Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak Serta Imunisasinya

31
Pengukuran Tumbuh Kembang Anak dan Imunisasi Lidya Marlien Kondobua 102012080/ C1 [email protected] Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510 Pendahuluan Proses tumbuh kembang pada anak merupakan seluruh peristiwa kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa.Peristiwa mencakup 2 sifat yang berbeda namun sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.Dalam Memaksimal atau mencapai suatu keinginan cukup proses tersebut, diperlukan suatu usaha untuk mengukur tumbuh kembang salah satunya antropometri dan melindungi anak dari penyakit dari luar tubuh deng memberikan imunisasi.Dalam makalah ini penulis akan membahas anamnesis,pemeriksaan dan penatalaksanaan yang mempunyai tujuan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak. Pembahasan

description

makalah blok 13

Transcript of Pemeriksaan Tumbuh Kembang Anak Serta Imunisasinya

Pengukuran Tumbuh Kembang Anak dan ImunisasiLidya Marlien Kondobua102012080/ [email protected]

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana.Jl. Arjuna Utara No. 6, Jakarta 11510

PendahuluanProses tumbuh kembang pada anak merupakan seluruh peristiwa kejadian sejak terjadi pembuahan sampai masa dewasa.Peristiwa mencakup 2 sifat yang berbeda namun sulit dipisahkan yaitu pertumbuhan dan perkembangan.Dalam Memaksimal atau mencapai suatu keinginan cukup proses tersebut, diperlukan suatu usaha untuk mengukur tumbuh kembang salah satunya antropometri dan melindungi anak dari penyakit dari luar tubuh deng memberikan imunisasi.Dalam makalah ini penulis akan membahas anamnesis,pemeriksaan dan penatalaksanaan yang mempunyai tujuan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak.Pembahasan Dalam proses anamnesa dilakukan komunikasi dengan pasien yang berkaitan dengan kondisi kesehatannya.Ada 2 jenis anamnesis yang umum dilakukan yaitu Autoanamnesis dan Alloanamnesis.Pada umumnya anamnesis dengan auto yaitu anamnesis yang dilakukan langsung terhadap pasiennya sendiri,dimana pasien sendirilah yang menjawab semua pertanyaan dari dokter dan menceritakan keluhan penyakitnya. Ini merupakan cara anamnesis terbaik karena pasien sendirilah yang paling tepat untuk menceritakan apa yang keluhan penyakitnya. Meskipun demikian dalam prakkteknya tidak selalu autoanamnesis dapat dilakukan.Pada pasien yang tidak sadar,sangat lemah sulit untuk menjawab pertanyaan, atau pada pasien anak-anak, maka perlu oranglain untuk menceritakan permasalahannya.

Anamnesis dari oranglain selain pasien itu sendiri disebut alloanamnesis.Anamnesis terdiri dari indentitas pasien,keluhan utama,riwayat penyakit sekarang,riwayat penyakit dahulu,riwayat obstri dan ginekologi(khusus wanita). Beberapa hal penting ditanyakan dalam anamnesis untuk anak (bayi dan balita) sebagai berikut:a. Anamnesis faktor pranatal dan prenatalMerupakan faktor penting untuk mengetahui status perkembangan anak.Anamnesis harus menyangkut faktor resiko untuk terjadi perkembangan fisik dan mental anak serta menyangkut penyakit keturunan atau menanyakan apa ada perkawinan antar keluarga.b. Kelahiran prematurHarus dibedakan antara bayi permatur (Sesuai masa kehamilan) dan bayi dimatur(Kecil masa kehamilan).Pada bayi yang prematur,karena ibu lahir lebih cepat dari kelahiran normal,maka diperhintungan pertumbuhan intrauterin yang tidak sempat dilalui tersebut.C. Faktor lingkunganUntuk melihat perkembangan anak.Misalnya.untuk meneliti perkembangan motorik pada anak, harus ditanyakan berat badannya.Untuk menanyakan kemampuan menolong sendiri sepeti makan dll.Harus pula ditanyakan apakah ibunya memberikan kesempatan pada anak untuk belajar itu.1D. Penyakit-penyakit yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang contohnya malnutrisi.E. Anamnesi kecepatan pertumbuhan anak.Merupakan wawancara yang sangat penting yang harus ditanyakan pada ibunya setiap kali datang berobat.Mengenai tentang milestone perkembangan anak serta dapat mengetahui tingkat perkembangan anak tersebut.F. Pola perkembangan anak dalam keluargaAnemnesis ini juga penting mengenai perkembangan anggota keluarga lainnya, karena ada kalana perkembangan motorik dalam keluarga tersebut dapat lebih cepat atau lambat,serta perkembangan bicara.Penilaian tumbuh kembang seorang anak berjalan normal atau tidak, baik dari segi medis maupun statis. Karena anak yang sehat akan menunjukan tumbuh kembang yang optimal, apabila diberikan lingkungan bio-fisiko-psikososial yang adekuat.Untuk mengetahui tumbuh kembang anak,terutama pada pertumbuhan fisik anaknya digunakan yang akan dibahas berikut.

2. Pemeriksaan Fisika. Pemeriksaan fisik bayi

Pemeriksaan Fisik pada bayi, merupakan pemeriksaan fisik yang dilakukan oleh dokter,bidan atau perawat untuk melihat status kesehatan yang dilakukan pada saat bayi baru lahir,24 jam setelah lahir,dan pulang dari rumah sakit. Dalam pemeriksaan ini sebaiknya bayi dalam keadaan telanjang dibawah lampu terang,sehingga bayi tidak mudah kehilangan panas.Tujuan dari pemeriksaan secara umum pada bayi ini untuk melihat status penyesuaian kehidupan intrauteri ke dalam kehidupan ekstrauteri, serta mencari kelainan pada bayi. Adapun pemeriksaan fisik yang dapat dilakukan pada bayi sebagai berikut:2-5 Hitung Frekuensi napas. Pemeriksaan frekuensi napas ini dilakukan dengan menghitung rata-rata pernapasan dalam satu menit.Pemeriksaan ini dikataka normal pada bayi baru lahir apabila frekuensinya antara 30-60 kali per menit, tanpa adanya retraksi dada dan suara merintih saat eksipirasi,tetapi jika bayi prematur yang usia kehamilan kurang dari 37 minggu, kemungkinan terdapat adanya retraksi dada ringan.Jika pernapasan beberapa detik secara periodik, maka masih dikatakan dalam batas normal. Ukur suhu aksila. Lakukan pemeriksaan bertujuan untuk menentukan apakah bayi dalam keadaan hipo atau hipertemi.Dalam Kondisi normal suhu bayi antar 36-17,5 derajat celcius. Postur dan gerakan tubuh. Pemeriksaan ini untuk menilai ada atau tidakadanya epistotonus tubuh yang berlebihan dengan kepala dan tumit ke belakang, tubuh melengkung ke depan,adanya kejar serta tremor. Pemeriksaan ini pada normal apabila dalam keadaan istirahat kepalan tangan longgar dengan lengan panggul dan lutut semi fleksi. Selanjutnya pada bayi berat kurang dari 2.500 gra atau usia kehamilan kurang dari 37 minggu ekstermitasnya dalam keadaan sedikit ekstensi. Apabila bayi diletakkan sungsang, di dalam kandungan bayi akan mengalami fleksi penuh ada sendi pangggul atau sendi lutut ekstensi penuh, sehingga kaki bisa mencapai mulut. Selanjutnya gerakan ekstermitas bayi harusnya terjadi secara spontan dan simetris disertai dengan gerakan sendi penuh dan pada bayi normal dapat sedikit gemetar.

Memeriksa Tonus bayi. Pemeriksaan tonus atau kesadaran bayi berfungsi untuk melihat adanya letargi yaitu penurunan kesadaran dimana bayi dapat bangun lagi dengan sedikit kesulitan, ada tidaknya tonus otot yang lemah, mudah terangsang, mengantuk, aktivitas berkurang, dan sadar.Biasanya dalam normal tonus bayi dilihat dari diam hingga sadar penuh serta bayi dapat dibangunkan jika sedang tidur atau dalam keadaan diam. Pemeriksaan ekstermitas. Pemeriksaan ini untuk melihat ada tidaknya gerakan ekstremitas abnormal, asimetris, posisi dan gerakan yang abnormal,serta menilai kondisi jari kaki, yaitu jumlahnya berlebih atau saling melekat. Pemeriksaan kulit. Pemeriksaan ini berfungsi untuk melihat ada atau tidaknya kemerahan pada kulit atau terjadi pembengkakan,kulit ,luka atau trauma, bercak atau tanda abnormal pada kulit,elastisitas kulit serta melihat bercak merah terang dikulit daerah popok pada bokong bayi. Pemeriksaan pada normalnya apabila tanda seperti eritema toksikum ( Titik merah dan pusat putih kecil pada muka,tubuh dan punggung) pada hari kedua atau kulit tubuh yang terkelupas pada hari pertama. Pemeriksaan tali pusat. Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat apakah kemerahan,bengkak atau berbau pada tali pusat. Pemeriksaan yang normal apabila warna tali pusat putih kebiruan pada hari pertama dan mulai mengering atau mengecil dan lepas pada hari ke 7 hingga ke 10. Pemeriksaan kepala dan leher. Pemeriksaan bagian kepala yang dapat diperiksa antara lain : Pemeriksaan rambut bertujuan untuk menilai jumlh dan warna rambut, adanya lanugo terutama pada daerah bahu dan punggung. Pemeriksaan wajah dan tengkrak, dapat dilihat adanya maulage yaitu tulang tengkorak yang saling menumpuk pada saat lahir untuk dilihat asimetris atau tidak.Ada tidak caput succedaneum( edema pada kulit kepala,lunak dan tidak berfluktuasi,batasnya tidak tegas, serta menyeberangi suturan dan akan hilang dalam beberapa hari). Adanya cephal hematom terjadi sesesat setalah lahir dan tidak tampak pada hari pertama karena tertutup oleh caput succedaneum,konsistensinya lunak,berfluktasi, berbatas tegaspada tepi hilang tengkorak, tidak menyebrangi sempurna dalam waktu 2-6 bulan.

Adanya pendarahan yang terjadi karena pecahnya vena yang menghubungkan jaringan di luar sinus dalam tengkorak, batasnya tidak tegas,sehingga bentuk kepala tampak asimetris. Selanjutnya diraba untuk menilai adanya fluktuasi da edema.Pemeriksaan selanjutnya adalah menilai fontanella dengan cara palpasi menggunakan jari tangan, kemudian fontanel anterior menutup usia 12-18 bulan. Pemeriksaan mata untuk melihat adanya strabismus atau tidak,yaitu koordinasi gerakan mata yang belum sempurna. Cara pemeriksaanya adalah dengan menggoyangkan kepala secara perlahan-lahan, sehingga mata bayi akan terbuka, kemudian baru diperksa. Jika ditemukan jarang berkedip atau mengalami sensitivitas terhadap cahaya mulai berkurang, maka kemungkinan mengalami kebutaan.Pada glaukoma kongenital, dapat terlihat pembesaran dan terjadi edema palpebra, perdarahan konjungtiva,retina dan lain-lain. Pemeriksaan telinga dapat dilakukan untuk menilai ada atau tidakada gangguan pendengaran.Dilakukan dengan membunyikan bel atau suara jika terjadi akan membuat bayi dapat refleks terkejut Pemeriksaan hidung dapat dilakukan dengan cara melihat pola pernapasan, apabila bayi bernapas melalui muluy, maka kemungkinan bayi mengalami obstrukksi jalan napas karena adanya atresia koana bilateral atau fraktur tulang hidung yang menonjol ke nasofaring. Sedangkan pernapasan cuping hidung akan menunjukkan gangguan pada paru, lubang hidung kadang-kadang banyak mukosa. Apabila sekret mukopuruln dan berdarah,perlu dipikirkan adanya penyakit sifilis kongenital dan kemungkin lain. Pemeriksaan mulut dapat dilakukan dengan melihat adanya kista yang ada pada mukosa mulut. Pemeriksaan lidah dapat dinilai melalui warna dan kemampuan refleks menghisap. Jika ditemukan lidah yang menjulur keluar, dapar dilihat adanya kemungkinan kecacatan kongenital.Adanya bercak pada mukosa mulut,palatum dan pipi biasanya disebut monilia albicans, lalu gusi juga perlu diperiksa untuk menilia adanya pigmen pada gigi, apakah terjadi penumpukan pigmen yang tidak sempurna.

Pemeriksaan leher juga dapat dilakukan dengan melihat pergerakan, apabila terjadi keterbatasan dalam pergerakannya, maka kemungkinan terjadi kelainan pada tulang leher, misalnya kelainan hemangioma,kelainan tiroid, dan lain-lain. Pemeriksaan Abdomen dan Pungung. Pemeriksaan abdomen ini meliputi pemeriksaan secara inspeksi untuk melihat bentuk dari abdomen, apabila didapatkan abdomen membuncit dapat diduga kemungkinan disebabkan hepatosplenomegali atau cairan di dalam rongga perut. Pada palpasi, hati biasanya teraba 2-3 cm di bawah arkus kosta kanan, limfa teraba 1 cm di bawah arkus kosta kiri. Pada palpasi ginjal dapat dilakukan dengan pengaturan posisi telentang dan tungkai bayi dilipat agar otot-otot dinding perut dalam keadaan relaksasi, batas bawah ginjal dapat diraba setinggi umbilikus di antara garis tengah dan tepi perut. Bagian-bagian ginjal dapat sekitar 2-3 cm. Adanya pembesaran pada ginjal dapat disebabkan oleh neoplasma,kelainan bawaan, atau trombosis vena renalis. Untuk menilai daerah punggung atau tulang belakang, cara pemeriksaannya adalah dengan meletakkan bayi dalam posisi tengkurap. Meraba sepanjang tulang belakang untuk mencari ada atau tidaknya kelainan seperti spina bifida atau mielomeningeal ( defek tulang punggung, sehingga medula spinalis dan selaput otak menonjol).3 Pengukuran antropometri. Antropometri menurut Hinchiliff (1999) adalah pengukuran tubuh manusia dan bagian-bagiannya dengan maksud untuk membandingkan dan menentukan norma-norma untuk jenis kelamin, usia, berat badan, suku bangsa dan lain-lain. Antropometri dilakukan pada anak-anak untuk menilai tumbuh kembang anak sehingga dapat ditentukan apakah tumbuh kembang anak berjalan normal atau tidak. Ketepatan dan ketelitian pengukura sangat penting dalam menilai pertumbuhan secara benar. Apabila ada kesalahan atau kelalaian dalam cara pengukuran ini akan mempengaruhi hasil pengamatan. 2,3,4.

Pada bayi baru lahir, perlu dilakukan pengukuran antropometri seperti berat badan, dimana berat badan yang normal adalah sekitar 2.500-3.500 gram, apabila ditemukan berat badan kurang dari 2.500 gram, maka dapat dikatakan bayi memiliki berat badan lahir rendah (BBLR). Akan tetapi,jika ditemukan bayi berat badan lahir lebih dari 3.500 gram, maka bayi dimasukkan dalam makrosomia. Pengukuran lainnya adalah pengukuran panjang badan secara normal, panjang badan bayi baru lahir 45-50 cm, pengukuran Lingkar kepala normalnya adalah 33-35 cm, pengukuran lingkar dada normalnya adalah 30-33 cm. Apabila ditemukan diameter kepala lebih besar 3 cm dari lingkar dada, maka bayi mengalami hidrosefalus dan apabila diameter kepala lebih kecil 3 cm dari lingkar dada, maka bayi tersebut mengalami mikrosefalus.5Adapun cara pengukuran sebagai berikut :Pengukuran Berat BadanBerat badan merupakan indikator untuk keadaan gizi anak.Gangguan pada berat badan biasanya menggambarkan gangguan yang bersifat perubahan akut/jangka pendek.Alasan mengapa pengukuran berat badan merupakan pilihan utama : Parameter yang paling baik, mudah terlihat perubahan dalam waktu singkat karena perubahan konsumsi makanan dan kesehatan. Memberikan gambaran status gizi sekarang, jika dilakukan periodik memberikan gambaran pertumbuhan. Umum dan luas dipakai di Indonesia Ketelitian pengukuran tidak banyak dipengaruhi oleh keterampilan pengukur. Digunakan dalam KMS ( Kartu Menuju Sehat). BB/TB merupakan indeks yang tidak tergantung umur. Alat ukur dapat diperoleh di pedesaan dengan ketelitian tinggi ( dacin).Cara Pengukuran berat badan yaitu :1. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan menggunakan timbangan bayi :a) Untuk menimbang anak sampai umur 2 tahun.b) Letakkan timbangan pada meja datar, tidak mudah bergoyang.c) Lihat jarum atau angka harus menunjuk ke angka 0.

d) Bayi sebaiknya telanjang Baringkan bayi dengan hati-hati di atas timbangan.e) Lihat jarum timbangan sampai berhenti.Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan.f) Bila bayi terus menerus bergerak, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan kiri.

2. Pengukuran berat badan dengan menggunakan timbangan injak :a) Letakkan timbangan di lantai yang datar.b) Lihat jarum atau angka harus menujuk ke 0.c) Anak harus memakai baju yang tipis ( tidak pakai alas kaki, jaket, topi, jam tangan, kalung, dan tidak memegang sesuatu).d) Anak berdiri diatas timbangan tanpa dipegangie) Lihat jarum timbangan sampai berhentif) Baca angka yang ditunjukkan oleh jarum timbangan g) Bila anak terus menerus bergeral, perhatikan gerakan jarum, baca angka di tengah-tengah antara gerakan jarum ke kanan dan ke kiri.Pengukuran tinggi badanTinggi badan merupakan antropometri yang menggambarkan keadaan pertumbuhan skeletal. Pada keadaan normal, tinggi badan tumbuh seiring dengan pertumbuhan umur. Pertumbuhan tinggi badan tidak seperti berat badan, relatif kurang sensitif pada masalah kekurangan gizi dalam waktu singkat. Untuk bayi atau anak yang belum dapat berdiri dapat menggunak infantometer. Cara mengukur dengan posisi berbaring yaitu :a) Sebaiknya dilakukan oleh 2 orang.b) Kepala bayi menempel pada pembatas angka 0c) Petugas 1 : kedua tangan pegang kepala bayi agar tetap menempel pada pembatas angka 0 ( Pembatas kepala).d) Petugas 2 : tangan kiri menekan lutut bayi dengan lengan kiri bawah agar lurus, sedangkan tangan menjaga agar posisi kaki tetap lurus ( tidak fleksi maupun ekstensi). Tangan kanan menekan batas kaki ke telapak kaki.e) Petugas 2 bertugas juga untuk membaca angka di tepi di luar pengukur.

Untuk anak yang sudah dapat berdiri dapat mengukur microtoise Cara mengukur pada posisi berdiri yaitu :a) Anak tidak pakai sandal atau sepatu.b) Berdiri tegak menghadap ke depan, kedua mata kaki rapat.c) Punggung,pantat dan tumit menempel pada tiang pengukurd) Turunkan batas atas pengukur sampai menempel di ubun-ubun.e) Baca angka pada batas tersebut.

Pengukuran Lingkar Kepalapengukuran ini bertujuan untuk mengetahui lingkar kepala anakk dalam batas normal atau di luar batas normal. Lingkar kepala dihubungkan dengan ukuran otak dan tulang tengkorak. Ukuran otak meningkat secara cepat selama setahun pertama, tetapi besar lingkar kepala ini tidak menggambarkaan keadaan kesehatan dan gizi. Interpretasi hasilnya adalah :Normal : bila lingkar kepala anak antara P2-P98Tidak normal :Mikrosefalus bila LK < P2 Makrosefalus bila LK < P98Cara Mengukurnya adalah :a) Pita ukur diletakkan pada oksiput melingkar ke arah supraorbita dan glabela.b) Baca angka pada pertemuan dengan angka 0.c) Hasil dicatat pada grafik lingkar kepala menurut umur dan jenis kelamin.d) Buat garis yang menghubungkan antara ukuran yang lalu dengan ukuran sekarang.Pengukuran Lingkar Lengan Atas (LILA)Merupakan salah satu pilihan untuk penentuan status gizi karena mudah, urah dan cepat. Tidak memerlukan data umur yang terkadang susah diperoleh. Memberikan gambaran tentang keadaan jaringan otot dan lapisan lemak bawah kulit.

Lingkar lengan atas mencerminkan cadangan energi, sehingga untuk melihat status KEP (Kurang Energi Protein) pada balita, namun kelemahannya adalah : Baku lingkar lengan atas yang sekarang digunakan belum mendapat pegujian yang memadai untuk digunakan di Indonesia. Kesalahan pengukuran relatif lebih besar dibandingkan pada tinggi badan. Sensitif untuk suatu golongan tertentu (prasekolah), tetapi kurang sensitif untuk golongan dewasa.

a) Pemeriksaan GenitaliaPemeriksaan ini untuk mengetahui keadaan labium minor yang tertutup oleh labia mayor, lubang uretra dan lubang vagian seharusnya terpisah, namun apabila ditemukan satu lubang maka didapatkan terjadinya kelainan dan apabila ada sekret pada lubang vagina, hal tersebut karena pengaruh hormon. Pada bayi laki-laki sering didapatkan fimosis, secara normal panjang penis pada bayi adalah adanya hipospadia yang merupakan defek dari bagian ventral unjung penis atau defek sepanjang penisnya. Epispadia merupakan kelainan defek pada dorsin penis.2-5b) Pemeriksaan fisik anak balitaPemeriksaan umum meliputi status kesadaran, status gizi, tanda vital dan lain-lain, berikut adalah pemeriksaan fisik untuk anak balita.2-5- Pemeriksaan kesadaan Tujuan pemeriksaan ini adalah menilai status kesadaran anak. Nilai kesadaran meliputi dua jenis yaitu kesadaran kualitatif dan kesadaran kuantitatif. Dimana Kesadaran kualitatif meliputi beberapa tingkat kesadaran yaitu: komposmestis, apatis, somnolen, sopor, koma, delirium; sedangkan untung kesadaran kuantitatif penilaian diukur melalui penilaian skala koma ( glasgow) yang dinyatakan dengan gcs ( glasglow coma scale).- Pemeriksaan status gizi.Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara sepeti memeriksa antropometrik, meliputi berat badan, tinggi badan dan lingkar lengan atas/

- Pemeriksaan nadiPemeriksaan denyut nadi dilakukan pada saat keadaan tidur/istirahat, dengan menghitung menghitung menggunakan arloji atau stopwatch dan dicatat.

- Pemeriksaan tekanan darah.Tujuannya adalah menilai adanya kelainan pada sistem kardiovaskuler. Pemeriksaan dilakukan dengan prosedur palpasi dan auskultasi dengan sphygomanometer dan stetoskop.

- Pemeriksaan pernapasan.Pemeriksaan ini bertujuan untuk menilai frekuensi pernafasan, irama, dan tipe pernapasan. Pemeriksaan ini dapat dilakuka dengan arloji untuk menghitung frekuensinya.

- Pemeriksaan suhuDapat dilakukan dengan termometer suhu tubuh di beberapa tempat yaitu di oral, rektal, dan aksila.

- Pemeriksaan kulit, kuku, rambut, kelenjar getah bening.Pemeriksaan kulit dilakukan untuk menilai warna, adanya sianosis, ikterus, ekzema,pucat,purpura, makula, papula, vesikula, ulkus dan turgir kulit. Pemeriksaan kuku dilakukan dengan mengadakan inspeksi terhadap warna, bentuk dan keadaan kuku. Pemeriksaan rambut dilakukan untuk menilai adanya warna, kelebatan, distribusi dan karakteristik dari rambut. Pemeriksaan kelenjar getah bening dilakukan dengan cara mempalpasi pada daerah leher/inguinal dan daerah lain yang kelenjar getah beningnya dapat diraba.

- Pemeriksaan kepala dan leherPemeriksaan ini meliputi pemerikaan kepala secara umum yaitu wajah, mata, telinga, hidung, mulut , faring, laring dan leher.

- Pemeriksaan dada Pemeriksaan ini meliputi pemeriksaan payudara, paru dan jantung

- Pemeriksaan abdomenPemeriksaan ini dilakukan dengan car ainspeksi, auskultasi, perkusi, palpasi

- Pemeriksaan genetaliaPemeriksaan pada laki-laki dengan cara memperhatikan ukuran, bentuk penis, testis serta kelainan yang ada. Sementara pemeriksaan pada perempuan adalah dengan cara memperhatikan adanya epispadia, tanda-tanda seksual sekunder, payudara dan lain-lain.

- Pemeriksaan tulang belakang dan ekstermitas.Dapat dilakukan dengan cara inspeksi terhadap adanya kelainan tulang belakang seperti lordosis, kifosis, skoliosis serta perasaan nyeri tulang belakang.

- Pemeriksaan neurologisPemeriksaan ini meliputi inspeksi, pemeriksaan reflek, pemeriksaan tanda-tanda maningeal, pemeriksaan kekuatan dan tonus otot.5

4. Penatalaksanaan

a.Non Medikamentosa.Dalam melakukan penatalaksanaan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak diperlukan usaha-usaha dari berbagai pihal terutama lingkungan terdekat seperti keluarga.Diperlukan usaha dari orangtua untuk memenuhi kebutuhan dasar buat anak.Kebutuhan dasar anak untuk tumbuh kembang, secara umum dibagi menjadi 3 kebutuhan dasar yaitu:

a. Kebutuhan fisik-biomedis (ASUH). Meliputi: Pangan/gizi. Perawatan kesehatan dasar: imunisasi, pemberian ASI, penimbangan yang teratur, pengobatan. Pemukiman yang layak. Kebersihan perseorangan, sanitasi lingkungan. Pakaian. Rekreasi, kesegaran jasmani.6b. Kebutuhan emosi/kasih sayang (ASIH),Kasih sayang dari orang tua akan menciptakan ikatan yang erat dan kepercayaan dasar untuk menjamin tumbuh kembang yang selaras baik fisik, mental, atau psikososial.c. Kebutuhan akan stimulasi mental (ASAH),Stimulasi mental mengembangkan perkembangan kecerdasan, kemandirian, kreativitas, agama, kepribadian, moral-etika, produktivitas dan sebagainya.Anak yang mendapat ASUH, ASIH, dan ASAH yang memadai akan mengalami tumbuh kembang yang optimal sesuai dengan potensi genetik yang dimilikinya.6b. Medikamentosa-ImunisasiImunisasi adalah suatu pemindahan atau transfer antibodi secara pasif. Vaksinasi adalah pemberian vaksin yang dapat merangsang imunitas dan sistem imun di dalam tubuh. Imunitas pasif dapat diperoleh dari pemberian dua macam bentuk yaitu imunoglobulin yang non-spesifik atau gamaglobulin dan imunoglobulin yang spesifik yang berasal dari plasma donor yang sudah sembuh dari penyakit tertentu atau baru saja mendapatkan vaksinasi penyakit tertentu. Imunoglobulin non-spesifik digunakan pada anak dengan defisiensi imunoglobulin sehingga memberikan perlindungan dengan segera dan cepat yang seringkali dapat terhindar dari kematian.Imunoglobulin ini hanya memberikan perlindungan sementara yaitu beberapa minggu saja. Imunoglobulin yang non-spesifik selain mahal, anak menjadi sakit karena secara kebetulan atau kecelakaan memasukkan serum yang memungkinkan tidak bersih dan masih mengandung kuman yang aktif. Imunoglobulin yang spesifik diberikan pada anak yang belum terlindung karena belum pernah mendapatkan vaksinasi dan kemudian terserang misalnya penyakit difteria.7Imunisasi dasar terdiri atas:a. BCG.Imunisasi BCG diberikan pada umur sebelum 3 bulan. Namun untuk mencapai cakupan yang lebih luas, Departemen Kesehatan menganjurkan pemberian imunisasi BCG pada umur antara 0-12 bulan. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan. Dosis 0.05 ml untuk bayi kurang dari 1 tahun dan 0,1 ml untuk anak lebih dari 1 tahun. Vaksinasi BCG diberikan secara intrakutan di daerah lengan kanan atas pada insersio musculus deltoideus sesuai anjuran WHO dan tidak diberikan ditempat lain. Hal ini mengingat penyuntikan secara intradermal di daerah deltoid lebih mudah dilakukan, ulkus yang terbentuk tidak mengganggu struktur otot setempat dibandingkan pemberian di daerah glueus lateral, dan sebagai tanda baku untuk keperluan diagnosis apabila diperlukan. Vaksin BCG tidak dapat mencegah infeksi tuberculosis(TB), namun dapat mencegah komplikasinya. Para pakar menyatakan bahwa efektivitas vaksin untuk perlindungan penyakit hanya 40% dan sekitar 70% kasus tuberculosis berat(meningitis) ternyata mempunyai parut BCG, dan kasus dewasa dengan bakteri tahan asam(BTA) positif di Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 25-36% walaupun mereka telah mendapat BCG pada masa kanak-kanak. Oleh karena itu, saat ini WHO sedang mengembangkan vaksin BCG baru yang lebih efektif. Vaksin BCG merupakan vaksin hidup sehingga tidak dapat diberikan pada pasien imunokompromais seperti leukimia, anak yang sedang mendapatkan steroid jangka panjang, atau menderita infeksi HIV. Apabila BCG diberikan pada umur lebih dari 3 bulan, sebaiknya dilakukan uji tuberkulin terlebih dahulu. Vaksin ini diberikan apabila uji tuberkulin negatif.8b. Hepatitis BVaksin Hepatitis B harus segera diberikan setelah lahir, mengingat vaksinasi Hepatitis B merupakan upaya pencegahan yang sangat efektif untuk memutuskan rantai penularan melalui transmisi maternal dari ibu ke anaknya. Jadwal imunisasi Hepatitis B yaitu: Imunisasi Hepatitis B-1 diberikan sedini mungkin(dalam waktu 12 jam) setelah lahir, mengingat paling tidak 3,9% ibu hamil menginap Hepatitis B aktif dengan resiko penularan kepada bayinya sebesar 45%.

Imunisasi Hepatitis B-2 diberikan setelah 1 bulan(4minggu) dari imunisasi hepatitits B-1 yaitu pada saat bayi berumur 1 bulan. Untuk mendapat respon imun optimal, interval imunisasi Hepatitis B-2 dengan Hepatitis B-3 minimal 2 bulan, terbaik 5 bulan. Maka imunisasi Hepatitis B-3 diberikan pada umur 3-6 bulan. Jadwal dan dosis Hepatitis B-1 saat lahir dibuat berdasarkan status HBsAG ibu saat melahirkan yaitu ibu dengan status HBsAG yang tidak diketahui, ibu dengan HBsAG positif dan ibu dengan HBsAG negatif. Departemen Kesehatan mulai tahun 2005 memberikan vaksin Hepatitis B-0 monovalen saat lahir yang kemudian dilanjutkan dengan vaksin kombinasi DTwP atau Hepatitis B pada umur 2-4 bulan. Tujuan vaksin Hepatitis B diberikan dalam kombinasi DTwP untuk mempermudah pemberian dan meningkatkan cakupan hepatitits B-3 yang masih rendah.Hepatitis B saat bayi lahir tergantung status HBsAG ibu karena terdapat 2 faktor yaitu: Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAG yang tidak diketahui: Hepatitis B-I harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir dan dilanjutkan pada umur 1 bulan dan 3-6 bulan. Apabila status HBsAG ibu tidak diketahui dan dalam perjalanan selanjutnya diketahui bahwa ibu HBsAG positif maka ditambahkan Hepatitis B imunoglobulin(HBIg) 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari. Bayi lahir dari ibu dengan status HBsAG positif diberikan vaksin Hepatitis B-1 dan HBIg 0,5 secara bersamaan dalam waktu 12 jam setelah lahir.

Ulangan imunisasi Hepatitis B yaitu: Telah dilakukan penelitian multisenter di Thailand dan Taiwan terhadap anak dari ibu pengidap Hepatitis B yang telah memperoleh imunisasi dasar 3 kali pada masa bayi. Pada umur 5 tahun, 90,7% diantaranya masih memiliki titer antibodi anti HBs protektif(kadar anti HBs lebih dari 10 g/ml). Mengingat pola epidemiologi Hepatitis B di Indonesia mirip dengan pola epidemiologi di Thailand, maka dapat disimpulkan bahwa imunisasi ulang(booster) pada usia 5 tahun belum diperlukan. Idealnya, pada usia 5 tahun dilakukan pemeriksaan kadar anti HBs. Apabila sampai dengan usia 5 tahun anak belum pernah memperoleh imunisasi Hepatitis B maka secepatnya diberikan imunisasi Hepatitis B dengan jadwal 3 kali pemberian. Ulangan imunisasi Hepatitis B(Hepatitis B-4) dapat dipertimbangkan pada umur 10-12 tahun apabila kadar pencegahan belum tercapai(anti HBs kurang dari 10 g/ml).Cakupan imunisasi Hepatitis B-3 di Indonesia sangat rendah apabila dibandingkan dengan DTP-3. Untuk mengatasi hal tersebut, sejak tahun 2006 imunisasi Hepatitis-B pada jadwal Departemen Kesehatan dapat dikombinasikan dengan DTwP pada tabel 3. Jadwal Departemen Kesehatan dapat dipergunakan bersama dengan jadwal imunisasi Ikatan Dokter Anak Indonesia(IDAI).8Tabel 3. Pemberian imunisasi hepatitis B. 8UmurImunisasiKemasan

Saat lahirHepB-0Uniject(HepB-monovalen)

2 bulanDTwP dan HepB-1Kombinasi DTwP atau HepB-1

3 bulanDTwP dan HepB-2Kombinasi DTwP atau HepB-2

4 bulanDTwP dan HepB-3Kombinasi DTwP atau HepB-3

Vaksin Hepatitis B terdiri atas partikel antigen permukaan Hepatitis B yang diinaktifkan(HBsAg) dan diabsorpsi dengan tawas, dimurnikan dari plasma manusia atau karier hepatitis. Vaksin ini sudah diganti dengan vaksin rekombinan.4 Vaksin rekombinan HBsAG(rHBsAG) diproduksi dengan rekayasa genetika galur Saccharomyces cerevisiae yang mengandung plasmid atau gen untuk antigen HBsAG. Produksi vaksin Hepatitis B dari jamur dengan teknik rekombinan merupakan cara yang lebih mudah untuk memproduksi vaksin dalam jumlah besar dan aman dibanding dengan yang diproduksi dari serum.9c. DPT.DPT adalah produk polivalen yang mengandung toksoid Korinebakteri difteri, Bordetela pertusis, dan Clostridium tetani yang dimatikan. Vaksin DPT terdiri atas DPT dengan komponen acelluler(DTaP) dan DPT dengan komponen whole(DTwP). DTaP merupakan vaksin DPT yang baru ditemukan. Kedua vaksin DPT dapat dipergunakan secara bersamaan dalam jadwal imunisasi. Imunisasi DPT primer diberikan 3 kali sejak umur 2 bulan dengan interval 4-8 minggu. DPT tidak boleh diberikan sebelum umur 6 minggu. Interval terbaik diberikan 8 minggu. Jadi DPT-1 diberikan pada umur 2 bulan, DPT-2 pada umur 4 bulan, dan DPT-3 diberikan pada umur 6 bulan. Ulangan booster DTP selanjutnya diberikan 1 tahun setelah DPT-3 yaitu pada umur 18-24 bulan dan DPT-5 pada saat masuk sekolah umur 5 tahun.Vaksinasi ulangan pada program BIAS adalah: Pada booster umur 5 tahun harus tetap diberikan vaksin dengan komponen pertusis dan DTaP untuk mengurangi demam pasca imunisasi. Penambahan komponen pertusis ini diberikan mengingat kejadian pertusis pada dewasa muda meningkat akibat ambang proteksi telah sangat rendah sehingga dapat menjadi sumber penularan pada bayi dan anak. Sejak tahun 1998, DT-5 diberikan pada kegiatan imunisasi di sekolah dasar yaitu pada bulan imunisasi anak sekolah atau BIAS. Ulangan DT-6 diberikan pada usia 12 tahun karena mengingat masih dijumpai kasus dfteria pada umur lebih dari 10 tahun. Ulangan DT-6 pada umur 12 tahun direncanakan oleh Departemen Kesehatan untuk diubah ke vaksin Dt(adult dose), buatan PT. Bio Farma Indonesia. Dosis DTwP atau DTaP adalah 0,5 ml, diberikan secara intramuskular baik untuk imunisasi dasar maupun ulangan.

Pemberian DPT dapat dikombinasikan dengan vaksin lain yaitu DTwP/Hepatitis B, DTaP/Hib, DTwP/Hib, DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV sesuai jadwal.9d. Polio.Terdapat 2 kemasan vaksin polio yang berisi virus polio-1, 2, dan 3 yaitu: Oral Polio Vaccine(OPV).OPV merupakan vaksin yang berasal dari virus polio yang dilemahkan. OPV diberikan dengan cara ditetes atau peroral. OPV telah berhasil membebaskan negara dari polio. Negara-negara itu adalah Amerika, Pasifik Barat, dan Eropa. Akan tetapi telah dilaporkan bahwa OPV dapat menimbulkan efek samping berupa poliomielitis paralitik. Atas dasar hal itu telah dikembangkan perbaikan delam produksi vaksin yang dimatikan dari jalur Sabin yang lebih baik dibanding dengan IPV konvensional yang diproduksi dari virus virulen. Sabin Inactivated Polio Vaccine(S-IPV)Efek samping dari S-IPV yang dilaporkan hanya berupa reaksi lokal. Oleh karena itu, banyak yang menganjurkan untuk memberikan vaksinasi IPV-OPV secara berurutan. Kedua vaksin polio tersebut dapat dipakai secara bergantian. Vaksin IPV dapat diberikan pada anak sehat maupun anak yang menderita imunokompromais dan dapat diberikan sebagai imunisasi dasar maupun ulangan. Vaksin IPV dapat juga diberikan bersamaan dengan vaksin DPT baik secara kombinasi atau terpisah.9Jadwal vaksin polio adalah sebagai berikut: Polio-0 diberikan saat bayi lahir sesuai pedoman PPI sebagai tambahan untuk mendapatkan cakupan imunisasi yang tinggi. Hal ini diperlukan karena Indonesia rentan terhadap transmisi virus polio liar dari daerah endemik polio. Negara tersebut adalah India, Afganistan, dan Sudan. Mengingat OPV berisi virus polio maka diberikan saat bayi meninggalkan rumah sakit atau rumah bersalin agar tidak mencemari bayi lain karena vaksin virus polio dapat dieksresi melalui tinja. Untuk inilah, IPV dapat menjadi alternatif. Untuk imunisasi dasar(Polio-2,3, dan 4) diberikan pada umur 2 bulan, 4 bulan, dan 6 bulan dengan interval antara dua imunisasi tidak kurang dari 4 minggu. Dalam rangka Eradikasi Polio(Erapo), masih diperlukan Pekan Imunisasi Polio yang dianjurkan oleh Departemen Kesehatan. Pada PIN semua balita harus mendapat imunisasi OPV tanpa memandang status imunisasinya kecuali pasien imunokompromais diberikan IPV untuk memperkuat kekebalan di saluran cerna dan memutuskan transmisi polio liar.

Dosis imunisasi polio yaitu: OPV diberikan 2 tetes peroral IPV dalam kemasan 0,5 ml, intramuskular. Vaksin IPV dapat diberikan tersendiri atau dalam kemasan kombinasi. Yaitu DTaP/IPV, DTaP/Hib/IPV) Imunisasi Polio ulangan diberikan satu tahun sejak imunisasi polio-4 dan selanjutnya saat masuk sekolah yaitu pada usia 5-6 tahun.9e. CampakVaksin campak rutin diberikan dalam satu dosis 0,5 ml secara sub-kutan dalam pada umur 9 bulan. Departemen Kesehatan mengubah strategi reduksi dan eliminasi campak yaitu: Imunisasi campak pertama kali diberikan pada usia 9 bulan. Diberikan imunisasi campak kesempatan kedua pada umur 5-9 bulan dan SD kelas 1-6. Crash progam campak telah dilakukan secara bertahap yaitu 5 tahap di semua provinsi pada tahun 2006-2007.Imunisasi campak dosis kedua diberikan pada program school based catch-up campaign yaitu secara rutin pada anak sekolah SD kelas 1 dalam program BIAS. Apabila telah mendapat imunisasi MMR pada usia 15-18 bulan dan ulangan umur 6 tahun, ulangan campak SD kelas I tidak diperlukan.9PENUTUPSeiring waktu anak akan tumbuh berkembang semenjak lahir hingga akhir hayatnya. Perkembangan dan pertumbuhan manusia menuntut adanya kualitas yg baik untuk membuat seorang anak akan tumbuh berkembang menjadi dewasa yang berkualitas hidupnya,bahkan hingga lanjut usia. Untuk tumbuh dan berkembang sendiri diperlukan usaha lingkungan sekitar khususnya keluarga untuk memenuhi kebutuhan dasar seorang anak.Sebagai dokter yang bijak mengambil tindakan medis diperlukan untuk memaksimalkan tumbuh kembang anak adalah melindungi anak dari gangguan kesehatan seperti penyakit infeksi deng memberikan vaksin atau imunisasi dan imunisasi buster serta berusaha menangani or memenimalkan kelainan pada pemeriksaan fisik maupun penunjang. Hal itu juga didasarkan dengan adanya anamnesis lengkap yang penting dilakukan.Pemeriksaan kualitas tumbuh kembang secara fisik dilakukan dengan cara pengukuran antopometri pada anak.Jadi dalam memaksimalkan tumbuh kembang diperlukan kerja sama dari berbagai pihak di lingkungan sang anak.

Daftar Pustaka

1. Stephen SA. Ilmu kesehatan anak Nelson. Pertumbuhan dan perkembangan. Ed-15. Jakarta: EGC; 2000. h. 45-85.2. Tom L, Avroy F. At a Glance neonatologi. Neonatologi: Kedokteran perianatal, bayi baru lahir yang normal, dan bayi preterm. Jakarta: Erlangga; 2009. h. 33,52-3,68.3. Achmad DS. Ilmu gizi untuk mahasiswa dan profesi. Ed-5. Jakarta: Dian Rakyat; 2006. h. 133.4. Gibney MJ, Margetts BM, Kearney JM, etc. Gizi kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC; 2009. h. 325-47. 5. Soetjiningsih. Tumbuh kembang anak. Edisi ke-1. Jakarta: EGC; 1995.p.10,71-2.(2)6. Abdoerrachman MH, Affandi MB, Alatas H. Ilmu kesehatan anak 3. Jakarta: FK Universitas Indonesia; 2009. h. 1149.7. Sukman TP. Pedoman imunisasi di Indonesia. Ed-3. Jakarta: Ikatan Dokter Anak Indonesia; 2008. h. 98-105.8. Karen GB, Iris R. Imunologi dasar. Ed-8. Jakarta: FKUI; 2009. h. 582-3.9. Stephen G, Kathleen B. At a Glance mikrobiologi medis dan infeksi. Vaksinasi. Ed-3. Jakarta: Erlangga; 2008. h. 29.