PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM...

108
PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA JENIS KELAMIN (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.) SKRIPSI Oleh RIZAL BUSTAMI E1A008212 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN FAKULTAS HUKUM PURWOKERTO 2013

Transcript of PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM...

Page 1: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM TINDAK

PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA JENIS KELAMIN

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

SKRIPSI

Oleh

RIZAL BUSTAMI

E1A008212

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 2: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM TINDAK

PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA JENIS KELAMIN

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Oleh

RIZAL BUSTAMI

E1A008212

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS HUKUM

PURWOKERTO

2013

Page 3: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Handri Wirastuti Sawitri, S.H., M.H

NIP. 19581019 198702 2 001

Page 4: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

SURAT PERNYATAAN

Saya, yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama : RIZAL BUSTAMI

NIM : E1A008212

Menyatakan bahwa Skripsi yang berjudul:

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM TINDAK

PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA JENIS KELAMIN (Tinjauan

Yuridis Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

Yang saya buat ini adalah benar merupakan hasil karya sendiri, tidak menjiplak

hasil karya orang lain, maupun dibuatkan orang lain.

Apabila dikemudian hari ternyata terbukti saya melakukan pelanggaran

sebagaimana tersebut diatas, maka saya bersedia dikenakan sanksi apapun dari

Fakultas, termasuk pencabutan gelar Sarjana Hukum (SH.) yang saya sandang.

Purwokerto, Agustus 2013

RIZAL BUSTAMI

NIM. E1A008212

Page 5: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

ABSTRAK

PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM TINDAK

PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA JENIS KELAMIN

(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

Oleh:

RIZAL BUSTAMI

E1A008212

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kenapa saksi korban yang dikategorikan

sebagai anak dihadirkan dalam persidangan pada putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.) dan untuk mengetahui kekuatan pembuktian alat bukti

keterangan saksi korban dalam tindak pidana pencabulan anak sesama jenis

kelamin pada putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

Keterangan saksi sangat penting guna membuktikan suatu peristiwa pidana yang

telah terjadi, diantara keterangan saksi tersebut terdapat saksi korban yaitu saksi

yang mengalami sendiri baik secara fisik maupun mental atau kerugian ekonomi

yang diakibatkan oleh suatu peristiwa tindak pidana. tidak sedikit saksi korban

merupakan anak yang masih dibawah umur, karena lemah baik secara fisik

maupun mental.

Untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang lebih jelas dan

bermanfaat untuk melindungi segenap warga masyarakat khususnya anak sebagai

penerus bangsa agar terlindungi dari segala macam bentuk tindak pidana baik

kekerasan maupun kejahatan, serta memberikan hukuman yang berat untuk

memberi efek yang jera bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana

tersebut.

.

Kata kunci: hukum acara pidana, pembuktian, keterangan saksi, saksi

korban.

Page 6: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

ABSTRACT

EVIDENCE PROVING THE VICTIM WITNESSES IN CRIMINAL CHILD

ABUSE IN THE SAME-SEX NUMBER DECISION

70/PID.SUS/2011/PN.PWT.)

By :

RIZAL BUSTAMI

E1A008212

This study aims to find out why the witnesses categorized as presented at the

hearing on the decision No. 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.) And to determine the

strength of evidence proving the victim witnesses in criminal child abuse in the

same-sex Number decision 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

Witness testimony is crucial to prove a criminal incident that have occurred,

between the testimony of the witnesses that the witnesses are witnesses who are

themselves both physically and mentally or economic loss caused by a criminal

event. not fewer victims are children who are still under age, because of weak

both physical and mental.

It required legislation is clearer and useful to protect all members of society,

especially children as the nation's future to be protected from all forms of both

violent who and crime, as well as providing severe punishment to give a deterrent

effect for anyone found guilty the offense.

Keywords: criminal law, evidence, witness statements, witnesses.

Page 7: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang

telah memberikan Rahmat dan Hidayahnya, sehingga penulis dapat

menyelesaikan skripsi dengan judul : PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI

KORBAN DALAM TINDAK PIDANA PENCABULAN ANAK SESAMA

JENIS KELAMIN (Tinjauan Yuridis Putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.). Skripsi ini disusun sebagai salah satu persyaratan

untuk memperoleh gelar Sarjana Hukum pada Fakultas Hukum Universitas

Jendral Soedirman.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini terdapat berbagai

kesulitan dan hambatan yang penulis hadapi, namun berkat usaha, bimbingan, dan

doa serta dukungan yang tidak ternilai harganya dari berbagai pihak , maka skripsi

ini dapat terselesaikan dengan baik. Oleh karena itu pada kesempatan kali ini

penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Angkasa S.H., M.Hum., selaku Dekan Fakuktas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman Purwokerto;

2. Sanyoto, S.H., M.H., selaku Kepala Bagian Hukum Acara.

3. Handri Wirastuti Sawitri, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi I,

sekaligus Pembimbing Akademik yang telah memberikan nasehat-nasehat,

ilmu-ilmu, pengalaman yang berharga, serta telah membimbing skripsi

penulis dari awal sampai selesainya skripsi penulis;

Page 8: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

4. Dr. Hibnu Nugroho, S.H., M.H., selaku Dosen Pembimbing Skripsi II,

yang telah membimbing skripsi penulis dari awal sampai selesainya

skripsi penulis;

5. Pranoto, S.H.,M.H., selaku Dosen Penguji Skripsi, yang telah memberikan

saran-saran yang membantu penulis dalam menyempurnakan skripsi

penulis;

6. Seluruh dosen, staf, dan karyawan Civitas Akademika Fakultas Hukum

Universitas Jenderal Soedirman;

7. Kedua orang tua penulis, Bapak Daiman Rohman dan Ibu Siti Rokhayati

yang telah memberikan semua dukungan, semangat, do‟a, nasehat dan

kasih sayangnya kepada penulis selama menuntut ilmu sampai

terselesaikannya penulisan skripsi ini;

8. Kakak-adik dari penulis, Muhammad Faiz Fuadi, S.H., Salisa Kartini dan

Syukron Fillahikami yang telah memberikan do‟a dan motivasi selama

penyusunan skripsi ini, serta seluruh keluarga besar dari penulis;

9. Sahabat-sahabat dekat Nanang Adita Permana, Sigit Priambodo, S.H.,

Liza Aminatuzzuhriyah, S.Kom., Alfi Dimyati, S.H., Setiarjo, S.H., Adi

Kurniawan, Aji Suharto, Andika Heru Barata, Anung Pradita, Wisnu

Widjanarko, Fajar Budi Zakaria, Bakhtiar Deffa, Faisal Rahmawanto,

Khaerul Umam, Garli Mauhibi, Berizki Farhan, Sigit Dwi Kurniawan

Asep Jaya Permana, Deni Yusuf Permana, Theo Kharismajaya, Didi Dwi

Yantoro dan semua teman-teman yang tidak dapat penulis sebut satu

persatu;

Page 9: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

10. Teman-teman KKN POSDAYA Dusun Purbadana Desa Kalijaran

Kecamatan Karanganyar Kabupaten Purbalingga (Indria Sari, Dina

Frasasti, Firman, Adit, Yunika, Agvinia Aviani, Yunika, Yunita, Kukuh)

yang telah menjadi keluarga baru bagi penulis.

11. Semua teman-teman di Fakultas Hukum khususnya angkatan 2008 dan

semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Semoga apa yang telah diberikan pada penulis akan mendapatkan balasan

dari Allah SWT sebagai amal ibadah.

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dan kelemahan dalam karya

penulisan (skripsi) ini, namun dangan segala kerendahan hati penulis mohon maaf

sekaligus sumbang saran maupun kritik konstruktif yang sifatnya membangun

sangat penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap semoga tulisan ini bermanfaat

bagi kita semua.

Purwokerto, 26 Agustus 2013

Penulis,

RIZAL BUSTAMI

NIM. E1A008212

Page 10: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................i

HALAMAN PENGESAHAN..............................................................ii

PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI............................................iii

ABSTRAK.............................................................................................iv

ABSTRACT...........................................................................................v

KATA PENGANTAR..........................................................................iv

DAFTAR ISI..........................................................................................ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah ........................................................1

B. Perumusan Masalah ...............................................................7

C. Tujuan Penelitian ...................................................................7

D. Keguanaan Penelitian ............................................................7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Fungsi, Tujuan dan Azas Hukum Acara Pidana

1. Pengertian Hukum Acara pidana .....................................9

2. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana ......................11

3. Azas Hukum Acara Pidana ............................................13

B. Pembuktian

1. Pengertian Pembuktian ..................................................28

2. Sistem Pembuktian ........................................................30

3. Bentuk-Bentuk Alat Bukti ............................................36

4. Saksi Korban...................................................................44

C. Tindak Pidana Pencabulan Anak Sesama Jenis Kelamin

1. Pengertian Anak ............................................................45

2. Pengertian Tindak Pidana Pencabulan Anak Sesama

Jenis Kelamin.................................................................. 47

Page 11: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB III METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan ...............................................................54

B. Spesifikasi Penelitian .............................................................54

C. Sumber Data ...........................................................................55

D. Metode Pengumpulan Data ....................................................55

E. Metode Pengolahan Data .......................................................55

F. Metode Penyajian Data ..........................................................56

G. Metode Analisis Data .............................................................56

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian ...................................................................... 57

B. Pembahasan ............................................................................ 72

BAB V PENUTUP

A. Simpulan.................................................................................. 93

B. Saran........................................................................................ 94

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

Page 12: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB I

PENDAHULUAN

B. Latar Belakang Masalah

Kejahatan mengenai kesusilaan, khususnya kekerasan seksual terhadap

anak dibawah umur banyak terjadi dikalangan masyarakat. Banyak sekali kasus-

kasus kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak

dibawah umur dengan tujuan untuk kepentingannya sendiri yaitu untuk

melampiaskan nafsunya, tidak berfikir bahwa perbuatan yang dilakukan oleh

orang dewasa tersebut dapat merusak masa depan anak dan mempunyai dampak

yang buruk untuk perkembangan seorang anak baik dari segi fisik maupun mental.

Banyak juga anak yang menjadi korban kekerasan seksual tersebut yang sampai

meninggal dunia, bahkan sampai dimutilasi. Perbuatan tersebut adalah perbuatan

amoral yang tidak dapat diterima dan tidak sesuai dengan nilai dan norma yang

hidup dalam masyarakat.

Menurut Hentig1

“Anak-anak mempunyai risiko menjadi korban berbagai macam tindak

pidana, disebabkan karena lemah secara fisik dan mental kepribadiannya

belum matang serta belum mempunyai ketahanan yang cukup apabila

harus menghadapi serangan trauma dari orang dewasa”.

Korban dari perbuatan tersebut banyak mengalami kerugian diantaranya

luka fisik, kerugian materi, dan kerugian psikologis. Kejahatan merupakan salah

satu kenyataan dalam kehidupan yang mana memerlukan penanganan secara

khusus.

1Iswanto, Angkasa, 2011.Viktimologi , Peneribit Fakultas Hukum Universtas jenderal

Soedirman. Purwokerto .hal.30

Page 13: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Hal tersebut dikarenakan kejahatan akan menimbulkan keresahan dalam

kehidupan masyarakat pada umumnya, oleh karena itu, selalu diusahakan berbagai

upaya untuk menanggulangi kejahatan tersebut, meskipun dalam kenyataannya

sangat sulit untuk memberantas kejahatan secara tuntas karena pada dasarnya

kejahatan akan senantiasa berkembang pula seiring dengan perkembangan

masyarakat.2

Untuk itu diperlukan peraturan perundang-undangan yang jelas dan

bermanfaat untuk melindungi segenap warga masyarakat khususnya anak sebagai

penerus bangsa agar terlindungi dari segala macam bentuk tindak pidana baik

kekerasan maupun kejahatan, serta memberikan hukuman yang berat untuk

memberi efek yang jera bagi siapa saja yang terbukti melakukan tindak pidana

tersebut.

Upaya-upaya untuk memberikan perlindungan hukum kepada saksi/korban

yaitu dengan membentuk Undang-Undang Perlindungan Saksi dan Korban

sebagai perlindungan normatif yang memberikan keadilan bagi saksi dan korban,

perlindungan psikologis mengenai status hukum bagi saksi, perlindungan atas

keamanan pribadi korban atau saksi dan keluarganya dari ancaman fisik dan

mental, perahasiaan identitas korban atau saksi, pemberian keterangan pada saat

pemeriksaan di sidang pengadilan tanpa bertatap muka dengan tersangka,

pemberian penghargaan atau award kepada para saksi khususnya dalam kasus

tindak pidana korupsi, peningkatan harkat dan martabat korban dengan pemberian

jaminan adanya pemulihan secara fisik maupun mental khususnya tindak

2 Wirjono Projodikoro, 2002,Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, PT. Refika

Aditama, Jakarta: hlm. 15.

Page 14: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

kekerasan yang berkaitan dengan perempuan dan seksualitas, serta suatu

mekanisme, entah bernama hukum kebiasaan, adat, solidaritas, semi autonomous

social field, apapun namanya, yang dapat saling memproteksi orang-orang yang

perlu diproteksi tanpa harus terlalu bergantung pada lembaga negara.3

Menurut pedoman KUHAP seperti yang dikutip oleh Andi Hamzah4,

bahwa:

“Tujuan hukum acara pidana adalah untuk mencari dan mendapatkan atau

setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah kebenaran yang

selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan menerapkan

ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan tujuan

mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu

pelanggaran hukum, dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan

pengadilan guna menemukan apakah terbukti bahwa suatu tindak pidana

telah dilakukan dan apakah orang yang didakwa itu dapat dipersalahkan.”

Hukum pembuktian sebagai ketentuan-ketentuan mengenai pembuktian

yang meliputi alat bukti, barang bukti, cara mengumpulkan dan memperoleh bukti

sampai pada penyampaian bukti di pengadilan serta kekuatan pembuktian dan

beban pembuktian.5

Sesuai dengan Pasal 183 KUHAP, hakim didalam memutus suatu perkara

harus didasarkan pada minimal dua alat bukti beserta keyakinan hakim, apabila

hanya satu alat bukti maka hakim tidak bisa menjatuhkan pidana terhadap

terdakwa. Hakim bisa menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila telah

menggunakan minimal dua alat bukti yang sah, dan hakim memperoleh keyakinan

bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang didakwakan.

3Ario Putra, Kelemahan KUHAP Dari Segi Perlindungan Hukum Terhadap

Saksi/Korban.http://bahankuliahnyaryo.blogspot.com/2009/12/kelemahan-kuhap-dari-segi-

perlindungan.html diakses 10 januari 2013, jam 13.00 WIB. 4Andi Hamzah, 2012.Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Sinar Grafika,

Jakarta, hlm 7-8. 5Eddy O.S. Hiariej 2012. Teori & Hukum Pembuktian. Erlangga,Jakartra hal.5

Page 15: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Alat bukti yang sah adalah sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 184

ayat (1) KUHAP yaitu:

a. Keterangan saksi,

b. Keterangan ahli,

c. Surat,

d. Petunjuk,

e. Keterangan terdakwa.

Ditinjau dari perspektif sistem peradilan, perihal pembuktian merupakan

hal yang sangat determinan bagi setiap pihak yang terlibat secara langsung dalam

proses pemeriksaan perkara pidana, khususnya dalam hal menilai terbukti atau

tidak terbuktinya kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Dalam hal

pembuktian ini keterangan korban merupakan hal yang sangat penting, dimana

korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai akibat

tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri sendiri atau orang

lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita.6

Menurut Arief Gosita7

Korban adalah mereka yang menderita jasmaniah dan rohaniah sebagai

akibat tindakan orang lain yang mencari pemenuhan kepentingan diri

sendiri atau orang lain yang bertentangan dengan kepentingan hak asasi

pihak yang dirugikan.

Demikian juga menurut Muladi8

Korban (victims) adalah orang-orang yang baik secara individual maupun

kolektif telah menderita kerugian, termasuk kerugian fisik dan mental,

emosional, ekonomi, atau gangguan substansial terhadap hak-haknya yang

fundamental, melalui perbuatan atau komisi yang melanggar hukum

pidana di masing-masing negara, termasuk penyalahgunaan kekuasaan.

6Muslihin Alhafizh, Alat Bukti yang Sah Menurut KUHP,

http://www.referensimakalah.com/2012/05/alat-bukti-yang-sah-menurut-kuhp_2231.html diakses

5 Nopember 2012, jam 20.00 WIB. 7Arief Gosita, 1993, Masalah Korban Kejahatan, Akademika Pressindo, Jakarta, hal.40

8Muladi, 2005, HAM dalam perspektif Sistem Peradilan Pidana, Refika Aditama,

Bandung, hal.108

Page 16: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Menurut Pasal 1 nomor 2, Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 tentang

perlindungan anak disebutkan bahwa:

“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup, tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi”.

Anak sebagai seseorang yang belum dewasa dan belum dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum harus dilindungi hak-haknya agar dapat

tumbuh kembang secara normal dan tidak diperlakukan secara diskriminasi.

Secara materiil, anak tidak dapat dijadikan sebagai saksi di pengadilan, namun

dalam praktek pemeriksaan perkara pidana yang ada, anak dapat dijadikan sebagai

saksi maupun saksi korban.9

Berdasarkan uraian diatas, penulis tertarik melakukan penelitian terhadap

Putusan Pengadilan Purwokerto Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, mengenai

pembuktian keterangan saksi korban di persidangan dalam tindak pidana

pencabulan anak sesama jenis kelamin, dan karena korban masih berumur 13 (tiga

belas) tahun yang digolongkan sebagai anak yang tidak dapat

dipertanggungjawabkan secara sempurna dalam hukum pidana. Maka apabila

dalam memberikan keterangan di persidangan, keterangan saksi korban tidak

dapat dikatakan sebagai alat bukti yang sah karena korban tidak disumpah terlebih

dahulu. Begitu juga dalam pemeriksaan di persidangan tersebut, saksi korban anak

diperlakukan sama seperti orang dewasa pada waktu dimintai kesaksiannya atau

9Sari Kusuma, Keabsahan Saksi Anak.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d4ab984cb02d/keabsahan-saksi-anak. diakses 10

januari 2013, jam 13.00 WIB.

Page 17: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

memberikan keterangannya, yang seharusnya penempatannya dipisahkan dari

orang dewasa. Selain itu setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan

seksual atau yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

Terdakwa dalam putusan tersebut dijatuhi pidana penjara 1 (satu) tahun 5

(lima) bulan karena secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama kelamin yang diketahuinya

belum dewasa” sebagaimana diatur dalam Pasal 292 KUHP yaitu :

“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain

sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya

belum dewasa, diancam dengan penjara paling lama lima tahun”

Unsur objek kejahatan menurut Pasal 292 KUHP dapat ditujukan pada

seorang laki-laki atau seorang perempuan. Kejahatan dalam Pasal 292 KUHP,

mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:

1. Unsur Barangsiapa,

2. Unsur Orang Dewasa,

3. Unsur yang melakukan perbuatan Cabul,

4. Unsur dengan orang yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama,

sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa

itu.

Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik melakukan penelitian

dengan judul “Pembuktian Keterangan Saksi Korban Dalam Tindak Pidana

Pencabulan Anak Sesama Jenis Kelamin”(Tinjauan Yuridis Putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.)

Page 18: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

C. Perumusan Masalah

Berdasarkan hal-hal yang telah diuraikan dalam latar belakang masalah,

maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Mengapa saksi korban anak dihadirkan dalam persidangan pada Putusan

Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt?

2. Bagaimanakah kekuatan pembuktian keterangan saksi korban di

persidangan dalam tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin

pada Putusan Nomor 70/Pid.sus/2011/PN.Pwt?

D. Tujuan Penelitian

Tujuan yang hendak dicapai dari penelitian ini adalah :

1. Mengetahui saksi korban anak dihadirkan dalam persidangan pada Putusan

Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

2. Mengetahui kekuatan pembuktian keterangan saksi korban di persidangan

dalam tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin pada Putusan

Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

E. Kegunaan Penelitian

1. Kegunaan Teoritis

a. Hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan memperluas wawasan

peneliti dan pembaca pada umumnya.

b. Memberikan sumbangan pemikiran bagi pengembangan ilmu

pengetahuan pada umumnya dan ilmu hukum pada khususnya

terutama ilmu hukum acara pidana, terkait pokok bahasan yang

Page 19: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

dibahas yaitu pembuktian keterangan saksi korban di persidangan

dalam tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin.

2. Kegunaan Praktis

Penelitian ini diharapkan memberikan gambaran bagaimana

upaya pembuktian dalam persidangan yang dapat mempengaruhi

keyakinan hakim dalam menjatuhkan putusan pidana pada terdakwa dan

bermanfaat sebagai bahan informasi serta untuk menambah

pembendaharaan literatur atau bahan informasi ilmiah.

Page 20: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

D. Pengertian Hukum Acara Pidana

4. Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana merupakan aturan mengenai cara bagaimana hukum

pidana dilaksanakan. Dalam bahasa Belanda Hukum Acara Pidana disebut juga

hukum pidana formal (formeel strafrecht) sedangkan Hukum Pidana disebut

juga hukum pidana material (materiel strafrecht).

Tidak ada pengertian secara resmi, akan tetapi banyak ahli yang

memberikan penjelasan mengenai hukum acara pidana, diantaranya:

Menurut Simon10

dalam bukunya Mohammad Taufik makaro dan

Suharsil, mengartikan bahwa:

Hukum Acara Pidana disebut juga hukum pidana formal untuk

membedakannya dengan hukum pidana material. Hukum pidana material

atau hukum pidana itu berisi petunjuk dan uraian tentang delik, peraturan

tentang syarat-syarat dapatnya dipidana, dan aturan tentang pemidanaan:

mengatur kepada siapa dan bagaimana pidana itu dapat dijatuhkan.

Sedangkan hukum pidana formal mengatur bagaimana negara melalui

alat-alatnya melaksanakan haknya untuk memidana dan menjatuhkan

pidana, jadi berisi acara pidana.

Sedangkan Van Bammelen11

sebagaimana dikutip dalam bukunya Andi

Hamzah yaitu:

10

Mohammad Taufik makaro dan Suharsil . 2004.Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan

praktek, Ghalia Indonesia,Jakarta . hlm.1 11

Andi Hamzah..Op.Cit.hlm.6

Page 21: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Ilmu Hukum Acara Pidana mempelajari peraturan-peratutan yang

diciptakan oleh negara, karena adanya dugaan terjadi pelanggaran

undang-undang pidana yaitu sebagai berikut:

1) Negara melalui alat-alat menyidik kebenaran.

2) Sedapat mungkin menyidik pelaku perbuatan itu.

3) Mengambil tindakan-tindakan yang perlu guna menangkap si

pembuat dan kalau perlu menahannya.

4) Mengumpulkan bahan-bahan bukti (bewijsmeteriaal) yang telah

diperoleh pada penyidikan kebenaran guna dilimpahkan kepada

hakim dan membawa terdakwa ke depan hakim tersebut.

5) Hakim memberi keputusan tentang terbukti tidaknya perbuatan

yang dijatuhkan kepada terdakwa dan untuk itu dijatuhkan pidana

atau tindakan tata tertib.

6) Upaya hukum untuk melawan keputusan tersebut.

7) Akhirnya, melaksanakan keputusan tentang pidana dan tindakan

tata tertib itu.

Dalam ruang lingkup hukum pidana yang luas, baik hukum pidana

substansif (materiil) maupun hukum acara pidana (hukum pidana

formal) disebut hukum pidana. Hukum acara pidana berfungsi

untuk menjalankan hukum acara pidana substansif (materiil),

sehingga disebut hukum pidana formal atau hukum acara pidana.”

Menurut R. Soesilo12

dalam bukunya memberikan definisi bahwa:

“Hukum Acara Pidana adalah hukum yang mengatur tentang cara

bagaimana mempertahankan atau menyelenggarakan hukum pidana

materil, sehingga memperoleh keputusan hakim dan cara bagaimana isi

putusan itu harus dilakukan.”

Menurut Bambang Poernomo,13

mengklasifikasikan hukum acara

pidana menjadi tiga arti:

a. Dalam arti sempit, yang meliputi peraturan hukum tentang

penyelidikan, penyidikan, penuntutan, pemeriksaan sidang sampai

dengan putusan pengadilan, dan peraturan tentang susunan

pengadilan.

b. Dalam arti luas, yaitu selain mencakup dalam pengertian sempit,

juga meliputi peraturan-peraturan kehakiman lainnya sekedar

peraturan itu ada urusannya dengan perkara pidana.

c. Pengertian sangat luas, yaitu apabila materi peraturan sudah sampai

pada tahap eksekusi putusan hakim (pidana) kemudian

12

R Soesilo. 1980,Teknik dan Penyidikan Perkara Kriminil. Politeia, Bogor, , hlm 3.

13 Waluyadi.1999,Pengetahuan Hukum Dasar Hukum Acara Pidana (Sebuah Catatan

Khusus), Bandung: Mandar Maju, ,hlm 11 .

Page 22: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

dikembangkan meliputi peraturan pelaksanaan hukuman (pidana)

yang mengatur tentang alternatif jenis pidana, dan cara

menyelenggarakan pidana sejak awal sampai selesai menjalani

pidana sebagai pedoman pelaksanaan pemberian pidana.

KUHAP tidak memberikan definisi tentang hukum acara pidana, tetapi

bagian-bagiannya seperti penyidikan, penuntutan, mengadili, praperadilan,

putusan pengadilan, upaya hukum, penyitaan, penggeledahan, penangkapan,

penahanan, dan lain-lain. Diberi definisi dalam Pasal 1.14

5. Fungsi dan Tujuan Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana atau hukum pidana formal mempunyai fungsi yang

penting guna mendasari setiap proses dalam mencari kebenaran materiil. Setiap

fungsi harus diperhatikan dan dilaksanakan secara utuh agar berjalan sesuai

tujuan hendak yang dicapai.

Van Bemmelen15

mengemukakan tentang fungsi hukum acara pidana

bahwa,

Fungsi hukum acara pidana ada tiga fungsi yaitu:

1. Mencari dan menemukan kebenaran

2. Pemberian putusan oleh hakim

3. Pelaksanaan putusan

Ketiga fungsi hukum acara pidana tersebut yang paling penting karena

menjadi tumpuan kedua fungsi berikutnya, ialah “mencari kebenaran”. Setelah

14

Ibid. hlm.4

15Ibid, hlm.8

Page 23: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

menemukan kebenaran yang diperoleh melalaui alat bukti dan barang bukti

itulah hakim akan sampai pada putusanyang adil dan tepat.16

Pada dasarnya setiap proses yang dilaksanakan yaitu untuk mencari

kebenaran, karena para pihak menginginkan kebenaran itu terungkap.

Terungkapnya kebenaran menjadikan suatu peristiwa yang telah terjadi menjadi

terang dan dapat diselesaikan.

Tujuan hukum acara pidana menurut pedoman pelaksanaan KUHAP

yang dikeluarkan oleh Menteri Kehakiman adalah sebagai berikut:

“Tujuan dari hukum acara pidana adalah untuk mencari dan

mendapatkan atau setidak-tidaknya mendekati kebenaran materiil, ialah

kebenaran yang selengkap-lengkapnya dari suatu perkara pidana dengan

menerapkan ketentuan hukum acara pidana secara jujur dan tepat dengan

tujuan mencari siapakah pelaku yang dapat didakwakan melakukan suatu

pelanggaran hukum dan selanjutnya meminta pemeriksaan dan putusan

dari pengadilan guna menentukan apakah terbukti bahwa suatu tindak

pidana telah dilakukan dan apakah orang yang didakwakan itu dapat

dipersalahkan.”17

Kebenaran meteriil penting sebagai dasar dijalankannya hukum acara

pidana. Tujuan ini tidak lepas dari kehati-hatian agar tidak ada kesewenang

wenangan dari aparat dan tetep menjujunjung tinggi hak asasi manusia.

Apabila tujuan tersebut tercapai, maka akan menciptakan keadilan dalam

masyarakat.

16

Ibid .hlm 77 17

Andi Hamzah, ,Op.Cit hlm 7.

Page 24: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

6. Asas Hukum Acara Pidana

Hukum acara pidana mempunyai asas-asas yang terkandung didalamnya

sebagai dasar dibuatnya hukum acara pidana. Asas tersebut sebagai dasar dalam

setiap pelaksanaan peraturan hukum acara pidana, didalamnya harus tercermin

perlindungan terhadap hak asasi manusia karena Indonesia adalah negara hukum

yang menjunjung tinggi hak asasi manusia dan menjamin semua warganegara

bersama kedudukannya didepan hukum.

Asas tersebut tercermin dalam Pasal 1 ayat (1) KUHP yaitu :

”Tiada suatu perbuatan dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan-

ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada sebelumnya.”

Asas yang menjelaskan bahwa tidak ada perbuatan yang dilarang dan

diancam dengan pidana kecuali telah diatur sebelumnya dalam perundang-

undangan disebut juga asas legalilitas.

Menurut Andi Hamzah18

dalam bukunya menerangkan:

”Yang pertama-tama dikemukakan disini adalah asas legalitas dalam

hukum acara pidana sebagai padanan asas legalitas dalam hukum pidana

materiil. Jadi, bukan asas legalitas sebagai lawan asas oportunitas yang

akan diuraikan tersendiri dibelakang.”

Asas - asas yang ada dalam hukum acara pidana merupakan asas yang

mengatur perlindungan terhadap keluhuran harkat serta martabat manusia yang

harus senantiasa dijaga dan dipertahankan agar terhindar dari perlakuan yang

tidak semestinya.

Asas-asas yang penting yang tercantum dalam hukum acara pidana

adalah sebagai berikut:

18

Ibid .hlm 10

Page 25: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

a. Peradilan Cepat, Sederhana dan Biaya Ringan

Asas ini bukan merupakan hal baru dengan lahirnya KUHAP,

karena dalam HIR asas ini sudah tersirat dengan kata-kata yang lebih

konkrit daripada yang dipakai di dalam KUHAP. Setiap orang

menginginkan peradilan yang cepat sederhana dan biaya ringan tanpa

adanya proses yang terlalu terbelit-belit.

Asas ini mempunyai tujuan menghindari penahanan yang lama

sebelum ada putusan hakim dan merupakan bagian dari hak-hak asasi

manusia yang tidak boleh dilanggar. Berdasarkan KUHAP, dalam

penjelasan umum butir 3 e dikatakan:

Penjelasan umum butir 3 e dikatakan:

“Peradilan yang harus dilakukan dengan cepat, sederhana dan biaya

ringan serta bebas, jujur dan tidak memihak harus diterapkan secara

konsekuen dalam seluruh tingkat peradilan.” dikutip dari Undang-

Undang Nomor 14 Tahun 1970 Undang-Undang Nomor 14 Tahun

1970 jo Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Pokok-

Pokok Kekuasaan Kehakiman.”

Proses perkara yang dilaksanakan dengan cepat, diartikan

mempercepat tahap-tahap yang bersifat prosedural, agar tercapai efisensi

kerja dengan waktu yang singkat.

Proses perkara pidana yang sederhana, diartikan penyelenggaraan

administrasi peradilan secara terpadu dan dapat dimengerti oleh pihak-

pihak yang berperkara.

Page 26: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Proses perkara pidana dengan biaya ringan, diartikan

menghindarkan sistem administrasi perkara dan mekanisme bekerjanya

para petugas yang mengakibatkan beban biaya bagi yang berkepentingan

atau masyarakat (social cost) yang tidak sebanding, karena biaya yang

dikeluarkan lebih besar tetapi sebaliknya hasil yang diharapkan lebih

kecil.19

Penjelasan tersebut dijabarkan dalam pasal-pasal yang ada dalam

KUHAP, seperti mengenai masa tahanan misalnya Pasal 24 ayat (4), Pasal

25 ayat (4), Pasal 26 ayat (4), Pasal 27 ayat (4), Pasal 28 ayat (4). Pada

umumnya dalam pasal-pasal tersebut memuat ketentuan bahwa jika telah

lewat waktu penahanan seperti tercantum dalam ayat sebelumnya, maka

penyidik, penuntut umum dan hakim harus sudah mengeluarkan tersangka

atau terdakwa dari tahanan demi hukum. Hal ini memberi rambu-rambu

terhadap penyidik, penuntut umum dan hakim untuk mempercepat

penyelesaian perkara tersebut.

Pada Pasal 50 KUHAP yang mengatur tentang hak tersangka dan

terdakwa juga terdapat kalimat “segera” sebagai tanda untuk mempercepat

proses penyidikan. kalimat tersebut ada pada ayat (1), (2) dan (3) yang

berbunyi :

(1) Tersangka berhak segera mendapat pemeriksaan oleh penyidik

dan selanjutnya dapat diajukan kepada penunutut umum.

(2) Tersangka berhak perkaranya segera dimajukan ke pengadilan

oleh penuntut umum.

19

Bambang Poernomo. Asas-Asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia: Jakarta, 1992.hlm

65-66.

Page 27: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

(3) Terdakwa berhak segera diadili oleh pengadilan.

Pasal 102 ayat (1) KUHAP yang berbunyi :

“Penyelidik yang mengetahui, menerima laporan atau pengaduan

tentang terjadinya suatu peristiwa yang patut diduga merupakan

tindak pidana wajib segera melakukan tindakan penyelidikan

yang diperlukan.”

Pasal tersebut juga terdapat kalimat “segera” yang merupakan

perintah untuk segera melakukan tindakan penyelidikan yang diperlukan.

Pasal 140 ayat (1) yang berbunyi :

“Dalam hal penunutut umum berpendapat bahwa dari hasil

penyidikan yang lengkap dari penyidik dapat dilakukan

penuntutan, ia dalam waktu secepatnya membuat surat dakwaan.”

Pasal tersebut memerintahkan kepada penunutut umum untuk

secepatnya membuat surat dakwaan apabila hasil penyidikannya telah

lengkap.

Dari pasal-pasal tersebut dapat diketahui bahwa dalam KUHAP

terdapat asas peradilan cepat, sederhana dan biaya ringan yang

menghendaki adanya suatu peradilan yang efisien dan efektif untuk

memepermudah masyarakat mendapatkan kepastian hukum.

b. Asas Praduga Tak Bersalah (Presumption of Innocence)

Asas ini dapat dilihat dari Penjelasan Umum mengenai asas butir

3c KUHAP yang merumuskan sebagai berikut:

“Setiap orang disangka, ditangkap, ditahan, dituntut, dan/atau

dihadapkan di muka sidang pengadilan wajib dianggap tidak

bersalah sampai adanya putusan pengadilan yang menyatakan

kesalahannya dan memperoleh kekuatan hukum tetap.”

Page 28: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Setiap orang berhak dinyatakan tidak bersalah sampai ada putusan

hakim yang berkekuatan hukum tetap, agar hak-haknya tidak dilanggar.

Menurut M. Yahya Harahap20

menyatakan bahwa

“Asas praduga tak bersalah ditinjau dari segi teknis yuridis ataupun

dari segi teknis penyidikan dinamakan “prinsip akusatur”. Prinsip

akusatur menemspatkan kedudukan tersangka/terdakwa dalam

setiap tingkat pemeriksaan adalah sebagai subjek, bukan objek

pemeriksaan, karena itu tersangka/terdakwa harus didudukan atau

diperlakukan dalam kedudukan manusia yang mempunyai harkat

martabat harga diri. Sedangkan yang menjadi objek pemeriksaan

dalam prinsip akusatur adalah kesalahan (tindakan pidana), yang

dilakukan oleh tersangka/terdakwa. Karena itulah pemeriksaan

ditujukan”.

Dengan asas yang dimiliki KUHAP, dengan sendirinya memberi

pedoman kepada aparat penegak hukum untuk mempergunakan prinsip

akusator dalam setiap pemeriksaan. Aparat penegak hukum harus

menjauhkan diri dari cara-cara pemeriksaan yang inkusitoir, yang

menempatkan tersangka /terdakwa dalam setiap pemeriksaan sebagai

obyek yang dapat diperlakukan dengan sewenang-wenang.21

c. Asas Oportunitas

Hukum acara pidana mengenal suatu badan khusus yang diberi

wewenang untuk melakukan penuntutan pidana ke pengadilan yang

disebut penuntut umum.

Asas Oportunitas adalah adanya hak yang dimiliki oleh penuntut

umum untuk tidak menuntut ke Pengadilan atas seseorang. Di Indonesia

20

M. Yahya Harahap,Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Jilid

I).,Jakarta : Pustaka Kartini,2001, hlm. 38. 21

Mohammad Taufik Makaro dan Suharsil.Op.cit.hlm. 4

Page 29: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

wewenang ini hanya diberikan pada kejaksaan (Pasal 1 Angka 6 butir a

dan b serta Pasal 137 sampai dengan Pasal 144 KUHAP).

Pasal 1 angka 6 butir a dan b KUHAP menyebutkan :

a. Jaksa adalah pejabat yang diberi wewenang oleh undangundangini

untuk bertindak sebagai penuntut umum serta melaksanakan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan hukum tetap.

b. Penuntut umum adalah jaksa yang diberi wewenang olehundang-

undang ini untuk melakukan penuntutan dan melaksanakan

penetapan hakim.

Pasal 137 sampai dengan Pasal 144 KUHAP menyebutkan :

Pasal 137

Penuntut umum berwenang melakukan penuntutan terhadap siapapun

yangdidakwa melakukan suatu tindak pidana dalam daerah hukumnya

dengan'melimpahkan perkara ke pengadilan yang berwenang

mengadili.

Pasal 138

(1) Penuntut umum setelah menerima hasil penyidikan dari penyidik

segera mempelajari dan menelitinya dan dalam waktu tujuh hari

wajib memberitahukan kepada penyidik apakah hasil penyidikan

itu sudah lengkap atau belum.

(2) Dalam hal hasil penyidikan ternyata belum lengkap, penuntut

umum mengembalikan berkas perkara kepada penyidik disertai

petunjuk tentang hal yang harus dilakukan untuk dilengkapi dan

dalam waktu empat belas hari sejak tanggal penerimaan berkas,

penyidik harus sudah menyampaikan kembali berkas perkara itu

kepada penuntut umum.

Pasal 139

Setelah penuntut umum menerima atau menerima kembali hasil

penyidikan yang lengkap dari penyidik, ia segera, menentukan apakah

berkas perkara itu sudah memenuhi persyaratan untuk dapat atau tidak

dilimpahkan ke pengadilan.

Pasal 140

(1) Dalam hal penuntut umum berpendapat bahwa dari hasil

penyidikan dapat dilakukan penuntutan, ia dalam waktu

secepatnya membuat surat dakwaan.

(2) a. Dalam hal penuntut umum memutuskan untuk menghentikan

penuntutan karena tidak terdapat cukup bukti atau peristiwa

Page 30: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

tersebut ternyata bukan merupakan tindak pidana atau perkara

ditutup demi hukum, penuntut umum menuangkan hal tersebut

dalam surat ketetapan.

b. Isi surat ketetapan tersebut diberitahukan kepada tersangka

dan bila ia ditahan, wajib segera dibebaskan.

c. Turunan surat ketetapan itu wajib disampaikan kepada

tersangka atau keluarga atau penasihat hukum, pejabat rumah

tahanan negara, penyidik dan hakim.

d. Apabila kemudian ternyata ada alasan baru, penuntut umum

dapat melakukan penuntutan terhadap tersangka.

Pasal 141

Penuntut umum dapat melakukan penggabungan perkara dan

membuatnya dalam satu surat dakwaan, apabila pada waktu yang

sama atau hampir bersamaan ia menerima beberapa berkas perkara

dalam hal:

a. beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh seorang yang sama

dan kepentingan pemeriksaan tidak menjadikan halangan

terhadap penggabungannya;

b. beberapa tindak pidana yang bersangkut-paut satu dengan yang

lain;

c. beberapa tindak pidana yang tidak bersangkut-paut satu dengan

yanglain, akan tetapi yang satu dengan yang lain itu ada

hubungannya,yang dalam hal ini penggabungan tersebut perlu

bagi kepentingan pemeriksaan.

Pasal 142

Dalam hal penuntut umum menerima satu berkas perkara yang

memuat beberapa tindak pidana yang dilakukan oleh beberapa orang

tersangka yang tidak termasuk dalm ketentuan Pasal 141, penuntut

umum dapat melakukan penuntutan terhadap masing-masing terdakwa

secara terpisah.

Pasal 143

(1) Penuntut umum melimpahkan perkara ke pengadilan negeri

dengan permintaan agar. segera mengadili perkara tersebut

disertai dengan surat dakwaan.

(2) Penuntut umum membuat surat dakwaan yang diberi tanggal

danditandatangani serta berisi :

a. nama lengkap, tempat lahir, umur atau tanggal lahir,

jeniskelamin, kebangsaan, tempat tinggal, agama dan

pekerjaan tersangka;

b. uraian secara cermat, jelas dan lengkap mengenai tindak

pidana yang didakwakan dengan menyebutkan waktu dan

tempat tindak pidana itu dilakukan.

Page 31: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

(3) Surat dakwaan yang tidak memenuhi ketentuan sebagaimana

dimaksud dalam ayat (2) huruf b batal demi hukum.

(4) Turunan surat pelimpahan perkara beserta surat dakwaan

disampaikan kepada tersangka atau kuasanya atau penasihat

hukumnya dan penyidik, pada saat yang bersamaan dengan

penyampaian surat pelimpahan perkara tersebut ke pengadilan

negeri.

Pasal 144

(1) Penuntut umum dapat mengubah surat dakwaan sebelum

pengadilan menetapkan hari sidang, baik dengan tujuan untuk

menyempurnakan maupun untuk tidak melanjutkan

penuntutannya.

(2) Pengubahan surat dakwaan tersebut dapat dilakukan hanya satu

kali selambat-lambatnya tujuh hari sebelum sidang dimulai.

(3) Dalam hal penuntut umum mengubah surat dakwaan ia

menyampaikan turunannya kepada tersangka atau penasihat

hukum dan penyidik.

Wewenang penuntutan dipegang oleh penuntut umum sebagai

monopoli, artinya tiada badan lain yang boleh melakukan itu. Ini disebut

“dominus litis” di tangan penuntut umum atau jaksa. Dominus dari

bahasa latin, yang artinya pemilik. Hakim tidak dapat meminta supaya

delik diajukan kepadanya, sehingga hakim hanya menunggu penuntutan

dari penuntut umum.

Hak penuntutan mengenal dua asas, yaitu asas legalitas dan

oportunitas (het legalities en het opportunities beginsel). Menurut asas

legalitas, jaksa/penuntut umum wajib menuntut suatu delik. Sedangkan

dalam oportunitas, jaksa/penuntut umum tidak wajib menuntut seseorang

yang melakukan delik jika menurut pertimbangannya akan merugikan

kepentingan umum.

Page 32: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Menurut Ramelan22

dalam bukunya menyatakan bahwa :

“asas opportunitas adalah penuntut umum tidak wajib

menuntut seseorang yang melakukan perbuatan pidana jika

menurut pertimbangannya akan merugikan kepentingan umum

asas opportunitas diakui dalam Pasal 35 huruf c Undang-

Undang Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik

Indonesia.”

Sedangkan menurut A.Z. Abidin Farid23

dalam bukunya

yaitu:

“asas opportunitas adalah asas hukum yang memberikan

wewenang kepada penuntut umum untuk menuntut atau tidak

menuntut dengan atau tanpa syarat seseorang atau korporasi

yang telah mewujudkan delik demi kepentingan umum”.

Dalam Pasal 32c UU No. 5 Tahun 1991 jo Undang-Undang

Nomor 16 Tahun 2004 tentang Kejaksaan Republik Indonesia dengan

tegas menyatakan asas oprtunitas itu dianut di Indonesia. Rumusan Pasal

32e tersebut adalah sebagai berikut:

“Jaksa Agung dapat mengesampingkan suatu perkara

berdasarkan kepentingan umum”.

d. Pemeriksaan Pengadilan Terbuka Untuk Umum

Asas ini terdapat dalam Pasal 153 ayat (3) dan ayat (4) KUHAP,

yang berbunyi sebagai berikut:

“Untuk keperluan pemeriksaan, hakim ketua sidang membuka

sidang dan menyatakan terbuka untuk umum kecuali dalam

22

Ramelan, 2006 Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi, Sumber Ilmu Jaya,

Jakarta, hlm 10. 23

A.Z. Abidin Farid,Sejarah dan Perkembangan Asas Opportunitas di Indonesia, Ujung

Pandang: UNHAS, 1981, hlm 12.

Page 33: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

perkara mengenai kesusilaan atau terdakwanya adalah anak-anak”

ayat (3).

“Tidak dipenuhinya ketentuan dalam ayat (2) dan ayat (3)

mengakibatkan batalnya putusan demi hukum” ayat (4).

Sifat terbuka di sidang pengadilan dimaksudkan agar khalayak

ramai dapat mengikuti dan mengawasi jalannya pemeriksaan pengadilan,

bukan dalam arti masuknya orang-orang dalam ruang pengadilan. Bisa

saja terjadi, seseorang yang ingin mendengarkan pemeriksaan ditolak

untuk masuk ruang sidang yang luasnya terbatas, akan tetapi dapat

dipersilahkan mengikuti melalui alat pengeras suara yang dipasang di

halaman gedung. Kejadian demikian tidak bertentangan dengan Asas

Terbuka Untuk Umum. Walaupun sidang tertutup untuk umum (seperti

halnya dalam perkara kesusilaan atau terdakwanya anak-anak)

sebagaimana yang diatur dalam Pasal 153 ayat (3) KUHAP, namun

keputusan hakim tetap dinyatakan dalam sidang yang terbuka untuk

umum.24

Selain itu, Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 Tentang

Kekuasaan Kehakiman Pasal 18 dan Pasal 195 KUHAP dengan tegas

menyatakan:

”Semua putusan hanya sah dan mempunyai kekuatan hukum

apabila diucapkan dalam sidang terbuka untuk umum.”

24

Bambang Poernomo, 1992, Op.Cit, hlm 71.

Page 34: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Semua itu ditujukan untuk adanya kontrol sosial terhadap

lembaga peradilan agar tidak adanya putusan yang tidak sesuai dengan

semestinya.

e. Semua Orang Diperlakukan Sama di Depan Hakim

Asas ini diatur dalam Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009

tentang Pokok-Pokok Kekuasaan Kehakiman dalam Pasal 5 ayat (1).

Pasal 5 ayat (1) tersebut menyatakan sebagai berikut:

“Pengadilan mengadili menurut hukum dengan tidak membeda-

bedakan orang”.

Untuk ini sering dipakai bahasa Sanskerta tan hama dharma manrua

yang dijadikan moto Persaja (Persatuan Jaksa).25

Pada dasarnya setiap orang memiliki hak untuk diperlakukan

sama dihadapan hukum dengan tidak melihat latar belakang orang

tersebut, karena hak asasi manusia harus dijunjung tinggi dan dilindungi.

Persamaan dihadapan hukum harus diartikan secara dinamis dan

tidak diartikan secara statis. Artinya, kalau ada persamaan didepan

hukum bagi semua orang harus diimbangi juga dengan persamaan

perlakuan (equal treatment) bagi semua orang.26

25

Andi Hamzah,Op.Cit hlm 22. 26

Usman Bala,http//usmanbala.blogspt.com/2009/03/semua-orang-berhak-diperlakukan-

sama.html?m=1. diakses tanggal11 Juni 2013 jam 13.00 WIB

Page 35: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Asas ini dimaksudkan untuk memberi jaminan keadilan bagi

setiap orang dan untuk memperoleh kepastian hukum dengan tidak

melihat latar belakang orang tersebut.

f. Tersangka dan Terdakwa Berhak Mendapat Bantuan Hukum

Dasar hukum asas ini terdapat pada Pasal 56 ayat (1) KUHAP yang

berbunyi sebagai berikut:

“Dalam hal tersangka atau terdakwa disangka atau didakwa

melakukan tindak pidana yang diancam pidana mati atau ancaman

pidana lima belas tahun atau lebih yang tidak mempunyai

penasihat hukum sendiri, pejabat yang bersangkutan pada semua

tingkat pemeriksaan dalam proses peradilan wajib menunjuk

penasihat bagi mereka.”

Pasal 69 sampai Pasal 74 KUHAP diatur mengenai bantuan

hukum bagi tersangka atau terdakwa dengan kebebasan yang sangat luas.

Kebebasan itu antara lain sebagai berikut:

a.) Bantuan Hukum dapat diberikan sejak saat tersangka

ditangkap atau ditahan.

b.) Bantuan hukum dapat diberikan pada semua tingkat

pemeriksaan.

c.) Penasihat hukum dapat menghubungi tersangka / terdakwa

pada semua tingkat pemeriksaan pada setiap waktu.

d.) Pembicaraan antara penasihat hukum dan tersangka tidak

didengar oleh penyidik dan penuntut umum, kecuali pada

delik yang menyangkut keamanan negara.

e.) Turunan berita acara diberikan kepada tersangka atau

penasihat hukum guna kepentingan pembelaan.

f.) Penasihat hukum berhak mengirimkan dan menerima surat

dari tersangka / terdakwa.27

27

Andi Hamzah. Opcit.hlm. 21.

Page 36: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Akan tetapi kebebasan-kebebasan ini hanya dari segi yuridis

semata-mata, bukan dari segi politis, sosial, dan ekonomi.

Menurut Adnan Buyung Nasution28

, sebagaimana dikutip dalam

buku Andi Hamzah berpendapat sebagai berikut:

“…Setiap periode sejarah dengan sistem politiknya tersendiri,

telah banyak memberikan pengaruh atas masalah ini,

persoalannya bertambah rumit apabila kita melihat dari sudut

ekonomi, disebabkan oleh kemiskinan yang merembes luas,

tingkat tuna huruf yang tinggi dan keadaan kesehatan yang

buruk”.

Tersangka atau terdakwa diberi kebebasan dalam hal bantuan

hukum, sebagai dasar perlindungan terhadap hak asasi tersangka dan

terdakwa sebagai manusia. Asas ini bersifat universal telah diakui semua

negara yang mengklaim dirinya sebagai negara yang demokratis dan

beradab. sebagaimana diatur dalam The International Convention Civil

and Political Rights article 14 sub 3d telah memberikan jaminan kepada

tersangka/terdakwa.

g. Asas Akusator dan Inkisitor (Accusatoir dan Inquisitoir)

Asas akusator menempatkan kedudukan yang sama terhadap

tersangka atau terdakwa dengan yang memeriksa. Di dalam sistim ini

berusaha menempatkan tersangka atau terdakwa sebagai subjek

28

Ibid., hlm. 24

Page 37: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pemeriksaan, sehingga konsekwensinya antara pemeriksa maupun yang

diperiksa mempunyai kedudukan yang sama di dalam hukum.29

Asas ini menempatkan kedudukan terdakwa sebagai subyek

pemeriksaan, terdakwa tidak lagi dipandang sebagai obyek. Sehingga

terdakwa atau yang diperiksa mempunyai hak untuk diperlakukan secara

adil.

Pasal 54 KUHAP menyebutkan bahwa :

“Guna kepentingan pembelaan, tersangka atau terdakwa berhak

mendapat bantuan hukum dari seorang atau lebih penasihat

hukum selama dalam waktu dan pada setiap tingkat pemeriksaan,

menurut tatacara yang ditentukan dalam undang-undang ini.”

Sedangkan asas inkisitor adalah kebalikan dari asas akusator,

dimana tidak adanya kedudukan yang sejajar antara pemeriksa maupun

yang diperiksa. Di dalam sistim ini, tersangka atau terdakwa dalam

pemeriksaan menempati posisi sebagai objek pemeriksaan, sehingga

untuk mendapatkan data dalam rangka mencari pelaku tindak pidana

yang sesungguhnya cenderung menggunakan cara yang bertentangan

dengan harkat dan martabat kemanusiaannya.30

Sesuai dengaan hak-hak asasi manusia yang sudah mencapai

ketentuan universal maka asas inkisitor ini telah ditinggalkan oleh

banyak negeri beradab. Selaras dengan itu, berubah pula sistem

29

Waluyadi,.Op.Cit.hlm.62 30

Ibid, hlm.63

Page 38: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pembuktian yang alat-alat bukti berupa pengakuan diganti dengan

”keterangan terdakwa”, begitu pula penambahan alat bukti berupa

keterangan ahli.31

h. Pemeriksaan Hakim yang Langsung dan Lisan

Pemeriksaan di sidang pengadilan dilakukan oleh hakim secara

langsung, artinya langsung kepada terdakwa dan para saksi. Sedangkan

pemeriksaan hakim dilakukan secara lisan, artinya bukan tertulis antara

hakim dan terdakwa. Ketentuan mengenai hal ini diatur dalam Pasal 154

dan Pasal 155 KUHAP.

Adapun bunyi Pasal 154 KUHAP adalah sebagai berikut:

1. Hakim ketua sidang memerintahkan supaya terdakwa

dipanggil masuk dan jika ia dalam tahanan, ia dihadapkan

dalam keadaan bebas.

2. Jika dalam pemeriksaan perkara terdakwa yang tidak

ditahan tidak hadir pada hari sidang yang telah ditetapkan

hakim ketua sidang meneliti apakah terdakwa sudah

dipanggil secara sah.

3. Jika terdakwa dipanggil secara tidak sah, hakim ketua

sidang menunda persidangan dan memerintahkan supaya

terdakwa dipanggil lagi untuk hadir pada hari sidang

berikutnya.

4. Jika terdakwa ternyata telah dipanggil secara sah tetapi

tidak datang di sidang tanpa alasan yang sah, pemeriksaan

perkara tersebut tidak dapat dilangsungkan dan hakim ketua

sidang memerintahkan agar terdakwa dipanggil sekali lagi.

5. Jika dalam suatu perkara ada lebih dari seorang terdakwa

dan tidak semua terdakwa hadir pada hari sidang,

pemeriksaan terhadap terdakwa yang hadir dapat

dilangsungkan.

6. Hakim ketua sidang memerintahkan agar terdakwa yang

tidak hadir tanpa alasan yang sah setelah dipanggil secara

31

Andi Hamzah, 2012, Op.Cit hlm 25.

Page 39: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

sah untuk kedua kalinya, dihadirkan dengan paksa pada

sidang pertama berikutnya.

7. Panitera mencatat laporan dan menuntut umum tentang,

pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 3 dan ayat 6

dan menyampaikanya kepada hakim ketua sidang.

Pasal 155 KUHAP berbunyi sebagai berikut:

1. Pada permulaan sidang, hakim ketua sidang menanyakan

kapada terdakwa tentang nama lengkap, tempat lahir, umur

atau tanggal lahir, jenis kelamin, kebangsaan, tempat

tinggal, agama dan pekerjaanya serta mengingatkan

terdakwa supaya memperhatikan segala sesuatu yang

didengar dan dilihatnya di sidang.

2. Sesudah itu hakim ketua sidang minta kepada penuntut

umum untuk membacakan surat dakwaan;

Selanjutnya hakim ketua sidang menanyakan kepada

terdakwa apakah ia sudah benar-benar mengerti, apabila

terdakwa ternyata tidak mengerti, penuntut umum atas

permintaan hakim ketua sidang wajib memberi penjelasan

yang diperlukan.

Yang dipandang pengecualian dari asas langsung ialah

kemungkinan putusan dijatuhkan tanpa hadirnya terdakwa, yaitu putusan

verstek atau in absentia. Tetapi ini hanya merupakan pengecualian, yaitu

dalam acara pemeriksaan perkara pelanggaran lalu lintas jalan (Pasal 213

KUHAP).32

E. Pembuktian

5. Pengertian Pembuktian

Pembuktian merupakan proses yang harus dilalui guna membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, melalui alat-alat bukti setiap

peristiwa pidana yang telah terjadi dapat diungkap. Pembuktian memegang

32

Ibid, hlm. 25.

Page 40: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

peran yang sangat penting dalam pemeriksaan pengadilan. Berikut adalah

pengertian pembuktian menurut beberapa ahli,

Menurut Bambang Purnomo33

dalam bukunya menjelaskan tentang arti

hukum pembuktian sebagai berikut:

“Hukum pembuktian adalah keseluruhan aturan atau hukum atau

peraturan undang-undang mengenai kegiatan untuk rekonstruksi suatu

kenyataan yang benar dari setiap kejadian masa lalu yang relevan dengan

persangkaan terhadap orang yang di duga melakukan perbuatan pidana

dan pengesahan setiap sarana bukti menurut ketentuan hukum yang

berlaku, untuk kepentingan peradilan dalam hukum yang berlaku, untuk

kepentingan peradilan dalam perkara pidana. Kegitan pembuktian di

harapkan memperoleh kebenaran secara hukum, karena kebenaran

mutlak sukar di temukan. Kebenaran dalam perkara pidana merupakan

kebenaran yang di susun dan di dapatkan dari jejakan, kesan dan refleksi

dari keadan dan/atau benda yang berdasarkan ilmu pengetahuan,

berkaitan dengan masa lalu yang di duga menjadi tindak pidana.”

M. Yahya Harahap34

dalam bukunya menjelaskan apa yang dimaksud

dengan pembuktian adalah:

“ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan pedoman tentang

cara-cara yang dibenarkan oleh undang-undang untuk membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa”

Alfitra35

dalam bukunya menjelaskan tentang hukum pembuktian yaitu

sebagai berikut:

“Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang

mengatur tentang pembuktian, yakni segala proses, dengan

menggunakan alat-alat bukti yang sah, dan dilakukan tindakan-tindakan

33

Bambang Purnomo,.Op.Cit. hlm. 52 34

M. Yahya Harahap, 2009.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Jakarta: Sinar

Grafika,.hlm. 273 35

Alfitra, S.H.,M.H., 2011 Hukum Pembuktian dalam Beracara Pidana, Perdata, dan

Korupsi di Indonesia, Jakarta: Raih Asa Sukses, , hlm. 21.

Page 41: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

dengan prosedur khusus guna mengetahui fakta-fakta yuridis

dipersidangan, sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan

tata cara mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk

menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian.”

Pembuktian sebagai proses yang harus dilalui guna menjadikan terang

suatu perkara dan menemukan fakta-fakta yang sebenarnya agar dapat diperoleh

kebenaran, keadilan dan kepastian hukum. Pembuktian memegang peran yang

sangat penting dalam proses persidangan. Pada pembuktian tersebut juga diatur

mengenai syarat-syarat dan tata cara mengajukan bukti tersebut serta

kewenangan hakim untuk menerima, menolak, dan menilai suatu pembuktian.

6. Sistem Pembuktian

Sistem pembuktian menurut Alfitra36

adalah:

“Pengaturan tentang macam-macam alat bukti yang boleh

dipergunakan, penguraian alat bukti, dan dengan cara-cara bagaimana

alat-alat bukti itu dipergunakan serta dengan cara bagaimana hakim

harus membentuk keyakinannya didepan sidang pengadilan.”

Pembuktian tentang benar tidaknya terdakwa melakukan perbuatan yang

didakwakan, merupakan bagian yang terpenting acara pidana. Dalam hal ini pun

hak asasi manusia dipertaruhkan.

Sistem pembuktian di dalam KUHAP terdapat empat macam, yaitu:

a. Sistem Pembuktian Berdasarkan Undang-Undang Secara Positif

Sistem ini menganut pembuktian menurut undang-undang

secara positif, menggunakan alat-alat bukti yang dianut oleh undang-

undang disebut sistem atau teori pembuktian berdasar undang-undang

36

Ibid. hlm. 28.

Page 42: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

secara positif (positief wettelijk bewijstheori). Dikatakan secara positif

karena didasarkan kepada undang-undang melulu. Artinya, jika

terbukti suatu perbuatan sesuai dengan alat-alat bukti yang disebut

oleh undang-undang, maka keyakunan hakim tidak diperlukan sama

sekali. Sistem ini disebut juga teori pembuktian formal (formale

bewijstheorie).37

Menurut D. Simons38

menjelaskan bahwa,

“ Sistem pembuktian berdasarkan undang-undang secara

positif ini berusaha untuk menyingkirkan semua pertimbangan

subjektif hakim dan mengikat hakim secara ketat menurut

peraturan pembuktian yang keras.”

Teori pembuktian ini ditolak oleh Wirjono Prodjodikoro untuk

dianut di Indonesia, karena katanya bagaimana hakim akan

menetapkan kebenaran selain dengan cara menyatakan kepada

keyakinannya tentang hal kebenaran itu, lagi pula keyakinan seorang

hakim yang jujur dan berpengalaman mungkin sekali adalah sesuai

denan keyakinan masyarakat.39

Pembuktian sistem ini bertolak belakang dengan pembuktian

berdasar keyakinan hakim melulu, dimana keyakinan hakim tidak

punya andil untuk membuktikan kesalahan terdakwa tetapi hanya

menggunakan alat-alat bukti yang sah menurut undang-undang.

37

Ibid. hlm.251 38

Ibid. 39

Wirjono Prodjodikoro. 1967. Hukum Atjara Pidana di Indonesia. Jakarta: Sumur

Bandung. hlm. 75.

Page 43: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

b. Sistem Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Melulu

Bertolak belakang dengan sistem pembuktian berdasarkan

undang-undang melulu. Pembuktian berdasarkan keyakinan hakim

melulu menggunakan keyakinan atau hati nurani hakim untuk

membuktikan kesalahan terdakwa.

Disadari bahwa alat bukti berupa pengakuan terdakwa sendiri

pun tidak selalu membuktikan kebenaran. Pengakuan pun kadang-

kadang tidak menjamin terdakwa telah benar-benar melakukan

perbuatan yang didakwakan. Oleh karena itu diperlukan juga

keyakinan hakim sendiri.40

Dengan sistem ini pemidanaan dimungkinkan tanpa

didasarkan pada alat-alat bukti dalam undang-undang. Pelaksanaan

pembuktian seperti pemeriksaan dan pengambilan sumpah saksi,

pembacaan berkas perkara terdapat pada semua perundang-undangan

acara pidana, termasuk sistem keyakinan hakim melulu.41

c. Sistem Pembuktian Berdasar Keyakinan Hakim Atas Alasan

Logis

Sebagai jalan tengah, muncul sistem atau teori yang disebut

pembuktian yang berdasar keyakinan hakim sampai batas tertentu (la

conviction raisonne). Menurut teori ini, hakim dapat memutuskan

seseorang bersalah berdasar keyakinannya, keyakinan yang didasarkan

kepada dasar-dasar pembuktian disertai dengan suatu kesimpulan

40

Andi Hamzah. Op.Cit. hlm. 252 41

Ibid. hlm. 252

Page 44: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

(conclusive) yang berlandaskan pada peraturan-peraturan pembuktian

tertentu. Jadi putusan hakim dijatuhkan dengan suatu motivasi.42

Sistem atau teori pembuktian ini disebut juga pembuktian

bebas karena hakim bebas untuk menyebut alasan-alasan

keyakinannya (vrijebewijstheorie).43

Dalam sistem ini pun dapat dikatakan “keyakinan hakim” tetap

memegang peranan penting dalam menentukan salah tidaknya

terdakwa. Akan tetapi, dalam sistem pembuktin ini, faktor keyakinan

hakim dibatasi. Jika dalam sistem pembuktian conviction-in time

peran “keyakinan hakim” leluasa tanpa batas maka pada sistem

conviction raisonee, keyakinan hakim harus didukung dengan alasan-

alasan yang jelas. Hakim wajib menguraikan dan menjelaskan alasan-

alasan apa yang mendasari keyakinannya atas kesalahan terdakwa.

Tegasnya, keyakinan hakim dalam sistem conviction raisonee, harus

dilandasi reasonning atau alasan-alasan, dan reasoning itu harus

“reasonable” yakni berdasar alasan yang dapat diterima. Keyakinan

hakim harus memiliki dasar-dasar alasan yang logis dan benar-benar

dapat diterima akal. Bukan semata-mata atas dasar keyakinan yang

tertutup tanpa uraian alasan yang masuk akal.44

42

Ibid. hlm. 253 43

Ibid. 44

M. Yahya harahap. Op. Cit. hlm. 278.

Page 45: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

d. Teori Pembuktian Berdasarkan Kepada Undang-Undang Secara

Negatif

Sistem atau teori pembuktian menurut undang-undang secara

negatif merupakan teori antara sistem pembuktian menurut undang-

undang secara positif dengan sistem pembuktian menurut keyakinan

atau conviction-in time.45

Hal ini dapat disimpulkan dari Pasal 183 KUHAP yang berbunyi

sebagai berikut,

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang,

kecuali apabila dengan sekurang kurangnya dua alat bukti yang

sah ia memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar

benar terjadi dan bahwa terdakwalah yang bersalah

melakukanya.”

Pasal 183 KUHAP tersebut nyata bahwa pembuktian harus

didasarkan kepada undang undang (KUHAP), yaitu alat bukti yang

sah tersebut dalam Pasal 184 KUHAP, disertai dengan keyakinan

hakim yang diperoleh dari alat alat bukti tersebut. Dalam sistem atau

teori pembuktian berdasarkan undang undang negatif (negatief

wettelijk bewijsteorie) ini, pemidanaan didasarkan kepada pembuktian

yang berganda (dubbel en grondslag, kata D. Simons) yaitu pada

peraturan undang undang dan pada keyakinan hakim, dan menurut

45

Ibid.

Page 46: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

undang undang, dasar keyakinan hakim itu bersumberkan pada

undang undang.46

Prinsip umum pembuktian bahwa hakim tidak boleh

menjatuhkan pidana dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang

sah, antara lain:

Pasal 185 ayat (2) KUHAP bahwa :

“Keterangan seorang saksi saja tidak cukup membuktikan

kesalahan terdakwa atas perbuatan yang didakwakan

kepadannya. Asas ini dikenal dengan istilah”satu saksi bukan

saksi” (unus testis nullus testis).”

Asas Negatif Wettelijk tercermin pula secara nyata pada Pasal

189 ayat(4) KUHAP, bahwa berdasarkan “pengakuan salah yang

diucapkan terdakwa”, hakim tidak boleh menghukum terdakwa.

“pengakuan salah yang di ucapkan terdakwa” tanpa alat bukti lain,

merupakan alat pembuktian yang tidak lengkap. Untuk lebih jelasnya

terdapat pada :

Pasal 189 ayat (4) KUHAP :

“Keterangan terdakwa saja tidak cukup untuk membuktikan

bahwa iabersalah melakukan perbuatan yang didakwakan

kepadanya, melainkanharus disertai dengan alat bukti yang

lain.‟

46

Andi Hamzah, Op.Cit, hlm. 256

Page 47: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

7. Bentuk-Bentuk Alat Bukti

Menurut Pasal 183 KUHAP bahwa:

“Hakim tidak boleh menjatuhkan pidana kepada seorang kecuali

apabila dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah, hakim

memperoleh keyakinan bahwa suatu tindak pidana benar-benar terjadi

dan bahwa terdakwalah yang bersalah melakukannya.”

Ketentuan pasal ini adalah untuk menjamin tegaknya kebenaran,

keadilan dan kepastian hukum bagi seseorang. Dalam mencari kebenaran

harus dibuktikan dengan sekurang-kurangnya dua alat bukti yang sah beserta

keyakinan hakim, karena apabila tidak cukup bukti maka tidak dapat

dipidana.

Bentuk-bentuk alat bukti yang sah, ada dalam Pasal 184 KUHAP,

yaitu:

a. Keterangan Saksi,

b. Keterangan Ahli,

c. Surat,

d. Petunjuk,

e. Keterangan Terdakwa.

1) Keterangan Saksi

Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebutkan,

mengingat sangat dibutuhkannya keterangan saksi untuk mengungkap

setiap perkara yang terjadi. Pentingnya saksi untuk memberikan

keterangan dalam penyelesaian perkara pidana disebutkan dalam KUHAP

Pasal 1 angka 26 bahwa:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami

sendiri.”

Page 48: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Keterangan saksi yang mempunyai nilai pembuktian ialah

keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan Pasal 1 butir 27

KUHAP, yaitu:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara

pidana yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu

peristiwa pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan alami

sendiri dengan menyebut alasan dari pengetahuannya itu.”

Pada umumya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti

yang paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan tidak ada

perkara pidana yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan saksi.

Hampir semua pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada

pemeriksaan keterangan saksi.47

Berikut adalah beberapa syarat agar keterangan saksi dapat

dianggap sah sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian,

yaitu sebagai berikut:

a) Saksi harus mengucapkan sumpah atau janji.

Sesuai dengan rumusan Pasal 160 ayat (3) KUHAP

berikut:

“Sebelum memberikan keterangan wajib mengucapkan

sumpah atau janji. Adapun sumpah atau janji tersebut

dilakukan menurut cara agamanya masing-masing, lafal

sumpah atau janji berisi bahwa saksi akan memberikan

keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain dari pada

yang sebenarnya.”

Sumpah atau janji wajib diucapkan sebelum saksi

memberikan keterangan, dan dilakukan menurut cara agamaya

47

M.Yahya Harahap.Op.Cit hal. 286.

Page 49: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

masing-masing. Menurut Pasal 171 KUHAP terdapat

pengecualian siapa saja yang dapat memberi keterangan tanpa

disumpah, yaitu:

Yang boleh diperiksa untuk memberikan keterangan

tanpa sumpah ialah:

1. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan

belum pernah kawin;

2. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-

kadang ingatannya baik kembali.

Ketentuan dalam Pasal 160 ayat (3) KUHAP

mengharuskan saksi disumpah terlebih dahulu sebelum

memberikan keterangan, akan tetapi terdapat pengecualian yaitu

sesuai dengan Pasal 171 KUHAP bahwa anak yang umurnya

belum cukup limabelas tahun dan belum pernah kawin dapat

memberi keterangan tanpa sumpah.

b) Keterangan saksi yang bernilai sebagai alat bukti.

Tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai sebagai

alat bukti. Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat

bukti adalah keterangan yang sesuai dengan apa yang dijelaskan

dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP yaitu:

“apa yang saksi lihat sendiri, saksi dengar sendiri, dan saksi

alami sendiri, serta menyebut alasan dari pengetahuannya

itu”.

c) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan.

Keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti,

apabila dinyatakan di sidang pengadilan. Hal tersebut sesuai

dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:

Page 50: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakan di sidang pengadilan.”

Apabila keterangan saksi tersebut dinyatakan diluar

persidangan, maka bukan merupakan suatu alat bukti.

Keterangan tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 26 KUHAP

sebagai berikut:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan

guna kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan

tentang suatu perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia

lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Agar supaya keterangan saksi dapat mempunyai nilai sebagai

alat bukti, keterangan tersebut harus “dinyatakan” di sidang

pengadilan, sesuai dengan ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP

yang berbunyi:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi

nyatakan di sidang pengadilan.”

d) Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup.

Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup

membuktikan kesalahan terdakwa harus dipenuhi paling sedikit

atau sekurang-kurangnya dengan dua alat bukti. Dengan

demikian keterangan seorang saksi saja barulah bernilai sebagai

satu alat bukti saja dan harus dicukupi dengan alat bukti yang

lainnya. Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 185 ayat (2)

KUHAP, keterangan seorang saksi saja belum dapat dianggap

Page 51: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

sebagai alat bukti yang cukup untuk membuktikan kesalahan

terdakwa, atau “unus testis nullus testis”.48

2) Keterangan Ahli

Sebagai alat bukti yang sah menurut undang-undang pengertian

ahli dijelaskan dalam KUHAP.

Pasal 1 angka (28) KUHAP berbunyi :

“Keterangan ahli adalah keterangan yang diberikan oleh seseorang

yang memiliki keahlian khusus tentang hal yang diperlukan untuk

membuat terang suatu perkara pidana guna kepentingan

pemeriksaan”.

Pasal 186 KUHAP berbunyi :

“Keterangan ahli ialah apa yang seorang ahli nyatakan didepan

sidang pengadilan”.

Menurut M. Yahya Harahap49

, apa yang dapat diambil dari Pasal 1

angka 28, dikaitkan dengan ketentuan Pasal 184 ayat (1) huruf b dan Pasal

186, agar keterangan ahli dapat bernilai sebagai alat bukti yang sah:

a) Harus merupakan keterangan yang diberikan oleh seseorang

yang mempunyai “keahlian khusus” tentang sesuatu yang ada

hubungannya dengan perkara pidana yang sedang diperiksa,

b) Sedang keterangan yang diberikan seorang ahli, tapi tidak

mempunyai keahlian khusus tentang suatu keadaan, yang ada

hubungannya dengan perkara pidana yang bersangkutan, tidak

mempunyai nilai sebagai alat bukti yang sah menurut undang-

undang.

Patut diperhatikan bahwa KUHAP membedakan keterangan

seorang ahli di persidangan sebagai alat bukti “keterangan ahli” (Pasal

48

Ibid. hlm. 288. 49

Ibid.hlm. 299

Page 52: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

186 KUHAP) dan keterangan seorang ahli secara tertulis di luar sidang

pengadilan sebagai alat bukti “surat” (Pasal 187 butir c KUHAP).50

3) Alat Bukti Surat

Pasal 187 KUHAP yang mengatur mengenai alat bukti surat yang

dibuat atas sumpah jabatan atau dilakukan dengan sumpah terdiri dari

empat ayat sebagai berikut:

a. Berita acara dan surat lain dalam bentuk resmi yang dibuat

oleh pejabat umum yang berwenang atau yang dibuat

dihadapannya, yang memuat keterangan tentang kejadian atau

keadaan yang didengar, dilihat atau dialami sendiri, dosertai

dengan alasan yang jelas dan tegas tentang keterangan itu;

b. Surat yang dibuat menurut ketentuan peraturan perundang-

undangan atau surat yang dibuat pejabat mengenai hal yang

termasuk dalam tata laksana yang menjadi tanggungjawabnya

dan yang diperuntukan bagi pembuktian sesuatu hal atau

sesuatu keadaan;

c. Surat keterangan dari seorang ahli yang memuat pendapat

berdasarkan keahliannya mengenai sesuatu hal atau keadaan

yang diminta secara resmi daripadanya;

d. Surat lain yang hanya dapat berlaku jika ada hubungannya

dengan isi dari alat pembuktian yang lain.

Surat resmi yang dimaksud oleh Pasal 187 huruf c KUHAP adalah

sama dengan yang dimaksud dalam penjelasan Pasal 186 KUHAP. Jika

dikaitkan dengan penjelasan Pasal 186 KUHAP, alat bukti surat dapat

berupa keterengan ahli yang dituangkan dalam bentuk laporan dan dibuat

dengan mengingat sumpah diwaktu ia menerima jabatan atau pekerjaan.

Laporan tersebut mencakup didalamnya visum et repertum, yang

50

Ibid.hlm. 274.

Page 53: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

sebenarnya telah ditentukan sebagai alat bukti yang sah dalam Staatblat

1937-350.51

4) Petunjuk

Penerapan alat bukti petunjuk oleh hakim dalam praktik hendaknya

digunakan dengan hati-hati karena sangat dekat dengan sifat kewenangan

yang dominan dalam penilaian yang bersifat subjektif sekali. Oleh karena

itu, hakim dalam menggunakan alat bukti petunjuk harus penuh kearifan

dan bijaksana dan berdasarkan hati nurani.52

Pasal 188 ayat (1) KUHAP memberi definisi petunjuk sebagai

berikut:

“Petunjuk adalah perbuatan, kejadian dan keadaan, yang karena

persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, maupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.”

M. Yahya Harahap53

memberikan pengertian dengan menambah

beberapa kata mengenai petunjuk, yaitu :

“petunjuk ialah suatu “isyarat” yang dapat “ditarik dari suatu

perbuatan, kejadian atau keadaan” dimana isyarat tadi mempunyai

“persesuaian” antara yang satu dengan yang lain maupun isyarat

tadi mempunyai persesuaian dengan tindak pidana itu sendiri, dan

dari isyarat yang bersesuaian tersebut “melahirkan” atau

“mewujudkan” suatu petunjuk yang “membentuk kenyataan”

terjadinya suatu tindak pidana dan terdakwalah pelakunya.”

Pasal 188 ayat (2) KUHAP memberi batasan bahwa alat bukti

petunjuk hanya dapat diperoleh dari keterangan saksi, surat dan keterangan

terdakwa.

51

Alfitra, Op.cit. hlm. 89 52

Ibid. hlm. 102 53

Mohammad Taufik makaro dan Suharsil .Op.Cit. hlm.129

Page 54: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Pasal 188 angka (3) KUHAP berbunyi :

“Penilaian atas kekuatan pembuktian dari suatu petunjuk dalam

setiap keadaan tertentu dilakukan oleh hakim dengan arif lagi

bijaksana, setelah ia mengadakan pemeriksaan dengan penuh

kecermatan dan keseksamaan berdasarkan hati nuraninya”

Nilai kekuatan pembuktian petunjuk sama dengan alat bukti yang

lain, di mana dalam KUHAP tidak diatur tentang nilai kekuatan

pembuktiannya, maka dengan demikian, nilai kekuatan pembuktian

petunjuk adalah bebas. Hakim tidak terikat atas kebenaran persesuaian

yang diwujudkan oleh petunjuk. Sebagai alat bukti petunjuk tidak berdiri

sendiri membuktikan kesalahan terdakwa. dia tetap terikat pada prinsip

minimum pembuktian.54

5) Keterangan Terdakwa

Alat bukti keterangan terdakwa merupakan urutan terakhir dalam

Pasal 184 ayat (1) KUHAP. Penempatannya pada urutan terakhir inilah

salah satu alasan yang dipergunakan untuk menempatkan proses

pemeriksaan keterangan terdakwa dilakukan belakangan sesudah

pemeriksaan keterangan saksi.55

Metode pemeriksaan terdakwa yang dianut KUHAP, secara

“akkusatur”, sejalan dengan pengakuan KUHAP terhadap hak asasi

terdakwa sebagai seorang yang harus diperlakukan sebagai manusia,

diantaranya harus bersikap dan menempatkan terdakwa dalam kedudukan

“praduga tak bersalah” dalam setiap pemeriksaan.56

54

Ibid. hlm. 130. 55

Yahya Harahap.Op.cit. hlm. 318 56

Ibid. hlm. 319

Page 55: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Keterangan terdakwa dirumuskan dalam Pasal 189 ayat (1)

KUHAP, yaitu:

“Keterangan terdakwa ialah apa yang terdakwa nyatakan disidang

pengadilan tentang perbuatan yang terdakwa lakukan atau yang

terdakwa ketahui sendiri atau alami sendiri”.

Keterangan terdakwa yang diberikan dalam persidangan barulah

merupakan alat bukti. Keterangan tersebut berisi pernyataan terdakwa

tentang apa yang ia perbuat, apa yang ia lakukan, dan apa yang ia alami.

Keterangan tersebut dalam suasana yang lebih bebas dari tekanan.57

8. Saksi Korban

Pentingnya saksi untuk memberikan keterangan dalam

penyelesaian perkara pidana disebutkan dalam KUHAP Pasal 1 angka 26

bahwa:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami

sendiri.”

Menurut Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006

tentang Perlindungan saksi dan korban, korban adalah:

“Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik,

mental, dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu

tindak pidana.”

Sesuai pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa saksi korban

sendiri adalah orang yang mengalami sendiri baik penderitaan fisik,

mental, dan/atau kerugian ekonomi, yang ia dengar sendiri dan ia lihat

57

Alfitra, Op.cit. hlm. 119

Page 56: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

sendiri, baik tentang suatu tindak pidana yang kemudian ia dapat

memberikan keterangan didepan sidang pengadilan guna kepentingan

penyidikan, penuntutan serta pemeriksaan di sidang pengadilan untuk

mencari kebenaran materiil.

F. Tindak Pidana Pencabulan Anak Sesama Jenis Kelamin

1.Pengertian Anak

Pengertian anak menurut hukum positif Indonesia diartikan sebagai

orang yang belum dewasa (minderjarig/person under age), orang yang di bawah

umur atau keadaan di bawah umur (minderjarigheid/inferiority) atau kerap juga

disebut sebagai anak yang dibawah pengawasan wali (minderjarige

ondervoordij).58

Hukum positif Indonesia tidak mengatur secara baku mengenai

pengertian anak karena tidak ada unifikasi hukum dan yang berlaku universal.

Dimana pengertian anak tersebut terdapat dalam beberapa peraturan yang

berlaku di Indonesia, diantaranya yaitu:

Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan. Dalam Pasal 47

ayat (1), merumuskan;

“Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum

pernah melangsungkan perkawinan ada di bawah kekuasaan orang

tuanya selama mereka tidak dicabut dari kekuasaannya”.

Pasal 50 ayat (1), merumuskan:

58 Lilik Mulyadi.. Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktek dan Permasalahannya.

Mandar Maju: Bandung 2005,.hlm. 4.

Page 57: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Anak yang belum mencapai umur 18 (delapan belas) tahun atau belum

pernah melangsungkan perkawinan, yang tidak berada di bawah

kekuasaan orang tua, berada di bawah kekuasaan wali.”

Menurut konsiderans Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1997 tentang

Pengadilan Anak, yang merumuskan sebagai berikut:

“Anak adalah bagian dari generasi muda, sebagai salah satu sumber

daya manusia, merupakan potensi dan penerus cita-cita perjuangan

bangsa. Dalam kedudukan demikian, anak memiliki peranan strategis

dan mempunyai ciri dan sifat khusus. Oleh karena itu, anak

memerlukan perlindungan dalam rangka menjamin pertumbuhan dan

perkembangan fisik, mental dan sosial secara utuh, serasi, selaras, dan

seimbang”.

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak.

Dalam Pasal 1 butir 1, merumuskan;

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Dalam undang-undang ini pengertian anak adalah seseorang yang belum

berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak yang masih dalam kandungan.

Sehingga anak yang belum dilahirkan dan masih di dalam kandungan ibu

menurut undang-undang ini telah mendapatkan suatu perlindungan hukum.

Selain terdapat pengertian anak, dalam undang-undang ini terdapat pengertian

mengenai anak telantar, anak yang menyandang cacat, anak yang memiliki

keunggulan, anak angkat, dan anak asuh.

Anak merupakan generasi penerus berlangsungnya kehidupan manusia

dalam hal ini Undang-undang Perlindungan Anak No.23 Tahun 2002

menerangkan bahwa anak adalah amanah dan karunia Tuhan Yang Maha esa,

yang dalam dirinya melekat harkat martabat sebagai manusia seutuhnya.

Page 58: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Hal tersebut diatas sama juga dengan pengertian menurut Konvensi Hak

anak (KHA) definisi anak adalah manusia yang umurnya belum 18 tahun.

Pendapat lain Menurut john Locke anak adalah pribadi yang masih bersih dan

peka terhadap rangsangan-rangsangan yang berasal dari lingkungan. Dan

menurut agustinus yang dipandang sebagai peletak dasar permulaan psikologi

anak, mengatakan bahwa anak tidaklah sama dengan orang dewasa, anak

mempunyai kecendrungan untuk menyimpang dari hukum dan ketertiban yang

disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan pengertian terhadap realita

kehidupan, anak-anak lebih mudah belajar dengan contoh-contoh yang

diterimanya dari aturan-aturan yang bersifat memaksa. Sehingga dapat

disimpulkan bahwa anak adalah manusia yang belum dewasa yang umunya

berumur dibawah 18 tahun dan masih rentan terhadap kesalahan sehingga perlu

pengawasan dari manusia dewasa.59

2. Pengertian Tindak Pidana Pencabulan Anak Sesama Jenis kelamin

Istilah tindak pidana dalam KUHP dikenal dengan strafbaar feit, tidak

ada pengertian secara baku oleh undang-undang mengenai istilah tindak pidana

tersebut. Pengertian istilah tindak pidana dapat diambil dari pendapat atau

doktrin para ahli.

Istilah lain dari tindak pidana antara lain adalah perbuatan pidana,

peristiwa pidana dan delik.

59

Eko Budi santoso, Pengertian Anak, (online) tersedia di website http://ras-

eko.blogspot.com/2012/12/pengrtian-anak.html?m=1 diakses tanggal 20 Maret 2013

Page 59: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Pembentuk undang-undang kita telah menggunakan perkataan “strafbaar

feit” untuk menyebutkan apa yang kita kenal sebagai “tindak pidana” di dalam

KUHP tanpa memberikan sesuatu penjelasan mengenai apa yang sebenarnya

yang dimaksud dengan “strafbaar feit” tersebut.60

Menurut Pompe61

dalam bukunya Lamintang, yaitu :

“perkataan “strafbaar feit” secara teoritis dapat dirumuskan sebagai

“suatu pelanggaran norma (gangguan terhadap tertib hukum) yang

dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja telah dilakukan oleh

seorang pelaku, dimana penjatuhan hukuman terhadap pelaku tersebut

adalah perlu demi terpeliharanya tertib hukum dan terjaminnya

kepentingan umum.”

Sedangkan menurut Simons62

, merumuskan :

“perkataan “strafbaar feit” sebagai suatu “tindakan melanggar hukum

yang telah dilakukan dengan sengaja ataupun tidak dengan sengaja oleh

seseorang yang dapat dipertanggungjawabkan atas tindakannya dan yang

oleh undang-undang telah dinyatakan sebagai suatu tindakan yang dapat

dihukum”.

Menurut Moeljatno63

, tentang perbuatan pidana adalah:

“perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut.”

Unsur atau elemen perbuatan pidana menurut Moeljatno64

adalah:

a. Kelakuan dan akibat ( = perbuatan)

b. Hal ikhwal atau keadaan yang menyertai perbuatan

c. Keadaan tambahan yang memberatkan pidana

d. Unsur melawan hukum yang objektif

60

Lamintang, P.A.F , 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya

Bakti.Bandung.hlm.181 61

Ibid,hlm.182 62

Ibid,hlm.185 63

Moeljatno. 2009.Asas-Asas Hukum Pidana..Rineka Cipta. Jakarta.hlm 59 64

Ibid,hlm.69

Page 60: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

e. Unsur melawan hukum yang subjektif.

Berdasarkan pengertian diatas, mengenai dilarang dan diancamnya

suatu perbuatan pidana, harus berdasarkan asas legalitas yaitu asas yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia, bahwa setiap peraturan yang

menganjurkan atau melarang kepada warga negara harus berdasarkan

ketentuan perundang-undangan. Asas legalitas terkandung dalam hukum

pidana dan hukum acara pidana.

Dalam hukum pidana yang mengatakan bahwa tiada suatu perbuatan

dapat dipidana, kecuali berdasarkan ketentuan perundang-undangan pidana

yang telah ada (Nullum Delictum Nulla Poena Sine Previa Legi Peonali). Asas

ini tercantum dalam Pasal 1 ayat 1 KUHP.65

Asas legalitas dalam hukum acara pidana, bahwa setiap perkara pidana

harus diajukan kedepan hakim, Dalam KUHAP, konsideran huruf a

mengatakan,

“Bahwa Negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 yang

menjunjung tinggi hak asasi manusia serta yang menjamin segala warga

negara bersamaan kedudukannya didalam hukum dan pemerintahan dan

wajib menjunjung tinggi hukum dan pemerintahan itu dengan tidak ada

kecualinya.”

Ketentuan tersebut untuk mencegah tindakan - tindakan yang tidak

dapat dipertanggunjwabkan secara hukum, dan untuk melindungi setiap warga

negara dari perbuatan sewenang-wenang.

Tindak pidana pencabulan diatur dalam Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP) pada bab XIV Buku ke-II yakni dimulai dari Pasal 289 sampai

65

Mohammad Taufik makaro dan Suharsil..Op.cit.hlm. 2

Page 61: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Pasal 296 KUHP, yang selanjutnya dikatagorikan sebagai kejahatan terhadap

kesusilaan.

Sedangkan tindak pidana pencabulan terhadap anak yang diatur dalam

KUHP diatur pada Pasal 290 KUHP, Pasal 292 KUHP, Pasal 293 KUHP, Pasal

294 KUHP, Pasal 295 KUHP. Dan pada Undang-Undang Nomor 23 tahun

2002 tentang Perlindungan Anak diatur pada Pasal 82.

KUHP tidak memberikan definisi secara konkrit mengenai pengertian

tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin.

Tindak pidana perbuatan cabul terhadap orang sesama kelamin dan

belum dewasa diatur dalam Pasal 292 KUHP yaitu:

"orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain

sesama kelamin, diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya belum

dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun"

Sedangkan dalam Undang-Undang No.23 tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak, Bab XII mengenai ketentuan pidana, dalam pasal 82 Undang-

Undang tersebut dirumuskan bahwa perbuatan cabul adalah,

"setiap orang dengan sengaja melakukan kekerasan atau ancaman

kekerasan, mamaksa, melakukan tipu muslihat,serangkain kebohongan,

atau membujuk anak untuk melakukan atau membiarkan dilakukan

perbuatan cabul, dipidana dengan pidana penjara paling singkat 3 tahun

dan paling lama 15 tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000 dan

paling sedikit Rp 60.000.000.

Pengertian pencabulan atau cabul dalam Kamus Besar Bahasa

Indonesia66

adalah:

66

Departeman pendidikan dan Kebudayaan, 1988, Kamus Besar Bahasa Indonesia,

Jakarta, Balai Pustaka, hlm. 142.

Page 62: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Pencabulan adalah kata dasar dari cabul, yaitu kotor dan keji sifatnya,

tidak sesuai dengan adap sopan santun ( tidak senonoh), tidak susila,

bercabul: berzina, melakukan tindak pidana susila, mencabuli:

menzinahi, memperkosa, mencemari kehormatan perempuan, film

cabul: film porno, keji dan kotor, tidak senonoh (melanggar kesusilaan,

kesopanan).”

Perbuatan cabul selalu terkait dengan perbuatan tubuh atau bagian

tubuh terutama pada bagian-bagian yang dapat merangsang nafsu seksual,

misalnya alat kelamin, buah dada, mulut, dan sebagainya yang dipandang

melanggar kesusilaan umum.67

Tindak pidana pencabulan termasuk kejahatan yang melanggar

kesusilaan. Perbuatan cabul merupakan segala perbuatan yang melanggar rasa

kesusilaan, atau perbuatan lain yang keji dan semuanya dalam lingkungan

nafsu birahi kelamin.68

Perbuatan cabul dan pelecehan seksual termasuk pelanggaran terhadap

kesusilaan. Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan

anak di mana orang dewasa atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja yang

lebih tua terhadap seorang anak untuk mendapatkan stimulasi seksual. Bentuk

pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk

melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), paparan senonoh dari alat

kelamin kepada anak, menampilkan pornografi kepada anak, kontak seksual

yang sebenarnya terhadap anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat

67

Adami Chazawi, 2007,Tindak Pidana Mengenai Kesopanan, Jakarta, PT Raja Grafindo

Persada, hlm 82. 68

.Leden Marpaung, 2004, “Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah

Preverensinya”, Jakarta, Sinar Grafika, hlm. 64

Page 63: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

alat kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk

memproduksi pornografi anak.69

Unsur objek kejahatan yang menurut Pasal 292 KUHP dapat dtujukan

pada seorang laki-laki atau seorang perempuan. Kejahatan dalam Pasal 292

KUHP, mempunyai unsur-unsur:

a. unsur-unsur subjektif : yang ia ketahui atau sepantasnya harus

dapat ia duga

b. unsur-unsur objektif :

1) seorang dewasa

2) melakukan tindakan pelanggaran

kesusilaan

3) seorang anak belum dewasa dari jenis

kelamin yang sama

4) kebelumdewasaan.

Dari kenyataan bahwa di dalam rumusan ketentuan pidana yang diatur

dalam Pasal 292 KUHP itu, undang-undang telah mensyaratkan dua macam

unsur subjektif secara bersama-sama, masing-masing yakni unsur „yang ia

ketahui‟ yang menunjukkan bahwa undang-undang mensyaratkan keharusan

adanya unsur „dolus‟ atau unsur „opzet‟ pada diri pelaku, dan unsur yang

sepantasnya harus dapat ia duga yang menunjukkan bahwa pada saat yang

sama, undang-undang juga mensyaratkan keharusan adanya unsur culpa atau

69

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_terhadap_anak diakses 10 Nopember 2012, jam

20.00 WIB.

Page 64: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

unsur schuld pada diri pelaku, maka didalam doktrin biasanya orang menyebut

ketentuan pidanan seperti yang diatur dalam Pasal 292 KUHP sebagai

ketentuan pidana yang mempunyai unsur-unsur subjektif pro parte dolus dan

pro parte culpa.70

70

Lamintang P.A.F dan Theo Lamintang, ,Delik-Delik Khusus Kejahatan melanggar

norma-norma kesusilaan dan norma-norma kepatutan.Jakarta.Sinar Grafika. 2009.hlm.154.

Page 65: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Tipe penelitian yang digunakan dalam penelitian ini yaitu yuridis normatif

dengan pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) dan pendekatan

kasus (Case Approach). Pendekatan tersebut melakukan pengkajian peraturan

perundang-undangan yang berhubungan dengan tema sentral penelitian.71

Pendekatan perundang-undangan (Statute Approach) digunakan karena yang akan

diteliti adalah aturan hukum yaitu Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Pendekatan kasus (Case Approach) digunakan karena yang akan diteliti adalah

kasus yang telah diputus oleh hakim Pengadilan Negeri Purwokerto.

Menurut Johnny Ibrahim72

, dalam bukunya mengatakan bahwa :

“Metode pendekatan yuridis normatif adalah suatu prosedur ilmiah untuk

menemukan kebenaran berdasarkan logika keilmuwan hukum dan sisi

normatifnya. Logika keilmuwan yang ajeg dalam penelitian hukum

normatif dibangun berdasarkan disiplin ilmiah dan cara-cara kerja ilmu

hukum normatif, yaitu ilmu hukum yang objeknya hukum itu sendiri.”

B. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah spesifikasi

penelitian preskriptif. Ilmu hukum mempunyai sifat sebagai ilmu yang preskriptif,

artinya sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu hukum mempelajari tujuan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum.

Menurut Peter Mahmud Marzuki73

, bahwa:

72 Joni Ibrahim,2010, Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu

media Publishing, hlm. 295.

Page 66: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Ilmu hukum mempunyai karakteristik sebagai ilmu yang bersifat

preskriptif dan terapan. Sebagai ilmu yang bersifat preskriptif, ilmu

hukum mempelajari tujuan hukum, nilai-nilai keadilan, validitas aturan

hukum, konsep-konsep hukum, dan norma-norma hukum. Sebagai ilmu

terapan ilmu hukum menetapkan standar prosedur, ketentuan-ketentuan,

rambu-rambu dalam melaksanakan aturan hukum.”

C. Sumber Data

Penelitian ini berguna untuk mendapatkan hasil yang obyektif, yaitu

dengan menggunakan data sekunder. Data sekunder tersebut berupa peraturan

perundang-undangan seperti Undang-Undang Nomor 1 tahun 1946 tentang Kitab

Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), Undang-Undang Nomor 8 tahun 1981

tentang Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana (KUHAP), buku-buku

literatur dan data-data lain yang relevan dengan objek penelitian serta Putusan

Pengadilan Negeri Purwokerto No.70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

D. Metode Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan dengan metode

kepustakaan, yaitu suatu cara pengumpulan data dengan melakukan penelusuran

terhadap peraturan perundang-undangan, buku-buku literatur, karya ilmiah sarjana

dan dokumen-dokumen yang berkaitan dengan pokok permasalahan yang diteliti.

E. Metode Pengolahan Data

Metode pengolahan data yang digunakan adalah metode reduksi, yaitu

dengan cara memilih, merangkum, mefokuskan hal-hal yang pokok dan penting

dari sekumpulan bahan hukum, dengan disusun secara sistematis agar mudah

dipahami.

73

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, Surabaya : Kencana Perdana Media Group,

2007, hal 22

Page 67: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

F. Metode Penyajian Data

Metode penyajian data yang digunakan adalah dengan disajikan dalam

bentuk uraian yang disusun secara sistematis, logis, dan rasional. Dalam arti

keseluruhan data yang diperoleh akan dihubungkan satu dengan yang lainnya,

disesuaikan dengan pokok permasalahan yang diteliti sehingga merupakan satu

kesatuan yang utuh.

G. Metode Analisis Data

Analisis tehadap bahan hukum dilakukan secara deduktif yakni menarik

kesimpulan dari suatu permasalahan yang bersifat umum terhadap permasalahan

konkret yang dihadapi.74

Bahan hukum yang ada dianalisis untuk mengetahui kekuatan pembuktian

alat bukti keterangan saksi korban anak dalam tindak pidana pencabulan anak dan

untuk mengetahui pertimbangan hukum hakim dalam menjatuhkan pidana

terhadap terdakwa pada putusan No.70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt. sesuai dengan

aturan hukum yang berlaku.

74

Ibid, hlm. 393.

Page 68: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian

1. Identitas Terdakwa

Terdakwa di dalam perkara No: 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt,:

Nama lengkap : UNJAT HIDAYAT alias DAYAT bin ANSOR;

Tempat lahir : Kuningan;

Umur/Tanggal lahir : 63 Tahun/ 1Juli 1948;

Jenis kelamin : Laki-laki;

Kebangsaan : Indonesia;

Tempat tinggal : Desa kalisari, RT.07 RW. 01 Kecamatan Cilongok,

Kabupaten Banyumas atau Dusun Babakan

RT.01/01 Desa Parung, Kecamatan Darma,

Kabupaten Kuningan Jawa Barat.

Agama : Islam;

Pekerjaan : Dagang;

Pendidikan : SD;

2. Duduk Perkara

Mula-mula pada hari Selasa tanggal 13 September 2011 sekitar pukul

14.00 WIB Terdakwa Unjat Hidayat alias Dayat menelpon saksi korban

Iqballudin Amalia meminta saksi korban supaya datang kepada terdakwa ,

karena akan diberikan oleh-oleh dari Kuningan yang dijanjikan untuk saksi

korban yaitu berupa kerupuk, lalu saksi korban pergi menemui terdakwa ke

Page 69: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

rumah kontrakan terdakwa setelah di rumah kontrakan terdakwa, kemudian

terdakwa segera mengunci semua pintu rumah kontrakannya, lalu mendekati

saksi korban dan minta untuk membuka celana pendek bagian luar dan celana

dalamnya, kemudian saksi korban menuruti perintah terdakwa melepas celana

pendek seragam SMP warna biru bagian luar dan celana dalamnya warna

merah muda hingga telanjang bagian bawahnya dengan membiarkan kaos

warna abu-abu bertuliskan “ICA BOB” yang ia pakai, sedangkan saksi

korban tidak melakukan perlawanan karena merasa takut dikerasi. Setelah itu

terdakwa mengolesi telapak tangannya menggunakan lotion, lalu memegang

dan mengocok alat kelamin saksi korban selama sekitar dua menit dengan

posisi saksi korban tiduran di depan dan terdakwa duduk disampingnya.

Setelah sekitar dua menit terdakwa mengocok alat kelamin saksi korban

mengeluarkan sperma. Kemudian terdakwa meminta saksi korban untuk

memegang alat kelamin terdakwa, namun hanya sebentar saksi korban sudah

meminta untuk pulang. Terdakwa sudah mengetahui dan menyadari bahwa

saksi korban adalah anak masih dibawah umur sekitar 13 (tigabelas) tahun.

Disamping itu pada waktu-waktu sebelumnya terdakwa sudah pernah

sejumlah empat kali juga pernah melakukan perbuatan cabul terhadap saksi

korban.

3. Dakwaan Jaksa Penunutut Umum

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka terdakwa diduga melakukan

tindak pidana sebagaimana didakwa oleh penuntut umum dengan dakwaan

yang disusun secara alternatif dalam dakwaan Nomor REG.PERKARA-PDM-

Page 70: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

127/PKRTO/Epp.2/09/2011, tertanggal 29 Nopember 2011, yaitu sebagai

berikut:

Kesatu : Pasal 82 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2002

Tentang Perlindungan Anak, yang merumuskan:

“Setiap orang yang dengan sengaja melakukan kekerasan atau

ancaman kekerasan, memaksa, melakukan tipu muslihat, serangkaian

kebohongan, atau membujuk anak untuk melakukan atau

membiarkan dilakukan perbuatan cabul, dipidana dengan pidana

penjara paling lama 15 (lima belas) tahun dan paling singkat 3 (tiga)

tahun dan denda paling banyak Rp 300.000.000,- (tiga ratus juta

rupiah) dan paling sedikit Rp 60.000.000,- (enam puluh juta

rupiah).”

ATAU

Kedua : Pasal 292 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (KUHP), yang

merumuskan:

“Orang dewasa yang melakukan perbuatan cabul dengan orang lain

sesama kelamin, yang diketahuinya atau sepatutnya harus diduganya

belum dewasa, diancam dengan pidana penjara paling lama lima

tahun.”

4. Pembuktian

Di persidangan hakim memerlukan beberapa alat bukti untuk

membuktikan kesalahan terdakwa yaitu:

4.1 Keterangan Saksi-Saksi

Jaksa Penuntut Umum di depan persidangan mengajukan 4 (empat)

orang saksi, dan memberikan keterangan yang pada pokoknya sebagai

berikut:

Page 71: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

1. Saksi Korban Iqballudin Amalia

Pada hari Selasa tanggal 13 September 2011 sekitar pukul

14.00 WIB saksi korban dicabuli oleh terdakwa dirumah

kontrakan terdakwa di desa Kalisari RT.07 RW.01 Kecamatan

Cilongok Kabupaten Banyumas. Sebelumnya saksi korban

sempat bertemu terdakwa sedang makan diwarung milik nenek

saksi kemudian terdakwa bilang kepada saksi untuk main

kerumahnya nanti karena mau diberi oleh-oleh dari kuningan

berupa kerupuk dan saksi merasa senang sehingga saksi

langsung mendatangi rumah terdakwa untuk mengambil oleh-

oleh yang dijanjikan. Setelah saksi korban masuk kedalam

rumah, terdakwa langsung mengunci seluruh pintu rumah

kemudian menyuruh saksi membuka celana pendek dan celana

dalam yang dikenakan saksidengan alasan mau mengecek

saksi korban sudah dewasa apa belum, setelah celana celana

lepas terdakwa langsung mengocok-ngocok kemaluan saksi

sehingga mengeluarkan sperma dengan posisi saksi berdiri

dan posisi terdakwa duduk disofa sambil mengocok kemaluan

saksi.

2. Saksi Samiati

Saksi Samiati yaitu ibu dari saksi korban tidak mengetahui

kejadiannya, karena waktu itu saksi mengikuti suami yang

tinggal di Batam. Saksi mengetahui kejadian tersebut setelah

Page 72: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pulang dari Batam karena saksi korban telah menceritakan apa

yang telah dialaminya bahwa Terdakwa unjat telah mengocok-

ngocok kemaluan saksi korban sampai mengeluarkan sperma.

Saksi kaget mengingat pelakunya adalah orang yang dikenal

saksi dan bertetangga dekat. Setelah itu saksi langsung

melaporkan terdakwa ke Polisi untuk mempertanggung

jawabkan perbuatannya, saksi memohon proses hukum

berjalan sebagaimana mestinya meskipun secara kekeluargaan

saksi telah memaafkan Terdakwa. Saksi tidak pernah curiga

sebelumnya karena Terdakwa dekat dengan keluarga saksi

sehingga sasksi percaya. Saksi mengetahui pekerjaan

Terdakwa yaitu berjualan pakaian keliling kampung dan suka

mengajar anak-anak mengaji. Setelah kejadian tersebut saksi

berencana membawa anak saksi pindah ke Batam.

3. Saksi Darti

Saksi Darti yaitu nenek saksi korban sebelumnya tidak tahu,

setelah diperhatikan ada perubahan tingkah laku cucu saksi

yaitu setiap pulang sekolah masuk kamar tidak mau keluar

setiap ditanya selalu menangis dan jawabnya “embuh” (cucu

saksi tidak mau bilang terus terang). Saksi selalu berusaha

supaya cucu saksi mau mengatakan kejadian yang sebenarnya

dan ternyata setelah didesak cucu saksi mengatakan bahwa ia

telah dicabuli oleh orang yang dikenalnya yaitu Terdakwa

Page 73: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Unjat. terdakwa menyuruh saksi korban melepas celananya

kemudian mengocok-ngocok kemaluannya sampai

mengeluarkan sperma. Saksi korban mengatakan kepada saksi

sebelum ibunya pulang dari batam.Saksi dan anak saksi (Ibu

kandung saksi korban) setelah datang dari Batam melaporkan

terdakwa ke Polisi untuk diproses lebih lanjut.Menurut saksi

Terdakwa tidak tinggal bersama isteri dirumah kontrakannya.

4. Saksi Khadir Abdul Qodir

Saksi adalah adik ipar Terdakwa. Sama sekali tidak tahu

menahu tentang apa yang telah dilakukan oleh terdakwa, tahu-

tahu Terdakwa dijemput oleh polisi. Bahwa kelakukan sehari-

hari Terdaka baik dan suka mengajar anak-anak mengaji, Saksi

tidak pernah dengar sebelumnya terdakwa ada kasus dengan

orang lain pekerjaan sehari-hari Terdakwa pedagang pakaian

keliling kampung. Terdakwa juga suka diminta untuk

mengobati orang sakit dengan cara bekam, banyak orang yang

datang untuk memakai jasanya untuk bekam. praktek yang

dilakukan terdakwa tidak menggunakan mantra-mantra hanya

menggunakan alat sedotan susu.

4.2 Petunjuk

Berdasarkan ketentuan Pasal 188 ayat (1) KUHAP, merumuskan

pengertian petunjuk sebagai berikut:

Page 74: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“Petunjuk adalah perbuatan, kejadian atau keadaan yang karena

persesuaiannya, baik antara yang satu dengan yang lain, meupun

dengan tindak pidana itu sendiri, menandakan bahwa telah terjadi

suatu tindak pidana dan siapa pelakunya.”

Selanjutnya dalam ayat (2) nya menyatakan bahwa petunjuk dapat

diperoleh dari keterangan saksi, surat, dan keterangan terdakwa.

Berdasarkan fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan di

persidangan baik dari keterangan para saksi maupun dari keterangan

terdakwa sendiri.Bahwa pada hari Selasa, tanggal 13 September 2011

sekitar jam 14.00 WIB di Desa Kalisari Rt.07 Rw.01 Kecamatan Cilongok

Kabupaten Banyumas telah terjadi perbuatan pencabulan sesama jenis

terhadap anak dibawah umur yang telah dilakukan Terdakwa Unjat

Hidayat als. Dayat bin Amsor. Pada mulanya Terdakwa menelepon saksi

korban Iqballudin Amalia bin Yugo Cahyono meminta saksi korban

supaya datang kepada Terdakwa karena akan diberikan oleh-oleh dari

Kuningan yang dijanjikan untuk saksi korban yaitu berupa kerupuk, lalu

saksi korban pergi menemui Terdakwa ke rumah kontrakan Terdakwa.

Setelah dirumah kontrakkan Terdakwa di Desa Kalisari Rt.07

Rw.01 Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas, kemudian Terdakwa

menyuruh saksi korban untuk masuk keruang tengah rumah kontarkkan

tersebut. Setelah itu Terdakwa segera mengunci semua pintu rumah

kontrakkan lalu mendekati saksi korban dan meminta untuk membuka

celana pendek bagian luar dan celana dalamnya, kemudian saksi korban

menuruti perintah terdakwa melepas celana pendek seragam SMP warna

Page 75: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

biru bagian luar dan celana dalamnya warna merah muda hingga telanjang

bagian bawahnya dengan membiarkan kaos warna abu-abu bertuliskan

“ica bob” yang ia pakai, sedangkan saksi korban tidak melakukan

perlawanan karena merasa takut dikerasi. Setelah itu terdakwa mengolesi

telapak tangannya menggunakan lotion, lalu memegang dan mengocok

alat kelamin saksi korban selama sekitar dua menit dengan posisi saksi

korban tiduran didepan dan terdakwa duduk disampingnya yang diketahui

terdakwa berjenis kelamin sama dengan Terdakwa untuk dicabuli

Terdakwa yaitu laki-laki dan laki-laki. Setelah sekitar dua menit Terdakwa

mengocok alat kelamin saksi korban mengeluarkan sperma. Kemudian

Terdakwa meminta saksi korban untuk memegang alat kelamin Terdakwa

namun hanya sebentar saksi korban sudah meminta untuk pulang.

Terdakwa menyadari bahwa saksi korban adalah anak masih

dibawah umur sekitar 13 (tigabelas) tahun dan masih sekolah di SMP.

Disamping itu pada waktu-waktu sebelumnya Terdakwa sudah pernah

sejumlah tiga kali juga pernah melakukan perbuatan cabul terhadap saksi

korban.

Berdasarkan ketentuan KUHAP tersebut di atas dikaitkan dengan

fakta-fakta yang terungkap dalam pemeriksaan di persidangan baik dari

keterangan para saksi maupun dari keterangan terdakwa sendiri,maka

terdapat adanya persesuaian keadaan baik antara keterangan saksi yang

satu dengan keterangan saksi yang lainnya maupun adanya persesuaian

antara keterangan saksi dengan keterangaan terdakwa serta persesuaian

Page 76: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

antara keterangan saksi, keterangan terdakwa dan alat bukti surat yang

ada. Sehingga dapat dipergunakan sebagai petunjuk.

4.3 Keterangan Terdakwa

Keterangan Terdakwa Unjat Hidayat Alias Dayat bin Amsor pada

intinya memberikan keterangan sebagai berikut :

Terdakwa telah melakukan perbuatan cabul kepada saksi korban

Iqballudin Amalia bin Yugo Cahyono pada hari Selasa tanggal 13

September 2011 di kontrakkan terdakwa Desa Kalisari Rt.07 Rw.01

Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

Awalnya Terdakwa menelepon saksi korban Iqballudin Amalia bin

Yugo Cahyono meminta saksi korban supaya datang kepada Terdakwa

karena akan diberikan oleh-oleh dari Kuningan yang dijanjikan untuk

saksi korban yaitu berupa kerupuk, lalu saksi korban pergi menemui

Terdakwa ke rumah kontrakan Terdakwa.

Setelah dirumah kontrakkan Terdakwa di Desa Kalisari Rt.07

Rw.01 Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas., kemudian

Terdakwa menyuruh saksi korban untuk masuk keruang tengah rumah

kontarkkan tersebut. Setelah itu Terdakwa segera mengunci semua

pintu rumah kontrakkan lalu mendekati saksi korban dan meminta

untuk membuka celana pendek bagian luar dan celana dalamnya,

kemudian saksi korban menuruti perintah terdakwa melepas celana

pendek seragam SMP warna biru bagian luar dan celana dalamnya

Page 77: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

warna merah muda hingga telanjang bagian bawahnya dengan

membiarkan kaos warna abu-abu bertuliskan “ica bob” yang ia pakai,

sedangkan saksi korban tidak melakukan perlawanan karena merasa

takut dikerasi. Setelah itu terdakwa mengolesi telapak tangannya

menggunakan lotion, lalu memegang dan mengocok alat kelamin saksi

korban selama sekitar dua menit dengan posisi saksi korban tiduran

didepan dan terdakwa duduk disampingnya yang diketahui terdakwa

berjenis kelamin sama dengan Terdakwa untuk dicabuli Terdakwa

yaitu laki-laki dan laki-laki. Setelah sekitar dua menit Terdakwa

mengocok alat kelamin saksi korban mengeluarkan sperma.Kemudian

Terdakwa meminta saksi korban untuk memegang alat kelamin

Terdakwa namun hanya sebentar saksi korban sudah meminta untuk

pulang.

Terakwa menyadari bahwa saksi korban adalah anak masih

dibawah umur sekitar 13 (tigabelas) tahun dan masih sekolah di SMP.

Disamping itu pada waktu-waktu sebelumnya Terdakwa sudah pernah

sejumlah tiga kali juga pernah melakukan perbuatan cabul terhadap

saksi korban.

5. Tuntutan Jaksa Penuntut Umum

Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka Jaksa Penuntut Umum menuntut

Terdakwa Unjat Hidayat Als. Dayat bin Amsor dengan tuntutan yang pada

intinya sebagai berikut:

Page 78: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

1. Menyatakan Terdakwa Unjat Hidayat Als. Dayat bin Amsor terbukti

secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak pidana

“Pencabulan”, sebagaimana diatur dan diancam pidana dalam Pasal

292 KUH Pidana

2. Menjatuhkan pidana penjara terhadap terdakwa Unjat Hidayat Als.

Dayat bin Amsor, selama 2 (dua) tahun 6 (enam) bulan, dikurangi

selama Terdakwa menjalani masa tahanan dengan perintah agar

Terdakwa tetap ditahan

3. Menyatakan barang bukti :

- 1 (satu) buah kaos warna abu-abu bertuliskan “ica bob”

- 1 (satu) buah celana pendek seragam SMP warna biru

- 1 (satu) buah celana dalam warna merah muda,

dikembalikan pada saksi korban Iqballudin Amalia

- 1 (satu) buah “handbody merek MARINA,

dirampas untuk dimusnahkan

4. Menetapkan supaya Terdakwa membayar biaya perkara sebesar

Rp.1.000,-- (Seribu Rupiah)

6. Putusan Pengadilan

6.1 Dasar Pertimbangan Hakim

Terhadap dakwaan penuntut umum dengan dakwaan yang

berbentuk alternatif, sehingga Majelis akan mempertimbangkan fakta di

persidangan yang pembuktiannya lebih mengarah kepada dakwaan

Page 79: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

alternatif kedua, yaitu Pasal 292 KUHP, yang unsur-unsurnya adalah

sebagai berikut:

1. Orang Dewasa;

2. Melakukan perbuatan cabul dengan orang yang belum dewasa dari

jenis kelamin yang sama;

3. Sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya hal belum dewasa

itu ;

Ad. 1. Unsur Orang Dewasa :

Menimbang, bahwa yang dimaksud dengan orang dewasadalam

penjelasan Pasal 292 KUHP, yaitu telah berumur 21 tahun atau belum

21 tahun, akan tetapi sudah pernah kawin ;

Menimbang, bahwa sesuai dengan identitas, Terdakwa lahir pada 1

Juli 1948/63 tahun, sebagaimana pula dibenarkan oleh Terdakwa

dipersidangan dan keterangan saksi-saksi;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur orang dewasa telah

terpenuhi.

Ad. 2. Unsur Melakukan perbuatan cabul dengan orang yang

belum dewasa dari jenis kelamin yang sama :

Menimbang, bahwa dalam unsur ini merupakan alternatif, yaitu

terdapat beberapa pilihan perbuatan, sehingga apabila dalam

pertimbangan Majelis, salah satu perbuatan dinyatakan telah terpenuhi,

maka selebihnya tidak perlu dipertimbangkan ;

Page 80: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Menimbang, bahwa dalam penjelasan Pasal 289 KUHP, yang

dimaksud dengan perbuatan cabul ialah segala perbuatan yang

melanggar kesusilaan (kesopanan) atau perbuatan yang keji, semuanya

itu dalam lingkungan nafsuu birahi kelamin, misalnya cium-ciuman,

meraba-raba anggota kemaluan, meraba-raba buah dada dsb, termasuk

juga onani ;

Menimbang, bahwa kejadian dalam perkara ini yaitu pada hari

Selasa tanggal 13 September 2011, sekitar pukul 14.00 WIB,

bertempat di Desa Kalisari Rt.07 Rw.01 Kecamatan Cilongok

Kabupaten Banyumas.

Menimbang, bahwa Terdakwa menelepon saksi korban Iqballudin

Amalia bin Yugo Cahyono meminta saksi korban supaya datang

kepada Terdakwa, karena akan diberikan oleh-oleh dari Kuningan

yang dijanjikan untuk saksi korban yaitu berupa kerupuk, lalu saksi

orban menemui Terdakwa kerumah kontrakkan Terdakwa ;

Menimbang, bahwa Terdakwa menyuruh saksi untuk masuk

keruang tengah rumah tersebut, setelah itu Terdakwa segera mengunci

semua pintu rumah kontrakkannya, lalu mendekati saksi korban dan

minta untuk membuka celana pendek bagian luar dan celana dalamnya;

Menimbang, bahwa Terdakwa mengolesi telapak tangannya

menggunakan lotion, lalu memegang dan mengocok alat kelamin saksi

Page 81: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

korban selama sekitar dua menit dengan posisi saksi korban tiduran

didepan dan Terdakwa duduk disampingnya sampai keluar sperma ;

Menimbang, bahwa kemudian Terdakwa meminta saksi korban

untuk memgang alat kelamin Terdakwa, namun hanya sebentar saksi

korban sudah meminta untuk pulang ;

Menimbang, bahwa saksi korban berjenis kelamin laki-laki,

berumur sekitar 13 (tigabelas) tahun, sesuai dengan Akta Kelahiran

No.:5038/TP/KEC/2005, tanggal 7 September 2005 ;

Menimbang, bahwa perbuatanTerdakwa mengocok-ngocok

kemaluan saksi korban hingga keluar sperma dan perbuatan Terdakwa

menyuruh saksi korban untuk memegang kemaluan Terdakwa

menimbulkan kepuasan Terdakwa memenuhi hasratnya sedangkan

Terdakwa mengetahui saksi korban masih dibawah umur, sehingga

dengan demikian unsur melakukan perbuatan cabul dengan orang

yang belum dewasa dari jenis kelamin yang sama telah terpenuhi ;

Ad. 3. Unsur sedang diketahuinya atau patut harus disangkanya

hal belum dewasa itu :

Menimbang, bahwa sebagai tetangga, Terdakwa tahu pasti saksi

korban masih duduk dibangku SMP atau setidak-tidaknya masih

dibawah umur, yaitu sesuai Akta Kelahiran No.:5038/TP/KEC/2005,

tanggal 7 September 2005, berumur 13 Tahun ;

Page 82: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Menimbang bahwa terlebih pada waktu kejadian, Terdakwa

memanggil saksi korban kerumahnya dengan masih mengenakan

celana seragam SMP ;

Menimbang, bahwa dengan demikian unsur sedang diketahuinya

hal belum dewasa itu telah terpenuhi ;

Menimbang, bahwa oleh karena Terdakwa mampu

bertanggungjawab, maka Terdakwa harus dinyatakan bersalah atas

tindak pidana yang didakwakan terhadap diri Terdakwa oleh karena itu

harus dijatuhi pidana ;

Menimbang, bahwa untuk menjatuhkan pidana terhadap diri

Terdakwa, maka perlu dipertimbangkan terlebih dahulu hal-hal yang

memberatkan dan yang meringankan :

Hal-hal yang memberatkan :

- Perbuatan Terdakwa membuat trauma saksi korban ;

Hal-hal yang meringankan :

- Terdakwa berterus terang, menyesali perbuatannya, dan berjanji

tidak akan mengulangi lagi ;

- Terdakwa belum pernah dihukum

- Terdakwa sudah berusia lanjut ;

6.2 Amar Putusan

1) Menyatakan Terdakwa Unjat Hidayat alias Dayat bin Amsor

terbukti secara sah dan meyakinkan bersalah melakukan tindak

Page 83: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pidana “Melakukan perbuatan cabul dengan orang lain sesama

kelamin yang diketahuinya belum dewasa” ;

2) Menjatuhkan pidana terhadap Terdakwa oleh karena itu dengan

pidana penjara selama 1 (satu) tahun 5 (lima) bulan ;

3) Menetapkan masa penahanan yang telah dijalani oleh Terdakwa

dikurangkan seluruhnya dari pidana yang dijatuhkan ;

4) Menyatakan Terdakwa tetap berada dalam tahanan ;

5) Memerintahkan barang bukti berupa :

- 1(satu) buah kaos warna abu-abu bertuliskan “ica bob”

- 1 (satu) buah celana pendek seragam SMP warna biru

- 1 (satu) buah celana dalam warna merah muda,

Dikembalikan pada saksi korban Iqballudin Amalia

- 1 (satu) buah “handbody merek Marina” ;

Dirampas untuk dimusnahkan ;

6) Membebankan kepada Terdakwa untuk membayar biaya perkara

sebesar Rp. 1.000,-(seribu rupiah).

B. Pembahasan

1. Tentang Alat Bukti Saksi Korban Anak Yang Dihadirkan Dalam

Persidangan Pada Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt

Kejahatan mengenai kesusilaan, khususnya kekerasan seksual terhadap anak

dibawah umur banyak terjadi dikalangan masyarakat. Banyak sekali kasus-kasus

kekerasan seksual yang dilakukan oleh orang dewasa terhadap anak dibawah

umur dengan tujuan untuk kepentingannya sendiri yaitu untuk melampiaskan

Page 84: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

nafsunya, tidak berfikir bahwa perbuatan yang dilakukan oleh orang dewasa

tersebut dapat merusak masa depan anak dan mempunyai dampak yang buruk

untuk perkembangan seorang anak baik dari segi fisik maupun mental.

Dalam hal ini, pelaku harus mempertanggungjawabkannya dihadapan

hukum dan untuk mempertanggungjawabkan perbuatannya pelaku harus dapat

dibuktikan secara hukum. Aparat penegak hukum mempunyai tugas untuk

membuktikan siapa pelakunya, apakah perbuatan tersebut merupakan tindak

pidana, dan apakah pelaku dapat mempertanggungjawabkan perbuatannya.

Penyidik harus melakukan serangkaian proses untuk membuktikannya agar

menjadi terang suatu perkara pidana dalam hal ini Putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

Hakim bisa menjatuhkan pidana terhadap terdakwa apabila telah

menggunakan minimal dua alat bukti yang sah, dan hakim memperoleh

keyakinan bahwa terdakwa terbukti bersalah melakukan tindak pidana yang

didakwakan.

Untuk menghadirkan saksi korban yang masih dikategorikan sebagai

anak, harus berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Para

penegak hukum harus menerapkan aturan yang sesuai dengan apa yang sudah

diatur dalam undang-undang secara spesifik sesuai dengan asas lex specialis

derogat legi generale (undang-undang khusus mengkesampingkan undang-

undang yang lama).

Sesuai dengan penjelasan diatas dan berdasarkan putusan Nomor.

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt., dikaitkan dengan KUHAP dengan Undang-Undang

Page 85: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

No. 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak dan Undang-Undang No. 13

tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi Korban mengenai dihadirkannya saksi

korban anak di persidangan dalam putusan tersebut.

Mengingat bahwa seorang anak tidak dapat dipertanggungjawabkan

secara sempurna dalam hukum pidana begitu juga pemeriksaan di persidangan

antara saksi anak dan saksi orang dewasa tidak bisa disamakan atau

diperlakukan sama karena terdapat perbedaan secara fisik dan mental antara

anak dengan orang dewasa.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam Perkara Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt. penuntut umum telah mengajukan alat bukti

keterangan saksi berjumlah 4 (empat) orang. Diantara saksi-saksi tersebut

terdapat saksi anak yang sekaligus menjadi korban. Keterangan saksi sebagai

alat bukti ialah apa yang dinyatakan di sidang pengadilan sebagaimana diatur

dalam Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang merumuskan:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di

sidang pengadilan.”

Pasal 1 angka 26 KUHAP merumuskan:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu perkara

pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami sendiri.”

Terkait dengan tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin,

untuk membuktikan kesalahan terdakwa maka penyidik melakukan serangkaian

upaya untuk mencari bukti-bukti yang dapat mengungkap suatu perkara pidana

yang ada dalam Putusan Nomor :70/Pid.sus/2011/PN.Pwt.yaitu berupa

menghadirkan 4 (empat) orang saksi termasuk saksi korban anak dalam tindak

Page 86: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin, guna membuktikan kesalahan

terdakwa bahwa terdakwa telah melakukan perbuatan cabul dengan orang yang

belum dewasa dari jenis kelamin yang sama sedang diketahuinya atau patut

harus disangkanya hal belum dewasa itu. Namun dalam pembuktiannya tetap

harus ada kesesuaian dengan alat bukti lain yang dihadirkan di persidangan.

Pasal 1 angka 27 KUHAP merumuskan:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana

yang berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana

yang ia dengan sendiri, ia lihat sendiri dan ia alam sendiri dengan

menyebut alasan dari pengetahuannya.”

Keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam perkara

pidana. Boleh dikatakan tidak ada perkara pidana yang luput dari pembuktian

alat bukti keterangan saksi. Hampir semua pembuktian perkara pidana selalu

bersandar kepada pemeriksaan keterangan saksi.75

Seperti penjelasan Pasal 159 ayat (2) KUHAP, memberikan keterangan

sebagai saksi dalam pemeriksaan perkara pidana adalah kewajiban hukum bagi

setiap orang. Kecuali saksi yang tercantum dalam Pasal 168 KUHAP sebagai

berikut:

1) Keluarga sedarah atau semenda dalam garis lurus ke atas atau

kebawah sampai derajad ketiga dari terdakwa atau yang bersama-

sama sebagai terdakwa;

2) Saudara dari terdakwa atau yang bersama-sama sebagai terdakwa,

saudara ibu atau saudara bapak, juga meraka yang mempunyai

hubungan karena perkawinan, dan anak-anak saudara terdakwa

sampai derajad ketiga;

3) Suami atau istri terdakwa meskipun sudah bercerai atau yang

bersama-sama sebagai terdakwa.

75

M.Yahya Harahap.Op.Cithal. 286.

Page 87: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Keterangan saksi yang pertama kali didengar adalah saksi korban, yaitu

saksi sekaligus korban dalam suatu tindak pidana.

Pembuktian merupakan proses yang harus dilalui guna membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, melalui alat-alat bukti setiap

peristiwa pidana yang telah terjadi dapat diungkap dan menjadi terang.

Pembuktian memegang peran yang sangat penting dalam pemeriksaan

pengadilan.

Sesuai dengan pendapat Alfitra76

dalam bukunya yang menjelaskan

tentang hukum pembuktian yaitu sebagai berikut:

“Hukum pembuktian merupakan seperangkat kaidah hukum yang

mengatur tentang pembuktian, yakni segala proses, dengan menggunakan

alat-alat bukti yang sah, dan dilakukan tindakan-tindakan dengan

prosedur khusus guna mengetahui fakta-fakta yuridis dipersidangan,

sistem yang dianut dalam pembuktian, syarat-syarat dan tata cara

mengajukan bukti tersebut serta kewenangan hakim untuk menerima,

menolak, dan menilai suatu pembuktian.”

Berdasarkan Putusan Nomor :70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt., dalam

pembuktian persidangan perkara tindak pidana pencabulan anak sesama jenis

kelamin, penunutut umum menghadirkan para saksi termasuk saksi korban anak

yaitu Iqballudin Amalia.

Saksi korban anak dalam memberikan keterangan dihadirkan dalam

persidangan karena keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti, apabila

dinyatakan di sidang pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal 160

huruf b dan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:

Pasal 160 huruf b :

76

Alfitra, Opcit,, hlm. 21.

Page 88: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“ Yang pertama-tama didengar keterangannya adalah korban yang

menjadi saksi.”

Pasal 185 ayat (1) :

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di

sidang pengadilan.”

Suatu hal yang penting dalam menggali keterangan saksi adalah sesuatu

yang merujuk pada keterangan saksi yang diberikan dan seberapa jauh dapat

meyakinkan semua pihak seperti penyidik, penuntut dan majelis hakim.

Kemudian seberapa banyak saksi yang diperlukan ditinjau dari daya guna

kesaksian dan keterkaitan saksi tersebut. Keterangan saksi harus berhubungan,

tidak bisa berdiri sendiri, karena keterangan saksi yang berdiri sendiri tidak

dapat membuktikan seluruh dakwaan.

Dalam sidang pengadilan memang yang pertama-tama dipanggil masuk

dan diperiksa itu adalah terdakwa, kemudian penuntut umum (Pasal 155

KUHAP) dan sesudahnya barulah dipanggil dan diperiksa kterangan saksi-saksi,

baik yang memberatkan maupun yang meringankan terdakwa. Adapun diantara

saksi-saksi itu siapa yang lebih dahulu harus dipanggil dan diperiksa

keterangannya adalah menurut urutan yang dipandang sebaik-baiknya oleh

hakim, akan tetapimenurut undang-undang yang paling terdahulu dipanggil

masuk dan didengar keterangannya adalah sikorban yang menjadi saksi.77

Sesuai dengan ketentuan tersebut maka perlu dihadirkannya saksi yang

mengalami sendiri suatu tindak pidana yaitu korban. Seperti penjelasan

sebelumnya bahwa saksi korban dapat dsimpulkan sebagai orang yang

77

M. Karjadi dan R. Soesilo, 1997, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan

Penjelasan Resmi, Bogor,Politeia hal.143.

Page 89: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

mengalami sendiri baik penderitaan fisik, mental, dan/atau kerugian ekonomi,

yang ia dengar sendiri dan ia lihat sendiri, baik tentang suatu tindak pidana yang

kemudian ia dapat memberikan keterangan didepan sidang pengadilan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan serta pemeriksaan di sidang pengadilan

untuk mencari kebenaran materiil.

Menurut M. Yahya Harahap78

, menerangkan bahwa:

“permasalahan saksi anak (child witness) dalam praktek peradilan sering

menghadapi kesulitan. Menurut Pasal 171 huruf a KUHAP, patokan

standar anak yang kompeten adalah 15 tahun keatas, sehingga korban

pidana yang umurnya kurang 15 tahun tidak boleh memberi keterangan

dibawah sumpah. Padahal terkadang keterangan anak tersebut sangat

relevan dan menentukan, karena dia sendiri korban dari kejahatan.sedang

saksi lain, tidak memenuhi syarat materiil, karena keterangan mereka

hanya testimonium de auditu atau hearsay evidence.”

M. Yahya Harahap79

dalam bukunya memberikan pendapat mengenai

alasan membenarkan anak kecil menjadi saksi, yaitu:

“Anak kecil tidak suka bohong tentang perkosaan yang dialaminya,

terutama dalam perlakuan penyalahgunaan seksual: anak kecil tidak

mampu membuat cerita atau mencipta rekayasa atau keterangan yang

tidak benar, karena pada dasarnya anak kecil belum mempunyai

pengalaman dan pengetahuan tentang seks. bahkan kebohongan orang

dewasa jauh lebih berbahaya dibanding anak kecil.”

Saksi korban anak dihadirkan dalam persidangan dengan kedudukan

sebagai saksi, yaitu saksi yang memberatkan bagi terdakwa karena keterangan

yang saksi korban anak berikan dalam persidangan untuk membuktikan

kesalahan yang terdakwa lakukan dan terdakwalah pelakunya, keterangan saksi

anak dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah maupun untuk

78

M Yahya Harahap, 2009.Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:

PemeriksaanSidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali, Jakarta: Sinar

Grafika,hal.202 79

Ibid.hal .205

Page 90: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

menguatkan keyakinan hakim sebagai petunjuk sehingga keterangan tersebut

menentukan putusan yang akan dijatuhi oleh Majelis Hakim.

Pada hakikatnya KUHAP menganut prinsip keharusan menghadirkan

saksi-saksi di persidangan. Hal ini ditegaskan dalam Pasal 185 (1) KUHAP yang

intinya menyatakan bahwa keterangan saksi dapat dijadikan alat bukti yang sah

apabila dinyatakan dalam sidang pengadilan. Akan tetapi, pasal 162 (1) KUHAP

sendiri memberi pengecualian apabila saksi-saksi yang telah memberikan

keterangan dalam BAP di tingkat penyidikan tidak dapat hadir karena :

1) Meninggal dunia atau karena ada halangan yang sah atau karena

2) Tempat tinggal atau kediamannya jauh dari tempat sidang atau

karena

3) Adanya tugas atau kewajiban dari negara yang dibebankan

kepadanya.

Dengan dihadirkannya saksi korban anak di dalam persidangan akan

memperkuat alat bukti yang lain serta menambah keyakinan hakim bahwa

Terdakwalah pelakunya yang telah melakukan tindak pidana pencabulan anak

sesama jenis kelamin.

Proses memberikan keterangan di peradilan bagi korban saksi kejahatan

merupakan pengalaman yang cukup emosional dan bermakna. Oleh karena itu,

yang perlu diperhatikan bukan sekedar pemenuhan rasa keadilan, namun penting

memperhatikan bagaimana keadaan emosionalnya, kemungkinan untuk

meminimalisir bias, serta turut membantu meringankan penderitaan psikologis

Page 91: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

yang mungkin timbul pada korban-saksi ketika berhadapan dengan proses

persidangan80

.

Peraturan yang ada dalam KUHAP apabila dikaitkan dengan

perlindungan anak sebagai korban tindak pidana masih lemah karena peraturan

yang ada didalamnya lebih banyak berorientasi terhadap pelaku kejahatan,

dimana tersangka dijamin hak-haknya di setiap prosesnya, hal tersebut berbeda

dengan saksi korban anak yang kurang mendapatkan perhatian dan jaminan akan

hak-haknya seperti bantuan hukum atau bantuan yang bersifat psikoilogis

padahal saksi korban adalah orang yang mendapatkan kerugian baik fisik

maupun mental.

Di dalam KUHAP diatur kepentingan korban yang diwakili oleh

pemerintah, dalam hal ini Jaksa Penuntut Umum. Namun sayangnya JPU tidak

diwajibkan untuk membela dan melindungi korban. Hal ini sangat tragis karena

jangan sampai korban kejahatan menjadi korban untuk kedua kalinya setelah

menjalani sistem peradilan pidana, karena kebanyakan korban dan saksi

merupakan orang yang awam hukum81

.

Seharusnya Jaksa penunutut umum melindungi korban tindak pidana

khususnya korban anak untuk mendapatkan bantuan hukum atau ganti kerugian

dan tidak hanya memfokuskan tuntutan pidana penjara kepada terdakwa.

80

(http://margaretha-fpsi.web.unair.ac.id/artikel_detail-70492-

Kesaksian%20dan%20PeradilanDinamika%20Psikologi%20Korban%20dan%20Saksi%20dalam

%20Memberikan%20Kesaksian%20di%20Peradilan.html)diakses 10 juni 2013, jam 13.00 WIB 81

Iskandar.http://iskandar centre.blogspot.com/2009/06/pentingnya-perlindungan-hak-

hak.html?m=1diakses 10 juni 2013, jam 13.00 WIB

Page 92: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Menurut penulis, perlindungan hak-hak korban termasuk korban anak

dalam proses persidangan dalam pengaturannya masih sedikit untuk melindungi

kepentingan korban atau korban anak. Kebanyakan cendrung mengatur tentang

hak-hak pelaku atau terdakwa. Pada kenyataannya pelaku, korban atau korban

anak mempunyai kesempatan dan hak yang sama untuk memperoleh keadilan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak. Dalam undang-undang tersebut terdapat beberapa Pasal

yang merumuskan mengenai perlindungan terhadap anak yang menjadi korban

kejahatan diantaranya :

Dalam Pasal 1 butir 1 Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002,

merumuskan;

“Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun,

termasuk anak yang masih dalam kandungan”.

Pasal 15 bahwa :

Setiap anak berhak untuk memperoleh perlindungan dari :

a. Penyalahgunaan dalam kegiatan politik;

b. Pelibatan dalam sengketa bersenjata;

c. Pelibatan dalam kerusuhan sosial;

d. Pelibatan dalam peristiwa yang mengandung unsur kekerasan; dan

e. Pelibatan dalam peperangan.

Pasal 17 bahwa:

(1) Setiap anak yang dirampas kebebasannya berhak untuk :

a. Mendapatkan perlakuan secara manusiawi dan penempatannya

dipisahkan dari orang dewasa;

b. Memperoleh bantuan hukum atau bantuan lainnya secara efektif

dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku; dan

c. Membela diri dan memperoleh keadilan di depan pengadilan anak

yang objektif dan tidak memihak dalam sidang tertutup untuk umum.

(2) Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku kekerasan seksual atau

yang berhadapan dengan hukum berhak dirahasiakan.

Page 93: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Pasal 18 bahwa:

“Setiap anak yang menjadi korban atau pelaku tindak pidana berhak

mendapatkan bantuan hukum dan bantuan lainnya.”

Pada Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban antara lain:

Menurut Pasal 1 angka (1) dan angka (2) Undang-Undang Nomor 13

Tahun 2006 tentang Perlindungan saksi dan korban, pengertian dari saksi dan

korban adalah:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyelidikan, penyidikan, penuntutan, dan pemeriksaan

disidang pengadilan tentang suatu perkara pidana yang ia dengar

sendiri,ia lihat sendiri, dan/atau ia alami sendiri.”

“Korban adalah seseorang yang mengalami penderitaan fisik, mental,

dan/atau kerugian ekonomi yang diakibatkan oleh suatu tindak pidana.”

Begitu juga Pasal 4 bahwa :

“Perlindungan Saksi dan Korban bertujuan memberikan rasa aman

kepada Saksi dan/atau Korban dalam memberikan keterangan pada

setiap proses peradilan pidana.”

Pasal tersebut sesuai dengan tugas dan fungsi LPSK yaitu memberikan

layanan perlindungan dan bantuan kepada saksi dan korban dalam setiap tahap

proses peradilan pidana dan memfasilitasi langkah-langkah pemulihan bagi

korban tindak pidana.

Dari uraian diatas seharusnya saksi korban anak pada waktu memberikan

kesaksian dipersidangan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa dan saksi

korban anak tersebut dirahasiakan serta memperoleh bantuan hukum atau

bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku.

Page 94: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Berdasarkan putusan Nomor : 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt., saksi korban anak

dihadirkan dalam persidangan karena kedudukannya sebagai saksi. Keterangan

saksi merupakan alat bukti yang paling utama dalam perkara pidana dan

memberikan keterangan sebagai saksi dalam pemeriksaan perkara pidana adalah

kewajiban hukum bagi setiap orang tidak terkecuali saksi korban anak Iqballudin

Amalia. Saksi Iqballudin Amalia dihadirkan dalam persidangan guna

mengungkap peristiwa tindak pidana yang terjadi dan memperkuat alat bukti

yang lain serta menambah keyakinan hakim bahwa terdakwa Unjat Hidayat

adalah pelaku yang telah melakukan tindak pidana sesama jenis kelamin.

Keterangan saksi Iqballudin Amalia tersebut dapat digunakan sebagai tambahan

alat bukti sah yang lain maupun untuk menguatkan keyakinan hakim sebagai

petunjuk karena memiliki persesuaian dengan alat bukti yang lain.

Akan tetapi saksi korban anak yaitu Iqballudin Amalia pada putusan

Nomor : 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt dalam pelaksanaan pemeriksaan saksi korban

anak pada waktu memberikan keterangan dipersidangan tidak dipisahkan dengan

orang dewasa, tidak dirahasiakan identitasnya, dan tidak mendapat bantuan

hukum padahal korbannya adalah anak dibawah umur. Kenyataan tersebut tidak

sesuai dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan

Anak dan Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi

dan Korban yang seharusnya saksi korban anak pada waktu memberikan

kesaksian dipersidangan penempatannya dipisahkan dari orang dewasa dan saksi

korban anak tersebut dirahasiakan serta memperoleh bantuan hukum atau

Page 95: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

bantuan lainnya secara efektif dalam setiap tahapan upaya hukum yang berlaku

sesuai dengan prinsip-prinsip yang ada dalam undang-undang tersebut.

2. Tentang Kekuatan Pembuktian Keterangan Saksi Korban Di Persidangan

Dalam Tindak Pidana Pencabulan Anak Sesama Jenis Kelamin Pada

Putusan Nomor 70/Pid.sus/2011/PN.Pwt

Istilah tindak pidana dalam KUHP dikenal dengan strafbaar feit, tidak

ada pengertian secara baku oleh undang-undang mengenai istilah tindak pidana

tersebut. Pengertian istilah tindak pidana dapat diambil dari pendapat atau

doktrin para ahli.

Menurut Moeljatno82

, tentang perbuatan pidana adalah:

“perbuatan pidana adalah perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan

hukum larangan mana disertai ancaman (sanksi) yang berupa pidana

tertentu, bagi barang siapa yang melanggar larangan tersebut

Salah satu perbuatan pidana yang memprihatinkan dan semakin

meresahkan masyarakat adalah perbuatan cabul atau kejahatan seksual yang

kebanyakan korbannya yaitu anak di bawah umur, karena anak dianggap kaum

yang lemah dan tidak dapat melindungi dirinya sendiri berbeda dengan orang

dewasa.

Perbuatan cabul dan pelecehan seksual termasuk pelanggaran terhadap

kesusilaan. Pelecehan seksual terhadap anak adalah suatu bentuk penyiksaan

anak di mana orang dewasa atau pelanggaran yang dilakukan oleh remaja yang

lebih tua terhadap seorang anak untuk mendapatkan stimulasi seksual. Bentuk

82

Moeljatno.,Opcit.hlm59

Page 96: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

pelecehan seksual anak termasuk meminta atau menekan seorang anak untuk

melakukan aktivitas seksual (terlepas dari hasilnya), paparan senonoh dari alat

kelamin kepada anak, menampilkan pornografi kepada anak, kontak seksual

yang sebenarnya terhadap anak, kontak fisik dengan alat kelamin anak, melihat

alat kelamin anak tanpa kontak fisik, atau menggunakan anak untuk

memproduksi pornografi anak.83

Menurut Pasal 1 nomor 2, Undang-Undang nomor 23 Tahun 2002 tentang

Perlindungan Anak disebutkan bahwa:

“Perlindungan anak adalah segala kegiatan untuk menjamin dan

melindungi anak dan hak-haknya agar dapat hidup. tumbuh, berkembang,

dan berpartisipasi, secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat

kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan

diskriminasi.”

Anak sebagai seseorang yang belum dewasa dan belum dapat

dipertanggungjawabkan secara hukum harus dilindungi hak-haknya agar dapat

tumbuh kembang secara normal dan tidak diperlakukan secara diskriminasi.

Secara materiil, anak tidak dapat dijadikan sebagai saksi di pengadilan, namun

dalam praktek pemeriksaan perkara pidana yang ada, anak dapat dijadikan

sebagai saksi maupun saksi korban.84

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa dalam Putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, telah terjadi tindak pidana pencabulan anak sesama

jenis kelamin dengan Terdakwa Unjat Hidayat Alias Dayat bin Amsor terhadap

83

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_terhadap_anak diakses 10 Nopember 2012, jam

20.00 WIB. 84

Sari Kusuma, Keabsahan Saksi Anak.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d4ab984cb02d/keabsahan-saksi-anak. diakses 10

januari 2013, jam 13.00 WIB.

Page 97: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

korban Iqballudin Amalia yang masih berumur 13 (tiga belas) tahun pada hari

Selasa tanggal 13 September 2011 sekitar pukul 14.00 WIB saksi korban

dicabuli oleh terdakwa dirumah kontrakan terdakwa di desa Kalisari RT.07

RW.01 Kecamatan Cilongok Kabupaten Banyumas.

Korban tindak pidana pada Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt,

yaitu Iqballudn Amalia yang diketahui bahwa umurnya masih 13 (tigabelas)

tahun yang dibuktikan dengan Akta Kelahiran No.:5038/TP/KEC/2005, tanggal

7 September 2005 maka dikategorikan sebagai anak dibawah umur. Hal ini

sesuai dengan definisi anak pada Pasal 1 Undang-Undang No.23 Tahun 2002

tentang Perlindungan Anak, disebutkan bahwa yang dimaksud dengan seorang

anak adalah,

“Seseorang yang belum berusia 18 (delapan belas) tahun, termasuk anak

yang masih dalam kandungan”

Pembuktian sangat penting guna pemeriksaan perkara dalam sidang

pengadilan. Menurut M. Yahya Harahap85

bahwa:

“Pembuktian adalah ketentuan-ketentuan yang berisi penggarisan dan

pedoman tentang cara-cara yang dibenarkan undang-undang dalam

membuktikan kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa. Pembuktian

juga merupakan ketentuan yang mengatur alat-alat bukti yang dibenarkan

undang-undang yang boleh dipergunakan hakim dalam membuktikan

kesalahan yang didakwakan.”

Pembuktian merupakan proses yang harus dilalui guna membuktikan

kesalahan yang didakwakan kepada terdakwa, melalui alat-alat bukti setiap

peristiwa pidana yang telah terjadi dapat diungkap. Pembuktian memegang

peran yang sangat penting dalam pemeriksaan pengadilan.

85

M. Yahya Harahap. Op. Cit. . hal. 273.

Page 98: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Keterangan saksi adalah alat bukti yang pertama disebutkan, mengingat

sangat dibutuhkannya keterangan saksi untuk mengungkap setiap perkara yang

terjadi.

Keterangan saksi yang mempunyai nilai pembuktian ialah keterangan

yang sesuai dengan apa yang dijelaskan Pasal 1 butir 27 KUHAP, yaitu:

“Keterangan saksi adalah salah satu alat bukti dalam perkara pidana yang

berupa keterangan dari saksi mengenai suatu peristiwa pidana yang ia

dengar sendiri, ia lihat sendiri dan alami sendiri dengan menyebut alasan

dari pengetahuannya itu.”

Pada umumya, alat bukti keterangan saksi merupakan alat bukti yang

paling utama dalam perkara pidana. Boleh dikatakan tidak ada perkara pidana

yang luput dari pembuktian alat bukti keterangan saksi. Hampir semua

pembuktian perkara pidana selalu bersandar kepada pemeriksaan keterangan

saksi.86

Berikut adalah beberapa syarat agar keterangan saksi dapat dianggap sah

sebagai alat bukti yang memiliki nilai kekuatan pembuktian, yaitu sebagai

berikut:

e) Saksi harus mengucapkan sumpah atau janji.

Sesuai dengan rumusan Pasal 160 ayat (3) KUHAP berikut:

“Sebelum memberikan keterangan wajib mengucapkan sumpah atau

janji. Adapun sumpah atau janji tersebut dilakukan menurut cara

agamanya masing-masing, lafal sumpah atau janji berisi bahwa saksi

akan memberikan keterangan yang sebenar-benarnya dan tiada lain

dari pada yang sebenarnya.”

Sumpah atau janji wajib diucapkan sebelum saksi memberikan

keterangan, dan dilakukan menurut cara agamaya masing-masing. Menurut

86

Ibid. hal. 286.

Page 99: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Pasal 171 KUHAP terdapat pengecualian siapa saja yang dapat memberi

keterangan tanpa disumpah, yaitu:

Yang boleh diperiksa untuk memberikan keterangan tanpa

sumpah ialah:

1. Anak yang umurnya belum cukup lima belas tahun dan belum

pernah kawin;

2. Orang sakit ingatan atau sakit jiwa meskipun kadang-kadang

ingatannya baik kembali.

Berdasarkan Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt., dalam

pembuktian persidangan perkara tindak pidana pencabulan anak sesama jenis

kelamin, dihadirkan para saksi termasuk saksi korban yaitu Iqballudin

Amalia, berbeda dengan saksi yang lain saksi Iqballudin Amalia tidak

dilakukan penyumpahan karena saksi korban masih berumur 13 tahun yang

dikategorikan sebagai anak dibawah umur.Hal ini tidak sesuai dengan Pasal

160 ayat (3) KUHAP yang mengharuskan saksi disumpah terlebih dahulu

sebelum memberikan keterangan, akan tetapi terdapat pengecualian yaitu

sesuai dengan Pasal 171 KUHAP bahwa :

“anak yang umurnya belum cukup limabelas tahun dan belum pernah

kawin dapat memberi keterangan tanpa sumpah”.

Keterangan saksi Iqballudin Amalia tersebut dapat digunakan sebagai

tambahan alat bukti sah yang lain maupun untuk menguatkan keyakinan

hakim sebagai petunjuk.

Menurut M Yahya Harahap87

untuk mempergunakan keterangan

tanpa sumpah baik sebagai “tambahan” alat bukti yang sah maupun untuk

87

Ibid. hal 293

Page 100: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

“menguatkan keyakinan” hakim atau sebagai “petunjuk”, harus dibarengi

dengan syarat:

a. Harus lebih dulu telah ada alat bukti yang sah,

Misalnya telah ada alat bukti keterangan saksi, alat bukti

keterangan ahl, alat bukti surat atau keterangan terdakwa.

b. Alat bukti yang sah itu telah memenuhi batas minimum

pembuktian yakni telah ada sekurang-kurangnya dua alat bukti

yang sah.

c. Kemudian antara keterangan tanpa sumpah itu dengan alat bukti

yang sah, terdapat saling persesuaian.

Dari syarat pertama dan kedua telah terpenuhi yang mana pada

Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.,alat bukti yang sah adalah

keterangan terdakwa diberkas sendiri yang diberikan dengan mengangkat

sumpah sesuai Pasal 160 ayat (3) KUHAP.

f) Keterangan saksi yang bernilai sebagai alat bukti.

Tidak semua keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti.

Keterangan saksi yang mempunyai nilai sebagai alat bukti adalah keterangan

yang sesuai dengan apa yang dijelaskan dalam Pasal 1 butir 27 KUHAP.

Keterangan yang diberikan oleh saksi korban Iqballudin Amalia adalah

keterangan yang saksi alami sendiri, ini sesuai dengan Pasal 1 butir 27

KUHAP, yaitu:

“apa yang saksi lihat sendiri, saksi dengar sendiri, dan saksi alami

sendiri, serta menyebut alasan dari pengetahuannya itu.”

Maka keterangan saksi korban Iqballudin Amalia tersebut merupakan

keterangan yang mempunyai nilai sebagai alat bukti.

Page 101: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

g) Keterangan saksi harus diberikan di sidang pengadilan.

Keterangan saksi mempunyai nilai sebagai alat bukti, apabila

dinyatakan di sidang pengadilan. Hal tersebut sesuai dengan ketentuan Pasal

185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di

sidang pengadilan.”

Apabila keterangan saksi tersebut dinyatakan diluar persidangan, maka

bukan merupakan suatu alat bukti.Sesuai dengan syarat sah diatas bahwa

keterangan saksi harus diberikan disidang pengadilan sudah tepat karena

semua saksi termasuk saksi korban Iqballudin amalia memberikan

keterangannya didalam sidang pengadilan.

Keterangan tersebut sesuai dengan Pasal 1 butir 26 KUHAP sebagai

berikut:

“Saksi adalah orang yang dapat memberikan keterangan guna

kepentingan penyidikan, penuntutan dan peradilan tentang suatu

perkara pidana yang ia dengar sendiri, ia lihat sendiri dan ia alami

sendiri.”

Agar supaya keterangan saksi dapat mempunyai nilai sebagai alat

bukti, keterangan tersebut harus “dinyatakan” di sidang pengadilan. Dalam

putusan tersebut para saksi termasuk saksi korban Iqballudin Amalia

memberikan keterangan didalam persidangan, hal tersebut sesuai dengan

ketentuan Pasal 185 ayat (1) KUHAP yang berbunyi:

“Keterangan saksi sebagai alat bukti ialah apa yang saksi nyatakan di

sidang pengadilan.”

Page 102: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

h) Keterangan seorang saksi saja dianggap tidak cukup.

Supaya keterangan saksi dapat dianggap cukup membuktikan kesalahan

terdakwa harus dipenuhi paling sedikit atau sekurang-kurangnya dengan dua

alat bukti. Dengan demikian keterangan seorang saksi saja barulah bernilai

sebagai satu alat bukti saja dan harus dicukupi dengan alat bukti yang lainnya.

Bertitik tolak dari ketentuan Pasal 185 ayat (2) KUHAP, keterangan seorang

saksi saja belum dapat dianggap sebagai alat bukti yang cukup untuk

membuktikan kesalahan terdakwa, atau “unus testis nullus testis”.88

Pada kasus yang ada dalam Putusan Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

saksi yang diajukan yaitu sebanyak 4 (empat) orang dan semuanya diajukan

oleh jaksa. Saksi-saksi yang diajukan adalah saksi korban yaitu Iqballudin

Amalia, serta saksi yang lain yaitu Samiati, Darti, dan Khadir Abdul Qodir,

keempat saksi tersebut memberikan keterangan dibawah sumpah kecuali

saksi korban Iqballudin Amalia karena masih dibawah umur dan keterangan

saksi-saksi dibenarkan oleh terdakwa. Keterangan saksi korban tersebut

memiliki kesesuaian dengan alat bukti sah yang lain. Oleh karena itu

keterangan saksi Iqballudin Amalia dipergunakan sebagai tambahan alat bukti

yang sah maupun untuk menguatkan keyakinan hakim sebagai petunjuk.

Dari penjelasan tersebut, apabila dihubungkan dengan Putusan Nomor

70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt., maka dapat diketahui bahwa hakim mempunyai

kebebasan untuk menilai kebenaran yang terkandung dalam keterangan saksi

korban. Masing-masing saksi memenuhi syarat materiil sebagai saksi yaitu

88

Ibid. hlm. 288.

Page 103: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

saksi telah memberikan keterangan yang ia rasakan, ia lihat dan ia alami

sendiri. Kemudian masing-masing saksi dari penuntut umum juga telah

memenuhi syarat formil karena telah diambil sumpahnya sebelum

memberikan keterangannya sehingga sah sebagai alat bukti kecuali saksi

korban anak Iqballudin Amalia karena umurnya masih 13 tahun, akan tetapi

keterangan saksi anak tersebut dapat dipergunakan sebagai tambahan alat

bukti yang sah maupun untuk menguatkan keyakinan hakim sebagai

petunjuk. Lalu keterangan saksi-saksi tersebut dihubungkan satu dengan yang

lainnya terdapat saling persesuaian dan saling menguatkan. Kemudian di

tambah dengan keterangan terdakwa yang telah mengakui perbuatannya.

Apabila keterangan saksi dan keterangan terdakwa saling dihubungkan maka

terdapat persesuaian dan saling menguatkan sehingga menimbulkan

keyakinan hakim dengan memutuskan terdakwa terbukti secara sah dan

meyakinkan melakukan tindak pidana perbuatan cabul sesama jenis kelamin.

Maka dapat disimpulkan bahwa keterangan saksi korban anak dapat

dipergunakan sebagai tambahan alat bukti yang sah maupun untuk

menguatkan keyakinan hakim sebagai petunjuk dan cukup untuk

membuktikan bahwa terdakwa benar-benar bersalah karena telah melakukan

tindak pidana pencabulan anak sesama jenis kelamin.

Page 104: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta telaah terhadap

Putusan Pengadilan Negeri Purwokerto Nomor 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt, maka

dapat diambil simpulan sebagai berikut :

1. Saksi korban anak dihadirkan dalam persidangan karena kedudukannya

sebagai saksi. Keterangan saksi merupakan alat bukti yang paling utama

dalam perkara pidana dan memberikan keterangan sebagai saksi dalam

pemeriksaan perkara pidana adalah kewajiban hukum bagi setiap orang

tidak terkecuali saksi korban anak Iqballudin Amalia. Dihadirkannya

saksi korban dipersidangan dalam tindak pidana pencabulan anak sesama

jenis kelamin pada Putusan Nomor 70/Pid.sus/2011/PN.Pwt adalah

sebagai tambahan alat bukti sah yang lain maupun untuk menguatkan

keyakinan hakim sebagai petunjuk karena memiliki persesuaian dengan

alat bukti yang lain. Disamping itu hadirnya saksi korban dipersidangan

berguna untuk mengungkap peristiwa tindak pidana yang telah terjadi.

2. Kekuatan Pembuktian Alat Bukti Saksi Korban, berdasarkan keterangan

saksi korban Iqballudin Amalia yang masih dibawah umur dibuktikan

dengan Akta Kelahiran No.:5038/TP/KEC/2005, tanggal 7 September

2005, berumur 13 Tahun, apabila dihubungkan dengan Pasal 171

KUHAP maka kesaksiannya tidak disumpah, dengan demikian

keterangan saksi yang tidak disumpah tidak dapat dijadikan alat bukti

Page 105: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

yang sah. Akan tetapi keterangan saksi Iqballudin Amalia dapat

dipergunakan sebagai tambahan alat bukti sah yang lain maupun untuk

menguatkan keyakinan hakim sebagai petunjuk.

B. Saran

Penulis dalam skripsi ini memberikan saran sebagai berikut:

1. Hendaknya hakim dalam memutus perkara pidana harus memberikan

efek yang jera bagi pelakunya, karena kebanyakan korbannya adalah

anak dibawah umur yang tidak dapat membela dan melindungi dirinya

seperti orang dewasa. Maka dari itu vonis bagi para pelaku tindak pidana

pencabulan anak adalah vonis yang seberat mungkin agar tidak ada lagi

pelaku kejahatan seksual terhadap anak.

2. Hendaknya hakim dalam memutus perkara memperhatikan kepentingan

si anak yang menjadi korban dengan memberikan perlindungan terhadap

hak anak yang merupakan hak asasi manusia.

Page 106: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

DAFTAR PUSTAKA

A. Literatur

Abidin. Farid A.Z.,1981, Sejarah dan Perkembangan Asas Opportunitas di Indonesia,

Ujung Pandang: UNHAS,

Poernomo. Bambang. 1992.Asas-Asas Hukum Pidana. Ghalia Indonesia: Jakarta,

Chazawi. Adami, 2007. Tindak Pidana Mengenai Kesopanan. Jakarta: PT Raja Grafindo

Persada.

Gosita, Arief . 1993, Masalah Korban Kejahatan, Jakarta: Akademika Pressindo.

Harahap. M. Yahya, 2001Pembahasan Permasalahan Dan Penerapan KUHAP (Jilid

I).,Jakarta : Pustaka Kartini.

Harahap. M. Yahya, 2009. Pembahasan Permasalahan dan Penerapan KUHAP:

Pemeriksaan Sidang Pengadilan, Banding, Kasasi, dan Peninjauan Kembali,

Jakarta: Sinar Grafika

Hamzah. Andi, 2011.Hukum Acara Pidana Indonesia Edisi Kedua, Jakarta: Sinar

Grafika.

Hiariej, O.S Eddy, 2012, Teori dan Hukum Pembuktian, Yogyakarta : Erlangga

H. R. Abdussalam, 2006, Prospek Hukum Pidana Indonesia Dalam Mewujudkan Rasa

Keadilan Masyarakat Jilid 2, , Jakarta, Restu Agung.

Ibrahim. Joni, 2011. Teori dan Metodologi Penelitian Hukum Normatif, Malang: Bayu

Media Publishing.

Iswanto. Angkasa, 2011.Viktimologi , Peneribit Fakultas Hukum Universtas Jenderal

Soedirman. Purwokerto .

Lamintang. P.A.F , 1997. Dasar-Dasar Hukum Pidana Indonesia, Citra Aditya

Bakti.Bandung

Marpaung. Leden, 2004, “Kejahatan Terhadap Kesusilaan dan Masalah Preverensinya”,

Jakarta, Sinar Grafika

Lamintang P.A.F dan Theo Lamintang, 2009. Delik-Delik Khusus Kejahatan melanggar

norma-norma kesusilaan dan norma-norma kepatutan.Jakarta.Sinar Grafika.

Marpaung. Leden, 2010, Proses Penanganan Perkara Pidana, , Jakarta: Sinar Grafika.

Edisi Kedua.

Moeljatno. 2009. Asas-Asas Hukum Pidana..Rineka Cipta. Jakarta.

Page 107: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

Mulyadi Lilik. 2005. Pengadilan Anak di Indonesia Teori, Praktek dan

Permasalahannya. Mandar Maju: Bandung

Muladi, 2005, HAM dalam perspektif Sistem Peradilan Pidana, Bandung: Refika

Aditama.

Mohammad Taufik Makaro dan Suharsil . 2004. Hukum Acara Pidana Dalam Teori dan

praktek, Ghalia Indonesia,Jakarta

M. Karjadi dan R. Soesilo, 1997, Kitab Undang-Undang Hukum Acara Pidana dengan

Penjelasan Resmi, Bogor,Politeia

Prodjodikoro. R Wirjono, 1980.Hukum Acara Pidana di Indonesia. Bandung: Sumur

Bandung.

. R Wirjono, 2002, Tindak-tindak Pidana Tertentu di Indonesia, Jakarta

PT. Refika Aditama,.

Ramelan, 2006 Hukum Acara Pidana Teori dan Implementasi, Sumber Ilmu Jaya,

Jakarta,

R Soesilo. 1980,Teknik dan Penyidikan Perkara Kriminil. Politeia, Bogor.

Waluyadi.1999,Pengetahuan Hukum Dasar Hukum Acara Pidana (Sebuah Catatan

Khusus), Bandung: Mandar Maju

Wirjono Prodjodikoro. 1967. Hukum Atjara Pidana di Indonesia. Jakarta: Sumur

Bandung.

B. Peraturan Perundang-Undangan

Indonesia, Undang-Undang No. 1 Tahun 1946 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Pidana (KUHP).

________,Undang-Undang No. 8 Tahun 1981 tentang Kitab Undang-Undang Hukum

Acara Pidana (KUHAP).

________,Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak

________,Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2006 tentang Perlindungan Saksi dan

Korban

Page 108: PEMBUKTIAN KETERANGAN SAKSI KORBAN DALAM …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/SKRIPSI_8.pdf · same-sex Number decision 70 ... kasus kekerasan seksual yang dilakukan

C. Sumber Lain

Putusan Nomor : 70/Pid.Sus/2011/PN.Pwt.

Alhafizh Muslihin, Alat Bukti yang Sah Menurut KUHP,

http://www.referensimakalah.com/2012/05/alat-bukti-yang-sah-menurut

kuhp_2231.html diakses 5 Nopember 2012, jam 20.00 WIB.

Bala Usman,http//usmanbala.blogspt.com/2009/03/semua-orang-berhak diperlakukan-

sama.html?m=1. diakses tanggal11 Juni 2013 jam 13.00 WIB

Kusuma, Sari. Keabsahan Saksi Anak.

http://www.hukumonline.com/klinik/detail/lt4d4ab984cb02d/keabsahan-saksi-

anak. diakses 10 januari 2013, jam 13.00 WIB.

Putra, Ario. Kelemahan KUHAP Dari Segi Perlindungan Hukum Terhadap Saksi/Korban.

http://bahankuliahnyaryo.blogspot.com/2009/12/kelemahan-kuhap-dari-segi-

perlindungan.html diakses 10 januari 2013, jam 13.00 WIB.

Iskandar.http://iskandar centre.blogspot.com/2009/06/pentingnya-perlindungan-hak-

hak.html?m=1diakses 10 juni 2013, jam 13.00 WIB

Eko Budi santoso, Pengertian Anak, (online) tersedia di website http://ras-

eko.blogspot.com/2012/12/pengrtian-anak.html?m=1 diakses tanggal 20 Maret

2013

http://id.wikipedia.org/wiki/Kekerasan_terhadap_anak diakses 10 Nopember 2012, jam

20.00 WIB.