PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI...
Transcript of PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI...
PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI
PUNISHMENT IBADAH DI SMA MUHAMMADIYAH
PURWODADI TAHUN AJARAN 2010/2011
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Melengkapi Syarat
Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam
Dalam Ilmu Pendidikan Agama Islam
Oleh :
BUDI SULISTIYO
063111028
FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO
SEMARANG
2011
ABSTRAK
Judul : Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui Punishment Ibadah
di SMA Muhammadiyah Purwodadi Tahun Ajaran 2010/2011
Penulis : Budi Sulistiyo
NIM : 063111028
Skripsi ini membahas tentang pelaksanaan pembinaan kedisiplinan melalui
punishment ibadah di SMA Muhammadiyah. Kajiannya dilatar belakangi perilaku
siswa SMA Muhammadiyah yang kurang berdisiplin dalam mematuhi tata tertib
sekolah. dan upaya yang dilakukan sekolah dalam membina kedisiplinan siswa.
studi ini dimaksudkan untuk menjawab permasalahan: 1. Bagaimana pembinaan
kedisiplinan siswa di SMA Muhammadiyah, 2. Bagaimana kedisiplinan siswa di
SMA Muhammadiyah
Jenis penelitian ini adalah kualitatif. Data dikumpulkan dengan
menggunakan metode observasi, wawancara dan metode dokumentasi. Data yang
terkumpul kemudian dianalisis dengan tehnik analisis deskriptif kualitatif, dan
disimpulkan dengan metode induktif serta dipaparkan dalam bentuk narasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) Pembinaan kedisiplinan siswa
yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah dengan menerapkan metode
punishment ibadah, punishment ibadah yang dimaksud adalah melaksanakan
ibadah shalat dhuha sebagai konsekuensi pelanggaran tata tertib di sekolah,
tujuannya adalah membentuk siswa agar berperilaku disiplin dan mempunyai
akhlaq yang baik. 2) Perilaku disiplin siswa setelah adanya pembinaan
kedisiplinan tersebut mulai membaik dan siswa mulai mengerti akan pentingnya
bersikap disiplin dalam kehidupan sehari-hari.
Berdasarkan hasil penelitian ini diharapkan akan menjadi bahan informasi,
masukan dan pembelajaran di SMA Muhammadiyah agar tetap menjalankan
kedisiplinan dalam segala aktifitas. Serta dalam melakukan upaya pembinaaan
tidak harus menggunakan hukuman-hukuman kekerasan. Namun hukuman juga
bisa dilakukan dengan bijak dan mempunyai manfaat bagi siswa.
HALAMAN MOTTO
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar dalam kerugian,.
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan nasehat
menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran. (QS. Al-Asr 1-3)
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skipsi ini penulis persembahkan buat bapak ibu yang tercinta,
Kepada segenap keluarga tersayang ,
Para guru yang telah mengajar dan mendidik,
Dan sahabat-sahabat yang selalu ada dikala susah maupun senang.
HALAMAN TRANSLITERASI
NO Huruf Hijaiyyah Huruf latin Bacaan
a Alif ا 1
’b Ba ب 2
’T Ta ت 3
’Ts Tsa ث 4
J Jim ج 5
’H Ha ح 6
’Kh Kho خ 7
D Dal د 8
Dz Dzal ذ 9
’R Ro ر 10
’Z Za ز 11
S Sin س 12
Sy Syin ش 13
Sh Shod ص 14
Dl Dlod ض 15
’Th Tho ط 16
’Dh Zho ظ 17
A’ A’in ع 18
Gh Ghoin غ 19
’F Fa ف 20
Q Qof ق 21
K Kaf ك 22
L Lam ل 23
M Mim م 24
N Nun ن 25
W Wau و 26
’H Ha ه 27
La Lam-Alif ال 28
a Hamzah‘ ء 29
y Ya’1 ي 30
1 Drs. M. Ashim Yahya, Tajwid al-Qur’an Mudah dan Praktis, (Jakarta: PT RajaGrafindo
Persada, t.th), hlm. 10-12.
KATA PENGANTAR
Ungkapan puji syukur Alhamdulillah kepada Allah SWT yang senantiasa
penulis panjatkan, karena hanya dengan ridlo, rahmat, nikmat dan hidayah-Nya
penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Sholawat serta salam tak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi
Muhammad SAW, karena syafaatnya penulis dapat menyelesaikan tugas akhir
perkuliahan ini
Dengan kesadaran yang sepenuhnya, penulis mengakui bahwa penulisan
ini tidak berjalan dengan baik dan membuahkan hasil yang maksimal tanpa
adanya bantuan baik berupa materiil maupun spiritual dari berbagai pihak oleh
karena itu, izinkanlah penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Bapak Dr. Sudja’i, M.Ag selaku Dekan Fakultas Tarbiyah IAIN
Walisongo Semarang
2. Bapak Drs. H. Jasuri, M.SI, selaku pembimbing I dan H. Mursid, M.Ag,
selaku pembimbing II yang dengan tulus ikhlas memberikan pengarahan
dan bimbingan kepada penulis.
3. Yang saya hormati Bapak/Ibu Dosen dan Karyawan Fakultas Tarbiyah
IAIN Walisongo Semarang, yang telah memberikan ilmu pengetahuan
selama di bangku perkuliahan, semoga apa yang telah mereka berikan
menjadi bekal penulis dikemudian hari nanti.
4. Yang saya sayangi kedua orang tuaku, Bapak Sumarto dan Ibu Siti
Sa’adah, serta Kakak saya Teguh yang telah memberikan dukungannya
baik moral maupun materi serta do’a, jasa-jasamu tak akan pernah
tergantikan dan semoga Allah SWT memberikan segala rahmat-Nya.
5. Teman-teman PAI A angkatan 2006 dan semua pihak yang telah
membantu. Terima kasih atas segala dukungan yang kalian berikan.
Harapan penulis, semoga amal baik yang telah mereka berikan dapat
menjadi amal jariyah dan sekaligus mendapatkan balasan dari Allah SWT. Amiin
Penulis juga menyadari sepenuhnya bahwa skripsi ini masih jauh dari
kesempurnaan, baik dalam penyusunan maupun bahasanya. Untuk itu penulis
mengharapkan saran dan kritik yang konstruktif dari pembaca agar nantinya
skripsi ini dapat menjadi lebih baik.
Akhirnya penulis berharap semoga skipsi ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama dalam bidang Pendidikan Agama Islam (PAI).
Semarang, 23 juni 2011
Budi Sulistiyo
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ........................................................................................ i
HALAMAN ABSTRAK .................................................................................... ii
HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................... iii
HALAMAN DEKLARASI ............................................................................... iv
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. v
HALAMAN MOTTO ........................................................................................ vi
PERSEMBAHAN .............................................................................................. vii
TRANSLITERASI.............................................................................................viii
KATA PENGANTAR ...................................................................................... ix
DAFTAR ISI .................................................................................................... x
BAB I : PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ........................................................................... 1
B. Penegasan Istilah ........................................................................ 5
C. Rumusan Masalah ...................................................................... 6
D. Tujuan Penelitian ........................................................................ 6
E. Manfaat Penelitian ....................................................................... 6
F. Kajian Pustaka ............................................................................. 7
G. Metode Penelitian ....................................................................... 8
BAB II : PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI
PUNISHMENT IBADAH
A. Pembinaan kedisiplinan ..............................................................11
B. Punishment .................................................................................18
C. Ibadah ........................................................................................27
BAB III : GAMBARAN UMUM DAN PEMBINAAN KEDISIPLINAN
SISWA MELALUI PUNISHMENT IBADAH DI SMA
MUHAMMADIYAH PURWODADI
A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Purwodadi
1. Letak Geografis ............................................................34
2. Sejarah Berdirinya .........................................................34
3. Keadaan Guru dan Siswa ..............................................36
4. Keadaan Sarana Prasarana ............................................36
B. Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui Punishment Ibadah
1. Latar Belakang Pembinaan ............................................36
2. Unsur-unsur Pembinaan .................................................37
C. Kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah ............................41
BAB IV : ANALISIS PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA
MELALUI PUNISHMENT IBADAH
A. Analisis Pembinaan Kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah
Purwodadi ............................................................................44
B. Analisis kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah
Purwodadi................................................................................ 51
BAB V : PENUTUP
A. Simpulan ..................................................................................55
B. Saran ........................................................................................55
C. Penutup ....................................................................................56
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah segala kegiatan pembelajaran yang berlangsung
sepanjang zaman dalam situasi kegiatan kehidupan. Selain itu pendidikan
merupakan sistem pembaharuan menuju pendewasaan, pencerdasan dan
pematangan diri. Dewasa dalam hal perkembangan badan, cerdas dalam hal
perkembangan jiwa, dan matang dalam hal perilaku.2 Dari waktu ke waktu
perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi semakin pesat. Arus globalisasi
semakin hebat. Salah cara yang ditempuh untuk menanggulanginya adalah
melalui mutu pendidikan.
Pemerintah telah berusaha melakukan perbaikan-perbaikan agar mutu
pendidikan meningkat. Diantaranya dengan perbaikan kurikulum, penataran
bagi guru-guru, dan penyempurnaan buku-buku pelajaran dan penambahan
alat-alat penunjang. Namun demikian mutu pendidikaan yang dicapai belum
seperti apa yang diharapkan. Perbaikan yang telah dilakukan pemerintah tidak
ada artinya jika tanpa dukungan dari guru, orang tua siswa, siswa itu sendiri
dan masyarakat yang turut serta dalam meningkatkan mutu pendidikan.3
Berbicara tentang mutu pendidikan tidak akan lepas dari kegiatan
belajar. Hasil kegiatan belajar yang diharapkan adalah prestasi belajar yang
baik. Setiap orang pasti mendambakan prestasi belajar yang tinggi, baik orang
tua, siswa dan para guru. Untuk mencapai prestasi belajar yang optimal tidak
lepas dari kondisi-kondisi dimana kemungkinan siswa dapat belajar dengan
efektif dan dapat mengembangkan daya eksplorasinya baik fisik maupun
psikhis.
Memperoleh prestasi belajar yang baik tidaklah mudah, banyak faktor
yang mempengaruhi. Faktor siswa memegang peranan penting dalam mencapai
2 Suparlan Suhartomo, Filsafat Pendidikan (Yogyakarta : Ar-ruzz 2006), hlm 79
3 Azzumardi Azra, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT . Kompas Media
Nusantara, 2002)hlm 5
1
prestasi belajar yang baik, karena siswa yang melakukan kegiatan belajar perlu
memiliki karakter belajar dan disiplin belajar.
Sekolah merupakan lembaga formal sebagai wadah untuk kegiatan
belajar mengajar. Agar proses belajar mengajar lancar, maka seluruh siswa
harus mematuhi tata tertib dengan penuh rasa disiplin yang tinggi. Disiplin
adalah kepatuhan untuk menghormati dan melaksanakan suatu sistem yang
mengharuskan orang untuk tunduk pada keputusan, perintah atau peturan yang
berlaku. Perilaku disiplin sangat diperlukan dalam pembinaan perkembangan
anak ataupun remaja untuk menuju masa depan yang lebih baik.4
Kedisiplinan sering dikaitkan dengan ketaatan dan kepatuhan
seseorang terhadap tata tertib, kaidah-kaidah serta aturan-aturan yang berlaku.
Disiplin merupakan hal yang sangat penting dalam berbagai aktifitas manusia
sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan. Disiplin merupakan kesediaan
untuk mematuhi peraturan dan larangan-larangan. Kepatuhan disini bukan
patuh karena adanya tekanan dari luar, melainkan kepatuhan didasari adanya
kesadaran tentang nilai dan pentingnya peraturan serta larangan tersebut.5
Dalam penerapan kedisiplinan tentu perlu adanya peraturan dan sanksi
(hukuman) bagi yang melanggarnya. Hukuman (Punishment) diberikan kepada
seseorang karena adanya kesalahan, perlawanan dan pelanggaran sebagai
ganjaran atau pembalasan.6 Hukuman dirancang untuk menciptakan respon
menghindar, dalam arti bahwa murid mestinya menghindari perilaku yang akan
menghasilkan hukuman dimasa mendatang. Misalnya ketika anak didik
melanggar peraturan yang ditetapkan oleh guru atau sekolah. Banyak dari para
guru maupun pihak sekolah memberikan hukuman dalam bentuk kekerasan
4 Emile Durkehim, Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga 1990), hlm 115
5 Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Bagi Anak, (Bandung: PT Indeks 2009),
hlm 93
6Syaiful Bahri Djamarah, Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif, (Jakarta: PT.
Rineka Cipta 2010), hlm 197
dan pembinaan tingkah laku, namun cara tersebut justru berdampak negatif
bagi perkembangan peserta didik.7
Hukuman sesungguhnya tidak mutlak digunakan, dan hukuman bukan
pula tindakan yang dibenarkan dalam menangani peserta didik yang melakukan
pelanggaran, tetapi nasehatlah yang paling didahulukan. Hukuman dapat
menjadi penyebab melebarnya jurang antara guru dan siswanya. Di beberapa
sekolah, budaya “kami dan mereka” mencapai dititik dimana ada akibat yang
besar karena dihukum.8
Dalam Al-Qur’an dijelaskan dalam Q.S An-Nahl: 125
Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan jalan yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa
yang tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-
orang yang mendapat petunjuk” (Q.S An-Nahl: 125).9
Harus ditekankan pula bahwa hukuman itu sifatnya tidak boleh
memperhinakan anak dan tidak merendahkan martabat dirinya. Sebaliknya
hukuman tersebut supaya bisa membangkitkan rasa rendah hati dan kesediaan
untuk mengakui kesalahan dan kelemahan sendiri, lalu memperbaiki tingkah
lakunya. Karena hukuman harus membangun nilai-nilai moral atau etis anak
didik.10
7 Daniel Muijs &David Reynold, Effective Teaching Teori Dan Aplikasi (Yogyakarta:
pustaka Pelajar 2008), hlm 140
8 Paul Ginnis, Trik&Taktik Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran Di Kelas
(Jakarta: PT Indeks 2008),hlm 222
9 Departemen Agama RI “ Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Surabaya: Mahkota),hlm 134
10 Kartini Kartono, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis (Apakah pendidikan masih
diperlukan)(Bandung: Masdar Maju 1992), hlm 265
Dalam membangun nilai-nilai moral di sekolah tidak dapat dilepaskan
dari peran guru agama dan bimbingan keagamaan. Agama adalah pengalaman
dan penghayatan dunia-dalam seseorang tentang ke-Tuhanan disertai keimanan
dan peribadatan. Ibadah dalam arti luas adalah seluruh kehendak, cita-cita,
sikap dan tingkah laku manusia yang berdasarkan penghayatan ke-Tuhanan
disertai dengan niat atau kesengajaan yang ikhlas karena dan demi Allah
SWT.11
Tujuan pemberian hukuman bermacam-macam. Dalam teori
perbaikan, hukuman dilakukan untuk membasmi kejahatan atau untuk
membetulkan kesalahan. Hukuman jenis ini dilakukan untuk membuat
seseorang jera melakukan kesalahan yang sama. Karena hukuman ini bersifat
padegogis, maka penerapannya sangat baik diterpkan dalam pendidikan.
Hukuman haruslah disesuikan dengan perkembangan peserta didik.
Salah satunya dengan hukuman normatif. Hukuman normatif adalah hukuman
yang bermaksud memperbaiki moral anak. Hukuman ini dilakukan terhadap
pelanggaran mengenai norma-norma dan etika. Jadi hukuman ini sangat erat
hubungannya dengan pembentukan watak peserta didik. Adapun tujuan
hukuman ini adalah menginsafkan peserta didik dari perbuatan yang salah.12
Di SMA Muhammdiyah Purwodadi yang terletak di jalan R.
Soeprapto No.118 Kecamatan Purwodadi Kabupaten Grobogan. Penerapan
hukuman (punishment) juga dilakukan kepada siswa apabila melanggar tata
tertib yang berlaku. Para siswa yang melanggar peraturan dikenakan sanksi
yang berbeda-beda tergantung tingkat pelanggaran yang dilakukan.
Hukuman yang diberikan kepada siswa berbeda dengan hukuman
pada umumnya. Hukuman yang biasa bersifat jasmani diganti dengan hukuman
yang bersifat rohani. Hukuman tersebut adalah sanksi berupa perintah
melaksanakan ibadah. Seperti membersihkan masjid, membaca sholawat
maupun sholat dhuha. Dari permasalah tersebut peneliti tertarik untuk meneliti
11 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia (Bandung; PT
sinar baru Algesindo,2005)hlm 178
12 Uyoh Sadullah, Padegogik (Ilmu Mendidik) (Bandung: Alfabeta,2010)hlm 124
tetang “PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI PUNISHMENT
IBADAH DI SMA MUHAMMADIYAH PURWODADI TAHUN AJARAN
2010/2011.”
B. Penegasan Istilah
Adapun istilah-istilah yang perlu ditegaskan adalah sebagai berikut:
1. Pembinaan
Kata pembinaan adalah bentuk kejadian yang berasal dari kata bina
yang mendapat konfiks pe-an yang berarti pembangunan atau pembaharuan.
Dalam Kamus Bahasa Indonesia kata pembinaan diartikan sebagai usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.13
2. Kedisiplinan
Disiplin berasal dari bahasa latin Discere yang berarti belajar. Dari
kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau pelatihan. Kata
disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa pengertian. Di
antaranya, disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap peraturan atau
tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.14
Kata disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu seseorang agar mampu menghadapi
tuntutan lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat
sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena kondisi
tertentu dengan pembatasan perturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh
lingkungan tempat individu itu hidup.15
13 WJS Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 2007)
hlm 865
14 Conny Semiawan, Op.cit hlm 92
15 Ibid, hlm 94
3. Punishment
Hukuman (Punishment) adalah salah satu alat pendidikan yang juga
dibutuhkan dalam proses pendidikan. Hukuman diberikan sebagai akibat
dari pelanggaran yang dilakukan oleh peserta didik. Menghukum adalah
suatu perbuatan yang dengan sadar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi
seseorang, biasanya yang lebih lemah, dan dipercayakan kepada pendidik
untuk dibimbing dan dilindungi. Dan hukuman tersebut diberikan dengan
maksud agar peserta didik benar-benar merasakan penderitaan tersebut.16
4. Ibadah
Kata ibadah menurut bahasa artinya taat (bahasa arab tha’at). Taat
artinya patuh, tunduk dengan setunduk-tunduknya. Artinya mengikuti segal
perintah dan menjauhi segala larangan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Karena makna asli ibadah itu menghamba, dapat pula diartikan sebagi
bentuk perbuatan yang memhambakan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.17
C. Rumusan Masalah
Berdasarkan pemamparan latar belakang masalah di atas dan untuk
memperjelas arah dari penelitian ini, maka masalah dalam penelitian penulis
rumuskan adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana pembinaan kedisiplinan siswa di SMA Muhammadiyah
Purwodadi?
2. Bagaimana kedisiplinan siswa di SMA Muhammadiyah Purwodadi?
D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada permasalahan yang dirumuskan di atas, maka tujuan
yang hendak dicapai dalam penelitian ini adalah:
16 Uyoh Sadullah, Op.cit, hlm 124
17 Abdul Hamit dan Ahmad Saebani, “Fiqh Ibadah”, (Bandung: Pustaka Setia 2009), hlm
61
1. Untuk mengetahui bagaimana cara pembinaan kedisiplinan siswa melalui
punishment ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi?
2. Untuk mengetahui bagaimana kedisiplinan siswa di SMA Muhammadiyah?
E. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat dari penelitian skripsi ini adalah:
1. Bagi peneliti sendiri, dengan meneliti tetang pembinaan kedisiplinan siswa
melalui punishment ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi, maka akan
menambah wawasan keilmuan tentang peran punishment dalam pembinaan
kedisiplinan siswa
2. Bagi pihak lain, hasil dari penelitian ini diharapkan nanti dapat membantu
menyadarkan siswa akan pentingnya kedisiplinan, yakni dengan mematuhi
segala peraturan dan tata tertib yang ada di sekolah.
3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah ilmu
pengetahuan di fakultas tarbiyah pada umumnya dan jurusan pendidikan
Islam pada khususnya.
F. Kajian Pustaka
Kajian pustaka dimaksud untuk mengetahui seberapa besar kontribusi
keilmuan dalam skripsi ini dan beberapa banyak orang lain yang sudah
membahas permasalahan yang dikaji dalam skripsi ini, untuk itu penulis telas
menelaah beberapa pustaka buku terbitan hasil penelitian, skripsi, tesis dan
lain-lain yang sejenis dengan skripsi ini. Beberapa buku yang penulis temukan
diantaranya adalah:
1. Abdurrahman Mas’ud dalam artikelnya yang berjudul “ Reward dan
Punishment dalam pendidikan Islam”. Menurutnya Reward dan Punishment
tidak dapat dipisahkan dari konsep pendidikan Islam. Manusia bertaqwa
adalah salah satu kunci dalam rumusan tujuan pendidikan Islam karena pada
dasarnya proses menemukan kesempurnaan.
2. Skripsi: Iis sholihati (3198249) fakultas tarbiyah IAIN Walisongo tahun
2004. “Konsep Ganjaran dan Hukuman dalam Kitab Muqoddimah Ibn
Khaldun dan Relevansinya dalam Pendidikan Islam”. Dalam penelitian ini
membahas tentang konsep ganjaran dan hukuman dalam pendidikan Islam
yang terdapat dalam muqoddimah Ibn Khaldun serta relevansinya terhadap
pendidikan Islam. Jelas disini berbeda dengan penelitian yang akan penulis
teliti.
3. Skripsi: Muhammad Shobirin (3101247), fakultas tarbiyah IAIN Walisongo
Semarang tahun 2006. Dalam penelitiannya yang berjudul “Implementasi
Reward dan Punishment dalam Pendidikan Pesantren”. Dalam penelitian ini
hasilnya penerapan punishment menjadikan perilaku peserta didik menjadi
berperilaku positif, proposional, dan menghindari sikap Antisosial.
Dari penelitian di atas, penelitian yang sekarang peneliti lakukan
adalah benar-benar yang belum diteliti oleh para peneliti lainnya, baik yang
berkaitan dengan judul, tema, maupun isi. Sesuai dengan judul penelitian
inilebih menekankan pada pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment
ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi tahun ajaran 2010/2011.
G. Metode Penelitian
Adapun metode penelitian yang digunakan oleh peneliti dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Jenis penelitian
Jenis penelitian ini adalah kualitatif yaitu penelitian yang
menghasilkan data-data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari
orang-orang dan perilaku yang dapat diamati.18 Selain itu penelitian ini juga
menggunakan studi kasus yang mana diperoleh dari (gambar, data, serta
argument) yang tidak dituangkan dalam bentuk bilangan atau angka statistik
melainkan dalam bentuk kualitatif, yang memiliki arti lebih daripada
sekedar angka dan frekuensi.
Adapun fokus penelitian ini adalah untuk membuat gambaran
secara umum tentang pelaksanaan punishment, mengenai dasar, tujuan, dan
18 Lexy J Moleong, Metodologi penelitian Kualitatif,(Bandung : Remaja Rosdakarya
2009), hlm 4
pentingnya punishment. Penelitian ini digunakan untuk mengetahui
pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah yang diterapkan
di SMA Muhammadiyah Purwodadi.
2. Pendekatan penelitian
Yaitu mengumpulkan data sebanyak-banyaknya mengenai faktor-
faktor yang merupakan pendukung terhadap pembinaan kedisiplinan siswa.
Seperti: Guru, metode pembinaan dan siswa sendiri. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini yaitu pendekatan deskriptif yang mana
bermaksud untuk membuat pencandraan mengenai situasi atau kejadian-
kejadian.kualitatif yang berhubungan dengan proses pembinaan kedisiplinan
siswa.
3. Sumber data
a. Data primer
Data primer merupakan sumber data penelitian yang diperoleh
secara langsung dari sumber data asli (tidak melalui perantara). Data
primer secara khusus dikumpulkan dengan dua metode, yaitu: metode
interview (wawancara) dan metode observasi.
b. Data sekunder
Data sekunder adalah data penelitian yang diperoleh peneliti
secara tidak langsung melalui media perantara. Pada umumnya data
sekunder sebagai penunjang data primer. Dalam penelitian ini data
sekunder diperoleh melalui buku, majalah, internet dan sebagainya.
4. Metode pengumpulan data
Dalam penelitian skripsi ini pengumpulan data menggunakan
tehnik sebagai berikut :
a. Interview atau Wawancara.
Yaitu bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang
yang ingin memperoleh informasi dari seorang lainnya dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu.19 Dalam
19 Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2010), hlm 180
hal ini penulis melakukan wawancara dengan pihak sekolah yang terlibat
dalam pembinaan tersebut yakni kepal sekolah, para guru, guru BP dan
siswa.
b. Observasi
Yaitu pengamatan dan pencatatan dengan sistematis tentang
fenomena-fenomena yang diteliti. Metode ini dilakukan secara intensif
untuk memperoleh data tentang kondisi lingkungan, sarana dan prasarana
sekolah, keadaan siswa dan guru, serta proses pembinaan kedisiplinan
dan sebagainya.
c. Dokumentasi
Yaitu proses mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang
berupa catatan, transkip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, agenda dan sebagainya.20 Penyampaian data dilakukan melalui data
tertulis yang memuat garis besar dat yang akan dicari dan berkaitan
dengan judul. Dalam hal ini dokumen yang terkumpul adalah berkaitan
dengan pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah yang
diterapkan di SMA Muhammadiyah Purwodadi.
5. Analisis data
Data yang diperoleh dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif analisis yaitu metode yang digunakan terhadap suatu data yang
telah dikumpulkan, kemudian diklasifikasikan, disusun, dijelaskan yakni
digambarkan dengan kata-kata atau kalimat yang digunakan untuk
memperoleh kesimpulan.21
20 Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek), (Jakarta: PT.
Rineka Cipta), hlm 236
21 Ibid, hlm 245
BAB II
PEMBINAAN KEDISIPLINAN MELALUI PUNISHMENT IBADAH
A. PEMBINAAN KEDISIPLINAN
1. Pengertian Pembinaan Kedisiplinan
Kata pembinaan adalah bentuk kejadian yang berasal dari kata bina
yang mendapat konfiks pe-an yang berarti pembangunan atau pembaharuan.
Dalam kamus bahasa Indonesia kata pembinaan diartikan sebagai usaha,
tindakan, dan kegiatan yang dilakukan secara berdaya guna dan berhasil
guna untuk memperoleh hasil yang lebih baik.22
Sedangkan disiplin berasal dari bahas latin Discere yang berarti
belajar. Dari kata ini timbul kata Disciplina yang berarti pengajaran atau
pelatihan. Kata disiplin mengalami perkembangan makna dalam beberapa
pengertian. Diantaranya disiplin diartikan sebagai kepatuhan terhadap
peraturan atau tunduk pada pengawasan, dan pengendalian.23
Kata disiplin secara luas dapat diartikan sebagai semacam pengaruh
yang dirancang untuk membantu anak agar mampu menghadapi tuntutan
lingkungan. Disiplin itu tumbuh dari kebutuhan untuk menjaga
keseimbangan antara kecenderungan dan keinginan individu untuk berbuat
sesuatu yang dapat dan ingin diperoleh dari orang lain atau karena kondisi
tertentu dengan pembatasan peraturan yang diperlukan terhadap dirinya oleh
lingkungan tempat ia hidup.24
Dalam mendidik atau mengasuh anak kita sering berhadapan dengan
berbagai perilaku anak yang tidak sesuai dengan harapan kita. Oleh karena
itu, sering dalam pikiran untuk “mendisiplinkan” anak. Namun, sayangnya
banyak sekali orang tua maupun guru tidak memahami apa sebenarnya
22 WJS Purwodarminto, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka 2007)
hlm 865
23 Conny Semiawan, Penerapan Pembelajaran Bagi Anak, (Bandung: PT Indeks 2009),
hlm 92
24 Ibid, hlm 94
makna disiplin. Orang tua dan guru serta pihak lain yang sering berurusan
dengan anak, gagal membedakan antara disiplin dan hukuman. Bahkan,
sejumlah kamus pun gagal melakukan perbedaan ini. Salah satunya adalah
“The New Oxford American Dictionary”.
Kata disiplin didefinisikan sebagai praktek melatih orang untuk
mematuhi aturan dengan menggunakan hukuman untuk memperbaiki
ketidakpatuhan. Oleh karena itu, tak heran definisi semacam ini sering kali
mengaitkan pendisiplinan dengan alat-alat yang dipakai untuk membuat
para pelaku kejahatan jera.25
Dari pengertian disiplin di atas, dapat disimpulkan bahwa
pembinaan kedisiplinan adalah usaha untuk mengkontrol terhadap kelakuan
seseorang agar selalu metaati tata tertib dari orang lain maupun diri sendiri.
2. Macam-macam Disiplin
Disiplin terdiri dari banyak hal. Antara lain sebagai berikut:
a. Disiplin waktu.
Disiplin waktu menjadi sorotan yang utama bagi seorang guru
maupun peserta didik. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter
utama kedisiplinan guru maupun peserta didik. Kalau dia masuk sebelum
bel berbunyi berarti orang tersebut disiplin. Kalau dia masuk pas bel
berbunyi berarti orang tersebut dikatakan kurang disiplin, dan kalau dia
masuk setelah bel berbunyi, maka orang tersebut tidak disiplin dan
menyalahi aturan sekolah yang telah ditentukan. Karena itu jangan
menyepelekan disiplin waktu. Usahakan tepat waktu ketika datang pada
jam masuk sekolah.
Allah SWT berfirman dalam Q.S At-Taubah: 41
25 Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia,(Jakarta: PT. Gramedia
2008),hlm 230
Berangkatlah kamu baik dalam Keadaan merasa ringan maupun
berat, dan berjihadlah kamu dengan harta dan dirimu di jalan
Allah. yang demikian itu adalah lebih baik bagimu, jika kamu
mengetahui.” (QS At-Taubah: 41)
b. Disiplin menegakkan dan mentaati peraturan.
Disiplin menegakkan dan mentaati aturan sangat berpengaruh
terhadp kewibawaan, model pemberian sanksi diskriminatif harus
ditinggalkan. Murid sekarang cerdas dan kritis, sehingga kalau
diperlakukan semena-mena dan pilih kasih, mereka akan memakai cara
mereka sendiri untuk menjatuhkan harga diri guru. Selain itu, pilih kasih
dalam memberikan sanksi sangat dibenci oleh agama. Keadilan harus
ditegakkan dalam keadaan apapun. Karena itulah yang mengantarkan
kehidupan ke arah kemajuan, kebahagiaan, dan kedamaian.
….
…..
Wanita-wanita yang kamu khawatiri nusyuznya, maka nasehatilah
mereka dan pisahkanlah diri dari tempat tidur mereka dan
pukullah mereka. Kemudian mereka menaatimu maka janganlah
kamu mencari-cari jalan untuk menyusahkannya. (QS An-Nisa:
34)26
c. Disiplin dalam bersikap.
Disiplin dalam mengontrol perbuatan diri sendiri menjadi starting
point untuk menata perilaku orang lain. Misalnya, disiplin untuk tidak
marah, tergesa-gesa dan tidak gegabah dalam bertindak. Disiplin dalam
sikap ini membutuhkan latihan dan perjuangan. Karena, setiap saat
banyak hal yang menggoda kita untuk melanggarnya. Kalau kita disiplin
memegang prinsip dan perilaku dalam kehidupan ini niscaya kesuksesan
akan menghampiri kita.
26 Departemen Agama RI “Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Surabaya: Mahkota,
2000)hlm 125
Dan tolong menolonglah kalian atas jalan kebaikan dan taqwa,
dan jangan tolong menolong atas perbuatan dosa dan saling
bermusuhan. (QS Al-Maidah :2)
d. Disiplin dalam beribadah.
Menjalankan ajaran agama menjadi parameter utama kehidupan
ini. Pendidikan agama, pendidikan sekolah sebaikanya ditekankan pada
pembiasaan beribadah kepada peserta didik, yaitu kebiasaan-kebiasaan
untuk melaksanakan atau mengamalkan ajaran agama, misalnya
dibiasakan shalat di masjid pada awal waktu, melaksanakan puasa, dan
sebagainya.27
Allah SWT berfirman dalam QS Luqman ayat 17:
Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia)
mengerjakan yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan
yang mungkar dan bersabarlah terhadap apa yang menimpa kamu.
Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal yang
diwajibkan oleh Allah SWT”. (Q.S. Luqman: 17)
Disiplin adalah masalah kebiasaan. Kebiasaan positif harus dipupuk
dan harus ditingkatkan dari waktu ke waktu. Disiplin yang sejati tidak
dibentuk dalam waktu yang singkat, tetapi merupakan bentukan kebiasaan
sejak kita kecil, kemudian perilaku tersebut dipertahankan waktu remaja dan
dihayati maknanya diwaktu dewasa dan dipetik hasilnya.
27Jamal Ma’mur Asmani, Tips Menjadi Guru Yang Efektif, Kreatif, Dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press 2009)hlm 94-95
Dalam proses pembelajaran di sekolah sering dijumpai kenakalan
atau pelanggaran yang dilakukan siswa, misalnya membolos, terlambat,
membuat keributan, tidak mengerjakan tugas dan sebagainya. Hal-hal
tersebut merupakan salah satu cerminan dari kurangnya disiplin siswa.
Untuk mengatasinya, pihak sekolah membuat peraturan, tata tertib dan
disertai sanksi bagi pelanggarnya, dengan berbagai pertimbangan yang tidak
memberatkan siswa dan untuk kebaikan siswa itu sendiri yaitu agar siswa
dapat disiplin dalam kegitan belajar mengajar.
Disiplin juga merupakan sarana pendidikan. Dalam mendidik
disiplin berperan mempengaruhi, mendorong, mengendalikan, mengubah,
membina, dan membentuk perilaku-perilaku tertentu sesuai dengan nilai-
nilai yang ditanamkan, diajarkan, dan diteladankan. Karena itu, perubahan
perilaku seseorang termasuk prestasinya merupakan hasil dari suatu proses
pendidikan dan pembelajaran yang terencana, informal dan otodidak.
Timbulnya sikap disiplin pada siswa memerlukan proses dan latihan yang
cukup lama, diperlukan pengendalian dan pemahaman agar anak dapat
berdisiplin di sekolah.28
Tujuan disiplin ialah membentuk perilaku sedemikian rupa hingga
seseorang mempunyai perilaku yang sesuai dengan peran-peran yang
ditetapkan kelompok budaya, tempat individu itu diidentifikasikan.
Keinginan untuk mempunyai sikap disiplin belajar bagi setiap anak berbeda-
beda antara anak yang satu dengan yang lain. Ada anak yang memiliki
disiplin belajar yang lain memiliki disiplin belajar yang tinggi. Keadaan
seperti itu perlu disadari bagi disiplin bagi anak maupun peserta didik
adalah proses perkembangan yang dipengaruhi oleh beberapa faktor baik
datang dari luar maupun dari dalam siswa itu sendiri.29
Anak-anak mengartikan disiplin sebagai seperangkat aturan yang
siap menahan mereka untuk melakukan sesuatu yang mereka inginkan.
Mendisiplinkan anak sama dengan mendidik, jadi anak perlu mengenal
28 Ibid, hlm 98
29Elizabeth B. Harlock, Perkembangan Anak, jilid2 (Jakarta: Erlangga, 1993),hlm 82
sikap ini untuk memberikan penjelasan dan rasa aman. Bila anak dari kecil
dilatih sikap disiplin maka dia tidak akan lari dari kewajibannya.30
Setiap sekolah memiliki peraturan dan tata tertib yang harus
dilaksanakan dan dipatuhi oleh semua siswa. Peraturan yang dibuat sekolah
merupakan kebijakan sekolahan yang tertulis dan berlaku sebagai standar
untuk tingkah laku siswa sehingga siswa mengetahui batasan-batasan dalam
bertingkah laku. Dalam penanaman kedisiplinan terhadap siswa perlu
adanya perencanaan serta aturan yang dibuat untuk pembinaan kedisiplinan.
Rencana disiplin akan menjadi efektif jika diterapkan secara universal.
Kunci utama disiplin adalah konsistensi sekolah, rencana disiplin
yang baik adalah rencana disiplin yang lingkupnya sampai satu sekolah.
Rencana disiplin harus dijaga terus kelangsungannya, dari yang harus
diterapkan guru dengan tegas mengenai aturan, konsekuensi, dan
penghargaan bagi siswa hinga idak ketat karena siswa sudah bertanggung
jawab secara penuh sehingga tidak perlu lagi ada aturan, konsekuensi dan
penghargaan.31
Disiplin diharapkan mampu mendidik anak untuk berperilaku sesuai
dengan standar yang ditetapkan. Disiplin mempunyai empat unsur pokok
yaitu: Pertama, peraturan sebagai pedoman perilaku. Kedua, konsistensi
dalam peraturan. Ketiga, hukuman untuk pelanggaran peraturan. Keempat,
penghargaan untuk perilaku yang baik dan sejalan dengan peraturan yang
berlaku.32
Untuk memiliki lingkungan belajar yang aman dan efektif, pertama-
tama tetapkanlah aturan-aturan yang kukuh yang harus diikuti siswa.
Aturan-aturan mestinya dibahs sehingga siswa tahu bahwa aturan bukan
berbicara tentang perintah atau hukuman. Tujuan aturan adalah menetapkan
30 Susanti Febriana Werdiningsih, Mencetak Anak Juara, (Yogyakarta: Katahati,2009),
hlm 57
31Harry K Wong & Rosemanny T Wong, Menjadi Guru Efektif, The First Day,
(Yogyakarta: PustakaPelajar 2009)hlm 181
32 Elizabeth B. Hurlock, Op.Cit, hlm 84
batasan-batasan, sama seperti aturan dalam permainan dan olah raga.
Peraturan adalah pola yang ditetapkan untuk tingkah laku, pola tersebut
mungkin mungkin ditetapkan oleh orang lain, guru atau teman bermain.
Tujuannya membekali anak atau peserta didik dengan perilaku yang
disetujui dalam situasi tertentu misalnya peraturan sekolah atau peraturan di
rumah.33
Fungsi sebuah peraturan adalah mempunyai nilai pendidikan sebab
peraturan memperkenalkan kepada anak perilaku yang disetujui anggota
kelompok. Anak belajar dari peraturan tentang memberi dan mendapatkan
bantuan dalam tugas di sekolahnya, bahwa menyerahkan tugas yang
dibuatnya sendiri merupakan satu-satunya metode yang dapat diterima di
sekolah untuk menilai prestasinya. Fungsi sebuah peraturan yang lain adalah
membantu mengekang perilaku yang tidak diinginkan.34
Pembudayaan disiplin tidak cukup hanya melalui peraturan dan tata
tertib yang dirumuskan secara lisan maupun tertulis saja. Keteladanan,
dorongan serta bimbingan dalam bentuk-bentuk kongkrit sangat diperlukan
bahkan keikutsertaan semua warga sekolah secara langsung akan lebih tepat
dan berhasil. Selain itu fungsi sebuah aturan adalah mencegah atau
menguatkan perilaku dengan menyatakan sejelas mungkin espektasi guru
terhadap siswa. Ada dua jenis aturan:
1) Umum, aturan-aturan umum lebih bersifat memandu dan mencakup
semua pola perilaku. Contoh: saling menghargai satu sama lain,
memelihara semua peralatan sekolah, bersikap santun dan mau
menolong.
2) Spesifik, aturan spesifik menyatakan secara langsung dan jelas sebuah
perilaku. Contoh: masuk kelas tepat pada waktunya. Jaga semua barang
pribadimu dengan baik, jangan gunakan kata-kata kasar atau menghina
dan sebagainya.
33 Ibid,hlm 87
34 Susanti Febriana Werdiningsih, Op.Cit. hlm 159
Aturan digunakan untuk menetapkan batasan,. Ketika menghadapi
siswa, aturan harus mempunyai konsekuensi, aturan dan konsekuensinya
perlu dikomunikasikan kepada orang tua dan diikuti secara tertib oleh semua
pihak di sekolah. Beberapa siswa mengetahui mereka bisa melanggar aturan
tertentu. siswa perlu merasa bahwa ada seorang guru yang mengontrol dan
bertanggung jawab bagi lingkungan belajar mereka, jadi bukan hanya
sekedar memberi aturan, tetapi juga menjaga dan memastikan aturan
tersebut dipatuhi semua semua siswa. Hukuman harus dirancang untuk
menciptkan respons menghindar dalam arti bahwa siswa mestinya
menghindari perilaku yang menghasilkan hukuman dimasa mendatang.35
B. PUNISHMENT
1. Pengertian Punishment
Hukuman adalah suatu perbuatan, dimana kita secara sadar dan
sengaja menjatuhkan nestapa kepada orang lain, yang baik dari segi
kejasmanian maupun dari segi kerohanian. Sehingga menimbulkan
kesadaran akan perbuatannya dan berjanji di dalam hatinya untuk tidak
mengulanginya.36 Hukuman (Punishment) adalah salah satu alat pendidikan
yang juga dibutuhkan didalam kegiatan pembelajaran. Hukuman diberikan
sebagai akibat dari pelanggaran yang dilakukan peserta didik.
Menghukum menurut Langeveld (1980) adalah sebuah perbuatan
yang dengan sadar, sengaja menyebabkan penderitaan bagi seseorang
biasanya yang lebih lemah dan dipercayakan kepada pendidik, untuk
dibimbing dan dilindungi, serta hukuman tersebut diberikan dengan maksud
agar anak benar-benar merasakan penderitaan.37
Menghukum adalah metode pengendalikan perilaku negatif dan
paling sulit pelaksanaannya. Hukuman diberikan karena anak berbuat
kesalahan, melanggar aturan yang berlaku, sehingga dengan diberikannya
hukuman anak tersebut tidak akan mengulangi kesalahannya tersebut. Dan
35 Imam Musbikin, Mendidik Anak Nakal, (Yogyakarta: Mitra Pustaka 2005), hlm 72
36 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001),hlm 150
37 Uyoh Sadullah, Padegogik (Ilmu Mendidik) (Bandung: Alfabeta,2010),hlm 124
hukuman diberikan sebagai pembinaan bagi anak untuk menjadi pribadi
susila.38
Suka atau tidak, para guru sering menggunakan hukuman dalam
mengatasi perilaku peserta didik yang sulit diselesaikan. Sebagian guru
hampir setiap hari memarahi para siswa hanya untuk pelanggaran-
pelanggaran kecil, terlepas dari seberapa banyak guru menggunakan
hukuman, bagaimanapun juga para ahli pendidikan tidak merekomendasikan
hukuman terutama dalam bentuk yang sangat ekstrim sebagai sebuah cara
mengatasi perilaku buruk.39
Seorang pendidik, seperti kata Imam Ghazali sama seperti seorang
dokter mengobati pasien. Seorang dokter tidak boleh terpaku pada sala satu
cara pengobatan. Begitu juga seorang pendidik tidak boleh mengatasi
problema dan meluruskan penyelewengan dengan satu cara, dan tidak
mengusahakan cara-cara alternatif lainnya. Artinya, Seorang pendidik harus
memperlakukan setiap anak dengan caranya sendiri, dan harus mencari
sebabnya berdasarkan usia, budaya dan lingkungan yang mempengaruhinya.
Semua ini membantu pendidik mengamati dan mendiagnosa penyakit anak
sehingga mampu mengobati secara tepat. Memberi obat yang cocok akan
sangat dimungkinkan bila seorang pendidik mengetahui betul penyakitnya.40
Adapun sangsi-sangsi yang dijalankan oleh para pendidik dirumah
atau di sekolah, caranya berbeda dengan sanksi umum. Berikut ini adalah
metode yang diterapkan islam dalam memberikan sangsi terhadap anak :
a. Memperlakukan anak dengan kelembutan dan kasih sayang.
b. Memberikan sangsi kepada anak yang salah, diantara anak-anak itu
kecerdasannya tidak sama diantara mereka ada yang bersifat menurut,
mudah bergaul, ada juga yang berwatak keras. Semua ini kembali kepada
keturunan, lingkungan dan faktor-faktor pertumbuhan pendidikan.
38 Ibid, hlm 125
39 Kelvien Seifert, Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan , Meningkatkan
Mutu Psikologi (Yogyakarta: IRCiSod 2008),hlm 251
40 Abdul Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar
(Bandung: Rosdakarya,1992),hlm 160
c. Mengatasi dengan bertahap dari yang paling ringan ke yang paling
berat.41
2. Dasar dan Fungsi Hukuman
a. Dasar hukuman
Dasar hukuman berdasarkan konsep hukuman sebagaimana Allah
berfirman dalam Al-Qur’an
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat baik pada dirimu
sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka (kejahatan) itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan)
yang kedua, (kami datangkan orang-orang lain) untuk
menyuramkan muka-muka kamu dan mereka masuk kedalam
masjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali
pertama dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang
mereka kuasai. ( Q.S Al-Isra ayat 7).42
Berdasarkan ayat diatas dapat dipahami bahwasannya setiap
perbuatan pasti ada konsekuensinya baik positif maupun negatif dan
perlu dipahami naik atau buruk perilaku seseorang pasti aka nada
balasannya. Hukuman pada dasarnya merupakan akibat dari sebuah
perbuatan manusia itu sendiri sebagaimana firman Allah SWT dalam QS.
At-Taubah ayat 74:
41 Ibid, hlm 164
42 Departemen Agama RI “ Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Surabaya: Mahkota,
2000)hlm 225
Mereka (orang-orang munafik) itu bersumpah dengan (nama)
Allah bahwa mereka tidak mengatakan (sesuatu yang
menyakitimu). Sesungguhnya mereka telah mengucapkan
perkataan kekafiran, dan telah menjadi kafir sesudah Islam dan
mengingini apa yang mereka tidak dapat mencapainya. (Q.S At
Taubah :74).
b. Fungsi hukuman
Fungsi hukuman ada tiga macam yaitu: Pertama, menghalangi,
maksudnya hukuman menghalangi pengulangan tindakan yang tidak
diinginkan oleh masyarakat. Kedua, mendidik, sebelum anak mengerti
peraturan mereka akan dapat belajar bahwa tindakan tersebut belum tentu
benar dan yang lain salah dengan mendapatkan hukumankarena
melakukan tindakan yang salah dan tidak menerima hukuman bila
mereka melakukan tindakan yang diperbolehkan. Sedangkan fungsi
Ketiga, memberi motivasi untuk menghindari perilaku yang tidak
diterima masyarakat.43.
Dalam melaksanakan hukuman ada beberapa teori yang
mendasarinya, yaitu sebagai berikut:
1) Teori pembalasan.
Hukuman diberikan sebagai balas dendam terhadap anak, misalnya
karena anak telah mengecewakan pendidik, (guru merasa dilecehkan
martabatnya).
2) Teori ganti rugi.
Hukuman diberikan kepada anak karena ada kerugian yang
ditimbulkan oleh perbuatannya. Misalnya anak bermain-main dikelas
sehingga vas bunga pecah. Dan guru menghukum anak tersebut
43 Emile Durkehim, Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga 1990), hlm 115
dengan mengganti vas bunga yang pecah tersebut dengan
menyerahkan uang seharga vas bunga tersebut.
3) Teori perbaikan.
Hukuman ini diberikan agar anak dapat memperbaiki dan tidak
mengulangi lagi kesalahannya.
4) Teori menakut-nakuti.
Teori ini diberikan agar anak didik merasa takut untuk mengulangi
perbuatannya, sehingga anak didik tidak akan mengulangi perbuatan
tersebut dan meninggalkannya.
5) Teori menjerakan.
Teori ini dilaksanakan dengan tujuan agar anak setelah menjalani
hukuman merasa jera terhadap hukuman yang ditimpakan
kepadanya.44
Dalam bebagai kasus, hukuman akan kehilangan pengaruh ketika
hukuman itu semakain diterapkan. Untuk alasan etis anak tidak boleh
sering dan terbiasa mendapatkan hukuman, karena setelah meneriam
beberapa kritik (omelan atau pukulan), anak-anak akan menunjukkan
kekebalan, mereka seakan-akan tidak merasakan kekecewaan yang sama
dengan kekecewaan yang ia rasakan pada saat pertama kali ia
mendapatkan hukuman.45
Untuk penegakan disiplin, hukuman harus memenuhi persyaratan
yang baik, yaitu:
a) Hukuman harus disesuaikan dengan pelanggaran, dan harus mengikuti
pelanggaran sedini mungkin sehingga anak-anak akan
mengasosiasikan keduanya.
b) Hukuman yang diberikan harus konsisten sehingga anak tersebut akan
mengetahui kapan saja suatu peraturan dilanggar dan hukuman tidak
dapat dihindari
44 Abu Ahmadi dan Nur Uhbiyati, Op.cit, hlm 154
45 Emile Durkehim,Op.Cit.hlm 118
c) Hukuman harus konstruktif sehingga memberi motivasi untuk yang
disetujui secara sosial dimasa mendatang.
d) Adapun hukuman yang diberikan sifatnya harus impersonal sehingga
anak itu tidak akan menginterpretasikan sebagai “kejahatan” si
pemberi hukuman.
e) Hukuman tidak boleh membuat anak merasa terhina atau
menimbulkan rasa permusuhan.
f) Hukuman harus mengarah ke pembentukan hati nurani untuk
menjamin pengendalian perilaku dari dalam dimasa mendatang.46
3. Panduan Melaksanakan Hukuman (Punishment)
Meskipun hukuman bisa saja kehilangan efektifitasnya, pengalaman
dalam penelitian dan dalam pengajaran sama-sama menyatakan bahwa
hukuman bisa saja membantu mengelola berbagai perilaku bermasalah
tertentu. untuk meminimalisir pengaruh negatif dari hukuman, para guru
harus mengikuti beberapa pandiuan berikut ini
a. Gunakan hukuman dengan hemat. Hukuman akan mengalami penurunan
efektifitasnya ketika mengalami peningkatan frekuensi, dan dalam
berbagai kasus hukuman tidak bersifat etis.
b. Jelaskan alasan mengapa memberi hukuman. Tanpa alasan yang rasional
para siswa sangat mungkin mengarah pada kesimpulan yang salah.
c. Persiapkan sebuah alternatif dalam meraih penguatan motivasi yang
positif.
d. Jika memungkinkan, anjurkan perilaku yang berkebalikan dari perilaku
buruk yang dilakukan para siswa. Misalnya, jika seorang anak berlari
kesana kemari dalam ruangan, maka cari cara alternatif untuk mencegah
perilaku tersebut.
e. Jika memungkinkan hindari hukuman fisik. Mengingat bahwa para guru
hanya memberikan hukuman secara hemat (point pertama di atas), maka
beberapa hukuman tidak perlu digunakan termasuk hukuman fisik.
46 Mustafa Abdul Muathi, Mendidik Anak Shalat Teori dan Praktek,(Bandung:IBS
2009),hlm189
f. Berikan hukuman pada saat perilaku buruk dimulai dan bukan pada
perilaku tersebut selesai.47
Panduan di atas menganjurkan dan bukan menjelaskan bagaimana
mengaplikasikan hukuman dalam berbagai situasi belajar mengajar. Oleh
karena itu jika hendak memperbaiki kesalahan anak, sebaiknya kita
menggunakan kata kata halus di samping motivasi-motivasi. Jika anda
merasa kata-kata halus tidak dapat memperbaiki kesalahan maka
gunakanlah kata-kata tegas. Tentunya dengan besar kesalahan yang
dilakukan anak. Jika dengan cara tersebut belum bisa membuahkan hasil
maka bisa menggunakan pukulan. Menghukum murid harus di dasari
dengan kasih sayang, kebijaksanaan dan kearifan. Jangan menggunakan
hukuman dengan didasari oleh kebencian, permusuhan, dan emosi yang
tidak terkendali.48
Guru adalah pembimbing spiritual murid, sehingga sikap dan
perilakunya harus konsisten dengan statusnya sebagai pembimbing moral
dan spiritual. Kalau hukuman didasari pada sifat kasih sayang, maka guru
akan menghindari cara-cara yang diluar batas kewajaran, bahkan guru akan
menghukum muridnya dengan hal-hal yang positif yang bisa meningkatkan
kemampuan dan integritas moralnya. Misalnya, hukuman melakukan ibadah
sholat dhuha, membaca Al-Qur’an, membaca sholawat Nabi, dan lain-lain
yang bersifat mendidik serta tidak menyakitkan perasaan dan harga diri
murid.49
Kalau guru menghukum siswanya dengan tindakan semena-mena.
Misalnya, menyuruh berdiri di halaman sekolah selama 2 jam, bertindak
keras, seperti menampar, memukul dan sejenisnya, maka hal ini bisa
menimbulkan kemarahan pada murid kepada guru. Murid akan bertindak
dengan caranya sendiri, bahkan mengancam guru diluar sekolah dengan
47 Kelvien Seifert, Op.Cit, hlm 255
48Daniel Muijs &David Reynold, Effective Teaching Teori dan Aplikasi (Yogyakarta:
pustaka Pelajar 2008), hlm 144
49 Mustafa Abdul Muathi, Op.Cit, hlm 192
tindakan yang kurang pantas. Oleh karena itu jangan sampai memulai
dengan tindakan ceroboh dan membahayakan fisik anak didik.50
4. Kelebihan dan Kekurangan Metode Hukuman (Punishment)
Adapun penggunaan punishment dalam pendidikan mempunyai
kelebihan-kelebihan adalah sebagai berikut:
a. Jika digunakan dalam batas-batas kelembutan logis dan seimbang,
disamping pola penghargaan, punishment membantu mempercepat
pembentukan nurani pada anak.
b. Metode pengganjaran baik positif maupun negatif (pengharhaan maupun
hukuman) menentukan daerahyang diperbolehkan secara moral, sosial,
dan agama, serta memberikan rambu-rambu bagi tiap hal tersebut.
c. Metode ini juga bisa menghentikan perilaku yang tidak disukai sebelum
ia terbiasa melakukannya sebelum peserta didik terbiasa melakukannya
tanpa menyadari dampak dan bahaya.
Dalam penerapan suatu metode khususnya metode dalam pendidikan
tertentu mempunyai kelebihan dan kekurangan, hal tersebut juga berlaku
pada pemberian hukuman dalam proses pembelajaran. Secara umum, dari
kebanyakan kasus penelitian menemukan bahwa hukuman kurang efektif
dibanding ujian. Ada sejumlah alasan untuk itu yakni:
1) Efek hukuman biasanya spesifik untuk konteks dan guru tertentu. efek itu
kurang berkemungkinan untuk diperluas keguru-guru atau kelas lain.
Contoh bila seorang murid dihukum karena berbicara selama pelajaran
guru A, hukuman ini mungkin dibuatnya tidak berbicara dikelas guru A,
tetapi tidak pada pelajaran lain.
2) Hukuman tidak selalu menjamin bahwa respon yang diinginkan akan
terjadi. Karena dilihat oleh murid sebagai sesuatu yang spesifik untuk
konteks tertentu. hukuman ini mungkin membuatnya tidak terlibat
perilaku yang membuatnya dihukum tetapi belum tentu membuatnya
terlibat perilaku yang dikehendaki.
50 Paul Ginnis, Trik&Taktik Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran di Kelas
(Jakarta: PT Indeks 2008),hlm 223
3) Hukuman mungkin juga lebih dikaitkan dengan penghukum dari pada
perilaku murud yang dihukum.
4) Disamping itu hukuman yang dirancang untuk menghentikan sebuah
perilaku yang tidak diinginkan tetapi tidak berhubungan dengan perilaku
yang diinginkan, jarang yang memiliki efek jangka panjang.
5) Hukuman kadang-kadang juga dapat memiliki efek negatif.
6) Kadang-kadang hukuman dapat memunculkan reaksi negatif atau
kekerasan dari murid-murid.51
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya dalam
mendidik dan membina kedisiplinan memerlukan cara dan pedoman khusus
agar nantinya peserta didik mengerti tentang kejadiannya. Dalam upaya
membina kedisiplinan siswa tentunya memerlukan aturan-aturan yang
mengikat agar dipatuhi. Apabila aturan-aturan tersebut dilanggar tentunya
akan ada sangsi berupa hukuman.
Dalam memberikan hukuman pada siswa harus memperhatikan
kondisi siswa tersebut, hukuman haruslah memenuhi beberapa kriteria agar
dapat memberikan efek jera pada siapapun yang melanggarnya. Hukuman
bukan hanya bersifat jasmani tapi juga rohani. Agar nantinya siswa dapat
memahami tentang apa yang dilakukannya itu salah, dan tidak
mengulanginya lagi dikemudian hari. Misalnya dengan hukuman yang
bersifat keagamaan seperti sholat dhuha, membaca syahadat atau ibadah
lainnya.52
Dalam pembahasan ini yang menjadi fokus penelitian adalah
punishment atau hukuman yang bersifat ibadah. Ibadah yang dimaksud
adalah berhubungan dengan Allah SWT dan ibadah tersebut berupa shalat
sunnah. Adapun shalat sunnah yang dimaksud yaitu shalat dhuha sebagai
indikator dalam penelitian
51 Daniel Muijs &David Reynold, Op.Cit.hlm 147
52 Paul Ginnis, Op.Cit, hlm 226
C. IBADAH
1. Pengertian Ibadah
Kata ibadah menurut bahasa adalah artinya taat (bahasa Arab tha’at).
Taat artinya patuh, tunduk dengan setunduk-tunduknya. Artinya mengikuti
perintah dan menjauhi segala larangan yang dikehendaki oleh Allah SWT.
Karena makna asli ibadah itu menghamba, dapat pula diartikan sebagai
bentuk perbuatan yang menghambakan diri sepenuhnya kepada Allah
SWT.53
Makna umum ibadah adalah meliputi semua yang disukai dan di
ridhai Allah, baik berupa perkataan maupun perbuatan, baik terang maupun
tersembunyi, jika diambil dari makna umum ini, maka semua bentuk hukum
masuk kedalam ibadah, baik yang dipahami maknannya, maupun yang
tidak, baik yang berkaitan dengan anggota badan, maupun dengan lidah
ataupun dengan hati.54
Ibadah juga diartikan sebagai hubungan manusia dengan yang
diyakini kebesaran dan kekuasaannya. Jika yang diyakini adalah kekuasaan
Allah, artinya menghambakan diri kepada Allah SWT, sedangkan jika yang
dimaksud yang maha besar itu adalah setan, ibadahnya kepada setan. Dalam
surat Al-Fatihah ayat 5 Allah SWT berfirman:
Hanya Engkaulah yang Kami sembahdan hanya kepada Engkaulah
Kami meminta pertolongan.TunjukilahKami jalan yang lurus, (yaitu)
jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka;
bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan bukan (pula jalan) mereka
yang sesat (QS. Al-Fatihah ayat 5)
53 Abdul Hamit dan Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia 2009),hlm 61
54 Teungku Hasbi Ash siddiqy, Kuliah Ibadah, Ditinjau dari Segi Hukum Dan Hikmah,
(Semarang : Pustaka Riski Putra 2010),hlm 5
Na’budu diambil dari kata ibadah: kepatuhan dan ketundukan yang
ditimbulkan oleh perasaan terhadap kebesaran Allah, sebagai tuhan yang
disembah karena keyakinan bahwa Allah mempunyai kekuasaan yang
mutlak terhadapnya.
Nastaiin (memohon pertolongan), diambil dari kata “istianah”
artinya mengharapkan bantuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan yang
tidak sanggup dikerjakan dengan tenaga sendiri55.
Sedangkan dalam Q.S Yasin ayat 60 Allah SWT berfirman:
Bukankah aku telah memerintahkan kepadamu Hai Bani Adam
supaya kamu tidak menyembah syaitan? Sesungguhnya syaitan itu
adalah musuh yang nyata bagi kamu", (Q.S Yasin: 60)
Dengan demikian, dilihat dari tujuan penghambaannya, ibadah itu
dibagi dua, yakni ibadah kepada Allah dan ibadah kepada setan.56 Jika kita
merenungi hakikat ibadah, kita akan yakin bahwa perintah ibadah pada
hakikatnya peringatan bagi kita untuk menunaikan kewajiban terhadap yang
melimpahkan karunia-Nya.
Allah SWT berfirman dalam Q.S Al Baqarah: 21
Hai manusia, sembahlah Tuhanmu yang telah menciptakanmu dan
orang-orang yang sebelummu, agar kamu bertakwa, (QS Al-Baqarah
21)
makna ibadah adalah ketundukan manusia kepada Allah yang
dilaksanakan atas dasar keimanan yang kuat dengan melaksanakan semua
55 Departemen Agama RI “ Al-Qur’an dan Terjemahannya” (Semarang: Toha putra
2001),hlm 197
56 Abdul Hamit dan Ahmad Saebani, Op.Cit.63
perintahnya dan meninggalkan larangannya dengan tujuan mengharapkan
keridhaan Allah SWT, pahala surga, dan ampunannya. Beribadah kepada
Allah SWT harus dilaksanakan dengan ikhlas, dan ikhlas merupakan
pekerjaan hati yang bersifat rahasia dan hanya Allah yang mengetahuinya.57
2. Ruang Lingkup Ibadah
Sebagaimana telah dijelaskan bahwa semua kehidupan hamba Allah
yang dilaksanakan dengan niat mengharapkan keridhaan Allah SWT itu
bernilai ibadah. Hanya saja ada ibadah sifatnya langsung berhubungan
dengan Allah tanpa perantara yang merupakan bagian dari Hablum minallah
dan ada ibadah secara tidak langsung yakni semua yang berkaitan dengan
masalah muamalah yang disebut Hablun minannas, hubungan antara
manusia dengan manusia.
Secara umum bentuk perintah beribadah kepada Allah dibagi
menjadi dua yaitu sebagai berikut:
a. Ibadah Mahdhah adalah ibadah yang perintah dan larangannya sudah
jelas sacara dhahir dan tidak memerlukan penambahan atau pengurangan.
Misalnya shalat, zakat, puasa, ibadah haji dan bersuci dari hadas kecil
maupun besar.
b. Ibadah Ghoiru Mahdhah ialah ibadah yang cara pelaksanaannya dapat
direkayasa oleh manusia misalnya, sedekah, perintah melaksanakan
perdagangan dengan cara yang halal dan sebagainya.
Dalam Al-Qur’an surat Al-Mutaffifin 1-2 dikatakan sebagai berikut:
Kecelakaan besarlah bagi orang-orang yang curang (yaitu) orang-
orang yang apabila menerima takaran dari orang lain mereka minta
dipenuhi.” (QS Al-Mutaffifin 1-2)58
57 Ahmad Tafsir, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002) hlm 98
58Departemen Agama RI “ Al-Qur’an dan Terjemahannya”(Surabaya: Mahkota),hlm 164
Sedangkan ada macam ibadah dilihat dari tata cara pelaksanaannya
yaitu sebagagai berikut:
1) Badaniah seperti melaksanakan shalat, puasa dan sebagainnya
2) Ma’aliah yaitu mengeluarkan sebagian harta untuk memenuhi perintah
Allah SWT.
3) Ijtima’iyah seperti haji, sholat berjamaah, shalat idhul fitri, shalat idhul
adha, shalat jum’at.
4) Ijabi’iyah seperti thawaf
5) Salbi’iyah seperti meninggalkan segala yang diharamkan dalam masa
berihram.59
Sedangkan dilihat dari niat melaksanakannya ibadah dibagi menjadi
dua macam yaitu:
a) Ibadah hakiki, ibadah yang dilakukan dengan sepenuh-penuhnya untuk
ibadah semata-mata misalnya berdoa kepada Allah. Ibadah hakiki
bersifat ghair ma’qulatil-ma’na, artinya maknanya tidak dapat dipahami
secara ma’qul, tidak jelas maksud dan hikmahnya.
b) Ibadah sifati, artinya yang perbuatannnya memiliki nilai-nilai ibadah.
Semua urusan ibadah sosial atau bernilai duniawi misalnya perkawinan,
muamalah dan lain-lain.
3. Bentuk dan sifat ibadah
Ibadah yang kita laksanakan berdasarkan bentuk dan sifatnya ada 6
macam yakni:
a. Ibadah yang berupa perkataan dan ucapan lidah, ibadah tersebut seperti
tasbih, tahmid, tahlin, takbir, membaca Al Qur’an dan sebagainya.
b. Ibadah yang berupa perbuatan yang tidak disifatkan dengan suatu sifat,
seperti menolong, jihad dijalan Allah SWT dan lain-lain.
c. Ibadah yang berupa menahan diri dari mengerjakan sesuatu iabadh
semacam ini adalah puasa, yakni menahan diri dari makanan, minuman,
dan segala hal yang membatalkan puasa.
59 Ahmad Tafsir,Op. Cit, hlm 167
d. Ibadah-ibadah yang melengkapi perbuatan dan menahan diri dari suatu
pekerjaan seperti I’tikaf (duduk di dalam masjid) serta menahan diri dari
jima’ dan mubasarah, haji, thawaf, wuquf di Arafah.
e. Ibadah-ibadah yang bersifat menggugurkan hal seperti membesaskan
orang yang berhutang, memaafkan kesalahan orang lain.
f. Ibadah yang melengkapi perkataan, pekerjaan, khusyu’, menahan diri
dari berbicara dan berpaling lahir dan batin dari yang diperintahkan.60
4. Hikmah dalam Melaksanakan Ibadah
Apabila tiap ibadah dalam syari’at Islam diteliti dan diselami
hikmah dan rahasianya, maka tidak ada ibadah yang kosong. Hikmah ada
yang terang dan ada yang tersembunyi. Mereka yang terang hatinya,
cemerlang pikirannya dapat menyelami hikmah-hikmah tersebut. Jadi salah
apabila manusia memandang bahwa ibadah-ibadah tidak mengandung
hikmah dan maslahat, dan hamba diperintahkan semata-mata untuk
membuktikan kehambaannya.61
Tiap-tiap ibadah itu mempunyai pengaruh khusus dalam
melapangkan akhlak pribadi yang beribadah, dalam mengheningkannya dan
membawa pribadi berangsur-angsur maju kearah kesempurnaan yang layak
dan memperoleh derajat yang tinggi didekat Allah SWT. Inilah rahasia
ibadah yang beraneka macam dan berbagai cara melaksanakannya.
Shalat adalah ibadah yang didalamnya terjadi hubungan rohani
antara makhluk dan penciptanya. Shalat juga dipandang sebagai munajat
(do’a) dalam hati yang khusyu’ kepada Allah SWT. Orang yang sedang
melaksanakan sholat dengan khusyu’ tidak merasakan sendiri, seolah-olah
manusia merasakan dan berhadapan dengan Allah. Suasana spiritual ini
dapat menolong manusia untuk mengungkapkan segala perasaan dan
60 Teungku Hasbi Ash-siddiqy, Op.Cit, hlm 16
61 Abdul Aziz Ahyadi, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia (Bandung; PT
sinar baru Algesindo,2005)hlm 128
berbagai permasalahan yang dihadapi. Dengan demikian manusia tersebut
mendapat tempat untuk mencurahkan apa yang ada dipikirannya.62
Shalat adalah ibadah utama dalam Islam. Begitu berartinya shalat
sehingga agama Islam tidak mungkin bisa tegak berdiri tanpa tegaknya
shalat. Sholat ada dua macam yaitu shalat fardu dan sunnah.
Shalat fardu adalah shalat yang wajib dilakukan, sedagkan shalat
sunnh adalah sholat yang diperintahkan kepada Mukallaf sebagai tambahan
dari shalat fardu. Macam-macam shalat sunnah dibagi menjadi 2 bagian:
shalat sunnah dan shalat sunnah Muqayyad. Shalat sunnah Mutlaq
tergantung pada niat shalatnya. Sedangkan shalat sunnah muqayyad dibagi
menjadi 2 bagian yaitu shalat sunnah yang diperintahkan karena mengiringi
shalat fardu yang dinamakan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang
diperintahkan berdasarkan waktu seperti shalat witir, shalat dhuha dan lain-
lain.63
Shalat dhuha termasuk salah satu shalat sunnah. Shalat dhuha adalah
shalat sunnah yang dilakukan atau dikerjakan pada waktu dhuha atau pada
waktu pagi hari yang sudah agak meninggi sampai sebelum datangnya
shalat dhuhur (antara pukul 07.00 - 10.00 WIB). Jumlah rakaat shalat dhuha
minimal 2 rakaat dan maksimal 12 rekaat dan dikerjakan setiap 2 rakaat 1
salam (jumlah rakaat shalat dhuha bisa dengan 2, 4, 8, atau 12 rakaat).
Manfaat atau faedah shalat dhuha yang dapat diperoleh dan dirasakan oleh
orang yang mengerjakannya atau melaksanakan shalat dhuha adalah dapat
melapangkan dada dalam segala hal terutama dalam hal rizki.
Shalat dhuha paling sedikit adalah dua rakaat. Dan rakaat shalat
dhuha yang terbanyak adalah delapan rakaat. Hal ini sebagaiamna
diriwayatkan oleh Bukhari, muslim, dan Abu daud dari Ummu hani’ bahwa
Rasulullah melakukan shalat dhuha sebanyak 8 rakaat setelah fathu mekkah.
62 Mahmud Yunus, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hilda Karya, 1983),
hlm. 61
63 Abdul Qadir Arrabawi, Fikih Shalat Empat Madzhab, (Yogyakarta: Hikam Pustaka,
2005) hlm 257
Muslim juga meriwayatkan dengan sanadnya dari Aisyah r.a bahwa
Rasulullah melaksanakan shalat dhuha 4 rakaat atau lebih. Waktu shalat
dhuha dimulai dari naiknya matahari setelah terbit setinggi tombak dan
berlangsung hingga menjelang tergelincir. Atau, sebelum matahari ditengah-
tengah langit. Dan yang lebih baik adalah melakukanya ketika matahari
sangat terik. 64
Ayat-ayat yang paling baik dibaca dalam shalat dhuha : surat Al-
Waki’ah, surat As-syamsi. Surat Ad-Dhuha, surat Al Kafirun, surat Al-
Quraisy, surat Al-Ikhlas, dan lain-lain. Cara mengerjakan shalat dhuha sama
seperti mengerjakan shalat fardhu, baik bacaan maupun cara
mengerjakanya.
Shalat dhuha memiliki banyak keutamaan, baik berdasarkan hadist
maupun penjelasan para ulama. Shalat ini yang akan mendorong kita
menuju gairah hidup yang penuh keberkahan. Memicu semangat kerja
dengan penih konsentrasi dan jiwa yang tenang karena dilandasi oleh dzikir
dan do’a. Bahkan, ada nilai-nilai yang tidak kasat akal yang bisa didapatkan
oleh para pengamal ibadah ini. Hal ini telah banyak dibuktikan oleh
pengamal shalat dhuha yang memperoleh kehidupan yang mapan, baik
secara materi maupun secara spiritual.65
64 Fatihudin Abdul Yasin, Penuntun Shalat Lengkap dengan Do’a-doa Penting
(Surabaya: Terbit Terang, 1998) hlm 92
65 Ibid, hlm 98
BAB III
PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI PUNISHMENT
IBADAH DI SMA MUHAMMADIYAH PURWODADI
Sebelum penulis menyajikan hasil penelitian dilapangan, terlebih dahulu
akan dikemukakan metode dan sumber pengambilan data. Dalam pengambilan
data, penulis menggunakan metode observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Dan sebagai sumber informasi adalah Kepala sekolah. Guru BP/BK serta guru
lainnya. Adapun hasilnya adalah sebagai berikut:
A. Gambaran Umum SMA Muhammadiyah Purwodadi
1. Letak Geografis
SMA Muhammadiyah Purwodadi merupakan salah satu sekolah
swasta favorit yang berada di pusat kota Purwodadi yang terletak di jalan R.
Soeprapto No.118 Desa Purwodadi, Kecamatan Purwodadi, Kabupaten
Grobogan, Provinsi Jawa Tengah.
Berdasarkan letak geografis SMA Muhammadiyah mempunyai
batasan wilayah sebagai berikut:
a. Sebelah utara berbatasan dengan Dealer Laksana Motor Honda
b. Sebelah selatan berbatasan dengan Hotel Griya Laksana
c. Sebelah barat berbatasan dengan Desa Jetis
d. Sebelah timur berbatasan dengan Desa Kalongan
2. Sejarah Berdirinya SMA Muhammadiyah Purwodadi
Lembaga pendidikan SMA Muhammadiyah Purwodadi merupakan
salah satu sekolah menengah atas yang berdiri sejak tahun 1979 dan
mengalami renovasi pada tahun 2009. Dan bangunan tersebut masih kokoh
sampai saat ini.
Adapun tujuan didirikannya SMA Muhammadiyah Purwodadi antara
lain untuk ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, berakhlak mulia serta
mengembangkan sumber daya manusia.
SMA Muhammadiyah Purwodadi ini mempunyai visi, misi dan tujuan
dalam kegitan pembelajarannya sebagai berikut:
34
a. Visi :
“Mewujudkan insan yang kokoh imannya, luas ilmunya, banyak
amalnya, serta berakhlaq mulia.”
b. Misi :
Melaksanakan pembelajaran secara efektif ilmu pengetahuan dan
agama sehingga siswa memiliki iman, taqwa dan berkepribadian yang
Islami.
Menumbuhkan semangat berinovasi, berkreasi, sehingga mencapai
kompetensi dan prestasi.
Menumbuhkan jiwa dan semangat beramal dan memiliki kepedulian
sosial dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan bermasyarakat.
Mengajarkan sikap bersopan santun dan akhlaqul karimah.
c. Tujuan :
Mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu : “Terwujudnya
manusia muslim yang bertaqwa, berakhlaq mulia, cakap, percaya
kepada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna bagi masyarakat
utama, adil dan makmur yang diridoi Allah SWT”.
Memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan ketrampilan
untuk kemajuan umat dalam pembangunan masyarakat, bangsa dan
negara.
Bersama pemerintah mewujudkan penyelenggaraan pendidikan dan
kebudayaan sesuai dengan UUD tahun 1945 pasal 13.
3. Struktur Organisasi SMA Muhammadiyah Purwodadi
Dalam suatu lembaga pendidikan diperlukan sebuah susunan
kepengurusan yang bertanggung jawab atas suatu hal maupun tugas-tugas
tertentu. Struktur organisasi juga berfungsi sebagai pembagian tugas agar
suatu kegiatan dapat terlaksana dengan baik. SMA Muhammadiyah
Purwodadi mempunyai struktur organisasi sebagai berikut: Lihat Tabel 1
4. Keadaan Guru dan Siswa
Berdasarkan data dokumentasi kepegawaian yang ada di SMA
Muhammadiayah Purwodadi, jumlah guru yang berada di SMA
Muhammadiyah tersebut sebanyak 24 orang guru negeri dan 10 orang guru
swata/honorer. Para guru mengampu mata pelajaran sesuai dengan disiplin
ilmu yang dipelajarinya.
Karyawan jumlah pegawai tata usaha yang ada di SMA
Muhammadiyah Purwodadi adalah sebanyak 10 orang. Sedangkan jumlah
siswa yang ada di SMA Muhammadiyah adalah sebagai berikut: Lihat
Tabel II
5. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana merupakan salah satu faktor pendukung yang
menentukan berhasil tidaknya pelaksanaan proses belajar mengajar, tanpa
adanya sarana dan prasarana yang cukup memadai, maka program tersebut
tidak akan lancar sebagaimana mestinya.
Oleh karena itu SMA Muhammadiyah Purwodadi sebagai lembaga
pendidikan formal telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyediaan
sarana dan prasarana dan prasarana yang diperlukan. Adapun sarana dan
prasarana yang tersedia adalah sebagai berikut:66 Lihat Tabel III
B. Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui Punishment Ibadah di SMA
Muhammadiyah Purwodadi.
Dari penelitian yang dilakukan, penulis mendapatkan informasi tentang
cara pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah yaitu
dengan memberlakukan hukuman kedisiplinan pada siswa dengan perintah
melakukan shalat dhuha dan hal-hal yang bersifat ibadah. Dan disini penulis
menfokuskan penelitiannya pada pembinaan kedisiplinan siswa melalui
punishment ibadah yang berupa shalat dhuha.
1. Latar Belakang Pembinaan Kedisiplinan Siswa di SMA
Muhammadiyah Purwodadi
Pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah yang
dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Purwodadi dimulai sekitar tahun
2004. Yaitu saat kepala sekolah masih dijabat oleh H. Dasirin. Dan hal itu
66 Sumber: data SMA Muhammadiyah Purwodadi tahun 2010/2011
juga masih diterapkan sampai saat ini karena pembinaan tersebut sangat
efektif dalam menangani masalah disiplin siswa.
Menurut bapak Suharno (koordinator BP/BK), pembinaan
kedisiplinan itu disamping memperhatikan aspek jasmani juga harus
memperhatikan aspek rohani, agar supaya dalam pembianaan kedisiplinan
itu dapat memberikan efek jera kepada siswa untuk tidak melanggar tata
tertib sekolah.
Dalam upaya pembinaan kedisiplinan siswa tentunya tidak bisa
dipisahkan dari hukuman (punishment) yang diberlakukan kepada para
siswa. Akan tetapi dalam keadaan tertentu, Hukuman itu juga bisa
menjadikan siswa membenci para guru. Fungsi sebuah hukuman adalah
membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa. Namun hal
tersebut dirasa kurang efektif dalam menanamkan sikap disiplin pada siswa.
Untuk itu pihak sekolah menerapkan hukuman yang bersifat rohani yaitu
dengan hukuman mempunyai nilai ibadah. Ibadah yang dimaksud adalah
ibadah sehari-hari misalnya: shalat dhuha, membaca sholawat, dan lain-lain.
Apabila siswa telambat datang ke sekolah ataupun melanggar tata
tertib dikenakan hukuman fisik dan hukuman berupa perintah melaksanakan
shalat dhuha ataupun melaksanakan hal-hal yang lain yang mengandung
nilai-nilai ibadah. Salah satu tujuannya adalah menanamkan nilai-nilai
keagamaan kepada siswa agar selalu mengingat kepada Allah SWT.
Ibadah shalat adalah merupakan kubutuhan manusia sendiri. Dengan
shalat yang dilakukan secara benar sebagaimana dicontohkan Rasulullah
saw. Orang akan memperoleh ketenangan jiwa, kepuasan batin, membentuk
akhlaq mulia., menghilangkan kesombongan serta mendapat ridlo dari Allah
SWT. Dengan shalat maka para siswa akan mendapat ketenangan batin yang
bisa mengubah perilakunya secara otomatis.
Pembinaan tersebut dirasa sangat efektif dalam upaya menanamkan
kedisiplinan pada siswa, untuk itu kegiatan tersebut terus dilakukan sampai
sekarang.67
2. Unsur-unsur Pembinaan Kedisiplinan di SMA Muhammadiyah
Purwodadi.
Dalam pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh SMA
Muhammadiyah Purwodadi, mempunyai unsur-unsur sebagai berikut:
a. Guru BP/BK
Dalam pendidikan di sekolah Guru BP/BK bertugas memberi solusi
dan bimbingan kepada siswa agar permasalahan yang dihadapi oleh
siswa dapat terselesaikan. Selain itu tugas dari guru BP/BK adalah ikut
membantu sekolah serta mengawasi dalam penegakkan peraturan dan
tata tertib yang ada di sekolah, agar para siswa menjalankan
kewajibannya sebagai seorang murid tanpa melanggar peraturan dan tata
tertib sekolah.
Di SMA Muhammadiyah Purwodadi mempunyai struktur
kepengurusan BP/BK dengan personalia bimbingan dan konseling
sebagai berikut : Lihat Tabel IV
Adapun kegiatan pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh guru
BP/BK di SMA Muhammadiyah adalah sebagai berikut:
1) Pembinaan kedisiplinan melalui hukuman yang bersifat fisik
Dalam pembinaan ini siswa yang melanggar tata tertib sekolah
ataupun lainnya mendapat hukuman yang berupa hukuman fisik.
Hukuman fisik ini bukanlah hukuman yang bersifat fisik yang dapat
melukai siswa. Hukuman fisik disini dimaksudkan agar siswa tersebut
tidak menyepelekan peraturan-peraturan yang ada di sekolah.
Misalnya dengan berlari mengelilingi lapangan, push up dan
sebagainya.
2) Pembinaan kedisiplinan melalui sistem kredit point
67 Wawancara dengan guru BP/BK SMA Muhammadiyah Purwodadi, bapak Suharno
pada hari selasa tanggal 5 April 2011.
Sistem kredit point adalah salah satu cara menerapkan
kedisiplinan dengan menggunakan point. Siswa masing-masing diberi
buku panduan tata tertib sekolah agar siswa mengetahui peraturan
yang ada disekolah. Siswa yang melanggar tata tertib sekolah akan
mendapatkan kredit point berdasarkan besar kesalahan yang
dilakukan.
3) Pembinaan kedisiplinan melalui hukuman yang bersifat rohani
Hukuman ini diterapkan pada siswa yang terlambat masuk
sekolah. Siswa yang terlambat masuk sekolah di beri bimbingan oleh
guru BP/BK setelah dirasa cukup kemudian siswa disuruh
melaksanakan shalat dhuha dan diawasi oleh petugas lainnya.
b. Guru Agama Islam
Guru agama Islam adalah orang yang membimbing para siswa
untuk melaksanakan ibadah shalat dhuha. Selain itu tugas guru agama
disini adalah memberikan ceramah atau nasehat kepada para siswa yang
melanggar peraturan sekolah untuk selalu berbuat kebaikan dan mentaati
segala peraturan yang ada di sekolah.
Dalam penyampaian materi ceramah selain masalah kedisiplinan
juga menggunakan materi yang berkaitan dengan permasalahan hidup
sesuai dengan Al-Qur’an maupun Hadits. Agar para siswa dapat
memahami materi yang disampaikan oleh guru agama Islam, Media yang
digunakan dalam penyampaian ceramah adalah dengan menggunakan
tape atau pengeras suara.
c. Obyek pembinaan kedisiplinan (siswa)
Dalam pembinaan kedisiplinan yang dilakukan oleh SMA
Muhammadiyah, yang menjadi obyek adalah siswa yang melanggar
peraturan. Siswa yang melanggar peraturan kedisiplinan diberi sanksi
hukuman sesuai dengan besar kesalahan yang diperbuat. Sedangkan
siswa yang datang terlambat ke sekolah dibina untuk melakukan ibadah
shalat dhuha. Dan setelah selesai siswa tersebut dapat mengikuti
pelajaran kembali di kelas.
3. Pelaksanaan Pembinaan Kedisiplinan Siswa.
Kegiatan pembianaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah
yang dilakukan di SMA Muahmmadiyah Purwodadi dilaksanakan setiap
hari. Proses pembinaan kedisiplinan siswa dilakukan kepada siswa yang
datang terlambat ataupun siswa yang memerlukan pembinaan.
Waktu pelaksanaannya pembinaan kedisiplina antara pukul 07.15-
08.30 WIB dan pelaksanaan pembinaan itu dapat berubah disesuaikan
dengan situasi dan kondisi sekolah.
4. Tujuan Pembinaan Kedisiplinan melalui Punishment Ibadah
Tujuan pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah
yang dilakukan oleh SMA Muahammadiyah Purwodadi adalah sebagai
berikut:
a. Memberikan efek jera pada siswa yang melanggar tata tertib sekolah,
sehingga mereka tidak akan mengulanginya.
b. Menghindarkan siswa dari perbuatan yang tercela.
c. Menambah keimanan dan ketaqwaan siswa kepada Allah SWT.
d. Menanamkan nilai-nilai moral serta kebaikan kepada siswa, agar para
siswa mempunyai akhlaq yang mulia.
e. Menjadikan siswa lebih bertanggung jawab terhadap kewajibannya
sebagai siswa di sekolah dan hamba Allah SWT.
f. Memberi ketenangan batin kepada siswa, agar siswa dapat mengatasi
permasalahan yang dihadapinya.68
Dalam upaya menanamkan perilaku disiplin kepada siswa. Pihak
sekolah yang dilaksanakan oleh guru BP/BK melakukan pembinaan
kedisiplinan salah satunya dengan menggunakan punishment yang berupa
hukuman untuk melaksanakan ibadah. Dalam hal pembinaan tersebut guru
BP/BK dibantu oleh pengurus lainya. Untuk melakukan pembinaan
kedisiplinan, guru BP/BK dibantu oleh guru agama Islam untuk memberi
68 Wawancara dengan kepala sekolah SMA Muhammadiyah Purwodadi, Widyarini pada
hari selasa tanggal 5 April 2011.
nasehat atau ceramah kepada siswa tentang pentingnya perilaku disiplin
dalam kehidupan sehari-hari.
Setelah para siswa mendapat nasehat dari guru BP/BK dan guru
agama Islam, kemudian siswa diarahkan menuju masjid untuk
melaksanakan ibadah shalat dhuha. Hal tersebut dimaksudkan agar siswa
dapat menyadari kesalahannya dan tidak mengulanginya dikemudian hari
nanti.
Teknik bimbingan khusus merupakan teknik bimbigan konseling
untuk memberikan layanan bantuan kepada siswa yang memiliki
permasalahan agar siswa dapat mengatasi masalahnya. Misalnya saja,
seorang siswa berlaku kurang sopan terhadap guru atau berperilaku
menyimpang, hal itu dikarenakan siswa tersebut kurang bisa memahami
perilakunya itu kurang baik.
Keberadaan bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah
mempunyai peran yang sangat penting bagi perkembangan perilaku disiplin
siswa, sebab semakin kompleks permasalahan yang dihadapi siswa. Pada
dasarnya bimbingan konseling di SMA Muhammadiyah melaksanakan dua
program bimbingan, yaitu bimbingan klasikal yang dilaksanakan di kelas-
kelas, dan bimbingan individual yang dilaksanakan secara pribadi kepada
masing-masing siswa di ruang bimbingan konseling.
C. Kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah Purwodadi.
Masa remaja merupakan masa mencari jati diri, dan berusaha melepaskan
diri dari lingkungan orang tua untuk menemukan jati dirinya maka masa
remaja menjadi suatu periode yang sangat penting dalam pembentukan nilai,
sikap serta moral. Upaya pengembangan nilai, sikap serta moral juga
diharapkan dapat dikembangkan secara efektif dilingkungan sekolah.
Disiplin adalah masalah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan
menjadikan siswa mempunyai kedisiplinan. mendisiplinkan, mengubah tingkah
laku atau kebiasaan buruk siswa memang membutuhkan kesabaran. Pembinaan
kedisiplinan siswa yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Purwodadi
semata-mata hanya ingin menjadikan siswanya memiliki sikap disiplin dalam
berbagi perilaku sehari-hari.
Menurut kepala sekolah, kedisiplinan siswa SMA Muhammadiyah sangat
kurang. Namun setelah adanya pembinanaan kedisiplinan tersebut, kedisiplinan
para siswa berangsur-angsur membaik.
Ada beberapa macam kedisiplinan yang terkait dengan para siswa yang
harus selalu diperhatikan antara lain:
1. Disiplin waktu
Disiplin waktu adalah hal paling utama yang menjadi tolak ukur
kedisiplinan siswa. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter
utama kedisiplinan seorang siswa. Jika siswa masuk sebelum bel
dibunyikan, siswa tersebut termasuk disiplin. Namun apabila siswa tersebut
masuk setelah bel dibunyikan maka siswa tersebut kurang disiplin.
Disiplin waktu juga akan menjadikan siswa menjadi orang sukses di
kemudian hari nanti. Seringkali siswa SMA Muhammadiyah kurang
berdisiplin masalah waktu terutama waktu masuk sekolah. Ada beberapa
alasan yang menyebabkan keterlambatan yakni jarak ke sekolah, bangun
kesiangan, macet dan alasan-alasan lainnya.
2. Disiplin mematuhi peraturan
Peraturan dibuat untuk membatasi perilaku siswa yang menyimpang.
Disiplin dalam mematuhi aturan juga sangat penting, karena dengan
mematuhi peraturan, sekolah akan menjadi nyaman dan siswa merasa
tenang dalam kegiatan belajar di kelas.
Para siswa sering kali mengabaikan peraturan yang ada. Hal itu
dikarenakan kurangnya pemahaman dan sanksi hukuman yang kurang
efektif dalam menangani kenakalan siswa. Sehingga timbul keberanian
melanggar peraturan dan tata tertib sekolah.
3. Disiplin dalam bersikap
Disiplin dalam bersikap ini yang dimaksud adalah sikap sopan santun
siswa. Memang masalah sopan santun itu merupakan pembawaan, namun
sekolah juga harus mengajarkan perilaku sopan santun itu kepada siswa.
Agar tercipta suasana sekolah yang kondusif. Siswa yang rata-rata remaja
seringkali terpengaruh kebiasaan dari luar yang sering berkata-kata kotor.
Untuk itu perlu adanya pembinaan yang konsisten untuk meminimalisir
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa.
4. Disiplin dalam beribadah.
Menjalankan ajaran agama juga menjadi parameter kehidupan ini,
penanaman nilai-nilai agama sangat diperlukan bagi perkembangan siswa.
Dengan mendekatkan diri pada yang kuasa niscaya akan terhindar dari
segala macam persoalan di dunia maupun akherat.
Dalam upaya menanamkan sikap disiplin dalam beribadah diperlukan
pembinaan khusus serta pembiasaan untuk selalu menjalankan ibadah. Agar
nantinya siswa mengetahui bahwasanya beribadah itu bukan merupakan
suatu beban melainkan kebutuhan yang harus dipenuhi.
Dengan adanya pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment
ibadah yang dilakukan SMA Muhammadiyah Purwodadi, siswa yang
mulanya banyak melangar peraturan dan tata tertib sekolah menjadi lebih
taat pada peraturan yang ada. Hal ini tidak terlepas dari pembinaan dan
kesadaran siswa sendiri untuk berperilaku disiplin. Perilaku disiplin itu
dapat terealisasikan apabila dalam pembinaan tersebut direncanakan dan
dilakuakan dengan baik.
BAB IV
ANALISIS TENTANG PEMBINAAN KEDISIPLINAN SISWA MELALUI
PUNISHMENT IBADAH DI SMA MUHAMMADIYAH PURWODADI
TAHUN AJARAN 2010/2011
A. Pembinaan Kedisiplinan Siswa melalui Punishment Ibadah di SMA
Muhammadiyah Purwodadi
1. Pelaksanaan pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah.
Pelaksanaan bimbingan serta pembinaan kedisiplinan siswa melalui
punishment ibadah yang dilaksanakan di SMA Muhammadiyah Purwodadi
pada dasarnya merupakan bentuk pembinaan terhadap siswa khususnya dalam
bidang rohani. Siswa adalah merupakan aset generasi masa depan. Apabila
kita benar-benar membimbing dan membinanya dengan baik maka siswa
tersebut dapat berguna demi nusa dan bangsa.
Dalam kondisi seperti ini agama akan lebih mempunyai peranan yang
sangat penting, karena pada saat jiwa tertekan atau mengalami kesulitan
biasanya orang akan lebih mudah untuk mengingat, dekat dan menyerahkan
dirinya kepada Allah. Oleh karena itu untuk dapat menjalankan ajaran-ajaran
agama Islam dengan baik, siswa harus bisa mengetahui dan memahami ajaran
agama Islam terlebih dahulu. Dan hal itu bisa dilakukan melalui upaya
bimbingan dan keagamaan Islam.
Agama merupakan dasar utama dalam kehidupan manusia yang
menjadi kebutuhan universal. Kaidah-kaidah yang terkandung di dalamnya
mengandung nilai yang sangat tinggi dalam hidup manusia. Kaidah-kaidah
agama merupakan norma-norma ketuhanan yang sampai kepada manusia
melalui Wahyu Ilahiyah kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul-Nya. Pada
hakikatnya segala yang digariskan oleh agama, terutama agama Islam selalu
baik dengan tujuan tunggal yakni vertikal maupun horizontal.
Misi Islam sebenarnya adalah pengarahan manusia mencapai nilai-nilai
derajat kemanusiaan yang luhur, sesuai dengan kemuliaan manusia, yaitu
memiliki sikap sabar yang mulia dan bersikap luhur sesuai dengan kemuliaan.
44
manusia sebagai pemimpin (khalifah) di bumi. Islam sangat mementingkan
sikap sabar, untuk mewujudkan unsur-unsur pikiran dan hatinya dapat
memberikan saham dalam mempertinggi taraf kehidupan dan pendapatan
perlindungan serta ridho Allah di balik kehidupan yang sekarang ini.
Ajaran-ajaran Islam yang disampaikan dalam bimbingan dan
keagamaan Islam yang di berikan makna, arti dan tujuan hidup. Pembinaan
kedisiplinan yang di berikan di SMA Muhammadiyah Purwodadi di harapkan
dapat dijadikan sebagai pedoman dan penuntun tingkah laku siswa dalam
semua aspek kehidupan. Agama maupun mengatasi berbagai persoalan yang
dialami siswa sehingga dapat menciptakan ketenangan dan ketenteraman jiwa
pada diri siswa di SMA Muhammadiyah Purwodadi
Berikut ini bentuk-bentuk upaya dalam menumbuhkan kedisiplinan
siswa yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Purwodadi:
1. Membuat tata tertib.
Tata tertib adalah semua peraturan, ketentuan dan berbagai
pedoman yang ada dalam sebuah lembaga, termasuk lembaga pendidikan
di sekolah. Sedangkan Aturan atau tata tertib bertujuan antara lain
membuat anak menjadi orang bermoral, karena aturan mempunyai nilai
pendidikan atau bermaksud menghindari tingkah laku yang tidak baik.
Bentuk dari aturan bisa ditentukan oleh oang tua, guru, dan teman.
Misalnya peraturan rumah, peraturan sekolah dan peraturan bermain.
Tata tertib siswa sangatlah penting agar suasana di sekolah menjadi
tertib, teratur dan nyaman. Dengan adanya tata tertib siswa, para anak didik
di sekolah tidak seenaknya sendiri, baik dari segi perlakuan, kerajinan
maupun kerapian.
Dalam mendisiplinkan siswa, tata tertib sangatlah bermanfaat
untuk membiasakannya dengan standar perilaku yang sama yang diterima
individu lain dalam ruang lingkupnya. Dengan standar yang sama ini
diharapkan tidak ada diskriminasi dan rasa ketidakadilan pada individu-
individu yang ada di lingkungan tersebut. Di samping itu, adanya tata
tertib, diharapkan para siswa tidak dapat lagi bertindak dan berbuat sesuka
hatinya.
2. Memberi hukuman pada siswa yang melanggar.
Memberi hukuman bagi siswa yang melanggar sangatlah penting.
Ancaman atau hukuman sangatlah penting karena dapat memberi
dorongan dan kekuatan bagi siswa untuk mentaati dan mematuhinya.
Tanpa ancaman, hukuman ataupun sanksi, dorongan ketaatan dan
kepatuhan dapat diperlemah. Selain itu palaksanaannya harus secara
kontinyu dan konsekuen. Siswa yang melanggar peraturan yang berlaku
harus diberi sanksi disiplin.
Yang dimaksud hukuman adalah sesuatu yang tidak
menyenangkan yang harus diterima atau dikerjakan anak didik karena
bertingkah laku tidak pada tempatnya. Hukuman sebagai penguatan
negatif merupakan salah satu penunjang untuk tegaknya disiplin dan
dilakukan apabila terjadi pelanggaran tata tertib atau disiplin.
Selain itu hukuman adalah “imbalan” yang tidak menyenangkan
yang harus diterima anak didik akibat tingkah laku mereka dinilai tidak
pada tempatnya. Hukuman seyogyanya diberikan jika cara-cara
pendisiplinan lainnya tidak berhasil. Hukuman memberitahu pada anak
mengenai perilaku apa yang tidak diinginkan, tetapi belum tentu
menjelaskan perilaku yang bagaimana yang diinginkan. Sedangkan
persyaratan dalam penanaman disiplin adalah bahwa anak-anak harus tahu
betul perilaku apa yang dapat diterima.
Hukuman memang mengandung empat fungsi, yakni sebagai
pembalasan perbuatan salah yang telah dilakukan, sebagai pencegahan dan
adanya rasa takut orang melakukan pelanggaran, sebagai pencegahan dan
adanya rasa takut orang melakukan pelanggaran. Sebagai koreksi terhadap
perbuatan yang salah, sebagai pendidikan, yakni menyadarkan orang untuk
tidak melakukan perbuatan tidak baik, lalu mulai melakukan yang baik.
Karena itu sanksi berupa hukuman tidak boleh dilihat hanya
sebagai cara untuk menakut-nakuti atau mengancam orang supaya tidak
berbuat salah. Sanksi seharusnya sebagai alat pendidikan dan mengandung
unsur pendidikan, tanpa unsur itu hukuman kurang bermanfaat.
Di SMA Muhammadiyah Purwodadi bahwasanya dalam
meningkatkan kedisiplinan siswanya Guru BP/BK memberikan hukuman
kepada siswa, tergantung dari tingkat kesalahannya. Selain itu Guru
BP/BK menyuruh siswanya yang tidak disiplin untuk melaksanakan
ibadah sholat dhuha. Hal ini dimaksudkan agar siswa menjadi jera akan
perbuatan tidak berdisiplin yang telah dilakukannya.
Dari hasil wawancara dengan Guru BP/BK di SMA
Muhammadiyah Purwodadi menyatakan bahwa dalam membina
kedisiplinan siswa berupa keteladanan yang baik dan secara nyata
dilakukan. Yang paling berperan dalam memeberikan keteladanan
dilingkungan sekolah adalah para Kepala Sekolah maupun para Guru.
Disamping sebagai pendidik mereka dianggap sebagai figure yang
mampu memberikan keteladanan. Maka tidak sembarang orang dapat
menjadi pendidik. Sehingga ada syarat-syarat tertentu untuk dapat menjadi
seorang pendidik. Dalam menanamkan disiplin memerlukan pendekatan
yang panjang dan harus ada pendekatan yang kontinyu. Pendidikan itu
tidak akan sukses melainkan kalau diberi contoh yang baik.
Selain itu yang perlu diperhatikan lagi bahwa secara psikologis
siswa cenderung suka meniru dan membutuhan keteladanan untuk
mengembangkan sifat dan potensinya.
3. Melaksanakan ibadah shalat dhuha
Ibadah menghasilkan ketenangan hidup. Sikap kita dalam
beribadah akan mempengaruhi hidup kita. Bila kita beribadah agar Tuhan
mengabulkan permohonan dan kehendak kita, hidup kita akan penuh
dengan stress. Saat kesulitan datang, kita langsung beranggapan bahwa
Tuhan tidak mendengar atau menjawab permohonan kita. Namun, bila kita
bertekad untuk menyenangkan hati Allah, hidup kita akan penuh dengan
ketenangan. Sesungguhnya, ibadah menolong orang percaya untuk tetap
memiliki pengharapan kepada Allah, sehingga lebih sabar menghadapi
kesulitan hidup. Dengan demikian, iman kita tidak akan tergoyahkan oleh
masalah apa pun. Shalat dhuha juga sebagai investasi amal cadangan yaitu
dapat menyempurnakan shalat wajib, mendapatkan keuntungan yang
besar, dicukupi kebutuhan, diampuni dosa walau sebanyak bui di laut dan
Allah akan membangun istana di syurga bagi yang gemar sholat duha.
Manfaat shalat dhuha untuk kesehatan jasmani, dimana gerakan
sholat dhuha yang dilaksanakan pada pagi hari ketika matahari
memancarkan sinar yang baik untuk kesehatan. Selain itu shalat dhuha
bisa meningkatkan kecerdasan fiskal. Kecerdaan emosional spritual, jika
melaksanakan sholat dhuha pada pagi hari sebelum beraktivitas dapat
menghindarkan diri dari berkeluh kesah karena kegagalan yang dialami.
Kecerdasan intektual, jika sholat dhuha rutin dikerjakan pelajar,
InsyaAllah mudah meraih prestasi akademik dan kesuksesan dalam hidup.
Sedangkan hikmah lain melaksanakan shalat dhuha adalah menjadikan
hati menjadi tenang, pikiran menjadi lebih konsentrasi, kesehatan fisik
terjaga dan kemudahan urusan serta memperoleh rezeki yang tidak
disangka-sangka. Shalat dhuha memudahkan jalan rezeki yang halal. Bagi
yang melakukan shalat dhuha menapatkan petunjuk dan bimbingan Allah
SWT.
Sementara itu guru BP/BK yang berada di SMA Muhammadiyah
Purwodadi, mengatakan bahwa pihaknya sangat mendukung program
sholat dhuha bagi siswa SMA Muhammadiyah Purwodadi. Hal tersebut
akan memiliki dampak yang sangat positif bagi siswa dalam meningkatkan
kedisiplinan siswa.
Dalam pembentukan kedisiplinan belajar siswa, metode
pembiasaan sebenarnya cukup efektif, sebab inti dari model pembiasaan
ini adalah pengulangan. Kebiasaan yang berulang-ulang pada mulanya
perilaku ini dimulai dengan kesengajaan atau pikiran kemudian
berkelanjutan berulang-ulang menjadi sebuah kebiasaan.
Didalam pembentukan kedisiplinan belajar siswa di SMA
Muhammadiyah Purwodadi juga menerapkan metode pembiasaan ini
dipakai oleh para guru. Karena disiplin ini dapat dicapai dan dibentuk
melalui proses latihan dan kebiasaan. Pembiasaan tersebut di jabarkan
dalam pembentukan tata tertib siswa
Dasar pembinaan kedisiplinan adalah ajaran-ajaran yang ada dalam
Al-Qur’an dan al hadits yang semua telah difirmankan oleh Alah SWT,
sebagaimana tertulis di dalam Q.S. Ali Imran : 104.
Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan umat yang menyeru
kepada kebajikan, menyuruh kepada yang makruf dan mencegah
dari yang mungkar, merekalah orang-orang yang beruntung.(Q.S.
Ali Imran: 104) 69
Dengan demikian orang yang beriman harus menyelamatkan
dirinya dan warganya sesama manusia dari kerusakan budi pekerti serta
untuk mencapai kebahagiaan yang berimbang antara dunia akhirat dengan
cara memberi bimbingan agar mereka mempunyai budi pekerti yang luhur
segala perbuatannya berpedoman pada ajaran Islam. Adapun tujuan dari
pembinaan keagamaan ini tidak dapat terlepas dari tujuan hidup manusia
yakni untuk mencapai kebahagiaan di dunia dan akhirat
Dalam menegakkan disiplin hendaknya pendidik dapat
menggunakan cara-cara yang membentuk konsep diri yang positif dan
realitis pada anak. Hendaknya disiplin tidak menghambat anak dari
kemandirian dan kebebasan yang bertanggung jawab, tetapi disiplin yang
baik adalah berdasarkan kemandirian dan kebebasan yang bertanggung
jawab.
Dampak dari pembinaan disiplin dan pemberian hukuman Dalam
kondisi tertentu, pendidik tidak dapat menghindarkan diri dari pemberian
hukuman. Hal tersebut terjadi jika dengan cara-cara lain sudah tidak
69 Departemen Agama Republik Indonesia, Al-Qur’an dan Terjemahnya,( Semarang: CV.
Asy-Syifa’, , t.th., )hlm. 93.
mungkin untuk merubah perilaku anak atau demi keamanan maupun
lingkungannya. Guru menetapkan hukuman hendaknya mengacu pada
peraturan dan hak anak sehingga tidak menghambat ruang gerak anak
dalam berkreativitas. Peraturan juga dibuat hendaknya masuk akal dan
dapat diterima sebagai hal yang wajar oleh anak.
Pemberian hukuman seyogyanya dipertimbangkan adanya
kemungkinan-kemungkinan dampak negatif dari hukuman tersebut yaitu:
a) Pemberian hukuman tidak menunjang perkembangan dan kendali diri
pada anak, karena bias jadi anak tidak belajar dari kesalahannya dan
tidak belajar memikul tanggung jawab sendiri untuk mengendalikan
diri.
b) Pemberian hukuman dapat memberikan model yang negatif,
penerimaan suatu perilaku dapat diterima anak tergantung dari siapa
yang melakukannya.
c) Pemberian hukuman dapat menimbulkan agresivitas jika seseorang
disakiti, baik secara fisik atau mental maka ia akan memberontak.
d) Pemberian hukuman dapat menimbulkan aversi (menentang) terhadap
sekolah dan belajar.
2. Faktor Pendukung dan Penghambat Pembinaan Kedisiplinan Siswa Di
SMA Muhammadiyah Purwodadi
Dalam melaksanakan kegiatan pembinaan kedisiplinan siswa melalui
punishment ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi ada beberapa faktor
yang mempengaruhi baik yang mendukung kegiatan maupun faktor
penghambat kegiatan tersebut. Antara lain:
1. Faktor pendukung
Beberapa faktor yang mendukung kegiatan pembinaan yang
dilakukan oleh SMA Muhammadiyah adalah:
a. Kegiatan ini selain melibatkan guru BP/BK juga melibatkan guru
Agama Islam yang bertugas memberi ceramah kepada siswa dan
melakukan pengawasan saat siswa melakukan ibadah shalat dhuha.
b. Siswa yang cukup aktif dalam mengikuti pembinaan kedisiplinan yang
dilakukan oleh pihak sekolah.
c. Kegiatan tersebut dilakukan di masjid yang berada di Sekolah,
sehingga kegiatan tersebut tidak menggangu siswa lain yang
melakukan aktivitas belajar.
d. Peran kepala sekolah yang ikut serta mendukung dan memantau
kegiatan tersebut sehingga kegiatan tersebut berjalan dengan lancar.
e. Sarana dan prasarana pelengkap yang memadai dalam pelaksanaan
kegiatan sehingga kegiatan tersebut menjadi optimal.
2. Faktor penghambat
Ada beberapa faktor penghambat dalam kegiatan pembinanaan
yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Purwodadi antar lain:
a. Pelaksanaan kegiatan pembinaan yang dilakukan terlalu singkat
sehingga kegiatan tersebut kurang optimal.
b. Kurangnya tenaga guru yang ikut dalam pengawasan kegiatan tersebut
sehingga kegiatan tersebut menjadi kurang tertib.
c. Materi ceramah yang terlalu singkat dikarenakan waktu yang terbatas.
d. Kurangnya konsistensi dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, yang
hanya dilakukan oleh guru BP/BK.
B. Kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah Purwodadi
1. Kedisiplinan Siswa di SMA Muhammadiyah Purwodadi
Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan
sekolah. Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran
yang baik. Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh
berbeda. Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa
dan untuk memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini
diperlukan kerja keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga
berbagai jenis pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut
perlu dicegah dan ditangkal.
Menciptakan kedisiplinan siswa bertujuan untuk mendidik siswa agar
sanggup memerintahkan diri sendiri. Mereka dilatih untuk dapat menguasai
kemampuan, juga melatih siswa agar ia dapat mengatur dirinya sendiri,
sehingga para siswa dapat mengerti kelemahan atau kekurangan yang ada
pada dirinya sendiri.
Menanamkan kedisiplinan siswa merupakan tugas tenaga pengajar dan
semua pihak yang ada di sekolah. Untuk menanamkan kedisiplinan siswa ini
harus dimulai dari dalam diri kita sendiri, barulah kita dapat mendisiplinkan
orang lain sehingga akan tercipta ketenangan, ketentraman, dan keharmonisan
Ada beberapa macam kedisiplinan yang terkait dengan para siswa di
SMA Muhammadiyah Purwodadi yang harus selalu diperhatikan antara lain:
5. Disiplin waktu
Disiplin waktu adalah hal paling utama yang menjadi tolak ukur
kedisiplinan siswa. Waktu masuk sekolah biasanya menjadi parameter
utama kedisiplinan seorang siswa. Jika siswa masuk sebelum bel
dibunyikan, siswa tersebut termasuk disiplin. Namun apabila siswa tersebut
masuk setelah bel dibunyikan maka siswa tersebut kurang disiplin.
Disiplin waktu juga akan menjadikan siswa menjadi orang sukses di
kemudian hari nanti. Seringkali siswa SMA Muhammadiyah kurang
berdisiplin masalah waktu terutama waktu masuk sekolah. Ada beberapa
alasan yang menyebabkan keterlambatan yakni jarak ke sekolah, bangun
kesiangan, macet dan alasan-alasan lainnya.
6. Disiplin mematuhi peraturan
Peraturan dibuat untuk membatasi perilaku siswa yang menyimpang.
Disiplin dalam mematuhi aturan juga sangat penting, karena dengan
mematuhi peraturan, sekolah akan menjadi nyaman dan siswa merasa
tenang dalam kegiatan belajar di kelas.
Para siswa sering kali mengabaikan peraturan yang ada. Hal itu
dikarenakan kurangnya pemahaman dan sanksi hukuman yang kurang
efektif dalam menangani kenakalan siswa. Sehingga timbul keberanian
melanggar peraturan dan tata tertib sekolah.
7. Disiplin dalam bersikap
Disiplin dalam bersikap ini yang dimaksud adalah sikap sopan santun
siswa. Memang masalah sopan santun itu merupakan pembawaan, namun
sekolah juga harus mengajarkan perilaku sopan santun itu kepada siswa.
Agar tercipta suasana sekolah yang kondusif. Siswa yang rata-rata remaja
seringkali terpengaruh kebiasaan dari luar yang sering berkata-kata kotor.
Untuk itu perlu adanya pembinaan yang konsisten untuk meminimalisir
perilaku menyimpang yang dilakukan siswa.
8. Disiplin dalam beribadah.
Menjalankan ajaran agama juga menjadi parameter kehidupan ini,
penanaman nilai-nilai agama sangat diperlukan bagi perkembangan siswa.
Dengan mendekatkan diri pada yang kuasa niscaya akan terhindar dari
segala macam persoalan didunia maupun akherat. Dalam upaya
menanamkan sikap disiplin dalam beribadah diperlukan pembinaan khusus
serta pembiasaan untuk selalu menjalankan ibadah. Agar nantinya siswa
mengetahui bahwasanya beribadah itu bukan merupakan suatu beban
melainkan kebutuhan yang harus dipenuhi.
2. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa SMA Muhammadiyah
Purwodadi.
Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa SMA
Muhammadiyah Purwodadi yaitu:
a) Perkembangan siswa
Perkembangan siswa sangat mempengaruhi tingkat kedisiplinan
siswa. Usia remaja merupakan masa untuk mencari jati diri. Sering kali
pada usia remaja para siswa melakukan hal-hal yang melanggar peraturan
untuk mendapatkan perhatian dan simpati dari orang lain tentang
keberadaan mereka. Tidak heran apabila para siswa sering melanggar tata
tertib yang ada di sekolah
b) Lingkungan
Lingkungan adalah salah satu penyebab seorang siswa menjadi
anak yang nakal. Lingkungan yang baik akan membuat siswa menjadi
baik, namun apabila lingkungan itu dipenuhi dengan perilaku buruk
maka secara tidak langsung akan mempengaruhi jiwa seorang siswa
dalam perkembangan sikap dan perilaku.
c) Pemahaman nilai-nilai kedisiplinan
Pemahaman akan nilai-nilai dari sebuah kedisiplinan juga
mempengaruhi perilaku disiplin siswa. Untuk itu perlu adanya
penanaman dan pembinaan yang dilakukan secara kontinyu. Dalam
pembinaan tentang nilai-nilai kedisiplinan perlu dilakukan oleh semua
pihak di sekolah, agar nantinya para siswa dapat memahami pentingnya
sebuah kedisiplinan.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Berdasarkan pada hasil penelitian mengenai “Pembinaan kedisiplinan
Siswa melalui Punishment Ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi”, maka
dapat ditarik simpulan sebagai berikut :
1. Pelaksanaan pembinaan kedisiplinan siswa itu disamping memperhatikan
aspek jasmani juga harus memperhatikan aspek rohani, agar supaya dalam
pembianaan kedisiplinan itu dapat memberikan efek jera kepada siswa
untuk tidak melanggar tata tertib sekolah. Dalam pembinaan kedisiplinan
yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah, yang menjadi obyek adalah
siswa yang melanggar peraturan. Fungsi sebuah hukuman adalah
membatasi perilaku menyimpang yang dilakukan para siswa. Namun hal
tersebut dirasa kurang efektif dalam menanamkan sikap disiplin pada
siswa. Untuk itu pihak sekolah menerapkan hukuman yang bersifat rohani
yaitu dengan hukuman mempunyai nilai ibadah. Siswa yang melanggar
peraturan kedisiplinan diberi sanksi hukuman sesuai dengan besar
kesalahan yang diperbuat. Sedangkan siswa yang datang terlambat ke
sekolah dibina untuk melakukan ibadah shalat dhuha.
2. Disiplin adalah masalah kebiasaan. Kebiasaan-kebiasaan yang baik akan
menjadikan siswa mempunyai kedisiplinan. mendisiplinkan, mengubah
tingkah laku atau kebiasaan buruk siswa memang membutuhkan kesabaran.
Pembinaan kedisiplinan siswa yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah
Purwodadi semata-mata hanya ingin menjadikan siswanya memiliki sikap
disiplin dalam berbagi perilaku sehari-hari. Kedisiplinan siswa SMA
Muhammadiyah dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Dengan adanya
pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah yang dilakukan
SMA Muhammadiyah Purwodadi, siswa yang mulanya banyak melangar
peraturan dan tata tertib sekolah menjadi lebih taat pada peraturan yang
55
ada. Hal ini tidak terlepas dari pembinaan dan kesadaran siswa sendiri
untuk berperilaku disiplin. Perilaku disiplin itu dapat terealisasikan apabila
dalam pembinaan tersebut direncanakan dan dilakuakan dengan baik.
B. Saran-Saran
Agar pelaksanaan pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment
ibadah di SMA Muhammadiyah dapat berjalan dengan baik dan sesuai dengan
harapan, maka penulis memberikan saran-saran sebagai berikut:
1. Bagi kepala sekolah, kegiatan pembinaan kedisiplinan tersebut merupakan
salah satu upaya menanamkan nilai-nilai kedisiplinan berdasarkan Islam,
maka kegiatan tersebut harus terus dilakukan.
2. Bagi pembimbing dan penyuluh agama Islam, hendaklah lebih menekan
pada materi yang berkaitan dengan nilai-nilai ajaran agama Islam yang
berhubungan dengan pembinaan pada kedisiplinan.
3. Bagi siswa, kegiatan tersebut adalah serangkaian kegiatan yang ditujukan
pada siswa. Oleh sebab itu, siswa harus memahami dan menjalankannya
dengan penuh tanggung jawab.
C. Penutup
Demikianlah skripsi yang hasil penulis susun,dengan mengucapkan puji
syukur Alhamdulillah ke Hadhirat Allah SWT karena dengan limpahan rahmat,
dan taufiq serta inayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Penulis menyadari bahwa dalam penulisan skripsi ini masih sangat jauh
dari kesempurnaan. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik, petunjuk dan
saran yang membangun demi kesempurnaan skripsi ini.
Akhirnya penulis hanya mampu berharap, semoga skripsi ini dapat
memberikan manfaat khususnya bagi penulis sendiri dan bagi masyarakat pada
umumnya, dan semoga mendapatkan ridho Allah SWT. Amiin.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul Yasin, Fatihudin Penuntun Shalat Lengkap dengan Do’a-doa Penting
(Surabaya: Terbit Terang, 1998)
Ahyadi, Abdul Aziz, Psikologi Agama Kepribadian Muslim Indonesia
(Bandung; PT Sinar Baru Algesindo,2005)
Abu Ahmadi, Nur Uhbiyati, Ilmu Pendidikan,(Jakarta: Rineka Cipta, 2001)
Ariesandi, Rahasia Mendidik Anak Agar Sukses dan Bahagia,(Jakarta: PT.
Gramedia 2008)
Arikunto, Suharsimi Prosedur Penelitian (Suatu Pendekatan Praktek),
(Jakarta: PT. Rineka Cipta),
Arrabawi, Abdul Qadir, Fikih Shalat Empat Madzhab, (Yogyakarta: Hikam
Pustaka, 2005).
Ash Siddiqy, Teungku Hasbi Kuliah Ibadah, Ditinjau Dari Segi Hukum Dan
Hikmah, (Semarang : Pustaka Riski Putra 2010)
Asmani, Jamal Makmur Tips Menjadi Guru Yang Efektif, Kreatif, Dan Inovatif,
(Yogyakarta: Diva Press 2009)
Azra, Azzumardi, Paradigma Baru Pendidikan Nasional, (Jakarta: PT .
Kompas Media Nusantara, 2002)
B. Harlock, Elizabeth, Perkembangan Anak, jilid2 (Jakarta: Erlangga, 1993)
Departemen Agama Republik Indonesia “Al-Qur’an dan Terjemahannya”
(Surabaya: Mahkota)
Durkehim, Emile Pendidikan Moral Suatu Studi Teori dan Aplikasi Sosiologi
Pendidikan, (Jakarta: Erlangga 1990),
Djamarah, Syaiful Bahri Guru dan Anak Didik dalam Interaksi Edukatif,
(Jakarta: PT. Rineka Cipta 2010)
Febriana, Susanti Mencetak Anak Juara, (Yogyakarta: Katahati,2009),
Ginnis, Paul Trik&Taktik Strategi Meningkatkan Pencapaian Pengajaran Di
Kelas (Jakarta: PT Indeks 2008)
Hadi, Sutrisno Metodologi Research, jilid I (Yogyakarta: Fakultas Psikologi
UGM,1983)
Hamit, Abdul dan Ahmad Saebani, Fiqh Ibadah, (Bandung: Pustaka Setia
2009)
Hardiyanto, Kurikulum Pendidikan, http//: iceputih.com/16022011/opini.html.
Kartono, Kartini Pengantar Metodologi Riset Sosial (Bandung: CV. Mandar
Maju, 1996)
............, Pengantar Ilmu Pendidikan Teoritis (Apakah Pendidikan masih
Diperlukan)(Bandung: Masdar Maju 1992)
Moleong, Lexy J Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Rosdakarya,
2004)
Muathi, Mustafa Abdul, Mendidik Anak Shalat Teori dan Praktek,
(Bandung:IBS 2009).
Muijs, Daniel & Reynold David, Effective Teaching Teori Dan Aplikasi
(Yogyakarta: pustaka Pelajar 2008)
Mulyana, Deddy Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2010)
Musbikin, Imam Mendidik Anak Nakal, (Yogyakarta: Mitra Pustaka 2005)
Purwodarminto, WJS, Kamus Besar Bahasa Indonesia (Jakarta: Balai Pustaka
2007)
Sadullah, Uyoh Padegogik (Ilmu Mendidik) (Bandung: Alfabeta,2010)
Semiawan, Conny Penerapan Pembelajaran Bagi Anak, (Bandung: PT Indeks
2009)
Seifert, Kelvien Manajemen Pembelajaran Dan Instruksi Pendidikan,
Meningkatkan Mutu Psikologi (Yogyakarta: IRCiSod 2008)
Suhartomo, Suparlan Filsafat Pendidikan (Yogyakarta : Ar-ruzz 2006).
Tafsir, Ahmad Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya, 2002)
Ulwan, Abdul Nasih, Pendidikan Anak Menurut Islam, Kaidah-Kaidah Dasar
(Bandung: Rosdakarya,1992).
Wong Harry K & Rosemanny T Wong, Menjadi Guru Efektif, The First Day,
(Yogyakarta: PustakaPelajar 2009)
Wawancara dengan kepala sekolah SMA Muhammadiyah Purwodadi,
Widyarini, pada hari selasa tanggal 5 April 2011
Yunus, Mahmud, Metodik Khusus Pendidikan Agama, (Jakarta: Hilda Karya,
1983)
Tabel I
STRUKTUR ORGANISASI SEKOLAH SMA MUHAMMADIYAH
PURWODADI-GROBOGAN 2010/2011
Kepala Sekolah
Waka sar/pras Waka Humas Waka Kesiswaan Waka kurikulum
Kepala Perpustakaan
Wali Kelas
XII IPS1-2 XII IPA1-3 XI IPS 1-2 XA-D XI IPA1-3
Kepala Tata Usaha
Keterangan:
1. Kepala Sekolah : Dra. Hj. Widyarini, S.M
2. Kepala Tata Usaha : Titik Hartati, S.Pt
3. Waka Kurikulum : Imam Wahyudi, S.Pd
4. Waka Kesiswaan : Drs. Agus Sudarko
5. Waka Sar/pras : Nani Ambarwati, S.H
6. Waka Humas : Ali Widodo, S.Ag
7. Kepala Perpustakaan : Drs. Agus Sofyan
8. Wali kelas
Tabel II
Data Jumlah Siswa di SMA Muhammadiyah Tahun 2010/2011
NO. KELAS JUMLAH
1. XA 43 siswa
XB 42 siswa
XC 43 siswa
XD 41 siswa
2. XI IPA 1 37 siswa
XI IPA 2 38 siswa
XI IPA 3 36 siswa
XI IPS 1 35 siswa
XI IPS 2 34 siswa
3. XII IPA 1 41 siswa
XII IPA 2 41 siswa
XII IPA 3 39 siswa
XII IPS 1 41 siswa
XII IPS 2 38 siswa
JUMLAH = 549 siswa
Tabel III
Sarana dan Prasarana SMA Muhammadiyah Purwodadi
No. Jenis Ruangan Keadaan Jumlah ruang
1. Ruang kelas Baik 14
2. Lab. IPA Baik 1
3. Lab. Bahasa Baik 1
4. Lab. Komputer Baik 1
5. Perpustakaan Baik 1
6. Ruang UKS Cukup 1
7. Koperasi Baik 1
8. Ruang BK Baik 1
9. Ruang kepala sekolah Baik 1
10. Ruang TU Baik 1
11. Ruang OSIS Baik 1
12. Kamar mandi/ WC guru Baik 2
13. Kamar mandi/ WC siswa Cukup 9
14. Gudang Cukup 1
15. Tempat ibadah Baik 1
16. Ruang multimedia Baik 1
38 ruang
Tabel IV
STRUKTUR KEPENGURUSAN BP/BK SMA MUHAMMADIYAH
PURWODADI
Keterangan:
Keterangan :
1. Pembina : Dra. Hj. Widyarini, S.M
2. Koordinator bimbingan dan konseling : Bp. Suharno, S.Psi
3. Tenaga/guru bimbingan dan konseling di SMA Muhammadiyah
purwodadi terdiri atas:
Koord. BP/BK
Pengurus I Pengurus II
Kepala Sekolah
(Pembina)
a. Dra. Sri Hardaningtyastuti, M.Pd
b. Mas ipunk ( pembantu BP/BK).
HASIL WAWANCARA
A. Gambaran umum sekolah
1. Sejak kapan sekolah SMA Muhammadiyah ini berdiri?
Berdiri sejak 1979 dan direnovasi tahun 2009
2. Apa dasar dan tujuan didirikan SMA Muhammadiyah ini?
d. Visi :
“Mewujudkan insan yang kokoh imannya, luas ilmunya,
banyak amalnya, serta berakhlaq mulia.”
e. Misi :
Melaksanakan pembelajaran secara efektif ilmu pengetahuan
dan agama sehingga siswa memiliki iman, taqwa dan
berkepribadian yang Islami.
Menumbuhkan semangat berinovasi, berkreasi, sehingga
mencapai kompetensi dan prestasi.
Menumbuhkan jiwa dan semangat beramal dan memiliki
kepedulian sosial dalam kehidupan berbangsa, bernegara dan
bermasyarakat.
Mengajarkan sikap bersopan santun dan akhlaqul karimah.
f. Tujuan :
Mencapai tujuan pendidikan Muhammadiyah, yaitu :
“Terwujudnya manusia muslim yang bertaqwa, berakhlaq mulia,
cakap, percaya kepada diri sendiri, cinta tanah air dan berguna
bagi masyarakat utama, adil dan makmur yang diridoi Allah
SWT”.
Memajukan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan
ketrampilan untuk kemajuan umat dalam pembangunan
masyarakat, bangsa dan negara.
Bersama pemerintah mewujudkan penyelenggaraan pendidikan
dan kebudayaan sesuai dengan UUD tahun 1945 pasal 13.
3. Berada dimana (alamat) SMA Muhammadiyah ini?
di jalan R. Soeprapto No.118 Desa Purwodadi, Kecamatan
Purwodadi, Kabupaten Grobogan, Provinsi Jawa Tengah.
4. Berapa jumlah tenaga pengajar dan murid?
24 orang guru negeri dan 10 orang guru, dan siswa 549 orang
B. Pembinaan kedisiplinan siswa melalui punishment ibadah
1. Faktor yang mempengaruhi kedisiplinan siswa?
- lingkungan
- pergaulan
- keluarga
2. Bagaimana proses pembinaan kedisiplinan siswa melalui
punishment ibadah?
Pembinaan kedisiplinan dilakukan apabila ada siswa yang
datang terlambat ke sekolah, dan kegitan tersebut dilakukan pada
jam 07.15 WIB. Dengan pengawas guru BP/BK yang dibantu oleh
beberapa staff dan guru agama Islam.
3. Faktor penghambat pembinaan tersebut?
Tenaga Pembina, materi, waktu yang terlalu singkat.
4. Arti pentingnya pembinaan kedisiplinan melalui punishment
ibadah di SMA Muhammadiyah Purwodadi?
Untuk menumbuhkan dan menanamkan nilai-nilai kedisiplinan
serta akhlaq yang mulia pada siswa.
5. Apa saja unsur-unsur pembinaan kedisiplinan melalui punishment
ibadah?
Guru BP/BK, Guru Agama Islam, Siswa
HASIL OBSERVASI
1) Tahapan persiapan
Menetukan objek penelitian yaitu: siswa dan hal-hal yang terkait dalam
pembinaan kedisiplinan serta unsur-unsur pembinaan kedisiplinan,
Mencari sumber data dari sekolah yng berkaitan dengan pembinaan tersebut,
Memantau hasil dari pembinaaan kedisiplinan.
2) Tahap pelaksanaan
Mengamati proses dari pembinaan yang dilakukan oleh sekolah dan membuat
ringkasan tentang proses pembinaan kedisiplinan melalui punishment ibadah
yang dilakukan oleh SMA Muhammadiyah Purwodadi.
3) Tahap analisis
Mengumpulkan data-data yang terkait kemudian dianalis data-data yang
terkumpul sebagai hasil dari penelitian sementara. Menarik kesimpulan
tentang pembinaan tersebut