PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar...

67
1 BAB I PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar Ilmu Hukum Pengantar Ilmu hukum merupakan terjemahan langsung dari istilah ”Inleiding tot Derechtswetenschap”. Pengantar Ilmu hukum atau PIH adalah mata kuliah pendahuluan atau mata kuliah pembuka yang harus dipelajari oleh siapa saja yang akan mempelajari ilmu hukum. 1 Sebagai mata kuliah dasar, PIH laksana pondasi yang akan menentukan kokoh atau tidaknya sebuah rumah yang bernama ilmu hukum. Jika pondasi rumah dibuat dalam, maka rumah yang ada di atasnya akan kuat pula. Sebuah gedung yang menjulang tinggi akan mampu berdiri dengan megah dan kokoh jika pondasinya dibuat dalam. Sebaliknya suatu gedung yang menjulang tinggi akan sangat berbahaya jika pondasinya dangkal. Pendek kata, untuk menentukan kekuatan dan ketinggian sebuah bangunan akan ditentukan seberapa dalam pondasi dari bangunan yang akan dibuat. Untuk mempelajari ilmu hukum pun demikian, orang tidak mungkin mampu mempelajari ilmu hukum secara baik tanpa memahami dasar-dasar dari ilmu hukum itu sendiri. Dengan demikian, mempelajari pengantar ilmu hukum 1 Siswo Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum (P.I.H), (Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum UII, 1990), hlm. 3.

Transcript of PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar...

Page 1: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar Ilmu Hukum

Pengantar Ilmu hukum merupakan terjemahan langsung dari istilah

”Inleiding tot Derechtswetenschap”. Pengantar Ilmu hukum atau PIH adalah

mata kuliah pendahuluan atau mata kuliah pembuka yang harus dipelajari oleh

siapa saja yang akan mempelajari ilmu hukum.1

Sebagai mata kuliah dasar, PIH laksana pondasi yang akan menentukan

kokoh atau tidaknya sebuah rumah yang bernama ilmu hukum. Jika pondasi

rumah dibuat dalam, maka rumah yang ada di atasnya akan kuat pula. Sebuah

gedung yang menjulang tinggi akan mampu berdiri dengan megah dan kokoh

jika pondasinya dibuat dalam. Sebaliknya suatu gedung yang menjulang tinggi

akan sangat berbahaya jika pondasinya dangkal. Pendek kata, untuk

menentukan kekuatan dan ketinggian sebuah bangunan akan ditentukan

seberapa dalam pondasi dari bangunan yang akan dibuat.

Untuk mempelajari ilmu hukum pun demikian, orang tidak mungkin

mampu mempelajari ilmu hukum secara baik tanpa memahami dasar-dasar dari

ilmu hukum itu sendiri. Dengan demikian, mempelajari pengantar ilmu hukum

1 Siswo Wiratmo, Pengantar Ilmu Hukum (P.I.H), (Yogyakarta: Perpustakaan Fak. Hukum

UII, 1990), hlm. 3.

Page 2: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

2

merupakan syarat mutlak jika ingin mempelajari ilmu hukum secara baik, benar

dan mendalam.

PIH mengkaji dasar-dasar dari ilmu hukum secara universal, abstrak dan

tidak dibatasi oleh ruang dan waktu, sehingga pembahasannya pun masih

bersifat abstrak dan global. Jika boleh diibaratkan, PIH seperti sebuah komplek

perumahan yang di dalamnya berisi banyak rumah dan berbagai fasiitas

pendukungnya. Ketika memilih salah satu rumah ibaratnya kita telah

menentukan salah satu hukum, misalkan hukum Indonesia, dan ketika membuka

pintu depan dari rumah tersebut, kemudian akan didapati ruang tamu, kamar

utama, kamar anak, ruang tengah, kamar mandi, dapur dan lain sebagainya. Itu

artinya ketika mempelajari hukum Indonesia, maka akan didapati bebagai

macam bentuk dari hukum Indonesia, seperti hukum privat dan hukum publik.

Ketika memasuki salah satu ruang, misalkan kamar utama, maka akan didapati

tempat tidur, lemari, meja dan kursi rias dan sebagainya. Artinya ketika

mempelajari hukum sipil akan dipelajari hukum perdata, hukum dagang dan lain

sebagainya. Ketika akan mempelajari hukum dagang, maka akan didapati

hukum perusahaan, asuransi, perbankan, HKI dan lain sebagainya. Ketika

mempelajari hukum peusahaan, akan ditemukan berbagai bentuk perusahaan

dan pengaturannya yang jumlahnya sangat banyak.

Pengumpaan tersebut membuktikan bahwa ruang lingkup atau cakupan

ilmu hukum sangat luas dan panjang, dan PIH adalah pintu pertama yang harus

dilalui sebelum membuka pintu-pintu yang lain yang ada di dalam rumah.

Page 3: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

3

Logikanya pintu kamar tidak dapat dibuka tanpa memasuki komplek perumahan

dan membuka pintu depan dari rumah yang dituju kemudian membuka pintu

kamar. Ini artinya bagaimana mungkin mempelajari ilmu-ilmu hukum lanjutan

tanpa mempelajari, mendalami dan memahami dasar-dasar dari ilmu hukum.

Dengan perumpamaan tadi, mempelajari pengantar ilmu hukum tidak

bisa dianggap sepele. Mata kuliah ini sangat penting dan akan menentukan

keberhasilan mempelajari ilmu-ilmu hukum yang kalau diibaratkan sebatang

pohon yang sangat banyak memiliki cabang, ranting dan daun.

B. Ilmu-ilmu Pembantu dalam Ilmu Mempelajari Hukum

Dalam hukum yang menjadi objek kajian adalah tentang tingkah laku

manusia, khususnya tentang kaidah-kaidah hidupnya. Kaidah-kaidah hidup

manusia akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan

hukum akan selalu berhubungan dengan manusia dan perkembangannya. Ilmu

hukum pun bukan merupakan suatu ilmu yang statis, tetapi selalu tumbuh, hidup

dan berkembang sesuai dengan perkembangan manusia.

Karena itulah untuk memahami dan mencapai tujuannya, ilmu hukum

juga membutuhkan ilmu-ilmu pembantu, seperti:

1. Sejarah

Berfungsi untuk menyelidiki sistem hukum yang pernah berlaku dan

perkembangannya serta memahami makna yang sebenarnya diinginkan oleh

pembuat undang-undang. Contoh: UUD Manapun tidak dapat dipahami

kalau hanya dibaca teksnya saja, untuk mengetahuinya harus dipelajari

Page 4: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

4

bagaimana terjadinya teks itu (sejarah kelahiran), keterangan-keterangannya

dan suasana kebatinan (Geistlichen Hintergrund) ketika teks itu dibuat.

2. Sosiologi

Hukum adalah gejala riil dalam masyarakat, sehingga untuk mengetahui

kebenaran sosial dan efektifitas hukum dalam masyarakat diperlukan

bantuan dari sosiologi.

3. Perbandingan Hukum

Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hukum yang berlaku pada

beberapa negara dan pada beberapa zaman.

4. Ekonomi

Untuk mengetahui ada atau tidaknya kerugian terhadap keuangan negara

dalam kasus korupsi, ilmu ekonomi lah yang sangat membantu di dalam

proses pembuktiannya.

5. kedokteran

Untuk mengetahui dan membuka tabir kasus-kasus pidana seperti

pembunuhan, ilmu kedokteran yang banyak membantu untuk

menyingkapnya.

6. Politik

Hukum adalah suatu proses politik dan hukum harus mampu melenyapkan

ketegangan-ketegangan yang ada dalam masyarakat.

7. Teknik

Page 5: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

5

Ilmu teknik diperlukan untuk membuktikan apakah suatu perbuatan itu

terjadi karena forme majeur/overmacht (keadaan memaksa) atau karena

kealfaan/kelalaian, seperti dalam kasus lumpur Sidoarjo, apakah semburan

terjadi karena kelalaian ataukah karena bencana alam, ilmu tekniklah yang

dapat menjaabnya.

Page 6: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

6

BAB II

NORMA ATAU KAIDAH

A. Manusia dan Hukum

Interaksi

Manusia Manusia

Alasan:

1. Ekonomi: pangan, sandang dan

papan

2. Hasrat membela diri (keamanan).

3. Melanjutkan keturunan

Norma

Norma Keagamaan

Norma Kesusilaan

Norma Kesopanan

Norma Hukum

Tuhan

Diri Manusia

Masyarakat

Negara

Page 7: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

7

Menurut kodratnya, manusia di mana saja dan kapan saja sejak

dilahirkan sampai meninggal dunia selalu hidup bersama-sama. Manusia sebagai

perorangan atau individu cenderung untuk berkumpul dengan individu-individu

lain. Dengan itu, manusia sebagai individu berkumpul dengan individu lain

untuk membentuk kelompok manusia yang hidup bersama. Karena

kecenderungannya untuk berkelompok ini manusia dinamakan makhluk sosial.

Fakta ini sudah diketahui sejak dahulu kala dan philosof Yunani Aristoteles

menamakan manusia sebagai zoon politicon (makhluk sosial).2

Menurut Sobhi Mahmassani, manusia bermasyarakat karena tabiatnya,

sesuai dengan sifat aslinya sebagai makhluk madani, manusia tidak mungkin

hidup menyendiri seperti hewan-hewan. Ia memerlukan hubungan madani.3

Keinginan manusia untuk hidup berkelompok didasarkan pada beberapa

alasan, di antaranya:4

1. Hasrat untuk memenuhi makan dan minum atau untuk memenuhi

kebutuhan ekonomi;

2. Hasrat untuk membela diri;

3. Hasrat untuk mengadakan keturunan.

2 Mochtar Kusumaatmadja dan B. Arief Sidharta, Pengantar Ilmu Hukum, (Bandung: Alumni, 2000), hlm. 12.

3 Menurut Mahmassani, Madani berarti makhluk yang tidak bisa hidup menyendiri. Ini

sifatnya umum tanpa terkecuali, baik manusia yang sudah maju maupun yang masih primitif.

Hidup bersama dalam masanya dan tolong menolong serta gantung menggantungkan satu

dengan lainnya. Baca: Sobhi Mahmassani, Falsafah at- Tasyrī’ fī al-Islām, Alih Bahasa: Ahmad

Sudjono, (Bandung: al-Ma’arif, 1976), hlm. 24-25.

4 R. Soeroso, Pengantar Ilmu Hukum, (Jakarta: Sinar Grafika, 1993), hlm. 215.

Page 8: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

8

Sebagai pribadi, pada dasarnya manusia dapat berbuat apa saja secara

bebas. Dalam memenuhi kebutuhan ekonomi, kebutuhan untuk membela diri

maupun kebutuhan untuk melanjutkan keturunan, manusia dapat melakukan

apa saja dan berhubungan dengan siapa saja. Namun dalam prakteknya, tidak

jarang karena hasrat untuk memenuhi semua kebutuhan hidupnya, manusia

justru saling berhadapan dengan manusia lain sehingga keseimbangan dalam

masyarakat akan terganggu dan timbul pertentangan-pertentangan di antara

mereka.

Dengan pembawaan sikap pribadinya tersebut, tanpa mengingat

kepentingan orang lain, kepentingan itu kadang-kadang sama tetapi juga tidak

jarang terjadinya kepentingan yang saling bertentangan untuk memenuhi semua

kebutuhan hidupnya.

Dalam kehidupan bermasyarakat, manusia mempunyai tujuan untuk

memenuhi kebutuhan hidupnya. Untuk itu diperlukan hubungan atau kontak

antara masyarakat yang satu dengan yang lain guna mencapai tujuan dan

melindungi kepentingannya.5 Karena itulah manusia membutuhkan suatu aturan

suatu tatanan yang dapat mengatur hubungan di antara manusia. Pada awalnya

aturan-aturan tersebut sifatnya sangat sederhana. Namun seiring dengan

semakin banyaknya manusia dan semakin kompleknya permasalahan yang ada,

aturan-aturannya pun menjadi semakin sulit dan rumit untuk dirumuskan serta

5 Ibid.

Page 9: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

9

membutuhkan pihak lain baik di dalam pembuatan, pelaksanaan maupun

penegakannya agar tercipta ketertiban dan keteraturan.

Masyarakat dan ketertiban merupakan dua hal yang berhubungan sangat

erat, bahkan bisa juga dikatakan sebagai dua sisi dari satu mata uang. Susah

untuk mengatakan, adanya masyarakat tanpa ada suatu ketertiban. Ketertiban

dalam masyarakat diciptakan bersama-sama oleh berbagai lembaga secara

bersama-sama, seperti hukum dan tradisi. Oleh karena itu, dalam masyarakat

akan dijumpai berbagai macam pedoman, patokan atau ukuran yang masing-

masing memberikan kontribusinya dalam menciptakan ketertiban tersebut.6

Pedoman, patokan atau ukuran untuk berprilaku atau bersikap dalam

kehidupan bersama disebut norma atau kaedah sosial. Norma atau kaedah sosial

tersebut di antaranya: norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan, dan

norma hukum.7

1. Norma keagamaan adalah peraturan atau kaidah yang sumbernya dari

firman atau perintah Tuhan melalui Nabi/utusannya. Bagi orang yang

beragama, perintah atau firman Tuhan itu menjadi petunjuk atau pedoman

di dalam sikap dan perbuatannya (way of life). Kaidah agama tidak hanya

mengatur hubungan antara manusia dengan Tuhannya tetapi juga mengatur

hubungan di antara sesama manusia. Bagi mereka yang melanggar norma

6 Satjipto Rahardjo, Ilmu, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 1996), hlm. 13.

7 Siswo Wiratmo, Pengantar, (Yogyakarta: Perpustakaan FH. UII, 1990), hlm. 8-9.

Page 10: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

10

agama akan mendapatkan sanksi yang berupa kemurkaan Tuhan atau

siksaan neraka.

2. Norma kesusilaan adalah kaidah yang bersumber pada suara hati atau insan

kamil manusia, kaidah itu berupa bisikan-bisikan suara batin yang diakui dan

diinsyafi oleh setiap orang dan menjadi dorongan atau pedoman dalam

perbuatan dan sikapnya. Bagi mereka yang melanggar norma kesusilaan

akan mendapatkan sanksi yang bersifat otonom yang datangnya dari diri

orang itu sendiri berupa penyesalan, siksaan batin atau sejenisnya.

3. Norma kesopanan atau tatakrama ialah peraturan yang timbul dalam

pergaulan hidup segolongan manusia, kaidah-kaidan ini diikuti dan ditaati

sebagai pedoman dalam tingkah laku sesama orang yang ada di

sekelilingnya. Apabila seseorang melanggar norma kesopanan akan

mendapatkan sanksi dari masyarakat yang berupa cemoohan, celaan,

tertawaan, diasingkan dari pergaulan hidup dan sejenisnya.

4. Norma hukum ialah peraturan yang dibuat oleh negara dan berlakunya

dipertahankan dengan paksaan oleh alat-alat negara seperti, polisi, jaksa,

hakim, dan sebagainya. Ciri khas dari norma ini adalah memaksa. Sanksi

terhadap orang yang melanggar norma hukum bersifat heteronom yang

berasal dari luar, yakni pemerintah lewat aparatnya.

Norma-norma atau kaedah sosial tersebut merupakan perumusan suatu

pandangan mengenai perilaku atau sikap yang seyogyanya dilakukan atau

seyogyanya tidak dilakukan, yang dianjurkan atau diperintahkan dan yang

Page 11: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

11

dilarang atau dibenci. Dengan adanya kaedah sosial ini hendak dicegah

gangguan-gangguan, bentrokan-bentrokan dan hal-hal negatif lainnya serta

diharapkan akan melindungi kepentingan-kepentingan manusia. Kaedah sosial

ini ada yang berbentuk tertulis adapula yang merupakan kebiasaan yang

diteruskan dari generasi ke generasi.8

8 Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), (Yogyakarta: Liberty,

1991), hlm. 4.

Page 12: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

12

BAB III

HUKUM SUATU PENGANTAR

A. Norma Hukum

Norma

Keagamaan

Norma

Kesusilaan

Norma

Kesopanan

Norma

Hukum

Tujuan

Umat manusia;

Penyempurnaan manusia;

Jangan sampai manusia jahat

Pembuatnya kongkrit

Ketertiban masyarakat

Jangan sampai ada korban

Isi Ditujukan kpd sikap batin Ditujukan kepada sikap lahir

Asal Usul Tuhan Diri sendiri Kekuasaan luar yang memaksa

Sanksi Tuhan Diri sendiri Masyarakat scr

tidak resmi

Masyarakat scr

resmi

Daya Kerja

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban

Membebani

kewajiban &

memberi hak

Sumber: Sudikno Mertokusumo, Mengenal Hukum (Suatu Pengantar), hlm. 13.

Norma hukum berasal dari luar diri manusia. Norma hukum ditujukan

kepada siifat lahir manusia atau perbuatan lahir manusia. Sehingga apa yang

ada di lahir atau di batin manusia tidak akan menjadi masalah asal lahirnya tidak

melanggar norma hukum. Sebagai contoh: apakah seseorang menghentikan

kendaraan pada saat lampu lalu lintas menyala merah karena kesadaran atau

Page 13: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

13

terpaksa, bagi hukum tidaklah penting. Yang penting bagi hukum ia mau

menghentikan kendaraannya. Bila tidak, ia akan ditilang. Norma hukum ditujuan

terutama kepada pelakunya yang kongkrit, yaitu si pelaku pelanggaran yang

nyata-nyata berbuat.

Meskipun norma hukum pada hakikatnya hanya memperhatikan keadaan

lahir, namun dalam kasus tertentu setelah perbuatan lahir terbukti, perbuatan

batin juga turut menentukan tingkat/kadar kesalahan pelaku pelanggaran hukum.

Sebagai contoh dalam kasus pembunuhan, setelah kasus pembunuhan terbukti

langkah seterusnya adalah menilai skap batin si pelaku, apakah pembunuhan

tersebut dilakukan dengan sengaja, direncanakan atau karena kealfaan.

Norma hukum sebagian besar merupakan peraturan kesusilaan yang oleh

penguasa diberi sanksi hukum. Perbuatan-perbuatan pidana yang diatur dalam

KUHP hampir seluruhnya berasal dari norma kesusilaan, kesopananan, maupun

agama. Norma hukum menuntut legalitas yang berarti yang dituntut adalah

pelaksanaan atau pentaatan kaedah semata-mata. Hubungan antara norma

hukum dengan norma keagamaan, kesusilaan maupun kesopanan terkadang

saling menguatkan namun terkadang pula timbul perbedaan. Kumpul kebo atau

hidup bersama tanpa nikah jelas melanggar norma kesopanan maupun

keagamaan, namun tidak melanggar norma hukum. Pembunuhan apapun

motifnya jelas melanggar semua norma tanpa terkecuali.

Norma hukum merupakan ketentuan atau pedoman tentang apa yang

seyogyanya atau seharusnya dilakukan. Pada hakikatnya norma hukum

Page 14: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

14

merupakan perumusan pendapat atau pandangan bagaimana seharusnya atau

seyogyanya seseorang bertingkah laku. Sebagai pedoman kaidah hukum bersifat

umum dan pasif.

Norma hukum berisi kenyataan normatif atau apa yang seyogyanya

dilakukan (das sollen) dan bukan berisi kenyataan alamiah atau peristiwa

kongkrit (das sein). Kata: ”Barangsiapa membunuh harus dihukum”,

”Barangsiapa membeli sesuatu harus membayar” merupakan das sollen, suatu

kenyataan normatif dan bukan menyatakan sesuatu yang terjadi secara nyata.

Apabila nyata-nyata seseorang telah membunuh atau membeli sesuatu tidak

membayar, barulah terjadi peristiwa kongkrit (das sollen). Jadi, norma hukum

dapat berfungsi apabila ada peristiwa kongkrit (das sein). Sebaliknya, peristiwa

kongkrit (das sein) untuk menjadi peristiwa hukum memerlukan norma hukum

(das sollen).9

9 Ibid., hlm. 12-20.

Page 15: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

15

BAB IV

PENGERTIAN HUKUM

Hukum (Positif)

Dibuat oleh badan-badan resmi yang

berwajib.Hukum ditemukan

Bersifat memaksa

Saksi terhadap pelanggaran tegas

peraturan tersebut adalah tegas Dasar

Peraturan mengenai tingkah laku mns

UNSUR HUKUM POSITIF

Pengertian Hukum

secara Bahasa

Hukum

Recht

Ius

Lex

Page 16: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

16

Satu pertanyaan mendasar yang hingga kini sangat sulit untuk dijawab

oleh para ahli hukum adalah tentang definisi ukum itu sendiri. Hingga saat ini

pendapat tentang perlunya suatu definisi tentang hukum masih dipertentangkan

orang. Sebagian orang megatakan bahwa suatu definisi tentang hukum

diperlukan, terutama bagi mereka yang baru mempelajari hukum, setidak-

tidaknya merupakan suatu pegangan pendahuluan sebelum mempelajari hukum

lebih lanjut.

Di lain pihak, Immanuel Kant dua abad yang lalu pernah mengatakan:

”Noch Suchen die Juristen eine Definition zu Ihrem Begriffe von Recht”.

Pernyataan ini jika diterjemahkan berbunyi, tidak ada seorang ahli hukum pun

yang mampu membuat definisi tentang hukum.10 Aveldoorn juga mengatakan

bahwa hukum banyak seginya dan begitu luas cakupannya, sehingga tidak

mungkin orang menyatukannya dalam satu rumusan secara memuaskan.11

Secara bahasa, ada beberapa istilah yang digunakan untuk menyebut

hukum, yaitu:

1. Hukum;

2. Recht;

3. Ius;

4. Lex.

10 Pernyataan Kant ini dikutip oleh Lili Rasjidi, Filsafat Hukum; Apakah Hukum itu,

(Bandung: Remadja Karya, 1987), hlm. 1.

11 L.J. van Aveldoorn, Inleidng Tot de Stude van Het Nederlandse Recht, alih bahasa Oetarid Sadino, (Jakarta: Pradnya Paramita, 1990), hlm. 1.

Page 17: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

17

Kata “hukum” berasal dari bahasa Arab ���- ���� � -h�akama) و��

h�ukman wa h�uk−matan) yang menurut Kamus al Munawwir berarti memimpin,

memerintah, menetapkan, memutuskan. Kata ��� (al-h�ukmu) bisa berarti ا

putusan, ketetapan, kekuasaan, pemerintahan, dan hukum. Sedang orang yang

bertugas untuk memutuskan dinamakan dengan 12 .��آ�

Kata “Recht” berasal dari bahasa latin Rectum yang mempunyai arti

bimbingan, tuntutan atau pemerintahan. Bertalian dengan kata Rectum dikenal

pula kata “Rex”, yaitu orang yang pekerjaannya memberikan bimbingan atau

memerintah. Kata Rex juga dapat diartikan raja yang mempunyai regimen yang

artinya kerajaan. Kata Rectum juga dapat dihubungkan dengan kata Directum

atau Rector yang berarti orang yang pekerjaannya membimbing atau

mengarahkan.

Kata Recht atau bimbingan atau pemerintahan selalu didukung oleh

kewibawaan. Seorang yang membimbing, memerintah harus mempunyai

kewibawaan. Kewibawaan mempunyai hubungan erat dengan ketaatan,

sehingga orang yang mempunyai kewibawaan akan ditaati oleh orang lain.

Dengan demikian, kata recht mengandung pengertian kewibawaan dan hukum

atau recht itu akan ditaati secara sukarela.

Kata “Ius” berasal dari bahasa latin Iubere yang berarti mengatur atau

memerintah. Perkataan mengatur dan memerintah berpangkal pokok pada

12 Ahmad Warson Munawwir, Kamus al-Munawwir, (Yogyakarta: PP al-Munawwir, 1984),

hlm. 308-309.

Page 18: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

18

kewibawaan. Kata Ius bertalian erat dengan “Iustitia” atau keadilan. Dalam

mitologi Yunani, Iustitia merupakan dewi keadilan yang dilambangkan dengan

kedua matanya yang tertutup dengan tangan kiri memegang neraca dan tangan

kanan memegang pedang.

Kata “Lex” berasal dari bahasa latin Lesere yang berarti mengumpulkan

maksudnya ialah mengumpulkan orang-orang untuk diberi perintah. Sehingga

kata Lex berarti hukum yang sangat erat kaitannya dengan perintah atau

larangan.

Dari beberapa pengertian di atas, kata “hukum” berkaitan erat dengan

keadilan, kewibawaan, ketaatan, perintah, dan norma. Keempat kata tersebut

sering digunakan untuk menyebut istilah hukum dalam berbagai arti atau

tempat, seperti: Wetboek van Strafrecht (Kitab Undang-undang Hukum Pidana);

adagium Ubi societas ibi ius (di mana ada masyarakat, di situ ada hukum); Lex

specialis derogat legi generally (Hukum yang khusus mengalahkan hukum yang

umum), dan lain-lain. Pendek kata keempat kata tersebut bukan sesuatu yang

asing ketika mempelajari ilmu hukum.

Meskipun sangat sulit untuk membuat sebuah definisi tentang hukum

yang sempurna, sebagai pengantar tidak ada salahnya dikemukakan beberapa

pengertian hukum dari para pakar hukum, di antaranya:13

13 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm. 35-36.

Page 19: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

19

1. E.M. Mayers dalam bukunya ”De Algemene Begrippen van Het Burgerlijk

Recht”

Hukum ialah semua aturan yang mengandung pertimbangan kesusilaan,

ditujukan kepada tingkah laku dalam masyarakat, dan yang menjadi

pedoman bagi peguasa-penguasa negara dalam melakukan tujuannya”.

2. Leon Duguit:

“Hukum ialah aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang ada

penggunaannya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat

sebagai jaminan kepentingan bersama dan yang jika dilanggar menimbulkan

reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu”.

3. Immanuel Kant

“Hukum ialah keseluruhan syarat-syarat yang dengan ini kehendak bebas

dari orang yang satu dapat menyesuaikan diri dengan kehendak bebas dari

orang lain, menurut peraturan hukum tentang kemerdekaan”.

4. Aristoteles

“Particular law is that which each community lays down and applies to its own members. Universal law is the law of nature”.

5. Grotius

“Law is a rule of moral action obliging to that which is right”.

6. Philip S. James

“Law is body of rule for the guidance of human conduct which are imposed upon, and enforced among the members of a given State”.

Page 20: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

20

7. Utrecht

“Hukum itu himpunan peraturan-peraturan (perintah-perintah dan larangan-

larangan) yang mengurus tata tertib suatu masyarakat dan karena itu harus

ditaati oleh masyarakat itu”.

Pendapat tersebut diungkapkan beberapa puluh tahun yang lalu dan

tentu saja ruang lingkup hkum dan perkembangannya sudah jauh berubah.

Sehingga semakin sulit untuk bisa mendefinisikan apakah hukum itu? Hukum

tidak lagi hanya bisa didekati secara normatif atau legisme semata, tetapi juga

dipengaruhi oleh faktor sosial, budaya, agama, ekonomi, dan lain-lain.

Dari beberapa perumusan tentang hukum yang diberikan para sarjana

hukum di atas, memang sangat sulit untuk membuat definisi tentang apakah itu

hukum? namun dapat untuk memudahkan pemahaman, dapat dipersempit

menjadi hukum positif yang unsur-unsurnya meliputi:

1. Peraturan mengenai tingkah laku manusia dalam pergaulan masyarakat.

2. Peraturan itu diadakan oleh badan-badan resmi yang berwajib.

3. Peraturan itu bersifat memaksa.

4. Saksi terhadap pelanggaran peraturan tersebut adalah tegas.

Page 21: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

21

BAB V

ILMU PEMBANTU DALAM MEMPELAJARI HUKUM

Dalam hukum yang menjadi objek kajian adalah tentang tingkah laku

manusia, khususnya tentang kaidah-kaidah hidupnya. Kaidah-kaidah hidup

manusia akan selalu berkembang sesuai dengan perkembangan zaman, dan

hukum akan selalu berhubungan dengan manusia dan perkembangannya. Ilmu

hukum pun bukan merupakan suatu ilmu yang statis, tetapi selalu tumbuh, hidup

dan berkembang sesuai dengan perkembangan manusia.

Ilmu hukum mempunyai hakikat interdisipliner karena digunakannya

berbagai disiplin ilmu pengetahuan untuk membantu menerangkan berbagai

aspek yang berhubungan dengan kehadiran hukum di dalam masyarakat. Untuk

memahami dan mencapai tujuannya, ilmu hukum juga membutuhkan ilmu-ilmu

pembantu, seperti:

8. Sejarah

Berfungsi untuk menyelidiki sistem hukum yang pernah berlaku dan

perkembangannya serta memahami makna yang sebenarnya diinginkan oleh

pembuat undang-undang. Contoh: UUD Manapun tidak dapat dipahami

kalau hanya dibaca teksnya saja, untuk mengetahuinya harus dipelajari

bagaimana terjadinya teks itu (sejarah kelahiran), keterangan-keterangannya

dan suasana kebatinan (Geistlichen Hintergrund) ketika teks itu dibuat.

Page 22: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

22

9. Sosiologi

Hukum adalah gejala riil dalam masyarakat, sehingga untuk mengetahui

kebenaran sosial dan efektifitas hukum dalam masyarakat diperlukan

bantuan dari sosiologi.

10. Antropologi

Untuk membantu tentang kerja dari hukum yang tidak dapat dilepaskan dari

kehidupan masyarakat. Pengadilan negara misalnya, tidak dapat dilihat

sebagai satu-satunya lembaga yang dapat menyelesaikan perkara, tetapi

merupakan salah satu lembaga yang dapat menyelesaikan perkara, sebab

dimungkinkan ada lembaga-lembaga lain di masyarakat yang mempunyai

fungsi serupa.

11. Perbandingan Hukum

Untuk mengetahui persamaan dan perbedaan hukum yang berlaku pada

beberapa negara dan pada beberapa zaman.

12. Ekonomi

Sebagai contoh, untuk mengetahui ada atau tidaknya kerugian terhadap

keuangan negara dalam kasus korupsi, ilmu ekonomi lah yang sangat

membantu di dalam proses pembuktiannya.

Page 23: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

23

13. Kedokteran

Dapat digunakan untuk mengetahui dan membuka tabir kasus-kasus pidana

seperti pembunuhan, ilmu kedokteran yang banyak membantu untuk

menyingkapnya.

14. Politik

Hukum adalah suatu proses politik dan hukum harus mampu melenyapkan

ketegangan-ketegangan yang ada dalam masyarakat.

15. Teknik

Ilmu teknik diperlukan untuk membuktikan apakah suatu perbuatan itu

terjadi karena force majeur/overmacht (keadaan memaksa) atau karena

kealfaan/kelalaian, seperti dalam kasus lumpur Lapindo di Sidoarjo, apakah

semburan terjadi karena kelalaian ataukah karena bencana alam, ilmu

tekniklah yang dapat menjawabnya.

16. Ilmu pembantu lainnya

Sangat terbuka ilmu hukum membutuhkan ilmu-ilmu lain selain ilmu-ilmu

pembantu di atas sesuai dengan kasus atau peristiwa hukum yang terjadi.

Page 24: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

24

BAB VI

SUMBER HUKUM

Sumber Hukum

Hukum ditemukan

Dasar putusan hakim

Dasar mengikatnya hukum

ANEKA ARTI SUMBER HUKUM

Asal mula hukum

Sumber Hukum

Formal

Kebiasaan (Custom)

Keputusan Hakim (Jurisprudensi)

Traktat (Treaty)

SUMBER HUKUM FORMAL

Undang-undang (Statute)

Pendapat Sarjana (Doktrin)

Page 25: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

25

Sumber hukum selalu dikaitkan atau berhubungan dengan pertanyaan

berikut ini:

1. Dari manakah asal mula hukum?

2. Di manakah hukum dapat ditemukan?

3. Di manakah hakim dapat mencari atau menemukan hukum yang dijadikan

dasar putusannya?

4. Bagaimanakah kita mengetahui bahwa suatu peraturan tertentu mempunyai

kekuatan mengikat atau berlaku?

Menurut Sudikno Mertokusumo, sumber hukum adalah tempat kita dapat

menemukan atau menggali hukumnya.14

Sedang menurut Suroso, sumber hukum adalah segala sesuatu yang

menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan memaksa, sehingga apabila

aturan-aturan itu dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan nyata bagi

pelanggarnya.15

Yang dimaksud dengan segala sesuatu adalah faktor-faktor yang

berpengaruh terhadap timbulnya hukum, faktor-faktor yang merupakan sumber

kekuatan berlakunya hukum secara formal artinya dari mana hukum itu dapat

ditemukan, dari mana asal mulanya hukum, di mana hukum dapat dicari atau

hakim menemukan hukum, sehingga dasar putusannya dapat diketahui bahwa

14 Sudikno Mertokusumo, Mengenal, hlm. 63.

15 R. Soeroso, Pengantar, hlm. 117.

Page 26: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

26

suatu peraturan tertentu mempunyai kekuatan mengikat atau berlaku dan lain

sebagainya.16

Menurut Sudikno, kata sumber hukum sering digunakan dalam beberapa

arti, yaitu:17

1. Sebagai asas hukum, sebagai sesuatu yang merupakan permulaan hukum,

misalnya kehendak tuhan, akal manusia, jiwa bangsa dan sebagainya.

2. Menunjukkan hukum terdahulu yang memberi bahan kepada hukum yang

sekarang berlaku, seperti hukum Perancis, hukum Romawi.

3. Sebagai sumber berlakunya, yang memberi kekuatan berlaku secara formal

kepada peraturan hukum (penguasa, masyarakat)

4. Sebagai sumber dari mana kita dapat mengenal hukum, misalnya dokumen,

undang-undang, lontar, batu bertulis dan sebagainya.

5. Sebagai sumber terjadinya hukum; sumber yang menimbulkan aturan

hukum.

Sumber hukum menurut Algra sebagaimana dikutip oleh Sudikno

dibedakan menjadi dua, yaitu:18

16 Ibid.

17 Sudikno Mertokusumo, Mengenal, hlm. 63.

18 Mengenal, hlm. 64.

Page 27: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

27

1. Sumber hukum materiil

Artinya tempat dari mana materi hukum itu diambil. Sumber hukum materiil

merupakan faktor yang membantu pembentukan hukum, seperti situasi

sosial, politik, ekonomi, keagamaan dan sebagainya.

2. Sumber hukum formil

Artinya tempat atau sumber dari mana suatu peraturan memperoleh

kekuatan hukum. Sumber hukum formal berkaitan dengan bentuk atau cara

yang menyebabkan peraturan hukum itu formal berlaku.

Menurut van Apeldorn, sumber hukum dibedakan menjadi empat

macam, yaitu:

1. Sumber hukum historis

Ahli sejarah memakai perkataan sumber hukum dalam dua arti, yaitu:

a. Sumber pengenalan hukum, yakni semua tulisan, dokumen, inskripsi dan

sebagainya , dari mana kita dapat belajar mengenal hukum suatu bangsa

pada suatu waktu.

b. Sumber dari mana pembentuk undang-undang memperoleh bahan

dalam membentuk undang-undang.

2. Sumber hukum sosiologis (teleologis)

Faktor-faktor yang menentukan isi dari suatu hukum, seperti sosial, politik,

ekonomi, agama dan sebagainya.

Page 28: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

28

3. Sumber hukum filosofis

Dibagi menjadi 3, yaitu:

a. Sumber isi hukum, isi hukum itu datangnya dari mana? Ada tiga

pandangan yang mencoba menjawab pertanyaan tersebut:

1) Pandangan teokratis� isi hukum berasal dari tuhan

2) Pandangan hukum kodrat � isi hukum berasal dari akal manusia

3) Pandangan mazhab historis � isi hukum berasal dari kesadaran

hukum.

b. Sumber kekuatan mengikat dari hukum

Mengapa hukum mempunyai kekutan mengikat, mengapa kita tunduk

pada hukum. Kekuatan mengikat dari kaedah hukum bukan semata-mata

didasarkan pada kekuatan yang bersifat memaksa, tetapi karena didorong

oleh alasan kesusilaan atau kepercayaan.

4. Sumber hukum formal

Sumber hukum dilihat dari cara terjadinya hukum positif. Sumber yang

melihat dari mana hukum berlaku dan mengikat hakim serta penduduk.

Sumber hukum inilah yang paling penting di dalam mempelajari hukum.

Sumber hukum formal dari hukum positif adalah:

1. Undang-undang

Undang-undang ialah suatu peraturan negara yang mempunyai kekuatan

hukum yang mengikat, diadakan dan dipelihara oleh penguasa negara.19

19 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm. 46.

Page 29: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

29

Menurut Buys sebagaimana dikutif oleh Kansil, undang-undang mempunyai

dua arti, yakni:20

a. Undang-undang dalam arti formal, yakni setiap keputusan pemerintah

yang merupakan undang-undang karena cara pembuatannya. Misalnya

dibuat oleh pemerintah bersama parlemen.

b. Undang-undang dalam arti meterial, yakni setiap keputusan pemerintah

yang menurut isinya mengikat langsung setiap penduduk.

2. Adat kebiasaan (custom)

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang tetap dilakuka berulanga-ulang

dalam hal yang sama, sehingga tindakan yang berlawanan dengan kebiasaan

dirasakan sebagai pelanggaran oleh perasaan hukum. Contoh tanda

menyerah dalam suatu peperangan adalah adalah dengan cara mengibarkan

bendera (kain) berwarna putih. Cara ini bersumber dari kebiasaan

internasional, sehingga setiap negara/tentara yang melanggarnya dapat

dijatuhi sanksi.

3. Perjanjian (traktat/treaty)

Termasuk perjanjian antarnegara dan perjanjian antarwarganegara. Apabila

dua orang atau dua pihak mengadakan kata sepakat (konsensus) tentang

sesuatu hal, maka mereka lalu mengadakan perjanjian. Akibat perjanjian

tersebut, mereka terikat pada isi perjanjian yang telah dibuatnya. Dalam

masalah perjanjian dikenal istilah Pacta Sunt Servanda, artinya bahwa

20 Ibid.

Page 30: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

30

perjanjian mengikat pihak-pihak yang mengadakannya atau perjanjian harus

ditaati dan ditepati.

Perjanjian yang dibuat oleh negara disebut perjanjian antarnegara atau

perjanjian internasional (traktat). Traktat juga mengikat warga negara dari

negara-negara yang bersangkutan. Jika teraktat hanya diadakan/dibuat oleh

dua negara, traktat tersebut disebut traktat bilateral dan bersifat tertutup,

contoh perjanjian antara Indonesia dengan Cina tentang ”Dwi-

Kewarganegaraan”, perjanjian tentang perbatasan antara Indonesia dengan

Malaysia. Apibila diadakan/dibuat oleh lebih dari dua negara disebut traktat

multilateral. Apabila traktat ini memberikan kesempatan kepada negara-

negara yang tidak menandatangani traktat untuk menggabungkan atau

mengikatkan diri dengan traktat tersebut, maka traktat tersebut adalah traktat

kolektif atau traktat terbuka, contoh Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa,

ASEAN.21

4. Keputusan hakim (yurisprudensi)

Yurisprudensi adalah keputusan-keputusan hakim sebelumnya yang

dipergunakan sebagai bahan pertimbangan oleh hakim berkutnya dalam

mengambil keputusan. Dasar hukum yurisprudensi yaitu:

a. Dasar historis, secara historis banyak diikuti oleh umum.

b. Adanya kekurangan dari hukum yang ada, karena pembuat UU tidak

dapat mewujudkan segala sesuatu dalam undang-undang, maka

21 Ibid., hlm. 50-51.

Page 31: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

31

yurisprudensi digunakan untuk mengisi kekosongan dari undang-

undang.22 Dasar kedua ini merupakan akibat dari Pasal 22 AB yang

menyatakan:

”Bilamana seorang hakim menolak menyelesaiakan suatu perkara yang

diajukan kepadanya dengan alasan peraturan perundang-undangan yang

bersangkutan tidak menyebut, tidak jelas atau tidak lengkap, maka ia

dapat dituntut karena penolakan mengadili”.

5. Pendapat para ahli hukum (doktrin)

Doktrin adalah pendapat para ahli hukum yang terkemuka yang besar

pengaruhnya terhadap hakim dalam mengambil keputusan. Seringkali hakim

dlam keputusannya menyebut pedapat para sarjana hukum sebagai dasar

pertimbangan dalam memutuskan perkara tertentu. Untuk menjadi sumber

hukum formal, doktrin harus memenuhi syarat tertentu yakni doktrin

menjelma menjadi keputusan hakim.23 Doktrin diakui sebagai salah satu

sumber hukum formal pada hukum internasional. Menurut Pasal 38 ayat (1)

Statute of the International Court of Justice disebutkan beberapa sumber

hukum formal hukum internasional, yaitu:

1. Perjanjian internasional.

2. Kebiasaan internasional

3. Asas-asas hukum yang diakui oleh bangsa-bangsa berdab.

4. Keputusan hakim.

22 R. Soeroso, Pengantar, hlm. 164-165.

23 Ibid., hlm. 179-181.

Page 32: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

32

5. Pendapat para sarjana hukum (ahli hukum) terkemuka.

Di Indonesia, banyak pendapat Imam Syafi’i yang digunakan oleh hakim di

Pengadilan Agama sebagai dasar dari putusan yang dibuatnya.

Page 33: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

33

BAB VII

CIRI HUKUM

Untuk dapat mengenal hukum, harus dikenal pula ciri-cirinya, yaitu:

1 Berisi perintah dan/atau larangan;

2 Perintah dan/atau larangan tersebut harus dipatuhi oleh setiap orang.

Oleh karena itulah, hukum berisi serangkaian peraturan yang berisi

perintah dan/atau larangan yang harus dipatuhi oleh masyarakat. Peraturan-

peraturan yang hidup di masyarakat itulah yang dinamakan kaedah hukum.

Sebagai contoh: Barangsiapa dengan sengaja melangggar .....akan

dikenai sanksi (sebagai akibat melanggar kaedah hukum) yang berupa hukuman.

Hukuman atau pidana bermacam-macam jenisnya. Menurut Pasal 10 KUHP

hukuman terdiri dari:

Ciri Hukum

Harus dipatuhi oleh setiap orang

Berisi perintah dan/atau larangan

Page 34: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

34

1. Pidana pokok, yang terdiri dari:

a. Pidana mati

b. Pidana penjara:

1). Seumur hidup

2) Sementara (setinggi-tingginya 20 tahun dan sekurang-kurangnya satu

tahun) atau pidana penjara selama waktu tertentu.

c. Pidana kurungan, sekurang-kurangnya satu hari dan setinggi-tingginya

satu tahun.

d. Pidana denda.

e. Pidana tutupan.

2. Pidana tambahan, yang terdiri dari:

a. Pencabutan hak tertentu.

b. Perampasan (penyitaan) barang-barang tertentu.

c. Pengumuman putusan hakim

Page 35: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

35

BAB VIII

SIFAT HUKUM

Agar peraturan-peraturan hidp kemasyarakatan benar-benar dipatuhi dan

ditaati sehingga menjadi kaedah hukum. Maka peraturan kemasyarakatan

tersebut harus dilengkapi dengan unsur memaksa. Dengan demikian, hukum

mempunyai sifat mengatur dan memaksa setiap orang supaya mentaati tata

tertib dalam masyarakat serta memberikan sanksi yang tegas (berupa hukman)

terhadap siapa saja yang tidak mau mematuhinya.

Sifat Hukum

Hukum

Mengatur dan memaksa

Page 36: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

36

BAB IX

TUJUAN HUKUM

� Keadilan

� Kemanfaatan

� Keadilan &

Kemanfaatan

Yang mempunyai tujuan sebenarnya adalah manusia, hukum hanya

sebagai alat manusia untuk mencapai tujuannya. Namun, karena manusia dan

hukum tidak dapat dipisahkan, maka dikatakan tujuan hukum.24

Dalam literatur, dikenal beberapa teori tentang tujuan hukum, di

antaranya:

1. Teori Etis (Ethische Theorie)

Menurut teori ini, hukum bertujuan semata-mata untuk mewujudkan keadilan

yang semaksimal maksimalnya dalam masyarakat. Tokoh dari teori ini

adalah Geny. Teori ini sudah dikenal sejak zaman Aristoteles. Menurut

Aristoteles, keadilan dibedakan menjadi dua yaitu:

24 Siswo Wiratmo, Pengantar, hlm. 20.

Tujuan Hukum

Teori Etis

Teori Utilitis

Teori Campuran

Page 37: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

37

a. Justitia distributiva menuntut bahwa setiap orang mendapat apa yang

menjadi hak atau jatahnya. Jatah ini tidak sama untuk setiap orangnya

tergantung pada kekayaan, kelahiran, pendidikan, kemampuan dan

sebagainya yang sifatnya proporsional. Di sini bukan kesamaan yang

dituntut, tetapi perimbangan.

b. Justitia commutativa memberi kepada setiap orang sama banyaknya. Di

sini yang dituntut adalah kesamaan. Yang adil adalah setiap orang

diperlakukan sama tanpa memandang kedudukan dan sebagainya.

Dalam perjalanan atau praktiknya, terkadang sangat sulit untuk menentukan

nilai keadilan ditentukan secara distributif atau komutatif, karena masing-

masing punya argumentasi yang dapat diterima oleh nalar.

Hukum tidak selalu identik dengan keadilan. Sebagai contoh, mengendarai

kendaraan di sebelah kiri tidaklah dapat dikatakan adil, sedangkan

mengendarai di sebelah kanan dikatakan tiak adil. Peraturan tersebut

hanyalah agar lalu lintas berjalan teratur, lancar sehingga tidak terjadi

tabrakan dan dengan demikian kepentingan manusia terlindungi.

2. Teori Utilitas (Utiliteits Theory)

Menurut teori ini hukum ingin menjamin kebahagiaan yang terbesar bagi

manusia dalam jumlah yang sebanyak-banyaknya (the greatest good of the

greatest number). Pada hakikatnya menurut teori ini tujuan hukum adalah

manfaat dalam menghasilkan kesenangan atau kebahagiaan yang terbesar

Page 38: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

38

bagi jumlah orang yang terbanyak. Penganut teori ini antara lain adalah

Jeremy Bentham.25

3. Teori Campuran (Gemengde theory)

Menurut teori ini tujuan hukum bukan hanya keadilan tetapi juga

kemanfaatan. Penganut teori ini di antaranya adalah J. Schrasset. Mereka

berpendapat bahwa bilamana elment/unsur keadilan saja yang diperhatikan,

maka hasilnya hanyalah ketentuan-ketentuan yang memenuhi keadilan

mutlak yang tidak dapat memenuhi tuntutan-tuntutan dalam pergaulan

sehari-hari.26

25 Sudikno Mertokusumo, Mengenal, hlm. 61.

26 Siswo Wiratmo, Pengantar, hlm. 21.

Page 39: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

39

BAB X

KLASIFIKASI HUKUM

Pembagian

Hukum

Hukum Traktat

Hukum Kebiasaan

Hukum Tertulis

Hk. Jurisprudensi

Hukum Nasional

Hukum Tidak Tertulis

Hukum Gereja

Hukum Asing

Ius Constituendum

Hukum Material

Hukum Mengatur

1. Sumber

7. Wujud

8. Isi

Hk. Undang-undang

Ius Constitutum

Hukum Alam

Hukum Formal

Hukum Memaksa

Hukum Objektif

Hukum Subjektif

Hukum Material

Hukum Formal

2. Bentuk

3. Tempat Berlaku

4. Waktu Berlaku

5. Cara

Mempertahankan

6. Sifat

Page 40: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

40

Meskipun sulit untuk membuat definisi tentang hukum, namun hukum

dapat diklasifikasikan atau digolongkan menurut beberapa asas pembagiannya.

Di antaranya:27

1. Menurut sumbernya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum undang-undang, yaitu hukum yang tercantum dalam peraturan

perundang-undangan.

b. Hukum kebiasaan (adat), yaitu hukum yang terletak di dalam peraturan-

peraturan kebiasaan (adat).

c. Hukum traktat, yaitu hukum yang ditetapkan oleh negara di dalam suatu

perjanjian antarnegara.

d. Hukum jurisprudensi, yaitu hukum yang terbentuk karena keputusan

hakim.

2. Menurut bentuknya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum tertulis. Hukum tertulis terdiri dari:

1) hukum yang dikodifikasi

Hukum yang dikodifikasi, yakni hukum yang tercantum dlam

peraturan perundang-undangan dan disusun dalam suatu kitab

hukum mengenai suatu jenis lapangan hukum. Contohnya, Kitab

Undang-undang Hukum Perdata, Kitab Undang-undang Hukum

Pidana, dan Kitab Undang-undang Hukum Dagang.

27 C.S.T. Kansil, Pengantar, 72-75.

Page 41: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

41

Kebaikan dari kodifikasi adalah adanya kepastian hukum, kesatuan

hukum dan penyederhanaan hukum. Adapun keburukannya,

peraturan hukum yang telah dikodifikasi menjadi statis, tidak

gampang mengikuti perkembangan masyarakat yang dinamis.

2) hukum yang tidak dikodifikasi

b. Hukum tak tertulis

3. Menurut tempat berlakunya, hukum dibagi dalam:

a. Hukum nasional, yaitu hukum yang berlaku dalam suatu negara.

b. Hukum internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan hukum

dalam dunia internasional.

c. Hukum asing, yaitu hukm yang berlaku di negara lain.

d. Hukum gereja, yaitu kumpulan norma-norma yang diterapkan oleh gereja

untuk para anggotanya.

4. Menurut waktu berlakunya

a. Ius Constitutum (hukum positif), yaitu hukum yang berlaku sekarang bagi

suatu masyarakat tertentu dalam suatu daerah tertentu.

b. Ius Constituendum, yaitu hukum yang diharapkan berlaku pada waktu

yang akan datang.

c. Hukum asasi (hukum alam), yaitu hukum yang berlaku di mana-mana

dalam segala waktu dan untuk segala bangsa di dunia. Hukum ini berlaku

abadi terhadap siapa pun juga di seluruh tempat.

Page 42: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

42

5. Menurut cara mempertahankannya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum material, yaitu hukum yang memuat peraturan-peraturan yang

mengatur kepentingan-kepentingan dan hubungan-hubungan yang

berwujud perintah-perintah dan larangan-larangan.

b. Hukum formal (hukum proses atau hukum acara), yaitu hukum yang

memuat peraturan-peraturan bagaimana cara-cara melaksanakan dan

mempertahankan hukum material atau hukum yang mengatur bagaimana

cara mengajukan suatu perkara ke muka pengadilan dan bagaimana

cara-caranya hakim memberi putusan.

6. Menurut sifatnya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum yang memaksa, yaitu hukum yang dalam keadaan

bagaimanapun juga harus dan mempunyai paksaan mutlak.

b. Hukum yang mengatur (Hukum pelengkap), yaitu hukum yang dapat

dikesampingkan apabila pihak-pihak yang bersangkutan telah membuat

peraturan sendiri dalm suatu perjanjian.

7. Menurut wujudnya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum objektif, yaitu hukum dalam suatu negara yang berlaku umum

dan tidak mengenai orang atau golongan tertentu.

b. Hukum subjektif, yaitu hukum yang timbul dari hukum objektif dan

berlaku terhadap seorang tertentu atau lebih. Hukum Subjektif disebut

juga HAK.

Page 43: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

43

8. Menurut isinya, hukum dapat dibagi dalam:

a. Hukum privat (hukum sipil), yaitu hukum yang mengatur hubungan-

hubungan antara orang yang satu dengan orang yang lain dengan

menitikberatkan kepada kepentingan perseorangan.

b. Hukum publik (hukum negara), yaitu hukum yang mengatur hubungan

antara negara dengan alat-alat perlengkapan negara atau hubungan

antara negara dengan perseorangan (warga negara).

Page 44: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

44

BAB XI

PEMBAGIAN HUKUM MENURUT ISI

Hukum Perdata

Hukum Lingkungan

Hukum Perlindungan

Konsumen

Hukum Pidana

Hukum Tata Negara

Hukum Administrasi Negara

Hukum Internasional

Dari beberapa pembagian hukum sebagaimana disebutkan pada BAB IX,

yang terpenting adalah pembagian hukum menurut hukum sipil dan hukum

publik. Hukum sipil dalam arti luas terdiri dari hukum perdata dan hukum

dagang, sedangkan hukum sipil dalam arti sempit hanya terdiri dari hukum

perdata saja. Jadi jika diartikan secara luas, hukum perdata hanya sebagian dari

Hukum

Hukum Privat

Hukum Publik

Hukum Privat &

Publik

Page 45: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

45

hukum sipil dan jika diartikan secara sempit, hukum perdata adalah sama

dengan hukum sipil.

Hukum publik terdiri dari:

1. Hukum Tata Negara, yaitu hukum yang mengatur bentuk dan susunan

pemerintahan suatu negara serta hubungan kekuasaan antara alat-alat

perlengkapan satu sama lain, dan hubungan antara negara (pemerintah

pusat) dengan bagian-bagian negara.

2. Hukum Administrasi Negara atau Hukum Tata Pemerintahan, yaitu hukum

yang mengatur cara-cara menjalankan tugas (hak dan kewajiban) dari

kekuasaan alat-alat perlengkapan negara.

3. Hukum Pidana, yaitu hukum yang mengatur perbuatan-perbuatan apa yang

dilarang dan memberikan pidana kepada siapa yang melanggarnya serta

mengatur bagaimana cara-cara mengajukan perkara-perkara ke muka

pengadilan.

4. Hukum internasional, terdiri dari:

a) Hukum Perdata Internasional, yaitu hukum yang megatur hubungan

antara warganegara-warganegara suatu negara dengan warganegara-

warganegara dari negara lain dalam hubungan internasional.

b) Hukum Publik Internasional, yaitu hukum yang mengatur hubungan

antara negara yang satu dengan negara yang lain dalam hubungan

internasional.

Page 46: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

46

Antara hukum perdata dengan hukum pidana mempunyai beberapa

perbedaan di antaranya:28

1. Isi, Hukum perdata mengatur hubungan antara orang yang stu dengan orang

yang lain dengan menitikberatkan kepada kepentingan perseorangm, sedang

hukum pidana mengatur hubungan hukum antara seorang anggota

masyarakat (warganegara) dengan negara yang menguasai tata tertib

masyarakat itu.

2. Pelanggaran, pelanggaran terhadap norma hukum perdata baru diambil

tindakan oleh pengadilan setelah ada pengaduan dari pihak yang merasa

dirugikan yang disebut penggugat, sedangkan pelanggaran terhadap hukum

pidana pada umumnya segera diambil tindakan oleh penegak hukum tanpa

ada pengaduan dari pihak yang dirugikan atau ihak yang dirugikan cukup

melapor kepada pihak berwajib.

3. Menafsirkan, hukum perdata memperbolehkan untuk mengadakan macam-

macam penafsiran terhadap undang-undang hukum perdata, sedangkan

hukum pidana hanya mengenal penafsiran authentik, yaitu penafsiran yang

tercantum dalam undang-undang hukum pidana sendiri.

4. Hukum Acara, hukum acara adalah hukum yang mengatur bagaimana

mempertahankan hukum material. Ada beberapa perbedaan antara hukum

acara perdata dan hukum acara pidana, di antaranya:29

28 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm 76-77.

29 Ibid., hlm. 77-79.

Page 47: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

47

a) Perbedaan mengadili

1) Hukum acara perdata mengatur cara-cara mengadili perkara-perkara

di muka pengadilan perdata oleh hakim perdata.

2) Hukum acara pidana mengatur cara-cara mengadili perkara pidana di

muka pengadilan pidana oleh hakim pidana.

b) Perbedaan pelaksanaan (inisiatip berperkara)

1) Pada acara perdata inisiatif datang dari pihak yang berkepentingan

yang dirugikan (Penggugat).

2) Pada acara pidana inisiatif datang dari penuntut umum (jaksa).

c) Perbedaan penuntutan

1) Pada acara perdata, yang menuntut tergugat adalah penggugat dan

tidak ada penuntut umum atau jaksa.

2) Pada acara pidana, jaksa menjadi penuntut terhadap terdakwa. Jaksa

sebagai penuntut umum mewakili negara.

d) Perbedaan alat bukti

1) Pada acara perdata terdapat 5 alat buki, yaitu tulisan, saksi,

persangkaan, pengakuan dan sumpah.

2) Pada acara pidan terdapat 4 macam alat b ukti kecuali pengakuan.

e) Perbedaan penarikan kembali suatu perkara

1) Pada acara perdata, sebelum ada putusan hakim pihak-pihak yang

berperkara boleh menarik kembali perkaranya.

2) Pada acara pidana, tidak dapat ditarik kembali.

Page 48: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

48

f) Perbedaan kedudukan para pihak

1) Pada acara perdata, para pihak mempunyai kedudukan yang sama.

Hakim hanya sebagai wasit dan bersifat pasif.

2) Pada acara pidana, jaksa kedudukannya lebih tinggi dari terdakwa

dan hakim bersifat aktif.

g) Perbedaan dasar keputusan hakim

1) Pada acara perdata, putusan hakim cukup mendasarkan diri kepada

keputusan formal saja, seperti akta tertulis.

2) Pada acara pidana, putusan hakim harus didasarkan kepada

kebenaran material (menurut keyakinan hakim)

h) Perbedaan macam hukuman

1) Pada acara perdata, tergugat yang terbukti bersalah dijatuhi denda

atau hukuman kurungan sebagai pengganti denda.

2) Pada acara pidana, terdakwa yang terbukti bersalah dapat dijatuhi

pidana mati, seumur hidup, kurungan atau denda, dijatuhi hukuman

tambahan seperti dicabut hak-hak tertentu.

i) Perbedaan dalam banding

1) Pada acara perdata, banding perkara perdata dari pengadilan negeri

ke pengadilan tinggi disebut appel.

2) Pada acara pidana, banding perkara pidana dari pengadilan negeri

ke pengadilan tinggi disebut revisi.

(Appel dan revisi dalam bahasa Indonesia disebut banding).

Page 49: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

49

BAB XII

SUBJEK HUKUM

Subjek hukum adalah segala sesuatu yang dapat memperoleh hak dan

kewajiban dari hukum. Yang dapat memperoleh hak dan kewajiban dari hukum

hanyalah manusia. Jadi manusia oleh hukum diakui sebagai penyandang hak

dan kewajiban, sebagai subjek hukum atau sebagai orang.

Dewasa ini subjek hukum dibagi menjadi:

1. orang/manusia (natuurlijke persoon); dan

2. Badan Hukum (rechtspersoon).

Adapun penjelasan dari keduanya adalah sebagai berikut:

Subjek

Hukum Orang

Orang

Badan Hukum

Publik

Privat

Page 50: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

50

1. Orang

Dalam hukum, perkataan orang (persoon) berarti pembawa hak dan

kewajiban (rechtsdrager) atau subjek di dalam hukum. Pada masa sekarang tiap

orang tidak peduli kebangsaan, agama atau statusnya adalah subjek hukum.

Pada zaman dahulu ketika masih ada perbudakan, budak bukanlah

subjek hukum tetapi merupakan objek hukum dan dapat diperjualbelikan. Selain

itu, dahulu dikenal istilah kematian perdata (burgelyke dood), yaitu pernyataan

pengadilan (lijke dood) yang menyatakan bahwa seseorang tidak oleh memiliki

hak apapun lagi. Hal yang demikian tidak dimungkinkan lagi berdasarkan Pasal

3 BW yang berbunyi: ”Tiada suatu hukuman pun yang mengakibatkan kematian

perdata, atau kehilangan segala hak-hak kewargaan”.

Hukuman yang berupa pencabutan hak memang masih ada, tetapi

terbatas kepada pencabutan terhadap hak-hak tertentu saja. Hukuman yang

semacam itu tidak langsung hanya untuk sementara aktu saja.30 Hak-hak tertentu

yang dapat dicabut di antaranya:31

a. Hak memegang jabatan pada umumnya atau jabatan tertentu;

b. Hak memasuki angkatan bersenjata;

c. Hak memilih dan dipilih dalam pemilihan yang diadakan berdasarkan

aturan-aturan umum;

30 Lihat Pasal 10 KUHP.

31 Siswo Wiratmo, Pengantar, hlm. 42.

Page 51: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

51

d. Hak menjadi penasehat, wali pengawas, pengampu atau pengampu

pengawas atas anak yang bukan anak sendiri;

e. Hak menjalankan kekuasaan bapak, menjalankan perwakilan atau

pengampuan atas anak sendiiri;

f. Hak untuk menjalankan pencaharian tertentu.

Berlakunya manusia sebagai pembawa hak mulai dari saat ia dilahirkan

dan berakhir pada saat ia meninggal dunia; bahkan seorang anak yang masih

dalam kandungan ibunya dapat dianggap sebagai pembawa hak (dianggap telah

lahir) apabila kepentingannya menghendaki, seperti untuk menjadi ahli waris,

menerima pemberian asal saja ia dilahirkan hidup.32

Walaupun menurut hukum setiap orang dapat memiliki hak, namun tidak

semua orang diperbolehkan sendiri dalam melaksanakan hak-haknya itu.

Mereka yang oleh hukum dinyatakan tidak cakap (handelingsonbekwaam) ialah:

a. Orang yang masih di bawah umur (belum dewasa).33

b. Orang yang tidak sehat pikirannya (gila), pemabuk dan pemboros, yakni

mereka yang ditaruh di bawah pengmpuan (curatele).34

32 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm. 117.

33 Ketentuan mengenai kedewasaan sangat beragam, menurut Pasal 330 BW belum cukup

umur apabila belum mencapai umur 21 tahun dan belum kawin, menurut UU 1 Tahun 1974

untuk melangsungkan pekawinan batas umur bagi laki-laki 19 tahun dan perempuan 16 tahun,

menurut UU Pemilu untuk dapat memilih minimal 17 tahun, untuk menjadi saksi di pengadilan

orang harus berumur 15 tahun (Pasal 145 ayat (1) no. 3, 145 ayat (4) HIR, Pasal 172 ayat 1 no.

4 jo. 173 Rbg, Pasal 1912 BW). Pada umumnya batas umur kedewasaan adalah 21 tahun.

(Baca: Sudikno Mertokusumo, Mengenal, hlm. 55-56).

Page 52: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

52

c. Orang perempuan dalam pernikahan (wanita kawin).35

2. Badan hukum

Manusia bukanlah satu-satunya subjek hukum. Dalam lalu lintas hukum

diperlukan sesuatu hal lain yang bukan manusia yang menjadi subjek hukum. Di

samping orang, dikenal juga subjek hukum yang bukan manusia yang disebut

badan hukum. Badan hukum adalah organisasi atau kelompok manusia yang

mempunyai tujuan tertentu yang dapat menyandang hak dan kewajiban. Badan

hukum bertindak sebagai satu kesatuan dalam lalu lintas hukum seperti orang.36

Hanya saja bedanya, badan hukum tidak dapat kawin, tidak dapat mempunyai

anak. Badan hukum tidak dapat mempunyai kekuasaan marital. Badan hukum

tidak dapat dipenjara kecuali dijatuhi hukuman denda.

Badan hukum bertindak dengan perantaraan pengurus-pengurunya.

Badan hukum dibedakan menjadi dua bentuk, yaitu:37

34 Bagi pemboros dan pemabuk yang diletakkan di bawah pengampuan, ketidakcakapan

bertindak hanya terbatas pada perbuatan-perbuatan dalam bidang hukum harta kekayaan saja.

35 Ketentuan tersebut sekarang sudah dicabut dengan SEMA no. 3 Tahun 1963 tanggal 4

Agustus 1963. Hal ini ditegaskan lagi dalam Pasal 31 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan,

di mana hak dan kedudukan istri adalah seimbang dengan hak dan kedudukan suami dalam

rumah tangga dan pergaulan hidup bersama dalam masyarakat; dan masing-masing pihak

berhak untuk melakukan perbuatan hukum.

36 Sudikno Mertokusumo, Mengenal, hlm. 54.

37 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm. 118.

Page 53: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

53

a. Badan hukum publik

Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum publik yang menyangkut

kepentingan publik, orang banyak atau negara pada umumnya. Badan

hukum ini merupakan badan-badan hukum negara yang mempunyai

kekuasaan wilayah atau merupakan lembaga yang dibentuk oleh yang

berkuasa, berdasarkan perundang-undangan yang dijalankan eksekutif,

pemerintah atau badan pengurus yang diberi tugas untuk itu. Contoh badan

hukum publik seperti: negara, propinsi, kabupaten, Bank Indonesia dan lain-

lain.

b. Badan hukum privat (perdata), yang dapat dibagi lagi menjadi:

Badan hukum yang didirikan berdasarkan hukum sipil atau perdata yang

menyangkut kepentingan pribadi di dalam badan hukum itu. Badan hukum

ini merupakan badan hukum swasta yang didirikan oleh pribadi orang untuk

tujuan tertentu, yaitu mencari keuntungan, sosial pendidikan, ilmu

pengetahuan, politik, kebudayaan, kesehatan, olah raga dan lain-lain.

Menurut, tujuannya, badan hukum privat dapat dibagi menjadi:

1) Perserikatan dengan tujuan tidak materialistis/amal. Contoh:

perkumpulan gereja, badan wakaf, yayasan dll.

2) Persekutuan dengan tujuan memperoleh laba. Contoh: Perseroan

Terbatas.

Page 54: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

54

Ada beberapa teori yang berhubungan dengan badan hukum, yakni:38

1. Teori Fiksi atau anggapan dari Von Savigny, C.W. Opzoomer dan Houwing.

Pada dasarnya subjek hukum hanya manusia. Badan hukum hanyalah

anggapan (fiksi) saja, hanya gambaran saja yang tidak berujud dengan nyata.

Ia dibuat oleh negara. Ia dipersamakan dengan orang.

2. Teori Kekayaan tujuan dari A. Brinz dan EIJ van der Heyden

Menurut teori ini kekayaan badan hukum bukan kekayaan seseorang, tetapi

kekayaan itu terikat pada tujuannya (Zweck-Vermogen). Tiap hak tidak

ditentukan oleh suatu subjek tetapi ditentukan oleh suatu tujuan. Menurut

teori ini hanya manusialah yang menjadi subjek hukum dan badan hukum

adalah untuk melayani kepentingan tertentu.

3. Teori Orgaan dari Otto von Gierke

Badan hukum itu seperti manusia. Ia suatu jelmaan yang sungguh-sungguh

ada dalam pergaulan hukum. Badan hukum itu membentuk kehendak

sendiri dengan perantaraan alat-alat (organ) yang ada padanya (pengurus)

seperti manusia. Menurutnya, badan hukum bukanlah sesuatu fiksi tapi

merupakan makhluk yang sungguh-sungguh ada secara abstrak dari

konstruksi yuridis. Fungsi badan hukum dipersamakan dengan fungsi

manusia.

38R. Soeroso, Pengantar, 243-244; Siswo Wiratmo, Pengantar, hlm. 43.

Page 55: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

55

4. Teori milik kolektif dari W.LP.A. Molengraff dan Marcel Planiol

Dalam teori ini badan hukum ialah harta yang tidak dapat dibagi-bagi dari

anggota-anggota secara bersama-sama. Hak dan kewajiban badan hukum

pada hakikatnya adalah hak dan kewajiban para anggota secara bersama-

sama. Oleh karenanya badan hukum hanya konstruksi yuridis, jadi pada

hakikatnya abstrak.

5. Teori Duguit

Sesuai dengan ajarannya tentang fungsi sosial, dalam teiri ini Duguit tidak

mengakui adanya badan hukum sebagai subjek hukum tetapi hanya fungsi-

fungsi sosil yang harus dilaksanakan. Manusia sajalah sebagai subjek hukum,

selain manusia bukan subjek hukum.

6. Teori Eggens

Badan hukum adalah suatu ”hulpfiguur”, karena adanya diperlukan dan

dibolehkan hukum, demi untuk menjalankan hak-hak dengan sewajarnya

(behoorlijk). Bahwa dalam hal-hal tertentu keperluan itu dirasakan, oleh

karena hukum hendak memperlakukan suatu rombongan orang yang

bersama-sama mempunyai kekayaan dan tujuan tertentu sebagai suatu

kesatuan, karena seorang subjek hukum saja tidak dapat berwenang secara

sendiri-sendiri bertindak dalam rangkaian peristiwa hukum itu.

Page 56: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

56

BAB XIII

OBJEK HUKUM

Pembagian

Objek Hukum

Tidak berwujud

Berwujud

Tidak bergerak

Bergerak

Tidak Habis

Habis

Akan Ada

Sudah Ada

Di Luar

Perdagangan

Perdagangan

Tidak Dapat

Dibagi

Dapat dibagi

Dan lain-lain

Page 57: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

57

Objek hukum (recht object) adalah segala sesuatu yang berguna bagi

subjek hukum (manusia/badan hukum) dan yang menjadi pokok permasalahan

dan kepentingan bagi para subjek hukum, oleh karenanya dapat dikuasai oleh

subjek hukum.39

Biasanya objek hukum disebut benda. Menurut hukum perdata, benda

ialah segala barang-barang dan hak-hak yang dimiliki orang (vide Pasal 499

KUHPerd).

Menurut Pasal 503 KUHPerd, benda dibagi menjadi:

1. Benda berwujud, yaitu segala sesuatu yang dapat diraba oleh pancaindera,

seperti: rumah, buku dan lain-lain.

2. Benda tidak berwujud (benda immaterial), yaitu segala macam hak seperti:

Hak cipta, merek dan lain lain.

Menurut Pasal 504 KUHPerd, benda dapat juga dibagi atas:

1. Benda tidak bergerak (benda tetap), yaitu benda yang tidak dapat

dipindahkan, seperti tanah dan segala sesuatu yang ditanam atau yang

dibangun di atasnya, seperti: pohon, gedung, mesin-mesin dalam pabrik dan

lain-lain. Kapal yang besarnya 20 m3 termasuk juga golongan benda tetap.

2. Benda bergerak (benda tidak tetap) yaitu benda-benda yang dapat

dipindahkan, seperti: sepeda, meja, hewan dan lain-lain.

39 R. Soeroso, Pengantar, hlm. 246.

Page 58: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

58

BAB XIV

PERISTIWA HUKUM

Wasiat

Perjanjian

Zaakwarneming

(Pasal 1354 KUHPerd)

Onrechtmatige daad Kematian (Pasal 1365 KUHPerd)

Kelahiran

Lewat Waktu

Peristiwa

Hukum

Bukan Perbuatan

Subjek Hukum

Perbuatan

Subjek Hk

Perb. Bukan

Perb. Hukum

Perbuatan

Hukum

Perbuatan Hukum

Bersegi dua

Perbuatan Hukum

Bersegi Satu

Perbuatan yg ber-

tentangan dg hk

Perbuatan yg

sesuai dg hukum

Page 59: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

59

Anggota-anggota masyarakat setiap hari mengadakan hubungan satu

dengan lainnya yang menimbulkan berbagai peristiwa kemasyarakatan.

Peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang oleh hukum diberikan akibat-akibat

dinamakan peristiwa hukum atau kejadian hukum (reshtsfeit).40

Peristiwa hukum dibagi menjad dua macam, yaitu:

1. Peristiwa yang merupakan perbuatan subjek hukum; dan

2. Peristiwa yang bukan merupakan perbuatan subjek hukum.

Peristiwa yang merupakan perbuatan subjek hukum adalah perbuatan

yang oleh hukum diberi akibat dan akibat itu dikehendaki oleh yang

melakukannya. Apabila akibat perbuatan tidak dikehendaki oleh yang

melakukannya atau salah satu dari yang melakukannya, maka perbuatan itu

bukanlah suatu perbuatan hukum. Dengan demikian, kehendak dari yang

melakukan perbuatan merupakan unsur pokok dari perbuatan tersebut. Ada dua

macam perbuatan, yaitu:

1. Perbuatan hukum yang bersegi satu (eenzijdig);

2. Perbuatan hukum yang bersegi dua (tweezijdig).

Perbuatan hukum yang bersegi satu ialah perbuatan hukum yang akibat

hukum yang ditimbulkannya merupakan kehendak dari satu subjek. Seperti

perbuatan hukum yang disebutkan dalam Pasal 875 KUHPerd tentang

perbuatan mengadakan surat wasiat.

40 C.S.T. Kansil, Pengantar, hlm. 121.

Page 60: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

60

Perbuatan hukum yang bersegi dua ialah perbuatan hukum yang akibat

hukum yang ditimbulkannya merupakan kehendak dari dua subjek hukum atau

lebih. Tiap perbuatan hukum yang besegi dua merupakan perjanjian.41 Dalam

Pasal 1313 KUHPerd ditegaskan bahwa perjanjian adalah suatu perbuatan yang

menyebabkan seorang atau lebih mengikat dirinya pada seorang lain atau lebih.

Adapun perbuatan yang bukan perbuatan hukum dibagi menjadi:

1. Perbuatan yang akibatnya diatur oleh hukum, walaupun bagi hukum tidak

perlu akibat tersebut dikehendaki oleh pihak yang melakukan perbuatan itu.

Jadi akibat yang tidak dikehendaki oleh yang melakukan perbuatan itu diatur

oleh hukum, tetapi perbuatan tersebut bukanlah perbuatan hukum.

Contoh: Perbuatan memperhatikan (mengurus) kepentingan orang lain

dengan tidak diminta oleh orang yang diurusnya untuk memperhatikan

kepentingannya (zaakwarneming), seperti yang diatur dalam Pasal 1354

KUHperd). Dalam praktik, misalkan A sedang sakit dan tidak dapat mengurus

kepentingannya, apabila B mengurus kepentingan A meskipun tanpa diminta

oleh A, maka B harus mengurus kepentingan A sampai tuntas, sampai A

sembuh dan dapat mengurus kembali kepentingannya.

2. Perbuatan yang bertentangan dengan hukum (onrechtmatige daad).

Akibat suatu perbuatan yang bertentangan dengan hukum diatur juga oleh

hukum, meskipun perbuatan itu tidak dikehendaki oleh yang melakukan

perbuatan tersebut. Dalam hal ini, siapa yang melakukan suatu perbuatan

41 Ibid., hlm. 122.

Page 61: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

61

yang bertentangan dengan hukum harus mengganti kerugian yang diderita

oleh yang dirugikan karena perbuatan itu. Jadi karena suatu perbuatan yang

bertentangan dengan hukum akan menimbulkan suatu perikatan untuk

mengganti kerugian yang diderita oleh orang yang dirugikan. Dalam sejarah

hukum, perbuatan yang bertentangan dengan hukum yang disebutkan dalam

Pasal 1365 KUHPerd telah diperluas pengertiannya menjadi membuat

sesuatu atau tidak membuat sesuatu (melalaikan) sesuatu yang:

a. melanggar hak orang lain;

b. bertentangan dengan kewajiban hukum dari yang melakukan perbuatan

itu;

c. bertentangan dengan kesusilaan maupun asas-asas pergaulan

kemasyarakatan mengenai kehormatan orang lain atau barang orang lain.

Mengenai peristiwa yang bukan merupakan suatu perbuatan hukum, di

antaranya:

1. Kelahiran, menimbulkan langsung hak-hak anak untuk memperolah

pemeliharaan dari orang tuanya (Pasal 298 ayat (2) KUHPerd).

2. Kematian, diatur dalam Pasal 830 dan 833 KUHPerd.

3. Lewat waktu, yaitu lewat waktu akuisitif dan ekstinktif. Lewat waktu akuisitif

adalah lewat waktu yang mengakibatkan memperoleh sesuatu. Lewat waktu

ekstinktif adalah lewat waktu yang membebaskan seseorang dari tanggung

jawab sehabis masa tertentu dan apabila syarat yang telah ditentukan

undang-undang terpenuhi.

Page 62: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

62

BAB XV

PENAFSIRAN HUKUM

���� Bahasa

���� Resmi

���� Sosilogis

���� Menghubungkan

dengan UU lain

���� Sejarah

���� Memperbandingkan

���� Mengantisipasi

���� Membatasi

����Memperluas

���� Metode Berfikir

Analogi, dibagi:

Penafsiran Hukum

Historis

Teleologis

Sistematis

Autentik

Argumentum

per Analogiam

Komparatif

Penemuan

Hukum Bebas

Futuristis

Penyempitan

Hukum

Restriktif

Argumentum a

Contrario

Metode

Argumentasi

Gramatikal

Ekstensif

Page 63: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

63

Penafsiran atau interpretasi hukum berfungsi untuk mencari dan

menetapkan dalil-dalil hukum yang termuat dalam undang-undang yang akan

digunakan untuk menghukumi kasus-kasus kongkrit. Sebagai penegak hukum,

hakim harus memutuskan perkara berdasarkan hukum yang telah ditetapkan.

Namun permasalahannya, hukum yang ada belum tentu mudah untuk

diterapkan pada kasus-kasus kongkrit. Ini bisa difahami karena dengan adanya

kodifikasi, hukum menjadi kaku, statis dan sukar berubah. Di lain pihak,

masyarakat terus berubah dan berkembang. Agar hukum dapat diaplikasikan

dalam kasus-kasus kongkrit yang ada di masyarakat, maka diperlukan

interpretasi hukum. Interpretasi hukum diperlukan karena hukum bersifat

dinamis, maka hakim sebagai penegak hukum harus memandang kodifikasi

sebagai pedoman agar ada kepastian hukum, sementara di dalam menjatuhkan

putusan, ia harus mempertimbangkan nilai-nilai keadilan yang hidup dalam

masyarakat.42

Ada beberapa cara atau metode untuk menafsirkan hukum, di

antaranya:43

1. Penafsiran gramatikal, yaitu penasiran berdasarkan bunyi undang-undang

secara tata bahasa, artinya hanya mengingat bunyi kata-kata saja.

42 Ibid.,, hlm. 66

43 Ibid, hlm. 66-71; Sudikno, Mengenal, hlm. 142-159; Siswo Wiratmo, Pengantar, hlm.

52-53; R. Soeroso, Pengantar, hlm. 98-109.

Page 64: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

64

2. Penafsiran autentik atau penafsiran resmi, yaitu penafsiran yang pasti

terhadap arti kata-kata itu sebagaimana diberikan oleh pembentuk undang-

undang atau negara.

3. Penafsiran teleologis atau penafsiran sosiologis, yaitu penafsiran dengan

mengingat maksud dan tujuan undang-undang. Adakalanya suatu undang-

undang yang telah lama/usang yang masih berlaku diterapkan pada suatu

peristiwa yang terjadi masa kini. Sehingga undang-undang yang telah

lama/usang tersebut ditafsirkan dengan berbagai cara agar sesuai dengan

kondisi masa kini. Sebagai contoh, penyadapan aliran listrik secara illegal

termasuk kategori pencurian yang diatur dalam Pasal 362 KUHP.

4. Penafsiran sistematis, yaitu penafsiran dengan menilik bunyi pasal lain dalam

undang-undang tersebut, maupun dalam undang-undang lainnya.

5. Penafsiran historis, yaitu penafsiran denagan berdasarkan sejarahnya.

Penafsiran historis ada dua cara, yaitu:

b. Sejarah hukumnya, maksudnya berdasarkan sejarah terjadinya hukum

tersebut.

c. Sejarah undang-undangnya, yang diseidiki adalah maksud pembuat

undang-undang.

Contoh: Untuk mengetahui makna hakiki dari UUD 1945 yang bersifat

ringkas dan singkat atau suatu undang-undang, harus tahu pula sejarah

terjadinya hukum tersebut atau perumusannya.

Page 65: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

65

6. Penafsiran komparatif, yaitu penafsiran dengan cara memperbandingkan

antara hukum lama dengan hukum positif yang berlaku, antara hukum

nasional dengan hukum asing dan hukum kolonial. Seperti makna kata

”Perseroan Terbatas” yang berasal dari negara lain yang mengutamakan

makna persaingan bebas tidak seluruhnya cocok dengan kondisi Indonesia.

Contoh lain, seperti makna ”zina” dalam hukum Islam berbeda dengan

hukum posiitif.

7. Penafsiran futuristis, yaitu penafsiran yang bersifat antisipasi yang

berpedoman kepada undang-undang yang belum mempunyai kekuatan

hukum.

8. Penafsiran restriktif adalah penafsiran dengan cara mempersempit atau

membatasi kata-kata.

9. Penafsiran ekstensif, yaitu penafsiran dengan cara memperluas arti kata-kata.

Contoh: ”Aliran listrik” seperti contoh di atas yang tidak bisa dilihat dan

diraba bisa dimasukkan ke dalam kategori benda, sehingga orang yang

menyadap dapat dikategorikan sebagai pencuri.

10. Penafsiran dengan menggunakan metode argumentasi, yaitu metode

penafsiran hukum yang digunakan apabila peraturan yang ada tidak jelas

atau peraturannya belum ada. Agar tidak terjadi kekosongan atau

ketidaklengkapan hukum digunakan metode berfikir:

Page 66: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

66

a. Argumentum per analogiam, menganalogikan peristiwa yang serupa,

sejenis atau mirip yang belum ada pengaturannya dengan peristiwa yang

sudah ada pengaturannya.

b. Penyempitan hukum, kadang-kadang peraturan perundang-undangan

yang ada ruang lingkupnya terlalu umum atau luas, sehingga perlu

dipersempit untuk dapat diterapkan terhadap suatu peristiwa tertentu.

c. Argumentum a contrario, ada kalanya suatu perisiwa khusus tidak diatur

oleh suatu undang-undang, tetapi kebalikan dari peristiwa tersebut diatur

oleh undang-undang.

11. Penemuan hukum bebas. Penemuan hukum yang telah diuraikan di atas

adalah penemuan hukum dengan metode interpretasi dan argumentasi yang

berpijak pada undang-undang. Undang-undang memang harus dihormati,

tetapi undang-undang akan selalu ketinggalan zaman. Makin tua umur

undang-undang makin banyak kekosongan di dalamnya. Menghadapi

persoalan tersebut, lama-kelamaan dirasakan perlunya hakim diberi

kebebasan untuk melakukan penemuan hukum. Pada penemuan hukum

bebas, hakim mempunyai tugas mencipta hukum. Penemu hukum yang

bebas tugasnya bukanlah menerapkan undang-undang, tetapi menciptakan

hukum meskipun tidak mustahil penggunaan metode penemuan hukum

bebas ini akan menghasilkan pemecahan yang sama seperti metode-metode

yang lain. Seorang yang menggunakan penemuan hukum yang bebas tidak

Page 67: PENDAHULUAN A. Pengertian dan Arti Penting Pengantar …sap.ubhara.ac.id/wp-content/uploads/2011/10/4.-Materi-PIH.pdf · ... tingkah laku manusia, ... yang timbul dalam pergaulan

67

akan berpendirian ”saya harus memutuskan demikian karena bunyi undang-

undangnya demikian”.