BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome...

118
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada zaman dahulu penyelenggaraan rumah sakit berorientasi pada kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong menolong diantara sesama, serta samangat keagamaan yang tinggi dalam kehidupan umat manusia. Sejalan dengan peradaban umat manusia serta perkembangan tatanan sosio budaya masyarakat, rumah sakit yang telah berkembang menjadi suatu lembaga berupa “unit sosio ekonomi “ yang majemuk seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi pada umumnya, khususnya dalam bidang kedokteran dan kesehatan. 1 Perkembangan rumah sakit menjadi suatu lembaga unit sosio ekonomi menyebabkan mahalnya biaya yang harus dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan terutama pelayanan kesehatan dirumah sakit. Tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia menyebabkan masih banyak masyarakat miskin yang belum mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi ini tentu tidak sebanding dengan ekonomi masyarakat miskin yang harus mengeluarkan biaya tinggi untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pemerintah seharusnya lebih cepat tanggap akan pentingnya kesehatan, sebab kesehatan merupakan bagian terpenting untuk mencapai kesejahteraan. 1 Anny Isfandyarie, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku I, Prestasi Publisher, Jakarta, hlm. 51.

Transcript of BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome...

Page 1: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman dahulu penyelenggaraan rumah sakit berorientasi pada

kemurnian rasa kasih sayang, kesadaran sosial dan naluri untuk saling tolong

menolong diantara sesama, serta samangat keagamaan yang tinggi dalam

kehidupan umat manusia. Sejalan dengan peradaban umat manusia serta

perkembangan tatanan sosio budaya masyarakat, rumah sakit yang telah

berkembang menjadi suatu lembaga berupa “unit sosio ekonomi “ yang majemuk

seiring dengan kemajuan ilmu dan teknologi pada umumnya, khususnya dalam

bidang kedokteran dan kesehatan.1 Perkembangan rumah sakit menjadi suatu

lembaga unit sosio ekonomi menyebabkan mahalnya biaya yang harus

dikeluarkan oleh pasien yang menggunakan jasa pelayanan kesehatan terutama

pelayanan kesehatan dirumah sakit.

Tingkat kemiskinan yang ada di Indonesia menyebabkan masih banyak

masyarakat miskin yang belum mendapatkan akses pelayanan kesehatan. Kondisi

ini tentu tidak sebanding dengan ekonomi masyarakat miskin yang harus

mengeluarkan biaya tinggi untuk memperoleh pelayanan kesehatan. Pemerintah

seharusnya lebih cepat tanggap akan pentingnya kesehatan, sebab kesehatan

merupakan bagian terpenting untuk mencapai kesejahteraan.

1 Anny Isfandyarie, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku I, Prestasi

Publisher, Jakarta, hlm. 51.

Page 2: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

2

Berdasarkan Pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia yang menyatakan bahwa :

“Setiap orang berhak hidup sejahtera lahir dan batin, bertempat tinggal

dan mendapatkan lingkungan hidup yang baik dan sehat serta berhak

memperoleh pelayanan kesehatan”.

Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

menyatakan bahwa:

“Negara bertanggung jawab atas penyediaan fasilitas pelayanan kesehatan

dan fasilitas pelayanan umum yang layak “.

Amanat kedua pasal diatas menunjukan bahwa negara yang harus

bertanggung jawab atas pelayanan kesehatan dan penyediaan fasilitas pelayanan

kesehatan bagi setiap orang termasuk masyarakat miskin.

Pembangunan kesehatan adalah sebagai bagian dari pembangunan

nasional, dalam pembangunan kesehatan tujuan yang ingin dicapai adalah

meningkatkan derajat kesehatan masyarakat yang optimal.2 Kesehatan merupakan

faktor utama dalam kehidupan, maka pemerintah harus melakukan tindakan nyata

untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat.

Kenyataanya derajat kesehatan di Indonesia masih rendah hal ini

digambarkan bahwa angka kematian ibu dan angka kematian bayi bagi

masyarakat miskin tiga setengah sampai dengan empat kali lebih tinggi dari

2 Sundoyo, Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu Cara Menyejahterakan Rakyat, Vol.

2. No. 4. Jurnal Hukum Kesehatan. Jakarta. hlm. 15.

Page 3: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

3

masyarakat tidak miskin.3 Salah satu penyebabnya karena mahalnya biaya

pelayanan kesehatan yang harus dikeluarkan. Pemerintah seharusnya lebih

tanggap dengan kondisi ini, mahalnya biaya pelayanan kesehatan dapat

mengakibatkan kematian. Upaya preventif sebenarnya sangat perlu dilakukan oleh

pemerintah untuk dapat mencegah timbulnya penyakit, kematian ibu dan atau

bayi.

Masyarakat miskin biasanya rentan terhadap penyakit dan mudah terjadi penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan lingkungan dan perumahan yang saling berhimpitan, perilaku hidup bersih masyarakat yang belum membudaya, pengetahuan terhadap kesehatan dan pendidikan yang umumnya masih rendah.4 Keadaan tersebut tentu mencerminkan rendahnya tingkat kesehatan yang

ada di Indonesia. Tingginya angka kesakitan berakibat terhadap biaya yang harus

dikeluarkan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan terutama tingginya biaya

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan pasien rawat inap.

Surat kabar Kompas dalam penerbitanya akhir Desember 1978, dalam laporannya mengesankan adanya hal-hal yang tidak perlu didalam penyediaan obat-obatan. Hal-hal yang tidak perlu ini ditambah dengan sifat-sifat perdagangan, membuat harga obat menjadi tinggi, yang sebenarnya tidak relevan dengan kebutuhan medis dalam suatu pengobatan. Tidak jarang bahwa harga obatnya sendiri cukup mahal, tetapi kepentingan perdagangan, obat-obatan tersebut diberikan rasa yang lebih enak, bungkus yang lebih bagus, sehingga harga tambahan dari faktor-faktor ini melampaui harga dari obatnya sendiri.5

3 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/ Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. hlm. 1. 4 Ibid. 5 Sulastomo, 2003, Manajemen Kesehatan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta, hlm. 9.

Page 4: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

4

Biaya pelayanan kesehatan bukan hanya mencangkup harga obat yang

harus dibayar, tetapi juga termasuk imbalan jasa keahlian maupun tempat

perawatan (rumah sakit). Tingginya biaya yang harus dikeluarkan untuk berobat

tentunya tidak semua masyarakat mampu untuk membayar, terutama masyarakat

miskin.

Beban finansial bagi pasien rawat inap yang tentunya besar

mengakibatkan masyarakat miskin cenderung tidak pergi ke rumah sakit.

Ketakutan untuk membayar pelayanan kesehatan yang tinggi mengakibatkan

mereka juga tidak ingin pergi ke rumah sakit pemerintah, walaupun rumah sakit

pemerintah menerima subsidi dari pemerintah, orang miskin tidak mendapatkan

subsidi yang cukup karena berbagai alasan. Fakta bahwa orang miskin diharuskan

membayar tarif kamar perawatan, prosedur pengobatan dan obat serta peralatan

medis menjadi hambatan bagi mereka untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang sesuai. Masyarakat mengetahui bahwa ketika mereka pergi ke rumah sakit

pemerintah, mereka harus membayar biaya dalam jumlah yang besar. Kebutuhan

akan jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin sangat diperlukan apalagi bila

salah satu anggota keluarga diharuskan memperoleh pelayanan kesehatan rawat

inap di rumah sakit. Biaya pelayanan kesehatan rumah sakit bagi pasien rawat

inap yang tidak memiliki asuransi kesehatan, tidak ada keluarga yang membantu,

tidak memiliki tabungan bahkan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari belum

dapat mencukupi akan menghancurkan keluarga sebab anggota keluarga yang lain

Page 5: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

5

juga memerlukan biaya untuk kebutuhan hidup bukan hanya untuk membayar

biaya pelayanan kesehatan rawat inap.

Amanat dari Pasal 28 H ayat (1) dan 34 ayat (3) Undang- Undang Dasar

Negara Republik Indonesia diwujudkan dengan adanya Program Jaminan

Kesehatan Masayarakat (Jamkesmas). Dikeluarkanya program ini diharapkan

masyarakat miskin dan tidak mampu dapat memperoleh pelayanan kesehatan

yang diperlukan.

Pasal 20 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

menyatakan bahwa:

Ayat (1) Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan jaminan kesehatan masyarakat melalui sistem jaminan sosial nasional bagi upaya kesehatan perorangan; Ayat (2) Pelaksanaan sistem jaminan sosial sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai peraturan perundang-undangan. Berdasarkan ketentuan diatas, mempertegas bahwa Pemerintah

bertanggung jawab atas pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat

melalui sistem jaminan sosial nasional yang dilaksanakan sesuai peraturan

perundang-undangan. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem

Jaminan Sosial Nasional, belum dapat diimplementasikan mengingat aturan

pelaksanaan berupa Peraturan Pemerintah, Peraturan Presiden dan Keputusan

Presiden sampai dengan saat ini belum diundangkan kecuali Keputusan Presiden

tentang Pengangkatan Dewan Jaminan Sosial Nasional. Belum dapat

diimplementasikannya undang-undang tersebut semakin mempersulit masyarakat

Page 6: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

6

untuk mendapatkan jaminan, terutama jaminan kesehatan yang sangat diperlukan

bagi masyarakat miskin.

Kementrian Kesehatan mengeluarkan program jaminan kesehatan untuk

masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas kesehatan. Menteri

Kesehatan sebagai penanggung jawab langsung masalah bidang kesehatan

mengeluarkan suatu program Jamkesmas. Pedoman yang menjadi acuan

pelaksanaan Jamkesmas adalah Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia

No. 903/ Menkes/ PER/ V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan.

Tahun 2007 dan 2008 terjadi peningkatan jumlah penduduk miskin yang

dijamin oleh Jamkesmas, jumlah penduduk miskin dan hampir miskin yang

dijamin pemerintah terus meningkat hingga menjadi 76,4 juta jiwa. Peningkatan

pemanfaatan program Jamkesmas menunjukan bahwa tujuan program tersebut

telah tercapai.6 Peningkatan peserta Jamkesmas harus tetap diperhatikan oleh

pemerintah terutama mengenai pelayanan kesehatan yang diberikan. Rumah sakit

sebagai salah satu tempat yang memberikan pelayanan kesehatan terhadap

masyarakat juga perlu mendapatkan perhatian atas segala tindakan-tindakan yang

dilakukan dalam rangka memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Banyak kasus yang ditemukan dalam survey Citizen Report Cards (CRC) 2010. Survei ini dilakukan ICW pada 986 pasien miskin pemegang kartu Jamkesmas, Jamkesda, Gakin, dan SKTM pada 19 rumah sakit pemerintah dan swasta di Jabodetabek, periode 13 Oktober-13 November 2010.

6 Sundoyo dan Siti Maimunah Siregar, Tinjauan Yuridis Penyelenggaraan Jamkesmas 2008.

Vol.1. No.2. 2008. Jurnal Hukum Kesehatan. Jakarta. hlm. 21.

Page 7: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

7

Berdasarkan CRC masih ditemukan pasien miskin yang enggan menggunakan kartu Jamkesmas, Jamkesda, dan Gakin diawal pengobatan karena dikawatirkan ditolak berobat secara halus oleh pihak rumah sakit. Penolakan tersebut disertai alasan seperti tempat tidur penuh, tidak punya peralatan kesehatan, dokter atau obat yang memadai untuk tidak menerima pengobatan pasien tersebut. Hal ini membuktikan bahwa pelayanan rumah sakit bagi pasien miskin belum kunjung membaik. Pasien miskin masih menganggap rumah sakit belum memprioritaskan pelayanan bagi mereka. Diantara jenis pelayanan rumah sakit, pengurusan administrasi merupakan pelayanan paling banyak dikeluhkan oleh pasien miskin. Dari 989 total responden, 47,3 persen masih mengeluhkan pelayanan tersebut. Sementara keluhan terhadap pelayanan dokter, perawat, petugas rumah sakit lain, keluhan uang muka, keluhan penolakan rumah sakit, dan keluhan fasilitas-sarana rumah sakit disampaikan berturut-turut oleh 18,2 persen, 18,7 persen, 10,2 persen dan 13,6 persen pasien miskin.7 Berdasarkan hasil survey dari Citizen Report Cards (CRC) 2010

menggambarkan belum membaiknya pelayanan kesehatan yang diberikan bagi

peserta Jamkesmas. Hasil survey yang dilakukan di Jabodetabek yang seharusnya

dapat dijadikan sebagai percontohan bagi pelaksanaan pelayanan kesehatan bagi

daerah lain justru belum berhasil. Penegakan hukum yang masih tebang pilih

juga ternyata berlaku dalam pemberian pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Sistem tebang pilih ternyata juga berlaku di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kabupaten Sampang. Kali ini menimpa Mariyah (17), pasien bersalin pengguna jaminan kesehatan masyarakat ( Jamkesmas) asal desa Padiyangan Kecamatan Robatal. Anehnya, semenjak masuk RSUD Sampang pukul 22.00 wib hari Minggu 24 juli 2011 hingga 28 juli 2011, pasien sama sekali tidak disentuh oleh petugas Rumah Sakit. Akibatnya, kondisi pasien saat ini semakin memprihatinkan. 8

7 Pelaksanaan Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin, http // news.okezone.com,

Masih_Sebelah_Mata_Pandang_Kelas_Bawah, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011. 8 Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http// beritajatim.com, 4_ Hari_ Pasien_ Jamkes

mas_ Ditelankarkan_RSUD_Sampang, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Page 8: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

8

Peristiwa yang dialami oleh Mariyah menunjukan bahwa pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada masyarakat miskin peserta Jamkesmas sangat

buruk. Empat hari dirumah sakit tidak diberikan pelayanan kesehatan yang

semestinya, tentunya mencerminkan bahwa pelayanan kesehatan bagi pasien

rawat inap peserta Jamkesmas tidak berjalan semestinya.

Sejumlah pasien program Jamkesmas di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo, milik Pemkab Bojonegoro, Jawa Timur (Jatim), sejak sepekan terakhir dirawat dilorong rumah sakit. Direktur RSUD Sosodoro Djatikoesoemo Bojonegoro, Sunhadi yang diminta konfirmasi mengaku, belum tahu adanya pasien yang dirawat dilorong ruangan perawatan Asoka dan Sakura. Secara terpisah, seorang pasien Jamkesmas asal Desa Nglarangan, kecamatan Kanor, Yitno mengaku, sudah menjalani perawatan dilorong ruangan Sakura, sejak masuk rumah sakit, sepekan yang lalu. Dilorong tersebut, selain Yitno, juga ada seorang pasien lainnya lengkap dengan berbagai peralatan medis, termasuk tempat tidur. Sementara itu, ruangan Asoka yang merawat penyakit dalam, juga ada dua pasien yang dirawat dilorong.9 Pasien rawat inap peserta Jamkesmas seharusnya mendapatkan pelayanan

kesehatan sesuai dengan ketentuan yang berlaku yaitu ditempatkan diruang kelas

III bukan dilorong ruangan. Penempatan pasien peserta Jamkesmas tersebut

tentunya sangat menyimpang dengan ketentuan yang ada semestinya bila alasan

dirawat dilorong ruangan karena tidak tersedianya tempat tidur, peserta terpaksa

dirawat dikelas yang lebih tinggi dari kelas III dan biaya pelayanannya tetap

diklaimkan menurut biaya kelas III. Gambaran yang lebih memprihatinkan

tentang pelayanan kesehatan dirumah sakit yaitu mengenai penolakan pasien

masyarakat miskin peserta Jamkesmas.

9 Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http// antaranews.com, ,Pasien_ Jamkesmas_

Dirawat_ di_lorong_RS, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Page 9: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

9

Penolakan terhadap pasien miskin kembali terulang. Said, salah seorang pasien miskin dibawa pulang keluarganya, baru-baru ini. Sebab, pihak rumah sakit menolak mengoperasi pasien yang hanya mengantongi Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) itu tanpa alasan yang jelas. Warga Balaraja, Tangerang, Banten.10

Peristiwa diatas mencerminkan bahwa adanya ketidakadilan pelayanan

kesehatan yang diperuntukan bagi masyarakat miskin pasien rawat inap peserta

Jamkesmas. Fakta yang terjadi dari beberapa peristiwa diatas dapat di

identifikasikan mengenai masalah yang terjadi di rumah sakit terkait dengan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin peserta Jamkesmas, yaitu:

1. Keterbatasan ruangan bagi pasien rawat inap khususnya bagi pasien yang

menggunakan kartu Jamkesmas. Sehingga banyak terjadi penolakan terhadap

masyarakat miskin yang membutuhkan pelayanan kesehatan rawat inap

dengan alasan ruangan penuh dan juga berakibat ada pasien rawat inap di

rumah sakit yang mendapatkan pelayanan kesehatan di lorong ruangan.

2. Penerapan kendali mutu pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit perlu

diperhatikan. Peristiwa yang dialami Mariyah, pasien dari RSUD Kabupaten

Sampang yang tidak mendapatkan pelayanan kesehatan dirumah sakit

tentunya mengakibatkan kondisi pasien lebih memprihatinkan.

3. Pengurusan administrasi, hal ini banyak dikeluhkan oleh masyarakat. Survey

dari Citizen Report Cards (CRC) 2010 yang dilakukan pada 986 pasien

miskin pengguna kartu Jamkesmas, Jamkesda, Gakin dan SKTM di 19 rumah

10 Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http//kesehatan.liputan6.com, tiada-biaya-pasien-

miskin-dibawa-pulang, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Page 10: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

10

sakit pemerintah dan swasta di Jabodetabek, periode 13 Oktober – 13

November 2010. Hasil survey menyatakan 47, 3 persen banyak mengeluhkan

tentang pengurusan administrasi yang harus dilakukan. Survey tersebut

tentunya dapat mengidikasikan bahwa pengurusan administrasi bagi pasien

Jamkesmas belum kunjung membaik.

Aturan mengenai Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat

telah dua kali mengalami perubahan karena sudah tidak sesuai dengan kebutuhan.

Beberapa kendala dalam pelaksanaan Jamkesmas tahun 2010 meliputi

kepersertaan, pelayanan kesehatan, pendanaan program, pengorganisasian, peran

dan fungsi pemerintah daerah.

Salah satu kendala dalam pelaksanaan Jamkesmas tahun 2010 adalah kendala dalam pelayanan kesehatan antara lain: a) masih terdapat (meskipun kasusnya sangat sedikit) penolakan pasien Jamkesmas dengan alasan kapasitas RS sudah penuh, b) sistem rujukan belum berjalan dengan optimal, c) belum semua RS menerapkan kendali mutu dan kendali biaya, d) peserta masih dikenakan urun biaya dalam mendapat obat, AMHP atau darah, e) penyediaan dan distribusi obat belum mengakomodasi kebutuhan pelayanan obat program Jamkesmas, f) penetapan status kepesertaan Jamkesmas atau bukan peserta Jamkesmas sejak awal masuk Rumah Sakit, belum dipatuhi sepenuhnya oleh peserta.11 Dikeluarkanya Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/

MENKES/ PER/ V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan diharapkan dapat mengatasi kendala yang ada. Rumah sakit sebagai

salah satu pelaksana Jamkesmas harus dapat memberikan pelayanan kesehatan

11 Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman

Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), hlm. 3.

Page 11: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

11

bagi masyarakat miskin yang mengacu pada ketentuan yang ada. Jamkesmas

dikeluarakan untuk memberikan perlindungan bagi masyarakat miskin dibidang

kesehatan, dengan adanya Jamkesmas diharapkan masyarakat miskin dapat

memenuhi kebutuhan pelayanan kesehatan yang layak.

Hasil pencacahan sensus penduduk 2010, menyebutkan bahwa jumlah

penduduk di Kabupaten Banyumas adalah 1.553.902 orang dan berdasarkan pada

data BPS Kabupaten Banyumas memiliki jumlah penduduk miskin sebesar

62.500 orang. Kesehatan merupakan faktor utama dalam meningkatkan SDM,

dengan SDM yang lebih baik tentunya dapat mencapai kesejahteraan.

Ketersediaan sarana kesehatan sangat penting dalam meningkatkan kesehatan

masyarakat. Pada tahun 2010 jumlah rumah sakit baik negeri maupun swasta

yang ada di Kabupaten Banyumas sebanyak 22 buah. Pada setiap kecamatan

secara umum sudah terdapat Puskesmas dan Puskesmas Pembantu.12 Jumlah

sarana rumah sakit yang tidak sebanding dengan jumlah masyarakat yang ada di

Kabupaten Banyumas tentunya menjadi suatu hambatan untuk meningkatkan

kesehatan. Jumlah rumah sakit yang terbatas tentunya berakibat bagi masyarakat

miskin yang harus berusaha untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Sarana dan

prasarana yang ada dirumah sakit tentunya sangat berpengaruh terhadap

pelayanan kesehatan yang diberikan untuk pasien. Terutama bagi pasien yang

12 Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2011, Kabupaten Banyumas Dalam Angka

2011 Banyumas In Figures, Banyumas. hlm. 89.

Page 12: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

12

harus memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap, keterbatasan sarana pelayanan

kesehatan di Banyumas seharusnya lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah.

Masyarakat miskin yang dimaksud dalam penelitian ini adalah masyarakat

miskin yang memiliki ciri-ciri sebagai berikut :

1. Masyarakat yang kondisi ekonominya tidak mampu

2. Masyarakat yang memiliki kartu Jamkesmas

3. Masyarakat yang telah mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah

sakit

Asumsi masyarakat mengenai pelayanan kesehatan yang kurang baik,

terutama pelayanan kesehatan yang diberikan pada pasien rawat inap peserta

Jamkesmas dirumah sakit tentunya membuat citra kurang baik bagi rumah sakit.

Asumsi masyarakat tersebut tidak harus diterapkan pada semua rumah sakit,

karena rumah sakit sebagai suatu unit yang memberikan pelayanan kesehatan juga

memiliki kewajiban untuk memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu.

Pelayanan kesehatan yang diberikan oleh tenaga kesehatan dirumah sakit bagi

pasien rawat inap peserta Jamkesmas tidak semestinya menelan asumsi tersebut,

sebab dalam implementasinya banyak faktor-faktor yang mempengaruhi

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin bagi pasien rawat inap

dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

Mengingat masyarakat miskin dari waktu ke waktu justru semakin

berkembang terutama dalam kuantitasnya maka jaminan kesehatan masyarakat

bagi masyarakat miskin sangat diperlukan karena pada umumnya masyarakat

Page 13: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

13

miskin belum sepenuhnya mendapatkan pelayanan kesehatan sebagaimana yang

diharapkan oleh pembentuk undang-undang. Dalam pelayanan kesehatan tidak

jarang ditemukan berbagai pelayanan kesehatan yang diskriminatif antara

masyarakat miskin dengan masyarakat yang tidak miskin bahkan banyak pula

masyarakat miskin yang ingin berobat ke rumah sakit tertentu ditolak karena

hanya tidak bisa menunjukan bukti sebagai masyarakat miskin sehingga jaminan

kesehatan bagi masyarakat miskin hampir tidak bisa dinikmati meskipun dalam

peraturan menteri secara tegas diatur pelayanan kesehatan bagi masyarakat

miskin. Hal inilah yang menjadi arti penting dalam penelitian ini. Sehingga

penelitian ini memberikan kontribusi terutama bagi pembuat kebijakan-kebijakan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin.

Berdasarkan pada pemikiran diatas, penulis menjadi tertarik untuk

melakukan penelitian dengan judul “ IMPLEMENTASI SISTEM JAMINAN

KESEHATAN MASYARAKAT MISKIN PASIEN RAWAT INAP DALAM

PELAYANAN KESEHATAN ( STUDI DI RSUD. PROF. DR. MARG ONO

SOEKARJO)”.

Page 14: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

14

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat ditarik suatu perumusan

masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana implementasi sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin

pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono

Soekarjo?

2. Faktor-faktor apa yang cenderung mempengaruhi implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai

dalam penelitian ini adalah

1. Untuk mengetahui implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin

pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono

Soekarjo.

2. Untuk mengetahui faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan di RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Page 15: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

15

D. Kegunaan Penelitian

Berdasarkan pada permasalahan dan tujuan penelitian sebagaimana

dipaparkan diatas, maka hasil penelitian berguna baik untuk kepentingan teoritis

maupun praktis.

1. Kegunaan Teoritis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan ilmu

pengetahuan hukum kesehatan, khususnya yang berkaitan dengan

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin peserta Jamkesmas.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para akademisi dan

praktisi dibidang hukum kesehatan, dalam mengembangkan ilmu

dibidangnya sesuai dengan falsafah yang ada, dimana masyarakat miskin

pasien rawat inap peserta Jamkesmas harus dipandang sebagai warga

negara yang memiliki hak untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang

bermutu dan nondiskriminatif.

2. Kegunaan Praktis

a) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan (input),

bagi RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dalam melaksanakan tanggung

jawab hukumnya mengenai implementasi sistem jaminan kesehatan bagi

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

b) Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai sumber informasi

ilmiah dan dapat menjadi acuan serta bahan perbandingan bagi penelitian-

penelitian sejenis dimasa mendatang.

Page 16: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

16

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pelayanan Kesehatan

1. Pengertian dan Pengaturan Pelayanan Kesehatan

Hukum kesehatan merupakan hukum yang secara khusus berisikan

perangkat kaidah maupun keteraturan sikap tindakan yang berkaitan dengan

kesehatan.13 Pelayanan kesehatan merupakan tindakan yang terkaitan dengan

kesehatan, maka pelayanan kesehatan masuk didalam hukum kesehatan.

Pelayanan kesehatan dalam tulisan ini hanya dibatasi pada kegiatan-kegiatan

yang berhubungan langsung dengan penerapan ilmu dan teknologi kesehatan

saja, khususnya pada masalah implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam memperoleh pelayanan kesehatan

di rumah sakit.

Pada masa lampau ada anggapan kuat bahwa kedudukan hukum

pasien lebih rendah daripada tenaga kesehatan (misalnya dokter).14 Dokter

dianggap tahu segalanya dan pasien tidak sadar memiliki hak dalam

memperoleh pelayanan kesehatan yang disarankan oleh dokter. Kemajuan

ilmu kesehatan saat ini tentunya dapat mengakibatkan resiko yang tinggi bagi

pasien. Tenaga kesehatan juga dapat melakukan kesalahan dalam memberikan

13 Soerjono Soekanto dan Herkutanto,1987, Pengantar Hukum Kesehatan, Remadja,

Bandung, hlm. 27. 14 Ibid.,hlm. 35.

Page 17: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

17

pelayanan kesehatan, tindakan keliru atau kelalaian juga bisa dilakukan oleh

tenaga kesehatan. Perlindungan hukum bagi pasien penting supaya tenaga

kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan bertindak hati-hati, maka

dalam rangka mewujudkan perlindungan bagi pasien kemudian diatur didalam

peraturan perundang-undangan.

Ditinjau dari aspek hukum, pelayanan kesehatan secara formal diatur

didalam Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, dalam

Undang-Undang tersebut tidak secara tegas mengatur tentang pengertian

pelayanan kesehatan. Ketentuan yang ada didalam Undang-Undang Nomor.

36 Tahun 2009 tentang Kesehatan hanya ada pengertian mengenai upaya

kesehatan, yang ditentukan dalam Pasal 1 butir 11, yang menyatakan bahwa :

“ Upaya kesehatan adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian kegiatan yang dilakukan secara terpadu, terintegrasi dan berkesinambungan untuk memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat dalam bentuk pencegahan penyakit, dan pemulihan kesehatan oleh pemerintah dan/atau masyarakat”. Ketentuan Pasal 46 Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, menyebutkan bahwa:

“ Untuk mewujudkan derajat kesehatan yang setinggi-tingginya bagi

masyarakat, diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan

menyeluruh dalam bentuk upaya kesehatan perorangan dan upaya

kesehatan masyarakat”.

Page 18: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

18

Kedua ketentuan diatas dipertegas dengan adanya Pasal 47 Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, yang menyatakan bahwa :

“ Upaya kesehatan diselenggarakan dalam bentuk kegiatan dengan

pendekatan promotif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan

secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan”.

Berdasarkan pada ketentuan diatas maka dapat diinterprestasikan

bahwa, masalah pelayanan kesehatan sudah diatur secara tegas didalam

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan, karena pada

dasarnya pelayanan kesehatan merupakan bagian yang integral dari upaya

kesehatan, dengan tujuan untuk mewujudkan kesehatan secara perorangan

maupun kelompok yang dilakukan dengan berbagai pendekatan upaya

kesehatan. Hal ini terkandung dalam ketentuan Pasal 48 ayat (1) huruf a,

yang menyatakan bahwa:

“ Penyelenggaraan upaya kesehatan sebagaimana yang dimaksud

dalam Pasal 47 dilaksanakan melalui kegiatan pelayanan kesehatan”.

Pengertian pelayanan kesehatan menurut pendapat beberapa ahli

hukum adalah sebagai berikut:

Pengertian pelayanan kesehatan menurut Soerjono Soekamto adalah:

” Pelayanan kesehatan merupakan suatu usaha profesi kesehatan untuk mewujudkan dan meningkatkan derajat kesehatan pada setiap orang atau masyarakat yang lebih baik dari keadaan sebelumnya, secara terus menerus dan berkesinambungan agar dapat hidup sejahtera secara

Page 19: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

19

produktif secara sosial maupun ekonomis sesuai kondisi, situasi dan kemampuan yang nyata dari setiap orang atau pun masyarakat.”15

Menurut Wiku Adisasmito, dalam studinya tentang analisis kebijakan

kesehatan berpendapat bahwa pengertian pelayanan kesehatan adalah:

“ Segala bentuk kegiatan yang ditunjukan untuk meningkatkan derajat suatu masyarakat yang mencangkup kegiatan penyuluhan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan dan pemulihan kesehatan yang diselenggarakan secara terpadu dan berkesinambungan yang secara sinergis berhasil guna dan berdaya guna sehingga tercapai derajat kesehatan masyarakat setinggi-tingginya”.16

Menurut Lavey dan Loomba yang dimaksud dengan pelayanan

kesehatan adalah

“ Setiap upaya baik yang diselenggarakan sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk meningkatkan dan memelihara kesehatan, mencegah penyakit, mengobati penyakit dan memulihkan kesehatan yang ditunjukan terhadap perorangan, kelompok atau masyarakat”.17 Pengertian pelayanan kesehatan menurut pendapatnya Abdul Bari

Syaifudin yang menyatakan bahwa:

“ Pelayanan kesehatan adalah setiap upaya yang diselenggarakan secara sendiri atau bersama-sama dalam suatu organisasi untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan, mencegah dan menyembuhkan penyakit serta memulihkan kesehatan perorangan, keluarga, kelompok dan/atau masyarakat”.18

15 Soerjono Soekanto,1990. Segi-Segi Hukum Hak dan Kewajiban Pasien Dalam Kerangka

Hukum Kesehatan, Mandar Maju, Bandung, hlm. 12. 16 Wiku Adisasmito,2008, Kebijakan standar pelayanan Medik dan Diagnosis related Group

(DRG), Kelayakan Penerapanya di Indonesia, Jakarta,Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,hlm.9.

17 Alexandra Indriyanti Dewi,2008,Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta, hlm. 136.

18 Abdul Bari Syaifudin, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta, hlm. 17.

Page 20: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

20

Batasan-batasan pelayanan kesehatan diatas, agak berbeda dengan

pendapat Lumentana yang membedakan antara pelayanan kesehatan dengan

pelayanan medik, yang menyatakan bahwa:

“ Pelayanan medik adalah suatu kegiatan mikrososial yang berlaku antara perorangan, sedangkan pelayanan kesehatan adalah suatu kegiatan makrososial yang berlaku antara pranata atau lembaga dengan populasi tertentu, masyarakat dan komunitas. Baik pelayanan kesehatan maupun pelayanan medik mempunyai tujuan yang sama yaitu memenuhi kebutuhan individu atau masyarakat untuk mengatasi, menetralisasi atau menormalisasi semua masalah atau penyimpangan terhadap keadaan kesehatan yang normatif”.19 Berdasarkan pengertian pelayanan kesehatan tersebut diatas, maka

dapat ditarik kesimpulan bahwa, bentuk dan jenis pelayanan kesehatan

mengandung banyak ragamnya, oleh karena sangat ditentukan oleh:

a) Pengorganisasian pelayanan, apakah diselenggarakan secara sendiri atau secara bersama-sama dalam suatu organisasi;

b) Ruang lingkup kegiatan, apakah hanya mencakup kegiatan pemeliharaan kesehatan, peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, pemulihan kesehatan atau kombinasi dari padanya;

c) Sasaran pelayanan kesehatan, apakah untuk perorangan, keluarga, kelompok ataupun untuk masyarakat secara keseluruhan.20

Dilihat dari segi bentuk dan jenis pelayanan kesehatan, Hodgetts dan

Cascio sebagaimana dikutip oleh Azrul Azwar menjabarkan pelayanan

kesehatan menjadi 2 (dua) macam, yakni:

a) Pelayanan kesehatan masyarakat, yakni bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya memelihara dan meningkatkan

19 B. Lumentana, 1989, Pelayanan Medis, Citra, Konflik dan Harapan, Kanisius, Kanisius,

Yogyakarta, hlm.15. 20 Azrul Azwar, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara,

Jakarta, hlm. 36.

Page 21: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

21

kesehatan dan mencegah penyakit serta sasaran utamanya adalah kelompok dan masyarakat;

b) Pelayanan medis, yakni bagian dari pelayanan kesehatan yang tujuan utamanya menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan serta sasaran utamanya adalah perorangan dan keluarga.21

2. Asas-Asas Hukum Pelayanan Kesehatan

Menurut Veronika Komalawati yang mengatakan bahwa asas-asas

hukum yang mendasari pelayanan kesehatan adalah sebagi berikut :

a) Asas Legalitas

Asas ini tersirat didalam Pasal 23 ayat (1), (2) dan (3) Undang-

Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan

bahwa:

1) Tenaga kesehatan berwenang untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan;

2) Kewenangan untuk menyelenggarakan pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan sesuai dengan bidang keahlian yang dimiliki;

3) Dalam menyelenggarakan pelayanan kesehatan wajib memiliki izin dari pemerintah.

Berdasarkan pada ketentuan diatas, maka pelayanan kesehatan

hanya dapat terselenggara jika tenaga kesehatan yang bersangkutan telah

memenuhi persyaratan dan perizinan yang diatur dalam peraturan

perundang-undangan.22

21 Azrul Azwar, 2008, Kebijakan dan Sistem Kesehatan, Materi Kuliah Kebijakan dan Sistem

Kesehatan, Program Studi Magister Ilmu Hukum, Pascasarjana UNSOED, Purwokerto, hlm. 2. 22 Anny Isfandyarie, Op. Cit., hlm. 75.

Page 22: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

22

b) Asas Keseimbangan

Menurut asas ini, penyelenggaraan pelayanan kesehatan harus

diselenggarakan secara seimbang antara kepentingan individu dan

masyarakat, antara fisik dan mental, antara material dan sepiritual.

Didalam pelayanan kesehatan, dapat pula diartikan sebagai

keseimbanagan antara tujuan dan sasaran, antara sasaran dan hasil, antara

manfaat dan resiko yang ditimbulkan dari upaya yang dilakukan. Asas ini

erat kaitannya dengan masalah keadilan.

Menurut Mertokusumo, penilaian keadilan yang pada umumnya subyektif dan hanya dapat dilihat dari pihak yang menerima perlakuan saja. Kaitanya dengan pelayanan kesehatan, keadilan yang dimaksud bersifat kasuistis karena sangat terkait dengan alokasi sumber daya dalam pelayananan kesehatan.23

c) Asas Tepat Waktu

Asas ini merupakan asas yang penting dalam memberikan

pelayanan kesehatan karena akibat dari kelalaian memberikan pelayanan

kesehatan tepat pada saat yang dibutuhkan dapat mengakibatkan kondisi

pasien memburuk bahkan nyawa pasien dapat terancam. Asas ini perlu

diperhatikan oleh tenaga kesehatan mengingat hukum tidak bisa menerima

alasan apapun dalam hal keselamatan nyawa pasien yang terancam yang

disebabkan karena keterlambatan tenaga kesehatan dalam menangani

pasien.24

23 Ibid., hlm. 78. 24 Ibid.

Page 23: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

23

d) Asas Iktikad Baik

Asas ini bersumber pada prinsip etis untuk berbuat baik (beneficence) pada umumnya perlu diaplikasikan dalam pelaksanaaan kewajinan tenaga kesehatan terhadap pasien dalam pelayanan kesehatan. Penerapan asas iktikad baik akan tercermin dengan penghormatan terhadap hak pasien dan pelaksanaan praktik tenaga kesehatan yang selalu berpegang teguh pada standar profesi. Kewajiban berbuat baik tentunya bukan tanpa batas, karena berbuat baik harus tidak boleh sampai menimbulkan kerugian bagi diri sendiri.25

e) Asas Kejujuran

Kejujuran merupakan salah satu asas yang penting untuk dapat

menumbuhkan kepercayaan pasien kepada tenaga kesehatan. Asas

kejujuran mewajibkan tenaga kesehatan untuk memberikan pertolongan

sesuai kebutuhan pasien, yakni sesuai dengan standar profesinya.

Penggunaan berbagai sarana yang tersedia didalam lembaga pelayanaan

kesehatan hanya dilakukan sesuai dengan kebutuhan pasien yang

bersangkutan.26 Asas ini juga merupakan dasar bagi tenaga kesehatan dan

pasien untuk dapat menyampaikan informasi yang benar dalam

berkomunikasi. Kejujuran dalam menyampaikan informasi akan sangat

membantu dalam kesembuhan pasien. Kebenaran informasi ini terkait erat

dengan hak setiap manusia untuk mengetahui kebenaran.

Kejujuran yang dilakukan oleh tenaga kesehatan untuk

menyampaikan keadaan pasien juga ada pengecualian, tenaga kesehatan

25 Ibid. 26 Ibid., hlm. 80-81.

Page 24: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

24

tidak berarti harus memberitahukan keadaan yang sebenarnya yang

dialami oleh pasien karena tenaga kesehatan berpendapat bahwa

pemberitahuan keadaan yang sebenarnya tentang pasien dapat merugikan

pasien yang bersangkutan.

f) Asas Kehati-hatian

Sebagai seorang yang profesional dibidang kesehatan, tindakan

tenaga kesehatan harus didasarkan atas ketelitian dalam menjalankan

fungsi dan tanggung jawabnya, karena kecerobohaan dalam melakukan

tindakan yang berakibat terancamnya jiwa pasien, dapat mengakibatkan

tenaga kesehatan terkena tuntutan pidana. Asas ini tersirat didalam Pasal

58 ayat (1) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan,

yang menyebutkan bahwa:

“ Setiap orang berhak menuntut ganti rugi terhadap seseorang,

tenaga kesehatan, dan/atau penyelenggara kesehatan yang

menimbulkan kerugian akibat kesalahan atau kelalaian dalam

pelayanan kesehatan yang diterima”.

Asas kehati-hatian ini diterapkan dengan mematuhi standar profesi

dan menghormati hak pasien terutama hak atas informasi dan hak untuk

memberikan persetujuan yang erat kaitannya dengan informed consent

dalam transaksi terapeutik.27

g) Asas Keterbukaan

27 Ibid., hlm. 82.

Page 25: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

25

Salah satu asas yang ditentukan dalam Pasal 2 Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan adalah asas penghormatan

terhadap hak dan kewajiban, yang secara tersirat di dalamnya terkandung

asas keterbukaan. Hal ini dapat diinterprestasikan dari penjelasan Pasal 2

angka (9) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

yang berbunyi:

“ Asas penghormatan terhadap hak dan kewajiban berarti bahwa

pembangunan kesehatan dengan menghormati hak dan kewajiban

masyarakat sebagi bentuk kesamaan kedudukan hukum”

Pelayanan kesehatan yang berdaya guna dan berhasil guna hanya dapat tercapai apabila ada keterbukaan dan kerjasama yang baik antara tenaga kesehatan dan pasien dengan berlandaskan sikap saling percaya. Sikap ini dapat tumbuh jika terjalin komunikasi secara terbuka antara tenaga kesehatan dengan pasien dimana pasien memperoleh penjelasan atau informasi dari dokter dalam komunikasi yang transparan ini.28

Sedikit berbeda dengan pendapat Veronica Komalawati, Munir

Fuandy sebagaimana dikutip oleh Anny Isfandyarie mengemukakan

pendapatnya bahwa, didalam penyelenggaraan pelayanan kesehatan terdapat

beberapa asas etika modern dari praktik kedokteran yang disebutkan oleh

Catherien Tay swee Kiaan antara lain sebagai berikut:

a) Asas Otonom

Asas otonom menghendaki agar pasien yang mempunyai kapasitan

sebagai subyek hukum yang cakap berbuat, diberikan kesempatan untuk

28 Ibid., hlm. 83.

Page 26: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

26

menentukan pilihannya secara rasional, sebagai wujud penghormatan

terhadap hak asasinya untuk menentukan nasibnya sendiri.29

Pilihan pasien yang salah atas tindakan yang dilakukannya

meskipun hal tersebut merupakan hak dari pasien, tenaga kesehatan harus

tetap menghormati dan menjelaskan sesuai dengan ilmu pengetahuanya

kepada pasien tentang akibat yang dapat ditimbulkan dari pilihan tindakan

pasien.

Tenaga kesehatan dalam memberikan informasi terhadap pasien

hendaknya menyadari bahwa kurangnya pengetahuan tentang kesehatan

dan rasa takut terhadap penyakitnya serta latar belakang keyakinan, adat

istiadat, sosial ekonomi pasien akan mempengaruhi persetujuan yang

diberikan.

b) Asas Murah Hati

Asas ini menganjurkan tenaga kesehatan untuk bermurah hati

terhadap pasien dalam memberikan pelayanan kesehatan. Berbuat

kebajikan, kebaikan dan dermawan merupakan anjuran yang berlaku

umum bagi setiap individu.30 Asas ini, hendaknya dapat diterapkan oleh

tenaga kesehatan dalam menjalankan tugasnya yang dilakukan terhadap

pasien.

c) Asas Tidak Menyakiti

29 Ibid., hlm. 83-84. 30 Ibid., hlm. 84.

Page 27: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

27

Tenaga kesehatan dalam melakaukan pelayanan kesehatan

hendaknya berusaha tidak menyakiti pasien meskipun hal ini sangat sulit

dilakukan, karena dalam melakukan pengobatan terhadap pasien justu

tenaga kesehatan harus menyakiti pasien. Tindakan tersebut bila dilakukan

maka tenaga kesehatan harus memberitahukan terlebih dahulu kepada

pasien bahwa akan menimbulkan rasa sakit untuk kesembuhan pasien.

d) Asas Keadilan

Keadilan harus dilakukan oleh tenaga kesehatan dalam

memberikan pelayanan kesehatan, tenaga kesehatan harus memberikan

pelayanan kesehatan secara adil kepada pasien tanpa memandang status

ekonomi, suku dan agama. Asas ini juga mengharuskan tenaga kesehatan

untuk menghormati semua hak pasien antara lain hak atas kerahasiaan,

hak atas informasi dan hak memberikan persetujuan dalam pelayanan

kesehatan.31

e) Asas Kesetiaan

Asas Kesetiaan berarti tenaga kesehatan harus dapat dipercaya dan

setia terhadap amanah yang diberikan pasien kepada dirinya. Pasien

berobat kepada tenaga kesehatan karena pasien percaya bahwa tenaga

kesehatan akan menolong untuk menyembuhkan dirinya. Hal ini

merupakan amanah yang harus dilaksanakan oleh tenaga kesehatan

dengan penuh tanggung jawab untuk menyelamatkan pasien.

31 Ibid., hlm. 85.

Page 28: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

28

f) Asas Kejujuran

Asas kejujuran menghendaki adanya kejujuran antara tenaga

kesehatan dengan pasien. Tenaga kesehatan harus memberikan informasi

yang sejujurnya kepada pasien tentang hasil pengamatan dan pemeriksaan

terhadap kesehatan pasien, dan sebaliknya pasien juga harus secara jujur

memberitahukan tentang riwayat penyakit yang dideritannya kepada

tenaga kesehatan.

Ditinjau dari Undang-Undang Nomor. 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, maka pada dasarnya asas-asas hukum tentang penyelenggaraan

pelayanan kesehatan sudah mempunyai kekuatan mengikat bagi

penyelenggaraan pelayanan kesehatan. Ketentuan Pasal 2 Undang-Undang

Nomor. 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan berbunyi bahwa:

“Pembangunan kesehatan diselenggarakan dengan berasaskan

perikemanusiaan,keseimbangan, manfaat, perlindungan, penghormatan

terhadap hak dan kewajiban, keadilan, gender, nondiskriminasi serta

norma-norma agama”.

Page 29: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

29

3. Syarat-Syarat Pelayanan Kesehatan

Pelayanan kesehatan dapat dibedakan ke dalam 2 (dua) macam, yakni

pelayanan medis dan pelayanan kesehatan masyarakat, yang masing-masing

memiliki ciri-ciri yang berbeda. Pembagaian pelayanan kesehatan diatas

sesuai dengan ketentuan Pasal 52 Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, yang menyatakan sebagai berikut:

a) Pelayanan kesehatan terdiri atas: 1) Pelayanan kesehatan perorangan; dan 2) Pelayanan kesehatan masyarakat.

b) Pelayanan kesehatan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi kegiatan dengan pendekatan promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif.

Pasal 52 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan, menyatakan antara lain bahwa:

a) Pelayanan kesehatan perorangan ditunjukan untuk menyembuhkan penyakit dan memulihkan kesehatan perorangan dan keluarga;

b) Pelayanan kesehatan masyarakat ditunjukan untuk memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah penyakit suatu kelompok dan masyarakat.

Berkaitan dengan hal diatas, Azrul Azwar mengatakan bahwa, ciri-ciri

utama dari pelayanan kesehatan meliputi antara lain sebagai berikut:

a) Tenaga pelaksanannya terutama adalah para dokter; b) Perhatian utamanya pada penyembuhan penyakit; c) Sasaran utamanya adalah perseorangan atau keluarga; d) Kurang memperhatikan efisiensi; e) Tidak boleh menarik perhatian karena bertentangan dengan etika

kedokteran;

Page 30: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

30

f) Menjalankan fungsi perseorangan dan terkait dengan undang-undang;

g) Penghasilan diperoleh dari imbalan jasa; h) Bertanggung jawab hanya kepada penderita; i) Tidak dapat monopoli upaya kesehatan dan bahkan mendapat

saingan; j) Masalah administrasi sangat sederhana;32

Dikatakan oleh Azrul Azwar bahwa ciri-ciri utama dari pelayanan

kesehatan masyarakat antara lain mencakup:

a) Tenaga pelaksananya terutama ahli kesehatan masyrakat; b) Perhatian utamanya pada pencegahan penyakit; c) Sasaran utamanya adalah masyarakat secara keseluruhan; d) Selalu berupaya mencari cara yang efisien; e) Dapat menarik perhatian masyarakat misalnya dengan penyuluhan

kesehatan; f) Menjalankan fungsi dengan mengorganisir masyarakat dan

mendapatkan dukungan undang-undang; g) Penghasilan berupa gaji dari pemerintah; h) Bertanggung jawab kepada seluruh masyarakat; i) Dapat memonopoli upaya kesehatan; j) Menghadapi berbagai persoalan kepemimpinan.33

Berdasarkan hal diatas, dapat disimpulkan bahwa sekalipun pelayanan

medis tersebut memiliki ciri yang berbeda dengan pelayanan kesehatan

masyarakat, tetapi untuk dapat disebut sebagai suatu pelayanan kesehatan

yang baik, kedua jenis pelayanan kesehatan tersebut harus memenuhi berbagai

persyaratan pokok, antara lain:

a) Tersedia dan berkesinambungan

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia didalam masyarakat serta bersifat berkesinambungan, artinya, semua jenis pelayanan kesehatan yang

32 Azrul Azwar, 1996, Op. Cit., hlm. 37. 33 Ibid.

Page 31: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

31

dibutuhkan oleh masyarakat tidak sulit ditemukan, serta keberadaanya dalam masyarakat adalah pada setiap saat yang dibutuhkan.34

b) Dapat diterima dan Wajar

Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang dapat diterima oleh masyarakat serta kersifat wajar, artinya pelayanan kesehatan tersebut tidak bertentangan dengan keyakinan masyarakat. Pelayanan kesehatan yang bertentangan dengan adat istiadat, kebudayaan, keyakinan dan kepercayaan masyarakat, serta tidak wajar, bukanlah suatu pelayanan kesehatan yang baik.35

c) Mudah dicapai

Pelayanan kesehatan yang baik adalah mudah dicapai oleh masyarakat. Pengertian ketercapaian yang dimaksud disini terutama dari sudut lokasi, dengan demikian untuk dapat mewujudkan pelayanan kesehatana yang baik, maka pengaturan distribusi sasaran kesehatan menjadi sangat penting adanya. Pelayanan kesehatan yang terlalu terkonsentrasi didaerah perkotaan saja, tetapi tidak ditemukan didaerah pedesaan, bukanlah pelayanan kesehatan yang baik.36

d) Mudah dijangkau

Pelayanan kesehatan yang baik adalah pelayanan kesehatan yang mudah dijangkau oleh masyarakat. Pengertian keterjangkauan yang dimaksudkan disini terutama dari sudut biaya. Untuk dapat mewujudkan keadaan seperti ini harus dapat diupayakan biaya pelayanan kesehatan yang sesuai dengan kemampuan ekonomi masyarakat. Pelayanan kesehatan yang mahal dan hanya mungkin dinikmati sebagaian kecil masyarakat saja, bukannlah pelayanan kesehatan yang baik.37

34 Ibid., hlm. 38. 35 Ibid. 36 Ibid. 37 Ibid., hlm. 39.

Page 32: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

32

e) Bermutu

Pelayanan kesehatan yang baik adalah yang bermutu. Pengertian mutu yang dimaksudkan disini adalah yang menunjukan pada tingkat kesempurnaan pelayanan kesehatan yang diselenggarakan yang disatu pihak dapat memuaskan para pemakai jasa pelayanan, dan dilain pihak tata cara penyelenggaraannnya sesuai dengan kode etik serta standar yang telah ditetapkan.38

Ditinjau dari segi hukum, persyarantan pokok pelayanan kesehatan

diatas merupakan penjabaran dari ketentuan pasal 54 ayat (1) Undang-Undang

Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa:

“ Penyelengggaraan pelayanan kesehatan dilaksanakan secara

bertanggung jawab, aman, bermutu, serta merata dan non

diskrinimatif”.

Secara filosofis ketentuan ini bertujuan untuk mewujudkan salah satu

hak asasi manusia dibidang kesehatan, yakni memperoleh akses atas

pelayanan kesehatan yang baik dan dijamin oleh undang-undang. Hal ini

tercermin dalam Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009

tentang Kesehatan yang menyatakan bahwa:

“ Setiap orang mempunyai hak dalam memperoleh pelayanan

kesehatan yang aman, bermutu dan terjangkau”.

Ketentuan tersebut menyiratkan persyaratan pokok dari pelayanan

kesehatan wajib diperhatikan terutama oleh tenaga kesehatan yang bertindak

sebagai pemberi pelayanan kesehatan dan masyarakat (pasien) sebagai

38 Ibid.

Page 33: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

33

penerima jasa pelayanan kesehatan serta sekaligus menjadi nilai-nilai

pelayanan kesehatan, sehingga masyarakat dapat memperoleh pelayanan

kesehatan yang berbasis pada kebutuhan dan menjadi instrument hukum

untuk mencegah tindakan tenaga kesehatan yang salah.

4. Standar Profesi Medik dan Standar Pelayanan Rumah Sakit

Tenaga kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan kepada

pasien harus sesuai dengan standar pelayanan kesehatan yang ada. Standar

pelayanan kesehatan bagi tenaga kesehatan diperuntukan supaya tenaga

kesehatan ketika memberikan pelayanan kesehatan tidak melakukan tindakan

yang keliru kepada pasien.

Menurut Leenen, yang dikenal dalam dunia kedokteran sebagai “ Lege

artis” adalah:

“ hakikatnya sebagai suatu tindakan yang dilakukan sesuai dengan Standar Profesi Medis (SPM) yang terdiri dari beberapa unsur utama meliputi : 1. Bekerjanya dengan teliti, hati-hati dan seksama. 2. Sesuai dengan ukuran medis 3. Sesuai dengan kemampuan rata-rata/ sebanding dengan dokter

dengan kategori keahlian medis yang sama; 4. Dalam keadaaan yang sebanding; 5. Dengan sarana dan upaya yang sebanding wajar dengan tujuan

konkrit tindakan medis tersebut;39 Standar pelayanan medis sangat diperlukan dalam memberikan

pelayanan kesehatan, karena dalam prakteknya sering dijumpai adanya

39 Tedi Sudrajat,2010. Materi Kuliah Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas

Jenderal Soedirman

Page 34: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

34

penanganan dan pemeriksaan yang berbeda, maupun perbedaan sarana

atau peralatan yang digunakan. Tanpa adanya standar pelayanan medis,

maka penyimpangan yang dilakukan oleh tenaga kesehatan akan sulit

untuk diketahui.

Pendapat Nasution sebagaimana yang dikutip oleh Anny

Isfandyarie bahwa :

“ Tolak ukur dari perilaku yang memenuhi standar pelayanan medik dari seorang dokter saat ini hanya bisa dinilai dari kesungguhan upaya pengobatan yang dilakukannya dengan segenap kemampuan, pengalaman dan keahlian yang dimilikinya setelah memeriksa, dan menilai keadaan pasiennya. Dengan perkataan lain, bila dokter tidak memeriksa, tidak menilai dan tidak berbuat sebagaimana yang diperbuat oleh sesama dokter terhadap pasien, maka dokter tersebut dapat dikategorikan sebagai melakukan tindakan yang melanggar standar pelayanan medis yang berlaku’.40 Komalawati juga mengemukakan bahwa standar pelayanan medis

mencangkup standar pelayanan penyakit dan standar pelayanan

penunjang. Kedua hal ini akan selalu berkembang seiring dengan

perkembangan teknologi.41

Selain standar pelayanan medis, dalam Undang-Undang juga

menyebutkan mengenai standar prosedur operasional. Penjelasan Pasal 50

Undang-Undang Praktik kedokteran menyebutkan bahwa:

40 Anny Isfandyarie, Op. Cit., hlm. 203.

41 Ibid., hlm. 203.

Page 35: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

35

“ Standar prosedur operasional adalah suatu perangkat instruksi/

langkah-langkah yang dibakukan untuk menyelesaikan suatu

proses kerja rutin”.

Komalawati menyebut standar prosedur operasional sebagai prosedur yang diuraikan oleh pemberi pelayanan kesehatan dari setiap spesialisasi, yang dalam aplikasinya disesuaikan dengan fasilitas dan sumber daya yang ada. Standar proses ini merupakan acuan atau pelengkap bagi rumah sakit karena dapat mengikuti kondisi rumah sakit mana prosedur tersebut diterapkan.42 Tujuan dibuatnya standar prosedur operasional ini adalah untuk

memberikan langkah yang benar dan terbaik berdasarkan konsensus

bersama untuk melaksanakan berbagai kegiatan dan fungsi pelayanan.

Pemberian pelayanan kesehatan harus mengacu pada standar prosedur

yang ada di tiap sarana pemberi pelayanan kesehatan. Standar operasional

prosedur tetap harus mengacu pada standar profesi yang telah ditetapkan.

B. Jaminan Kesehatan Masyarakat

1. Pengertian dan Pengaturan Jaminan Kesehatan Masyarakat

Askeskin (Asuransi Kesehatan Masyarakat Miskin) merupakan

program yang sebelumnya dikeluarkan oleh pemerintah untuk mengatasi

pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin. Evaluasi pelaksanaan

program Askeskin dilakukan oleh pemerintah, maka dalam rangka

efektivitas kemudian pada tahun 2008, program Askeskin berganti nama

menjadi Jamkesmas (Jaminan Kesehatan Masyarakat).

42 Ibid., hlm. 202.

Page 36: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

36

Kementrian Kesehatan mengeluarkan program jaminan kesehatan

untuk masyarakat miskin sebagai wujud pemenuhan hak rakyat atas

kesehatan. Menteri Kesehatan sebagai penanggung jawab langsung

masalah bidang kesehatan mengeluarkan suatu Keputusan untuk dapat

terlaksananya program Jamkesmas. Pedoman yang menjadi acuan

pelaksanaan Jamkesmas kemudian dituangkan dalam Keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 125/ Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Perkembangan

masyarakat akan kebutuhan pelayanan Jamkesmas menyebabkan

dikeluarkanya aturan baru yaitu Keputusan Menteri Kesehatan Nomor

686/ Menkes/ SK/ VI/ 2010 tentang Pedoman Pelaksanaan Program

Jaminan Kesehatan Masyarakat. Keputusan Menteri ini kemudian dicabut

dan dinyatakan tidak berlaku lagi dengan dikeluarkanya Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia No. 903/ Menkes/ PER/ V/2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan.

Pengertian jaminan kesehatan masyarakat (Jamkesmas) tidak ada

didalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 903/

Menkes/ PER/ V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan

Kesehatan, sehingga menggunakan pengertian yang ada didalam

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/ Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Page 37: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

37

Berdasarkan Pedoman Pelaksanaan Jamkesmas 2008, pengertian

Jamkesmas adalah “ program bantuan sosial untuk pelayanan kesehatan

bagi masyarakat miskin dan tidak mampu. Program ini diselenggarakan

secara nasional agar terjadi subsidi silang dalam rangka mewujudkan

pelayanan kesehatan yang menyeluruh bagi masyarakat miskin.”43

Upaya pelaksanaan Jamkesmas merupakan perwujudan

pemenuhan hak rakyat atas kesehatan dan amanat Undang-Undang Nomor

40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN), dan

merupakan salah satu komitmen pemerintah dalam pembangunan

kesehatan di Indonesia. Namun hingga saat ini peraturan pelaksana dan

lembaga yang harus dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 40

Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (SJSN) belum

terbentuk. Departemen Kesehatan mengeluarkan suatu program

Jamkesmas sebagai wujud pemenuhan hak rakayat dibidang kesehatan,

supaya masyarakat miskin dapat memperoleh pelayanan kesehatan yang

diperlukan.

Implementasi program Jamkesmas dilaksanakan sebagai amanah

Pasal 28 H ayat (1) dan Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia. Pemerintah menyadari bahwa masyarakat, terutama

masyarakat miskin sulit untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

43 Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/ Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Pedoman

Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, hlm. 5.

Page 38: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

38

Kementrian Kesehatan telah mengalokasikan dana bantuan sosial sektor

kesehatan yang digunakan sebagai pembiyaan bagi masyarakat, khususnya

masyarakat miskin. Dasar hukum penyelenggaraan program Jamkesmas

adalah:

1. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial

Nasional

2. Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2007 tentang APBN Tahun 2008

3. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.

Penjelasan dari landasan hukum diatas dapat disimpulkan bahwa

penyelenggaraan program Jamkesmas telah sesuai dengan kondor hukum

yang berlaku. Menteri Kesehatan memiliki kekuasaan pengelolaan

keuangan Negara dibidang kesehatan, dan pengelolaan tersebut

diwujudkan dalam bentuk bantuan sosial yang diberikan kepada

masyarakat untuk melindungi resiko sosial. 44

2. Prinsip-Pinsip dalam Penyelenggaraan Jaminan Kesehatan

Masyarakat di Rumah Sakit

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi kedokteran,

ternyata juga berpengaruh terhadap rumah sakit. Perubahan peranan

rumah sakit menjadi unit sosial ekonomis memerlukan patokan nilai-nilai

44 Sundoyo dan Siti Maimunah Siregar., Op. Cit., hlm. 27.

Page 39: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

39

dalam mengoperasionalkan rumah sakit sehingga dapat memberikan

pelayanan yang terbaik. Rumah sakit menjadi suatu lembaga yang

berperan sebagai organisasi yang merupakan pusat pelayanan kesehatan

bagi masyarakat, khususnya bagi masyarakat miskin yang menggunakan

jaminan kesehatan masyarakat untuk berobat juga memerlukan prinsip-

prinsip dalam menyelenggarakan jaminan kesehatan masyarakat dirumah

sakit supaya tidak terjadi ketidakadilan.

Penyelenggaran pelayanan kesehatan bagi peserta program

Jamkesmas mengacu pada prinsip-prinsip asuransi sosial yaitu:

1. Dana amanat nirlaba dengan pemanfaatan untuk semata-mata peningkatan derajat kesehatan masyarakat sangat miskin, miskin dan tidak mampu.

2. Menyeluruh (komperhensif) sesuai dengan standar pelayanan medis yang cost effective dan rasional.

3. Pelayanan terstruktur, berjenjang dengan prortabilitas dan ekuitas.

4. Transparan dan akuntabel.45

Masyarakat miskin yang mendapatkan pelayanan kesehatan

dirumah sakit juga harus diperlakukan sama dengan pasien yang lain. Hal

ini tercantum pada pasal 1 Bab II Keputusan Menteri Kesehatan R.I.

Nomor 924/Menkes/SK/XII/1986 tertanggal 18 Desember 1986 telah

ditetapkan Kode Etik Rumah Sakit bagi rumah sakit diseluruh Indonesia,

yang perlu mendapat perhatian pula adalah bahwa dalam pelayanan

kesehatan, rumah sakit:

45 Sundoyo., Op. Cit., hlm 53.

Page 40: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

40

“…..menghormati dan memperlakukan pasien sebagai manusia

seutuhnya dengan tidak dipengaruhi oleh pertimbangan

keagamaan, kebangsaan, kesukuan, adat-istiadat, perbedaan

kelamin, politik partai dan kedudukan sosial”.

Keputusan Menteri diatas mempertegas bahwa perilaku karyawan

dan tenaga professional yang ada dirumah sakit, seharusnya

memperlakukan setiap pasien dengan perlakuan yang sama. Mengenai

tanggung jawab moral dan operasional, hal itu ada pada pimpinan rumah

sakit. Disamping itu, kewajiban pimpinan rumah sakit adalah menjaga dan

selalu meningkatkan mutu pelayanan untuk mencapai standarisasi yang

telah ditentukan, sesuai dengan upaya akreditasi rumah sakit dikemudian

hari.

3. Sasaran Jaminan Kesehatan Masyarakat

Sasaran jaminan kesehatan masyrakat adalah masyarakat miskin

dan tidak mampu diseluruh Indonesia sejumlah 76,4 juta jiwa, tidak

termasuk penduduk yang sudah mempunyai jaminan kesehatan lainnnya.

Berdasarkan Ketentuan Umum angka (2) Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, menyebutkan bahwa :

“ Peserta Program Jamkesmas adalah masyarakat miskin dan orang

yang tidak mampu dan peserta lainnya yang iurannya dibayari oleh

pemerintah sejumlah 76, 4 juta jiwa. Jumlah kuota data sasaran

Jamkesmas 2011 adalah sama dengan jumlah kuota tahun 2010.”

Page 41: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

41

Menurut Ketentuan Umum angka (3) Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, menyatakan bahwa :

“ Peserta yang dijamin dalam program Jamkesmas tersebut meliputi : a. Masyarakat miskin dan tidak mampu yang telah ditetapkan

dengan Keputusan Bupati/Walikota mengacu pada: 1) Data masyarakat miskin sesuai dengan data BPS 2008 dari

Pendataan Program Perlindungan Sosial (PPLS) yang telah lengkap dengan nama dan alamat yang jelas ( by name by address ).

2) Sisa kuota: total kuota dikurangi data BPS 2008 untuk kabupaten/kota setempat ditetapkan sendiri oleh kabupaten/kota setempat lengkap dengan nama dan alamat ( by name by address ).

b. Gelandangan, pengemis, anak dan orang terlantar, masyarakat miskin yang tidak memiliki identitas.

c. Peserta program Keluarga Harapan (PKH) yang tidak memiliki kartu Jamkesmas.

d. Masyarakat miskin yang ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1185/ Menkes/ SK/XII/2009 tentang Peningkatan Kepersertaan Jamkesmas bagi Panti Sosial, Penghuni Lembaga Permasyarakatan dan Rumah Tahanan Negara serta Korban Bencana Pasca Tanggap Darurat. Tata laksana pelayanan diatur dengan petunjuk teknis (juknis) tersendiri sebagaimana tertuang dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 1259/Menkes/SK/XII/2009 tentang Petunjuk Teknis Pelayanan Jamkesmas Bagi Masyarakat Miskin Akibat Bencana, Masyarakat Miskin Penghuni Panti Sosial, dan Masyarakat Miskin Penghuni Lembaga Permasyarakatan serta Rumah Tahanan Negara.

e. Ibu hamil dan melahirkan serta bayi yang dilahirkan ( sampai umur 28 hari ) yang tidak memiliki jaminan kesehatan. Tata laksana pelayanan mengacu pada Petunjuk Teknis Jaminan Persalinan.

f. Penderita Thalassaemia Mayor yang sudah terdaftar pada Yayasan Thalassaemia Indonesia (YTI) atau belum terdaftar namun telah mendapat surat keteranagan Direktur RS

Page 42: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

42

sebagaimana diatur dalam Petunjuk Teknis Jaminan Pelayanan Penggobatan Thalassaemia.46

Berdasarkan BPS Kabupaten Banyumas, adapun kriteria variable

kemiskinan rumah tangga yang digunakan adalah sebagai berikut:

1. Luas lantai bangunan tempat tinggal < 8 m per kapita 2. Jenis lantai bangunan tempat tinggal tanah/ bambu/ kayu

murahan 3. Jenis bangunan tempat tinggal bambu/rumbai/kayu berkualitas

rendah/tembok tanpa plester 4. Fasilitas tempat buang air besar tidak punya/ bersama rumah

tangga lainnya 5. Sumber penerangan rumah tangga bukan listrik 6. Sumber air minum sumur/mata air tidak terlindungi/sungai/air

hujan 7. Bahan bakar untuk memasak sehari-hari kayu bakar/arang/

minyak tanah 8. Konsumsi daging atau ayam per minggu tidak pernah/ satu kali

seminggu 9. Pembelian pakaian baru setiap anggoata rumah tangga dalam

setahun tidak pernah membeli/ satu stel 10. Frekuensi makan dalam sehari untuk setiap anggota rumah

tangga satu kali/ dua kali makan sehari 11. Kemampuan untuk berobat ke Puskesmas/Poliklinik tidak

mampu berobat 12. Lapangan pekerjaan utama kepala rumah tangga Petani dengan

luas lahan < 0,5 ha, buruh tani, nelayan, buruh bangunan, buruh perkebunan, atau pekerja lain dengan pendapatan rumah tangga < Rp. 600.000,00 per bulan

13. Pendidikan kepala rumah tangga tidak sekolah/tidak tamat SD/ tamat SD

14. Pemilikian asset/harta bergerak/harta tidak bergerak, tidak mempunyai tabungan/barang yang mudah dijual dengan nilai Rp. 500.000,00 seperti sepeda motor, emas perhiasan, ternak, kapal/perahu motor, atau barang modal lainnya.

46 Peraturan Menteri Kesehatan., Op. Cit., hlm. 9-10.

Page 43: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

43

Klasifikasi Status Kemiskinan Rumah Tangga47 Kriteria Status Kemiskinan Karakteristik miskin = 13-14 Sangat Miskin Karakteristik miskin = 11-13 Miskin Karakteristik miskin = 9-10 Hampir Miskin

Kriteria masyarakat miskin yang telah ditetapkan oleh pemerintah

seharusnya dijadikan sebagai patokan bagi para petugas yang berwenang

untuk membuat kartu Jamkesmas, sehingga benar-benar masyarakat

miskin yang mendapatkan kartu Jamkesmas. Program Jamkesmas harus

tepat sasaran supaya masyarakat miskin yang tidak mampu untuk berobat

terutama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap memperoleh

haknya dibidang kesehatan. Kondisi ekonomi yang sulit seperti sekarang

ini, penduduk yang relatif mampu terkadang ikut serta dalam

memanfaatkan program Jamkesmas, seharusnya aparat yang berwenang

untuk memberikan persyaratan dan mengeluarkan kartu Jamkesmas lebih

memiliki kesadaran hukum supaya pemanfaatan program Jamkesmas tepat

untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.

4. Prosedur Pelayanan Pasien Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas)

Peserta Jamkesmas berhak untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan terutama pelayanan kesehatan rawat inap. Pelayanan kesehatan

yang diberikan kepada peserta jaminan kesehatan masyarakat juga

47 Sumber data BPS Kabupaten. Banyumas

Page 44: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

44

memiliki prosedur yang harus ditaati. Prosedur untuk memperoleh

pelayanan tingkat lanjutan bagi peserta Jamkesmas pasien rawat inap

yaitu:

a. Peserta Jamkesmas yang memerlukan pelayanan kesehatan tingkat lanjutan (RJTL dan RITL), dirujuk dari puskesmas dan jaringannya ke FASKES tingkat lanjutan secara berjenjang dengan membawa kartu peserta Jamkesmas/ identitas kepesertaan lainnya/ surat rekomendasi dan surat rujukan yang ditunjukan sejak awal. Pada kasus emergency tidak memerlukan surat rujukan.

b. Kartu peserta Jamkesmas/ identitas kepesertaan lainnya/ surat rekomendasi dan surat rujukan dari puskesmas yang dibawa ke Pusat Pelayanan Administrasi Terpadu Rumah Sakit (PPARTS) untuk diverivikasi kebenarannya dan kelengkapannya, selanjutnya dikeluarkan surat keabsahan peserta (SKP) oleh petugas PT. Askes (Persero), dan peserta selanjutnya memperoleh pelayanan kesehatan.

c. Bayi dan anak dari pasangan peserta Jamkesmas (suami dan istri mempunyai kartu Jamkesmas yang memerlukan pelayanan menggunakan identitas kepesertaan orang tuanya dan diharapkan surat keterangan lahir dan Kartu keluarga orang tuannya.

d. Pelayanan tingkat lanjutan sebagaimana diatas meliputi: 1) Pelayanan rawat jalan lanjutan (spesialistik) dirumas sakit dan

balkesmas. 2) Pelayanan rawat jalan lanjutan yang dilakukan pada balkesmas

bersifat pasif (dalam gedung) sebagai FASKES penerima rujukan. Pelayanan balkesmas yang ditanggung oleh program Jamkesmas adalah upaya kesehatan perorangan (UKP) dalam gedung.

3) Pelayanan rawat inap bagi peserta diberikan dikelas III (tiga) dirumah sakit

4) Pelayanan obat-obatan, alat dan bahan medis habis dipakai serta pelayanan rujukan spesimen dan penunjangan diagnostic lainnya.

e. Untuk kasus kronois yang memerlukan perawatan berkelanjutan dalam waktu lama, seperti diabetes mellitus, gagal ginjal dan lain-lain, surat rujukan dapat berlaku selama satu bulan. Untuk kasus kronis lainnya seperti kasus gangguan jiwa, kusta, kasus paru dengan komplikasi, kanker, surat rujukan berlaku selama

Page 45: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

45

tiga bulan. Pertimbangan pemberlakuan waktu surat rujukan ( 1 atau 3 bulan ) didasarkan pada pola pemberian obat.

f. Rujukan pasien antar RS termasuk rujukan RS antar daerah dilengkapi surat rujukan dari rumah sakit asal pasien dan membawa identitas kepersertaannya untuk dikeluarkan SKP oleh petugas PT. Akses (Persero) pada tempat tujuan rujukan. 48

Bagan 1 : Alur Pelayanan Kesehatan

Pulang

Pulang Rujukan Verifikasi Kepesertaan

Pulang

Kasus Gawat Darurat 48 Peraturan Menteri Kesehatan., Op. Cit., hlm. 14-18.

Peserta

Loket Pendaftaran di FASKES dasar

Pelayanan Kesehatan

FASKES lanjutan (PPATRS)

SKP oleh PT. Askes SIP oleh

RS

Pelayanan Kesehatan

RJT

RIT

Pelayanan Kesehatan Yankes

IGD

Peserta

Data Base Peserta

(PT.Askes)

Page 46: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

46

C. Implementasi Hukum

Implementasi hukum jika ditinjau dari aspek sosiologi hukum, pada

asasnya merupakan proses bekerjanya hukum dalam masyarakat yang dalam

interaksinya tidak terlepas keterkaitannya dengan faktor-faktor personal dan

sosial yang melingkupinya.

1. Pengertian Implementasi Hukum

Beberapa pendapat para sarjana tentang pengertian hukum, yaitu:

Menurut pendapat Soerjono Soekanto, hukum dapat diartikan

sebagai :

“ Patokan untuk berperilaku pantas dalam hal ini hukum diartikan sebagai suatu kaidah yang mengatur hubungan antar pribadi. Hukum itu diartikan sebagai tatanan hukum atau hukum positif tertulis. Kemungkinan lainnya, hukum diartikan sebagai keputusan pejabat, hukum sebagai petugas dan hukum merupakan jaminan nilai-nilai, yakni nilai-nilai sosial, utamanya adalah nilai ketertiban dan nilai ketentraman yang senantiasa harus diserasikan”.49

Pengertian hukum menurut pendapat E. Utrecht, dalam bukunya

Pengantar dalam Hukum Indonesia :

“ Hukum adalah himpunan petunjuk hidup yang mengatur tata tertib dalam suatu masyarakat dan seharusnya ditaati oleh anggota masyarakat yang bersangkutan, oleh karena pelanggaran terhadap petunjuk hidup itu dapat menimbulkan tindakan dari pemerintah masyarakat itu”.50

Leon Deguit, dalam bukunya Traite De Drot Constutional

berpendapat tentang pengertian hukum, yaitu :

49 Soerjono Soekamto, 1991, Fungsi Hukum dan Perubahan Sosial, Cipta Aditiya Bakti,

Bandung, hlm. 55. 50 Yulies tiena Masriani, 2004, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 6.

Page 47: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

47

“ Aturan tingkah laku para anggota masyarakat, aturan yang daya penggunaanya pada saat tertentu diindahkan oleh suatu masyarakat sebagai jaminan dari kepentingan bersama dan jika dilanggar menimbulkan reaksi bersama terhadap orang yang melakukan pelanggaran itu”.51 Hasil penelitian yang selama ini dilakukan oleh Soerjono

Soekamto, dapat diidentifikasikan sepuluh pengertian yang diberikan

pada hukum, yaitu:

1. Hukum dalam arti disiplin, yaitu sistem ajaran tentang kenyataan yang idiel dan yang riel; 2. Hukum dalam arti ilmu pengetahuan; 3. Hukum dalam arti kaidah atau patokan sikap pantas; 4. Hukum dalam arti tata hukum, yakni hukum positif tertulis; 5. Hukum dalam arti keputusan pejabat; 6. Hukum dalam arti petugas; 7. Hukum dalam arti proses pemerintahan; 8. Hukum dalam arti sikap tindak yang teratur dan unik; 9. Hukum dalam arti jalinan nilai-nilai; 10. Hukum dalam arti seni.52 Menurut pendapat Mochtar Kusumaatmadja mengemukakan

pandangannya bahwa hukum bukan saja merupakan gejala normatif,

melainkan juga merupakan gejala sosial atau empiris. Hal ini dapat

diketahui dari pengertian hukum yang dikemukakan oleh Mochtar

Kusumatmadja yang antara lain mengatakan :

“ Jika kita artikan dalam arti yang luas, maka hukum itu tidak saja merupakan keseluruhan asas-asas dan kaidah-kaidah yang mengatur kehidupan manusia dalaam masyarakat, melainkan meliputi pula lembaga-lembaga (instution) dan proses-proses (process) yang mewujudkan berlakunya kaidah-kaidah itu dalam kenyataan. Dengan lain perkataan, suatu pendekatan yang normatif

51 Ibid., hlm 7. 52 Soerjono Soekamto dan Herkutanto., Op. Cit., hlm. 4..

Page 48: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

48

semata-mata tentang hukum tidak cukup apabila kita hendak melakukan pembinaan hukum secara menyeluruh”.53 Berdasarkan konsepsi hukum tersebut tampak bahwa Mochtar

Kusumatmadja memandang tatanan hukum itu sebagai suatu sistem yang

tersusun atas tiga komponen (sub sistem) yakni: a. Asas-asas dan kaidah-

kaidah hukum; b. kelembagaan hukum; dan c. proses perwujudan

hukum.54Implementasi hukum pada dasarnya termasuk dalam pengertian “

proses perwujudan hukum “, yaitu ketika hukum menjadi sarana untuk

mewujudkan tujuan hukum menjadi suatu kenyataan, dengan demikian

implementasi hukum merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses

bekerjanya hukum.

Kamus Webster merumuskan secara pendek bahwa to implement (mengimplementasikan) berarti to provide the means for carrying out (menyediakan sarana untuk melaksanakan sesuatu); to give practical effect to (menimbulkan dampak/akibat terhadap sesuatu). Dalam hal ini, maka implementasi kebijakan dapat dipandang sebagai suatu proses melaksanakan keputusan kebijakan (biasanya dalam bentuk undang-undang, peraturan pemerintah, keputusan pengadilan, perintah eksekutif, atau dekrit presiden).55 Hukum dibuat untuk dilaksanakan dalam kehidupan

bermasyarakat, oleh karena itu hukum tidak dapat dipisahkan dengan

masyarakat sebagai basis bekerjanya hukum. Kaitannya dengan masalah

53 Mochtar Kusumaatmadja, 1975, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan

Nasional, LPH Fakultas Hukum UNPAD, Bina Cipta, Bandung, hlm. 11. 54 Ibid., hlm 13. 55 Joko Widodo, 2006, Analisis Kebijakan Publik, Banyumedia, Malang, hlm. 14.

Page 49: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

49

bekerjanya hukum didalam masyarakat, Bernard Arief Sidharta

menjelaskan bahwa :

“ Bekerjanya hukum adalah suatu proses dari semua kegiatan manusia berkenaan dengan hal mewujudkan hukum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari secara konkrit, yang meliputi proses pembuatan hukum, proses implementasi hukum dan proses bantuan hukum bagi masyarakat”.56 Pendapat Bernard Arief Sidharta, menunjukan bahwa

implementasi hukum merupakan bagian dari poses bekerjanya hukum

didalam masyarakat. Soerjono Soekanto mengetengahkan konsepsi

bekerjannya hukum mirip dengan konsep yang dikemukakan oleh Bernard

Arief Sidharta, yang antara lain menyatakan :

“ Bekerjanya hukum pada pokoknya merupakan keseluruhan kegiatan yang berhubungan dengan hal melaksanakan dan menyerasikan hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah hukum yang mantap dan perilaku sebagai penjabaran nilai-nilai tahap akhir, untuk menciptakan, memelihara dan mempertahankan kedamaian pergaulan hidup”. 57 Dari konsep-konsep yang diuraikan diatas maka dapat disimpulkan

bahwa implemetasi hukum merupakan bagian dari proses bekerjannya

hukum didalam masyarakat. Hukum dibuat untuk dapat dilaksanakan, oleh

karena itu hukum tidak dapat dipisahkan dengan masyarakat sebagai basis

bekerjanya hukum.

56 Bernard Arief Sidharta, 1999, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum; Sebuah Penelitian

Tentang Fungsi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung, hlm. 116.

57 Soerjono Soekanto, Op. Cit., 1989, hlm. 277.

Page 50: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

50

2. Teori-Teori Implementasi Hukum

Kaitannya dengan masalah implementasi hukum yang merupakan

bagian integral dari proses bekerjanya hukum didalam masyarakat,

Lawrence M. Friedman mengemukakan teorinya bahwa ada tiga unsur

sistem hukum, yaitu:

a. Struktur hukum, yakni kerangka atau rangkaian dari hukum itu sendiri

b. Substansi hukum, yakni aturan, norma, dan pola perilaku manusia yang nyata dalam sistem hukum

c. Kultur hukum, yakni sikap manusia terhadap hukum dan sistem hukum, yang didalamnya terdapat kepercayaan, nilai, pemikiran serta harapan.58

Menurut Julius Stone, tindakan seseorang didalam masyarakat senantiasa dilakukan dengan memperhitungkan apa yang diharapkan oleh orang lain daripadanya. Tindakan seseorang itu tidak berdiri sendiri, melainkan terangkum dalam suatu jalinan sistem dari peranan yang diharapkan (role-expectation). Peranan-peranan yang diharapkan ini kemudian memaksakan diterimanya nilai-nilai yang hendaknya diikuti didalam interaksi sosial oleh anggota-anggota masyarakat. Peranan-peranan yang diharapkan serta nilai-nilai standar itu kemudian menjadi melembaga. Motif perorangan untuk bertindak dalam proses pelembagaan ini kemudian dipengaruhi oleh keharusan-keharusan untuk memenuhi peranan-peranan yang diharapkan berikut nilai-nilai standarnya.59 Pendekatan yang dikemukakan oleh Stone, antara lain dapat

dijumpai penerapannnya didalam hukum pada pendekatan yang dilakukan

oleh Robert B. Seidman. Seidmen mencoba utntuk menerapkan

pandangan tersebut dalam analisisnya mengenai “ bekerjannya hukum

didalam masyarakat”. menurut Robert B. Seidmen, bekerjanya hukum

58 Ibid. 59 Satjipto Raharjo, Op. Cit., 1986. hlm 26.

Page 51: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

51

didalam masyarakat melibatkan tiga unsur dasar yakni: pembuatan

hukum, pelaksanaan hukum dan pemegang peran.60 Secara lebih lengkap

model bekerjannya hukum menurut Robert B. Seidmen ini dilukiskan

dalam bagan sebagai berikut:

Bagan 2: Bekerjanya Hukum Dalam Masyarakat

Model Robert B. Seidman

60 Satjipto Raharjo, 1983, Hukum dan Pembaharuan Sosial, Suatu Tinjauan Teoritis serta

Pengalaman-pengalaman di Indonesia, Alumni, Bandung, hlm. 161.

Kekuatan Personal dan Sosial

dan lainnya.

LEMBAGA PEMBUAT HUKUM

PEMEGANG PERANAN

AKTIVITAS PENERAPAN

LEMBAGA PENERAPAN

HUKUM

Kekuatan Personal

dan Sosial lainnya

Kekuatan Personal

dan Sosial lainnya

Norma Norma

Page 52: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

52

Melihat bagan tersebut, oleh Seidmen diuraikan kedalam dalil-dalil

sebagai berikut:

a) Setiap peraturan hukum memberitahukan tentang bagaimana seseorang pemegang peran (role accupant) itu diharapkan bertindak;

b) Bagaimana seseorang pemegang peran itu akan bertindak sebagai suatu respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan yang ditunjukan kepadanya, sanksi-sanksinya, aktifitas dari lembaga-lembaga pelaksana hukum serta keseluruhan komplek kekuatan sosial, politik dan lain-lainnnya mengenai dirinya;

c) Bagaimana lembaga-lembaga pelaksana itu bertindak sebagai respon terhadap peraturan hukum merupakan fungsi peraturan-peraturan hukum yang ditunjukan kepada mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan-keuatan sosial, politik dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari pemegang peran;

d) Bagaimana para pembuat hukum itu akan bertindak merupakan fungsi peraturan-peraturan yang mengatur tingkah laku mereka, sanksi-sanksinya, keseluruhan komplek kekuatan-kekuatan sosial, politik, idiologis dan lain-lainnya yang mengenai diri mereka serta umpan-umpan balik yang datang dari pemenngang peran serta birokrasi.61

Kutipan diatas memperjelas bahwa setiap anggota masyarakat

sebagai pemegang peran ditentukan tingkah lakunya oleh pola peranan

yang dimainkan baik oleh norma-norma hukum maupun kekuatan-

kekuatan diluar hukum.

Menurut Adam Podgorecki dan Christopher J. Whelan dalam

mengkaji tentang “Pendekatan Sosiologis Terhadap Hukum”

mengemukakan teori unsur-unsur penting didalam proses implementasi

hukum, yang menyatakan bahwa “ Implementasi hukum merupakan suatu

61 Satjipto Rahardjo, Op. Cit., 1986, hlm. 26.

Page 53: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

53

proses menjalankan hukum dalam praktek ehidupan masyarakat untuk

mewujudkan keinginan-keinginan dan harapan-harapan hukum secara

kenyataan. Proses ini menghadirkan tiga unsur penting yang membentuk

sistem implementasi hukum, yakni ; (1) Pelaksanaan hukum sebagai

pemegang fungsi dari hukum; (2) Sarana dan fasilitas lainnya sebagai

pendukung berjalannya hukum, dan (3) Masyarakat pengemban hak dan

kewajiban hukum. Ketiga unsur tersebut dalam menjalankan hukum

cenderung dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.62

3. Faktor-Faktor Implementasi Hukum

Hukum diharapkan dapat mengatur kehidupan dalam

bermasyarakat supaya tercapainya keadilan dan kedamaian, meskipun bila

diterapkan terkadang sebaliknya tidak sesuai dengan yang diharapkan,

hukum justru menimbulkan ketidakadilan. Nilai keadilan hukum yang

dipengaruhi oleh banyak faktor-faktor yang ada, sehingga menimbulkan

ketidak serasian antara tujuan hukum.

Suatu hal yang pasti bahwa, usaha untuk mewujudkan ide atau

nilai selalu melibatkan lingkungan serta berbagai pengaruh lainnya. Oleh

karena itu, penegakan hukum hendaknya tidak dilihat dari suatu yang

berdiri sendiri, melainkan selau berada diantara faktor, atau dengan kata

62 Adam Podgorecki dan Christopher J. Whelan, 1987, Pendekatan Sosiologis Terhadap

Hukum, Penterjemah Widyaningsih dan G. Kartasapoetra, Bina Aksara, Jakarta, hlm. 401-402.

Page 54: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

54

lain titik tolak pemahaman terhadap hukum tidak sekedar sebagai suatu

rumusan hitam diatas putih yang ditetapkan dalam berbagai bentuk

peraturan perundang-undangan. Hukum hendaknya dilihat sebagai suatu

gejala yang dapat diamati di dalam masyarakat, antara lain melalui tingkah

laku warga masyarakat. Hal ini berarti bahwa, titik perhatian harus

ditujukan kepada hubungan antara hukum dengan faktor-faktor non

hukum lainnya, terutama faktor nilai dan sikap serta pandangan

masyarakat.

Norma hukum berbeda dengan norma-norma yang lain, adaanya

unsur memaksa yang membedakannya. Unsur memaksa ini diwujudkan

dengan adanya sanksi hukum yang tegas.

Sanksi pada hakekatnya merupakan reaksi terhadap pelanggaran kaedah-kaedah kelompok. Sanksi tersebut dapat berupa sanksi positif maupun sanksi negatif. Sanksi-sanksi positif adalah unsur-unsur yang mendorong terjadinya kepatuhan atau perikelakuan yang sesuai dengan kaedah-kaedah. Sebaliknya sanksi-sanksi negatif menjatuhkan hukuman kepada pelanggar-pelanggar kaedah-kaedah kelompok. Dengan demikian maka proses pemberian sanksi-sanksi mencangkup suatu sistem imbalan dan hukuman, yang akibanya adalah suatu dukungan yang efektif untuk mematuhi kaedah-kaedah. 63 Sehubungan dengan efektivitas sanksi-sanksi tersebut, terutama

sanksi-sanksi negatif Schwartz dan Orleans pernah mengadakan suatu

penelitian yang menghasilkan beberapa hipotesa sebagai berikut:

63 Soerjono Soekamto,1977, Kesadaran Hukum dan Kepatuhan Hukum, Jakarta, Rajawali,

hlm. 233.

Page 55: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

55

a. Sanksi negatif (c.q.hukuman) mengurangi pelanggaran, baik yang dilakukan oleh pelanggar maupun pihak-pihak lainnya.

b. Semakin keras sanksi negatif, semakin tinggi derajat efektivitasnya.

c. Sanksi negatif dapat diterapkan tanpa mengakibatkan terjadinya kerugian-kerugian.

d. Kemungkinan-kemungkinan lain tidak dapat dianggap sebagai suatu alternatif yang sederajat dengan penerapan sanksi negatif. 64

Penetapan tentang perikelakuan yang melanggar hukum,

senantiasa disertai dengan pembentukan organ-organ penegaknya. Akan

tetapi apakah penegakannya tersebut akan berjalan secara efektif atau

tidak, sangat tergantung pada faktor-faktor sebagai berikut:

1. Harapan-harapan masyarakat; yaitu, apakah penegakan hukum tersebut sesuai atau tidak dengan nilai-nilai masyarakat.

2. Adanya motivasi dari warga-warga masyarakat untuk melaporkan terjadinya perbuatan melanggar hukum, kepada organ-organ penegak hukum tersebut.

3. Kemampuan dan kewibawaan daripada organ-organ penegak hukum.65

Hukum itu hanya dapat berjalan melalui manusia. Manusia yang

menciptakan hukum, tetapi manusia pula yang menjalankan hukum. Oleh

karena itu, hukum harus dijalankan dalam masyarakat supaya tercapai

tujuan hukum yaitu ketertiban, keadilan dan kedamaian hidup.

Pola-pola penyelenggaran hukum oleh badan-badan yang diberi

tugas untuk melaksanakan hukum (enforcement agencies) telah

memperlihatkan terjadinya kelalaian-kelalaian atau penyimpangan-

64 Ibid., hlm. 234-235. 65 Ibid., hlm. 72.

Page 56: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

56

penyimpangan antara hal-hal yang tertera dalam ketentuan-ketentuan

hukum, yang memberi batasan atau uraian tentang tugas pekerjaan badan-

badan tersebut dengan praktek-praktek yang dijalankan oleh badan-badan

tersebut sehari-hari.

Menurut Soerjono Soekanto sebagaimana yang dikutip oleh

Saryono Hanadi mengatakan bahwa, faktor-faktor yang sering kali dapat

mempengaruhi efektivitas hukum dapat diperinci sebagai berikut:

a. Faktor hukumnya sendiri, yang dalam hal dibatasi pada hukum perundang-undangan saja;

b. Faktor penegak hukum, yakni pihak-pihak yang membentuk maupun menerapkan hukum;

c. Faktor sarana dan fasilitas yang mendukung efektivitas hukum; d. Faktor masyarakat, yakni lingkungan dimana hukum tersebut

berlaku atau ditetapkan; e. Faktor kebudayaan, yakni sebagai hasil karya, cipta dan rasa

yang didasarkan pada karsa manusia didalam pergaulan hidup.66

Bekerjanya kelima faktor tersebut diatas saling berkaitan satu sama

lainnya, sehingga dalam kajian implementasi hukum harus memperhatikan

keterkaitan faktor-faktor tersebut, karena implementasi suatu aturan

hukum dalam interaksinya tidak terlepas dari pengaruh faktor-faktor

personal dan sosial lainnya.

66 Saryono Hanadi, 2004, Bekerjanya Hukum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan

Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi di Kabupaten Banyumas), Sebuah Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum UNDIP, Semarang, hlm. 131.

Page 57: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

57

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Pendekatan

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan yuridis

sosiologis. Digunakan metode ini didasarkan pada alasan bahwa, dalam penelitian

hukum diartikan sebagai pola-pola perilaku sosial yang terlembagakan, eksis

sebagai variable sosial yang empirik. Asumsi ini senada dengan pendapat Ronny

Hanitiyo Soemitro yang menyatakan bahwa, dalam studi hukum yang empirik,

hukum tidak dikonsepsikan sebagai gejala normatif yang otonom, tetapi sebagai

suatu pranata sosial yang secara rill dikaitkan dengan variable-variabel sosial

lainnya.67

Penelitian yuridis sosiologis dengan pendekatan kuantitatif dimaksudkan

untuk melihat fakta yang ada. Perhatian peneliti dalam penelitian ini akan

berfokus pada implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dan

faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

67 Ronny Hanitiyo Soemitro, 1985, Studi Hukum dan Masyarakat, Alumni, Bandung, hlm.

123.

Page 58: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

58

B. Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan beberapa metode penelitian yaitu sebagai

berikut:

a. Metode Survei, yaitu suatu penyelidikan yang diadakan untuk memperoleh

fakta-fakta dari gejala-gejala yang ada dan mencari keterangan-keterangan

secara faktual, guna membedah dan mengenal masalah-masalah serta

mendapatkan pembenaran terhadap keadaan dan praktik-praktik yang sedang

beralngsung.68 Hasil survey berupa data primer, yaitu data yang bersumber

dari individu peserta Jamkesmas yang telah mendapatkan pelayanan

kesehatan rawat inap.

b. Metode Kepustakaan, yaitu suatu cara penelitian dengan menelusuri literature

yang ada serta menelaahnya secara tekun guna memperoleh informasi yang

berhubungan dengan masalah yang diteliti.69 Tujuan digunakan metode ini

untuk mencari teori-teori, konsep-konsep, generalisasi-generalisasi yang

dijadikan sebagai landasan teoritis penelitian ini. Hasil dari peneluruan

dengan menggunakan metode ini berupa data sekunder.

c. Metode Dokumenter, yakni suatu penelitian dengan cara menelusuri

dokumen-dokumen resmi yang berhubungan dengan masalah yang sedang

68 Moh. Nasir, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta. hlm. 65. 69 Sumadi Suryabrata, 1989, Metode Penelitian Sosial, Rajawali, Jakarta, hlm.72.

Page 59: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

59

diteliti pada institusi-institusi terkait.70 Hasil dari penelusuran metode ini

berupa data sekunder.

C. Spesifikasi Penelitian

Spesifikasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian secara

deskriptif, dimaksud untuk memberikan data seteliti mungkin tentang manusia,

keadaan atau gejala-gejala lainnya. Spesifikasi penelitian secara deskriptif

bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo dan faktor-faktor yang cenderung

mempengaruhi implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

D. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan dengan mengambil lokasi di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo, Jl. Dr. Gumbreg No. 1 Purwokerto. Lokasi tersebut diambil

dengan dasar pertimbangan-pertimbangan sebagai berikut :

1. RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo merupakan salah satu rumah sakit umum

daerah yang besar di wilayah Banyumas.

70 Sanapiah Faesal, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasinya, Yayasan Asih

Asah Asuh, Malang, hlm. 158.

Page 60: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

60

2. RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo merupakan rumah sakit rujukan bagi

peserta Jamkesmas sehingga dapat mengetahui bagaimana implementasi

sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam

pelayanan kesehatan dan faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam memperoleh pelayanan kesehatan.

E. Populasi Penelitian

Populasi adalah kumpulan atau himpunan dari individu dengan kualitas

serta ciri-ciri yang telah ditetapkan.71 Populasi dalam penelitian ini adalah

anggota masyarakat miskin pasien rawat inap yang terdaftar sebagai peserta

jamkesmas yang telah menerima pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo.

F. Metode Pengambilan Sampel

Penelitian ini sampel sasaran dipilih menggunakan metode purposive

sampling yaitu suatu metode pengambilan sampel yang disesuaikan dengan

kriteria-kriteria tertentu yang ditetapkan berdasarkan tujuan penelitian. Jumlah

dari masyarakat miskin peserta Jamkesmas pasien rawat inap yang mendapatkan

pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo, tidak diketahui

secara pasti maka pengambilan jumlah sampel hanya dapat diperkirakan telah

71 Moh. Nasir, 1999, Metode Penelitian, Galia Indonesia, Jakarta, hlm. 325.

Page 61: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

61

mencukupi untuk mewakili populasi. Jumlah populasi yang akan diteliti sebanyak

40 (empat puluh) orang, dengan pertimbangan bahwa jumlah tersebut telah

mencukupi untuk mewakili populasi yang ada karena populasi yang diteliti

bersifat homogen.

Pengambilan sampel didasarkan pada pertimbangan-pertimbangan

mengenai karakteristik (ciri-ciri umum) populasi yang mengarah pada tingkat

homoginitas populasi, antara lain:

a. Semua sampel adalah peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas).

b. Semua sampel merupakan pasien rawat inap yang telah mendapatkan

pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

c. Semua sampel secara ekonomi tergolong sebagai masyarakat miskin.

Berdasarkan pada ciri-ciri homoginitas populasi diatas, maka dapat

diasumsikan bahwa jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini cukup

mewakili (representatif) karena sampel yang diambil sesuai dengan tujuan

penelitian serta populasi yang bersifat homogen tidak perlu dipersoalkan

jumlahnya secara kuantitatif, sehingga akurasi data yang diperoleh cukup valid

dan menjawab rumusan masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Sampel

bersifat representatif apabila terdiri dari unsur-unsur yang memiliki seluruh sifat-

sifat populasi, walaupun jumlahnya lebih sedikit. 72

72 Ibid., hlm 144.

Page 62: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

62

G. Jenis dan Sumber Data

Penelitian ini, peneliti menggunakan 2 (dua) macam data agar tercapai

kelengkapan dan keterpaduan data untuk dapat memecahkan rumusan masalah

yang ada yaitu:

a. Data Primer

Data primer adalah data utama yang bersumber dari masyarakat miskin

peserta Jamkesmas pasien rawat inap yang telah mendapatkan pelayanan

kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo yang menjadi sampel dalam

penelitian ini, meliputi data hasil angket maupun wawancara.

b. Data Sekunder

Data sekunder yaitu informasi atau penjelasan yang mendukung data

primer, terdiri dari :

1. Peraturan Perundang-undangan, meliputi: Undang-Undang Dasar Tahun

1945 Amandemen, Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang

Kesehatan, Peraturan Menteri Kesehatan RI No. 903/ MENKES/ PER/V/

2011 tentang Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan

Masyarakat.

2. Buku-buku kepustakaan,

3. Artikel-artikel ilmiah, baik dari jurnal ilmiah, majalah ilmiah, internet dan

dokumen-dokumen resmi pada sistem informasi dan dokumentasi RSUD.

Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Page 63: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

63

H. Metode Pengumpulan Data dan Instrumen Yang Digunakan

Penelitian dalam skripsi ini, data yang dikumpulkan dengan

menggunakan metode :

a. Metode Angket

Penelitian berupa Angket (kuesioner) berisi pertanyaan-pertayaan

yang bersifat tertutup maupun terbuka, yang telah disiapkan terlebih dahulu

untuk diisi oleh semua sampel. Angket (kuesioner) adalah suatu alat

penelitian yang dilakukan dengan jalan mengedarkan suatu daftar pertanyaan

berupa formulir-formulir yang diajukan secara tertulis kepada sejumlah

subyek untuk mendapatkan jawaban atau tanggapan (respon) tertulis

seperlunya.73

b. Metode Dokumentar

Metode dokumentar, dengan instrument penelitian yang berupa form

dokumentasi dalam wujud metrik yang berisi informasi narasi yang diperoleh

dari sumber-sumber dan data sekunder.

c. Metode Kepustakaan

Metode kepustakaan untuk dapat menemukan teori-teori, konsep-

konsep yang akan dijadikan sebagai landasan analisis dari hasil penelitian

yang diperoleh. Instrument yang digunakan adalah buku literatur yang terkait

dengan penelitian yang dilakukan.

73 Kartini Kartono, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni, Bandung, hlm. 200.

Page 64: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

64

I. Metode Pengolahan Data

Dalam penelitian data diolah dengan menggunakan metode sebagai

berikut:

a. Koding data, yaitu suatu pengelolaan data yang dilakukan dengan cara mempelajari jawaban responden, memutuskan perlu tidaknya jawaban responden dan memberikan simbol berupa angka pada jawanan responden.

b. Tabulasi data,yakni suatu pengolahan data yang dilakukan dengan cara mengelompokan jawaban responden dan memasukannya kedalam tabel-tabel,baik tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang yang tiap-tiap tally atau kolom tabel tersebut.

c. Editing data,yaitu suatu pengolahan data yang dilakukan dengan cara mengadakan evaluasi atau mengecek jawaban-jawaban semua responden dengan menekankan pada konsistensi jawaban satu dengan yang lain,terutama untuk pertanyaan-pertanyaan yang saling berhubungan guna menghilangkan kesalahan-kesalahan yang mungkin timbul.74

J. Metode Penyajian Data

Data yang diperoleh akan disajikan dalam bentuk tabel-tabel, terutama

tabel distribusi frekuensi dan tabel silang, disamping itu, data akan disajikan

dalam bentuk ”teks naratif”, yakni suatu uraian pertanyaan-pertanyaan yang

disusun secara sistematis, logis, konsisten dan rasional. Penyajian data dalam

bentuk teks naratif ini digunakan untuk menjelaskan data yang berupa angka-

angka dalam tabel distribusi frekuensi maupun tabel silang.

74 Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 2008, Metode Penelitian Survei, Pustaka LP3ES,

Jakarta, hlm. 219-220.

Page 65: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

65

K. Definisi Operasional Variabel

Penelitian ini berfokus pada variabel pokok yakni variabel

implementasi jamkesmas, persyaratan administrasi, fasilitas kesehatan,

pengetahuan dan komunikasi, yang dapat didefinisi operasionalkan sebagai

berikut :

1. Implementasi Jamkesmas adalah semua kegiatan tenaga medis yang

berkenaan dengan hal mewujudkan hukum dalam kenyataan kehidupan

secara kongkrit melalui penerapan pedoman aturan bagi penyelenggaraan

pelayanaan kesehatan melalui program jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap di rumah sakit yang dinyatakan dengan ukuran

efektif, kurang efektif dan tidak efektif.

2. Persyaratan Administratif yang dimaksud dalam penelitian ini adalah

persyaratan administratrif yang telah ditentukan untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap bagi peserta Jamkesmas di rumah sakit

yang dapat dinyatakan dalam ukuran tidak sederhana, kurang sederhana

dan sederhana.

3. Fasilitas Kesehatan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi,

kelengkapan fasilitas kesehatan yang ada dirumah sakit guna menunjang

pelayanan kesehatan rawat inap yang dinyatakan dalam ukuran tidak

memadai, kurang memadai dan memadai.

4. Pengetahuan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah pengetahuan

pasien terhadap alur persyaratan, prosedur yang harus dilalui serta

Page 66: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

66

perawatan mandiri yang dilakukan pasien rawat inap di rumah sakit, yang

dinyatakan dalam ukuran rendah, sedang dan tinggi.

5. Komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yang

yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan pasien rawat inap peserta

Jamkesmas untuk memperoleh informasi mengenai penyakit yang

diderita, resiko tindakan kesehatan yang dilakukan, dan persetujuan

tindakan medis, yang dinyatakan dalam ukuran rendah, sedang dan tinggi.

L. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh akan dianalisis dengan metode “kuantitatif dan

kualitatif”. Analisis kuantitatif dipilih model analisis statistik sederhana,

yang menekankan pada metode distribusi frekuensi analisis dan tabel silang

analisis.75 Sedangkan dalam analisis kualitatif, dengan model analisis isi

(content analysis) dan analisis perbandingan (comparative analisis).

Menurut pendapat Noeng Muhadjir, content analysis merupakan

analisis ilmiah tentang isi pesan suatu komunikasi.76 Secara teknis content

analysis mencangkup upaya : a. klasifikasi tanda yang dipakai dalam

komunikasi, b. menggunakan kriteria sebagai dasar klasifikasi dan c.

menggunakan teknik analisis tertentu sebagai pembuat prediksi.77 Content

75 Supranto J., 1995, Pengantar Statistik Bidang Hukum, Rineka Cipta, Jakarta, hlm. 48. 76 Noeng Muhadjir, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi III, Rake Karasin,

Yogyakarta, hlm. 49. 77 Ibid.,

Page 67: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

67

analysis digunakan untuk mencangkup isi dari suatu data baik hasil survey,

dokumentasi atau kepustakaan maupun data sekunder, dimana didalamnya

ditemukan suatu tema yang berkaitan dengan masalah yang terisi.

Comparative analysis method menurut Soerjono Soekanto adalah the

comparison of matched societies and institution for the discovery of

associations and correlations.78 Comparative analysis digunakan untuk

membandingkan antara data yang satu dengan yang lainnya. Sehingga

ditemukan kelemahan maupun keunggulannya.

Mengupas lebih mendalam analisis diatas, maka digunakan metode

theoretical interprestation, yakni suatu analisis dengan cara membandingkan

antara data disatu pihak dengan teori hukum, doktrin hukum dan norma

hukum dilain pihak. Dengan dialog yang demikian diharapkan pengambilan

keputusan yang menyimpan sekecil mungkin dapat dihindari.

78 Soerjono Soekanto, 1986, Pengantar Penelitian Hukum, Universitas Indonesia, Jakarta,

hlm. 250.

Page 68: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

68

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Implementasi Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Kesehatan

Diskriminasi adalah hal umum yang menjadi tontonan menarik di bangsal-

bangsal rumah sakit, terutama pada rumah sakit pemerintah. Orang-orang miskin

yang terakomodasi Gakin dan dijamin dengan Askeskin atau Jamkesmas, meski

mendapat pembebasan biaya dengan segala keterbatasan fasilitas, sama sekali

tidak diperlakukan layak dari segi pelayanan, kenyamanan, perhatian, dan

kesamaan hak. Bangsal kotor dan kumuh, dokter pemarah, perawat yang selalu

cemberut, administrasi yang berbelit belit dan dipersulit, serta penanganan yang

kasar dibawah standard care dan standar medis yang harus diterima. 79 Gambaran

yang menyedihkan terhadap pelayanan kesehatan yang harus diterima oleh

peserta Jamkesmas dirumah sakit tidak seharusnya diasumsikan sama terhadap

seluruh rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan bagi peserta

Jamkesmas.

Hukum kesehatan yang merupakan hukum yang berkaitan dengan aspek

pelayanan kesehatan berpengaruh penting terhadap pembangunan hukum.

Munculnya hukum kesehatan tentunya sangat berpengaruh terhadap pelayanan

kesehatan, terutama dalam pembentukan apa yang dikenal dengan hak-hak pasien.

79 Alexandra Ide, 2012, Etika dan Hukum dalam Pelayanan Kesehatan, Grasia Publisher,

Yogyakarta, hlm. 357-358.

Page 69: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

69

Hukum kesehatan memberikan perlindungan terhadap hak-hak pasien, dan

dengan munculnya aturan normatif tentang pelayanan kesehatan tentunya menjadi

pengaruh bagi para penyelenggara pelayanan kesehatan supaya dalam melakukan

tindakan-tindakan yang terkait dengan pelayanan kesehatan lebih berhati-hati

sebab pelayanan kesehatan itu sendiri telah ada payung hukum yang melindungi.

Adanya sangsi yang tegas dari aturan hukum normatif dalam bidang kesehatan

tentunya membuat tenaga kesehatan lebih sadar bahwa tindakan yang

dilakukannya terkait dengan kesehatan akan memiliki akibat hukum. Masyarakat

miskinpun memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

yang bermutu, tidak diskriminan, sesuai dengan standar pelayanan medis yang

ada karena pada hakekatnya dihadapan hukum semua sama.

Implementasi sistem jaminan kesehatan bagi masyarakat miskin untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit, secara sosiologis

merupakan proses penyelenggaraan hukum yang dalam interaksinya tidak terlepas

kaitannya dengan faktor-faktor non hukum, seperti politik, ekonomi, sosial,

budaya dan sebagainya. Oleh karenanya implementasi Jamkesmas pada dasarnya

termasuk dalam pengertian proses bekerjanya hukum dalam masyarakat,

disamping tahap pembuatan hukum dan evaluasi hukum.

Terkait dengan masalah bekerjanya hukum dalam masyarakat, dalam

Sosiologi Hukum dikenal suatu teori yang dikemukakan oleh Robert B. Seidman

sebagaimana yang telah dipaparkan dalam bab sebelumnya, mengatakan bahwa “

Bekerjanya hukum di dalam masyarakat melibatkan 3 (tiga) komponen dasar,

Page 70: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

70

yakni ; (a) Lembaga Pembuat Hukum; (b) Lembaga Penerap Hukum; dan (c)

Pemegang peran atau pihak yang dikenai hukum. Selanjutnya dalam interaksi

ketiga komponen dasar tersebut selalu dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan

sosial lainnya. Demikian pula aksi-aksi lembaga penerap hukum dan pemegang

peranan akan selalu memberikan umpan balik kepada lembaga pembuat hukum

dalam rangka melakukan pembaharuan-pembaharuan hukum atau evaluasi hukum

yang berlaku.

Teori bekerjanya hukum model Robert B. Seidman ini bila diaplikasikan ke

dalam permasalahan implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin

pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, maka dapat dirumuskan suatu

formulasi bahwa, pelaksanaan sistem jaminan kesehatan masyarakat dalam

pelayanan kesehatan rawat inap melibatkan aksi-aksi atau tindakan-tindakan

rumah sakit sebagai organisasi yang bertugas dan berwenang menerpakan

peraturan-peraturan hukum jaminan kesehatan masyarakat dan aksi-aksi atau

tindakan-tindakan individu masyarakat miskin pasien rawat inap sebagai pihak

yang dikenai peraturan hukum jaminan kesehatan masyarakat yang dalam

kedudukannya selaku peserta program Jamkesmas, yang dalam interaksi antar

mereka cenderung dipengaruhi oleh faktor-faktor personal dan sosial lainnya,

sedangkan Peraturan Menteri dalam hal ini Menteri Kesehatan sebagai pihak

pembuat peraturan hukum jaminan kesehatan masyarakat tidak menghadapi

permaslahan yang berarti.

Page 71: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

71

Dengan demikian dalam penelitian ini yang menjadi fokus perhatian adalah

aksi-aksi atau tindakan-tindakan rumah sakit sebagai organisasi pelaksana hukum

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) dan aksi-aksi atau tindakan-

tindakan peserta program Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) sebagai

pihak yang dikenai peraturan dengan segala aspek pengaruhnya faktor-faktor

personal dan sosial lainnya.

Mendasarkan pada formulasi diatas, maka rumah sakit sebagai pelaksana

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas) harus melakukan kewajiaban-

kewajiaban (tindakan-tindakan medis) Jaminan Kesehatan Masyarakat

(Jamkesmas) yang mengacu kepada Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Masyarakat, untuk mewujudkan hak-hak peserta Jaminan

Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas), terutama bagi masyarakat miskin yang

secara resmi terdaftar sebagai peserta Jamkesmas. Dengan demikian,

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan, pada dasarnya merupakan proses pelaksanaan

kewajiban rumah sakit dalam rangka merealisasikan hak-hak peserta program

Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas).

Dalam hubungannya dengan masalah implementasi hukum, Adam

Podgorecki dan Christopher J. Whelan sebagaimana yang telah dipaparkan di bab

sebelumnya dalam mengkaji tentang “Pendekatan Sosiologis Terhadap Hukum”

mengemukakan teori unsur-unsur penting didalam proses implementasi hukum,

Page 72: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

72

yang menyatakan bahwa “ Implementasi hukum merupakan suatu proses

menjalankan hukum dalam praktek kehidupan masyarakat untuk mewujudkan

keinginan-keinginan dan harapan-harapan hukum secara kenyataan. Proses ini

menghadirkan tiga unsur penting yang membentuk sistem implementasi hukum,

yakni ; (1) Pelaksanaan hukum sebagai pemegang fungsi dari hukum; (2) Sarana

dan fasilitas lainnya sebagai pendukung berjalannya hukum, dan (3) Masyarakat

pengemban hak dan kewajiban hukum. Ketiga unsur tersebut dalam menjalankan

hukum cenderung dilatarbelakangi oleh berbagai faktor.

Teori yang dikemukakan oleh Adam Podgorecki dan Christopher J. Whelan

bila diaplikasikan dalam masalah implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, maka dapat

diinterprestasikan bahwa, proses menjalankan program Jamkesmas dalam

mewujudkan keinginan dan harapan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam

kedudukannya sebagai peserta Jamkesmas dapat dilihat dari unsur-unsur antara

lain :

1. Unsur pelaksana hukum, meliputi indikator persyaratan administratif untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap bagi peserta Jamkesmas di

rumah sakit, prosedur yang harus dilalui peserta Jamkesmas untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit, dan pelayanan

kesehatan yang diberikan kepada pasien rawat inap peserta Jamkesmas di

rumah sakit.

Page 73: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

73

2. Unsur Sarana dan fasilitas, meliputi indikator sarana dan prasarana medis

yang tersedia untuk memberikan pelayanan kesehatan bagi masyarakat miskin

pasien rawat inap peserta Jamkesmas di rumah sakit.

3. Unsur Masyarakat, yakni peserta Jamkesmas pasien rawat inap, yang meliputi

indikator tingkat kepuasan peserta Jamkesmas pasien rawat inap.

Dengan demikaian, implementasi sistem jamianan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, dalam penelitian ini

merupakan suatu konsep yang terintegrasi dari kelima indikator tersebut.

Penelitian ini selanjutnya diajukan dengan pertanyaan sebanyak 50

pertanyaan kepada 40 responden yang diambil sebagai sempel, yang terbagi

masing-masing indikatornya 10 pertanyaan, indikator persyaratan administratif

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap bagi peserta Jamkesmas di

rumah sakit sebanyak 10 pertanyaan, indikator prosedur yang harus dilalui peserta

Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit

sebanyak 10 pertanyaan, indikator pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

pasien rawat inap peserta Jamkesmas di rumah sakit sebanyak 10 pertanyaan,

indikator sarana dan prasarana sebanyak 10 pertanyaan dan indikator tingkat

kepuasan sebanyak 10 pertanyaan. Terkaitan dengan faktor-faktor yang

cenderung mempengaruhi implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan ada beberapa faktor yang

cenderung mempengaruhi, seperti faktor persyaratan administratif, fasilitas

kesehatan, pengetahuan dan komunikasi. Tingkat masing-masing faktor tersebut

Page 74: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

74

dapat diketahui dengan mengajukan pertanyaan kepada seluruh responden.

Pertanyaan yang diajukan kepada responden sebanyak 40 pertanyaan tentang

faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan yang

terdiri dari faktor persyaratan administratif sebanyak 10 pertanyaan, faktor sarana

dan prasaran sebanyak 10 pertanyaan, faktor pengetahuan pasien sebanyak 10

pertanyaan dan faktor komunikasi sebanyak 10 pertanyaan. Kemudian setiap

pertanyaan tersebut nantinya akan diberi nilai antara 1-3 berdasarkan jawaban

yang diberikan oleh responden.

Sejumlah pertanyaan tersebut diajukan kepada responden yang menjadi

sampel dalam penelitian ini yaitu peserta Jamkesmas yang telah mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Menurut hasil penelitian yang dilakukan dan berdasarkan hasil skor

(penilaian) pada masing-masing responden, maka dapat data yang dituangkan

dalam tabel berikut :

Tabel 1: Distribusi Nilai Masing – Masing Indikator Implementasi

Jamkesmas dan Variabel menurut 40 responden

Implementasi Jamkesmas Y 1 Y 2 Y 3 Y 4

X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 ∑ X

1 22 29 26 25 22 124 26 10 15 23

2 25 27 29 22 27 130 27 28 24 30

3 24 30 29 29 30 142 17 12 14 30

4 26 29 29 28 30 142 18 10 15 29

No

Page 75: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

75

No Implementasi Jamkesmas

Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 ∑ X

5 23 28 25 26 26 128 20 17 22 24

6 23 21 26 20 21 111 26 30 24 27

7 24 30 28 30 30 142 12 10 10 28

8 25 30 27 28 30 140 27 28 25 30

9 25 29 29 30 28 141 20 18 16 24

10 26 26 29 26 27 134 24 27 25 29

11 23 30 29 27 28 137 12 25 18 28

12 26 27 23 28 28 132 24 14 20 27

13 25 19 23 18 26 111 29 30 28 30

14 24 24 27 23 23 121 30 30 26 30

15 26 29 29 27 30 141 24 17 24 27

16 26 30 29 27 30 143 24 11 18 25

17 24 26 29 27 29 135 25 15 22 29

18 26 30 29 28 30 143 22 11 19 28

19 26 30 29 28 30 143 22 11 21 29

20 26 27 26 29 26 134 28 14 23 27

21 26 24 27 23 25 125 23 18 22 23

22 26 29 28 27 30 140 25 12 21 29

23 25 30 29 28 30 142 24 14 21 25

24 24 30 29 29 30 142 21 10 15 29

25 22 24 29 23 26 124 24 28 24 30

26 25 19 23 18 26 111 29 30 28 30

27 22 29 29 25 22 127 26 10 15 23

28 24 30 29 29 30 142 17 12 14 30

29 23 21 26 20 21 111 26 30 24 27

Page 76: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

76

No Implementasi Jamkesmas

Y 1 Y 2 Y 3 Y 4 X 1 X 2 X 3 X 4 X 5 ∑ X

30 21 29 28 27 28 133 23 12 18 29

31 23 30 29 27 28 137 12 25 18 28

32 25 29 29 30 28 141 20 18 16 24

33 26 26 29 26 27 134 24 27 25 2

34 24 24 27 23 23 121 30 30 26 30

35 25 30 27 28 30 140 27 28 25 30

36 26 30 29 28 30 143 22 11 19 28

37 24 29 29 27 30 139 24 17 24 27

38 24 30 30 29 30 143 20 10 18 28

39 24 30 29 28 30 141 24 14 20 30

40 22 30 28 29 30 139 14 20 22 28

Sumber : Data primer yang diolah

Keterangan :

� X1 :Persyaratan pelayanan kesehatan untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap bagi peserta Jamkesmas di

rumah sakit

� X2 : Prosedur yang harus yang harus dilalui peserta Jamkesmas

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah

sakit

� X3 : Pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pasien rawat inap

peserta Jamkesmas di rumah sakit

� X4 : Sarana dan prasarana

� X5 : Tingkat kepuasan

� ∑ X : Implementasi Jamkesmas

� Y 1 : Variabel Persyaratan Administratif

Page 77: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

77

� Y 2 : Variabel Fasilitas Kesehatan

� Y 3 : Variabel Pengetahuan

� Y 4 : Variabel Komunikasi

Data tabel tersebut diatas, diperhitungkan interval kelas masing-masing

variabel dan indikatornya dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

I = �

Dimana :

I : interval klas yang dikehendaki.

R : range yang merupakan simbol pengurangan nilai tertinggi dikurangi

nilai terendah

K : klas yang dikehendaki dalam setiap variabel dan indikator yang dapat

dinyatakan dalam 3 klas

Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan rumus tersebut diatas,

maka dapat diperoleh interval klas masing-masing variabel dan indikator-

indikator sebagai berikut :

a. Implementasi Jamkesmas, yang dapat dinyatakan dalam implementasi

Jamkesmas tidak efektif, kurang, dan efektif, dengan interval klas sebagai

berikut:

- Nilai 111-121 adalah tidak efektif.

- Nilai 122-132 adalah kurang efektif.

Page 78: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

78

- Nilai 133-143 adalah efektif.

b. Indikator Persyaratan Administratif, yang dapat dinyatakan dalam persyaratan

administratif sulit, kadang-kadang sulit dan tidak sulit dengan interval klas

sebagai berikut:

- Nilai 21-22 adalah tidak terpenuhi.

- Nilai 23-24 adalah kurang terpenuhi.

- Nilai 25-26 adalah terpenuhi.

c. Indikator Prosedur Pelayanan Kesehatan, yang dapat dinyatakan dalam

prosedur pelayanan kesehatan tidak cepat, kurang cepat dan cepat, dengan

interval klas sebagai berikut:

- Nilai 19-22 adalah tidak sederhana

- Nilai 23-26 adalah kurang sederhana

- Nilai 27-30 adalah sederhana

d. Indikator Pelayanan Kesehatan, yang dapat dinyatakan dalam pelayanan

kesehatan tidak baik, kurang baik dan baik, dengan interval klas sebagai

berikut:

- Nilai 23-25 adalah tidak baik.

- Nilai 26-28 adalah kurang baik.

- Nilai 29-30 adalah baik.

e. Indikator Sarana dan Prasarana, yang dapat dinyatakan dalam sarana dan

prasarana tidak lengkap, kurang lengkap dan lengkap, dengan interval klas

sebagai berikut:

Page 79: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

79

- Nilai 18-21 adalah tidak memadai.

- Nilai 22-26 adalah kurang memadai.

- Nilai 27-30 adalah memadai.

f. Indikator Tingkat Kepuasan, yang dapat dinyatakan dalam tidak puas, kurang

puas dan puas, dengan interval klas sebagai berikut:

- Nilai 21-23 adalah tidak puas.

- Nilai 24-27 adalah kurang puas.

- Nilai 28-30 adalah puas.

g. Variabel Persyaratan Administratif, yang dapat dinyatakan dalam persyaratan

administratif rendah, sedang dan tinggi, dengan interval klas sebagai berikut:

- Nilai 12-17 adalah tidak sederhana.

- Nilai 18-24 adalah kurang sederhana.

- Nilai 25-30 adalah sederhana.

h. Variabel Fasilitas Kesehatan, yang dapat dinyatakan dalam sarana dan

prasarana rendah, sedang dan tinggi, dengan interval klas sebagai berikut:

- Nilai 10-16 adalah tidak baik.

- Nilai 17-23 adalah kurang baik.

- Nilai 24-30 adalah baik.

i. Variabel Pengetahuan, yang dapat dinyatakan dalam pengetahuan rendah,

sedang dan tinggi, dengan interval klas sebagai berikut:

- Nilai 10-15 adalah rendah.

- Nilai 16-22 adalah sedang.

Page 80: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

80

- Nilai 23-28 adalah tinggi.

j. Variabel Komunikasi, yang dapat dinyatakan dalam komunikasi rendah,

sedang dan tinggi, dengan interval klas sebagaai berikut:

- Nilai 23-25 adalah rendah.

- Nilai 26-28 adalah sedang.

- Nilai 29-30 adalah tinggi.

Untuk mengetahui implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo, hasil penelitian secara umum menggambarkan bahwa

implementasi Jamkesmas adalah efektif, hal ini dapat dibuktikan dengan melihat

data yang dituangkan dalam tabel dibawah ini :

Tabel 2 : Implementasi Sistem Jamkesmas Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Kesehatan

Implementasi Jamkesmas

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Efektif Kurang Efektif

Efektif

111-121 122-132 133-143

6 6 28

15 15 70

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Tabel di atas mengungkapkan bahwa, sebanyak 40 responden terdapat

sejumlah 6 (15%) responden menyatakan implementasi sistem Jamkesmas dalam

pelayanan kesehatan adalah tidak efektif, dan sejumlah 6 (15%) responden

menyatakan kurang efektif serta sejumlah 28 (70%) responden menyatakan

efektif. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, sebagaian besar responden

Page 81: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

81

dalam hal ini peserta program Jamkesmas menyatakan, implementasi sistem

Jamkesmas pasien rawat inap adalah efektif. Hal ini mengandung arti bahwa,

sebagian besar peserta Jamkesmas pasien rawat inap relatif terpenuhi hak-haknya

dalam pelayanan kesehatan yang diselenggarakan oleh pihak RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo.

Berkaitan dengan kenyataan diatas, Pasal 20 ayat (1) Undang-Undang No

36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan bahwa:

“ Pemerintah bertanggung jawab atas pelaksanaan Jaminan Kesehatan

Masyarakat melalui sistem jaminan sosial”.

Mengingat Undang-Undang No. 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan

Sosial Nasional belum dapat diimplementasikan maka aturan yang menjadi

pedoman penyelenggaraan Jamkesmas menggunakan acuan Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/ MENKES/ PER/ V/ 2011 tentang

Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat.

Dalam hubungannnya dengan implementasi hukum secara umum,

Soerjono Soekanto mengatakan bahwa implementasi hukum dapat diartikan

dengan kemampuan hukum untuk menciptakan atau melahirkan keadaan atau

situasi seperti yang dikehendaki atau diharapkan oleh hukum. Sementara Bernard

Arief Sidharta menyatakan pendapatnya bahwa, implementasi hukum merupakan

suatu proses dari semua kegiatan (tindakan) manusia berkenaan dengan hal

mewujudkan hukum dalam kenyataan kehidupan sehari-hari secara konkrit bagi

masyarakat yang dikenainya.

Page 82: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

82

Hasil data penelitian yang ada di tabel 2 diatas berdasarkan kedua

pendapat tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, program Jamkesmas

sebagaimana diamanatkan dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 903/ Menkes/ Per/ V/ 2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Program Jaminan Kesehatan Masyarakat, secara umum dalam implementasinya

sebagian besar telah mampu mewujudkan hak-hak pasien atas pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit, hal ini ditunjukan dengan melihat data hasil

penelitian bahwa sebanyak 28 (70%) responden menyatakan efektif implementasi

sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan.

Efektifnya implementasi sistem jamiman kesehatan masyarakat miskin

pasien rawat inap dalam mengakses pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo tersebut dapat dilihat dari indikator persyaratan administratif

bagi peserta Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap.

Maka dapat diperoleh gambaran sebagaimana yang terdapat dalam tabel berikut:

Tabel 3 : Persyaratan Administratif Peserta Jamkesmas untuk mendapatkan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Persyaratan Administratif

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Terpenuhi Kurang Terpenuhi

Terpenuhi

21-22 23-24 25-26

5 15 20

12,5 37,5 50

Jumlah 40 100

Sumber : Data primer yang diolah

Page 83: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

83

Tabel diatas menjelaskan bahwa dari seluruh responden sebanyak 40

orang, sejumlah 5 (12,5%) responden menyatakan bahwa persyratan administratif

tidak terpenuhi, sejumlah 15 (37,5%) responden menyatakan kurang terpenuhi

persyaratan administratif untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di

rumah sakit bagi peserta Jamkesmas dan sejumlah 20 (50%) responden

menyatakan persyaratan administratif terpenuhi.

Berdasarkan data diatas dapat diambil kesimpulan sementara bahwa

peserta Jamkesmas memenuhi persyaratan administratif yang telah ditetapkan.

Terpenuhinya persyaratan administratif memudahkan peserta Jamkesmas untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit. Hal ini menunjukan

bahwa rumah sakit memberikan kemudahan akses untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit, hal ini diwujudkan dengan adanya

kemudahan untuk memenuhi persyaratan administratif untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit. Terkadang petugas rumah sakit

memberi kemudahan terhadap pasien, persyaratan administratif yang belum

lengkap dapat disusul untuk melengkapinya karena peserta Jamkesmas tersebut

membutuhkan pelayanan kesehatan secepatnya. Hal ini tentunya sangat

membantu masyarakat miskin untuk lebih mudah mengakses pelayanan kesehatan

rawat inap di rumah sakit.

Page 84: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

84

Kenyataan diatas mengandung arti bahwa, kemudahan persyaratan

administratif untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit,

menentukan pula efektifnya implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian dapat di

interprestasikan bahwa, semakin mudah persyaratan administratif untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit sebagai organisasi

penyelenggara program Jamkesmas, maka akan semakin efektif implementasi

sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan.

Apabila kenyataan tersebut diinterprestasikan berdasarkan Pasal 1

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011

tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat, maka dapat

diperoleh gambaran bahwa sebagian petugas rumah sakit sebagai wakil dari

lembaga penerap hukum jaminan kesehatan masyarakat telah memberikan

kemudahan dan akses pelayanan kesehatan rawat inap bagi peserta Jamkesmas.

Persyaratan administratif yang harus dipenuhi oleh peserta Jamkesmas

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit merupakan

perwujudan dari persyaratan untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap

melalui program Jamkesmas, sehingga yang memperoleh pelayanan kesehatan

rawat inap di rumah sakit memang benar merupakan peserta Jamkesmas.

Persyaratan administratif untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap

sebagai peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo adalah

Page 85: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

85

1. Fotocopy KTP (Kartu Tanda Penduduk)

2. Kartu Peserta Jamkesmas

3. Surat Rujukan dari Puskesmas

4. Fotocopy Kartu Keluarga

Adanya persyaratan yang telah ditentukan ini sebenarnya juga merupakan

wujud kehati-hatian dari petugas rumah sakit supaya benar-benar masyarakat

miskin peserta Jamkesmas yang memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap

dengan adanya bukti kepemilikan kartu Jamkesmas dan pemenuhan persyaratan

administratif yang lain.

Jika data dalam tabel 3 ini dihubungkan dengan data dalam tabel 2 diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa, efektifnya implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan sangat

ditentukan oleh terpenuhinya persyaratan administratif yang harus dipenuhi

peserta Jamkesmas tersebut. Artinya terpenuhinya persyaratan administratif yang

harus dipenuhi pasien, maka semakin efektif implementasi sistem Jamkesmas

tersebut.

Implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat

inap dalam pelayanan kesehatan ini ditinjau dari indikator prosedur peserta

Jamkesmas untuk memperoleh pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit,

maka dapat diperoleh gamabaran sebagaimana tertuang dalam tabel berikut:

Page 86: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

86

Tabel 4 : Prosedur Peserta Jamkesmas untuk memperoleh Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Prosedur Pelayanan Kesehatan

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Sederhana Kurang Sederhana

Sederhana

19-22 23-26 27-30

4 7 29

10 17,5 72,5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 4 diatas menjelaskan bahwa dari seluruh responden sebanyak 40

orang, sejumlah 4 (10%) responden menyatakan bahwa prosedur peserta

Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit

tidak sederhana. Sebanyak 7 (17,5%) responden menyatakan bahwa prosedur

peserta Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap dirumah

sakit kurang sederhana dan sebanyak 29 (72,5%) responden menyatakan bahwa

prosedur yang harus dilalui peserta Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan rawat inap dirumah sakit adalah sederhana.

Berdasarkan pada fakta tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian

besar responden menilai sederhana prosedur bagi peserta Jamkesmas untuk

mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit. Kenyataan ini

membuktikan bahwa sebagaian besar peserta Jamkesmas diberikan kemudahan

dalam mengakses pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit. Hal ini tentunya

sesuai dengan tujuan yang ada di dalam Peraturan Menteri Kesehatan Republik

Indonesia Nomor 903/Menkes/Per/V/2011 tentang Pedoman Pelaksanaan

Jaminan Kesehatan Masyarakat yaitu memberikan kemudahan akses untuk

Page 87: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

87

mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah sakit sebagai unit yang

menyelenggarakan program Jamkesmas.

Dari kenyataan tersebut diatas dapat diinterprestasikan bahwa, dengan

adanya prosedur yang sederhana bagi peserta Jamkesmas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap dirumah sakit, menjadikan implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan efektif.

Pasal 5 angka (1) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun

2009 tentang Kesehatan menyatakan bahwa :

(1) Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam memperoleh akses atas

sumber daya dibidang kesehatan.

Dikaitkan dengan prosedur bagi peserta Jamkesmas untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit tentunya berhubungan dengan

akses untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Pasal 5 angka (1) Undang-

Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan

menunjukan bahwa masyarakat miskin peserta Jamkesmas juga memiliki hak

yang sama untuk mendapatkan akses pelayanan kesehatan.

Prosedur pelayanan yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan

kepada masyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.80 Adanya

kemudahan alur bagi peserta Jamkesmas untuk mendapatkan pelayanan kesehatan

rawat inap di rumah sakit tentunya mencerminkan perwujudan adanya kemudahan

80 Juniarso Ridwan dan Achmad Sodik Sudrajat, Op., Cit, hlm 105.

Page 88: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

88

akses yang diberikan pihak rumah sakit untuk memberikan pelayanan kesehatan

rawat inap bagi peserta Jamkesmas.

Apabila data dari tabel 4 dihubungkan dengan data dalam tabel 2 diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa, prosedur yang sederhana untuk mendapatkan

pelayanan kesehatan menentukan pula efektifnya sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam memperoleh pelayanan kesehatan di

rumah sakit tersebut. Artinya, semakin sederhana prosedur yang harus dilalui

untuk mendapatkan pelayanan kesehatan rawat inap peserta Jamkesmas, maka

semakin efektif implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

Efektifnya implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

tersebut dapat di lihat dari indikator pelayanan kesehatan yang diberikan kepada

pasien rawat inap peserta Jamkesmas, yang dapat dilihat dari hasil penelitian

sebagai berikut:

Tabel 5 : Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Pelayanan Kesehatan

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Baik Kurang Baik

Baik

23-25 26-28 29-30

4 13 23

10 32,5 57,5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Page 89: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

89

Dari tabel 5 diatas dapat dideskripsikan bahwa, dari sebanyak 40

responden yang menjadi sempel penelitian, terdapat sebanyak 4 (10%) responden

menilai pelayanan kesehatan rawat inap yang diterima peserta Jamkesmas tidak

baik, sebanyak 13 (32,5%) responden menilai kurang baik atas pelayanan

kesehatan rawat inap yang diperoleh, serta sebanyak 23 (57,5%) responden

menyatakan penilaian yang baik terhadap pelayanan kesehatan rawat inap melalui

program Jamkesmas.

Berdasarkan pada data yang diperoleh maka dapat disimpulkan bahwa,

sebagian besar responden menilai baik terhadap pelayanan kesehatan rawat inap

yang diberikan rumah sakit melalui program Jamkesmas. Kenyataan ini

membuktikan bahwa sebagian besar pasien rawat inap peserta Jamkesmas dalam

mengakses pelayanan kesehatan rawat inap telah mendapatkan hak-haknya sesuai

dengan standar pelayanan kesehatan yang berlaku.

Berkaitan dengan pelayanan kesehatan yang baik, Azrul Azwar

sebagaimana yang telah disinggung dalam bab sebelumnya, menyatakan bahwa, “

Pelayanan kesehatan disebut sebagai pelayanan kesehatan yang baik, harus

memenuhi berbagai persyaratan, antara lain:

1. Pelayanan kesehatan tersebut harus tersedia di masyarakat serta bersifat

berkesinambungan;

2. Pelayanan kesehatan tersebut harus dapat diterima oleh masyarakat serta

bersifat wajar;

3. Pelayanan kesehatan tersebut harus mudah dicapai oleh masyarakat;

Page 90: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

90

4. Pelayanan kesehatan harus mudah dijangkau oleh masyarakat;

5. Pelayanan kesehatan tersebut harus bermutu.

Data pada tabel 5 diatas ditafsirkan berdasarkan pendapat Azrul Azwar

ini, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa, pelayanan kesehatan yang diberikan

oleh RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo kepada masyarakat miskin pasien rawat

inap peserta Jamkesmas, pada dasarnya telah memenuhi persyaratan pelayanan

kesehatan yang baik. Artinya, pelayanan kesehatan rawat inap yang diperlukan

peserta Jamkemas tidak sulit untuk ditemukan. Pelayanan kesehatan rawat inap

yang diberikan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo secara nyata tidak

bertentangan dengan keyakinan dan kepercayaan peserta Jamkesmas serta bersifat

wajar. Lokasi pelayanan kesehtan rawat inap yang tersedia mudah dicapai dan

tidak dipunggut biaya. Pelayanan kesehatan yang diberikan harus bermutu serta

dapat memuaskan peserta Jamkesmas dan tata cara penyelenggaraan sesuai

dengan kode etik serta standar minimal yang telah ditetapkan.

Amanat dari pasal 28 H ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik

Indonesia Tahun 1945 telah ditegaskan bahwa setiap orang berhak memperoleh

pelayanan kesehatan. Kemudian dipertegas dengan Pasal 1 Peraturan Menteri

Kesehatan Republik Indonesia Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 tentang

Pedoman Pelaksanaan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat yang menyatakan

bahwa tujuan dari pedoman pelaksanaan program jaminan kesehatan masyarakat

salah satunya adalah mendorong peningkatan pelayanan kesehatan yang

berstandar bagi peserta, tidak berlebihan sehingga terkendali mutu dan biaya.

Page 91: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

91

Hasil penelitian pada tabel 5 menunjukan adanya hak yang terpenuhi dari

pasien sebagai masyarakat untuk mendapatkan pelayanan kesehatan di rumah

sakit. Pelayanan kesehatan yang baik diwujudkan dengan 23 (57,5%) responden

menyatakan bahwa pelayanan kesehatan yang diberikan bagi peserta Jamkesmas

pasien rawat inap adalah baik.

Apabila data dalam tabel 5 ini dihubungkan dengan data dalam tabel 2

diatas, maka dapat disimpulkan bahwa, efektifnya implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di

dukung pula oleh pelayanan kesehatan yang baik terhadap peserta Jamkesmas

pasien rawat inap tersebut. Artinya, semakin baik pelayanan kesehatan yang

diberikan kepada pasien rawat inap peserta Jamkesmas, maka semakin efektif

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit.

Selanjutnya, jika implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, ini dilihat dari indikator

sarana dan prasarana yang mendukung berjalannya hukum menurut pandangan

peserta Jamkesmas pasien rawat inap, hasil penelitian memperoleh gambaran

sebagai berikut:

Page 92: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

92

Tabel 6 : Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk menunjang Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Sarana dan Prasarana

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Memadai Kurang Memadai

Memadai

18-21 22-26 27-30

4 9 27

10 22,5 67,5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel 6 diatas dapat dijelaskan bahwa, dari sebanyak 40 responden,

terdapat sejumlah 4 (10%) responden menyatakan kelengkapan sarana dan

prasarana medis yang ada ternyata tidak memadai dalam penyelenggaraan

pelayanan kesehatan melalui program Jamkesmas, dan sejumlah 9 (22,5%)

responden menyatakan kurang memadai sarana dan prasarana medis untuk

menunjang pelaksanaan program Jamkesmas, serta sejumlah 27 (67,5%)

responden menyatakan memadai kelengkapan sarana dan prasarana medis yang

tersedia dalam menunjang penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat inap bagi

peserta Jamkesmas.

Dari tabel 6 diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar pasien rawat

inap peserta Jamkesmas mengakui kelengkapan sarana dan prasarana medis di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo relatif memadai dalam menunjang pelayanan

kesehatan rawat inap melalui program Jamkesmas, yang pada akhirnya dapat

berimplikasi terhadap kelancaran penyelenggaraan pelayanan kesehatan rawat

inap, yang pada gilirannya akan berpengaruh pula secara positif terhadap tingkat

Page 93: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

93

efektifitas implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Hasil penelitian diatas mengandung arti bahwa, unsur sarana dan

prasarana kesehatan yang tersedia dan memadai, menentukan pula derajat

efektifitas implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan yang baik. Dengan demikian dapat di

interprestasikan bahwa, semakin lengkap saran dan prasarana medis yang tersedia

di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo sebagai organisasi pelaksana program

Jamkesmas, maka akan semakin efektif implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Masalah pelayanan kesehatan lebih banyak disorot, karena adanya

tuntutan tingkat pelayanan yang sesempurna mungkin. Kritik-kritik terhadap

fasilitas kesehatan bnayak dijumpai di surat-surat kabar. Anehnya kritik-kritik

tersebut tanpa ada kemauan ingin tahu bahwa dibalik pelayanan kesehatan yang

sempurna ada jaringan prasarana yang harus diciptakan.81

Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 menyatakan bahwa negara bertanggung jawab atas penyediaan

fasilitas pelayanan kesehatan dan fasilitas pelayanan umum yang layak.

Kelengkapan dan memadainya sarana dan prasarana medis yang tersedia tersebut,

menyangkut tentunya menjadi tanggung jawab negara. Aspek sarana dan

prasarana medis yang tersedia tentunya berkaitan dengan pendanaan untuk

81 Sulastomo, Op., Cit, hlm. 270.

Page 94: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

94

memenuhi ketersediaan sarana dan prasarana medis guna menunjang pelayanan

kesehatan rawat inap yang diberikan rumah sakit.

Fasilitas atau sarana amat penting untuk mengefektifkan suatu aturan

tertentu. Ruang lingkup sarana dimaksud, terutama sarana fisik sebagai fungsi

sebagai faktor pendukung. Memang sering terjadi suatu peraturan sudah

difungsikan, padahal fasilitasnya belum tersedia lengkap. Peraturan yang semula

bertujuan untuk memperlancar proses, malahan mengakibatkan terjadinya

kemacetan. Mungkin ada baiknya, ketika hendak menerapkan suatu peraturan

secara resmi maupun memberikan tugas kepada peraturan dipikirkan mengenai

fasilitas-fasilitas yang ada.82 Jumlah peserta Jamkesmas yang banyak tentunya

harus disesuaikan dengan jumlah sarana dan prasarana yang ada dirumah sakit

sehingga pelayanan kesehatan rawat inap khususnya yang membutuhkan ruangan

yang layak dapat terpenuhi.

Jika data dalam tabel 6 dihubungkan dengan data dalam tabel 2 diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa, efektifnya implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan

ditentukan oleh memadainya sarana dan prasarana yang mendukung. Artinya

semakin memadainya sarana dan prasarana yang ada di rumah sakit, maka

semakin efektif implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam memperoleh pelayanan kesehatan di rumah sakit.

82 Zainuddin Ali, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta, hlm. 64.

Page 95: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

95

Di samping ke empat indikator diatas, indikator kepuasan peserta

Jamkesmas atas pelayanan kesehatan rawat inap yang diperoleh, tidak kalah

pentingnya sebagai indikasi efektifnya implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Berkaitan dengan hal diatas, hasil penelitian mengungkapkan bahwa

sebagaian besar peserta Jamkesmas yang memperoleh pelayanan kesehatan rawat

inap di rumah sakit RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo mengaku merasakan

puas. Hal ini dibuktikan dengan melihat data hasil penelitian sebagaimana yang

tertuang dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 7 : Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Tingkat Kepuasan

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Puas Kurang Puas

Puas

21-23 24-27 28-30

6 9 25

15 22,5 62,5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 5 diatas menjelaskan bahwa, sebanyak 6 (15%) responden mengaku

bahwa pelayanan kesehatan rawat inap yang diperoleh melalui program

Jamkesmas tidak memuaskan, sebanyak 9 (22,5%) responden merasakan kurang

puas terhadap pelayanan kesehatan rawat inap yang diperolehnya dari program

Jamkesmas dan sebanyak 25 (62,5%) responden merasakan puas terhadap

pelayanan kesehatan rawat inap yang diperoleh melalui program Jamkesmas

dirumah sakit RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Page 96: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

96

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa, sebagian besar peserta

Jamkesmas menyatakan puas terhadap pelayanan kesehatan rawat inap di rumah

sakit. Hal ini mengandung arti bahwa, program Jamkesmas dalam

implementasinya di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo mampu mewujudkan

hak-hak pasien rawat inap peserta Jamkesmas yang dapat melahirkan perasaan

puas terhadap pelayanan kesehatan yang diperoleh. Timbulnya perasaan puas ini

merupakan indikasi adanya mutu pelayanan kesehatan rawat inap yang baik.

Dengan demikian tingkat kepuasan pasien rawat inap peserta Jamkesmas

merupakan unsur yang menentukan implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Oleh karena itu,

tingkat kepuasan pasien rawat inap peserta Jamkesmas atas pelayanan kesehatan

yang diperolehnya, mempunyai korelasi secara positif terhadap implementasi

sistem Jamkesmas. Artinya, semakin tinggi tingkat kepuasan pasien rawat inap

peserta Jamkesmas, maka semakin efektif implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Terkait dengan masalah kepuasan peserta atas pelayanan kesehatan yang

diberikan oleh pihak rumah sakit melalui penyelenggaraan program Jamkesmas,

Kolter berpendapat bahwa “ Kepuasan merupakan perasaan senang atau kecewa

seseorang yang berasal dari perbandingan antara kesan terhadap kinerja (hasil)

suatu produk atau jasa dengan harapan yang dimiliki. Apabila kinerja yang

dihasilkan suatu produk atau jasa berada dibawah harapan, maka konsumen

merasa kecewa dan tidak puas. Sebaliknya bila kinerja yang dihasilakan oleh

Page 97: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

97

suatu produk atau jasa dapat memenuhi atau melampau harapan, maka konsumen

akan meras puas. Demikian juga perasaan pasien terhadap kinerja yang dihasilkan

oleh perawat. Jika perawat menghasilkan kinerja yang memenuhi atau melampaui

harapan dari pasiennya dengan memberikan pelayanan yang baik, maka pasien

akan merasakan kepuasaan yang tinggi. Tetapi sebaliknya jika kinerja perawat

dalam memberikan pelayanan kespada pasiennya buruk, maka pasien akan

merasakan ketidakpuasan dan hal ini akan mempengaruhi penilaian pasien

terhadap pelayanan kesehatan yang diberikan oleh rumah sakit, terutama perawat

yang merawatnya”. 83

Masih dalam hubungannya dengan hal di atas, Engel sebagaimana yang

dikutip oleh Musanto, menyatakan bahwa “ kepuasan merupakan evaluasi setelah

pemakaian dimana pelayanan yang diberikan sekurang-kurangnya sama atau

melampaui harapan pasien. Pasien yang dirawat di rumah sakit melakukan

evaluasi terhadap pelayanan kesehatan yang diterimanya dan dari evaluasi itulah

pasien mengetahui apakah mereka merasa puas dengan pelayanan yang diberikan

perawat atau tidak. Bagi pasien, kepuasan selalu dikaitkan dengan lingkungan

rumah sakit, suhu udara, kenyamanan, kebersihan. Kecepatan pelayanan,

keramahan perawat dan perhatian dari perawat. Pelayanan yang diberikan oleh

perawat dan perhatian dari perawat. Pelayan yang diberikan oleh perawat yang

83 Kolter P., 1997, Menejemen Prmasaran; Analisis Perencanaan, Implementasi dan

Pengendalian, Prenhallindo, Jakarta, hlm. 116.

Page 98: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

98

tidak sesuai dengan harapan pasien akan menimbulkan perasaan

ketidakpuasan.”84

Hasil data dalam tabel 7 diatas, di interprestasikan berdasarkan pada kedua

teori diatas maka dapat disimpulkan bahwa, tingkat kepuasan peserta Jamkesmas

terhadap pelayanan kesehatan rawat inap di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo,

memiliki hubungan dengan hasil kerja dari perawat dan dokter yang memberikan

pelayanan kesehatan rawat inap di rumah sakit.

Kepuasan pasien rawat inap peserta Jamkesmas dapat diwujudkan dengan

hasil kinerja dari perawat yang merawatnya di rumah sakit, dokter yang

memberikan pelayanan kesehatan di rumah sakit sesuai atau tidak dengan harapan

yang di inginkan pasien. Tingkat kepuasan akan berpengaruh terhadap rumah

sakit sebagai penyelenggara pelayanan kesehatan rawat inap melalui program

Jamkesmas.

Tingkat kepuasan yang tinggi yang dirasakan oleh pasien rawat inap

peserta Jamkesmas akan menimbulkan kelekatan emosional antara peserta

Jamkesmas dengan RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo, yang mengakibatkan

peserta Jamkesmas akan selalu mendukung implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap karena hal tersebut merupakan

kebutuhan mereka. Tetapi sebaliknya apabila kinerja yang dilakukan oleh rumah

sakit sebagai organisasi penyelenggara program Jamkesmas dalam memberikan

84 Musanto T, 2004, Faktor-faktor Kepuasan Pelangan dan loyalitas Pelanggan; Studi Kasus

pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya, Jurnal Menejemen dan Kewirausahaan, Vol. 6, Jakarta, hlm. 123-136.

Page 99: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

99

pelayan ksehatan rawat inap buruk, maka peserta Jamkesmas pasien rawat inap

akan merasakan ketidakpuasan yang pada akhirnya akan membuat reputasi rumah

sakit buruk.

Apabila data dalam tabel 7 dihubungkan dengan data dalam tabel 2 diatas,

maka dapat disimpulkan bahwa, efektifnya implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan sangat

ditentukan oleh kepuasan yang didapat peserta Jamkesmas. Artinya semakin puas

pasien rawat inap peserta Jamkesmas di rumah sakit, maka semakin efektif

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit tersebut.

B. Faktor-faktor yang Cenderung Mempengaruhi Implementasi Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Pasien Rawat Inap Dalam Pelayanan Kesehatan

Sebagaimana dipaparkan dimuka bahwa implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan

merupakan suatu proses bekerjanya hukum dalam masyarakat, yang melibatkan

komponen pembuat hukum, pelaksana hukum dan pihak yang dikenai hukum.

Ketiga komponen ini dalam bekerjanya selalu dipengaruhi oleh kekuatan-

kekuatan personal dan sosial lainnya.

Kekuatan diluar hukum yang cenderung berpengaruh terhadap

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan adalah faktor persyaratan administratif, fasilitas

kesehatan, pengetahuan dan komunikasi.

Page 100: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

100

Masing-masing faktor tersebut diatas dapat digambarkan secara berturut-

turut sebagaimana tertuang dalam tabel-tabel berikut ini:

Tabel 8 : Tingkat Persyaratan Administratif Persyaratan

Administratif Interval

Klas Frekuensi

(F) Presentase

(%) Tidak Sederhana

Kurang Sederhana Sederhana

12-17 18-24 25-30

6 18 16

15 45 40

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa sebanyak 40 responden

menunjukan sebanyak 6 (15%) responden menyatakan bahwa faktor persyaratan

administratif tidak sederhana, sebanyak 18 (45%) responden menyatakan bahwa

faktor persyaratan administratif kurang sederhana, dan sebanyak 16 (40%)

responden menyatakan bahwa faktor persyaratan administratif sederhana.

Tingkat persyaratan administratif berdasarkan data tabel 8 diatas dapat

dilihat bahwa sebagian besar responden menyatakan bahwa persyaratan

administratif kurang sederhana, yakni dibuktikan dengan hasil responden terbesar

yaitu 18 (45%) responden. Apabila tingkat persyaratan administratif responden

dihubungkan dengan tingkat implementasi Jamkesmas bagi pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2, maka

dapat diperoleh kecenderungan bahwa faktor persyaratan administratif cenderung

berpengaruh positif terhadap implementasi Jamkesmas. Hal ini dapat diperjelas

dengan melihat data yang tertuang dalam tabel dibawah ini:

Page 101: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

101

Tabel 9: Pengaruh Faktor Persyaratan Administratif terhadap Implementasi Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Tidak Efektif

Kurang Efektif

Efektif Jumlah

F % F % F % F % Tidak Sederhana

Kurang Sederhana Sederhana

0 0 6

0 0 15

0 3 3

0 7,5 7,5

6 15 7

15 37,5 17,5

6 18 16

15 45 40

Jumlah 6 15 6 15 28 70 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa faktor persyaratan

administratif cenderung berpengaruh secara positif terhadap implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan. Hal tersebut dapat dibuktikan dalam tabel diatas dimana pada

pengaruh faktor persyaratan administratif tidak sederhana, diperoleh gambaran

bahwa sejumlah 0 (0%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas tidak

efektif, sejumlah 0 (0%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas kurang

efektif dan sebanyak 6 (15%) responden menunjukan tingkat implementasi

Jamkesmas yang efektif.

Apabila dilihat dari pengaruh faktor persyaratan administratif yang kurang

sederhana, diperoleh gamabaran bahwa sejulah 0 (0%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 3 (7,5%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas kurang efektif, dan sebanyak 15 (37,5%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas efektif dalam memberikan pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit.

Page 102: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

102

Apabila dilihat dari faktor persyaratan administratif yang sederhana,

diperoleh gamabaran bahwa sejumlah 6 (15%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 3 (7,5%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas kurang efektif, dan sejumlah 7 (17,5%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas efektif dalam memberikan pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan sementara bahwa

faktor persyaratan administratif cenderung berpengaruh secara positif terhadap

implementasi Jamkesmas pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, artinya

semakin sederhana tingkat persyaratan administratif, maka semakin efektif pula

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan.

Selain faktor persyaratan administratif, ternyata faktor fasilitas kesehatan

juga mempengaruhi implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin

pasien rawat inap. Di dalam penelitiaan ini, faktor fasilitas kesehatan juga

sebagai salah satu independent variabel karena merupakan salah satu faktor yang

berpengaruh terhadap implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin

pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Hasil penelitian penulis

menunjukan sebagaimana yang terdapat dalam tabel 10 dibawah ini:

Page 103: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

103

Tabel 10 : Faktor Fasilitas Kesehatan Sarana dan Prasarana

Interval Klas

Frekuensi (F)

Presentase (%)

Tidak Baik Kurang Baik

Baik

10-16 17-23 24-30

19 6 15

47,5 15

37,5 Jumlah 40 100

Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa sebanyak 40 responden

menunjukan sebanyak 19 (47,5%) responden menyatakan bahwa faktor fasilitas

kesehatan tidak baik, sebanyak 6 (15%) responden menyatakan bahwa faktor

fasilitas kesehatan kurang baik, dan sebanyak 15 (37,5%) responden menyatakan

bahwa faktor fasilitas kesehatan baik.

Berdasarkan pada data tabel 10 memperlihatkan bahwa sebanyak 19

(47,5%) responden menyatakan bahwa faktor fasilitas kesehatan tidak baik.

Apabila tingkat responden ini dihubungkan dengan tingkat implementasi

Jamkesmas sebagaimana yang tercantum dalam tabel 2, maka akan diperoleh

gambaran bahwa faktor fasilitas kesehatan berpengaruh terhadap implementasi

sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan. Hal ini dapat dijelaskan sebagaimana yang tercantum dalam tabel 11

dibawah ini:

Page 104: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

104

Tabel 11 : Pengaruh Faktor Fasilitas Kesehatan terhadap Implementasi Jamkesmas bagi Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Tidak Efektif

Kurang Efektif

Efektif Jumlah

F % F % F % F % Tidak Baik

Kurang Baik Baik

0 0 6

0 0 15

3 2 1

7,5 5

2,5

16 4 8

40 10 20

19 6 15

47,5 15

37,5 Jumlah 6 15 6 15 28 70 40 100

Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan pada tabel 11 diatas, dapat digambarkan bahwa faktor

fasilitas kesehatan dalam implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap cenderung berpengaruh positif. Hal tersebut dapat

dibuktikan dalam tabel diatas, dimana pada pengaruh faktor fasilitas kesehatan

tidak baik, diperoleh gambaran bahwa sejumlah 0 (0%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas yang tidak efektif, sejumlah 3 (7,5%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas kurang efektif dan sejumah 16 (40%)

responden menunjukan implemntasi Jamkesmas efektif.

Apabila dilihat dari pengaruh faktor fasilitas kesehatan yang kurang baik,

diperoleh gamabaran bahwa sejumlah 0 (0%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 2 (5%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas kurang efektif, dan sejumlah 4 (10%) responden

menunjukan tingkat implementasi efektif.

Page 105: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

105

Dilihat dari faktor fasilitas kesehatan yang baik, diperoleh gambaran

bahwa sejumlah 6 (15%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas tidak

efektif, sejumlah 1 (2,5%) responden menunjukan implemntasi Jamkesmas

kurang efektif, dan sejumlah 8 (20%) responden menunjukan implementasi

Jamkesmas efektif.

Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan sementara bahwa faktor

fasilitas kesehatan cenderung berpengaruh positif terhadap tingkat implementasi

Jamkesmas, artinya semakin baik fasilitas kesehatan, maka semakin efektif

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan.

Bila diaplikasikan dengan teori Soerjono Soekanto dimana telah

dipaparkan pada bab sebelumnya, salah satu faktor yang mempengaruhi

efektivitas hukum adalah faktor sarana dan fasilitas yang mendukung efektifitas

hukum. Penyelenggaraan sistem jaminan kesehatan masyarakat tidak akan

berlangsung dengan lancar dan tertib jika tanpa adanaya sarana dan prasarana

yang mendukung.

Berdasarakan teori diatas apabila diinduksikan dengan tingkat

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan, maka dapat dikatakan masih relevan untuk

diterapkan dalam penelitian ini, karena fasilitas kesehatan cenderung berpengaruh

positif terhadap implementasi Jamkesmas. Semakin baik fasilitas kesehatan yang

Page 106: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

106

tersedia, maka akan semakin efektif implementasi sistem jaminan kesehatan

masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Selain faktor persyaratan administratif dan fasilitas kesehatan, ternyata

faktor pengetahuan pasien juga mempengaruhi implementasi sistem jaminan

kesehatana masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayan kesehatan. Hasil

penelitian penulis menunjukan sebagaimana yang terdapat dalam tabel dibawah

ini:

Tabel 12 : Faktor Pengetahuan Pengetahuan Interval

Klas Frekuensi

(F) Presentase

(%) Rendah Sedang Tinggi

10-15 16-22 23-28

7 17 16

17,5 42,5 40

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Dari tabel tersebut diatas terlihat bahwa dari sebanyak 40 responden

menunjukan sebanyak 7 (17,5%) responden memiliki tingkat pengetahuan yang

relatif rendah, sebanyak 17 (42,5%) responden menyebutkan tingkat pengetahuan

yang relatif sedang dan sejumlah 16 (40%) responden menunjukan tingkat

pengetahuan yang relatif tinggi.

Tingkat pengetahuan berdasarkan data tabel 12 diatas dapat dilihat bahwa

sebagian besar responden mempunyai tingkat pengetahuan yang relatif sedang,

yakni dibuktikan dengan hasil responden terbesar yaitu 17 (42,5%) responden.

Akan tetapi, tingkat pengetahuan yang sedang tersebut, sebagian besar juga

tergolong tingkat pengetahuan yang tinggi. Apabila tingkat pengetahuan

Page 107: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

107

responden dihubungkan dengan tingkat implementasi Jamkesmas bagi pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan sebagaimana yang tercantum dalam tabel

2, maka dapat diperoleh kecenderungan pengaruh faktor pengetahuan terhadap

implementasi Jamkesmas. Hal ini dapat diperjelas dengan melihat data yang

tertuang dalam tabel dibawah ini :

Tabel 13 : Pengaruh Faktor Pengetahuan terhadap Implementasi Jamkesmas bagi Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Tidak Efektif

Kurang Efektif

Efektif Jumlah

F % F % F % F % Rendah Sedang Tinggi

0 0 6

0 0 15

2 3 1

5 7,5 2,5

5 14 9

12,5 35

22,5

7 17 16

17,5 42,5 40

Jumlah 6 15 6 15 28 70 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan tabel diatas dapat dideskripsikan bahwa pengetahuan

cenderung berpengaruh secara positif terhadap implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Hal

tersebut dapat dibuktikan dalam tabel diatas dimana pada pengaruh faktor

pengetahuan rendah, diperoleh gambaran bahwa sejumlah 0 (0%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 2 (5%) responden

menunjukan implementasi Jaamkesmas kurang efektif dan sebanyak 5 (12,5%)

responden menunjukan implementasi Jamkesmas efektif.

Apabila dilihat dari pengaruh faktor pengetahuan yang sedang, diperoleh

gamabaran bahwa sejulah 0 (0%) responden menunjukan implementasi

Page 108: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

108

Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 3 (7,5%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas kurang efektif, dan sebanyak 14 (35%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas efektif dalam memberikan pelayanan

kesehatan rawat inap di rumah sakit.

Apabila dilihat dari faktor pengetahuan yang tinggi, diperoleh gamabaran

bahwa sejumlah 6 (15%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas tidak

efektif, sejumlah 1 (2,5%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas

kurang efektif, dan sejumlah 9 (22,5%) responden menunjukan tingkat

implementasi Jamkesmas efektif dalam memberikan pelayanan kesehatan rawat

inap di rumah sakit.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan sementara bahwa

faktor pengetahuan cenderung berpengaruh secara positif terhadap implementasi

Jamkesmas pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan, artinya semakin tinggi

tingkat pengetahuan, maka semakin efektif pula implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan.

Selain faktor persyaratan administratif, fasilitas kesehatan, pengetahuan,

ternyata faktor komunikasi juga sering kali mempengaruhi implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan. Hasil penelitian penulis menunjukan sebagimana yang terdapat dalam

tabel di bawah ini:

Page 109: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

109

Tabel 14 : Faktor Komunikasi Komunikasi Interval

Klas Frekuensi

(F) Presentase

(%) Rendah Sedang Tinggi

23-25 26-27 28-30

8 13 19

20 32,5 47,5

Jumlah 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Tabel 14 tersebut diatas dapat dijelaskan dari sebanyak 8 (20%) responden

menyebutkan tingkat komunikasi yang rendah antara tenaga medis dengan pasien

rawat inap peserta Jamkesmas , sebanyak 13 (32,5%) responden menyatakan

tingkat komunikasi sedang antara tenaga medis di rumah sakit dengan pasien

rawat inap peserta Jamkesmas dan sebanyak 19 (47,5%) responden menyebutkan

tingkat komunikasi tinggi yang terjadi antara tenaga medis dengan pasien rawat

inap peserta Jamkesmas.

Komunikasi adalah pertukaran pikiran atau keterangan dalam rangka

menciptakan rasa saling mengerti serta saling percaya demi terwujudnya

hubungan yang baik antara seseorang dengan orang lain.85 Terkait dengan

komunikasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah komunikasi yang terjadi

antara tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit dengan pasien rawat inap peserta

Jamkesmas. Adanya komunikasi yang baik antara pasien rawat inap peserta

Jamkesmas dengan tenaga kesehatan yang ada dirumah sakit tentunya akan

melahirkan pelayanan kesehatan yang bermutu.

85 Azrul Azwar., Op. Cit., hlm. 297.

Page 110: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

110

Pengertian tentang komunikasi diatas memberikan batasan bahwa tujuan

utama komunikasi adalah untuk menimbulkan saling pengertian, bukan

persetujuan. Seseorang yang tidak setuju terhadap sesuatu hal, tetapi paham benar

apa yang tidak disetujuinya tersebut, juga telah mempunyai komunikasi yang

baik.86 Komunikasi yang dilakukan antara tenaga kesehatan dirumah sakit dengan

pasien rawat inap peserta Jamkesmas tentunya memiliki tujuan agar pasien rawat

inap mendapatkan informasi-informasi tentang pelayanan kesehatan yang

diberikan serta resiko dari pelayanan kesehatan yang dilakukan tenaga kesehatan.

Dapat disimpulkan sementara bahwa tingkat komunikasi responden,

sebagaian besar memiliki tingkat komunikasi yang tinggi anatara tenaga medis

yang ada di rumah sakit dengan pasien rawat inap peserta Jamkesmas. Kenyataan

diatas mengandung arti bahwa, komunikasi yang tinggi menentukan pula derajat

efektifitas implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Dengan demikian dapat diinterprestasikan

bahwa, semakin tinggi komunikasi yang terjadi antara tenaga medis dengan

pasien rawat inap peserta Jamkesmas maka akan semakin efektif implementasi

sistem jamianan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan.

Bilamana tingkat implementasi Jamkesmas dilihat dari pngeruh faktor

komunikasi, maka akan diperoleh hasil penelitian sebagaimana tercantum dalam

tabel berikut:

86 Ibid.,

Page 111: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

111

Tabel 15 : Pengaruh Faktor Komunikasi terhadap Implementasi Jamkesmas bagi Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

Tidak

Efektif Kurang Efektif

Efektif Jumlah

F % F % F % F % Rendah Sedang Tinggi

0 2 4

0 5 10

4 1 1

10 2,5 2,5

4 10 14

10 25 35

8 13 19

20 32,5 47,5

Jumlah 6 15 6 15 28 70 40 100 Sumber : Data primer yang diolah

Berdasarkan data tabel 15 diatas, dapat dideskripsikan bahwa faktor

komunikasi yang terjadi anatara tenaga medis dengan pasien rawat inap peserta

Jamkesmas cenderung berpengaruh positif terhadap implementasi sistem jaminan

kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan. Hal

tersebut dapat dibuktikan dalam tabel 15 diatas, dimana pada pengaruh faktor

komunikasi rendah, diperoleh gambaran yang menunjukan implementasi

Jamkesmas yang tidak efektif, sejumlah 4 (10%) responden menunjukan

implementasi Jamkesmas yang kurang efektif dan sebanyak 4 (10%) responden

menunjukan implementasi Jamkesmas efektif.

Apabila dilihat dari pengaruh faktor komunikasi yang sedang, diperoleh

gambaran bahwa sejumlah 2 (5%) responden menunjukan implementasi

Jamkesmas tidak efektif, sejumlah 1 (2,5%) responden menunjukan implementasi

Jamkesmas kurang efektif dan sebanyak 10 (25%) responden menunjukan tingkat

implementasi Jamkesmas efektif.

Page 112: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

112

Apabila dilihat dari faktor komunikasi yang tinggi, diperoleh gambaran

bahwa sejumlah 4 (10%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas tidak

efektif, sejumlah 1 (2,5%) responden menunjukan implementasi Jamkesmas

kurang efektif, dan sejumlah 14 (35%) responden menunjukan implementasi

Jamkesmas efektif.

Berdasarkan data tersebut diatas dapat disimpulkan sementara bahwa

faktor komunikasi cenderung berpengaruh positif terhadap implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan, artinya semakin tinggi tingkat komunikasi maka semakin efektif

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan.

Berdasarkan pada pembahasan di atas, dapat ditarik kesimpulan secara

garis besar bahwa faktor persyaratan administratif, fasilitas kesehatan,

pengetahuan dan komunikasi merupakan faktor yang cenderung berpengaruh

positif terhadap implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien

rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

Page 113: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

113

BAB V

PENUTUP

A. Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian penulis, maka dapat diambil kesimpulan

sebagai berikut:

1. Implementasi Sistem Jaminan Kesehatan Masyarakat Miskin Pasien Rawat

Inap dalam Pelayanan Kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

adalah efektif, hal ini dapat dibuktikan dengan indikator-indikator sebagai

berikut :

a. Terpenuhinya Persyaratan Administratif Peserta Jamkesmas untuk

mendapatkan Pelayanan Kesehatan Rawat Inap di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo

b. Kesederhanan Prosedur Peserta Jamkesmas untuk memperoleh Pelayanan

Kesehatan Rawat Inap di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

c. Baiknya Pelayanan Kesehatan yang diberikan kepada Pasien Rawat Inap

Peserta Jamkesmas di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

d. Memadainya Sarana dan Prasarana yang digunakan untuk menunjang

Pelayanan Kesehatan bagi Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

e. Puasnya Tingkat Kepuasan Pasien Rawat Inap Peserta Jamkesmas di

RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo

2. Faktor-faktor yang cenderung mempengaruhi Implementasi Sistem Jaminan

Kesehatan Masyarakat Miskin Pasien Rawat Inap dalam Pelayanan Kesehatan

di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo, yaitu faktor persyaratan administratif,

Page 114: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

114

fasilitas kesehatan, pengetahuan dan komunikasi yang cenderung berpengaruh

secara positif dalam implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di rumah sakit, artinya

semakin sederhana persyaratan administratif, semakin baik fasilitas kesehatan

dan semakin tinggi tingkat pengetahuan dan komunikasi maka semakin efektif

implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap

dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo.

B. Saran

Berdasarakan pada hasil penelitian penulis mengenai implementasi sistem

jaminan kesehatan masyarakat miskin pasien rawat inap dalam pelayanan

kesehatan di RSUD. Prof. Dr. Margono Soekarjo beserta faktor-faktor yang

cenderung mempengaruhi implementasi sistem jaminan kesehatan masyarakat

miskin pasien rawat inap dalam pelayanan kesehatan di RSUD. Prof. Dr.

Margono Soekarjo mengajukan saran agar rumah sakit sebagai penyelenggara

program Jamkesmas tetap memberikan kemudahan untuk mendapatkan pelayanan

kesehatan, dan tetap mempertahankan pelayanan kesehatan yang baik bagi pasien

rawat inap peserta Jamkesmas sebab masyarakat miskin peserta Jamkesmas juga

memiliki hak yang sama untuk memperoleh pelayanan kesehatan.

Page 115: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

115

DAFTAR PUSTAKA

1. Buku

Azwar, Azrul, 1996, Pengantar Administrasi Kesehatan, Edisi Ketiga, Binarupa Aksara, Jakarta

Adisasmito, Wiku, 2008, Kebijakan standar pelayanan Medik dan Diagnosis related Group (DRG), Kelayakan Penerapanya di Indonesia, Jakarta,Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia,

Ali, Zainuddin, 2006, Sosiologi Hukum, Sinar Grafika, Jakarta

Badan Pusat Statistik Kabupaten Banyumas, 2011, Kabupaten Banyumas Dalam Angka 2011 Banyumas In Figures, Banyumas

Dewi, Alexandra Indriyanti, 2008,Etika dan Hukum Kesehatan, Pustaka Book Publisher, Yogyakarta

Faesal, Sanapiah, 1990, Penelitian Kualitatif, Dasar-dasar dan Aplikasinya, Yayasan Asih Asah Asuh, Malang

Hanadi, Saryono, 2004, Bekerjanya Hukum Dalam Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi di Kabupaten Banyumas), Sebuah Tesis, Pascasarjana Ilmu Hukum UNDIP, Semarang

Isfandyarie, Anny, 2006, Tanggung Jawab Hukum dan Sanksi bagi Dokter Buku I, Prestasi Publisher, Jakarta

J, Supranto, 1995, Pengantar Statistik Bidang Hukum, Rineka Cipta, Jakarta Sumadi Suryabrata, 1989, Metode Penelitian Sosial, Rajawali, Jakarta

Kartono, Kartini, 1986, Pengantar Metodologi Riset Sosial, Alumni, Bandung

Kusumaatmadja, Mochta, 1975, Pembinaan Hukum dalam Rangka Pembangunan Nasional, LPH Fakultas Hukum UNPAD, Bina Cipta, Bandung

Lumentana, B, 1989, Pelayanan Medis, Citra, Konflik dan Harapan, Kanisius, Kanisius, Yogyakarta

Page 116: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

116

Masriani , Yulies Tiena, 2004, Pengantar Hukum Indonesia, Sinar Grafika, Jakarta

Muhadjir, Noeng, 1996, Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi III, Rake Karasin, Yogyakarta

Nasir , Moh, 1999, Metode Penelitian, Ghalia Indonesia, Jakarta

P, Kolter, 1997, Menejemen Prmasaran; Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian, Prenhallindo, Jakarta

Podgorecki, Adam dan Christopher J. Whelan, 1987, Pendekatan Sosiologis Terhadap Hukum, Penterjemah Widyaningsih dan G. Kartasapoetra, Bina Aksara, Jakarta

Sidharta, Bernard Arief, 1999, Refleksi Tentang Struktur Ilmu Hukum; Sebuah Penelitian Tentang Fungsi Kefilsafatan dan Sifat Keilmuan Ilmu Hukum Sebagai Landasan Pengembangan Ilmu Hukum Nasional Indonesia, Mandar Maju, Bandung

Syaifudin, Abdul Bari, 2002, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal, Yayasan Bina Pustaka, Jakarta

Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi, 2008, Metode Penelitian Survei, Pustaka LP3ES, Jakarta

Soemitro, Ronny Hanitiyo, 1985, Studi Hukum dan Masyarakat, Alumni, Bandung

Soekanto, Soerjono dan Herkutanto,1987, Pengantar Hukum Kesehatan, Remadja, Bandung

Sudrajat, Tedi, 2010. Materi Kuliah Hukum Kesehatan, Fakultas Hukum Universitas Jenderal Soedirman

Sulastomo, 2003, Manajemen Kesehatan, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta

Sundoyo, Jaminan Kesehatan Masyarakat Salah Satu Cara Menyejahterakan Rakyat, Vol. 2. No. 4. Jurnal Hukum Kesehatan. Jakarta

Page 117: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

117

T, Musanto, 2004, Faktor-faktor Kepuasan Pelangan dan loyalitas Pelanggan; Studi Kasus pada CV. Sarana Media Advertising Surabaya, Jurnal Menejemen dan Kewirausahaan, Vol. 6, Jakarta

Widodo, Joko, 2006, Analisis Kebijakan Publik, Banyumedia, Malang

2. Peraturan Perundang Undangan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 Tentang Kesehatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 903/MENKES/PER/V/2011 Tentang Pedoman Pelaksanaan Jaminan Kesehatan Masyarakat (Jamkesmas)

Keputusan Menteri Kesehatan Nomor 125/ Menkes/ SK/ II/ 2008 tentang Pedoman Penyelenggaraan Program Jaminan Kesehatan Masyarakat

3. Internet

Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http// antaranews.com, ,Pasien_ Jamkesmas_ Dirawat_ di_lorong_RS, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Pelaksanaan Sistem Pelayanan Kesehatan Masyarakat Miskin, http // news.okezone.com, Masih_Sebelah_Mata_Pandang_Kelas_Bawah, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011

Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http//kesehatan.liputan6.com, tiada-biaya-pasien-miskin-dibawa-pulang, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011

Pelayanan Kesehatan Peserta Jamkesmas, http// beritajatim.com, 4_ Hari_ Pasien_ Jamkesmas_ Ditelankarkan_RSUD_Sampang, diakses pada tanggal 16 Oktober 2011.

Page 118: BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah - Welcome …fh.unsoed.ac.id/sites/default/files/bibliofile/ISI.pdf · penularan penyakit karena berbagai kondisi seperti kurangnya kebersihan

118