pendahuluan culex
description
Transcript of pendahuluan culex
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nyamuk merupakan serangga yang termasuk dalam Ordo Diptera. Mereka
memiliki sepasang sayap dengan sisik, sepasang antena, dan sebuah mulut. Tipe
mulut nyamuk jantan berbeda dengan yang betina. Nyamuk betina memiliki tipe
mulut menusuk dan menghisap, sedangkan tipe mulut nyamuk jantan tidak
digunakan untuk menusuk (Lane and Crosskey, 1993). Hanya nyamuk betina
yang menghisap darah karena darah diperlukan untuk proses pematangan telurnya
(Oi and Anderson, 2004).
Nyamuk dapat menjadi vektor dari penyakit tertentu. Misalnya saja,
penyakit Demam Berdarah Dengue yang disebabkan oleh virus dengue. Penyakit
yang disebarkan oleh nyamuk Aedes Aegypti ini pada 16 Februari 2004 telah
dinyatakan sebagai KLB Nasional (DepKesRI, 2004). Selain itu, penyakit-
penyakit lain seperti Japanese encephalitis, malaria, West Nile, dan demam
kuning juga merupakan penyakit yang disebarkan oleh nyamuk (Oi and
Anderson, 2004). Cara nyamuk menjadi vektor penyebaran penyakit adalah ketika
nyamuk menghisap darah dari penderita, bibit penyakit ikut terhisap masuk ke
dalam tubuhnya. Kemudian apabila nyamuk tersebut menggigit orang lain, maka
orang itu dapat tertular penyakit ini (Dinas Kesehatan DKI Jakarta, 2003).
Nyamuk dapat pula menjadi intermediate host dan menyebarkan filariasis.
Filariasis adalah suatu infeksi yang disebabkan oleh bentuk dewasa nematoda
darah Wuchereria bancrofti, Brugia malayi, dan Brugia timori yang hidup dalam
sistem limfatik manusia. Ketika secara tidak sengaja nyamuk menghisap
mikrofilaria cacing yang beredar dalam aliran darah penderita, mikrofilaria ini
kemudian berkembang dalam tubuh nyamuk hingga menjadi larva III, dan ketika
nyamuk tersebut menggigit orang lain, larva ini ikut masuk bersama saliva
nyamuk (Chang, 2002).
Nyamuk yang berperan sebagai vektor penyakit, biasanya diberantas
dengan cara penyemprotan menggunakan insektisida sintesis sebagai racun
serangga. Obat nyamuk semprot, obat nyamuk bakar tentunya mengandung
insektisida yang mengandung beberapa senyawa kimia. Namun, di samping
adanya dampak positif seperti dapat membunuh nyamuk penular, mempunyai
khasiat tergantung macam, bentuk, dan konsentrasinya, ada pula dampak
negatifnya. Di antaranya adalah keracunan pada manusia dan hewan ternak, sesak
napas atau alergi pada kulit, polusi lingkungan, dan hama menjadi resisten
(tahan). Di samping itu, penyemprotan dengan insektisida sintesis juga
membutuhkan biaya yang cukup besar (Imansyah, tanpa tahun).
Guna mengurangi dampak yang diakibatkan penggunaan insektisida
sintetis, mencegah gigitan nyamuk merupakan salah satu cara untuk menghindar
dari kemungkinan terjangkitnya penyakit. Cara yang digunakan untuk
menghindari kemungkinan digigit nyamuk adalah dengan mengoleskan anti
nyamuk atau repellent pada kulit atau pakaian kita. Repellent ini mengandung
senyawa kimia tertentu yang tidak disukai nyamuk. Akibatnya, nyamuk terusir ke
tempat lain (Fradin and Day, 2002).
Saat ini banyak orang mencari bahan-bahan alam yang dapat digunakan
untuk menolak nyamuk. Banyak pula penelitian yang telah dilakukan dan
2
membuktikan beberapa tanaman mampu menolak nyamuk, walaupun dengan
efektivitas terbatas (Wong, tanpa tahun).
Linalool dan geraniol, senyawa yang terkandung dalam minyak bunga
kenanga, merupakan suatu senyawa monoterpen asiklik yang dihasilkan oleh
tanaman penghasil minyak atsiri. Linalool dan geraniol inilah yang memberikan
kemampuan sebagai mosquito repellent pada kenanga (Soeseno, 1997). Rimpang
jahe merah (Zingiber officinale var.Rubrum) diketahui mengandung minyak atsiri
yang komposisinya antara lain geraniol dan linalool (Sudewo, 2005).
Sekalipun belum ada literatur yang menyebutkan bahwa jahe merah dapat
digunakan sebagai mosquito repellent, tetapi atas dasar kandungan kimia yang
terdapat dalam minyak atsirinya yang sama dengan kandungan yang dimiliki oleh
minyak kenanga, penulis ingin membuktikan apakah jahe merah dapat digunakan
sebagai mosquito repellent. Keuntungan menggunakan rimpang jahe merah
sebagai mosquito’s repellent adalah jahe merah mudah didapat dan harganya
terjangkau.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apakah jahe (Zingiber officinale) yang dibuat dalam bentuk minyak dapat
digunakan sebagai repellent terhadap nyamuk dewasa?
2. Berapa persentase jahe (Zingiber officinale) dalam minyak sehingga minyak
jahe dapat berfungsi efektif sebagai mosquito repellent?
1.3 Tujuan Penelitian
3
1.3.1 Tujuan Umum
1. Mengetahui kemampuan jahe (Zingiber officinale) yang dibuat dalam bentuk
minyak sebagai repellent untuk mencegah gigitan nyamuk dewasa.
1.3.2 Tujuan Khusus
1. Mengetahui persentase jahe (Zingiber officinale) dalam minyak sehingga
minyak jahe dapat berfungsi efektif sebagai mosquito repellent
1.4 Manfaat Penelitian
1. Mengetahui bahan-bahan alam yang dapat digunakan sebagai repellent untuk
mencegah gigitan nyamuk dewasa tanpa perlu menggunakan insektisida
sintetis untuk membunuh nyamuk dewasa.
2. Memberi alternatif repellent alamiah yang murah dan mudah didapat.
4