Pemeriksaan Kromosom Dengan DNA Rekombinan
-
Upload
pricilla-nella -
Category
Documents
-
view
146 -
download
6
description
Transcript of Pemeriksaan Kromosom Dengan DNA Rekombinan
BAB I
Pendahuluan
1.1 Latar Belakang
Kromosom, gen serta DNA merupakan suatu kesatuan yang berperan pnting
dalam penurunan informasi genetic kepada generasi selanjutnya. Saat ini banyak sekali
kita ditemui penyakit serta kelainan-kelaianan yang disebabkan oleh adanya gen
abnormal maupun penyakit genetic yang diturunkan.
Untuk mendeteksi adanya gen abnormal pada individu perlu dilakukan
pemeriksaan. Oleh karena itu sangatlah penting untuk mengetahui berbagai macam
pemeriksaan untuk mengidentifikasi kelainan gen serta cara kerja pemeriksaan tersebut.
1.2 Tujuan
Untuk mengetahui berbagai macam pemeriksaan terhadap gen abnormal
1.3 Hipotesis
Noda hitam diturunkan secara genetic.
1.4 Sasaran pembelajaran
Mengetahui tentang pemeriksaan kromosom.
1
BAB II
Pembahasan
2.1 Kromosom
Istilah kromosom pertama kali diperkenalkan oleh Weldeyer yang berasal dari
kata latin kroma yang berarti warna dan soma yang berarti badan. Disebut demikian
karena pada waktu sel membelah, kromosom bersifat menyerap zat pewarna yang
ditambahkan. Kromosom adalah struktur dasar berpasangan yang mengandung gen
dalam sususan linier.1 Bagian-bagian dari kromosom adalah sebagai berikut :2
Kromonema : pita spiral yang tampak pada kromatid
Kromomer : penebalan pada kromonema. Didalam kromomer terdapat
protein yang mengandung molekul DNA.
Sentromer : bagian kromosom yang terletak pada daerah penyempitan
primer diantara lengan-lengan kromosom.
Telomer : bagian ujung-ujung kromosom yang menghalangi
bersambungnya ujung kromosom yang satu dengan yang lain.
Satelit : tonjolan yang terdapat pada ujung kromosom. Tidak
semua kromosom memiliki satelit
Berdasarkan letak sentromer, dan melihat panjang lengannya, maka kromosom
dapat dibedakan atas 4, yaitu :1
Metasentris :
Sentromer terletak median (kira – kira di tengah kromosom), sehingga
kromosom terbagi menjadi dua. Lengannya sama panjang dan mempunyai
bentuk seperti huruf V
Submetasentris
Sentromer terletak submedian (ke arah salah satu ujung kromosom),
sehingga kromosom terbagi menjadi dua bagian yang tidak sama panjang
2
Akrosentris
Sentromer terletak subterminal (di dekat ujung kromosom), sehingga
kromosom tidak membengkok melainkan tetap lurus seperti batang. Salah satu
lengan kromosom sangat pendek, sedang lengan lainnya sangat panjang
Telosentris
Sentromer terletak di ujung kromosom, sehingga kromosom hanya terdiri
dari sebuah lengan saja dan berbentuk lurus seperti batang ( kromosom
manusia tidak ada yang berbentuk telosentris ).
Kromosom manusia dibedakan atas 2 tipe, yaitu :2
Autosom
Tidak berperan menentukan dalam mengatur jenis kelamin. Dari 46
kromosom di dalam nucleus sel tubuh manusia, maka yang 44 buah (22
pasang) merupakan autosom.
Gonosom
Seks kromosom (kromosom kelamin), yang berperan dalam menentukan
jenis kelamin. Biasanya terdapat sepasang kromosom. Melihat macamnya
dapat dibedakan atas Kromosom X dan Kromosom Y.
2.2 Gen
Pertama kali diperkenalkan oleh Thomas Hunt Morgan, ahli Genetika dan
Embriologi Amerika Serikat (1911), yang mengatakan bahwa dalam substansi hereditas
yang dimanakan gen terdapat dalam lokus, di dalam kromosom. Gen adalah serangkaian
nukleotida kromosom yang membentuk kode produksi protein spesifik, yaitu satuan
informasi genetic. Berikut ini adalah beberapa sifat gen :3
Mengandung informasi genetic
Tiap gen mempuyai tugas dan fungsi berbeda.
3
Pada waktu pembelahan mitosis dan meiosis dapat mengadakan duplikasi.
Ditentukan oleh susunan kombinasi basa nitrogen.
2.3 DNA
DNA ( Deoxyribonucleic Acid ) adalah sejenis asam nukleat yang tergolong
biomolekul utama penyusun berat kering setiap orgisme.1 DNA memiliki fungsi-fungsi
sebagai berikut:
Membawa informasi genetic
Membentuk RNA
Berperan penting dalam proses sintesis protein
Ciri-ciri khas dari DNA adalah rantai ganda atau double helik, terdiri dari basa
nitrogen berpasangan yaitu :guanine dan sitosin serta timin dan adenine.
2.4 DNA Rekombinan
Teknologi yang dikenal sebagai teknologi DNA rekombinan, atau dengan istilah
yang lebih populer rekayasa genetika, ini melibatkan upaya perbanyakan gen tertentu di
dalam suatu sel yang bukan sel alaminya. DNA rekombinan dapat digunakan dalam
untuk mengidentifikasi gen cacat yang berkaitan dengan suatu penyakit.4 Berikut ini
merupakan perangkat yang diperlukan :4
Plasmid
Plasmid merupakan molekul DNA sirkular berukuran kecil umumnya
berasal dari bakteri, sering dianggap sebagai ektra kromosom. Fungsi
plasmid pada pembentukan DNA rekombinan adalah digunakan sebagai
vector untuk klon gen atau klon fragmen DNA atau mengubah sifat bakteri
dan untuk memperbanyak gen (copy gene) yang telah disisipkan dengan
bantuan sel bakteri.
Enzim restriksi
4
Enzim restriksi digunakan untuk memotong DNA. Pada proses
DNA rekombinan enzim restriksi mengenal dan memotong DNA pada
sekuens spesifik yang panjangnya empat sampai enam pasang basa. enzym
restriksi dapat menghasilkan potongan DNA dengan bentuk sticky ends
(ujung lancip) sehingga mampu berpasangan dengan basa yang cocok/sesuai.
Contoh dari enzim restristik adalah : Enzim EcoRI telah diisolasi pertama
kali oleh Herbert Boyer tahun1969 dari E.coli. Enzim EcoRI memotong pada
bagian antara basa G dan A pada sekuens GAATTC. Perhatikan pada gambar
1.
Gambar 1. Enzim EcoR1
Sumber : academic.brooklyn.cuny.edu
Enzim restriksi secara tradisional dibagi menjadi 3 tipe berdasarkan
komposisi, posisi pemotongan, spesifisitas sekuens dan kofaktor yang
diperlukan yaitu enzim restriksi tipe I, tipe II dan tipe III.1
Enzim restristik tipe I
Memotong DNA secara acak dan jauh dari sekuen
pengenalannya. Enzim ini tidak dapat menghasilkan potongan fragmen
DNA yang diinginkan sehingga tidak diproduksi.
5
Enzim restristik tipe II
Ciri-ciri dari enzim restristik II adalah mengenali urutan
tertentu sepanjang empat hinggan tujuh basa di dalam molekul dna,
memotong ke dua untai molekul DNA ditempat tertentu dan dapat
menghasilkan fragmen-fragmen DNA
Enzim restristik tipe III
Enzim yang tidak digunakan dalam laboratorium, hal ini
dikarenakan enzim ini memotong diluar situs pengenalan dan
membutuhkan dua sekuen dengan orientasi berlawanan pada DNA yang
sama untuk menyelesaikan pemotongan sehingga enzim ini jarang
menghasilkan potongan sempurna
DNA ligase
DNA ligase merupakan enzim yang dapat mengkatalisis
pembentukan ikatan fosfodiester yang digunakan saat proses ligasi
pada DNA yang mengalami pemotongan dengan enzim restriksi
sebelumnya. DNA ligase diperlukan untuk menggabungkan fragmen saat
proses replikasi, menyambung potongan-potongan DNA yang baru
disintesis, serta berperan dalam proses reparasi DNA.5
2.5 Proses DNA rekombinan :
Isolasi DNA
Isolasi DNA diawali dengan perusakan dan atau pembuangan dinding sel,
yang dapat dilakukan baik dengan cara mekanis seperti sonikasi, tekanan tinggi,
beku-leleh maupun dengan cara enzimatis seperti pemberian lisozim. Langkah
berikutnya adalah lisis sel. Bahan-bahan sel yang relatif lunak dapat dengan mudah
diresuspensi di dalam medium bufer nonosmotik, sedangkan bahan-bahan yang lebih
kasar perlu diperlakukan dengan deterjen yang kuat. Pada eukariot langkah ini harus
6
disertai dengan perusakan membran nukleus. Setelah sel mengalami lisis, remukan-
remukan sel harus dibuang. Biasanya pembuangan remukan sel dilakukan dengan
sentrifugasi. Protein yang tersisa dipresipitasi menggunakan fenol atau pelarut
organik seperti kloroform untuk kemudian disentrifugasi dan dihancurkan secara
enzimatis dengan proteinase. DNA yang telah dibersihkan dari protein dan remukan
sel masih tercampur dengan RNA sehingga perlu ditambahkan RNAse untuk
membersihkan DNA dari RNA. Molekul DNA yang telah diisolasi tersebut
kemudian dimurnikan dengan penambahan amonium asetat dan alcohol.4
Memotong DNA ( digestion )
Pada proses pemotongan molekul DNA dengan menggunakan enzim
restriksi. Setiap enzim restriksi mempunyai tempat pemotongan yang spesifik pada
suatu urutan molekul DNA. Sebagai contoh adalah enzim EcoRI yang selalu
memotong DNA pada posisi G. Hingga saat ini, sudah ribuan enzim restriksi yang
diperoleh dari mikroorganisme. Beberapa diantaranya yang terkenal dan sering
digunakan adalah enzim EcoRV, HindIII, SacI, TaqI, BamHI, MspI dan lain-lain.
Pemutusan ini dilakukan di dalam strain tertentu yang bertujuan untuk mencegah
agar tidak merusak DNA. Selain itu strain tersebut juga mempunyai suatu system
modifikasi yang menyebabkan pemutusan basa pada urutan tertentu yang merupakan
recognition sites bagi enzim restriksi tersebut. Pemotongan DNA genomik dan DNA
vektor dengan menggunakan enzim restriksi ini harus menghasilkan ujung-ujung
potongan yang kompatibel dalam arti setiap fragmen DNA harus dapat
disambungkan dengan DNA vektor yang sudah berbentuk linier.4,5
Tempat pemotongan pada kedua untai DNA sering kali terpisah sejauh
beberapa pasang basa. Pemotongan DNA dengan tempat pemotongan semacam ini
akan menghasilkan fragmen fragmen dengan ujung 5’ yang runcing karena masing-
masing untai tunggalnya menjadi tidak sama panjang. Dua fragmen DNA dengan
ujung yang runcing akan mudah disambungkan satu sama lain sehingga ujung
runcing sering pula disebut sebagai ujung lengket (sticky end) atau ujung kohesif.
Hal itu berbeda dengan enzim restriksi seperti Hae III, yang mempunyai tempat
7
pemotongan DNA pada posisi yang sama. Kedua fragmen hasil pemotongannya
akan mempunyai ujung 5’ yang tumpul karena masing-masing untai tunggalnya
sama panjangnya. Fragmen-fragmen DNA dengan ujung tumpul (blunt end) akan
sulit untuk disambungkan. Biasanya diperlukan perlakuan tambahan untuk
menyatukan dua fragmen DNA dengan ujung tumpul, misalnya pemberian molekul
linker, molekul adaptor, atau penambahan enzim deoksinukleotidil transferase untuk
menyintesis untai tunggal homopolimerik 3’.5
Menyambung DNA ( ligation )
Pemotongan DNA genomik dan DNA vektor menggunakan enzim restriksi
harus menghasilkan ujung-ujung potongan yang kompatibel. Artinya, fragmen-
fragmen DNA genomik nantinya harus dapat disambungkan (diligasi) dengan DNA
vektor yang sudah berbentuk linier. Ada tiga cara yang dapat digunakan untuk
meligasi fragmen-fragmen DNA secara in vitro. Pertama, ligasi menggunakan enzim
DNA ligase dari bakteri. Kedua, ligasi menggunakan DNA ligase dari sel-sel E. coli
yang telah diinfeksi dengan bakteriofag. Jika cara yang pertama hanya dapat
digunakan untuk meligasi ujung-ujung lengket, cara yang kedua dapat digunakan
baik pada ujung lengket maupun pada ujung tumpul. Sementara itu, cara yang ketiga
dengan pemberian enzim deoksinukleotidil transferase untuk menyintesis untai
tunggal homopolimeri. Dengan untai tunggal semacam ini akan diperoleh ujung
lengket buatan, yang selanjutnya dapat diligasi menggunakan DNA ligase.4,5
Transforman
Tahap selanjutnya adalah memasukkan DNA ke dalam sel inangnya, hal ini
dapat dilakukan dengan banyak cara, bias dilakukan dengan cara pemanasan larutan
NaCl maupun dengan menggunakan metoda elektroporasi. Tujuan dari kedua proses
ini adalah adalah membuka pori-pori pada membrane sehingga DNA dapat masuk.4
Elektroforesis
8
Tahap berikutnya adalah analisa terhadap hasil pemotongan DNA genomik
dan DNA vektor serta analisis hasil ligasi molekulmolekul DNA dengan
menggunakan teknik elektroforesis. Elektroforesis adalah suatu teknik yang
menggunakan medan listrik untuk memisahkan molekul berdasarkan ukuran. Karena
mengandung fosfat yang bermuatan negatif, DNA akan bergerak menuju elektroda
positif dalam medan listrik. Prinsip alat ini adalah : kecepatan migrasi molekul DNA
berbeda-beda tergantung pada beberapa faktor diantaranya ukuran molekul. DNA
bermigrasi di dalam gel padat yang terletak di dalam larutan penyangga yang dialiri
arus listrik. Dalam hal ini pada campuran reaksi tersebut selain terdapat molekul
DNA rekombinan, juga ada sejumlah fragmen DNA genomik dan DNA plasmid
yang tidak terligasi satu sama lain. Tahap memasukkan campuran reaksi ligasi ke
dalam sel inang ini dinamakan transformasi. Sehingga diharapkan sel inang
mengalami perubahan sifat tertentu setelah /dimasuki molekul DNA rekombinan.5
Seleksi transforman
Tahap selanjutnya adalah seleksi transforman dan seleksi rekombinan. Pada
dasarnya ada tiga kemungkinan yang dapat terjadi setelah transformasi dilakukan,
yaitu (1) sel inang tidak dimasuki DNA apa pun atau berarti transformasi gagal, (2)
sel inang dimasuki vektor religasi atau berarti ligasi gagal, dan (3) sel inang
dimasuki vektor rekombinan dengan/tanpa fragmen sisipan atau gen yang
diinginkan. Seleksi sel rekombinan yang membawa fragmen yang diinginkan
mencari fragmen tersebut menggunakan fragmen pelacak (probe), yang
pembuatannya dilakukan secara in vitro menggunakan teknik reaksi polimerisasi
berantai atau polymerase chain reaction (PCR). Selanjutnya, dilakukan fiksasi DNA
dan perendaman di dalam larutan pelacak. Posisi-posisi DNA yang terhibridisasi
oleh fragmen pelacak dicocokkan dengan posisi koloni pada kultur awal (master
plate). Dengan demikian dapat menentukan koloni-koloni sel rekombinan yang
membawa fragmen yang diinginkan.4,5
Polymerase Chain Reaction
9
Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah metode in vitro yang digunakan
untuk mensintesis sekuens tertentu DNA dengan menggunakan dua primer
oligonukleotida yang menghibridisasi pita yang berlawanan dan mengapit dua target
DNA. Tahapan-Tahapan Polymerase Chain Reaction (PCR) adalah sebagai berikut :
denaturasi DNA templat, penempelan (annealing) primer, dan polimerisasi
(extension) rantai DNA. Salah satu manfaat terpenting dari PCR adalah menentukan
kondisi urutan nukleotida suatu DNA yang mengalami mutasi.6 Dalam melakukan
PCR terdapat beberapa komponen yang tidak dapat dipisahkan, antara lain :
Primer
sepasang DNA utas tunggal atau oligonukleotida pendek yang
menginisiasi sekaligus membatasi reaksi pemanjangan rantai atau
polimerisasi DNA. Jadi jangan membayangkan kalau PCR mampu
menggandakan seluruh DNA bakteri E. coli yang panjangnya kira-kira 3
juta bp itu. PCR hanya mampu menggandakan DNA pada daerah tertentu
sepanjang maksimum 10000 bp saja, dan dengan teknik tertentu bisa
sampai 40000 bp. Primer dirancang untuk memiliki sekuen yang
komplemen dengan DNA template, jadi dirancang agar menempel
mengapit daerah tertentu yang kita inginkan.7
dNTP (deoxynucleoside triphosphate)
dNTP alias building blocks sebagai ‘batu bata’ penyusun DNA
yang baru. dNTP terdiri atas 4 macam sesuai dengan basa penyusun DNA,
yaitu dATP, dCTP, dGTP dan dTTP.6
Buffer
Buffer yang biasanya terdiri atas bahan-bahan kimia untuk
mengkondisikan reaksi agar berjalan optimum dan menstabilkan enzim
DNA polymerase.1
Ion Logam
10
Ion logam bivalen, umumnya Mg++, fungsinya sebagai kofaktor
bagi enzim DNA polymerase. Tanpa ion ini enzim DNA polymerase tidak
dapat bekerja dan Ion logam monovalen, kalsium (K+).5
11
BAB III
Kesimpulan
3.1. Kesimpulan
Kesimpulannya adalah bahwa penyakit tersebut diturunkan secara genetika.
Untuk melakukan identifikasi terhadap penyakit tersebut dapat dilakukan dengan
pemeriksaan Kromosom serta DNA rekombinan. DNA rekombinan merupakan sebuah
teknik untuk mengidentifikasi gen cacat yang berkaitan dengan suatu penyakit. Selain itu
DNA rekombinan juga bermanfaat untuk terapi gen. Enzim restristik merupakan salah
salah satu factor terpenting dalam pelaksaan teknik tersebut. Enzim restristik yang baik
digunakan adalah yang membentuk sticky ends, contohnya adalah EcoRI. Selain kedua
cara tersebut teknik PCR juga dapat menentukan kondisi urutan nukleotida suatu DNA
yang mengalami mutasi.
12
Daftar Pustaka
1. Yuwono T. Biologi molekuler. Edisi ke-7. Jakarta: Eralangga;2010.h.82-3
2. Elrod S, William DS. Genetika. Edisi ke-4. Jakarta: Erlangga;2006.h.153-9
3. Benson RC, Pernoll ML. Obstetri dan ginekologi. Edisi ke-9. Jakarta: EGC; 2009.h.61-2
4. Smith CM, Marks AD, Marks DB. Biokimia kedokteran dasar. Edisi-1. Jakarta: EGC;2008.h.237-
240
5. Sudjadi. Bioteknologi kesehatan. Edisi ke-5. Yogyakarta: Kanisius;2008.h.52-61
6. Sarjadi. Patologi umum dan sistematik. Edisi k-1. Jakarta: EGC;2000.h.46-51
7. Jhonston. Dasar-dasar pediatric. Edisi ke-3. Jakarta: EGC;2008.h.29-33
13