuling (operator) hendaknya

    telah mempersiapkan terlebih dahulu.

    Langkah selanjutnya yaitu mempersiapkan bahan bakar dalam jumlah

    yang cukup, sesuai jenis peralatan penyulingan yang digunakan. Setelah itu

    siapkan bahan baku daun kering yang sudah dirajang dan berkualitas baik

    dalam jumlah yang sesuai dengan kapasitas atau daya tampung ketel suling.

    Rajangan daun nilam kering kemudian dimasukkan dalam ketel

    penyulingan. Pengisian ketel harus dilakukan secara merata dan padat pada

    seluruh bagian agar uap air yang ada dalam ketel dapat meyebar secara

    merata. Sebelum dimasukkan daun hendaknya ditimbang terlebih dahulu

    untuk mengetahui perbandingan bahan baku dan hasil yang akan didapatkan

    pada proses akhir. Lakukan pengontrolan aliran pemisahan air dan minyak

    pada tempat penampungan yang dibuat. Kepadatan nilam dalam penyulingan

    yang baik adalah 110 120 gr/liter.

    E. Penyulingan

    Penyulingan merupakan proses pemisahan komponen yang berupa

    cairan dari dua macam campuran atau lebih berdasarkan perbedaan tekanan

    uap dari masing-masing komponen tersebut. Campuran cairan yang disuling

    dapat berupa cairan yang tidak larut (immiscible) dan selanjutnya

    membentuk dua fase atau cairan yang saling melarutkan secara sempurna

    (miscible) yang hanya membentuk satu fase. Pada prakteknya, penyulingan

    campuran cairan dua fase dilakukan untuk memisahkan minyak atsiri dari

    bahan tanaman dengan cara penguapan dengan bahan uap air.

    Penyulingan uap memerlukan pengawasan tekanan uap yang teliti karena

    penyulingan pada tekanan uap yang terlalu tinggi dapat menyebabkan

    rusaknya minyak atau gosong (burnt). Kadar patchouli alkohol merupakan

    karakteristik penting dalam minyak karena akhir-akhir ini komponen tersebut

  • 12

    menjadi persyaratan yang diminta oleh konsumen (importir). Umumnya

    konsumen mensyaratkan kadar patchouli alkohol minimum 30. (Tabel 1)

    Dalam industri minyak atsiri dikenal tiga macam metode penyulingan,

    yaitu (a) penyulingan dengan air (water distillation), (b) penyulingan dengan

    uap dan air (water and steam distillation), dan (c) penyulingan dengan uap

    (steam distillation). Pemilihan metode penyulingan ini sangat penting untuk

    mendapatkan minyak atsiri yang bermutu tinggi.

    a. Water Distillation

    Pada penyulingan dengan air (water distillation), bahan yang akan

    disuling kontak langsung dengan air mendidih (direbus). Bahan tersebut

    mengapung di atas air atau terendam secara sempurna tergantung dari bobot

    jenis dan jumlah bahan yang disuling. Bahan yang disuling harus dapat

    bergerak bebas di dalam air yang mendidih untuk mendapatkan proses

    penyulingan yang sempurna. Oleh karena itu, umumnya metode penyulingan

    dengan air membutuhkan ukuran ketel dengan diameter yang lebih besar dari

    ukuran tingginya sehingga tekanan akibat berat bahan dapat dihindari.

    Metode penyulingan dengan air cocok digunakan untuk bahan-bahan

    yang berbentuk tepung dan bunga-bungaan yang mudah menggumpal jika

    dikenai panas. Metode penyulingan ini kurang cocok untuk bahan-bahan

    yang mudah larut dalam air. Minyak yang dihasilkan dari penyulingan

    dengan air relatif kurang baik mutunya karena adanya kontak langsung

    antara bahan dengan air yang cenderung mengakibatkan hidrolisis

    bahan-bahan ester pembentuk minyak atsiri.

    Waktu yang diperlukan untuk penyulingan dengan air relatif lebih lama

    dibandingkan dengan metode penyulingan yang lain. Metode penyulingan ini

    sudah jarang digunakan kecuali untuk bahan-bahan yang tidak dapat disuling

    dengan penyulingan air dan uap (water and steam distillation) atau dengan

    penyulingan uap (steam distillation).

  • 13

    Gambar 1. Rangkaian alat Water Distillation

    b. Water and Steam Distillation

    Pada penyulingan dengan air dan uap, bahan yang akan disuling terletak

    pada rak/saringan berlubang yang berada di atas air mendidih (dikukus).

    Bahan yang akan disuling hanya berhubungan dengan uap dan tidak

    berhubungan dengan air panas. Ciri khas penyulingan adalah uap selalu

    dalam keadaan basah/jenuh dan tidak terlalu panas sehingga peristiwa

    gosong dapat dihindari. Metode penyulingan ini cocok untuk bahan-bahan

    berupa rumput, biji, dan daun-daunan. Dibandingkan dengan penyulingan air,

    metode penyulingan ini lebih unggul karena proses dekomposisi minyak

    (hidrolisa ester, polimerisasi, dan resinifikasi) lebih kecil. Selain itu, lebih

    efisien karena jumlah bahan bakar lebih sedikit, waktu penyulingan lebih

    singkat, dan rendemen minyak yang dihasilkan lebih tinggi. Keuntungan

    metode penyulingan ini antara lain konstruksi alat sederhana, mudah dirawat,

    serta biaya pengoperasiannya rendah sehingga cocok untuk industri minyak

    atsiri skala kecil dan menengah. Kelemahannya yaitu jumlah uap yang

    dibutuhkan cukup besar. Sejumlah uap akan mengembun dalam jaringan

    tanaman, sehingga bahan bertambah basah, dan dapat menyebabkan

    penggumpalan bahan. Penggumpalan akan menghambat penetrasi uap ke

    dalam bahan dan dapat menyebabkan terbentuknya jalur uap yang

    mengakibatkan proses penyulingan kurang sempurna.

    Untuk mendapatkan proses penyulingan yang efisien, hal-hal yang perlu

    diperhatikan dalam metode penyulingan air dan uap yaitu 1) ukuran bahan

  • 14

    olah harus seragam, 2) ruang antar bahan cukup (bersifat porous/berongga)

    agar uap mudah berpenetrasi, dan 3) pengisian/kepadatan bahan dalam ketel

    harus merata agar uap dapat menembus bahan secara merata dan

    menyeluruh.

    Gambar 2. Rangkaian alat Water and Steam Distillation

    Gambar 3. Rangkaian alat Water and Steam Distillation

  • 15

    c. Steam Distillation

    Pada penyulingan dengan uap, sumber uap panas menggunakan steam

    boiler yang letaknya terpisah dari ketel penyuling. Cara penyulingan ini baik

    digunakan untuk bahan dari biji-bijian, akar atau kayu yang banyak

    mengandung komponen minyak yang bertitik didih tinggi.

    Selama proses penyulingan, suhu ketel diawasi agar tidak melampaui

    suhu superheated steam. Hal ini bertujuan untuk menghindari pengeringan

    bahan yang disuling, yang akan menyebabkan rendemen minyak rendah.

    Selain itu, tekanan dan suhu yang terlalu tinggi akan menguraikan komponen

    kimia dan dapat mengakibatkan proses resinifikasi minyak. Metode

    penyulingan ini kurang baik digunakan untuk bahan yang mengandung

    minyak atsiri yang mudah rusak oleh pemanasan, terutama minyak atsiri

    yang berasal dari bunga.

    Peralatan penyulingan dengan uap umumnya mempunyai konstruksi

    yang lebih rumit dengan biaya perawatan dan pengoperasiannya yang lebih

    mahal dibandingkan dengan metode penyulingan yang lain. Penerapan

    metode ini lebih cocok untuk industri minyak atsiri dalam skala yang besar.

    Gambar 4. Skema alat Steam Distillation

  • 16

    Gambar 2. Rangkaian alat Steam Distillation

    4.2 Pengolahan Limbah Minyak Nilam1. Pembuatan Pupuk Cair Organik dengan Proses Fermentasi

    Pupuk organik atau pupuk alam merupakan hasil akhir dari penguraian

    bagian-bagian atau sisa tanaman dan binatang. Pupuk organik berasal dari

    limbah atau kotoran hewan dan kompos yang dapat diubah dalam tanah

    menjadi bahan-bahan organik tanah. Pupuk organik mempunyai kelarutan

    unsur hara yang rendah di dalam tanah. Biasanya penggunaan pupuk ini

    ditujukan untuk memperbaiki sifat fisik dan biologi tanah.

    Untuk memudahkan unsur hara dapat diserap oleh tanah dan tanaman,

    bahan organik dapat dibuat menjadi pupuk cair terlebih dahulu. Pupuk cair

    tersebut dapat diproduksi salah satunya dengan proses fermentasi yang

    menghasilkan hara yang dibutuhkan oleh tanah.

    Pupuk cair mengandung unsur-unsur hara yang diperlukan untuk proses

    pertumbuhan, perkembangan dan kesehatan tanaman. Unsur-unsur itu terdiri

    dari unsur nitrogen (N) untuk pertumbuhan tunas, batang dan daun, unsur

    fosfor (P) untuk merangsang pertumbuhan akar, buah dan biji serta unsur

    kalium (K) untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap serangan hama

    dan penyakit.

  • 17

    2. Pembuatan Dupa dan Obat Nyamuk Bakar

  • 18

    BAB V

    PENUTUP

    5.1 Kesimpulan

    1. Pengolahan

    2. ugu

    5.2 Saran

    1. A

    2. B

    3. C

  • 19

    DAFTAR PUSTAKA

    Sobardini, Denny, Erni Suminar & Murgayanti. 2006. Perbanyakan Cepat

    Tanaman Nilam. Bandung: Universitas Padjadjaran.

    Amalia. 2008. Karakteristik Tanaman Nilam di Indonesia. Bogor

    Adharini, D. Wulan. 2009. Budidaya dan Penyulingan Tanaman Nilam Aceh.

    Surakarta: Universitas Sebelas Maret

    Nugroho, Adi. 2008. Kondisi Tanaman Nilam. Yogyakarta: Universitas Indonesia

    Natawidjaya, Herdradjat. 2012. Pedoman Teknis Penanganan Pascapanen Nilam.

    Jakarta: Direktorat Jenderal Perkebunan

    Santi, S. Soraya. 2008. Kajian Pemanfaatan Limbah Nilam untuk Pupuk Cair

    Organik dengan Proses Fermentasi. Surabaya: UPN Veteran

    KATA PENGANTARDAFTAR ISIBAB IPENDAHULUANLatar BelakangRumusan MasalahTujuan

    BAB IILANDASAN TEORIKlasifikasi Tanaman NilamKandungan NilamJenis-jenis Nilam

    BAB IIIMETODE PENGOLAHANProses Pengolahan Minyak NilamProses Pengolahan Limbah Minyak Nilam

    BAB IVPEMBAHASANPengolahan Minyak NilamPengolahan Limbah Minyak Nilam

    BAB VPENUTUPKesimpulanSaran

    DAFTAR PUSTAKA