Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

37
Penatalaksanaan Gizi pada Penyakit Infeksi Dr. Lailan Safina, M.Si.Med Sistem Kedokteran Tropis PSPD FKK UMJ 2010 - 2011

description

kugakuyawq

Transcript of Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Page 1: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Penatalaksanaan Gizi pada Penyakit Infeksi

Dr. Lailan Safina, M.Si.MedSistem Kedokteran Tropis

PSPD FKK UMJ2010 - 2011

Page 2: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Masalah gizi utama di Indonesia:1. KEP2. KVA3. AGB4. GAKY

Penyakit Infeksi

Page 3: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Dampak malnutrisi:

• Immunitas selluler & humoral ↓

• Proses penyembuhan terhambat

• Penanggulangan dosis obat tidak memadai

• Timbul komplikasi• Morbiditas dan

mortalitas tinggi

• Lama rawat inap bertambah

• Biaya perawatan tinggi

Page 4: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Respons Metabolik terhadap Infeksi

1. Hipermetabolisme :- laju metabolisme ↑ 10-13% setiap kenaikan suhu tubuh 1°C- konsumsi oksigen ↑ (50-60%)

Page 5: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

2.Perubahan metabolisme glukosa :

- Glikogenolisis ↑- Infeksi → sekresi regulatory hormone ↑ → merangsang

glukoneogenesis dan me↑ sistem syaraf simpatis, menekan pengeluaran insulin → hiperglikemia

- Infeksi → sitokin pro-inflamasi → resistensi insulin ↑

------------------→ “diabetes of infection”

Page 6: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

3. Perubahan Metabolisme Protein

- Proteolysis ↑ dan penggunaan asam amino untuk menghasilkan energi- Sintesis protein ↓ (contoh: albumin, transferrin)- Ureagenesis ↑ dan ekskresi N lewat urin ↑- Sintesis acute phase protein di hepar ↑

Page 7: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Acute phase protein: sekresi protein oleh hepar yang terganggu sebagai respons terhadap infeksi, yaitu:- c-reaktif protein, α-1 antitrypsin, fibronectin: meningkat- IgG, IgM, komplemen, transthyretin, transferin, ceruloplasmin, albumin: menurun.

Page 8: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Changes in nitrogen excretion with various types of physiologic stress

0

4

8

12

16

20

24

28

0 10 20 30 40Days

Nitr

ogen

exc

retio

n (g

/day

) Major burn

SkeletaltraumaSevere sepsis

Infection

Elective op

PartialStarvationTotalStarvation

SOURCE:HANDBOOK OF CLINICAL NUTRITION, 1997

NORMAL RANGE

Page 9: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

4. Perubahan metabolisme lemak: - inadekuat dari makanan ---- lipolisis.

5. Perubahan metabolisme trace element: - gangguan keseimbangan dari Mg, P, Zn, K.

Page 10: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Tujuan Pengelolaan Nutrisi

• Memenuhi kebutuhan akibat keadaan hipermetabolik dan kebutuhan nutrisi yang meningkat

• Mempertahankan BB / meminimalkan kehilangan BB

• Mencegah pemecahan protein (Positive Nitrogen Balance)

• Meningkatkan imunitas

Page 11: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Penilaian Kebutuhan Kalori

• Sangat sulit, hindari over/underfeeding

• Overfeeding : gangguan respirasi, hiperglikemia, hepatic steatosis, akumulasi lemak (dapat meningkatkan produksi TNF-α dan sitokin pro-inflamasi yang lain).

• Underfeeding : penurunan imunitas tubuh.

Page 12: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Estimasi Kebutuhan Energi Basal (KEB):

A. Indirect Calorimetri

B. Harris Benedict Equation

Page 13: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

HARRIS BENEDICT EQUATION• LAKI-LAKI

KEB = 66 + 13,7 BB (kg) + 5 TB (cm) – 6.8 U (th)

• PEREMPUAN

KEB = 655 + 9.6 BB (kg) + 1.7 TB (cm) – 4.7 U (th)

Page 14: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Kebutuhan Energi Total (KET): KEB x AF x FS

Cat : AF = aktivitas fisik SF = faktor stress

Page 15: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

ACTIVITY FACTORS1,2 for pt confined in bed1,3 for ambulatory pt1.2 – 1,75 most normally active person2,0 extremely active person

STRESS FACTORS1,2 minor surgery1,35 skeletal trauma1,44 elective surgery1,6 – 1,9 mayor sepsis1,88 trauma plus steroid2,1 – 2,5 severe thermal burn

Page 16: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Secara praktis, perhitungan total kalori dapat dilaksanakan dengan estimasi kebutuhan kalori berikut :Kondisi stabil : 20-25 kkal/kgBB/hariKondisi akut : 25-35 kkal/kg/hari atau : HB x 1,3Kondisi pemulihan : 35-50 kkal/kg/hari dengan pertimbangan keadaan umum pasien atau : HB x 1,6

Page 17: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Kebutuhan Protein

• Metode terbaik: 24-hour Urinary Urea Nitrogen (UUN)

• Agar Positive Protein Balance dapat tercapai, asupan protein harus lebih tinggi 10 gram/hari dari Protein Loss.

• Demam dan sepsis dapat meningkatkan katabolisme protein, sehingga meningkatkan kebutuhan protein sampai 1,5 – 2,0 g/kg BB.

Page 18: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Kecukupan asupan energi (KH, Protein, Lemak) sangat penting sehingga Protein dapat digunakan untuk menggantikan kehilangan Nitrogen (Nitrogen Loss), meningkatkan sintesis protein tubuh dan menurunkam katabolisme protein tubuh BUKAN untuk memenuhi kebutuhan energi.

Page 19: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Lemak : 25-30% kalori total• Karbohidrat : 50-60% kalori total

Page 20: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Kebutuhan Mikronutrien

• Akibat penyakit infeksi: kadar beberapa zat mikronutrien serum ↓ akibat konsumsi dan ekskresi yang meningkat.

• Zinc, vitamin C dan A :- bersifat antioksidan- sangat perperan dalam imunitas tubuh →(perlu suplementasi?)

Page 21: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Zinc• Berperan dalam imunitas innate dan adaptive.

• Merupakan kofaktor untuk ± 90 metalloenzym yang dibutuhkan untuk proliferasi & differensiasi dari sel imun.

• Sec. klinis, def. Zn menyebabkan: - gangguan fungsi neutrofil, NK-cells, respon kemotaktik monosit/makrofag. - atrofi kelenjar timus - limfopenia - menghambat penyembuhan luka - resiko terhadap penyakit infeksi ↑

• Percobaan klinis menunjukkan suplementasi Zn : - me↓ durasi diare - me↓ insidensi diare dan pneumonia.

Page 22: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Figure 1. Histological photographs showing the alterations in the three regions of small

intestine caused by zinc deficiency as compared to normal mucosa. A-C: normal mucosa

of control ( C ) rats. D-F: mucosa of zinc deficient (ZD) rats presenting ulcerations,

edema, inflammatory cell infiltration and dilatation of blood vessels. A and D :

duodenum, B and E: Jejunum, C and F: Ileum. The severity of ulcerations was different

in the three regions, and the most affected was jejunum. The arrows and arrowheads

indicate sites of ulcerations and edema respectively. (Adapted from reference no.12).

Gambaran Histologis Defisiensi Zink pada Usus Halus

Page 23: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Vitamin A

• Berperan dalam imunitas innate dan adaptive.

• Defisiensi vit. A → kerentanan terhadap infeksi ↑ → vitamin “anti-infeksi”

• Defisiensi vit.A berakibat: - gangguan imunitas tubuh terhadap berbagai penyakit infeksi.- kerusakan cilia pada traktus respiratorius, mikrovili

pada traktus gastrointestinalis, mucin dan sel goblet pada traktus respiratorius, GI, genitourinarius

- keratinisasi abnormal pada traktus respiratorius- integritas usus menurun.

Page 24: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Berbagai percobaan klinis dan binatang menunjukkan :

Suplementasi vit.A : - me↓ angka morbiditas dan mortalitas terhadap campak (measles), diare, HIV pada anak. - me↓ angka mortalitas pada ibu hamil. - Me↓ angka morbiditas penderita malaria P.falciparum

Page 25: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Vitamin B

• Vitamin B kompleks berperanan pada metabolisme sel

• Defisiensi vit.B menyebabkan limfopenia dan atrofi dari jaringan limfoid perifer.

Page 26: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Zat Besi (Fe)• Secara umum, hindari suplementasi Fe pada penderita penyakit

infeksi• Anemia? → periksa kadar Fe.• Kadar Fe di serum biasanya rendah karena Fe “terkurung” di

jaringan RES sebagai respons terhadap stress ) BUKAN KARENA kehilangan Fe dari tubuh

• Iron binding capacity biasanya rendah pada keadaan stress metabolik. Sehingga pemberian sulpementasi Fe → Fe tidak terikat di sirkulasi (unbound). Akibat: mudah di-uptake oleh bakteri → infeksi semakin buruk.

• Pasien dengan anemia harus diterapi dengan transfusi selama masa akut. Investigasi terhadap def.Fe ditunda sampai kondisi membaik.

Page 27: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Perhatikan pemberian Natrium, terutama jika terdapat edema/asites

Page 28: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Nutrien Spesifik

1. Glutamine- Conditionally essential amino acid, dimobilisasi dalam

jumlah besar dari otot skeletal dan paru pada pasien2 kritis

- Digunakan secara langsung sebagai sumber energi oleh enterosit, berperan dalam ammoniagenesis (mengatasi acidosis), mendukung proliferasi limfosit dan makrofag, hepatic gluconeogenesis dan ureagenesis.

- Pemberian glutamine-enriched parenteral nutrition menunjukkan keseimbangan nitrogen yang lebih baik, menurunkan infeksi.

Page 29: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

2. Formula Enteral yang mengandung peptida-peptida kecil yang berasal dari protein terhidrolisa.ok: lebih cepat diabsorbsi di saluran GI daripada protein utuh. Selain itu, sering dijumpai atrofi mukosa / disfungsi intestinal.

Page 30: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

3. Asam lemak omega-3 dan omega-6:- Meningkatkan fungsi limfosit dan neutrofil- Menurunkan respons inflammasi

4. Arginine:- Conditionally AA- Meningkatkan imunitas, regulasi tekanan

darah.

Page 31: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Non Nutrien

• PREBIOTIK : komponen makanan yang tidak dapat dicerna (FOS, GOS, inulin) yang menjadi substrat energi bagi mikroba “baik” di GIT, menstimulasi pertumbuhan dan/atau aktivitas sekelompok bakteri di colon.

• PROBIOTIK : mikroorganisme hidup yang bila dikonsumsi dalam jumlah tertentu menimbulkan suatu keseimbangan mikroba yang sehat dan menekan mikroba berbahaya.

Page 32: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Jangan lupa: perhatikan kebutuhan cairan!

Page 33: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Cara Pemberian Makanan :• Oral / Enteral / Parenteral• Enteral vs Parenteral Nutrition:

- mempertahankan sekresi peptide usus, IgA dan mucin- menekan respon hipermetabolik terhadap jejas/stress- mengurangi resiko infeksi- dapat mempertahankan struktur dan fungsi mukosa intestinal (mencegah atrofi villi mukosa dan mempertahankan fungsi barrier usus)- mencegah kehilangan nitrogen dan protein yang berkaitan dengan terjadinya atrofi usus- mencegah translokasi bakteri dan toksin intestinal- menurunkan resiko sepsis dan sindroma multiple organ failure.-Biaya lebih murah

Page 34: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

Penilaian Nutrisi

Fungsi Saluran Pencernaan

Ya Tidak

Nutrisi Oral / Enteral Nutrisi Parenteral

Fungsi Sal Cerna

Jangka pendekJangka panjang atau Pembatasan cairan

Fungsi saluran cerna membaik

Jangka panjangGastrostomiJejunostomi

Jangka pendekNasogastrikNasoduodenallNasojejunal

NutrisiParenteral Perifer

NutrisiParenteral Sentral

INDIKASI NUTRISIENTERAL DANPARENTERAL

Keputusan untuk memulai Dukungan Nutrisi Khusus

Normal

Makanan Biasa

Terganggu

Makanan Khusus

AdekuatBeralih keMakananOral

Tidak adekuatKombinasi Nutrisi

parenteral

AdekuatDiet yg lebihKompleks danMakanan oralSesuai denganpenerimaan

Dilanjutkan ke nutrisiEnteral total

Ya Tidak

NutrientsTolerance

Sumber: ASPEN Board of DirectorsGuidelines for the use of Parenteral andEnteral Nutrition in adult and pediatricPatients. JPEN 1993: 17.

Page 35: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

• Konsistensi : cair / saring / lunak / biasa• Frekuensi : /4 jam, /3 jam, /2 jam (makanan utama / selingan ? kali)• Cara pengolahan : bakar, tumis, goreng, rebus,

kukus, tim

Page 36: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi

UNTUK MENCAPAI HASIL OPTIMAL:

• PENANGANAN PENDERITA HARUS DILAKUKAN OLEH TIM

Dokter spesialis / dokter umumDokter ahli gizi / ahli gizi

PerawatAhli farmasi

Page 37: Penatalaksanaan Gizi Pada Penyakit Infeksi