Culex Fixxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
description
Transcript of Culex Fixxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxxx
NYAMUK CULEX
1. Definisi
Culex adalah genus dari nyamuk yang berperan sebagai vector penyakit yang
penting seperti West Nile Virus, Filariasis, Japanese enchepalitis, St Louis encephalitis.
Nyamuk dewasa dapat berukuran 4 – 10 mm (0,16 – 0,4 inci). Genus Culex dikenali
dengan struktur sketelumnya yang trilobus, ujung abdomen yang tumpul dan badannya
yang penuh dengan sisik-sisik. Selain itu, struktur yang membedakan genus ini dengan
genus yang lain adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan dengan kuku
diujung kaki nyamuk (Setiawati, 2000).
2. Morfologi
Nyamuk mempunyai beberapa ciri yaitu tubuhnya dibedakan atas kaput,
toraks, abdomen dan mempunyai 3 pasang kaki dan sepasang antena. Satu pasang
sayap dan halter menempatkan nyamuk dalam ordo Diptera. Sisik pada sayap dan
adanya alat mulut yang panjang seperti jarum menempatkan nyamuk ke dalam
familia Culicidae (Borror dkk., 1992). Genus Culex dicirikan dengan bentuk
abdomen nyamuk betina yang tumpul pada bagian ujungnya.
Ciri Secara Umum :
Telur : lonjong seperti peluru berwarna coklat, vertical pada permukaan air.
Larva : sifon panjang dan bulunya lebih dari satu pasang (siphonal tuft) dan
pekten, sisir atau comb dengan gigi- gigi sisir (comb teeth), segmen anal dengan
pelana tertutup dan tampak tergantung pada permukaan air.
Pupa : mempunyai tabung pernafasan yang bentuknya kelihatan sempit dan
panjang, digunakan untuk pengambilan oksigen.
Fase dewasa : abdomen bagian ujung tumpul, warna cokelat muda tanpa tanda
khas Palpus nyamuk betina lebih pendek dari proboscis, sedang nyamuk jantan
palpus dan proboscis sama panjang. Pada sayap mempunyai bulu yang simetris
dan tanpa costa. Sisik sayap membentuk kelompok sisik yang berwarna sehingga
tampak sisik sayap membentuk bercak- bercak pada sayap berwarna putih dan
kuning atau putih dan cokelat, juga putih dan hitam. Ujung perut selalu
menumpul
1
3. Struktur Anatomi
Gambar 3.1 Anatomy of a Culex larva
2
Gambar 3.2 Anatomy of an adult mosquito
4. Klasifikasi
Klasifikasi nyamuk Culex menurut Romoser & Stoffolano (1998), adalah
sebagai berikut :
Phylum : Arthropoda
Classis : Insecta
Subclassis : Pterygota
Ordo : Diptera
Subordo : Nematocera
Familia : Culicidae
Subfamilia : Culicianae
Genus : Culex
Contoh spesies Culex
1. Culex Quinquefasciatus
Culex Quinquefasciatus (sebelumnya dikenal sebagai Culex fatigans), rumah
nyamuk selatan, adalah vektor filariasis limfatik disebabkan oleh Wuchereria
bancrofti nematoda di daerah tropis dan subtropis. Ini juga merupakan vektor
malaria burung pada unggas.
Spesies ini adalah vektor utama dari beberapa penyakit arboviral di Amerika
Serikat Selatan, paling terutama virus West Nile, dan filariasis di India. Ini
adalah spesies domestik yang kuat bersayap melihat seluruh India dalam dan
di sekitar tempat tinggal manusia. Daerah penyebaran Culex
Quinquefasciatus di Indonesia adalah di Jawa dan di KalimantanUrbanisasi
dan industrialisasi tanpa fasilitas drainase yang memadai bertanggung jawab
untuk penyebaran meningkat. Setelah munculnya, nyamuk dewasa lebih suka
mendapatkan darah dari burung, tetapi dengan bertambahnya usia mereka,
spesies ini sangat antropofilik (mereka lebih memilih darah manusia). Mereka
memasuki rumah-rumah di senja dan mencapai kepadatan maksimum pada
tengah malam. Waktu menggigit puncak pada tengah malam. Tempat istirahat
tetapnya didalam rumah atau diluar rumah (pada benda yang tergantung dan
berwarna gelap). Kaki, terutama di bawah lutut, adalah situs menggigit
disukai. Pada siang hari, mungkin akan terlihat beristirahat di dalam ruangan
di dinding, di bawah furnitur, tergantung kain di sudut-sudut gelap, atau di
3
dalam lemari / lemari / lemari. Keturunan deras dalam koleksi air kotor,
termasuk saluran air stagnan, septik tank, septic tank dengan kebocoran,
lubang liang, dan hampir semua koleksi organik air yang tercemar. Dalam
suhu dan kelembaban optimum, siklus hidup akan selesai dalam tujuh hari,
melewati tahap telur, larva, pupa, dan dewasa.
Gambar 4.1 Culex quinquefasciatus
2. Culex annulirostris
Tempat perindukannya di sawah, daerah pantai dan rawa yang berair payau.
Menggigit dimalam hari. Tempat istirahat tetapnya di dalam dan luar rumah.
Daerah penyebaran Culex annulirostris di Indonesia adalah di Irian Jaya.
Culex annulirostris menjadi vector utama filariasis bancrofti didaerah
pedesaan
Gambar 4.2 Culex annulirostris
3. Culex tritaeniorhynchus
Merupakan vektror penyakit Japanese B.encephalitis. Tempat perindukannya
di rawa dan sawah dekat kandang ternak, seperti kandang kerbau, sapi, babi;
kecuali mengisap darah manusia juga mengisap darah binatang (kerbau, sapi,
babi, burung, bebek) dan pengisapan darah dilakukan pada malam hari, baik
didalam maupun diluar rumah.
4
Gambar 4.3 Culex tritaeniorhynchus
5. Perbedaan
Tabel perbedaan antara nyamuk Anopheles, Aedes, Culex , Mansonia
Perbedaan Anopheles Aedes Culex Mansonia
Tempat
hidup/berke
mbang biak
Air payau dengan
kadar garam 1,2-
1,8%, genangan
air di jalan,
kubangan jalan
yang digenangi air
dengan banyak
tumbuhan.
Perairan yang
bersih, seperti bak
mandi, air
Genangan air
yang tenang
Genangan air yang
tenang, terutama
didekat tumbuhan-
tumbuhan air.
Waktu hisap
darah
Malam hari-dini
hari
2 waktu puncak,
yaitu setelah
matahri terbit dan
sebelum matahari
terbenam.
Pukul 01.00-
02.00
Siang dan
malam hari
Umur hidup Jantan : 5 - 10 hari
Betina:4-5 minggu
10 hari 30 hari (musim
kemarau)
14 hari
Daur hidup Telur diletakkan
dipermukaan air
satu per satu atau
bergerombolan
tetapi saling lepas
dan mempunyai
Telur Aedes
diletakkan pada
bagian yang
berdekatan
dengan
permukaan air
Telur Culex
diletakkan di atas
permukaan air
dan saling
berlekatan
sehingga
Telur Mansonia
berkelompok dan
menempel pada
tanaman air
5
alat pengapung atau menempel
pada permukaan
benda yang
terapung.
membentuk rakit
(raft).
Perbedaan Anopheles Aedes Culex Mansonia
Morfologi Pada saat hinggap
membentuk sudut
90º
Pada saat
menghisap darah,
tubuh tidak
membentuk sudut
90º
Pada saat
menghisap darah,
tubuh hampir
membentuk 90o
Pada saat hinggap
tidak membentuk
sudut 90º
Bentuk tubuh
kecil dan pendek.
Tubuh kecil dan
dibagian abdomen
terdapat bintik-
bintik serta
berwarna hitam.
Tubuh lebih kecil
daripada
Anopheles.
Bentuk tubuh besar
dan panjang.
Antara palpi dan
proboscis sama
panjang.
Palpi lebih
pendek dari
proboscis.
Palpi lebih
pendek dari pada
probocis
Antara palpi dan
proboscis sama
panjang.
Warna tubunya
coklat kehitam,
ada bintik putih di
kakinya.
Warna tubuhnya
hitam dengan
bintik-bintik putih
di kakinya.
Warna tubuhnya
coklat kehitaman.
Warna tubuhnya
coklat kehitaman.
6. Perilaku dan Ciri Khas Culex
Nyamuk tertarik pada benda dan pakaian berwarna gelap, manusia serta hewan.
Hal ini disebabkan oleh rangsangan bau zat-zat yang dikeluarkan hewan, terutama CO 2
beberapa asam amino. Berbeda dengan nyamuk Anophele, nyamuk genus Culex
mempunyai kebiasan menghisap pada malam hari saja. Jarak terbang nyamuk Culex
ini sangat pendek hanya beberapa puluh meter saja.
Waktu keaktifan mencari darah dari masing – masing nyamuk berbeda – beda,.
Culex adalah salah satu nyamuk yang aktif menggigit atau mengisap darah pada malam
hari. Sesuai dengan pedoman Ekologi dan Aspek Perilaku Vektor dari Depkes RI (2001)
bahwa nyamuk yang aktif menghisap darah pada malam hari umumnya mempunyai dua
6
puncak aktivitas, yaitu puncak pertama terjadi sebelum tengah malam dan yang kedua
menjelang pagi hari, namun keadaan ini dapat berubah oleh pengaruh suhu dan
kelembaban udara (Rosa, 2009).
Perkembangbiakan nyamuk selalu memerlukan tiga macam tempat yaitu tempat
berkembang biak (breeding places), tempat untuk mendapatkan umpan atau darah
(feeding places) dan tempat untuk beristirahat (reesting palces). Nyamuk mempunyai tipe
breeding places yang berlainan seperti Culex dapat berkembang di sembarangan tempat
air, baik diair jernih dan air keruh.
Nyamuk Culex mempunyai kebiasaan meletakan telurnya diatas permukaan air
secara bergerombolan dan bersatu berbentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung,
sedangkan jentiknya menggantung di air (Nurmaini, 2001). Telurnya yang berbentuk
lonjong seperti peluru dengan ujung tumpul. Larva Culex berbentuk sifon panjang dan
bulunya lebih dari satu pasang. Culex dewasa memiliki tubuh berwarna kecokelatan atau
coklat muda tanpa ada tanda khas, dapat berukuran 4 - 10 mm (0,16 – 0,4 inci)., kepala
Culex umumnya bulat atau sferik dan memiliki sepasang mata, sepasang antena
yang terdiri atas 15 segmen abdomen ujung tumpul, sepasang palpi yang terdiri atas
5 segmen dan 1 probosis, pada genus Culex tidak terdapat rambut pada spiracular
maupun pada post spiracular. Panjang palpus maxillaries nyamuk jantan sama dengan
proboscis, probosis berwarna gelap tetapi kebanyakan dilengkapi dengan sisik berwarna
lebih pucat pada bagian bawah, scutum berwarna kecoklatan dan terdapat warna emas
dan keperakan di sekitar sisiknya. Sayap Culex bersisik sempit panjang berwarna gelap,
dengan ujung runcing, kaki belakang memiliki femur yang berwarna lebih pucat, seluruh
kaki berwarna gelap kecuali pada bagian persendian.
Ciri lain dari nyamuk Culex adalah posisi yang sejajar dengan bidang
permukaan yang dihinggapi saat istirahat atau saat menusuk dengan kaki belakang
yang sedikit terangkat (Setiawati, 2000). Selain itu, struktur yang membedakan genus ini
dengan genus yang lain adalah struktur yang disebut pulvilus yang berdekatan dengan
kuku diujung kaki nyamuk (Setiawati, 2000).
7. Habitat
Seluruh siklus hidup Culex Quinquefasciatus mulai dari telur hingga dewasa
membutuhkan waktu sekitar 14 hari. Untuk bertelur, nyamuk betina akan mencari
tempat yang sesuai seperti genangan air yang lembab.
7
Nyamuk dewasa merupakan ukuran paling tepat untuk memprediksi potensi
penularan arbovirus. dapat di temukan dalam air yang mengandung tinggi pencemaran
organik dan dekat dengan tempat tinggal manusia. Betina siap memasuki rumah-rumah di
malam hari dan menggigit manusia dalam preferensi untuk mamalia lain.
Dalam perkembangannya nyamuk Culex selalu memerlukan 3 macam tempat
yaitu tempat berkembang biak (Breeding places),tempat untuk mendapatkan
umpan/darah (Feeding places) dan tempat untuk beristirahat (Resting places).
Pada umumnya genus Culex mempunyai habitat disembarang tempat dan air
kotor namun beberapa spesies Culex memiliki habitat yang berbeda-beda.
Pada Culex Quinquefasciatus berkembang biak di air comberan dengan air keruh
yang kotor dan dekat dengan rumah.
Culex Annlironstris berkembang biak dalam air yang cukup dengan sinar
matahari.
Culex Britaeniorrhynchus berkembang biak di tempat yang mengandung lumut,
dalam air tawar atau payau.
Culex memiliki tempat beristirahat yang sama seperti genus nyamuk yang lain
yaitu di bagian dalam rumah sedangkan di luar rumah seperti gua, lubang lembab,
tempat yang gelap dan lain-lain. Merupakan tempat yang di senangi nyamuk
untuk beristirahat.
Faktor fisik yang mempengaruhi nyamuk Culex antara lain:
1. Suhu
Faktor suhu sangat mempengaruhi nyamuk Culex sp dimana suhu yang tinggi
akan meningkatkan aktivitas nyamuk dan perkembangannya bisa menjadi lebih cepat
tetapi apabila suhu di atas 350C akan membatasi populasi nyamuk. Suhu optimum untuk
pertumbuhan nyamuk berkisar antara 200C – 300C. Suhu udara mempengaruhi
perkembangan virus dalam tubuh nyamuk.
2. Kelembaban Udara
Kelembaban udara adalah banyaknya uap air yang terkandung dalam udara yang
dinyatakan dalam (%). Jika udara kekurangan uap airyang besar maka daya
penguapannya juga besar. Sistem pernafasan nyamuk menggunakan pipa udara (trachea)
dengan lubang-lubang pada dinding tubuh nyamuk (spiracle). Adanya spiracle yang
8
terbuka lebar tanpa ada mekanisme pengaturannya. Pada saat kelembaban rendah
menyebabkan penguapan air dalam tubuh sehingga menyebabkan keringnya cairan
tubuh. Salah satu musuh nyamuk adalah penguapan, kelembaban mempengaruhi umur
nyamuk, jarak terbang, kecepatan berkembang biak, kebiasaan menggigit, istirahat dan
lain-lain.
3. Pencahayaan
Pencahayaan ialah jumlah intensitas cahaya menuju ke permukaan per unit luas.
Merupakan pengukuran keamatan cahaya tuju yang diserap. Begitu juga dengan
kepancaran berkilau yaitu intensitas cahaya per unit luas yang dipancarkan dari pada
suatu permukaan. Dalam unit terbitan SI, kedua-duanya diukur dengan menggunakan
unit lux (lx) atau lumen per meter persegi (cd.sr.m-2). Bila dikaitkan antara intensitas
cahaya terhadap suhu dan kelembaban, hal ini sangat berpengaruh. Semakin tinggi atau
besar intensitas cahaya yang dipancarkan ke permukaan maka keadaan suhu lingkungan
juga akan semakin tinggi. Begitu juga dengan kelembaban, semakin tinggi atau besar
intensitas cahaya yang dipancarkan ke suatu permukaan maka kelembaban di suatu
lingkungan tersebut akan menjadi lebih rendah.
8. Siklus Hidup Nyamuk Culex
Gambar 8.1 Siklus hidup nyamuk Culex Quinquefasciatus Say.
(Sumber Metcalff, 1985)
Metamorfosis sempurna (holometabola) nyamuk Culex , adalah sebagai
berikut :
a. Telur
9
Nyamuk Culex meletakkan telur di atas permukaan air secara
bergerombol dan bersatu membentuk rakit sehingga mampu untuk mengapung.
Sekali bertelur menghasilkan 100 telur dan biasanya dapat bertahan selama 6
bulan. Telur akan menjadi jentik setelah sekitar 2 hari.
Gambar 8.2. Telur Nyamuk Culex quinquefasciatus
(Sumber : Anonim, 2002)
Gambar 8.3 Telur culek (pembesara 10 x 40)
b. Larva
Salah satu ciri dari larva nyamuk Culex adalah memiliki siphon. Siphon
dengan beberapa kumpulan rambut membentuk sudut dengan permukaan air.
Nyamuk Culex mempunyai 4 tingkatan atau instar sesuai dengan pertumbuhan
larva tersebut, yaitu :
1. Larva instar I, berukuran paling kecil yaitu 1 – 2 mm atau 1 – 2 hari
10
setelah menetas. Duri-duri (spinae) pada dada belum jelas dan corong
pernafasan pada siphon belum jelas.
2. Larva instar II, berukuran 2,5 – 3,5 mm atau 2 – 3 hari setelah telur
menetas.
Duri-duri belum jelas, corong kepala mulai menghitam.
3. Larva instar III, berukuran 4 – 5 mm atau 3 – 4 hari setelah telur
menetas.
Duri-duri dada mulai jelas dan corong pernafasan berwarna coklat
kehitaman.
4. Larva IV, berukuran paling besar yaitu 5 – 6 mm atau 4 – 6 hari setelah
telur menetas, dengan warna kepala.
Gambar 8.4 Larva nyamuk Culex quinquefasciatus
(Sumber Matsumura, 1985)
11
Gambar 8.5 Larva culek (pembesara 10 x 40)
c. Pupa (kepompong)
Tubuh pupa berbentuk bengkok dan kepalanya besar. Pupa membutuhkan
waktu 2-5 hari. Pupa tidak makan apapun. Sebagian kecil tubuh pupa kontak dengan
permukaan air, berbentuk terompet panjang dan ramping, setelah 1 – 2 hari akan
menjadi nyamuk Culex (Kardinan, 2003).
Gambar 8.6 Pupa nyamuk Culex quinquefasciatus
(Sumber Matsumura, 1985)
Keterangan:
1. Antena
2. Kaki
3. Tabung pernapasan
d. Nyamuk Dewasa
Ciri-ciri nyamuk Culex dewasa adalah berwarna hitam belang-belang
putih, kepala berwarna hitam dengan putih pada ujungnya. Pada bagian thorak
terdapat 2 garis putih berbentuk kurva.
12
1
3
2
Gambar 8.7 Nyamuk Culex Quinquefasciatus dewasa
(Sumber : Matsumura, 1985)
Keterangan :
1. Kaki belakang
2. Kepala
3. Palp
4. Palp kecil
5. Belalai
6. Torax
7. Kaki tengah
8. Abdomen
9. Sayap
10. Antenna
Gambar 8.8 Culex dewasa
13
9. Peran Nyamuk Culex
1. Culex quinquefasciatus
Culex Quinquefasciatus adalah nyamuk yang dapat menularkan penyakit
kaki gajah ( filariasis ). Hal ini terjadi bila si Culex menghisap darah pengidap
filariasis sehingga larva cacing filariasis masuk dan berkembang biak ditubuhnya
lalu si Culex menularkan larva tersebut kepada manusia dengan cara
menggigitnya. Kasus penyakit kaki gajah banyak ditemukan dibeberapa daerah di
Indonesia seperi Malang Selatan dan Kediri.
Culex memiliki kebiasaan yang berbeda dengan saudaranya Aedes
Aegepty, bila Aedes Aegepty suka hidup pada air bersih maka Culex menyukai air
yang kotor seperi genangan air, limbah pembuangan mandi, got ( selokan ) dan
sungai yang penuh sampah.
Culex , nyamuk yang memiliki ciri fisik coklat keabu-abuan ini mampu
berkembang biak disegala musim. Hanya saja jumlahnya menurun saat musim
hijan karena jentik-jentiknya terbawa arus. Culex melakukan kegiatannya
dimalam hari. Untuk memberantas keberadaannya kita perlu menjaga kebersihan
lingkungan dan jika perlu kita bisa melepaskan beberapa jenis ikan pada saluran
air untuk memakan jentik-jentiknya.
2. Culex annulirostris
Virus Murray Valey Encephalitis tersebar lewat gigitan namuk yang
terkena virus ini.
Tidak semua nyamuk mengidapnya.
Jenis yang paling biasa mengidap virus ini adalah Culex
annulirostris.
Cuma 1 di antara sekitar 1000 manusia akan mendapat penyakit ini setelah
terkena lewat gigitan nyamuk.
Virus ini dibawa oleh burung air dan nyamuknya terkena kalau menggigit
burung atau binatang lain yang membawanya. Penyebaran ke Australia
Tenggara diperkirakan terjadi karena burung air berpindah-pindah sesudah
lahan di pedalaman tergenang banyak air.
14
Siapa yang paling menghadapi bahaya?
Penyakit ini bisa berakibat kematian pada sekitar 20% dari yang jatuh sakit, dan
25% lagi bisa mengakibatkan kerumitan besar dalam hal saraf dan kecerdikan.
Sekitar 40% dari kejadiannya bisa sembuh sempurna.
Gejalanya apa saja?
Penyakitnya memerlukan waktu 5-15 hari untuk berkembang setelah digigit
nyamuk yang terkena.
Kebanyakan orang yang terkena Murray Valey Encephalitis tidak menunjukkkan
gejala.
Kalaupun iya, gejalanya bisa mencakup:
sakit kepala parah
leher kaku
demam
gemetar
sawan, terutama pada anak kecil
bingung
muntah
mual
menceret
pusing
lelah dan mengantuk
koma kalau kejadiannya parah
Pencegahan
Belum tersedia pengobatan khusus atau vaksin untuk Murray Valey Encephalitis .
Perlindungan satu-satunya adalah menghindarkan gigitan nyamuk, terutama
sekali pada pengelana dan pengunjung daerah yang terkena Murray Valey
Encephalitis.
Melindungi diri terhadap nyamuk
Kalau bisa jangan di luar rumah saat nyamuk giat bekerja terutama di dini hari
dan sekitar matahari terbenam hingga petang hari.
Pakailah baju lengan panjang, celana panjang longgar berwarna muda dan kaus
kaki. Nyamuk mampu menggigit lewat pakaian ketat.
Kalau di luar rumah pakailah obat nyamuk dan ditambah bila perlu. Minyak dan
salep lebih baik dan tahan lebih lama daripada semprot.
Semua pintu dan pintu kasa agar dalam keadaan baik. Kalau berkemah, tidurlah
di dalam kelambu atau tenda ‘kedap nyamuk’.
15
Pakai semprot serangga ‘pembidik’ sebelum masuk tidur untuk membunuh
nyamuk di dalam rumah.
3. Culex tritaeniorhynchus
Banyak jenis nyamuk yang dapat menularkan penyakit sebagai contoh
adalah nyamuk Culex tritaeniorhynchus Nyamuk berwarna kuning keperakan ini
dengan tutul putih di seluruh badannya pertama kali menyebarkan wabah virus
Japanese Encephalitis di jepang tahun 1924, 55% penderita radang otak karena
virus ini meninggal dunia. Lalu di Thailand, persentase kematian mencapai 35%.
Di Cina, virus ini pernah menginfeksi 122.995 orang. Penyakit ini disebabkan
oleh virus yang dikenal dengan flavivirus. Virus ini termasuk dalam famili
Togaviridae.
Virus ini memiliki kesamaan dengan virus dengue sesudah tejadi gigitan
oleh nyamuk, replikasi awal virus ejadi pada noda lokal dan regional getah bening
(lympha). Virus ini dapat menginfeksi babi, anjing, kambing, domba dan
manusia.
Vektor utama virus Japanese Encephalitis di Asia Tenggara adalah Culex
tritaeniorhynchus, Cx. Gelidus, dan Cx. Vishnu. Nyamuk-nyamuk ini
berkembangbiak di sawah, tempat-tempat genangan air, dan tempat mandi. Jenis-
jenis Culicinae yang lain juga dapat menjadi vektor penyakit ini.
Penyakit Japanese Encephalitis ini mempunyai gejala awal: demam, sakit
kepala, meracau, ngantuk, sawan, lumpuh dan tidak sadarkan diri. Dalam waktu
1-2 minggu virus bisa masuk ke dalam otak lewat darah, dan setelah sampai di
pusat saraf virus hanya butuh 1-7 hari untuk berkembang biak hingga terjadinya
peradangan pada otak (encephalitis) atau radang selaput otak (meningitis) yang
serius.
Gejala awal pada anak-anak adalah kehilangan nafsu makan (anoreksia),
mual, dan sakit perut. Sekitar 25-30 % kasus Japanese Encephalitis adalah fatal
terutama anak-anak di bawah umur 10 tahun. Gejala lain yang dapat terjadi adalah
demam, dingin, kelelahan, sakit kepala, dan muntah-muntah. Konfusi dan agitasi
dapat terjadi pada tingkat awal. Penyakit ini dapat berembang menjadi infeksi
serius pada otak dan dapat mematikan. Diantara pasien yang sembuh sekitar 30%
mengalami kerusakan otak yang serius termasuk paralisis.
16
Saat ini ada tiga jenis vaksin Japanese Encephalitis, tetapi hanya yang
berasal dari otak tikus dan vaksin inaktivasi yang didasarkan pada strain
nagayama (beijing-1 strain) yang dijual dipasaran internasional. Adapun langkah
lain yang dilakukana untuk mengendalikan infeksi ini adalah dengan
engendalikan vektor nyamuk. Selain itu terdapat beberapa obat yang telah
digunakan di beberapa negara:
1. Penggunaan asam rosmarinic, dan arctigenin, telah terbukti efektif dalam
model mouse Japanese ensefalitis, namun ada belum ada bukti klinis untuk
mendukung penggunaannya.
2. Kurkumin telah ditunjukkan untuk memberikan pelindung saraf terhadap
infeksi Japanese Encephalitis di dalam studi in vitro. Kurkumin mungkin
bertindak dengan mengurangi tingkat seluler spesies oksigen reaktif, restorasi
integritas membran selular, penurunan pro-molekul sinyal apoptosis, dan
tingkat modulasi seluler yang terkait dengan stres protein.
3. Minocycline pada tikus mengakibatkan penurunan ditandai dalam beberapa
tingkatan tanda-tanda, titer virus, dan tingkat mediator pro-inflamasi dan juga
mencegah kerusakan otak darah hambatan.
9. Pengendalian vektor
1. Pengendalian Fisik
Pengendalian fisik dilakukan dengan cara memakai pakaian yang dapat
melindungi diri dari gigitan nyamuk, memasang jaring penghalang sehingga nyamuk
tidak dapat masuk, dan menata rumah beserta lingkungan sekitar sehingga tidak dapat
dijadikan sebagai tempat berlindung dan berkembangbiak bagi nyamuk (Jan. A.
Rozendaal, 1997:59-99).
Menurut Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana (2000:100-102), upaya-upaya
pengendalian nyamuk secara fisik adalah sebagai berikut:
a) Modifikasi Lingkungan
Modifikasi lingkungan yaitu mengubah fisik lingkungan secara permanen yang
bertujuan menghilangkan atau mengurangi tempat perindukan nyamuk. Contoh dari
modifikasi lingkungan adalah kegiatan 3M (menguras, mengubur dan menutup).
17
b) Modifikasi Perilaku Manusia
Modifikasi perilaku manusia adalah usaha merubah perilaku sehari-hari sehingga
tidak menguntungkan bagi nyamuk, seperti mengurangi tidur siang pada waktu
musim penghujan untuk mengurangi frekuensi kontak dengan nyamuk.
2. Pengendalian Hayati
Pengendalian hayati dilakukan dengan cara menyebarkan predator dan patogen
nyamuk di daerah endemis. Predator pemakan larva yang dapat digunakan untuk
mengendalikan nyamuk adalah ikan Poecilia reticulata, Gambussia affinis, ikan mas,
ikan lele dan larva nyamuk Toxorrhynchites. Pengendalian vektor menggunakan
patogen contohnya adalah pemanfaatan bakteri Bacillus thuringiensis. Bacillus
thuringiensis toksik terhadap larva nyamuk dan hasilnya sangat efektif serta tidak
menimbulkan kerugian pada manusia maupun hewan. Bacillus thuringiensis
memproduksi toksin yang menghancurkan sel-sel epitel inang sehingga inang mati
(Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:102-103).
3. Pengendalian Kimiawi
a. Insektisida Sintetik
Insektisida sintetik yang digunakan dalam pengendalian nyamuk adalah
paration, malation dan diklorvos (Frank C. Lu, 1995:329).
b. Insektisida Nabati
Insektisida nabati adalah insektisida yang berasal dari tanaman. Tanaman
sumber insektisida nabati yang telah digunakan antara lain bunga Crhysantemum
cinerariafolium, yang mengandung senyawa piretroid. Piretroid telah digunakan
untuk membunuh serangga sejak tahun 1800-an (Sastrodihardjo, 1979:58-60).
Tanaman lainnya yang telah digunakan adalahbuah lerak (S. rarak), yang
mengandung senyawa saponin. Ekstrak buah lerak (S. rarak) tersebut efektif
digunakan sebagai insektisida pada nyamuk Ae. aegypti (Nunik Siti Aminah,
2001).
c. Insektisida anorganik
Insektisida anorganik adalah insektisida yang berasal dari bahan-bahan
anorganik. Insektisida anorganik yang telah digunakan adalah minyak bumi,
18
HCN, kapur belerang dan minyak terpentin (Upik Kesumawati Hadi dan Susi
Soviana, 2000:105).
4. Pengendalian Genetik
Pengendalian genetik dilakukan dengan cara mensterilkan nyamuk jantan
kemudian melepasnya ke alam. Nyamuk betina hanya kawin sekali, oleh karena
itu nyamuk betina yang kawin dengan nyamuk jantan steril tidak akan
menghasilkan keturunan (Upik Kesumawati Hadi dan Susi Soviana, 2000:115).
19
Daftar Pustaka
Prianto L.A Juni, Tjahaya P.U, Darwanto . 2006. Atlas Parasitologi Kedokteran.
Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Staf pengajar FKUI. 2008. Parasitologi Kedokteran. Jakarta: Balai penerbit FKUI
Jakarta
http://bagasrasid89.blogspot.com/2012/12/makalah-nyamuk- Aedes -aegypti-
Anopheles .html
http://wisnutanaya2.blogspot.com/2013/07/ Culex -sp.html
http://www.itd.unair.ac.id/files/pdf/protocol1/ Culex .pdf
e-journal.uajy.ac.id/626/3/2BL00973.pdf
http://kesmas-unsoed.info/2011/03/makalah-vektor-penyakit.html
http://www.iptek.net.id/ind/?mnu=4&ch=infopop&id=298
http://fikricint.blogspot.com/2012/09/makalah-nyamuk-culex-vektor-sebagai.html
http://kesehatankeluarga.wordpress.com/2008/09/23/culex-quinquefasciatus-penyebar-
penyakit-kaki-gajah/
http://www.phsource.us/PH/ME/PH_Entomology/X_AFB_Mosquitoes.htm
http://www.impactpestsolutions.com.au/stopping-mosquito-breeding-is-everyones-
business/
20
21
1
2
3
4
8
9
10