Pendahuluan Dan Tinpus Delirium
description
Transcript of Pendahuluan Dan Tinpus Delirium
PENDAHULUAN
Diskusi kasus kelima diadakan pada hari Rabu dan Kamis, 12 dan 13 Desember
2012, dengan tutor dr Aku lupa tutornya siapaaaa -___-
Delirium adalah sindrom klinis akut dan sejenak dengan ciri penurunan taraf
kesadaran, gangguan kognitif, gangguan persepsi, termasuk halusinasi & ilusi,
khas adalah visual juga di pancaindera lain, dan gangguan perilaku, seperti
agitasi. Gangguan ini berlangsung pendek dan ber-jam hingga berhari, taraf
hebatnya berfluktuasi, hebat di malam hari, kegelapan membuat halusinasi
visual & gangguan perilaku meningkat. Biasanya reversibel. Penyebabnya
termasuk penyakit fisik, intoxikasi obat (zat). Diagnosis biasanya klinis, dengan
laboratorium dan pemeriksaan pencitraan (imaging) untuk menemukan
penyebabnya. Terapinya ialah memperbaiki penyebabnya dan tindakan suportif.
Delirium bisa timbul pada segala umur, tetapi sering pada usia lanjut. Sedikitnya
10% dari pasien lanjut usia yang dirawat inap menderita delirium; 15-50%
mengalami delirium sesaat pada masa perawatan rumah sakit. Delirium juga
sering dijumpai pada panti asuhan. Bila delirium terjadi pada orang muda
biasanya karena penggunaan obat atau penyakit yang berbahaya mengancam
jiwanya.
TINJAUAN PUSTAKA
DELIRIUM
Tanda utama dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, biasanya terlihat
bersamaan dengan gangguan fungsi kognitif secara global. Kelainan mood,
persepsi, dan perilaku adalah gejala pskiatrik yang umum, seperti terjadi tremor,
asteriksis, nistagmus, inkoordinasi, dan inkontinensia urine merupakan gejala
neurologi yang umum.
Biasanya, delirium mempunyai onset yang mendadak (beberapa jam atau hari),
perjalanan yang singkat dan berfluktuasi, dan perbaikan yang cepat jika faktor
penyebab diidentifikasi dan dihilangkan. Tetapi, masing-masing cirri
karakteristik tersebut dapat bervariasi pada pasien individual.
Delirium merupakan suatu sindrom, bukan suatu penyakit. Delirium diketahui
mempunyai banyak sebab, semuanya menyebabkan pola gejala yang sama yang
berhubungan dengan tingkat kesadaran pasien dan gangguan kognitif. Sebagian
besar penyebab delirium terletak di luar system saraf pusar, sebagai contoh:
gagal ginjal atau hati.
Delirium tetap merupakan gangguan klinis yang kurang dikenali dan kurang
didiagnosis.
Kepentingan untuk mengenali delirium adalah untuk kebutuhan klinis untuk
mengidentifikasi dan mengobati penyebab dasar, serta kebutuhan untuk
mencegah perkembangan komplikasi yang berhubungan dengan delirium.
Komplikasi tersebut adalah cedera kecelakaan karena kesadaran pasien yang
berkabut atau gangguan koordinasi atau penggunaan pengekangan yang tidak
diperlukan.
Epidemiologi:
Usia lanjut adalah faktor risiko utama untuk perkembangan delirium. Kira-kira
30-405 pasien rawat di rumah sakit yang berusia lebih dari 65 tahun mempunyai
suatu episode delirium.
Penyebab:
Penyebab utama dari delirium adalah penyakit system saraf pusat (sebagai
contoh: epilepsi), penyakit sistemik (sebagai contoh: gagal jantung), dan
intoksikasi maupun putus dari agen farmakologis atau toksik. Jika memeriksa
seorang pasien delirium dokter harus menganggap bahwa tiap obat yang
digunakan oleh pasien mungkin secara kausatif berhubungan dengan delirium.
Neurotransmitter utama yang dihipotesiskan berperan pada delirium adalah
asetilkolin, dan daerah neuroanatomis utama adalah formasi retikularis.
Beberapa jenis penelitian telah melaporkan bahwa berbagai faktor yang
menginduksi delirium menyebabkan penurunan aktivitas astilkolin di otak. Juga,
suatu penyebab delirium yang paling sering adalah toksisitas dari banyak sekali
medikasi yang diresepkan yang mempunyai aktivitas antikolinergik. Di samping
obat antikolinergik sendiri; amitriptyline, doxepin, nortriptyline, imipramine,
thioridazine, dan chlorpromazine adalah obat-obat antikolinergik yang paling
banyak digunakan di psikiatrik. Formasi retikularis batang otak adalah daerah
utama yang mengatur perhatian dan kesadaran, dan jalur utama yang berperan
dalah delirium adalah jalur tegmental dorsalis, yang keluar dari formasi
retikularis mesensefalik ke tektum dan thalamus.
Mekanisme patofisiologi lain telah diajukan untuk delirium. Khususnya, delirium
yang berhubungan dengan putus alcohol telah dihubungkan dengan
hiperaktivitas lokus sereleus dan neuron nonadrenergiknya. Neurotransmitter
lain yang berperan adalah serotonin dan glutamat.
Gambaran Klinis:
Gambaran kunci dari delirium adalah suatu gangguan kesadaran, yang dalam
DSM-IV digambarkan sebagai “penurunan kejernihan kesadaran terhadap
lingkungan” dengan “penurunan kemampuan untuk memusatkan,
mempertahankan, atau mengalihkan perhatian”. Beberapa peneliti telah
menganjurkan bahwa ketidakmampuan pasien delirium untuk mempertahankan
perhatian adalah ciri pusat dari delirium. Paling sering, gangguan kesadaran dan
ketidakmampuan untuk memperhatikan berfluktuasi selama perjalanan hari,
sehingga periode yang relatif jernih berganti dengan periode simptomatik.
Keadaan delirium mungkin didahului selama beberapa hari ileh perkembangan
kecemasan, mengantuk, insomnia, halusinasi transien, mimpi menakutkan di
malam hari, dan kegelisahan. Tampaknya gejala tersebut pada seorang pasien
yang berada dalam risiko delirium harus segera mengarahkan dokter untuk
mengikuti pasien dengan cermat. Selain itu, pasien yang pernah mengalami
suatu periode delirium sebelumnya kemungkinan akan mengalami episode
rekuren di bawah kondisi yang sama.
Perjalanan dan Prognosis:
Walaupun onset delirium biasanya mendadak, gejala prodormal (contoh:
kegelisahan dan ketakutan) dapat terjadi pada hari sebelum onset gejala yang
jelas. Gejala delirium biasanya berlangsung selama faktor penyebab yang relevan
ditemukan, walaupun delirium biasanya berlangsung kurang dari satu minggu.
Setelah identifikasi dan menghilangkan faktor penyebab, gejala delirium biasnya
menghilang dalam periode tiga sampai tujuh hari, walaupun beberapa gejala
mungkin memerlukan waktu sampai dua minggu untuk menghilang secara
lengkap. Semakin lanjut usia pasien dan semakin lama pasien mengalami
delirium, semakin lama waktu yang diperlukan bagi delirium untuk menghilang.
Ingatan tentang apa yang dialami selama delirium, jika delirium telah berlalu,
biasanya hilang timbul, dan pasien mungkin menganggapnya sebagai mimpi
buruk atau pengalaman yang mengerikan yang hanya diingat secara samar-
samar.
Terapi:
Tujuan utama adalah untuk mengobati gangguan dasar yang menyebabkan
delirium:
- infeksi diatasi dengan antibiotik
- demam diatasi dengan obat penurun panas
- kelainan kadar garam dan mineral dalam darah diatasi dengan pengaturan
kadar cairan dan garam dalam darah.
Untuk meringankan agitasi diberikan obat-obat benzodiazepin (misalnya
diazepam, triazolam dan temazepam).
Obat anti-psikosa (misalnya haloperidol, tioridazin dan klorpromazin) biasanya
diberikan hanya kepada penderita yang mengalami paranoid atau sangat
ketakutan atau penderita yang tidak dapat ditenangkan dengan benzodiazepin.
Jika penyebabnya adalah alkohol, diberikan benzodiazepin sampai masa agitasi
penderita hilang