PEMODELAN WATER TREATjI ... - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Transcript of PEMODELAN WATER TREATjI ... - digilib.batan.go.iddigilib.batan.go.id/e-prosiding/File...
Prosiding Seminal' flasi! f'en,,!itian f'2JRf?{ohlin 200·1
PEMODELAN WATER TREATjI,1ENTPENDINGINSEKUNDER RSG-GAS
Sukmanto DibyoPus at Pcngcmbangan Tcknologi Rcaktor Riset-Batan
ISSN m;54-5278
ABSTRAKPEMODELAN WATER TREATMENT PENDINGIN SEKUNDER RSG-GAS. Integritas
sistem pendingin sekunder dapat dipengaruhi oleh kualitas airnya. Korosi dan pengkerakan di air
pendingin sekunder perlu diantisipasi secara dini. Pemodelan water treatment sangat berguna untukmengetahui kondisi kimia air sistem pendingin sekunder RSG-GAS. Penggunaan model watertreatment dilakukan dengan software watercyc1e-Rx. Software ini dikembangkan olehFRENCHCREEK dari data observasi lapangan dan eksperimen laboratorium dengan menggunakan
konsep pendekatan yang didasarkan pada teori produk aktifitas ion (ion activity product, lAP).Untuk pemodelan water treatment, data dari LAK RSG-GAS dan kondisi operasi sistem pendinginsekunder digunakan sebagai input dan keluaran yang ditampilkan adalah potensi kerak, dosisinhibitor kerak dan korosi. I-[asil pemodelan ini menunjukkan bahwa dosis inhibitor AMP untuk
kerak 1,5 mg/L dan kendali orthopho!Jphate untuk korosi 10 mg/L dapat dilakukan sehinggakualitas air yang baik dapat dipertahankan dan dijaga kualitasnya. Disamping itu diharapkan puladapat meminimalkan biaya operasional sistem pendingin.
Kata kUlIci : model water treatment, illltibitor
ABSTRACTWATER TREATMENT MODELING OF THE RSG-GAS SECONDARY COOLANTS.
Integrity of secondary cooling system is influenced by water qualities. In case of corrosion and scalein the secondary cooling water, must be anticipated. The water treatment modelization is very usefulto detect the water chemistry condition of RSG GAS secondary cooling systems. Utilization of watertreatment model has been conducted using waterCycle-Rx software. The software is developed byFRENCHCREEK based on the data field observation and laboratory experiment using concept
approach based on theory of ion activity product, lAP. The data for modelization of water treatmentwas taken from SAR of RSG-GAS and condition of secondmy cooling system operation is used as an
input. The output that displayed is scale potential, scale inhibitor dosage and corrosion. Result showsthat dosage of scale Inhibitor AMP of 1.5 mg/L and control of orthophosphate for corrosion of 10mg/L have been conducted therefore the good water qualities could be maintained and kept on
quality. It's hoped that the condition will be minimize the operation cost of cooling system.
f(eywords: : water treatment model, inltibitor
PENDAHULUAN
Energi kalor dari reaktor nuklir dipindahkan dengan menggunakan sistem
pendingin. Pengambilan kalor ini menggunakan air sebagai sistem pendingin sckunder.
Untuk itu, air pendingin sckundcr rcaktor haruslah memenuhi beberapa persyaratan
106
ISSN 0854-5278 l'emode/oll Woler heolmeill.
SlIk1l101l{O /)/b)'o
terhaclap kestabilan kimia clan ticlak korosif maupun kerak terhaclap bahan logam yang acla
cli sistem pendingin sekunder. Oleh karena itu sistcm pendingin aclalah salah satu sistem
komponen yang sangat penting. Kegagalan operasi reaktor bisa saja discbabkan oleh
kerusakan sistem penclingin sckuncler akibat korosi clan pcngkerakan, bahkan keboeoran
ataupun penyumbatan aliran bisa terjacli. Untuk itu, informasi tentang inclikasi kerusakan
seem'a clini sebaiknya clapat cliketahui. Penggunaan pemoclelan water treatment
memungkinkan clapat mengatasi problema di atas.
Air penclingin sekunder RSG-GAS harus memenuhi persyaratan yang sesuai clengan
fungsinya. Oleh karena itu perawatan kualitas air penclingin senatiasa dilakukan agar
spesifikasi yang acla tetap teljaga sehingga reaktor beroperasi clengan aman. Sebagaimana
diketahui bahwa kehacliran kerak dan proses korosi cli clalam sistem pendingin perIu
dihinclari. Pengendalian kandungan CaC03, MgC03, pH, Kloricl clan lain-lain harus cliatasi
clengan cara melakukan pemoclelan water treament. Hal ini telah lazim dikakukan cli
seluruh clunia clengan menggunakan perangkat lunak (software) 11J.
Kllalitas air pendingin dapat mempengarllbi kebanclalan clan integritas sistcm
pcnclingin itu sencliri. Scbagail11ana cliketal1ui balnva kcl1adiran kerak (scole) maupun korosi
merupakan kcjadian yang cliakibatkan olch pengcnclalian dan pengaturan kualitas air yang
ticlak tepat. Saat ini, penggunaan inhibitor kerak clan korosi l11erupakan satu kesatuan
procluk clari Nalco yang ketepatan closisnya l11asih perIn dikaji.
WaterC)Jcle-Rx mcrupakan software clari FrcnchCrcck yang acla cli P2TRR yang
clapat dil11anfaatkan untuk l11engetahui kondisi kualitas air sistcm mcnara pcnclingin,
memprccliksi tcrjadinya potcnsi kerak, potensi korosi tcrl11asuk dosis inhibitor dan kontrol
pH clcngan asam/alkali yang harus cligunakan [21. FrenchCrcck l11cnggunakan konsep
pendckatan yang diclasarkan pacla teori procluk aktifitas ion (ion activity product, lAP).
Oari uraian lataI' belakang cli atas, l11aka tujuan penelitian ini aclalah l11clakukan
pel110clclan water treatment pendingin sckundcr RSG-GAS. Analisis clilakukan untuk
memoclelkan closis inhibitor baik korosi maupun kerak. Analisis kimia air terhadap
mikroorganismc ticlak termasuk clalal11pemoclclan ini.
107
Prosidillg S~lIIillar !!asil!'elleliriall I' ]jRIIliJillll1 200-1
TEOIU DAN METODA
ISSN 0854-5278
WatcrCycIe-Rx Software
Dengan WaterCycle-Rx Software, dapat diantisipasi potensi kerak dan korosi
terhadap komposisi kimia, suhu, rasio siklus dan pH di dalam sistem pendingin. Software
ini dikembangkan berdasarkan korelasi dari data lapangan, data laboratorium dan model
inhibitor untuk mengevaluasi secm-a cepat kualitas air melalui rentang kondisi operasi yang
luas tanpa membutuhkan perhitungan yang merepotkan. Indikasi kerak dapat ditampilkan
dalam bcsaran Langelier saturation index, Ryznar stability index, Puckorius equilibrium
index dan Larson's ratio. Bahkan bilamana semua indek yang ada menunjukkan konflik
perbedaan yang mengakibatkan interpretasi yang tidak jelas terhadap angka yang
dihasilkan, waterCycle menyediakan informasi tambahan yang dikatakan sebagai
sophisticated ion association model saturation levels. Evaluasi kimia air pendingin dapat
disajikan seCal'a sederhana relatif mudah dipahami dengan tampilan grafik dan tabel yang
lengkap.
Software ini melibatkan perhitungan yang juga mampu mengantisipasi adanya
korosi yang tcrkait dengan parameter pH, suhu, dan perubahan komponcn kimia. Sehingga
water treatment chemist dapat mengatur batas kcndali berdasarkan profil parameter di atas.
WaterCycle juga dapat membantu mengestimasi kebutuhan asam atau alkali untuk
menjamin penetapan kontrol pH, sehingga target angka indek yang terkait dengan kualitas
air pendingin yang harus dicapai dapat diperoleh.
Ada beberapa model penggunaan inhibitor yang dapat diestimasi diantaranya untuk
dosis phosphonates aminotrismethylene phosphonic acid (AMP), 1,1hydroxy ethylidene
diphosphonic acid (HEDP), polyacrylic acid (PAA) dan lain-lain.
Bcrikut ini informasi beberapa contoh struktur kimia inhibitor:
AMP HEDPAPhosphonatcsI C H 2
Po 3H OHOH OH 0N-CH2
Po 3H III II\ C H 2
Po 3HHO - P -C - p- OHR-CH2-P-0-
II
III I0
CH30 0-
Konscp Saturasi
Angka indek yang sering digunakan untuk mengetahui kualitas air pendingin,
dipcroleh dari konsep dasar saturasi. Air dikatakan dalam kondisi saturasi dengan senyawa
108
ISSN 0854-5278 1}t!mode/all tralL'l" TrC{[fllu!nl .
. SIIklll0l110 [)J/,yo
seperti kalsit apabi!a ticlak mengendapkan clan tidak melarutkan berbagai scnyawa fasa
pad at an (solid phase) ketika tidak tergolak clalam waktu yang tidak terbatas. Air yang tidak
mengendapkan dan melarutkan ini dikatakan clalam kondisi kesetimbangan. Dengan
definisi tersebut, jumlah mineral yang dapat terlarut dalam air dideskripsikan sebagai
prod uk kelarutan (solubility product, Ksp).
Tingkat saturasi yang dihitung oleh berbagai program komputcr umumnya
dibedakan oleh metoda yang digunakan untuk mengestimasi "activity coefficients" pada
rAP. Perbedaan juga tcrIetak pada pemilihan solubility products, variabel suhu dan
konstanta disosiasi untuk estimasi konsentrasi reaktan (C03 dari alkalinitas, P04 dari
arthophosphate).
Langelier Saturation Index
Langelier saturation index (LSl) mcrupakan indikator tingkat saturasi air dengan
mengutamakan kalsit. Saturasi yang dinyatakan oleh LSr ini menggunakan basis 10
logaritmik dari tingkat saturasi kalsit terhadap total kalsium dalam air, karbonat dari total
alkalinitas dan solubility product untuk polymorph kalsit.
Bcsaran LSI dapat diinterpretasikan sebagai perubahan pH yang diperlukan untuk
membawa air menuju kesetimbangan. Air dengan LSr +1.0 berarti berada pad a satu satuan
pH di atas saturasi. Pcngurangan pH sebesar satu satuan membawa air dalam
kesetimbangan. Hai ini tetjadi karena total alkalinitas yang ada sebagai C03 (aktor yang
tidak baik) berkurang sehingga pH turun. Penurunan pH satu satuan tersebut akan
menurunkan konsentrasi C03 dalam air 10 kali lipat. Jadi turunnya satu angka pH akan
menurunkan LSI satu satuan. Penurunan satu satuan pH juga akan menurunkan tingkat
saturasi (IAP/Ksp) 10 kali. Air dalam kondisi tidak-saturasi dengan kalsit apabila LSr =
1.0, Kenaikan pH air satu satuan dari kondisi ini akan mcnaikkan kalsit ke kesctimbangan.
Satu satuan pH naik maka kenaikan C03 yang ada dalam alkalinitas karbonat adalah 10
kali. Tingkat Saturasi kalsit juga selaras naik 10 kali.
LSr analog dengan pena!aran pacla tcgangan listrik. Tegangan merupakan driving force
yang menggerakkan elektron l11elewati suatu hal11batan. Kenaikan perbeclaan tegangan
potensial, l11cngakibatkan driving force yang lebih tinggi untuk l11engalirkan
elcktron. Nal11un tegangan, tidak menyatakan besaran arus yang digerakkan. Konsep saturasi
109
Prosiding SemI/wI" nisi! Penclition 1'27'f?RTO/l1l1l 200./
yang didasarkan pada angka indek, menyatakan driving force sebagai pembentukan dan
pertumbuhan kerak. Hal ini berarti bahwa hanya sejumlah/beberapa kerak yang akan
terbentuk maupun terlarut untuk menuju air dalam kesetimbangan.
Korosivitas
Indeks kerak seperti pada teori LSI digunakan juga sebagai indikator korosivitas
air terhadap logam besi (mild steel) di mana diasumsikan bahwa apabila air terbentuk
kerak, maka laju korosi diabaikan. Pemahaman yang bisa diterima adalah bilamana air
tidak membentuk kerak maka akan korosif, hal ini diinterpretasikan olch LSI. Sementara
itu lndeks Ryznar Stability mengkombinasikan data empiris dengan teori untuk saturasi
kalsit. Kalsit merupakan parameter penting dalam menentukan korosivitas air. Larson dan
Skold menggunakan data base untuk laju korosi dan mengamati formula angka indeks
korosivitas air terhadap mild steel. Diungkapkan bahwa alkalinitas bertendensi mengurangi
laju korosi clan clianggap bahwa natural inhibitor bcrpartisipasi clalam pembentukan
inhibitor film. Khloricla clan sulfate diketahui menaikkan korosivitas air. Efek ini clijelaskan
clengan interferensi anion-anion clalam membentuk natural inhibitor film. Indikator
indikator tersebut cligunakan sebagai variabel indepenclen dalam membangun model dosis
inhibitor untuk korosi. Table 1 menyajikan parameter terkait untuk pemodelan korosi.
Tabel 1: Faktar utama yang mempengaruhi Dasis Karasi
NO. Faktor Dampak
1.
Waktu Oosis naik oleh karena residence time.
2.Tingkat SupersaturasiOosis naik oleh karena tingkat saturasi.
3.
Oosis naik oleh karena suhu yang berdampak pada lajuSuhu
reaksi.Suhu berdampak independen pada tinqkat saturasi.4.
PHOosis dipengaruhi oleh pH, disosiasi inhibitor dan
stereokimia.5. Suspensi padatanOosis naik oleh naiknya suspensi padatan karena
absorbsi inhibitor pada padatan.6.Oosis naik apabila terjadi active sites pertumbuhan kerak,
Active siteskarenanya
sistem yanq bersih lebih mudah dijaqa.
110
ISSN 0854-5278 l'elllodellll1 Wall'r hell/llle/ll
.':i/lklllolllu Oibyo
Model Laju Korosi
Beberapa model laju korosi, dikembangkan oleh Pisigan-Singley dengan
mengkombinasikan data statis dan dinamis test laboratorium. Dikemukanan bahwa laju
korosi yang diamati berkaitan dengan unsur klOl'ida dan suI fat, kalsium, alkalinitas,
kapasitas buffer, tingkat oksigen terlarut dan exposure.
Problem yang umum dalam pemodelan adalah berkaitan dengan prediksi yang tepat
terhadap korosi pada sistem operasi pendingin. Data test, kupon korosi dan metoda
elektrokimia diandalkan sebagai basis pengukuran laju korosi. Laju korosi pada logam yang
dipoles dibandingkan dengan logam yang lain dalam kondisi yang sama. Laju yang diukur
menggunakan data laboratorium untuk memodelkan sistem operasi di lapangan.
Metoda dasar yang dikemukanan oleh Pisigan dalam membangun korelasi adalah
pemodelan terhadap dampak inhibitors pada korosi. Model tersebut kemudian digunakan
untuk prediksi kebutuhan tingkat inhibitor untuk mencapai target laju korosi tertentu.
Persamaan I adalah jenis model Pisigan untuk menghitung !aju korosi dengan
menggunakan 4 sampai 8 variabel sebagai fungsi komponen kimia air. Persamaan 2
menggunakan ion association model concentrations untuk mengembangkan korelasi
dengan veriabel serupa. Konsentrasi Inhibitor dilibatkan dalam model ini dengan
menambahkan pengaruh inhibitor terhadap laju korosi .
Laju = -----------
dimana
• Alk = total a!kalinitas,
• DO = tingkat oksigen terlarut,• Ca = konsentrasi kalsium,
• B = kapasitas buffer,• Time = jumlah hari exposure,• LSI = Langelier Saturation Index,• al - as = kodisien regresi .
.....................................................................(I)
Laju = K -------- .
(Cat3 (C03t4 (Inhib)a5
111
.................................................(2)
Prosidll1g Se/llillOr //asilPell<!/iI;aIlP2JRI?Foillill 200·/
ISSN OX~,'-~27X
dimana
• K = konstanta depend en suhu.• C03 = konsentrasi karbonat, dan.• lnhib = tingkat inhibitor korosi.
Persamaan di atas digunakan melalui analisis regresi yang kemudian diaplikasikan
penggunaannya untuk 2 jenis model yakni model yang cliturunkan clari data laboratorium,
dan model yang cliturunkan dari pengalaman berbagai 'water treatment chemists.
Air Pcndingin Sckundcr
Penanganan kualitas air pcndingin sekunder bertujuan untuk menJaga agar
spesifikasi kualitas air pendingin sekunder tetap tcrpcnuhi sehingga clapat mcnekan
pcrmasalahan yang biasa timbul pada air pcndingin sekundcr yaitu tCljaclinya korosi,
timbulnya kcrak clan aclanya lumut/mikroorganismc. Pcnanganan yang dimaksucl
cliantaranya dcngan eara pengllkuran pH, koncluktivitas clan kanclungan unsur-unsur kimia
sceara rutin clan pemberian bahan kimia/ inhibitor [31. Disamping itu terdapat fasilitas
blow-down llntllk mengurangi konsentrasi mineral kimia di air penclingin dan pembcrian air
make-liP untuk mempertahankan volume air yang ada. Kutipan spesifikasi sistem air
mcnara pendingin RSG-GAS clari data dcsain yang tercantum pacla LAK rcv.8 (Laporan
Ana!isis Kcsclamatan) RSG-GAS disampaikan pada Tabel 2 :
Tabel2 Data desain sistcill menanl pendingin [41
Beban kapasitas kalor kW 33000
Laju alir nominal per modul m'/jam
650Suhu air inlet °C
392
Suhu air outlet °C
32-Suhu Wet bulb udara °C 28
Laju kehilangan air oleh penguapan m.J!.ialll (*)
70,3 5Laju kehilangan air karena pancaran ny'/jam
5
Laju blow-downm'/jam 20--
(*) data pengukuran
Pcmantauan yang dilakukan terhaclap air make-up pcndingin sckunder senantiasa mengacu
dan memperhatikan batasan yang harus dipatuhi clari data LAK RSG-GAS yang
ditunjukkan pada Tabcl 3 clan 4.
112
ISSN 0854-5278 PL'lllode/a/J lI'orer Freofmcnl
S"k/J1{J!1/o Oibyo
Tabcl 3. Spcsifikasi KlIalitas Air Pendingill Scklllldcr
PH (-)Konduktivitas normal (~s/cmKonduktivitas Maks (~s/cm)Kalsium sebagai CaC03 maksS04-2 maks (ppm)Hardness total maksimum (Fe total maks (ppm)CI- maks (ppm)Laju korosi maks (mp ..Jumlah bakteri (bakteri/ml
m
6,5 - 8850 - 950
1500280320480
1177.5
310
Tabcl4. Spcsifikasi kllalitas air llmpan untllk air make-ZIp:
PH ( - ) 7 -7,5
Konduktivitas Maks (ps/CI11)
150
Kalsiul11 sebagai CaCO.1l11aks (ppm)
34
SO.I-" maks
(ppm) 67,8
Hardness totalmaks (pPI11)
40
Fe tota Il11aks(pPI11 ) 1
Klorid(pPll1 ) 7, I
TATAKERJA
Data input yang dipakai da]am pemodclan, dikutip dari spesifikasi yang terdapat
pada LAK RSG-GAS yang mcliputi data analisa kimia air make-up pada Tabel 4.
pendingin sekunder pada Tabel 3, data spesifikasi sistem menant pendingin seperti pada
Tabel 2 dan data pendukung lainnya. Parameter penting dan berpengaruh terhadap hasil
output melipllti pH, suhu. rasio siklus dan penggunaan inhibitor (treated/untreated)
scbagaimana ditllnjllkkan pada diagram Gambar 1.
113
Prosidillg Semillor//osil ['ellelitioll P2JRf\j'ohuI1200./
Data-data Analisa Air
Make-up pendinginsekunder (LAK)
Data Spesifikasi Sistem
air menara pendingin
ISSN OR5·1-:i278
RUllning WaterCycle-RxSoftware
Penentuan Parameter output
Tanpa inhibitor(output grafik 3
dimensi)
Gambar 1. Diagram Tata Kelja
HASIL DAN PEMBAHASAN
Dengan Inhibitor dandosisnya (output grafik
3 dimensi)
Pcrtama ka]i yang perlu diperhatibn scbelum membahas tingkat saturasi ka]sit dan
korosi air pcndingin adalah meninjau kualitas air make-up. Oari output WaterCye!c
menunjukkan bahwa kondisi indtkator pada air make-liP barada pacla angka yang aman di
mana tingkat saturasi kalsit=O,068. Kualitas air menjadi berubah sete1ah mengalir sebagai
air pendingin sekunder yang disirkulasikan. Perubahan kualitas air, terjadi setelah proses
penguapan air pendingin akibat dioperasikannya menara pendingin. Rasio konsentrasi
mineral air pendingin sekunder terhadap air make-up (cycle ratio, CR) harus dipertahankan
pada angka tertentu dengan cara membuka aliran blow-down. Sistem pendingin sekunder
RSG-GAS menggunakan angka batas konduktivitas listrik untuk menjaga konsentrasi
terlarut, sementara itu CR tidak tercantum dalam LAK RSG-GAS. Dengan menggunakan
pendekatan kesetaraan hubungan antara konduktivitas dengan kandungan kalsit maka
angka CR untuk pendingin sekunder RSG-GAS sckitar 4,8. Akan tetapi peningkatan
kemampuan menara pendingin RSG-GAS mengindikasikan pula kecenderungan
mempercepat naiknya angka CR [51. (Jambar 2 memberikan tampilan bahwa kondisi pada
114
ISSN 0854-5278 !'emode!(J!l 1I/(Jfer {rea/melll ..
•)'ukll/illllo Oil,.""
CR=5, ini merupakan kondisi yang mendckati CR pada RSG-GAS dimana clapat dikatakan
bahwa saturasi kalsit yang dianggap anHm tcrhadap kerak kalsit apabila nilai pH ticlak
melampaui 7,9 at au clalam area no.l clan 2. Jacli, pH yang yang berada di atas 7,9 perlu
perhatian terhadap potensi kerak. Pada sisi angka CR, Apabila diturunkan maka air
pendingin akan memiliki rentang claerah yang lebih aman, tetapi kondisi ini ditinjau dari
aspek kebutuhan air akan lebih konsumtif. Oleh karena itu untuk menghinclari kerak pada
air pendingin, penggunaan inhibitor kalsit dengan dosis tepat sangat diperlukan. Gambar 3
menunjukkan contoh pembcrian inhibitor kerak yang dapat memperlebar rentang claerah
yang aman pada CR=5.
Calcite Saturation Level4
3
2+I.•.•
GambaI' 2. Kondisi Saturasi kalsit pada CR=5
I. :Rcntang yang cukup aman terhadap potensi kerak2. : Tidak ada problem atau potcnsi yang berarti.3. : Pcringatan untuk pemcriksaan dcngan hati-hati, karena mendckati area problem4. : Tetjadi problem kcrak. Treatmen atau remedial action harus dilakukan.
Calcite Saturation Level
30.0
25.0
20.0
15.0
10.0
5.0
0.0
TREATED WITH100° .• AMP
M ~M 0 ••••M q 0.M N 0M
GambaI' 3 Kondisi setelah pemberian inhibitor
115
I'rosidillg SellliIlOr//osill'ellelilwII1'2IRRTO!,IIII 20Q.l
ISSN OS5·j-527S
Gambar 4 menunjukkan hasil perhitungan untuk penggunaan inhibitor kerak dimana
besarnya dosis dikaitkan dengan parameter pH, CR dan suhu operasi air penclingin. Oari
grafik 3 dimensi ini terlihat penggllnaan dosis sekitar 1,5 mg/L pacla air pendingin bilamana
kondisinya pada pH sekitar 7,9 sampai 8,0 dengan suhu sekitar 34°C. Sementara itu profil
operasi ditetapkan CR =5. Jadi, perlu kiranya clijaga terhadap bergesernya parameter di atas
karena dapat memasuki arca yang tidak anum.
a"m'" <;;.,..
- ::I"" '"z~ • 0)
--'
g <;;
0,(')z'< Co)E !:!. m
'" "<J> ""~r=m
Gambar 4. Profil pemberian dosis inhibitor kerak AMP
Tingkat saturasi pada air pendingin sekllndcr juga diamati dengan menunjukkan
grafik Langelier Saturation Index (LSl). Hal ini dimaksudkan untuk mclihat kesesuaian
terhadap tingkat saturasi kalsit yang telah dipcroleh. Dari paramcter LSI, dapat dinyatakan
keberadaan kerak atau potensi kecencIerungan melarutk8n kalsit. GambaI' 5 menunjukkan
grafik LSI tersebut pacIa CR=5. Kondisi yang cIiharapkan adalah apabila pH tidak
melampaui 7,83 SUhll 34°C (LSI maksimllm 0,4), dalam kondisi ini driving force untuk
memacu pembentukan kerak kalsit sangat rendah [6J. Angka LSI terse but di atas sedikit
l11cmbcrikan indikasi konflik terhadap angka SL namun tidak cukup berarti.
116
ISSN OXS,1-S278
1,00
0,80
0,60
~ 0.400.20
-0.00
·0.20
Langelier Saturation Index
Gambar 5. grafik LSI pada CR=5
PI!/llode/oll Jf'(J!cr Trcatmcnt.
SlIkll1l1l1/0 Dib)'o
Ada beberapa fasilitas yang tersedia dalam software untuk memberikan alternatif
penggunaan jenis inhibitor korosi diantaranya lvlolybdate (MoJ, Belcer 575, pyropho,sphate
dan 100% orthopho.sphate. GambaI' 6 mcnunjukkan dosis inhibitor korosi (kendali
orthophosphate) yang telah digunakan pada air pendingin sekunder RSG-GAS. Sekitar 10
mg/L orthophosphate cukup memberikan bat as aman terhadap laju korosi yang disyaratkan
dan sesuai dengan yang disarankan [71. Angka ini ada kcsesuaian dcngan dosis Nalco yang
saat ini diberikan kcdalam air pendingin sckunder RSG-GAS dan hasil data percobaan
laboratorium [3,8].
100% orthophosphate Dosage Profile
31 0~stuS 1004
GambaI' G Dosis inhibitor dcngan treatmcnt orthophosphatc
117
f'rosidll1g ,<;l!lI/lIllir / 111,1 I! /'I!//eI/lwll f'nRH!ll/1II1l 200-1
KESIMPULAN
ISSN OS~,I-~27X
Setelah dikupas karakteristik kualitas air pendingin sekunder RSG-GAS maka dapat
disimpulkan bahwa berdasarkan data LAK (revisi 8) maka kualitas air make-up "tanpa
inhibitor" mcnunjukkan tidak adanya potensi kerak kalsit tetapi mendckati bat as yang tidak
aman. Apabila menggunakan Inhibitor kerak dengan dosis yang tepat maka dapat
mengatasi hal itu, akan tetapi peril! menjaga bergesernya parameter-parameter yang dapat
memasuki area tidak aman. Pada bagian inhibitor korosi. dosis untuk kendali
orthophosphate ada kesesuaian dengan dosis Nalco yang saat ini diberikan kedalam air
pendingin sekunder RSG-GAS maupun hasil data percobaan laboratorium dimana !aju
korosi dapat dijaga pada batas yang minimum.
DAFTAR PUSTAKA
1. fERGUSON RJ, "Computerized Ion Association Model Profiles Complete Range of
Cooling System Parameters". Paper IWC-91-47 52ND Annual Meeting INT'L Water
Conference Pittsburgh. Pennsylvania, Oct 21 - 23, 1991.
2. FRENCHCREEK SOFrW ARE, ., Predictive ivrodeling of Scale. Corrosion & Inhibitor
Dosages For Cooling Water (Input Manual of WaterCycle-Rx) ", Salesman Edition,
2004.
3. DIY AH EL--SUKMANTO 0, "Kimia Air", Diklat Operator Dan Supervisor, P2TRR,
BArAN, 2---18 September 2003.
4. 13ATAN, Laporan Analisis Keselamatan (LAK) RSG-GAS ", Rev.8, 1998.
5. SUKMANTO D, "Penentuan Tingkat Saturasi Kalsit Pada Air pendingin Sekunder IZSG
GAS", Proseding Seminar Nasional-X TKPSfN, ha1.380, Jakarta Desember 2004.
6. FERGUSON RJ,"Developing Scale Inhibitor Dosage Model", Industrial Water
Treatment Magazine, WaterTech 92, Texas.
7. FERGUSON RJ, " e-mail communications", technical suport, 30 agllstus 2004.
8. ELISABETT-I R, "Evaluasi Konsentrasi Nalco 23226 Sebagai Inhibitor Korosi Pada
Sistem Pcndingin Sekunder RSG-GAS", Jurnal TOM halm.93, no.3,v.5, Ok1.2004.
118