Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
-
Upload
retnobudiyanti -
Category
Health & Medicine
-
view
1.637 -
download
26
Transcript of Pemeriksaan BBL neonatus px fisik, reflek, apgar, penyuluhan sebelum bayi pulang
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir, Refleks BBL,
APGAR Score, dan Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Asuhan Kebidanan Neonatus, Bayi, Balita
dan Anak Pra Sekolah
Dosen : Sudiyati, SST,MKes
Tingkat II A
Disusun Oleh : KELOMPOK 1
1. Amanda Putri 7. Muharrum Zulfa
2. Anisa Tiasari 8. Nur Azizah Laksono
3. Dwi Putri C 9. Piala Kharisma W
4. Firda Isfiandari 10. Retno Budiyanti
5. Intan Rosyanti 11. Tina Wahyuning
6. Luli Nursyafitri 12. Yulia Nurlistiani
JURUSAN KEBIDANAN
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENTERIAN KESEHATAN JAKARTA I
Jl. RS Fatmawati, Cilandak-Jakarta Selatan, 12430, Telp./Fax 021-756536
TAHUN 2013
Pemeriksaan Fisik Bayi Baru Lahir
Kegiatan ini merupakan pengkajian fisik yang dilakukan oleh bidan atau perawat yang
bertujuan untuk memastikan normalitas & mendeteksi adanya penyimpangan dari normal.
Pengkajian ini dapat ditemukan indikasi tentang seberapa baik bayi melakukan penyesuaian
terhadap kehidupan di luar uterus dan bantuan apa yang diperlukan. Dalam pelaksanaannya
harus diperhatikan agar bayi tidak kedinginan, dan dapat ditunda apabila suhu tubuh bayi
rendah atau bayi tampak tidak sehat.
Waktu pemeriksaan BBL
Setelah lahir saat bayi stabil (sebelum 6 jam)
Pada usia 6 – 48 jam (kunjungan neonatal 1)
Pada usia 3 – 7 hari (kunjungan neonatal 2)
Pada usia 8 – 28 hari (kunjungan neonatal 3)
Persiapan alat dan tempat
Alat :
1. Lampu
2. Air bersih
3. Sarung tangan bersih
4. Kain bersih
5. Stetoskop
6. Jam
7. Thermometer
8. Timbangan
9. Pengukur panjang bayi
10. Pengukur lingkar kepala
Tempat: datar, rata, bersih, kering, hangat dan terang
Langkah-langkah pemeriksaan :
1. Jelaskan prosedur pada orang tua dan minta persetujuan tindakan.
2. Cuci dan keringkan tangan , pakai sarung tangan.
3. Pastikan pencahayaan baik.
4. Periksa apakah bayi dalam keadaan hangat, buka bagian yangg akan diperiksa
(jika bayi telanjang pemeriksaan harus dibawah lampu pemancar) dan segera
selimuti kembali dengan cepat.
5. Periksa bayi secara sistematis dan menyeluruh.
PEMERIKSAAN PADA BAYI BARU LAHIR
A. ANAMNESA
Keluhan tentang bayinya
Penyakit ibu yang mungkin berdampak pada bayi (TBC, demam saat persalinan, KPD
> 18 jam, hepatitis B atau C, siphilis, HIV/AIDS, penggunaan obat)
Cara, waktu, tempat bersalin dan tindakan yang diberikan pada bayi jika ada
Warna air ketuban
Riwayat bayi buang air kecil dan besar
Frekuensi bayi menyusu dan kemampuan menghisap
B. PEMERIKSAAN FISIK
1. Melihat keadaan umum
a. Ukuran secara keseluruhan
Penimbangan berat badan
Berat badan bayi baru lahir yang normal yaitu berkisar antara 2500-4000
gram. Diukur dengan keadaan tidak terbungkus, tetapi dalam melakukan
pemeriksaan berat badan pada bayi baru lahir tetap harus dibungkus dan
hasilnya dikurangkan dari berat bungkus bayi.
Pengukuran panjang badan
Rentangkan bayi dengan lembut, dengan pita pengukur, ukurlah dari ujung
kepala sampai ujung tumitnya, normal panjang bayi baru lahir berkisar antara 48-
53 cm.
Ukur lingkar kepala
Dengan menggunakan pita ukur kita dapat mengukur kepala bayi baru lahir
yaitu normal adalah 31-35,5 cm. Diukur dari bagian depan kepala dan area
occipital yang merupakan diameter terbesar.
Ukur lingkar dada
Ukur lingkar dada dari daerah dada ke punggung kembali ke dada
(pengukuran dilakukan melalui kedua puting susu). Bayi baru lahir normal
biasanya berukuran 30,5-33 cm.
b. Jenis kelamin
Laki-laki atau perempuan
c. Menangis kuat
Bayi lahir menangis kuat menandakan janin tumbuh sehat dan bayi lahir
sehat.
Apabila bayi lahir tidak menangis, bayi memerlukan perhatian dan
perawatan khusus dirumah karena kemungkinan ada gangguan dalam
pertumbuhan dan perkembangannya.
Ibu perlu memperhatikan atau menanyakan kepada penolong persalinan,
bayi lahir langsung menangis atau tidak.
d. Warna kulit dan bibir
Warna kulit dada, wajah, selaput lendir, bibir harus berwarna merah muda
tanpa adanya kemerahan atau bisul.
e. Mengukur TTV
Temperatur
Temperatur tubuh internal bayi yang normal adalah 36,5-37,5 derajat
celcius. Lebih baik pemeriksaan di aksila.
Pernapasan
Denyut pernapasan pada bayi baru lahir adalah 30-60 kali permenit.
Normalnya pernapasan bayi baru lahir itu tenang, cepat dan melambat.
Nadi
Nadi normal pada bayi baru lahir 100-180 kali permenit, jika kondisi bayi
telah stabil, menjadi 120-140 kali permenit.
2. Memeriksa kepala
Raba sepanjang garis sutura dan fontanel ,apakah ukuran dan tampilannya
normal. Sutura yang berjarak lebar mengindikasikan bayi preterm,moulding
yang buruk atau hidrosefalus. Pada kelahiran spontan letak kepala, sering
terlihat tulang kepala tumpang tindih yang disebut
moulding/moulase.Keadaan ini normal kembali setelah beberapa hari
sehingga ubun-ubun mudah diraba. Perhatikan ukuran dan ketegangannya.
Fontanel anterior harus diraba, fontanel yang besar dapat terjadi akibat
prematuritas atau hidrosefalus, sedangkan yang terlalu kecil terjadi pada
mikrosefali. Jika fontanel menonjol, hal ini diakibatkan peningkatan tekanan
intakranial, sedangkan yang cekung dapat tejadi akibat deidrasi.
Periksa adanya tauma kelahiran misalnya; caput suksedaneum, sefal
hematoma, perdarahan subaponeurotik/fraktur tulang tengkorak.
Perhatikan adanya kelainan kongenital seperti ; anensefali, mikrosefali,
kraniotabes dan sebagainya.
Temuan Biasa Variasi umum/ abnormailtas
minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Fontanel anterior—bentuk
berlian, 2,5-4,0 cm
Fontanel posterior—bentuk
segitiga 0,5-1 cm
Fontanel harus datar, lunak
dan padat
Bagian terlebar dari fontanel
diukur dari tulang ke tulang,
bukan dari sutura ke sutura.
Molding setelah persalinan vagina
Sagital ketiga (parietal) fontanel
Penonjolan fontanel karena
nangis atau batuk
Kaput suksedaneum—edema
jaringan kulit kepal yang lunak
yang melewati garis sutura
Sefalhematoma (tidak rumit)—
diantara periosteum dan tulang
tengkorak yang dibatasi dengan
batas khusus dan tidak melewati
garis sutura.
Sutura menyatu
Penonjolan atau depresi
fontanel ketika bayi
tenang
Pelebaran sutura dan
fontanel
Kraniotabes—sensasi
tajam sepanjang sutura
lambdoidal yang mirip
lekukan bola pingpong.
3. Wajah
Wajah harus tampak simetris. Terkadang wajah bayi tampak asimetris hal ini
dikarenakan posisi bayi di intrauteri.Perhatikan kelainan wajah yang khas seperti
sindrom down atau sindrom piere robin. Perhatikan juga kelainan wajah akibat
trauma lahir seperti laserasi, paresi N.fasialis.
4. Mata
Goyangkan kepala bayi secara perlahan-lahan supaya mata bayi terbuka.
a. Periksa jumlah, posisi atau letak mata.
b. Perksa adanya strabismus yaitu koordinasi mata yang belum sempurna.
c. Periksa adanya glaukoma kongenital, mulanya akan tampak sebagai
pembesaran kemudian sebagai kekeruhan pada kornea.
d. Katarak kongenital akan mudah terlihat yaitu pupil berwarna putih. Pupil
harus tampak bulat. Terkadang ditemukan bentuk seperti lubang kunci
(kolobama) yang dapat mengindikasikan adanya defek retina.
e. Periksa adanya trauma seperti palpebra, perdarahan konjungtiva atau retina.
f. Periksa adanya sekret pada mata, konjungtivitis oleh kuman gonokokus
dapat menjadi panoftalmia dan menyebabkan kebutaan.
g. Apabila ditemukan epichantus melebar kemungkinan bayi mengalami
sindrom down
Temuan Biasa Variasi umum/ abnormailtas
minor
Tanda potensial kegawatan/
abnormalitas utama
Kelopak biasanya edema
Mata biasanya tertutup
Warna—agak abu-abu, biru
gelap, coklat
Tidak ada air mata
Adanya refleks merah
Refleks kornea sebagai
respons terhadap sentuhan
Refleks pupil sebagai respons
terhadap cahaya
Refleks berkedip sebagai
respons terhadap cahaya atau
sentuhan
Fiksasi rudimenter pada objek
dan kemampuan untuk
mengikuti ke garis tengah
Hemoragi subkonjungtiva
(skleral)—Kapiler ruptur,
biasanya pada limbus
(penghubung iris dan sklera)
Oriental
Hipertelorisme (3 cm atau
lebih besar)
Hipotelorisme
Katarak kongenital
Pupil konstriksi atau dilatasi
Tidak ada refleks merah
Tidak ada refleks pupil atau
kornea
Ketidakmampuan mengikuti
objek atau cahaya terang ke
garis tengah
Sklera biru
Sklere kuning
5. Telinga
a. Periksa dan pastikan jumlah, bentuk dan posisinya.
b. Pada bayi cukup bulan, tulang rawan sudah matang.
c. Daun telinga harus berbentuk sempurna dengan lengkungan yang jelas
dibagian atas.
d. Perhatikan letak daun telinga. Daun telinga yang letaknya rendah (low set ears)
terdapat pada bayi yangmengalami sindrom tertentu (Pierre-robin).
e. Perhatikan adanya kulit tambahan atau aurikel hal ini dapat berhubungan
dengan abnormalitas ginjal.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Posisi—puncak pinna
berada pada garis
horizontal bersama
bagian luar kantus mata
Refleks moro atau
refleks terkejut
ditimbulkan oleh bunyi
keras, dan tiba-tiba
Pina lentur, adanya
kartilago
Ketidakmampuan untuk
melihat membran timpani
karena verniks kaseosa
yang ada dalam kanal
Pina datar sejajar kepala
Bentuk atau ukuran tidak
teratur
Bercak atau bintik kulit
Sinus preaurikuler
Penempatan telinga
terlalu rendah
Tidak adanya refleks
kejut (moro) sebagai
respons terhadap bunyi
keras
Abnormalitas pinna
minor dapat menjadi
tanda dari berbagai
sindrom
6. Hidung
a. Kaji bentuk dan lebar hidung, pada bayi cukup bulan lebarnya harus lebih dari
2,5 cm.
b. Bayi harus bernapas dengan hidung, jika melalui mulut harus diperhatikan
kemungkinan ada obstruksi jalan napas akarena atresia koana bilateral, fraktur
tulang hidung atau ensefalokel yang menonjol ke nasofaring.
c. Periksa adanya sekret yang mukopurulen yang terkadang berdarah , hal ini
kemungkinan adanya sifilis kongenital.
d. Perksa adanya pernapasa cuping hidung, jika cuping hidung mengembang
menunjukkan adanya gangguan pernapasan.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/ abnormalitas
utama
Patensi nasal
Rabas nasal—mukus
putih encer
Bersin
Datar dan memar Kanal tidak paten
Raba nasal kental dan
berdarah
Pelebaran cuping hidung
(alae nasi)
Sekresi nasal berlebihan
atau tersumbat
Tidak ada septum
Batang hidung datar
7. Mulut
a. Perhatikan mulut bayi, bibir harus berbentuk dan simetris. Ketidaksimetrisan bibir
menunjukkan adanya palsi wajah. Mulut yang kecil menunjukkan mikrognatia.
b. Periksa adanya bibir sumbing, adanya gigi atau ranula (kista lunak yang berasal
dari dasar mulut).
c. Periksa keutuhan langit-langit, terutama pada persambungan antara palatum
keras dan lunak.
d. Perhatika adanya bercak putih pada gusi atau palatum yang biasanya terjadi
akibat Epistein’s pearl atau gigi.
e. Periksa lidah apakah membesar atau sering bergerak. Bayi dengan edema otak
atau tekanan intrakranial meninggi seringkali lidahnya keluar masuk (tanda
foote).
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/ abnormalitas
utama
Utuh, palatum arkus-tinggi
Uvula di garis tengah
Frenulum lidah
Frenulum bibir atas
Refleks menghisap—kuat dan
terkoordinasi
Refleks rooting
Refleks gag
Refleks ekstrusi
Salivasi minimal atau tidak ada
Menangis keras
Gigi natal (benigna
tetapi mungkin
terinspirasi)
Epstein pearls—kista
epitel kecil dan putih
sepanjang garis tengah
palatum keras
Frenulum di bawah lidah
meluas sampai ke ujung
lidah
Bibir sumbing
Palatum terbelah
Lidah besar, menjulur atau
kesalahan posisi posterior
lidah
Salivasi berlebihan atau
meneteskan air liur,
terutama dengan tersedak
dan sianosis
Kandidiasis atau
moniliasis (sariawan)—
bercak putih, melekat pada
lidah, palatum, dan
permukaan dinding mulut
Ketidakmapuan untuk
menelan selang nasogastrik
Tangisan keras, bernada
tinggi, tangisan lemah, tidak
ada tangisan, atau
abnormalitas lain
8. Leher
a. Leher bayibiasanya pendek dan harus diperiksa kesimetrisannya.
Pergerakannya harus baik. Jika terdapat keterbatasan pergerakan kemungkinan
ada kelainan tulang leher.
b. Periksa adanya trauma leher yang dapat menyebabkan kerusakan pad fleksus
brakhialis.
c. Lakukan perabaan untuk mengidentifikasi adanya pembengkakan.periksa
adanya pembesaran kelenjar tyroid dan vena jugularis.
d. Adanya lipatan kulit yang berlebihan di bagian belakang leher menunjukkan
adanya kemungkinan trisomi 21.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Pendek, gemuk,
biasanya dikelilingi oleh
lipatan kulit
Refleks leher tonik
Refleks neck-righting
Refleks otolith-righting
Tortikolis (leher
miring)—kepala
menengok ke salah satu
sisi dengan dagu
mengarah ke sisi yang
berlawanan
Lipatan kulit yang
berlebihan atau
berselaput
Tahanan terhadap fleksi
Tidak adanya leher tonik,
neck-righting, atau
otolith-righting
Klavikula fraktur
9. Klavikula, Lengan dan Tangan
Raba seluruh klavikula untuk memastikan keutuhannya terutama pada bayi
yang lahir dengan presentasi bokong atau distosia bahu. Periksa kemungkinan
adanya fraktur.
a. Meluruskan kedua lengan kebawah apakah lengan sama panjang
b. Memeriksa gerakan lengan apakah bebas bergerak dan ada gerakan
spontan
c. Hitung jumlah jari apakah ada sindaktil atau polidaktil
d. Telapak tangan harus dapat terbuka
e. Periksa adanya paronisia pada kuku yang dapat terinfeksi atau tercabut
sehingga menimbulkan luka dan perdarahan
10. Dada
a. Periksa kesimetrisan gerakan dada saat bernapas. Apabila tidak simetris
kemungkinan bayi mengalami pneumotoraks, paresis diafragma atau hernia
diafragmatika. Pernapasan yang normal dinding dada dan abdomen
bergerak secara bersamaan.Tarikan sternum atau interkostal pada saat
bernapas perlu diperhatikan.
b. Pada bayi cukup bulan, puting susu sudah terbentuk dengan baik dan
tampak simetris.
c. Payudara dapat tampak membesar tetapi ini normal.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Diameter anteroposterior
dan lateral sama
Retraksi sternal sedikit
terlihat selama inspirasi
Terlihat prosesus xifoideus
Pembesaran dada
Dada corong (pektus
ekskavatun) (kecuali jika
parah)
Dada burung (pektus
karinatum)
Puting supernumerari
Sekresi seperti senyawa
susu dari payudara
(”witch’s milk”)
Depresi sternum
Retraksi dada dan ruang
interkostal selama
pernapasan
Ekspansi dada asimetrik
atau ekspansi berlebihan
Kemerahan dan keras
disekitar puting
Puting berjarak jauh
11. Abdomen
a. Abdomen harus tampak bulat dan bergerak secara bersamaan dengan
gerakan dada saat bernapas. Kaji adanya pembengkakan.
b. Jika perut sangat cekung kemungkinan terdapat hernia diafragmatika.
c. Abdomen yang membuncit kemungkinan karena hepato-splenomegali atau
tumor lainnya.
d. Jika perut kembung kemungkinan adanya enterokolitis vesikalis, omfalokel
atau ductus omfaloentriskus persisten.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Bentuk silindris
Hepar—dapat diraba 2-3
cm dibawah marjin kostal
kanan
Limpa—puncak dapat
diraba pada akhir minggu
pertama
Ginjal—dapat diraba 1-2
cm di atas umbilikus
Pusat umbilikus—putih
kebiruan pada saat lahir
dengan dua arteri dan
satu vena
Nadi femoral bilateral
sama
Hernia umbilikus
Diastasis rektil—
kesenjangan garis tengah
antara otot-otot rektum
Distensi abdomen
Penonjolan setempat
Distensi vena
Bising usus tidak ada
Pembesaran hepar dan
limpa
Asites
Gelombang peristaltik
dapat dilihat
Abdomen skafoid atau
cekung
Tali umbilikus hijau
Ada satu arteri dalam tali
pusat
Urine atau feses bocor
dari tali pusat
Distensi kandung kemih
dapat diraba setelah
berkemih
Nadi femoral tidak ada
12. Genetalia laki-laki dan perempuan
a. Pada bayi laki-laki panjang penis 3-4 cm dan lebar 1-1,3 cm.Periksa posisi
lubang uretra. Prepusium tidak boleh ditarik karena akan menyebabkan
fimosis.
b. Periksa adanya hipospadia dan epispadia.
c. Skrotum harus dipalpasi untuk memastikan jumlah testis ada dua.
d. Pada bayi perempuan cukup bulan labia mayora menutupi labia minora.
e. Lubang uretra terpisah dengan lubang vagina.
f. Terkadang tampak adanya sekret yang berdarah dari vagina, hal ini
disebabkan oleh pengaruh hormon ibu.
Pengkajian Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas
minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas
utama
GENITALIA
WANITA
Labia dan klitoris
biasanya edema
Labia minora lebih
besar dari labia mayora
Meatus uretral
dibelakang klitoris
Verniks kaseosa
diantara labia
Berkemih dalam 24 jam
Rabas berbercak
darah atau mukoid
(pseudomenstruasi)
Selaput himen
Genetalia ganda
Pembesaran klitoris
dengan meatus
uretral pada bagian
ujung
Labia menyatu
Tidak ada lubang
vagina
Rabas fekal dari
lubang vagina
Tidak berkemih
dalam 24 jam
Massa pada labia
GENITALIA
PRIA
Lubang uretra pada
puncak glen penis
Testis dapat diraba
didalam setiap skrotum
Skrotum biasanya besar,
pendulus dan tertutup
dengan rugae; biasanya
pigmentasi lebih gelap
pada kulit kelompok etnik
Smegma
Berkemih dalam 24 jam
Lubang uretral
tertutup prepusium
Ketidakmampuan
meretraksi
prepusium
Mutiara epitelial
Ereksi atau
priapisme
Testis dapat diraba
pada kanal
inguinalis
Hipospadia
Epispadia
Chordee
Testis tidak dapat
diraba dalam
skrotum atau
kanalis inguinalis
Tidak ada urinasi
dalam 24 jam
Hernia inguinalis
Skrotum hipoplastik
Skrotum kecil Hidrokel
Massa dalam
skrotum
Genitalia ganda
13. Ekstremitas
a. Periksa kesimetrisan tungkai dan kaki. Periksa panjang kedua kaki dengan
meluruskan keduanya dan bandingkan.
b. Kedua tungkai harus dapat bergerak bebas. Kuraknya gerakan berkaitan
dengan adanya trauma, misalnya fraktur, kerusakan neurologis.
c. Periksa adanya polidaktili atau sidaktili padajari kaki
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/ abnormalitas
utama
Sepuluh jari tangan dan
jari kaki
Rentang gerak penuh
Punggung kuku merah
muda, dengan sianosis
sementara segera setelah
lahir
Fleksi ekstremitas atas
dan bawah
Telapak biasanya datar
Ekstremitas simetris
Tonus otot sama secara
bilateral, terutama
tahanan pada fleksi
berlawanan
Nadi brakialis bilateral
sama
Sindaktili parsial antara
jari kaki kedua dan ketiga
Jari kaki kedua tumpang
tindih dengan jari kaki
ketiga
Kesenjangan lebar antara
ibu jari kaki dan jari kaki
kedua
Lipatan dalam pada
permukaan plantar telapak
kaki antara jari pertama
dan kedua
Panjang jari kaki asimetris
Dorsifleksi dan
Polidaktili—jari tambahan
Sindaktili—jari bersatu
atau berselaput
Fokomelia—tangan atau
kaki melekat ke batang
tubuh
Hemimelia—bagian distal
ekstremitas tidak ada
Hiperfleksibilitas sendi
Lipatan transpalmar
Fraktur
Tidak ada klavikula
Gerakan unilateral
ekstremitas (petunjuk yang
mungkin adanya brakial
palsi)
Abnormalitas bagian distal
ekstremitas
Dislokasi atau subluksasi
pemendekan haluks (jari
besar)
panggul
Keterbatasan abduksi
panggul
Lipatan gluteal atau lipatan
kaki tidak sama
Tinggi lutut tidak sama
(tanda Allis atau Galeazzi)
Bunyi klik pada abduksi
(Tanda Ortolani)
Ekstremitas asimetri
Tonus otot atau rentang
gerak tidak sama
14. Tulang Belakang dan Rektum
Periksa psina dengan cara menelungkupkan bayi, cari adanya tanda-tanda
abnormalitas seperti spina bifida, pembengkakan, lesung atau bercak kecil
berambut yang dapat menunjukkan adanya abdormalitas medula spinalis atau
kolumna vertebra. Periksa adanya kelainan atresia ani , kaji posisinya.
Mekonium secara umum keluar pada 24 jam pertama, jika sampai 48 jam
belumkeluar kemungkinan adanya mekonium plug syndrom, megakolon atau
obstruksi saluran pencernaan.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Spina utuh, tidak ada
lubang, massa atau kurva
menonjol
Refleks melengkung
batang tubuh
Fase cair hijau pada bayi
dibawah fototerapi
Fisura anal atau fistula
Anus imperforata
Tidak ada wink anal
Tidak ada mekonium
dalam 36 jam
Wink anal
Lubang anal paten
Lintasan mekonium dalam
36 jam
Kista pilonidal atau sinus
Rambut di sepanjang
medula spinalis
Spina bifida (berbagai
derajat)
15. Memeriksa Kulit
Perhatikan kondisi kuli bayi:
a. Periksa adanya ruam dan bercak atau tanda lahir.
b. Periksa adanya pembekakan.
c. Perhatinan adanya vernik kaseosa.
d. Perhatikan adanya lanugo, jumlah yang banyak terdapat pada bayi kurang
bulan.
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/
abnormalitas utama
Pada saat lahir, merah
terang, menggembung,
halus
Hari kedua sampai hari
ketiga, merah muda,
mengelupas, kering
Verniks kaseosa
Lanugo
Edema disekitar mata,
wajah, kaki, punggung
tangan, telapak, dan
skrotum atau labia
Perubahan warna normal :
Akrosianosis—sianosis
tangan dan kaki
Kutis marmorata—
Ikterik neonatus setelah 48
jam pertama
Ekimosis atau petekie
karena trauma kelahiran
Milia—kelenjar sebasea
terdistensi tampak sebagai
papula putih kecil pada
pipi, dagu dan hidung.
Miliaria atau Sudamina—
kelenjar keringat
terdistensi (ekrin) yang
tampak sebgai vesikel
menit, khususnya pada
wajah.
Ikterik berlanjut,
khususnya pada 24 jam
pertama
Kulit memucat
Sianosis umum
Pucat
Keabu-abuan
Pletora (darah dalam
jumlah berlebihan)
Mottling—umum dan
menetap
Hemoragi, ekimosis, atau
petekie yang menetap
Sklerema—kulit keras
dan kaku
mottling sementara ketika
bayi terpapar suhu rendah
Eritema toksikum—ruam
papular merah muda
dengan vesikel yang
tumpang tindih pada dada,
punggung, bokong dan
abdomen; dapat tampak
dalam 24 - 48 jam dan
hilang setelah beberapa
hari.
Perubahan warna
Harlequin—perubahan
warna jelas terlihat saat
bayi berbaring miring;
setengah bawah dari
tubuh menjadi merah
muda dan setengah pucat.
Nevus flammeus—merah
kebiruan gelap (port-wine
stain) biasanya pada leher
dan wajah.
Mongolian spots—area
ireguler pigmentasi biru
tua, biasanya pda bagian
sakral dan gluteal; terlihat
terutama pada bayi baru
lahir dari orang asli
Amerika, Afrika, Asia, atau
keturunan Hispanik
.
Telangiektatik nevi
(”gigitan bangau” )—area
Turgor kulit buruk
Ruam, pustula, atau lepuh
Bercak café au lait—
bercak coklat terang
terlokalisir merah muda
dalam, datar biasanya
terdapt di bagian belakang
leher.
16. Memeriksa Saraf
Refleks Moro
Bayi akan melakukan gerakan ekstensi dan abduksi pada ekstremitasnya
saat dikagetkan atau dibaringkan secara tiba-tiba. Pada bulan 3-4 refleks ini akan
hilang.
Refleks Rooting
Bayi menoleh saat ada jari yang ditempelkan ke pipinya. Refleks ini akan
hilang pada usia 3-12 bulan.
Refleks Isap (Sucking)
Bayi menunjukkan refleks menghisap saat ada jari yang ditempelkan ke
bibirnya.
Refleks Menggenggam (palmar grasp reflex)
Grasping Reflex adalah refleks gerakan jari-jari tangan mencengkram benda-
benda yang disentuhkan ke bayi, indikasi syafar berkembang normal – hilang
setelah 3-4 bulan Bayi akan otomatis menggenggam jari ketika Anda menyodorkan
jari telunjuk kepadanya.
Refleks Berjalan dan Melangkah (walking)
Jika ibu atau seseorang menggendong bayi dengan posisi berdiri dantelapak
kakinya menyentuh permukaan yang keras, ibu/orang tersebut akanmelihat refleks
berjalan, yaitu gerakan kaki seperti melangkah ke depan.
Refleks Leher (tonic neck reflex)
Akan terjadi peningkatan kekuatan otot (tonus) pada lengan dan tungkai sisi
ketika bayi Anda menoleh ke salah satu sisi. Disebut juga posisi menengadah,
muncul pada usia satu bulan danakan menghilang pada sekitar usia lima bulan.
17. Ekstremitas
Temuan Biasa Variasi umum/
abnormailtas minor
Tanda potensial
kegawatan/ abnormalitas
utama
Ekstremitas biasanya
mempertahankan derajat
fleksi
Ekstensi ekstremitas diikuti
dengan posisi fleksi
sebelumnya
Kelambatan kepala saat
duduk, tetapi mampu
menahan kepala agar tetap
tegak walaupun sementara
Mampu memutar kepala
dari satu sisi ke sisi lain
ketika tengkurap
Mampu menahan kepala
dalam garis horizontal
dengan punggung bila
tengkurap
Tremor atau gemetar
sebentar
Hipotonia—kontrol kepala
yang buruk, terkulai,
ekstremitas pincang
Hipertonia—gelisah,
lengan dan tangan fleksi
sangat kencang, kaki kuku
terekstensi, mudah
tetrkejut
Postur asimetris (kecuali
refleks leher toni)
Postur opistotonik—
punggung melengkung
Tanda paralisis
Tremor, kedutan, dan
sentakan miklonik
Kepala terkulai nyata pada
semua posisi
Pemeriksaan Refleks pada Bayi Baru Lahir
REFLEKS NORMAL
Refleks yang lazim terjadi pada organ bayi akan dijelaskan melalui uraian berikut:
a. Mata
Refleks Kornea
Dapat dilakukan dengan menyentuhkan kapas pada limbus konea.
Menunjukkan hasil positif bila mata mampu mengedip (Nervus IV dan VI).
Refleks Pupil
Pengujian ini dapat dilakukan dengan memberikan cahaya (lampu senter) ke
mata. Menunjukkan hasil positif bila mata berkedip.
Refleks Iddol
Ditunjukkan dengan kemampuan bayi untuk menolehkan kepalanya ke kanan
diikuti dengan pergerakan badannya. Refleks ini akan hilang pada minggu ke-1
atau ke-2.
b. Telinga
Refleks Startel
Bayi mampu menoleh saat telinganya disentuh dengan jari.
c. Mulut
Refleks Isap (Sucking)
Bayi menunjukkan refleks menghisap saat ada jari yang ditempelkan ke bibirnya.
Refleks Rooting
Bayi menoleh saat ada jari yang ditempelkan ke pipinya. Refleks ini akan hilang
pada usia 3-12 bulan.
Refleks Gawn
Merupakan kebiasaan menguap yang sering dilakukan oleh bayi. Hal ini normal
terjadi pada bayi.
Refleks Ekstruction
Bayi akan mendorong jari yang didorongkan ke mulutnya.
d. Hidung
Refleks Grabella
Bayi akan mengedipkan matanya saat pangkal hidung atau antara kedua
matanya disentuh.
e. Leher
Refleks Tonic Neck
Dapat dilakukan dengan cara memfleksikan kepala ke dada. Hasil positif bila
tidak ada tahanan.
Refleks Gag/ Faring
Diuji dengan menggoreskan spatel ke faring. Hasil positif bila ada reaksi muntah
(Nervus IX dan X)
f. Abdomen
Refleks Abdominal
Menggujinya dengan cara menggoreskan dinding perut dari lateral ke umbilikus.
Hasil positif bila ada reaksi otot.
g. Punggung
Refleks Peres
Dilakukan dengan menggoreskan punggung tengah dari bawah ke atas. Hasil
akan positif jika bayi menggeliat.
h. Lengan
Refleks Moro
Bayi akanmelakukan gerakan ekstensi dan abduksi pada ekstremitasnya saat
dikagetkan atau dibaringkan secara tiba-tiba. Pada bulan 3-4 refleks ini akan
hilang.
Refleks Bisep
Bayi melakukan gerakan fleksi pada siku saat tendon bisep diketuk dengan
hammer.
Refleks Trisep
Bayi melakukan gerakan ekstensi pada siku saat tendon trisep diketuk dengan
hammer.
i. Tangan
Refleks Grasping
Gerakan menggemnggam yang terjadi saat jari kita ditempelkan ditempelkan ke
telapak tangan bayi. Refleks ini akan hilang pada usia 3 bulan.
j. Tungkai dan Kaki
Refleks Achiles
Gerakan plantar fleksi pada kaki saat tendon achiles diketuk dengan hammer.
Refleks Patela
Gerakan ekstensi dari tungkai bawah saat tendon patella diketuk dengan
hammer.
Refleks Menari
Gerakan kaki menyentuh permukaan datar (seperti lantai) saat bayi didirikan
tegak lurus. Refleks ini akan hilang saat bayi berusia 3-4 minggu.
k. Genitalia
Refleks Kremaster
Gerakan skrotum yang terangkat saat paha medial digores dari bawah ke atas.
l. Anus
Refleks Anal
Berkontraksinya sfingter ani saat kulit anal digores.
REFLEKS ABNORMAL
Refleks abnormal merupakan refleks yang seharusnya tidak terjadi pada bayi. Berikut ini
akan dijelaskan mengenai refleks-refleks tersebut.
Refleks Babinsky
Gerakan meregang atau ekstensi telapak kaki ke arah ibu jari saat bagian lateral
telapak kaki digoreskan dengan hammer.
Refleks Brudzinski’s Neck Sign (Brudzinski’s I)
Gerakan fleksi kepala pasif yang diikuti dengan gerakan fleksi sendi lutut dan
panggul. Gerakan ini terjadi saat pemeriksa memfleksikan kepala anak sampai
dagunya menyentuh dada dengan kedua tangan pemeriksa menahan dada anak
agar tidak ikut terangkat.
Refleks Brudzinski’s Contralaterl Sign (Brudzinski’s II)
Tes ini dilakukan dengan memposisikan anak pada posisi tidur terlentang
dengan salah satu tungkai diangkat, fleksi sendi panggul dan ekstensi sendi
lutut. Didapatkan hasil positif bila terjadi fleksi refleks toris di sendi lutut dan
panggul tungkai kontralateral. Bila respon yang terjadi sebaliknya, yaitu ekstensi
sendi lutut dan panggul kontralateral maka disebut Brudzinski’s Resiprocal
Contralatteral Leg Sign.
Refleks Brudzinski’s Check Sign (Brudzinski’s III)
Gerakan fleksi reflekstoris kedua siku keatas sejenak ketika pemeriksa menekan
pipi kiri dan kanan.
Refleks Brudzinski’s Sympisis Sign (Brudzinski’s IV)
Anak diperiksa dengan posisi tidur terlentang. Pemeriksa menekan sympisis
pubis dengan kedua ibu jari. Hasil tes positif bila timbul fleksi reflekstoris pada
kedua sendi lutut dan panggul.
Refleks Snout
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk pertengahan bibir atas. Hasil positif
bila saliva menetes dari mulut bayi.
Refleks Rosolimo
Pemeriksaan dilakukan dengan mengetuk telapak kaki depan. Hasilnya akan
positif bila jari kaki ventrofleksi.
APGAR SCORE
Skor Apgar digunakan untuk menggambarkan kondisi bayi selama beberapa menit
pertama kehidupan. Skor ini dinilai pada menit pertama dan kelima kehidupan. Jika skor masih
di bawah 7 atau bayi memerlukan resusitasi maka penilaian ini diteruskan setiap 5 menit
sampai normal atau sampai 20 menit.
Tabel 1. Skor Apgar
Nilai
Tanda 0 1 2
Denyut
jantung(pulse) Tidak ada Lambat < 100 >100
Usaha
nafas(respisration) Tidak ada
Lambat, tidak
teratur
Menangis dengan
keras
Tonus otot(activity) Lemah Fleksi pada
ekstremitas Gerakan aktif
Kepekaan
reflek(gremace) Tidak ada Merintih Menangis kuat
Warna(apperence) Biru
pucat
Tubuh merah
muda,
ekstremitas biru
Seluruhnya merah
muda
Atas dasar pengalaman klinis, skor Apgar dapat dibagi dalam beberapa rentang untuk
menilai asfiksia neonatorum :
1. Vigarous baby
Skor Apgar 7-10. Dalam hal ini bayi dianggap sehat dan tidak memerlukan tindakan
istimewa.
2. Mild-moderate asphyxia
Skor Apgar 4-6. Pada pemeriksaan fisik akan terlihat frekuensi jantung >100x/menit,
tonus otot kurang baik atau baik, sianosis, refleks iritabilitas tidak ada.
3. Severe asphyxia
Skor Apgar 0-3. Pada pemeriksaan fisik ditemukan frekuensi jantung <100x/menit,
tonus otot buruk, sianosis berat dan kadang-kadang pucat, refleks iritabilitas tidak
ada.
Skor Apgar dapat digunakan untuk menentukan perlu tidaknya dilakukan resusitasi pada
neonatus. Skor Apgar pada menit 15 dan 20 lebih bernilai dalam prognosis neonatus
dibandingkan skor Apgar pada menit 1 dan 5.
Tindakan resusitasi berdasarkan skor Apgar :
Skor Apgar Resusitasi
8,9,10 Tidak ada
5,6,7 Hanya masker O2
2,3,4 Bagging dan masker O2
0 Akselerasi jantung (RJP)
Penilaian Skor Apgar
1. Skor Apgar berguna dalam menilai kondisi bayi saat lahir
2. Skor Apgar saja tidak dapat dijadikan bukti adanya kerusakan neurologis yang
disebabkan oleh hipoksia
3. Bayi yang lahir dengan asfiksia yang cukup berat sehingga dapat menyebabkan
kerusakan neurologis akut harus menunjukan semua tanda di bawah ini:
a. Ditemukan acidemia metabolik atau campuran (pH 7.00) pada contoh arteri
umbilicus.
b. Skor Apgar 0-3 selama lebih dari 5 menit
c. Manifestasi neurologi seperti kejang, koma, atau hipotonik
d. Bukti adanya disfungsi multiorgan
Kita membedakan antara penggunaan terminologi depresi neonatus dengan asfiksia
neonatorum. Depresi neonatus merupakan suatu kondisi dimana neonatus itu memiliki skor
Apgar yang rendah, kurang dari 5 dalam menit pertama atau kurang dari 7 dalam menit ke-5.
Bayi yang menunjukkan tanda-tanda tonus yang lemah, warna yang jelek, respons yang buruk,
dan depresi. Asfiksia perinatal adalah kondisi dimana bayi memiliki manifestasi abnormalitas
gas darah, dan pH lebih rendah dari 7,1 pada arteri dan 7,2 pada vena. Jadi asfiksia hanya
dapat dinyatakan apabila benar-benar telah ditemui abnormalitas pada gas darah, karena
asfiksia berarti interupsi dari respirasi. Mayoritas bayi-bayi dengan skor APGAR yang rendah
tidak memiliki pH darah yang rendah.
Kekurangan skor Apgar
Apgar skor tidak menunjukan prognosis jangka panjang dari bayi. Skor ini hanyalah
suatu perkiraan semikuantitatif dari pemeriksaan fisik dan respon bayi saat dilakukan
pemeriksaan. Untuk mendiagnosa depresi neonatus sebagai suatu asfiksia dan hipoksikiskemia
encephalopati, selain skor Apgar yang rendah, juga diperlukan bukti adanya asidosis metabolik,
kerusakan multisistem organ, dan mungkin kejang.
Penyuluhan Sebelum Bayi Pulang
Pelayanan kebidanan sebelum ibu dan bayi pulang mencakup upaya pencegahan
penyakit (preventif), pemeliharaan dan peningkatan kesehatan (promotif) , penyembuhan (
kuratif) serta pemulihan kesehatan (rehabilitatif). Kegiatan Penyuluhan sebelum bayi
pulang meliputi :
1. Perawatan sehari-hari ibu nifas dan bayi
2. Pemelihaaan kesehatan ibu
3. Pemeliharaan kesehatan bayi, salah satunya dengan cara menjaga kehangatan bayi.
Adapun tujuan menjaga kehangatan bayi, yaitu :
a. Untuk mengurangi kehilangan panas tubuh
b. Membuat bayi merasa aman dan hangat
c. Membuat bayi tidur lebih nyenyak (Mueser, 2007)
Kehilangan panas tubuh bayi dihindarkan melalui upaya-upaya berikut ini :
a. Keringkan bayi secara seksama.
b. Selimuti bayi dengan selimut atau kain bersih, kering dan hangat.
c. Tutupi kepala bayi.
d. Anjurkan ibu untuk memeluk dan memberikan ASI.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir.
f. Tempatkan bayi di lingkungan yang hangat. (Depkes RI, 2004, Asuhan Persalinan
Normal).
4. Perawatan tali pusat
a. membiarkan tali pusat tetap terbuka, bersih dan selalu kering
b. membersihkan tali pusat setiap hari dengan sabun dan air bersih
c. Ketika mengganti popok pastikan memasang popok di bagian bawah tali pusat
d. Gunakan pakaian yang agak longgar untuk sirkulasi udara di sekitar tali pusat,
sampai tali pusat puput.
e. Jangan pernah menarik-narik tali pusat, walaupun seakan-akan tampak sudah
terlepas.
f. Mandikan bayi dengan menggunakan washlap atau sponge bath dan air hangat
sampai tali pusat puput.
g. Bersihkan tali pusat setiap hari secara teratur dengan mengeringkan tali pusat
dengan kasa steril/ bersih
h. Jangan pernah meletakkan ramuan atau bubuk apa pun kebagian pangkal tali pusat
bayi.
i. Ketika tati pusat sudah puput, biarkan area pusar sembuh dalam beberapa hari.
Tidak perlu menggunakan plester untuk menutupinya, tapi biarkan kering secara
alamiah untuk mencegah infeksi. Teruskan menggunakan popok dibawah perut
untuk memberi tempat bagi pusat yang belum sembuh.
5. Memastikan ibu paham cara memandikan bayi
6. ASI Eksklusif
7. Cara menyusui yang baik dan benar
8. Pentingnya bounding attachment
9. Pengobatan sederhana bagi ibu dan bayi
10. Pemenuhan gizi ibu dan bayi
11. Imunisasi
12. Tanda-tanda bahaya ibu nifas dan bayi
Tanda bahaya ibu nifas :
a. Tanda-tanda vital : TD > 140/90 mmHg, suhu > 38 C, nadi > 100 x/menit.
b. Fundus : lembek, diatas ketinggian fundus saat masa pasca salin.
c. Perdarahan berat
d. Lochea (darah nifas) yang berbau busuk
e. Sub-Involusi Uterus (proses kembalinya rahim yang terganggu)
f. Pusing dan lemas yang berlebihan
g. Suhu Tubuh Ibu > 38 0C
h. Nyeri pada perut dan pelvis
i. Kandung kemih : tidak bisa buang air kecil
j. Payudara : pembendungan air susu payudara panas serta keras pada perabaan dan
nyeri, suhu badan tidak naik
k. Mastitis : rasa panas dingin disertai kenaikan suhu badan, merasa lesu, tidak ada nafsu
makan.
Tanda bahaya bayi :
a. Tidak mau menyusu atau memuntahkan semua yang diminum
b. Bayi kejang
c. Bayi lemah, bergerak hanya jika dipegang.
d. Mata bernanah banyak.
e. Bayi diare, mata cekung, tidak sadar, turgor kulit buruk tandanya jika kulit perut
dicubit akan kembali lambat. Ini tandanya bayi kekurangan cairan yang berat, bisa
menyebabkan kematian.
f. Pernafasan sulit/ lebih dari 60 dan < 40 kali/ menit
g. Suhu terlalu panas ( > 38o C) atau terlalu dingin ( < 36o C )
h. Isapan saat menyusu lemah, rewel, sering muntah, dan mengantuk berlebihan,
i. Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan, berbau busuk, dan berdarah,
j. Tidak BAB dalam 2 hari, tidak BAK dalam 24 jam, feses lembek atau cair, sering
berwarna hijau tua, dan terdapat lendir atau darah,
k. Mengigil, rewel, lemas.mengantuk, kejang,tidak bisa tenang, dan menangis terus -
menerus
l. Bayi kulit kering ( terutama 24 jam pertama ) berwarna biru , pucat atau memar.
m. Bagian putih mata menjadi kuning atau warna kulit tampak kuning
n. Kulit bayi terlihat kuning, adapun kuning yang patologis yaitu :
– Timbul kuning pada hari pertama (<24 jam) setelah lahir
– Kuning ditemukan pada umur lebih dari 14 hari
– Kuning sampai telapak tangan / telapak kaki
– Tinja berwarna pucat
13. Upaya pencegahan infeksi
14. Upaya pencegahan kecelakaan
15. Pelayanan KB
Daftar Pustaka
Ns. AnikMaryani, S.Kep ETN, Nurhayati, SKp.2008.Buku Saku Asuhan Bayi Baru Lahir Normal
(Asuhan Neonatal). Jakarta: TIM
Sri Rahayu, Dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta: Salemba Medika
Beth Hasselquist, Mary. 2006. Tata Laksana Ibu dan Bayi Pasca Kelahiran. Jakarta: Prestasi
Pustaka
Eisenberg, Arlene, dkk. 1997. Bayi pada Tahun Pertama: Apa yang Anda Hadapi Bulan per
Bulan. Jakarta: Arcan