Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

9
PROSEDURE PEMASANGAN COLLAR NECK Pengertian : Memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan tulang servikal) Tujuan : 1. Mencegah pergerakan tulang serviks yang patah 2. Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord 3. Mengurangi rasa sakit Persiapan Alat : 1. Collar Neck sesuai ukuran 2. Handscoen Prosedur : a) Posisi pasien terlentang dengan posisi leher segaris / anatomi b) Petugas menggunakan masker, handscoen c) Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala mulai dari mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah kiri dengan tangan yang lain dan cara yang sama d) Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian belakang leher dengan sedikit melewati leher e) Letakkan bagian Neck collar yang berlekuk tepat pada dagu f) Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain g) Hal-hal yang perlu diperhatikan : 1. Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respons pasien 2. Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar

description

prosedur ariway manajemen

Transcript of Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

Page 1: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

PROSEDURE PEMASANGAN COLLAR NECK

Pengertian : Memasang alat neck collar untuk immobilisasi leher (mempertahankan

tulang servikal)

Tujuan : 1.  Mencegah pergerakan tulang serviks yang patah

2.  Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cord

3.  Mengurangi rasa sakit

Persiapan Alat : 1.    Collar Neck sesuai ukuran

2.    Handscoen

Prosedur :

a) Posisi pasien terlentang dengan posisi leher segaris / anatomi

b) Petugas menggunakan masker, handscoen

c) Pegang kepala dengan cara satu tangan memegang bagian kanan kepala

mulai dari mandibula ke arah temporal, demikian juga bagian sebelah

kiri dengan tangan yang lain dan cara yang sama

d) Petugas lainnya memasukkan neck collar secara perlahan ke bagian

belakang leher dengan sedikit melewati leher

e) Letakkan bagian Neck collar yang berlekuk tepat pada dagu

f) Rekatkan 2 sisi neck collar satu sama lain

g) Hal-hal yang perlu diperhatikan :

1. Catat seluruh tindakan yang dilakukan dan respons pasien

2.   Pemasangan jangan terlalu kuat atau terlalu longgar

Page 2: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

PROSEDUR MELEPASKAN HELM

Pengertian : Melepaskan helm dengan tetap mempertahankan immobilisasi tulang leher Tujuan : Mencegah bertambahnya kerusakan tulang serviks dan spinal cordPersiapan alat :

1. Neck collar sesuai ukuran2. Spine board3. Handschoen

Penatalaksanaan :1. Penolong pertama mempertahankan “in-line immobilisation  leher” dengan

mempertahankan helm, kepala dan leher menjadi satu kesatuan. Kedua ibu jari memegang helm pada sisi kanan dan kiri, sedangkan jari-jari lainnya memegeng kedua sudut dagu.

2. Penolong kedua melepas tali pengikat helm, jika perlu dapat dipotong untuk mempercepat upaya pertolongan.

3. Penolong kedua mengambil alih fungsi penolong pertama untuk mempertahankan leher dalam “in-line immobilisation”.  Caranya dengan menyangga dagu dengan jari-jari tangan kanan, ibu jari disudut kanan sedangkan jari-jari lainnya pada sudut kiri dagu. Tangan kiri mempertahankan kepala dengan menyangga kuat daerah belakang kepala diatas leher(daerah Occipital). Dengan cara ini diupayakan kepala dan terutama leher tidak bergerak waktu helm dilepas.

4. Penolong pertama sekarang leluasa melepas helm setelah  penolong kedua mengambil alih fungsinya. Harus diingat kalau helm berbentuk seperti telur, sehingga cara yang aman untuk melepas helm adalah dengan melepaskannya ke arah samping sehingga daun telinga terbebas dan tidak tersangkut.

5. Selama proses melepaskan helm, penolong kedua tetap mempertahankan leher dalam “in-line immobilisation”, dan mencegah gerakan leher yang tidak perlu.

6. Setelah helm terlepas, penolong pertama diatas kepala korban menggantikan peran penolong kedua, menerima kepala penderita dan mempertahankan posisinya dengan menggenggam kepala mencengkeram kedua telinga korban.

7. Posisi ini dipertahankan sampai “spine board” dan “collar Neck” dipasang.

Page 3: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

AIRWAY MANAGEMENT

1. Pengertian

Airway management merupakan prosedur medis yang bertujuan menjaga kepatenan jalan

udara pada pasien dengan tingkat kesadaran rendah. Prosedur tersebut meliputi beberapa

teknik, yaitu teknik head tilt chin-lift, jaw thrust, oropharyngeal airway, nasopharyngeal

airway, dan juga esophageal airway.

2. Tujuan

a. untuk menyediakan dan menjaga keamanan jalan udara,

b. untuk memastikan adanya oksigenasi dan ventilasi yang adekuat,

c. untuk menghindari terjadinya aspirasi.

d. untuk melindungi spinal servikal (cervical spine).

3. Alat dan Bahan

a. Oropharyngeal Airway

1) Ukuran jalan udara oral yang sesuai

2) Tongue blade

3) Padded tongue blade

4) Sarung tangan 5) Opsional:

a) Peralatan pengisapan (suction)

b) Handheld resuscitation bag

c) Oxygen-powered breathing device

b. Nasopharyngeal Airway

1) Ukuran jalan udara nasopharyngeal yang sesuai

2) Tongue blade

3) Water-soluble lubricant

4) Sarung tangan

5) Opsional: peralatan pengisapan (suction)

c. Esophageal Airway

1) Pipa esophageal

2) Masker wajah (face mask)

3) #16 or #18 French nasogastric (NG) tube (untuk EGTA)

4) 35-ml syringe

5) Peralatan pengisapan gastric

6) Peralatan pengisapan oral

Page 4: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

7) Gogles dan sarung tangan

8) Opsional: handheld resuscitation bag dan water soluble lubricant

4. Protocol atau Prosedur

a. Oropharyngeal Airway (McCann, 2004):

1) Menggunakan sarung tangan.

2) Lakukan pengisapan (suctioning) bila dibutuhkan.

3) Tempatkan pasien pada posisi supine dengan hiperekstensi leher dengan syarat

tidak kontra indikasi.

4) Masukkan jalan udara menggunakan cross-finger atau teknik tongue blade.

5) Tempatkan ibu jari di gigi bagian bawah pasien dan jari telunjuk berada di gigi

bagian atas. Kemudian, secara lembut membuka mulut dengan menekan gigi agar

mulut terbuka.

6) Masukan jalan napas dari atas ke bawah untuk menghindari penekanan lidah

terhadap pharynx, dan sisikan lidah ke mulut bagian belakang. Putar jalan udara

ketika itu mencapai dinding posterior pharynx.

7) Bila menggunakan teknik tongue blade, buka mulut pasien dan menekan lidah

dengan blade. Bimbing jalan udara ke belakang lidah seperti melakukan dengan

teknik cross-finger.

8) Auscultate paru-paru untuk memastikan ventilasi yang adekuat.

b. Nasopharyngeal Airway:

1) Gunakan sarung tangan.

2) Masukan peralatan nasopharyngeal airway.

3) Pertama, pegang jalan napas disamping wajah pasien untuk memastikan

ukurannya sesuai. Itu seharusnya tidak boleh terlalu kecil dibandingkan diameter

Page 5: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

lubang hidung dan tidak boleh terlalu panjang dibandingkan jarak dari ujung

hidung ke earlobe.

4) Untuk memasukkan jalan udara, hiperekstensi leher pasien. Lalu, tekan ujung

hidung pasien dan lewatkan atau masukkan jalan udara ke dalam lubang hidung

pasien.

5) Untuk memastikan jalan udara berada pada posisi yang sesuai, pertama tutup

mulut pasien. Lalu, tempatkan jari kita di atas pipa yang terbuka untuk

mendeteksi perubahan udara. Juga, menekan lidah pasien dengan tongue blade

dan perhatikan ujung jalan udara dibelakang uvula.

c. Esophageal Airway:

1) Gunakan sarung tangan dan peralatan perlindungan lainnya.

2) Bersihkan pertama ujung pipa distal yang sepanjang 2,5 cm dengan airsoluble

lubricant. Dengan EGTA, bersihkan pertama dari pipa NG bagian distal.

3) Mengkaji kondisi pasien untuk menentukan apakah aman prosedur bagi pasien.

4) Masukkan ibu jari kedalam mulut pasien di belakang dasar lindah. Tempatkan jari

telunjuk dan tengah di bawah dagu pasien dan angkat rahang lurus (lift-jaw).

5) Dengan tangan yang lain, pegang pipa esophageal dibawah masker.

6) Dengan masih berada di posisi yang sama, masukkan ujung pipa esophageal kedalam

mulut pasien. Secara lembut, bimbing jalan udara ke lidah ke dalam pharynx dan lalu

ke esophagus, mengikuti pola pharyngeal.

7) Ketika pipa sudah berada pada posisi yang sesuai, tergambar 35 cc udara ke dalam

syringe, menghubungkan syringe ke tube’s cuff-inflation valve, dan memompa cuff.

8) Jika memasukan EGTA, masukan pipa NG kebagian paling bawah masker wajah dan

ke dalam pipa esophageal.

9) Memonitori pasien untuk memastikan ventilasi cukup adekuat. Perhatikan

pergerakan dada, dan pengisapan pasien jika mukus dihalang pipa EOA.

Page 6: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

d. Teknik Head Tilt Chin-Lift

e. Teknik Jaw Thrust

Page 7: Prosedur Melepaskan Helm, Airway Management, Pemasangan Collar Neck

DAFTAR PUSTAKA

Fowler, R.L, Pepe, P.E, Stevens, J.T, & Ramirez, M.L. (2012). Shock. In J.E. Campbell. (2012). International trauma life support for emergency care providers. New Jersey: Pearson

Krisanty Paula. (2009). Asuhan Keperawatan Gawat darurat. Jakarta. CV Trans info MediaMcCann, J. A. S. (2004). Nursing Procedures. 4th Ed. Philadelphia: Lippincott Williams &

Wilkins. Norman E. McSwain, Richard L. Gamelli (1997). Techniques of Helmet Removal from

Injured Patients. American College of Surgeons Committee on Trauma