Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

15
PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARU Gejala umum yang perlu diperhatikan : Nyeri dada Sesak nafas Mengi Batuk Sputum mengandung darah (hemoptisis) 1. INSPEKSI 1. Bentuk dada Normal : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2 Pigeont Chest / dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior Posterior > transversal Barrel Chest / dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1 Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam 1. Ekspansi : simestris / tidak 2. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut 3. Frekuensi pernafasan : 16 – 18 x/menit 18 – 20 x/menit >20x/menit : tachypnea <16x/menit : bradipnea Apnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik) 1. Ritme pernafasan Eupnea : irama normal Kusmaul : cepat dan dalam Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf) 1. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas 2. Orthopnea : sesak pada waktu posisi berbaring 3. Suara batuk : produktif / tidak 4. PALPASI 1. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga 2. Kesimetrisan ekspansi dada Caranya : letakkan kedua telapak tangan secara datar Bisa pada anterior, sisi dan posterior Anjurkan tarik nafas Amati : normal bila gerakan tangan simetris 1. Taktil fremitus Caranya : -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada -anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam

Transcript of Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Page 1: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

PEMERIKSAAN FISIK DADA DAN PARUGejala umum yang perlu diperhatikan : Nyeri dada Sesak nafas Mengi Batuk Sputum mengandung darah (hemoptisis)1. INSPEKSI

1. Bentuk dada Normal  : diameter Anterior Posterior – transversal = 1:2 Pigeont Chest  / dada burung : sternum menonjol kedepan, diameter Anterior Posterior  > 

transversal Barrel Chest / dada tong : Anterior Posterior : transversal = 1:1 Funnel Chest : anterior Posterior mengecil, sternum menonjol ke dalam1. Ekspansi  : simestris / tidak2. Sifat pernafasan : pernafasan dada dan perut3. Frekuensi pernafasan : 16 – 18 x/menit

18 – 20 x/menit>20x/menit : tachypnea<16x/menit : bradipneaApnea : tidak terdapatnya pernapasan (mungkin secara periodik)

1. Ritme pernafasan Eupnea : irama normal Kusmaul : cepat dan dalam Hiperventilasi : pernafasan dalam, kecepatan normal Biot’S : Cepat dan dalam, berhenti tiba2, kedalaman sama (kerusakan saraf) Cheyne stoke : bertahap dangkal – lebih cepat dan dalam – lambat –apnea (kerusakan saraf)1. Retraksi interkosta : kemungkinan retraksi pada obstruksi jalan nafas2. Orthopnea :  sesak pada waktu posisi berbaring3. Suara batuk : produktif / tidak4. PALPASI

1. Nyeri dada tekan :kemungkinan fraktur iga2. Kesimetrisan ekspansi dada

Caranya :      letakkan kedua telapak  tangan secara datarBisa pada anterior, sisi dan posteriorAnjurkan tarik nafas

Amati : normal bila gerakan tangan simetris1. Taktil fremitus Caranya :     -letakkan tangan sama dengan cara pemeriksaan ekspansi dada

-anjurkan pasien menyebut tujuh-tujuh / enem-enam-rasakan getaran

Kurang bergetar : pleura effusion, pneumothoraks-lakukan pada seluruh permukaan dada (atas,bawah,kiri,kanan,  depan,belakang)

1. PERKUSI Suara perkusi

o Paru normal : sonor/resonano Pneumothoraks : hipersonoro Jaringan padat (jantung, hati) : pekak/dataro Daerah yang berongga : tympanio Batas organ

Sisi dada kiri : dari atas ke bawah ditemukan sonor/resonan- tympani : ICS 7/8 (Paru-lambung)

Sisi dada  kanan : ICS 4/5 (paru-Hati) Dinding posterior  :-Supraskapularis (3-4jari di pundak) batas atas paru

Page 2: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

-Setinggi vertebratorakal 10 garis skapula batas bawah    paru1. AUSKULTASI Suara / bunyi nafas vesikuler

o Terdengar disemua lapang paru normalo Bersifat halus, nada rendaho Inspirasi lebih panjang dari ekspirasio Bronchovesikuler

Ruang interkostal pertama dan kedua area interskapula Nada sedang, lebih kasar dari vesikuler Inspirasi sama dengan ekspirasi Bronchial

Terdengar di atas manubarium, Bersifat kasar, nada tinggi Inspirasi lebih pendek dari ekspirasi Suara ucapan

Anjurkan penderita mengucapkan tujuh-tujuh berulang2 secara berisik sesudah inspirasi

Lakukan dengan intonasi yang sama kuat sambil mendengarkan secara sistematik disemua lapang paru dengan menggunakan stetoskop

Bandingkan bagian kiri dan kanan Suara tambahan

o Ronchi (ronchi kering)Suara yang tidak terputus, akibat adanya getaran dalam lumen saluran pernafasan karena penyempitan : ada sekret kental/lengket

Rales (ronchi basah)Suara yang terputus, akibat aliran udara melewati cairan dan terdengar pada saat inspirasi

Wheezes – wheezingSuara terdengar akibat obstruksi jalan napas, terjadi penyempitan sehingga ekspirasi dan inspirasi terganggu, sangat jelas terdengar saat ekspirasi

PEMERIKSAAN FISIK JANTUNGGejala umum yang perlu diperhatikan : Nyeri dada Palpitasi Napas pendek, dispnea, ortopnea, Edema 1. 1. INSPEKSI Ø Bentuk  dada

o Normal  : simetriso Menonjol : pembesaran  jantung, efusi pleura, tumoro Ø Denyut jantung

Kekuatan denyutan : amati Apeks atau PMI (ICS 5 Midklavikula kiri) Denyutan susah nampak bila payudara besar, dinding torak tebal, gemuk

1. 2. PALPASIDenyut apeks ( letak dan kekuatan ), meningkat bila curah jantung besar, hipertrofi  jantung

1. 3. PERKUSIuntuk menegtahui ukuran bentuk jantung secara kasar (foto rontgen), lokasi jantung akan terdengar redup

1. 4. AUSKULTASI Ø BJ I (S1)  : penutupan katub mitral dan trikuspidalis = LUB Ø BJ II (S2) : penutupan katub Aorta dan Pulmonal  = DUB

Jarak S1 – S2 : 1 detik atau kurang, S1 lebih keras dari S2

Page 3: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Ø Tempat mendengarkan BJ : o Mitral : linea midklavikula kiri ICS 5 o Trikuspidalis : linea sternal kiri ICS 4 o Aorta : linea sternal kanan ICS 2 o Pulmonalis : linea sternal kiri ICS  2 o Ø BJ Tambahan o Murmur :getaran yang terjadi dalam jantung atau pembuluh darah besar yang

diakibatkan oleh bertambahnya turbulensi darah / cairan o BJ3 &BJ4

Berikut Lima Langkah Sederhana Pemeriksaan Payudara ‘Sendiri’ beserta Gambar cara pemeriksaan payudara:Langkah 1: Mulailah dengan melihat payudara anda di cermin dengan bahu lurus dan lengan di pinggang.Inilah yang mesti dicari:* Apakah payudara anda memiliki ukuran, bentuk, dan warna seperti biasanya, kita harus curiga apabila payudara memiliki besar yang tidak sama atau asimetris* Penampakan payudara rata tanpa terlihat  bengkak.Jika Anda melihat perubahan berikut, bawalah ke dokter untuk diperiksa:* Dimpling (permukaan tertarik/cekung), puckering (kerutan), atau bengkak pada kulit* Puting susu berubah posisi atau tertarik (terdorong dan tertarik ke dalam)* Kemerahan, rasa nyeri, ruam, atau pembengkakan.Langkah 2: Angkat lengan dan cari perubahan yang sama.Langkah 3: Ketika di depan cermin cari tanda-tanda apapun cairan yang keluar/berasal dari salah satu atau kedua putting susu (ini bisa jadi cairan seperti susu, kuning atau darah).Langkah 4: Selanjutnya, periksa payudara anda sementara berbaring, gunakan tangan kanan untuk memeriksa payudara kiri dan gunakan tangan kiri untuk memeriksa payudara kanan.Palpasi dilakukan dengan perlahan, sentuhan lembut dengan ujung jari tangan secara bersamaan. Lakukan melingkar setiap bagian payudara.Tekan seluruh payudara dari atas ke bawah, dari satu sisi ke sisi lain – dari bagian atas ke arah perut, dan dari ketiak ke tengah.Mengikuti pola tersebut. Anda dapat mulai memeriksa puting susu, bergerak ke bagian yang lebih besar dan lebih besar hingga mencapai tepi luar dari payudara. Anda juga dapat memindahkan jari-jari anda secara vertikal ke atas dan ke bawah. Pastikan untuk merasakan semua jaringan dari depan sampai belakang payudara: untuk kulit dan jaringan di bawahnya, gunakan tekanan ringan. Sedangkan untuk jaringan yang lebih dalam gunakan tekanan yang kuat.Langkah 5: Rasakan payudara anda sambil berdiri atau duduk. Banyak wanita yang menemukan cara yang mudah untuk memeriksa payudara mereka yaitu ketika kulit mereka basah dan licin dengan melakukan langkah ini di shower (sementara mandi). Menekan seluruh payudara melakukan gerakan tangan yang sama seperti dijelaskan pada Langkah 4.

Page 4: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Pemeriksaan Fisik Abdomen Pemeriksaan fisik abdomen dilakukan untuk mengetahui adanya kelainan abdomen pada pasien.

Pemeriksaan fisik abdomen prosedurnya diawali. Memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud dan tujuan pemeriksaan. Penderita dipersiklahkan untuk membuka baju seperlunya dan meminta berbaring dengan posisi pemeriksa disebelah kanan pasien. Penderita dibuat rileks dengan menekuk lutut dan mengajak berbicara. Penderita diminta untuk memberikan respon terhadap pemeriksaan (rasa sakit) dll.

Prinsip pemeriksaan abdomen yakni: Inspeksi-Auskultasi-Perkusi-Palpasi. Inspeksi dengan posisi berdiri (kulit tidak tampak vena melebar (melebar sindroma Cushing/ Cirhosiss hepatis), umbilikus tidak hernia, contour abdimen datar (membelendung kantung kencing penuh/hamil belendung ascites), dinding abdomen simetri. Perut kembung menandakan adanya gangguan intraluminal. Pasien diminta bernafas lalu inspeksi tidak tampak adanya pembesaran organ atau masa. Inspeksi juga dilakukan terhadap peristaltik dengan membungkuk atau duduk.

Auskultasi dilanjutkan dengan diafragma stetoskop adanya bising usus (normalnya 5-12 kali/menit), juga di epigastrium mendengar suara aorta (gangguan pada aneurisma aorta), pada arteri inguinal tidak ada bising. Bising usus bisa disertai bising tambahan yakni borborygmi/suara panjang atau metalic sound (klinkend, oleh adanya resonansi akibat obstruksi).

Perkusi dilakukan sebagai orientasi pada keempat kuadran abdomen dominan suara timpani (ada feses/ cairan redup), di kandung kemih (timpani/redup). Perkusi dilakukan pada dada bagian bawah antara paru dan arkus costa (suara redup dikanan karena ada hepar, suara timpani di kiri karena adanya fleksura splenikus kolon) kalo keduanya redup asites (ditandai). Normalnya suara hepar adalah pekak karena adanya tekanan intrabdominal yang hampir negatif yang mengakibatkan organ menempel pada perioteneum, sehingga bila ada udara pekaknya menghilang.

Palpasi superficial dilakukan untuk melihat ada ketegangan otot, nyeri tekan lepas atau tidak (prinsipnya dilakukan pada area yang diduga tidak nyeri/normal dulu), masa dengan ujung jari bersamaan dengan lembut semua kuadran. Nyeri pada abdomen ada yang sifatnya visceral (hilang timbul, tidak bisa ditunjuk dengan jelas), ada yang somatik (bisa ditunjuk dengan jelas). Kelainan pada dinding ditandai dengan hilangnya nyeri apabila ada ketegangan perut jika masih nyeri berarti ada kelainan dari dalam dinding perut.

Palpasi adanya masa, dilihat konsistensinya apakah padat keras (seperti tulang), padat kenyal (seperti meraba hidung), lunak (seperti pangkal pertemuan jempol dan telunjuk), atau kista (ditekan mudah berpindah seperti balon berisi air, berisi cairan). Adanya tumor pada abdomen diperkirakan dari 9 regio anatominya. Ukuran massa ditentukan dengan pasti yakni dengan meteran/jangka sorong mengenai panjang, lebar, tebal (kalau tidak ada peralatan, bisa dengan ukuran jari penderita).

Pada palpasi selain memikirkan organ didalam, dipikirkan pula pembuluh darah di abdomen. Abdomen ditekan kuat-kuat bagian atas sedikit ke sebelah kiri untuk merasakan pulsasi aorta (tumor abdomen bisa keliru dengan aneurisma aorta). Aneurisma aorta ditandai ada pulsasi ke segala arah sedangkan tumor hanya pada 1 arah. Palpasi organ intraperitoneal sifatnya mobile, sedangkan organ retroperitoneal sifatnya fixed (seperti ginjal yang kalau ternyata mobile pada wandering kidney).

Untuk pemeriksaan ascites abdomen prosedur tambahannya: (1) Melakukan perkusi dengan Tes suara redup berpindah: Setelah menandai batas suara timpani dan redup, minta penderita miring ke salah satu sisi tubuh dilakukan perkusi lagi (Pada ascites batasnya tidak berubah); (2) Melakukan palpasi dengan Tes Undulasi: Minta asisten menekan kedua tangan pada midline abdomennya (kanan kiri). Ketuklah satu sisi abdomen dengan jari dan rasakan pada sisi yang lain dengan tangan yang lain, adanya getaran yang diteruskan cairan asites.

Untuk pemeriksaan hepar prosedur tambahannya yaitu dengan perkusi batas bawah hepar: Mulai dari

Page 5: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

bawah umbilikus di mcl kanan perkusi dari bawah ke atas sampai suara redup (tidak ada pergeseran ke bawah/ Obstruksi paru kronik). Dilanjutkan perkusi batas atas hepar: daerah paru ke bawah sampai suara redup. Tinggi antara daerah redup (tidak ada pembesaran hepar) diukur.

Palpasi hepar dilakukan dengan meletakkan tangan kiri dibelang penderita menyangga costa ke-11/12 sejajar, minta penderita rileks. Hepar didorong ke depan, diraba dari depan dengan tangan kanan (bimanual palpasi). Tangan kanan ditempatkan pada lateral otot rektus kanan, jari di batas bawah hepar dan tekan lembut ke arah atas. Pasien diminta bernafas dalam sehingga terasa sentuhan hepar bergerak ke bawah (tangan dikendorkan agar hepar meluncur dibawah jari sehingga meraba permukaan yang lunak tidak berbenjol, tepi tegas/tajam, tidak ada pembesaran).

Untuk pemeriksaan lien prosedur tambahannya dengan perkusi daerah ics terbawa di linea axillaris anterior kiri (timpani). Pasien diminta menarik nafas panjang lakukan perkusi lagi (kalau redup berarti pembesaran limfe atau bisa normal false positive splenic percussion sign). Perkusi dilakukan pada daerah redup dari berbagai arah (redup meluas berarti pembesaran limpa) perlu dilakukan palpasi untuk memastikan

Palpasi lien dilakukan dengan meletakkan tangan kiri menyangga dan mengangkat costa bagian bawah kiri sebelah penderita. Tangan kanan diletakkan di bawah arcus aorta kemudian tekan ke arah lien. Penderita diminta bernafas dalam-dalam merasakan lien dengan ujung jari (lien membesar atau tidak). Pemeriksaan (palpasi dan perkusi) diulangi pada posisi pasien miring ke kanan dengan tungkai paha dan lutut flexi agar lien mudah teraba. Jarak letak lien diperkirakan dengan costa kiri terbawah

Untuk pemeriksaan ginjal abdomen prosedur tambahannya dengan melakukan palpasi Ginjal Kanan: Posisi di sebelah kanan pasien. Tangan kiri diletakkan di belakang penderita, paralel pada costa ke-12, ujung cari menyentuh sudut costovertebral (angkat untuk mendorong ginjal ke depan). Tangan kanan diletakkan dengan lembut pada kuadran kanan atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kanan dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (tentukan ukuran, nyeri tekan ga). Pasien diminta membuang nafas dan berhenti napas, lepaskan tangan kanan, dan rasakan bagaimana ginjal kembali waktu ekspirasi. Dilanjutkan dengan palpasi Ginjal Kiri: Pindah di sebelah kiri penderita, Tangan kanan untuk menyangga dan mengangkat dari belakan. Tangan kiri diletakkan dengan lembut pada kuadran kiri atas di lateral otot rectus, minta pasien menarik nafas dalam, pada puncak inspirasi tekan tangan kiri dalam-dalam di bawah arcus aorta untuk menangkap ginjal di antar kedua tangan (normalnya jarang teraba)

Untuk pemeriksaan ketok ginjal prosedur tambahannya dengan memperlsilahkan penderita untuk duduk menghadap ke salah satu sisi, dan pemeriksa berdiri di belakang penderita. Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kanan). Satu tangan diletakkan pada sudut kostovertebra kanan setinggi vertebra torakalis 12 dan lumbal 1 dan memukul dengan sisi ulnar dengan kepalan tangan (ginjal kiri). Penderita diminta untuk memberiksan respons terhadap pemeriksaan bila ada rasa sakit.

Pemeriksaan abdomen dapat diakhiri dengan colok dubur (sifatnya kurang menyenangkan sehingga ditaruh paling akhir). Pemeriksaan ini dapat dilakukan pada pasien dalam posisi miring (symposisi), lithotomi, maupun knee-chest. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan satu tangan maupun dua tangan (bimanual, satu tangannya di atas pelvis). Colok dubur perlu hati-hati karena sifat anus yang sensitif, mudah kontraksi. Oleh karena itu colok dubur dilakukan serileks mungkin menggunakan lubrikasi. Sebaiknya penderita kencing terlebih dahulu. Pada posisi lithotomi diagnosis letak kelainan menggunakan posisi jam yakni jam 3 sebelah kanan, jam 9 sebelah kiri, jam 6 ke arah sacrum dan jam 12 ke arah pubis.

Page 6: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

A. Prosedur Pemeriksaan Fisik Persarafan 1. Persiapan- Siapkan peralatan yang diperlukan:a. Refleks hammerb. Garputalac. Kapas dan lidid. Penlight atau senter kecile. Opthalmoskopf. Jarum sterilg. Spatel tongueh. 2 tabung berisi air hangat dan air dingini. Objek yang dapat disentuh seperti peniti atau uang recehj. Bahan-bahan beraroma tajam seperti kopi, vanilla atau parfumk. Bahan-bahan yang berasa asin, manis atau asam seperti garam, gula, atau cukal. Baju periksam. Sarung tangan- Cuci tangan- Jelaskan prosedur pemeriksaan pada klien- Pastikan ruang periksa hangat dan cukup penerangan

2. Langkah-langkah Pemeriksaan - Status mental: atur posisi klien, Observasi kebersihan klien, cara berpakaian, postur tubuh,

bahasa tubuh, cara berjalan, expresi wajah, kemampuan berbicara, dan kemampuan untuk mengikuti petunjuk. Kemampuan berbicara klien meliputi: kecepatan, kemampuan mengucapkan kata-kata yang keras-lembut, jelaas, dan benar. Kaji pula kemampuan pemilihan kata-kata, kemampuan dan kemudahan merespon pertanyaan.

- Tingkat Kesadaran klien: dikaji menggunakan Glasgow koma skalea. Respon membuka mata: # Spontan………………………..4# Terhadap stimulus verbal……...3# Terhadap stimulus nyeri………2# Tidak ada respon………………1Respon motorik terbaik:# Mengikuti perintah……………6# Dapat melokalisasi nyeri………5# Fleksi (menarik)……………….4# Fleksi abnormal……………….3# Extensi………………………..2# Tidak ada respon……………..1b. Respon Verbal:# Orientasi waktu, tempat, dan orang baik…………………..5# Berbicara dengan bingung………………………………...4# Berkata-kata dengan tidak jelas…………………………...3# Berguman………………………………………………....2# Tidak ada respon………………………………………… 1Jika klien menggunakan ETT atau tracheostomi maka tulis E untuk ETT dan T untuk tracheostomy.c. Tanyakan waktu, tanggal, tempat, dan alas an berkunjung ke rumah sakitd. Tanyakan nama klien, nama anggota keluarga, tanggal lahir, riwayat pekerjaan untuk

mengkaji memori kliene. Kaji kemampuan berhitung klien dari yang mudah dan meningkat ke yang lebih sulit secara

bertahap, sesuaikan dengan tingkat pendidikan, tahap perkembangan , dan tingkat intelektualitas klien.

f. Kaji kemampuan klien berpikir abstrak

Page 7: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

- Pemeriksaan saraf kraniala. N I OlfactoriusPastikan rongga hidung tidak tersumbat oleh apapun dan cukup bersih. Lakukan pemeriksaan dengan menutup sebelah lubang hidung klien dan dekatkan bau-bauan seperti kopi dengan mata tertutup klien diminta menebak bau tersebut. Lakukan untuk lubang hidung yang satunya.b. N II OptikusCatat kelainan pada mata seperti katarak dan infeksi sebelum pemeriksaan. Periksa ketajaman dengan membaca, perhatikan jarak baca atau menggunakan snellenchart untuk jarak jauh.Periksa lapang pandang: Klien berhadapan dengan pemeriksa 60-100 cm, minta untuk menutup sebelah mata dan pemeriksa juga menutup sebelah mata dengan mata yang berlawanan dengan mata klien. Gunakan benda yang berasal dari arah luar klien dank lien diminta ,mengucapkan ya bila pertama melihat benda tersebut. Ulangi pemeriksaan yang sama dengan mata yang sebelahnya. Ukur berapa derajat kemampuan klien saat pertama kali melihat objek. Gunakan opthalmoskop untuk melihat fundus dan optic disk (warna dan bentuk)c. N III , N IV, dan N VI (occulomotorius, trochlear, dan abducen):Pada mata diobservasi apakah ada odema palpebra, hiperemi konjungtiva, dan ptosis kelopak mataPada pu[il diperiksa reaksi terhadap cahaya, ukuran pupil, dan adanya perdarahan pupilPada gerakan bola mata diperiksa enam lapang pandang (enam posisi cardinal) yaitu lateral, lateral ke atas, medial atas, medial bawah lateral bawah. Minta klien mengikuti arah telunjuk pemeriksa dengan bolamatanyad. N V TrigeminusFungsi sensorik diperiksa dengan menyentuh kilit wajah daerah maxilla, mandibula dan frontal dengan mengguanakan kapas. Minta klien mengucapkan ya bila merasakan sentuhan, lakukan kanan dan kiri.Dengan menggunakan sensori nyeri menggunakan ujung jarum atau peniti di ketiga area wajah tadi dan minta membedakan benda tajam dan tumpul.Dengan mengguanakan suhu panas dan dingin juag dapat dilakukan diketiga area wajah tersebut. Minta klien menyebutkan area mana yang merasakan sentuhan. Jangan lupa mata klien ditutup sebelum pemeriksaan.Dengan rasa getar dapat pukla dilakukan dengan menggunakan garputala yang digetarkan dan disentuhkan ke ketiga daerah wajah tadi dan minta klien mengatakan getaran tersebut terasa atau tidak Pemerikasaan corneal dapat dilakukan dengan meminta klien melihat lurus ke depan, dekatkan gulungan kapas kecil dari samping kea rah mata dan lihat refleks menutup mata.Pemeriksaan motorik dengan mengatupkan rahang dan merapatkan gigi periksa otot maseter dan temporalis kiri dan kanan periksa kekuatan ototnya, minta klien melakukan gerakan mengunyah dan lihat kesimetrisan gerakan mandibula.e. N VII Facialis:Fungsi sensorik dengan mencelupkan lidi kapas ke air garam dan sentuhkan ke ujung lidah, minta klien mengidentifikasi rasa ulangi untuk gula dan asamFungsi mootorik dengan meminta klien tersenyum, bersiul, mengangkat kedua al;is berbarengan, menggembungkan pipi. Lihat kesimetrisan kanan dan kiri. Periksa kekuatan otot bagian atas dan bawah, minta klien memejampan mata kuat-kuat dan coba untuk membukanya, minta pula klien utnuk menggembungkan pipi dan tekan dengan kedua jari.f. N VIII Vestibulotrochlearcabang vestibulo dengan menggunakan test pendengaran mengguanakan weber test dan rhinne testCabang choclear dengan rombreng test dengan cara meminta klien berdiri tegak, kedua kaki rapat, kedua lengan disisi tubuh, lalu observasi adanya ayunan tubuh, minta klien menutup mata tanpa mengubah posisi, lihat apakah klien dapat mempertahankan posisig. NIX dan NX Glossofaringeus dan VagusMinta klien mengucapkan aa lihat gerakan ovula dan palatum, normal bila uvula terletak di tengan dan palatum sedikit terangkat.

Page 8: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Periksa gag refleks dengan menyentuh bagian dinding belakang faring menggunakan aplikator dan observasi gerakan faring.Periksa aktifitas motorik faring dengan meminta klien menel;an air sedikit, observasi gerakan meelan dan kesulitan menelan. Periksa getaran pita suara saat klien berbicara.h. N XI Assesorius:Periksa fungsi trapezius dengan meminta klien menggerakkan kedua bahu secara bersamaan dan observasi kesimetrisan gerakan. Periksa fungsi otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien menoleh ke kanan dank e kiri, minta klien mendekatkan telinga ke bahu kanan dan kiri bergantian tanpa mengangkat bahu lalu observasi rentang pergerakan sendiPeriksa kekuatanotottrapezius dengan menahan kedua bahu klien dengan kedua telapak tangan danminta klien mendorong telapak tangan pemeriksa sekuat-kuatnya ke atas, perhatikan kekuatan daya dorong. Periksa kekuatan otot sternocleidomastoideus dengan meminta klien untuk menoleh kesatu sisi melawan tahanan telapak tangan pemeriksa, perhatikan kekuatan daya dorongi. N XII HipoglosusPeriksa pergerakan lidah, menggerakkan lidah kekiri dan ke kanan, observasi kesimetrisan gerakan lidahPeriksa kekuatan lidah dengan meminta klien mendorong salah satu pipi dengan ujung lidah, dorong bagian luar pipi dengan ujung lidah, dorong kedua pipi dengan kedua jari, observasi kekuatan lidah, ulangi pemeriksaan sisi yang lain

- Pemeriksaan Motorik.Kaji cara berjalan dan keseimbangan dengan mengobservasi cara berjalan, kemudahan berjalan, dan koordinasi gerakan tangan dan kaki. Minta klien berjalan dengan menyentuhkan ibujari pada tumit kaki yang lain (heel to toe), minta klien jalan jinjit dan minta klien berjalan dengan bertumpu pada tumit.Lakukan romberg testLakukan pemeriksaan jari hidung dengan mata terbuka dan tertutup, evaluasi perbedaan yang terjadi.Tes pronasi dan supinasi dengan meminta klien duduk dan meletakan telapak tangan di paha, minta untuk melakukan pronasi dan supinasi bergantian dengan cepat. Observasi kecepatan, irama, dan kehalusan gerakan.Melakukan pemeriksaan heel to shin test dengan meminta klien tidur pada posisi supine, minta klien menggesekkan tuimit telapak kaki kiri sepanjang tulang tibia tungkai kanan dari bawah lutut sampai ke pergelangan kaki. Ulangi pada kaki kanan. Observasi kemudahan klien menggerakkan tumit pada garis lurus

- Pemeriksaan sensorikPemeriksaan dilakukan dengan memberikan stimulus secara acak pada bagian tubuh klien dan dapat berupa sentuhan ringan seperti kapas, tumpul dan tajam, suhu, getaran, identifikasi objek tanpa melihat objek (stereognosis test), merasakan tulisan di tangan (graphesthesia test), kemampuan membedakan dua titik, kemampuan mengidentifikasi bagian tubuh yang diberi sentuhan dengan menutup mata (topognosis test)

- Reflex Biseps: Klien diminta duduk dengan rilekx dan meletakkan kedua lengan diatas paha, dukung lengan bawah klien dengan tangan non dominan, letakkan ibujari lengan non dominan diatas tendon bisep, pukulkan refleks hammer pada ibu jari, observasi kontraksi otot biseps (fleksi siku)Triseps: Minta klien duduk, dukung siku dengan tangan non dominan, pukulkan refleks hammer pada prosesus olekranon, observasi kontraksi otot triseps (ekstensi siku)Brachioradialis: Minta klien duduk dan meletakkan kedua tangan di atas paha dengan posisi pronasi, pukulkan hammer diatas tendon (2-3 inchi dari pergelangan tangan), observasi fleksi dan supinasi telapak tangan.

Page 9: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

Patelar: Minta klien duduk dengan lulut digantung fleksi, palpasi lokasi patella (interior dari patella), pukulkan reflek hammer, perhatikan ekstensi otot quadricepsTendon archiles: Pegang telapak kaki klien dengan tangan non dominant, pukul tendon archiles dengan mengguanakan bagian lebar refleks hammer, obsvasi plantar leksi telapak kakiPlantar: Minta klien tidur terlentang dengan kedua tungkai sedikit eksternal rotasi, stimulasi telapak kaki klien dengan ujung tajam refleks hammer mulai dari tumit kearah bagain sisi luar telapak kaki, observasi gerakan telapak kaki (normal jika gerakan plantar fleksi dan jari-jari kaki fleksi).

abdomen: minta klien tidur terlentang, sentuhkan ujung aplikator ke kulit di bagian abdomen mulai dari arah lateral ke umbilical, observasi kontraksi otot abdomen, lakuakan prosedur tersebut pada keempat area abdomen.

Sistem Perkemihan

1. Kaji kebiasaan pola BAK, output/jumlah urine 24 jam, warna, kekeruhan dan ada/tidaknya sedimen2. Kaji keluhan gangguan frekuensi BAK, adanya dysuria dan hematuria, serta riwayat infeksi saluran kemih3. Palpasi adanya distesi bladder (kandung kemih) 4. Inspeksi penggunaan condom catheter, folleys catheter, silikon kateter atau urostomy atau supra pubik kateter5. Kaji kembali riwayat pengobatan dan pengkajian diagnostik yang terkait dengan sistem perkemihan

Pemeriksaan Fisik sistem perkemihaan1. Umum : Status kesehatan secara umum : lemah, letarghi2. Tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi, pernapasan, dan suhu tubuh3. Pemeriksaan fisik sistem perkemihanTeknik pemeriksaan fisik Kemungkinan kelainan yangditemukan1. Inspeksia. Kulit dan membran mukosa. Catat warna, turgor, tekstur, dan pengeluaran keringat.b. Mulutc. Wajahd. AbdomenPasien posisi terlentang, catat ukuran, kesimetrisan, adanya massa atau pembengkakan, kembung, Kulit dan membran mukosa yang pucat, indikasi gangguan ginjal yang menyebabkan anemia. Tampak ekskoriasi, memar, tekstur kulit kasar atau kering. Penurunan turgor kulit merupakan indikasi dehidrasi.Edema, indikasi retensi dan penumpukkan cairan.Stomatitis, napas bau amoniaMoon facePembesaran atau tidak simetris, indikasi hernia atau adanya massa. Nyeri permukaan indikasi disfungsirenal. Distensi atau perut yang nyeri menetap, distensi, kulit mengkilap atau tegang.e. Meatus urinaryLaki-laki posisi duduk atau berdiri, tekan ujung gland penis dengan memakai sarung tangan untuk membuka meatus urinary.Pada wanita : posisi dorsal litotomi, buka labia dengan memakai sarung tangan. Perhatikan meatus urinary2. Palpasia. Ginjal1) Ginjal kiri jarang dapat teraba, meskipun demikian usahakan untuk mempalpasi ginjal untuk mengetahui ukuran dan sensasi.Jangan lakukan palpasi bila ragu karena dapat menimbulkan kerusakan jaringan.

Page 10: Pemeriksaan Fisik Dada Dan Paru

2) Posisi pasien supinasi, palpasi dilakukan dari sebelah kanan.3) Letakkan tangan kiri dibawah abdomen diantara tulang iga dan lengkung iliaka. Tangan kanan dibagian atas. mengkilap dan tegang, indikasi retensi cairan atau ascites. Distensi kandung kemih, pembesaran ginjal. Kemerahan, ulserasi, bengkak, atau adanya cairan, indikasi infeksi. Pada laki-laki biasanya terdapat deviasi meatus urinary seperti defek kongenital.Jika terjadi pembesaran ginjal, maka dapat mengarah ke neoplasma atau patologis renal yang serius.Pembesaran kedua ginjal, indikasi polisistik ginjal.Tenderness/lembut pada palpasi ginjal maka indikasi infeksi, gagal ginjal kronik.Ketidaksimetrisan ginjal indikasi hidronefrosis.4) Anjurkan pasien nafas dalam dan tangan kanan menekan sementara tangan kiri mendorong ke atas.5) Lakukan hal yang sama untuk ginjal kananb. Kandung kemihSecara normal, kandung kemih tidak dapat dipalpasi, kecuali terjadi distensi urin maka palpasi dilakukan di daerah simphysis pubis dan umbilicus.3. Perkusia. Ginjal1) Atur posisi klien duduk membelakangi pemeriksa.2) Letakkan telapak tangan tidak dominan diatas sudut kostovertebral (CVA), lakukan perkusi atau tumbukan di atas telapak tangan dengan menggunakan kepalan tangan dominan.3) Ulangi prosedur untuk ginjal kananJika kandung kemih penuh maka akan teraba lembut, bulat, tegas, dan sensitif.Tenderness dan nyeri pada perkusi CVA merupakan indikasi glomerulonefritis atau glomerulonefrosis.b. Kandung kemih1) Secara normal, kandung kemih tidak dapat diperkusi, kecuali volume urin di atas 150 ml. Jika terjadi distensi, maka kandung kemih dapat diperkusi sampai setinggi umbilicus.2) Sebelum melakukan perkusi kandung kemih, lakukan palpasi untuk mengetahui fundus kandung kemih. Setelah itu lakukan perkusi di atas region suprapubic.Jika kandung kemih penuh atau sedikitnya volume urin 500 ml, maka akan terdengar bunyi dullness (redup) di atas simphysis pubis.4. AuskultasiGunakan diafragma stetoskop untuk mengauskultasi bagian atas sudut kostovertebral dan kuadran atasabdomen. Jika terdengar bunyi bruit (bising) pada aorta abdomen dan arteri renalis, maka indikasi adanya gangguan aliran darah ke ginjal (stenosis arteri ginjal)