PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

64

Transcript of PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Page 1: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id
Page 2: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

1 | P a g e

PENDAHULUAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian RI No.

16/Permentan/OT.140/3/ 2006, Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) dibentuk di setiap

provinsi. BPTP merupakan Unit Pelaksana Teknis

(UPT) Badan Litbang Pertanian. BPTP Riau memiliki

tugas pokok melaksanakan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi pertaniantepat guna

spesifik lokasi. Dalam melaksanakan tugasnya, BPTP

Riau memiliki fungsi: 1) Inventarisasi dan identifikasi

kebutuhan teknologi pertanian tepat guna spesifik

lokasi, 2) Pengkajian dan perakitan teknologi

pertanian, 3) Penyiapanpaket teknologi untuk

penyuluhan pertanian, 4) Penyiapan kerjasama,

informasi, dokumentasi serta penyebarluasan dan

pendayagunaan hasil pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi tepat guna, 5)Pelayanan

teknik kegiatan pengkajian, perakitan dan

pengembangan teknologi tepat guna,dan 6)

Pelaksanaan urusan tata usaha dan rumah tangga

Balai.

VisiBPTP Riau adalah “Pada tahun 2015 menjadi

lembaga penelitian dan pengkajian inovasi teknologi

pertanian tepat guna yang handal di daerah dan

bertaraf internasional”. Adapun misi yang diemban

adalah: 1) Menghasilkan dan mendiseminasikan

inovasi pertanian spesifik lokasi sesuai dengan

kebutuhan daerah; 2) Mengembangkan jejaring

kerjasama di daerah dan nasional dalam rangka

peningkatan kapasitas pengkajian, pendayagunaan

hasil pengkajian dan pengembangan inovasi

pertanian; 3) Melaksanakan pengkajian sesuai norma

dan standar metodologi pengkajian, pengembangan

teknologi pertanian; 4) Mengembangkan SDM yang

profesional dan mandiri.

Wilayah kerja BPTP Riau mencakup wilayah

Provinsi Riau yang terdiri dari 12 kabupaten/kota.

Dalam melaksanakan tugasnya BPTP Riau dipimpin

oleh pejabat struktural Eselon III dan dibantu oleh

dua pejabat struktural Eselon IV yaitu Kepala Sub

Bagian Tata Usaha dan Kepala Seksi Kerjasama dan

Pelayanan Pengkajian, serta pejabat fungsional

peneliti, penyuluh, teknisi, dan tenaga administrasi.

Dalam kerangka operasional, pelaksanaan visi

dan misi BPTP Riaudilaksanakan melaluipengkajian

dan diseminasi teknologi spesifik lokasi serta

monitoring dan evaluasi oleh Tim Monev. Pada tahun

2015 ini juga BPTP Riau melaksanakan kegiatan

kerjasama Badan Litbang Pertanian dengan Bank

Dunia melalui program SMART-D.Selain itu, BPTP Riau

melaksanakan kegiatan kerjasama pengkajiandengan

instansi lingkup Pemda Provinsi dan Kabupaten/Kota

di Provinsi Riau untuk mendukung percepatan

pembangunan pedesaan/pertanian melalui

penyediaan paket teknologi spesifik lokasi

berwawasan agribisnis, mempercepat transfer

teknologi kepada pengguna dan mendapatkan umpan

balik untuk penajaman program

penelitian/pengkajian pertanian, serta menyediakan

advokasi dalam penerapan teknologi tepat guna

spesifik lokasi.

Seiring dengan program pemerintah membantu

petani dalam akses terhadap permodalan, pasar dan

teknologi serta organisasi tani yang masih lemah,

maka ditempuh melalui pendekatan pengembangan

usaha agribisnis dan memperkuat kelembagaan

pertanian di perdesaan melalui program

Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan (PUAP).

Pada tahun 2015 BPTP Riau diamanahkan sebagai

Sekretariat Tim Pelaksana Pembina PUAP untuk

Provinsi Riau.

STRUKTUR ORGANISASI DAN

MANAJEMEN

Struktur organisasi BPTP Riau terdiri atas: a)

Kepala Balai, b) Sub Bagian Tata Usaha, meliputi:

Urusan Kepegawaian, Urusan Keuangan, Urusan

Rumah Tangga dan Perlengkapan, serta Perencanaan

dan Pelaporan, c) Seksi Kerjasama dan Pelayanan

Pengkajian, meliputi: Penanggung Jawab

Perpustakaan, Penanggung Jawab Alat dan Mesin

Pertanian, Penanggung Jawab Audio Visual,

Penanggung Jawab Laboratorium dan Penanggung

Jawab Kerja Sama Penelitian, d) Koordinator Program.

Selain itu BPTP Riau didukung oleh Kelompok

Fungsional yang terdiri atas: a) Kelompok Pengkaji

Sumberdaya, b) Kelompok Pengkaji Budidaya, dan c)

Kelompok Pengkaji Sosial Ekonomi.

w w w . r i a u . l i t b a n g . p e r t a n i a n . g o . i d S c i e n c e . I n n o v a t i o n . N e t w o r k s

Page 3: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

2 | P a g e

A. Tata Usaha

Berdasarkan Peraturan Menteri Pertanian

Nomor: 17/Permentan/OT.140/1/2014 tanggal 27

Januari 2014 tentang rincian tugas pekerjaan Eselon

IV pada Balai Pengkajian Teknologi Pertanian, sub

bagian Tata Usaha mempunyai tugas melakukan

urusan kepegawaian, keuangan, perlengkapan, surat

menyurat dan rumah tangga.

1. Urusan Kepegawaian

Urusan kepegawaian bertugas menyiapkan

bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran

Subbagian Tata Usaha, melakukan penyiapan bahan

penyusunan rencana kebutuhan pegawai, melakukan

mutasi pegawai, menyiapkan bahan penyusunan

pengembangan pegawai, melakukan urusan tata

usaha kepegawaian, melakukan urusan kesejahteraan

pegawai, menyiapkan bahan evaluasi kinerja

pegawai, dan melakukan penyiapan bahan

pendayagunaan jabatan fungsional.

Sampai dengan 31 Desember 2015 BPTP Riau

mempunyai 70 orang tenaga Pegawai Negeri Sipil

(PNS),dan 14 orang tenaga kontrak. Komposisi

pegawai menurut jenjang fungsional adalah 26 orang

sudah memiliki jenjang fungsional peneliti, 12 orang

fungsional penyuluh, 5 orang fungsional teknisi

litkayasa, dan 1 orang fungsional pranata komputer.

Sebaran jumlah tenaga BPTP Riau menurut pangkat,

golongan, tingkat pendidikan dan jabatan fungsional

disajikan pada Tabel 1 hingga Tabel 4.

Tabel 1. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan dan

Pendidikan per 31 Desember 2015

No Pendidikan Golongan

Jml IV III II I

1 S3 3 2 - - 5

2 S2 3 11 - - 14

3 S1 1 25 - - 26

4 D4 - 1 - - 1

5 D3 - - - - -

6 SLTA - 8 14 - 22

7 SLTP - - 1 - 1

8 SD - - 1 - 1

Jumlah 7 47 16 - 70

Tabel 2. Rekapitulasi pegawai BPTP Riau menurut

Kelompok Fungsional per 31 Desember 2015

No Pendidikan Jumlah

1 Peneliti 26

2 Teknisi Litkayasa 5

3 Penyuluh 12

4 Pranata Komputer 1

Jumlah 44

Tabel 3. Tenaga PNS Berdasarkan Golongan Ruang

dan Pendidikan Akhir per 31 Desember 2015

Gol/

Ruang

Tingkat Pendidikan

Jml S3 S2 S1 D

4

D

3

S

M

U

S

M

P

SD

II/a - - - - 2 1 3

II/b - - - - 7 1 - 8

II/c - - - - 5 - - 5

II/d - - - - 3 - - 3

III/a - - 4 - - - - 4

III/b - 3 17 1 - 5 - - 26

III/c - 4 1 - - - - 5

III/d 2 4 3 - - - - 9

IV/a 2 2 1 - - - - 5

IV/b - - - - - - - -

IV/c - 1 - - - - - 1

IV/e 1 1

Jum

lah 5 14 26 1 - 22 1 1 70

Tabel 4. Tenaga Kontrak BPTP Riau per 31

Desember 2015

No Pendidikan Jumlah Ket

1 S1 1

2 D3 1

3 SLTA 12

4 SLTP -

5 SD -

Jumlah 14

Dalam rangka peningkatan kualitas sumber daya

pegawai, pada tahun anggaran 2015, staf peneliti

BPTP yang mengikuti program tugas belajar sejumlah

4 (empat) orang. Tenaga PNS Berdasarkan Jabatan

Fungsional dan Pendidikan per 31 Desember 2015

disajikan pada Tabel 5.Daftar PNS berdasarkan bidang

Page 4: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

3 | P a g e

pekerjaan dan keahlian / disiplin ilmu per 31

Desember 2015 disajikan pada Tabel 6.

Tabel 5. Tenaga PNS BerdasarkanJabatan Fungsional

dan Pendidikan per 31 Desember 2015

No Jabatan Fungsional

Tingkat Pendidikan

Jml

S3 S2 S1 S0

1 Peneliti Utama 1 1 - - 2

2 Peneliti Madya 2 - - - 2

3 Peneliti Muda 2 7 - - 9

4 Peneliti Pertama - 2 8 - 10

5 Penyuluh Utama - - - - -

6 Penyuluh Madya - - 1 - 1

7 Penyuluh Muda - - 1 - 1

8 Penyuluh Pertama - - 6 - 6

9 Asisten Penyuluh - - - - -

Jumlah 5 10 16 - 31

Tabel 6. Daftar PNS Berdasarkan Bidang Keahlian/

Disiplin Ilmu per 31 Desember 2015

Bidang Keahlian/ Disiplin Ilmu

Peneliti Penyuluh Calon Peneliti/ Penyuluh

Agroklimat & Pencemaran Lingkungan

2

Budidaya Tanaman

10 4 3

Ekonomi Pertanian 1 4

Hama Penyakit Tanaman

2 1 1

Hidrologi & Konservasi Tanah

1

Kesuburan & Biologi Tanah

2

Pakan & Nutrisi Ternak

1 2 1

Kesehatan Hewan 1

Sistem Usaha Pertanian

1

Teknologi Pasca Panen

3

Jumlah 24 11 5

2. Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan

Urusan Rumah Tangga dan Perlengkapan

memiliki tugas antara lain: melakukan

penatausahaan barang milik negara, menyiapkan

bahan penyusunan laporan kekayaan negara,

melakukan urusan penghapusan dan pemanfaatan

barang milik negara,melakukan tata letak ruang,

penataan taman dan menjaga kebersihan lingkungan

kantor, serta pengaturan penggunaan gedung kantor.

BPTP Riau sampai dengan 31 Desember 2015

telah memiliki 1 (satu) unit gedung utamadi

Pekanbaru. Selain gedung kantor terdapat juga 1

(satu) unit rumah jabatan dan 18 unit rumah dinas

serta 1 (satu) unit mess di Pekanbaru. Gedung dan

perumahan di Pekanbaru didirikan di atas tanah milik

Pemerintah Daerah Provinsi Riau dengan status

pinjam pakai kepada UPT Pelatihan Dinas Pertanian

dan Peternakan Provinsi Riau.

Mobilitas aktivitas kantor didukung oleh

kendaraan operasional yang masih layak pakai terdiri

atas 7 (tujuh) unit mobil dan 11 (sebelas) unit sepeda

motor untuk Provinsi Riau.

Adapun rekapitulasi pengadaan barang tahun

2015 dapat dilihat pada Tabel 7.

Tabel 7. Rekapitulasi Pengadaan Barang Inventaris

BPTP Riau Tahun 2015

No. Uraian Volume

PERALATAN DAN MESIN

1 Tangki Penampungan Air 4 unit

2 Gardu listrik (Travo 150 kVA) 1 unit

3 AC 2 unit

4 Laptop 2 unit

5 LCD Player 1 unit

6 Stabilizer Tower 1 unit

7 Stabilizer Portable 1 unit

8 Sound System 1 unit

9 Combine Harvester 4 unit

3. Urusan Keuangan

Urusan Perencanaan dan Keuangan memiliki

tugas melakukan urusan perbendaharaan, melakukan

urusan Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP),

melakukan urusan penerbitan Surat Perintah

Membayar (SPM), menyiapkan bahan penyusunan

laporan keuangan, melakukan urusan gaji, tunjangan,

lembur dan uang makan, penyiapan bahan

penyusunan anggaran pengkajian dan diseminasi

serta menyusun data base dan SIM.

Page 5: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

4 | P a g e

Pada Tahun Anggaran 2015 BPTP Riau mendapat

alokasi APBN sebesar Rp. 12.718.633.000,- yang

membiayai kegiatan di satuan kerja (satker) BPTP

Riau.

Tabel 8. Rincian Anggaran BPTP Riau Tahun 2015

No Jenis Belanja Pagu DIPA (Rp)

1 Pegawai 4.858.500.000

2 Barang 6.404.133.000

3 Modal 1.456.000.000

Jumlah 12.718.633.000

Tolok ukur keberhasilan pelaksanaan kegiatan

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Riau adalah

pencapaian sasaran sesuai dengan rencana (target)

yang telah ditetapkan baik dalam hal fisik maupun

keuangan.Pencapaian sasaran tidak terlepas dari

adanya faktor internal dan faktor eksternal yang

secara langsung mempengaruhi jalannya pelaksanaan

kegiatan.

Tolok ukur keberhasilan tersebut dapat

dilakukan dengan analisis terhadap hal berikut:

a. Realisasi fisik dan keuangan.

b. Aktivitas kegiatan pengkajian/penyediaan

sarana prasarana.

Realisasi Anggaran

Realisasi belanja BPTP Riau pada TA 2015 adalah

sebesar 11.897.807.526,- atau sebesar 93,55 % dari

anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja.

Anggaran Belanja BPTP Riau TA. 2015 adalah

12.718.633.000,- dengan realisasi seperti Tabel di

bawah ini.

Tabel 9. Anggaran dan Realisasi BPTP Riau Tahun

2015

No Jenis Belanja

Pagu DIPA Revisi

Realisasi

Reali-sasi (%)

1 Pegawai 4.858.500.000 4.618.226.061 95,06

2 Barang 6.404.133.000 6.133.681.438 95,78

3 Modal 1.456.000.000 1.145.900.027 78,70

Jumlah 12.718.633.000 11.897.807.526 93,55

Realisasi belanja TA.2015 mengalami kenaikan

sebesar Rp. 11.897.807.526,- dibandingkan periode

yang sama dengan tahun sebelumnya disebabkan

antara lain naiknya belanja pegawai berupa

remunerasi, adanya pembangunan gedung kantor

dan kenaikan belanja barang berupa belanja

pemeliharaan. Perbandingan realisasi belanja TA.

2015 dengan TA. 2014 dapat dilihat pada Tabel

dibawah ini.

Tabel 10. Perbandingan realisasi belanja TA. 2015

dengan TA. 2014

No Uraian Jenis

Belanja

Realisasi Belanja

TA. 2015 TA. 2014

1 Belanja

Pegawai

4.858.500.000 4.323.405.939

2 Belanja

Barang

6.404.133.000 4.855.953.008

3 Belanja

Modal

1.456.000.000 440.176.000

Jumlah 12.718.633.000 9.619.534.947

Realisasi Pendapatan Negara tahun 2015 adalah

sebesar Rp. 35.999.932,- atau mencapai 161,65 %

dari estimasi pendapatan yang ditetapkan sebesar Rp.

22.270.000.- Keseluruhan Pendapatan Negara BPTP

Riau adalah merupakan Pendapatan Negara Bukan

Pajak (PNBP).

4. Urusan Surat Menyurat

Tugasnya melakukan surat menyurat, Urusan

kearsipan, penyiapan bahan pengelolaan dan

pencetakan untuk keperluan dinas.

B. Seksi Kerjasama dan PelayananPengkajian

Seksi Kerjasama dan Pelayanan Pengkajian

mempunyai tugas melakukan penyiapan bahan

penyusunan program, rencana kerja, anggaran,

pemantauan, evaluasi dan laporan serta

penyebarluasan dan pendayagunaan hasil, serta

pelayanan sarana teknis pengkajian, perakitan dan

pengembangan Teknologi Pertanian tepat guna

spesifik lokasi.

1. Penyusunan Program

Penyusunan rencana kegiatan dan anggaran

dilakukan melalui : penyusunan rencana kerja

kegiatan, matrik program litkaji, RKA-KL beserta data

dukung, evaluasi proposal (RPTP/RDHP/RKTM), dan

update data i-prog.

Page 6: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

5 | P a g e

Hasil kegiatan perencanaan dan penyusunan program

TA 2015 :

a. Melakukan revisi DIPA BPTP Riau TA 2015

sehingga merubah pagu DIPA TA 2015 menjadi

Rp. 12.718.633.000,-

b. Menyusun dokumen RKA-KL, DIPA dan POK TA

2016 BPTP Riau beserta data dukungnya

dengan total pagu Rp. 21.287.640.000,-

c. Update datai-prog 1 kali, dari tahun 2011-2015

di i-prog Badan Litbang.

2. Kerjasama Penelitian

Ruang lingkup pengembangan kerjasama dan

pendayagunaan hasil kegiatan meliputi : penjaringan

kerjasama, pelayanan hasil pengkajian dan publikasi

(layanan konsultasi teknologi, media

tercetak/elektronik), penyelenggaraan seminar

(proposal, rutin, dan hasil pengkajian).

Kerjasama BPTP dengan beberapa instansi di

provinsi Riau pada tahun 2015 antara lain :

a. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi

Universitas Islam Riau

b. Kerjasama dengan Badan Litbang Pertanian

(Instansi Vertikal Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian – BPTP Riau) melalui Program

KKP3SL pada kegiatan SMART-D dengan 2

judul kegiatan yaitu: i) Pengelolaan dan

Penerapan Teknologi Tanaman Terpadu

Spesifik dalam Upaya Mendukung Ketahanan

Pangan Berkelanjutan di Kabupaten Rokan

Hilir; ii) Integrasi Pembenah Tanah dan

Varietas Bawang Merah di Lahan Kering

Provinsi Riau.

c. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

melalui Kegiatan Indonesia Climate Change

Trust Fund (ICCTF).

d. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Padi di Sukamandi melalui

Kegiatan Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur-

Galur Padi Toleran Suhu TInggi.

a. Kerjasama dengan Perguruan Tinggi Universitas

Islam Riau

Tujuan dari kerjasama ini adalah untuk

memanfaatkan kemampuan Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian (BPTP) Riau dengan Universitas

tersebut untuk lebih berhasil dalam melaksanakan

pembinaan dan pengembangan IPTEK dalam bidang

pertanian.

Ruang lingkup kegiatan :

1) Bidang Akademik meliputi pengajaran,

pembimbingan, dosen tamu, pelibatan

mahasiswa dalam penelitian, KKN tematik,

pelatihan/kursus dan lain-lain.

2) Bidang Diseminasi Hasil-hasil Penelitian

melalui Seminar, Pameran, Desa Binaan dan

diseminasi lainnya.

3) Bidang Kerjasama Penelitian meliputi

penelitian skala nasional dan internasional,

KKP3N dan KKP3SL.

4) Bidang Optimalisasi Fasilitas meliputi

Laboratorium, Kebun Percobaan, Ruangan,

Perpustakaan dan fasilitas lain yang

diperlukan.

Jangka waktu pelaksanaan kerjasama ini 5 (lima)

tahun dari tanggal penandatanganan Piagam

Kerjasama Nomor 411/A-UIR/1-P/2015 dan

457/SM.620/I.12.6/03/2015 tanggal 30 Maret 2015.

Gambar 1. Piagam Kerjasama antara Fakultas Pertanian

Universitas Islam Riau dengan BPTP Riau

Page 7: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

6 | P a g e

Kerjasama dengan Perguruan Tinggi yang telah

berjalan pada tahun 2015 antara lain:

a. Praktek Magang Universitas Riau

Gambar 2. Praktek Magang Mahasiswa dari Universitas Riau

b. Kunjungan dari Dosen Universitas Lancang Kuning

Gambar 3. Kunjungan Kerja Dosen dari Universitas Lancang Kuning

b. Kerjasama Program SMART-D Badan Litbang

Pertanian melalui Kegiatan KKP3SL

Terdiri dari 2 kegiatan yaitu: 1) Integrasi Pembenah Tanah dan Varietas Bawang

Merah di Lahan Kering Provinsi Riau

Tujuan dari kegiatan ini antara lain:

a) Menganalisis pengaruh pembenah tanah dan

varietas serta interaksi interaksinya terhadap

pertumbuhan dan hasil tanaman bawang

merah pada lahan kering di Provinsi Riau.

b) Memilih alternatif paket komponen

teknologi pembenah tanahdan varietas

bawang merahdi lahan kering Provinsi Riau

Ruang lingkup kegiatan ini adalah:

a. Penyiapan bahan pembenah tanah yaitu

kompos tandan kosong kelapa sawit dan bio

isi rumen sapi

b. Penyiapan bibit bawang merah Balitsa

c. Pelaksanaan uji

d. Diseminasi komponen teknologi

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Gading Sari

Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar. Varietas

bawang merah yang digunakan antara lain : Bima,

Brebes, Ketumi dan Pikatan dengan 4 Perlakuan yaitu:

A : 5 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi

Rumen

B : 3 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi

Rumen

C : 1 t/ha Kompos tankos + 200 ml/l Bio Isi

Rumen

D : Kontrol

2) Pengelolaan dan Penerapan Teknologi Tanaman

Terpadu Spesifik Dalam Upaya Mendukung

Ketahanan Pangan Berkelanjutan di Kabupaten

Rokan Hilir

Tujuan dari kegiatan ini adalah untuk

mendapatkan teknologi spesifik dalam upaya

mendukung swasembada beras berkelanjutan di

Kabupaten Rokan Hilir.

Keluaran yang diharapkan yaitu adanya

teknologi spesifik dalam upaya mendukung

swasembada beras berkelanjutan di Kabupaten

Rokan Hilir.

Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini

adalah sebagai berikut :

a) Sebagai bahan pertimbangan pemerintah

Kabupaten Rokan Hilir untuk membuat

kebijakan didalam upaya peningkatan

produksi padi dan pengendalian alih fungsi

Page 8: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

7 | P a g e

lahan demi terwujudnya ketahanan pangan

yang berkelanjutan.

b) Mengoptimalkan manfaat sumberdaya alam

dengan pemakaian teknologi tepat guna

yang spesifik lokasi untuk mengatasi

kesulitan tumbuh dan dapat meningkatkan

ketersediaan hara tanah serta produktivitas

lahan.

c) Menghindarkan kemungkinan terjadinya alih

fungsi lahan ke komoditi lainnya.

d) Meningkatkan dan menjamin pelestarian

sumberdaya tanah dan lingkungannya.

Lingkup Kegiatan Pengkajian dilakukan di lahan

sawah milik petani. Kegiatan ini dilaksanakan dalam

pola tanam padi-padi—bera :

• Pertanaman padi I : (Juni - September)

• Pertanaman II : (Desember - Maret )

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di lahan petani desa

Mukti Jaya, Kecamatan Rimba Melintang Kabupaten

RokanHilir, pada MT 2015.

Bahan dan Metode

1. Pertanaman padi I, (Juni – September)

Kegiatan pada pertanaman I dirancang

dengan Rancangan acak Kelompok dua

faktor. Faktor I; Pendekatan yang terdiri 1).

pendekatan PTT dan 2). cara/kebiasaan

petani. Faktor II adalah varitas yang toleran

kekeringan yang terdiri dari 1). Ciherang;

2).Inpari 30; 3) Situ Bagendit dan 4). Inpari

10. dengan 3 ulangan.

Ada 8 kombinasi perlakuan :

1. Pendekatan PTT dengan varitas Ciherang

2. Pendekatan PTT dengan varitas Inpari 30

3. Pendekatan PTT dengan varitas Situ Bagendit

4. Pendekatan PTT dengan varitas Inpari 10

5. Cara/kebiasaan petani dengan varitas

Ciherang

6. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Inpari

30

7. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Situ

Bagendit

8. Cara/kebiasaan petani dengan varitas Inpari

10

2. Pertanaman padi II, (November - Februari).

Kegiatan pada pertanaman II dirancang

dengan Rancangan acak Kelompok dua

faktor. Faktor I; Pendekatan yang terdiri 1).

pendekatan PTT dan 2). cara/kebiasaan

petani. Faktor II adalah varietas yang toleran

terhadap genangan/banjir yang terdiri dari

1). Ciherang; 2). Inpari 10; . 3). Situ Bagendit

dan 4). Mekongga dengan 3 ulangan.

Ada 8 kombinasi perlakuan meliputi :

1. Pendekatan PTT dengan varietas Ciherang.

2. Pendekatan PTT dengan varietas Mekongga.

3. Pendekatan PTT dengan varietas Ciherang.

4. Pendekatan PTT dengan varietas Inpari 10.

5. Cara/kebiasaan petani dengan varietas

Ciherang.

6. Cara/kebiasaan petani dengan varietas

Mekongga.

7. Cara/kebiasaan petani dengan varietas

Ciherang.

8. Cara/kebiasaan petani dengan varietas Inpari

10.

Kesimpulan

1. Cara pendekatan hanya berpengaruh

terhadap jumlah butir/malai, jumlah butir

bernas/malai, dimana pendekatan dengan

PTT lebih baik dibandingkan dengan cara

petani baik pada Musim Kemarau maupun

Musim Hujan.

2. Varietas berpengaruh terhadap panjang

malai, jumlah butir/malai, jumlah butir

bernas/malai dan hasil gabah. Panjang malai,

jumlah butir/malai, jumlah butir

bernas/malai dan hasil gabah tertinggi

diperoleh pada varietas Situ Bagendit,baik

pada MK maupun MH.

3. pendekatan dengan PTT dengan penanaman

Situ Bagendit pada MK maupun MH di

Kabupaten Rokan Hilir memberikan hasil

tertinggi dibandingkan cara petani dan

penanaman varietas varietas lainnya, yakni

4,0 ton/ha dan 6,1 ton/ha.

Page 9: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

8 | P a g e

c. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Sumberdaya Lahan Pertanian

melalui Kegiatan Indonesia Climate Change Trust

Fund (ICCTF)

Tujuan dari kegiatan ini adalah :

1. melanjutkan kegiatan monitoring respon

tanaman terhadap berbagai perlakuan

pemupukan dan ameliorasi.

2. Melanjutkan pengamatan subsiden dan

perubahan stock karbon tanah gambut.

Ruang lingkup kegiatan adalah sebagai berikut:

1. Pemberian perlakuan pemupukan dan

amelioran serta evaluasi respon tanaman

dan perhitungan biaya dan keuntungan

2. Melanjutkan pengukuran subsiden, muka air

tanah dan kehilangan C tanah gambut yang

digunakan untuk berbagai sistem usahatani.

d. Kerjasama dengan Balai Besar Penelitian dan

Pengembangan Padi di Sukamandi melalui

Kegiatan Uji Daya Hasil Pendahuluan Galur-Galur

Padi Toleran Suhu Tinggi.

Kegiatan ini dilaksanakan di desa Bungaraya,

Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak. Kontribusi

BPTP Riau hanya dalam pengawasan pertanaman

yang melibatkan peneliti dari BPTP Riau.

3. Koordinasi dan Sinkronisasi dengan Stakeholder

Konsultasi, koordinasi dan sinkronisasi kegiatan

litkaji dan diseminasi dengan stakeholder.

Stakeholder meliputi Pemda Provinsi Riau, UK/UPT

Lingkup Litbangtan, satker lingkup Kemtan, BBP2TP,

swasta, dan petani dan masyarakat

4. Pengelolaan Perpustakaan/website

Tugas penanggung jawab perpustakaan adalah

mengelola perpustakaan yang meliputi : pelayanan

pengunjung, penambahan koleksi buku,

pemeliharaan koleksi perpustakaan, pengembangan

database dan upload pustaka digital, menyiapkan

bahan dan mendokumentasikan hasil-hasil

pengkajian dalam bentuk perangkat lunak

(software)dan perangkat keras (hardware). Secara

umum koleksi perpustakaan BPTP Riau meliputi

tanaman pangan, peternakan, hortikultura,

perikanan, bidang ilmu yang berkaitan dengan

pertanian seperti ekonomi pertanian, kesehatan

pangan, biologi dan lain sebagainya.

Pengunjung perpustakaan pada tahun 2015

yang tercatat di buku tamu digital sebanyak

468orang. Jumlah Penambahan Koleksi perpustakaan

BPTP Riau hingga 31 Desember 2015 dapat dlihat

pada Tabel 11 berikut.

Tabel 11. Jumlah Penambahan Koleksi Perpustakaan

BPTP Riau Tahun 2015

No. Kategori Jumlah

1 Koleksi Buku Buku 84

2 Koleksi Majalah 207

JUMLAH 291

Selain perpustakaan digital BPTP Riau telah

memiliki website dalam dua versi yaitu Indonesia dan

Inggris. Pada website BPTP disajikan informasi

tentang teknologi unggulan, teknologi hasil

pengkajian, data sumberdaya manusia, fasilitas yang

dimiliki, jenis pelayanan yang bisa dilakukan,

publikasi, kerjasama penelitian, dan berita yang

memberitakan kegiatan yang dilaksanakan di BPTP

Riau rata-rata di update rata-rata 1 – 2 kali setiap

bulannya.

Tabel 12. Berita Yang di-Update Pada Website Pada

Tahun 2015

NO.

JUDUL BERITA TANGGAL UPDATE

1 Seminar Hasil Kegiatan TA 2014 12.01.2015

2 Peletakan Batu Pertama Pencanangan Perbaikan Irigasi Irigasi di Kabupaten Rokan Hulu

20.01.2015

3 Peletakan Batu Pertama Pencanangan Perbaikan Jaringan Irigasi di Kabupaten Meranti

20.01.2015

4 Rapat Upaya Khusus (UPSUS) Peningkatan Produksi Padi, Jagung dan Kedelai Provinsi Riau 2015

28.01.2015

5 Staf Ahli Mentan, Kepala BPTP Riau, dan Bupati Kuansing Panen Raya dan Peletakan Batu Pertama

23.01.2015

6 Kuala Kampar sebagai Lumbung Padi Menuju Swasembada Pangan

12.02.2015

7 Seminar Proposal Kegiatan Litkaji BPTP Riau

10.02.2015

8 Bupati Siak, Staf Ahli Menteri Pertanian dan Kepala BPTP Riau Panen Raya di Siak

14.02.2015

Page 10: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

9 | P a g e

9 Tim UPSUS Pajale Riau Tinjau Jaringan Irigasi di Kabupaten Rokan Hulu

17.02.2015

10 Menteri Pertanian Panen Raya Batang Piaman di Kabupaten Kepulauan Meranti

04.03.2015

11 Menteri Ajak Petani Mewujudkan Indonesia Swasembada pangan di Kabupaten Siak

04.03.2015

12 Rapat Koordinasi Percepatan UPSUS Pajale

09.03.2015

13 Staf Ahli Mentan Tanam Perdana Padi dan Kedelai di Kabupaten Rokan Hulu

13.03.2015

14 Kepala BPTP Riau Buka Rakor PUAP dan Saksikan Penandatanganan Kontrak Kerja PMT

23.03.2015

15 Staf Ahli Menteri Pertanian Panen Raya bersama Bupati Inhil

27.03.2015

16 Bupati Kampar dan Staf Ahli Menteri Pertanian Tinjau RTMPE di Kampar

08.04.2015

17 Sosialisasi KATAM MK 2015 17.04.2015

18 Sosialisasi Perubahan Iklim Mendukung Swasembada Pangan Padi, Jagung, dan Kedelai

25.04.2015

19 Kepala BPTP Riau hadiri kick-off meeting peluncuran program agritechnopark dan agrisciencepark di Bandung

08.05.2015

20 Staf Ahli Menteri Lakukan Evaluasi Musim Tanam

29.05.2015

21 Temu Lapang Panen Raya UPBS 31.07.2015

22 Rapat Koordinasi PUAP 12.08.2015

23 Tanam Perdana MT II bersama Wakil Bupati Rokan Hulu

10.09.2015

24 Panen Raya Jagung Hibrida 16.05.2015

25 BPTP Riau ikut Expose di Car Free Day 18.08.2015

26 Rakor PUAP Bulanan Bersama PMT 11.09.2015

27 Temu Lapang Teknologi Budidaya dan Pasca Panen bawang Merah di Lahan Kering dan Dataran Rendah

02.10.2015

28 Hari Pangan Sedunia (HPS) ke XXXV Tingkat Kabupaten Pelalawan

27.10.2015

29 Temu Koordinasi Pendampingan Sapi Indukan dalam Integrasi Usaha Sawit-Sapi

25.11.2015

30 BPTP Riau damping Pemda Barito Studi Banding ke Kabupaten Inhil

20.11.2015

31 BPTP Riau damping Puslitbanghorti melakukan Monev UPSUS Bawang Merah dan Cabai Merah di Provinsi Riau

14.12.2015

32 Staf Ahli Menteri Lakukan Tanam Serentak

11.12.2015

33 Workshop Pengelolaan Gambut Terdegradasi Ramah Lingkungan

17.12.2015

Adapun informasi Teknologi yang diupdate pada

tahun 2015 ada 2 (dua), yaitu :

1) Pembuatan Gula Semut dari Nira Kelapa

2) Pembuatan Asap cair dari tempurung Kelapa

Gambar 4 . Tampilan Banner Website BPTP Riau

5. Evaluasi dan Pelaporan

Evaluasi dan pelaporan dilakukan melalui monev

kegiatan (exante, on-going, post-ante) dan

pelaporannya; penyusunan laporan bulanan,

triwulan, tengah tahun, akhir tahun; laporan tahunan

balai, LAKIP, PMO, SIMONEV.

a. Monev Ex ante dilaksanakan dalam bentuk

Seminar proposal.

b. Monev On-going tidak semua dimonev.

c. Monev Post-ante dalam bentuk seminar

hasil dan evaluasi dengan stakeholder.

Untuk monev on-going, dilakukan pada semua

kabupaten/kota di Provinsi Riau.

6. Pengelolaan Instalasi Pengkajian Laboratorium

Laboratorium BPTP Riau telah dilengkapi

dengan berbagai sarana penunjang antara lain oven

pengering contoh, pH meter, Flame photometer,

spectrophotometer, timbangan analitik, dan alat

pendukung lainnya. Jasa analisis yang dapat

dilakukan oleh Laboratorium Tanah dan Tanaman

meliputi: analisis sifat kimia tanah, analisis hara

tanaman, analisis pupuk organik, analisis pupuk

anorganik dan analisis Proksimat. Saat ini

laboratorium ditangani oleh 6 orang tenaga

pendukung.

Pada tahun 2015, beberapa peralatan untuk

pengujian tersebut rusak sehingga laboratorium BPTP

Riau tidak melaksanakan aktifitas secara maksimal.

Untuk mengaktifkan kembali kegiatan laboratorium

pada tahun 2016 akan segera dilakukan perbaikan

peralatan laboratorium yang rusak tersebut,

disamping itu perlu juga untuk memperbaharui

struktur organisasi pada labor tersebut karena

pengalaman tahun 2015,personel dari pengelolaan

Page 11: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

10 | P a g e

Laboratorium tidak bekerja sesuai tugas dan

tanggungjawab yang telah ditentukan.

7. Pengelolaan Database Pertanian

Pada tahun 2015 Database yang bisa

dikumpulkan dalam tahun ini antara lain :

a. Jadwal Tanam masing-masing Kab. Prov Riau.

b. Data OPT yang dominan Provinsi Riau.

c. Data Banjir/kekeringan/PUSO Provinsi Riau.

d. Data Publikasi.

HASIL PENGKAJIAN DAN DISEMINASI INOVASI TEKNOLOGI

PERTANIAN A. Kegiatan Pendampingan Pengembangan

Kawasan Agribisnis Hortikultura (PKAH)

1. Latar Belakang

Kegiatan Pendampingan Kawasan Agribisnis

Hortikultura didasari oleh kebutuhan inovasi

teknologi untuk mendorong peningkatan produksi

dan produktivitas hortikultura nasional. Dalam

Kepmentan No. 45/Kpts/PD.200/1/2015 tentang

Penetapan Kawasan Cabai, BawangMerah, dan Jeruk

Nasional mencantumkan antara lain untuk komoditas

cabai di Provinsi Riau adalah Kabupaten Siak, Kota

Pekanbaru dan Dumai. Untuk bawang merah adalah

Kabupaten Kampar dan Kota Pekanbaru. Komoditas

jeruk di Kabupaten Kuantan Singingi, Indragiri Hilir

dan Kampar.

Pengembangan kawasan hortikultura

merupakan kegiatan yang dilaksanakan pada

kawasan/wilayah yang berisi berbagai kegiatan usaha

mulai dari penyediaan sarana produksi,budidaya,

penanganan dan pengolahan pascapanen, pemasaran

serta berbagai kegiatan pendukungnya. Penanganan

pascapanen merupakan satu kegiatan usaha yang

sangat menentukan terhadap mutu produk

hortikultura. Kenyataan di lapangan masih kita temui

rendahnya mutu produk hortikultura yang sampai ke

tangan konsumen. Hal ini mengindikasikan bahwa

penanganan pascapanen belum dilaksanakan dengan

baik atau belum menerapkan Good Handling

Practices (GHP). Pengembangan dilakukan melalui

upaya membangun kawasan sentra produksi dengan

didukung penerapan GAP dengan lahan yang

teregistrasi dan penerapan GHP, sehingga tercipta

produk dalam jumlah memadai, bermutu prima,

dengan harga yang kompetitif.

Fokus komoditas pembangunan hortikultura

buah tahun 2015 pada 10 (sepuluh) komoditas buah

yaitu jeruk, mangga, jambu kristal, durian, manggis,

pisang, nenas, melon, salak, dan buah naga yang

ditargetkan untuk mengendalikan dan substitusi

impor, meningkatkan ekspor, dan memenuhi

permintaan dalam negeri. Sedangkan untuk

komoditas sayur pada 7 (tujuh) komoditas antara lain

bawang merah, cabai merah, cabai rawit merah,

jamur, kentang, sayuran daun, dan bawang putih,

yang ditargetkan untuk mengendalikan inflasi,

mengendalikan dan substitusi impor, memenuhi

permintaan dalam negeri, dan mencapai ketahanan

pangan keluarga.

Bawang merah adalah komoditas yang

menempati posisi penting dalam kebutuhan sehari-

hari. Banyaknya permintaan bawang merah yang

cenderung naik dan harganya cenderung stabil

membuat banyak kalangan yang tertarik dalam

budidaya bawang merah. Tahun 2015 penduduk

Indonesia diperkirakan mencapai 257.387.897 jiwa

dengan jumlah konsumsi bawang merah sebesar

952.335 ton. Kebutuhan total bawang merah

termasuk untuk benih, industri dan ekspor mencapai

1.195.235 ton yang akan terus meningkat sebesar

50% menjadi 1.541.737 ton pada tahun 2025.

Indonesia memiliki 9 (Sembilan) provinsi

penghasil utama bawang merah, yaitu Sumatera

Utara, Sumatera Barat, Jawa Barat, Jawa Tengah, DIY,

Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat dan Sulawesi

Selatan dengan luas lahan > 1.000 ha/tahun. Pulau

Jawa sendiri berkontribusi sekitar 78% dari total

produksi bawang nasional.

Provinsi Riau belum mampu memenuhi

kebutuhan masyarakat daerah untuk bawang merah.

Selama ini masih bergantung pada Sumatera Utara

dan Sumatera Barat. Kabupaten Kampar merupakan

daerah pendampingan pengembangan kawasan

agribisnis hortikultura khususnya untuk komoditas

bawang merah. Potensi Pengembangan Bawang

Merah di Kab. Kampar antara lain masih banyak lahan

tidur belum tergarap/termanfaatkan, bawang merah

merupakan komoditas unggul yang memiliki nilai

Page 12: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

11 | P a g e

ekonomi tinggi dan dukungan Pemerintah Daerah

terhadap pengembangan tanaman bawang merah

sangat besar.

Jeruk merupakan salah satu buah utama dengan

keunggulan kompetitif antara lain:

1. Merupakan jenis buah yang paling disukai

konsumen walaupun bukan yang paling banyak

dikonsumsi dan disukai karena kandungan

vitamin C-nya yang tinggi, citarasa yang enak,

menyegarkan dan kemudahan dalam

mengkonsumsinya.

2. Di pasaran, harga jeruk termasuk tinggi dan

menguntungkan dengan masa payback period-

nya pendek.

3. Mudah ditumbuhkan dan berproduksi dengan

sebaran lingkungan agroklimat yang luas. Selain

itu, dukungan teknologi budidaya maju pada

jeruk relatif lebih tersedia.

4. Pasokan jeruk dapat disediakan sepanjang tahun.

Walaupun produksi jeruk adalah musiman,

tetapi penyebaran areal yang luas memberikan

kemungkinan jeruk berproduksi pada waktu

yang berbeda. Selain itu, teknologi pengaturan

produksi off season pada tanaman jeruk relatif

lebih mudah diimplementasikan.

Produksi jeruk terbesar didominasi jeruk Siam.

Produksi jenis-jenis jeruk yang lain seperti jeruk

Keprok, Pamelo (Besar), Manis dan lain-lainnya jauh

dibawah jeruk Siam. Jeruk merupakan salah satu

komoditas prioritas, yang perlu ditangani lebih

terarah untuk dapat menghasilkan produksi dan mutu

hasil yang tinggi serta berkesinambungan. Kendala

utama dalam upaya pengembangan tanaman jeruk

adalah serangan organisme pengganggu tanaman

(OPT), terutama CVPD. Selain itu, beberapa

permasalahan lain yang perlu diperhatikan dalam

pengembangan komoditas jeruk yaitu:

1. Penyediaan benih bermutu masih sangat

terbatas dan belum dapat memenuhi kebutuhan

pada seluruh daerah sentra.

2. Teknologi budidaya yang benar belum

diterapkan oleh petani secara optimal dan pada

beberapa sentra produksi jeruk ditemukan

adanya penggunaan pestisida yang tinggi

sehingga dikawatirkan dapat menyebabkan

pencemaran lingkungan meningkat.

3. Kelembagaan petani jeruk seperti asosiasi petani

belum berfungsi dan lembaga permodalan yang

dapat membantu petani belum berperan secara

maksimal.

Dasar Pertimbangan

Program Pendampingan Pengembangan

Kawasan Agribisnis Hortikulturaditujukan untuk

mendukung program strategis Kementerian Pertanian

tentang peningkatan produksi, produktivitas dan

mutu produk hortikultura.

Tujuan

1. Meningkatkan produksi dan produktivitas

bawang merah dan benih jeruk ramah

lingkungan.

2. Mendukung program Kabupaten Kampar

sebagai sentra bawang merah di Sumatera.

3. Mendukung program pengembangan

perbenihan jeruk yang bersertifikat di

Kabupaten Kampar.

Keluaran

1. Peningkatan produksi dan produktivitas bawang

merah dan benih jeruk yang ramah lingkungan.

2. Tersedianya paket teknologi budidaya bawang

merah dan perbenihan jeruk di Kabupaten

Kampar.

3. Penguatan kelembagaan penangkar, penataan

Blok Fondasi (BF) dan Blok Penggandaan Mata

Tempel (BPMT).

Manfaat dan Dampak

1. Meningkatnya produktivitas dan mutu hasil yang

seragam dan berkelanjutan.

2. Meningkatnya pendapatan petani dan

pendapatan daerah.

3. Meningkatnya pengetahuan dan kemampuan

petani dalam budidaya komoditas hortikultura.

2. Metodologi

Waktu dan Tempat

1. Pendampingan pengembangan kawasan

hortikultura mulai pada bulan Januari sampai

dengan Desember 2015. Pendampingan

dilaksanakan di Kabupaten Kampar dan Kota

Pekanbaru.

2. Lokasi kegiatan bawang merah adalah :

Page 13: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

12 | P a g e

a. Desa Gadingsari, Kecamatan Tapung,

Kabupaten Kampar.

b. Desa Beringin Lestari, Kecamatan Tapung

Hilir, Kabupaten Kampar.

c. BBI Hortikultura Prov. Riau, Kota Pekanbaru .

Metode Pelaksanaan

1. Persiapan

Persiapan dilaksanakan melalui koordinasi

dengan pihak terkait yaitu Dinas Pertanian dan

Peternakan Provinsi Riau dan kabupaten/kota

mengenai pengembangan kawasan hortikultura

khususnya pengembangan bawang merah dan

jeruk.

2. Pelaksanaan

a. Pelaksanaan kegiatan dilakukan dengan

mengadakan FGD dengan petani bawang

merah dan petani/penangkar jeruk. Setelah

merangkum berbagai permasalahan

diadakan pembinaan melalui koordinasi

dengan petugas dari dinas terkait.

b. Mengadakan pelatihan teknologi perbenihan

jeruk dan budidaya jeruk di Kabupaten

Kampar.

c. Melakukan penanaman bawang merah

untuk menghasilkan benih.

d. Melakukan pendampingan atau bimbingan

teknologi budidaya pada komoditas yang

ditetapkan oleh dinas di masing-masing

kabupaten/kota.

3. Hasil Kegiatan

Kegiatan Pendampingan Pengembangan

Kawasan Agribisnis Hortikultura Tahun Anggaran

2015 telah dilaksanakan pada bulan Januari sampai

dengan Desember 2015. Lokasi kegiatan adalah di

Kabupaten Kampar untuk komoditas bawang merah

dan jeruk,sedangkan di Kota Pekanbaru untuk

komoditas bawang merah.

Kegiatan diawali dengan koordinasi dengan

Dinas Pertanian Tanaman Pangan dan Hortikultura

Kabupaten Kampar. Komoditas yang ditetapkan untuk

kawasan pengembangan adalah bawang merah.

Sebelumnya daerah pengembangan bawang merah di

Kabupaten Kampar adalah di Kecamatan Kampar Kiri

tepatnya di Desa Sei Geringging. Budidaya bawang

dilakukan di lahan sawah dengan sistem parit.

Dengan melihat potensi lahan kering yang ada untuk

pengembangan bawang merah diarahkan pada

Kecamatan Tapung yang memiliki potensi

sumberdaya lahan dan petani khususnya tanaman

hortikultura.

Tahap-tahap pelaksanaan kegiatan di

Kecamatan Tapung terdiri dari:

a. Tahap inisiasi kegiatan yang bersifat

administratif, diawali dengan penetapan

komoditas dan calon lokasi dengan berbagai

pendekatan.

b. Pengumpulan data dan informasi detail kawasan

mencakup potensi biofisik dan sosial-ekonomi

yang mendukung pengembangan komoditas

yang akan dikembangkan.

c. Pelaksanaan Focus Group Discussion (FGD)

dengan petani hortikultura di Desa Gading Sari

dengan topik budidaya bawang merah. Kegiatan

ini menghasilkan rumusan antara lain :

No. Permasalahan Pemecahan Masalah

1 Komoditas baru/minim informasi

Pelatihan/pendampingan teknologi budidaya dan pengendalian OPT.

2 Benih susah didapat

a. Pembinaan penangkar benih

b. Pelatihan TSS

3 Fasilitas pejemuran/ pascapanen

Pelatihan/bimbingan teknologi pascapanen bawang merah

4 Benih hanya 1 varietas

Display varietas spesifik lokasi

d. Persiapan lahan meliputi pengolahan tanah dan

pemupukan dasar untuk penanaman bawang

merah.

e. Pemeliharaan tanaman dalam hal penyiangan

dan pengendalian gulma, serta pengendalian

hama dan penyakit tanaman.

Page 14: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

13 | P a g e

Gambar 5. Lahan Untuk Penanaman Bawang Merah

di Desa Gading Sari, Kecamatan Tapung,

Kab. Kampar

Tabel 13. Rekomendasi Pemupukan Bawang Merah

(Sumber: Puslitbanghorti)

No. Jenis pupuk

Dosis Keterangan

1 Pupuk kandang

20 ton/Ha Pupuk dasar

2 Dolomit 2 ton/Ha Pupuk dasar

3 NPK 500 kg/Ha Pupuk dasar

4 TSP 150 kg/Ha Pupuk dasar

5 Urea 200 kg/Ha Pupuk susulan I dan II

6 KCl 200 kg/Ha Pupuk susulan I dan II

7 ZA 400 kg/Ha Pupuk susulan I dan II

Panen bawang merah dilakukan setelah

tanaman bawang berumur 55 – 60 HST. Berbeda

dengan produksi benih, umbi yang dipanen harus

benar-benar tua, umumnya umur tanaman diatas 65

hari. Tanda-tanda tanaman bawang dapat dipanen

yaitu daun mulai rebah dan menguning. Pemanenan

dilakukan dengan mencabut umbi bawang kemudian

umbi disatukan dengan mengikat daun bawang.

Selanjutnya hasil panen dijemur hingga daun

mengering. Pada tanggal 16 Agustus 2015 dilakukan

panen I bawang merah setelah umur 62 HST. Hasil

panen adalah 325 Kg berat basah umbi dengan

produktivitas 5 ton/Ha.

Hasil ini belum optimal karena adanya serangan

penyakit layu Fusarium dan antraknose atau penyakit

otomatis pada beberapa bedengan dalam

pertanaman. Namun cukup memuaskan mengingat

bawang merah merupakan komoditas baru untuk

petani di Desa Gading Sari.

Gambar 6. Hasil Panen Bawang Merah di Desa Gading Sari,

Kecamatan Tapung, Kab. Kampar dan Proses Penjemuran

Bawang Merah Hasil Panen

Dalam kegiatan ini juga dilakukan temu lapang

sebagai media penyuluhan untuk menyampaikan

inovasi teknologi budidaya bawang merah termasuk

hasil penanaman yang didampingi kepada petani.

Dalam kesempatan ini dilakukan survei, wawancara

menggunakan kuisioner (daftar pertanyaan). Data

yang diperoleh dianalisa secara statistik dengan

kategori respon rendah, respon sedang dan respon

tinggi kemudian dipaparkan secara deskriptif untuk

mengetahui respon petani terhadap budidaya

bawang merah dan faktor-faktor apa saja yang

mempengaruhi respon petani terhadap budidaya

bawang merah pada temu lapang yang diadakan

BPTP Riau.

Kabupaten Kampar merupakan daerah

pendampingan pengembangan kawasan agribisnis

hortikultura khususnya untuk komoditas bawang

merah. Potensi Pengembangan Bawang Merah di

Kab. Kampar antara lain :

1. Masih banyak lahan tidur belum

tergarap/termanfaatkan

2. Bawang merah merupakan komoditas unggul

yang memiliki nilai ekonomi tinggi

3. Dukungan Pemerintah Daerah terhadap

pengembangan tanaman bawang merah sangat

besar melalui kebijakan:

a. Adanya Demarea seluas 110 Ha yang didanai

dari APBD berupa bantuan bibit dan saprodi.

b. Demarea 25 Ha yang didanai APBN berupa

bantuan saprodi dan bibit (dana bergulir).

c. Kerja sama Bank Bukopin, Dewan Bawang

Nasional dan Pemkab Kampar.

d. Memagangkan satu orang di Pusat Pelatihan

Pertanian dan Pedesaan Swadaya (P4S).

Setelah lulus dapat menggunakan sertifikat

lulus untuk meminjam dana dari Bank BPR

Sari Madu.

Page 15: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

14 | P a g e

Sementara permasalahan yang ada di

Kabupaten Kampar yang menyangkut pengembangan

komoditas bawang merah antara lain :

a. Tanah

- Kesuburan tanah masih rendah (tanah

gambut dan asam)

- Pestisida dan pupuk mahal

- Pupuk kimia terkadang tidak tersedia

pada waktunya

b. Tanaman

- Harga bawang murah

- Benih unggul tidak tersedia

- Serangan OPT tinggi

- Harga pupuk dan pestisida kimia tinggi

c. Tenaga Kerja

- Tenaga kerja kurang tersedia

- Upah tenaga kerja mahal

d. Permodalan

- Kekurangan modal

- Tidak adanya relasi yang ke lembaga

permodalan

e. Kelembagaan

- Belum maksimalnya kelembagaan di

dalam kelompok, banyak program kerja

kelompok yang tidak jalan

- Lembaga permodalan masih enggan

memberikan modal di sektor tanaman

sayuran

f. Teknologi

- Pengetahuan petani tentang budidaya

bawang merah masih rendah

- Pengeringan bawang dan penyimpanan

masih tradisional

g. Manajemen Usaha

Umumnya petani tidak menata/

merencanakan usaha agribisnisnya dengan

baik terutama dalam hal keuangan

h. Infrastruktur

Sistem pengairan kurang baik terutama pada

musim kemarau

Untuk menjawab permasalahan tersebut kondisi

yang diinginkan antara lain :

a. Tersedianya penangkar benih berkelanjutan.

b. Penerapan teknologi tinggi pada budidaya

bawang merah.

c. Terintegrasinya antara peternakan dengan

petani bawang merah untuk memperoleh

pupuk organik yang dapat mengurangi

ketergantungan terhadap pupuk kimia.

d. Optimalisasi penggunaan pestisida nabati

maupun bio pestisida yang ramah lingkungan

untuk mengurangi ketergantungan

penggunaan pestisida kimia yang mahal dan

berbahaya terhadap kesehatan.

e. Tersedianya permodalan oleh lembaga

permodalan (Bank BPR Sari Madu, Bukopin,

PUAP dan lain-lain).

f. Optimalisasi penggunaan alsintan dalam

budidaya bawang merah untuk mengurangi

penggunaan tenaga kerja.

Untuk perbenihan jeruk di Kabupaten Kampar,

terdapat di 2 (dua) lokasi antara lain Kecamatan

Tambang dan Kecamatan Kuok. Potensi Kabupaten

Kampar sebagai penghasil benih jeruk adalah sebagai

berikut:

a. Kabupaten Kampar memiliki 27 kelompok

penangkar bibit dengan total 200 anggota

penangkar atau plasma.

b. Produksi benih mencapai > 5 juta per tahun.

Permasalahan yang dijumpai adalah:

a. Hanya sebagian kecil yang berlabel.

b. BPMT yang ada tidak mampu memenuhi

kebutuhan mata tempel.

c. Masih banyak penangkar liar yang belum

mau memproduksi benih yang berlabel.

B. Kegiatan Pendampingan Kawasan Peternakan

(Program Swasembada Daging Sapi, PSDS)Provinsi Riau

1. Latar Belakang

Lambannya perkembangan populasi ternak sapi

di Provinsi Riau disebabkan berbagai faktor. Sebagian

besar peternak memelihara sapi sebagai kegiatan

sampingan dengan usaha pokok bercocok tanam padi

Page 16: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

15 | P a g e

atau pekebun kelapa sawit, karet, kelapa dsb.

Akibatnya pemeliharaan ternak sapi yang dilakukan

tidak berjalan optimal. Peternak memberikan pakan

seadanya, berupa rumput alam, ada yang disabitkan,

diangonkan atau gabungan kedua nya, tanpa

memberikan pakan konsentrat. Rendahnya kualitas

rumput alam yang diberikan dan bervariasinya cara

dan jumlah yang diberikan menyebabkan lambannya

pertumbuhan dan perkembangan ternak sapi. Hal ini

ditandai oleh lambatnya perkembangan populasi

dari tahun ketahun. Selain itu pertambahan berat

badan harian (PBBH) yang dicapai masih berkisar 0,2

– 0,3 kg/ekor/hari, bahkan masih banyak yang

dibawah 0,2 kg/ekor/hari.

Populasi sapi pada tahun 2008 sebanyak

161.202 ekor, pada tahun 2009 dan 2010 menjadi

172.394 dan 180.612, pada tahun 2011 turun

menjadi 164.707 ekor.Tahun 2012 naik menjadi

189.060, kemudian turun lagi menjadi 175.431 pada

tahun 2014. Sampai saat ini kebutuhan daging baru

terpenuhi 40 %. Untuk memenuhi kekurangannya,

60% harus didatangkan dari provinsi tetangga dan

provinsi lainnya, bahkan diimpor dari luar negeri.

Disayangkan sekali pemotongan yang tinggi kadang-

kadang termasuk pula ternak sapi betina produktif

yang seyogianya dapat dijadikan induk untuk memacu

perkembangan populasi di masa yang akan datang.

Jumlah produksi daging sapi dari tahun 2008 sampai

dengan 2011 berturut-turut adalah 7.655.407 kg,

7.639.840 kg, 7.478.418 kg, dan 8.773.682 kg.

Melalui program PSDS, seyogianya Provinsi Riau

lebih mengarahkan kegiatan kepada pemanfaatan

pakan berkualitas dari berbagai sumber. Bukan pula

berarti bahwa dengan mengkatrol faktor pakan

semuanya akan selesai. Tetapi setidaknya faktor

pakan yang diprioritas, sementara faktor lainnya

bibit, reproduksi, kesehatan ternak, kandang dan

lainnya sambil berjalan tetap dibenahi secara pelan

dan terarah.

Tujuan

1. Melaksanakan berbagai bentuk pendampingan

untuk mendukung kegiatan PSDS di berbagai

lokasi kabupaten/kota di Provinsi Riau sesuai

dengan ketersediaan anggaran.

2. Mengoptimalkan pemanfaatan kandang.

3. Mengoptimalkan pemanfaatan sumberdaya

pakan lokal (hijauan dan konsentrat).

4. Memanfaatkan kotoran ternak dan urine untuk

pupuk organik padat dan cair.

5. Melatih peternak membuat garam mineral dan

pengolahan pakan ternak.

6. Mengaktifkan peranan kelompok ternak.

7. Melengkapi buku-buku yang diperlukan

sebagaimana layaknya suatu kelom pok tani dan

membimbing cara membuat dan

memanfaatkannya.

Keluaran

Terlaksananya berbagai bentuk pendampingan

untuk mendukung kegiatan PSDSK di berbagai lokasi

kabupaten/kota di Provinsi Riau sesuai dengan

ketersediaan anggaran. Luaran yang diharapkan dari

kegiatan pendampingan adalah :

1. Optimalnya pemanfaatan kandang.

2. Termanfaatkannya sumberdaya pakan lokal.

3. Termanfaatkannya kotoran ternak untuk pupuk

organik padat dan cair.

4. Terlatihnya peternak membuat garam mineral

dan mengolah pakan ternak.

5. Kelompok ternak berperan secara aktif.

6. Terlengkapi dan termanfaatkan dengan baik

buku – buku kelompok tani.

Manfaat

1. Kandang berfungsi dengan baik.

2. Pemberian pakan lebih efisien dan efektif.

3. Kotoran terolah dan kebersihan lingkungan

terjaga dengan baik.

4. Terpenuhinya kebutuhan mineral dan pakan

ternak dengan baik.

5. Semua anggota kelompok tani berperan dengan

aktif.

6. Semua kegiatan kelompok terdata dengan baik.

Dampak

1. Kebersihan lingkungan dan kesehatan ternak

lebih terkendali.

2. Meningkatnya pertumbuhan dan perkembangan

ternak sapi.

3. Terciptanya sumber pendapatan baru untuk

meningkatkan pendapatan peternak.

4. Semua kegiatan terdata dengan baik dan mudah

ditelusuri kapan diperlukan.

5. Meningkatnya kesejahteraan peternak.

Page 17: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

16 | P a g e

2. Metodologi

Lokasi dan waktu

Kegiatan pendampingan PSDS tahun 2015

dilaksanakan di 2 (dua) desa dan 2 (dua) kelompok

tani. Di Desa Indrapuri, kelompok tani “Puja Kesuma”

dan di Desa Gading Sari, Kelompok Tani “Gading

Jaya”. Kedua desa tersebut berada di wilayah

Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar. Kegiatan ini

berlangsung selama satu tahun anggaran.

Prosedur

Pelaksanaan kegiatan dilakukan koordinasi

dengan dinas Peternakan dan kesehatan hewan

tingkat Provinsi dan Dinas Peternakan atau pelaksana

fungsi Dinas Peternakan Kabupaten, Sekretariat

Badan Koordinasi Penyuluhan Pertanian, Perikanan

dan Kehutanan Provinsi Riau, Badan Pelaksana

Penyuluhan Ting kat Kabupaten, dan dinas/instansi

terkait lainnya. Terutama dengan dinas Peter nakan

Kabupaten sentra produksi sapi. Ada enam

Kabupaten sentra produksi ternak sapi di Provinsi

Riau yaitu Kabupaten Kampar, Kabupaten Rokan

Hulu, Kabupaten Indragiri Hulu, Kabupaten

Pelalawan, Kabupaten Kuantan Singingi, dan

Kabupaten Siak. Kegiatan pendampingan di

kabupaten diarahkan kepada peternak yang telah

memiliki kelompok, terutama peternak yang

memperoleh bantuan sapi dari pemerintah.

3. Hasil kegiatan

Secara umum kandang yang dimiliki kedua

kelompok bervariasi dari yang sederhana dan semi

permanen dengan sistem kandang komunal.

Pemanfaatan kandang cukup baik dan kebersihan

kandang cukup terkendali.

Pemanfaatan sumberdaya pakan lokal telah

mulai diikuti oleh peternak walaupun belum secara

optimal karena masih adanya keraguan dari peternak

tampilan daun dan pelepah sawit yang sudah dicacah,

tetapi masih ada potongan lidi yang dikhawatirkan

akan mengganggu usus sapi yang memakannya.

Demikian juga dengan solid sebagai bahan pakan

konsentrat, peternak sudah memulai

memanfaatkannya.

Tentang kotoran ternak baik faeses maupun

urine, sebagian besar peternak telah mengolahnya

menjadi pupuk organik padat dan organik cair. Pada

saat sekarang hasilnya masih digunakan untuk

memenuhi kebutuhan anggota kelompok sendiri. Bila

produksinya ditingkatkan, dapat dijual dan hasilnya

dapat dijadikan sebagai pemupukan modal

kelompok. Sebagai tambahan pengetahuan dan

wawasan peternak juga diberikan tambahan tentang

pengolahan kotoran ternak menjadi pupuk organik

cair dan organik padat dari berbagai bentuk.

Peternak anggota kedua kelompok tani baik

”Puja Kesuma” maupun ”Gading Jaya” telah

dilatih/diajarkan membuat garam mineral dan

mengolah pakan ternak ( fermentasi, molases, dan

pengawetan kering/Hay).

Untuk mengaktifkan semua anggota kelompok,

kepada anggota telah disampaikan materi tentang

peranan kelompok tani dalam mencapai tujuan dan

sasaran pembangunan peternakan.

Sebagaimana layaknya, suatu kelompok tani

harus memiliki kelengkapan administrasi sebagai

suatu aset yang dapat berbicara kapanpun, sekalipun

anggota telah lupa dengan kegiatan masa lalu, tetapi

catatannya ada dan terpelihara dengan baik. Maka

untuk anggota kelompok telah disampaikan materi

tentang berbagai jenis buku yang harus dimiliki dan

tata cara mengisi dan menggunakannya.

C. Pendampingan Pengembangan Kawasan

Pertanian Nasional Perkebunan (Kelapa Sawit)

1. Latar Belakang

Adanya kegiatan Pengembangan Kawasan

Pertanian Nasional Perkebunan khususnya komoditas

kelapa sawit di wilayah Kabupaten Indragiri Hulu,

diawali dengan adanya faktor-faktor seperti berikut:

(a) produktivitas TBS yang masih rendah yaitu 12 – 16

ton/ha/tahun, dengan potensi sekitar 30 ton; (b)

belum menggunakan bibit unggul (bibit asalan); (c)

teknologi budidaya yang terbatas; (d) terbatasnya

modal usaha; (e) kurangnya pengelolaan kebun.

Peluang

1. Perkebunan rakyat (53,35%).

2. Peningkatan Produktivitas sebesar 20 %

menjadi 16 – 20 ton/ha/th.

3. Menggunakan bibit unggul.

4. Teknologi Pemupukan (anorganik + organik).

5. Meningkatkan Pemeliharaan tanaman.

6. Meningkatkan modal usahatani.

Page 18: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

17 | P a g e

Tujuan

Jangka Pendek :

1. Melaksanakan pendampingan dan

pembinaan usahatani kelapa sawit di

kawasan perkebunan kelapa sawit rakyat.

2. Mendapatkan paket teknologi usahatani

kelapa sawit yang efisien.

3. Meningkatan produktivitas kelapa sawit.

Jangka Panjang :

1. Meningkatkan produktivitas kelapa sawit >

20 % pada perkebunan kelapa sawit rakyat.

2. Meningkatkan pendapatan petani kelapa

sawit.

Keluaran

1. Terlaksananya pendampingan dan

pembinaan usahatani kelapa sawit di

kawasan perkebunan kelapa sawit rakyat

Provinsi Riau.

2. Diperoleh komponen teknologi usahatani

kelapa sawit yang efisien.

3. Diperoleh peningkatan produksi kelapa sawit

> 20 % dari rata-rata produksi sebelumnya.

Manfaat

1. Meningkatnya pengetahuan dan

keterampilan para petani kelapa sawit rakyat

di Provinsi Riau.

2. Sebagai acuan penerapan teknologi

budidaya kelapa sawit rakyat.

3. Meningkatnya produksi dan pendapatan

petani kelapa sawit.

Dampak

1. Meningkatnya pengetahuan, keterampilan

petani kelapa sawit.

2. Meningkatnya produktivitas usahatani

kelapa sawit dan kesejahteraan petani.

2. Metodologi

Waktu dan tempat

Kegiatan dilaksanakan pada agroekosistem

lahan kering di Desa Bukit Meranti, Kecamatan

Seberida, Kabupaten Indragiri Hulu, pada periode

Januari – Desember 2015.

Persiapan

1. Koordinasi pelaksanaan pendampingan kepada

dinas/instansi terkait di provinsi dan kabupaten.

2. Melakukan pendampingan demplotPaket

teknologi budidaya kelapa sawit sebanyak 2

(dua) unit.

3. Melaksanakan temu lapang teknologi usahatani

kelapa sawit di kawasan perkebunan rakyat.

Data yang dikumpulkan

1. Keragaan tanaman.

2. Data usahatani perkebunan kelapa sawit.

Metode Analisis

1. keragaan tanaman dianalisis menggunakan

tabulasi dan rata-rata hasil.

2. analisis usahatani menggunakan B/C Ratio.

Kesimpulan

1. Sebagian besar petani kelapa sawit rakyat di

Desa Bukit Meranti tidak menggunakan benih

unggul bersertifikat.

2. Pada tipologi lahan datar Patek Intro 1

menghasilkan produksi lebih tinggi dibanding

Patek Intro 2 dan 3 (perbaikan cara petani).

3. Rerata produksi Patek Intro 1 sebesar 2.016

kg/ha/bln, diikuti Patek Intro 2 sebesar 1.665, 3

kg dan Patek Intro 3 sebesar 1.626 kg.

4. Pada tipologi lahan bergelombang Patek Intro 1

menghasilkan produksi lebih tinggi dibanding

Patek Intro 2 dan 3 (perbaikan cara petani).

Rerata produksi Patek Intro 1 sebesar 1.117,09

kg/ha/bln, diikuti Pateknologi Intro 2 sebesar

1.017, 27 kg dan Patek Intro 3 sebesar 885,82

kg.

5. Rerata pendapatan dan nilai B/C ratio pada

tipologi lahan datar 1,49 lebih tinggi dibanding

tipologi lahan bergelombang 0,69.

D. Inventarisasi, Identifikasi, Karakterisasi Dan

Koleksi Sumber Daya Genetik (SDG) Di Provinsi

Riau

1. Latar Belakang

Sumber Daya Genetik (SDG) tanaman untuk

pangan dan pertanian merupakan bahan yang dapat

dimanfaatkan secara langsung atau tidak langsung

untuk mendukung ketahanan pangan. Pemanfaatan

Page 19: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

18 | P a g e

langsung SDG tanaman berupa budidaya langsung

untuk memenuhi kebutuhan tanpa memerlukan

perbaikan tanaman melalui pemuliaan. Bagi SDG

tanaman yang memiliki keunikan secara geografis,

maka dapat dilindungi untuk memperoleh hak

perlindungan Indikasi Geografis. Pemanfaatan SDG

secara tidak langsung, yaitu memanfaatkan

keanekaragaman bahan genetik yang terdapat di

dalam SDG tanaman untuk merakit varietas unggul

baru melalui kegiatan pemuliaan tanaman.

Hampir setiap kabupaten di Provinsi Riau

menyimpan keragaman sumberdaya genetik yang

berlimpah dan masih terpelihara kemurniannya

secara turun temurun. Keragaman plasma nutfah

tersebut hingga saat ini belum banyak mendapat

perhatian, baik terhadap upaya memurnikan,

mendaftarkan dan memanfaatkan sebagai sumber

tetua dalam program pemuliaan.Padahal diketahui

plasma nutfah memainkan peranan penting sebagai

sumber genetik dan modal utama pembentukan

varietas unggul baru. Plasma nutfah memiliki dan

menyimpan gen-gen penting yang tidak ditemukan

pada varietas unggul. Tanpa plasma nutfah, kita tidak

dapat memuliakan tanaman, membentuk kultivar/ras

baru. Oleh karena itu plasma nutfah harus dikelola

secara tepat sehingga dari plasma nutfah tersebut

pemuliadapat mengembangkan kultivar-kultivar

unggul. Plasma nutfah harus dikonservasi karena

plasma nutfah sering mengalami erosi genetik yang

mengakibatkan jumlah plasma nutfah semakin

menurun.

Dari hasil kegiatan inventarisasi plasma nutfah

yang telah dilakukan BPTP Riau, diketahui Riau

mempunyai inventaris plasma nutfah, baik plasma

nutfah tanaman pangan, buah-buahan, obat-obatan,

kayu-kayuan, ternak dan ikan yang cukup banyak

jenisnya, namun baru dilaksanakan di dua kabupaten

yaitu Kabupaten Kampar dan Rokan Hulu. Untuk itu

diperlukan kegiatan identifikasi dan karakterisasi

plasma nutfah tanaman pertanian di kabupaten

lainnya, sehingga diperoleh informasi kekayaan dan

keaneragaman plasma nutfah tanaman pertanian di

Provinsi Riau, baik jumlah, jenis, sifat morfologi,

fisiologi, dll, sehingga tersusun informasi dalam

bentuk database yang dapat dimanfaatkan baik untuk

program pemuliaan maupun upaya meningkatkan

produktivitas dan pendapatan petani.

Pada tahun 2013 telah dilakukan inventarisasi

plasma nutfah yang ada di pekarangan dan luar

pekarangan pada 2 (dua) kabupaten, yaitu :

Kabupaten Rokan Hulu dan Pelalawan. Pada tahun

2014 kegiatan inventarisasi plasma nutfah

dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten, yaitu Kabupaten

Indragiri Hulu, Indragiri Hilir, Bengkalis, Kuansing dan

Kodya Dumai. Selain itu juga telah dilakukan

pengaktifan kembali dan revitalisasi pengurus Komda

Plasma Nutfah Provinsi Riau.

Tujuan

Tujuan Tahun 2015

1. Melakukan karakterisasi SDG tanaman prioritas

hasil inventarisasi SDG yang telah dilaksanakan

tahun 2013

2. Memfasilitasi dan menginisiasi revitalisasi KOMDA

SDG Provinsi Riau

3. Memperoleh data base SDG tanaman di Provinsi

Riau

Tujuan Jangka Panjang

Secara umum penelitian/pengkajian ini bertujuan

untuk membangun sistem informasi sumberdaya

genetik tanaman lokal Riau yang dapat dimanfaatkan

dalam bidang pemuliaan tanaman.

Keluaran

Keluaran Tahun 2015

1. Data karakterisasi SDG tanaman prioritas hasil

inventarisasi SDG yang telah dilaksanakan tahun

2013 dan 2014

2. Terevitalisasi KOMDA SDG Provinsi Riau

3. Data base SDG tanaman di Provinsi Riau

Keluaran Jangka Panjang

Terbangunnya sistem informasi sumberdaya

genetik tanaman di Provinsi Riau yang dapat

dimanfaatkan dalam bidang pemuliaan tanaman.

Perkiraan Manfaat dan Dampak

Manfaat langsung yang akan diperoleh dari

kegiatan ini adalah diketahuinya kekayaan plasma

nutfah tanaman lokal baik jumlah, jenis, sifat morfologi

dan potensinya secara agronomi yang tersusun dalam

sistem database, sehingga menjadi suatu sistem

informasi SDG tanaman, yang mempermudah dalam

pelestarian dan pemanfaatannya.

Page 20: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

19 | P a g e

Manfaat dari kajian/penelitian terhadap bidang

pemuliaan tanaman adalah sebagai sumber genetik

untuk perakitan varietas dengan berbagai keunggulan

yang dimiliki plasma nutfah tanaman di Provinsi Riau.

Manfaat lain dari kajian ini adalah membantu

petani dalam menjaga keberadaan tanaman lokal

secara in-situ serta mengkonservasinya secara ex-situ.

Bagi dinas-dinas lingkup pertanian diharapkan

bermanfaat sebagai bahan penyusunan kebijakan

pelestarian SDG dan lingkungan. Bagi pelaksana

pengkajian selain dapat diperoleh nilai tambah dari

kegiatan berupa publikasi ilmiah, yang diupayakan

dapat dihasilkan sebanyak 1-2 publikasi pada jurnal-

jurnal nasional yang terakreditasi, juga turut

berkontribusi dalam pelestarian alam dan lingkungan.

hasil kegiatan identifikasi dan karakterisasi plasma

nutfah di Riau akan berdampak pada terpeliharanya

kemurnian plasma nutfah tanaman lokal Riau dan

tersebarnya informasi kekayaan SDG tanaman lokal

Riau, meningkatnya jumlah petani, masyarakat umum

dan stakeholder terkait yang dapat memanfaatkan

plasma nutfah tanaman baik langsung maupun tidak,

khususnya untuk kepentingan kemajuan pembangunan

pertanian di tanah air.

2. Metodologi

Waktu dan Lokasi Pengkajian

Karakterisasi dan evaluasi sumberdaya genetik

yang telah diidentifikasi pada tahun 2013 dan 2014

dilakukan secara in-situ maupun ex-situ. Kegiatan

dilaksanakan mulai bulan Januari sampai dengan

Desember 2015.

Karakterisasi SDG Tanaman Padi Lokal, Karakterisasi

SDG Tenak Sapi Kuantan dan Karakterisasi SDG

Kerbau Kuntu

Karakterisasi SDG Tanaman padi dan Ternak

dilakukan dengan mengidentifikasi/mengamati secara

visual, meliputi karakter kuantitatif dan kualitatif.

Revitalisasi KOMDA SDG Provinsi Riau

KOMDA Plasma Nutfah yang telah ada

direvitalisasi melalui koordinasi dengan pemerintah

daerah dan pihak lain yang terkait

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

1. Karakterisasi Padi Lokal

Pada tahun 2013 – 2014, BPTP Riau bekerjasama

dengan BB Padi Sukamandi telah

melakukaninventarisasi padi lokal pada 8 (delapan)

kabupaten di Provinsi Riau, yaitu Kabupaten Indragiri

Hilir, Indragiri Hulu, Rokan Hilir, Pelalawan, Kampar,

Kuansing, Bengkalis dan Kota Dumai. Dari hasil

inventarisasi tersebut diperoleh 108 aksesi padi lokal

Provinsi Riau. Pada saat inventarisasi di lapangan,

pertanaman padi sudah tidak ada, sehingga

karakterisasi tidak bisa dilakukan. Oleh karena itu

pada tahun 2015 dilakukan penanaman di lapangan.

Karakterisasi padi lokal dilaksanakan di BBI

Tanaman Pangan Hortikultura Dinas Pertanian dan

Peternakan Provinsi Riau. Pada tahu 2015,

karakterisasi dilakukan pada 51 varietas padi dengan

rincian padi sawah 31 varietas, padi pasang surut 8

varietas dan padi rawa lebak 12 varietas.

Penanaman baru dapat dilakukan pada bulan

Juni 2015, karena musim kemarau yang panjang.

Penanaman dilakukan pada lahan milik Balai Benih

Induk Provinsi Riau. Pengolahan tanah dilakukan pada

awal bulan Juli 2015. Pada saat yang bersamaan juga

dilakukan perendaman benih. Karena penanganan

benih kurang baik, maka daya tumbuhnya sangat

menurun, sehingga benih-benih padi tersebut tidak

berkecambah. Benih-benih padi tersebut diperoleh

kembali dari BB Padi, tetapi jumlahnya hanya 51

aksesi.

Persemaian varietas ini dilakukan pada tanggal

21 Agustus 2015 dan tanam dilaksanakan pada

tanggal 12 September 2015. Pengamatan yang sudah

dilaksanakan sampai tanggal 17 November 2015

meliputi tinggi tanaman, jumlah anakan, warna

pangkal batang, warna telinga daun dan warna lidah

daun.

Pada minggu III bulan Agustus 2015 dilakukan

perendaman benih dan persemaian. Persemaian

dilakukan pada ember plastik dan dipindahkan ke

lapangan pada umur 22 hari setelah semai.

Penanaman dilakukan pada minggu II bulan

September 2015.

Kondisi cuaca yang tidak mendukung (kabut

asap yang menyebabkan tanaman kurang

memperoleh cahaya matahari, musim kemarau yang

panjang menyebabkan tanaman mengalami

Page 21: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

20 | P a g e

kekeringan) selama pertumbuhan tanaman padi,

menyebabkan pertumbuhan tanaman tidak optimal

serta serangan hama dan penyakit meningkat. Selain

itu di sekitar lahan tersebut tidak ada pertanaman

padi lain yang menyebabkan hama burung tidak bisa

dikendalikan, meskipun sudah dipasang jaring

burung. Oleh karena itu karakterisasi tidak dapat

dilakukan secara lengkap, maka untuk melengkapinya

pada tahun 2016 akan dilakukan penanaman ulang.

2. Karakterisasi Sapi Kuantan

Karakterisasi dilakukan di peternakan rakyat

yang merupakan sentra sapi kuantan di Kabupaten

Kuantan Singingi Provinsi Riau. Materi yang

digunakan adalah 30 ekor sapi betina yang berumur 2

– 6 tahun atau minimal yang sudah pernah beranak

satu kali. Indikator pengamatan melakukan

pengukuran pada bagian-bagian tubuh sapi meliputi :

Jumlah kelahiran, bobot badan, panjang badan, tinggi

gumba, tinggi belakang, dalam dada, lebar dada,

lingkar dada, canone bone,panjang kepala, lebar

kepala dan lebar pinggul. Peralatan yang digunakan

adalah timbangan ternak kapasitas 400kg, pita ukur

dan tongkat ukur satuan cm dengan skala 0,1 cm.

Gambar 7. Karakteristik Sapi kuantan Betina

3. Karakterisasi Kerbau Kuntu

Wilayah sebaran asli Kerbau Kuntu adalah di

wilayah Kuntu Darusalam, Kab Kampar. Wilayah sebar

Kerbau Kuntu saat ini meliputi dua Kabupaten yaitu

Kabupaten Kampar dan Kabupaten Kuantan Singingi.

Tabel 14. Wilayah Sebar dan Perkiraan Populasi

Kerbau Kuntu di Kabupaten Kampar

No. SDG Ternak

Wilayah Sebar Perkiraan Populasi

(ekor)

1. Kerbau

Kuntu

Kecamatan Kampar

Kiri, seperti : Desa

Kuntu, Teluk Paman,

Padang Sawah,

Domo, Gema,

Tanjung Belit dan

Tanjung Belit Selatan.

6.000

Selain di wilayah Kampar, Kerbau Kuntu juga

sudah menyebar ke Kabupaten Kuantan Singingi.

Populasi Kerbau Kuntu yang ada di Kabupaten

Kuantan Singingi umumnya terpusat di Kecamatan

Muara Lembu.

Ukuran tubuh Kerbau Kuntu apabila

dibandingkan dengan ukuran tubuh kerbau lokal di

Indonesia yaitu di Sumut, Banten, Kalimantan

Selatan, Sulawesi Selatan, Nusa Tenggara Barat dan

Jawa Tengah, hasil penelitian Anggraeni et al. (2011),

terlihat bahwa ukuran tinggi pundak Kerbau Kuntu

betina dan jantan lebih besar dibandingkan ukuran

tinggi pundak kerbau Simeleu (Kerbau Aceh), akan

tetapi lebih kecil dibandingkan ukuran tubuh populasi

kerbau lokal lainnya.

Warna kulit adalah salah satu sifat kualitatif

yang biasa digunakan sebagai kriteria dalam seleksi.

Warna kulit merupakan manifestasi antara satu atau

beberapa pasang gen. Variasi warna kulit kerbau

jantan dan betina dewasa pada Kerbau Kuntu adalah

abu-abu gelap dan abu-abu terang. Kepala berwarna

abu-abu gelap, memiliki satu garis kalung yang

membentuk setengah lingkaran. Ciri spesifik pada

Kerbau Kuntu adalah adanya gelang kaki warna

hitam.

Gambar 8. Ciri Spesifik Kerbau Kuntu

Page 22: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

21 | P a g e

3. Revitalisasi Komda SDG di Provinsi Riau

Komda SDG Provinsi Riau yang telah terbentuk

tahun 2006 mengalami mati suri. Komda yang

sebelumnya bernama Komda Plasma Nutfah ini

sifatnya hanya mengikuti kegiatan-kegiatan kongres

Nasional SDG hingga tahun 2010 dan akhirnya mati

suri. Revitalisasi Komda yang dilakukan saat ini

mengalami kendala antara lain pergantian Pejabat di

Lingkungan Pemerintahan Daerah Provinsi Riau

mengakibatkan struktur organisasi yang disusun

mengalami perubahan terus-menerus.

E. Penyusunan Peta Perwilayahan Komoditas

Pertanian berdasarkan Zona Agroekologi (AEZ)

Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir

1. Latar Belakang

Data dan informasi mengenai komoditas yang

sesuai dengan kondisi biofisik dan sosial ekonomi

masyarakat sangat penting dalam perencanaan

pengkajian teknologi untuk pengembangan

komoditas unggulan yang sesuai dengan kemampuan

sumberdaya alam, sumberdaya manusia dan

kelembagaan sehingga pengembangan komoditas

tersebut berkelanjutan (Sudaryanto dan Syafa’at,

2000). Dengan demikian jelas sekali bahwa informasi

dan data AEZ merupakan informasi dan data dasar

penting bagi perencanaan pengembangan sistem

usaha pertanian komoditas unggulan spesifik lokasi.

Penyusunan peta Agroecological Zone (AEZ)

untuk Provinsi Riau pada skala 1 : 250.000 telah

dilaksanakan oleh Balai Pengkajian Teknologi

Pertanian Riau dan dilanjutkan dengan penyusunan

peta pewilayahan komoditas skala 1:50.000 untuk

Kabupaten Rokan Hulu pada TA. 2013 dan Kabupaten

Kampar dan Siak pada Tahun 2014. Mengingat masih

cukup banyak kecamatan-kecamatan yang cukup

potensial di Provinsi Riau untuk pengembangan

pertanian, maka dirasa perlu untuk menyusun peta

AEZ untuk wilayah Kabupaten Pelalawan dan Rokan

Hilir.

Kabupaten Pelalawan dengan luas wilayah lebih

kurang 1.392.494,29 ha dengan jumlah penduduk

sekitar 367.724 jiwa terdiri dari 12 kecamatan,

mempunyai keadaan biofisik dan kondisi sosial

ekonomi dan budaya yang beranekaragam.

Sedangkan Kabupaten Rokan Hilir dengan luas

wilayah lebih kurang 8.881,59 ha dengan jumlah

penduduk 618.355 jiwa. Pada kondisi yang demikian

ini, diperlukan pendekatan yang spesifik lokasi.

Sistem usahatani dan teknologi spesifik lokasi akan

bersifat lebih efisien, terlanjutkan dan mempunyai

keunggulan komparatif apabila disesuaikan dengan

daya dukung lahan, tenaga kerja yang tersedia, modal

dan kemampuan manajemen petani. Agar sistem

usahatani dan teknologi spesifik lokasi tersebut dapat

diterapkan dan memberikan hasil yang lebih efisien,

terarah dan benar-benar sesuai dengan kondisi

Kabupaten Pelalawan dan Rokan Hilir maka

diperlukan pewilayahan komoditas berdasarkan zona

agroekologi.

Keadaan iklim wilayah Kabupaten Pelalawan dan

Rokan Hilir tergolong basah, dengan distribusi curah

hujan yang merata sepanjang tahun. Kondisi iklim ini

sangat mendukung untuk pengembangan pertanian

tanaman pangan, hortikultura dan perkebunan.

Kegiatan ini diawali dengan penyusunan peta satuan

lahan untuk kedua kabupaten ini dimana Kabupaten

Pelalawan dibagi atas 65 Satuan Peta Tanah (SPT)

dengan jenis tanah yang dominan Typic Haplosaprists

seluas 568.421 ha (43,94%) dan Kabupaten Rokan

Hilir dibagi atas 32 SPT dengan jenis tanah yang

dominan adalah Typic Haplosaprists seluas 232.080

ha (25,23%). Kegiatan dilanjutkan dengan verifikasi

lapangan untuk peta satuan lahan yang telah disusun.

Pewilayahan komoditas berdasarkan zona

agroekologi di Kabupaten Pelalawan dibagi dalam

beberapa kawasan sebagai berikut: (1)kawasan

pertanian lahan kering, budidaya tanaman

tahunan/perkebunan/kehutanan dan hortikultura, (2)

Kawasan pertanian lahan kering, tanaman

perkebunan, pangan dan hortikultura, (3) Kawasan

budidaya tanaman pangan, dan (4) Kawasan hutan

alami. Pewilayahan komoditas berdasarkan zona

agroekologi di Kabupaten Rokan Hilir adalah sebagai

berikut : (1) Kawasan pertanian lahan basah,

(2)Kawasan pertanian lahan kering, tanaman pangan

dan hortikultura, (3) Kawasan pertanian lahan kering,

tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura, dan

(4) Kawasan pertanian lahan kering, tanaman

perkebunan dan hortikultura, (5) Kawasan hutan

lahan basah dan pertanian terbatas.

Page 23: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

22 | P a g e

Tujuan

1. Melaksanakan identifikasi dan karakteristik

sumberdaya lahan di Kabupaten Pelalawan dan

Rokan Hilir Provinsi Riau.

2. Menyusun peta kesesuaian lahan dan peta

pewilayahan komoditas pertanian berdasarkan

zona agroekologi skala 1 : 50.000 diabupaten

Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.

Keluaran

1. Karakteristik dan potensi sumberdaya lahan

dalam bentuk peta satuan lahan Kabupaten

Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.

2. Peta kesesuaian lahan dan peta pewilayahan

komoditas pertanian berdasarkan zona

agroekologi skala 1 : 50.000 di Kabupaten

Pelalawan dan Rokan Hilir Provinsi Riau.

2. Metodologi

Waktu dan Lokasi Pengkajian

Pengkajian dilaksanakan di Kabupaten

Pelalawan dan Rokan HilirProvinsi Riau dari Bulan

Januari sampai Desember 2015.

Prosedur Pengkajian

Prosedur penyusunan peta pewilayahan

komoditas pertanian secara lengkap mengikuti

prosedur seperti yang tercantum dalam "Petunjuk

Teknis Penyusunan Peta Pewilayahan Komoditas

Pertanian Berdasarkan AEZ pada Skala 1 : 50.000

(Balai Besar Litbang Sumberdaya Lahan Pertanian,

2013)”. Prosedur tersebut terdiri dari empat tahapan

kegiatan meliputi :

1. Penyiapan data

2. Penyiapan peralatan

3. Evaluasi lahan

4. Verifikasi lapangan

5. Penyusunan peta pewilayahan komoditas

Pewilayahan Komoditas Berdasarkan Zona Agro

Ekologi

1. Kabupaten Pelalawan

Penyusunan Zona Agro Ekologi Kabupaten

Pelalawan, skala 1:50.000 didasarkan kesamaan

karakteristik sumberdaya lahan, yaitu: lereng,

fisiografi, drainase, dan rejim kelembaban tanah.

Kesamaan karakteristik sumberdaya lahan tersebut

mencerminkan sistem pertanian yang dianjurkan

dengan alternatif pengembangan komoditas

pertanian. Berdasarkan hasil analisis sumberdaya

lahan, Kabupaten Pelalawan dikelompokkan ke dalam

5 zona, yaitu Zona I, Zona II, Zona III, Zona IV, dan

Zona V.

Zona I

Zona ini merupakan wilayah yang

diperuntukkan sebagai kawasan hutan lindung

(hutan alami), mempunyai luas 94.845 ha atau

1,71%. Zona I menurunkan subzona I/Dj, yaitu

suatu subzona yang diperuntukan sebagai

kawasan hutan lindung dataran rendah

(ketinggian <700 m dpl), mempunyai rejim suhu

panas (isohyperthermic) dan rejim kelembaban

tanah lembab (udic).

Zona II

Zona II adalah wilayah yang diperuntukan

sebagai kawasan pertanian lahan kering,

budidaya tanaman

tahunan/perkebunan/kehutanan dan

hortikultura seluas 200.966 ha atau 19,0 %. Zona

II menurunkan subzona II/Deh-1 dan II/Deh-2,

yaitu subzona yang diperuntukan sebagai

kawasan budidaya tanaman tahunan/

perkebunan dan buah-buahan dataran rendah

(ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas

(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah

lembab (udic).

Zona III

Zona III merupakan wilayah yang

diperuntukan sebagai kawasan pertanian lahan

kering, tanaman perkebunan, pangan dan

hortikultura tanaman dengan luas 132.629 ha

atau 13,0%. Zona III menurunkan subzona

III/Defh-1 dan III/Defh-2, yaitu suatu subzona

yang diperuntukan sebagai kawasan budidaya

tanaman tahunan/perkebunan dan buah-buahan

dataran rendah (ketinggian <700 m dpl), rejim

suhu panas (isohyperthermic) dan rejim

kelembaban tanah lembab (udic).

Zona IV

Zona IV merupakan kawasan budidaya

tanaman pangan, luas 315.985 ha atau 29,52%.

Di Kabupaten Kampar zona IV ini terdiri atas:

subzona IV/Wrfh, IV/Dfh-1 dan IV/Dfh-2.

Page 24: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

23 | P a g e

Subzona IV/Wrfh merupakan kawasan

pertanian lahan basah (sawah), mempunyai rejim

suhu panas (isohyperthermic) dan rejim

kelembaban tanah basah (aquic). Subzona

IV/Wrfh mempunyai penyebaran seluas 86.718

ha atau 8,10%.

Subzona IV/Dfh merupakan kawasan

pertanian lahan kering, tanaman pangan dan

hortikultura seluas 229.267 ha atau 21,42 %. Di

Kabupaten Kampar, zona IV ini menurunkan

subzona IV/Dfh-1 dan IV/Dfh-2 yang merupakan

kawasan budidaya tanaman pangan lahan kering

dataran rendah dan tanaman hortikultura

sayuran, mempunyai rejim suhu panas

(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah

lembab (udic).

Zona V

Zona V merupakan wilayah yang tanahnya

terdiri dari hutan alami dan kelapa sawit seluas

137.766 ha atau 12.87%. Zona V menurunkan

subzona V/Wje, yaitu suatu subzona yang

diperuntukan kawasan budidaya tanaman

pangan lahan basah (sawah) dan tanaman

hortikultura sayuran dataran rendah (ketinggian

<700 m dpl), rejim suhu panas (isohyperthermic)

dan rejim kelembaban tanah lembab (udic).

2. Kabupaten Rokan Hilir

Penyusunan Zona Agro Ekologi Kabupaten

Rokan Hilir, skala 1:50.000 didasarkan kesamaan

karakteristik sumberdaya lahan, yaitu: lereng,

fisiografi, drainase, dan rejim kelembaban tanah.

Kesamaan karakteristik sumberdaya lahan tersebut

mencerminkan sistem pertanian yang dianjurkan

dengan alternatif pengembangan komoditas

pertanian. Berdasarkan hasil analisis sumberdaya

lahan, Kabupaten Rokan Hilir dikelompokkan ke

dalam 4 zona, yaitu Zona II, Zona III, Zona IV, dan

Zona V.

Zona II

Zona II adalah wilayah yang diperuntukan

sebagai kawasan pertanian lahan kering,

tanaman perkebunan, pangan dan hortikultura

seluas 4.003 ha atau 0,91 %. Zona II menurunkan

Subzona II/Deh yaitu subzona yang diperuntukan

sebagai kawasan budidaya tanaman tahunan/

perkebunan dan buah-buahan dataran rendah

(ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas

(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah

lembab (udic).

Zona III

Zona III merupakan wilayah yang

diperuntukan sebagai kawasan pertanian lahan

kering, tanaman perkebunan, pangan dan

hortikultura tanaman dengan luas 51.552ha atau

5,58%. Zona III menurunkan subzona III/Defh

yaitu suatu subzona yang diperuntukan sebagai

kawasan budidaya tanaman

tahunan/perkebunan dan buah-buahan dataran

rendah (ketinggian <700 m dpl), rejim suhu panas

(isohyperthermic) dan rejim kelembaban tanah

lembab (udic).

Zona IV

Zona IV merupakan kawasan budidaya

tanaman pangan, luas 290.167 ha atau 36,92%.

Zona IV ini dibagi atas 2 (dua) sistem pertanian,

yaitu sistem pertanian lahan basah dan sistem

pertanian lahan kering, tanaman pangan dan

hortikultura.

a. Pertanian Lahan Basah

Zona IV pada kawasan pertanian lahan basah

menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona

IV/Wrh dan IV/Wrfh. Subzona IV/Wrh rejim

suhu panas (isohyperthermic) dan rejim

kelembaban tanah basah (aquic) mempunyai

penyebaran seluas 15.703 ha atau 2,00%.

Subzona IV/Wrfh, mempunyai rejim suhu

panas (isohyperthermic) dan rejim

kelembaban tanah basah (aquic) mempunyai

penyebaran seluas 35.047 ha atau 4,47%.

b. Pertanian lahan kering, tanaman pangan dan

hortikultura

Zona IV pada kawasan pertanian lahan

kering, tanaman pangan dan hortikultura

menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona

IV/Dfh-1 dan subzona IV/Dfh-2. Subzona

IV/Dfh-1 seluas 130.470 ha atau 16,65 %

sedangkan subzona IV/Dfh-2 seluas 108.947

ha atau 13,90%.

Zona V

Zona V merupakan wilayah yang tanahnya

terdiri dari hutan alami dan kelapa sawit Zona V

menurunkan 2 (dua) subzona yaitu subzona

Page 25: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

24 | P a g e

V/Wje seluas 417.256 ha (53,24%) dan subzona

V/Wj seluas 10.279 ha (1,31%). Zona ini

diperuntukan hutan lahan basah dan pertanian

terbatas dataran rendah (ketinggian <700 m dpl),

rejim suhu panas (isohyperthermic) dan rejim

kelembaban tanah lembab (udic).

F. Pendampingan Kalender Tanaman Terpadu di

Provinsi Riau

1. Latar Belakang

Perubahan iklim global yang berimbas terhadap

pola hujan menjadi kendala bagi Program

Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) dan

Program Peningkatan Produksi Palawija terutama

jagung dan kedelai. Salah satu implikasi dari

perubahan iklim adalah pergeseran awal dan akhir

musim tanam yang berdampak negatif terhadap pola

tanam dan produktivitas tanaman, khususnya

tanaman semusim.

Untuk memandu petani dalam menyesuaikan

waktu dan pola tanam, Badan Penelitian dan

Pengembangan Pertanian telah menyusun peta

kalender tanam. Peta ini menggambarkan potensi

pola tanam dan waktu tanam tanaman semusim,

terutama padi, berdasarkan potensi dan dinamika

sumber daya iklim dan air. Peta ini secara khusus

disusun untuk keperluan program ketahanan pangan.

Peta kalender tanam diharapkan juga menjadi salah

satu informasi yang operasional dalam menghadapi

anomali dan perubahan iklim.

Kekeringan pada musim hujan menyebabkan

tanaman kekeringan sebelum sempat tumbuh. Pada

beberapa kasus, akibat fenomena tersebut terjadi

perkembangan hama dan penyakit yang

menyebabkan tanaman tidak jarang mengalami gagal

panen. Perubahan pola curah hujan tersebut harus

menjadi perhatian dalam mengatur waktu dan pola

tanam untuk menjaga kesinambungan produksi

pertanian menuju kemandirian pangan nasional.

Untuk mengantisipasi perubahan iklim yang

tidak menentu dan tidak mudah diprediksi, maka

peta katam tidak hanya disusun berdasarkan kondisi

periode tanam yang dilakukan oleh petani saat ini,

tetapi juga disusun berdasarkan tiga kejadian iklim

yaitu Tahun Basah (TB), Tahun Normal (TN), dan

Tahun Kering (TK). Dengan demikian kalender dan

pola tanam yang akan diterapkan dapat disesuaikan

dengan masing-masing kondisi iklim tersebut.

Manfaat dan Sasaran

1. Menentukan waktu tanam setiap musim (MH,

MKI, dan MKII) berdasarkan kondisi iklim (La-

Nina, normal, atau El Nino).

2. Menentukan pola tanam secara spasial dan

tabular pada skala kecamatan.

3. Menentukan rotasi tanaman pada setiap

kecamatan berdasarkan potensi sumberdaya iklim

dan air.

4. Mendukung perencanaan tanam, khususnya

tanaman pangan.

5. Mengurangi kerugian petani sebagai akibat buruk

pergeseran musim.

Tujuan

1. Menentukan waktu tanam padi sawah

berdasarkan kondisi iklim.

2. Menetapkan strategi kebutuhan benih padi sawah

di Provinsi Riau.

3. Menetapkan strategi kebutuhan pupuk padi

sawah di Provinsi Riau.

4. Merencanakan budidaya & pengelolaan tanaman

untuk menghindari/mengurangi resiko perubahan

iklim.

5. Mensosialisasikan KATAM MH dan MK 2016 pada

seluruh kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau.

Keluaran Yang Diharapkan

1. Waktu tanam padi sawah berdasarkan kondisi

iklim.

2. Kebutuhan benih padi sawah di Provinsi Riau.

3. Kebutuhan pupuk dalam bentuk Urea, SP-36 dan

KCl di Provinsi Riau.

4. Paket teknologi budidaya dan pengelolaan

tanaman untuk menghindari/mengurangi resiko

perubahan iklim.

5. Tersosialisasikannya KATAM MH dan MK 2016 di

Provinsi Riau.

Perkiraan Manfaat dan Dampak 1. Kalender Tanam Terpadu yang menjadi rujukan

bagi pengambil kebijakan dalam penyusunan

rencana pengelolaan pertanian tanaman pangan

ditingkat kecamatan.

Page 26: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

25 | P a g e

2. Meningkatnya produktifitas lahan dengan naiknya

intensitas tanam.

3. Meningkatnya produktifitas tanaman pangan di

provinsi Riau.

4. Meningkatnya efisiensi usahatani padi sawah di

provinsi Riau

5. Meningkatnya pendapatan petani pangan.

6. Terwujudnya usahatani tanaman padi sawah

berkelanjutan di provinsi Riau.

Pendekatan (Kerangka Pemikiran)

Kalender tanam ini memberikan informasi yang

lengkap bagi petani. Panduan operasional tersebut

ditetapkan pada level masyarakat dan kecamatan.

KATAM (kalender tanam) sebagai salah satu alat

penting dalam penyesuaian pola tanam tanaman

pangan dengan perubahan iklim, dapat

menyampaikan informasi tentang arah, strategi dan

kebijakan sektor pertanian terhadap perubahan iklim

berupa road map kepada pemangku kepentingan dan

pihak terkait. Selain itu juga dapat menyampaikan

pedoman umum adaptasi dan mitigasi perubahan

iklim, beberapa petunjuk teknis yang berkaitan

dengan emisi gas rumah kaca dan pengelolaan lahan

gambut serta peta lahan gambut.

Ruang Lingkup Kegiatan

Kegiatan meliputi verifikasi/validasi Katam pada

seluruh Kabupaten dan Kecamatan di Provinsi Riau

2. Metodologi

Waktu dan Lokasi Pengkajian

Pengkajian akan dilaksanakan pada seluruh

kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau dari bulan

Januari 2015 sampai Desember 2016.

Prosedur Pengkajian

Mengembangkan sistem kalender tanam berisi

informasi iklim pertanian untuk antisipasi anomali

iklim, waktu dan luas tanam berdasarkan hasil

prediksi iklim near real, time(musim tanam kedepan),

rekomendasi dan kebutuhan pupuk, rekomendasi

varietas dan kebutuhan benih, peta digital wilayah

rawan banjir, kekeringan dan rawan OPT.

Tahapan Penyusunan Kalender Tanam

1. Inventarisasi data dan deliniasi kalender tanam.

Kegiatan yang dilakukan pada tahap awal adalah

menginventasisasi data sumberdaya iklim,

terutama curah hujan, yang kemudian dianalisis

untuk menentukan karaktersitik curah hujan,

yaitu variabilitas iklim, potensi awal musim tanam

dan indeks pertanaman (IP). Komponen utama

deliniasi kalender tanam adalah curah hujan dan

ketersediaan air irigasi.

2. Pengolahan Data

Karaktersitik sumberdaya iklim masih merupakan

informasi per stasiun iklim, sehingga perlu

dispasialkan untuk mendapatkan informasi yang

utuh untuk seluruh wilayah. Spasialisasi dilakukan

berdasarkan tiga variabilitas iklim, yaitu tahun

basah, tahun normal dan tahun kering. Dari

masing-masing variabilitas iklim tersebut

dibuatkan dua layer zonasi digital, yaitu layer zona

agroklimat dan layer gabungan antara onset

potensial dan IP. Kedua layer digital tersebut

selanjutnya ditumpang tindihkan (overlay) untuk

mendapatkan sel kombinasi data yang memiliki

karakteristik iklim yang relatif homogen.

3. Analisis data dan Penyusunan Peta

Penyusunan peta kalender tanam dibuat

berdasarkan Sembilan belas onset potensial (19

zone). Untuk melengkapi peta kalender tanam

dibuat legenda yang memberikan informasi yang

terkandung dalam masing-masing kecamatan.

Informasi yang disajikan dalam legenda tersebut

adalah potensi kalender tanam dan rotasi tanam

selama setahun.

Keterangan: Kegiatan 1,2 dan 3 dilaksanakan oleh

Balai Penelitian Agroklimat dan Hidrologi

bekerjasama dengan BMKG dan LAPAN.

4. Verifikasi Lapang

Verifikasi lapang diperlukan untuk mengevaluasi

hasil analisis. Hal ini penting untuk

membandingkan onset waktu tanam hasil analisis

dengan yang terjadi di lapang.

5. Pemantapan Peta Kalender Tanam

Perpaduan antara draft pola tanam dan hasil

verifikasi lapang diharapkan dapat memantapkan

peta kalender tanam yang dibuat. Teknologi

Sistem Informasi Geografis (SIG) digunakan dalam

Page 27: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

26 | P a g e

analisis dan penyelesaian informasi kalender

tanam secara spasial.

6. Sosialisasi Kalender Tanam

Sosialisasi kalender tanam mulai tingkat provinsi,

kabupaten, kecamatan dan penyuluh sampai

tingkat kecamatan untuk bisa disampaikan kepada

petani

Kegiatan 4,5,6 dilaksanakan oleh Balai Pengkajian

Teknologi Pertanian.

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Dari hasil penyusunan Kalender Tanam Terpadu

ditetapkan:

1. Bahwa musim Hujan 2015 (Tanam Oktober

sampai Maret) adalah September III (dekade

ketiga September) sampai dengan Januari II

(dekade kedua Januari). Sedangkan untuk Musim

Kemarau (Tanam April II sampai dengan Juni III.

Waktu tanam padi sawah berdasarkan kondisi

iklim pada seluruh kabupaten dan kecamatan

Provinsi Riau.

2. Kebutuhan benih padi sawah pada seluruh

kabupaten dan kecamatan Provinsi Riau.

3. Kebutuhan pupuk dalam bentuk Urea, SP-36 dan

KCl pada seluruh kabupaten dan kecamatan

Provinsi Riau.

4. Paket teknologi budidaya dan pengelolaan

tanaman untuk menghindari/ mengurangi resiko

perubahan iklim pada seluruh kabupaten dan

kecamatan Provinsi Riau.

5. Tersosialisasikannya KATAM MH dan MK 2016

pada seluruh kabupaten dan kecamatan Provinsi

Riau.

G. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)

1. Latar Belakang

Dalam upaya meningkatkan produktivitas hasil

pertanian, khususnya tanaman padi adalah dengan

menerapkan sistem budidaya dengan memanfaatkan

teknologi terbaru. Salah satu teknologi yang sangat

berperan penting dalam peningkatan kuantitas dan

kualitas produk pertanian adalah penggunaan

varietas unggul yang dirakit sesuai untuk tujuan

tersebut. Potensi varietas unggul dalam

meningkatkan produksi dan mutu dapat dilihat dari

karakter varietas unggul seperti daya hasil tinggi,

ketahanan terhadap hama dan penyakit utama, umur

genjah, kandungan khusus tertentu (pulen, pera,

kadar protein tinggi, dan lain-lain). Potensi ini akan

efektif dan memberikan dampak luas jika varietas-

varietas unggul yang telah dihasilkan diadopsi oleh

para petani melalui upaya diseminasi.

Provinsi Riau adalah suatu daerah yang memiliki

agroekosistem yang beragam. Potensi

pengembangan sawah masih terbuka lebar, baik

lahan sawah pasang surut, lahan gambut maupun

lahan rawa tadah hujan. Untuk meningkatkan

produksi beras di Provinsi Riau, tidak hanya

mengandalkan perluasan areal, namun juga harus

diimbangi dengan perbaikan teknologi.

Menggunakan benih yang unggul yang bermutu

adalah salah satu komponen teknologi yang berperan

besar dalam meningkatkan produktivitas. Peran BBI

dan BBU di Riau belumlah maksimal, sehingga

kebutuhan benih unggul di Provinsi Riau harus

didatangkan dari luar provinsi. Masalah yang sering

terjadi adalah benih yang didatangkan dari luar

provinsi tersebut terkadang tidak tepat jenisnya,

jumlah yang belum mencukupi dan juga waktunya

yang selalu terlambat dari jadwal yang ada. Dengan

demikian banyak petani kembali menggunakan

varietas lokal yang sudah lama turun temurun,

disamping produktivitasnya rendah umurnya juga

panjang.

Kehadiran UPBS di Provinsi Riau sedikitnya

sudah dapat memberikan harapan untuk membantu

penyebaran varietas unggul baru yang dibutuhkan

masyarakat, walaupun sampai saat ini perannya

belum berfungsi secara maksimal karena masih

terbatasnya sarana dan prasarana penunjang

kegiatan. Kekurangan demi kekurangan yang terjadi

akan kita benahi dengan terus melakukan evaluasi

terhadap kinerja UPBS yang sudah berlalu. Dengan

demikian peran UPBS kedepan sangat diharapkan

kiprahnya dalam membantu menumbuhkembangkan

varietas unggul baru dan secara bertahap berupaya

memperkecil ketergantungan benih dari daerah lain.

Tujuan

Tujuan Akhir

Mendapatkan benih sumber yang bermutu,

adaptif dan spesifik lokasi sebanyak 6 ton FS dan 34

ton SS sesuai dengan agroekosistem dan preferensi

petani.

Page 28: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

27 | P a g e

Tujuan Tahunan

1. Mempercepat pengembangan VUB yang mampu

meningkatkan produksi dan produktivitas.

2. Mewujudkan pengembangan sistem

perbenihan yang efisien dan berkelanjutan.

3. Melakukan pembinaan penangkar dan

memantapkan kelembagaan perbenihan daerah

untuk menjamin distribusi benih berjalan

dengan cepat dan tepat.

Keluaran

1. Tersedianya benih sumber yang adaptif dan

spesifik lokasi sebanyak 40 ton (Kelas FS 6 ton dan

SS 34 ton) sesuai dengan agroekosistem dan

preferensi petani.

2. Berkembangnya pengguna VUB yang sesuai

dengan preferensi konsumen.

3. Berkembangnya kelembagaan perbenihan di

daerah.

Manfaat

1. Petani dengan mudah mendapatkan benih dengan

harga yang terjangkau.

2. Jadwal tanam petani bisa lebih cepat karena jarak

dari ibu kota provinsi ke kabupaten tidak terlalu

jauh dibandingkan dengan jika pengadaannya di

provinsi.

3. Benih yang dihasilkan lebih adaptif dengan kondisi

lokal karena diproduksi di daerah yang

bersangkutan.

2. Metodologi

Waktu dan Lokasi

Waktu pelaksanaan kegiatan terkait dengan

musim tanam yang diarahkan pada sentra produksi

padi di Provinsi Riau yaitu bulan Maret 2015 hingga

Maret 2016. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)

BPTP Riau berlokasi di Kabupaten Siakdengan total

lokasi keseluruhan adalah 30 ha, dimana pada musim

tanam I dilaksanakan di Kecamatan Bungaraya seluas

17 ha, sedangkan musim tanam II dilaksanakan di 2

(dua)kecamatan seluas 13 ha(Kecamatan Sei Mandau

seluas 7 ha dan Kecamatan Bungaraya seluas 6 ha).

Waktu pelaksanaan dimulai dari Januari - Desember

2015.

Ruang Lingkup

Adapun ruang lingkup pengelolaan benih

sumber BPTP Riau meliputi :

a) Perencanaan dan persiapan,

b) Koordinasi dan sosialisasi,

c) Memilih calon lokasi dan calon petani,

d) Pendaftaran kegiatan perbenihan ke UPT-PSBTPH,

e) Pelaksanaan lapang (pertanaman)

f) Prosesing (pengolahan benih),

g) Pengujian mutu benih,

h) pengemasan/pengepakan,

i) Penyimpanan benih, dan

j) distribusi benih sumber.

Untuk mendukung operasional kegiatan

perbenihan di lapangan berjalan dengan baik maka

diperlukan pedoman dan ketentuan yang mengacu

kepada sistem manajemen mutu dalam manajemen

produksi dan manajemen prosesing benih sumber.

Sedangkan hal yang berhubungan dengan informasi

ketersedian benih, UPBS menerapkan "Sistem

Informasi Benih Sumber" yang bisa di akses melalui:

http://www.bbp2tp.litbang.pertanian.go.id/upbs/ind

ex.php/desktop/stok.

Paket Teknologi yang Diintroduksikan

Beberapa paket teknologi yang diintroduksikan

meliputi:

a. Penggunaan varietas unggul baru,

b. Sistem tanam jajar legowo (4:1),

c. Pemupukan berdasarkan status hara tanah

menggunakan PUTS dan BWD,

d. Penggunaan pupuk organik dan pengapuran

(sesuai kondisi tanah)

e. Pelaksanaan roughing secara bertahap

berdasarkan fase pertumbuhan tanaman,

f. Pengendalian hama dan penyakit tanaman sesuai

konsep PHP,

g. Penanganan panen,

h. Pasca panen (prosesing benih),

i. Sortasi benih,

j. Uji mutu benih di laboratorium, dan

k. Pengemasan benih yang dihasilkan.

Pelaksanaan Kegiatan Lapang

1. Pertanaman

Jadwal tanam MT I di Kecamatan Bungaraya

pada Bulan Maret hingga Mei 2015, sedangkan pada

Page 29: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

28 | P a g e

MT II di Kecamatan Sei Mandau dan Bungaraya pada

bulan November dan Desember 2015.

Dari sebanyak 17 ha yang ditanam untuk

memproduksi benih, yang bisa dipanen hanya 16 ha

karena varietas Inpari 3 (SS) mengalami puso akibat

serangan tikus. Berbagai upaya telah dilakukan

dengan merusak sarangnya dan memberikan umpan

beracun, namun pada akhirnya kondisi tanaman yang

puso tidak bisa dihindari. Terjadinya puso tersebut

karena padi Inpari 3 (SS) milik UPBS merupakan

tanaman pertama yang ada disekitar wilayah

tersebut.

Tabel 15. Petani Kooperator, Luas Lahan dan Benih

yang Diproduksi UPBS

Gambar 9. Kondisi Pertanaman Perbenihan UPBS MT I

di Bungaraya pada Fase Pertumbuhan Vegetatif

Gambar 10. Panen Perdana Perbenihan UPBS di Kecamatan Bungaraya, Kabupaten Siak

Gambar 11. Temu Lapang dan Penyerahan Benih UPBS secara Simbolis oleh Kepala BPTP Riau kepada Bupati Siak

untuk Mendukung UPSUS Pajale di Kabupaten Siak

2. Penanganan Pasca Panen

Hasil panen (calon benih) yang diperoleh dari

lapangan (bagi hasil dengan petani), diangkut ke

Pekanbaru untuk dilakukan proses penanganan

pascapanen. Proses awal penanganan benih adalah

dengan menjemur minimal 3 (tiga) hari (secara

normal matahari) dan sebagian dengan alat dryer (6-8

jam) sampai kadar air dibawah 12%, kemudian

dilakukan pembersihan dengan menggunakan alat

pembersih benih (seed cleaner).

3. Sertifikasi Benih

Pelaksanaan sertifikasi benih dilakukan setelah

benih dibersihkan dan dikeringkan mencapai kadar air

dibawah 12%, maka selanjutnya akan dilakukan

pengujian mutu benih melalui UPT PSBTPH. Sampel

benih diambil oleh petugas UPT PSBTPH langsung ke

gudang penyimpanan UPBS BPTP. Pada MT I hanya

ada 5(lima) varietas yang ditanam di Kecamatan

Bungaraya Kabupaten Siak yaitu: Logawa, Inpari 3,

Inpari 10, Inpari 30 dan Batang Piaman.

Page 30: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

29 | P a g e

Tabel 16. Produksi Benih UPBS BPTP Riau Tahun 2015

Musim Tanam (Lokasi)

Varietas Kelas Benih (Kg)

Jumlah (Kg)

FS SS

MT I Bungaraya

Inpari 3 550 0 550

Inpari 10 0 4.210 4.210

Inpari 30 675 5.065 5.740

Logawa 0 21.885 21.885

B.Piaman 0 2.840 2.840

MT II Bungaraya

Inpari 3 0 0 Proses Panen

Logawa 1650 0 1650

MT II Sei

Mandau

Inpari 6 0 0 Proses Panen

Inpari 33 830 0 830

Mekongga 0 0 Serangan Blas

B.Piaman 0 1760 1760

JUMLAH 3.705 35.760 39.465

4. Labelisasi Produksi Benih dan Pengemasan

Pengemasan benih dilakukan di gudang

prosesing benih UPBS di Pekanbaru terhadap benih

yang dinyatakan lulus hasil uji laboratorium UPT

PSBTPH. Benih yang lulus sertifikasi, diberi label dan

dicantumkan pada karung/kemasan benih sewaktu

pengepakan (packaging). Kantong yang digunakan

untuk pengemasan adalah kantong plastic yang

bervolume 5 kg dan 10 kg. Benih yang sudah di

packing /dikemas di simpang pada rak yang terbuat

dari kayu/papan disusun bertingkat. Benih disimpan

dalam ruangan dingin (ber AC).

Gambar 12. Benih yang disimpan pada rak penyimpanan

dalam ruangan ber- AC

5. Distribusi Benih Sumber

Produksi benih UPBS MT I tahun 2015 di

Kabupaten Siak seluas 17 ha, dihasilkan benih sumber

dengan berbagai tingkatan kelas sebanyak 35,225 ton

dengan rincian; Kelas FS : 1,225 ton, dan SS: 34,0 ton.

Jumlah benih yang yang dikuasai oleh petani

berkembang ditingkat petani, sedangkan benih yang

dikuasai UPBS menyebar ke berbagai kabupaten di

Provinsi Riau.

Tabel 17. Distribusi Benih Per Kabupaten 2015

6. Pembinaan Petani Penangkar di Daerah

Percepatan penggunaan varietas unggul baru,

tidak terlepas dari peran kelembagaan perbenihan

selaku pihak yang terkait dalam penyediaan dan

distribusi benih secara tepat kepada petani. BPTP

Riau sebagai instansi pusat dari Kementerian

Pertanian telah melakukan berbagai kegiatan dalam

upaya mempercepat diseminasi penggunaan varietas

unggul baru ditingkat petani. Kegiatan yang dilakukan

BPTP Riau antara lain melakukan pendampingan

teknologi inovasi melalui petak percontohan display

VUB ditingkat lapangan dan penyediakan benih

sumber VUB. Unit Pengelolaan Benih Sumber (UPBS)

BPTP merupakan salah satu bagian dari sistem

kelembagaan perbenihan di daerah. Karenanya peran

UPBS dituntut untuk lebih dapat memacu gerak

penyediaan dan distribusi benih sumber VUB sampai

ke tingkat petani.

Page 31: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

30 | P a g e

Tabel 18.Kelompok Penangkar Binaan UPBS BPTP Riau sampai Tahun 2013-2015

No. Kelompok Penangkar

Alamat Keterangan

1 Harapan Baru

Betung, P. Kuras, Pelalawan

Tahun 2013

2 Ngudi Subur Rambah Samo, Rokan Hulu

Tahun 2013

3 Suka Maju Bungaraya, Siak

Tahun 2014

4 Indra Mulya Bungaraya, Siak

Tahun 2014

5 Harapan Maja Setia

Rambaan, Rokan Hulu

Tahun 2015

6 Pelayanan Bangun Purba, Rokan Hulu

Tahun 2015

7 Rambaan Menaming

Menaming, Rokan Hulu

Tahun 2015

8 Sawah Luwa Rokan IV Koto, Rokan Hulu

Tahun 2015

9 Rimba Sri Rezeki

Sei Mandau, Siak

Tahun 2015

Untuk meningkatkan kinerja kelembagaan

perbenihan daerah, UPBS BPTP Riau telah turut

menginisiasi peningkatan kapasitas kelembagaan

perbenihan melalui; singkronisasi dan sinergi antar

jejaring kelembagaan perbenihan yang ada di daerah

seperti BBI/BBU, BPSB, PT.Pertani, PT.Sang Hyang

Seri, Penangkar benih dan stakeholder lainnya seperti

pedagang dan perusahaan penggilingan padi yang

dilakukan secara periodik. Dari pertemuan yang

dilakukan dapat disusun rencana kerja yang berkaitan

dengan kegiatan perbenihan seperti luas areal tanam

untuk perbenihan, jadwal tanam, waktu penyediaan

benih, jumlah kebutuhan benih, jenis varietas dan

harga.

Masalah

Beberapa permasalahan yang dialami UPBS

BPTP Riau dalam memproduksi benih sumber antara

lain :

1. Terbatasnya sarana dan fasilitas yang diperlukan

dalam kegiatan produksi benih sumber ( tidak

tersedianya kebun percobaan, belum

memadainya gudang,kurangnya lantai jemur,

blower, dryer dan peralatan penunjang lainnya).

Daya listrik yang masih kurang menyebabkan

beberapa alat tidak bisa difungsikan seperti alat

packaging, AC sering mati sehingga ruangan

penyimpanan belum memenuhi standar ruangan

penyimpanan ideal yang diharapkan.

2. Kegiatan produksi benih dipengaruhi oleh faktor

lingkungan seperti ; terjadinya perubahan iklim

dan cuaca yang tidak menentu fase pertumbuhan

tanaman sampai dengan panen dan pascapanen.

Pada MT I diawal penanaman, tanaman

mengalami kekeringan. Pada kegiatan MT II,

jadwal tanam menjadi tertunda sampai tiga bulan

akibat kemarau dan asap, kondisi ini sangat

berpengaruh terhadap perolehan hasil baik

kuantitas maupun kualitas benih.

3. Masih rendahnya kinerja kelembagaan perbenihan

daerah dalam penyediaan dan distribusi benih

sampai ketingkat petani, sehingga dalam

memproduksi benih di Provinsi Riau belum

adanya perencanaan yang matang antar instansi

dan antar penangkar di masing-masing daerah.

Upaya Pemecahan

1. Pada TA 2015 telah diusulkan perluasan bangunan

gudang penyimpanan, melalui Belanja Modal

BPTP, dan usulan penambahan daya listrik

sehingga dalam prosesing dan penyimpanan benih

kedepan tidak menjadi kendala.

2. Menghadapi kekeringan pada pada MT I diatasi

dengan melakukan pengairan melalui pompanisasi

dengan mengambil air dari parit-parit disekitar

lahan. Pada MT II dilakukan penundaan jadwal

semai dan jadwal tanam dari jadwal yang biasa

dilakukan oleh petani sampai pada kondisi hujan

yang normal. Dengan demikian pada MT II ini

kegiatan terpaksa harus menyeberang tahun ke

tahun 2016.

3. UPBS BPTP Riau akan berupaya melakukan

pendampingan kepada petani berupabantuan

teknologi dan informasi serta bersedia menjadi

penghubung antara penangkar dan konsumen

Page 32: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

31 | P a g e

diberbagai daerah dengan memberikan informasi

keberadaan suatu varietas tertentu yang telah

dihasilkan petani penangkar.

H. Uji Adaptasi beberapa Varietas Unggul Baru Padi

Sawah pada Beberapa Agroekosistem di Provinsi

Riau

1. Latar Belakang

Dalam rangka mendukung program Peningkatan

Produksi Beras Nasional (P2BN) yang merupakan

program utama Kementerian Pertanian dalam upaya

mencapai produksi beras nasional sebanyak 70,6 juta

ton pada tahun 2014 dan surplus beras 10 juta ton

pada tahun 2015 (Badan Litbang Pertanian, 2011),

maka salah satu inovasi teknologi yang dihasilkan

oleh Badan Litbang Pertanian yang sangat berperan

besar dalam meningkatkan produktivitas adalah

penggunaan Varietas Unggul Baru (VUB). Kegiatan ini

disinkronkan juga dengan adanya program daerah

yaitu Operasi Pangan Riau Makmur (OPRM), sehingga

perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas padi

di beberapa kabupaten sentra produksi padi di

Provinsi Riau seperti Kabupaten Rokan Hulu, Siak dan

Pelalawan.

Tujuan

1. Memperkenalkan dan mensosialisasikan

Varietas Unggul Baru kepada petani/

masyarakat yang telah dihasilkan oleh Badan

Litbang Pertanian.

2. Untuk mendapatkan minimal dua varietas

unggul baru padi sawah yang adaptif,

produktivitas tinggi dan rasa yang disukai

masyarakat pada masing-masing

agroekosistem.

2. Metodologi

Waktu dan Tempat

Pengkajian ini dilaksanakan di beberapa

kabupaten di Provinsi Riau yang bisa mewakili

beberapa agroekosistem yaitu Kabupaten Rokan Hulu

yang mewakili agroekosistem sawah irigasi,

Kabupaten Siak yang mewakili agroekosistem sawah

tadah hujan, dan Kabupaten Pelalawan yang mewakili

agroekosistem lahan pasang surut. Waktu

pelaksanaannya dilakukan pada MH (Agustus- Des

2015).

Rancangan Penelitian

Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak

Kelompok (RAK), dengan jumlah varietas yang

berbeda. Dimana perbedaan varietas pada

agroekosistem yang berbeda ini memang dipilih

varietas tertentu dengan beberapa pertimbangan

yaitu; 1) spesifikasi varietas, 2) keunggulan dan

kelemahan varietas disesuaikan dengan

agroekosistem, 3) informasi dari peneliti, kelompok

tani dan instansi terkait, 4) tingkat kesukaan terhadap

rasa nasi (tekstur), 5) tingkat kebaharuan dan prospek

pengembangan yang lebih luas kedepan dan 6)

varietas pembanding dipilih dari varietas dominan

yang digunakan masyarakat.

a. Kabupaten Rokan Hulu (Agroekosistem Lahan

Sawah Irigasi)

Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas

Unggul Baru Padi Sawah yang mewakili lahan irigasi

dilaksanakan di Desa Rokan, Kecamatan Rokan IV

Koto, Kabupaten Rokan Hulu yang di tanam pada MH

2015. Adapun varietas yang digunakan berjumlah 33

varietas sebagai berikut: Inpara1, Inpara 2, Inpara 4,

Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7, Inpari 3, Inpari 7, Inpari 9,

Inpari10, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 15, Inpari 16,

Inpari 17, Inpari 18, Inpari 19, Inpari 20, Inpari 21,

Inpari 22, Inpari 23, Inpari 26, Inpari 27, Inpari 28,

Inpari 29, Inpari 30, Inpari 31, Inpari 32, Inpari 33,

Batang Piaman, Banyu Asin, Cekau Pelalawan, Karya

Pelalawan.

b. Kabupaten Siak (Agroekosistem Lahan Sawah

Tadah Hujan)

Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas

Unggul Baru Padi yang mewakili lahan sawah tadah

hujan dilaksanakan di Desa Muara Kelantan,

Kecamatan Sungai Mandau, Kabupaten Siak yang di

tanam pada MH 2015. Adapun varietas yang

digunakan berjumlah 20 varietas sebagai berikut:

Inpara1, Inpara 4, Inpara 5, Inpara 6, Inpara 7, Inpari

3, Inpari 11, Inpari 12, Inpari 15, Inpari 16, Inpari 17,

Inpari 19, Inpari 20, Inpari 22, Inpari 23, Inpari 30,

Logawa, Batang Piaman.

Page 33: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

32 | P a g e

c. Kabupaten Pelalawan (Agroekosistem Lahan

Sawah Pasang Surut)

Pelaksanaan Penelitian Uji Adaptasi Varietas

Unggul Baru Padi sawah di lahan pasang surut di Desa

Sungai Solok, Kecamatan Kuala Kampar, Kabupaten

Pelalawan yang di tanam pada MH 2015. Adapun

varietas yang digunakan berjumlah 19 varietas

sebagai berikut: Inpara1, Inpara 2, Inpara 4, Inpara 5,

Inpara 6, Inpara 7, Inpari 7, Inpari10, Inpari 18, Inpari

19, Inpari 21, Inpari 23, Inpari 30, Inpari 32, Inpari 33,

Batang Piaman, Banyu Asin, Cekau Pelalawan, Karya

Pelalawan

Pelaksanaan Penelitian

Teknik budidaya terdiri dari: (1) Persiapan lahan

menggunakan herbisida, penebasan pengolahan

tanah (tergantung agroekosistem) (2) sistem tanam

dengan tanam pindah bibit berumur 18-21 hari, (3)

jarak tanam 20 x 20 cm; (4) jumlah bibit 2 batang/

rumpun; (5) pupuk dasar Urea 50 kg/ha, TSP 100-125

kg/ha, KCl 25-50 kg/ha, diberikan bersamaan dengan

Furadan 20 kg/ha diberikan pada umur 7 hst, (6)

pupuk susulan I Urea 50 kg/ha dan KCl 25 Kg/ha

diberikan 25 hari setelah tanam (hst); (7) pupuk

susulan II Urea 50 kg/ha( atau disesuaikan dengan

BWD) dan KCl 25 kg/ha diberikan pada umur 35 hst;

(8) penyiangan menggunakan herbisida selektif dan

manual; 9) pengendalian terhadap hama/ penyakit

dengan konsep PHT.

Data yang diamati meliputi keragaan

pertumbuhan tanaman: tinggi tanaman optimal (cm)

diukur pada saat panen; umur berbunga, jumlah

anakan produktif, yaitu anakan yang menghasilkan

malai, diukur pada saat panen; jumlah bulir per malai;

persentase gabah bernas dan hampa, potensi hasil

dari data plot (ton/ha) dan data preferensi petani

terhadap VUB yang diintroduksikan.

3. Hasil Penelitian 1. Hasil Pengkajian di Kabupaten Rokan Hulu

Secara umum, dari hasil pengkajian ini produksi

rata-rata masih dibawah potensi hasil yang bisa

dibandingkan dengan deskripsi dari masing-masing

varietas unggul baru yang ditanam. Walaupun

demikian, dapat diambil kesimpulan bahwa beberapa

jenis varietas unggul baru yang bisa melebihi varietas

pembanding (Mawar) yaitu: Inpari 33, Inpari 21 dan

Inpari 11.

2. Hasil Pengkajian di Kabupaten Siak

Penilaian terbaik terhadap VUB yang

diujicobakan dilihat dari keragaan pertumbuhan

vegetatif tanaman di lapangan yang dibandingkan

dengan varietas pembanding (Mawar),

menggambarkan ada beberapa VUB yang bisa

melebihi varietas pembanding. Beberapa varietas

yang terbaik yaitu: Inpari 31, Inpari 32 dan Inpari 12

bisa dikembangkan ke depan untuk, khususnya pada

agroekosistem lahan sawah irigasi sebagai alternatif

pergiliran varietas untuk mengantisipasi

perkembangan hama tertentu yang bisa

menimbulkan kerugian pada masyarakat secara luas.

3. Hasil Pengkajian di Kabupaten Pelalawan

Terdapat 10 varietas yang mampu menghasilkan

diatas 7 ton/ha, namun yang tertinggi adalah pada

Varietas Inpara 4 yang mencapai 10,2 ton/ha. Hasil ini

jauh melebihi varietas pembanding (Karya

Pelalawan) yang hanya menghasilkan 7,7 ton/ha

(berada pada rangking ke-6) dari semua varietas yang

diujikan.

Lokasi penanaman adalah di Kuala Kampar yang

merupakan kecamatan yang terjauh dari ibu kota

kabupaten maupun ibu kota provinsi. Untuk

menempuh lokasi tersebut diperlukan perjalanan

satu hari dengan menggunakan speed boat.

Sementara kawasan pengembangan padi sawah yang

terluas berada pada kecamatan Kuala Kampar yang

hampir mencapai 6000 ha. Selama ini penduduk

menanam hanya 1 kali setahun yang didominasi oleh

varietas lokal. Varietas Unggul belum bekembang

didaerah tersebut. Dengan dilakukannya kegiatan uji

adaptasi tersebut, dapat membuka cakrawala petani

dan pemerintah daerah untuk dapat membuat suatu

program peningkatan IP dari 100 menjadi IP 200

dengan menggunakan varietas unggul baru yang telah

diuji produktivitasnya dan daya adaptasinya serta

memiliki umur yang genjah jika dibandingan dengan

varietas lokal.

Page 34: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

33 | P a g e

I. Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi Gogo

Beras Merah Terpilih Di Provinsi Riau

1. Latar Belakang

Produktivitas padi gogo beras merah di Provinsi

Riau masih sangat rendah, diperkirakan hal ini

disebabkan penggunaan bibit lokal yang secara turun

temurun, tidak melakukan pemupukan yang

seimbang dan pengolahan lahan pertanaman yang

tidak sesuai dengan rekomendasi teknologi. Padi lokal

yang umumnya dibudidayakan oleh petani memiliki

deskripsi: umur panjang, tingkat keragaman yang

tinggi, produksi rendah dan kurang respon terhadap

pemupukan. Padahal Badan Litbang Pertanian telah

menghasilkan beberapa varietas padi gogo beras

merah yang memiliki umur genjah dengan

produktivitas yang cukup tinggi serta respon akan

pupuk. Hasil pengamatan di lapangan,khususnya di

Kabupaten Siak, yang merupakan sentra produksi

padi di Provinsi Riau bahwa varietas padi gogo beras

merah yang telah dihasilkan oleh Badan Litbang

Pertanian yang signifikan meningkatkan produksi

belum menyebar dan belum tersosialisasi secara

merata ditingkat petani.

Telah kita ketahui bahwa luas lahan padi lading

di Kabupaten Kampar adalah 5.599 ha dengan

produksi 7.658,87 ton, dengan produktivitas 2,78

ton/ha. Untuk itu, upaya yang harus dilakukan adalah

mengaplikasikan teknologi penggunaan varietas

unggul baru bersama inovasi teknologi lainnya yang

spesifik lokasi. Uji adaptasi beberapa varietas unggul

padi gogo beras merah terpilih dapat menjadi

alternatif solusi bagi petani agar petani dapat

mengaplikasikan teknologi tersebut. Diharapkan

budidaya padi gogo beras merah kedepan dapat

berkembang dengan baik serta dapat menumbuhkan

motivasi petani untuk menjadi penangkar benih padi

gogo beras merah spesifik lokasi yang berdampak

pada peningkatan pendapatan dan pemanfaatan

lahan kering yang belum termanfaatkan secara

optimal.

Tujuan

1. Mendapatkan varietas unggul padi beras merah

yang adaptif.

2. Mendapatkan teknologi usahatani padi beras

merah yang adaptif.

3. Memperoleh budidaya padi gogo beras merah,

khususnya yang menyangkut pengembangan padi

gogo beras merah spesifik lokasi.

4. Menumbuhkan motivasi petani dalam hal usaha

tani padi gogo beras merah varietas unggul baru.

Keluaran

1. Diperolehnya varietas unggul baru padi beras

merah terpilih yang adaptif dan produktivitas

tinggi

2. Diperolehnya varietas unggul baru padi beras

yang rasa nasinya disenangi masyarakat

Manfaat

1. Meningkatnya produktivitas padi beras merah di

Kabupaten Kampar

2. Meningkatnya pengetahuan dan keterampilan

petani untuk berusaha tani padi beras merah di

Kabupaten Kampar

2. Metodologi

Waktu dan Tempat

Kegiatan dilakukan di Desa Danau Lancang,

Kecamatan Tapung Hulu Kabupaten Kampar, dengan

waktu penanaman tanggal 3 Desember 2015.

Pelaksanaan Kegiatan

Kooperator atau petani yang menjadi pelaksana

adalah Kelompok Tani Agung dengan ketua kelompok

Bapak Supriyono.

Rancangan

1. RAK

2. Ulangan 3 kali

3. Varietas unggul Inpago 7, Inpago 9, dan Inpari 24

4. Varietas unggul lokal

5. Pemupukan berdasarkan PUTS (Urea 200 kg/ha,

TSP 75 kg/ha dan KCl 50 kg/ha.

3. Hasil Pengujian

Dari pengujian, didapatkan hasil bahwa varietas

Inpago 9 adaptif terhadap lingkungan dengan tingkat

produktivitas 3 ton/ha.

Page 35: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

34 | P a g e

Gambar 13. Salah satu kondisi tanaman di lapangan pada Uji Adaptasi Beberapa Varietas Unggul Padi

Gogo Beras Merah

J. Peningkatan Indeks Pertanaman di Lahan Pasang

Surut Melalui Sistem Budidaya Padi Super Genjah

Hasil Perbaikan Kultivar Lokal Spesifik Provinsi

Riau

1. Latar Belakang

Salah satu faktor penyebab sulitnya peningkatan

produksi padi di lahan pasang surut adalah indeks

pertanaman (IP) pada umumnya satu yaitu menanam

padi hanya satu musim per tahun. Hal ini disebabkan

kendala lingkungan yang sering tidak menguntungkan

di luar musim tanam utama, seperti kekeringan di

lahan di lahan tipologi C, banjir di lahan tipologi A dan

B, dan peningkatan intensitas serangan hama dan

penyakit. Petani mensiasatinya dengan menanam

kultivar lokal berumur dalam yang sudah toleran

dengan lingkungan pada musim yang sesuai selama 6-

7 bulan.

Dengan hasil 3-4 t/ha/tahun menyebabkan

usahatani padi di lahan pasang surut relatif tidak

menguntungkan. Oleh karena itu musim tanam yang

hanya berlangsung 6-7 bulan harus disiasati dengan

menanam varietas unggul baru (VUB) berumur genjah

agar IP dapat ditingkatkan menjadi dua.

Permasalahannya, galur super genjah yang

dikembangkan harus mirip dengan karakter utama

padi-padi lokal yang sudah eksis di kalangan petani

sehingga petani akan mudah mengadopsinya.

Perbaikan mutu genetik pada padi lokal

Pelalawan sangat mungkin dilakukan oleh karena

terdapat cukup banyak variasi kultivar dalam populasi

dan sebagian memiliki karakter istimewa seperti

malai panjang dengan jumlah biji bernas lebih dari

200 biji per malai dan rasa enak (Sinaga, dkk. 2007).

Dibandingkan dengan Varietas Unggul Baru

Tenggulang dan Batang Hari, hasil kultivar lokal

Cekow lebih tinggi dan lebih tahan terhadap

keterbatasan input (Umar, dkk. 2006).

BPTP Riau dan Dinas Pertanian Tanaman Pangan

Kabupaten Pelalawan telah menghasilkan galur-galur

harapan padi pasang surut berumur 85-90 hari sejak

semai yang mirip dengan tetua lokalnya dan diminati

petani. Galur-galur tersebut telah ditanam di lokasi

terbatas pada musim tanam utama, beberapa bulan

setelah kultivar lokal ditanam untuk menyamakan

waktu panen dengan kultivar lokal. Dengan

memanfaatkan galur umur sangat genjah maka dalam

durasi 7 bulan dapat dilakukan penanaman padi dua

kali.

Pengembangan padi umur sangat genjah

bertujuan untuk meningkatkan produksi padi di lahan

pasang surut melalui peningkatan IP menjadi dua kali,

mengetahui perilaku galur-galur harapan pada 2 kali

pertanaman dua kali dalam tujuh bulan, dan

meningkatkan pendapatan petani.

Keluaran

1. Produksi padi meningkat 4 t/ha

2. Data dan informasi pertumbuhan, hasil dan daya

adaptasi galur-galur harapan pada sistem IP 2.

3. Meningkatkan pendapatan petani.

Hasil yang Diharapkan

Melalui kegiatan ini diharapkan terjadi

percepatan adopsi padi umur super genjah untuk

meningkatkan indeks pertanaman menjadi dua kali

setahun dan meningkatkan produksi padi di lahan

pasang surut.

Perkiraan Manfaat Dan Dampak

Kegiatan akan mengubah paradigma petani

tentang intensitas pertanaman, memacu pemerintah

daerah untuk mempercepat peningkatan produksi

beras melalui intensifikasi dan ekstensifikasi, dan

meningkatkan daya saing komoditas beras terhadap

komoditas lain di lahan pasang surut.

Page 36: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

35 | P a g e

2. Metodologi

Waktu dan Tempat

Kegiatan dilaksanakan di Desa Sungai Solok,

Kecamatan Kuala Kampar Kabupaten Pelalawan.

Pengkajian akan dilaksanakan pada bulan April –

Desember 2015.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan berada di Kabupaten

Pelalawan selama dua musim tanam (MT) padi umur

genjah dalam tujuh bulan (satu MT padi lokal),

meliputi identifikasi lokasi kajian, penentuan petani

kooperator, penanaman galur/varietas super genjah,

pengamatan tanaman, panen, pascapanen, pengujian

preferensi petani, penyediaan benih sumber,

pertemuan dalam rangka pemecahan masalah,

sosialisasi hasil kajian, dan pelaporan.

3. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

Hasil pengamatan selama dua musim

pertanaman pada tahun 2015 menunjukkan keragaan

tanaman yang cukup baik, seragam, serta sangat jelas

perbedaan antar galur yang ditanam sehingga petani

dapat memilih galur yang disukai dengan jelas. Secara

umum, galur-galur superior pada musim tanam

sebelumnya masih unggul dibanding kontrol pada

musim tanam 2015, seperti yang tertera pada Tabel

19 berikut.

Tabel 19. Keragaan Hasil Panen Gabah Kering Giling

(Ton/Ha GKG) pada Dua Musim Tanam

No. Galur/Varietas Produktivitas (ton/ha)

MT I MT II

1 39-15 6.66 6.40

2 86-1 6.62 6.45

3 36-1 6.33 5.72

4 16- A 6.19 6.36

5 11- A 6.17 6.06

6 65-A 5.94 5.23

7 Batang Piaman 5.73 5.95

8 Batang Hari 5.53 5.05

9 Cekau - 5.10

10 Karya - 4.77

Tabel diatas memperlihatkan bahwa 6 (enam)

galur yang diuji memiliki hasil gabah kering giling

lebih tinggi dibandingkan dengan pembanding VUB

Batang Piaman dan Batang Hari maupun dengan

pembanding lokal Cekau dan Karya.

Terdapat 5 (lima) galur yang memberikan hasil

gabah kering giling pada dua musim tanam lebih dari

6 ton/ha yakni galur 39-15, 86-1, 36-1, 16-A, dan 11-

A. Hasil tersebut lebih tinggi dibandingkan VUB

pembanding yang hanya menghasilkan kurang dari 6

ton/ha. Varietas lokal pembanding (Cekau dan Karya)

pada musim tanam pertama tidak diperoleh hasilnya,

hal ini disebabkan umur panen kedua varietas yang

panjang sehingga melewati batas waktu musim

tanam berikutnya, juga akibat serangan hama dan

penyakit. Secara umum kedua varietas lokal tersebut

merupakan varietas favorit yang ditanam petani

Kuala Kampar. Kedua varietas ini ditanam sekali

dalam setahun, yaitu hanya pada musim tanam besar

yaitu periode Oktober-Maret.

Preferensi Petani

Preferensi petani sangat menentukan

berkembang atau tidak berkembangnya suatu

varietas. Program perakitan varietas melalui

pemuliaan partisipatif yang melibatkan petani sejak

awal, akan menghasilkan tingkat penerimaan yang

tinggi terhadap varietas yang dilepas. Preferensi

petani sudah dapat diketahui sejak tanaman berada

di lapangan hingga hasil panen dikonsumsi. Oleh

karena luasnya aspek yang menentukan preferensi

petani, maka preferensi sering bersifat spesifik. Hal

inilah yang menyebabkan uji preferensi diperlukan

sebelum galur dilepas menjadi varietas.

Faktor yang umum mempengaruhi preferensi

adalah: tinggi tanaman, umur tanaman, kekompakan

rumpun, kerontokan, warna beras, ukuran beras,

tekstur nasi, aroma, dan rasa. Selain faktor tersebut,

terdapat faktor spesifik yang menentukan pemilihan

suatu varietas, misalnya: toleransi terhadap cekaman

lingkungan spesifik seperti kemasaman, kadar Fe,

ketahanan terhadap hama dan penyakit endemik,

ketahanan terhadap genangan, dan lain-lain.

Survey preferensi petani di Kuala Kampar tahun

sebelumnya menunjukkan konsistensi yang kuat

terhadap hasil tinggi dan tekstur nasi/keperaan.

Sebanyak 50% petani memilih varietas yang tinggi

untuk mengantisipasi genangan air yang tinggi di

sawah. Dengan alasan membagi waktu kerja untuk

tanaman perkebunan, hanya 60% petani yang

Page 37: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

36 | P a g e

mengharapkan varietas berumur genjah. Sebanyak

30% petani menginginkan varietas berumur sedang

dan 10% berumur dalam. Rumpun tanaman yang

kompak disenangi sebagian besar petani karena

pertimbangan kemudahan pemeliharaan dan panen.

Pada umumnya rumpun yang kompak lebih tahan

rebah.

Tekstur nasi pera merupakan syarat sangat

penting dalam pengembangan varietas di Kuala

Kampar. Sebanyak 95% responden menyukai varietas

bertekstur nasi pera. Hal inilah yang menyebabkan

varietas pembanding Batang Hari dan Batang Piaman,

juga disenangi petani walaupun baru pertama kali

diperkenalkan di lokasi penelitian.

Secara umum, petani menyukai varietas dengan

karakter tinggi tanaman sedang, umur tanaman

genjah, rumpun kompak, kerontokan sedang, warna

beras putih, ukuran beras ramping panjang, tekstur

nasi pera, aromatik, rasa enak, dan hasil tinggi.

Perhitungan terhadap produksi padi pada tahun

2015 antara penggunaan varietas lokal Cekau dan

Karya yang hanya dapat ditanam 1 kali per tahun

dengan penggunaan galur hasil perbaikan kultivar

lokal menunjukkan adanya peningkatan. Produksi

varietas Cekau 5.10 ton/ha/tahun, Karya 4.77

ton/ha/tahun, berbanding galur 39-15 sebesar 13.06

ton/ha/tahun, sehingga terjadi kenaikan produksi

sebesar 7.96 ton/ha/tahun dan 8.29 ton/ha/tahun.

Melihat kondisi tersebut, penggunaan galur-galur

genjah berpotensi untuk mendongkrak produksi padi

di lahan pasang-surut dan secara tidak langsung

memberikan meningkatkan pendapatan petani.

K. Peningkatan Daya Guna Limbah Sawit sebagai

Pakan Berkualitas melalui Pemrosesan secara

Biologis untuk Meningkatkan Pertambahan Berat

Badan Sapi

1. Latar Belakang

Pakan sangat menentukan tingkat keberhasilan

usaha ternak sapi potong. Pakan merupakan biaya

tertinggi dalam usaha peternakan, yaitu hampir

sekitar 80% dari total biaya dalam usaha tersebut.

Sedangkan sumber hijauan sebagai pakan utama

semakin sulit didapatkan. Oleh karen itu perlu adanya

pakan alternatif untuk memelihara kelangsungan

usaha peternakan yang telah dikembangkan tersebut.

Limbah perkebunan kelapa sawit dapat menjadi

salahsatu pilihan dalam pengadaan pakan. Selain

jumlahnya sangat berlimpah di daerah Provinsi Riau

pada khususnya, limbah ini juga berpotensi untuk

dimanfaatkan sebagai pakan ternak.

Data menyatakan bahwa luas perkebunan

kelapa sawit di Provinsi Riau berkisar 2,3 juta hektar.

Limbah berupa pelepah sawit yang berlimpah sangat

mencemari lingkungan. Hal inilah menjadi pendorong

perlunya melakukan pengelolaan limbah pelepah

sawit ini untuk dapat dimanfaatkan sebagai pakan,

walaupun perlu dilakukan usaha tambahan dengan

menurunkan kadar PK pelepah dan daun sawit dan

meningkatkan kandungan proteinnya.

Tujuan

1. Mendapatkan data peningkatan kandungan

nutrisi limbah sawit setelah difermentasi secara

biologi dengan jamur Tricodermasp, Aspergilus

sp dan jamur pelapuk putih.

2. Mendapatkan informasi peranan pelepah dan

daun sawit fermentasi dalam ransum sebagai

pengganti hijauan.

Keluaran 1. Data nutrisi pakan pelepah dan daun sawit

fermentasi.

2. Data/informasi ransum pakan hasil fermentasi.

2. Metodologi

Materi dan Metode

1. Kegiatan di Laboratorium, meliputi 2 kegiatan,

yaitu:

- Proses fermentasi pelepah sawit dengan

fungsi Aspergilus, Tricoderma, jamur

pelapuk putih.

- Analisa kandungan nutrisi produk

fermentasi.

2. Kegiatan di lapangan, meliputi 2 kegiatan, yaitu:

- Memproduksi limbah sawit yang telah

dilakukan fermentasi dan diolah/diawetkan

sampai jumlah yang diperlukan untuk

kegiatan in-vivo.

- pengujian produk limbah sawit fermentasi

pada sapi bali yang digemukkan.

Page 38: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

37 | P a g e

Waktu dan Lokasi

Pelaksanaan kegiatan yaitu di Desa Sumber

Makmur dan Desa Gading Sari, Kecamatan Tapung

Kabupaten Kampar, Januari hingga Desember 2015,

yang dilakukan oleh Forum Petani Peternak Tapung

Raya (FP2TR).

Pelaksanaan

Penelitian tahap 1 menggunakan rancangan

acak lengkap (RAL) faktorial 2 faktor dan 2 ulangan.

Faktor 1 : Jenis jamur (Aspergilus sp, Tricoderma dan

jamur pelapuk putih).

Faktor 2 : lama pemeraman yaitu 2, 3, dan 4 minggu

Penelitian di lapangan menggunakan rancangan

acak lengkap 3 perlakuan dan 3 ulangan.

Tabel 20. Analisis Proksimat

Ketiga perlakuan dapat meningkatkan

kandungan PK dan menurunkan kadar SK. Hal ini

mungkin disebabkan karena kemampuan jamur

menghasilkan enzim selulase untuk mendegradasi

serat pada pelepah dan daun sawit berupa selulosa

dan hemiselulosa menjadi senyawa yang lebih

sederhana sehingga terbentuk protein tunggal.

Tabel 21. Uji Coba Pakan Fermentasi Perlakuan

pakan: 15 kg fermentasi pelepah dan daun sawit, 5 kg rumput segar, 5 kg Solid Decanter

3. Kesimpulan

- Fermentasi pelepah dan daun sawit menggunakan

jamur Aspergilus flavus, pelapuk putih dan

Tricoderma dapat meningkatkan nilai protein

kasar dan menurunkan kadar serat.

- Jamur Aspergilus flavus meningkatkan kandungan

protein yang paling tinggi 8,85%.

- Fermentasi pelepah dan daun sawit dapat

menggantikan 75% pemberian rumput.

- Penggunaan 75% fermentasi pelepah sawit

menggunakan jamur Aspergilus flavus, 25%

rumput alam, 5 kg solid decanter meningkatkan

pertambahan berat badan paling tinggi pada sapi

bali yaitu 0.82 kg/ekor/hari.

L. Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Provinsi Riau

1. Latar Belakang

Produktivitas tanaman kelapa sawit di Provinsi

Riau saat ini pada Perkebunan Rakyat adalah 5 ton

TBS/ha/tahun, sedangkan pada Perkebunan Besar

sudah mencapai >20 ton TBS/ha/tahun. Rendahnya

produktivitas tanamankelapa sawit Indonesia ini

disebabkan oleh banyak faktor. Faktor utama adalah

masih dominannya tanaman yang dikelola dengan

penggunaan teknologi dan manajemen sederhana

serta diusahakan dengan skala kecil; dominannya

tanaman non-klonal dan tanaman tua dan tanaman

yang sudah rusak. Tanaman yang berasal dari bahan

tanaman non-klonal potensi produksinya secara

genetis memang rendah. Sedangkan tanaman yang

sudah tua dan rusak, walaupun potensi produksinya

secara genetis tinggi, secara keseluruhan akan

menurunkan produktivitas.

Salah satu upaya untuk meningkatkan

produktivitas tanaman kelapa sawit tersebut adalah

melalui peremajaan. Disamping itu, kehilangan

pendapatan dari hasil kelapa sawit selama masa

peremajaan, juga merupakan salah satu alasan bagi

petani untuk menunda meremajakan sawit miliknya.

Oleh sebab itu perlu dicari teknologi peremajaan yang

murah dan mudah dilakukan petani tanpa

mengurangi pendapatannya.

Cara lain untuk menjamin keberlangsungan

pendapatan adalah dengan menanam tanaman sela

sebelum tanaman kelapa sawit menghasilkan (0 –

Page 39: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

38 | P a g e

3tahun), dimana kanopi dan perakaran tanaman

masih relatif belum berkembang. Selain itu sebagian

lahan yang diremajakan akan terbuka dan

memperoleh cahaya matahari secara penuh sehingga

dapat dimanfaatkan untuk tanaman sela. Pola ini

memungkinkan pendapatan tambahan bagi

petaniselama kelapa sawit belum menghasilkan.

Untuk itu perlu dikaji tanaman yang cocok dan

berekonomis tinggi ditanaman diantara kelapa sawit.

Pemanfaatan lahan sela pada usahatani

tanaman perkebunan seperti halnya kelapa sawit

untuk tanaman semusim penting dilakukan, selain

dapat memberikan pendapatan selama masa tunggu

tanaman pokok, terjadinya efisiensi pemupukan, juga

dapat mengurangi laju penyusutan ketebalan kering.

Tujuan

Pengkajian ini bertujuan untuk mengetahui

tingkat pertumbuhan sawit muda, padi gogo, jagung

sebagai tanaman sela diantara tanaman sawit di

lahan kering Provinsi Riau.

Keluaran

Keluaran yang diharapkan dari kajian ini adalah

informasi pertumbuhan sawit muda padi gogo,

jagung sebagai tanaman sela diantara tanaman sawit

di lahan kering Provinsi Riau.

Perkiraan Manfaat dan Dampak

1. Diharapkan hasil penelitian ini dapat mendukung

perencanaan perkebunan kelapa sawit muda

rakyat di lahan kering Provinsi Riau, terutama

dalam peningkatan produktivitas kelapa sawit

serta tanaman sela padi gogo dan jagung.

2. Meningkatnya produktivitas tanaman sela padi

gogo, jagung dan kelapa sawit muda di Kabupaten

Siak.

3. Meningkatnya pendapatan petani pangan.

2. Metodologi

Waktu dan Lokasi Pengkajian

Penelitian akan dilaksanakan di perkebunan

kelapa sawit yang belum menghasilkan (TBM) di

lahan kering (lahan sub-optimal) dari bulan April

sampai dengan Desember 2015 di Desa Petapahan,

Kecamatan Tapung Kabupaten Kampar.

Pelaksanaan Pengkajian

Penelitian dilakukan di lorong/sela tanaman

kepala sawit muda (Tanaman Belum Menghasilkan)

berumur sekitar 1-3 tahun. Penelitian disusun dengan

menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK)

dengan 3 ulangan. Perlakuan meliputi tanaman sela

yang digunakan adalah: 1). Inpago 4, 2). Inpari 10 , 3).

Situ Bagendit, 4). Jagung Champion Seed 5). Jagung

Bonanza

Analisis Resiko

Pada Pertanaman Musim Kemarau tanaman

biasanya mengalami cekaman air, sehingga butuh

pengairan pada fase-fase tanaman kekurangan air

tersebut. Resiko kekeringan ini juga diminimalisir

dengan menanam varitas yang toleran/tahan

terhadap kekeringan.

3. Hasil dan Pembahasan

Berdasarkan pengetahuan tentang watak iklim, maka

untuk menjawab tujuan dari pengkajian dinamika air

tanah dibutuhkan data tentang kondisi iklim daerah

pengkajian. Keadaan rata-rata curah hujan dan hari

hujan per dasarian dari lokasi pengkajian disajikan

pada Tabel berikut.

Tabel 22. Curah Hujan (mm) dan Hari Hujan per

dasarian Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar

U R A I

A N

Des 2015 Jan 2016 Feb 2016 Mar 2016

I II III I II III I II III I II III

CH 35 32 41,

25 51 60 54 50 21 0 25 5

HH 4 4 6 5 4 7 6 4 3 0 4 1

Dari Tabel di atas terlihat kebutuhan air

tanaman padi gogo belum mencukupi (kebutuhan air

untuk tanaman padi gogo per dasarian 50 mm,

kekurangan air terjadi pada dasarian I Des 2015

sampai dasarian I Januari 2016, kemudian kekurangan

air terjadi lagi mulai dasarian III Februari 2015.

Page 40: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

39 | P a g e

Tabel 23. Hasil analisis tanah Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar

No. Jenis analisis Hasil analisis

1. pH : H2O KCl

4,6 4,2

2. Tekstur (%) Pasir Debu Liat

9 33 58

3. C organik (%) C/N N(%)

1,89 10,82 0,18

4. HCl 25% mg/100 g tanah P2O5K2O

2 8

5. Ca Mg K Na Total KTK KB (%)

2,40 0,69 0,18 0,07 3,20 18,51 18

6. Al dd H+

3,74 0,59

7, Unsur mikro ppm Fe Mn Cu Zn

14,2 22,2 0,5 1,24

Tabel 24. Tinggi Tanaman Padi pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan diDesa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Hasil pengamatan tinggi tanaman tiga varietas

yang diuji disajikan pada Tabel diatas. Pertumbuhan

Situ Bagendit selama pertanaman selalu lebih tinggi

dari tiga varietas yang diuji lainnya. Pola

pertumbuhan tinggi tanaman pada tiga varietas yang

diuji mempunyai pola yang sama, yaitu laju

pertumbuhan tinggi tanaman berlangsung cepat

sampai minggu ketiga, kemudian laju pertumbuhan

tinggi tanaman semua varietas mulai berkurang,

semakin mendekati panen laju pertumbuhan tinggi

tanaman hanya sedikit sekali. Hal ini disebabkan hasil

fotosintesis sebagian besar dipakai untuk

pertumbuhan/pengisian malai.

Tabel 25. Jumlah Anakan Tanaman Padi pada

Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan diDesa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Hasil pengamatan jumlah anakan varitas varitas

yang diuji disajikan pada Tabel di atas. Terlihat

pertumbuhan jumlah anakan dari varietas Situ

Bagendit selalu lebih baik dibandingkan dengan

pertumbuhan jumlah anakan varitas Inpago 4

maupun Inpari 10. Hal ini disebabkan pemberian

pupuk yang diberikan sesuai dengan kebutuhan

tanaman, dimana takaran pupuk ditentukan dengan

menganalisis contoh tanah.

Pola pertumbuhan jumlah anakan tiga varitas

yang diuji tampaknya mempunyai pola yang sama.

Pada minggu pertama laju pertumbuhan jumlah

anakan cukup tinggi sampai minggu ketiga, kemudian

terus bertambah sampai mencapai maksimum pada

minggu ke empat, kemudian jumlah anakan tidak

bertambah sampai minggu keenam.

Page 41: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

40 | P a g e

Tabel 26. Prosentase Tanaman Jagung yang Hidup, Tinggi Tanaman Pada Umur 45 Hari dan Tinggi Tanaman Pada Umur 60 Hari pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Perlakuan

Prosentase tanaman hidup

Tinggi tanaman jagung pada umur 45 hari

Tinggi tanaman jagung pada umur 60 hari

Bonanza 92 126,40 173,20

Champion seed

83,3 73,40 110,87

Prosentase Tanaman Jagung yang Hidup

Prosentase tanaman jagung yang hidup yang

dilaksanakan 15 hari setelah tanam disajikan pada

Tabel di atas. Terlihat bahwa varietas Bonanza

memberikanprosentase hidup tanaman lebih tinggi

(92%), dari varitas Champion Seed. Hal ini disebabkan

daya tahan varietas Bonanza yang berbeda dari

cekaman lingkungan (karena sifat genetik dari varitas

tersebut), dalam hal ini terhadap kekeringan. Dengan

perkataan lain varietas Bonanza merupakan varietas

yang mempunyai sifat tahan kekeringan dibandingkan

dengan varietas Champion Seed.

Tinggi tanaman

Begitu juga tinggi tanaman jagung pada 60 hari

setelah tanam disajikan pada Tabel 5 diatas. Pada

tanaman berumur 60 hari terlihat varietas Bonanza

memberikan tinggi tanaman tertinggi yaitu 173,20

cm. Sedangkan tinggi tanaman terendah diperoleh

pada varietas Champion Seed, setinggi 110,87 cm.

Tabel 27. Jumlah Bunga Jantan dan Bunga Betina pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman angan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Perlakuan

Jumlah bunga jantan

Jumlah bunga betina

Bonanza 56,3 52,3

Champion seed 47,0 42,6

Jumlah bunga jantan

Hasil pengamatan jumlah bungan jantan yang

keluar sempurna disajikan pada Tabel di atas.

Varietas Bonanza memberikan jumlah jantan

terbanyaki yaitu 56,3 buah. Jumlah bunga jantan

terendah diperoleh pada varietas Champion Seed,

dengan jumlah bunga jantan 47,0 buah.

Jumlah bunga betina

Varietas Bonanza memberikan jumlah betina

terbanyak yaitu 52,3 buah. Jumlah bunga betina

terendah diperoleh pada varietas Champion Seed,

dengan jumlah bunga betina 42,6 buah (Tabel 27).

Tabel 28. Diameter Tongkol, Panjang Tongkol dan

Jumlah Baris per Tongkol pada Jumlah Bunga Jantan dan Bunga Betina pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Perlakuan Diameter tongkol

Panjang tongkol

Jumlah baris per tongkol

Bonanza 5,4 27 13

Champion seed

3,85 23,3 9

Diameter tongkol

Dari hasil pengamatan di lapangan diperoleh

diameter tongkol varietas Bonanza (5,4 cm) lebih

tinggi pada varietas Champion Seed (3,85 cm).

Panjang tongkol

Panjang tongkol tertinggi didapatkan pada

varietas Bonanza (27 m). Panjang tongkol terendah

didapatkan pada varietas Champion Seed (23,3 cm).

Jumlah baris per tongkol

Hasil pengamatan Jumlah baris per tongkol

disajikan pada Tabel di atas. Varietas Bonanza

memberikan jumlah baris per tongkol lebih banyak

(13 baris) daripada varietas Champion Seed (9 baris).

Page 42: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

41 | P a g e

Tabel 29. Hasil Pipilan Kering per Plot pada Kegiatan Peningkatan Produktivitas Kebun Kelapa Sawit Melalui Intercropping dengan Tanaman Pangan di Desa Petapahan, Kecamatan Tapung, Kabupaten Kampar pada MT 2015

Perlakuan Hasil pipilan/ha (kg)

Bonanza 6782,3

Champion seed 4578,2

Hasil pipilan

Hasil pipilan per plot disajikan pada Tabel diatas.

Hasil pipilan tertinggi diperoleh pada varietas

Bonanza yakni 6782,3 kg/ha, sedangkan berat pipilan

kering terendah didapatkan pada varitas Champion

Seed yakni 4578,2 kg/ha.

Kesimpulan

Padi gogo dan jagung cukup bagus ditanaman

diantara sawit muda. Dari beberapa varietas padi

gogo dan jagung yang diuji, maka varietas Situ

Bagendit dan jagung manis Bonanza memberikan

pertumbuhan yan lebih baik dari varietas lainnya.

M. Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut

Terdegradasi yang Ditanami Kelapa Sawit

1. Latar Belakang

Kelapa sawit merupakan komoditas unggulan di

Provinsi Riau. Menurut data, Provinsi Riau memiliki

luas perkebunan kelapa sawit yang terbesar di

Indonesia, yaitu sekitar 1,9 juta ha (24,55% dari luas

perkebunan kelapa sawit di Indonesia), dan sejumlah

788.491 ha(41,5%) ditanam di lahan gambut.

Perkebunan kelapa sawit yang telah menghasilkan

(TM) adalah sebagai berikut:

• Perkebunan rakyat/PR (53,35%), Perkebunan

besar swasta/PBS(42,55%), Perkebunan besar

negara/PBN (4,1%)

• Produktivitas PR <17,1% dari PBN (17,1%), dan <

dari PBS (21,4%)

• Terbatasnya modal petani& belum optimalnya

pemanfaatan teknologi

Peningkatan produktivitas kelapa sawit yaitu

dengan pemupukan dan tumpangsari dengan

tanaman sela/diversifikasi komoditas.

Tujuan

1. Melakukan pemupukan dan pemberian amelioran

untuk meningkatkan produktivitas lahan gambut.

2. Melakukan penanaman tumpang sari tanaman

sela pada perkebunan kelapa sawit.

Manfaat

1. Meningkatnya produktivitas tanaman dengan

pemberian amelioran.

2. Meningkatnya produktivitas lahan dengan

tanaman tumpang sari.

2. Metodologi

Waktu dan Tempat

Penelitian dilakukan pada bulan Januari hingga

Desember 2015, di Desa Lubuk Ogong, Kecamatan

Bandar Sei Kijang, Kabupaten Pelalawan.

Pelaksanaan

Penelitian dilaksanakan di kebun kelapa sawit

masyarakat di lahan gambut umur 4 (empat) tahun,

dengan tanaman tumpangsari berupa kacang tanah.

Kegiatan yang dilakukan meliputi 2 tahap:

- Kegiatan komposisi amelioran pada kelapa sawit

- Kegiatan model penanaman tanaman

tumpangsari kacang tanah

Gambar 14. Koordinasi dan CP/CL pada Kegiatan

Peningkatan Produktivitas Lahan Gambut Terdegradasi yang Ditanami Kelapa Sawit

Gambar 15. Pemupukan tanaman kelapa sawit

Page 43: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

42 | P a g e

Grafik 1. Pengamatan Penambahan Lingkar Tajuk

Grafik 2 Pengamatan Penambahan Pelepah

Tabel 30. Pengamatan Produktivitas Kelapa Sawit

Grafik 3. Pengamatan Tinggi Tanaman Kacang Tanah

Grafik 4. Pengamatan Jumlah Cabang Tanaman Kacang Tanah

3. Kesimpulan

Pada pengamatan lingkar tajuk dan

penambahan pelepah kelapa sawit, didapat

perlakuan yang terbaik adalah dengan Pugam Tankos.

Berat pelepah kelapa sawit tertinggi pada perlakuan

Pugam Tankos. Produktivitas tanaman kelapa sawit

tertinggi untuk seluruh parameter pengamatan

terdapat pada perlakuan Pugam Tankos (PT).

N. Identifikasi Calon Lokasi, Koordinasi Bimbingan

dan Dukungan Teknologi Upsus Padi, Jagung,

Kedelai dan Komoditas Utama Kementerian

Pertanian

1. Latar Belakang

Komponen kegiatan dalam rangkaian kegiatan

ini adalah Pengembangan Jaringan Irigasi, Optimasi

Lahan, Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai, Penangkaran

Benih Padi, dan Kedelai, Perluasan Areal Tanam

Jagung dan Kedelai, Bantuan Seribu Desa Mandiri

Benih (SDMB), Bantuan Benih Padi Inbrida, Bantuan

Alsintan Penanganan Pascapanen, Realisasi Luas

Tanam dan Luas Panen Padi, Jagung dan Kedelai di

Provinsi Riau dan Temu Lapang.

Padi, jagung dan kedelai merupakan sumber

karbohidrat dan protein nabati yang permintaannya

cenderung meningkat seiring bertambahnya jumlah

penduduk. Dimana lahan-lahan untuk pertanaman

komoditi tersebut cenderung menurun diakibat oleh

alih fungsi lahan. Khususnya Lahan sawah sebagai

salah satu faktor produksi yang penting dalam

pemenuhan kebutuhan pokok pangan secara

signifikan di Provinsi Riau sudah semakin berkurang.

Page 44: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

43 | P a g e

Berdasarkan hasil audit lahan Kementan tahun 2012

bahwa luas lahan sawah sekitar 8.132.346 Ha, dengan

IP rata-rata 140 % dan produktivitas rata-rata

nasional adalah 4,16 ton/ha. Lahan seluas ini harus

dapat menyediakan pangan khususnya padi untuk

sekitar 237,6 Juta orang penduduk Indonesia (BPS-

2010).

Di lain pihak terjadi alih fungsi lahan sawah

diperkirakan +100.000 Ha/tahun yang mengancam

upaya peningkatan produksi pangan. Untuk itu

Kementerian Pertanian telah menetukan langkah-

langkah strategis untuk dapat meningkatkan

produktivitas lahan sawah yang ada saat ini sehingga

berproduksi lebih maksimal guna memenuhi

kebutuhan pangan yang cendrung meningkat seiring

bertambahnya jumlah penduduk.

Untuk itu optimasi lahan sawah merupakan

salah satu langkah strategis dalam mengantisipasi

kekurangan lahan untuk memproduksi padi, jagung

dan kedelai. Kegiatan ini difokuskan untuk

meningkatkan produktivitas dan Indek Pertanaman

(IP) melalui penyediaan sarana produksi (pupuk) dan

bantuan pengolahan tanah yang tidak luput dari

inovasi teknologi, karena melalui aplikasi teknologi,

khususnya teknologi budidaya padi, jagung dan

kedelai yang sesuai dengan kondisi agroekosistem

dan rekomendasi teknologi diperkirakan dapat

meningkatkan produksi maupun produktivitas.

Sebagai lembaga penghasil inovasi teknologi,

Badan Litbang Pertanian dituntut untuk berperan

aktif dalam program nasional yakni UPSUS PAJALE

melalui pendampingan inovasi teknologi di lapangan.

Oleh BPTP Riau melalui kegiatan pendamping ini

diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam

peningkatan produksi maupun produktivitas yang

telah ditargetkan sekitar lima belas persen atau

tercapainya target swasembada pangan nasional.

Tujuan

1. Melakukan pendampingan inovasi teknologi

spesifik lokasi dalam optimasi lahan dan Indeks

Pertanaman (IP) padi, jagung dan kedelai di setiap

wilayah Kabupaten, Provinsi Riau.

2. Melakukan pendampingan kelembagaan tani,

sarana dan pra sarana (Saluran irigasi) dalam

optimasi lahan padi, jagung dan kedelai di Provinsi

Riau.

Sasaran

Sasaran kegiatan pendampingan meliputi: lahan

sawah (basah maupun kering); indeks pertanaman,

inovasi teknologi dan kelembagaan tani padi, jagung

dan kedelai.

Keluaran

Keluaran dari kegiatan ini adalah terealisasinya

pendampingan inovasi teknologi dan pembinaan

kelembagaan tani oleh masing-masing LO disetiap

kawasan pertanian padi, jagung dan kedelai.

Outcome

1. Meningkatnya aplikasi teknologi jajar legowo

disetiap kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai

di Provinsi Riau.

2. Meningkatnya pemanfaatan rekomendasi paket

teknologi spesifik lokasi disetiap kawasan UPSUS

padi, jagung dan kedelai di Provinsi Riau.

Dampak

1. Terwujudnya peningkatan pemanfaatan

rekomendasi teknologi yang sesuai dengan

agroekosistem dan sosial budaya disetiap

kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai di

Provinsi Riau

2. Terwujudnya peningkatan diseminasi inovasi

teknologi padi, jagung dan kedelai spesifik lokasi

disetiap kawasan UPSUS padi, jagung dan kedelai

di Provinsi Riau

3. Terwujudnya ketahanan pangan lokal dan

Nasional

Strategi dan Ruang Lingkup

a. Strategi Pendampingan

Dalam pendampingan strategi pelaksanaannya

adalah:

1. Pelaksanaan identifikasi/karakterisasi petani dan

lokasi serta pengamatan lapang aspek sosial

budaya petani disetiap kawasan UPSUS Prov.Riau

2. Penentuan paket teknologi budidaya padi, jagung

dan kedelai pada setiap kawasan UPSUS padi,

jagung dan kedelai Provinsi Riau yang disesuaikan

dengan agroekosistem/ kondisi lahan

3. Pembinaan kooperator, penyusunan laporan

sesuai dengan format dan ketentuan yang telah

ditentukan.

Page 45: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

44 | P a g e

b. Ruang Lingkup Kegiatan

Ruang lingkup pendampingan disetiap

kabupaten adalah sebagai berikut:

1. Perencanaan

2. Persiapan administrasi

3. Pelaksanaan Fisik

4. Sosialisasi

5. Monitoring, Evaluasi dan Pelaporan

3. Hasil Pembahasan

Kegiatan UPSUS Pajale ini diawali dengan

Penandatangan MoU antara Bupati se Provinsi Riau

dengan Kepala Dinas Pertanian kabupaten dan

Dandim yang bertempat di Gedung Serindit

Pekanbaru pada tanggal 27 Januari 2015 guna

menindaklanjuti rapat antara Menteri Pertanian dan

Panglima TNI di Jakarta sehubungan dengan Upaya

Khsusus Peningkatan Produksi Pajale.

Gambar 16. Penandatanganan MoU UPSUS Pajale

di Provinsi Riau

1. Pengembangan Jaringan Irigasi

Perbaikan irigasi pertanian menjadi skala

prioritas utama Menteri Pertanian Republik Indonesia

dalam mewujudkan Indonesia swasembada pangan

(Padi, Jagung dan Kedelai) tahun 2018 mendatang.

Pelaksanaan pengembangan jaringan irigasi

dilaksanakan secara swakelola oleh P3A/Poktan

secara bergotong royong dan partisipatif dengan

melibatkan tenaga kerja anggota serta didampingi

oleh tenaga penyuluh serta TNI-AD.

Perbaikan jaringan irigasi di Provinsi Riau sudah

dimulai dari awal tahun 2015 dilaksanakan secara

serentak di seluruh daerah dengan melakukan

Pencanangan Gerakan Perbaikan Irigasi melaui acara

Peletakan Batu Pertama. Peletakan batu pertama

perbaikan jaringan irigasi merupakan instruksi

Menteri Pertanian yang disampaikan langsung

kepada Bupati, Dinas Pertanian dan Instansi TNI AD.

Gambar 17. Peninjauan Saluran Jaringan Irigasi

Gambar 18. Peletakan Batu Pertama Perbaikan

Jaringan Irigasi

2. Optimasi Lahan

Strategi pembanguan pertanian, khususnya

tanaman padi ditempuh melalui usaha pokok

pertanian yakni Intensifikasi, Extensifikasi,

Diversifikasi dan Rehabilitasi. Dari 4 (empat) usaha

tersebut yang dapat meningkatkan produksi langsung

adalah usaha intensifikasi dan ekstensifikasi,

sementara yang dapat cepat dan mudah dilaksanakan

di lapangan adalah usaha intensifikasi yang

merupakan optimalisasi lahan sawah baik untuk

peningkatan produktivitas melalui panca usaha,

maupun peningkatan luas tanam melalui peningkatan

Indeks Pertanaman (IP), dengan faktor penentu

utama kecukupan air

Di Provinsi Riau Optimalisasi Lahan sudah

dilakukan dengan baik hal ini dapat dilihat dari

capaian kegiatan pada tahun 2015 yaitu seluas 8,560

ha tersebar pada beberapa daerah seperti pada tabel

di bawah ini.

3. Gerakan Penerapan Pengelolaan Tanaman

Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai

Salah satu upaya peningkatan produksi pangan

dilakukan dengan Gerakan Penerapan Pengelolaan

Tanaman Terpadu (GP-PTT) Padi, jagung, kedelai.

Realisasi GP-PTT padi di Provinsi riau seluas 7.500 ha,

Page 46: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

45 | P a g e

Jagung 1.000 ha dan kedelai 2.200 ha. Untuk

komoditas jagung dan kedelai belum mencapai target

100 persen hal ini disebabkan oleh beberapa hal

diantaranya karena lahan yang yang tidak tersedia di

lapangan.

Gambar 19. Tanam Perdana GPTT Padi

4. Penangkaran Benih Padi, dan Kedelai

Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

peningkatan produksi adalah benih, benih yang baik

adalah benih yang bersertifikat dan berlabel. Saat ini

ketersediaan benih masih terbatas belum mampu

memenuhi semua kebutuhan petani untuk itu

diperlukan usaha penangkaran benih guna memenuhi

kebutuhan tersebut.

Penangkaran benih padi di Provinsi Riau

dilaksanakan di Kabupaten Indragiri Hilir seluas 50 ha,

di Kabupaten Rokan Hulu 50 ha, sedangkan untuk

kedelai dilaksanakan di Kabupaten Rokan Hulu seluas

25 ha dan Rokan Hilir seluas 25 ha.

5. Perluasan Areal Tanam Jagung dan Kedelai

Perluasan areal tanam jagung dan kedelai yang

selanjutnya disingkat PAT adalah perluasan areal

tanam jagung dan kedelai pada lahan-lahan yang

sebelumnya tidak pernah ditanami jagung dan kedelai

atau dulu pernah ditanami tetapi sekarang tidak

ditanami lagi (peningkatan IP) yang biasa dilakukan

pada lahan sawah beririgasi, sawah tadah hujan,

lahan pasang surut-rawa, lahan kering, lahan

perhutani dan lain-lain.

Kegiatan perluasan tanam jagung di Provinsi

Riau dilaksanakan di 9 (Sembilan) kabupaten dengan

luas 8,350 ha. Sedangkan untuk komoditas kedelai

dilaksanakan di 5 (lima) kabupaten dengan luas 780

ha.

6. Bantuan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB)

Kementerian Pertanian tahun ini mengupayakan

agar kebutuhan benih petani dapat dipenuhi dari

produksi petani sendiri sehingga petani mandiri

dalam kebutuhan benih yang dibutuhkanya.

Kebijakan ini sebagai tindaklanjut dari program

Presiden RI Joko Widodo yakni mewujudkan

kemandirian pangan.

Pada tahun 2015 ini, pemerintah membuat

program Seribu Desa Mandiri Benih agar petani dapat

memenuhi kebutuhan benihnya sendiri, tersebar di

seluruh daerah di Indonesia termasuk Provinsi Riau.

Desa yang mendapat program Seribu Desa

Mandiri Benih diutamakan pada desa yang belum

dapat memenuhi kebutuhan benihnya. Satu unit

kegiatan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB) adalah

membuat penangkaran benih seluas 10 ha dan diberi

belanja bantuan kegiatan sosial sebesar Rp 170

juta/unit. Biaya sebesar itu digunakan untuk

pengadaan sarana produksi, biaya sertifikasi benih,

pengadaan alat dan mesin pengolahan benih serta

pengemasan benih, pembangunan gudang

penyimpanan benih, dan pembuatan lantai jemur.

Selain itu dialokasikan anggaran untuk kegiatan

koordinasi, monitoring dan evaluasi agar kegiatan

tersebut berjalan dengan baik, dan terus

disempurnakan sehingga di lapangan akan diperoleh

hasil yang maksimal.

Bantuan Seribu Desa Mandiri Benih (SDMB)

untuk Provinsi Riau dilaksanakan di 8 (delapan)

kabupaten dengan luas 250 ha, 30 ha Kabupaten

Bengkalis, 70 ha Indragiri Hilir, 20 ha Indragiri Hulu,

20 ha Kampar, 30 ha Kepulauan Meranti, 10 ha

Pelalawan, 20 ha Rokan Hilir dan 50 ha di Kabupaten

Rokan Hulu.

7. Bantuan Benih Padi Inbrida

Salah satu upaya pencapaian sasaran produksi

tanaman pangan adalah melalui peningkatan

produktivitas, diantaranya dengan pengggunaan

benih varietas unggul bersertifikat. Hal ini sangat

terkait dengan penggunaan benih varietas unggul

bermutu. Penggunaan benih unggul bermutu yang

dibarengi dengan penerapan teknologi yang tepat

telah terbukti memberikan kontribusi dalam

Page 47: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

46 | P a g e

peningkatan produktivitas dan produksi tanaman

pangan.

Bantuan benih padi inbrida merupakan salah

satu langkah strategis Kementerian Pertanian dalam

peningkatan produktivitas pertanian, di Provinsi Riau

Bantuan benih padi inbrida dilaksanakan di 3 (tiga)

kabupaten yaitu Kabupaten Bengkalis 1,000 ha,

Indragiri Hulu 1,500 ha dan Rokan Hilir 907 ha dengan

total 3,407 ha.

8. Bantuan Alsintan Penanganan Pascapanen

Alat dan mesin pertanian mempunyai peran

yang strategis dalam pembangunan pertanian

diantaranya;

1) Proses lebih cepat, dengan mekanisasi, dapat

melaksanakan pengolahan lahan, panen dan

pasca panen dengan cepat. Apalagi saat ini perlu

peningkatan intensitas pertanaman untuk

mengejar peningkatan produksi.

2) Lebih efisien, kebutuhan ongkos (cost production)

lebih rendah dibandingkan secara tradisional atau

manual, baik untuk olah lahan maupun untuk

panen.

3) Menekan kehilangan hasil dan meningkatkan nilai

tambah, dengan menggunakan alsintan thresser

(perontok) yang efektif dapat

menekan/menurunkan kehilangan hasil.

4) Meningkatkan pendapatan. Mekanisasi pertanian

memberikan kontribusi untuk menurunkan biaya

produksi, meningkatnya hasil dan menurunnya

susut hasil, sehingga pada akhirnya akan

meningkatkan pendapatan usaha tani. Namun

pada dasarnya, keempat posisi strategis

mekanisasi itu menuntut prasyarat kelengkapan

dan kesiapan kelembagaan dan sumber daya

manusia sebagai pelaku pembangunan.

Bantuan Alsintan Penanganan Pascapanen yang

diberikan dalam kegiatan Upsus Pajale di Provinsi

Riau antara lain: 1) Combine Harvester Kecil, 2) Power

Tresher Multiguna, 3) Corn Sheller.

Gambar 20. Menteri Pertanian Menyerahkan

Bantuan Alsintan

9. Temu Lapang

Temu Lapang Upsus Pajale diadakan dalam

rangka menyampaikan informasi kepada petani

secara langsung mengenai kegiatan Upsus Pajale baik

berupa konsep dasar Upsus Pajale maupun teknologi

yang dibutuhkan untuk peningkatan produksi pajale

khususnya di Provinsi Riau serta umpan balik dari

petani.

Tujuan diadakannya temu lapang ini adalah:

1. Membuka kesempatan bagi petani untuk

mendapatkan informasi mengenai teknologi hasil

penelitian yang bisa diterapkan oleh petani dalam

mendukung Upsus Pajale.

2. Mendapatkan umpan balik secara langsung dari

petani terkait teknologi yang telah dihasilkan.

3. Menyalurkan teknologi dikalangan petani secara

cepat.

Temu lapang Upsus Pajale di Provinsi telah

dilaksanakan pada 4 (empat) kabupaten yaitu

Kabupaten Rokan Hulu, Kuantan Singingi, Siak dan

Bengkalis.

Page 48: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

47 | P a g e

Gambar 21. Kegiatan Temu Lapang UPSUS Pajale

Permasalahan dalam Pelaksanaan UPSUS Pajale

Permasalahan yang dihadapi dalam Pelaksanaan

Upsus Pajale di Provinsi Riau antara lain :

1. Akurasi data berupa Perbaikan Jaringan Irigasi

Tersier (PJIT), realisasi tanam, realisasi panen

sangat sulit dilakukan hal ini dikarenakan masih

kurangnya koordinasi anatara tim pusat, provinsi

maupun daerah serta sedikitnya tenaga penyuluh

lapangan yang ada di daerah.

2. Bencana asap yang melanda Provinsi Riau dalam

waktu yang cukup lama berakibat kepada

mundurnya waktu tanam sehingga target luas

tanam tidak dapat tercapai.

3. Belum adanya tanggul-tanggul khususnya untuk

daerah kepulauan di Provinsi Riau seperti

Kabupaten Kepulauan Meranti, dimana petani

sangat membutuhkan pembangunan tanggul agar

bisa menahan masuknya air asin ke tanaman

warga.

4. Kurang responnya masyarakat/petani terhadap

kegiatan Upsus Pajale, hal ini dikarenakan belum

adanya pasar yang jelas untuk komoditas pajale

tersebut. Harga jual petani tidak sesuai dengan

haga pasar, masih jauh dengan harga pasaran.

O. Pengembangan Usaha Agribisnis Perdesaan

(PUAP) Provinsi Riau

1. Latar Belakang

Kementerian Pertanian mulai tahun 2008 telah

melaksanakan program Pengembangan Usaha

Agribisnis Perdesaan (PUAP) yang dilaksanakan secara

terintegrasi dengan kegiatan Eselon I lingkup

Kementerian Pertanian maupun Kementerian/

Lembaga di bawah payung Program Nasional

Pemberdayaan Masyarakat Mandiri (PNPM-Mandiri).

PUAP difokuskan untuk mempercepat

pengembangan usaha ekonomi produktif yang

diusahakan petani di perdesaan.

Seperti kita ketahui, permasalahan mendasar

yang dihadapi petani saat ini adalah kurangnya akses

terhadap sumber permodalan, pasar dan teknologi,

serta masih lemahnya koordinasi dalam organisasi

tani. Untuk itu, program penanggulangan kemiskinan

merupakan bagian dari pelaksanaan Rencana

Pembangunan Jangka Panjang dan kesepakatan

global untuk mencapai Tujuan Pembangunan

Millenium (Millenium Development Goals, MDGs).

Dalam hal koordinasi pelaksanaan PUAP di

Kementerian Pertanian, MenteriPertanian

membentuk Tim PUAP Pusat untuk

mengkoordinasikanpelaksanaan PUAP Nasional.

PUAP merupakan bentuk fasilitasi bantuanmodal

usaha bagi petani anggota, baik petani pemilik, petani

penggarap,buruh tani maupun rumah tangga tani

yang dikoordinasikan olehGabungan Kelompok Tani

(Gapoktan). Gapoktan merupakan kelembagaantani

pelaksana PUAP untuk penyaluran bantuan modal

usaha bagi anggota. Untuk mencapai hasil yang

maksimal dalam pelaksanaan PUAP,

Gapoktandidampingi oleh tenaga Penyuluh

Pendamping dan Penyelia Mitra Tani(PMT). Melalui

pelaksanaan PUAP diharapkan Gapoktan dapat

menjadikelembagaan ekonomi yang dimiliki dan

dikelola oleh petani.

Page 49: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

48 | P a g e

Tujuan

1. Melaksanakan tugas kesekretariatan PUAP di

tingkat provinsi (administrasi, koordinasi,

notulensi, dokumentasi).

2. Mengkoordinasikan usulan Desa dan Gapoktan

calon penerima dana BLM PUAP 2015 dari

kabupaten/kota.

3. Melaksanakan verifikasi dokumen Gapoktan

penerima dana BLM PUAP 2015 sesuai usulan

tim teknis kabupaten (dokumen RUB dan

administrasi).

4. Melakukan pembinaan teknis, pendampingan,

pengendalian dan evaluasi monitoring teknis

kepada Gapoktan serta menyampaikan laporan

pelaksanaan PUAP.

5. Melakukan penyusunan Profil Gapoktan

penerima BLM PUAP.

Keluaran

1. Terlaksananya tugas kesekretariatan

(administrasi, koordinasi, notulensi,

dokumentasi).

2. Terlaksananya koordinasi/ konsultasi/

sosialisasi/ sinkronisasi/ workshop terkait

pelaksanaan PUAP.

3. Terlaksananya verifikasi dokumen RUB dan

administrasi Gapoktan penerima dana BLM

PUAP.

4. Terlaksananya kegiatan pembinaan teknis,

pendampingan, pengendalian dan evaluasi

monitoring evaluasi kepada Gapoktan serta

pelaporan pelaksanaan PUAP.

5. Terlaksananya pendampingan inovasi teknologi

pada Gapoktan

Manfaat

1. Operasional kegiatan program PUP lebih fokus,

efisien, efektif dan hasil akhir terukur

(kuantitatif).

2. Sasaran dan target tahunan dari program PUAP

2015 (pemberkasan GAPOKTAN PUAP 2015)

tercapai, sehingga petani PUAP mendapat

tambahan modal kerja dalam usahatani padi.

3. Mengetahi perkembangan gapoktan penerima

BLM PUAP dari tahun 2008-2014.

Ruang Lingkup

Ruang lingkup pelaksanaan PUAP pada tahun

2015 adalah sebagai berikut :

1. Pengelolaan administrasi kesekretariatan PUAP.

2. Melaksanakan atau ikut serta dalam koordinasi/

konsultasi/ sosialisasi/ sinkronisasi/ workshop

terkait pelaksanaan PUAP.

3. Verifikasi dokumen administrasi pengajuan dana

BLM PUAP Tingkat Provinsi Riau.

4. Evaluasi dan Monitoring pelaksanaan PUAP

5. Pendampingan inovasi teknologi

2. Hasil Pelaksanaan Kegiatan

1. Kesekretariatan PUAP

Kegiatan kesekretariatan dilakukan dari bulan

Januari 2015 yang pengelolaannya dilaksanakan oleh

Sekretariat PUAP Provinsi Riau yang berkedudukan di

BPTP Riau. Secara umum kegiatan kesekretariatan

yang dilaksanakan adalah:

1. Mengarsipkan dan menindaklanjuti disposisi

surat dari Kepala BPTP Riau atau dari Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau;

2. Merencanakan, melaksanakan dan notulensi

pertemuan rutin bulanan dengan PMT;

3. Menerima dan memberikan informasi maupun

konsultasi yang berkaitan dengan pelaksanaan

kegiatan PUAP baik kepada Gapoktan, Tim

Teknis dan stakeholder lainnya;

4. membantu melaksanakan kontrak kerja PMT

dengan PPK Pembinaan PMT, Direktorat

Pembiayaan Pertanian, Kementrian Pertanian;

5. membantu menyelesaikan pertanggungjawaban

BOP PMT; dan 6) Menyusunan data base PUAP

yang meliputi data dasar Gapoktan penerima

PUAP, Penyuluh Pendamping, PMT, laporan

hasil identifikasi potensi desa, data dasar desa,

RUB, dan RUA/RUK. Hasil pelaksanaan kegiatan

kesekretariatan PUAP Riau diuraikan sebagai

berikut:

a. Surat-surat yang masuk baik melalui surat,

faks maupun email berasal dari berbagai

sumber, yaitu dari instansi pusat,

kabupaten/kota lingkup Provinsi Riau dan

Gapoktan.

b. Merencanakan agenda dan melaksanakan

pertemuan rutin bulanan dengan PMT pada

awal bulan. Pada saat yang bersamaan

Page 50: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

49 | P a g e

dengan pertemuan PMT, juga dilakukan

pengumpulan laporan PMT berupa

perkembangan dana BLM PUAP dari Gapotan

peneriman PUAP tahun 2008-2013 dan

rencana kerja bulanan yang dilakukan PMT

dalam bentuk tercetak maupun softcopy

serta pengecekan laporan kerja bulanan

yang sudah dilakukan PMT yang ditulis dalam

bentuk logbook.

c. Pelayanan Konsultasi dari Tim Teknis

kabupaten/kota dan PMT

d. Kontrak Kerja PMT

Gambar 22. Rapat koordinasi PMT yang dilaksanakan

tiap bulan minggu I 2. Koordinasi/ Konsultasi/ Sosialisasi/ Konsolidasi/

Workshop terkait pelaksanaan PUAP

a. Koordinasi dan konsultasi Tingkat Kabupaten/

Kota, Provinsi dan Pusat

Koordinasi dan konsultasi pada tahun 2015

dilakukan untuk penyelesaian masalah

diantaranya berupa usulan gapoktan penerima

BLM-PUAP, kontrak kerja dan BOP PMT, evaluasi

kinerja PMT, verifikasi dokumen DNS PUAP,

pelaksanaan pertemuan rutin PMT, pertemuan

dengan tim teknis, laporan perkembangan dana

gapoktan penerima PUAP, pelaksanaan PUAP

dilapangan, dll. Koordinasi dan konsultasi

dilaksanakan melalui telepon, email, surat-

menyurat, pertemuan atau rapat, serta kunjungan

langsung.

b. Partisipasi dalam Sosialisasi/Konsolidasi/

Workshop

Selama tahun 2015, Penanggung PUAP Provinsi

Riau ikut berpartisipasi pada acara Evaluasi

Pelaksanaan PUAP tahun 2014, Pertemuan

Percepatan Pelaksanaan Program PUAP, Evaluasi

Kinerja Penyelia Mitra Tani (PMT),

c. Undangan sebagai narasumber

Dalam rangka pelatihan bagi pengurus gapoktan

di Kabupaten Indragiri Hulu, Pelatihan Lembaga

Keuangan Mikro Agribisnis (LKMA) di UPT

Pelatihan Dinas Pertnaian dan Peternakan Provinsi

Riau di Kabupaten Bengkalis, dan pertemuan dan

Evaluasi Pelaksanaan PUAPdi Badan Pelaksana

Penyuluhan Kecamatan Sungai Mandau

Kabupaten Siak.

3. Verifikasi Dokumen Administrasi Pengajuan

Dana BLM PUAP Pada tahun 2015 Kementerian Pertanian

mengeluarkan 5 Daftar Nominatif Sementara (DNS) untuk Provinsi Riau yang berjumlah 88 Gapoktan dan yang terverifikasi untuk selanjutnya dikirim ke Pusat sejumlah 56 Gapoktan. Tabel Rekapitulasiverifikasi DNS Provinsi Riau dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 31. Rekap Verifikasi DNS tahun 2015 Provinsi

Riau

NO KABUPATEN JUMLAH DNS

DNS LOLOS VERIFIKASI

SISA

1 Bengkalis 5 4 1

2 Indragiri Hulu 6 6 0

3 Kampar 11 10 1

4 Kep. Meranti 6 4 2

5 Kuantan Singingi

13 8 5

6 Pekanbaru 4 0 0

7 Pelalawan 2 2 0

8 Rokan Hilir 1 0 1

9 Siak 3 2 1

Jumlah 51 36 15

Page 51: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

50 | P a g e

4. Pendampingan dan Monitoring Evaluasi Pelaksanaan PUAP Pada tahun 2015 pendampingan dan monitoring

evaluasi dilaksanakan di beberapa Kabupaten di Provinsi Riau. Evaluasi yang dilaksanakan pada Gapoktan meliputi perkembangan dana, aset Gapoktan dan usaha produktif Gapoktan serta permasalahan yang muncul dalam Gapoktan selama pelaksanaan kegiatan PUAP di lapangan. Adapun hasil pendampingan dan monitoring evaluasi pelaksanaan PUAP adalah sebagai berikut :

a. Kabupaten Indragiri Hulu

Monitoring dilakukan pada Gapoktan Sejahtera

Jaya, yang terletak di Desa Gudang Batu Kecamatan

Lirik Kabupaten Indragiri Hulu. Pada Gapoktan ini

Simpanan wajib yang telah disepakati adalah Rp.

50.000,- sedangkan simpanan pokok adalah Rp. 5.000

per bulan. Untuk pinjaman kepada anggota dikenakan

jasa 1 % per bulan dalam jangka waktu 12 bulan

dengan maksimal pinjaman Rp. 5.000.000,-Usaha tani

dari Gapotan ini antara lain peternakan, hortikultura

dan usaha bakulan.

Gambar 23. Sekretariat Gapoktan Sejahtera Jaya

b. Kabupaten Rokan Hulu

Monitoring yang dilakukan di Kabupaten ini

adalah Gapoktan Tandun Jayadan Gapoktan Bakti

Mulya.

Gapoktan Tandun Jaya terletak di Desa Tandun

Kecamatan Tandun, yang merupakan penerima BLM

PUAP tahun 2010. Pada tahun berdiri Gapoktan ini

terdiri dari 2 poktan dan sekarang telah berkembang

menjadi 7 poktan dengan jumlah anggota 129

orang.Simpanan pokok dari Gapoktan : Rp. 20.000,-

yang mempunyai unit usaha otonom Saprodi (pupuk).

Pada saat identifikasi, perkembangan dana Gapoktan

ini berjumlah : RP. 151.682.000,-.

Gapoktan Bakti Mulyamerupakan penerima BLM

PUAP tahun 2008, dengan bidang usaha adalah

tanaman pangan (padi) dan perkebunan (sawit dan

karet), serta usaya simpan pinjam dan saprodi.

Jumlah kelompok tani pada Gapoktan ini adalah 13

poktan dari jumlah Gapoktan awal 8 Poktan dengan

jumlah anggota sekarang 276 orang.Simpanan pokok

pada Gapoktan ini Rp. 50.000,- dan simpanan wajib

Rp. 1.000,- perbulan. Jumlah pinjaman maximal Rp.

10.000.000 dengan jasa 1 % perbulan dalam jangka

waktu pengembalian 10 bulan.Pada waktu identifikasi

jumlah perkembangan dana pada Gapoktan ini adalah

: Rp. 236.300.000,-.

c. Kabupaten Bengkalis

Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini

adalah: Gapoktan Gemilang Jaya, Gapoktan Batin

Bertuah, Gapoktan Air Jernih.

Gapoktan Gemilang jaya terletak di Kelurahan

Gajah Sakti Kecamatan Mandau yang merupakan

penerima BLM PUAP tahun 2012, dengan jumlah 5

poktan. Usaha otonom dari Gapoktan ini adalah

Usaha Simpan pinjam yang mana maksimal pinjaman

berkisar 25 Juta dengan jasa 10 % per tahun. Sampai

saat ini jumlah perkembangan Dana Gapoktan Rp.

177.000.000. Untuk Simpanan pokok : Rp. 50.000

sedangkan untuk simpanan wajib : Rp. 5.000, Untuk

kelancaran pinjaman maka sesuai dengan

kesepakatan keterlambatan dalam pembayaran

dikenakan denda Rp. 1.000 per hari. Usaha tani

Gapoktan adalah tanaman pangan (ubi kayu, jagung,

talas), hortikultura (sayuran, cabe), peternakan

(kambing, itik dan ayam potong), perkebunan sawit

dan pengolahan hasil.

Gapoktan Batin Bertuah berdiri pada tahun 2011

dan menerima dana BLM PUAP tahun 2012 yang

terletak di Kelurahan Babussalam Kecamatan Mandau

Kabupaten Bengkalis. Terdapat 8 poktan yang

tergabung dalam gapoktan ini. Pada Gapoktan ini

Unit Usaha Otonomnya adalah Simpan Pinjam,

dengan simpanan pangkal sebesar : Rp. 50.000,-

simpanan pokok sebesar : Rp. 10.000,- dan simpanan

wajib sebesar Rp. 5.000,-. Jasa pada gapoktan ini 1 %

per bulan dengan jangka waktu pinjaman 1 – 2 tahun.

Sampai saat kunjungan perkembangan dana

Gapoktan Rp.142.428.900,- Bidang usaha gapoktan

adalah tanaman pangan (jagung, ubi rambat, ubi

kayu), peternakan itik dan pengolahan hasil (keripik,

telur asin, susu kedelai).

Gapoktan Air Jernihberdiri pada tahun 2013 dan

menerima dana BLM PUAP tahun 2014. Gapoktan ini

Page 52: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

51 | P a g e

terletak di Kelurahan Air Jamban Kecamatan

Mandau.Untuk pencairan sudah 100 % dengan

perkembangan dana Rp. 106.057.000. Usaha

gapoktan ini adalah peternakan ayam dan kelinci, dan

hortikultura (cabe, pepaya).

d. Kabupaten Kuantan Singingi

Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini

adalah: Gapoktan Anggrek, Gapoktan Tani Makmur.

Gapoktan Anggrek terletak di Desa Pasir Emas

Kecamatan Singingi Hilir Kabupaten Kuantan Singingi.

Gapoktan ini mempunyai 60 orang anggota yang

terdiri dari 4 (empat) Kelompok Tani , 3 (tiga)

Kelompok Tani Wanita dan 1 (satu) Kelompok Tani

Peternakan.Bidang usaha dari Gapoktan ini adalah

perkebunan, ternak, hortikultura, pemasaran Hasil

Pertanian.

Gapoktan Tani Makmur terletak di Desa Sunagi

Buluh Kecamatan Singingi Hilir, Kabupaten Kuantan

Singingi. Gapoktan ini sudah pernah di evaluasi pada

tahun sebelumnya, dan berdasarkan hasil evaluasi

tahun lalu,telah dikategorikan Gapoktan baik dan bisa

diarahkan untuk pembentukan LKMA. Usaha simpan

pinjam tergolong lancar, dengan jasa 1.25 per bulan,

dengan adanya sanksi Rp. 250,-/hari jika terjadi

tunggakan. Kelebihan dari gapoktan ini yaitu adanya

asuransi jiwa bagi peminjam dengan jumlah Rp.

75.000,-/pinjaman. Sehingga jika peminjam

meninggal dunia, maka uang pungutan asuransi

tersebut yang akan membayarkan. Untuk usaha

simpan pinjam, ditentukan simpanan pokok : 50.000

dan simpanan wajib Rp. 10.000,-, dengan maksimum

pinjaman adalah Rp. 5.000.000.

e. Kabupaten Indragiri Hilir

Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini

adalah: Gapoktan Papadan, Gapoktan Harapan Jaya.

Gapoktan Papadan merupakan Gapoktan

penerima dana BLM PUAP pada tahun 2011. Hingga

Desember 2015, jumlah anggota yang aktif hanya

berjumlah 19 orang dari 74 orang, dengan total asset

yang ada berjumlah Rp. 160.398.000,-. Ini termasuk

agunan yang disita pengurus dari anggota yang

menggunakan dana BLM berupa lahan kebun seluas 5

baris. Sisa dana gapoktan ini masih bergulir di

anggota Gapoktan dan Rp. 17.000.000,- berada di

tangan pengurus.

Gapoktan Harapan Jaya merupakan penerima

BLM PUAP tahun 2013 dan melakukan pencairan

pada tahun 2014. Gapoktan ini terletak di Desa

Simpang Jaya Kecamatan Batang Tuaka Kabupaten

Indragir Hilir, dengan jumlah anggota 115 orang

anggota yang terdiri dari 3 poktan. Usaha tani

gapoktan adalah tanaman pangan (padi), hortikultura

(nenas dan pisang), perkebunan (sawit dan pinang).

Untuk usaha simpan pinjam, simpanan pokok sebesar

Rp. 10.000,- dan simpanan wajib Rp. 1.000,-,

maksimal pinjaman sebesar Rp. 5.000.000,- dengan

jasa 1 ½ % per bulan dalam jangka waktu 10 bulan.

Pencairan pertama sebesar Rp.60.000.000,- sudah

didistribusikan kepada angota. Namun sampai saat ini

pengurus masih menunggu pengembalian dari

anggota baru sebelum menggulirkan pinjaman

berikutnya, karena adanya tunggakan anggota

sebesar Rp. 24.000.000,- yang disebabkan oleh gagal

panen.

f. Kabupaten Kampar

Gapoktan yang dievaluasi di kabupaten ini

adalah: Gapoktan Sarak Sikumbang, Gapoktan Ridho

Usaha.

Gapoktan Sarak Sikumbang merupakan

gapoktan penerima PUAP tahun 2011, dengan jumlah

anggota 96 orang yang terdiri dari 3 poktan. Usaha

dari gapoktan ini adalah kios saprodi, rice milling

mini, dan usaha simpan pinjam.

Gapoktan Ridho Usahamerupakan penerima

BLM PUAP tahun 2010 yang terletak di Desa Tapung

Makmur Kecamatan Tapung Hilir. Desa Tapung

Makmur didiami oleh 780 kepala keluarga dengan

topografi berupa areal sawah teknis seluas 20 hektar,

lahan berupa kebun dan ladang seluas 156 hektar,

tanah pekarangan seluas 200 hektar dan areal hutan

seluas 40 hektar. Potensi berupa ternak yaitu sapi 500

ekor, kambing 260 ekor, dan unggas yang terdiri atas

bebek dan ayam sebanyak 2.322 ekor. Umumnya

mata pencaharian penduduk adalah petani, buruh

tani, pedagang bakulan dan industri rumah tangga

berupa pembuatan tempe dan tahu.

Gapoktan Ridho Usaha berkewajiban

mengeluarkan simpanan pokok sebesar Rp 50.000,-

dan simpanan wajib sebanyak Rp. 5000,-. Sampai

dengan bulan Juni 2015 simpanan pokok dan

simpanan wajib yang bisa terhimpun adalah Rp.

Page 53: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

52 | P a g e

7.205.000,- , sedang simpanan sukarela hanya

sejumlah Rp. 210.000,- Dana PUAP sejumlah Rp.

100.000.000,- yang disusun berdasarkan RUA, sesuai

kesepakatan dikelola oleh unit LKM.

5. Pelaporan

Berdasarkan inventarisasi jumlah gapoktan yang

telah menerima BLM PUAP dari tahun 2008 – 2015

untuk Provinsi Riau adalah seperti pada tabel

32berikut ini.

Tabel 32. Inventarisasi Jumlah Gapoktan penerima

BLM PUAP Periode 2008-2015 di Provinsi

Riau

Dari laporan perkembangan dana Gapoktan

penerima BLM PUAP tahun 2008 – 2014 yang telah

diterima dari PMT sampai dengan laporan bulan

Desember 2015 dari seluruh kabupaten/kota di

Provinsi Riau serta setelah dilakukan rekapitulasi

diperoleh jumlah Gapoktan yang sudah menerima

BLM PUAP sebanyak 1379 Gapoktan/desa dengan

jumlah aset Rp. 155.373.101.606,- dari dana awal Rp.

137.926.000.000,-.

6. Pendampingan Inovasi Teknologi Bagi Gapoktan

Kegiatan pendampingan Teknologi Bagi

Gapoktan penerima BLM PUAP dilaksanakan dalam

bentuk pelatihan dan temu lapang. Kegiatan ini

bertujuan untuk menambah pengetahuan dan

keterampilan serta informasi bagi anggota Gapoktan

dalam melaksanakan usaha tani. Pada tahun 2015 ini

kegiatan pelatihan inovasi teknologi bagi Gapoktan

antara lain :

1. Pelatihan Pemanfaatan limbah Ternak untuk

Pembuatan Pupuk Organik

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 2

Oktober 2015 di SKB Kelurahan Pematang Rebah

Kecamatan Rengat Barat. Materi ini disampaikan oleh

Eka Novriandeni, S.Pt. Sebelum penyampaian materi

tentang inovasi teknologi juga disampaikan tentang

kebijakan PUAP tahun 2015 oleh Kepala BPTP Riau

(Prof. Dr. Ir. Masganti, MS) dan Administrasi dan

Pelaporan Keuangan Gapoktan yang disampaikan

oleh Viona Zulfia, S. TP.

Gambar 24. Pelatihan Pemanfaatan Limbah Ternak untuk Pembuatan Pupuk Organik

2. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Bagi

Gapoktan

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 28

Oktober 2015 di Sekretariat Gapoktan Fajar Indah, jl.

Sekapur Sirih Kota Pekanbaru.

Gambar 25. Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik

3. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati

Pelatihan ini dilaksanakan pada tanggal 17

November 2015 di Sekretariat Gapoktan Rejosari

Indah Kota Pekanbaru.

Gambar 26. Pelatihan Pembuatan Pestisida Nabati

3. Kesimpulan

1. Kegiatan administrasi dan kesekretariatan PUAP

tahun 2015 berjalan lancar. Telah dilakukan 9

Page 54: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

53 | P a g e

(Sembilan) kali pertemuan koordinasi bersama

PMT dan 2 (dua) kali pertemuan dengan Tim

Teknis Kabupaten.

2. Jumlah PMT pada tahun 2015 adalah 38 orang

terdiri dari PMT perpanjangan kontrak kerja

sejumlah 33 orang dan PMT Peralihan Antar

Waktu (PAW) sebanyak 5 orang. Evaluasi Kinerja

PMT tahun 2015 35 orang PMT diperpanjang

kontraknya, 1 (orang) PMT mengundurkan diri

dan 2 (dua) orang PMT tidak diperpanjang

kontraknya.

3. Jumlah Gapoktan penerima dan BLM PUAP hasil

verifikasi tahun 2015 sejumlah 36 Gapoktan dari

51 Daftar Nominatif Sementara(DNS) untuk

Provinsi Riau.

4. Jumlah perkembangan dana sesuai laporan PMT

sampai dengan bulan Desember 2015 dari 1379

Gapoktan penerima BLM PUAP pada tahun 2008-

2014 di Provinsi Riau mencapai Rp.

155.373.101.606,-, meningkat 12,65 % dari dana

awal.

5. Pendampingan dan monitoring evaluasi

dilaksanakan ke Gapoktan penerima BLM PUAP di

Siak, Indragiri Hulu, Kabupaten Kuantan Singingi,

Rokan Hulu, Bengkalis,Indragiri Hilir dan

Kepulauan Meranti.

Saran

1. Pertemuan antara Tim Teknis Kabupaten/Kota

dengan Tim Pembina PUAP Tingkat Provinsi untuk

tahun-tahun berikutnya perlu dilaksanakan secara

rutin 2 (dua) kali dalam setahun.

2. Perlu di cek lagi jumlah Gapoktan penerima BLM

PUAP untuk Provinsi Riau, karena terdapat

perbedaan antara database Gapoktan PUAP dari

Pusat dengan jumlah Gapoktan yang dilaporkan

oleh PMT /Tim Teknis Kabupaten / kota.

DISEMINASIINOVASI TEKNOLOGI HASIL PENGKAJIAN SPESIFIK

LOKASI

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Riau sebagai penyelenggara fungsi inventarisasi dan

identifikasi kebutuhan teknologi tepat guna spesifik

lokasi, penelitian, pengkajian dan perakitan teknologi

pertanian spesifik lokasi serta penyiapan paket

teknologi hasil pengkajian dan bahan untuk

penyusunan materi penyuluhan pertanian, berusaha

mendekatkan hasil penelitian kepada pengguna

teknologi sehingga teknologi tersebut dapat

bermanfaat melalui program diseminasi. Agar hasil

penelitian dapat dimanfaatkan oleh pengguna

teknologi, hasil-hasil penelitian dari balai penelitian

komoditas di tingkat wilayah, harus dilakukan

verifikasi dan adaptasi untuk mendapatkan teknologi

spesifik lokasi sesuai dengan karakteristik agroekologi

dan sosial ekonomi setempat.

Pada Tahun Anggaran 2015, BPTP Riau

melaksanakan jenis kegiatan diseminasi, meliputi 1)

Temu Teknis hasil Litkaji, 2) Temu Aplikasi Teknologi

Pertanian, 3) Dialog Interaktif, 4) Pameran/Expo,

5)Pemutaran Film Diseminasi, 6) Taman Agroinovasi,

dan 7) Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari

(KRPL).

A. Temu Teknis Hasil Litkaji

Pada tahun Anggaran 2015 BPTP Riau telah

melaksanakan kegiatan Temu Teknis Litkaji sebanyak

3 (tiga) kali yaitu :

1. Temu Teknis hasil Litkaji Pengelolaan Lahan

Gambut Terdegradasi

Temu teknis ini dilaksanakan di UPTD Desa Bina

Maju Kecamatan Rangsang Barat pada tanggal

12 s.d. 14 Juni 2015. Acara ini dibuka oleh

Kepala Dinas Pertanian, Peternakan dan

Ketahanan Pangan Kabupaten Kepulauan

Meranti. Adapun yang menjadi narasumber

pada kegiatan ini antara lain :

1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS yang

menyampaikan Peluang Pengembangan

Lahan Gambut yang tergedrasi di Kepulauan

Meranti

2) Dr. Ir. Khairil Anwar, M. S yang

menyampaikan materi Pengelolaan Tata Air

di Lahan Pasang Surut.

3) Ir. Dahyar Nazmi, M. S yang menyampaikan

materi tentang Pengelolaan Lahan Gambut

Terdegradasi.

Page 55: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

54 | P a g e

Gambar 27. Temu Teknis Pengelolaan Lahan Gambut

Terdegradasi di Kep. Meranti

2. Temu Teknis Hasil Litkaji Pemilihan pakan Ternak

Sapi yang Berkualitas

Kegiatan ini Dilaksanakan di Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar pada

tanggal 16 s.d. 17 Juni 2015. Yang menjadi

narasumber pada kegiatan ini antara lain :

1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS yang menyampaikan

materi Peluang Pengembangan Ternak di

Provinsi Riau.

2) Kepala Dinas Peternakan Kabupaten Kampar

yang menyampaikan materi tentang Kebijakan

Pengembangan Peternakan di Kabupaten

Kampar.

3) Dwi Sisri Yeni, S. Pt, M. Si menyampaikan

materi tentang Pemilihan Pakan Ternak Sapi

yang Berkualitas

Gambar 28. Temu Teknis Hasil Litkaji Pemilihan Pakan Sapi Berkualitas

3. Temu Teknis Hasil Litkaji Budidaya Bawang Merah

Kegiatan ini Dilaksanakan di Dinas Tanaman

Pangan dan Hortikultura Kabupaten Kampar pada

tanggal 04 s.d. 05 Agustus 2015. Acara ini dibuka

oleh Kepala Dinas Tanaman Pangan dan

Hortikultura Kabupaten Kampar (Ir. Hendri

Dunant). Sedangkan yang menjadi Narasumber

pada kegiatan temu Teknis Hasil Litkaji ini antara

lain :

1) Prof. Dr. Ir. Masganti, MS

2) Sri Swastika, SP yang menyampaikan materi

Budidaya Bawang Merah Dataran Rendah

3) Suhendri, SP yang menyampaikan materi

Hama dan Penyakit yang Utama pada

Budidaya Bawang Merah

B. Temu Aplikasi Teknologi Pertanian Pada TA. 2015 BPTP Riau telah melaksanakan

kegiatan Aplikasi Teknologi Pertanian sebanyak 3

(tiga) kali dengan uraian sebagai berikut :

1. Temu Aplikasi Pembuatan Pestisida Nabati di

Kabupaten Rokan Hulu

Kegiatan ini dilaksanakan pada tanggal 26 s.d. 28

Mei 2015 di Desa Masda Makmur Kecamatan

Rambah Kabupaten Rokan Hulu. Adapun yang

menyampaikan materi pada kegiatan ini antara

lain :

1) Umzakirman, SP dari Dinas Tamanan Pangan

dan Hortikultura Kabupaten Rokan Hulu yang

menyampaikan Kebijakan Pertanian di

Kabupaten Rokan Hulu.

2) Sri Swastika, SP yang menyampaikan materi

tentang Hama dan Penyakit Tanaman Pangan

3) Rachmiwati Yusuf, S. Pi, M. Si yang

menyampaikan materi tentang Pembuatan

Pestisida Nabati

Gambar 29. Penyampaian materi dan peserta Temu Aplikasi Pembuatan Pestisida Nabati

di Kabupaten Rokan Hulu

Page 56: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

55 | P a g e

Gambar 30. Praktek Pembuatan Pestisida Nabati

2. Temu Aplikasi Pengenalan dan Pengendalian

OPT Padi di Kepulauan Meranti.

Kegiatan ini dilaksanakan di Desa Bina Maju

Kecamatan Rangsang Barat Kabupaten

Kepulauan Meranti pada tanggal 03 – 05

Agustus 2015. Adapun narasumber dari Temu

Aplikasi ini berasal dari PHP yang berasal dari

UPT Perlindungan Tanaman Pangan dan

Hortikultura Provinsi Riau dan Peneliti dari Balai

Peramalan Organisme Penggangu Tanaman

Dirjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian,

sebagai berikut :

1) Indra Fuadi, SP, MP

2) Ir. Lili Retno Wati

3) Yadi Kusmayadi, SP

Gambar 31. Penyampaian materi pada Temu Aplikasi

Teknologi di Kabupaten Kepulauan Meranti

c. Temu Aplikasi Pembuatan Agen Hayati di

Kabupaten Rokan Hulu Temu Aplikasi ini dilaksanakan pada tanggal 07

s.d 09 Agustus 2015 yang berlokasi di

Kecamatan Rambah Kabupaten Rokan Hulu.

Adapun Narasumber dari kegiatan temu Aplikasi

ini adalah dari Balai Besar Peramalan Organisme

Pengganggu Tumbuhan (BBPOPT) Jatisari antara

lain :

1) Kepala UPTD Kecamatan Rambah Samo

2) Ir. M. Antulat T

3) Ir. Bagaskoro S. Wibowo

Sebelum dilakukan praktek aplikasi pembuatan

Agen Hayati, terlebih dahulu dilaksanakan

kunjungan lapangan (Sawah), untuk

mengidentifikasi hama dan penyakit tanaman

padi yang ada di sawah Kecamatan Rambah

Samo.

Gambar 32. Identifikasi hama dan penyakit tanaman

Padi di Desa Rambah Samo Kecamatan Rambah

Kabupaten Rokan Hulu

Gambar 33. Penyampaian materi oleh narasumber dan

praktek pembuatan agen hayati

C. Dialog Interaktif

Kegiatan yang telah dilakukan dalam

pelaksanaan dialog interaktif ini meliputi :

a. Penyiapan materi dialog dengan cara melakukan

identifikasi kebutuhan informasi/ teknologi di

tingkat pengguna informasi/teknologi.

Identifikasi dilakukan melalui surat menyurat

maupun wawancara langsung di lapangan

ataupun dengan cara memanfaatkan forum

pertemuan resmi seperti Sekolah Lapang dan

Rapat Teknis baik di tingkat provinsi maupun

kabupaten.

b. Melaksanakan shooting untuk film prolog

sebelum dialog interaktif yang bertemakan

tentang Kegiatan Upaya Khusus Padi Jagung

Kedelai. Kegiatan meliputi : Pengambilan video

di beberapa kabupaten di Provinsi Riau yang

meliputi rangkaian kegiatan untuk mendukung

USPUS Pajale ini seperti Kunjungan Menteri

Page 57: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

56 | P a g e

Pertanian ke Kabupaten Siak dan Meranti pada

Bulan Maret 2015, rapat koordinasi di Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau, dll.

c. Berkoordinasi dengan RTV untuk menetapkan

jadwal dialog interaktif dengan agenda

penayangan.

d. Penetapan narasumber untuk dialog Interaktif :

1. Ir. Mukti Sardjono, MSc., Staf Ahli Menteri

Pertanian bidang Lingkungan

2. Drs. Zaliani Arif Syah, Kepala Dinas Pertanian

dan Peternakan PRovinsi Riau

3. Prof. Dr. Ir. Masganti, MS, Kepala BPTP Riau

4. Drh. Askardya R Patrianov, Sekretaris

Bakorluh Provinsi Riau

e. Pelaksanaan Dialog Interaktif

Dialog dengan tema Upaya Khusus Peningkatan

Produksi Padi Jagung dan Kedelai dilaksanakan

pada tanggal 09 April 2015 di Stasiun RTV Riau.

JL. HR Soebrantas KM 10,5 Pekanbaru.

Gambar 34. Pelaksanaan Dialog Interaktif dengan Tema UPSUS Pajale

D. Pameran dan Expo

Pada Tahun Anggaran 2015, Pameran dan Expo

diagendakan sebanyak 2(dua) kali, dengan mengikuti

agenda Badan Litbang Pertanian dan Kementerian

Pertanian serta disesuaikan dengan materi dan topik

yang tersedia. Namun, telah terlaksana lebih dari 2

(dua) kali dengan rincian sebagai berikut :

a. Expo Upsus Pajale, dilaksanakan di Gedung

Daerah jl Dipenogoro Pekanbaru pada tanggal

27 Januari 2015.

b. Expo BPTP Riau pada Car Free Day yang

dilaksanakan di Jl . Diponegoro Pekanbaru pada

tanggal 16 Agustus 2015

c. Peringatan HPS Nasional, dilaksanakan di Sport

City Jakabaring Palembang pada tanggal 17 s.d.

20 Oktober 2015.

d. Peringatan HPS Tingkat Kabupaten yang

dilaksanakan Pelalawan pada tanggal 26

Oktober 2015.

e. Riau Expo, dilaksanakan pada tanggal di SKA Co

Ex, pada tanggal 26 Oktober s.d. 01 November

2015.

f. Peringatan HPS tingkat Provinsi yang

dilaksanakan di Lapangan Gedung Daerah

Provinsi Riau pada tanggal 11 Desember 2015

g. Gelar Teknologi Pertanian Modern di BB

Sukamandi pada tanggal 20 Oktober 2015.

a. Kegiatan Expo Upaya Khusus Padi, Jagung dan

Kedelai

Pada tahun 2015, salah satu kegiatan strategis

dari Kementerian Pertanian adalah Upaya Khusus

peningkatan produksi Padi, Jagung dan Kedelai. Untuk

mesinkronkan kegiatan ini, Rapat Koordinasi lingkup

dinas Pertanian dan TNI cukup intensif dilaksanakan,

salah satunya adalah Rapat koordinasi yang

dilaksanakan di Gedung Daerah (Serindit) jl.

Diponegoro, Pekanbaru, yang dilaksanakan pada

tanggal 27 Januari 2015.

Untuk mensukseskan program tersebut, BPTP

Riau yang merupakan perpanjangan tangan dari

Badan Litbang Pertanian ikut berpartisipasi dalam

menampilkan teknologi yang dapat diterapkan pada

kegiatan peningkatan Produksi jagung dan kedelai

tersebut.

Pada kesempatan ini, BPTP menampilkan

beberapa varietas benih yang merupakan Varietas

Unggul Baru yang dapat meningkatkan produksi Padi,

Jagung dan Kedelai.

Gambar 35. Expo BPTP Riau pada Rapat Koordinasi UPSUS Pajale

Page 58: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

57 | P a g e

b. Kegiatan Expo BPTP Riau pada Car Free Day

BPTP Riau melaksanakan terobosan baru dalam

rangka meningkatkan proses desiminasi hasil-hasil

pengkajian para peneliti yaitu dengan mengadakan

expo di acara car free day yang dilaksanakan

Pemerintah Kota Pekanbaru pada hari Minggu

tanggal 16 Agustus 2015 di Jalan Diponegoro Kota

Pekanbaru.

Kegiatan tersebut adalah kegiatan yang pertama

kali diikuti oleh BPTP Riau dan mendapat respon

positif dari warga Kota Pekanbaru yang hadir dalam

acara tersebut. Pada kegiatan tersebut, stand BPTP

menampilkan tema “Mari Ciptakan Hidup Sehat

Dengan Tanaman Organik di Lahan Pekarangan”

dengan menampilkan tanaman-tanaman organik hasil

kreatifitas para pegawai yang tentunya sangat mudah

untuk diaplikasikan di lahan pekarangan kita masing-

masing. Tanaman-tanaman tersebut laris dibeli

pangunjung. Selain tanaman, stand BPTP juga

menjual minuman segar alami berbahan Jeruk

Sunkist.

Pada kesempatan ini, Stand BPTP juga

memberikan konsultasi gratis tentang hewan

peliharaan, baik perawatan maupun pengobatan

terhadap penyakit yang diderita hewan peliharaan,

dengan menghadirkan tenaga ahli dari peneliti BPTP

Riau drh. Winda Syafitri yang mendapat respon positif

dari para pengunjung.

Kepala BPTP Riau Prof.Dr.Ir. Masganti, M.S. yang

menghadiri acara expo memberikan apresiasi yang

tinggi terhadap pencetus dan semua yang terlibat

pada pelaksanaan ekspose tersebut. Beliau

menghimbau kiranya kegiatan ini dapat terus

berlanjut dan menjadi kegiatan rutin satu kali dalam

sebulan.

Gambar 36. Expo BPTP Riau pada Car Free Day

c. Peringatan HPS Nasional

Hari Pangan Sedunia yang ke 35 dilaksanakan di

Jakabaring Sport City mulai dari tanggal 17 s.d. 20

Oktober 2015. Acara ini dibuka oleh Sekretaris

Jenderal Kementerian Pertanian dengan tema

Pemberdayaan Petani sebagai Penggerak Ekonomi

Menuju Kedaulatan Pangan.

Rangkaian kegiatan pada peringatan HPS

tersebut antara lain : Pemberdayaan masyarakat,

gelar teknologi, perlombaan, wisata edukasi,

pameran dan bazar. Selain itu ada juga penghargaan

yang diberikan kepada peneliti, perekayasa, penyuluh

dan mitra pertanian yang mengembangkan inovasi

dan teknologi tujuh komoditas strategis (padi, jagung,

kedelai, daging, gula, bawang merah dan cabai).

Pada gelar teknologi menampilkan penemuan

varietas baru berumur pendek, inovasi cara

penanaman, pemeliharaan, teknologi panen dan

pascapanen serta pengolahan hasil dan

pemasarannya. Lokasi gelar teknoloi ditata dan diisi

dengan aneka tanaman hortikultura hingga tanaman

obat. selain itu ditampilkan juga teknik bertanam di

lahan sempit dengan konsep wall garden, hidroponik

hingga tabulapot.

Gambar 37. Gelar Teknologi Pertanian pada HPS Nasional di Palembang

Salahsatu perlombaan yang diadakan pada

peringatan HPS ini adalah Lomba Cipta Menu, dimana

Provinsi Riau berhasil meraih juara I pada lomba ini

dengan Sagu sebagai bahan untuk lomba cipta menu

tersebut.

Pada kegiatan tersebut, stand pameran sebagian

besar diisi oleh Instansi pemerintah baik pusat

maupun daerah serta perusahaan swasta. Berbagai

produk-produk olahan, komoditas unggulan,

teknologi dan inovasi ditampilkan pada stand

tersebut. Seluruh Unit Eselon I Kementerian

Pertanian, termasuk Badan Litbang Pertanian, ikut

sertadalam pameran tersebut.

Page 59: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

58 | P a g e

Gambar 38. Stand Pameran pada Peringatan HPS di Palembang

d. HPS Tingkat Kabupaten

Kabupaten Pelalawan mengadakan kegiatan

Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 35 tahun 2015 pada

tanggal 26 Oktober 2015 bertempat di lapangan Bola

Abdul Rahman Desa Kuala Panduk, Kecamatan Teluk

Meranti. Kegiatan ini dibuka oleh Bupati Pelalawan

HM. Harris, yang diadakan oleh Badan Ketahanan

Pangan Kabupaten Pelalawan. Pada kegiatan

tersebut, turut hadir Kepala BPTP Riau, Dandim 0313,

Kepala Dinas/ Badan/ Kantor, Camat dan

Forkompinda dilingkungan Pemerintah Kabupaten

Pelalawan. Adapun tema dari peringatan HPS Tingkat

Kabupaten Pelalawan ini adalah “Pemberdayaan

Petani sebagai penggerak Ekonomi Menuju

Kedaulatan Pangan dan Mewujudkan Pelalawan

Makmur”.

Bupati HM.Harris dalam sambutannya

menyampaikan bahwa melalui kegiatan HPS

ini,masyarakat diharapkan mampu menciptakan

ketahanan pangan untuk peningkatan kesejahteraan,

mampu memanfaatkan kesempatan dengan

masuknya investor khususnya di Kabupaten

Pelalawan. Selain itu dihimbau pula agar masyarakat

dapat mandiri, lebih proaktif, dan tidak sungkan

untuk menyampaikan pendapat. Hal ini sesuai dengan

visi Kabupaten Pelalawan, diantaranya Pelalawan

Sehat, Pendidikan Gratis, Teknopolitan, dan lain

sebagainya. Hal ini merupakan langkah-langkah

persiapan untuk menghadapi arus globalisasi.

Pada kesempatan itu, Direktur Utama RAPP

menyampaikan salah satu program yang diusung

perusahaan dalam mendukung kedaulatan pangan

yakni melalui program Desa Bebas Api di mana salah

satunya dengan pembukaan lahan tanpa bakar

sehingga kegiatan pertanian masyarakat bisa tetap

dijalankan tanpa merusak lingkungan. Selain itu

dilaksanakan pemberian penghargaan 100 juta rupiah

bagi desa yang dapat menghindari wilayahnya dari

kebakaran. Desa Kuala Panduk berhak atas hadiah

100 juta tersebut, karena desa ini dianggap mampu

mengelola wilayahnya dengan baik. Hal ini terlihat

pengamatan dari bulan Agustus hingga Oktober

bahwa desa tersebut bebas bencana kebakaran

hutan.

Bupati juga memberikan penghargaan dan

bantuan kepada insan-insan pertanian di kabupaten

pelalawan yaitu bagi penyuluh terbaik, BP3KP terbaik,

bantuan benih dll bagi petani.

Gambar 39. Peringatan HPS Tingkat Kabupaten Pelalawan

Usai memberikan sambutan, Bupati didampingi

Direktur RAPP, Kepala BPTP Riau, Dandim dan

rombongan menuju lahan pertanian Desa Bebas Api

untuk melakukan penanaman perdana dan simbolik

yang menandai dimulainya proses pertanian padi di

lahan gambut tersebut.

Gambar 40. Simbolis Tanam Perdana di Lahan Gambut

e. Riau Expo di Pekanbaru

Pergelaran event tahunan Riau Expo 2015,

dalam menyambut Sempena HUT Ke - 58 Provinsi

Riau yang diselenggarakan pada tanggal 26 Oktober

hingga 1 November 2015 di Grand Ballroom Co, Ex

Mall Ska, dibuka langsung oleh Pelaksana Tugas Plt.

Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rachman.

Melalui Riau Expo 2015 ini, Pemerintah

bermaksud untuk mempromosikan dan

menginformasikan potensi dan peluang investasi

terkait produk dan jasa, khususnya produk dan jasa

Page 60: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

59 | P a g e

kreatif unggulan yang dimiliki oleh Pemerintah

Provinsi Riau, Kabupaten/Kota, serta kalangan dunia

usaha, termasuk UMKM dan Koperasi, kepada

kalangan investor potensial dari dalam dan luar

negeri. Hal ini telah kita buktikan melalui pameran

terbesar di Asia China ASEAN Expo 2015 pada bulan

September lalu. Delegasi dari Indonesia yang diwakili

oleh Tim Delegasi Provinsi Riau berhasil meraih “The

Best Performance”, dengan memperkenalkan

potensi-potensi yang ada di Bumi Melayu ini untuk

menarik investor luar negeri untuk masuk ke Provinsi

Riau.

Peserta yang berpartisipasi dalam kegiatan

tersebut sekitar 159 stand pameran, yang terdiri dari

semua Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Provinsi

Riau, Pemerintah Kabupaten dan Kota di Riau,

perusahaan minyak dan Gas (Chevron dan SKK), PT

Riau Andalan Pulp & Paper dan PT Indah Kiat Pulp &

Paper, Lembaga Perbankan, rumah Sakit, Badan

Usaha Milik Negara dan Badan Usaha Milik Daerah,

properti, perusahaan alat kesehatan, perusahaan

kecantikan, perhiasan, survenir, barang kerajinan,

perusahaan Televisi berlangganan dan lain-lain.

BPTP Riau bekerjasama dengan Dinas

Pertanian dan Peternakan Provinsi Riau juga

berpartisipasi pada pagelaran Riau Expo ini dengan

menampilkan produk-produk hasil pengkajian baik

berupa leaflet, produk olahan dan lainnya.

Gambar 41. Produk Hasil Pengkajian yang Dipamerkan pada

Pagelaran Riau Expo

f. HPS Tingkat Provinsi Riau

Hari Pangan Sedunia Tingkat Provinsi

dilaksanakan di Lapangan Gedung Daerah Provinsi

Riau pada tanggal 11 Desember 2015. Peringatan HPS

yang ke 35 Provinsi Riau dihadiri oleh plt. Gubernur

Provinsi Riau (Arsyadjuliandi Rachman) beserta Ibu

Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Riau dan Dinas-

dinas terkait dengan Ketahan Pangan lingkup Provinsi

Riau.

Gambar 42. Peringatan HPS ke 35 Tingkat Provinsi Riau

E. Gelar Teknologi Pertanian Modern

Gelar teknologi pertanian modern dalam rangka

memperingati kinerja satu tahun pembangunan

pertanian kabinet kerja dengan tema Modernisasi

Pertanian Untuk Swasembada Pangan yang

dilaksanakan di Desa Gardu Mukti, Kecamatan

Tambakdahan Kabupaten Subang, Jawa Barat pada

tanggal 20 Oktober 2015. Pada kesempatan ini,

kabinet kerja menteri pertanian menyampaikan

bahwa :

1) Produksi pangan strategis meningkat tinggi

2) Pengendalian rekomendasi impor menghemat

devisa

3) Bangkitnya modernisasi pertanian

4) Bangkitnya investasi disektor pertanian dan

kinerja pertanian sesuai dengan target

Gambar 43. Peringatan Gelar Teknologi Pertanian Modern

F. Pemutaran Film Diseminasi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP)

Riau mengadakan pemutaran film Diseminasi

pertanian yang dilaksanakan di 2 (dua) Kabupaten

yaitu :

a. Kabupaten Siak

Dilaksanakan pada tanggal 04 – 05 Juni 2015 di

Desa Bungaraya Kecamatan Bungaraya

Page 61: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

60 | P a g e

Kabupaten Siak. Film diseminasi yang diputar

pada lokasi ini antara lain berjudul :

1) Pengendalian Hama Tikus

2) Budidaya Jagung di lahan Gambut

3) Teknis Budidaya Padi

4) Pengendalian Penyakit Blast

Disamping itu juga ditayangkan film hiburan

dengan judul Batas dan Badik Titipan Ayah.

Gambar 44. Pemutaran Film Diseminasi di Desa Bungaraya,

Kecamatan Bungaraya Kabupaten Siak

b. Kabupaten Kepulauan Meranti

Kegiatan dilaksanakan pada tanggal 14 s.d. 16

Juni 2015 di Desa Bina Maju Kecamatan

Rangsang Barat Kabupaten Kepulauan Meranti.

Film diseminasi yang diputar pada lokasi ini

antara lain berjudul :

1) Pengendalian Hama Tikus

2) Budidaya Jagung di lahan Gambut

3) Teknis Budidaya Padi

4) Pengendalian Penyakit Blast

Gambar 45. Pemutaran Film Diseminasi di Kabupaten

Kepulauan Meranti

G. Taman Agroinovasi

Pada tahun anggaran 2015, kegiatan yang

dilaksanakan pada Taman Agroinovasi ini antara lain :

a. Terbangun dan terpeliharanya satu paket taman

agroinovasi di lingkungan BPTP Riau

b. Terlaksananya layanan dan konsultasi teknologi

pertanian di taman agroinovasi

c. Terlaksananya diseminasi teknologi inovasi

pertanian dalam bentuk taman agroinovasi

Kegiatan yang dilaksanakan pada tanaman

agroinovasi antara lain :

1) Pembangunan Saung/ Gazebo

2) Pembuatan Kursi taman

3) Gapura Taman Agroinovasi

4) Kawat Rambatan Tanaman

5) Pembenahan taman/halaman kantor

6) Pembuatan Kolam Ikan

Gambar 46. Pembuatan Taman Agroinovasi

H. Pendampingan Kawasan Rumah Pangan Lestari

Kegiatan Pendampingan Kawasan Rumah

Pangan (KRPL) pada tahun 2015 yang telah

dilaksanakan terdiri dari :

a. Pendampingan dan pembinaan KRPL ke

kabupaten/kota

Pendampingan dan pembinaan yang

dilaksanakan berupa Pelatihan, antara lain

dilaksanakan di :

1) Pelatihan pembuatan Nutriant Film Technic

(NFT)

Peserta dari Pelatihan ini adalah anggota

Tentara Nasional Indonesia (TNI)

Page 62: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

61 | P a g e

2) Pelatihan Pemanfaatan Lahan Pekarangan

Sempit dengan Tanaman Hidroponik

Gambar 47. Pelatihan KRPL di Pekanbaru

Gambar 48. Pelatihan Budidaya Tanaman Hidroponik di

SMP 21 Pekanbaru

3) Pelatihan KRPL di Kabupaten Kepulauan

Meranti

Gambar 49. Pelatihan KRPL di Kabupaten Kepulauan

Meranti

b. Pengembangan KBI

Pada tahun 2015, Kebun Bibit Induk (KBI) BPTP

Riau direnovasi melalui perbaikan beberapa bagunan

yang telah rusak. Pembibitan tanaman yang

dilaksanakan pada tahun 2015 antara lain:

1) Bibit cabe. Bibit dimasukkan ke dalam tempat

pembibitan dari polibag kecil ataupun dari daun

pisang yang dibuat seperti polibag dan diisi

dengan tanah.

2) Bibit sayuran seperti Pakchoi, sawi, seledri dan

lain-lain. Bibit disemaikan dulu pada napan yang

telah diisi dengan media cocopit, untuk benih ini

baru bisa dipindahkan bila berumur 10-15 hari

dengan ketinggian 10 cm.

3) Perbanyakan tanaman rimpang, seperti Kunyit,

jahe, lengkuas , dll.

Gambar 50. Kegiatan pada KBI BPTP Riau

Gambar 51. Pengunjung yang Membeli Bibit Tanaman dari KBI

PERMASALAHAN DAN UPAYATINDAK LANJUT

Suksesnya pelaksanaan tugas dan fungsi Balai

tergantung pada kesuksesan setiap

pegawai/karyawan melaksanakan tugas-tugasnya.

Untuk mencapai kinerja yang optimal, berbagai

aktivitas pegawai seyogyanya dilengkapi dengan

sarana dan prasarana yang memadai. Harus diakui,

kelengkapan dan optimalnya fungsi setiap

sarana/prasarana merupakan faktor yang sangat

penting dalam mewujudkan kinerja aparat yang

bermutu tinggi, cepat, tepat dan dapat

dipertanggungjawabkan. Khusus di BPTP Riau,

keterbatasan sarana/prasarana masih merupakan

faktor penghambat yang sangat destruktif terhadap

kinerja karyawan terutama dalam optimalisasi jam

kerja dan semangat kerja. Masalah yang utama

adalah:

Page 63: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

62 | P a g e

1. Kebakaran Lahan dan Hutan

Bergesernya musim tanam dikarenakan adanya

kebakaran hutan di wilayah Provinsi Riau yang

mengakibatkan bencana kabut asap yang

berkepanjangan.

2. Kebun Percobaan

BPTP Riau termasuk BPTP yang tidak memiliki

kebun percobaan sehingga tidak ada lokasi untuk

dijadikan “show window” nya Badan Litbang di

daerah. Penelitipun kesulitan melakukan

penelitian karena ketiadaan kebun percobaan ini.

3. Keterbatasan daya listrik

Walaupun tahun 2015 sudah diadakan

penambahan daya listrik, namun pelaksanaannya

adalah pada akhir tahun, sehingga dari awal

hingga pertengahan tahun 2015 masih terjadi

ketidakstabilan arus listrik.

4. Laboratorium

Pada tahun 2015 beberapa alat laboratorium

mengalami kerusakan sehingga kegiatan analisis

di BPTP Riau tidak dapat dilaksanakan.

5. Perbanyakan Bahan Penyuluhan

Tingginya permintaan terhadap bahan

penyuluhan kepada BPTP, baik dari petani

maupun penyuluh tidak dapat dipenuhi, karena

keterbatasan bahan penyuluhan yang dimiliki oleh

BPTP. Hal ini, disebabkan karena terbatasnya dana

yang dimiliki oleh BPTP untuk menyediakan bahan

tersebut. Padahal, ketersediaan bahan

penyuluhan ini sangat dirasakan dukungannya

terhadap penyuluhan di lapangan. Diharapkan

adanya pertimbangan dalam melakukan efisiensi

anggaran minimal masih dapat terlaksananya

Tupoksi UPT, dalam hal ini BPTP, sehingga alokasi

dana untuk perbanyakan bahan penyuluhan ini

baik berupa leaflet, poster, juknis maupun CD

dapat tersedia.

Untuk mengatasi permasalahan-permasalahan

tersebut pada penyusunan anggaran tahun 2016

khususnya pada belanja modal sudah direncanakan

untuk pengadaan fasilitas-fasilitas yang dirasa sangat

diperlukan untuk mendukung kelancaran pelaksanaan

tugas. Selain itu, Laboratorium Tanaman dan Tanah

BPTP Riau sedang dalam proses untuk akreditasi

ISO/IEC 17025:2005. Upaya yang dilakukan untuk

mengatasi kekurangan tenaga peneliti, pustakawan

dan cleaning service BPTP Riau akan mengusulkan

pengangkatan PNS sesuai kebutuhan. Untuk fasilitas

kebun percobaan sedang dilakukan proses negosiasi

dengan Pemerintah Daerah Kabupaten Pelalawan

agar dapat mengadakan lahan untuk dijadikan kebun

percobaan BPTP Riau.

PENUTUP

Secara keseluruhan Kegiatan di tahun 2015

berjalan dengan baik.Pegawai BPTP pada tahun 2015

berjumlah 70 orang.Untuk pengadaan barang dan

jasa sebanyak 10 item barang.

Realisasi belanja BPTP Riau pada TA 2015 adalah

sebesar 11.897.807.526,- atau sebesar 93,55 % dari

anggaran setelah dikurangi pengembalian belanja.

Anggaran Belanja BPTP Riau TA. 2015 adalah

12.718.633.000,-

Kegiatan Pengkajian APBN terdiri dari

Pendampingan Pengembangan Kawasan Agribisnis

Hortikultura (PKAH), Pendampingan Kawasan

Peternakan (PSDS) Provinsi Riau, Pendampingan

Pengembangan Kawasan Pertanian Nasional

Perkebunan (Kelapa Sawit), Pendampingan Kawasan

RumahPangan Lestari (KRPL), dan Uji Adaptasi

Varietas Unggul Padi Gogo Beras Merah di Provinsi

Riau.

Kegiatan yang penting dilakukan secara

berkelanjutan adalah Inventarisasi dan Identifikasi

Sumberdaya Genetik di Provinsi Riau dan Penyusunan

Peta Perwilayahan Komoditas Pertanian berdasarkan

Zona Agroekologi (AEZ) lingkup Provinsi Riau.

Page 64: PENDAHULUAN - bptpriau-ppid.pertanian.go.id

Laporan Tahunan 2015

63 | P a g e