PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PADA MASA...

16
Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 421 PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PADA MASA PANDEMI COVID-19 Juni Hestina 1 , Helena J. Purba 1 , Saktyanu K. Dermoredjo 1 Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111 Korespondensi penulis: [email protected] PENDAHULUAN Kebutuhan mendasar bagi manusia agar dapat hidup sehat, aktif, serta produktif secara berkelanjutan, dapat diperoleh melalui pangan. Menurut UU No.18 Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh pangan dengan kuantitas, kualitas, keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata, dan terjangkau. Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan selama pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal memenuhi persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu pasokan pangan, keterjangkauan dan keamanan). Menurut UU No.18 Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh pangan dengan kuantitas, kualitas, keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata, dan terjangkau. Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan selama pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal memenuhi persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu pasokan pangan, keterjangkauan dan keamanan). Pandemi Covid-19 membawa dampak pada berbagai aspek kehidupan masyarakat yang akarnya datang dari kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampak yang paling nyata adalah terjadinya resesi dan penurunan pertumbuhan ekonomi di berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut data BPS (2020), ekonomi Indonesia triwulan I-2020 dibandingkan triwulan I-2019 1 Kontributor utama

Transcript of PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI PADA MASA...

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 421

    PENCAPAIAN KETAHANAN PANGAN DAN GIZI

    PADA MASA PANDEMI COVID-19

    Juni Hestina1, Helena J. Purba1, Saktyanu K. Dermoredjo1

    Pusat Sosial Ekonomi dan Kebijakan Pertanian

    Jln. Tentara Pelajar No. 3B, Bogor 16111

    Korespondensi penulis: [email protected]

    PENDAHULUAN

    Kebutuhan mendasar bagi manusia agar dapat hidup sehat, aktif,

    serta produktif secara berkelanjutan, dapat diperoleh melalui pangan.

    Menurut UU No.18 Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara

    Kesatuan Republik Indonesia wajib memperoleh pangan dengan

    kuantitas, kualitas, keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata,

    dan terjangkau. Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan

    pangan selama pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal

    memenuhi persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu

    pasokan pangan, keterjangkauan dan keamanan). Menurut UU No.18

    Tahun 2012, setiap orang dalam wilayah Negara Kesatuan Republik

    Indonesia wajib memperoleh pangan dengan kuantitas, kualitas,

    keamanan, beragam, gizi seimbang, secara merata, dan terjangkau.

    Sudut pandang untuk menjaga kualitas dan keamanan pangan selama

    pandemi Covid-19, tidak hanya cukup dalam hal memenuhi

    persyaratan teknis, tetapi juga faktor-faktor lain (yaitu pasokan pangan,

    keterjangkauan dan keamanan).

    Pandemi Covid-19 membawa dampak pada berbagai aspek

    kehidupan masyarakat yang akarnya datang dari kebijakan

    Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Dampak yang paling nyata

    adalah terjadinya resesi dan penurunan pertumbuhan ekonomi di

    berbagai negara termasuk Indonesia. Menurut data BPS (2020),

    ekonomi Indonesia triwulan I-2020 dibandingkan triwulan I-2019

    1 Kontributor utama

  • 422 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    tumbuh 2,97%. World Bank (2020) juga memproyeksikan bahwa

    pertumbuhan ekonomi Indonesia pada tahun 2020 hanya akan

    mencapai 2,1% dan skenario terburuk, angka proyeksi tersebut dapat

    turun menjadi -3,5%. Perlambatan ekonomi tersebut pada saat yang

    sama akan berakibat pada peningkatan kemiskinan. Kemiskinan

    indentik dengan penurunan atau bahkan kehilangan sumber

    pendapatan, yang pada akhirnya akan berujung pada perubahan

    struktur pengeluaran kuantitas dan kualitas pangan yang dikonsumsi.

    Mengurangi proporsi pengeluaran nonpangan dapat

    mengimbangi penurunan pendapatan rumah tangga. Hal ini

    bertujuan untuk mengimbangi pengeluaran pangan guna menjaga

    kuantitas dan komposisi asupan pangan. Dengan memprioritaskan

    pangan pokok dan pangan dengan harga murah, struktur

    pengeluaran pangan juga akan berubah. Untuk itu, masyarakat

    menurunkan kualitas konsumsi makanannya dengan membatasi

    pilihan makanan sumber protein hewani dan vitamin mineral

    (terutama dari buah-buahan), dan bergeser kepada pangan sumber

    karbohidrat (Ariani 2020).

    Di sisi lain, pola pangan antarkelas sosial akan berbeda. Keluarga

    miskin akan menjaga kebutuhaan pangan pokoknya, sementara

    keluarga kaya akan banyak mengonsumsi makanan sehat dengan

    menjaga pola makan seimbang memperhatikan kebutuhan asupan

    protein, vitamin, dan mineral. Hal ini didasarkan pada kesadaran

    peningkatan daya tahan tubuh agar tidak mudah terserang penyakit,

    terutama Covid-19 (Ariani 2020). Tulisan ini bertujuan untuk

    membahas permasalahan dan upaya pencapaian ketahanan pangan

    dan gizi pada masa dampak pandemi Covid-19.

    METODE

    Sistem pangan terdiri dari tiga subsistem, yaitu ketersediaan,

    keterjangkauan, dan pemanfaatan atau konsumsi pangan. Pandemi

    Covid-19 berpengaruh signifikan terhadap kinerja sistem pangan

    tersebut. Tulisan ini membahas permasalahan dan upaya pencapaian

    ketahanan pangan dan gizi dengan menggunakan data dan informasi

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 423

    dari Badan Ketahanan Pangan (BKP) Kementerian Pertanian

    (Kementan), kepustakaan yang terkait dengan isu sistem pangan dari

    jurnal ilmiah, publikasi dari Pusat Sosial Ekonomi Pertanian (PSEKP),

    dan sumber lainnya.

    HASIL DAN PEMBAHASAN

    Penyediaan Pangan untuk Memenuhi Asupan Pangan Memenuhi

    Kaidah Gizi

    Pandemi Covid-19 berdampak pada seluruh aspek kehidupan

    masyarakat, berbagai kebijakan yang dilakukan seperti PSBB membuat

    intensitas kehidupan sosial menjadi menurun, karena relasi sebagai

    dasar kehidupan perekonomian dibatasi. Dampak pandemi Covid-19

    terhadap sistem mutu dan pangan adalah (1) dampak ekonomi,

    turunnya pendapatan rumah tangga akibat terganggunya aktivitas

    ekonomi sehingga masyarakat umumnya mengurangi kualitas

    konsumsi makanan dengan membatasi pilihan makanan sumber

    protein hewani dan vitamin mineral terutama dari buah-buahan,

    bergeser ke pangan sumber karbohidrat, dan (2) terhambatnya lalu

    lintas barang, termasuk pangan antarwilayah sehingga ketersediaan

    pangan di tingkat pengecer dan rumah tangga terganggu.

    Menurut Ariani (2020), respons untuk menjaga sistem

    ketersediaan pangan dengan keragaman yang memenuhi kaidah gizi

    pada masa pandemi Covid-19 yang dapat diusulkan untuk jangka

    pendek dan menengah adalah: Pertama, pemerintah harus terus

    berupaya menyediakan makanan pokok seperti beras dalam jumlah

    cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Pemerintah harus

    memastikan bahwa petani tidak mengalami kendala dalam

    menjalankan usaha tani padi, yang menunjukkan bahwa petani selalu

    dalam kondisi sehat, memiliki sarana produksi yang memadai,

    tersedianya tenaga kerja (pengolahan, menyiang, panen), dan

    memastikan akses pemasaran dengan harga yang menarik. Kedua,

    memastikan tersedianya pangan sumber protein hewani seperti telur

    dan daging ayam dalam jumlah cukup dan harga yang terjangkau

    bagi masyarakat yang daya belinya menurun. Pemerintah dapat

  • 424 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    bekerja sama dengan layanan pengiriman online (Gojek, Grab, dan

    lainnya), sehingga masyarakat memperoleh kemudahan dalam

    memperoleh makanan dan mengurangi biaya pengeluaran untuk

    pangan, minimal sampai kebijakan PSBB dicabut. Jika diperlukan,

    pemerintah dapat memberikan subsidi harga untuk beras dan telur

    bagi masyarakat miskin. Pemerintah menjaga ketersediaan pangan

    strategis lain seperti bawang merah, gula pasir, dan cabai merah

    mengingat komoditas ini banyak dikonsumsi oleh masyarakat

    dengan tingkat partisipasi konsumsi tinggi. Ketiga, diversifikasi

    produksi pangan harus didorong kembali, terutama pangan sumber

    karbohidrat, sehingga diharapkan keragaman konsumsi pangan lokal

    akan semakin meningkat. Indonesia memiliki keanekaragaman serta

    sumber daya genetik pangan lokal dalam jumlah besar yang spesifik

    untuk setiap daerah. Keempat, pemanfaatan pekarangan, dengan

    peserta program tidak hanya kelompok wanita tani (KWT) namun

    juga karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Jenis

    pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain sayuran,

    pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas.

    Penyediaan Pangan Berbasis Produksi Pangan Domestik

    Untuk memenuhi ketersediaan dan keterjangkauan pangan

    masyarakat yang memiliki kualitas jaminan mutu yang baik,

    pemerintah telah menjamin stok pangan strategis. Berdasarkan hasil

    perhitungan yang dilakukan BKP yang disampaikan pada rapat

    terbatas 30 Maret 2020, prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan

    pokok nasional untuk periode Juni-Agustus 2020 masih tercukupi

    hingga kebutuhan bulan Desember 2020 (Tabel 1). Hanya tiga

    komoditas yang memerlukan penambahan pasokan dari impor yaitu

    bawang putih, daging sapi/kerbau, dan gula. Hal ini terjadi karena

    produksi lokal belum dapat memenuhi kebutuhan domestik

    (Damanik 2020).

    Untuk meningkatkan daya beli dan konsumsi pangan yang

    berkualitas masyarakat di tengah pandemi Covid-19, pemerintah juga

    telah memberikan stimulus fiskal sebesar Rp405,1 triliun, dengan

    rincian: (1) untuk pemulihan ekonomi nasional Rp150 trilliun, (2)

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 425

    insentif perpajakan dan stimulus KUR Rp70,1 triliun, (3)

    perlindungan sosial Rp110 triliun, dan (4) bidang kesehatan Rp75

    triliun (Ika 2020). Hal tersebut setidaknya dapat mengurangi beban

    masyarakat, terutama masyarakat berpenghasilan rendah atau yang

    rentan terhadap dampak sosial dan ekonomi dari pandemi Covid-19.

    Tabel 1. Perkiraan ketersediaaan dan kebutuhan pangan pokok

    nasional periode Juni-Agustus 2020

    No. Komoditas

    Jumlah

    perkiraan

    ketersediaan

    (ton)

    Perkiraan

    kebutuhan

    (ton)

    Perkiraan

    neraca s.d

    Agustus (ton)

    1 Beras 15.741.809 7.492.056 8.249.753

    2 Jagung 9.134.664 4.599.959 4.534.705

    3 Bawang merah 655.669 354.094 301.575

    4 Bawang putih 131.107 146.444 15.337

    5 Cabai besar 294.758 273.713 21.045

    6 Cabai rawit 282.878 251.998 30.880

    7 Daging sapi/kerbau 170.648 192.110 21.462

    8 Daging ayam ras 1.197.396 854.604 342.792

    9 Telor ayam ras 1.293.023 1.203.041 89.982

    10 Gula pasir 2.159.092 691.436 1.467.656

    11 Minyak goreng 21.273.274 2.299.897 18.973.377

    Sumber: data prognosa ketersediaan dan kebutuhan pangan, BKP (2020)

    Indeks harga pangan FAO (FAO Food Price Index/FFPI) rata-rata

    naik 1,8 poin dari periode Juli, nilai tertinggi sejak Februari 2020

    (Gambar 1). Kenaikan harga pangan terlihat pada komoditas gula dan

    minyak nabati (FAO 2020). Kenaikkan harga pangan diakibatkan

    turunnya nilai mata uang dolar Amerika Serikat (AS) yang

    memengaruhi kenaikkan harga dan permintaan komoditas pertanian

    di pasar dunia. Harga komoditas pangan periode Juni-Agustus 2020

    cenderung tetap, kecuali untuk daging sapi dan bawang merah.

    Terbatasnya ketersediaan daging sapi di dalam negeri, hal ini meme-

    ngaruhi harga, sementara untuk bawang merah disebabkan belum

    masuknya masa panen produksi sehingga stok dalam negeri terbatas.

  • 426 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    Sumber : FAO (2020) dan PIHPS (2020)

    Gambar 1. Indeks harga pangan dunia (A) dan harga pangan pokok

    dan penting nasional (B)

    Meskipun secara perkiraan ketersediaan stok dan kebutuhan

    pangan mencukupi hingga akhir tahun, ketersediaan pangan untuk

    periode selanjutnya harus diperhatikan mengingat secara historis

    Rp-

    Rp20.000

    Rp40.000

    Rp60.000

    Rp80.000

    Rp100.000

    Rp120.000

    Rp140.000

    Ha

    rga

    Harga komoditas pangan utama periode Juni-Agustus 2020

    Jun-20 Juli 2020 Agustus 2020

    A

    B

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 427

    bulan November sampai Januari adalah musim paceklik karena

    sumber utama persediaan pangan dari produksi dalam negeri pada

    periode tersebut berasal dari hasil panen Musim Tanam (MT) II dan

    sisa stok dari hasil panen MT I. Bahkan dalam kondisi normal, pada

    periode tersebut produksi pangan hanya sekitar 40% dari produksi

    pangan MT II, sedangkan produksi MT II hanya sekitar 70% jika

    dibandingkan dengan MT. Badan Meteorologi Klimatologi dan

    Geofisika (BMKG) memperkirakan bahwa secara umum musim

    kemarau 2020 relatif lebih basah daripada 2019 akan tetapi ada sekitar

    30% wilayah yang menurut zona musim (ZOM) akan lebih kering dari

    kondisi normalnya (Sumaryanto 2020).

    Selain air, kendala pada peringkat berikutnya adalah kemampuan

    dan akses terhadap modal bagi usaha pertanian. Menipisnya

    simpanan dan berkurangnya pendapatan petani dari kegiatan

    nonpertanian, menyebabkan pasokan modal untuk usaha tani

    menjadi sangat terbatas. Untuk ketersediaan tenaga kerja

    diperkirakan cukup. Menurut Sumaryanto (2020), fasilitasi produksi

    yang diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut adalah

    manajemen air pada jaringan irigasi agar kebutuhan air pada musim

    ini tercukupi dan lebih efisien. Hal itu dapat dilakukan dengan

    menerapkan teknik irigasi berjeda (intermittent) dan penggunaan air

    irigasi macak-macak. Untuk mengantisipasi risiko kekeringan,

    pemanfaatan irigasi pompa perlu disiapkan sejak awal dan

    pemeliharaan saluran irigasi harus lebih diintensifkan. Selain untuk

    meningkatkan efisiensi penyaluran air, hal ini juga diperlukan untuk

    meningkatkan kinerja irigasi tanam padi MT I tahun depan.

    Upaya lainnya untuk meningkatkan produksi dan ketersediaan

    pangan beragam adalah: (1) perluasan areal tanam padi pada sawah

    rawa lebak, varietas yang cocok untuk ditanam di jenis lahan ini

    adalah Inpara (Inbrida padi rawa); (2) peningkatan diversifikasi

    tanaman selain padi, seperti jagung, kedelai, kacang hijau, dan sayur-

    sayuran dengan sistem pemupukan dan pengendalian organisme

    pengganggu tanaman sesuai rekomendasi; (3) intensifikasi

    pemanfaatan lahan pekarangan untuk memenuhi kebutuhan pangan

    rumah tangga juga perlu diintensifkan dengan jenis tanaman sayuran

  • 428 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    seperti cabai, bawang daun, terong, dan sayuran lainnya. Sejalan

    dengan upaya ini, di kota dan di pinggiran perkotaan dapat

    dilakukan dengan memanfaatkan tanaman dalam pot atau bagi yang

    mampu dapat memanfaatkan teknik hidroponik.

    Terkait dengan upaya diversifikasi pangan, selama ini BKP telah

    merintis program pemanfaatan pekarangan melalui program

    Kawasan Rumah Pangan Lestari (KRPL). Program ini kemudian

    dilanjutkan dengan program Pekarangan Pangan Lestari (P2L). Selain

    Kelompok Wanita Tani (KWT), peserta program ini juga terdiri dari

    karang taruna, santri, dan organisasi pemuda lainnya. Beberapa jenis

    pangan yang dikembangkan dalam program ini antara lain sayuran,

    pangan lokal, bumbu-bumbuan, buah-buahan, serta unggas. BKP

    juga mengembangkan Program Pengembangan Industri Pangan

    Lokal (PIPL1000) pada tahun 2020. Program ini berupa

    pendampingan teknologi, pengemasan (packaging), pemasaran, dan

    akses permodalan melalui Kredit Usaha Rakyat (KUR). Kedua

    program ini dapat dilengkapi dengan jaring pengaman sosial bagi

    keluarga berpenghasilan rendah/miskin untuk meningkatkan

    kemampuan memproduksi pangan untuk tanaman sayur/buah

    semusim dan sumber protein unggas di sekitar rumah (Saliem 2020).

    Penyesuaian Pemasaran dan Penjualan Pangan Saat Pandemi

    Covid-19

    Secara umum tersendatnya logistik dan distribusi akibat PSBB

    berdampak pada menurunnya permintaan transportasi barang

    (Direktorat Jendral Perhubungan Darat 2020). Mayasari (2020)

    melaporkan bahwa Aptrindo (Asosiasi Pengusaha Truk Indonesia)

    menyampaikan bahwa terjadi penurunan permintaan hingga

    mencapai 60%. Demikian juga halnya dengan transportasi barang

    melalui laut yang mengalami penurunan pada periode Maret dan

    April 2020 sebesar 2,31%. Volume angkutan barang melalui laut pada

    Maret 2020 sebesar 25,49 ton, dan menurun pada April 2020 hingga

    sebesar 24,91 ton. (Azka 2020a). Moda transportasi barang

    menggunakan moda udara, menurut ALFI (Asosiasi Logistik dan

    Forwarder Indonesia), juga mengalami penurunan permintaan

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 429

    sebesar 15% (Azka 2020b). Sementara itu, distribusi dan logistik

    pangan merupakan aspek penting untuk menjaga mutu dan

    keamanan pangan. Kebijakan PSBB berdampak pada terputusnya

    rantai pasok pangan sehingga arus komoditas pangan tersendat dari

    hulu ke hilir yang dapat memengaruhi kualitas dan keamanan

    produk pangan.

    Di sisi lain, kegiatan e-commerce mengalami pertumbuhan pada

    masa pandemi. Menurut data Direktorat Jendral Perhubungan Darat

    (2020), penjualan industri melalui e-commerce meningkat 26% dari

    rata-rata bulanan tahun 2019, volume transaksi harian meningkat dari

    rata-rata 3,1 juta menjadi 4,8 juta, dan pengguna belanja online

    diperkirakan meningkat hingga 12 juta pada tahun 2020. Teknologi

    Informasi dan Komunikasi (TIK) yang dominan digunakan dalam

    sistem logistik adalah Logistics Information System (LIS) atau sistem

    informasi logistik dan Electronic Data Interchange (EDI) atau

    pertukaran data elektronik (Javanovic dan Colovic 2017). Sistem

    informasi logistik memungkinkan semua peserta dalam rantai

    pasokan untuk berkomunkasi satu sama lain dan menciptakan

    peluang untuk manajemen yang efisien dari semua proses logistik..

    Pertumbuhan e-ecommerce pada masa pandemi dengan kondisi

    kenormalan baru di pengaruhi oleh perubahan perilaku masyarakat

    (lebih spesifik konsumen). Menurut Ashari (2020), paling sedikit ada

    lima perubahan utama perilaku masyarakat yang diprediksi terjadi

    pada masa pandemi Covid-19, yaitu:

    1. Pembelian secara daring mulai mengalami pergeseran dari produk

    yang sifatnya hanya keinginan (wants) beralih ke produk yang

    sifatnya kebutuhan (needs). Perubahan ini akan menguntungkan

    karena sebagian besar produk pertanian merupakan kebutuhan

    pokok. Produk-produk pertanian akan mengalami peningkatan

    atau setidaknya sama seperti sebelum pandemi Covid-19.

    2. Konsumen mulai mengurangi makan di restoran (eating out) dan

    beralih ke layanan pesan antar (delivery). Pola pembelian makanan

    “pesan antar” yang sebelumnya sesekali menjadi lebih rutin. Ini

    berarti, hotel, restoran, dan kafe (horeka) akan terpengaruh karena

    berkurangnya permintaan untuk makan di tempat. Namun,

  • 430 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    penurunan tersebut dapat dikompensasi melalui pemberian

    layanan delivery, meskipun penurunan ini tidak proporsional

    dengan penurunan yang terjadi di horeka.

    3. Diberlakukannya kebijakan bekerja dari rumah atau Work From

    Home (WFH) menjadikan ibu rumah tangga lebih sering memasak

    makanan sendiri di rumah. Situasi ini dapat meningkatkan

    permintaan produk segar dan berkualitas, seperti sayuran dan

    daging.

    4. Gemar akan hal yang praktis, pasangan rumah tangga milenial

    diperkirakan akan lebih banyak memasak makanannya sendiri

    dengan bahan yang siap masak (ready to cook) atau frozen food.

    Fakta ini dapat berimbas pada peningkatan permintaan produk

    pangan berupa bahan/produk beku siap olah.

    5. Model belanja online yang berulang (biasanya digunakan untuk

    kebutuhan dasar dan pokok) akan mendorong berkembangnya

    model berlangganan. Model ini akan mengarah pada peningkatan

    intensitas belanja online, yang diharapkan akan tumbuh lebih cepat

    pada masa new normal maupun masa yang akan datang.

    Model penjualan daring (online) dengan e-commerce bisa menjadi

    pilihan karena semakin diminati konsumen pada masa pandemi

    Covid-19. Pelaku agribisnis e-commerce seperti Sayurbox mengakui

    adanya peningkatan penjualan seiring dengan pandemi Covid-19.

    Disebutkan bahwa omset penjualan meningkat sejak Maret dan

    perusahaan e-commerce ini mencatat kenaikan pemesanan lima kali

    lipat dibandingkan sebelum pandemi Covid-19. Peningkatan

    penjualan terbesar adalah sayuran.

    Perubahan perilaku konsumen yang lebih menyukai belanja dari

    rumah, menuntut produsen (termasuk kelompok tani dan koperasi

    tani) untuk beradaptasi dan beralih dari melakukan pemasaran

    secara offline ke e-commerce. Melalui sistem e-commerce, kontak

    langsung antarmanusia dapat dikurangi. Dalam penggunaannya,

    sistem ini memiliki kelebihan, yaitu cepat dan praktis. Namun,

    dikarenakan minimnya jaringan internet, membuat e-commerce sulit

    diakses di banyak daerah.

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 431

    Terkait dengan e-commerce ini, terdapat dua alternatif yang dapat

    dimanfaatkan oleh pelaku usaha pertanian, yaitu bekerja sama

    dengan marketplace atau membuat online shop sendiri. Mubarok (2020)

    mendefinisikan marketplace sebagai perantara antara penjual dan

    pembeli berbasis website melalui jaringan internet. Marketplace

    bertindak sebagai pihak ketiga dalam transaksi online dengan

    menyediakan fasilitas penjualan dan pembayaran. Di Indonesia

    terdapat beberapa marketplace yang menjual berbagai produk

    pertanian. Saat ini setidaknya terdapat lima marketplace, yaitu (1)

    TaniHub, (2) Petani, (3) PantauHarga, (4) Limakilo, dan (5)

    SiKumis.com. Kegiatan e-commerce baik itu melalui marketplace atau

    belanja daring sendiri menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi

    masalah logistik dan distribusi yang terganggu akibat pandemi Covid-

    19, dengan memangkas rantai distribusi hasil produksi dari petani

    kepada konsumen. Ashari (2020) menyebutkan setidaknya terdapat

    tiga kementerian yang terlibat dalam sinergi pemasaran ini, yaitu

    Kementerian Komunikasi dan Informatika, Kementerian Perdagangan

    serta Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah.

    Upaya Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi

    Pencapaian ketahanan pangan dan gizi masyarakat pada masa

    pandemi Covid-19 tetap perlu diupayakan dengan sungguh-sungguh

    karena berkaitan dengan upaya membangun sumber daya manusia

    yang sehat aktif dan produktif. Dalam konsep ketahanan pangan dan

    gizi, ketiga subsistem pangan yang harus tetap berkinerja baik dalam

    masa pandemi ini, adalah subsistem ketersediaan, keterjangkauan,

    dan pemanfaatan atau konsumsi pangan.

    Suryana (2020) menyatakan kebijakan subsistem penyediaan

    pangan bertujuan untuk menjamin tersedianya pangan pokok dan

    utama yang cukup untuk memenuhi kebutuhan konsumsi pangan

    nasional. Dalam konteks ini perlu memastikan pertumbuhan

    produksi pangan cukup tinggi, terutama untuk pangan pokok dan

    penting, dengan (a) guna meningkatkan produktivitas dan efisiensi

    usaha, perlu dilakukan intensifikasi pemanfaatan teknologi produksi

    pertanian frontir dan memastikan penerapan teknologi rekomendasi

  • 432 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    oleh petani; (b) penyediaan air sesuai kebutuhan tanaman dalam

    rangka peningkatan Indeks Pertanaman (IP); (c) peningkatan

    produksi pertanian per hektare melaui ekstensifikasi pada lahan yang

    belum dimanfaatkan secara optimal, baik itu lahan rawa maupun

    lahan kering; (d) mengurangi kerugian produksi dari proses

    pemanenan dan pengolahan pascapanen menjadi makanan yang

    dapat diperdagangkan; dan (e) pemanfaatan sumber daya pangan

    lokal dalam pengembangan dan peningkatan produksi pangan. Di

    samping itu, perlu dilakukan perlindungan petani, melalui asuransi

    pertanian, dan mengembangkan Cadangan Pangan Nasional (CPN)

    untuk pangan pokok dan penting, yang terdiri dari cadangan pangan

    pemerintah, pemerintah daerah, dan masyarakat.

    Kebijakan subsistem keterjangkauan pangan bertujuan untuk

    memastikan bahwa semua warga negara memiliki akses terhadap

    pangan yang layak dan bergizi, dengan harga yang wajar setiap saat.

    Dalam bentuk ini dinilai penting untuk mengelola kelancaran

    distribusi pangan pokok dan penting sampai ke daerah terpencil

    melalui upaya (a) mendorong pembangunan sarana distribusi pangan

    melalui regulasi, insentif, maupun pembangunan infrastruktur; dan

    (b) mendukung pembangunan sarana distribusi pangan untuk

    memperpanjang umur simpan produk pangan serta

    mempertahankan mutu dan kehalalan pangan. Menstimulalsi dan

    memfasilitasi kemudahan perdagangan pangan antardaerah surplus

    dan defisit, antarpulau, hingga ke pulau-pulau terkecil dan terluar.

    Di samping upaya tersebut, diperlukan juga peningkatan efisiensi

    pemasaran pangan melalui: (a) pembangunan pasar pangan (kolektor)

    atau subterminal agribisnis di daerah produsen, (b) pengembangan

    toko/pasar tani guna memotong rantai pemasaran pangan dari

    petani/kelompok tani ke konsumen, (c) menjalin kemitraan dengan

    para pelaku usaha pemasaran dan perdagangan pangan, (d)

    mengembangkan pemasaran melalui e-commerce , dan (e) menetapkan

    kebijakan harga pangan dan kebijakan terkait guna memberikan

    perlindungan, baik itu kepada konsumen maupun produsen/petani.

    Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau konsumsi pangan

    diarahkan agar setiap individu atau perorangan mampu

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 433

    mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan gizi untuk

    hidup sehat, aktif, dan produktif, dengan upaya: (a) meningkatkan

    daya beli masyarakat melalui penciptaan kesempatan kerja produktif

    terutama bagi keluarga berpendapatan rendah dan pemberian

    bantuan sosial tunai untuk pangan bagi masyarakat miskin; (b)

    melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui

    kampanye dan sosialisasi pola konsumsi pangan beragam, bergizi

    seimbang dan aman (B2SA) kepada ibu rumah tangga, anak sekolah,

    dan masyarakat; dan memanfatkan lahan pekarangan dan kebun di

    sekitar rumah, dengan menanam tanaman pangan, sayuran, buah

    berumur pendek dan memelihara unggas (ayam, dan itik) dan ikan;

    (c) meningkatkan pemberdayaan dan pengawasan usaha mikro kecil

    menengah (UMKM) pangan untuk menerapkan dan mematuhi

    proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi persyaratan

    keamanan dan mutu pangan; dan (d) mengembangkan pengayaan

    (fortifikasi) pangan dengan zat gizi mikro yang dibutuhkan guna

    mengatasi permasalahan gizi, seperti mengurangi prevalensi

    kerdil (stunting) anak di bawah lima tahun (balita) dan menjaga

    kesehatan ibu hamil dan menyusui.

    KESIMPULAN DAN SARAN

    Kesimpulan

    Selama pandemi Covid-19, struktur belanja pangan masyarakat

    mengalami perubahan. Masyarakat mengutamakan pemenuhan

    pangan pokok dan beberapa pangan lainnya dengan harga lebih

    murah, membatasi pilihan pangan protein hewani dan vitamin

    mineral (terutama dari buah-buahan), sehingga dapat mengurangi

    konsumsi pangan karbohidrat.

    Pemerintah mengatasi permasalahan yang dihadapi masyarakat

    tersebut dengan melaksanakan kebijakan pemberian bantuan sosial

    dalam bentuk uang dan pangan kepada masyarakat berpendapatan

    rendah termasuk kelompok pekerja yang terkena PHK. Selain itu,

    Kementan melaksanakan berbagai program peningkatan produksi dan

    upaya mendorong kelancaran rantai pasok pangan dilaksanakan.

  • 434 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    Sementara itu, para pengusaha dan konsumen mengatasi hambatan

    rantai pasok dengan memanfaatkan penjualan dan pembelian secara

    daring.

    Saran

    Kebijakan yang dapat dilakukan dalam masa pandemi Covid-19

    adalah memastikan ketersedian pangan pokok dan penting yang

    mencukupi bagi kebutuhan konsumsi pangan secara nasional. Selain

    itu, pemerintah perlu memastikan penyediaan pangan, terutama

    melalui produksi domestik yang beranega ragam, sehingga asupan

    pangan dengan kandungan gizi berimbang terpenuhi. Beberapa

    upaya yang disarankan adalah melanjutkan dan meningkatkan

    intensitas pemanfaatan teknologi produksi pertanian, menerapkan

    manajemen air irigasi untuk meningkatkan indeks pertanaman,

    optimalisasi lahan rawa dan lahan kering untuk produksi berbagai

    jenis pangan, mengurangi kehilangan hasil panen serta

    pengolahannya, mengintensifkan upaya diversifikasi pangan dengan

    mengembangkan dan mempromosikan pangan lokal yang beragam.

    Dalam rangka memastikan seluruh warga negara memiliki akses

    atas pangan yang cukup, bergizi, mudah diperoleh sepanjang waktu

    dan dengan harga yang wajar, diperlukan pemberlakuan kebijakan

    pada subsistem keterjangkauan pangan, antara lain melalui

    pengelolaan kelancaran distribusi pangan pokok dan penting sampai

    ke daerah terpencil; memfasilitasi kelancaran perdagangan pangan

    antardaerah surplus dan defisit, serta antarpulau melalui pasar pangan

    (kolektor), memotong rantai pemasaran pangan dari petani/ kelompok

    tani ke pasar konsumen, dan mengembangkan pemasaran pangan

    dengan e-commerce. Kebijakan pada subsistem pemanfaatan atau

    konsumsi pangan diarahkan agar setiap individu atau perorangan

    mampu mengonsumsi pangan yang memenuhi standar kecukupan

    gizi untuk hidup sehat, aktif, dan produktif, antara lain melalui

    pemberdayaan dan pengawasan UKM pangan untuk menerapkan dan

    mematuhi proses produksi dan penjualan pangan yang memenuhi

    persyaratan keamanan dan mutu pangan, pemberian bantuan sosial

    tunai untuk pangan bagi masyarakat berpendapatan rendah,

  • Dampak Pandemi Covid-19: Perspektif Adaptasi dan Resiliensi Sosial Ekonomi Pertanian 435

    melanjutkan program diversifikasi konsumsi pangan melalui

    sosialisasi pola konsumsi pangan B2SA, dan pemanfaatan lahan

    pekarangan dan kebun di sekitar rumah.

    DAFTAR PUSTAKA

    Ariani M. 2020. Antispasi menyikapi pergeseran prilaku konsumsi pangan

    pada masa pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19

    PSEKP. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari:

    http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-

    diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.

    Ashari. 2020. Peluang bisnis pertanian pada masa pandemi dan era new

    normal. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP. [Internet].

    [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari: http://pse.litbang.pertanian.go.id/

    ind/index.php/Covid-19/opini/443-diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-

    pandemi-Covid-19.

    Azka R. 2020a. Volume angkutan barang via laut bisa terus menanjak di tengah

    pandemi Covid-19. [Internet]. Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia

    dari: https://ekonomi.bisnis.com/read/20200603/98/1247757/volume-angku

    tan-barang-vialaut-bisa-terus-menanjak-di-tengahpandemi-Covid-19.

    Azka R. 2020b. Beberkan kondisi kargo udara di tengah pandemi. [Internet].

    Bisnis.com. [diakses 2020 Oct 20]. Tersedia dari: https://ekonomi.bisnis.com/

    read/20200503/98/1235753/alfi-beberkan-kondisi-kargoudara-di-tengah-

    pandemi.

    [BPS] Badan Pusat Statistik. 2020. Berita Resmi Statistik. 5 Mei 2020. Jakarta

    (ID): Badan Pusat Statistik.

    Damanik RS. 2020. Membangun sinergitas lintas sektor dalam menghadapi

    Covid-19. Bul Perenc Pembang Pertan. 1(2):28–40.

    Direktorat Jendral Perhubungan Darat. 2020. Tantangan industri logistik

    dalam masa pandemi COVID-19. Dalam: Webinar Transportasi dan

    Logistik Saat dan Pasca Pandemi Covid-19 di Indonesia; 2020 Jun 10;

    Jakarta, Indonesia. Jakarta (ID): Direktorat Jendral Perhubungan Darat

    [FAO] Food and Agriculture Organization. 2020. Smallholders data portrait.

    Food Agric Organ. [Internet]. [diunduh 2020 Oct 2]. Tersedia dari:

    www.fao.org/family-farming/data-source/dataportrait/farm-size/en.

    Javanovic I, Colovic A. 2017. ICT in Logistics: Possibilities and The Areas of

    Application. In Vidovic M, Kilibarda M, Ze«evic S, MiljušM, Radivojevic

  • 436 Pencapaian Ketahanan Pangan dan Gizi pada Masa Pandemi Covid-19

    G, editors. Proceeding of the 3rd Logistics International Conference; 2017

    May 25-27; Belgrade, Serbia. Bergrade (CS): University of Belgrade,

    Faculty of Transport and Traffic Engineering Mayasari S. 2020. Ada

    corona, permintaan jasa truk anjlok hingga 60%. [Internet] Kontan.co.id.

    [diakses 2020 Sep 24]. Tersedia dari: https://industri.kontan.co.id/news/

    ada-corona-permintaan-jasa-truk-anjlok-hingga-60.

    Mubarok I. 2020. Apa itu marketplace? pengertian, jenis, dan contohnya.

    [Internet]. Niagahoster. [diakses 2020 Jun 6]. Tersedia dari:

    https://www.niagahoster.co.id/blog/marketplace-adalah/.

    [PIHPS] Pusat Informasi Harga Pangan Strategis Nasional. 2020. Tabel harga

    berdasarkan daerah. [Internet]. [diakses 2020 Oct 5]. Tersedia dari:

    https://hargapangan.id/tabel-harga/pasar-tradisional/daerah.

    Saliem HP. 2020. Diversivikasi pangan : Hikmah di balik pandemi Covid-19.

    [internet]. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:

    http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-

    diversifika.

    Sumaryanto. 2020. Urgensi peningkatan produksi untuk mengamankan

    pasokan pangan Nasional pada masa pandemi Covid-19. [Internet].

    Opini. Web Jendela Covid-19 PSEKP. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:

    http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-

    diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.

    Suryana A. 2020. Memperkokoh sistem pangan untuk mengantisipasi

    dampak pandemi Covid-19. [Internet]. Opini. Web Jendela Covid-19

    PSEKP. [diakses 2020 Oct 2]. Tersedia dari:

    http://pse.litbang.pertanian.go.id/ind/index.php/Covid-19/opini/443-

    diversifikasi-pangan-hikmah-di-balik-pandemi-Covid-19.

    World Bank. 2020. Indonesia Economic Prospects (IEP). World Bank.

    [internet]. [accessed 2020 Sep 25]. Available from:

    https://www.worldbank.org/en/country/indonesia/publication/indonesia

    -economic-prospect.