Pemicu 2 Mustika Rukmana.pptx

84
Pemicu 2 Respi Mustika Rukmana 405130182 Kel 10

Transcript of Pemicu 2 Mustika Rukmana.pptx

Pemicu 2 Respi

Pemicu 2RespiMustika Rukmana405130182Kel 10Learning ObjectiveMenjelaskan anatomi, histologi, fisiologi sinus paranasal, hidung luar, cavum nasi beserta fungsinyaMenjelaskan mekanisme sistem imun pada pernapasan Menjelaskan gangguan hidung sinus paranasal (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)Menjelaskan gangguan hidung bagian luar (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)Menjelaskan gangguan hidung pada cavum nasi (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)

Learning ObjectiveMenjelaskan anatomi, histologi, fisiologi sinus paranasal, hidung luar, cavum nasi beserta fungsinya

4Sistem Respirasi

HIDUNG LUAR

RADIX NASIDORSUM NASIAPEX NASIBASIS NASIALAE NASI NARES1. Radix nasi2. Apex nasi3. Dorsum nasi4. Nares5. Alae nasi6. Basis nasiKerangka Hidung LuarBagian TulangPars CartilaginosaOs nasaleProcessus frontalis ossis maxillaePars nasalis ossis frontalisCartilago nasi lateralisCartilago alaris majorCartilago septi nasiCartilagines alares minores

Kerangka luar hidung(Ballenger, 1994)Keterangan :1.Kartilago lateralis superior2.Septum3.Kartilago lateralis inferior4.Kartilago alar minor5.Processus frontalis tulang maksila6.Tulang hidung

CAVITAS NASIBatas batas:Anterior: naresPosterior: choanaLateral: choncha nasalisAtap: os nasalis, os frontalis, os ethmoidalis, os sphenoidalisDasar: palatum durumCavitas nasi dibagi 2 oleh Septum nasi kanan dan kiri

Septum NasiSeptum nasi, dibentuk oleh:Cartilago septi nasi (anterior)Os vomer (postero-inferior)Lamina prependicularis ossis ethmoidalis (postero-superior)

Concha NasalisConcha Nasalis: penonjolan tulang yang melengkung dari dinding lateral rongga hidung (cavitas nasi).

Concha nasalis membagi cavitas nasi atas beberapa saluran:Recessus sphenoethmoidalis muara sinus sphenoidalisMeatus nasi superior muara sinus ethmoidalis posteriorMeatus nasi media muara sinus frontalis, sinus maxillaris, sinus ethmoidalis anterior dan posteriorMeatus nasi inferior muara ductus nasolacrimalis

Perdarahan Hidung - Arteri

Perdarahan Hidung - VenaBerupa plexus venosus submukosa yang dialirkan ke:V. OphthalmicaV. SphenopalatinaV. FacialisUtk sistem termoregulasiPersarafanSeluruh mucosa respiratorik dinding lateral & septum nasi dipersarafi oleh cabang N.trigeminus yaitu:Mukosa septum nasi anterior dipersarafi oleh N. ethmoidalis anterior (dari N. opthalmicus). Sisa septum nasi dipersarafi oleh N. nasopalatinus (dari N. maxillaris).Mukosa dinding lateral dipersarafi oleh N. palatinus major dan N. ethmoidalis anterior.

SINUS PARANASAL1919

PEMBEDAS.MAXILLARISS.FRONTALISS.SPHENOIDALISS.ETHMOIDALISLETAKDalam corpus maxillarisDalam os frontale; dipisahkan oleh septum tulang (sering menyimpang dari bidang median)Dalam corpus ossis sphenoidalis Dalam os ethmoidalis, di antara hidung dan orbita MUARADalam meatus nasi media melalui hiatus semilunarisDalam meatus nasi medius melalui infundibulumDalam recessus sphenoethmoidalis di atas concha nasalis superiorAnterior : dalam infundibulumMedia : dalam meatus nasi medius, pada atau diatas bulla ethmoidalisPosterior : meatus nasi superiorPERSARAFAN MEMBRAN MUCOSAN.Alveolaris superior dan N.Infraorbitalis N.Supraorbitalis N.Ethmoidalis posteriorN.Ethmoidalis anterior dan posterior21KOM (Kompleks Osteo-Meatal)Daerah rumit dan sempit pada 1/3 tengah dinding lateral hidung yaitu meatus medius, ada muara-muara saluran dari sinus maksila, sinus frontal dan sinus ethmoid anterior.Serambi depan dari sinus maksila dibentuk oleh infundibulum sekret yang keluar dari ostium sinus maksila infundibulum rongga hidungSedangkan pada sinus frontal, sekret resesus frontal (serambi depan sinus frontal)infundibulum etmoid /ke dalam celah di antara prosesus unsinatus dan konka media FISIOLOGI HIDUNGFungsi fisiologis hidung dan sinus paranasal :Fungsi respirasi mengatur kondisi udara (air conditioning), penyaring udara, humidifikasi, peyeimbang dalam pertukaran udara dan mekanisme imunologik lokalFungsi penghidu mukosa olfaktorius dan reservoir udara untuk menampung stimulus penghiduFungsi fonetik resonansi suara, bantu proses bicara dan cegah hantaran suara sendiri mll konduksi tulangFungsi statik dan mekanik meringankan beban kepala, proteksi terhadap trauma dan pelindung panasReflek nasal mukosa hidung merupakan reseptor refleks (iritasi mukosa refleks bersin napas berhenti; ransang bau sekresi kelenjar liur, lambung, pankreas)Fisiologi hidungFungsi Hidung:Sebagai jalan nafasInspirasi : Udara masuk melalui nares anterior naik ke atas setinggi konka media turun ke bawah ke arah nasofaring sehingga aliran udara berbentuk lengkungan atau arkusEkspirasi :Udara masuk melalui nares posterior sama seperti inspirasi. Tapi pada bagian depan udara memecah, sebagian ke nares anterior dan sebagian lain ke belakang membentuk pusaran dan bergabung dengan aliran dari nasofaring2424Fisiologi hidungPengatur kondisi udara (air conditioning)Untuk mempersiapkan udara yang akan masuk ke dalam alveolus paruDilakukan dengan cara mengatur kelembapan udara dan mengatur suhu Mengatur kelembapan :Dilakukan oleh palut lendir (mucous blanket)Mengatur suhuBanyaknya pembuluh darah di bawah epitel dan adanya permukaan konka dan septum yang luas radiasi dapat berlangsung secara optimalSuhu udara setelah melalui hidung 37 C2525Fisiologi hidungSebagai penyaring dan pelindungDilakukan oleh rambut (vibrissae) pada vestibulum nasi, silia, palut lendir (mucous blanket), dan enzim lysozymeDebu dan bakteri akan melekat pada palum lendir dan partikel-partikel besar akan dikeluarkan dengan refleks bersinIndera penghiduAda mukosa olfaktorius pada atap rongga hidung, konka superior dan 1/3 bagian atas septumPartikel bau mencapai daerah ini dengan cara difusi dengan palut lendir atau bila menarik nafas dengan kuat.2626Resonansi suaraPenting untuk kualitas suara saat berbicara dan menyanyiSumbatan hidung resonansi berkurang atau hilang suara sengau (rinolalia)Proses bicaraMembantu proses pembentukan kata-kataKata dibentuk oleh lidah, bibir, palatum molePembentukan konsonan nasal (m,n,ng) rongga mulut tertutup dan hidung terbuka, palatum mole turun untuk aliran udaraRefleks nasalReseptor refleks yang berhubungan dengan saluran cerna, kardiovaskuler dan pernafasanContoh : iritasi mukosa hidung refleks nafas dan bersin berhenti

2727Fisiologi Sinus ParanasalFungsi Sinus Paranasal:Sbg pengatur kondisi udara (air conditioning):Sinus berfungsi sbg ruang tambahan utk memanaskan dan mengatur kelembapan udara inspirasi.Sbg penahan suhu (thermal insulators):Sbg penahan panas, melindungi orbita dan fosa serebri dari suhu rongga hidung yg berubah-ubah.Membantu keseimbangan kepala:Sinus membantu keseimbangan kepala karena mengurangi berat tulang muka.2828Fisiologi Sinus ParanasalMembantu resonansi suara:Sinus berfungsi sbg rongga utk resonansi suara dan mempengaruhi kualitas suara.Sbg peredam perubahan tekanan udara:Fungsi ini berjalan bila ada perubahan tekanan yg besar dan mendadak, mis pada waktu bersin atau membuang ingus.Membantu produksi mukus:Mukus yg dihasilkan oleh sinus paranasal efektif utk membersihkan partikel yg turut masuk dgn udara inspirasi karena mukus ini keluar dari meatus medius.2929Histologi HidungNaris anterior (nostril) jaringan ikat fibrosa serta tulang rawan, bentuknya dapat berubah-ubah karena adanya gerakan ototNaris posterior tulang rawan hialin dan tulangTerdiri dari : Vestibulum & fossa nasalisVestibulum :Kel.SebaseaKel.KeringatVibrissaeEpitel Berlapis Gepeng tdk memiliki lap.tanduk lg Epitel Bertingkat silindris bersilia bersel goblet : epitel respirasiFossa NasalisPenonjolan tulang : concha superior, media, inferiorSuperior : dilapisi oleh sel epitel olfactoriusMedia+Inferior : dilapisi oleh sel epitel respirasiInferior : terbesar & dilapisi o/ lapisan mukosa yg lbh tebal

Mukosa olfaktorius memperlihatkan tiga jenis sel:Sel penyokongSel olfaktoriusSel basal

Sel penyokongSel basalRongga hidungRegio vestibulumRegio Cavum nasiRegio OlfaktoriusEpitelLam. PropBerlap. Gepeng +Tanduk

VibrissaeKel. sebaseaKel. sudoriferaBertgk. torak, siliaSel goblet

Limfosit, Eosinofil, Sel Plasma, Makrofag. Kel. Seromukosa IdemSel olfaktoriusSel sustentakulerSel basalKel. Serosa Bowman(Tubulo alv. Bercab.) bertingkat bersilindris33Mikroskopis : Epitel bertingkat torak, silia, sel gobletLamina propria tipisKelenjar seromukosaNasofaring:HidungNasofaringLaringMikroskopis : Epitel bertingkat torak, siliaOrofaring:Rongga mulutOrafaring OesofagusMikroskopis : Epitel belapis gepengSinus Paranasalis :Sinus MaksilarisSinus FrontalisSinus EtmoidalisSinus Sfenoidalis34TRAKEABR. INTRAPULM.BRONKIOLUSTN. MUKOSAbertingkatTorak++-(LEI)

++++bertingkatTorak+++

++++bertingkatTorak+++

-+++bertingkatTorak+++

---+Tl. RawanKel. SeromukosaLimfonodusOtot polosTN. SUBMUKOSASiliaSel gobletTn. Musk. Muk.EpitelBR.TERMINAL35BronkiolusTerminalBronkiolusRespiratoriusDuktusAlveola risAlveoliTN. MUKOSASelapis torakrendah+-+

---+Selapiskubis+-+

---+SelapisKubis+Alv--+

---+Pulm.Sac.---

---+SokusAlveola risAlveol.

---

----Gepeng,Alv.---

----Tl. RawanKel.SeromukosaLimfonodusOtot polosTN. SUBMUKOSASiliaSel gobletTn. Musk. Muk.Epitel36Learning ObjectiveMenjelaskan mekanisme sistem imun pada pernapasan

Sistem imun pada hidungSistem transport mukosiliar merupakan sistem yang bekerja secara aktif dan simultan tergantung pada gerakan silia untuk mendorong gumpalan mukus dan benda asing yang terperangkap masuk saat menghirup udara melalui sistem pengangkutan di saluran pernafasan atas dan bawah hingga ke saluran pencernaan.Keterlambatan dalam mengeliminasi partikel patogen potensial yang masuk secara inhalasi dapat menyebabkan penumpukan beberapa benda asing yang lain termasuk bakteri dan virus di saluran pernafasan. Oleh karena itu sistem transportasi mukosiliar adalah disebut sebagai lini pertama dan dasar dalam mekanisme pertahanan tubuh antara silia epitel dengan virus, bakteri maupun partikel benda asing lainnya yang bekerja secara aktif menjaga agar saluran pernafasan atas selalu bersih dan sehat dengan membawa partikel debu, bakteri, virus, allergen, toksin dan benda asing lainnya yang tertangkap pada lapisan mukus ke arah nasofaring. (Ballenger JJ,1994 ; Sakakura, 1997) Bagian bawah palut lendir tdr dari cairan serosa, yg mengandung laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, IgA sekeretorik (s-IgA)Bagian permukaan tdr dari mukus yg elastis & banyak mengandung protein plasma (albumin, IgG, IgM, faktor komplemen) Glikoprotein utk pertahanan lokal bersifat antimikrobialIgA mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dgn mengikat antigen pada lumen sal.napasIgG memicu reaksi inflamasi bila terpajan dengan antigen bakteriBagian bawah palut lendir tdr dari cairan serosa, yg mengandung laktoferin, lisozim, inhibitor lekoprotease sekretorik, IgA sekeretorik (s-IgA)Bagian permukaan tdr dari mukus yg elastis & banyak mengandung protein plasma (albumin, IgG, IgM, faktor komplemen) Glikoprotein utk pertahanan lokal bersifat antimikrobialIgA mengeluarkan mikroorganisme dari jaringan dgn mengikat antigen pada lumen sal.napasIgG memicu reaksi inflamasi bila terpajan dengan antigen bakteri

38Transportasi mukosiliar (TMS) adalah proses pengangkutan benda asing ke arah nasofaring yang sangat ditentukan oleh keadaan gerak silia, palut lendir dan interaksi antara keduanya. Daya pembersih mukosiliar dapat berkurang oleh karena perubahan komposisi palut lendir, aktivitas silia yang abnormal, peningkatan sel-sel infeksi, perubahan histopatologi sel hidung, hambatan sel ekskresi ataupun obstruksi anatomi. Waktu transport mukosiliar dapat dipengaruhi juga oleh beberapa faktor, diantaranya iklim, kelembaban, kebiasaan dan ras. Dalam hal ras, perbedaan luas permukaan mukosa yang berbeda-beda berdasarkan konstitusi anatomi, dapat juga mempengaruhi waktu transport mukosiliar. (Ballenger JJ,1994 ; Huang HM,2006 ; Sakakura, 1997 ; Waguespack R,1995)Learning ObjectiveMenjelaskan gangguan hidung sinus paranasal (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)

Polip HidungSinusitisDefinisiEtiologiDefinisi : peradangan mukosa sinus paranasal yang dapat berupa sinusitis maksilaris, sinusitis etmoid, sinusitis frontal, dan sinusitis sfenoid.

Bila :>1 sinus :multisinusitissemua sinus : disebut pansinusitis

perluasan infeksi dari hidung (rinogen), gigi dan gusi (dentogen). langsung, barotrauma, berenang atau menyelam. fraktur dan tumor.Bakteri : S. piogenesis, P. aeruginosa, S. viridans, S. aureus, dan H. influenza. Bakteri anaerob : sreptokokus anaerob, bacteroides, veillonella, corynebacterium.Virus: adenovirus dan parainfluenza. Jamur : aspergilus, candida dan culvularia.

EpidemiologiFaktor PredisposisiBayi (1%), anak usia 5-9 (5%), dan remaja (15%) Di poliklinik respirologi anak RSCM, dari 832 anak dengan batuk kronik berulang(usia>5 th 73 menderita rhinosinusitis)

kelainan anatomi hidung, hipertrofi konka, polip hidung,rinitis alergi.LingkunganImunodefisiensi

Sinusitis Alergikao/ polip mengubah homeostatik normal dalam sinussumbatan ostium dan hilangnya epitel bersiliaKLASIFIKASI RINOSINUSITIS DEWASA(American Academy of Otolaryingology Head & Neck Surgery (AAOHNS) & disetujui oleh American College of Allergy and Immunology (ACAI) )NOklasifikasiLAMARIWAYATCATATAN1Akut 4 minggu 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau skret purulen pada pemeriksaanDemam atau muka sakit saja tidak mendukung, tanpa adanya gejala atau tanda hidung yang lain.Pertimbangkan rinosinusitis akut bakteri, bila gejala memburuk setelah 5 hari, atau gejala menetap > 10 hari atau adanya gejala berlebihan daripada infeksi virus2Sub Akut4-12 mingguSeperti kronikSembuh sempurna setelah pengobatan yang efektif3Akut, Rekuren 4 episode dalam setahun, @ 7-10 hari45NOKLASIFIKASILAMARIWAYATCATATAN4Kronik 12 minggu 2 faktor mayor, 1 faktor mayor dan 2 faktor minor atau sekret purulen pada pemeriksaanMuka sakit tidak mendukung ,tanpa disertai tanda atau gejala hidung yang lain5Eksaserbasi akut pada kronikPerburukan mendadak dari rinosinusitis kronik, dan kembali ke asal setelah pengobatan46SINUSITIS MAXILLARISSINUSITIS ETHMOIDALISSINUSITIS FRONTALISSINUSITIS SPHENOIDALISLOKASI NYERI UTAMADi bawah kelopak mata, pipi, kadang menyebar ke alvelolus hingga terasa di gigiDi pangkal hidung dan kantus medius, kadang nyeri di bola mata atau di belakangnyaTerlokalisasi di dahi atau seluruh kepalaDi verteks, oksipital, retro orbital, dan sphenoidLOKASI NYERI ALIHGigi, dahi dan daun telingapelipisGEJALA OBYEKTIFPembengkakkan di pipi dan kelopak mata bawahJarang bengkak, kecuali bila ada komplikasiPembengkakkan di dahi dan kelopak mata atasRINOSKOPI ANTERIORTampak mukopus di meatus medius(pada sinusitis ethmoidalis posterior sama seperti pada sinusitis sphenoidalis)Tampak nanah keluar dari meatus superior47Tanda GejalaDiagnosisKeluhan sinusitis kronis (1 atau 2 dari) :Sakit kepala kronikPost nasal dripBatuk kronikGangguan tenggorokGangguan telinga (sumbatan tuba eustachius)Gangguan ke paru bronkitis, bronkiektasisAsma

Anamnesis riwayat penyakitPemeriksaan fisikSitologi sekret hidung (untuk DD)Pemeriksaan penunjangRadiologilab

Diagnosis-Pemeriksaan FisikFAKTOR MAYORFAKTOR MINORNyeri tekan pada wajahSakit kepalaRasa tersumbat atau penuh pada mukaDemam (selain akut)Hidung tersumbatHalitosisSekret hidung purulen/ post nasal dripLesuHiposmia/ anosmiaSakit gigiSekret purulen di rongga hidungBatukDemam (hanya pada std akut)Telinga sakit/ tertekan/ penuh49KomplikasiAkut Kronik Kelainan orbita : edema palpebra, selulitis orbita, abses subperiostal, abses orbita, & trombosis sinus kavernosusKelainan intrakranial : meningitis, abses ekstradural / subdural, abses otak, & trombosis sinus kavernosus

Osteomielitis & abses subperiostalKelainan paru : bronkitis kronik & bronkiektasis

Pemeriksaan PenunjangRadiologi LabI: gejala tidak khas, hasil PF meragukan, respon pengobatan tidak memuaskanPada rinosinusitis akut: Perselubungan, batas cairan-udara, penebalan mukosa sinus > 6 mm, berkurangnya volume udara sinus > 1/3MRII: hanya jika rinosinusitis disebabkan oleh tumor atau jamur

Uji tusuk kulit dgn alergenuntuk menilai peranan alergicek IgA, IgM, IgGI: jika curiga imunodefisiensi kongenital

PenatalaksaanKonservatifPembedahanDekongestanAntibiotikAntialergiMukolitikAnalgetikDiatermiProetzPungsi dan irigasi

Mengangkat mukosa patologik dan membuat drainase dari sinus yang terkenaOperasi caldwell-Luc (untuk sinus maksila)Etmoidektomi (untuk sinus ethmoidalis)Bedah sinus endoskopik fungsional (BSEF)

DDAdenovirusAllergic and environmental asthmaAsthaBonchitisImmunosurpressionRhinitis allergicBacterial infection53PerbedaanRhinitisSinusitisNasal congestionRhinorrhea clearItching, red eyesSeasonal symptomsNasal creaseNasal congestionPurulent rhinorrhea Postnasal dripHeadacheFacial painCough, feverAnosmiaLearning ObjectiveMenjelaskan gangguan hidung bagian luar (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)

Trauma hidungTrauma Hidung adalah suatu kondisi medis yang ditandai dengan cedera di dalam atau di luar hidung yang dapat menyebabkan perdarahan, kelainan bentuk, kesulitan bernafas, dan terganggunya indera penciuman. Cedera di dalam hidung biasanya terjadi ketika benda asing masuk ke dalam hidung atau ketika seseorang memakai obat-obatan melalui hidung. Cedera di luar hidung biasanya berhubungan dengan aktifitas olahraga, kekerasan, penyiksaan atau kecelakaan.Tulang hidung adalah tulang wajah yang paling sering patah karena tulang tersebut adalah tulang dengan posisi paling depan pada wajah. Meskipun tidak mengancam jiwa, patah tulang hidung dapat menyebabkan kelainan bentuk baik secara estetik dan fungsional.Patah tulang hidung juga dapat merusak selaput yang melapisi jalan nafas melalui hidung, menyebabkan terbentuknya jaringan parut sehingga menyumbat jalan nafas dan merusak indera penciuman seseorang.TUJUAN PENANGANAN FRAKTUR HIDUNG : Mengembalikan penampilan secara memuaskan Mengembalikan patensi jalan nafas hidung Menempatkan kembali septum pada garistengah Menjaga keutuhan rongga hidung Mencegah sumbatan setelah operasi , perforasiseptum, perubahan bentuk punggung hidung Mencegah gangguan pertumbuhan hidung Trauma Hidung dapat mengakibatkan komplikasi berikut :Peradangan selaput hidungKebocoran cairan serebrospinal dari hidung

Furunkel Nasi Furunkulosis hidung adalah pembentukan abses superfisial yg dpt tumbuh di setiap bagian hidung, tidak berbeda secara materi dari proses yg sama di bagian tubuh lain. Paling sering organisme yg menginfeksinya adalah stafilokokus aureus.Bisa disebabkan oleh luka kecil seperti akibat mengorek hidung, menyebabkan luka pada folikel rambut dari vibrise hidung, sudah cukup untuk masuknya bakteri. Penyakit diabetes dan penyakit-penyakit yang menurunkan daya tahan tubuh seringkali disertai oleh furunkulosis rekuren. GejalaKulit vestibulum seperti juga yang melapisi apeks khas melekat erat pada kartilago di bawahnya. Jadi tampak sebagai daerah yang agak bengkak, agak kemerahan, nyeri tekan, dan menyebabkan rasa nyeri berdenyut yg hebat. Jika masih ada ruang untuk membengkak (misalnya, epitel yg tidak begitu melekat), rasa nyeri dan nyeri tekan tidak begitu hebat.Jika kondisi menjadi lebih lanjut, pertengahan furunkel menjadi kuning dan mengeluarkan nanah. Adanya pembengkakan kelopak mata, kemosis, perubahan pupil, nyeri kepala yang letak dalam permulaan ptosis, dan eksoftalmus, selain juga menggigil, demam, dan gejala dari penyebaran sistemik.TerapiHarus diperhatikan bahwa furunkel hidung jangan dianggap ringan. Abses tidak boleh dipencet pencet karena akan menyebabkan bahaya intrakranial. Pengobatan utama ialah dengan memanaskan daerah tersebut dan pemberian antibiotik.Jika terjadi penyebaran ke sinus karvenosus, sebagai tambahan terapi antibiotik dosis tinggi, harus diberikan antikoagulan untuk memperpanjang waktu protrombin menjadi dua kali atau lebih dibandingkan dengan kontrol.Learning ObjectiveMenjelaskan gangguan hidung pada cavum nasi (definisi, etiologi, klasifikasi, faktor resiko, patfis, tanda dan gejala, DD, PF dan pemeriksaan penunjang, komplikasi, tatalaksana serta KIE)

Rhinitis AlergiDefinisiEpidemiologiKelainan pada hidung dengan gejala bersin bersin, rinore, rasa gatal dan tersumbat setelah mukosa hidung terpapar dengan alergen yg diperantrai IgE (WHO)Penyakit inflamasi yang disebabkan oleh reaksi alergi pada pasien atopi yang sebelumnya sudah tersensitasi dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika terjadi paparan berulang (Von Pirquet, 1986)

14% penduduk AS menderita rhinitis alergi merupakan penyakit kronik yang sering dilaporkan63Allergic RhinitisColdsAsthmaEar InfectionsSinus InfectionsFAKTOR PREDISPOSISISpector SL. J Allergy Clin Immunol. 1997;99:S773-S780.Nasal PolypsURI=upper respiratory infections.OME=otitis media with effusion.64EtiologiAlergenAlergen Inhalan (masuk bersama dengan udara pernafasan) : debu rumah, tungau, serpihan epitel dari bulu binatang serta jamurAlergen Ingestan (masuk ke saluran cerna) : makanan, misalnya susu, telur, coklat, ikan dan udangAlergen Injektan (masuk melalui suntikan / tusukan) : penisilin atau sengatan lebahAlergen Kontaktan (masuk melalui kontak dengan kulit / jaringan mukosa) : bahan kosmetik atau perhiasan

Polutan : Polusi dalam ruangan terutama gas dan asap rokok, sedangkan polutan di luar termasuk gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida. Aspirin dan obat anti inflamasi non steroid dapat mencetuskan rinitis alergika pada penderita tertentuPatofisiologi

Klasifikasi1. Berdasarkan sifat berlangsungnya (dulu) :Rinitis alergi musiman (seasonal, hay fever, polinosis)Alergen penyebab : tepung sari (pollen) & spora jamur. Gejala : mata merah, gatal, disertai lakrimasiRinitis alergi sepanjang tahun (perennial)Penyebab : alergen inhalan (dewasa) & alergen ingestan (anak)

2. Berdasarkan sifat berlangsungnya (WHO Initiative ARIA, 2001) :Intermiten (kadang-kadang) : bila gejala < 4 hari/minggu atau < 4 mingguPersisten/menetap : bila gejala > 4 hari/minggu dan > 4 minggu

3. Berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit :Ringan bila tdk ditemukan gangguan tidur, gangguan aktivitas harian, bersantai, berolahraga, belajar, bekerja & hal-hal lain yg menggangguSedang-berat bila terdapat satu atau lebih dari gangguan tersebut di atas67Rhinitis SimplexPenyebab : virus : Rhino/Mixo virus Gejala :Sistemik : demam, malaiseLokal : pilek, gatal, mampet, hidung kering dan cephalgiaMenularGejala prodomal singkatBisa infeksi sekunderDapat sembuh spontan dalam 1 mingguKomplikasi : sinusitis, otitis media, tubacatarralis

Rhinitis Kronik (Rhinitis Hipertrofi)Konka hipertrofiRhinorrhoeCephalgiaTerapi :Simptomatik :Nasal dekongestanTetes hidungTindakan :Kauterisasi Konkotomi

Rhinitis SiccaMukosa eutrofi, hipotrofiKadang-kadang terdapat krusta, kering dan epistaksisSering pada penderita peminum, gizi rendah, anemia dan usia lanjutTerapi : kausal

Rhinitis TuberkulosaRhinitis Jamurinfeksi TBC ekstra pulmoner berhubungan dengan HIVBentuk noduler / ulkus tulang rawan hidung perforasi septumPemeriksan : sekret mukopurulen dan krusta hidung tersumbatPemeriksaan BTA sekeret hidungHistopatologi sel datia langenhans, limfositosis

Biasa disertai dengan sinusitisInvasif dan non invasifNon Invasif fungal ball tanpa destruksi tulang pengangkatan massa jamurInvasif destruksi tulang , terjadi invasi jamur ke daerah submukosaanti jamur oral & topikal,debridement jar nekrotikPemeriksaan : sekret mukopurulen, ulkus atau perforasi septumAspergilus, candida,fusarium,mucor

Rhinitis DiptheriRhinitis SifilisCorynebacterium diphteriaePrimer pada hidung atau penyebaran dari tenggorokTerjadi pada anak belum mendapatkan imunisasi DPT jarangGejala : demam, toksemia, limfadenitis, dapat terjadi paralisis otot pernafasanPemeriksaaan : ingus bercampur darah, pseudomembran yang mudah berdarah, krusta coklat pada nares anterior dan rongga hidungTerapi : pemberian ADS, antibiotika, isolasi pasien

Treponema palidumstadium primer / sekunder terdapat bercak / bintik pada mukosaGejala : rhinorrhoe, nasal obstruksi, sekret mukopurulent, krustaStadium tersier : ulserasi, gumma, saddle nose, perforasi septumPemeriksaan mikrobiologik dan biopsiTerapi : antibiotik, obat cuci hidung

Rhinitis AtropiTerutama pada wanita mudaAtrofi progresif mukosa dan tulang (cavum nasi)Mukosa berubah jadi kubik, gepeng.Silia hilangKelenjar degenerasiPenyebab : belum diketahuiDitemukan Klebsiella, juga terdapat Streptococcus, Staphylococcus, Pseudomonas aeruginosaSinusitisDefisiensi FeHormonal

Rhinitis VasomotorGangguan fungsi vasomotor hidung karena dominasi saraf parasimpatisFaktor predisposisi :PsikisObat-obatan :Anti- hipertensiAnti hamilVasokontriksi topikalFisik :RokokMakanan tertentuCuacaHamilRinitis MedikamentosaGangguan hidung dimana konka hipertropi karena pemakaian vasokontrikstor berlebihanPatofisiologi :Vasokontriktor berulang dan lama vasokontriksi diikuti vasodilatasi berulang obstruksi nasal penggunaan makin >> kadar agonis alfa adrenergik >> pada mukosa hidung penurunan reseptor adrenergik di pembuluh darah hidung toleransi aktivitas tonus simpatis menhilang kongesti hidung

Tanda dan GejalaSeasonal allergic RhinitisPerennial Allergic RhinitisKongesti dan blok saluran napas (hidung)Postnasal dripPada anak-anak terdapat allergic shiner dan crease

SneezingSekret cairNyeri hidung, mata, telinga dan tenggorokanMata merah dan berairKongesti hidung

76Gejala spesifik lainTerdapat bayangan gelap di daerah bawah mata yg terjadi karena stasis vena sekunder akibat obstruksi hidung (allergic shiner)

Sering tampak anak menggosok-gosokkan hidung dgn punggung tangan karena gatal (allergic salute)

Keadaan menggosok hidung ini lama kelamaan akan mengakibatkan timbulnya garis melintang di dorsum nasi bagian 1/3 bawah (allergic crease)

Mulut sering terbuka dengan lengkung langit2 yg tinggi ggg pertumbuhan gigi-geligi (facies adenoid)

Dinding posterior faring tampak granuler dan edema (cobblestone app.), serta dinding lateral faring menebal

Lidah tampak seperti gambaran peta (geographic tongue)

DiagnosisAnamnesisPemeriksaan FisikSerangan bersin berulang khasKeluar ingus (rinore) yang encer dan banyakHidung tersumbatHidung dan mata gatalKadang2 disertai dengan banyak keluar air mata (lakrimasi)Sklera dan konjungtiva merah

Seringkali gejala yg timbul tdk lengkap, t.u pd anak

Pada rinoskopi anterior tampak mukosa edema, basah, berwarna pucat atau livid disertai adanya sekret encer yang banyakBila gejala persisten, mukosa inferior tampak hipertrofi

LabAllergy skin test (in vivo)Percutaneus: Prick, scratch, puncture testIntradermal: ag kontak dengan mast cellRAST (Radioallergosorbent Test :in vitro) menghitung kuantitas IgEIgE tinggi, eosinofilia (tidakspesifik)

Tatalaksana

80Tatalaksana Menghindari alergen penyebabTerapi simptomatik dengan obat:Antihistamin oralH1: etanolamin,etindelamin,fenotiazin ES: mengantuk,hilang nafsu makan,dan efek anti kolinergik (kekeringan membran mukosa)H2 : simetidin,ranitidin lebih bermanfaat jika diberikan bersama antihistamin H1 Mengecewakan pada terapi polipNatrium kromolin intranasal menurunkan pelepasan mediatorKortikosteroid rinitis alergikaKomplikasiPolip hidung. Rinitis alergi dapat menyebabkan atau menimbulkan kekambuhan polip hidung.

Otitis media yang sering residif, terutama pada anak-anak.

Sinusitis paranasal.

Masalah ortodonti dan efek penyakit lain dari pernafasan mulut yang lama khususnya pada anak-anak.

Asma bronkial. Pasien alergi hidung memiliki resiko 4 kali lebih besar mendapat asma bronkial.82DDInfectious rhinitis Perenial nonallergic rhinitis Pollutant and irritants Hormonal rhinitis Rhinitis medicamentosaAnatomic deformityTumors of foreign body

Terima Kasih