BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian...

21
6 BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahulu 1. (Dwi Sulistyoningsih, Budi Santosa, Didik Sumanto) Penelitian dengan judul “Efektivitas Larutan Bawang Putih Dalam Membunuh Larva Aedes aegyptiHasil penelitian ini diketahui bahwa pada konsentrasi larutan bawang putih 1% didapat kematian larva sebesar 31% yaitu 7 ekor larva masih hidup dan 3 ekor larva mati. Sedangkan pada konsentrasi larutan bawang putih 5% memiliki persentase kematian larva sebesar 84% dan persentase kematian larva 100% di peroleh pada konsentrasi larutan bawang putih l0%, 25%,dan 50%. Hasil penelitian ini didapat bahwa pada konsentrasi larutan bawang putih 5%,10%,25% dan 50% secara efektif mampu membunuh larva nyamuk dengan persentase jumlah kematian larva lebih dari 75% sedangkan pada konsentrasi larutan bawang putih l% tidak efektif dalam membunuh larva nyamuk karena persentase kematian larva kurang dari 75%. Hasil uji Kruskal-wallis dengan metode SPSS didapat hasil ρ value sebesar 0,000 (< α 0,05). Artinya dapat diambil kesimpulan bahwa ada beda rata-rata konsentrasi larutan bawang putih dalam membunuh larva nyamuk Aedes aegypti secara efektif. Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah pada variabel penelitian yaitu pada larva nyamuk. Pada penelitian terdahulu menggunakan larva Aedes aegypti dengan konsentrasi 1%, 5%, 10%, 25% 50%, 75% dan 100% sedangkan pada penelitian sekarang dengan menggunakan nyamuk Culex quinquefasciatus dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% dan 35%.

Transcript of BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian...

Page 1: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

6

BAB II

KAJIAN TEORI

A. Hasil Penelitian Terdahulu

1. (Dwi Sulistyoningsih, Budi Santosa, Didik Sumanto)

Penelitian dengan judul “Efektivitas Larutan Bawang Putih

Dalam Membunuh Larva Aedes aegypti”

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pada konsentrasi larutan

bawang putih 1% didapat kematian larva sebesar 31% yaitu 7 ekor

larva masih hidup dan 3 ekor larva mati. Sedangkan pada konsentrasi

larutan bawang putih 5% memiliki persentase kematian larva

sebesar 84% dan persentase kematian larva 100% di peroleh pada

konsentrasi larutan bawang putih l0%, 25%,dan 50%.

Hasil penelitian ini didapat bahwa pada konsentrasi larutan bawang

putih 5%,10%,25% dan 50% secara efektif mampu membunuh larva

nyamuk dengan persentase jumlah kematian larva lebih dari 75%

sedangkan pada konsentrasi larutan bawang putih l% tidak efektif

dalam membunuh larva nyamuk karena persentase kematian larva

kurang dari 75%.

Hasil uji Kruskal-wallis dengan metode SPSS didapat hasil ρ value

sebesar 0,000 (< α 0,05). Artinya dapat diambil kesimpulan bahwa

ada beda rata-rata konsentrasi larutan bawang putih dalam membunuh

larva nyamuk Aedes aegypti secara efektif.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

pada variabel penelitian yaitu pada larva nyamuk. Pada penelitian

terdahulu menggunakan larva Aedes aegypti dengan konsentrasi 1%,

5%, 10%, 25% 50%, 75% dan 100% sedangkan pada penelitian

sekarang dengan menggunakan nyamuk Culex quinquefasciatus

dengan konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30% dan 35%.

Page 2: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

7

2. ( Simone P M Sumampouw, Victor D Pijoh, Greta J P Wahongan )

Penelitian dengan judul“ Pengaruh Larutan Bawang Putih (Allium

Sativum) Pada Larva Aedes sp Di Kecamatan Malalayang Kota

Manado”

Hasil penelitian ini diketahui bahwa pada konsentrasi larutan

bawang putih 1% didapat persentase kematian larva sebesar 20%,

pada konsentrasi larutan bawang putih 5% didapat perentase

kematian larva sebesar 47%, pada konsentrasi larutan bawang putih

10% didapat persentase kematian larva sebesar 82%, pada konsentrasi

larutan bawang putih 15% didapat persentase kematian larva sebesar

97%, sedangkan pada konsentrasi larutan bawang putih tertinggi yaitu

20% memiliki persentase kematian larva sebesar 100% . Dari hasil

tersebut dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi larutan

bawang putih maka semakin tinggi pula kematian larva Aedes sp.

Hasil uji hipotesa Anova didapat hasil ρ value sebesar 0,000 (< α

0,05). Dapat diambil kesimpulan bahwa ada perbedaan signifikan

antara kelompok kontrol dengan kelompok perlakuan. Sedangkan dari

hasil uji korelasi didapat angka probabilitas yaitu 0,000 kurang dari ρ

value 0,05 sehingga dapat disimpukan bahwa semakin besar

konsentrasi larutan bawang putih maka angka kemtian larva Aedes sp.

semakin tinggi.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

pada variabel penelitian yaitu pada larva nyamuk. Pada penelitian

terdahulu menggunakan larva Aedes aegypti dengan konsentrasi 1%,

5%, 10%, 15% 20%, sedangkan pada penelitian sekarang dengan

menggunakan nyamuk Culex quinquefasciatus dengan konsentrasi

15%, 20%, 25%, 30% dan 35%.

Page 3: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

8

3. (Hildawaty Kiu, Sunarto Kadir, Dian Saraswati)

Penelitian dengan judul “ Ekstrak Bawang Merah dan Ekstrak

Bawang Putih Sebagai Pengusir Nyamuk Culex sp yang Ramah

Lingkungan”

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa jumlah rata – rata

kematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 terbanyak pada

variasi waktu pengamatan 60 menit yaittu sebesar 96% dengan jumlah

kematian nyamuk sebesar 24 ekor dengan konsentrasi 20% pada

ekstrak bawang merah sedangkan, pada konsentrasi 20% ekstrak

bawang putih sebanyak 25 ekor nyamuk atau sebesar 98,4%. Jumlah

kematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah pada

waktu pengamatan 10 menit yaitu sebesar 68% dengan jumlah

kematian nyamuk sebanyak 17 ekor nyamuk dengan konsentrasi 10%

pada ekstrak bawang merah dan pada ekstrak bawang putih dengan

konsentrasi 10%, jumlah kematian nyamuk sebanyak 22 ekor nyamuk

atau sebesar 88%.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa uji normalitas data

yang diperoleh dari bawang putih dan bawang merah sama besar ρ

value (0,200) dan α (0,05) maka ρ value 0,200 > 0,05 Ho diterima.

Dengan demikian hasil uji normalitas data tersebut memiliki distribusi

yang normal.

Hasil peneltian ini menunjukkan bahwa diperoleh nilai ρ value

sebesar 0,078 pada ekstrak bawang merah dan sebesar 0,094 pada

ekstrak bawang putih dimana ρ value yang diperoleh > α (0,05) yang

berarti tidak ada kesamaan varian atau data tidak homogen.

Hasil uji Two Way Anova diperoleh nilai ρ value < 0,05 maka

Ho ditolak sehinggah Ada perbedaan yang signifikan antara ekstrak

bawang merah dan ekstrak bawang putih sebagai insektisida nabati

terhadap kematian nyamuk Culex sp.

Hasil uji LSD ekstrak bawang merah dan bawang putih dapat

disimpulkan bahwa seluruh konsentrasi bawang merah diperoleh nilai

Page 4: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

9

ρ value < 0,05 artinya ada perbedaan bermakna antara kematian

nyamuk Culex sp dengan seluruh konsentrasi ekstrak bawang merah

dan bawang putih. Dari hasil uji LSD ini dapat dilihat bahwa terjadi

peningkatan mean difference yang berarti bahwa terjadi peningkatan

kematian nyamuk Culex sp. Konsentrasi yang paling efektif untuk

membunuh nyamuk Culex sp pada konsentrasi 20% ekstrak bawang

merah karena dapat membunuh nyamuk sebesar 96% sebanyak 24

ekor nyamuk pada waktu 60 menit dan konsentrasi 20% ekstrak

bawang putih karena dapat membunuh nyamuk sebesar 98,4%

sebanyak 25 ekor nyamuk pada waktu 60 menit.

Perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang adalah

pada Konsentrasi variabel bebas. Pada penelitian terdahulu

menggunakan konsentrasi ekstrak bawang merah dan ekstrak bawang

putih masing – masing 10% 15% dan 20% sedangkan pada penelitian

sekarang dengan menggunakan ekstrak bawang putih dengan

konsentrasi 15%, 20%, 25%, 30%, dan 35%.

B. Teori Terkait Penelitian

1. Nyamuk Culex quinquefasciatus

Culex merupakan nyamuk yang memiliki peran sebagai vektor

penyakit yaitu kaki gajah (Filariasis), Japanese enchepalitis, dll.

Ukuran nyamuk dewasa adalah 4mm sampai 10mm atau 0,16 inci

sampai 0,4 inci. Nyamuk pada morfologinya dibagi menjadi tiga

bagian tubuh yaitu bagian kepala, dada dan perut. Di Indonesia, jenis

nyamuk Culex yang banyak ditemukan adalah nyamuk Culex

quinquefasciatus. (Agus, et al, 2010)

Page 5: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

10

a. Klasifikasi dan morfologi

Gambar II.1 Bagian tubuh nyamuk Culex pipiens

Sumber : https://commons.wikimedia.org

Nyamuk Culex quinquefasciatus memiliki klasifikasi seperti

berikut :

Kingdom : Animalia,

Phylum : Arthropoda

Class : Insecta

Ordo : Diptera

Family : Culicidae

Genus : Culex

Species : Culex quinquefasciatus

Nyamuk Culex dewasa tidak memiliki bercak putih pada

bagian thorax dan sayapnya. Palpus maxilaris pada nyamuk

betina lebih pendek dari probocis dan memiliki ujung abdomen

berbentuk tumpul (Sucipto, 2011). Sedangkan maxilaris nyamuk

Culex jantan memiliki panjang yang sama dengan probocis.

Page 6: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

11

Toraks nyamuk Culex terdiri dari tiga bagian yaitu metatoraks,

mesotoraks dan protoraks. Bagian abdomen terdiri atas 8 segmen

dan tidak terdapat bercak putih pada setiap bagian segmennya.

Selain itu nyamuk Culex memiliki ciri khas yaitu posisi yang

sejajar dengan permukaan yang dihinggapi ketika beristirahat

maupun pada saat menusuk dengan posisi kaki belakang terangkat

sedikit (Setiawati, 2000).

Jenis kelamin nyamuk Culex quinquefasciatus dapat

dibedakan dengan mudah dari bentuk antenanya. Pada nyamuk

jantan memiliki antena yang berambut lebat (plumosa), sedangkan

pada nyamuk betina berambut jarang atau rambut – rambut pendek

(Novianto, 2007).

b. Bionomik nyamuk Culex quinquefasciatus.

1) Tempat beristirahat (Resting place)

Kesukaan beristirahat setiap nyamuk berbeda – beda, seperti

halnya nyamuk Culex yang memiliki tempat kesukaan

beristirahat di dalam rumah yaitu di gantungan baju, di balik

perabotan rumah tangga yang berwarna gelap, ditempat yang

lembab dan gelap. Nyamuk Culex disebut dengan nyamuk

rumahan karena kebiasaannya beristirahat di dalam rumah.

Nyamuk Culex akan beristirahat selama 2 hingga 3 hari

setelah menggigit atau menghisap darah manusia maupun

hewan.

2) Perilaku makan

Nyamuk Culex mencari makan dengan menggigit atau

menghisap darah binatang peliharaan, seperti sapi, kerbau,

kambing, dan unggas sehingga nyamuk Culex bersifat

zooanthropofilik. Nyamuk Culex juga bersifat anthropofilik

yang artinya menyukai darah manusia yang dihisap untuk

Page 7: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

12

memenuhi kebutuhan makannya. Nyamuk Culex menggigit

hewan maupun manusia pada malam hari (Agus, et al, 2010).

3) Aktivitas menghisap darah

Nyamuk Culex merupakan salah satu hewan nocturnal yaitu

hewan yang hidup atau mencari makan pada malam hari.

Nyamuk Culex mencari makan dengan cara menghisap darah

hewan maupun manusia. Waktu yang digunakan untuk

menggigit yaitu setelah matahari terbenam hingga sebelum

matahari terbit. Puncak menggigit nyamuk Culex adalah pada

pukul 01.00 – 02.00 WIB (Agus, et al, 2010). Frekuensi

menghisap darah nyamuk Culex bergantung pada spesies dan

dipengaruhi oleh suhu serta kelembaban yang disebut dengan

siklus gonotrofik. Pada iklim tropis, siklus ini berlangsung

selama 48 – 96 jam (Novianto, 2007).

4) Tempat berkembang biak

Tempat berkembang biak nyamuk Culex dapat disembarang

tempat seperti di air kotor dan air bersih. Di air kotor Culex

biasanya berkembang biak di got terbuka, genangan air dan

kolam ikan. Sedangkan di air bersih biasanya nyamuk Culex

berkembangbiak di bak penampungan air (Agus, et al, 2010).

5) Umur

Umur nyamuk Culex yang berada di alam kurang lebih selama

10 hari. Waktu tersebut cukup digunakan untuk proses

berkembangbiaknya bibit penyakit di dalam tubuh nyamuk

Culex. Nyamuk Culex yang dipelihara di laboratorium dengan

suhu 28oC dan memiliki kelembaban 80% dapat bertahan

hidup hingga 2 bulan. Makanan tambahan berupa madu yang

dikenal sebagai pakan alami, dapat memperpanjang umur

nyamuk melebihi nyamuk yang hanya menghisap darah hewan

maupun darah manusia aja.

Page 8: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

13

6) Populasi

Nyamuk jantan tidak pergi jauh dari tempat perindukan untuk

menunggu nyamuk betina melakukan kopulasi. Setelah

melakukan kopulasi, nyamuk betina menghisap darah mamalia

yang digunakan untuk pemasakan telur. Seekor nyamuk betina

yang berumur 3 – 4 hari, setelah menghisap darah dapat

bertelur sebanyak kurang lebih 200 butih setiap harinya

(Novianto, 2007).

7) Suhu

Suhu udara juga berpengaruh terhadap perkembangan virus

dalam tubuh nyamuk. Suhu yang tinggi dapat meningkakan

aktivitas nyamuk Culex dan akan lebih cepat berkembang yaitu

dari normalnya memerlukan waktu 10 hari untuk

perkembangan mulai dari telur hingga dewasa, menjadi 7 hari

pada suhu yang panas (Novianto, 2007). Namun nyamuk akan

membatasi populasinya pada kondisi suhu diatas 35oC. Suhu

yang optimal untuk pertumbuhan nyamuk Culex adalah 20oC

sampai 30oC.

8) Kelembaban Udara

Kelembaban udara merupakan jumlah uap air yang terkandung

di udara dan dinyatakan dalam persen (%). Kelembaban udara

yang mendukung pertumbuhan nyamuk Culex adalah 80%.

Nyamuk Culex menggunakan pipa udara (trachea) dengan

spiracle lubang pada dinding tubuh nyamuk) yang terbuka

lebar tanpa ada mekanisme peraturannya sebagai sistem

pernafasannya. Apabila dalam udara mengalami kekurangan

air yang besar maka daya penguapannya pun besar.

Kelembaban yang rendah dapat menyebabkan penguapan air

dalam tubuh nyamuk sehingga mengakibatkan keringnya

cairan tubuh pada nyamuk.

Page 9: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

14

9) Pencahayaan

Pencahayaan merupakan besarnya intensitas cahaya yang

menuju ke permukaan unit luas. Pencahayaan sangat

berpengaruh terhadap suhu dan kelembaban. Semakin besar

intensitas cahaya yang terpancar ke permukaan maka semakin

tinggi pula suhu yang terdapat pada lingkungan. Dan semakin

besar intensitas cahaya yang terpancar ke permukaan maka

semakin rendah kelembaban pada suatu lingkungan (Agus, et

al, 2010).

c. Peran nyamuk Culex

Nyamuk Culex merupakan vektor penyakit atau serangga penular

penyakit. Penyakit yang ditularkan nyamuk Culex antara lain

radang otak, arbovirus encephalitis, dirofilaria, sleeping sickness

dan Filariasis.

d. Pengendalian

Secara garis besar ada empat cara pengendalian vektor

yaitu dengan cara biologis, kimiawi, radiasi dan mekanik atau

pengelolaan lingkungan.

Pengendalian vektor dengan cara kimiawi biasanya

menggunakan insektisida dari golongan organophosphor,

organochlorine, phyrethoid dan carbamate. Bahan – bahan

tersebut biasanya diaplikasikan dengan melakukan penyemprotan

pada rumah – rumah penduduk.

Pengendalian pada lingkungan menggunakan beberapa cara

antara lain dengan mencegah kontak dengan manusia seperti

pemasangan kawat kasa pada lubang ventilasi, pintu dan jendela.

Selain itu pengendalian nyamuk dapat dilakukan dengan

menguras tempat penampungan air, menutup rapat tempat

penampungan air, menimbun barang bekas ke dalam tanah,

menabur bubuk pembasmi jentik, dan memelihara ikan pemakan

Page 10: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

15

jentik dan pemasangan kelambu serta pemberantasan terhadap

sarang nyamuk (Dinata, 2006).

2. Bawang Putih (Allium sativum)

a. Pengertian Bawang putih

Gambar II.2 Bawang putih (Allium sativum)

Sumber : crporate.kimiafarmaapotek.co.ido

Toksonomi bawang putih (Allium sativum) sebagai berikut :

Kingdom : Plantae

Divisio : Spermatophyta

Subdivisio : Angiospermae

Klas : Monocotyledonae

Bangsa : Liliales

Famili : Liliaceae

Genus : Allium

Species : Allium sativum

Bawang putih adalah keturunan Allium longicurpis regel

atau biasa disebut bawang liar. Allium longicurpis regel tumbuh

didaerah asia tengah dengan iklim subtropis dan tersebar di laut

tengah. Persebaran bawang putih ke indonesia karena adanya

pelaut India dan China yang membawa bawang putih ke

Page 11: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

16

Indonesia. Namun masuknya bawang putih ini pertama kali ke

indonesia tidak diketahui dengan pasti. Bawang putih tidak hanya

dikenal sebagai salah satu bumbu masak maupun penyedap tetapi

juga memiliki banyak kandungan berkhasiat yang dapat

digunakan sebagai obat alami maupun insektisida nabati.

(Wibowo,2009 dalam Rahmi,2014).

b. Kandungan

Unsur – unsur senyawa kimia yang terkandung dalam

bawang putih (Allium sativum) seperti minyak atsiri, allicin,

saponin dan flavanoid yang bermanfaat untuk mengusir nyamuk.

Bawang putih juga mengandung garlic oil yang dapat digunakan

sebagai larvasida nabati.

Bawang putih (Allium sativum) mengandung minyak atsiri

yang sangat mudah menguap di udara bebas. Minyak atsiri pada

bawang putih diduga mempunyai kemampuan sebagai

antibakteri dan antiseptik (Syamsiayah, 2003). Komponen kimia

yang terdapat dalam minyak atsiri umbi bawang putih (Allium

sativum) salah satunya yaitu β-citronellol sebanyak 6,96% (Amin,

et al, 2014). Bawang putih (Allium sativum) mengandung 0,2%

minyak atsiri yang berwarna kuning kecoklatan, dengan

komposisi utamanya adalah turunan asam amino yang

mengandung sulfur (Allin 0,2% – 1 %) (Rahmi 2014). Citronellol

yang terkandung dalam minyak atsiri berfungsi untuk menyerang

serangga dengan cara kontak lansung, racun lambung, dan racun

pernafasan (Hidayati, 2015).

Allin merupakan ikatan asam amino yang terdapat pada

umbi bawang putih (Allium sativum). Allin dan enzim alinase

tidak aktif pada kondisi normal, namun apabila terjadi

perombakan pada struktur kedua zat tersebut akan menghasilkan

alicin. Alicin ini memiliki sifat yang tidak stabil dan sangat reaktif

Page 12: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

17

sehingga menyebabkan alicin mengalami perubahan menjadi

senyawa dialil sulfida yang dapat digunakan sebagai pestisida

alami (Rusdy, 2010).

Allicin merupakan senyawa yang dapat menyebabkan bau

khas pada bawang putih (Allium sativum). Kandungan allicin

bekerja dengan cara mengganggu sintesis membran sel parasit

sehingga tidak dapat berkembang lebih lanjut (Muammar H.B,

2013 dalam Rahmi,2014). Dengan adanya hal tersebut maka

terjadi kerusakan pada membran sel yang kemudian

menyebabkan kematian (Rusdy, 2010).

Garlic oil atau minyak bawang putih (Allium sativum) telah

digunakan sebagai pembasmi nyamuk pada tempat perindukannya

diberbagai negara (Sulistyoningsih, et al, 2008). Larva akan

mengalami kesulitan dalam mengabil udara dipermukaan air

karena adanya perubahan tegangan air akibat dari minyak bawang

putih (Allium sativum) sehingga dapat menyebabkan kematian

pada larva (Sumampouw, et al, 2014).

Flavonoid adalah salah satu kandungan yang tedapat dalam

umbi bawang putih (Allium sativum) yang dapat berperan dalam

kematian nyamuk maupun larva sebagai alat pernafasan dengan

mengganggu metabolisme energi yang terdapat pada mitokondria

dengan cara menghambat sistem pengangkutan elektron yang

dapat menghalangi produksi ATP sehingga terjadi penurunan

penggunaan oksigen oleh mitokondria (Sumampouw, et al, 2014).

Saponin adalah glikosa yang terdapat didalam tanaman

yang bersifat menyerupai sabun dan dapat terlarut dalam air.

Saponin bekerja dengan menurunkan aktivitas enzin pencernaan

dan penyerapan makanan. Pengaruh saponin ini dapat dilihat pada

gangguan fisik yang dialami serangga yakni mencuci lapisan lilin

yang melindungi tubuh serangga dan kehilangan banyak cairan

tubuh sehingga menyebabkan kematian pada serangga. Saponin

Page 13: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

18

dapat masuk melalui organ pernafasan dan mengakibatkan

terganggunya proses metabolisme (Novizan, 2002).

c. Manfaat

Bawang putih (Allium sativum) memiliki banyak manfaat

bagi manusia. Kandungan yang terdapat dalam bawang putih

(Allium sativum)berkhasiat untuk mengobati berbagai jenis

penyakit sehingga bawang putih sering digunakan sebagai obat

alami. Bagi manusia mengkonsumsi bawang putih (Allium

sativum) secara rutin dapat membantu menyebuhkan penyakit

antara lain darah tinggi, meringankan tukak lambung,

menurunkan kolesterol, melumpuhkan radikal bebas yang dapat

merusak sistem kekebalan tubuh manusia, menjaga stamina,

menambah nafsu makan, meningkatkan insulin darah, mencegah

terjadinya penyakit jantung dan sebagai penawar racun (Wibowo,

2009 dalam Rahmi,2014).

Selain itu bawang putih berkhasiat sebagai obat untuk

mengobati sengatan atau gigitan serangga dan mampu mengusir

serangga serta bawang putih (Allium sativum) juga dapat

digunakan sebagai bahan insektisida nabati maupun larvasida

nabati terhadap nyamuk (Roser, 2008 dalam Rahmi,2014).

3. Insektisida nabati Sebagai Pestisida Pengendali Nyamuk

Insektisida nabati merupakan insektisida yang berasal dari

tumbuhan. Insektisida nabati relatif mudah dibuat dengan

kemampuan dan pengetahuan yang terbatas maka jenis pestisida ini

bersifat mudah terurai (biodegradable) di alam sehingga tidak

mencemari lingkungan dan aman bagi manusia maupun hewan

ternak karena residunya mudah hilang.

Page 14: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

19

a. Cara kerja insektisida masuk ke dalam tubuh nyamuk antara

lain :

1) Racun Kontak (contact posion)

Racun kontak meupakan insektisida yang bekerja dengan

cara masuk kedalam tubuh nyamuk melaui kulit, celah

atau lubang alami pada tubuh serangga (trachea), atau

langsung masuk mengenai mulut nyamuk. Sehingga

apabila bersinggungan langsung dengan insektisida

tersebut, nyamuk akan mati. Kebanyakan racun kontak

dapat berperan sebagai racun perut.

2) Racun Perut (stomatch poison)

Racun perut merupakan insektisisda yang dapat

membunuh serangga dengan cara masuk ke perncernaan

melalui makanannya. Insektisida masuk ke organ

pencernaan serangga dan diserap oleh dinding usus

kemudian ditranslokasikan ke tempat sasaran yang

mematikan sesuai dengan jenis bahan aktif insektisida.

Oleh karena itu, serangga harus dipastikan memakan

tanaman yang sudah disemprot insektisida yang

mengandung residu yang cukup untuk membunuuh

serangga tersebut.

3) Racun Pernafasan (fumigans)

Racun pernafasan merupakan insektisida yang masuk

melalui sistem pernafasan serangga (trachea) dalam

bentuk partikel mikro yang melayang di udara. Apabila

serangga menghirup partikel mikro insektisida dalam

jumlah yang cukup dapat menyebabkan kematian pada

serangga tersebut. Racun pernafasan kebanyakan berupa

asap, gas, maupun uap dari insektisida cair (Georghiou

dan Mellon, 1983).

Page 15: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

20

b. Cara Insektisida membunuh sasaran

1) Fisis

Insektisida memblokade proses metabolisme, bukan

reaksi biokemis melainkan secara mekanis misalnya

dengan menutup saluran pernafasan, penyerapan air dari

dalam tubuh serangga sehingga seranggaakan kehilangan

kandungan air dan akan mati.

2) Merusak Enzim

Beberapa logam berat akan merubah sistem kehidupan

serangga dan merusak enzimnya seperti logam cadmium

dan timah hitam.

3) Merusak Syaraf

Jenis yang merusak syaraf adalah methyl bromide,

ethylene dibromide, hydrogen cyanida. Insektisida

merusak syaraf dengan cara kerja fisis (Sudarmo, 1991).

c. Aktifitas Biologi Pestisida Nabati

1) Menghambat atau Penolakan Makan

Senyawa yang bersifat antifeedant merupakan senyawa

yang dapat mengakibatkan berhentinya aktivitas makan

secara sementara atau permanen tergantung pada potensi

senyawa tersebut. Sifat antifeedant yaitu memberikan

rasa ketidaksukaan pada serangga.

2) Penolakan Penularan

Senyawa sekunder tanaman berperan penting dalam

memandu serangga dalam proses penemuan inang untuk

peletakan telur. Pada tumbuhan tertentu serangga akan

menolak karena serangga tidak menemukan senyawa

kimia yang sesuai. Pada umumnya tumbuhan yang tidak

dijadikan inang mengandung senyawa penolak, bahkan

Page 16: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

21

serangga akan menolak tumbuhan inangnya karena

kehadiran senyawa lain.

3) Penghambat Pertumbuhan atau Perkembangan

Pertumbuhan dan perkembangan pada serangga dapat

dipengaruhi oleh kualitas makanan yang dikonsumsinya.

Serangga yang pada makanannya terdapat senyawa

kimia tertentu yang dapat mengakibatkan terhambatnya

pertumbuhan dan perkembanganbiakannya.

4) Efek Kematian

Ekstrak tumbuhan yang dapat menyebabkan kematian

adalah salah satu dari perkembangan pestisida nabati.

Salain manfaat dan keuntungannya yang diperoleh dari

pestisida nabati terdapat kelemahan dari penggunaan

pestisida nabati tersebut terutama dari segi frekuensi

penggunaan, karena bersifat mudah terurai sehingga

frekuensi penggunaan pestisida nabati harus lebih tinggi.

Pestisida nabati memiliki bahan akif yang kompleks dan

tidak semua bahan aktif dapat dideteksi (Pratiwi, 2013).

d. Kelebihan Insektisida Nabati

Di Indonesia penggunaan insektisida nabati lebih populer

dibidang pertanian daripada penggunaan di rumah tangga.

Padahal didalam rumah terdapat berbagai binatang yang

mengganggu kenyamanan dan kesehatan manusia yang

perlu dikendalikan. Penggunaan insektisida nabati di rumah

tangga memiliki keunggulan antara lain :

1) Residu insektisida nabati tidak ada atau hanya sedikit

yang tertinggal pada komponen lingkungan dan bahan

makanan sehingga dianggap lebih aman dan ramah

lingkungan dibanding dengan insektisida sintetis.

Page 17: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

22

2) Insektisida nabati mengandung zat pestisidik yang lebih

cepat terurai di alam sehingga tidak menimbulkan

resistensi pada hewan sasaran.

3) Dapat dibuat sendiri dengan cara yang mudah.

4) Bahan yang digunakan untuk membuat insektisida

nabati dapat ditemukan disekitar rumah

5) Secara ekonomi, dapat mengurangi biaya pembelian

insektisida sintetis (Naria, 2005).

e. Kelemahan Insektisida Nabati

Pemakaian insektisida Nabati memiliki beberapa

kelemahan, antara lain :

1) Frekuensi penggunaan insektisida nabati lebih besar

dibandingkan dengan frekuensi penggunaan insektisida

sintetis. Hal tersebut dikarenakan sifat dari insektisida

nabati yang mudah terurai sehingga harus lebih sering

diaplikasikan.

2) Insektisida nabati mempunyai bahan aktif yang

kompleks dan tidak semua bahan aktifnya dapat

dideteksi.

3) Bahan aktif yang terkandung pada tanaman insektisida

nabati yang sama dapat sangat bervariasi karena

dipengaruhi oleh perbedaan jenis tanah, tempat yang

berbeda, perbedaan umur tanaman, perbedaan iklim,

dan perbedaan waktu panen (Naria, 2005).

Page 18: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

23

C. Kerangka Konsep

Gambar II.3 Kerangka Konsep

Keterangan :

: Bukan variabel utama peneliti

: Variabel utama peneliti

Variasi Konsentrasi

Ekstrak bawang

putih (Kadungan

saponin, flavonoid,

dan minyak atsiri :

25/100ml

50/100ml

75/100ml

100/100ml

Jumlah Kematian

Nyamuk Culex

quinquefasciatus

Umur nyamuk

Suhu

kelembaban

Pencahayaan

Lama Pemaparan

(Uji Hayati)

Menyerang saluran

pernafasan nyamuk

Culex

quinquefasciatus

Page 19: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

24

Page 20: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

25

Page 21: BAB II KAJIAN TEORI A. Hasil Penelitian Terdahuludigilib.poltekkesdepkes-sby.ac.id/public/POLTEKKESSBY-Studi-3387-BABII.pdfkematian nyamuk Culex sp pada pengulangan ke 3 yang terendah

26