PENDAHULUAN Latar Belakang -...

11
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat lebih besar daripada nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Jepang, Uni Eropa dan China. Dari sisi volume, ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat masih lebih kecil daripada volume ekspor ke China namun tetap lebih basar daripada volume ekspor ke Jepang dan Uni Eropa. Data ekspor perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia menunjukkan bahwa pada tahun 2012 total ekspor perikanan Indonesia ke seluruh dunia sebanyak 1.229.114 ton dengan nilai US$ 3.853.658.000,00. Dari total ekspor tersebut, sebanyak 295.486 ton (24%) ditujukan ke China, 10,9% ke Amerika Serikat, 9,7% ke Jepang dan 7,1% ke Uni Eropa (Gambar 1). Berdasarkan nilai ekspor yang dihasilkan, nilai ekspor terbesar diperoleh dari Amerika Serikat yaitu sebesar 29,8% diikuti Jepang (21,9%), Uni Eropa (11,6%) dan China (7,4%) (Gambar 2). Kepiting, termasuk di dalamnya rajungan, adalah salah satu komoditas yang disebutkan secara spesifik dalam ringkasan laporan statistik ekspor perikanan Indonesia yang dipublikasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia selain komoditas udang dan komoditas tuna, tongkol, cakalang. Penyebutan ini menunjukkan posisi penting kepiting dalam sektor 1

Transcript of PENDAHULUAN Latar Belakang -...

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Amerika Serikat adalah salah satu negara tujuan utama ekspor produk

perikanan Indonesia. Nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Amerika Serikat

lebih besar daripada nilai ekspor produk perikanan Indonesia ke Jepang, Uni

Eropa dan China. Dari sisi volume, ekspor produk perikanan Indonesia ke

Amerika Serikat masih lebih kecil daripada volume ekspor ke China namun tetap

lebih basar daripada volume ekspor ke Jepang dan Uni Eropa. Data ekspor

perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia

menunjukkan bahwa pada tahun 2012 total ekspor perikanan Indonesia ke seluruh

dunia sebanyak 1.229.114 ton dengan nilai US$ 3.853.658.000,00. Dari total

ekspor tersebut, sebanyak 295.486 ton (24%) ditujukan ke China, 10,9% ke

Amerika Serikat, 9,7% ke Jepang dan 7,1% ke Uni Eropa (Gambar 1).

Berdasarkan nilai ekspor yang dihasilkan, nilai ekspor terbesar diperoleh dari

Amerika Serikat yaitu sebesar 29,8% diikuti Jepang (21,9%), Uni Eropa (11,6%)

dan China (7,4%) (Gambar 2).

Kepiting, termasuk di dalamnya rajungan, adalah salah satu komoditas yang

disebutkan secara spesifik dalam ringkasan laporan statistik ekspor perikanan

Indonesia yang dipublikasikan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan

Republik Indonesia selain komoditas udang dan komoditas tuna, tongkol,

cakalang. Penyebutan ini menunjukkan posisi penting kepiting dalam sektor

1

2

perikanan Indonesia karena besarnya volume dan nilai ekspor yang dihasilkan

serta cukup banyaknya masyarakat yang terlibat dalam industri kepiting dan

rajungan. Laporan Fisheries Improvement Program pada April 2013 menyatakan

bahwa industri rajungan telah melibatkan sekitar 65.000 nelayan dan 13.000

tenaga pengupas rajungan serta ribuan tenaga kerja lain yang secara tidak

langsung terlibat dalam industri rajungan ini.

Gambar 1. Persentase Volume Ekspor Perikanan Indonesia ke Negara-

Negara Tujuan Utama Tahun 2012

Gambar 2. Persentase Nilai Ekspor Perikanan Indonesia ke Negara-Negara

Tujuan Utama Tahun 2012

3

Dalam laporan ekspor yang dipublikasikan Kementerian Kelautan dan

Perikanan Republik Indonesia, nilai ekspor komoditas kepiting menduduki

peringkat ketiga setelah komoditas udang dan komoditas ikan tuna, tongkol,

cakalang (Tabel 1).

Tabel 1. Nilai Ekspor Komoditi Utama Perikanan Indonesia (dalam 1000 US$)

Tahun Udang Tuna,

Tongkol, Cakalang

Kepiting Ikan lainnya lainnya Total

2003 850.222 213.179 91.918 341.494 146.730 1.643.543

2004 892.479 243.938 14.355 357.022 156.216 1.664.010

2005 948.130 246.303 130.905 366.414 221.553 1.913.305

2006 1.115.963 250.567 134.825 449.812 152.305 2.103.472

2007 1.029.935 304.348 179.189 568.420 177.028 2.258.920

2008 1.165.293 347.189 214.319 734.392 238.490 2.699.683

2009 1.007.481 352.300 156.993 723.523 225.904 2.466.201

2010 1.056.399 383.230 208.424 898.039 317.738 2.863.830

2011 1.309.674 498.591 262.321 1.100.576 349.930 3.521.092

2012 1.304.149 749.992 329.724 965.062 504.731 3.853.658

Sumber: Anonim (2013)

Kepiting yang diekspor Indonesia adalah kepiting bakau/mud crab (Scylla

serrata) dan rajungan/blue swimming crab (Portunus pelagicus). Rajungan adalah

nama lokal salah satu jenis kepiting yang cukup banyak dikenal dan dikonsumsi

masyarakat Indonesia.

Rajungan saat ini menjadi komoditas perikanan yang cukup penting bagi

sektor perikanan Indonesia. Lebih dari 50% kepiting dan rajungan yang

4

diproduksi di Indonesia ditujukan untuk pasar ekspor. Lebih dari 90% kepiting

yang diekspor tersebut adalah rajungan. Negara tujuan utama ekspor rajungan

Indonesia adalah Amerika Serikat. Pasar ekspor berikutnya adalah Singapura

(17%), Malaysia (10%), Taiwan (7%), Uni Eropa (6%), China (5%), dan Jepang

(2%) (Anonim, 2009b).

Indonesia telah menguasai pangsa pasar rajungan di Amerika Serikat dengan

pangsa pasar 31%. Negara-negara pesaing utama rajungan Indonesia di pasar

Amerika Serikat adalah China, Thailand, Vietnam dan Filipina (Gambar 3).

Ekspor komoditas rajungan dan kepiting dari Indonesia ke Amerika Serikat

didominasi produk-produk olahan dibandingkan produk-produk segar (produk

hidup, dingin atau beku). Lebih dari 90% rajungan Indonesia yang diimpor oleh

Amerika Serikat berupa rajungan olahan yang dikirim dalam bentuk rajungan

kaleng (Anonim, 2009a).

Dominasi produk olahan pada ekspor kepiting dan rajungan tersebut tidak

ditemukan pada komoditas andalan ekspor perikanan Indonesia yaitu udang dan

tuna. Ekspor udang Indonesia lebih bergantung kepada produk-produk segar

daripada produk olahan (Aisya et al.,2005). Pada komoditas ikan tuna, Indonesia

juga lebih banyak mengekspor ikan tuna dalam bentuk segar daripada produk

olahan. Pasar komoditas tuna olahan dunia dikuasai oleh Thailand dengan pangsa

pasar lebih dari 40% (Kuldilok et al., 2013).

5

Gambar 3. Pangsa Pasar Negara-Negara Pemasok Utama Rajungan ke

Amerika Serikat (NMFS-Foreign Trade Data Base dalam Anonim, 2009a)

Dominasi ekspor kepiting dan rajungan dalam bentuk produk olahan ini dapat

memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat perikanan melalui

pertumbuhan dan perkembangan industri pengolahan yang melaksanakan proses

perebusan dan pengupasan rajungan untuk selanjutnya dikirim ke pabrik-pabrik

yang akan melakukan proses pasteurisasi, pengalengan dan ekspor ke negara

tujuan. Pada tahun 2008 tercatat ada 38 perusahaan Indonesia yang mengekspor

kepiting dan rajungan ke Amerika Serikat (Anonim, 2009b). Perusahaan-

perusahaan tersebut tersebar di seluruh wilayah Indonesia, khususnya di daerah

pesisir pantai.

Selain menghidupi industri pengolahan, ekspor rajungan juga menghidupi

nelayan yang melakukan penangkapan bahan baku untuk industri pengolahan.

6

Pada level nelayan, tingginya permintaan ekspor rajungan telah membuat harga

rajungan mengalami kenaikan hampir empat kali lipat menjadi lebih dari Rp

30.000,00 per kilogram pada tahun 2011 dari hanya sekitar Rp 8.000,00 per

kilogram pada tahun 2000an (Nurahman, 2013).

Kepiting dan rajungan adalah salah satu komoditas perikanan yang penting di

Amerika Serikat. Kepiting dan rajungan selalu menempati posisi sepuluh besar

produk perikanan yang dikonsumsi masyarakat. Sebagian besar kepiting dan

rajungan yang dikonsumsi masyarakat Amerika Serikat adalah hasil tangkapan

bukan hasil budidaya (Pramod et al., 2014).

Seperti semua produk pangan yang lain, kepiting dan rajungan yang diekspor

ke Amerika Serikat juga harus memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh United

States Food and Drug Administration (USFDA). Produk-produk yang tidak

memenuhi standar dan persyaratan yang ditetapkan akan ditolak. Penolakan

produk-produk tersebut dipublikasikan secara terbuka melalui laman

http://www.accessdata.fda.gov/scripts/importrefusals dengan informasi yang

lengkap mengenai nama produk, produsen, negara asal dan alasan penolakan

produk. Publikasi secara terbuka yang diterapkan oleh USFDA dapat

mempengaruhi citra dan pemasaran dari perusahaan-perusahaan dan negara-

negara yang mengekspor produknya ke Amerika Serikat.

1.2. Perumusan Masalah

Indonesia merupakan pemasok terbesar kedua kepiting dan rajungan olahan di

dunia setelah China, namun pangsa pasar kepiting dan rajungan Indonesia

7

mengalami penurunan dari 17,6% menjadi 16,3%, sedangkan Vietnam, Korea

Selatan, Venezuela, India dan Meksiko mengalami peningkatan pangsa pasar

(Natalia dan Nurozy, 2012). Hambatan non tarif berupa standarisasi produk yang

semakin ketat oleh USFDA dan rencana penerapan standar ecolabel terhadap

rajungan di Amerika Serikat akan menjadi tantangan utama pemasaran kepiting

dan rajungan Indonesia di Amerika Serikat.

Penelitian tentang daya saing ekspor kepiting dan rajungan sampai saat ini

masih belum ada yang melakukan. Penelitian mengenai ekspor kepiting dan

rajungan umumnya juga belum mencakup semua jenis komoditas kepiting dan

rajungan yang diekspor Indonesia. Penelitian daya saing komoditas perikanan

Indonesia umumnya dilakukan terhadap udang dan ikan tuna (Tabel 2). Penelitian

mengenai penolakan impor produk perikanan Indonesia di Amerika Serikat juga

masih jarang dilakukan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Hazemi (2013) hanya terkait komoditas

kepiting segar/tidak beku. Meistika (2011), juga hanya meneliti komoditas

kepiting segar/tidak beku dan kepiting beku. Kedua penelitian tersebut juga tidak

menganalisis daya saing komoditas kepiting dan rajungan Indonesia di pasar

ekspor. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian mengenai daya saing ekspor

kepiting dan rajungan Indonesia di pasar Amerika Serikat yang mencakup semua

komoditas kepiting dan rajungan yang ada yaitu kepiting beku, kepiting segar dan

kepiting olahan.

Fokus penelitian ini adalah menggambarkan penolakan impor kepiting dan

rajungan Indonesia dan daya saing kepiting dan rajungan sebagai komoditas

8

andalan ekspor perikanan sehingga diharapkan akan dapat menjawab pertanyaan

sebagai berikut:

1. Apa saja yang menjadi penyebab penolakan impor kepiting dan rajungan

Indonesia di Amerika Serikat?

2. Bagaimana daya saing ekspor kepiting dan rajungan Indonesia di pasar

Amerika Serikat?

3. Bagaimana pengaruh penolakan dan faktor-faktor lain terhadap daya saing

ekspor tersebut?

Tabel 2. Matriks Posisi Penelitian

Nama Peneliti dan tahun

Komoditas yang diteliti Alat analisis Kepiting

Segar Kepiting

Beku Kepiting Olahan

Komoditas lainnya

Munandar et al.

(2006) - - - Komoditas

agroindustri RCA

Wardhani

(2009) - - - Tuna RCA

Meistika (2011)

v v - - Model

permintaan ekspor

Juarno (2012)

- - - Udang RCA, CMSA

Natalia dan Nurozy

(2012) - - -

Semua komoditas perikanan

RCA

Hazemi (2013)

v - - - Gravity model

Fahmi et al. (2015 v v v - RCA

9

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui alasan-alasan penolakan impor kepiting dan rajungan Indonesia

oleh USFDA

2. Mengetahui daya saing ekspor setiap komoditas kepiting dan rajungan

Indonesia ke Amerika Serikat

3. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing ekspor kepiting dan

rajungan Indonesia ke Amerika Serikat

1.4. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan akan memberikan manfaat bagi:

1. Pelaku industri kepiting/rajungan di Indonesia untuk memberikan gambaran

mengenai ekspor kepiting dan rajungankhususnya ke pasar Amerika Serikat

sehingga dapat dijadikan acuan untuk menentukan strategi bisnis

2. Pengambil kebijakan/pemerintah untuk dijadikan acuan dalam pengambilan

kebijakan

3. Peneliti lain sebagai sumber informasi ilmiah mengenai industri kepiting dan

rajungan Indonesia sertapasar ekspornya ke Amerika Serikat

1.5. Batasan Penelitian

Penelitian ini dilakukan atas data pada periode tahun 2002-2013 (12

tahun). Komoditas kepiting dan rajungan yang diteliti adalah komoditas kepiting

dan rajungan yang tercantum dalam data kode HS (Harmonised System) 6 digit

10

dari UNcomtrade (www.comtrade.un.org) dimana terdapat tiga kode HS 6 digit

untuk kepiting yaitu HS 030614 (kepiting beku), HS 030624 (kepiting tidak

beku), dan HS 160510 (kepiting olahan).

Daya saing dibatasi pada keunggulan komparatif dan diukur dengan indeks

Revealed Comparative Advantage (RCA) sebagai salah satu alat yang populer

digunakan untuk menentukan keunggulan komparatif suatu produk pada suatu

pasar tertentu. Indeks RCA digunakan karena disusun dengan rumus yang

sederhana dan mudah dalam perhitungannya.

1.6. Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan melalui tahap-tahap sebagaimana

tercantum dalam Gambar 4.

11

Gambar 4. Diagram Alir Penelitian

Pengumpulan dan pengolahan data

Selesai

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi daya saing

Kesimpulan dan saran

Penyusunan dan pemilihan model regresi

Analisis penolakan impor kepiting dan rajungan oleh

USFDA

Analisis daya saing (RCA)

• Jumlah kasus penolakan impor

• Jumlah perusahaan yang mengalami penolakan impor

• Alasan penolakan impor

• Volume impor kepiting dan rajungan Amerika Serikat

• Nilai impor kepiting dan rajungan Amerika Serikat

• Volume produksi kepiting dan rajungan Indonesia

USFDA UNComtrade KKP RI

Mulai

Studi pustaka

Perumusan masalah

Perumusan tujuan penelitian