PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari...

98
PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares) Oleh: MUSFIQ AMIRULDIN F 34103109 2007 FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Transcript of PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari...

Page 1: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN

DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares)

Oleh:

MUSFIQ AMIRULDIN

F 34103109

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

Page 2: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

“Bacalah!! dengan menyebut nama

Tuhanmu, Yang menciptakan. Dia

telah menciptakan manusia dari

segumpal darah. Bacalah!!! Dan Tuhanmu-lah yang Maha Pemurah. Yang telah mengajar (manusia) dengan

perantaraan kalam. Dia telah

mengajarkan kepada manusia apa yang tidak diketahuinya” (QS. Al ‘Alaq: 1 – 5)

“Sebuah karya untuk kedua orangtuaku dan orang-orang yang menyayangiku!!!”

Page 3: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

Musfiq Amiruldin. F 34103109. Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares). Di bawah bimbingan Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said, MA Dev dan Drs. Tazwir. 2007

RINGKASAN

Gelatin merupakan suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan kolagen hewan. Limbah tulang ikan tuna (Thunnus albacares) selama ini belum dimanfaatkan secara optimal, padahal di dalam tulang ikan mengandung kolagen yang dapat diekstraksi menjadi gelatin. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh perendaman tulang dengan konsentrasi basa (NaOH) yang berbeda sebelum perendaman asam (HCl) terhadap rendemen, pH, viskositas, dan kekuatan gel gelatin tulang ikan tuna serta mengkaji karakteristik gelatin dari tulang ikan tuna yang meliputi sifat fisik, sifat kimia, dan kandungan mikrobiologi.

Proses penghilangan lemak dan protein non kolagen pada tulang ikan dapat menaikkan mutu gelatin. Pembuatan gelatin dari tulang ikan yang paling baik menggunakan asam klorida (HCl). Rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap dengan tiga perlakuan perendaman tulang sebelum perendaman asam klorida (HCl) yaitu tanpa perendaman NaOH, perendaman NaOH 0.4% dan 0.8%. Pengamatan yang dilakukan meliputi rendemen, pH, viskositas, dan kekuatan gel gelatin.

Gelatin tulang ikan tuna yang dihasilkan pada penelitian ini memiliki rendemen berkisar antara 5.76 – 8.37%, pH berkisar antara 4.15 – 5.54, viskositas berkisar antara 3.23 – 5.57 cP, dan kekuatan gel berkisar antara 104.6 – 151.8 gr bloom. Hasil analisa sidik ragam menunjukkan bahwa perbedaan konsentrasi NaOH berpengaruh nyata terhadap rendemen, pH, viskositas, dan kekuatan gel gelatin tulang ikan tuna yang dihasilkan. Dari Hasil Uji Duncan menunjukkan bahwa perlakuan sebelum perendaman HCl yang menghasilkan gelatin terbaik adalah perendaman tulang dengan NaOH 0.4% sebelum perendaman HCl.

Karakteristik fisikokimia gelatin dari perlakuan terbaik (perendaman tulang dengan NaOH 0.4% sebelum perendaman HCl) dihasilkan kadar air 6.08%, kadar abu 1.02%, kadar protein 88.53%, kadar lemak 1.02%, kekuatan gel 151.8 gr bloom, viskositas 5.57 cP, pH 5.01, titik gel 9.000C, titik leleh 25.300C, titik isoelektrik 7.67, derajat putih 33.7%, kandungan Pb 0.55 ppm, kandungan Hg tidak terdeteksi, komposisi asam amino glisin 18.703%, prolin 10.65% dan hidroksiprolin 8.22%, total mikroba 4,5 x 104 unit koloni/gram, kandungan E.coli dan Salmonella negatif.

Page 4: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

Musfiq Amiruldin. F 34103109. Processing and Characteristic Analysis of Gelatin from Yellow Fin Tuna (Thunnus albacares) Bones. Supervised By Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said, MA Dev and Drs. Tazwir. 2007

SUMMARY

Gelatin is one of protein extraction from animal kolagen tissues. The waste of Yellow Fin Tuna (Thunnus albacares) bones has not been used optimally, in fact in fish bones contain collagen which can be extracted for gelatin. This research was aimed to get extraction method of gelatin from Yellow Fin Tuna bones, and to know the influences of different concentration alkali (NaOH) before soaking in clorid acid (HCl) to yield, pH, viscocity, and gel strength gelatin from Yellow Fin Tuna, also to know the characteristic of the physical, chemical property and microbiology of gelatin.

Degreasing and lost non collagen protein process from fish bone can be to increase gelatin quality. The best gelatin process from fish bone using clorid acid (HCl). Experimental design used complete random design with three treatments are without soaking in NaOH, soaking in 0.4% and 0.8% NaOH before soaking in clorid acid (HCl). Observation in this research contain yield, pH, viscosity, and gel strength of gelatin.

Gelatin as the result of this researce has yield ranging from 5.76% to 8.37%, pH 4.15 – 5.54, viscocity is 3.23 cP until 5.57 cP, and gel strength ranging from 104.6 gr bloom to 151.8 gr bloom. From ANOVA analysis showed different concentration NaOH significantly influences to yield, pH, viscocity, and gel strength of gelatin. Based on Duncan test result showed that the best gelatin resulted from soaking in 0.4% NaOH before soaking in clorid acid (HCl).

The fisicochemistry characteristic of gelatin for the best treatment (0.4% NaOH) resulted 6.08% of moisture content; 1.02% of ash content; 88.53% of protein content; 1.02% of lipid content; 151.8 gr bloom of gel strength; 5.57 cP of viscocity; pH 5.01; 9.000C of gelling point; 25.300C of melting point; 7.67 of isoelectric point; 33.7% of white degree; 0.55 ppm of Pb content; undetected of Hg content; 18.703% of glisine amino acid, 10.65% of proline and 8.22% of hidroksiproline; 4,5 x 104 unite coloni/gram of total microbe, negative for E.coli and Salmonella content.

Page 5: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN

DARI TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares)

Oleh:

MUSFIQ AMIRULDIN

F 34103109

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

2007

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR

Page 6: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI

TULANG IKAN TUNA (Thunnus albacares)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN

Departemen Teknologi Industri Pertanian

Fakultas Teknologi Pertanian

Institut Pertanian Bogor

Oleh:

MUSFIQ AMIRULDIN

F 34103109

Lahir di Jakarta, 11 Februari 1985

Tanggal lulus: 8 Agustus 2007

Menyetujui,

Bogor, 8 Agustus 2007

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said, MA Dev Drs. Tazwir Dosen Pembimbing I Pembimbing II

Page 7: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

SURAT PERNYATAAN

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi yang berjudul

“Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna

(Thunnus albacares)” merupakan hasil karya asli saya sendiri dengan arahan

dosen pembimbing akademik kecuali yang jelas ditunjukkan rujukannya.

Bogor, 8 Agustus 2007

Yang Membuat Pernyataan

MUSFIQ AMIRULDIN

F34103109

Page 8: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 11 Februari

1985 sebagai anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan

Abdullah dan Mursinah. Penulis menempuh pendidikan di

SDN 05 Meruya Utara (1991-1997), SLTPN 134 Jakarta

(1997-2000), SMUN 65 Jakarta (2000-2003). Pada akhir

pendidikan SMU, penulis berkesempatan untuk mengikuti

Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) dan pada tahun 2003 penulis

menjadi mahasiswa di Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas

Teknologi Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penulis melakukan Praktek Lapangan di PT Indofood Sukses Makmur

Bogasari Flour Mills, Jakarta dengan judul “ Mempelajari Proses Produksi

Tepung Terigu”. Penulis menulis skripsi berjudul “Pembuatan dan Analisis

Karakteristik Gelatin Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)”

bekerjasama dengan Balai Besar Riset Pengolahan Produk Dan Bioteknologi

Kelautan Dan Perikanan, Slipi, Jakarta.

Page 9: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

Judul skripsi : Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)

Nama : Musfiq Amiruldin NRP : F34103109 Departemen : Teknologi Industri Pertanian

Menyetujui,

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Sa’id, MA Dev Dosen Pembimbing I

Drs. Tazwir Dr. Ir. Mulyorini R, M.Si Pembimbing II Dosen Penguji

Mengetahui,

Dr. Ir. M. Romli, MSc Ketua Jurusan

Tanggal Lulus: 8 Agustus 2007

Page 10: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

i

KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirobbil’alamin, puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat

Allah SWT atas segala rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penelitian dan skripsi dalam rangka memenuhi tugas akhir di

Departemen Teknologi Industri Pertanian. Shalawat serta salam selalu tercurah

kepada Rasulullah Muhammad SAW, kepada keluarga dan sahabat-sahabatnya

Skripsi yang berjudul “Pembuatan dan Analisis Karakteristik Gelatin

Dari Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)” disusun berdasarkan penelitian

yang telah penulis laksanakan pada bulan Maret sampai Juni 2007. Suatu karunia

bagi penulis dapat melaksanakan sebuah penelitian yang dibiayai oleh Balai Besar

Riset Pengolahan Produk Dan Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, Slipi,

Jakarta Tahun Anggaran 2007.

Pada kesempatan kali ini penulis sampaikan ucapan terima kasih kepada

para personalia di bawah ini:

Prof. Dr. Ir. E. Gumbira Said, MA.Dev sebagai dosen pembimbing pertama

yang telah memberi bimbingan dan pengarahan yang baik serta sumber

inspirasi untuk terus melakukan yang terbaik.

Drs. Tazwir sebagai pembimbing kedua yang memberi bimbingan, arahan dan

perhatian yang besar selama ini.

Dr. Ir. Mulyorini R, M.Si sebagai dosen penguji yang telah banyak memberi

saran dan kritikan yang membangun dalam ujian dan penyusunan skripsi ini.

Dr. Rosmawaty Peranginangin yang telah memberikan banyak masukan dalam

penelitian dan penyusunan skripsi ini.

Ayahanda H. Abdullah dan Ibunda tercinta Hj. Mursinah yang telah

mencurahkan kasih sayang, do’a dan dukungan tanpa akhir.

Adik-adikku Aynal Fuadi dan Rizki Nur Faizi yang telah memberikan

keceriaan dan hari-hari yang indah.

Page 11: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

ii

Tiska Lestari, Eko Wahyudi Apriantoro dan Rizki Ika selaku Tim Gelatin

yang telah berbagi suka, duka dan juga ilmu selama menjalani penelitian.

Seluruh Staf Balai Besar Riset Pengolahan Produk Dan Bioteknologi

Kelautan Dan Perikanan, Jakarta.

Teman-teman TIN’40, terima kasih atas dukungan dan pengalaman terindah

yeng telah kita jalani bersama.

Ayu Sinta Saputri yang telah memberikan semangat dan perhatian yang tulus.

Semua pihak lain yang telah membantu dalam penelitian dan pembuatan

skripsi ini.

Akhirnya, dengan berbagai kekurangan yang ada, maka segala kritik dan

saran sangat diharapkan. Semoga skripsi ini bermanfaat bagi semua pihak yang

memerlukan.

Bogor, 8 Agustus 2007

Penulis

Page 12: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

iii

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR .......................................................................................... i

DAFTAR ISI ........................................................................................................ iii

DAFTAR TABEL ................................................................................................ v

DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ....................................................................................... vii

I. PENDAHULUAN ............................................................................................ 1

A. Latar Belakang ............................................................................................ 1

B. Tujuan Penelitian ......................................................................................... 3

C. Manfaat Penelitian ....................................................................................... 3

D. Hipotesis Penelitian ..................................................................................... 4

II. TINJAUAN PUSTAKA .................................................................................. 5

A. Ikan Tuna .................................................................................................... 5

B. Tulang Ikan .................................................................................................. 6

C. Kolagen ....................................................................................................... 8

D. Gelatin ........................................................................................................ 10

E. Proses Pembuatan Gelatin .......................................................................... 16

F. Analisis Karakteristik Gelatin ..................................................................... 20

III. METODA PENELITIAN ............................................................................. 25

A. Bahan dan Alat ........................................................................................... 25

B. Metode Penelitian ....................................................................................... 25

1. Penelitian Tahap I ................................................................................... 25

2. Penelitian Tahap II .................................................................................. 28

C. Rancangan Percobaan ................................................................................. 28

D. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................... 29

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................................... 30

A. Penelitian Tahap I....................................................................................... 30

1. Rendemen Gelatin ................................................................................... 34

2. Derajat Keasaman (pH) Gelatin .............................................................. 37

3. Viskositas Gelatin ................................................................................... 40

Page 13: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

iv

Halaman

4. Kekuatan Gel Gelatin .............................................................................. 43

B. Penelitian Tahap II ..................................................................................... 47

1. Analisis Komposisi Kimia Gelatin ......................................................... 48

2. Analisis Sifat Fisikokimia Gelatin .......................................................... 52

3. Analisis Logam Berat Gelatin ................................................................. 57

4. Komposisi Asam Amino Gelatin ............................................................ 59

5. Analisis Mikrobiologi Gelatin ................................................................ 61

V. KESIMPULAN DAN SARAN ...................................................................... 64

A. Kesimpulan ................................................................................................ 64

B. Saran ........................................................................................................... 65

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 66

LAMPIRAN ........................................................................................................ 70

Page 14: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

v

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Data Impor Gelatin Indonesia Tahun 2001-2005 ................................ 2

Tabel 2. Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna .................................................... 6

Tabel 3. Komposisi Asam Amino Gelatin ........................................................ 11

Tabel 4. Sifat Gelatin Berdasarkan Jenisnya..................................................... 13

Tabel 5. Standar Mutu Gelatin Menurut SNI No. 06-3735 Tahun1995

dan British Standard: 757 Tahun 1975............................................... 14

Tabel 6. Standar Gelatin Pangan ....................................................................... 15

Tabel 7. Spesifikasi Gelatin Farmasi ................................................................ 16

Tabel 8. Hasil Analisis Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna ........................... 31

Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Rendemen Gelatin Tulang

Ikan Tuna ............................................................................................ 37

Tabel 10. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai pH Gelatin Tulang Ikan

Tuna .................................................................................................... 40

Tabel 11. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai Viskositas Gelatin Tulang

Ikan Tuna ............................................................................................ 43

Tabel 12. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai Kekuatan Gel Gelatin

Tulang Ikan Tuna ................................................................................ 46

Tabel 13. Hasil Pengukuran Mutu Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin

Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium .................................... 48

Tabel 14. Hasil Analisis Komposisi Kimia Gelatin ............................................ 49

Tabel 15. Hasil Analisis Sifat Fisikokimia Gelatin ............................................. 53

Tabel 16. Hasil Analisis Logam Berat Gelatin Tulang Ikan Tuna,

Gelatin Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium........................ 58

Tabel 17. Komposisi Asam Amino Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin

Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium .................................... 60

Tabel 18. Hasil Analisis Mikrobiologi Gelatin Tulang Ikan Tuna,

Gelatin Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium ........................ 62

Page 15: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

vi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Gambar Penampakan Ikan Tuna (Thunnus albacares) .................... 5

Gambar 2. Susunan Molekul Kolagen .............................................................. 8

Gambar 3. Struktur Kimia Gelatin .................................................................... 12

Gambar 4. Diagram alir Proses Pembuatan Gelatin Dengan Cara Asam

(Tipe A) dan Cara Basa (Tipe B) ................................................... 19

Gambar 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Gelatin dari Tulang Ikan Tuna.... 27

Gambar 6. Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares) .......................................... 30

Gambar 7. Gelatin Tulang Tuna dan Gelatin Komersial .................................. 35

Gambar 8. Grafik Rendemen Gelatin Tulang Ikan Tuna .................................. 35

Gambar 9. Grafik nilai pH Gelatin Tulang Ikan Tuna ...................................... 38

Gambar 10. Grafik Viskositas Gelatin Tulang Ikan Tuna .................................. 41

Gambar 11. Grafik Kekuatan Gel Gelatin Tulang Ikan Tuna ............................. 44

Page 16: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

vii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur Analisa Data .................................................................... 71

Lampiran 2. Hasil Analisa Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna ........................ 78

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Rendemen, Viskositas, Kekuatan Gel,

dan pH Gelatin dari Tulang Ikan Tuna ........................................... 78

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Rendemen Gelatin ...................................... 79

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam pH Gelatin ................................................... 80

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Viskositas Gelatin ....................................... 81

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Kekuatan Gel Gelatin ................................. 82

Page 17: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Gelatin merupakan suatu jenis protein yang diekstraksi dari jaringan

kolagen hewan. Pada hewan, kolagen terdapat pada tulang, tulang rawan,

kulit, dan jaringan ikat. Gelatin diperoleh dengan cara denaturasi panas dari

kolagen (Geltech, 2007).

Saat ini penggunaan gelatin sudah semakin meluas, baik untuk produk

pangan maupun non pangan. Untuk produk pangan gelatin dapat dimanfaatkan

sebagai bahan penstabil (stabilizer), pembentuk gel (gelling agent), pengikat

(binder), pengental (thickener), pengemulsi (emulsifier), perekat (adhesive),

whipping agent, dan pembungkus makanan yang bersifat dapat dimakan

(edible coating). Industri pangan yang membutuhkan gelatin antara lain

industri konfeksioneri, produk jelly, industri daging, industri susu, produk law

fat, dan industri food supplement (Raharja, 2004). Gelatin juga digunakan

dalam industri non pangan seperti industri pembuatan film, industri farmasi

(seperti produksi kapsul lunak, cangkang kapsul dan tablet), industri teknik

(sebagai bahan pembuat lem, kertas, cat, dan bahan perekat), dan juga

digunakan dalam industri kosmetika (seperti pemerah bibir, shampo dan

sabun) (Poppe, 1992).

Gelatin disebut miracle food, karena gelatin memiliki fungsi yang

masih sulit digantikan dalam industri makanan maupun farmasi (LPPOM

MUI, 2001). Penggunaan gelatin untuk kebutuhan sahari-hari tidak dapat

dihindari, karena lebih dari 60% total produksi gelatin digunakan oleh industri

pangan, sekitar 20% industri fotografi dan 10% oleh industri farmasi dan

kosmetik (Peranginangin, 2006).

Kebutuhan industri akan gelatin selama ini dipenuhi dengan jalan

mengimpornya dari Prancis, Jerman, Jepang, dan India. Impor gelatin yang

tercatat dalam data BPS (2006) dapat dilihat pada Tabel 1. Penggunaan gelatin

impor terutama dari negara-negara non muslim menimbulkan pertanyaan bagi

Page 18: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

2

masyarakat Indonesia. Hal ini dikarenakan salah satu bahan baku gelatin

berasal dari kulit dan tulang babi.

Tabel 1. Data Impor Gelatin Indonesia Tahun 2002-2006

Tahun Bobot (Kg) Nilai (US$)

Jan-Mei 2006 1.213.111 4.215.779

2005 2.630.692 8.063.802

2004 2.145,916 8.001.714

2003 2.144.372 6.801.882

2002 4.291.579 10.749.199

Sumber : BPS (2006)

Sumber utama lain yang sangat potensial sebagai bahan baku gelatin

adalah kolagen yang berasal dari ikan. Tulang dan kulit ikan sangat potensial

sebagai sumber gelatin karena mencakup 10-20% dari total bobot tubuh ikan.

Kandungan kolagen pada tulang ikan keras (teleostei) berkisar 15 – 17%,

sedangkan pada tulang ikan rawan (elasmobranch) berkisar 22 – 24%

(Purwadi, 1999).

Produk gelatin yang berbahan baku ikan umumnya memiliki masalah

Fishy odor atau bau amis dan tidak sedap, yaitu berasal dari urea yang mudah

terurai menjadi amonia. Fishy odor tersebut sangat tidak disukai konsumen

dan merupakan penyebab belum dimasukkannya gelatin ikan ke dalam GRAS

(Generally Recognized as Safe). Untuk itu diperlukan metode dan teknologi

pembuatan gelatin ikan yang dapat mengurangi atau meminimalisasi fishy

odor, menghasilkan rendemen yang tinggi serta memiliki sifat fisik, kimia dan

fungsional yang menunjang sebagai bahan baku industri, baik industri pangan

maupun non pangan (Surono, 1995).

Ikan tuna (Thunnus albacares) merupakan salah satu ikan ekonomis

penting yang dihasilkan perairan Indonesia. Total ekspor dari perusahaan

pengolahan ikan yang berada di Bali saja dari bulan Februari hingga Juli 2004

adalah 3.353 ton. Ikan tuna biasanya diekspor dalam bentuk loin, steak dan

fillet, sementara ekor, kulit, insang, kepala, tulang, dan isi perut dibuang atau

kalaupun dimanfaatkan hanya untuk bahan tambahan pada pakan ternak dan

ikan. Limbah ikan mencapai 50% dari total bobot ikan (Purwadi, 1999).

Page 19: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

3

Untuk penggunaan dalam bahan pangan dan non pangan, kekuatan gel,

viskositas dan titik leleh merupakan sifat khas gelatin yang sangat penting.

Sifat-sifat di atas dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti konsentrasi larutan

gelatin, waktu pemanasan gel, pH dan kandungan asam. Selain itu, teknik

ekstraksi seperti tingkat keasaman, jenis larutan perendaman, lama

perendaman dan suhu ekstraksi diduga mempengaruhi sifat-sifat gelatin

tersebut (Norland, 1990).

Beberapa penelitian mengenai gelatin yang diekstrak dari ikan yang

telah dilakukan adalah dari ikan kakap putih, kakap merah, cucut, pari, paus

dan patin (Dahlia, 2004; Chasanah, 2000; Yustika, 2000; Indrialaksmi, 2000;

Gomes-Gulien dan Montero, 2001; Astawan et al., 2002; Aviana, 2002;

Sopian, 2002; Rusli, 2004). Penelitian gelatin dari ikan tuna baru

memanfaatkan kulitnya saja (Fahrul, 2005; Roswita, 2006). Oleh karena itu

perlu dilakukan pengkajian pembuatan gelatin dari tulang ikan tuna serta

karakteristisasi gelatin yang diperoleh.

B. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mendapatkan teknik

ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna (Thunnus albacares). Secara khusus

penelitian ini bertujuan sebagai berikut:

1. Mempelajari pengaruh perendaman tulang dengan konsentrasi basa

(NaOH) yang berbeda sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

rendemen, pH, viskositas, dan kekuatan gel gelatin tulang ikan tuna

(Thunnus albacares).

2. Mengkaji karakteristik gelatin dari tulang ikan tuna (Thunnus albacares)

yang meliputi sifat fisik, sifat kimia dan kandungan mikrobiologi.

C. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memanfaatkan limbah tulang ikan tuna

menjadi gelatin sehingga dapat memacu tumbuhnya industri pengolahan

gelatin di Indonesia yang akhirnya dapat mengurangi ketergantungan akan

gelatin impor.

Page 20: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

4

D. Hipotesis Penelitian

Proses pembuatan gelatin dari tulang ikan tuna tanpa perendaman

dalam larutan NaOH dan dengan perendaman dalam larutan NaOH sebelum

perendaman asam berpengaruh terhadap mutu fisikokimia gelatin yang

dihasilkan.

Page 21: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

II. TINJAUAN PUSTAKA

A. Ikan Tuna

Ikan tuna (Thunnus albacares) termasuk dalam keluarga Scombridae,

dengan tubuh seperti cerutu, mempunyai kulit yang licin dengan sirip dada

melengkung dengan ujung yang lurus dan pangkal yang lebar (Bykov, 1983).

Gambar penampakan Ikan tuna (Thunnus albacares) dapat dilihat pada

Gambar 1.

Gambar 1. Diagram Ikan Tuna (Thunnus albacares) (Wikipedia, 2007)

Klasifikasi ikan tuna (Thunnus albacares) menurut Subardja (1989)

adalah sebagai berikut:

Filum : Chordata

Sub Filum : Vertebrata

Kelas : Teleostei

Sub Kelas : Actioopterygii

Ordo : Perciformes

Sub Ordo : Scombridae

Genus : Thunnus

Spesies : Thunnus albacares

Genus Thunnus terdiri atas beberapa spesies antara lain Thunnus

albacares yang paling banyak didapati di perairan Indonesia. Jenis di atas

dikenal dengan sebutan madidihang atau yellow fin tuna. Thunnus albacares

memiliki ciri-ciri: badan memanjang, bulat seperti cerutu, panjang tubuhnya

Page 22: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

6

mencapai 195 cm, namun umumnya 50-150 cm, memiliki dua sirip punggung,

sirip depan biasanya pendek dan terpisah dari sirip belakang, pada bagian

punggung berwarna biru kehitaman dan berwarna keputih-putihan pada bagian

perut. Spesies ini termasuk jenis ikan buas, bersifat predator, hidup

bergerombol kecil pada waktu mencari makan. Ikan tuna adalah jenis ikan

dengan kandungan protein yang tinggi dan kandungan lemak yang rendah.

Ikan tuna mengandung protein antara 22,6-26,2%. Disamping itu ikan tuna

mengandung mineral ( kalsium, fosfor, besi, sodium ), vitamin A dan vitamin

B (Bykov, 1983).

B. Tulang Ikan

Tulang adalah organ keras yang merupakan bentuk bagian pada

endoskleton vertebrata. Menurut Lagler (1977) tulang berfungsi sebagai

berikut :

1. Melindungi tubuh, dimana tulang dapat melindungi organ-organ internal

dari pengaruh luar tubuh. 2. Membentuk tubuh.

3. Memproduksi sel darah.

4. Tempat penyimpanan mineral.

5. Untuk pergerakan tubuh.

6. Pada beberapa ikan, tulang bermodifikasi menjadi sirip mempercepat

penempatan sperma pada saluran reproduksi pada ikan betina.

Skleton pada ikan terdiri dari : notochord, jaringan penghubung,

tulang, kartilago, sisik, dan gigi (termasuk enamel dan dentin), neuralgia, dan

sirip. Ikan memiliki rangka dalam yang terdiri dari tulang sejati (tulang keras),

dan tulang rawan (kartilago). Dari kenampakan fisik, secara mudah terlihat

bahwa tulang rawan lebih transparan (bening, tembus cahaya) dan lentur

dibandingkan dengan tulang sejati (Lagler, 1977). Komposisi kimia tulang

ikan tuna dapat dilihat pada Tabel 2.

Page 23: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

7

Tabel 2. Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna

Parameter Persentase Bobot Kering (%) Persentase Bobot Basah (%)

Air

Abu

Protein

Lemak

-

39,19

52,54

23,06

56,11

17,20

7,56

3,32

Sumber: Direktorat Jendral Perikanan Tangkap (1983)

Perkembangan dari embrio pada tulang adalah sebagai berikut:

kartilago dihasilkan oleh sel-sel masenkim, sesudah kartilago terbentuk rongga

yang ada didalamnya akan terisi oleh osteoblast, yaitu sel-sel pembentuk

tulang. Osteoblast juga menempati jaringan pengikat disekelilingnya dan

membentuk sel-sel tulang. Jaringan utama pada tulang jaringan osseous relatif

keras dan terdapat mineral, dimana yang terbesar adalah kalsium fosfat

sehingga menyebabkan tulang bersifat keras. Tulang umumnya memiliki

matriks berupa hialin yang homogen dan jernih. Matriks yang berserabut lebih

banyak mengandung kolagen yaitu semacam zat perekat tulang, dimana

didalam tulang, kolagen memberikan elastisitas dan juga berkontribusi dalam

resistensi fraktur (Wikipedia, 2007).

Pemanfaatan kulit, tulang dan gelembung renang ikan secara komersial

dapat sebagai bahan baku industri gelatin, dimana selama ini hanya

merupakan limbah. Pemanfaatan tersebut dapat menambah penghasilan secara

ekonomi dan memberi keuntungan bagi pengelolaan limbah industri perikanan

karena bahan tersebut dihasilkan dalam jumlah yang banyak (Choi dan

Regenstein, 2000). Menurut Surono (1994) bahwa tulang dan kulit ikan sangat

potensial untuk digunakan sebagai bahan baku pembuatan gelatin, karena

tulang dan kulit mencakup 10 – 20% dari total bobot tubuh ikan.

Page 24: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

8

C. Kolagen

Kolagen adalah protein berbentuk serabut (fibril) yang mempunyai

fungsi fisiologis yang unik. Kolagen merupakan komponen struktural utama

dari jaringan pengikat putih (white connective tissue) yang meliputi hampir

30% dari total protein pada jaringan organ tubuh vertebrata dan invertebrata

(Poppe, 1992). Kolagen merupakan salah satu protein terpanjang dengan

jumlah paling banyak pada tubuh vertebrata. Kolagen merupakan bahan baku

utama yang banyak terdapat pada kulit, urat, pembuluh darah tulang dan

tulang rawan. Serat kolagen terdiri dari tiga rantai polipeptida yang saling

berhubungan, masing-masing tersusun dalam jenis khusus heliks berputar.

Kolagen merupakan protein yang mengandung 35% glisin dan sekitar 11%

alanin serta kandungan prolin yang cukup tinggi (Lehninger, 1990).

Fibril kolagen terdiri dari sub-unit polipeptida berulang yang disebut

tropokolagen yang disusun dalam untaian paralel dari kepala sampai ekor.

Tropokolagen terdiri atas tiga rantai polipeptida yang berpilin erat menjadi

tiga untai tambang. Tiap rantai polipeptida dalam tropokolagen juga

merupakan suatu heliks (Lehninger, 1990). Susunan molekul kolagen dapat

dilihat pada Gambar 2.

Gambar 2. Susunan Molekul Kolagen (Lehninger, 1990)

Page 25: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

9

Kolagen merupakan bahan baku gelatin yang banyak terdapat pada

kulit, urat, tulang rawan, dan tulang pada hewan. Kolagen adalah serabut

protein yang mempunyai fungsi biologis yang unik. Kolagen tersusun oleh

unit struktural tropokolagen yang berbentuk batang dengan panjang 3000Å

dengan diameter 15Å, yang mengandung tiga unit polipeptida yang saling

berpilin membentuk struktur triple helix (Wong, 1989).

Protein (kolagen) dapat mengalami kerusakan oleh pengaruh panas,

reaksi kimia dengan asam atau basa, goncangan dan sebab-sebab lainnya.

Selain itu protein juga dapat mengalami degradasi, yaitu pemecahan molekul

kompleks menjadi molekul sederhana oleh pengaruh asam, basa atau enzim

(Winarno, 2002). Perlakuan basa atau alkali dapat menyebabkan kolagen

mengembang dan menyebar. Salah satu alkali yang dapat digunakan sebagai

pelarut kolagen adalah NaOH (Christianto, 2001). Selain pelarut alkali,

kolagen juga larut dalam pelarut asam seperti HCl (Artadana, 2001). Konversi kolagen yang bersifat tidak larut air menjadi gelatin yang

larut air merupakan transformasi esensial dalam pembuatan gelatin. Kolagen

harus diberi perlakuan awal untuk mengubahnya menjadi bentuk yang sesuai

sehingga dapat diekstraksi. Ekstraksi ini dapat menyebabkan pemutusan ikatan

hidrogen diantara ketiga rantai bebas, dua rantai saling berikatan dan satu

rantai bebas, dan tiga rantai yang masih berikatan (Poppe, 1992). Serat

kolagen akan mengembang dengan baik tetapi tidak larut bila direndam dalam

larutan alkali atau larutan garam netral dan nonelektrolit. Kolagen akan

terputus jika terkena asam kuat atau basa kuat dan akan mengalami

transformasi dari bentuk untaian larut dan tidak tercerna menjadi gelatin yang

larut air (Lehninger, 1990).

Kolagen yang terdapat pada kulit dan tulang ikan mempunyai

kemampuan untuk membentuk gel setelah dipanaskan. Kemampuan

pembentukan gel tergantung pada karakteristik spesies ikan dan kolagen dari

kulit ikan mempunyai kemampuan yang lebih tinggi dibandingkan kolagen

dari tulang ikan. Kandungan NaCl yang rendah berpengaruh nyata terhadap

kekuatan gel kolagen dari kulit ikan tetapi tidak berpengaruh nyata terhadap

kemampuan gel kolagen dari tulang (Montero dan Borderias, 1991).

Page 26: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

10

Pada ikan terdapat tiga tipe protein, yaitu myofibril (65-75%),

sarkoplasma (20-30%), dan stromata (1-3%). Protein stromata merupakan

jaringan ikat yang terdiri dari komponen kolagen dan elastin (Suzuki, 1981).

Kolagen murni sangat sensitif terhadap reaksi enzim dan kimia. Di samping

pelarutnya, kolagen ikan mempunyai kandungan asam amino yang lebih

rendah dibandingkan dengan kolagen mamalia sehingga suhu denaturasi

proteinnya menjadi rendah (Ward dan Courts, 1977).

Menurut De Man (1997) proses pengubahan kolagen menjadi gelatin

melibatkan tiga perubahan, sebagai berikut:

1. Pemutusan sejumlah terbatas ikatan peptida untuk memperpendek rantai.

2. Pemutusan atau pengacauan sejumlah ikatan samping antar rantai.

3. Perubahan konfigurasi rantai.

Perubahan konfigurasi rantai merupakan satu-satunya perubahan penting

untuk pengubahan kolagen menjadi gelatin. Kondisi yang digunakan selama

proses produksi gelatin menentukan sifat-sifatnya. Pada produksi normal, kulit

atau tulang mula-mula diekstraksi dahulu pada kondisi nisbi lunak, dilanjutkan

dengan ekstraksi berturut-turut pada kondisi lebih berat. Ekstraksi pertama

menghasilkan gelatin dengan mutu baik, sedangkan ekstraksi selanjutnya

menghasilkan gelatin dengan mutu tidak sebaik ekstraksi pertama.

D. Gelatin

Gelatin merupakan salah satu produk turunan protein yang diperoleh

dari hasil hidrolisis kolagen hewan yang terkandung dalam tulang dan kulit,

dan merupakan senyawa yang tidak pernah terjadi secara alamiah. Gelatin

mempunyai titik leleh 35oC, di bawah suhu tubuh manusia. Titik leleh inilah

yang membuat produk gelatin mempunyai karakteristik yang unik bila

dibandingkan dengan bahan pembentuk gel lainnya seperti pati, alginat,

pektin, agar-agar dan karaginan yang merupakan senyawa karbohidrat (Gomez

dan Montero, 2001). Secara fisik dan kimia, gelatin berwarna kuning cerah

atau transparan, berbentuk serpihan atau tepung, berbau dan berasa, larut

dalam air panas, gliserol dan asam asetat serta pelarut organik lainnya. Gelatin

dapat mengembang dan menyerap air 5-10 kali bobot asalnya (Raharja, 2004).

Page 27: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

11

Gelatin dapat diperoleh dengan cara denaturasi panas dari kolagen

(Geltech, 2007). Pemanasan kolagen secara bertahap akan menyebabkan

struktur rusak dan rantai-rantai akan terpisah. Berat molekul, bentuk dan

konformasi larutan kolagen sensitif terhadap perubahan suhu yang dapat

menghancurkan makro molekulnya (Wong, 1989).

Gelatin merupakan molekul besar dan kompleks yang mempunyai nilai

rata-rata bobot molekul berkisar 15.000 – 25.000. Komposisi kimia gelatin

terdiri dari 50.5% karbon, 6.8% hidrogen, 17% nitrogen dan 25.5% oksigen.

Untuk sampel yang lebih murni kandungan nitrogennya berkisar antara 18.2%

sampai 18.4%. Gelatin yang diperoleh dari proses alkali lebih kaya

hidroksiprolin dan rendah tirosin dibandingkan dengan gelatin yang diperoleh

melalui proses asam (Smith, 1992).

Senyawa gelatin merupakan suatu polimer linier asam-asam amino.

Pada umumnya rantai polimer tersebut merupakan perulangan dari asam

amino glisin-prolin-prolin atau glisin-prolin-hidroksiprolin. Dalam gelatin

tidak terdapat asam amino triptofan, sehingga gelatin tidak dapat digolongkan

sebagai protein yang lengkap (Gelatin Food Science, 2007). Gelatin tersusun

atas 18 asam amino yang saling terikat dan dihubungkan dengan ikatan

peptida membentuk rantai polimer yang panjang (Eastoe dan Leach, 1977).

Secara lengkap komposisi asam amino gelatin disajikan pada Tabel 3.

Tabel 3. Komposisi Asam Amino Gelatin

Asam Amino Jumlah (%) Asam Amino Jumlah (%)

Alanin 11,0 Lisin 4,5

Arginin 8,8 Metionin 0,9

Asam aspartat 6,7 Prolin 16,4

Asam glutamat 11,4 Serin 4,2

Genilalanin 2,2 Sistin 0,07

Glisin 27,5 Theorin 2,2

Histidin 0,78 Tirosin 0,3

Hidroksiprolin 14,1 Valin 2,6

Leusin dan iso Leusin 5,1 Phenilalanin 1,9

Sumber: Eastoe dan Leach (1977)

Page 28: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

12

Penurunan komposisi asam amino tergantung pada metode

pembuatannya. Pembuatan dengan proses alkali umumnya lebih banyak

mengandung hidroksiprolin dan lebih sedikit tirosin dibandingkan dengan

proses asam (Ward dan Courts, 1977). Struktur kimia gelatin dapat dilihat

pada Gambar 3.

CH2 CHOH CH2 CH2 CH2 CH2

CH2 N CH NH CH2 NH N CH

CO-NH CO CO CH-CO-NH CO CH-CO CO R R

Glisin Prolin Glisin Hidroksiprolin

Gambar 3. Struktur Kimia Gelatin (Poppe, 1992)

Berdasarkan proses pembuatannya terdapat dua jenis gelatin yaitu Tipe

A dan Tipe B. Gelatin Tipe A diproduksi melalui proses asam sedangkan Tipe

B diproduksi melalui proses basa. Pada proses pembuatan gelatin Tipe A

melalui proses asam, bahan baku diberi perlakuan perendaman dalam larutan

asam organik seperti asam klorida, asam sulfat, asam sulfit atau asam fosfat,

sedangkan proses produksi gelatin Tipe B melalui proses basa, perlakuan yang

diberikan adalah perendaman dalam air kapur, proses ini sering dikenal

sebagai proses alkali (Utama, 1997).

Gelatin Tipe A biasanya berasal dari kulit babi, sedangkan gelatin Tipe

B terutama berasal dari kulit dan tulang ruminansia (Imeson, 1992). Menurut

Wiyono (2001), gelatin ikan dikategorikan sebagai gelatin tipe A. Sifat gelatin

berdasarkan tipenya disajikan pada Tabel 4.

Page 29: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

13

Tabel 4. Sifat Gelatin Berdasarkan Jenisnya

Sifat Tipe A Tipe B

Kekuatan gel (bloom) 50,0 – 300,0 50,0 – 300,0

Viskositas (cP) 1,50 – 7,50 2,00 – 7,50

Kadar abu (%) 0,30 – 2,00 0,50 – 2,00

pH 3,80 – 6,00 5,00 – 7,10

Titik Isoelektrik 7,00 – 9,00 4,70 – 5,40

Sumber: GMIA (2007)

Gelatin tipe A dihasilkan dari proses asam, yang umumnya dihasilkan

dari kulit babi, dimana molekul kolagennya muda, sedangkan gelatin tipe B

dihasilkan dari proses asam dan basa, yang umumnya diperoleh dari tulang

dan kulit sapi, dimana molekul kolagen helix ulir tiga (triple helix) lebih tua,

ikatan silangnya lebih padat dan kompleks. Pada umumnya proses asam

digunakan untuk bahan baku yang relatif lunak, sedangkan proses alkali

diterapkan pada bahan baku yang relatif keras (GMAP, 2007).

Asam mampu mengubah serat kolagen triple helix menjadi rantai

tunggal, sedangkan larutan perendaman basa hanya mampu menghasilkan

rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang sama jumlah kolagen

yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak daripada larutan basa. Karena

itu perendaman dalam larutan basa membutuhkan waktu yang lebih lama

untuk menghidrolisis kolagen (Ward and Court, 1977).

Gelatin larut dalam air, asam asetat dan pelarut alkohol seperti gliserol,

propilen glykol, sorbitol dan manitol, tetapi tidak larut dalam alkohol, aseton,

karbon tetra klorida, benzene, petroleum eter dan pelarut organik lainnya.

Pada kondisi tertentu juga larut dalam campuran aseton-air dan alkohol-air

(Viro, 1992).

Gelatin memiliki sifat dapat berubah secara reversible dari bentuk sol

ke gel, atau sebaliknya, juga dapat membengkak atau mengembang dalam air

dingin. Sifat-sifat yang dimiliki gelatin lebih disukai dibandingkan bahan-

bahan semisal dengannya seperti gum xantan, karagenan, dan pektin (Utama,

1997).

Page 30: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

14

Salah satu sifat fisik gelatin yang menentukan mutu gelatin adalah

kemampuannya untuk membentuk gel yang disebut kekuatan gel. Kekuatan

gel dipengaruhi oleh pH, adanya komponen elektrolit dan non elektrolit serta

bahan tambahan lainnya. Sifat fisik lainnya adalah titik pembuatan gel, warna,

kapasitas emulsi dan stabilitas emulsi (Glicksman, 1969). Ditambahkan oleh

Poppe (1992) sifat fisik penting lainnya adalah viskositas. Viskositas terutama

dipengaruhi oleh interaksi hidrodinamik antar molekul gelatin, selain

dipengaruhi suhu, pH dan konsentrasi. Standar mutu gelatin untuk industri

dapat dilihat pada Tabel 5.

Tabel 5. Standar Mutu Gelatin Menurut SNI No. 06-3735 Tahun1995 dan British

Standard: 757 Tahun 1975

Karakteristik SNI No. 06-3735a British Standard 757b

Warna Tidak berwarna sampai kekuningan Kuning pucat

Bau, rasa Normal -

Kadar abu Maksimum 16% -

Kadar air Maksimum 3,25% -

Kekuatan gel - 50-300 bloom

Viskositas - 15-70 mps atau 1,5-7 cP

pH - 4,5-6,5

Logam berat Maksimum 50 mg/kg -

Arsen Maksimum 2 mg/kg -

Tembaga Maksimum 30 mg/kg -

Seng Maksimum 100 mg/kg -

Sulfit Maksimum 1000 mg/kg -

Sumber: a) Dewan Standarisasi Nasional (SNI 06.3735-1995)(1995)

b) British Standard: 757 (1975)

Kegunaan gelatin terutama adalah untuk mengubah cairan menjadi

padatan yang elastis, atau mengubah bentuk sol menjadi gel. Reaksi

pembentukan gel oleh gelatin bersifat reversible karena bila dipanaskan akan

terbentuk sol dan sewaktu didinginkan akan terbentuk gel lagi. Keadaan ini

Page 31: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

15

pula yang membedakannya dengan gel dari pektin, alginat dan pati yang

bentuk gelnya “irreversible” (Parker, 1982). Gelatin mempunyai banyak

fungsi dan sangat aplikatif di berbagai industri. Penggunaan gelatin dalam

pengolahan pangan lebih disebabkan oleh sifat fisik dan kimia yang khas

daripada nilai gizinya sebagai sumber protein (Gelatin Food Science, 2007).

Standar mutu gelatin pangan dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Standar Gelatin Pangan

Parameter Grade A Grade B Grade C Kekuatan Gel (Bloom) ≥ Viskositas (cP) ≥ Kecerahan (mm) ≥ pH Bahan yang tidak larut dalam air (%) ≤ Kadar abu (%) ≤ Sulfit (%) ≤ Kadar air (%) ≤ Arsen (ppm) ≤ Logam berat (ppm) ≤ TPC ≤ Coliform (koloni/100gr) ≤ Salmonella E. coli

220 4.5 300

5.5-7 0.2 1.0

0.004 14

0.0001 0.005 1000 30

Negatif Negatif

180 3.5 150

5.5-7 0.2 2.0 0.01 14

0.0001 0.005 5000 30

Negatif Negatif

100 2.5 50

5.5-7 0.2 2.0

0.015 14

0.0001 0.005 10000 150

Negatif Negatif

Sumber: Norland Product (2003)

Dalam industri pangan gelatin dapat berfungsi sebagai pembentuk gel,

pemantap emulsi, pengental, pengikat air, pelapis, dan pengemulsi. Gelatin

sebagai pelindung koloid dapat berguna dalam industri fotografi dan pelapisan

logam dalam industri electroplating (Wiyono, 2001).

Dalam penggunaan gelatin pada berbagai jenis industri, terdapat

beberapa faktor yang berpengaruh terhadap fungsi gelatin, yang harus

diperhatikan yaitu konsentrasi, bobot molekul, suhu, pH dan penambahan

senyawa lain (Meyer, 1982). Dalam air gelatin dapat membentuk larutan

kental, karena sifat ini gelatin dapat digunakan sebagai bahan perekat dalam

pembuatan tablet. Selain itu gelatin juga berfungsi mempertahankan

kandungan zat pada tablet menjadi lebih awet, membantu penguraian obat

Page 32: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

16

setelah ditelan dan dapat mempercepat pelepasan zat-zat obat yang aktif

sehingga dapat segera diserap tubuh (Utama, 1997). Standar mutu gelatin

untuk industri farmasi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Spesifikasi Gelatin Farmasi

Parameter Kelas Khusus Kelas 1 Kelas 2 Kelas 3

Kadar air (%) 14.0 14.0 14.0 14.0

Kekuatan gel (Bloom.g) 240 200 160 140

Viskositas (cP) 20 20 20 20

Kadar abu (%) 1.0 1.0 2.0 2.0

pH 5.5-7.0 5.5-7.0 5.5-7.0 5.5-7.0

Arsen (Ppm) 0.8 0.8 0.8 0.8

Logam Berat (Ppm) 50 50 50 50

Mikrobiologi (Per gr) 1000 1000 1000 1000

E. coli (Per 100g) Neg Neg Neg Neg

Salmonella Neg Neg Neg Neg

Sumber: Norland Product (2003)

E. Proses Pembuatan Gelatin

Pada prinsipnya proses pembuatan gelatin dapat dibagi menjadi dua

macam, yaitu proses asam dan proses basa. Perbedaan kedua proses ini

terletak pada proses perendamannya. Berdasarkan kekuatan ikatan kovalen

silang dan jenis bahan yang diekstrak, maka penerapan jenis asam maupun

basa organik dan metode ekstraksi lainnya seperti lama hidrolisa, pH dan suhu

akan berbeda-beda (Pelu, 1998).

Penggunaan asam lebih menguntungkan untuk produksi gelatin bila

dilihat dari segi waktu perendaman yang lebih singkat dan biaya lebih murah.

Hal ini diakibatkan karena pada perendaman asam yang singkat sudah dapat

melakukan pemutusan ikatan dan struktur koil kolagen dengan lebih baik

sehingga jumlah kolagen yang terekstrak hampir mendekati jumlah kolagen

untuk proses basa pada perendaman tulang selama delapan minggu (Astawan,

2002).

Page 33: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

17

Proses produksi utama gelatin dapat dibagi menjadi tiga tahapan, yaitu

persiapan bahan baku, konversi kolagen menjadi gelatin dan yang terakhir

perolehan gelatin dalam bentuk kering. Persiapan dilakukan dengan pencucian

pada tulang ikan. Tulang dibersihkan dari sisa-sisa daging dan kotoran lain

yang mengandung deposit-deposit lemak yang tinggi. Untuk memudahkan

pembersihan maka sebelumnya dilakukan pemanasan pada air mendidih

selama 1-2 menit. Proses penghilangan lemak dari jaringan tulang disebut

degreasing, dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu koagulasi

albumin tulang yaitu antara 320C – 800C sehingga dihasilkan kelarutan lemak

yang optimum. Konversi kolagen menjadi gelatin biasanya didasarkan pada

pengaturan suhu ekstraksi, yaitu untuk mencegah kerusakan protein pada suhu

tinggi. Kisaran suhu yang digunakan antara 500C dan 1000C atau lebih rendah,

pada selang pH dapat bervariasi untuk tiap metode (Hinterwaldner, 1977).

Pada proses pembuatan gelatin berbahan baku tulang dan kulit,

terdapat proses yeng penting dilakukan pada bahan sebelum diproses menjadi

gelatin, yaitu proses liming dan degreasing. Proses degreasing bertujuan untuk

menghilangkan lemak-lemak yang masih terdapat dalam jaringan kulit dan

tulang dengan proses pemasakan. Penghilangan lemak pada kulit dan tulang

yang paling efektif dilakukan pada suhu antara titik cair lemak dan suhu

koagulasi protein, yaitu sekitar 28 – 320C. Liming bertujuan untuk melarutkan

komponen non-kolagen dan untuk melunakkan kulit dan tulang dengan

perendaman larutan basa, selain itu bertujuan pula untuk merusak atau

memutuskan akatan kimia tertentu yang masih ada dalam kolagen dan untuk

menghilangkan atau mengurangi material lain yang tidak diinginkan, seperti

protein lain dan karbohidrat. Selama proses liming, lemak dikonversi menjadi

sabun-sabun basa terlarut (LP POM-MUI, 2001).

Menurut Hinterwaldner (1977), kalsium dalam tulang terutama dalam

kalsium fosfat dalam larutan HCl terurai menjadi Ca2+ dan asam fosfat,

reaksinya adalah sebagai berikut:

Ca2(PO4) + 6 HCl 3 CaCl2 + 2 H3PO4

Tahap pengembangan kulit (swelling) adalah tahap yang bertujuan

untuk menghilangkan kotoran-kotoran dan mengkonversi kolagen menjadi

Page 34: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

18

gelatin (Surono, 1994). Pada tahap ini perendaman dapat dilakukan dengan

larutan asam organik seperti asam asetat, sitrat, fumarat, askorbat, malat,

suksinat, tartarat, dan asam lainnya yang aman dan tidak menusuk hidung.

Sedangkan asam anorganik yang biasa digunakan adalah asam hidroklorat,

fosfat, klorida, dan sulfat (Grossman dan Bergman, 1991).

Metode pengkonversian kolagen menjadi gelatin adalah dengan

denaturasi kolagen. Proses denaturasi terjadi dengan pemanasan kolagen pada

suhu 400C atau lebih dengan penambahan senyawa pemecah ikatan hidrogen

pada suhu kamar atau lebih rendah, berupa pemecahan struktur koil kolagen

menjadi satu, dua atau tiga rantai polipeptida secara acak (Gomez dan

Montero, 2001).

Konversi kolagen menjadi gelatin terjadi dalam tiga tahap, yaitu

hidrolisis lateral, hidrolisis ikatan polipeptida terutama glisin, dan

penghancuran struktur kolagen (Ward dan Courts, 1977). Menurut Hadiwiyoto

(1983) produksi gelatin meliputi tahap-tahap pengecilan ukuran bahan baku,

perendaman, pencucian, pemanasan, pemekatan, pendinginan, dan

pengeringan. Pengecilan ukuran disini menurutnya diperlukan untuk lebih

memperluas permukaan bahan sehingga proses dapat berlangsung lebih cepat

dan sempurna.

Ekstraksi adalah proses denaturasi untuk mengubah kolagen menjadi

gelatin dengan penambahan senyawa pemecah ikatan hidrogen pada suhu

kamar atau suhu yang lebih rendah. Ekstraksi juga dapat dilakukan dengan

menggunakan air panas, dimana pada proses ini terjadi denaturasi,

peningkatan hidrolisis dan kelarutan gelatin. Waktu yang diperlukan untuk

ekstraksi adalah 4-8 jam dengan suhu antara 55-1000C. Setelah diperoleh

ekstrak bersih, dilakukan pengeringan untuk mengurangi kadar air sebanyak

85-90%. Hal ini dapat dilakukan dengan menggunakan evaporator vakum

dengan suhu 43-450C dan dilanjutkan dengan menggunakan freeze dryer atau

oven pada suhu antara 30-600C (Viro, 1992).

Larutan gelatin yang diperoleh selanjutnya mengalami proses

pendinginan untuk memadatkan larutan gelatin. Selanjutnya adalah

pengeringan gelatin pekat yang telah padat dengan sinar matahari atau

Page 35: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

19

menggunakan mesin pengering yang bersuhu 32– 600C, sampai diperoleh

gelatin kering. Diagram alir proses pembuatan gelatin dari tulang dan kulit

dengan cara asam dan cara basa dapat dilihat pada Gambar 4.

Gambar 4. Diagram alir Proses Pembuatan Gelatin Dengan Cara Asam (Tipe A) dan Cara Basa (Tipe B) (Fahrul, 2005)

Tulang / Kulit Ikan

Perendaman dalam Larutan Asam

Pencucian

Gelatin Kering Tipe A

Pencucian dan Pembersihan

Perendaman dalam Larutan Basa

Pencucian

Ekstraksi

Penyaringan

Larutan Gelatin

Pengeringan

Ekstraksi

Penyaringan

Larutan Gelatin

Pengeringan

Gelatin Kering Tipe B

Page 36: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

20

F. Analisis Karakteristik Gelatin

1. Kadar Air

Kadar air merupakan persentase air yang terikat oleh suatu bahan

terhadap bobot kering ovennya. Penentuan kadar air dilakukan untuk

mengetahui banyaknya air yang terikat oleh komponen padatan bahan

tersebut. Kandungan air dalam suatu bahan dapat menentukan penampakan,

tekstur dan kemampuan bertahan bahan tersebut terhadap serangan

mikroorganisme yang dinyatakan dalam aw, yaitu jumlah air bebas yang

dapat dimanfaatkan oleh mikroorganisme untuk pertumbuhannya

(Sudarmadji, 1995).

2. Kadar Abu

Kadar abu menunjukkan jumlah bahan anorganik yang terdapat

dalam bahan organik. Abu menunjukkan jumlah bahan anorganik yang

tersisa selama proses pembakaran tinggi (suhu sekitar 6000C) selama dua

jam. Jumlah abu dipengaruhi oleh jumlah ion-ion anorganik yang terdapat

dalam bahan selama proses berlangsung (Rahayuningsih, 2004).

3. Kadar Lemak

Analisis kadar lemak bertujuan untuk mengetahui kemungkinan daya

simpan produk, karena lemak berpengaruh pada perubahan mutu selama

penyimpanan. Lemak berhubungan dengan mutu dimana kerusakan lemak

dapat menurunkan nilai gizi serta menyebabkan penyimpangan rasa dan bau

(Winarno, 2002).

4. Kadar Protein

Menurut Sudarmadji (1995) kadar protein yang dianalisa dengan cara

Kjeldahl disebut sebagai kadar protein kasar dengan menentukan jumlah

nitrogen yang dikandung oleh suatu bahan. Dasar perhitungan penentuan

protein menurut Kjeldahl menyatakan bahwa umumnya protein alamiah

mengandung unsur N rata-rata 16% (dalam protein murni). Faktor perkalian

yang telah diketahui adalah 5,5 untuk gelatin (kolagen terlarut). Kadar

protein dilakukan melalui tiga tahapan, yaitu destruksi, destilasi dan titrasi.

Page 37: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

21

Destruksi merupakan proses pemanasan gelatin dengan asam sulfat pekat

ditambah katalis yang berguna untuk mempercepat reaksi. Senyawa karbon

dan hidrogen yang terdapat dalam rantai polipeptida teroksidasi menjadi

CO, CO2 dan H2O, sedangkan senyawa nitrogennya akan berubah menjadi

(NH4)2SO4. Destilasi merupakan proses dimana (NH4)2SO4 dipecah menjadi

ammonia (NH3) dengan penambahan NaOH 33% dan dipanaskan.

Ammonia yang dibebaskan selanjutnya ditangkap oleh H3BO3 0.02 N dan

dengan penambahan indikator mengsel, larutan yang diperoleh berwarna

keunguan. Larutan tersebut dititrasi dengan H2SO4 0.02 N dimana NaOH

bereaksi dengan H3BO3 bebas (tidak berikatan dengan ammonium). Titrasi

dihentikan ketika indikator berwarna kehijauan.

5. Derajat Keasaman

Pengukuran pH dilakukan untuk menentukan kondisi dan jenis

muatan yang terdapat pada gelatin. Gelatin merupakan rantai polipeptida

yang terdiri atas berbagai macam asam amino. Asam amino mempunyai

sifat zwitterion atau dipolar karena dalam struktur kimianya mempunyai

gugus fungsi negatif (COO-) dan gugus fungsi positif (NH3+). Asam amino

juga bersifat amfoter, yaitu dapat bersifat asam, netral atau basa sesuai

dengan kondisi lingkungannya (Winarno, 2002).

6. Kekuatan Gel

Kekuatan gel gelatin didefinisikan sebagai besarnya kekuatan yang

diperlukan oleh probe untuk menekan gel setinggi empat mm sampai gel

pecah. Satuan untuk menunjukkan kekuatan gel yang dihasilkan dari suatu

konsentrasi tertentu disebut derajat bloom (Hermanianto, 2000). Salah satu

sifat fisik yang penting pada gelatin adalah kekuatan untuk membentuk gel

yang disebut sebagai kekuatan gel. Kekuatan gel dipengaruhi oleh pH,

adanya komponen elektrolit dan non-elektrolit serta bahan tambahan

lainnya (Glicksman, 1969).

Pembentukan gel (gelasi) merupakan suatu fenomena penggabungan

atau pengikatan silang rantai-rantai polimer membentuk jalinan tiga dimensi

yang kontinyu, sehingga dapat menangkap air di dalamnya menjadi suatu

Page 38: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

22

struktur yang kompak dan kaku yang tahan terhadap aliran di bawah

tekanan. Pada waktu sol dari gelatin mendingin, konsistensinya menjadi

lebih kental, dan selanjutnya akan berbentuk gel. Mekanisme yang tepat

tentang pembentukan gel dari sol gelatin masih belum diketahui. Molekul-

molekul secara individu bergabung dalam lebih dari satu bentuk kristalin

membentuk jalinan tiga dimensi yang menjerat cairan dan berikatan silang

secara kuat sehingga menyebabkan terbentuknya gel (Fardiaz, 1989).

Menurut Wijaya (1998) kekuatan gel dari gelatin komersial bervariasi

antara 50 – 300 gr bloom. Berdasarkan kekuatan gelnya gelatin dibagi

menjadi tiga kategori di bawah ini:

i. Gelatin dengan Bloom tinggi (250 – 300 gr bloom)

ii. Gelatin dengan Bloom sedang (150 – 250 gr bloom)

iii. Gelatin dengan Bloom rendah (50 – 150 gr bloom).

7. Viskositas

Viskositas adalah daya aliran molekul dalam suatu larutan baik dalam

air, cairan organik sederhana dan suspensi serta emulsi encer (De Man,

1997). Viskositas merupakan sifat fisik gelatin yang sangat penting setelah

kekuatan gel, karena viskositas mempengaruhi sifat fisik gelatin yang

lainnya seperti titik leleh, titik jendal dan stabilitas emulsi. Viskositas

gelatin berpengaruh terhadap sifat gel terutama titik pembentukan gel dan

titik leleh, dimana viskositas gelatin yang tinggi menghasilkan laju

pelelehan dan pembentukan gel yang lebih tinggi dibandingkan gelatin yang

viskositasnya rendah. Untuk stabilitas emulsi gelatin diperlukan viskositas

yang tinggi (Leiner, 2006). Viskositas dipengaruhi antara lain oleh interaksi

hidrodinamik antar molekul gelatin, suhu, pH, dan konsentrasi (Poppe,

1992).

8. Titik Jendal dan Titik Leleh

Titik jendal adalah suhu dimana larutan gelatin dalam konsentrasi

tertentu mulai membentuk gel. Titik leleh merupakan kebalikan dari titik

jendal yaitu suhu dimana larutan gelatin mulai mencair (Baker, 1994).

Page 39: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

23

9. Titik Isoelektrik

Titik isoelektrik protein (pI) adalah pH dimana protein memiliki

jumlah muatan ion positif dan ion negatif yang sama. Pada titik

isoelektriknya, kelarutan protein rendah sehingga terjadi penggumpalan

atau pengendapan protein. Dengan demikian titik isoelektrik gelatin penting

diketahui karena akan berpengaruh pada penggunaannya dalam berbagai

produk, terutama kaitannya dengan tingkat kelarutan gelatin (Baker, 1994).

10. Derajat Putih

Derajat putih merupakan gambaran secara umum dari warna gelatin.

Umumnya derajat putih gelatin diharapkan mendekati 100%, karena gelatin

yang bermutu tinggi biasanya tidak berwarna (bening) sehingga aplikasinya

lebih luas (Budavari, 1996). Derajat putih gelatin dipengaruhi oleh bahan

baku, metode pembuatan dan ekstraksi (Poppe, 1992).

11. Komposisi Asam Amino

Gelatin mengandung 19 jenis asam amino yang dihubungkan dengan

ikatan peptida membentuk rantai polimer yang panjang. Komposisi asam

amino dalam gelatin sangat bervariasi tergantung pada sumber kolagen

tersebut, spesies hewan penghasil dan jenis kolagen (Ward dan Courts,

1977).

12. Logam Berat

Logam berat merupakan jenis logam seperti merkuri, krom, cadmium,

arsen, dan timbal dengan berat molekul yang tinggi. Logam berat

terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup yang mengakibatkan kadarnya

lebih besar daripada kadarnya dalam lingkungan dan akan meningkat

seiring dengan meningkatnya posisi organisme pada rantai makanan.

Analisis logam berat sangat penting bagi produk seperti gelatin, antara lain

untuk menentukan apakah gelatin tersebut aman digunakan atau dikonsumsi

terutama dalam produk farmasi (obat-obatan) dan produk pangan (De Man,

1997).

Page 40: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

24

13. Kandungan Mikrobiologi

Uji kuantitatif mikrobiologi penting dilakukan untuk mengetahui mutu

bahan pangan. Apabila suatu bahan tercemar oleh mikroba yang berasal dari

kotoran manusia atau hewan maka bahan tersebut positif mengandung

bakteri E.coli. Adanya E.coli dalam suatu bahan merupakan indikator

kontaminasi kotoran, sedangkan Salmonella sp merupakan bakteri pathogen

yang berbahaya. Salmonella sp dapat menyebabkan gangguan perut, demam

tifus dan paratifus (Fardiaz, 1989).

Page 41: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

III. METODA PENELITIAN

A. Bahan dan Alat

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah tulang ikan

tuna yang merupakan sisa proses pengolahan fillet ikan tuna di Muara Baru,

Jakarta. Bahan kimia yang digunakan adalah asam klorida, natrium oksida,

resin ion exchange, dan akuades.

Alat-alat yang digunakan untuk penelitian dan analisa adalah pisau,

ember, kompor gas, panci perebus, talenan, timbangan, neraca analitik Chyo

JP-160, sikat, water bath, gelas beaker, sendok, oven, refrigrator (kulkas),

blender, TA-XT plus Textur analyzer, thermometer digital Hanna, pH-meter

Accument 900-Fisher Scientific, High performance liquid chromatography

(HPLC) Water Associates, peralatan mikro Kjheldahl, peralatan soxhlet, kasha

mesh size 250, sentryfuse, standart bloom jars, brookfield syncro-lectric

viscometer, Absorbsi Atom Spektrofotometer (AAS), Kett digital whiteness

powder C-100, Quebec Colony Counter,dan lain-lain.

B. Metode Penelitian

1. Penelitian Tahap I

Terhadap tulang ikan tuna yang merupakan bahan baku pembuatan

gelatin terlebih dahulu dilakukan analisa komposisi kimia. Analisa yang

dilakukan meliputi kadar air (AOAC, 1995), kadar abu (AOAC, 1995),

kadar protein (AOAC, 1995), dan kadar lemak (Apriyantono, 1989).

Proses pembuatan gelatin tulang ikan tuna dengan metode asam

yang digunakan meliputi persiapan bahan baku, pencucian, degreasing,

pencucian dan pembersihan, pemotongan, perendaman dengan larutan basa,

pencucian, perendaman dengan larutan asam, pencucian, ekstraksi, filtrasi,

pengeringan, dan penggilingan. Bahan baku berupa tulang ikan tuna yang

telah dipersiapkan terlebih dahulu dicuci sampai bersih dari sisa-sisa

kotoran dan darah yang masih menempel pada tulang.

Page 42: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

26

Degreasing dilakukan untuk menghilangkan lemak yang terdapat

pada tulang. Proses degreasing tersebut dilakukan dengan merebus tulang

ikan tuna selama 25-30 menit pada suhu 700C. Proses selanjutnya adalah

pemotongan tulang ikan tuna yang telah mengalami degreasing sebesar 2-4

cm. Selanjutnya perlakuan pertama dilanjutkan dengan perendaman asam

dan perlakuan kedua dan ketiga dilakukan perendaman basa terlebih dahulu

yaitu dengan NaOH 0,4% dan 0,8% selama tiga hari untuk menghilangkan

lemak yang masih penempel dan protein non-kolagen yang terdapat pada

tulang ikan tuna. Tulang kemudian dicuci dengan air mengalir sampai pH

netral (6-7).

Proses demineralisasi adalah proses perendaman dalam larutan asam

untuk melanjutkan pembengkakkan tulang. Tujuannya adalah untuk

menceraikan serabut-serabut kolagen menjadi serat-serat atau fibril-fibril,

sehingga tulang menjadi lebih mudah untuk diekstraksi. Proses perendaman

dalam larutan asam klorida dengan konsentrasi 5% dilakukan selama dua

hari (sampai menjadi ossein), setiap hari larutan asam klorida diganti

dengan yang baru. Perbandingan tulang dengan larutan asam klorida adalah

1:6. Tulang ikan tuna yang telah menjadi ossein dicuci dengan air mengalir

hingga pH netral.

Langkah selanjutnya adalah ekstraksi gelatin selama ± enam jam

dengan suhu 60-650C. Filtrat yang diperoleh dari proses ekstraksi disaring

dengan menggunakan saringan 200 – 250 mesh. Larutan gelatin yang

diperoleh kemudian dilakukan ion exchange untuk menghilangkan ion Na+

dan Cl- yang banyak digunakan pada proses sebelumnya. Larutan gelatin

yang dihasilkan kemudian dikeringkan dengan oven pada suhu 40 -500C

selama ± dua hari. Gelatin yang telah kering kemudian digiling sehingga

diperoleh gelatin kering dalam bentuk butiran-butiran halus (bubuk).

Diagram alir proses pembuatan gelatin disajikan pada Gambar 5.

Page 43: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

27

Gambar 5. Diagram Alir Proses Pembuatan Gelatin dari Tulang Ikan Tuna (modifikasi dari Poppe, 1992)

Dicuci sampai pH netral (6-7)

Ekstraksi Pemasakan ossein pada suhu 60-650C, ± enam jam

Filtrasi Saringan 200-250 mesh

Pengeringan Oven 40-500C, ±dua hari

Penghalusan

Gelatin Kering Bubuk

Ion Exchange

Ossein

Perendaman Asam HCl 5% sampai menjadi ossein

Dicuci sampai pH netral (6-7)

Pencucian

Degreasing Perebusan Tulang pada suhu 700C, 25-30 menit

Pengecilan Ukuran Dipotong-potong sebesar 2-4 cm

Tulang Ikan Tuna

Perlakuan II: Perendaman NaOH 0,4% selama tiga hari

Perlakuan III. Perendaman NaOH 0,8% selama tiga hari

Perlakuan I. Tidak dilakukan perendaman NaOH

Page 44: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

28

2. Penelitian Tahap II

Penelitian tahap kedua ini bertujuan mengkaji karakteristik gelatin

tulang ikan Tuna yang dihasilkan dengan perlakuan terbaik meliputi sifat

fisik, sifat kimia dan kandungan mikrobiologi. Pada tahap ini dilakukan

pembuatan gelatin dengan teknik ekstraksi terbaik yang diperoleh dari

penelitian tahap pertama dengan tiga kali ulangan. Gelatin yang dihasilkan

kemudian dibandingkan dengan gelatin standar laboratorium (terbuat dari

ikan cod) dan gelatin komersial (terbuat dari tulang sapi).

Pengamatan dilakukan terhadap parameter yang menjadi indikator

mutu gelatin yang meliputi rendemen, kadar air, kadar abu, kadar protein,

kadar lemak, pH, kekuatan gel, viskositas, titik leleh, titik jendal, titik

isoelektrik, komposisi asam amino, derajat putih, logam berat, dan uji

mikrobiologi yang meliputi Total Plate Count (TPC), Escherichia coli dan

Salmonella. Untuk penelitian tahap kedua, data hasil pengamatan

dibandingkan secara deskriptif.

C. Rancangan Percobaan

Pada penelitian tahap pertama yaitu pembuatan gelatin dari tulang ikan

Tuna menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan tiga perlakuan

yaitu perlakuan pertama tanpa perendaman NaOH, perlakuan kedua dan ketiga

dilakukan perendaman dengan larutan NaOH 0,4% dan 0,8%. Metode

rancangan yang digunakan untuk penelitian tahap pertama adalah sebagai

berikut :

Yi = μ + Ai + Σi

(Steel dan Torrie, 1993)

Keterangan :

Yi = Nilai hasil pengamatan

μ = Rataan umum

Ai = Pengaruh perlakuan ke-i (i = 1, 2, 3)

Σi = faktor galat

Page 45: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

29

Data yang diperoleh, jika berupa data parametrik maka dianalisis

menggunakan analisis keragaman dan jika berbeda nyata maka dilanjutkan

dengan uji lanjut Duncan (Gaspersz, 1994). Semua data pada penelitian ini

diolah menggunakan program SPSS 12.0

D. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada bulan Maret sampai dengan bulan Juni

2007. Tempat penelitian adalah di Balai Besar Riset Pengolahan Produk Dan

Bioteknologi Kelautan Dan Perikanan, Jalan K.S. Tubun Petamburan VI,

Slipi, Jakarta dan Balai Pasca Panen Hasil Pertanian, Jalan Tentara Pelajar

12A, Cimanggu, Bogor.

Page 46: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Penelitian Tahap I

Pada penelitian tahap pertama dilakukan persiapan bahan baku yang

digunakan untuk pembuatan gelatin, analisis komposisi kimia tulang ikan

tuna, serta pencarian metode ekstraksi yang tepat untuk menghasilkan gelatin

tulang ikan tuna yang dilihat dari rendemen, kekuatan gel, viskositas, dan

derajat keasaman (pH). Bahan baku yang digunakan adalah limbah tulang ikan

tuna yang berasal dari produksi fillet ikan tuna di daerah Muara Baru, Jakarta.

Bahan baku gelatin tulang ikan tuna (Thunnus albacares) dapat dilihat pada

Gambar 6.

Gambar 6. Tulang Ikan Tuna (Thunnus albacares)

Persiapan bahan baku meliputi pemisahan tulang dari daging yang

menempel dengan cara direbus pada suhu 700C selama 25 – 30 menit,

dilanjutkan dengan pembersihan tulang dari sisa-sisa daging dan lemak yang

menempel, setelah itu tulang ikan dipotong-potong 2 – 4 cm. Untuk analisis

komposisi kimia, tulang ikan tuna yang telah dipotong-potong kemudian

dihancurkan sampai homogen. Hasil analisis komposisi kimia tulang ikan tuna

yang sudah dibersihkan disajikan pada Tabel 8.

Page 47: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

31

Tabel 8. Hasil Analisis Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna

Parameter Kandungan (%)

Kadar Air 28,57

Kadar Abu 28,97

Kadar Protein 23,64

Kadar Lemak 15,49

Tulang ikan yang digunakan untuk pembuatan gelatin harus dalam

keadaan masih segar. Kesegaran bahan baku mempengaruhi kualitas ossein

dan gelatin yang dihasilkan. Menurut Hinterwaldner (1977) semakin segar

bahan baku maka kualitas gelatin akan semakin tinggi. Kadar air yang

dikandung oleh tulang tuna adalah 28,57%, menandakan bahwa tulang tuna

yang akan digunakan untuk pembuatan gelatin umumnya masih dalam

keadaan masih segar.

Kadar abu menunjukkan jumlah bahan anorganik yang terdapat dalam

bahan organik. Abu menunjukkan jumlah bahan anorganik yang tersisa selama

proses pembakaran tinggi (± 6000C) selama dua jam. Jumlah abu dipengaruhi

oleh jumlah ion-ion anorganik yang terdapat dalam bahan selama proses

berlangsung (Rahayuningsih, 2004). Kadar abu dalam tulang ikan tuna adalah

28,90%.

Kandungan protein yang terdapat dalam tulang ikan tuna adalah

23,64%, sehingga tulang ikan tuna dapat digunakan dalam pembuatan gelatin.

De Man (1997), menyatakan bahwa kolagen menyusun hampir sepertiga total

massa protein pada vertebrata, yang terdapat pada jaringan ikat dalam otot,

kulit, tulang, tulang rawan, gigi dan tendon.

Kadar lemak yang terkandung pada tulang ikan tuna yaitu sebesar

15,49% akan berpengaruh pada proses ekstraksi gelatin. Kadar lemak yang

terdapat pada tulang ikan tuna dapat membuat gelatin yang dihasilkan akan

berwarna coklat kehitaman. Untuk itu proses degreasing sangat penting

diperhatikan.

Page 48: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

32

Pembuatan gelatin dari tulang ikan tuna dilakukan dengan proses asam

dan akan menghasilkan gelatin tipe A. Menurut Wiyono (2001) pertimbangan

dilakukannya proses asam karena senyawa asam dapat memutuskan ikatan

hidrogen struktur koil kolagen lebih baik dalam waktu yang relatif singkat.

Menurut Utama (1997) penggunaan asam dalam proses pembuatan gelatin

mempunyai kelebihan yaitu mampu mengubah serat kolagen triple heliks

menjadi rantai tunggal dalam waktu singkat, sedangkan larutan basa hanya

mampu menghasilkan rantai ganda. Hal ini menyebabkan pada waktu yang

sama jumlah kolagen yang dihidrolisis oleh larutan asam lebih banyak

daripada larutan basa.

Proses awal dari pembuatan gelatin adalah degreasing. Degreasing

adalah proses penghilangan daging, kotoran dan lemak yang masih menempel

pada tulang. Pada penelitian ini degreasing dilakukan dengan cara merebus

tulang ikan tuna pada suhu 700C selama 25 – 30 menit. Suhu tersebut sesuai

dengan titik kelarutan lemak dan titik koagulasi albumin tulang yang berkisar

antara 32 – 800C, jika suhu yang digunakan lebih dari itu maka akan merusak

dan mengurangi banyaknya kolagen yang akan dihasilkan. Menurut

Hinterwaldner (1977) degreasing yang dilakukan selama 30 menit merupakan

waktu yang optimum untuk mengurangi jumlah lemak dalam ossein dan

menghasilkan kolagen yang berkualitas baik.

Tulang ikan tuna yang telah mengalami proses degreasing dilanjutkan

dengan proses pembersihan, pencucian dengan air mengalir dan pemotongan

tulang menjadi 2 – 4 cm. Pencucian tulang yang baik akan menghasilkan

kadar lemak yang kecil, sehingga akan mempermudah proses selanjutnya.

Menurut Nurilmala (2004) pemotongan tulang bertujuan untuk memperluas

permukaan tulang sehingga pada proses selanjutnya yaitu demineralisasi dan

ekstraksi, reaksi berlangsung lebih cepat dan sempurna.

Tulang yang telah dipotong-potong kemudian dilakukan proses

demineralisasi untuk perlakuan pertama atau perendaman dalam larutan

NaOH selama ± tiga hari terlebih dahulu untuk perlakuan kedua dan ketiga.

Menurut Nagai dan Suzuki (1999) perendaman kulit dan tulang ikan dalam

NaOH 0,1 N bertujuan untuk menghilangkan protein non-kolagen dan

Page 49: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

33

menghilangkan lemak yang masih terkandung dalam tulang. Konsentrasi

larutan larutan NaOH yang digunakan adalah 0,4% dan 0,8%. Demineralisasi

yaitu proses menghilangkan kalsium dan garam di dalam tulang, sehingga

dihasilkan tulang lunak yang disebut ossein dimana terdapat kolagen

didalamnya. Ossein adalah tulang lunak yang mengandung kolagen,

mukopolisakarida dan sejenis kecil protein lainnya (Hinterwaldner, 1977).

Proses demineralisasi dilakukan dengan merendam tulang dalam

larutan asam klorida 5% selama dua hari (sampai menjadi ossein) dan larutan

asam klorida diganti setiap harinya. Penggantian asam klorida ini

dimaksudkan untuk mempercepat proses demineralisasi dan mengurangi

kadar lemak yang terlarut dalam larutan gelatin. Menurut Utama (1997) jenis

asam yang digunakan berpengaruh terhadap jumlah gelatin yang dihasilkan

dan sifat-sifatnya. Asam klorida merupakan jenis asam yang paling tepat

digunakan dalam proses ekstraksi, walaupun rendemen yang diperoleh lebih

rendah dibanding dengan asam sulfat, tetapi harga asam klorida lebih murah,

residu abunya lebih rendah (karena bobot molekulnya lebih rendah) dan asam

klorida bersifat kurang korosif jika dibandingkan asam sulfat.

Pada tahap demineralisasi, tulang diselimuti larutan asam klorida

sehingga terjadi reaksi antara kalsium fosfat pada tulang dengan asam klorida

menghasilkan garam kalsium yang larut sehingga tulang menjadi lunak.

Menurut Hinterwaldner (1977), kalsium dalam tulang terutama dalam kalsium

fosfat dalam larutan HCl terurai menjadi Ca2+ dan asam fosfat, reaksinya

adalah sebagai berikut:

Ca3(PO4)2 + 6HCl 3CaCl2 + 2H3PO4

Tulang yang telah menjadi ossein selanjutnya dicuci dengan air

mengalir yang bertujuan untuk menetralkan pH (6,5-7) dan mencegah

terjadinya hidrolisis lanjutan. Proses pencucian tersebut sangat mempengaruhi

mutu gelatin dari nilai derajat keasaman dan seberapa besar sisa-sisa lemak

yang masih menempel sesudah proses demineralisasi.

Tahap selanjutnya adalah konversi kolagen menjadi gelatin, dalam

tahap ini ossein diekstraksi menggunakan akuades, perbandingan antara ossein

dan akuades adalah 1:2, dengan menggunakan suhu 60-650C selama enam

Page 50: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

34

jam. Suhu 60-800C merupakan suhu perubahan kolagen menjadi gelatin.

Waktu ekstraksi enam jam merupakan waktu yang optimum karena jika

dilanjutkan ossein akan hancur dan larut bersama akuades.

Pada proses ekstraksi dilakukan pengambilan minyak yang berwarna

coklat dan berbau tengik. Minyak warna coklat dan berbau tengik merupakan

hasil dari auto oksidasi lemak dan reaksi maillard. Menurut De Man (1997)

reaksi maillard adalah reaksi pencoklatan non-enzim pada protein yang

menyebabkan penguraian beberapa asam amino tertentu, reaksi maillard ini

terjadi setelah bahan baku dipanaskan saat degreasing. Pengambilan minyak

tersebut perlu dilakukan karena sangat berpengaruh terhadap kualitas gelatin

yang dihasilkan.

Proses ekstraksi ditandai dengan mengembangnya ossein pada proses

perebusan. Tahap selanjutnya adalah penyaringan dengan saringan berukuran

200 – 250 mesh. Larutan gelatin yang telah disaring kemudian dilakukan

proses ion exchange dengan memakai resin kation dan resin anion. Resin yang

dipakai pada penelitian ini adalah purolite. Proses ion exchange diharapkan

dapat mengikat ion Cl- dan Na+ sehingga gelatin yang dihasilkan lebih murni.

Larutan gelatin yang sudah di ion exchange selanjutnya dikeringkan

dalam oven pada suhu 40 – 500C selama dua hari. Penggunaan suhu ini

disesuaikan dengan suhu matahari pada siang hari yaitu berkisar antara 40 –

550C. Gelatin yang sudah kering dan berbentuk lembaran dihancurkan dengan

menggunakan blender hingga menjadi serbuk. Gelatin tulang ikan tuna yang

dihasilkan pada perlakuan pertama, kedua dan ketiga dibandingkan

berdasarkan rendemen, kekuatan gel, viskositas, dan derajat keasaman. Hasil

perbandingan tersebut untuk menentukan perlakuan ekstraksi yang terbaik

untuk mendapatkan gelatin dari tulang ikan tuna. Gelatin tulang tuna yang

dihasilkan pada penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 7.

Page 51: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

35

Gambar 7. Gelatin Tulang Tuna dan Gelatin Komersial

1. Rendemen Gelatin

Rendemen merupakan salah satu parameter yang penting dalam

menilai efektif tidaknya proses produksi gelatin. Efisien dan efektifnya

proses ekstraksi bahan baku untuk pembuatan gelatin dapat dilihat dari nilai

rendemen yang dihasilkan. Semakin besar rendemen yang dihasilkan maka

semakin efisien perlakuan yang diberikan. Rendemen dihitung berdasarkan

perbandingan antara gelatin serbuk yang dihasilkan dengan bobot tulang

ikan tuna sebagai bahan baku. Hasil rendemen gelatin tulang ikan tuna yang

dibuat dalam bentuk grafik dapat dilihat pada Gambar 8.

Rendemen

8.37 8.05

5.76

0123456789

Tanpa PerendamanNaOH

Perendaman NaOH0,4%

Perendaman NaOH0,8%

Perlakuan

Ren

dem

en (%

)

Gambar 8. Grafik Rendemen Gelatin Tulang Ikan Tuna

Page 52: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

36

Dari hasil penelitian diperoleh nilai rendemen gelatin berkisar antara

5,76% sampai 8,37%. Nilai rendemen terbesar diperoleh pada perlakuan

pertama yaitu tanpa perendaman NaOH terlebih dahulu sebelum

perendaman asam yaitu sebesar 8,37%, sedangkan nilai rendemen terkecil

dihasilkan pada perlakuan ketiga yaitu dengan perendaman NaOH 0,8%

sebelum perendaman asam yaitu sebesar 5,76%. Dari hasil penelitian

terlihat kecenderungan semakin kecil konsentrasi larutan NaOH yang

digunakan maka nilai rendemen yang dihasilkan semakin tinggi. Hal ini

diduga karena proses pencucian setelah tulang mengalami perendaman

NaOH tidak sempurna, sehingga masih ada larutan NaOH yang terikat pada

tulang dan tulang mengalami hidrolisis awal pada saat perendaman larutan

NaOH. Larutan NaOH yang terikat pada tulang ini kemudian akan

mengalami reaksi dengan HCl pada waktu perendaman asam. Reaksi antara

NaOH dengan HCl mengakibatkan reaksi hidrolisis kolagen berjalan kurang

sempurna.

Semakin tingginya konsentrasi larutan NaOH yang digunakan

cenderung mengakibatkan NaOH yang terikat dengan tulang semakin

banyak dan akan mempengaruhi hidrolisis tulang menjadi ossein yang

mengandung kolagen. Banyaknya NaOH yang terikat pada tulang

mempengaruhi proses demineralisasi karena kondisi asam yang diperlukan

tidak tercapai. Menurut Utama (1997) kondisi asam yang digunakan akan

cenderung mengakibatkan menurunnya kandungan protein awal, sehingga

hanya sedikit protein yang dapat dipecah menjadi asam amino. Selain itu

penambahan asam klorida juga dapat merusak asam amino tertentu.

Nilai rendemen yang dihasilkan juga dapat disebabkan oleh proses

penirisan air pada waktu pencucian kurang sempurna yang mengakibatkan

kandungan air pada tulang menjadi tinggi sehingga pada saat penimbangan

bobot yang terhitung bukan bobot murni tulang. Kandungan air yang tinggi

pada tulang setelah proses pencucian dapat mempengaruhi proses

perendaman asam, karena sifat dari air dapat mengencerkan konsentrasi

larutan asam yang digunakan sehingga proses perendaman asam menjadi

kurang efektif.

Page 53: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

37

Protein akan rusak terdenaturasi tidak hanya oleh panas, tetapi juga

oleh pengaruh pH, yaitu terjadi perubahan struktur utama rantai peptida

pada protein. Jika protein terdenaturasi susunan ikatan rantai polipeptida

terganggu dan molekul protein terbuka menjadi struktur acak dan

selanjutnya terkoagulasi, sehingga jumlah kolagen yang terekstraksi lebih

rendah. Konversi kolagen menjadi gelatin dipengaruhi oleh pH, jenis bahan

pelarut, suhu, dan pengkonsentrasian. Peningkatan lama pemasakan

(ekstraksi) atau pemanasan dalam air akan meningkatkan kelarutan kolagen

sehingga rendemen gelatin akan meningkat (Lehninger, 1997).

Ward dan Courts (1977) menyatakan bahwa semakin tinggi

konsentrasi asam dan lama perendaman akan menyebabkan semakin

banyaknya pemecahan ikatan hidrogen dan ikatan hidrofobik yang

merupakan ikatan penstabil pada triple heliks menjadi komponen α, β, γ

sehingga lebih mudah dan lebih banyak yang terkonversi menjadi gelatin.

Namun apabila proses perendaman terlalu lama akan mengakibatkan

terjadinya kelarutan kolagen sehingga rendemen menurun. Hasil rendemen

gelatin tulang ikan tuna dengan perbedaan perlakuan dapat dilihat pada

Tabel 9.

Tabel 9. Pengaruh Perlakuan Terhadap Nilai Rendemen Gelatin Tulang Ikan Tuna

Perlakuan Rendemen (%) ± Standar Deviasi

HCl 5% (1) 8,37 ± 0,34 a

NaOH 0,4%; HCl 5% (2) 8,05 ± 0,46 a

NaOH 0,8%; HCl 5% (3) 5,75 ± 0,25 b

Keterangan: Data yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa setiap

perlakuan berbeda nyata (P<0,05) atau Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti bahwa

perlakuan tanpa perendaman NaOH, dengan perendaman NaOH 0,4% dan

0,8% berpengaruh terhadap rendemen gelatin yang dihasilkan.

Dari uji lanjut metode Duncan dapat diketahui bahwa pada

perlakuan tanpa perendaman NaOH dengan perendaman NaOH 0,4%

mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan jika dibandingkan

Page 54: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

38

dengan perendaman NaOH 0,8% hasilnya berbeda nyata. Dari persentase

rendemen yang dihasilkan berarti perlakuan tanpa perendaman NaOH dan

dengan perendaman NaOH adalah dua perlakuan terbaik yang terlalu tidak

berbeda.

Rendemen yang cukup tinggi pada perlakuan tanpa perendaman

NaOH tersebut diakibatkan oleh proses hidrolisis kolagen menjadi gelatin

pada perlakuan tersebut berlangsung cukup baik. Perlakuan ini merupakan

yang terbaik dilihat dari rendemen yang dihasilkan.

2. Derajat Keasaman (pH) Gelatin

Pengukuran nilai pH larutan gelatin penting dilakukan, karena nilai

pH larutan gelatin mempengaruhi sifat-sifat gelatin lainnya seperti

viskositas dan kekuatan gel. Gelatin dengan pH netral akan bersifat stabil

dan penggunaannya akan menjadi lebih luas (Astawan, 2002).

Nilai pH gelatin berhubungan dengan proses yang digunakan untuk

membuatnya. Proses asam cenderung menghasilkan pH rendah, sedangkan

proses basa akan memiliki kecenderungan menghasilkan pH yang tinggi.

Gelatin dengan nilai pH netral cenderung lebih disukai, sehingga proses

penetralan memiliki peran penting untuk menetralkan sisa-sisa asam

maupun sisa-sisa basa setelah dilakukan perendaman (liming)

(Hinterwaldner, 1977). Nilai rataan pH gelatin dengan perlakuan berbeda

yang diperoleh pada penelitian ini disajikan pada Gambar 9.

pH

4.155.03

5.54

0

1

2

3

4

5

6

Tanpa PerendamanNaOH

Perendaman NaOH0,4%

Perendaman NaOH0,8%

Perlakuan

pH

Gambar 9. Grafik nilai pH Gelatin Tulang Ikan Tuna

Page 55: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

39

Berdasarkan hasil pengukuran pH gelatin didapatkan bahwa pH

gelatin berkisar antara 4,15 sampai dengan 5,54. Nilai ini masih memenuhi

standar gelatin tipe A disyaratkan Tourtellote (1980) yaitu berkisar antara

3,8 – 6,0. Nilai pH yang paling mendekati kondisi netral (pH 7) dimiliki

oleh perlakuan tulang dengan perendaman NaOH 0,8% sebelum

perendaman asam yaitu sebesar 5,54 dan nilai pH yang paling menjauhi

kondisi netral dimiliki oleh perlakuan tanpa perendaman NaOH yaitu

sebesar 4,15.

Dari grafik dapat diketahui bahwa semakin besar konsentrasi NaOH

yang digunakan untuk perendaman awal sebelum perendaman HCl maka

nilai pH yang dihasilkan akan mendekati pH netral. Hal ini diduga karena

pada perendaman NaOH, sisa-sisa pencucian NaOH masih ada yang

tertinggal di dalam tulang dan akan bereaksi dengan HCl pada proses

perendaman asam sehingga nilai pH gelatin yang dihasilkan lebih tinggi

daripada nilai pH gelatin tanpa perendaman NaOH. Konsentrasi asam yang

semakin tinggi akan berpengaruh terhadap pH gelatin karena semakin tinggi

konsentrasi HCl maka akan semakin banyak kandungan asam yang

terperangkap dalam tulang sehingga pH semakin rendah. Nilai pH gelatin

juga disebabkan oleh HCl yang digunakan ketika proses demineralisasi

diduga masih terbawa ketika dilakukan proses ekstraksi, sehingga

mempengaruhi tingkat keasaman gelatin yang dihasilkan.

Nilai pH ini sangat bergantung pada proses pencucian setelah proses

demineralisasi. Proses pencucian yang baik akan menyebabkan kandungan

asam yang terperangkap di dalam ossein semakin sedikit, sehingga nilai pH

akan semakin mendekati pH netral (Hinterwaldner, 1977). Hasil

pengukuran nilai pH gelatin tulang ikan tuna dengan perbedaan perlakuan

dapat dilihat pada Tabel 10.

Page 56: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

40

Tabel 10. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai pH Gelatin Tulang Ikan Tuna

Perlakuan pH ± Standar Deviasi

HCl 5% (1) 4,16 ± 0,20 a

NaOH 0,4%; HCl 5% (2) 5,03 ± 0,08 b

NaOH 0,8%; HCl 5% (3) 5,54 ± 0,27 c

Keterangan: Data yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa setiap

perlakuan adalah berbeda nyata (P<0,05) atau Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti

bahwa perlakuan tanpa perendaman NaOH, dengan perendaman NaOH

0,4% dan 0,8% sebelum perendaman dengan HCl berpengaruh terhadap pH

gelatin yang dihasilkan. Dari uji lanjut metode Duncan dapat diketahui

bahwa perlakuan tanpa perendaman NaOH, perlakuan perendaman NaOH

0,4% dan perendaman NaOH 0,8% mempunyai hasil yang berbeda nyata,

sehingga masing-masing perlakuan ini akan menghasilkan nilai pH yang

berbeda.

Dari nilai pH yang dihasilkan, perlakuan dengan perendaman NaOH

0,8% merupakan perlakuan terbaik untuk menghasilkan gelatin dari tulang

ikan tuna karena paling mendekati kondisi pH netral.Nilai pH pada gelatin

tulang ikan tuna masih tergolong asam, hal ini disebabkan selain pembuatan

menggunakan asam kuat (HCl) juga disebabkan oleh kurang optimalnya

proses pencucian ossein, sehingga HCl yang digunakan ketika proses

demineralisasi diduga masih terbawa ketika dilakukan proses ekstraksi.

Nilai pH dari perlakuan terbaik yaitu dengan perlakuan perendaman

NaOH 0,8% yaitu sebesar 5,54 telah memenuhi standar gelatin tipe A yaitu

3,80 – 6,00 (GMIA, 2007). Gelatin yang dihasilkan pada perlakuan dengan

perendaman NaOH 0,8% dapat digunakan untuk pangan dan farmasi karena

memenuhi standar gelatin pangan dan farmasi yang dikeluarkan oleh

Norland (2003) yaitu sebesar 5,5 – 7,0.

Page 57: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

41

3. Viskositas Gelatin

Viskositas merupakan salah satu sifat fisik gelatin yang cukup

penting. Viskositas adalah daya aliran molekul dalam suatu larutan.

Pengujian viskositas dilakukan untuk mengetahui tingkat kekentalan gelatin

sebagai larutan pada konsentrasi dan suhu tertentu. Viskositas gelatin

biasanya diukur pada suhu 600C dengan konsentrasi 6,67% (b/b) (Leiner,

2006).

Viskositas larutan gelatin terutama tergantung pada tingkat

hidrodinamik antara molekul-molekul gelatin itu sendiri. Disamping itu

juga, viskositas tergantung pada temperatur (di atas 400C viskositas

menurun secara eksponensial dengan naiknya suhu), pH (viskositas

terendah pada titik isoelektrik) dan konsentrasi dari larutan gelatin (Ward

dan Courts, 1977).

Nilai rataan viskositas gelatin yang diperoleh pada penelitian ini

berkisar antara 3,23 cP sampai dengan 5,57 cP. Hasil dari pengukuran

viskositas gelatin tulang ikan tuna dengan perbedaan perlakuan dapat dilihat

pada Gambar 10.

Viskositas

3.23

5.57 5.33

0

1

2

3

4

5

6

Tanpa PerendamanNaOH

Perendaman NaOH0,4%

Perendaman NaOH0,8%

Perlakuan

Vis

kosi

tas

(cP

)

Gambar 10. Grafik Viskositas Gelatin Tulang Ikan Tuna

Page 58: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

42

Nilai viskositas yang dihasilkan berkisar antara 3,23 cP – 5,57 cP

telah memenuhi persyaratan yang dikemukakan Tourtellote (1980) yaitu 2,0

cP – 7,5 cP. Nilai viskositas tertinggi terdapat pada perlakuan kedua yaitu

perlakuan dengan perendaman NaOH 0,4% selama tiga hari dan dilanjutkan

dengan perendaman HCl 5% selama dua hari dengan nilai sebesar 5,57 cP.

Nilai viskositas terendah terdapat pada perlakuan pertama yaitu perlakuan

tanpa perendaman NaOH terlebih dahulu dengan nilai sebesar 3,23 cP.

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa perendaman tulang dengan

larutan NaOH akan mengakibatkan nilai viskositas larutan gelatin yang

dihasilkan semakin tinggi sampai konsentrasi larutan NaOH tertentu,

kemudian akan turun kembali nilai viskositas gelatin tersebut. Hal ini

diduga karena dengan perendaman tulang dalam larutan NaOH terlebih

dahulu sebelum perendaman tulang dalam larutan asam akan menyebabkan

pemotongan rantai-rantai asam amino semakin sedikit sehingga dihasilkan

rantai yang lebih panjang yang berakibat tingginya nilai viskositas.

Viskositas berhubungan dengan bobot molekul rata-rata gelatin dan

distribusi molekul, sedangkan bobot molekul gelatin berhubungan langsung

dengan panjang rantai asam aminonya. Berarti semakin panjang rantai asam

amino maka nilai viskositas akan semakin tinggi. Konsentrasi larutan asam

yang berbeda berpengaruh terhadap bobot molekul yang dihasilkan (Ward

dan Courts, 1977). Gudmunsson dan Hafsteinsson (1997) menyatakan

bahwa adanya perbedaan viskositas gelatin, bisa jadi merupakan hasil dari

adanya perbedaan rata-rata bobot molekul dan distribusi molekulernya.

Bobot molekul yang lebih tinggi akan meningkatkan viskositas.

Menurut Glicksman (1969), residu mineral yang tertinggal dalam

gelatin dapat mempengaruhi karakteristik gelatin tersebut. Aldehyde yang

mempertahankan ikatan silang (cross-ling) dalam molekul gelatin akan

membentuk polyaldehyde dengan residu mineral tersebut, sehingga

menurunkan kelarutan dalam air dan meningkatkan viskositasnya.

Viskositas juga dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain konsenterasi,

suhu, tingkat dispersi dan teknik perlakuan. Viskositas larutan gelatin akan

meningkat dengan peningkatan konsenterasi gelatin dan penurunan suhu.

Page 59: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

43

Hasil pengukuran viskositas gelatin tulang ikan tuna dengan perbedaan

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 11.

Tabel 11. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai Viskositas Gelatin Tulang Ikan

Tuna

Perlakuan Viskositas (cP) ± Standar Deviasi

Tanpa Perendaman NaOH 3,23 ± 0,25 a

Perendaman NaOH 0,4% 5,56 ± 0,40 b

Perendaman NaOH 0,8% 5,33 ± 0,28 b

Keterangan: Data yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa perbedaan

setiap perlakuan adalah berbeda nyata (P<0,05) atau Fhitung > Ftabel. Hal ini

berarti bahwa perlakuan tanpa perendaman NaOH, dengan perendaman

NaOH 0,4% dan 0,8% sebelum perendaman dengan HCl berpengaruh

terhadap viskositas gelatin yang dihasilkan.

Dari uji lanjut metode Duncan dapat diketahui bahwa pada

perlakuan perendaman NaOH 0,4% dengan perendaman NaOH 0,8%

mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan jika dibandingkan

dengan perlakuan tanpa perendaman NaOH hasilnya berbeda nyata. Dari

tingginya nilai viskositas yang dihasilkan berarti perlakuan dengan

perendaman NaOH 0,4% dan 0,8% merupakan dua perlakuan terbaik untuk

menghasilkan gelatin dari tulang ikan tuna dan kedua perlakuan ini tidak

terlalu berbeda.

Viskositas dari perlakuan terbaik yaitu dengan perlakuan

perendaman NaOH 0,4% dan 0,8% yaitu sebesar 5,57 cP dan 5,33 cP telah

memenuhi standar gelatin tipe A yaitu 1,50 cP – 7,50 cP (GMIA, 2007).

Nilai viskositas yang tinggi diperlukan untuk pembentukan gel pada larutan

gelatin.

Page 60: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

44

4. Kekuatan Gel Gelatin

Gelatin merupakan hidrokoloid yang terkait fungsinya untuk

meningkatkan kekentalan dan membentuk gel dalam berbagai produk

pangan. Gelatin sangat efektif dalam membentuk gel. Satu bagian gelatin

dapat mengikat 99 bagian air untuk membentuk gel. Efektifitas gelatin

sebagai pembentuk gel berasal dari susunan asam aminonya yang unik

(Fardiaz, 1989).

Kekuatan gel sangat penting dalam penentuan perlakuan yang

terbaik dalam proses ekstraksi gelatin, karena salah satu sifat penting gelatin

adalah mampu mengubah cairan menjadi padatan atau mengubah bentuk sol

menjadi gel yang bersifat reversible. Kemampuan inilah yang menyebabkan

gelatin sangat luas penggunaannya, baik dalam bidang pangan, farmasi,

maupun bidang-bidang lainnya.

Kekuatan gel adalah salah satu dari tekstur suatu bahan dan

merupakan gaya untuk menghasilkan deformasi tertentu. Kekuatan gel

gelatin didefinisikan sebagai besarnya kekuatan yang diperlukan oleh probe

untuk menekan gel sedalam empat mm sampai gel pecah. Satuan untuk

menunjukkan kekuatan suatu gel yang dihasilkan dari suatu konsentrasi

tertentu disebut bloom (Lachman, 1994). Hasil pengukuran kekuatan gel

gelatin pada perlakuan yang berbeda dapat dilihat pada Gambar 11.

Kekuatan Gel

104.6

151.8140.5

020406080

100120140160

Tanpa PerendamanNaOH

Perendaman NaOH0,4%

Perendaman NaOH0,8%

Perlakuan

Kek

uata

n G

el (g

r bl

oom

)

Gambar 11. Grafik Kekuatan Gel Gelatin Tulang Ikan Tuna

Page 61: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

45

Kekuatan gel yang dihasilkan pada penelitian pembuatan gelatin

dari tulang ikan tuna berkisar antara 104,6 gr bloom sampai 151,8 gr bloom.

Nilai ini masih memenuhi nilai yang disyaratkan Tourtellote (1980) yaitu

berkisar antara 75 – 300 gr bloom. Kekuatan gel tertinggi dimiliki oleh

perlakuan tulang dengan perendaman NaOH 0,4% sebelum perendaman

asam yaitu sebesar 151,8 gr bloom dan nilai kekuatan gel terendah dimiliki

oleh perlakuan tanpa perendaman NaOH yaitu sebesar 104,6 gr bloom.

Dari grafik di atas dapat terlihat bahwa perendaman tulang dengan

larutan NaOH mengakibatkan nilai kekuatan gel gelatin yang dihasilkan

semakin tinggi sampai konsentrasi larutan NaOH tertentu, kemudian akan

turun kembali nilai kekuatan gel gelatin tersebut. Hal ini diduga karena

dengan perendaman tulang dalam larutan NaOH terlebih dahulu sebelum

perendaman tulang dalam larutan asam akan menyebabkan pemotongan

rantai-rantai asam amino semakin sedikit dan dapat mencegah terjadinya

hidrolisis lanjutan pada kolagen yang sudah terkonversi menjadi gelatin

sehingga dihasilkan rantai asam amino yang lebih panjang yang berakibat

tingginya nilai kekuatan gel.

Menurut Ward dan Courts (1977) kekuatan gel tergantung dari

panjang rantai asam aminonya. Jika kondisi kolagennya telah terhidrolisa

secara sempurna, maka kekuatan gel dapat meningkat. Hal ini terjadi karena

kolagen yang telah terhidrolisa dapat menghasilkan rantai polipeptida yang

panjang. Gel gelatin dapat stabil dengan adanya tekanan dari luar ikatan

kovalen yaitu ikatan hidrogen, karena ikatan kovalen mempercepat gel

mencair.

Menurut Glicksman (1969) kekuatan gel dipengaruhi oleh asam,

alkali dan panas yang akan merusak struktur gelatin sehingga gel tidak

terbentuk. Pembentukan dan kekuatan gel yang dihasilkan tergantung pada

kandungan rantai α dan distribusi bobot molekul. Penurunan kekuatan gel

seiring dengan peningkatan bobot molekul gelatin. Gelatin dengan molekul

yang lebih besar mempunyai rantai yang dihubungkan dengan ikatan

kovalen. Ikatan kovalen antar rantai mengurangi jumlah ikatan hidrogen

(ikatan non-kovalen) sehingga jaringan ikat antar molekul lemah. Hasil

Page 62: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

46

pengukuran kekuatan gel gelatin tulang ikan tuna dengan perbedaan

perlakuan dapat dilihat pada Tabel 12.

Tabel 12. Pengaruh Perendaman Terhadap Nilai Kekuatan Gel Gelatin Tulang

Ikan Tuna

Perlakuan Kekuatan Gel (gr bloom) ± Standar Deviasi

HCl 5% (1) 104,63 ± 5,38 a

NaOH 0,4%; HCl 5% (2) 151,53 ± 3,44 b

NaOH 0,8%; HCl 5% (3) 140,53 ± 8,44 b

Keterangan: Data yang diikuti huruf berbeda pada kolom yang sama menunjukkan

perbedaan nyata (P<0,05)

Berdasarkan analisis sidik ragam dapat diketahui bahwa setiap

perlakuan adalah berbeda nyata (P<0,05) atau Fhitung > Ftabel. Hal ini berarti

bahwa perlakuan tanpa perendaman NaOH, dengan perendaman NaOH

0,4% dan 0,8% sebelum perendaman dengan HCl berpengaruh terhadap

kekuatan gel gelatin yang dihasilkan.

Dari uji lanjut metode Duncan dapat diketahui bahwa pada

perlakuan perendaman NaOH 0,4% dengan perendaman NaOH 0,8%

mempunyai hasil yang tidak berbeda nyata, sedangkan jika dibandingkan

dengan perlakuan tanpa perendaman NaOH hasilnya berbeda nyata. Dari

tingginya nilai kekuatan gel yang dihasilkan berarti perlakuan dengan

perendaman NaOH 0,4% dan 0,8% merupakan dua perlakuan terbaik untuk

menghasilkan gelatin dari tulang ikan tuna dan kedua perlakuan tersebut

tidak terlalu berbeda.

Kekuatan gel yang cukup tinggi pada perlakuan dengan perendaman

NaOH 0,4% dan 0,8% ini diakibatkan oleh proses hidrolisis kolagen

menjadi gelatin pada perlakuan tersebut berlangsung cukup baik. Perlakuan

ini merupakan yang terbaik dilihat dari kekuatan gel yang dihasilkan.

Kekuatan gel dari perlakuan terbaik yaitu dengan perlakuan perendaman

NaOH 0,4% dan 0,8% yaitu sebesar 151,8 gr bloom dan 140,5 gr bloom

telah memenuhi standar gelatin tipe A (GMIA, 2007) yaitu 50,0 gr bloom –

300,0 gr bloom.

Page 63: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

47

Jika ditinjau dari nilai kekuatan gel gelatin yaitu sebesar 151,8 gr

bloom, gelatin hasil penelitian ini memenuhi standar pangan yang

dikeluarkan oleh Norland product yaitu 100 – 220 gr bloom, selain itu

gelatin terbaik hasil penelitian ini dapat diaplikasikan pada produk pangan

berbahan dasar daging karena mempunyai kekuatan gel lebih dari 150 gr

bloom (Weishardt, 2005).

Berdasarkan hasil penelitian terlihat adanya kecenderungan

hubungan antara nilai pH, viskositas dan kekuatan gel. Apabila nilai pH

tinggi maka viskositas dan kekuatan gel pun tinggi. Hal ini diduga karena

pH tinggi tidak menyebabkan hidrolisis lanjutan dan kerusakan pada gelatin

sehingga viskositas dan kekuatan gel tinggi juga.

Berdasarkan kriteria gelatin yang telah disyaratkan pada standar

gelatin komersial, maka diambil perlakuan terbaik yaitu perendaman dalam

NaOH 0,4% dan dilanjutkan dengan perendaman HCl 5%, karena perlakuan

tersebut menghasilkan kekuatan gel,viskositas dan pH yang tinggi.

Pada penelitian selanjutnya dilakukan pengujian lebih lanjut pada

gelatin yang diperoleh dari perlakuan terbaik yaitu perendaman dalam

NaOH 0,4% dan dilanjutkan dengan perendaman HCl 5% yang selanjutnya

dibandingkan dengan gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium.

C. Penelitian Tahap II

Berdasarkan hasil penelitian tahap pertama, dimana hasil dari

perlakuan terbaik untuk memperoleh gelatin dari tulang ikan tuna adalah

perlakuan dengan perendaman NaOH 0,4% dan dilanjutkan dengan

perendaman HCl 5%. Gelatin yang dihasilkan dari perlakuan ini kemudian

diuji lebih lanjut yang meliputi: analisis komposisi kimia gelatin, kekuatan

gel, viskositas, nilai pH, titik gel, titik leleh, titik isoelektrik protein, derajat

putih, logam berat, analisis komposisi asam amino dan pengujian mikrobilogi

yang dibandingkan dengan gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium.

Hasil pengukuran terhadap sifat fisika kimia, uji logam berat dan uji

mikrobiologi gelatin tulang ikan tuna, gelatin komersial dan gelatin standar

laboratorium disajikan pada Tabel 13.

Page 64: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

48

Tabel 13. Hasil Pengukuran Mutu Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin Komersial

dan Gelatin Standar Laboratorium.

Parameter Gelatin Tulang

Ikan Tuna

Gelatin

Komersial

Gelatin Standar

Laboratorium*)

pH

Viskositas (cP)

Kekuatan Gel (gr bloom)

Titik Gel (0C)

Titik Leleh (0C)

Titik Isoelektrik Protein

Derajat Putih (%)

Kadar Air (%)

Kadar Abu (%)

Kadar Protein (%)

Kadar Lemak (%)

Pb

Hg

Total Plate Count (TPC)

E.coli

Salmonella

5,01

5,57

151,80

9,00

25,30

7,67

33,70

6,08

1,02

88,53

1,02

0,55

Ttd

4,5 x 104

Negatif

Negatif

5,90

5,90

178,90

16,20

29,70

7,00

38,20

11,66

1,66

85,99

0,23

Ttd

Ttd

5,7 x 103

Negatif

Negatif

5,00

7,00

-

1,20

16,30

8,00

35,89

11,45

0,52

87,26

0,25

Ttd

Ttd

4 x 103

Negatif

Negatif

*) Fahrul (2004).

1. Analisa Komposisi Kimia Gelatin

Gelatin merupakan suatu bahan tambahan makanan, berupa protein

murni, yang diperoleh dari penguraian kolagen dengan menggunakan panas.

Berdasarkan hasil analisis komposisi kimia gelatin tulang ikan tuna dan

gelatin komersial dapat dilihat bahwa protein merupakan kandungan yang

tertinggi di dalam gelatin. Hasil analisis komposisi kimia pada penelitian ini

dapat dilihat pada Tabel 14.

Page 65: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

49

Tabel 14. Hasil Analisis Komposisi Kimia Gelatin

Parameter Gelatin Tulang

Ikan Tuna

Gelatin

Komersial

Gelatin Standar

Laboratorium*)

Kadar Air (%) 6,08 11,66 11,45

Kadar Abu (%) 1,02 1,66 0,52

Kadar Protein (%) 88,53 85,99 87,26

Kadar Lemak (%) 1,02 0,23 0,25

*) Fahrul (2004).

Hasil pengukuran komposisi kimia akan dibahas lebih lanjut sebagai

berikut:

a. Kadar Air

Kadar air adalah kandungan air bahan yang dapat dinyatakan

berdasarkan bobot basah dan bobot kering. Kadar air merupakan

parameter penting dari suatu produk pangan, karena kandungan air dalam

makanan ikut menentukan acceptability, kesegaran, penampakan, tekstur,

citarasa, dan mutu bahan pangan serta daya tahan bahan (Winarno, 2002).

Air merupakan kandungan penting dalam suatu bahan pangan. Air

dapat berupa komponen intrasel atau ekstrasel dari suatu produk. Peranan

air dalam bahan pangan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi

aktivitas metabolisme seperti aktivitas enzim, aktivitas mikroba, dan

aktivitas kimiawi, yaitu terjadinya ketengikan dan reaksi-reaksi non-

enzimatis, sehingga menimbulkan perubahan sifat-sifat organoleptik dan

nilai gizinya (De Man, 1997).

Berdasarkan hasil pengukuran kadar air dapat diketahui bahwa

kadar air gelatin tulang ikan tuna adalah 6,08%, kandungan air tersebut

lebih rendah jika dibandingkan dengan gelatin komersial yang sebesar

11,66% dan juga lebih rendah dari gelatin standar laboratorium yang

kadar airnya sebesar 11,45%. Rendahnya kadar air gelatin tulang ikan

tuna diduga karena pengaruh pengeringan yang terlalu lama dan tidak

merata serta alat pengering yang masih menggunakan oven. Pengeringan

gelatin komersial biasanya menggunakan freeze dryer, sehingga pada

proses pengeringan gelatin tulang ikan tuna banyak air yang menguap.

Page 66: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

50

Kadar air gelatin tulang ikan tuna yang dihasilkan masih

memenuhi standar SNI (1995) yaitu maksimum 16% dan Norland

Product (2003) yaitu maksimum 14%. Kadar air yang rendah akan

mempengaruhi mutu gelatin terutama pada ketengikan gelatin dan warna

yang kurang cerah.

b. Kadar Abu

Nilai kadar abu suatu bahan pangan menunjukkan besarnya

jumlah mineral yang terkandung dalam bahan pangan tersebut

(Apriyantono, 1989). Abu adalah zat anorganik yang tidak ikut terbakar

dalam proses pembakaran zat organik. Zat tersebut adalah kalsium,

kalium, natrium, besi, magnesium dan mangan (Desrosier, 1988).

Hasil penelitian kadar abu gelatin tulang ikan tuna adalah 1,02%,

kandungan abu tersebut lebih rendah jika dibandingkan dengan gelatin

komersial yang bernilai 1,66% dan lebih rendah jika dibandingkan kadar

abu gelatin standar laboratorium yang sebesar 0,52%. Tingginya

kandungan mineral yang dimiliki gelatin komersial dibandingkan gelatin

tulang ikan tuna dan gelatin standar laboratorium disebabkan karena

gelatin komersial bahan bakunya dari tulang sapi, dimana kandungan

mineral pada tulang sapi lebih besar daripada tulang ikan. Tingginya

kadar abu pada gelatin tulang ikan tuna bila dibandingkan dengan gelatin

standar laboratorium diduga akibat kurang maksimalnya proses

demineralisasi, sehingga masih banyak mineral yang belum

terdemineralisasi dan juga dapat dikarenakan serbuk ossein masih banyak

yang terbawa pada saat penyaringan. Menurut Ward dan Courts (1977)

kadar abu dalam gelatin diindikasikan merupakan kalsium. Tingginya

kalsium mengakibatkan warna gelatin dalam larutan menjadi keruh.

Kadar abu gelatin tulang ikan tuna yang dihasilkan telah

memenuhi syarat SNI (1995) yaitu maksimum 3,25% dan Norland

Product (2003) yaitu maksimum 2,0%. Rendahnya kandungan kadar abu

di dalam gelatin tulang ikan tuna maka gelatin tersebut dapat

diaplikasikan kedalam produk pangan.

Page 67: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

51

c. Kadar Protein

Protein merupakan kandungan yang tertinggi di dalam gelatin.

Gelatin sebagai salah satu jenis protein konversi yang dihasilkan melalui

proses hidrolisis kolagen, pada dasarnya memiliki kadar protein yang

tinggi. Gelatin merupakan suatu bahan makanan tambahan, berupa

protein murni, yang diperoleh dari penguraian kolagen dengan

menggunakan panas (Raharja, 2004).

Kadar protein gelatin tulang ikan tuna hasil penelitian ini adalah

88,53%, kadar tersebut lebih tinggi dari gelatin komersial yang berjumlah

85,99% dan gelatin standar dengan 87,26%. Tingginya kadar protein

pada gelatin tulang ikan tuna, namun tidak jauh berbeda, diduga

diakibatkan oleh bahan baku yang berasal dari tulang ikan, yang

diketahui bahwa akan memiliki kandungan protein yang tinggi. Protein

yang terdapat di dalam tulang ikan merupakan protein bentuk serat.

Kadar protein pada gelatin dipengaruhi oleh baik tidaknya

kualitas ossein yang dihasilkan pada proses demineralisasi. Kesegaran

bahan baku juga mempengaruhi kualitas ossein yang dihasilkan, sehingga

kadar protein gelatin dipengaruhi oleh kesegaran bahan baku tulang ikan

tuna.

d. Kadar Lemak

Kadar lamak berpengaruh terhadap perubahan mutu produk

pangan selama penyimpanan. Kerusakan lemak yang utama diakibatkan

oleh proses oksidasi sehingga timbaul bau busuk dan rasa tengik, yang

disebut proses ketengikan. Gelatin yang bermutu tinggi diharapkan

memiliki kandungan lemak yang rendah bahkan diharapkan tidak

mengandung lemak. Kadar lemak yang tidak melebihi batas 5%

merupakan salah satu persyaratan mutu penting gelatin. Rendahnya kadar

lemak ini memungkinkan tepung gelatin dapat disimpan dalam waktu

relatif lama tanpa menimbulkan bau dan rasa tengik (De Man, 1997).

Page 68: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

52

Kadar lemak gelatin tulang ikan tuna adalah 1,02%. Nilai ini lebih

tinggi jika dibandingkan dengan gelatin komersial yang berjumlah 0,23%

dan gelatin standar laboratorium yang kadar lemaknya sebesar 0,25%.

Kadar lemak gelatin tulang ikan tuna yang cukup tinggi ini kurang

memungkinkan untuk menyimpan gelatin dalam waktu relatif lama tanpa

menimbulkan perubahan mutu yang berarti.

Tingginya kadar lemak tersebut diduga diakibatkan oleh lemak

yang terdapat di dalam bahan baku tulang ikan masih terbawa ketika

proses pembuatan gelatin. Selain itu kandungan lemak yang tinggi juga

disebabkan kurang optimalnya proses pencucian dan pengambilan lemak

saat proses ekstraksi berlangsung

Pengurangan kadar lemak dalam gelatin dapat dilakukan dengan

beberapa cara, diantaranya dengan penyimpanan cairan hasil ekstraksi ke

dalam suhu 100C, sehingga larutan lemak menggumpal dan berada diatas,

kemudian dilakukan pembuangan lemak dengan cara memotong bagian

atas yang mengandung lemak.

Kadar lemak pada gelatin sangat bergantung pada perlakuan

selama proses pembuatan gelatin, baik pada tahap pembersihan tulang

maupun proses degreasing hingga pada tahap penyaringan filtrat hasil

ekstraksi, dimana setiap perlakuan yang baik akan mengurangi

kandungan lemak yang ada dalam bahan baku sehingga produk yang

dihasilkan memiliki kadar lemak yang rendah.

2. Analisis Sifat Fisikokimia Gelatin

Sifat fungsional gelatin merupakan sifat fisikokimia yang sangat

mempengaruhi perilaku gelatin dalam sistem makanan selama proses

penyimpanan, penyiapan, dan pengkonsumsian (De Man, 1997). Hasil

analisis sifat fisikokimia gelatin tulang ikan tuna, gelatin komersial dan

gelatin standar laboratorium dapat dilihat pada Tabel 15.

Page 69: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

53

Tabel 15. Hasil Analisis Sifat Fisikokimia Gelatin

Parameter Gelatin Tulang

Ikan Tuna

Gelatin

Komersial

Gelatin Standar

Laboratorium*)

Kekuatan Gel (gr bloom) 151,8 178,90 -

Viskositas (cP) 5,57 5,90 7,00

pH 5,01 5,90 5,00

Titik Gel (0C) 9,00 16,20 1,20

Titik Leleh (0C) 25,30 29,70 16,30

Titik Isoelektrik Protein 7,67 7,00 8,00

Derajat Putih (%) 33,7 38,2 35,89

*) Fahrul (2004).

Hasil analisis sifat fisikokimia gelatin dibahas lebih lanjut di bawah ini:

a. Kekuatan Gel

Kekuatan gel adalah kekuatan untuk membentuk gel yang disebut

sebagai kekuatan gel, karena kekuatan gel menunjukkan kemampuan

gelatin dalam pembentukan gel. Oleh karena itu kekuatan gel merupakan

salah satu sifat fisik yang penting pada gelatin (Glicksman, 1969).

Menurut Ward dan Courts (1977) pembentukan gel terjadi karena

pengembangan molekul gelatin pada waktu pemanasan. Panas akan

membuka ikatan-ikatan pada molekul gelatin dan cairan yang semula

bebas mengalir menjadi larutan kental. Larutan tersebut akan membentuk

gel secara sempurna jika disimpan pada suhu dingin (100C) selama 17 ±

2 jam.

Hasil pengukuran kekuatan gel dapat diketahui bahwa kekuatan

gel gelatin tulang ikan tuna adalah 151,8 gr bloom, nilai tersebut lebih

rendah dari gelatin komersial yang bernilai 178,90 gr bloom. Pada gelatin

standar laboratorium tidak membentuk gel setelah disimpan pada suhu

100C selama 17 jam sehingga tidak diperoleh nilai kekuatan gel dari

gelatin tersebut. Gelatin standar laboratorium tidak membentuk gel

kemungkinan dikarenakan berdasarkan keterangan dari produk tersebut

bahwa fungsi dari gelatin ini bukan sebagai bahan pembentuk gel (gelling

Page 70: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

54

agent) tetapi hanya sebagai bahan pemblok (blocking agent) saja

sehingga kekuatan gel tidak begitu penting untuk produk di atas. Menurut

Glicksman (1969) kekuatan gel dipengaruhi oleh asam, alkali dan panas

yang akan merusak struktur gelatin sehingga gel tidak terbentuk. Menurut

Geltech (2000) kekuatan gelatin sangat dipengaruhi oleh konsentrasi

gelatin, pH, suhu, dan waktu inkubasi.

Lebih rendahnya kekuatan gel gelatin tulang ikan tuna dari gelatin

komersial dikarenakan bahan baku yang berbeda dimana gelatin

komersial berasal dari tulang sapi. Nilai kekuatan gel gelatin tulang ikan

tuna yaitu sebesar 151,8 gr bloom, gelatin hasil penelitian ini memenuhi

gelatin standar pangan dan farmasi yang dikeluarkan oleh Norland

Product yaitu 140 – 240 gr bloom dan standar gelatin yang dikeluarkan

oleh British Standard (1975) yaitu 50 – 300 gr bloom.

b. Viskositas Gelatin

Viskositas merupakan sifat fisik gelatin yang penting setelah

kekuatan gel, karena viskositas mempengaruhi sifat fisik gelatin yang

lainnya seperti titik leleh, titik jendal dan stabilitas emulsi. Viskositas

gelatin berpengaruh terhadap sifat gel terutama titik pembentukan gel dan

titik leleh. Dimana viskositas gelatin yang tinggi menghasilkan laju

pelelehan dan pembentukan gel yang lebih tinggi dibandingkan gelatin

yang viskositasnya rendah, dan untuk stabilitas emulsi gelatin diperlukan

viskositas yang tinggi (Leiner, 2006).

Dari hasil pengukuran dapat diketahui bahwa viskositas gelatin

tulang ikan tuna adalah 5,57 cP. Nilai tersebut lebih rendah dari gelatin

komersial yang bernilai 5,90 cP dan viskositas gelatin standar

laboratorium yang nilainya 7,00 cP . Hal ini diakibatkan oleh penguraian

kolagen menjadi gelatin belum optimal bila dibandingkan pada proses

pembuatan gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium sehingga

rantai amino yang terbentuk tidak cukup panjang dan viskositasnya

menjadi rendah (Lehninger, 1997).

Nilai viskositas gelatin tulang ikan tuna adalah 5,57 cP, nilai

viskositas tersebut memenuhi gelatin standar pangan (Norland Product,

Page 71: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

55

2003) yaitu lebih besar dari 2,5 cP dan standar mutu gelatin (British

Standard, 1975) yaitu 1,5 – 7 cP. Nilai viskositas gelatin tulang ikan tuna

yang lebih rendah dari gelatin komersial (sapi) tidak sesuai, karena

menurut Leuenberger (1991) bahwa pada dasarnya gelatin ikan dapat

dibedakan dari gelatin sapi dan babi berdasarkan sifat fisiknya yaitu

viskositas larutan yang tinggi, titik leleh yang rendah dan suhu

pembentukan gel (titik gel) yang rendah.

c. Titik Gel dan Titik Leleh Gelatin

Titik gel adalah suhu dimana larutan gelatin dalam konsentrasi

tertentu mulai membentuk gel. Titik leleh gelatin adalah suhu ketika

gelatin yang membentuk gel mencair ketika dipanaskan perlahan-lahan

(Baker, 1994).

Dari hasil pengukuran titik gel dan titik leleh gelatin dapat

diketahui bahwa titik gel dan titik leleh gelatin tulang ikan tuna adalah

9,000C dan 25,300C, suhu tersebut lebih rendah dari titik gel dan titik

leleh gelatin komersial yaitu 16,200C dan 29,700C, tetapi lebih tinggi dari

titik gel dan titik leleh gelatin standar sebesar 1,200C dan 16,300C. Hasil

pengukuran tersebut juga menunjukkan bahwa suhu titik gel berbanding

lurus dengan suhu titik leleh, dimana jika titik gelnya rendah maka titik

lelehnya juga rendah, demikian pula sebaliknya.

Rendahnya titik gel dan titik leleh gelatin tulang ikan tuna dan

gelatin standar laboratorium disebabkan karena gelatin komersial bahan

bakunya berasal dari tulang sapi, dimana gelatin yang diperoleh dari sapi

dan babi memiliki titik jendal dan titik leleh yang lebih tinggi

dibandingkan gelatin dari ikan (Poppe, 1992). Gelatin dari tulang sapi

atau babi mempunyai keunggulan dibandingkan dari hewan lainnya.

Rendahnya titik gel dan titik leleh gelatin tulang ikan tuna dan gelatin

standar diakibatkan oleh rendahnya kandungan asam amino glisin dan

hidroksiprolin di dalam gelatin, yang mengakibatkan hilangnya ikatan

hidrogen dari gelatin terhadap air dalam larutan (Utama, 1997).

Page 72: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

56

Titik gel gelatin tulang ikan tuna yang sebesar 9,000C sesuai

menurut Food Chemical Codex (1996) yang menyatakan bahwa gelatin

yang diekstrak dari ikan memiliki titik gel pada kisaran 5 – 100C.

Berbeda dengan gelatin standar yang juga bahan bakunya ikan, titik

gelnya jauh dibawah kisaran titik jendal gelatin ikan secara umum.

Makanya pada pengukuran kekuatan gel gelatin standar tidak membentuk

gel karena suhu inkubasinya hanya berkisar ±100C. Titik leleh gelatin

tulang ikan tuna yang sebesar 25,300C, masih termasuk dalam kisaran

standar suhu titik leleh gelatin secara umum. Sebagaimana menurut Food

Chemical Codex (1996) bahwa produk gelatin adalah produk yang pada

suhu < 350C sudah mengalami pelelehan dan dapat mencair dalam mulut.

d. Titik Isoelektrik Gelatin

Titik Isoelektrik protein (pI) adalah pH dimana protein memiliki

jumlah muatan ion positif dan negatif yang sama (Lehninger, 1997). Pada

titik isoelektriknya, kelarutan protein rendah sehingga terjadi

penggumpalan atau pengendapan protein. Dengan demikian titik

isoelektrik gelatin penting diketahui karena akan berpengaruh pada

penggunaannya dalam berbagai produk terutama kaitannya dengan

tingkat kelarutan gelatin. Menurut Baker (1994) pada bahan pangan, titik

isoelektrik sangat penting karena pada titik ini beberapa bahan bersifat

maksimum dan minimum, sebagai contoh kelarutan protein selalu

minimum pada titik isoelektriknya.

Berdasarkan hasil penelitian dapat diketahui bahwa titik

isoelektrik gelatin tulang ikan tuna adalah 7,67. Nilai tersebut lebih tinggi

dari pada gelatin komersial yang bernilai 7,00 dan lebih rendah dari

gelatin standar yang bernilai 8,00. Titik isoelektrik yang lebih tinggi dari

pada titik isoelektrik gelatin komersial karena proses pembuatannya

menggunakan metode asam, sedangkan gelatin komersial yang berasal

dari tulang sapi biasanya menggunakan metode basa. Menurut Poppe

(1992) titik isoelektrik protein dapat bervariasi tergantung jumlah gugus

karboksil amida pada gelatin. Apabila titik isoelektrik protein tinggi

(9,4), maka tidak ada modifikasi terhadap gugus amida dan apabila titik

Page 73: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

57

isoelektriknya rendah (4,8) maka 90 – 95% protein dari gelatin

merupakan gugus karboksil. Titik isoelektrik gelatin berkisar antara 4,8 –

9,4, dimana gelatin yang dihasilkan dengan proses asam mempunyai titik

isoelektrik yang lebih tinggi dibanding gelatin yang dihasilkan dari

proses basa.

Seperti sifat protein lainnya, gelatin bersifat amfoter, sehinga

gelatin dapat digunakan pada kondisi asam maupun basa. Pada larutan

asam, gelatin akan berperan sebagai alkali atau bermuatan positif,

sedangkan dalam larutan basa gelatin akan berperan sebagai asam atau

bermuatan negatif (Lehninger, 1997). Kemampuan gelatin yang dapat

bereaksi sebagai asam maupun basa ini, maka gelatin disebut sebagai

protein ampoterik (Budavari, 1996). Oleh karena itu pada titik

isoelektriknya protein memiliki tingkat kelarutan yang rendah, maka

hendaknya dalam melarutkan gelatin tulang ikan tuna dilakukan di atas

atau di bawah pH 7,67.

Titik isoelektrik gelatin juga erat kaitannya dengan viskositas

gelatin itu sendiri, dimana viskositas gelatin terendah diperoleh pada pH

titik isoelektriknya (Poppe,1992). Oleh karena itu untuk mendapatkan

viskositas larutan gelatin yang tinggi, maka larutan yang digunakan untuk

melarutkan gelatin tersebut hendaknya lebih besar atau lebih rendah dari

pH isoelektriknya.

e. Derajat Putih

Derajat putih merupakan gambaran secara umum dari warna

gelatin, dimana umumnya derajat putih gelatin diharapkan mendekati

derajat putih blanko sebesar 85,4%. Gelatin yang bermutu tinggi biasanya

tidak berwarna (bening) sehingga aplikasinya lebih luas. Menurut

Budavari (1996) salah satu sifat fisik gelatin adalah tidak berwarna atau

agak berwarna kuning dan transparan.

Dari hasil pengukuran ini derajat putih dapat diketahui bahwa

derajat putih gelatin tulang ikan tuna adalah 33,7%, nilai ini lebih rendah

dari nilai derajat putih gelatin komersial yang bernilai 38,2% dan gelatin

standar yang bernilai 35,89%. Rendahnya nilai derajat putih pada gelatin

Page 74: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

58

tulang ikan tuna disebabkan oleh kualitas bahan baku yang mengalami

proses pemanasan pada saat degreasing sehingga terjadi proses

pencoklatan non-enzim atau reaksi maillard yang menyebabkan

terjadinya pigmen coklat atau melanoidin. Poppe (1992) menyatakan

bahwa derajat putih gelatin dipengaruhi oleh bahan baku, metode

pembuatan dan ekstraksi.

Teknik pengeringan gelatin juga berpengaruh terhadap nilai

derajat putih. Hasil penelitian Sopian (2002) menunjukkan bahwa derajat

putih gelatin kulit ikan pari dengan perlakuan pengering oven lebih

rendah dibandingkan pada perlakuan pengering freeze dryer. Dengan

demikian dapat diduga bahwa gelatin komersial dan gelatin standar

kemungkinan besar tidak menggunakan pengering oven seperti pada

gelatin tulang ikan tuna.

3. Analisis Logam Berat Gelatin

Logam berat merupakan jenis logam seperti merkuri, krom,

cadmium, arsen, dan timbal dengan bobot molekul yang tinggi. Logam

berat terakumulasi di dalam tubuh makhluk hidup yang mengakibatkan

kadarnya lebih besar daripada kadarnya dalam lingkungan dan akan

meningkat seiring dengan meningkatnya posisi organisme pada rantai

makanan (Fahrul, 2005).

Analisis logam berat sangat penting bagi produk seperti gelatin,

antara lain untuk menentukan apakah gelatin tersebut aman digunakan atau

dikonsumsi terutama dalam produksi farmasi (obat-obatan) dan produk

pangan. Hasil analisis logam berat disajikan pada Tabel 16.

Tabel 16. Hasil Analisis Logam Berat Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin

Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium

Parameter Gelatin Tulang Ikan

Tuna

Gelatin

Komersial

Gelatin Standar

Laboratorium*)

Pb 0,55 Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi

Hg Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi Tidak Terdeteksi

*) Fahrul (2004)

Page 75: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

59

Timbal (Pb) merupakan kontaminan yang berbahaya bagi manusia

jika melebihi batas yang ditetapkan. Adanya Pb dalam gelatin dapat

diakibatkan oleh pencemaran lingkungan atau penyerapan logam dari

peralatan (De Man, 1997). Dari hasil analisis Pb, dapat diketahui bahwa

kandungan timbal pada gelatin tulang ikan tuna terdeteksi 0,55 ppm. Pada

gelatin komersial dan gelatin standar tidak terdeteksi. Kandungan timbal

pada gelatin tulang ikan tuna masih tergolong sangat kecil jika

dibandingkan dengan kriteria gelatin standar SNI. Adapun syarat yang

ditetapkan oleh SNI (1995) maksimum adalah 30 ppm.

Merkuri (Hg) dalam gelatin perlu diketahui karena dimungkinkan

adanya pencemaran merkuri dalam bahan baku sehingga terkontaminasi

pada gelatin. Menurut (De Man, 1997) senyawa merkuri yang ada didalam

sedimen sungai atau laut diubah menjadi metal merkuri yang sangat

beracun.

Berdasarkan hasil pengukuran diketahui bahwa kandungan merkuri

di dalam gelatin tulang ikan tuna, gelatin komersial dan gelatin standar

laboratorium tidak terdeteksi. Menurut De Man (1997) kandungan merkuri

yang tidak terdeteksi pada gelatin tulang ikan tuna menunjukkan bahwa

gelatin tersebut masih memenuhi syarat yang ditetapkan yaitu maksimum

0,5 ppm.

4. Komposisi Asam Amino Gelatin

Analisis asam amino ini bertujuan untuk mengetahui jenis dan

komposisi asam amino gelatin tulang ikan tuna yang dibandingkan dengan

gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium. Asam amino merupakan

struktur yang membentuk protein. Hasil pengujian komposisi asam amino

dapat dilihat pada Tabel 17.

Page 76: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

60

Tabel 17. Komposisi Asam Amino Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin Komersial

dan Gelatin Standar Laboratorium

Asam Amino Gelatin Tulang

Ikan Tuna (%)

Gelatin

Komersial (%)

Gelatin Standar

Laboratorium (%)*)

Asam Aspartat

Asam Glutamat

Serin

Glisin

Histidin

Arginin

Theorin

Alanin

Prolin

Hidroksiprolin

Tirosin

Valin

Methionin

Sistin

Isoeleusin

Leusin

Phenilalanin

Lisin

4,958

8,015

1,406

18,703

1,183

6,230

2,359

4,293

10,65

8,220

2,144

3,755

1,402

0,731

2,346

4,703

2,159

3,541

4,93

9,43

2,18

23,01

0,03

8,95

2,87

10,24

12,34

8,74

0,15

1,60

0,55

0,07

1,13

-

1,92

2,86

5,15

9,47

1,97

23,18

0,02

8,12

2,93

10,07

12,54

8,85

0,11

1,25

0,42

1,10

1,03

-

1,96

1,53

*) Fahrul (2004)

Berdasarkan hasil pengujian komposisi asam amino menunjukkan

bahwa komposisi umum asam amino gelatin tulang ikan tuna umumnya

lebih rendah dibandingkan gelatin komersial dan gelatin standar

laboratorium, namun nilainya tidak jauh berbeda. Menurut Astawan (2004)

rendahnya kandungan asam amino glisin dan hidroksiprolin pada gelatin

tulang ikan dapat mengakibatkan rendahnya titik leleh gelatin.

Perbedaan komposisi asam amino tersebut disebabkan karena bahan

baku ketiga jenis gelatin berbeda. Wards dan Courts (1977) menyatakan

bahwa gelatin mengandung 19 jenis asam amino yang dihubungkan dengan

Page 77: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

61

ikatan peptida membentuk rantai polimer yang panjang. Komposisi asam

amino dalam gelatin bervariasi tergantung pada sumber kolagen tersebut,

spesies hewan penghasil dan jenis kolagen.

Hasil pengujian komposisi asam amino menunjukkan bahwa ketiga

jenis gelatin mengandung glisin dan prolin yang cukup tinggi dibanding

asam amino lainnya, dimana asam amino tersebut merupakan asam amino

penyusun gelatin. Charley (1982) menyatakan bahwa susunan asam amino

gelatin hampir sama dengan kolagen, dimana glisin sebagai asam amino

utama dan merupakan 2/3 dari seluruh asam amino yang menyusunnya, 1/3

asam amino yang tersisa diisi prolin dan hidroksiprolin.

Pada ketiga jenis gelatin yang diuji tidak ditemukan adanya asam

amino triptopan yang merupakan asam amino esensial, dan hal inilah yang

menyebabkan gelatin dikatakan sebagai protein yang kandungan gizinya

tidak lengkap. Triptopan merupakan salah satu asam amino esensial yang

dibutuhkan oleh tubuh (Glicksman, 1969). Oleh karena itu penggunaannya

sebagai bahan baku industri pangan, gelatin tulang ikan tuna hendaknya

dikombinasikan dengan bahan pangan yang banyak mengandung triptopan,

sehingga kekurangan asam amino tersebut dapat tertutupi.

Muchtadi (1993) menyatakan bahwa data mengenai komposisi

asam-asam amino (esensial) suatu protein bahan pangan sangat berguna

untuk meningkatkan nilai gizinya, yaitu dengan cara menambahkan

(suplementasi) asam amino esensial yang efisien, atau dengan cara

mencampurkan protein tersebut dengan protein lain (komplementasi),

sehingga akan diperoleh protein campuran dengan komposisi asam amino

esensial yang baik, karena kekurangan masing-masing saling tertutupi.

5. Analisis Mikrobiologi Gelatin

Analisis mikrobiologi gelatin meliputi Total Plate Count (TPC),

E.coli dan Salmonella sp yang merupakan parameter mikrobiologi yang

kritis pada produk gelatin. Gelatin merupakan nutrien yang sangat baik

untuk berkembak biak bakteri, karenanya dalam proses pengolahannya

harus secara hati-hati untuk menghindari kontaminasi.

Page 78: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

62

Uji kuantitatif mikrobiologi penting dilakukan untuk mengetahui

mutu bahan pangan. Apabila suatu bahan tercemar oleh mikroba yang

berasal dari kotoran manusia atau hewan maka bahan tersebut positif

mengandung bakteri E.coli. Adanya E.coli dalam suatu bahan merupakan

indicator kontaminasi kotoran, sedangkan Salmonella sp merupakan bakteri

pathogen yang berbahaya. Salmonella sp dapat menyebabkan gangguan

perut, demam tifus dan paratifus (Fardiaz, 1989).Hasil analisis mikrobiologi

gelatin dapat dilihat pada Tabel 18.

Tabel 18. Hasil Analisis Mikrobiologi Gelatin Tulang Ikan Tuna, Gelatin

Komersial dan Gelatin Standar Laboratorium

Parameter Gelatin Tulang

Ikan Tuna

Gelatin

Komersial

Gelatin Standar

Lab*)

Total Plate Count 4,5 x 104 5,7 x 103 4 x 103

E.coli Negatif Negatif Negatif

Salmonella Negatif Negatif Negatif

Sumber: *) Fahrul (2004)

TPC merupakan metode pendugaan jumlah mikroba secara

keseluruhan dalam suatu bahan. Dengan demikian nilai TPC gelatin

menunjukkan gambaran jumlah koloni bakteri yang ada pada produk

tersebut.

Berdasarkan hasil analisa TPC dapat dilihat bahwa total mikroba

yang dihitung berdasarkan Standart Plate Count (SPC) dengan tiga kali

ulangan pada gelatin tulang ikan tuna adalah 4,5 x 104 unit koloni/gr.

Jumlah tersebut lebih besar jika dibandingkan dengan jumlah

mikroorganisme pada gelatin komersial yang berjumlah 5,7 x 103 unit

koloni/gr dan gelatin standar laboratorium yang berjumlah 4 x 103 unit

koloni/gr. Kandungan total mikroba pada gelatin tulang ikan tuna hasil

penelitian tidak memenuhi syarat yang ditetapkan Norland (2003) yaitu

lebih dari 1 x 104 unit koloni/gr. Tingginya jumlah koloni bakteri yang

ditemukan pada gelatin tulang ikan tuna diduga disebabkan oleh terjadinya

Page 79: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

63

kontaminasi pada produk tersebut terutama pada saat pengeringan,

penimbangan, penggilingan dan penyimpanan.

Diketahui juga bahwa kandungan E.coli dan Salmonella sp pada

gelatin tulang ikan Tuna dan gelatin komersial adalah negatif. Hal ini sesuai

dengan yang disyaratkan oleh Norland (2003) yaitu negatif. E.coli jika

terdapat di dalam makanan akan menyebabkan keracunan yang ditandai

dengan gejala-gejala sakit perut, pusing, muntah-muntah, berak-berak,

demam, dan sakit kepala. Salmonella sp dapat menyebabkan gangguan

perut, demam tifus dan para tifus (Fardiaz, 1989).

Beberapa negara mempunyai spesifikasi tertentu mengenai

kandungan mikrobiologi gelatin, tetapi biasanya hal itu tidak begitu

berbeda. Total Plate Count untuk mesophyllic yang berlaku secara umum

adalah 1000, dimana beberapa negara membatasi kehadiran Coliform,

E.coli, Salmonella, spora Clostridium, Staphylococcus, dan Pseudomonas

(Gelatin Food Science, 2002).

Page 80: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

V. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Tulang ikan tuna merupakan limbah non-ekonomis, dapat digunakan

sebagai alternatif bahan baku pembuatan gelatin sehingga diharapkan dapat

mengurangi impor gelatin. Gelatin yang dihasilkan dari tulang ikan tuna

merupakan gelatin halal yang dapat dikonsumsi oleh umat islam.

Perbedaan perlakuan sebelum perendaman asam berpengaruh nyata

terhadap rendemen, pH, viskositas, dan kekuatan gel gelatin yang dihasilkan.

Dari hasil penelitian diketahui rendemen gelatin terbesar terdapat perlakuan

tanpa perendaman NaOH yaitu 8,37%, nilai pH terbaik terdapat pada

perlakuan perendaman NaOH 0,8% sebesar 5,54, viskositas dan kekuatan gel

terbesar terdapat pada perlakuan perendaman NaOH 0,4% yaitu berturut-turut

5,57 cP dan 151,8 gr bloom. Perlakuan dengan perendaman tulang dalam

NaOH 0,4% sebelum perendaman HCl merupakan perlakuan terbaik yang

didasarkan pada persentase rendemen sebesar 8,05%, pH sebesar 5,03,

viskositas sebesar 5,57 cP dan kekuatan gel sebesar 151,8 gr bloom.

Sifat fisik dan kimia gelatin tulang ikan tuna dengan perlakuan

perendaman NaOH 0,4% yang dihasilkan pada penelitian ini adalah sebagai

berikut: kadar air 6,08%; kadar abu 1,02%; kadar protein 88,53%; kadar

lemak 1,02%, nilai pH 5,01; viskositas 5,57 cP; kekuatan gel 151,8 gr bloom;

titik gel 9,00C; titik leleh 25,300C; titik isoelektrik protein 7,67; derajat putih

33,70%; kandungan Pb 0,55 ppm; kandungan Hg tidak terdeteksi; TPC

4,5x104 unit koloni/gr; kandungan E.coli dan Salmonella negatif. Komposisi

utama asam amino gelatin tulang ikan tuna adalah sebagai berikut: glisin

18,703%; prolin 10,650%; dan hidroksiprolin 8,220%.

Sifat fisik dan kimia gelatin tulang tuna cenderung lebih rendah

dibanding gelatin komersial dan gelatin standar laboratorium. Secara umum

sifat fisik dan sifat kimia gelatin tulang ikan tuna telah memenuhi standar

mutu gelatin pangan dan farmasi.

Page 81: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

65

B. Saran

1. Untuk memperbaiki penampakan gelatin tulang tuna, maka perlu

dilakukan penelitian pembuatan gelatin tulang tuna dengan berbagai teknik

pengeringan.

2. Perlu dilakukan penelitian mengenai optimasi konsentrasi NaOH dan lama

perendaman NaOH pada pembuatan gelatin tulang tuna.

3. Perlu dilakukan penelitian mengenai pembuatan gelatin dari tulang ikan

tuna dalam skala pilot plan dan industri.

Page 82: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

DAFTAR PUSTAKA Apriyantono, A., Fardiaz, D., Puspitasari, N.L., Yasni, S., Budiyanto, S. 1989.

Analisis Pangan. IPB Press. Bogor. Association of Official Agricultural Chemist (AOAC). 1995. Official Methods of

Analysis of The Association of Official Analytical Chemist. Inc. Washington, DC.

Astawan, M., Hariyadi, P., Mulyani, A. 2002. Analisis Sifat Reologi Gelatin dari

Kulit Ikan Cucut. Jurnal Teknologi dan Industri Pangan. Badan Pusat Statistik. 2005. Buletin Statistik Perdagangan Luar Negri Impor.

Jakarta. Baker, R.C., Hahn, P.W., Robbins, K.R. 1994. Fundamentals of New Food

Product Development. Elsevier ScienceB. V., New York. British Standard 757. 1975. Sampling and Testing of Gelatin. Di Dalam Imeson.

1992. Thikcening and Gelling Agents for Food. Academic Press, New York.

Budavari, S. 1996. Merck Index 12th ed. Whitehouse Station. NJ, Merck. Bykov, V. P. 1983. Marine Fishes Chemical Compotition and Processing

Properties. American Pub. Co. PVF. Ltd, New Delhi. Charley, H. 1982. Encyclopedia of Food Science and Technology. Vol. 2. John

Wiley and Sons, New York. Hal. 1183-8. Choi, S.S., Regenstein, J.M. 2000. Physicochemical and Sensory Characteristic of

Fish Gelatin. J. Food Sci. 65 (2): 194 – 199. Christianto, A. M. 2001. Kajian Proses Produksi Gelatin Tipe B Berbahan Baku

Kulit Sapi (Hide) Hasil Samping Industri Penyamakan Kulit. Skripsi Fakultas Teknologi Pertanian. IPB. Bogor.

De Man, J.M. 1997. Kimia Makanan. Penerjemahkan Padmawinata, K. ITB Press,

Bandung. Desrosier, N.W. 1988. Teknologi Pengawetan Pangan. Penerjemah Muchji M. UI

Press, Jakarta. Direktorat Jendral Perikanan Tangkap. 1983. Buku Petunjuk Teknis Pengalengan

Ikan Seri I Ikan Tuna. Jakarta : Direktorat Jenderal Perikanan. Eastoe, JE. dan Leach AA. 1977. Chemical Constitution of Gelatin. In: Ward AG,

Courts A, editors. The Science and Technology of Gelatin. Academic Press, New York.

Page 83: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

67

Fahrul. 2004. Kajian Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna (Thunnus alalunga) dan Karakteristiknya Sebagai Bahan Baku Industri Farmasi. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Fardiaz, S. 1989. Mikrobiologi Pangan. PAU. Institut Pertanian Bogor, Bogor. Food and Nutrion Board, National Academy of Science. 1996. Food Chemicals

Codex 4th ed. National Academy Press, Washington DC.. Gelatin Food Science. 2007. http://www.gelatin.co.za/gltn1.html. Gelatin Manufactures Association of Asia Pacipic (GMAP). 2007. How is

Gelatin Made. http://www.gmap-gelatin.com/howmade.html. Gelatin Manufactures Institute of America (GMIA). 2007. Raw Materials and

Production. Gelatin Manufactures Institute of America. http://www.gelatin-gmia.com/html/rawmaterials.html.

Geltech. 2007. What is Gelatin. http://www.Geltech.com/whatisgelatin.html. Glicksman, M. 1969. Gum Technology in Food Industry. Academic Press, New

York. Gomez, G. M. C dan Montero. P. 2001. Extraction of gelatin from megrim

(Lepidorhombus boscii) skins with several organic acids. J. Food Sci. 66 (2): 213-216.

Grossman, S., dan Bergman, M. 1991. Process for The Production of Gelatin from

Fish Skins. European Paten Aplication 0436266 A1. Gudmunsson, M., dan Hafsteinsson H. 1997. Gelatin from Cod Skin as Affected

by Chemical Treatmens. J. Food Sci. 62 (1): 37-39, 47. Hadiwiyoto, S. 1983. Hasil-hasil Olahan Susu, Ikan, Daging dan Telur. Liberty,

Yogyakarta. Hermanianto, J., B. Satiwiharja, dan A. Apriyantono. 2000. Teknologi dan

Manajemen Pangan Halal. Jurusan Teknologi Pangan dan Gizi. IPB. Bogor.

Hinterwalder, R. 1977. Raw Material. Di dalam Ward, A. G. Dan A. Courts. The

Science and Technology of Gelatin. Academic Press, New York. Imeson, A. 1992. Thickening and Gelling Agents for Food. Academic Press, New

York. Lachman, L., Lieberman HA, Kanig JL. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri

Edisi III. Penerjemah Siti Suyatmi. Penerbit UI Press, Jakarta. Lagler, K.F., Bardach, J.E., Miller, R.R., Passino, D.R.M. 1977. Ichthyology 2nd

ed. John Wiley and Sons. New York : 59-60.

Page 84: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

68

Lehninger, A.L. 1990. Dasar-Dasar Biokimia. Jilid I. Thenawijaya M, penerjemah. Erlangga, Jakarta. Terjemahan dari: Fundamental of Biochemistry.

Leiner, P.B. 2006. The Physical and Chemical Properties of Gelatin.

http:///www.pbgelatin.com. Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan dan Kosmetika-Majelis Ulama

Indonesia (LPPOM-MUI). 2001. Gelatin Halal dan Gelatin Haram. Jurnal Halal LPPOM MUI No. 36 hal 26-27.

Leuenberger, B.H. 1991. Investigation of The Viscocity and Gelatin Properties of

Different Mammalian and Fish Gelatin. Food Hydrocolloids 5:353-361. Meyer, L. H. 1982. Food Chemistry. AVI Publishing Co. Inc. Westport,

Connenticut. Montero, P dan Borderias J. 1991. Emulsifyng Capacity of Collagenous Material

from Muscle and Skin of Hake (Merluccius merluccius) and Trout (Salmo irideus Gibb): Effect of pH and NaCl Concentration. Food Chem.

Muchtadi, D. 1993. Teknik Evaluasi Nilai Gizi Protein. Program Studi Ilmu

Pangan. IPB, Bogor. Nagai, T., Suzuki, N. 1999. Isolation of Collagen from Fish Waste Material- Skin,

Bone and Fins. Elsevier Food Chemistry Vol 68 : 277-281. Norland, R.E. 1990. Fish Gelatin. Di dalam Voight, M.N., Botta, J.K (ed.).

Advances in Fisheries Technology and Biotechnology for Increased Profitability. Lancaster, Pa.: Technomic Pub. Co.

Norland Product. 2003. Fish Gelatin. http://www.norlandprod.com/techrpts.html. Nurilmala. 2004. Kajian Potensi Limbah Tulang Ikan Keras (Teleostei) Sebagai

Sumber Gelatin Dan Analisis Karakteristiknya. Tesis. Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Parker, A.L. 1982. Principles of Biochemistry. Worth Publisher Inc., Sparkas

Maryland. Pelu, H., Harwanti, S., Chasanah, E. 1998. Ekstraksi Gelatin dari Kulit Ikan Tuna

Melalui Proses Asam. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia. No. 4 (2): 66–74. BPTP. Jakarta.

Peranginangin, R. 2006. Menghasilkan Rupiah Melalui Gelatin. Di dalam

www.Bisnis.com.html. Poppe, J. 1992. Gelatin. Di dalam A. Imeson (ed). Thickening and Gelling Agent

for Food. Academic Press, New York. Purwadi, T. 1999. Pengkajian Mutu dan Tekno-Ekonomi Perekat dari Tulang

Ikan. Tesis . Sekolah Pascasarjana. IPB. Bogor.

Page 85: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

69

Raharja, K. 2004. Manfaat Gelatin Tulang Pari (1). Kedaulatan Rakyat, Yogyakarta.

Smith, C.R. 1992. Journal of American Society 43. 1350 (21). Di dalam Y. H.

Hui. Encyclopedia of Food Science and Technology Vol 2. John Wiley and sons, Inc., Canada.

Standar Nasional Indonesia (SNI) 06.3735. 1995. Mutu dan Cara Uji Gelatin.

Dewan Standarnisasi Nasional. Jakarta. Subardja, D., Rahardjo, R., Affandi, R., dan Brojo, M. 1989. Sistematika Ikan.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi. PAU Ilmu Hayat. Bogor.

Sudarmadji, S. 1995. Prosedur Analisa Bahan Makanan Pertanian. Liberty,

Yogyakarta. Surono., Djazuli, N., Budiyanto, D., Widarto., Ratnawati., Aji, U.S., Suyuni,

A.M., Sugiran. 1994. Penerapan Paket Teknologi Pengolahan Gelatin dari Ikan Cucut. Laporan BBMHP. Jakarta.

Tourtellote, P. 1980. Gelatin. Di dalam Mc. Graw Hill. Encyclopedia of Science

and Technology. Mc. Graw Hill Book Co., New York. Utama, H. 1997. Gelatin Bikin Heboh. Jurnal Halal LPPOM-MUI No. 18: 10–12. Suzuki, T. 1981. Fish and Krill Protein Processing Technology. Applied Science

Publisher, Ltd, London Viro, F. 1992. Encyclopedia of Science and Technology. Mc Graw Hill, New

York. Ward, A.G., Courts, A. 1977. The Science and Technology of Gelatin. Academic

Press, New York. Weishardt International. 2005. Principle Food Use. Perancis. Wijaya, I Made. 1998. The Effect of Protein Concentration and pH on The Bloom

Strength of Gelatin. Gitayana. Majalah Ilmiah Teknologi Pertanian, IPB. Bogor.

Wikipedia. 2007.Thunnus albacares. http://.wikipedia.org/wiki/Thunnusalbacares. Winarno, F.G. 2002. Kimia Pangan dan Gizi. P.T. Gramedia Pustaka Umum,

Jakarta. Wiyono, V.S. 2001. Gelatin Halal Gelatin Haram. Jurnal Halal LPPOM-MUI No.

36: 26 – 37. Wong, D.W.S. 1989. Mechanism and Theory in Food Chemistry. An AVI Book,

Van Nostrand Reinhold, New York.

Page 86: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

LAMPIRAN

Page 87: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

71

Lampiran 1. Prosedur Analisa

1. Rendemen (AOAC, 1995)

Rendemen yang diperoleh dari perbandingan bobot kering gelatin yang

dihasilkan dengan bobot kering kulit yang diekstrak.

Bobot kering gelatin

Rendemen = x 100% Bobot kering kulit

2. Kekuatan Gel (British Standard 757, 1975)

Larutan gelatin dengan konsentrasi 6,67% disiapkan dengan akuades (7

gram gelatin ditambah akuades 105 ml). Larutan diaduk menggunakan

magnetic stirrer sampai homogen kemudian dipanaskan sampai suhu 600 C

selama 15 menit. Tuang larutan dalam Standart Bloom jars (botol dengan

diameter 58-60 mm, tinggi 85 mm) tutup dan diamkan selam 2 menit .

Inkubasikan pada suhu 100 C selam 17 ± 2 jam. Selanjutnya diukur

menggunakan alat TA-XT plus texture analyzer pada kecepatan probe 0,5 mm/s

dengan kedalaman 4 mm. Kekuatan gel dinyatakan dalam satuan gram bloom.

3. Viskositas (British Standard 757, 1975)

Larutan gelatin dengan konsentrasi 6.67% (b/b) disiapkan dengan

akuades, kemudian diukur viskositasnya dengan menggunakan alat brookfield

syncro-lectric viscometer. Pengukuran dilakukan pada suhu 600C dengan laju

geser 60 rpm menggunakan spindel 1. Hasil pengukuran dikalikan dengan

faktor konversi, dimana untuk spindel 1 faktor konversinya adalah 1. Nilai

viskositas dinyatakan dalam satuan centipoise (cP).

4. Derajat Keasaman (pH) (British Standard 757, 1975)

Larutan gelatin dengan konsentrasi 6.67% (b/b) disiapkan dengan

akuades. Larutan sampel dipanaskan pada suhu 700C dan dihomogenkan

dengan magnetic stirrer, kemudian diukur derajat keasamannya pada suhu

kamar dengan pH meter.

Page 88: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

72

5. Kadar Air (AOAC, 1995)

Cawan porselen dikeringkan pada suhu 1050C selama 1 jam, kemudian

didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan ditimbang. Contoh yang akan

ditentukan kadar airnya ditimbang sebanyak 2 gram. Cawan yang telah berisi

contoh dimasukkan dalam oven bersuhu 1050C sampai bobotnya konstan.

Kadar air dihitung berdasarkan persamaan berikut:

B – A

Kadar air = x 100% bobot contoh

Keterangan: A = Bobot cawan + contoh kering (g)

B = Bobot cawan + contoh basah (g)

6. Kadar Abu (AOAC, 1995)

Contoh yang telah diuapkan airnya dimasukkan ke dalam tanur bersuhu

6000C. Sebelumnya bobot cawan kering dan bobot contoh telah diketahui.

Proses penguapan dilakukan sampai semua bahan berubah warna menjadi abu-

abu, kemudian ditimbang. Kadar abu dihitung dengan rumus:

bobot abu

Kadar abu = x 100% bobot contoh

7. Kadar Protein (Metode Semi Mikro Kjeldahl) (AOAC, 1995)

Sejumlah 0.02-0.05 gram dimasukkan dalam labu Kjeldahl 100 ml

kemudian ditambah 2-3 gram katalis (1.2 gram Na2SO4 dan 1 gram CuSO4) dan

2-3 ml H2SO4 pekat, lalu dilakukan destruksi hingga larutan menjadi jernih.

Setelah itu didinginkan kemudian sampel didestilasi dan ditambah 35 ml

akuades dan 10 ml NaOH 50%. Hasil destilasi ditampung dalam erlenmeyer

berisi 5 ml H3BO3 dan indikator metil merah dan metil biru kemudian dititrasi

dengan HCl 0.02N.

Kadar protein dihitung dengan rumus

Kadar nitrogen (%) = ( ) 100% x contoh mg

14.007 x HCl normalitas x blanko ml - HCl ml

Protein kasar (%) = kadar nitrogen x 5.46 (Leach dan Eastoe, 1977)

Page 89: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

73

8. Kadar Lemak (Apriyantono et al., 1989)

Sebanyak 2 gram sampel dibungkus dalam kertas saring dan

dimasukkan ke dalam labu soxhlet (labu sebelumnya dikeringkan dalam oven,

dimasukkan ke dalam desikator lalu ditimbang). Dimasukkan pelarut petroleum

eter kemudian dilakukan reflux selama 6 jam. Lalu labu yang berisi hasil reflux

dipanaskan dalam oven dengan suhu 1050C. Setelah itu didinginkan dalam

desikator dan ditimbang. Kadar lemak dihitung dengan rumus:

berat lemak

Kadar Lemak (%) = x 100% berat sampel

9. Derajat Putih (Manual Kett digital whiteness powder C-100, 2005)

Analisis warna dilakukan dengan menggunakan Kett digital whiteness

powder C-100. Sampel dalam bentuk tepung dimasukkan dalam cawan sampel,

selanjutnya cawan tersebut dimasukkan ke dalam alat. Nilai dapat langsung

dibaca pada layar dan dinyatakan dalam persentase derajat putih. Standar

derajat putih blanko adalah 85,4%.

10. Titik Isoelektrik (Wainewright, 1977)

Sebanyak 0,2 gram sampel ditambah dengan 40 ml akuades sebagai

pelarut dengan kisaran pH 4,5-10,5 (interval 0,5). Pengaturan pH dilakukan

dengan menambahkan NaOH 0,5 N untuk menaikkan pH dan HCl 0,5 N untuk

menurunkan pH. Setelah kondisi pH tercapai, dilanjutkan dengan pengadukan

selama 30 menit untuk menyempurnakan ekstraksi. Larutan yang dihasilkan

dipisahkan dengan bagian yang tidak larut dengan cara disentrifuse, kemudian

disaring dengan kertas saring whatman 41. Filtrat dianalisa kadar nitrogennya

dengan metode mikro Kjeldahl. Kadar nitrogen terlarut yang paling rendah

ditentukan sebagai daerah titik isoelektrik (pI).

11. Logam Berat

Kandungan logam berat yang ingin dianalisa adalah Hg, Pb, Zn, Cu, dan

As menggunakan Absorbsi Atom Spektrofotometer (AAS). Sebanyak 5-6 ml

HCl 6 N ditambahkan ke dalam cawan berisi abu hasil pengabuan kering,

kemudian dipanaskan di atas hot plate dengan pemanasan rendah sampai

Page 90: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

74

kering. Setelah itu ditambahkan 15 ml HCl 3 N, lalu cawan dipanaskan di atas

pemanas sampai mulai mendidih. Setelah didinginkan dan disaring, filtrat

dimasukkan ke dalam labu takar dan diencerkan dengan air sampai tanda tera.

Blanko disiapkan menggunakan pereaksi yang sama. Alat AAS diset sesuai

interuksi dalam manual alat tersebut. Larutan standar logam, blanko dan

sampel diukur. Selama penetapan sampel, dilakukan pemeriksaan apakah nilai

standar tetap konstan. Kemudian dibuat kurva standar untuk masing-masing

logam (nilai absorbsi/emisi vs konsentrasi logam dalam µg/ml).

12. Asam Amino (Muchtadi, 1992)

Sebanyak 0,2 gram sampel disiapkan dalam tabung reaksi tertutup dan

ditambahkan sebayak 5 ml HCl 6 N. Sampel dimasukkan dalam oven dengan

suhu 1000C selama 18-24 jam. Selanjutnya sampel disaring dengan kertas

saring whatman 40. Hasil hidrolisis dipipet sebanyak 10 μl dan dimasukkan ke

dalam tabung reaksi. Kemudian ditambahkan 30 μl larutan pengering, lalu

dikeringkan dengan pompa vakum bertekanan 50 torr. Sampel yang telah

dikeringkan ditambahkan larutan derivat sebanyak 30 μl dan dibiarkan selama

± 20 menit. Sampel selanjutnya diencerkan dengan 200 μl larutan pengencer

natrium asetat 1 M. Sampel siap dianalisis dengan menggunakan HPLC

Waters Associates. Kondisi HPLC pada saat dilakukan analisis:

- Temperatur kolom : 380C

- Kolom : pico tag 3,9 x 150 nm coulomb

- Kecepatan alir : sistem linier gradien

- Batas Tekanan : 3000 psi

- Program : gradien

- Fase gerak : - Asetonitril 60%

- Buffer Natrium asetat 1 M, pH 5,75

- Detektor : UV, panjang gelombang 254 nm

Konsentrasi asam amino dihitung dengan rumus: Ac Bs x BM x Fp

Konsentrasi asam amino (%) = x x 100% As Bc

Page 91: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

75

Keterangan: Ac = Luas area sampel

As = Luas area standar

Bc = Berat sampel (μg)

Bs = Berat standar (μg)

BM = Berat molekul masing-masing asam amino

Fp = Faktor pengencer (15)

13. Titik Jendal (Suryaningrum dan Utomo, 2002)

Larutan gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) disiapkan dengan

akuades, dan disiapkan dalam tabung reaksi volume 15 ml yang dihubungkan

dengan sensor thermometer digital Hanna. Sampel diturunkan suhunya secara

perlahan-lahan dengan cara menempatkan pada wadah yang telah diberi

pecahan es. Titik jendal ditentukan tepat pada saat sensor dapat mengangkat

gel dalam tabung reaksi.

14. Titik Leleh (Suryaningrum dan Utomo, 2002)

Larutan gelatin dengan konsentrasi 6,67% (b/b) disiapkan dengan

akuades. Sampel diinkubasi pada suhu 100C selama 17 ± 2 jam. Pengukuran

titik leleh dilakukan dengan cara memanaskan gel gelatin damal water batch.

Di atas gel gelatin tersebut diletakkan gotri dan ketika gotri jatuh ke dasar gel

gelatin maka suhu tersebut ditentukan sebagai titik leleh gelatin.

15. Penentuan Total Plate Count (SNI 01-2339, 1991)

Gelatin sebanyak 10 gram dimasukkan ke dalam blender jars dan

ditambahkan 90 ml NaCl 0,9%, kemudian diblender selama beberapa detik

dengan kecepatan rendah dan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi selama dua

menit. Larutan yang didapat adalah pengenceran 10-1. Selanjutnya larutan

tersebut dipipet sebanyak 1 ml dan dimasukkan ke dalam cawan petri steril,

dan 1 ml lagi ke dalam cawan petri yang lain sebagai duplo. Kemudian

disiapkan larutan sampel dengan pengenceran 10-2 dan dimasukkan ke dalam

9 ml larutan NaCl 0,9% lalu dikocok sampai homogen. Larutan 10-2 ini dipipet

dan dimasukkan ke dalam cawan petri dan dilakukan secara duplo.

Page 92: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

76

Selanjutnya dengan cara yang sama dilakukan inokulasi sampel sampai

pengenceran 10-8.

Ke dalam semua cawan petri yang telah berisi larutan sampel,

dituangkan media tumbuh Plate Count Agar (PCA) dengan suhu 450C

sebanyak 15 ml dan dibiarkan selama 15-20 menit sampai agarnya memadat.

Selanjutnya diinkubasi pada suhu 370C dengan posisi terbalik selama 48 jam.

Disamping itu dibuat blanko, yaitu ke dalam cawan petri steril hanya

dituangkan media tumbuh PCA 15 ml dan 1 ml larutan pepton 1%.

Perhitungan dilakukan sesuai dengan Standart Plate Count (SPC).

16. Penentuan Escherichia coli (SNI 01-2332, 1991)

Sebanyak 10 gram gelatin dimasukkan ke dalam blender jars dan

diblender selama beberapa detik dengan kecepatan rendah dan dilanjutkan

dengan kecepatan tinggi selama dua menit. Selanjutnya dengan menggunakan

pipet steril, disiapkan larutan sampel dengan pengenceran 10-1 sampai 10-3,

aduk sampai homogen. Inokulasikan pada media Lauryl Sulfate tryptose

(LST) broth masing-masing 3 tabung dengan 1 ml larutan sampel. Tabung-

tabung tersebut diinkubasi selama 48 jam pada suhu 350C. Tabung yang

membentuk gas adalah positif untuk bakteri Coliform. Selanjutnya dilakukan

tes konfirmasi bakteri E. coli.

Tabung-tabung LST positif dikocok secara perlahan-lahan, lalu

dipindahkan ke tabung-tabung EC broth menggunakan jarum inokulasi steril

berdiameter 3 mm dan dihindari terjadinya selaput. Tabung-tabung EC broth

diinkubasi pada water batch bersirkulasi dengan suhu 45,50C selama 48 jam.

Tabung-tabung yang mengandung gas adalah tabung-tabung positif. Tabung-

tabung EC positif dikocok perlahan-lahan, lalu ditumbuhkan pada media

Levine’s Eosine Methylene Blue (L-EMB) broth dengan cara goresan

menggunakan jarum inokulasi berdiameter 5 mm, dan dihindari terjadinya

selaput. Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam. Jika terjadi

pertumbuhan pada media berarti positif E. coli.

Page 93: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

77

17. Penentuan Salmonella (SNI 01-2335, 1991)

Sebanyak 10 gram gelatin dimasukkan ke dalam blender jars dan

ditambahkan 90 ml lactose broth, kemudian diblender selama beberapa detik

dengan kecepatan rendah dan dilanjutkan dengan kecepatan tinggi selama dua

menit. Sampel dipindahkan secara aseptis ke dalam botol steril yang bertutup.

Ke dalam larutan sampel ditambahkan NaOH 1 N untuk mencapai pH 7, lalu

diinkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam. Setelah inkubasi botol sampel

dikocok secara perlahan-lahan kemudian diambil 1 ml dan dipindahkan ke

dalam tabung reaksi yang berisi 10 ml media Selenite Cystine Broth (SCB).

Selanjutnya diinkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam. Selesai inkubasi,

ditumbuhkan pada tiga macam media yaitu Bismuth Sulphite Agar (BSA),

Salmonella Shiggella Agar (SSA), dan Brilliant Green Agar (BGA), dengan

cara goresan. Kemudian diinkubasikan pada suhu 350C selama 24 jam. Setelah

inkubasi, diamati adanya koloni Salmonella dengan cici-ciri sebagai berikut:

- Pada media BGA, tidak berwarna, merah muda, tidak jelas atau kabur

dengan media sekeliling berwarna merah muda sampai merah;

- Pada media SSA, tidak berwarna, merah muda yang pucat, bening,

kabur, ada titik hitam pada bagian tengah sel;

- Pada BSA, berwarna coklat, hitam kadang-kadang memberi cahaya

metalik, sekeliling media berwarna coklat pada mulanya berubah

menjadi hitam dengan semakin lamanya inkubasi, koloni berwarna

hijau dengan sedikit atau tanpa terjadinya warna gelap disekeliling

media.

Apabila pada agar-agar tersebut tidak ditemukan koloni tersangka maka

diinkubasikan kembali selama 24 jam.

Setiap koloni tersangka Salmonella dipindahkan ke agar miring Triple

Sugar Iron Agar (TSIA) dengan cara menggoreskannya, lalu diinkubasikan

pada suhu 350C selama 24 jam. TSIA yang tersangka ditumbuhi Salmonella

akan menunjukkan terbentuknya warna merah dengan atau tidak disertai

timbulnya H2S yang berwarna hitam.

Page 94: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

78

Lampiran 2. Hasil Analisa Komposisi Kimia Tulang Ikan Tuna

Parameter I II III Rerata

Kadar Air (%) 28,24 29,10 28,39 28,57

Kadar Abu (%) 29,30 28,90 28,70 28,97

Kadar Protein (%) 23,72 23,25 23,95 23,64

Kadar Lemak (%) 15,66 15,45 15,38 15,49

Lampiran 3. Hasil Pengukuran Rendemen, Viskositas, Kekuatan Gel, dan pH Gelatin dari Tulang Ikan Tuna

Perlakuan Rendemen (%)

Rerata Viscositas (cP)

Rerata

Kekuatan gel (gr bloom) Rerata

pH rerata

I II III I II III I II III I II III

1. Tanpa perendaman

NaOH 8,76 8,11 8,25 8,37 3,0 3,2 3,5 3,23 98,8 105,7 109,4 104,6 4,37 4,13 3,97 4,15

2. Perendaman NaOH 0,4%

8,21 7,53 8,41 8,05 5,2 6,0 5,5 5,57 147,6 154,8 153,0 151,8 4,97 5,01 5,12 5,03

3. Perendaman NaOH 0,8%

5,53 5,71 6,03 5,76 5 5,5 5,5 5,33 130,8 145,8 145,0 140,5 5,23 5,70 5,71 5,54

Page 95: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

79

Lampiran 4. Hasil Analisis Ragam Rendemen Gelatin

Descriptives

Rendemen

3 8.3733 .34210 8.11 8.763 8.0500 .46130 7.53 8.413 5.7567 .25325 5.53 6.039 7.3933 1.27470 5.53 8.76

123Total

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ANOVA

Rendemen

12.211 2 6.105 46.492 .000.788 6 .131

12.999 8

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Rendemen

Duncan a

3 5.75673 8.05003 8.3733

1.000 .316

Rendemen321Sig.

N 1 2Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 96: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

80

Lampiran 5. Hasil Analisis Ragam pH Gelatin

Descriptives

pH

3 4.1567 .20133 3.97 4.373 5.0333 .07767 4.97 5.123 5.5467 .27429 5.23 5.719 4.9122 .63322 3.97 5.71

123Total

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ANOVA

pH

2.964 2 1.482 36.504 .000.244 6 .041

3.208 8

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

pH

Duncan a

3 4.15673 5.03333 5.5467

1.000 1.000 1.000

pH Gelatin123Sig.

N 1 2 3Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 97: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

81

Lampiran 6. Hasil Analisis Ragam Viskositas Gelatin

Descriptives

Viskositas

3 3.2333 .25166 3.00 3.503 5.5667 .40415 5.20 6.003 5.3333 .28868 5.00 5.509 4.7111 1.14722 3.00 6.00

123Total

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ANOVA

Viskositas

9.909 2 4.954 47.946 .000.620 6 .103

10.529 8

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

Viskositas

Duncan a

3 3.23333 5.33333 5.5667

1.000 .408

Viskositas132Sig.

N 1 2Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.

Page 98: PEMBUATAN DAN ANALISIS KARAKTERISTIK GELATIN DARI … · mendapatkan teknik ekstraksi gelatin dari tulang ikan tuna dan mempelajari pengaruh ... sebelum perendaman asam (HCl) terhadap

82

Lampiran 7. Hasil Analisis Ragam Kekuatan Gel Gelatin

Descriptives

GelStrength

3 104.6333 5.37990 98.80 109.403 151.5333 3.44287 147.60 154.003 140.5333 8.43880 130.80 145.809 132.2333 21.89018 98.80 154.00

123Total

N Mean Std. Deviation Minimum Maximum

ANOVA

GelStrength

3609.420 2 1804.710 48.336 .000224.020 6 37.337

3833.440 8

Between GroupsWithin GroupsTotal

Sum ofSquares df Mean Square F Sig.

GelStrength

Duncan a

3 104.63333 140.53333 151.5333

1.000 .070

Gel Strength132Sig.

N 1 2Subset for alpha = .05

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.Uses Harmonic Mean Sample Size = 3.000.a.