pemimpin efektif

download pemimpin efektif

If you can't read please download the document

Transcript of pemimpin efektif

7 Faktor Kritis Kepemimpinan Efektif Seorang pemimpin adalah seseorang yang memiliki pengikut. Pemimpin efektif tidak bertanya: Apa yang ingin saya lakukan? Sebagai gantinya, mereka bertanya, Apa yang perlu dilakukan? Lantas, mereka bertanya, Dari semua hal yang akan membuat perbed aan itu, mana yang tepat untuk saya? Pemimpin efektif tidak mengerjakan hal-hal y ang tidak mereka kuasai. Pemimpin efektif memastikan hal-hal penting lainnya dik erjakan dengan tuntas, tetapi bukan oleh mereka. Kepemimpinan bukan sekedar kepribadian yang memikat, bukan pula kemampuan bertem an atau mempengaruhi orang. Karena hal-hal itu adalah hal-hal yang dimiliki penj ual, bukan pemimpin. Kepemimpinan adalah mengangkat visi seseorang menjadi lebih tinggi, meningkatkan standar kinerja seseorang, dan membangun kepribadian seseo rang melebihi batasan normalnya. Para pemimpin yang benar-benar efektif lebih tertarik pada apa yang benar ketimb ang siapa yang benar. Manajemen adalah mengerjakan hal-hal dengan benar. Kepemim pinan adalah melakukan hal-hal yang benar, dan itu diikuti oleh banyak faktor. Kita bisa mengenali karakter dan kecenderungan pemimpin efektif sebagai berikut: 1. Berkarakter dan berani. Inilah dua karakteristik fundamental yang harus dimiliki seorang pemimpin efekti f. Pemimpin efektif memegang teguh konsistensi antara kata dan perbuatan. Ia ada lah orang yang menjalankan perkataannya. Melaluilah karakter-lah kepemimpinan bi sa dilatihkan, karakter-lah yang menjadi contoh. Seorang pemimpin juga membutuhkan keberanian yang di atas rata-rata untuk membua t keputusan-keputusan sulit. Diperlukan keberanian yang luar biasa, untuk mengab aikan hari kemarin, meninggalkan hal-hal di mana Anda sebagai pemimpin memiliki kepentingan pribadi, atau untuk mengubah arah saat di tengah jalan. 2. Menciptakan misi yang jelas. Seorang pemimpin efektif melukis gambar garis akhir yang jelas. Pemimpin efektif menetapkan tujuan, menetapkan prioritas, dan menetapkan sekaligus memelihara st andar. Pemimpin efektif sadar betul bahwa ia tidak bisa mengedalikan semesta, na mun, sebelum ia menerima kompromi, pemimpin efektif harus berpikir mengenai apa yang benar dan apa yang diinginkan. Tugas utama seorang pemimpin adalah meniup t rompet yang menyuarakan bunyi yang sangat jelas. 3. Menanamkan loyalitas. Pemimpin efektif menginspirasi loyalitas bagi seluruh jajarannya. Karena loyalit as tidak bisa dibeli, maka seorang pemimpin harus mendapatkannya dengan berusaha . Dalam perjalanan mendapatkan kesetiaan, pemimpin harus menetapkan standar yang tinggi, sekaligus dalam saat yang bersamaan menjadi teladan berjalan bagi bawahan nya, ia juga berusaha maksimal untuk tidak melanggar nilai-nilai organisasi. Pem impin yang hidup berdasarkan nilai-nilai organisasi bisa memotivasi anak buahnya untuk menempatkan kepentingan organisasi di atas kepentingan pribadi. Hanya kar ena mampu menginspirasikan loyalitas-lah, moral anak buah akan meningkat. Yang p ada akhirnya, akan melejitkan kinerja mereka. Seorang pemimpin efektif memahami bahwa loyalitas adalah jalan dua arah. Dengan demikian, pemimpin harus mempraktikkan apa yang mereka khotbahkan dengan bersika p loyal kepada para anak buah. Semua itu diikuti pula dengan pemberian masukan y ang positif. 4. Berfokus pada kekuatan.

Pemimpin efektif berfokus pada kekuatan: kekuatan mereka sendiri, kekuatan orang lain, dan kekuatan organisasi. Seorang pemimpin efektif membuat kekuatan menjadi efektif dan kelemahan menjadi tidak relevan. Itulah sebabnya pemimpin efektif me ngharuskan dirinya membentuk tim impian yang efektif. Karena di dalamnya, ide-id e segar tiap pribadi melebur dalam akumulasi akal kolektif, dan kreativitas indi vidu menjelma menjadi kreativitas kolektif. 5. Tidak takut pada bawahan yang kuat. Pemimpin efektif sepenuhnya memegang kesadaran betapa ia bertanggung jawab penuh terhadap kelangsungan, kesehatan, dan keberlanjutan organisai. Sehingga, ia tid ak takut pada kekuatan yang dimiliki teman, bahkan bawahan. Pemimpin ngawur taku t akan hal itu. Sebaliknya, pemimpin efektif menginginkan rekan-rekan yang kuat. Ia menyemangati mereka, mendorong mereka, dan memuji mereka. Karena pemimpin efektif bertanggung jawab atas kesalahan yang dibuat rekan dan b awahananya, ia juga melihat kemenangan rekan dan bawahan sebagai kemenangannya, dan yang terpenting, tidak menganggapnya sebagai ancaman. Kesuksesan anak buah a dalah kesuksesan pemimpin juga. 6. Bersikap konsisten. Syarat terakhir untuk menjadi pemimpin efektif adalah meraih kepercayaan pengiku t. Saat seseorang kehilangan kepercayaan, ia kehilangan pengikutnya sehingga memus tahilkan terjadinya kepemimpinan yang efektif. Mempercayai pemimpin bukan berarti menyukainya, bukan pula selalu setuju dengann ya. Kepercayaan adalah keyakinan bahwa sang pemimpin bersungguh-sungguh pada apa yang dikatakannya. Tindakan seorang pemimpin dan kepercayaan yang dianutnya har us sejajar, atau setidaknya sesuai. Kepemimpinan efektif tidak didasarkan pada k epandaian seorang pemimpin, tapi terutama pada konsistensi-nya! 7. Mempersiapkan pemimpin masa depan. Para pemimpin terbaik tahu bahwa di pundak mereka-lah terletak tanggung jawab un tuk mengembangkan pemimpin yang akan memandu organisasi mereka di masa depan. Me reka paham betul bahwa perkembangan kepemimpinan merupakan kunci bagi masa depan (perusahaan, organisasi nirlaba, dan juga bangsa tentunya!) Setiap pemimpin efe ktif paham bahwa ujian terakhir kepemimpinan adalah menciptakan energi insani da n visi insani. Selamat menjadi pemimpin efektif, mulai dari saat ini, dari yang sekecil apa pun , dan tentunya dari diri kita sendiri. Semoga bermanfaat. Rio Purboyo (on becoming Result Consultant for myself+others) 0858.1531.1207 http://trustcosurabaya.com/7-faktor-kritis-kepemimpinan-efektif.html ***** Enam Rahasia Pemimpin Besar

Dalam sejarah pertumbuhan bangsa-bangsa, agama-agama, organisasi-organisasi, per usahaan-perusahaan di dunia sejak dari dahulu hingga sekarang selalu saja kita dapat menemukan peran para pemimpin dalam menakhodai perubahan-perubahan besar.P erubahan-perubahan besar itu bisa dilakukan karena umumnya para pemimpin itu mem iliki kualitas-kualitas kepemimpinan sebagai berikut: Pertama: Keberanian yang tak Tergoyahkan. Perubahan-perubahan besar biasanya menghadapkan sang pemimpin dan orang-orangnya dengan situasi baru yang belum pasti, tidak menjamin keamanan, penuh resiko, da n berpotensi menghantam kelanggengan hidup sang pemimpin dan orang-orangnya. Aka n tetapi biasanya sang pemimpin bisa melihat dan menyikapi situasi itu dengan ku alitas keberaniannya sebagai dampak dan kekuatan kemauannya dia tetap saja mau m enghadapi situasi itu dengan penuh keberanian tetapi pada saat yang bersamaan am at memperhitungkan dan menyadari resikonya. Dalam keadaan seperti itu orang-oran g dalam sebuah organisasi atau ilustitusi merasa menemukan alasan untuk terus be kerja bersama pemimpinnya, dan energi keberaniannya sang pemimpin menularkan ras a percaya diri. Kedua: Pengendalian Diri yang Utama Pemimpin adalah yang selalu menanggung beban tanggung jawab paling besar dalam i nstitusi yang dipimpinnya. Dan memang secara normal selalu menimbulkan goncangan kepribadiannya terutama pada aspek emosional dan spiritual. Tetapi pemimpin yan g arif amat menyadari bahwa apapun yang terjadi pada dirinya dengan segera akan menular pada orang-orangnya. Maka ia akan memilih untuk mengendalikan diri denga n baik, agar yang memulai dan idenya adalah selalu hal-hal yang positif dan insr uktif. Sebagai manusia yang tidak sempurna ia bisa saja sedih, kecewa, jengkel, marah, dendam, iri, sombong dan sebagainya. Akan tetapi begitu semua sikap negatif mula i merasuk kedalam dirinya, ia akan mengendalikannya sampai pada tingkat belia ju stru bisa menampilkan sifat-sifat sebaliknya. Ketiga: Rasa Keadilan yang Diterima Oleh Semua Pihak Penibahan dalam kehidupan manusia adalah pekerjaan besar, rumit, kompleks dan se lalu melibatka banyak manusia dengan segala latar belakar dan potensinya. Ada banyak hal, gagasan, dan strategi yang tertampng dalam perubahan itu. Ada ba nyak keberhasilan yang dicapai. Tetapi juga pasti ada banyak kegagalan yang dial ami. Ada banyak situasi dimana sang pemimpin harus bisa mengambil keputusan dari tindakan yang dapat menciptakan spirit penemaan dari semua orang-orangnya ini t ak mudah. Tetapi pemimpin yang berhasil selalu bisa menampilkan kualitas keadila nnya yang dapat diterima semua pihak. Keempat: Keputusan Pasti Sukses ditingkat personal maupun ditingkat komunal sesungguhnya merupakan dampak dari ribuan keputusan yang diambil dan di eksekusi oleh sang pemimpin, memang s elalu tersedia banyak pilihan pemikiran, kebijakan dan tindakan yang dimiliki ol eh pemimpin. Akan tetapi ketidak ragu-raguannya dalam memilih sebuah pemikiran, kebijakan dan kendala untuk diputuskan secara pasti bagi orang-orangnya memberi suasana kejelasan arah dalam bertindak dan menghindarkan orang-orangnya dari kek acauan dalam berpikir dan bekerja. Kelima: Melakukan Lebih Banyak dari yang Dibayar Pemimpin adalah orang yang memiliki daya tarik untuk diikuti oleh orang-orangnya

, yang pertama adalah pribadi yang memiliki semua kualifikasi yang memang member ikan kelayakan baginya untuk memimpin dan orang-orangnya merasa punya alasan unt uk mengikuti sang pemimpin dalam kualifikasi itu. Yang kedua, karena ia melakukan lebih banyak dari yang dibayar, karena alasan ke dua inilah yang nampak begitu istimewa dan oleh karenanya begitu menyedot rasa i ngin mengikuti. Keenam: Kepribadian yang Menyenangkan Apa yang membuat sebuah perubahan besar dalam sejarah bisa terjadi? Karena kekua tan yang menggerakkannya. Kenapa begitu kuat? Karena berasal dari kombinasi tena ga sang pemimpin dan pengikutnya yang begitu terpadu. Keterpaduan itu buah dari ikatan yang menawan dari dahaga jiwa para pengikut terhadap sosok figur dambaan, dan kepribadian yang menyenangkan sang pemimpin dalam pergaulan bersama orang-o rangnya. http://trustcosurabaya.com/enam-rahasia-pemimpin-besar.html ***** Makalah Tentang Kepemimpinan BAB I PENDAHULUAN I.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia adalah makhluk social yang tidak dapat hidup sendiri. Dalam hidup, manus ia selalau berinteraksi dengan sesame serta dengan lingkungan. Manusia hidup ber kelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok tentulah tidak mudah. Untuk menciptakan kondisi kehidupan y ang harmonis anggota kelompok haruslah saling menghormati & menghargai. Keteratu ran hidup perlu selalu dijaga. Hidup yang teratur adalah impian setiap insan. Me nciptakan & menjaga kehidupan yang harmonis adalah tugas manusia. Manusia adalah makhluk Tuhan yang paling tinggi disbanding makhluk Tuhan lainnya . Manusia di anugerahi kemampuan untuk berpikir, kemampuan untuk memilah & memil ih mana yang baik & mana yang buruk. Dengan kelebihan itulah manusia seharusnya mampu mengelola lingkungan dengan baik. Tidak hanya lingkungan yang perlu dikelola dengan baik, kehidupan social manusia pun perlu dikelola dengan baik. Untuk itulah dibutuhkan sumber daya manusia yang berkualitas. Sumber daya yang berjiwa pemimpin, paling tidak untuk memimpin dir inya sendiri. Dengan berjiwa pemimpin manusia akan dapat mengelola diri, kelompok & lingkungan dengan baik. Khususnya dalam penanggulangan masalah yang relatif pelik & sulit. Disinilah dituntut kearifan seorang pemimpin dalam mengambil keputusan agar mas alah dapat terselesaikan dengan baik. I.2 RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang masalah yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penul is dapatkan. Permasalahan tsb antara lain :

v Bagaimana hakikat menjadi seorang pemimpin? v Adakah teori teori untuk menjadi pemimpin yang baik?

v Apa & bagaimana menjadi pemimpin yang melayani? v Apa & bagaimana menjadi pemimpin sejati? v Bagaimana hubungan kearifan lokal dengan kepemimpinan?

I.3 TUJUAN PENULISAN Adapun tujuan penulisan karya tulis ini adalah Melatih mahasiswa menyusun paper dalam upaya lebih meningkatkan pengetahuan dan kreatifitas mahasiswa. Agar mahasiswa lebih memahami dan mendalami pokok bahasan khususnya tentang kepe mimpinan dan kearifan lokal. I.4 METODE PENULISAN Dari banyak metode yang penulis ketahui, penulis menggunakan metode kepustakaan. Pada zaman modern ini metode kepustakaan tidak hanya berarti pergi ke perpustak aan tapi dapat pula dilakukan dengan pergi ke warung internet (warnet). Penulis menggunakan metode ini karena jauh lebih praktis, efektif, efisien, serta sangat mudah untuk mencari bahan dan data data tentang topik ataupun materi yang penul is gunakan untuk karya tulis ini. I.5 RUANG LINGKUP Mengingat keterbatasan waktu dan kemampuan yang penulis miliki maka ruang lingku p karya tulis ini terbatas pada pembahasan mengenai kepemimpinan dan kearifan lo kal .BAB II PEMBAHASAN

II.1 HAKIKAT KEPEMIMPINAN Dalam kehidupan sehari hari, baik di lingkungan keluarga, organisasi, perusahaan sampai dengan pemerintahan sering kita dengar sebutan pemimpin, kepemimpinan se rta kekuasaan. Ketiga kata tersebut memang memiliki hubungan yang berkaitan satu dengan lainnya. Beberapa ahli berpandapat tentang Pemimpin, beberapa diantaranya : Menurut Drs. H. Malayu S.P. Hasibuan, Pemimpin adalah seseorang dengan wewenang

kepemimpinannya mengarahkan bawahannya untuk mengerjakan sebagian dari pekerjaan nya dalam mencapai tujuan. Menurut Robert Tanembaum, Pemimpin adalah mereka yang menggunakan wewenang forma l untuk mengorganisasikan, mengarahkan, mengontrol para bawahan yang bertanggung jawab, supaya semua bagian pekerjaan dikoordinasi demi mencapai tujuan perusaha an. Menurut Prof. Maccoby, Pemimpin pertama-tama harus seorang yang mampu menumbuhka n dan mengembangkan segala yang terbaik dalam diri para bawahannya. Pemimpin yan g baik untuk masa kini adalah orang yang religius, dalam artian menerima keperca yaan etnis dan moral dari berbagai agama secara kumulatif, kendatipun ia sendiri mungkin menolak ketentuan gaib dan ide ketuhanan yang berlainan. Menurut Lao Tzu, Pemimpin yang baik adalah seorang yang membantu mengembangkan o rang lain, sehingga akhirnya mereka tidak lagi memerlukan pemimpinnya itu. Menurut Davis and Filley, Pemimpin adalah seseorang yang menduduki suatu posisi manajemen atau seseorang yang melakukan suatu pekerjaan memimpin. Sedangakn menurut Pancasila, Pemimpin harus bersikap sebagai pengasuh yang mendo rong, menuntun, dan membimbing asuhannya. Dengan kata lain, beberapa asas utama dari kepemimpinan Pancasila adalah : v Ing Ngarsa Sung Tuladha : Pemimpin harus mampu dengan sifat dan perbuatannya m enjadikan dirinya pola anutan dan ikutan bagi orang orang yang dipimpinnya. v Ing Madya Mangun Karsa : Pemimpin harus mampu membangkitkan semangat berswakar sa dan berkreasi pada orang orang yang dibimbingnya. v Tut Wuri Handayani : Pemimpin harus mampu mendorong orang berani berjalan di depan dan sanggup bertanggung jawab. orang yang diasuhnya

Seorang pemimpin boleh berprestasi tinggi untuk dirinya sendiri, tetapi itu tida k memadai apabila ia tidak berhasil menumbuhkan dan mengembangkan segala yang te rbaik dalam diri para bawahannya. Dari begitu banyak definisi mengenai pemimpin, dapat penulis simpulkan bahwa : Pemimpin adalah orang yang mendapat amanah sert a memiliki sifat, sikap, dan gaya yang baik untuk mengurus atau mengatur orang l ain. Kepemimpinan adalah kemampuan seseorang mempengaruhi dan memotivasi orang lain u ntuk melakukan sesuatu sesuai tujuan bersama. Kepemimpinan meliputi proses mempe ngaruhi dalam menentukan tujuan organisasi, memotivasi perilaku pengikut untuk m encapai tujuan, mempengaruhi untuk memperbaiki kelompok dan budayanya. Sedangkan kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan pa p yang diinginkan pihak lainnya. The art of influencing and directing meaninsuch a way to abatain their willing obedience, confidence, respect, and loyal cooperati on in order to accomplish the mission . Kepemimpinan adalah seni untuk mempengaruh idan menggerakkan orang orang sedemikian rupa untuk memperoleh kepatuhan, keperc ayaan, respek, dan kerjasama secara royal untuk menyelesaikan tugas Field Manual 22-100. Kekuasaan adalah kemampuan untuk mempengaruhi orang lain untuk mau melakukan apa yang diinginkan pihak lainnya. Ketiga kata yaitu pemimpin, kepemimpinan serta k ekuasaan yang dijelaskan sebelumnya tersebut memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sam a lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki beber apa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, apakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenangann ya yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gay

a kepemimpinan yang akan diterapkan. Fungsi pemimpin dalam suatu organisasi tidak dapat dibantah merupakan sesuatu fu ngsi yang sangat penting bagi keberadaan dan kemajuan organisasi yang bersangkut an. Pada dasarnya fungsi kepemimpinan memiliki 2 aspek yaitu : - Fungsi administrasi, yakni mengadakan formulasi kebijaksanakan administrasi da n menyediakan fasilitasnya. - Fungsi sebagai Top Mnajemen, yakni mengadakan planning, organizing, staffing, directing, commanding, controling, dsb.

II.2 TEORI KEPEMIMPINAN Memahami teori-teori a kepemimpinan dalam rta menunjang kepada lis ini akan dibahas kepemimpinan sangat besar artinya untuk mengkaji sejauh man suatu organisasi telah dapat dilaksanakan secara efektif se produktifitas organisasi secara keseluruhan. Dalam karya tu tentang teori dan gaya kepemimpinan.

Seorang pemimpin harus mengerti tentang teori kepemimpinan agar nantinya mempuny ai referensi dalam menjalankan sebuah organisasi. Beberapa teori tentang kepemim pinan antara lain : Teori Kepemimpinan Sifat ( Trait Theory ) Analisis ilmiah tentang kepemimpinan berangkat dari pemusatan perhatian pemimpin itu sendiri. Teori sifat berkembang pertama kali di Yunani Kuno dan Romawi yang beranggapan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan diciptakan yang kemudian teori ini dikenal dengan The Greatma Theory . Dalam perkembanganya, teori ini mendapat p engaruh dari aliran perilaku pemikir psikologi yang berpandangan bahwa sifat sif at kepemimpinan tidak seluruhnya dilahirkan akan tetapi juga dapat dicapai melal ui pendidikan dan pengalaman. Sifat sifat itu antara lain : sifat fisik, mental, dan kepribadian. Keith Devis merumuskan 4 sifat umum yang berpengaruh terhadap keberhasilan kepem impinan organisasi, antara lain : o Kecerdasan Berdasarkan hasil penelitian, pemimpin yang mempunyai kecerdasan yang tinggi di atas kecerdasan rata rata dari pengikutnya akan mempunyai kesempatan berhasil ya ng lebih tinggi pula. Karena pemimpin pada umumnya memiliki tingkat kecerdasan y ang lebih tinggi dibandingkan dengan pengikutnya. o Kedewasaan dan Keluasan Hubungan Sosial Umumnya di dalam melakukan interaksi sosial dengan lingkungan internal maupun ek sternal, seorang pemimpin yang berhasil mempunyai emosi yang matang dan stabil. Hal ini membuat pemimpin tidak mudah panik dan goyah dalam mempertahankan pendir ian yang diyakini kebenarannya. o Motivasi Diri dan Dorongan Berprestasi Seorang pemimpin yang berhasil umumnya memiliki motivasi diri yang tinggi serta dorongan untuk berprestasi. Dorongan yang kuat ini kemudian tercermin pada kiner ja yang optimal, efektif dan efisien.

o Sikap Hubungan Kemanusiaan Adanya pengakuan terhadap harga diri dan kehormatan sehingga para pengikutnya ma mpu berpihak kepadanya Teori Kepemimpinan Perilaku dan Situasi Berdasarkan penelitian, perilaku seorang pemimpin yang mendasarkan teori ini mem iliki kecendrungan kearah 2 hal. o Pertama yang disebut dengan Konsiderasi yaitu kecendrungan seorang pemimpin ya ng menggambarkan hubungan akrab dengan bawahan. Contoh gejala yang ada dalam hal ini seperti : membela bawahan, memberi masukan kepada bawahan dan bersedia berk onsultasi dengan bawahan. o Kedua disebut Struktur Inisiasi yaitu Kecendrungan seorang pemimpin yang membe rikan batasan kepada bawahan. Contoh yang dapat dilihat , bawahan mendapat instr uksi dalam pelaksanaan tugas, kapan, bagaimana pekerjaan dilakukan, dan hasil ya ng akan dicapai. Jadi, berdasarkan teori ini, seorang pemimpin yang baik adalah bagaimana seorang pemimpin yang memiliki perhatian yang tinggi kepada bawahan dan terhadap hasil yang tinggi pula. Teori Kewibawaan Pemimpin Kewibawaan merupakan faktor penting dalam kehidupan kepemimpinan, sebab dengan f aktor itu seorang pemimpin akan dapat mempengaruhi perilaku orang lain baik seca ra perorangan maupun kelompok sehingga orang tersebut bersedia untuk melakukan a pa yang dikehendaki oleh pemimpin. Teori Kepemimpinan Situasi Seorang pemimpin harus merupakan seorang pendiagnosa yang baik dan harus bersifa t fleksibel, sesuai dengan perkembangan dan tingkat kedewasaan bawahan. Teori Kelompok Agar tujuan kelompok (organisasi) dapat tercapai, harus ada pertukaran yang posi tif antara pemimpin dengan pengikutnya. Dari adanya berbagai teori kepemimpinan di atas, dapat diketahui bahwa teori kep emimpinan tertentu akan sangat mempengaruhi gaya kepemimpinan (Leadership Style) , yakni pemimpin yang menjalankan fungsi kepemimpinannya dengan segenap filsafat , keterampilan dan sikapnya. Gaya kepemimpinan adalah cara seorang pemimpan bers ikap, berkomunikasi, dan berinteraksi dengan orang lain dalam mempengaruhi orang untuk melakukan sesuatu.Gaya tersebut bisa berbeda beda atas dasar motivasi , k uasa ataupun orientasi terhadap tugas atau orang tertentu. Diantara beberapa gay a kepemimpinan, terdapat pemimpin yang positif dan negatif, dimana perbedaan itu didasarkan pada cara dan upaya mereka memotivasi karyawan. Apabila pendekatan d alam pemberian motivasi ditekankan pada imbalan atau reward (baik ekonomis maupu n nonekonomis) berartitelah digunakan gaya kepemimpinan yang positif. Sebaliknya jika pendekatannya menekankan pada hukuman atau punishment, berarti dia menerap kan gaya kepemimpinan negatif. Pendekatan kedua ini dapat menghasilakan prestasi yang diterima dalam banyak situasi, tetapi menimbulkan kerugian manusiawi. Selain gaya kepemimpinan di atas masih terdapat gaya lainnya. Otokratis

Kepemimpinan seperti ini menggunakan metode pendekatan kekuasaan dalam mencapai keputusan dan pengembangan strukturnya. Kekuasaan sangat dominan digunakan. Memu satkan kekuasaan dan pengambilan keputusan bagi dirinya sendiri, dan menata situ asi kerja yang rumit bagi pegawai sehingga mau melakukan apa saja yang diperinta hkan. Kepemimpinan ini pada umumnya negatif, yang berdasarkan atas ancaman dan h ukuman. Meskipun demikian, ada juga beberapa manfaatnya antaranya memungkinkan p engambilan keputusan dengan cepat serta memungkinkan pendayagunaan pegawai yang kurang kompeten. Partisipasif Lebih banyak mendesentrelisasikan wewenang yang dimilikinya sehingga keputusan y ang diambil tidak bersifat sepihak. Demokrasi Ditandai adanya suatu struktur yang pengembangannya menggunakan pendekatan penga mbilan keputusan yang kooperatif. Di bawah kepemimpinan pemimpin yang demokrasis cenderung bermoral tinggi dapat bekerjasama, mengutamakan mutu kerja dan dapat mengarahkan diri sendiri. Kendali Bebas Pemimpin memberikan kekuasaan penuh terhadap bawahan, struktur organisasi bersif at longgar dan pemimpin bersifat pasif. Yaitu Pemimpin menghindari kuasa dan tan ggung jawab, kemudian menggantungkannya kepada kelompok baik dalam menetapkan tu juan dan menanggulangi masalahnya sendiri. Dilihat dari orientasi si pemimpin, terdapat dua gaya kepemimpinan yang diterapk an, yaitu gaya konsideral dan struktur, atau dikenal juga sebagai orientasi pega wai dan orientasi tugas. Beberapa hasil penelitian para ahli menunjukkan bahwa p restasi dan kepuasan kerja pegawai dapat ditingkatkan apabila konsiderasi merupa kan gaya kepemimpinan yang dominan. Sebaliknya, para pemimpin yang berorientasi tugas yang terstruktur, percaya bahwa mereka memperoleh hasil dengan tetap membu at orang orang sibuk dan mendesak mereka untuk berproduksi. Pemimpin yang positif, partisipatif dan berorientasi konsiderasi,tidak selamanya merupakan pemimpinyan terbaik.fiedler telah mengembakan suatumodel pengecualian dari ketiga gaya kepemimpinan diatas,yakni model kepemimpinankontigennis.model ini nyatakan bahwa gaya kepemimpinan yang paling sesuai bergantung pada situasi dimana pemimpin bekerja.dengan teorinya ini fiedler ingin menunjukkan bahwa keef ektifan ditunjukkan oleh interaksi antara orientasi pegawai dengan 3 variabel ya ng berkaitan dengan pengikut, tugas dan organisasi. Ketiga variabel itu adalah h ubungan antara pemimpin dengan anngota ( Leader member rolations), struktur tuga s (task strukture), dan kuasa posisi pemimpin (Leader position power). Variabel pertama ditentukan oleh pengakuan atau penerimaan (akseptabilitas) pemimpin oleh pengikut, variabel kedua mencerminkan kadar diperlukannya cara spesifik untuk m elakukan pekerjaan, variabel ketiga menggambarkan kuasa organisasi yang melekat pada posisi pemimpin. Model kontingensi Fieldler ini serupa dengan gaya kepemimpinan situasional dari Hersey dan Blanchard. Konsepsi kepemimpinan situasional ini melengkapi pemimpin dengan pemahaman dari hubungan antara gaya kepemimpinan yang efektif dengan ting kat kematangan (muturity) pengikutnya.perilaku pengikut atau bawahan ini amat pe nting untuk mengetahui kepemimpinan situasional, karena bukan saja pengikut seba gai individu bisa menerima atau menolak pemimpinnya, akan tetapi sebagai kelompo k , pengikut dapat menemukan kekuatan pribadi apapun yang dimiliki pemimpin.

Menurut Hersey dan Blanchard (dalam Ludlow dan Panton,1996 : 18 dst), masing mas ing gaya kepemimpinan ini hanya memadai dalm situasi yang tepat meskipun disadar i bahwa setiap orang memiliki gaya yang disukainya sendiri dan sering merasa sul it untuk mengubahnya meskipun perlu. Banyak studi yang sudah dilakukan untuk melihat gaya kepemimpinan seseorang. Sal ah satunya yang terkenal adalah yang dikemukakan oleh Blanchard, yang mengemukak an 4 gaya dari sebuah kepemimpinan. Gaya kepemimpinan ini dipengaruhi oleh bagai mana cara seorang pemimpin memberikan perintah, dan sisi lain adalah cara mereka membantu bawahannya. Keempat gaya tersebut adalah ~ Directing Gaya tepat apabila kita dihadapkan dengan tugas yang rumit dan staf kita belum m emiliki pengalaman dan motivasi untuk mengerjakan tugas tersebut. Atau apabila a nda berada di bawah tekanan waktu penyelesaian. Kita menjelaskan apa yang perlu dan apa yang harus dikerjakan. Dalam situasi demikian, biasanya terjadi over-com municating (penjelasan berlebihan yang dapat menimbulkan kebingungan dan pembuan gan waktu). Dalam proses pengambilan keputusan, pemimpin memberikan aturan aturan dan proses yang detil kepada bawahan. Pelaksanaan di lapangan harus menyesuaika n dengan detil yang sudah dikerjakan. ~ Coaching Pemimpin tidak hanya memberikan detil proses dan aturan kepada bawahan tapi juga menjelaskan mengapa sebuah keputusan itu diambil, mendukung proses perkembangan nya, dan juga menerima barbagai masukan dari bawahan. Gaya yang tepat apabila st af kita telah lebih termotivasi dan berpengalaman dalam menghadapi suatu tugas. Disini kita perlu memberikan kesempatan kepada mereka untuk mengerti tentang tug asnya, dengan meluangkan waktu membangun hubungan dan komunikasi yang baik denga n mereka. ~ Supporting Sebuah gaya dimana pemimpin memfasiliasi dan membantu upaya bawahannya dalam mel akukan tugas. Dalam hal ini, pemimpin tidak memberikan arahan secara detail, tet api tanggung jawab dan proses pengambilan keputusan dibagi bersama dengan bawaha n. Gaya ini akan berhasil apabila karyawan telah mengenal teknik teknik yang dit untut dan telah mengembangkan hubungan yang lebih dekat dengan anda. Dalam hal i ni kita perlumeluangkan waktu untuk berbincang bincang, untuk lebih melibatkan m ereka dalam penganbilan keputusan kerja, serta mendengarkan saran saran mereka m engenai peningkatan kinerja. ~ Delegating Sebuah gaya dimana seorang pemimpin mendelegasikan seluruh wewenang dan tanggung jawabnya kepada bawahan. Gaya Delegating akan berjalan baik apabila staf kita s epenuhnya telah paham dan efisien dalm pekerjaan, sehingga kita dapat melepas me reka menjalankan tugas atau pekerjaan itu atas kemampuan dan inisiatifnya sendir i. Keempat gaya ini tentu saja mempunyai kelemahan dan kelebihan, serta sangat terg antung dari lingkungan di mana seorang pemimpin berada, dan juga kesiapan dari b awahannya. Maka kemudian timbul apa yang disebut sebagai situational leadership . S ituational leadership mengindikasikan bagaimana seorang pemimpin harus menyesuai kan keadaan dari orang orang yang dipimpinnya. Ditengah tengah dinamika organisasi (yang antara lain diindikasikan oleh adanya perilaku staf / individu yang berbeda beda), maka untuk mencapai efektivitas org

anisasi, penerapan keempat gaya kepemimpinan diatas perlu disesuaikan dengan tun tutan keadaan. Inilah yang dimaksud dengan situasional lesdership,sebagaimana te lah disinggung di atas. Yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk dapat mengemb angkan gaya kepemimpinan situasional ini, seseorang perlu memiliki tiga kemampua n khusus yakni : Q Kemampuan analitis (analytical skills) yakni kemampuan untuk menilai tingkat p engalaman dan motivasi bawahan dalam melaksanakan tugas. Q Kemampuan untuk fleksibel (flexibility atau adaptability skills) yaitu kemampu an untuk menerapkan gaya kepemimpinan yang paling tepat berdasarkan analisa terh adap situasi. Q Kemampuan berkomunikasi (communication skills) yakni kemampuan untuk menjelask an kepada bawahan tentang perubahan gaya kepemimpinan yang kita terapkan. Ketiga kemampuan di atas sangat dibutuhkan bagi seorang pemimpin, sebab seorang pemimpin harus dapat melaksanakan tiga peran utamanya yakni peran interpersonal, peran pengolah informasi (information processing), serta peran pengambilan kepu tusan (decision making) (Gordon, 1996 : 314-315). Peran pertama meliputi : Peran Figurehead Sebagai simbol dari organisasi Leader Berinteraksi dengan bawahan, memotivasi dan mengembangkannya Liaison Menjalin suatu hubungan kerja dan menangkap informasi untuk kepentingan organisasi. Sedangkan peran kedua terdiri dari 3 peran juga yakni : Monitior Memimpin rapat dengan bawahan, mengawasi publikasi perusahaan, atau ber partisipasi dalam suatu kepanitiaan. Disseminator Menyampaikan informasi, nilai nilai baru dan fakta kepada bawahan. orang di luar organi

Spokeman Juru bicara atau memberikan informasi kepada orang sasinya. Peran ketiga terdiri dari 4 peran yaitu :

Enterpreneur Mendesain perubahan dan pengembangan dalam organisasi. Disturbance Handler Mampu mengatasi masalah terutama ketika organisasi sedang da lam keadaan menurun. Resources Allocator Mengawasi alokasi sumber daya manusia, materi, uang dan wakt u dengan melakukan penjadwalan, memprogram tugas tugas bawahan, dan mengesahkan setiap keputusan. Negotiator Melakukan perundingan dan tawar menawar.

Dalam perspektif yang lebih sederhana, Morgan ( 1996 : 156 ) mengemukakan 3 maca m peran pemimpin yang disebut dengan 3A, yakni : Alighting Menyalakan semangat pekerja dengan tujuan individunya. Aligning Menggabungkan tujuan individu dengan tujuan organisasi sehingga setiap orang menuju ke arah yang sama.

Allowing Memberikan keleluasaan kepada pekerja untuk menantang dan mengubah cara kerja mereka. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi lua r biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, p engikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantu ng kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang di pimpin. Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Maka jika ingin menjadi pemimpin yang baik jangan pikirkan orang lain, pikirkanlah diri sendiri dulu. Tidak akan bisa mengubah orang lain dengan efektif sebelum merubah diri s endiri. Bangunan akan bagus, kokoh, megah, karena ada pondasinya. Maka sibuk mem ikirkan membangun umat, membangun masyarakat, merubah dunia akan menjadi omong k osong jika tidak diawali dengan diri sendiri. Merubah orang lain tanpa merubah d iri sendiri adalah mimpi mengendalikan orang lain tanpa mengendalikan diri.

II.3 KEPEMIMPINAN YANG MELAYANI Merenungkan kembali arti makna kepemimpinan, sering diartikan kepemimpinan adala h jabatan formal, yang menuntut untuk mendapat fasilitas dan pelayanan dari kons tituen yang seharusnya dilayani. Meskipun banyak di antara pemimpin yang ketika dilantik mengatakan bahwa jabatan adalah sebuah amanah, namun dalam kenyataannya sedikit sekali atau bisa dikatakan hampir tidak ada pemimpin yang sungguh sungg uh menerapkan kepemimpinan dari hati, yaitu kepemimpinan yang melayani. A. Karakter Kepemimpinan Hati Yang Melayani Kepemimpianan yang melayani dimulai dari dalam diri kita. Kepemimpinan menuntut suatu transformasi dari dalam hati dan perubahan karakter. Kepemimpinan yang mel ayani dimulai dari dalam dan kemudian bergerak keluar untuk melayani mereka yang dipimpinnya. Disinilah pentingnya karakter dan integritas seorang pemimpin untu k menjadi pemimpin yang diterima oleh rakyat yang dipimpinnya. Kembali kita saks ikan betapa banyak pemimpin yang mengaku wakil rakyat ataupun pejabat publik, ju stru tidak memiliki integritas sama sekali, karena apa yang diucapkan dan dijanj ikan ketika kampanye dalam pemilu tidak sama dengan yang dilakukan ketika sudah duduk nyaman di kursinya. Paling tidak menurut Ken Blanchard dan kawan kawan, ada sejumlah ciri ciri dan ni lai yang muncul dari seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani,yaitu tuj uan utama seorang pemimpin adalah melayani kepentingan mereka yang dipimpinnya. Orientasinya adalah bukan untuk kepentingan diri pribadi maupun golongan tapi ju stru kepentingan publik yang dipimpinnya. Seorang pemimpin memiliki kerinduan untuk membangun dan mengembangkan mereka yan g dipimpinnya sehingga tumbuh banyak pemimpin dalam kelomponya. Hal ini sejalan dengan buku yang ditulis oleh John Maxwell berjudul Developing the Leaders Aroun d You. Keberhasilan seorang pemimpin sangat tergantung dari kemampuannya untuk m embangun orang orang di sekitarnya, karena keberhasilan sebuah organisasi sangat tergantung pada potensi sumber daya manusia dalam organisasi tersebut. Jika seb

uah organisasi atau masyarakat mempunyai banyak anggota dengan kualitas pemimpin , organisasi atau bangsa tersebut akan berkembang dan menjadi kuat. Pemimpin yang melayani memiliki kasih dan perhatian kepada mereka yang dipimpinn ya. Kasih itu mewujud dalam bentuk kepedulian akan kebutuhan, kepentingan, impia n da harapan dari mereka yang dipimpinnya. Seorang pemimpin yang memiliki hati yang melayani adalah akuntabilitas ( account able ). Istilah akuntabilitas adalah berarti penuh tanggung jawab dan dapat dian dalkan. Artinya seluruh perkataan,pikiran dan tindakannya dapat dipertanggungjaw abkan kepada public atau kepada setiap anggota organisasinya. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang mau mendengar. Mau mendengar setiap kebutuhan, impian, dan harapan dari mereka yang dipimpin. Pemimpin yang melayani adalah pemimpin yang dapat mengendalikam ego dan kepentingan pribadinya melebih i kepentingan public atau mereka yang dipimpinnya. Mengendalikan ego berarti dap at mengendalikan diri ketika tekanan maupun tantangan yang dihadapi menjadi begi tu berat,selalu dalam keadaan tenang, penuh pengendalian diri, dan tidak mudah e mosi. B. Metode Kepemimpinan Kepala Yang Melayani Seorang pemimpin tidak cukup hanya memiliki hati atau karakter semata, tapi juga harus memiliki serangkaian metode kepemimpinan agar dapat menjadi pemimpin yang efektif. Banyak sekali pemimpin memiliki kualitas sari aspek yang pertama yaitu karakter dan integritas seorang pemimpin, tetapi ketika menjadi pimpinan formal , justru tidak efektif sama sekali karena tidak memiliki metode kepemimpinan yan g baik. Contoh adalah para pemimpin yang diperlukan untuk mengelola mereka yang dipimpinnya. Tidak banyak pemimpin yang memiliki metode kepemimpinan ini. Karena hal ini tida k pernah diajarkan di sekolah sekolah formal. Keterampilan seperti ini disebut d engan Softskill atau Personalskill. Dalam salah satu artikel di economist.com ad a sebuah ulasan berjudul Can Leadership Be Taught, dibahas bahwa kepemimpinan (d alam hal ini metode kepemimpinan) dapat diajarkan sehingga melengkapi mereka yan g memiliki karakter kepemimpinan. Ada 3 hal penting dalam metode kepemimpinan, y aitu : v Kepemimpinan yang efektif dimulai dengan visi yang jelas. Visi ini merupakan s ebuah daya atau kekuatan untuk melakukan perubahan, yang mendorong terjadinya pr oses ledakan kreatifitas yang dahsyat melalui integrasi maupun sinergi berbagai keahlian dari orang orang yang ada dalam organisasi tersebut. Bahkan dikatakan b ahwa nothing motivates change more powerfully than a clear vision. Visi yang jel as dapat secara dahsyat mendorong terjadinya perubahan dalam organisasi. Seorang pemimpin adalah inspirator perubahan dan visioner yaitu memiliki visi yang jela s kemana organisasinya akan menuju. Kepemimpinan secara sederhana adalah proses untuk membawa orang orang atau organisasi yang dipimpin menuju suatu tujuan yang jelas. Tanpa visi, kepemimpinan tidak ada artinya sama sekali. Visi inilah yang mendorong sebuah organisasi untuk senantiasa tumbuh dan belajar serta berkemban g dalam mempertahankan survivalnya sehingga bias bertahan sampai beberapa genera si. Ada 2 aspek mengenai visi, yaitu visionary role dan implementation role. Art inya seorang pemimpin tidak hanya dapat membangun atau menciptakan visi bagi org anisasinya tapi memiliki kemampuan untuk mengimplementasikan visi tsb ke dalam s uatu rangkaian tindakan atau kegiatan yang diperlukan untuk mencapai visi itu. v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang yang responsive. Artinya dia sela lu tanggap terhadap setiap persoalan, kebutuhan, harapan, dan impian dari mereka

yang dipimpin. Selain itu selalu aktif dan proaktif dalam mencari solusi dari s etiap permasalahan ataupun tantangan yang dihadapi. v Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang pelatih atau pendamping bagi oran g orang yang dipimpinnya (performance coach). Artinya dia memiliki kemempuan unt uk menginspirasi, mendorong dan memampukan anak buahnya dalam menyusun perencana an (termasuk rencana kegiatan, target atau sasaran, rencana kebutuhan sumber day a, dsb), melakukan kegiatan sehari hari seperti monitoring dan pengendalian, ser ta mengevaluasi kinerja dari anak buahnya. C. Perilaku Kepemimpinan Tangan Yang Melayani Pemimpin yang melayani bukan sekedar memperlihatkan karakter dan integritas, ser ta memiliki kemampuan metode kepemimpinan, tapi dia harus menunjukkan perilaku m aupun kebiasaan seorang pemimpin. Dalam buku Ken Blanchard disebutka perilaku se orang pemimpin, yaitu : Pemimpin tidak hanya sekedar memuaskan mereka yang dipimpin, tapi sungguh sunggu h memiliki kerinduan senantiasa untuk memuaskan Tuhan. Artinya dia hidup dalam p erilaku yang sejalan dengan firman Tuhan. Dia memiliki misi untuk senantiasa mem uliakan Tuhan dalam setiap apa yang dipikirkan, dikatakan, dan diperbuatnya. Pemimpin focus pada hal hal spiritual dibandingkan dengan sekedar kesuksesan dun iawi. Baginya kekayaan dan kemakmuran adalah untuk dapat memberi dan beramal leb ih banyak. Apapun yang dilakukan bukan untuk mendapat penghargaan, tapi melayani sesamanya. Dan dia lebih mengutamakan hubungan atau relasi yang penuh kasih dan penghargaan, dibandingkan dengan status dan kekuasaan semata. Pemimpin sejati senantiasa mau belajar dan bertumbuh dalam berbagai aspek , baik pengetahuan, kesehatan, keuangan, relasi, dsb. Setiap harinya senantiasa menyel araskan (recalibrating ) dirinya terhadap komitmen untuk melayani Tuhan dan sesa me. Melalui solitude (keheningan), prayer (doa), dan scripture (membaca Firman T uhan ). Demikian kepemimpinan yang melayani menurut Ken Blanchard yang sangat relevan de ngan situasi krisis kepemimpinan yang dialami oleh bangsa Indonesia. Bahkan menu rut Danah Zohar, penulis buku Spiritual Intelligence: SQ the Ultimate Intelligen ce, salah satu tolak ukur kecerdasan spiritual adalah kepemimpinan yang melayani (servant leadership). Bahkan dalam suatu penelitian yang dilakukan oleh Gay Hen drick dan Kate Luderman, menunjukkan pemimpin pemimpin yang berhasil membawa per usahaannya ke puncak kesuksesan biasanya adalah pemimpin yang memiliki SQ yang t inggi. Mereka biasanya adalah orang orang yang memiliki integritas, terbuka, mamp u menerima kritik, rendah hati, mampu memahami spiritualitas yang tinggi, dan se lalu mengupayakan yang terbaik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain. II.4 KEPEMIMPINAN SEJATI Kepemimpinan adalah sebuah keputusan dan lebih merupakan hasil dari proses perub ahan karakter atau tranformasi internal dalam diri seseorang. Kepemimpinan bukan lah jabatan atau gelar, melainkan sebuah kelahiran dari proses panjang perubahan dalam diri seseorang. Ketika seseorang menemukan visi dan misi hidupnya, ketika terjadi kedamaian dalam diri (inner peace) dan membentuk bangunan karakter yang kokoh, ketika setiap ucapan dan tindakannya mulai memberikan pengaruh kepada li ngkungannya, dan ketika keberadaannya mendorong perubahan dalam organisasinya, p ada saat itulah seseorang lahir menjadi pemimpin sejati. Jadi pemimpin bukan sek edar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan sesuatu yang tumbuh d an berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir dari proses internal (leadership from the inside out ).

Kepemimpinan sesungguhnya tidak ditentukan oleh pangkat atau jabatan seseorang. Kepemimpinan adalah sesuatu yang muncul dari dalam dan merupakan buah dari keput usan seseorang untuk mau menjadi pemimpin, baik bagi dirinya sendiri, bagi kelua rga, bagi lingkungan pekerjaan, maupun bagi lingkungan sosial dan bahkan bagi ne gerinya. I don t think you have to be waering stars on your shoulders or a title t o be leadar. Anybody who want to raise his hand can be a leader any time ,dikataka n dengan lugas oleh General Ronal Fogleman,Jenderal Angkatan Udara Amerika Serik at yang artinya Saya tidak berpikir anda menggunakan bintang di bahu anda atau s ebuah gelar pemimpin. Orang lainnya yang ingin mengangkat tangan dapat menjadi p emimpin di lain waktu. Sering kali seorang pemimpin sejati tidak diketahui keberadaannya oleh mereka ya ng dipimpinnya. Bahkan ketika misi atau tugas terselesaikan, maka seluruh anggot a tim akan mengatakan bahwa merekalah yang melakukannya sendiri. Pemimpin sejati adalah seorang pemberi semangat (encourager), motivator, inspirator, dam maximi zer. Konsep pemikiran seperti ini adalah sesuatu yang baru dan mungkin tidak bisa dit erima oleh para pemimpin konvensional yang justru mengharapkan penghormatan dan pujian (honor & praise) dari mereka yang dipimpinnya. Semakin dipuji bahkan diku ltuskan, semakin tinggi hati dan lupa dirilah seorang pemimpin. Justru kepemimpi nan sejati adalah kepemimpinan yang didasarkan pada kerendahan hati (humble). Pelajaran mengenai kerendahan hati dan kepemimpinan sejati dapat kita peroleh da ri kisah hidup Nelson Mandela. Seorang pemimpin besar Afrika Selatan, yang memba wa bangsanya dari negara yang rasialis menjadi negara yang demokratis dan merdek a.Selama penderitaan 27 tahun penjara pemerintah Apartheid, justru melahirkan pe rubahan dalam diri Beliau. Sehingga Beliau menjadi manusia yang rendah hati dan mau memaafkan mereka yang telah membuatnya menderita selam bertahun tahun. Seperti yang dikatakan oleh penulis buku terkenal, Kenneth Blanchard, bahwa kepe mimpinan dimulai dari dalam hati dan keluar untuk melayani mereka yang dipimpinn ya. Perubahan karakter adalah segala galanya bagi seorang pemimpin sejati. Tanpa perubahan dari dalam, tanpa kedamaian diri, tanpa kerendahan hati, tanpa adanya integritas yang kokoh, daya tahan menghadapi kesulitan dan tantangan, dan visi serta misi yang jelas, seseorang tidak akan pernah menjadi pemimpin sejati. Sebuah jenis kepemimpinan yaitu Q Leader memiliki 4 makna terkait dengan kepemim pinan sejati, yaitu : Q berarti kecerdasan atau intelligence. Seperti dalam IQ berarti kecerdasan inte lektual,EQ berarti kecerdasan emosional, dan SQ berarti kecerdasan spiritual. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki kecerdasan IQ,EQ,SQ yang cukup tin ggi. Q leader berarti kepemimpinan yang memiliki kualitas(quality), baik dari aspek v isioner maupun aspek manajerial. Q leader berarti seorang pemimpin yang memiliki qi ( dibaca chi rin yang berarti kehidupan). dalam bahasa Manda

Q keempat adalah qolbu atau inner self. Seorang pemimpin sejati adalah seseorang yang sungguh sungguh mengenali dirinya (qolbunya) dan dapat mengelola dan menge ndalikannya (self management atau qolbu management). Menjadi seorang pemimpin Q berarti menjadi seorang pemimpin yang selalu belajar dan bertumbuh senantiasa untuk mencapai tingkat atau kadar Q (intelligence-quali ty-qi-qolbu) yang lebih tinggi dalam upaya pencapaian misi dan tujuan organisasi maupun pencapaian makna kehidupan setiap pribadi seorang pemimpin.

Rangkuman kepemimpinan Q dalam 3 aspek penting yang disingkat menajadi 3C, yaitu : Perubahan karakter dari dalam diri (character chage). Visi yang jelas (clear vision). Kemampuan atau kompetensi yang tinggi (competence). Ketiga hal tersebut dilandasi oleh suatu sikap disiplin yang tinggi untuk senant iasa bertumbuh, belajar dan berkembang baik secara internal (pengembangan kemamp uan intrapersonal, kemampuan teknis, pengatahuan,dll) maupun dalam hubungannya d engan orang lain (pengembangan kemampuan interpersonal dan metode kepemimpinan). Seperti yang dikatakan oleh John Maxwell, The only way that I can keep leading is to keep growing. The the day I stop growing, somebody else takes the leadersh ip baton. That is way it always it. Satu-satunya cara agar saya tetap menjadi pem impin adalah saya harus senantiasa bertumbuh. Ketika saya berhenti bertumbuh, or ang lain akan mengambil alih kepemimpinan tsb. II.5 KEPEMIMPINAN DAN KEARIFAN LOKAL Kearifan local yaitu spirit local genius yang disepadankan maknanya dengan penge tahuan, kecerdikan,kepandaian, keberilmuan, dan kebijaksanaan dalam pengambilan keputusan dan berkenaan dengan penyelesaian masalah yang relative pelik dan rumi t, Dalam suatu local (daerah ) tentunya selalu diharapkan kehidupan yang selaras, s erasi dan seimbang (harmonis). Kehidupan yang penuh kedamaian dan suka cita. Keh idupan yang dipimpin oleh pimpinan yang dihormati bawahannya. Kehidupan yang ter atur dan terarah yang dipimpin oleh pimpinan yang mampu menciptakan suasana kond usif. Kehidupan manusia tidak lepas dari masalah. Serangkaian masalah tidaklah boleh d idiamkan. Setiap masalah yang muncul haruslah diselesaikan. Dengan memiliki jiwa kepemimpinan, seseorang akan mampu menaggulangi setiap masalah yang muncul. Manusia di besarkan masalah. Dalam kehidupan local masyarakat, setiap masalah ya ng muncul dapat ditanggulangi dengan kearifan local masyarakat setempat. Contohn ya adalah masalah banjir yang di alami masyarakat di berbagai tempat. Khususnya di Bali, seringkali terjadi banjir di wilayah Kuta. Sebagai tempat tujuan wisata dunia tentu hal ini sangat tidak menguntungkan. Masalah ini haruslah segera dit angani. Dalam hal pembuatan drainase dan infrastruktur lainnya, diperlukan kemat angan rencana agar pembangunan yang dilaksanakan tidak berdampak buruk. Terbukti , penanggulangan yang cepat dengan membuat gorong gorong bisa menurunkan debit a ir yang meluber ke jalan. Sebagai pemimpin lokal, pihak Camat Kuta, I Gede Wijaya sebelumnya telah melakuk an sosialisasi terkait pembangunan gorong gorong. Camat Kuta secara langsung dan tertulis telah menyampaikan hal tersebut kepada pengusaha serta pemilik banguna n dalam surat No. 620/676/ke/07 , tertanggal 27 desember 2007 BAB III PENUTUP

III.1 KESIMPULAN Kata pemimpin, kepemimpinan serta kekuasaan memiliki keterikatan yang tak dapat dipisahkan. Karena untuk menjadi pemimpin bukan hanya berdasarkan suka satu sama lainnya, tetapi banyak faktor. Pemimpin yang berhasil hendaknya memiliki bebera pa kriteria yang tergantung pada sudut pandang atau pendekatan yang digunakan, a pakah itu kepribadiannya, keterampilan, bakat, sifat sifatnya, atau kewenanganny a yang dimiliki yang mana nantinya sangat berpengaruh terhadap teori maupun gaya kepemimpinan yang akan diterapkan. Rahasia utama kepemimpinan adalah kekuatan terbesar seorang pemimpin bukan dari kekuasaanya, bukan kecerdasannya, tapi dari kekuatan pribadinya. Seorang pemimpi n sejati selalu bekerja keras memperbaiki dirinya sebelum sibuk memperbaiki oran g lain. Pemimpin bukan sekedar gelar atau jabatan yang diberikan dari luar melainkan ses uatu yang tumbuh dan berkembang dari dalam diri seseorang. Kepemimpinan lahir da ri proses internal (leadership from the inside out). III.2 SARAN Sangat diperlukan sekali jiwa kepemimpinan pada setiap pribadi manusia. Jiwa kep emimpinan itu perlu selalu dipupuk dan dikembangkan. Paling tidak untuk memimpin diri sendiri. Jika saja Indonesia memiliki pemimpin yang sangat tangguh tentu akan menjadi lua r biasa. Karena jatuh bangun kita tergantung pada pemimpin. Pemimpin memimpin, p engikut mengikuti. Jika pemimpin sudah tidak bisa memimpin dengan baik, cirinya adalah pengikut tidak mau lagi mengikuti. Oleh karena itu kualitas kita tergantu ng kualitas pemimpin kita. Makin kuat yang memimpin maka makin kuat pula yang di pimpin. http://emperordeva.wordpress.com/about/makalah-tentang-kepemimpinan/ ***** Kepemimpinan seolah menjadi sebuah topik yang senantiasa menarik untuk dikaji. R atusan buku yang membahas mengenai kepemimpinan maupun gaya kepemimpinan begitu banyak dijumpai setiap saat. Kegiatan-kegiatan pelatihan kepemimpinan pun begitu populer baik di lingkungan pelajar, mahasiswa hingga lingkungan kerja (kantor). Terlepas dari begitu banyak metode dan gaya kepemimpinan yang ada pada dasarnya tidak ada yang lebih penting ketimbang efektivitas dalam kepemimpinan itu sendir i. Apapun gaya dan metode yang digunakan tidak akan ada artinya jika tidak menja di efektif.Seorang manajer atau pemimpin organisasi tidak dinilai dari penguasaa n terhadap pengetahuan yang dimilikinya. Tolok ukur seorang manajer adalah keput usan yang diambil dan bagaimana keputusan tersebut efektif bagi organisasi yang dipimpinnya. Untuk menjadi seorang pemimpin yang efektif bagi sebuah organisasi perlu mengena li dan memahami visi organisasi yang dipimpin. Visi organisasi selanjutnya ditur unkan menjadi visi kepemimpinan, dengan demikian tidak ada pertentangan antar ke duanya. Bila organisasi diibaratkan sebagai sebuah kapal lengkap dengan awaknya yang mas ing-masing memiliki spesialisasi, tanggung jawab dan tugasnya maka seorang pemim pin adalah kapten kapal tersebut. Seorang kapten kapal tidak sekedar berfungsi m engkoordinir bagaimana setiap bagian bekerja namun lebih dari itu dia bertugas m enentukan arah dan tujuan dari kapal dan memastikan bahwa setiap fungsi melaksan akan tugasnya demi tercapainya tujuan yang telah ditetapkan. Sama halnya dengan sebuah kapal yang ketika berlayar memerlukan tujuan, demikian

pula organisasi memerlukan tujuan yang diistilahkan sebagai visi. Tanpa visi ma ka organisasi akan berjalan tanpa arah dan tujuan. Pada organisasi semacam ini a da dua kemungkinan yang dapat terjadi, kemungkinan pertama organisasi tersebut d alam operasionalisasi kesehariannya asal jalan saja sedangkan kemungkinan yang l ain setiap individu dalam organisasi akan fokus mengejar kepentingan masing-masi ng dan organisasi tidak lebih dari sekedar lembaga atau brand yang menaungi mere ka. Adakah organisasi semacam ini? Tentu saja ada, saya telah melihat sendiri bebera pa organisasi yang terjebak pada situasi semacam ini. Beberapa diantaranya tidak mampu bertahan sementara sisanya masih sanggup bertahan karena mereka merupakan bagian dari organisasi yang lebih besar dan untungnya organisasi yang lebih bes ar ini cukup memiliki visi dan kompetensi. Meski demikian organisasi semacam ini ibarat kanker bagi induknya yang akan membebani. Beban yang dimaksud bukan hany a finansial namun bisa juga berupa brand image. Sebuah organisasi bisa terjebak pada situasi dimaksud di atas karena beberapa ke mungkinan. Bisa jadi situasi ini tecipta karena organisasi didirikan oleh seoran g yang visioner dan sangat berpengaruh namun kurang melakukan sosialisasi visiny a kepada para kolega atau bawahan, ketika si pendiri ini mundur maka biasanya or ganisasi akan mengalami penurunan. Kemungkinan lain adalah organisasi terjebak m empertahankan visi yang dibentuk beberapa periode sebelumnya. Visi tidaklah sakr al terutama bagi organisasi bisnis. Lingkungan Sekitaran Eksternal (LSE) atau li ngkungan di luar organisasi sifatnya dinamis, organisasi harus senantiasa mampu selangkah di depan perubahan yang terjadi. Organisasi bertahan pada visi yang tercipta pada masa lalu karena pemimpin masa ini tidak peka terhadap tuntutan perubahan yang terjadi saat ini. Bisa juga alas an mempertahankan visi ini karena ingin menghormati the founding father. Apapun alasannya tidaklah penting, yang jelas situasi ini membuat organisasi tidak berd aya menghadapi kompetisi. Setiap organisasi bediri dengan latar belakang yang berbeda meski demikian kesem uanya memiliki tujuan yang sama yaitu menciptakan salah satunya berupa kesejahte raan bagi organisasi itu sendiri agar dapat terus bertahan dan membiayai dirinya sendiri. Kesejahteraan hanya dapat tercipta bila organisasi mampu menangkap pel uang yang ada pada LSE. Sebab pada dasarnya di dalam organisasi sendiri hanya ad a, baik biaya untuk inovasi, SDM, pemasaran dan lain sebagainya. Sementara pelua ng ada pada LSE, dengan demikian penting bagi organisasi untuk menentukan strate gi dalam rangka mencapai kesejahteraan. Itulah pentingnya memahami dinamika dan kebutuhan yang ada di LSE. Sayang beberapa organsasi memang terlalu angkuh untuk berubah demi memenuhi tuntutan LSE. Untuk menentukan rumusan strategi yang tepat tentunya organisasi perlu mengumpul kan berbagai informasi internal. Informasi tersebut meliputi informasi dasar men genai, likuiditas, piutang dan data penjualan. Informasi mengenai produktivitas berupa dan EVA, informasi mengenai kompetensi dari organisasi dan individu serta informasi mengenai alokasi sumber daya baik dana maupun SDM. Keempat informasi tersebut kemudian digabungkan dengan informasi mengenai LSE dengan demikian terb angunlah antara organisasi dengan LSE. Kondisi inilah yang memungkinkan organisa si mencapai kesejahteraan. Faktanya tidak sesederhana itu terutama bagi organisasi yang telah berjalan bert ahun-tahun. Resistensi yang ada pada umumnya akan sangat tinggi terutama oleh me reka yang telah bertahun-tahun menikmati. Sebuah organisasi yang saya kenal meng alami kondisi serupa dimana organisasi tersebut berjalan tanpa adanya visi yang jelas selama bertahun-tahun. Awalnya organisasi ini sangat visioner dan dipersepsi positif oleh , namun ketik a beberapa senior dalam organisasi terlibat pertengkaran dan masing-masing menin ggalkan organisasi para yunior seolah kehilangan arah. Mereka sekedar melakukan rutinitas pekerjaan sehari-hari dalam rangka memenuhi kewajiban sebagai karyawan namun tidak pernah terpikir untuk menentukan arah bagi organisasi tempat mereka bernaung. Setelah belasan tahun para yunior telah berada pada posisi puncak dan selama belasan tahun pula mereka menikmati yang tercipta karena kondisi sebelum nya. Seiring dengan waktu muncul para kompetitor yang tadinya tidak memiliki nam a, namun berkat kemampuannya memahami LSE maka para kompetitor secara cepat memp

eroleh posisi yang lebih baik dibandingkan organisasi ini. Dalam kondisi semacam ini ternyata tidak membuat organisasi sadar dan memperbaik i diri, sebaliknya mereka yang menikmati sangat resisten terhadap perubahan yang mendesak. Para penikmat telah bertahun-tahun menikmati gaji dan jabatan tanpa peduli akan arah organisasi. Masing-masing mengejar visi pribadinya yang kebanya kan tidak menguntungkan bagi organisasi. Beberapa individu dalam organisasi memp eroleh status dan nama namun tidak demikian halnya dengan organisasi yang menaun gi dan menggaji mereka setiap bulan. Juru mudi memiliki tugas, juru mesin memiliki tugas, bahkan juru masakpun demiki an. Namun setiap dari mereka hendaknya melaksanakan tugas untuk tujuan yang sama . Apa jadinya jika juru mudi hanya memperdalam kemampuan mengemudinya tanpa tahu arah kapal demikian pula juru mesin dan yang lainnya. Itulah pentingnya visi da n itulah peran seorang pemimpin untuk mengkoordinir setiap fungsi untuk mencapai sebuah tujuan bersama. Visi dan strategi organisasi berkaitan erat dengan efektivitas kepemimpinan. Itu lah sebabnya dipaparkan panjang lebar mengenai visi organisasi. Sebab seorang pe mimpin bekerja berdasarkan visi organisasi dan visi pribadi. Tanpa keduanya must ahil kepemimpinannya akan efektif. Bagaimana seorang kapten kapal dapat memimpin anak buah dan kapalnya tanpa dia sendiri tahu kemana kapal ini harus berjalan? Tanpa adanya efektivitas kepemimpinan maka seorang pemimpin tak lebih dari seked ar simbol yang tiada arti, kepemimpinannya adalah sia-sia. Menentukan gaya kepem impinan adalah masalah kedua, sebab tanpa adanya visi organisasi dan visi sang p emimpin gaya apapun yang digunakan tidak akan memberi kontribusi yang berarti. Pemimpin yang efektif juga harus menekankan keputusan pada sesuatu yang benar bu kan sesuatu yang dapat diterima. Merasa khawatir akan apa yang dapat diterima at au tidak dapat diterima adalah inefisiensi, sebab dalam proses mencari jawaban A pa yang dapat diterima biasanya beberapa hal penting yang membuat sebuah keputus an menjadi efektif akan disingkirkan Faktor penting lainnya yang menentukan efektif tidaknya kepemimpinan adalah pera n serta dari anggota organisasi tersebut. Peran serta menjadi faktor akhir yang menentukan kepemimpinan. Organisasi sering mencari sosok super leader yang dihar apkan akan membawa organisasi tersebut ke arah yang lebih baik, namun tidak jara ng terjadi meski telah memperoleh seorang pemimpin yang super tetap saja organis asi tidak bergerak ke arah yang diharapkan. Hal ini disebabkan ketiadaan atau re ndahnya partisipasi dari anggota. Sehebat apapun seorang pemimpin tanpa peran se rta anggotanya tak akan ada artinya. Situasi riil yang terjadi adalah di Indones ia, masalah terbesar bagi bangsa ini bukanlah mencari sosok pemimpin yang ideal namun sebaliknya mencari warga negara yang ideal yaitu warga negara yang mau ber peran serta dan peduli untuk membangun. Sayang selama ini justru sosok kepemimpi nan ideal yang selalu sibuk diperdebatkan. Menjadi pemimpin yang efektif sangatlah penting utamanya pada organisasi pasca k apitalis (lihat tulisan saya sebelumnya) dimana sistem kendali-perintah telah di gantikan dengan sistem koordinasi dan kekuasaan tergantikan dengan tanggung jawa b individu. Pada situasi ini visi organisasi dan efektivitas kepemimpinan menjad i semakin penting dibanding era-era sebelumnya. (Satrio A. Wicaksono) copyright 008 SINERGI CONSULTING Diperkenankan mengutip untuk kepentingan non ko mersial dan wajib menyertakan sumbernya http://satrioindirani.blogspot.com/2008/05/visi-organisasi-dan-efektivitas.html ***** Polri, Sesko TNI AD, PT.KAI, adapun untuk kegiatan penelitian dilakukan bersama dengan Telkom Divre III, ISEI, Bank Indonesia Jakarta, Bank Indonesia Bandung d an Pemkot Bandung, bidang penelitan yang sering dilakukan antara lain : ekonomi moneter, bisnis, telekomunikasi, public finance, economic development, rural dev elopment, dan planologi.

http://students.imtelkom.ac.id/web2.0/index.php/e-mading/etika-kepemimpinan-dala m-berorganisasi.html ***** Etika Kepemimpinan Dalam Berorganisasi Oleh Coki Ahmad Syahwier (Dosen IM Telkom; Materi LKK IM Telkom 2-3 Mei 2009) . pada dasarnya jiwa kepemimpinan dimilki oleh setiap diri manusia (self leadership ), setidaknya dirasakan manakala seseorang melewati suatu proses merencanakan da n menetapkan suatu keputusan guna merealisasikan tujuan hidupnya, namun dalam me ngaktualisasikan kepemimpinan itu sendiri sering sekali manusia dihadapkan pada berbagai problematika hidup silih berganti, tidak sedikit persoalan muncul hanya disebabkan kesalahan dalam bertindak dan keliru mempersepsikan sesuatu, untuk m enghindarinya menjadi penting faktor pengendali diri, salah satunya adalah denga n mempedomani nilai-nilai etika dan moralitas dalam kehidupan, jadi kepemimpinan dengan etika dan moralitas merupakan satu kesatuan yang sangat erat .. 1. Pendahuluan Dalam suatu organisasi akan ditemukan beberapa unsur yakni visi-misi, t ujuan dan program kerja, struktur organisasi, kode etik organisasi, hubungan ant arlini organisasi, individu-individu, kepemimpinan, dan dinamika organisasi. Keb erhasilan organisasi mencapai tujuan organisasi sangat tergantung kepada pemimpi n dan orang-orang yang berada di sekitar pemimpin. Seorang pemimpin yang sukses apabila ia mampu menggerakkan sejumlah orang dalam mencapai tujuan organisasi. U ntuk keperluan itu, seorang pemimpin hendaknya dapat menciptakan beberapa hal, y aitu : Atmosfer hubungan kerja yang nyaman, Motivasi maksimum, Kedisiplinan, keteladanan, dan berkemampuan (professional), Aspiratif (people focus), Berkomimen terhadap etika dan tujuan organisasi (performance), Berpikir sistemik dan selalu positive thinking. Sejalan dengan penjelasan di atas, organisasi kemahasiswaan juga memili ki karakteristik yang sama dengan organisasi pada umumnya. Hanya saja, organisas i kemahasiswaan mempunyai ciri-ciri suasana dinamika yang khusus yakni : Pencirian idealisme, Ketajaman berpikir, Pembelajaran interelasi sosial, Social responsibility yang tinggi, Hubungan emosional yang kuat, Transformasi personality, Ekspektasi cita-cita, Kecintaan terhadap institusi, Kerja sama tim. Oleh karena itu, organisasi mahasiswa membutuhkan kepemimpinan kolegial yang kuat dan utuh dalam mewujudkan tujuan bersama (common goals). Kepemimpinan organisasi mahasiswa memiliki 6 (enam) misi pokok, yakni : Menjembatani aspirasi mahasiswa terkait dengan kelancaran proses belajar mengaja r, Mengembangkan dan men-servant program minat dan bakat mahasiswa, Mengembangkan karakter dan kapasitas diri mahasiswa, Menciptakan suasana yang kondusif, kreatif, inovatif, dan produktif di kampus, Memelihara sarana dan prasarana kampus, Menjalankan peran serta dalam memecahkan persoalan masyarakat.

Kepemimpinan mahasiswa yang efektif adalah kepemimpinan yang mampu mewu judkan enam misi di atas. Kepemimpinan demikian tentu bukanlah kepemimpinan yang hanya sekedar melayani atau how to servant. Akan tetapi kepemimpinan yang diper lukan adalah kepemimpinan transformatif yang visioner terutama dalam menyikapi p erubahan-perubahan yang terus terjadi. Kepemimpinan transformatif yang visioner selalu mengedepankan sejumlah ide atau gagasan konstruktif jauh ke depan. Jadi, perlu ada paradigm shift dalam kepemimpinan yang memfokuskan organisasi bagi pen ingkatan kualitas pelaku-pelaku organisasi dan individu-individu yang dipimpin. Pemimpin dalam kepemimpinan transformatif sangat mengetahui dan memaham i potensi individu-individu di sekelilingnya dan terampil mengoptimalkan sumber daya organisasi yang tersedia. Bahkan, pemimpin transformatif visioner berpikir jauh ke depan melampaui individu-individu yang dipimpinnya. Oleh karena itu, opt imalisasi potensi dan sumber daya organisasi yang dilakukan pemimpin transformat if selalu tepat dan terukur (measurement) keberhasilannya. Kepemimpinan organisasi mahasiswa membutuhkan pemimpin transformatif ya ng tidak saja handal dalam mengoptimalkan potensi yang dipimpinnya dan sumber da ya organisasi yang tersedia, melainkan juga memiliki jiwa motivator yang baik sa at yang lain dalam keadaan lemah. Pemimpin transformatif selalu mempedomani arah kebijakan (policy direction) yang telah ditetapkan organisasi. Dengan demikian ia mampu membawa individu-individu yang dipimpinnya ke tujuan bersama (common g oals) yakni : Keberhasilan studi dengan tepat waktu dan nilai yang baik, Kepercayaan diri dalam memasuki pasar kerja, Kemampuan bagaimana menciptakan (how to creat) pekerjaan, Karakter diri dan berkepribadian yang kuat serta bermoralitas tinggi Kebersamaan dalam setiap kegiatan organisasi, Pemimpin organisasi mahasiswa akan menjadi figur sentral dalam setiap d enting suara denyut jantung organisasi. Dengan demikian, pemimpin organisasi mah asiswa dinilai sebagai inspirator yang diharapkan dapat membawa organisasi sebag ai organisasi yang handal (credible), memiliki kecakapan (capable), diperhitungk an (computable), dan patuh (compliance) terhadap etika dan norma-norma kehidupan kampus. 2. Etika Kepemimpinan Etika adalah perilaku berstandar normatif berupa nilai-nilai moral, nor ma-norma, dan hal-hal yang baik-baik. Etika difungsikan sebagai penuntun dalam b ersikap dan bertindak menjalankan kehidupan menuju ke tingkat keadaan yang lebih baik. Pada dasarnya arti hakiki etika adalah determinasi pedoman untuk menjalan kan apa-apa yang benar dan tidak melakukan apa-apa yang tidak benar. Dengan demi kian menjalankan suatu kehidupan yang beretika diyakini akan membawa kehidupan p ada suatu kondisi yang tidak menimbulkan efek negatif yang merugikan bagi kehidu pan di sekitarnya. Ditinjau dari segi evolusi, dimensi etika dapat menjadi faktor kunci keb erhasilan suatu kepemimpinan. Dalam suatu organisasi, kepemimpinan yang dinilai baik apabila fungsi-fungsi kepemimpinan dijalankan berdasarkan prinsip-prinsip beretika. Kepemimpinan beretika akan membuat suasana hubungan kerja dalam organi sasi lebih nyaman dan terhindar dari konflik vertikal maupun konflik horisontal. Sebab, pelaku-pelaku organisasi menyadari keberadaan pedoman dan penuntun berup a prinsip-prinsip etika yang membatasi gerak bersikap dan bertindak. Adapun prin sip-prinsip etika berorganisasi adalah : Menjaga perasaan orang lain, Memecahan masalah dengan rendah hati, Menghindari pemaksaan kehendak tetapi menghargai pendapat orang lain, Mengutamakan proses dialogis dalam memecahkan masalah, Menanggapi suatu masalah dengan cepat, dan sesuai dengan keahlian (competence),

Menyadari kesalahan dan berusaha untuk memperbaiki (improving value), Mengedepankan sikap jujur, disiplin, dan dapat dipercaya. Upaya menerapkan prinsip-prinsip etika dalam kepemimpinan bukanlah suat u hal yang mudah. Untuk kebutuhan itu diperlukan suatu kesamaan persepsi untuk a pa organisasi dijalankan. Dalam arti diperlukan suatu komitmen para pelaku organ isasi menyamakan langkah tindak untuk mewujudkan tujuan organisasi. Satu hal lai n yang juga penting adalah pemberlakuan sanksi yang dapat dijadikan sebagai dasa r bagi proses pembelajaran atas kesalahan yang diperbuat pelaku organisasi. Sank si dapat diberlakukan tanpa harus adanya diskriminasi. Oleh karena itu setiap or ganisasi hendaknya mempunyai kode etik organisasi yang berfungsi sebagai alat peng endalian atau pengawasan organisasi. Kode etik organisasi dan perencanaan strategis (renstra) organisasi dap at dijadikan sebagai pedoman oleh majelis pertimbangan organisasi mengawasi jala nnya roda organisasi. Kode etik organisasi disusun berdasarkan pertimbangan bebe rapa faktor : Peraturan dan ketentuan yang disepakati, Sinergitas, Persaingan yang sehat, competition is matter of spirit, not strength Tanggung jawab atau integritas, Hubungan kerja Aspirasi. 3. Penutup Etika kepemimpinan dalam menjalankan kegiatan organisasi merupakan dime nsi yang tidak terpisahkan dari kehidupan organisasi keseharian. Tanpa adanya et ika kepemimpinan yang efektif dapat mengakibatkan keseimbangan organisasi tergan ggu. Etika kepemimpinan yang diterapkan oleh pengurus organisasi dalam menjalank an roda organisasi dapat menebarkan nilai tambah (value added) bagi peningkatan karakter diri terutama dalam kekokohan mental dan spiritual. Etika kepemimpinan organisasi kemahasiswaan merupakan wahana proses pem bentukan jiwa kepemimpinan di kampus, dan juga bagian dari proses pembelajaran m enempa diri menjadi pemimpin handal di berbagai bidang kehidupan sosial kemasyar akatan. Etika kepemimpinan dapat diterapkan dengan baik apabila mendapat dukung an penuh dari beberapa faktor yaitu : (1) manajemen institusi, (2) capital manag ement, (3) campus environmental, (4) common vision, (5) the strategy of link and match between higher quality and the demand for need of job field. CURRICULUM VITAE (CV) Coki Ahmad Syahwier : Pengalaman berorganisasi diawali sejak menjadi anggota Pramuka Gudep Medan, peng urus OSIS SMP Negeri VI Medan dan terpilih mengikuti pelajar teladan se Kota Med an, berlanjut ketika mahasiswa terpilih menjadi Ketua Umum HMI Komisariat Fakult as Ekonomi USU dan Ketua Umum Senat Mahasiswa Fakultas Ekonomi USU masing-masing selama dua tahun serta aktif dalam kegiatan ISMEI (Ikatan Senat Mahasiswa Ekono mi se Indonesia), penerima beasiswa Supersemar dan sempat menjadi anggota redaks i Koran kampus USU dan penyiar radio Kampus USU dalam siaran road to campus , wawasa n almamater , wawancara celebrity, dan curhat saturday night , setelah menyelesaikan kuliah kembali dipilih menjadi pengurus KNPI (Komite Nasional Pemuda Indonesia) Propinsi Sumatera Utara dan AMPI (Angkatan Muda Pembaharuan Indonesia) Propinsi Sumatera Utara, kemudian setelah hijrah ke Bandung menempuh studi pasca sarjana UNPAD dilpilih sebagai Ketua I Ikatan Mahasiswa Pascasarjana UNPAD selama satu t ahun, kemudian ditunjuk sebagai Sekretaris ISEI (Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesi a) Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat Periode 2001-2004, kini Ketua Bidang Pe ngembangan Ilmu ISEI Cabang Bandung Koordinator Jawa Barat Periode 2008-2011 dan

Wakil Ketua Dewan Pengembangan Ekonomi (DPE) Kota Bandung melalui SK Walikota B andung sejak tahun 2006 hngga 2013 serta Sekretaris LP3E Kadin (Kamar Dagang dan Industri) Propinsi Jawa Barat Periode 2009-2014, dan mulai aktif dalam Indonesi a Marketing Association (IMA) Chapter Jawa Barat; Pengalaman Akademis diawali sejak menyenangi kegiatan menulis di SMA (mading, me nulis sajak dan cerpen), ketika mahasiswa pernah menulis laporan kegiatan campin g to village mahasiswa FE USU sebagai tulisan pertama yang dimuat di Koran Waspa da Medan (judul Apakah Di sana Ada Jawabnya), tulisan berikutnya berisikan masala h-masalah sosial dan ekonomi dimuat pada Koran Waspada dan Koran Analisa, sejak di Bandung aktif menulis artikel-artikel ekonomi di Koran Pikiran Rakyat yang se mpat diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul Analisis Ekonomi Indonesia : Kaji an Terhadap Dimensi Krisis di Indonesia terjual sebanyak 500 eksemplar di Bandung , Palembang dan Medan, kegiatan menulis artikel ekonomi di Koran Pikiran Rakyat dan Kompas serta Jurnal Manajemen IM Telkom nyaris tidak lekang di keseharian, d irencanakan kumpulan tulisan sebanyak 50 tulisan yang dimuat dari 2007-2009 akan diterbitkan dalam sebuah buku seri bunga rampai dengan judul (tentatif) yaitu Me nyapa Ekonomi Indonesia , salah satu tulisan yang berkesan adalah Community Based-E conomy Model as Eradicating Poverty In Indonesian yang dipresentasikan dalam Foru m Sarjana Ekonomi ASEAN (FAEA) pada tahun 2001 di Bangkok, Thailand, sejumlah ma kalah/paper telah dipresentasikan dalam forum seminar/workshop/training di Unive rsitas Sebelas Maret Solo, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, Universitas Pont ianak, Ikatan Mahasiswa Cilegon Banten, ISEI Surabaya, Universitas Negeri Malang , Politeknik PT.Pos Indonesia/Ikatan Mahasiswa Akuntansi se Indonesia, ISMEI Pon tianak, Adum/Diklat Kepemimpinan Pemkab Cirebon, Indramayu, Kota Serang, Bekasi, Karawang, Purwakarta, Cianjur, Curug/Tangerang, Garut, Subang, Kabupaten Bandun g, Departemen Agama, Departemen ESDM, Departemen PU, Departemen Kehakiman, Kejak saan Tinggi Jawa Barat, Bulog, Diklatpim PusdikminA Simple Way to be an Effectiv e Manager Category: Leadership Ketika kita dipilih atau ditunjuk sebagai seorang manajer maupun pemimpin di dal am sebuah perusahaan atau kelompok maupun keluarga, terkadang kita sering kali m enggerutu mengapa orang yang kita pimpin terkesan tidak mau menurut atau sulit d iatur padahal kita sudah capek bekerja keras untuk mengatur segalanya, hal ini m engindikasikan bahwa model kepemimpinan yang kita jalankan selama ini tidak efek tif. Tahukah anda, apa yang diperlukan ketika kita menghadapi situasi ini? Untuk memiliki kepemimpinan efektif, sesungguhnya yang perlu kita perbaiki adalah bag aimana kita menyesuaikan sikap kita terhadap orang yang kita pimpin tersebut aga r dapat memimpin dengan efektif, dengan demikian dinamakan situasional leadershi p. Ada empat model situasional leadership yaitu: S1 (Directive), S2 (Participative) , S3 (Supportive), S4 (Delegative). Dan ada empat jenis member/team yang dipimpi n yaitu: D1 (Beginner), D2 (Quitter), D3 (Reluctant participate), D4 (Delegative ). Untuk lebih mudah dalam penerapannya mari kita lihat Tabel 1 berikut: Berdasarkan Tabel 1, ketika kita menemui member/team yang memiliki karakter D1 y aitu member/team yang sama sekali tidak memiliki kompetensi, komitmen dan kerja tim yang baik maka situasional leadership yang seharusnya kita terapkan adalah m odel S1 yaitu High directive dan Low Supportif (artinya bahwa kita harus memberi kan arahan-arahan yang sangat detail dan keras (layaknya seorang mandor). Jika k ita menemui kondisi D2 dimana team member hanya memiliki satu dari tiga kriteria maka, situasional leadership yang seharusnya kita terapkan adalah model S2 yait u High directive dan High Supportif (artinya bahwa kita selain memberikan arahan yang detail kita juga harus turut ambil bagian agar pada akhirnya member atau t eam tersebut dapat meningkatkan ke-2 kriteria yang lain) model kepemimpinan ini adalah model kepemimpinan yang paling berat dan melelahkan. Jika kita menemui ko ndisi member/team sudah memiliki dua dari tiga kriteria, seharusnya kita menerap kan model S3 yaitu Low directive dan High Supportif (artinya kita harus lebih se ring memberikan apresiasi atau pujian kepada team kita dengan tulus atas prestas

i yang mereka raih, agar mereka lebih termotivasi dan merasa mendapat pengakuan diri). Nah kondisi D4 lah yang paling enak, dimana team member kita sudah memili ki ketiga kriteria, kita perlu memberikan kepercayaan kepada mereka sepenuhnya d engan sesekali memantau kinerja mereka dan kita dapat memikirkan rencana strateg is lainnya. Nah bagaimana caranya agar kita dapat menyesuaikan diri dalam berbagai situasi d alam team kerja? Ada tiga cara yaitu: Kenali, pelajari dan manage situasi team member. Kita harus mengenali satu persa tu team member kita dan harus peka terhadap segala perubahan yang ada. Introspeksi diri. Kenali kelemahan diri. Berkolaborasi dengan rekan sekerja yang mempunyai gaya kepemimpinan yang fleksib el. Bagaimana cara kita meningkatkan ketiga kriteria member team yang meliputi kompe tensi, komitmen, dan kerja team akan dibahas pada artikel selanjutnya Artikel ini ditulis kembali oleh Ratna MD (Staf Pengajar Diploma IPB) intisari s eminar PT. Terminix Written by Ahli SDM Indonesia http://ratihmariadhewi.com/a-simple-way-to-be-an-effective-manager/ ***** TENTANG KEPEMIMPINAN Written by Arief Furchan Tuesday, 27 October 2009 20:14 Pendahuluan Dalam bahasa Inggris, pemimpin disebut leader dari akar kata to lead. Dalam kata kerja itu terkandung beberapa arti yang saling berhubungan erat: bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengmbil langkah pertama, berbuat paling dulu, me mpelopori, mengarahkan pikiran/pendapat orang lain, membimbing, menuntun, mengge rakkan orang lain melalui pengaruhnya. Dengan demikian, seorang pemimpin adalah seorang yang bergerak lebih awal, berjalan di depan, mengambil langkah pertama, berbuat paling dulu, mempelopori, mengarahkan pikiran/pendapat/tindakan orang l ain, membimbing, menuntun, menggerakkan orang lain melalui pengaruhnya. Pemimpi n sering juga disebut dengan berbagai nama: penghulu, pemuka, pelopor, pengarah, pembimbing, penuntun, dan penggerak. Jenis-jenis pemimpin Kepemimpinan merupakan masalah yang mempunyai banyak segi. Oleh karena itu, kita dapat memandangnya dari berbagai sudut: cara pengangkatannya, keresmian ke dudukannya, kemampuannya, gaya kepemimpinannya. Dari perbedaan sudut pandang it u kita dapat mengelompokkan pemimpin menjadi beberapa jenis: Pemipin keturunan - Pemimpin paksaan Seseorang dapat menjadi pemimpin dengan berbagai cara. Ada yang karena ketu runan seperti raja-raja zaman dahulu atau kiai di pesantren. Ada yang karena di pilih menurut aturan pemilihan tertentu, seperti Presiden. Ada yang ditunjuk ol eh penguasa yang lebih tinggi, seperti kepala kantor di Indonesia. Ada yang beg itu saja tumbuh menjadi pemimpin, seperti kebanyakan pemimpin informal dalam mas yarakat pedesaan. Ada yang karena dipaksa oleh keadaan yang mendesak, seperti p ara tokoh kemerdekaan di pelbagai negara ketika terjadi perebutan kekuasaan.

Pemimpin resmi

pemimpin tidak resmi

Pemimpin resmi adalah pemimpin yang menduduki kursi kepemimpinan yang termasuk d alam suatu lembaga tetap dalam masyarakat. Presiden, menteri, gubernur, kepala desa, adalah contoh pemimpin resmi dalam megara Indonesia. Mereka ini mempunyai nama jabatan dan tugas tanggung jawab yang sudah dirumuskan dengan tegas. Seda ngkan pemimpin tidak resmi adalah pemimpin yang tidak menduduki suatu tempat ter tentu dalam kerangka struktur kemasyarakatan. Mereka ini tidak memiliki nama ja batan serta tidak dibebani tugas dan tanggung jawab yang jelas. Namun daya kepe mimpinannya terasa dalam peristiwa-peristiwa kemasyarakatan yang penting. Merek a mampu menggerakkan dan mengarahkan kegiatan sekelompok orang tertentu untuk me ncapai suatu tujuan dan cita-cita bersama. Pemimpin ideologis pemimpin eksemplaris

Kepemimpinan menyangkut tiga hal pokok: tujuan dan cita-cita, organisasi ker ja, dan kepribadian. Dalam diri seorang pemimpin ketiga hal itu harus ada. Nam un, ketiga unsur itu tidk harus memiliki kekuatan yang sama. Ada yang disebut sebagai pemimpin ideologis. Pemimpin jenis ini mungkin tidak ahli dalam menyusu n rencana kerja dan pelaksanaannya. Mungkin juga dia tidak memiliki pribadi yan g mengesankan. Namun, dia dianugerahi pikiran yang hidup. Otaknya penuh dengan gagasan-gagasan yang bagus. Dia kaya dengan visi yang tinggi-tinggi. Dan, heb atnya lagi, dia mampu merumuskan gagasan dan visi itu secara tepat dan dapat men gkomunikasikannya kepada para pengikutnya dengan cara yang memikat. Melalui gag asan dan visinya itu pemimpin ideologis dapat mempengaruhi dan menggerakkan para pengikutnya. Bahayanya, pemimpin seperti ini mungkin dapat berbicara tentang h al-hal yang muluk dengan cara yang menarik, namun pada umumnya dia tidak mampu m embantu para pengikutnya untuk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Pemimpin je nis ideologis ini perlu didampingi oleh pembantu-pembantu yang mampu menangkap g agasan-gagasan dan visi si pemimpin serta menyusun rencana kerja yang sesuai unt uk mewujudkan gagasan-gagasan tersebut. Ada juga pemimpin organisatoris. Pemimpin jenis ini mungkin hanya mempunyai pikiran-pikiran yang sederhana dan tidak fasih berbicara. Tetapi dia pandai me nggerakkan orang melalui kecakapan organisatorisnya. Dia dapat menyusun rencana kerja yang jitu. Dia dapat mengatur kerja sama yang efisien. Dia dapat menolo ng mereka yang ada di bawah pimpinannya mengatasi kesulitan yang mereka hadapi. Berkat kecakapan organisatorisnya, pemimpin ini berhasil menyatukan dan mengger akkan orang. Bahayanya, pemimpin jenis ini dapat menjadi sedemikian sibuk denga n organisasi, administrasi dan hasil kongkrit yang mau dicapai bersama sehingga melupakan faktor manusia dan dimensi yang lebih luas dari tujuan dan cita-cita y ang ingin dicapai. Pemimpin organisatori perlu didampingi dengan penasihat yang dapat menjadi sumber inspirasi dan yang dapat menunjukkan secara lebih luas dan mendalam segi-segi yang terkandung dalam tujuan dan cita-cita bersama itu. Pemimpin karismatik. Pemimpin jenis ini mampu menggerakkan orang lain melal ui kekuatan pribadinya. Entah apa sebabnya, kehadirannya selalu menimbulkan pes ona. Ada yang selalu menarik pada dirinya. Karena tertarik kepada pribadinya, orang mudah mengikutinya, mendengarkan nasihatnya dan mentaati perintahnya. Bah ayanya, karena para pengikutnya lebih tertarik kepada pribadinya daripada apa ya ng dikerjakannya demi tercapainya tujuan dan cita-cita bersama, usaha bersama mu dah menyimpang dari tujuan semula. Pemimpin jenis ini membutuhkan pendamping ya ng dapat menjadi sumber gagasan dan pengatur kerja dari usaha bersama itu. Pemimpin eksemplaris. Pemimpin jenis ini mungkin tidak memiliki gagasan-gag asan yang hebat, daya penggerak masa yang dahsyat atau daya tarik pribadi yang a duhai. Tetapi di memiliki citra hidup yang menjadi sumber pengaruh dan penggera k yang tidak dapat diragukan. Pemimpin ini mampu menciptakan irama dan gaya hid up yang mengesankan. Dengan menyaksikan gaya hidup pemimpin itu, orang lain mer asa tergerak, ditarik dan dibuat semangat, bukan menuju ke pribadi pemimpin itu

melainkan kepada nilai yang dihayatinya dan cita-cita yang melandasi hidupnya. Dengan praktek hidupnya, diam-diam orang itu mengajak orang lain untuk menghayat i dan mengejar nilai dan cita-cita hidup yang bukan sembarangan. Dengan teladan hidupnya, dia menjadi sumber dorongan dan semangat bagi orang-orang lain. Pemi mpin eksemplaris, pemimpin teladan, memimpin orang lain dengan hidupnya sendiri. Idealnya, setiap pemimpin harus memiliki keempat ciri itu. Setiap pemimpin harus mampu mempersatukan keempat jenis kepemimpinan itu dalam dirinya. Tetapi, dalam kenyataannya, hal yang ideal itu belum tentu dapat terpenuhi. Oleh karen a itu, apapun jenis seorang pemimpin, dia harus menyadari kekuatan dan kelemahan yang ada pada dirinya. Dia harus memanfaatkan apa yang baik dalam dirinya demi tujuan dan cita-cita bersama. Namun sementara itu, dia harus sadar akan kekura ngannya dan harus melengkapi apa yang kurang dalam dirinya itu. Pemimpin otokratis pemimpin demokratis

Agar dapat menjalankan tugasnya setiap pemimpin diberi wewenang atau kekuasa an. Berdasarkan wewenang itu seorang pemimpin dapat membimbing, mengantar, meng arahkan, menyatukan dan menggerakkan para pengikutnya menuju ke tujuan dan citacita bersama. Perbedaan cara penggunaan wewenang ini menciptakan gaya kepemimpi nan yang berlainan. Pada dasarnya, kita mengenal tiga gaya kepemimpinan: gaya o tokratis, liberal, dan demokratis. Gaya kepemimpinan otokratis. Dalam usaha membawa para pengikutnya ke tujuan dan cita-cita bersama, pemimpin dapat memegang kekuasaan yang ada pada tanganny a secara mutlak. Dalam gaya ini pemimpin bersikap sebagai penguasa dan yang dip impin sebagai yang dikuasai. Termasuk dalam gaya ini adalah pemimpin yang: Mengatakan segala sesuatu yang harus dikerjakan oleh para pengikutnya. Inilah g aya pemimpin diktator. Yang dilakukan oleh pemimpin yang mengambil gaya ini han yalah memberi perintah, aturan, larangan. Para pengikutnya harus tunduk, taat, melaksanakan tanpa banyak pertanyaan. Dalam gaya ini, mereka yang dipimpin dibi asakan setia kepada perintah dan dengan tekun menjalankannya. Gaya kepemimpinan ini hanya baik untuk situasi di mana keadaan betul-betul kritis, di mana kesele matan mereka yang dipimpin berada di bawah kekuasaan orang yang memimpin. Gaya ini hanya baik untuk situasi yang kacau demi pulihnya tata kehidupan yang aman. Menjual gagasan dan cara kerja kepada kelompok yang dipimpinnya. Inilah gaya ke pemimpinan seorang presiden direktu dalam perusahaan besar. Menurut gaya ini pe mimpin merumuskan masalahnya serta menyodorkan cara pemecahannya sekaligus. Bia sanya, gagasan yang baik dan program kerja yang dirasa menguntungkan akan disamb ut dengan semangat. Tetapi kalau gagasan itu dirasa tidak baik dan program kerj anya dapat mendatangkan suatu kerugian, bawahan akan menolaknya. Seandainya mer eka terpaksa harus menerimanya, biasanya mereka akan menjalankannya dengan seten gah hati. Gaya kepemimpinan liberal. Menurut gaya ini, pemimpin tidak merumuskan masalah serta cara pemecahannya. Dia mebiarkan saja mereka yang dipimpinnya menemukan s endiri masalah yang berhubungan dengan kegiatan bersama dan mencoba menari cara pemecahannya. Gaya ini bertolak belakang dengan gaya otokratis. Dalam gaya ini , tugas pemimpin sekedar menjaga agar mereka yang dipimpinnya berbuat sesuatu. Terserah mereka apa yang mau dikerjakan dan bagaimana cara mengerjakannya. Gaya ini hanya baik untuk kelompok orang yang betul-betul telah dewasa dan benar-ben ar tahu apa tujuan dan cita-cita bersama yang harus mereka capai. Gaya ini juga baik untuk kelompok orang yang berkumpul bukan untuk membicarakan hal-hal yang serius, melainkan untuk tujuan bersantai bersama, seperti dalam malam keakraban yang tidak meminta tanggung jawab besar. Gaya kepemimpinan demokratis. Gaya ini menciptakan suasana yang demokratis. Da lam gaya ini, pemimpin berusah membawah mereka yang dipimpin menuju ke tujuan da n cita-cita dengan memperlakukan mereka sebagai sejawat yang sejajar. Di sini,

batas pemimpin dan bawahan menjadi kabur. Di sini, orang diberi tempat yang sed erajat. Termasuk ke dalam gaya kepemimpinan ini adalah pemimpin yang: Menyajikan masalah serta cara pemecahannya kepada mereka yang dipimpinnya. Oran g yang dipimpin itu bebas untuk menggarapnya: merubah, menambah, menyempurnakan. Pemimpin sendiri dengan senang hati menerima usula dan saran mereka. Berdasar kan saran-saran itu, masalah dan cara pemecahannya dirumuskan secara baru. Apab ila semua sudah setuju, pemimpin baru merumuskan masalah dan cara pemecahan itu secara definitif. Mengajak mereka yang dipimpinnya untuk bersama merumuskan masalah dan cara pemec ahannya. Dalam gaya ini , pemimpin hanya meras bahwa ada masalah dalam kegiatan bersama yang perlu ditangani. Tetapi dia sendiri belum melihat secara jelas. Untuk dapat melihat dengan jelas masalahnya dan menemukan cara pemecahan yang ji tu, pemimpin mengikutsertakan semua orang yang dipimpinnya. Dalam pembicaraan b ersama itu, dirumuskan bersama apa masalahnya dan bagaimana cara memecahkannya. Gaya kepemimpinan ini baik untuk kegiatan di kalangan orang-orang yang sudah de wasa yang bersifat permanen lagi mengarah ke tujuan dan cita-cita yang tinggi. Penutup Pemimpin adalah seorang yang memimpin, dalam arti yang mengarahkan dan mengg erakkan para pengikutnya untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama. Pemimpi n itu dapat dibedakan dari cara pengangkatannya, statusnya, aspek kepemimpinan y ang ditonjolkannya, dan dari cara ia menggunakan kekuasaannya untuk memimpin. D ari cara pengangkatannya dikenal adanya pemimpin keturunan dan pemimpin yang dip ilih; dari statusnya, dikenal adanya pemimpin formal dan pemimpin informal; dari aspek kepemimpinan yang ditonjolkan dikenal adanya pemimpin ideologis, pemimpin organisatoris, pemimpin karismatik, dan pemimpin eksemplaris; sedang dari cara penggunaan kekuasaannya, dikenal ada pemimpin otokratis, liberal, dan demokratis . ----Lampiran Setiap orang adalah pemimpin demikian kata nabi Muhammad s.a.w. Donald H. Weiss, seorang ahli di bidang manajemen, mengatakan bahwa setiap orang dapat menjadi pe mimpin. Perbedaan antara pemimpin dan manajer: Menurut Heim dan Chapman (1991:5) seorang pemimpin yang baik selalu merupa kan manajer yang baik tetapi seorang manajer yang baik belum tentu merupakan pem impin yang baik. Mereka menyebutkan perbedaan antara seorang pemimpin dan manaj er sebagai berikut: Seorang manajer yang baik sudah puas dengan hanya mengikuti petunjuk-petunjuk da n saran-saran dari atas. Seorang pemimpin lebih cenderung untuk mempertimbangka n masa depan, dan mengantisipasikan kebutuhan, problem dan masalah sebelum diber itahu bahwa diperlukan tindakan. Seorang manajer yang baik bersedia menerima tanggung-jawab. Seorang pemimpin me ncari tanggung-jawab. Seorang manajer yang efektif mengambil resiko kecil (jika keadaannya menguntungk an). Seorang pemimpin menerima resiko lebih besar jika resiko tersebut mempunya i potensi untuk menghasilkan kemajuan yang lebih besar, dan mengikuti rencana de ngan tekad yang lebih besar. Seorang pemimpin lebih mempunyai jiwa wiraswasta daripada seorang manajer dasar. Seorang manajer lebih cenderung untuk menerima tugas-tugas yang enak, sedangkan seorang pemimpin mencari kesempatan yang lebih menantang untuk menunjukkan poten si kepemimpinannya. Seorang manajer biasanya menganggap anak buahnya sebagai karyawan. Seorang pemi mpin menganggap karyawan sebagai anggota tim dan pengikut. Suatu perbedaan pokok antara manajer dan pemimpin adalah sikap. Banyak manajer

puas untuk menentukan tujuan-tujuan yang sederhana, menenteramkan orang lain, me ncoba menciptakan suatu lingkungan kerja yang menyenangkan dan menggunakan kekua saan dengan hati-hati. Seorang pemimpin cenderung untuk menentukan tujuan-tuju an yang lebih menuntut (demanding), menantang orang lain, dan menciptakan suatu lingkungan kerja yang lebih dinamis. (Heim dan Chapman, 1991:4). Belajar Memimpin. Binarupa Aksara Jakarta. Ciri kepemimpinan yang efektif Daftar berikut ini, yang belum lengkap, menggambarkan karakteristik yang pal ing lazim disebutkan ketika orang berbicara tentang kepemimpinan: Kemampuan untuk melihat gambar yang menyeluruh (totalitas). Kemampuan untuk mengkomunikasikan gambar yang menyeluruh itu kepada orang lain. Kemampuan untuk menafsirkan dan mengungkapkan dengan kata-kata yang jelas tentan g kebutuhan, aspirasi, dan perasaan kelompok. Perhatian dan respek akan kebutuhan aspirasi, perasaan, dan kemampuan di dalam k elo