Penatalaksanaan Mukositis Oral Akibat Radiasi Head and Neck

3
Penatalaksanaan Mukositis Oral akibat Radiasi Head and Neck Mukositis adalah efek samping akut dari terapi radiasi, didefinsikan sebagai suatu proses reaktif yang menyerupai peradangan pada membrane mukosa orofaring dan timbul sewaktu terapi radiasi kanker pada daerah kepala dan leher dilaksanakan. Mukositis adalah efek samping yang tidak dapat dihindarkan namun hanya bersifat sementara. Mukositis biasa timbul pada akhir minggu pertama terapi dengan dosis terapi sekitar 1000 rad. Timbulnya mukositis merupakan interaksi dari beberapa faktor yaitu, kerusakan lokal pada rongga mulut, keadaan lingkungan rongga mulut, daya tahan tubuh pasien, kondisi umum pasien yang lemah, dosis, waktu, dan jumlah radiasi total yang diterima pasien. Mukositis ini biasanya hilang setelah terapi radiasi dihentikan. Radiasi sangat berpengaruh terhadap jaringan yang memiliki siklus hidup sel dan laju pergantian sel yang cepat, sehingga mukosa mulut menjadi salah satu bagian yang sangat responsive terhadap radiasi. Manifestasi mukositis dimulai dengan berkurangnya jumlah sel sampai tingkat yang kritis. Kerusakan mukosa ini terjadi akibat tidak diperbaharuinya sel-sel dari lapisan epitel basal. Bila radiasi yang diberikan kepada pasien setara dengan kemampuan mukosa oral untuk regenerasi, maka hanya didapati mukositis yang ringan. Timbulnya mukositis diawali dengan gambaran mukosa yang keputih-putihan, yang merupakan ciri adanya hiperkeratinisasi tingkat tinggi. Keadaan ini diikuti atau bersamaan dengan eritema yang timbul karena adanya dilatasi pembuluh darah dan peningkatan vaskularisasi. Pada mukositis yang lebih parah, tampak setelah tiga minggu terapi radiasi akan timbul pseudomembran (pembentukan plak mukosa), dan ulserasi. Tingkat ini sering disebut fase ulseratif bakterial. Perawatan mukositis: a. Perawatan sebelum terapi radiasi

description

Penatalaksanaan Mukositis Oral karena Terapi Radiasi Kepala dan Leher

Transcript of Penatalaksanaan Mukositis Oral Akibat Radiasi Head and Neck

Page 1: Penatalaksanaan Mukositis Oral Akibat Radiasi Head and Neck

Penatalaksanaan Mukositis Oral akibat Radiasi Head and Neck

Mukositis adalah efek samping akut dari terapi radiasi, didefinsikan sebagai suatu proses

reaktif yang menyerupai peradangan pada membrane mukosa orofaring dan timbul sewaktu

terapi radiasi kanker pada daerah kepala dan leher dilaksanakan. Mukositis adalah efek samping

yang tidak dapat dihindarkan namun hanya bersifat sementara. Mukositis biasa timbul pada akhir

minggu pertama terapi dengan dosis terapi sekitar 1000 rad. Timbulnya mukositis merupakan

interaksi dari beberapa faktor yaitu, kerusakan lokal pada rongga mulut, keadaan lingkungan

rongga mulut, daya tahan tubuh pasien, kondisi umum pasien yang lemah, dosis, waktu, dan

jumlah radiasi total yang diterima pasien. Mukositis ini biasanya hilang setelah terapi radiasi

dihentikan.

Radiasi sangat berpengaruh terhadap jaringan yang memiliki siklus hidup sel dan laju

pergantian sel yang cepat, sehingga mukosa mulut menjadi salah satu bagian yang sangat

responsive terhadap radiasi. Manifestasi mukositis dimulai dengan berkurangnya jumlah sel

sampai tingkat yang kritis. Kerusakan mukosa ini terjadi akibat tidak diperbaharuinya sel-sel dari

lapisan epitel basal. Bila radiasi yang diberikan kepada pasien setara dengan kemampuan

mukosa oral untuk regenerasi, maka hanya didapati mukositis yang ringan.

Timbulnya mukositis diawali dengan gambaran mukosa yang keputih-putihan, yang

merupakan ciri adanya hiperkeratinisasi tingkat tinggi. Keadaan ini diikuti atau bersamaan

dengan eritema yang timbul karena adanya dilatasi pembuluh darah dan peningkatan

vaskularisasi. Pada mukositis yang lebih parah, tampak setelah tiga minggu terapi radiasi akan

timbul pseudomembran (pembentukan plak mukosa), dan ulserasi. Tingkat ini sering disebut fase

ulseratif bakterial.

Perawatan mukositis:

a. Perawatan sebelum terapi radiasi

Page 2: Penatalaksanaan Mukositis Oral Akibat Radiasi Head and Neck

1. Persiapan kesehatan mulut pasien sebelum menjalani terapi radiasi, seperti

mengevaluasi secara menyeluruh gigi dan periodonsium terutama daerah karies dan

lesi periapikal. Penambalan, perawatan saluran akar, skaling dan kuretase dilakukan

pada tahap ini. Keadaan periodosium haruslah dalam kondisi yang baik, juga seluruh

bagian mulut haruslah dalam kondisi yang baik karena kemampuan memperbaiki diri

yang berkurang akibat radiasi dan OH yang buruk menyebabkan infeksi

mikroorganisme sehingga memperparah mukositis.

2. Menyingkirkan seluruh sumber trauma yang dapat mengiritasi jaringan lunak seperti

ujung gigi yang tajam, tambalan yang overhanging, gigi palsu yang tidak stabil,

piranti ortodonti.

3. Pencabutan gigi yang diperkirakan akan menimbulkan masalah, maka tindakan ini

sebaiknya dilakukan 14 hari sebelum terapi radiasi berjalan.

4. Menghindari penggunaan tembakau dan alkohol karena bahan ini dapat mengiritasi

mukosa mulut

b. Perawatan Selama Terapi Radiasi Dilakukan

1. Berkumur dengan air hangat yang dicampur dengan baking soda atau garam setiap

dua jam untuk membasahi jaringan mulut dan mengurangi penumpukan debris. Jika

mulut terasa sakit, berkumur dengan satu sendok the Benadryl elixir sebelum makan.

Jika mulut terasa kering, berkumur dengan air dingin setiap sepuluh menit, saliva

pengganti juga dapat digunakan untuk menjaga kelembaban mukosa mulut. Jika

terdapat infeksi oleh jamur, maka dapat digunakan obat kumur yang mengandung anti

jamur.

2. Perawatan gigi dan gusi, menyikat gigi hati-hati agar tidak melukai gingiva dan

dengan cara yang benar, menggunakan bulu sikat yang sangat lembut dan pasta gigi

yang mengandung florida.

3. Nutrisi yang lengkap dan bergizi sangat penting untuk kesehatan mulut dan kesehatan

umum pasien selama menjalani terapi radiasi kanker. Jika mukositis sudah timbul

dapat mengonsumsi makanan yang lembek, dan hindari cokelat yang lengket atau

keripik dan makanan keras lainnya yang dapat menyebabkan trauma

Page 3: Penatalaksanaan Mukositis Oral Akibat Radiasi Head and Neck

4. Evaluasi keadaan rongga mulut harus selalu dilakukan oleh dokter gigi dan jadwal

pertemuan harus teratur sesuai kondisi mulut yang ada

5. Perawatan pendukung

- PTA (Polymyxin E. Tombramycin dan Amphotericin B), obat ini telah

terbukti mengurangi tingkat keparahan mukositis yang timbul pada pasien

terapi radiasi kanker pada daerah kepala dan leher. Obat ini digunakan dua

hari sebelum terapi radiasi berjalan dan berlanjut selama terapi radiasi berjalan

- Benzydamine hydrochloride adalah obat nonsteroid dengan anastesi,

antiinflamasi, dan antimikroba yang dapat mengurangi tingkat keparahan

mukositis

- Obat kumur dengan povidone-iodine juga aman dan dapat mengurangi

keparahan mukositis

- Nystatin dan Clotrimazol digunakan untuk merawat infeksi sekunder

mukositis yang disebabkan oleh Kandida. Kandidiasis biasa dirawat dengan

nystatin topikal

- Antibiotik untuk perawatan infeksi sekunder yang disebabkan bakteri di

dalam rongga mulut

c. Perawatan setelah terapi radiasi

Perawatan mukositis setelah terapi radiasi kanker selesai dilakukan tidak begitu

berbeda dengan perawatan selama terapi radiasi dilakukan. Mukositis biasanya sembuh

dengan sendirinya bersamaan dengan kembalinya kemampuan memperbaiki diri dari

tubuh dan juga kembalinya kondisi normal rongga mulut. Beberapa mukositis mungkin

baru akan hilang setelah dua sampai empat minggu terapi radiasi dihentikan. Bila infeksi

sekunder masih ada, maka pengobatan dilakukan khusus untuk merawat infeksi sekunder

yang timbul.