PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap...

99
PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN POST OPERASI FRAKTURDI RUANG MAWAR RSUD Dr. SOEDIRAN MANGUN SUMARSO WONOGIRI DISUSUN OLEH : UMI OCTAVIANA NIM.P.13055 PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA SURAKARTA 2016

Transcript of PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap...

Page 1: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN POST OPERASI

FRAKTURDI RUANG MAWAR RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

DISUSUN OLEH :

UMI OCTAVIANA

NIM.P.13055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 2: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

i

PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP INTENSITAS NYERI

PADA ASUHAN KEPERAWATAN Ny. M DENGAN POST OPERASI

FRAKTUR DI RUANG MAWAR RSUD Dr. SOEDIRAN

MANGUN SUMARSO WONOGIRI

Karya Tulis Ilmiah

Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan

Dalam Menyelesaikan Program Diploma III Keperawatan

DISUSUN OLEH :

UMI OCTAVIANA

NIM.P.13055

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA

SURAKARTA

2016

Page 3: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

ii

Page 4: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

iii

Page 5: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena

berkat, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya

Tulis Ilmiah dengan judul “Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas

Nyeri pada Asuhan Keperawatan Ny. M dengan Post Operasi Fraktur di Ruang

Mawar RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri”

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat:

1. Ns. Wahyu Rima Agustin M. Kep, selaku Ketua STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di

STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Ns. Meri Oktariani M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII Keperawatan

yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu di STIKes

Kusuma Husada Surakarta.

3. Ns. Alfyana Nadya R. M.Kep, selaku Sekretaris Program Studi DIII

Keperawatan yag telah memberikan kesempatan dan arahan untuk dapat

menimba ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

4. Ns. Joko Kismanto S.Kep, selaku dosen pembimbing sekaligus sebagai

penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan masukan-

masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi

demi sempurnanya studi kasus ini.

5. Ns. Anissa Cindy NA M. Kep, selaku dosen penguji yang telah membimbing

dengan cermat, memberikan masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman

dalam bimbingan serta memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

Page 6: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

v

6. Semua dosen Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma Husada

Surakarta yang telah memberikan bimbingan dengan sabar dan wawasannya

serta ilmu yang bermanfaat.

7. Kedua orangtuaku, yang selalu menjadi inspirasi dan memberikan semangat

untuk menyelesaikan pendidikan.

8. Teman-teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan STIKes Kusuma

Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu-

persatu, yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual.

Semoga laporan studi kasus ini bermanfaat untuk perkembangan ilmu

keperawatan dan kesehatan. Amin.

Surakarta, 09 Mei 2016

Umi Octaviana

Page 7: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

vi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ...................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ................................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN ........................................................................ iii

KATA PENGANTAR ................................................................................... iv

DAFTAR ISI .................................................................................................. vi

DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... viii

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................. ix

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar belakang ........................................................................ 1

B. Tujuan Penulisan .................................................................... 6

C. Manfaat Penulisan .................................................................. 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori ........................................................................ 8

1. Fraktur ............................................................................. 8

2. Nyeri ................................................................................ 24

3. Terapi Musik ................................................................... 33

B. Kerangka teori ........................................................................ 38

BAB III METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek aplikasi riset ................................................................ 39

B. Tempat dan waktu .................................................................. 39

C. Media dan alat yang digunakan .............................................. 39

D. Prosedur tindakan berdasarkan aplikasi riset ......................... 39

E. Alat ukur evaluasi dari aplikasi tindakan berdasarkan riset ... 40

Page 8: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

vii

BAB IV LAPORAN KASUS

A. Identitas Klien ........................................................................ 42

B. Pengkajian .............................................................................. 43

C. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 49

D. Perencanaan ............................................................................ 50

E. Implementasi .......................................................................... 52

F. Evaluasi .................................................................................. 57

BAB V PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 61

B. Perumusan masalah keperawatan ........................................... 65

C. Perencanaan ............................................................................ 69

D. Implementasi .......................................................................... 70

E. Evaluasi .................................................................................. 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 81

B. Saran ....................................................................................... 83

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Page 9: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

viii

DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 2.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) 31

2. Gambar 2.2 Verbal Deskriptif Scale (VDS) 32

3. Gambar2.3 Pain Asesment Behavioral Scale (PABS) 32

4. Gambar 2.4 Kerangka Teori 38

5. Gambar 3.1 Skala Numeric Rating Scale (NRS) 41

6. Gambar 4.1 Genogram 44

Page 10: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

ix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Usulan Judul

Lampiran 2 : Lembar Konsultasi

Lampiran 3 : Surat Pernyataan

Lampiran 4 : Jurnal Utama

Lampiran 5 : Asuhan Keperawatan

Lampiran 6 : Log Book

Lampiran 7 : Pendelegasian

Lampiran 8 : Lembar Observasi

Lampiran 9 : SOP Terapi Musik

Lampiran 10 : Daftar Riwayat Hidup

Page 11: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Badan kesehatan dunia (WHO) mencatat pada tahun 2011-2012

terdapat 5,6 juta orang meninggal dunia dan 1,3 juta orang menderita fraktur

akibat kecelakaan lalu lintas. Fraktur merupakan suatu kondisi dimana terjadi

diintegritas tulang.Penyebab terbanyak fraktur adalah kecelakaan, baik itu

kecelakaan kerja, kecelakaan lalu lintas dan sebagainya. Tetapi fraktur juga

bisa terjadi akibat faktor lain seperti proses degeneratif dan patologi (Depkes

RI, 2005).

Menurut Depkes RI 2011, dari sekian banyak kasus fraktur di

indonesia, fraktur pada ekstremitas bawah akibat kecelakaan memiliki

prevalensi yang paling tinggi diantara fraktur lainnya yaitu sekitar 46,2%.

Dari 45.987 orang dengan kasus fraktur ekstremitas bawah akibat kecelakaan,

19.629 orang mengalami fraktur pada tulang femur, 14.027 orang mengalami

fraktur cruris, 3.775 orang mengalami fraktur tibia, 970 orang mengalami

fraktur pada tulang-tulang kecil di kaki dan 336 orang mengalami fraktur

fibula. Walaupun peran fibula dalam pergerakan ektremitas bawah sangat

sedikit, tetapi terjadinya fraktur pada fibula tetap saja dapat menimbulkan

adanya gangguan aktifitas fungsional tungkai dan kaki.

Page 12: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

2

RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta merupakan Rumah Sakit bedah

orthopedi di Indonesia yang mencatat sebanyak 6,8% kasus bedah fraktur

ankle pada bulan Juni 2012 dan adanya tindakan ORIF pada fraktur ankle

tersebut termasuk ke dalam urutan ke 7 dari 10 besar kasus di Instalasi Bedah

Sentral. Peneliti menemukan sebuah kasus pada pasien dengan kecacatan

fisik dan pasca koma pada tahun 1998 yang mengalami close fraktur ankle

sinistra dan akan dilakukan tindakan pembedahan ORIF di Instalasi Bedah

Sentral RSO Prof. DR. R. Soeharso Surakarta.

Penanganan fraktur yang dilakukan Rumah Sakit terutama dalam

bidang ilmu bedah dengan metode operatif yaitu suatu bentuk operasi dengan

pemasangan Open Reduction Internal Fixatie (ORIF) dengan jenis internal

fiksasi yang digunakan dalam kasus ini berupa plate dan screw. ORIF

diterapkan dalam kasus fraktur pergelangan kaki karena bagian tulang

tersebut dapat direposisi tetapi sulit untuk dipertahankan (Reksoprodjo,

2010).

Metode pengobatan fraktur meliputi pembedahan dan non

pembedahan, tetapi paling banyak keunggulannya adalah pembedahan.

Pembedahan orthopedic biasanya meliputi hal-hal berikut : reduksi terbuka

dengan fiksasi internal dan eksternal; graft tulang; amputasi; artroplasty;

menisectomy; penggantian sendi; penggantian sendi total; transfer tendon;

dan fasiotomi (Smeltzer & Bare, 2008). Setiap pembedahan selalu

berhubungan dengan insisi/sayatan yang merupakan trauma atau kekerasan

bagi penderita yang menimbulkan berbagai keluhan dan gejala.Salah satu

Page 13: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

3

keluhan yang di kemukakan adalah nyeri (Sjamsuhidajat & De Jong, 2010,

hlm.335).

Nyeri menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979 dalam Tamsuri,

2007,hlm.1) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik

secara aktual maupun potensial, atau menggambarkan keadaan kerusakan

seperti tersebut di atas. Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang

fisiologis, tetapi hal ini merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti

oleh pasien setelah pembedahan.

Sensasi nyeri mulai terasa sebelum kesadaran pasien kembali penuh,

dan semakin meningkat seiring dengan berkurangnya pengaruh

anestesi.Adapun yang dialami oleh pasien pasca pembedahan adalah nyeri

akut yang terjadi adanya luka insisi bekas pembedahan (Perry & Potter, 2006,

hlm.1503).Nyeri yang dialami dalam jangka waktu cukup lama dapat

mengganggu mobilisasi pasien pada tingkatan tertentu.Pasien barangkali

dapat mengalami kesulitan dalam melakukan hygiene (Andarmoyo, 2013,

hlm.42) memenuhi kebutuhan pribadi seperti makan, dan pasien mengalami

gangguan tidur (Potter & Perry, 2009, hlm.239).Nyeri bagaimanapun

keadaannya harus ditangani dan diatasi, karena kenyamanan merupakan

kebutuhan dasar manusia (Potter & Perry, 2005, hlm.1502).

Penanganan nyeri dapat dilakukan dengan berbagai macam cara yaitu

secara farmakologis dan non farmakologis. Secara farmakologis dapat dengan

pemberian obat- obatan analgesik dan penenang, sedangkan secara non

Page 14: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

4

farmakologis dapat dilakukan dengan cara bimbingan antisipasi, terapi es dan

panas/kompres panas dan dingin, TENS (Transcutaneous Elektrical Nerve

Stimulation), distraksi, relaksasi, imajinasi terbimbing, hipnosis, akupuntur,

massage, serta terapi musik (Andarmoyo, 2013, hlm.85).

Terapi musik merupakan teknik yang sangat mudah dilakukan dan

terjangkau, tetapi efeknya menunjukkan bahwa musik dapat mempengaruhi

ketegangan atau kondisi rileks pada diri seseorang, karena dapat merangsang

pengeluaran endorphine dan serotonin. Endorphine dan Serotonin merupakan

sejenis morfin alami tubuh dan juga metanonin sehingga tubuh merasa lebih

rileks pada seseorang yang mengalami stress (Djohan, 2009).

Terapi musik adalah menggunakan musik atau elemen musik untuk

meningkatkan, mempertahankan, serta mengembalikan kesehatan

mental.Fisik, emosional, spiritual (Setyoadi, 2011, hlm.42). Penelitian Novita

(2012, hlm.1) tentang pengaruh terapi musik terhadap nyeri post operasi

Open Reduction And Internal Fixation (ORIF) di RSUD DR.H. Abdul

Moeloek Lampung di dapatkan kesimpulan ada pengaruh yang signifikan

terapi musik terhadap nyeri pasien post operasi ORIF.

Pertamax (2011) mengatakan bahwa terapi musik juga dapat

memberikan efek fisiologis atau biologis pada seseorang, yaitu dengan

stimulasi beberapa irama yang didengar, musik dapat menurunkan kadar

kortisol yaitu hormon stres yang dapat berkontribusi terhadap tekanan darah

tinggi, serta memperbaiki fungsi lapisan dalam pembuluh darah yang

menyebabkan pembuluh darah dapat meregang sebesar 30%. Selain itu,

Page 15: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

5

Djohan (2006, hlm.24) juga memperkuat konsep diatas bahwa musik diyakini

juga mempengaruhi sistem saraf parasimpatis yang meregangkan tubuh dan

memperlambat denyut jantung, serta memberikan efek rileks pada organ-

organ.

Mendengarkan musik secara teratur membantu tubuh santai secara fisik

dan mental sehingga membantu menyembuhkan dan mencegah nyeri. Para

ahli yakin setiap jenis musik klasik seperti mozart dan beethoven dapat

membantu mengurangi nyeri otot dan nyeri kronis (Muttaqin & Kustap, 2008,

dalam Jona, 2013, hlm.28). Terapi musik klasik dapat mengatasi nyeri

berdasarkan teori gate control, bahwa impuls nyeri dapat di atur atau di

hambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat (Farida,

2010 dalam Endarto, 2012). Teori Gate Control dari Melzack dan wall (1965

dalam Potter & Perry, 2006, hlm.1507) mengusulkan bahwa impuls nyeri

dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah

pertahanan ditutup. Salah satu cara menutup mekanisme pertahanan ini

adalah dengan merangsang sekresi endorfin yang akan menghambat

pelepasan substansi P.

Hasil wawancara di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri

bahwa manajemen nyeri di bangsal dilakukan dengan pemberian analgetik,

yang apabila reaksi obat sudah habis pasien akan mulai merasakan nyeri.

Perawat belum mengaplikasikan secara maksimal manajemen non

farmakologi untuk mengatasi nyeri pasien. Manejemen nyeri non

farmakologi yang mudah diaplikasikan untuk mengatasi nyeri pasien post

Page 16: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

6

operasi antara lain dengan terapi musik klasik. Berdasarkan latar belakang

tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan pengelolaan Asuhan

Keperawatan yang dituangkan dalam Karya Tulis Ilmiah dengan judul

“Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap Intensitas Nyeri pada Pasien Post

Operasi Fraktur.”

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan umum

Mengaplikasikan tindakan pemberian terapi musik klasik terhadap

penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Ny. M dengan post operasi

fraktur di Ruang Mawar di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri.

2. Tujuan khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada Ny. M dengan post

operasi fraktur

b. Penulis mampu merumuskan diagnose keperawatan pada Ny. M

dengan post operasi fraktur

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada Ny. M

dengan post operasi fraktur

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada Ny M dengan post

operasi fraktur

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada Ny. M dengan post operasi

fraktur

Page 17: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

7

f. Penulis mampu menganalisa hasil pemberian terapi musik klasik

terhadap intensitas nyeri pada Ny. M dengan post operasi fraktur

C. Manfaat Penulisan

1. Bagi Pasien

Dapat membantu menurunkan nyeri dan memberikan pilihan dalam

penanganan post operasi fraktur dengan menerapkan terapi musik klasik

dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Rumah Sakit

Sebagai referensi bahwa terapi musik klasik merupakan salah satu

alternatif untuk menurunkan nyeri yang dapat diimplementasikan pada

pasien post operasi fraktur.

3. Bagi Institusi Pendidikan Keperawatan

Sebagai referensi dalam pengembangan dan peningkatan pelayanan

keperawatan preservice.

4. Bagi Penulis

Sebagai referensi dalam mengaplikasikan ilmu dan meningkatkan

pengalaman dalam mengelola nyeri di bidang Keperawatan.

5. Bagi Profesi

Dapat menambah wawasan perawat tentang pentingnya mengetahui nyeri

pada pasien post operasi fraktur, serta memberikan pengetahuan dan

referensi bahwa terapi musik klasik merupakan salah satu alternatif untuk

menurunkan nyeri yang dapat diimplementasikan pada pasien post

operasi fraktur.

Page 18: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Fraktur

a. Pengertian

Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan

sendi, tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial

(Rasjad, 2007).Fraktur atau patah tulang juga merupakan suatu

kondisi terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang

rawan yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa.Trauma yang

menyebabkan tulang patah dapat berupa trauma langsung dan trauma

tidak langsung (Sjamsuhidajat, 2005).Fraktur juga merupakan setiap

retak atau patah tulang yang disebabkan oleh trauma, tenaga fisik,

kekuatan, sudut, keadaan tulang dan jaringan lunak disekitar tulang

yang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi disebut lengkap

atau tidak lengkap (Price & Wilson, 2006).

b. Etiologi

Menurut Sachdeva (1996) dalam Jitowiyono (2012) penyebab

fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:

1) Cedera Traumatik

Cedera traumatik pada tulang dapat disebabkan oleh:

Page 19: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

9

a) Cedera langsung berarti pukulan langsung terhadap tulang

sehingga tulang patah secara spontan. Pemukulan biasanya

menyebabkan fraktur melintang dan kerusakan pada kulit

diatasnya.

b) Cedera tidak langsung berarti pukulan langsung berada jauh

dari lokasi benturan, misalnya jatuh dengan tangan berjulur

dan menyebabkan fraktur klavikula.

c) Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak

dari otot yang kuat.

2) Fraktur Patologik

Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit

dimana dengan trauma minor dapat mengakibatkan fraktur dapat

juga terjadi pada berbagai keadaan berikut:

a) Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru

yang tidak terkendali dan progresif.

b) Infeksi seperti osteomielitis: dapat terjadi sebagai akibat

infeksi akut atau dapat timbul sebagai salah satu proses

yang progresif, lambat dan sakit nyeri.

c) Rakhitis: suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh

defisiensi Vitamin D yang memperoleh semua jaringan

skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

kadang-kadang dapat disebabkan kegagalan absorbsi

Page 20: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

10

Vitamin D atau oleh karena asupan kalsium atau fosfat yang

rendah.

d) Secara spontan: disebabkan oleh stress tulang yang terus

menerus misalnya pada penyakit polio dan orang yang

bertugas dikemiliteran.

c. Klasifikasi

Menurut Rasjad (2007) Klasifikasi fraktur sebagai berikut:

1) Klasifikasi Etiologis:

a) Fraktur traumatik : terjadi karena trauma tiba-tiba. Trauma

bersifat langsung dan tidak langsung. Trauma bersifat

langsung yaitu trauma yang menyebabkan tekanan langsung

pada tulang dan terjadi fraktur pada daerah tekanan (Fraktur

yang terjadi biasanya kominutif dan jaringan lunak ikut

mengalami kerusakan). Trauma bersifat tidak langsung

yaitu trauma yang dihantarkan ke tempat yang lebih jauh

dari daerah fraktur. Misalnya jatuh dengan tangan ekstensi

dapat menimbulkan fraktur klavikula.

b) Fraktur patologis : terjadi karena kelemahan tulang akibat

kelainan patologis didalam tulang atau tulang berpenyakit

(kista tulang, penyakit paget, metastasis tulang, tumor).

c) Fraktur stress terjadi karena adanya trauma yang terus

menerus pada suatu tempat.

Page 21: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

11

2) Klasifikasi Klinis:

a) Fraktur terbuka (Compound Fracture) adalah fraktur yang

ada hubungannya dengan dunia luar melalui luka pada kulit

dan jaringan lunak, dapat berbentuk from within (dari

dalam) atau From Without (dari luar). Menurut Smeltzer

dan Bare (2002) Fraktur terbuka digradasi menjadi : grade I

dengan luka bersih sepanjang kurang dari 1 cm; grade II

luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang

ekstensif; dan grade III luka yang sangat terkontaminasi dan

mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif.

b) Fraktur tertutup adalah fraktur yang tidak ada hubungannya

dengan dunia luar.

c) Fraktur dengan komplikasi adalah fraktur yang disertai

dengan komplikasi misalnya: malunion, delayed union,

nonunion, infeksi tulang.

3) Klasifikasi Radiologis:

a) Lokalisasi : terbagi atas diafisial, metafisial, intra-artikuler,

fraktur dengan dislokasi

b) Konfigurasi:

(1) Fraktur Transversal adalah fraktur sepanjang garis

tengah tulang.

(2) Fraktur Oblique atau Z adalah fraktur membentuk sudut

dengan garis tengah tulang.

Page 22: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

12

(3) Fraktur Spiral adalah fraktur memuntir seputar batang

tulang.

(4) Fraktur Segmental adalah fraktur garis patah lebih dari

satu dan saling berhubungan

(5) Fraktur Kominutif adalah fraktur tulang pecah menjadi

beberapa fragmen.

(6) Fraktur Depresi adalah fraktur fragmen patahan

terdorong ke dalam.

(7) Fraktur baji adalah fraktur biasanya pada vertebra

karena tulang mengalami kompresi.

(8) Fraktur Avulsi adalah fraktur tertariknya fragmen tulang

oleh ligamen atau tendon pada perlekatannya

(9) Fraktur pecah (burst) adalah fraktur dimana terjadi

fragmen kecil yang berpisah

(10) Fraktur Epifiseal adalah fraktur melalui epifisis.

Fraktur Impaksi adalah fragmen tulang terdorong ke

fragmen tulang lainnya

c) Menurut ekstensi:

Fraktur Greenstick (salah satu sisi tulang patah sedang sisi

lainnya membengkok), Fraktur total, Fraktur tidak total,

Fraktur garis rambut, dan Fraktur Buckle atau torus.

Page 23: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

13

d) Menurut hubungan antara fragmen dengan fragmen lainnya

: terbagi atas tidak bergeser dan bergeser.

d. Manifestasi Klinis

1) Deformitas

Daya tarik kekuatan otot menyebabkan fragmen tulang

berpindah dari tempatnya perubahan keseimbangan dan contur

terjadi seperti:

a) Rotasi pemendekan tulang

b) Penekanan tulang

2) Bengkak

Edema muncul secra cepat dari lokasi dan ekstravaksasi darah

dalam jaringan yang berdekatan dengan fraktur.

3) Echumosis dari perdarahan subculaneous.

4) Spasme otot spasme involunters dekat fraktur

5) Tenderness/keempukan

6) Nyeri mungkin disebabkan oleh spasme otot berpindah tulang

dari tempatnya dan kerusakan strukur didaerah yang berdekatan.

7) Kehilangan sensasi (mati rasa, mungkin terjadi dari rusaknya

saraf/perdarahan)

8) Pergerakan abnormal

9) Shock hipovolemik hasil dari hilangnya darah

10) Krepitasi (Black,1993:199) dalam Jitowiyono (2012).

Page 24: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

14

e. Patofisiologi

Proses penyembuhan luka terdiri dari beberapa fase yaitu:

1) Fase Hematum

a) Dalam waktu 24 jam timbul perdarahan, edema, hematume

disekitar fraktur

b) Setelah 24 jam suplai darah disekitar fraktur meningkat

2) Fase granulasi jaringan

a) Terjadi 1-5 hari setelah injuri

b) Pada tahap phagositosis aktif granulasi jaringan yang berisi

pembuluh darah baru fogoblast dan osteoblast.

3) Fase formasi callus

a) Terjadi 6-10 hari setelah injuri

b) Granulasi terjadi perubahan berbentuk callus

4) Fase ossificasi

a) Mulai pada 2-3 minggu setelah fraktur sampai dengan

sembuh

b) Callus permanent akhirnya terbentuk tulang kaku dengan

endapan garam kalsium yang menyatukan tulang yang

patah.

5) Fase consolidasi dan remadelling

Dalam waktu lebih 10 minggu yang tepat berbentuk callus

terbentuk dengan oksifitas oksifitas osteoblat dan osteuctac

(Black, 1993:19) dalam Jitowiyono (2012).

Page 25: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

15

f. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan pada pasien fraktur

antara lain; x-ray, magnetic resonance imaging (MRI), dan scan

tulang sangat dimanfaatkan dalam orthopedi. X-Ray atau rontgen

adalah pemeriksaan diagnostik yang biasa dihunakan untuk

mengetahui masalah fraktur. Karena tulang lebih padat daripada

jaringan yang lain maka x-ray tidak dapat menembusnya, bagian

yang padat ditunjukkan dengan warna putih pada x- ray. X-ray

menyediakan informasi tentang kelainan bentuk, kepadata tulang,

dan klasifikasi jaringan lunak (Lewis, 2011).

g. Komplikasi

1) Delayed union, menurut Rasjad (2007) fraktur yang tidak

sembuh setelah selang waktu yang 3-5 bulan (3 bulan untuk

anggota gerak atas dan 5 bulan untuk anggota gerak bawah).

Proses penyembuhan lambat dari waktu yang dibutuhkan secara

normal. Pada pemeriksaan radiografi, tidak akan terlihat

gambaran tulang baru pada ujung-ujung fraktur, ada gambaran

kista pada ujung- ujung tulang karena adanya dekalsifikasi

tulang, gambaran kalus yang kurang disekitar fraktur. Terapi

konservatif : pemasangan plester selama 23 bulan, Operatif bila

union diperkirakan tidak terjadi maka dilakukan fiksasi interna

dan dilakukan pemberian bone graft.

Page 26: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

16

2) Non union, menurut Rasjad (2007) fraktur tidak menyembuh

antara 6-8 bulan dan tidak didapatkan konsolidasi sehingga

didapatkan pseudoarthrosis ( sendi palsu). Ada beberapa tipe

antara lain : (1) Tipe I (hypertrophic non union) tidak akan

terjadi proses penyembuhan fraktur dan diantara fragmen fraktur

tumbuh jaringan fibrus yang masih mempunyai potensi untuk

union dengan melakukan koreksi fiksasi dan bone grafting, (2)

Tipe II (atrophic non union) disebut juga sendi palsu

(pseudoartrosis) terdapat jaringan sinovial sebagai kapsul sendi

beserta rongga sinovial yang berisi cairan, proses union tidak

akan dicapai walaupun dilakukan imobilisasi lama. Beberapa

faktor yang menimbulkan non union seperti disrupsi periosteum

yang luas, hilangnya vaskularisasi fragmen-fragmen fraktur,

waktu imobilisasi yang tidak memadahi, implant atau gips yang

tidak memadai, distraksi interposisi, infeksi dan penyakit tulang

(fraktur patologis).

3) Malunion, adalah fraktur menyembuh pada saatnya tetapi

terdapat deformitas. Tindakan refraktur atau osteotomi koreksi

(Rasjad, 2007).

h. Penatalaksanaan

Pada waktu menangani fraktur ada empat konsep dasar yang

harus dipertimbangkan yaitu rekognisi, reduksi, retensi dan

rehabilitasi.

Page 27: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

17

1) Rekognisi meliputi diagnosis dan penilaian fraktur, dilakukan

anamnesis, pemeriksaan klinis, dan radiologis (Rasjad, 2007).

2) Reduksi fraktur apabila perlu, restorasi fragmen fraktur

dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima

(Rasjad, 2007).

3) Retensi adalah imobilisasi fraktur tujuannya adalah mencegah

pergeseran fragmen dan mencegah pergerakan yang dapat

mengancam union (Rasjad, 2007).

4) Rehabilitasi adalah mengembalikan aktivitas fungsional

semaksimal mungkin (Rasjad, 2007). Rencana rehabilitasi harus

segera dilaksanakan bersamaan dengan pengobatan fraktur

(Price & Wilson, 2006).

i. Asuhan Keperawatan

1) Pengkajian

a) Identitas Klien

Meliputi : Nama, jenis kelamin, umur, alamat, agama, suku,

bangsa, pendidikan, pekerjaan, tanggal masuk rumah sakit,

diagnosa medis, no. registrasi.

b) Keluhan Utama

Pada umumnya keluhan utama pada kasus fraktur adalah

rasa nyeri.Nyeri tersebut bisa akut / kronik tergantun dar

lamanya serangan. Unit memperoleh pengkajian yang

lengkap tentang rasa nyeri pasien digunakan :

Page 28: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

18

Provoking inciden : Apakah ada peristiwa yang menjadi

factor prepitasi nyeri.

Quality of pain : Seperti apa rasa nyeri yang dirasakan

pasien. Apakah seperti terbakar, berdenyut / menusuk.

Region Radiation, relief : Apakah rasa sakit bisa reda,

apakah rasa sakit menjalar / menyebar dan dimana rasa sakit

terjadi.

Saverity (scale of pain) : Seberapa jauh rasa nyeri yang

dirasakan pasien, bisa berdasarkan skala nyeri / pasien

menerangkan seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi

kemampuan fungsinya.

Time : Berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah

bertambah buruk pada malam hari / siang hari.

c) Riwayat Penyakit Sekarang

Pada pasien fraktur/ patah tulang dapat disebabkan oleh

trauma / kecelakaan, degenerative dan patologis yang

didahului dengan perdarahan, kerusakan jaringan sekirat

yang mengakibatkan nyeri, bengkak, kebiruan, pucat /

perubahan warna kulit dan kesemutan.

d) Riwayat Penyakit Dahulu

Apakah pasien pernah mengalami penyakit ini (fraktur) atau

pernah punya penyakit menular / menurun sebelumnya.

Page 29: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

19

e) Riwayat Penyakit Keluarga

Pada keluarga pasien ada / tidak yang menderita

osteoporosis, arthritis dan tuberkolosis / penyakit lain yang

sifatnya menurun atau menular.

f) Pola Fungsi Kesehatan

(1) Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Pada fraktur akan mengalami perubahan / gangguan

pada personal hygiene, misalnya mandi, ganti pakaian,

BAB dan BAK.

(2) Pola nutrisi dan metabolisme

Pada fraktur tidak akan mengalami penurunan nafsu

makan, meskipun menu berubah misalnya makan

dirumah gizi tetap sama sedangkan di RS disesuaikan

dengan penyakit dan diet pasien.

(3) Pola eliminasi

Kebiasaan miksi / defekasi sehari-hari, kesulitan waktu

defekasi dikarenakan imobilisasi, feses warna kuning

dan konsistensi defekasi, pada miksi pasien tidak

mengalami gangguan.

(4) Pola istirahat dan tidur

Kebiasaan pola tidur dan istirahat mengalami gangguan

yang disebabkan oleh nyeri, misalnya nyeri akibat

fraktur.

Page 30: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

20

(5) Pola aktivitas dan latihan

Aktivitas dan latihan mengalami perubahan / gangguan

akibat dari fraktur femur sehingga kebutuhan pasien

perlu dibantu oleh perawat / keluarga.

(6) Pola persepsi dan konsep diri

Pada fraktur akan mengalami gangguan diri karena

terjadi perubahan pada dirinya, pasien takut cacat

seumur hidup / tidak dapat bekerja lagi.

(7) Pola sensori kognitif

Nyeri yang disebabkan oleh kerusakan jaringan, sedang

pada pola kognitf atau cara berfikir pasien tidak

mengalami gangguan.

(8) Pola hubungan peran

Terjadi perubahan peran yang dapat mengganggu

hubungan interpersonal yaitu pasien merasa tidak

berguna lagi dan menarik diri.

(9) Pola penanggulangan stress

Perlu ditanyakan apakah membuat pasien menjadi stress

dan biasanya masalah dipendam sendiri / dirundingkan

dengan keluarga.

(10) Pola reproduksi seksual

Bila pasien sudah berkeluarga dan mempunyai anak,

maka akan mengalami pola seksual dan reproduksi, jika

Page 31: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

21

pasien belum berkeluarga pasien tidak akan mengalami

gangguan.

(11) Pola nilai dan kepercayaan

Adanya kecemasan dan stress sebagai pertahanan dan

pasien meminta perlindungan / mendekatkan diri

dengan Allah SWT.

2) Diagnosa Keperawatan

a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

b) Gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan

c) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

musculoskeletal

3) Perencanaan

a) Diagnosa Keperawatan 1 : Nyeri berhubungan dengan agen

cidera fisik

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3

x 24 jam diharapkan nyeri berkurang atau dapat teratasi.

Kriteria Hasil :

(1) Nyeri berkurang skala nyeri 1-3

(2) Tidak ada perilaku distraksi

(3) Klien tampak rileks

(4) TTV dalam batas normal :

TD : 110-120/80-90 mmHg

ND : 60-100 x/ menit

Page 32: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

22

RR : 16-24 x/ menit

S : 36,5-37,50C

Rencana Tindakan :

(1) Berikan penjelasan pada pasien dam keluarga tentang

penyebab nyeri

R/ Dengan memberikan penjelasan diharapkan pasien

tidak merasa cemas dan dapat melakukan sesuatu yang

dapat mengurangi nyeri

(2) Ajarkan pada pasien tentang teknik mengurangi rasa

nyeri

R/ Diperolehnya pengetahuan tentang nyeri akan

memudahkan kerjasama dengan askep untuk

memecahkan masalah

(3) Beri posisi senyaman mungkin

R/ Memperlancar sirkulasi pada daerah luka / nyeri

(4) Observasi TTV

R/ Observasi TTV dapat diketahui keadaan umum

pasien

(5) Kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian

analgetik

R/ Obat analgesik diharapkan dapat mengurangi nyeri

b) Diagnosa Keperawatan 2 : Gangguan pola tidur

berhubungan dengan gangguan

Page 33: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

23

Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1

x 24 jam diharapkan pola tidur terpenuhi

Kriteria Hasil :

(1) Jumlah jam tidur dalam batas normal 6-8 jam per hari

Pasien istirahat dengan nyaman

(2) tubuh terasa segar sesudah tidur atau istirahat

Rencana Tindakan :

(1) Monitor tidur pasien

R/ Mengetahui kemudahan dalam tidur

(2) Ciptakan lingkungan yang nyaman

R/ Meningkatkan kenyamanan

(3) Diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik

tidur pasien

R/ Meningkatkan tidur

(4) Kolaborasi pemberian obat

R/ Memudahkan tidur

d) Diagnosa Keperawatan 3 : Hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan musculoskeletal

Tujuan : Setelah dilakukan intervensi keperawatan selama 1

x 24 jam diharapkan pasien dapat melakukan aktivitas

sebatas kemampuan

Kriteria Hasil :

(1) Pasien mengerti pentingnya melakukan aktivitas

Page 34: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

24

(2) Pasien bisa duduk, makan dan minum tanpa dibantu

(3) Pasien dapat mempertahankan fungsi tubuh secara

maksimal

Rencana Tindakan :

(1) Lakukan pendekatan kepada pasien untuk melakukan

aktivitas sebatas kemampuan

R/ Dengan pendekatan yang baik diharapkan pasien

akan lebih kooperatif dalam melakukan aktivitas

(2) Observasi sejauh mana pasien belum melakukan

aktivitas

R/ Dengan observasi diharapkan pasien sudah bisa

melakukan aktivitas

(3) Beri motivasi pada pasien untuk melakukan aktivitas

R/ Dengan adanya motivasi diharapkan pasien bisa

lebih bersemangat dalam melatih aktivitas.

(Nasrul Effendy, 1995:2-3) dalam buku KMB 2 Andra

(2013).

2. Nyeri

a. Pengertian

Definisi menurut IASP, 1979 (Intenational Association for

Study of Pain) nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang

tidak menyenangkan yang dikaitkan dengan kerusakan jaringan

Page 35: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

25

aktual dan potensial atau menggambarkan kondisi terjadinya

kerusakan (Tamsuri, 2007).Definisi nyeri menurut Azis (2009),

bahwa nyeri merupakan kondisi berupa perasaan yang tidak

menyenangkan, bersifat sangat subjektif.Perasaan nyeri pada setiap

orang berbeda dalam hal skala ataupun tingkatannya, dan hanya

orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa

nyeri yang dialaminya. Menurut Black & Hawks (2009) nyeri juga

dapat diartikan sebagai perasaan yang tidak menyenangkan dan

disebabkan oleh stimulus spesifik mekanis, kimia, elektrik pada

ujung-ujung syaraf serta tidak dapat diserahterimakan kepada orang

lain.

b. Fisiologi Nyeri

Nyeri merupakan campuran reaksi fisik, emosi dan perilaku.

Proses fisiologi terkait nyeri dapat disebut nosisepsi. Menurut Potter

& Perry (2006) menjelaskan proses tersebut sebagai berikut:

1) Resepsi

Semua kerusakan seluler yang disebabkan oleh stimulus

termal, mekanik, kimiawi atau stimulus listrik menyebabkan

pelepasan substansi yang menghasilkan nyeri.Stimulus tersebut

kemudian memicu pelepasan mediator biokimia (misalnya

prostaglandin, bradikinin, histamin, substansi P) yang

mensensitisasi nosiseptor.Nosiseptor berfungsi untuk memulai

transmisi neural yang dikaitkan dengan nyeri.

Page 36: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

26

2) Transmisi

Fase transmisi nyeri terdiri atas tiga bagian.Bagian

pertama nyeri merambat dari bagian serabut perifer ke medulla

spinalis.Bagian kedua adalah transmisi nyeri dari medulla

spinalis menuju batang otak dan thalamus melalui jaras

spinotalamikus.Bagian ketiga, sinyal tersebut diteruskan ke

korteks sensori somatic tempat nyeri dipersepsikan.Impuls yang

ditransmisikan tersebut mengaktifkan respon otonomi.

c. Klasifikasi

1) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Awitan

Menurut Tamsuri (2006) menjelaskan bahwa nyeri berdasarkan

waktu kejadian dapat dikelompokkan sebagai nyeri akut dan

kronis.

a) Nyeri akut

Nyeri akut adalah nyeri yang terjadi dalam waktu atau

durasi 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.Nyeri

akut biasanya menghilng dengan sendirinya dengan atau

tanpa tindakan setelah kerusakan jaringan menyembuhkan.

b) Nyeri kronis

Nyeri kronis adalah nyeri yang terjadi dalam waktu

lebih dari 6 bulan.Nyeri kronis umumnya timbul tidak

Page 37: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

27

teratur, intermitten, atau bahkan persisten.Nyeri ini

menimbulkan kelelahan mental dan fisik bagi penderitanya.

2) Klasifikasi Nyeri Berdasarkan Lokasi

Berdasarkan lokasi nyeri, nyeri dapat dibedakan menjadi enam

jenis, yaitu nyeri superfisial, nyeri somatik dalam, nyeri viseral,

nyeri alih, nyeri sebar, dan nyeri bayangan (fantom) (Tamsuri,

2006).

a) Nyeri superfisial adalah nyeri yang timbul akibat stimulasi

terhadap kulit seperti pada laserasi, luka bakar, dan

sebagainya. Nyeri jenis ini memiliki durasi yang pendek,

terlokalisir, dan memiliki sensasi yang tajam.

b) Nyeri somatik dalam (deep somatic pain) adalah nyeri yang

terjadi pada otot tulang serta struktur penyokong lainnya,

umumnya nyeri bersifat tumpul dan distimulasi dengan

adanya perenggangan dan iskemia.

c) Nyeri viseral adalah nyeri yang disebabkan oleh kerusakan

organ internal. Nyeri yang timbul bersifat difus dan

durasinya cukup lama. Sensasi yang timbul biasanya

tumpul.

d) Nyeri alih (reffered pain) adalah nyeri yang timbul akibat

adanya nyeri viseral yang menjalar ke organ lain, sehingga

dirasakan nyeri pada beberapa tempat atau lokasi.

Page 38: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

28

e) Nyeri sebar (radiasi) adalah sensasi nyeri yang meluas dari

daerah asal ke jaringan sekitar. Nyeri jenis ini biasanya

dirasakan oleh klien seperti berjalan/ bergerak dari daerah

asal nyeri ke sekitar atau ke sepanjang bagian tubuh

tertentu. Nyeri dapat bersifat intermiten atau konstan.

f) Nyeri baying (fantom) adalah nyeri khusus yang dirasakan

oleh klien yang mengalami amputasi. Nyeri oleh klien

dipersepsi berada pada organ yang telah diamputasi seolah-

olah organnya masih ada.

d. Respon Fisiologis Terhadap Nyeri

1) Stimulasi Simpatik : (nyeri ringan, moderat, dan superficial)

a) Dilatasi saluran bronkhial dan peningkatan respirasi rate

b) Peningkatan heart rate

c) Vasokontriksi perifer, peningkatan BP

d) Penigkatan nilai gula darah

e) Diaphoresis

f) Peningkatan kekuatan otot

g) Dilatasi pupil

h) Penurunan motilitas GI

2) Stimulus Parasimpatik (nyeri berat dan dalam)

a) Muka pucat

b) Otot mengeras

c) Penurunan HR dan BP

Page 39: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

29

d) Nafas cepat dan irregular

e) Nausea dan vomitus

f) Kelelahan dan keletihan

e. Faktor yang Mempengaruhi Respon Nyeri

1) Usia

Anak belum bisa mengungkapkan nyeri, sehingga perawat

harus mengkaji respon nyeri pada anak.Pada orang dewasa

kadang melaporkan nyeri jika sudah patologis dan mengalami

kerusakan fungsi.Pada lansia cenderung memendam nyeri yang

diallami, karena mereka menganggap nyeri adalah hal alamiah

yang harus dijalani dan mereka takut kalau mengalami penyakit

berat atau meninggal jika nyeri diperiksakan.

2) Jenis Kelamin

Laki-laki dan wanita tidak berbeda secara signifikan

dalam merespon nyeri, justru lebih dipengaruhi factor budaya

(ex: tidak pantas kalo laki-laki mengeluh nyeri, wanita boleh

mengeluh nyeri).

3) Kultur

Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya

mereka berespon terhadap nyeri misalnya seperti suatu daerah

menganut kepercayaan bahwa nyeri adalah akibat yang harus

diterima karena mereka melakukan kesalahan, jadi mereka tidak

mengeluh jika ada nyeri.

Page 40: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

30

4) Makna nyeri

Berhubungan dengan bagaimana pengalaman seseorang

terhadap nyeri dan bagaimana mengatasinya.

5) Perhatian

Tingkat seorang klien memfokuskan perhatiannya pada

nyeri dapat mempengaruhi persepsi nyeri.Perhatian yang

meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat,

sedangkan upaya distraksi dihubungkan dengan respon nyeri

yang menurun.Teknik relaksasi, guided imagerybmerupakan

tehnik untuk mengatasi nyeri.

6) Ansietas

Cemas meningkatkan persepsi terhadap nyeri dan nyeri

bisa menyebabkan seseorang cemas.

7) Pengalaman masa lalu

Seseorang yang pernah berhasil mengatasi nyeri dimasa

lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul, maka ia akan lebih

mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya seseorang

mengatasi nyeri tergantung pengalaman di masa lalu dalam

mengatasi nyeri.

8) Pola koping

Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang

mengatasi nyeri dan sebaliknya pola koping yang maladaptif

akan menyulitkan seseorang mengatasi nyeri.

Page 41: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

31

9) Support keluarga dan sosial

Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung

kepada anggota keluarga atau teman-teman-teman dekat untuk

memperoleh dukungan dan perlindungan.

f. Pengukuran Nyeri

Menurut Potter & Perry (2006) alat ukur nyeri sebagai berikut:

1) Numeric Rating Scale (NRS)

Lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsi

kata.Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan

skala 0-10.Skala paling efektif digunakan saat mengkaji

intensitas nyeri sebeum dan setelah intervensi terapeutik.Apabila

digunakan skala untuk menilai nyeri, maka direkomendasikan

patokan 10 cm.

Gambar 2.1

Keterangan :

0 : Tidak nyeri

1-3 : Nyeri ringan : secara obyektif klien dapat

berkomunikasi dengan baik.

Page 42: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

4-6

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

7-9

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

panjang dan distraks

10

berkomunikasi, memukul.

2) Verbal Deskriptif Scale

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal merupakan

sebuah garis yang t

yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”

3) Pain Assesment Behavioral Scale

Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1

nyeri ringan, 4

: Nyeri sedang : secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan

: Nyeri berat : secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

panjang dan distraksi.

: Nyeri sangat berat : pasien sudah tidak mampu lagi

berkomunikasi, memukul.

Verbal Deskriptif Scale (VDS)

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal merupakan

sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi

yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

“nyeri yang tidak tertahankan”

Gambar 2.2

Pain Assesment Behavioral Scale (PABS)

Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1

nyeri ringan, 4-6: nyeri sedang, >7: nyeri berat.

32

: secara obyektif klien mendesis,

menyeringai, dapat menunjukkan lokasi nyeri, dapat

mendeskripsikannya, dapat mengikuti perintah dengan baik.

: secara obyektif klien terkadang

tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat

mendeskripsikannya, tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas

: pasien sudah tidak mampu lagi

Skala deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih objektif. Skala pendeskripsi verbal merupakan

erdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsi

yang tersusun dengan jarak yang sama di sepanjang garis.

Pendeskripsi ini diranking dari “tidak terasa nyeri” sampai

Alat ukur nyeri dengan rentang skala nyeri 0 : tidak nyeri, 1-3:

Page 43: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

33

0 1 2 3 4 5 6 >7

Tidak Nyeri Nyeri Nyeri

nyeri ringan sedang berat

Gambar 2.3

3. Terapi Musik

a. Pengertian

Terapi musik adalah suatu proses terencana yang bersifat

preventif dalam usaha penyembuhan terhadap penderita yang

mengalami kelainan atau hambatan dalam penyembuhannya, baik

fisik motorik, sosial emosional maupun mental intelegensi. Terapi

musik juga berhubungan dengan keahlian menggunakan musik atau

elemen musik oleh seorang terapis untuk meningkatkan,

mempertahankan, dan mengembalikan kesehatan mental, fisik,

emosional, dan spiritual (Suryana, 2012). Menurut Potter & Perry

(2005), terapi musik digunakan sebagai salah satu teknik untuk

penyembuhan suatu penyakit dengan menggunakan bunyi atau irama

tertentu.

New Zealand Society for MusicTherapy (NZSMT) (2005)

menyatakan bahwa terapi musik telah terbukti efektifitasnya untuk

diimplementasikan pada bidang kesehatan, karena musik bisa

menurunkan kecemasan, nyeri, stress, dan menimbulkan mood yang

Page 44: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

34

positif. Selain itu musik juga melibatkan pasien dalam prosesnya,

dan terbukti meningkatkan kepuasan pasien, mengurangi lama hari

rawat di rumah sakit serta mengurangi biaya rumah sakit (NZSMT,

2005).

b. Mekanisme

Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson

serabut sensori ascenden ke neuron-neuron Reticular Activaty

System (RAS). Stimuli ini akan ditransformasikan oleh nuclei

spesifik dari thalamus melewati area korteks serebri, system limbic,

corpus collosum, serta area sistem saraf otonom dan sistem

neuroendokrin. Musik dapat memberikan rangsangan pada saraf

simpatis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons

relaksasi.Karakteristik respons relaksasi yang ditimbulkan berupa

penurunan frekuensi nadi, relaksasi otot, dan keadaan tidur (Tuner,

2010).

Efek musik pada sistem neuroendokrin adalah memelihara

keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon oleh zat kimia

ke dalam darah, seperti ekskresi endorphin yang berguna dalam

menurunkan nyeri, mengurangi pengeluaran katekolamin, dan kadar

kortikosteroid adrenal (Tuner, 2010).

Endorfin memiliki efek relaksasi pada tubuh (Potter & Perry,

2006).Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan

yang timbul, midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid

Page 45: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

35

(GABA) yang berfungsi menghambat hantaran impuls listrik dari

satu neuron ke neuron lainnya oleh neurotransmitter di dalam

sinaps.Selain itu, midbrain juga mengeluarkan enkepalin dan beta

endorfin.Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang

akhirnya mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat

persepsi dan interpretasi sensorik somatic di otak.Sehingga efek

yang bisa muncul adalah nyeri berkurang (Guyton & Hall, 2008).

c. Efektivitasnya

Musik merupakan teknik distraksi efektif yang dapat

menurunkan intensitas nyeri, keadaan stress, dan tingkat kecemasan

dengan cara mengalihkan perhatian seseorang dari perasaan nyeri

yang dirasakan. Menurut Kemper & Denhaueur (2005), musik dapat

memberikan efek pada peningkatan kesehatan, mengurangi stress,

dan mengurangi nyeri.

Arslan, Ozer dan Ozyurt (2007) menjelaskan bahwa efek yang

ditimbulkan musik adalah menurunkan stimulus sistem syaraf

simpatis.Respon yang muncul dari penurunan aktifitas tersebut

adalah menurunnya aktifitas adrenalin, menurunkan ketegangan

neuromuskular, meningkatkan ambang kesadaran. Indikator yang

bisa diukur dengan penurunan itu adalah menurunnya heart rate,

respiratory rate, metabolicrate, konsumsi oksigen menurun,

menurunnya ketegangan otot, menurunnya level sekresi epinefrin,

Page 46: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

36

penurunan asam lambung, meningkatnya motilitas, penurunan kerja

kelenjar keringat, penurunan tekanan.

Tse, Chan, dan Benzie (2005) melakukan studi tentang efek

terapi musik pada nyeri post operasi, denyut nadi, tekanan darah

sistolik, dan penggunaan analgesik pada pasien pembedahan nasal di

Polytehnic University Hong Kong dengan melibatkan 57 pasien.

Musik diberikan selama 24 jam periode post operasi. Skala nyeri

dinilai dengan VerbalRating Scale (VRS). Penurunan nyeri yang

signifikan terjadi pada kelompok intervensi (P-value = 0,0001).

Kelompok intervensi juga menunjukkan hasil denyut nadi dan

tekanan darah sistolik yang menurun, serta konsumsi analgesik yang

lebih sedikit dibandingkan kelompok kontrol.

d. Penatalaksanaan

Penatalaksanaan Teknik Relaksasi Musik pada prinsipnya

adalah sebagai berikut.

1) Persiapan Alat

Alat disiapkan sesuai yang dibutuhkan pada saat akan dilakukan

pelatihan relaksasi pada pasien, seperti tape, compact disk, MP3,

MP4, MP5, Ipod, dan portable speaker. Pilih salah satu dari alat

tersebut sesuai dengan keadaan pasien dan ruangan.

2) Persiapan pasien

Pasien disiapkan untuk memilih musik mana yang akan

digunakan dalam terapi musik tersebut.

Page 47: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

37

3) Nyalakan MP3, jangan lupa cek baterai, jangan sampai

musiknya berhenti pada saat diperdengarkan kepada pasien

4) Dekatkan MP3 ke dekat pasien

5) Sebelum diperdengarkan kepada pasien, cek terlebih dahulu

volume musiknya jangan sampai terlalu keras sehingga akan

memekakkan telinga pasien atau terlalu pelan volumenya

6) Pasang earphone

Bantu pasien untuk memasangkan earphone pada kedua

telinganya. Atur posisi earphone pada kedua telinga pasien

tersebut, jangan sampai pasien merasa tidak nyaman dengan

terpasangnya alat tersebut

7) Atur posisi

Posisikan pasien dalam posisi senyaman mungkin. Hal ini

dilakukan agar pasien tidak merasa tegang atau kelelahan saat

terapi musik dilakukan

8) Lemaskan otot-otot

9) Otot-otot yang lemas membantu tercapainya keadaan relaksasi

10) Anjurkan pasien menarik napas melalui hidung dan

mengeluarkan napas secara perlahan melalui mulut

11) Lakukan evaluasi tindakan yang telah dilakukan kepada pasien

Evaluasi dilakukan untuk mengetahui sejauh mana intervensi

Relaksasi Musik yang diberikan kepada pasien dapat

menurunkan rasa nyeri dan cemasnya.

Page 48: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

38

- Bereskan pasien

- Bereskan peralatan.

Page 49: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

39

B. Kerangka Teori

(Jitowiyono, 2012 ; Sjamsuhidajat & De Jong, 2010 ; Djohan, 2009)

Gambar 2.4 Kerangka Teori

� Kecelakaan

� Jatuh

� Cedera

� Tumor Tulang

� Infeksi

� Rakhitis

Fraktur

Nyeri

Terapi Musik

Klasik

Penurunan

Nyeri

Page 50: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

39

BAB III

METODE PENYUSUNAN KTI APLIKASI RISET

A. Subjek Aplikasi Riset

Tindakan dilakukan pada pasien post operasi fraktur di Ruang Rawat Inap

Mawar RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.

B. Tempat dan Waktu

1. Tempat : Ruang Rawat Inap Mawar

2. Tanggal : 6 Januari 2016 - 8 Januari 2016

C. Media dan Alat yang Digunakan

1. Musik klasik

2. Handphone

3. Earphone

4. Numerical Rating Scale (NRS)

D. Prosedur Tindakan Berdasarkan Aplikasi Riset

Fase Orientasi :

1. Memberi salam atau menyapa klien.

2. Memperkenalkan diri.

3. Menjelaskan tujuan tindakan.

4. Menjelaskan langkah prosedur.

Page 51: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

40

5. Menanyakan persetujuan atau kesiapan klien.

Fase Kerja :

1. Menyiapkan alat (alat ukur nyeri Numerical Rating Scale (NRS),

earphone dan handphone).

2. Mengatur posisi yang nyaman menurut pasien sesuai kondisi pasien.

3. Melakukan pengukuran nyeri pada klien.

4. Meminta klien untuk memakai earphone.

5. Mendengarkan terapi musik klasik selama 10 menit (pemberian terapi

musik klasik 6 jam setelah pemberian obat analgetik).

6. Melakukan evaluasi nyeri pada klien.

7. Merapikan alat.

Fase Terminasi :

1. Mengevaluasi tindakan.

2. Menyampaikan RTL.

3. Berpamitan.

4. Dokumentasi.

E. Alat Ukur Evaluasi dari Aplikasi Tindakan Berdasarkan Riset

Alat ukur yang digunakan dalam melakukan asuhan keperawatan pada pasien

post operasi fraktur adalah alat ukur nyeri skala angka yaitu Numerical

Rating Scale (NRS).

Page 52: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

41

Gambar 3.1 Numeric Rating Scale (NRS)

(Sumber :www.painedu.org/NIPC/painassessmentscale.html )

Page 53: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

42

BAB IV

LAPORAN KASUS

Bab IV merupakan laporan kasus Asuhan Keperawatan pada Ny.M dengan

Fraktur Collum Femur Sinistra di ruang Mawar RSUD Dr. Soediran Mangun

Sumarso Wonogiri. Pengkajian dilakukan pada tanggal 05 Januari 2016 pada

pukul 11:15 WIB data diperoleh dari alloanamnesa dan autoanamnesa, observasi

langsung, pemeriksaan fisik, menelaah catatan medis dan catatan perawat,

sedangkan pengelolaan kasus dilakukan 3 hari pada tanggal 06-08 Januari 2016.

Asuhan keperawatan dimulai dari pengkajian, analisa data, perumusan diagnosa

keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

A. Identitas Klien

Identitas klien bernama Ny. M tinggal di Wonogiri, umur 70 tahun,

jenis kelamin perempuan, pendidikan SD, pekerjaan ibu rumah tangga, No.

RM 5286xx, sumber informasi diperoleh dengan cara autoanamnesa dan

alloanamnesa, tanggal masuk rumah sakit 31 Desember 2015, dirawat di

ruang rawat inap mawar dengan fraktur collum femur sinistra. Identitas yang

bertanggung jawab Tn. A, umur 38 tahun, pendidikan SMA, pekerjaan buruh,

alamat wonogiri, hubungan dengan klien anak.

Page 54: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

43

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan dengan keluhan utama nyeri pada pinggul sebelah

kiri, pada riwayat penyakit sekarang klien dan keluarga mengatakan klien

jatuh terpeleset di kamar mandi sudah sejak 1,5 bulan yang lalu. Pada minggu

pertama habis jatuh klien masih bisa berjalan, 2 minggu kemudian klien tidak

bisa berjalan.Keluarga membawa ke rumah sakit UPT.Rawat Inap Baturetno

dan dilakukan foto rontgen dengan hasil fraktur collum femur

sinistra.Kemudian klien dirujuk ke RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso

Wonogiri pada tanggal 31 Desember 2015.Saat periksa di Poli, klien

disarankan untuk opname dan rencana operasi lalu dirawat di bangsal mawar

dan dijadwalkan untuk operasi pada tanggal 6 Januari 2016. Pada saat

pengkajian didapatkan hasil klien mengeluh nyeri pada pinggul

(selangkangan) sebelah kiri karena pasca operasi, kemudian dilakukan

pengukuran TTV dengan hasil tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 86

x/menit, respirasi 20 x/menit, suhu 36,7 0C, ekstremitas atas kanan terpasang

infus RL 20 tetes per menit.

Riwayat penyakit dahulu klien mengatakan sebelumnya tidak pernah

dirawat di rumah sakit, klien belum pernah mengalami kecelakaan atau

operasi sebelumnya, alergi tidak ada alergi, imunisasi lengkap, dan klien tidak

ada kebiasaan buruk sebelumnya.

Riwayat kesehatan keluarga, dalam keluarga klien tidak memiliki

riwayat penyakit keturunan seperti diabetes mellitus, hipertensi.Pada riwayat

Page 55: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

44

kesehatan lingkungan, lingkungan sekitar rumah klien bersih dan terdapat

ventilasi rumah cukup.

Genogram:

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Sudah meninggal

: Pasien

: Tinggal 1 rumah

: Hubungan

: Keturunan

Ny. M berumur 70 tahun tinggal 1 rumah dengan 1 anak laki-laki dan

suaminya.

Pengkajian pola fungsional Gordon, pola persepsi dan pemeliharaan

kesehatan, keluarga klien mengatakan bahwa kesehatan adalah suatu keadaan

dimana seseorang dapat melakukan aktivitasnya sehari-hari, tidak dalam

keadaan sakit sehat jasmani dan rohani.Apabila ada keluarga yang sakit,

Page 56: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

45

keluarga klien sering membeli obat-obatan dari warung dan kadang di bawa

ke puskesmas dan rumah sakit terdekat.

Pola nutrisi dan metabolisme, sebelum sakit klien mengatakan makan 3

kali sehari dengan nasi putih, sayur dan lauk dan minum 6 gelas air

putih.Selama sakit klien mengatakan tidak ada masalah, klien mengatakan

makan 3 kali sehari dengan porsi dari rumah sakit dan minum 3 gelas air

putih.

Pola eliminasi, sebelum sakit BAK frekuensi 5 kali sehari, tekanan

kuat, warna kuning pucat, bau amoniak, keluhan tidak ada, jumlah urine 1000

cc per hari. BAB sebelum sakit, frekuensi 1-2 kali sehari konsistensi lunak

berbentuk, warna keruh kecoklatan dan tidak ada keluhan.Pola eliminasi

selama sakit klien terpasang selang karteter, warna kuning, bau amoniak,

tidak ada keluhan, jumlah urine 1100 cc per hari.BAB selama sakit frekuensi

1 hari sekali, konsistensi lunak, warna keruh kecoklatan dan tidak ada

keluhan.

Pola aktivitas latihan, sebelum sakit klien mengatakan dapat melakukan

aktivitas secara mandiri. Selama sakit klien mengatakan makan atau minum,

berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM dibantu

keluarga dan toileting dibantu keluarga dan alat, klien terlihat total dibantu

oleh keluarga.

Pola istirahat tidur, sebelum sakit klien mengatakan tidur malam ±7-8

jam dan tidur siang ±3 jam. Selama sakit klien mengatakan susah tidur karena

Page 57: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

46

merasakan nyeri, tidur malam ±3 jam dan tidak tidur siang. Ditandai dengan

layu, mata merah, cowong dan terdapat garis hitam.

Pola kognitif perseptual, klien mengatakan tidak ada gangguan pada

indra penciuman, pengelihatan dan pendengaran. Pengkajian nyeri P

(Provoking) = klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena habis operasi

patah tulang, Q (Quality) = klien merasakan nyeri cenut-cenut, R (Region) =

nyeri pada pinggul sebelah kiri, S (Scale) = skala nyeri 6, T (Time) = nyeri

hilang timbul selama 5 menit. Wajah klien terlihat merintih menahan nyeri.

Pola persepsi konsep diri, klien mengatakan bahwa dirinya merasa

berharga karena ditengok oleh tetangganya di rumah sakit, klien mengatakan

menyukai semua anggota tubuhnya, klien mengatakan dengan mengalami

kejadian ini semoga dapat beraktivitas lagi seperti biasanya, klien sebagai ibu

rumah tangga dan ibu dari ke tujuh anak-anaknya, klien mengatakan bahwa

saya seorang perempuan dari 4 bersaudara, apapun yang terjadi pada diri saya

merupakan jalan yang telah digariskan oleh Tuhan.

Pola hubungan peran, sebelum sakit klien mengatakan hubungan pasien

dengan keluarga harmonis dan hubungan klien dengan masyarakat cukup

baik.Selama sakit klien mengatakan hubungan klien dengan keluarga

harmonis dan dengan masyarakat dilingkungan cukup baik ditandai dengan

dijenguk oleh saudara dan tetangganya.

Pola seksualitas produktivitas, klien mengatakan seorang perempuan

berusia 70 tahun mempunyai suami dan 7 orang anak.

Page 58: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

47

Pola mekanisme koping, klien mengatakan bahwa saat ini klien tidak

mempunyai masalah jika ada masalah klien selalu bercerita kepada anggota

keluarga lainnya.

Pola nilai dan keyakinan, Ny.M beragama islam dan selalu menjalankan

sholat 5 waktu, dan selalu berdoa diberi kesehatan.

Pengkajian pemeriksaan fisik didapatkan data bahwa keadaan umum

baik, kesadaran composmentis, pemeriksaan tanda-tanda vital didapatkan

hasil pengukuran tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 86 x/menit, respirasi 20

x/menit, suhu 36,7 0C, bentuk kepala mesocephal, rambut berwarna putih,

kulit kepala bersih, mata simetris kanan-kiri, konjungtiva tidak anemis, sclera

tidak ikterik, pupil isokor, diameter kanan/kiri 2 cm/2 cm, hidung bersih,

tidak ada secret, tidak ada nafas cuping hidung, bibir simetris, mukosa bibir

kering, telinga bersih, tidak ada serumen, tidak ada gangguan pendengaran,

simetris kanan dan kiri, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid, tidak ada

pembesaran limfe.

Pemeriksaan jantung, inspeksi bentuk dada simetris, palpasi ictus cordis

teraba paling kuat di ICS 4, perkusi suara pekak, ICS 2 kiri batas atas jantung,

ICS kiri batas bawah jantung, ICS 4 kiri dekat sternum batas kanan jantung,

ICS 4 kiri dekat lengan batas kiri jantung, auskultasi bunyi jantung lupdup/

BJ I dan BJ II regular. Paru-paru, inspeksi bentuk dada simetris, tidak ada

lesi, palpasi vocal fremitus kanan kiri sama, perkusi suara sonor di seluruh

lapang paru, auskultasi suara nafas bronkovesikuler. Abdomen, inspeksi tidak

Page 59: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

48

ada lesi, auskultasi bising usus 10 x/menit, palpasi teraba lunak, perkusi

pekak pada kuadran I, tympani pada kuadran II, III, IV.

Pada genetalia bersih, terpasang karteter (jumlah urine 1100 cc).pada

rektum bersih, tidak ada luka. Ekstremitas kanan atas terpasang infus RL 20

tetes per menit, kekuatan otot kanan atas dengan nilai 5, kekuatan otot kiri

atas dengan nilai 5, kekuatan otot kanan bawah dengan nilai 5, kekuatan otot

kiri bawah dengan nilai 2. Adapun penilaiannya yaitu derajat 0 tidak dapat

pergerak, 1 ada kontraksi cuma bergerak, 2 mampu bergerak, 3 dapat

bergerak melawan gravitasi, 4 dapat bergerak dengan beban ringan, 5 dapat

bergerak bebas.

Hasil pemeriksaan penunjang, pada pemeriksaan laboratorium

didapatkan pada tanggal 31 desember 2015 yaitu hemoglobin 10.9 g/dl (nilai

normal 12.0-18.0), hematokrit 36.0 % (nilai normal 37.0-51.0), eritrosit 4.50

m/ul (nilai normal 4.20-6.30), leukosit 7.5 k/ul (nilai normal 4.1-10.9),

trombosit 279 k/ul (nilai normal 140-440). Pada pemeriksaan foto rontgen

didapatkan kesimpulan bahwa adanya fraktur collum femur sinistra dan

pemeriksaan EKG didapatkan hasil right ventrikel hipertrofi.

Terapi cairan intravena RL 20 tetes per menit untuk resusitasi cairan,

asam tranexamat 50miligram/12jam untuk indikasi fibrinolisis dan epitaksis

local, caftazidime 1gram/12 jam untuk indikasi berbagai infeksi bakteri

tulang dan sendi, paracetamol 100 mili/8 jam untuk indikasi meredakan rasa

sakit dan demam, cefotaxime 1 gram/12 jam untuk indikasi infeksi serius

Page 60: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

49

mengancam jiwa, mecobalamin 500 miligram/12 jam indikasi untuk

neuropati perifer dan anemia megaloblastik.

C. Daftar Perumusan Masalah

Setelah dilakukan analisa terhadap data hasil pengkajian diperoleh

diagnosa keperawatan utama adalah nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik (fraktur collum femur sinistra), ditandai dengan data subyektif

klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena habis operasi patah tulang,

klien merasakan nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala

nyeri 6, nyeri hilang timbul selama 5 menit, data obyektif ajah klien terlihat

merintih menahan nyeri, pasien terlihat memegangi bagian pinggul sebelah

kiri, tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36,70C, respirasi

20 x/menit.

Diagnosa keperawatan kedua adalah gangguan pola tidur berhubungan

dengan gangguan (nyeri pasca operasi), ditandai dengan data subyektif klien

mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ± 3 jam dan sering terbangun

merasakan nyeri, data obyektif pasien terlihat pucat atau layu, terlihat lemas,

mata merah, cowong dan terdapat garis hitam dibawah mata, tekanan darah

190/100 mmHg, nadi 86 x/menit, suhu 36,70C, respirasi 20 x/menit.

Diagnosa keperawatan ketiga adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan musculoskeletal, ditandai dengan data subyektif klien

Page 61: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

50

mengatakan makan atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi atau ROM dibantu keluarga dan toileting dibantu

keluarga dan alat, data obyektif klien terlihat lemas, kesulitan bergerak dan

tangan kanan terpasang infus, ekstremitas bawah bagian kiri tidak leluasa,

terlihat pinggul sebelah kiri dibalut.

D. Perencanaan

Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. M untuk diagnosa

keperawatan nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur collum

femur sinistra) dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

3 x 24 jam diharapkan nyeri dapat berkurang dengan kriteria hasil: klien

melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan managemen nyeri

dari skala 5 menjadi 0, ekspresi wajah klien tidak tampak menahan nyeri,

klien mampu mengontrol nyeri (mampu menggunakan teknik non

farmakologi), tanda-tanda vital dalam batas normal dengan tekanan darah

120/80 mmHg, nadi 60-100 kali per menit, respirasi 16-24 kali per menit,

suhu 36,5-37,5oC. Intervensi atau rencana yang akan dilakukan yaitu kaji

status nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran nyeri, dengan

rasional mengetahui keadaan nyeri pasien, berikan posisi yang nyaman,

dengan rasional untuk mengurangi nyeri, ajarkan teknik mengontrol nyeri non

farmakologi dengan terapi musik klasik, dengan rasional untuk mengontrol

nyeri, kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik, dengan rasional

mengurangi nyeri.

Page 62: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

51

Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. M untuk diagnosa

gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (nyeri pasca operasi),

dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam diharapkan

pola tidur terpenuhi dengan kriteria hasil: jumlah jam tidur dalam batas

normal 6-8 jam per hari, tubuh terasa segar sesudah tidur atau istirahat,

mampu mengidentifikasi hal-hal yang meningkatkan tidur. Intervensi atau

rencana yang akan dilakukan yaitu monitor tidur pasien, dengan rasional

mengetahui kemudahan dalam tidur, ciptakan lingkungan yang nyaman,

dengan rasional meningkatkan kenyamanan, diskusikan dengan pasien dan

keluarga tentang teknik tidur pasien, dengan rasional meningkatkan tidur,

kolaborasi pemberian obat, dengan rasional memudahkan tidur.

Rencana keperawatan yang dilakukan pada Ny. M untuk diagnosa

hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan musculoskeletal, dengan

tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam diharapkan

tingkat mobilitas optimal dengan kriteria hasil: klien meningkat dalam

aktivitas fisik, memverbalisasikan perasaan dalam meningkatkan kekuatan

dan kemampuan berpindah. Intervensi atau rencana yang akan dilakukan

yaitu monitoring vital sign, dengan rasional mengetahui keadaan umum

pasien, kaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, dengan rasional mengetahui

tingkat pasien dalam melakukan aktivitas, damping dan bantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL, dengan rasional memelihara

fleksibilitas sendi sesuai kemampuan, ajarkan pasien bagaimana merubah

posisi dan berikan bantuan jika diperlukan, dengan rasional gerakan aktif

Page 63: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

52

memberikan kekuatan otot, konsultasikan dengan fisioterapi tentang rencana

ambulasi sesuai dengan kebutuhan, dengan rasional peningkatan kemampuan

imobilisasi dari latihan ahli fisioterapi.

E. Implementasi

Tindakan yang dilakukan tanggal 6 Januari 2016 pada jam 15.00 WIB

mengkaji status nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran

nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas

operasi, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 6,

nyeri hilang timbul selama 5 menit, respon obyektif klien terlihat meringis

kesakitan dan memegangi bagian pinggul sebalah kiri. Jam 15.10 memonitor

tanda-tanda vital pasien, respon subyektif klien mengatakan bersedia

dilakukan pemeriksaan, respon obyektif klien terlihat tenang, tekanan darah

180/100 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,7oC, pernafasan 20 kali per

menit. Jam 15.15 memberikan posisi yang nyaman, respon subyektif klien

mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya sekarang, respon obyektif klien

terlihat tenang. Jam 15.30 mengajarkan teknik mengontrol nyeri non

farmakologi dengan terapi musik klasik, respon subyektif klien mengatakan

bersedia diberikan terapi musik klasik, respon obyektif klien terlihat rileks

mau mendengarkan musik klasik dengan tenang. Jam 15.40 mengkaji status

nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran nyeri, respon

subyektif klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas operasi, nyeri

Page 64: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

53

cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 5, nyeri hilang

timbul selama 5 menit, respon obyektif klien terlihat meringis kesakitan dan

memegangi bagian pinggul sebalah kiri. Jam 17.00 berkolaborasi dengan tim

medis atau dokter dalam pemberian analgetik (asam tranexsamat 50 mg/ 12

jam, ceftazidine 1 gram/ 12 jam, paracetamol infus 100 mili/ 8 jam,

cefotaxime 1 gram/ 12 jam), respon subyektif klien bersedia diberikan injeksi,

respon obyektif klien obat sudah masuk melalui intravena, klien terlihat tidak

megalami alergi. Jam 20.00 memonitor tidur pasien, respon subyektif klien

mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ± 3 jam, sering terbangun karena

merasakan nyeri, respon obyektif klien terlihat pucat, lemas, mata tampak

merah, cowong dan terdapat garis hitam. Jam 20.10 menciptakan lingkungan

yang nyaman, respon obyektif klien mengatakan lingkungan rumah sakit

ramai, respon obyektif klien terlihat tidak tenang. Jam 20.15 mengkaji

kemampuan pasien dalam mobilisasi, respon subyektif klien mengatakan

tubuh terasa lemas, hanya mampu terbaring di tempat tidur dan aktivitas

dibantu keluarga, respon obyektif klien terlihat lemah, aktivitas klien terlihat

dibantu keluarga. Jam 20.20 mendampingi dan membantu pasien saat

mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL, respon subyektif klien

mengatakan makan atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi atau ROM dibantu keluarga dan toileting dibantu

keluarga dan alat, respon obyektif klien terlihat lemas, hanya bisa berbaring

di tempat tidur, didapatkan hasil pasien dibantu keluarga.

Page 65: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

54

Tindakan yang dilakukan tanggal 7 Januari 2016 pada jam 15.00 WIB

mengkaji status nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran

nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas

operasi, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 5,

nyeri hilang timbul selama 5 menit, respon obyektif klien terlihat meringis

kesakitan dan memegangi bagian pinggul sebalah kiri. Jam 15.15 memonitor

tanda-tanda vital pasien, respon subyektif klien mengatakan bersedia

dilakukan pemeriksaan, respon obyektif klien terlihat tenang, tekanan darah

170/100 mmHg, nadi 86 kali per menit, suhu 36,5oC, pernafasan 20 kali per

menit. Jam 15.20 mengajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi

dengan terapi musik klasik, repon subyektif klien mengatakan bersedia

diberikan terapi musik klasik, respon obyektif klien terlihat rileks mau

mendengarkan musik klasik dengan tenang. Jam 15.30 mengkaji status nyeri

klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran nyeri, respon subyektif

klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas operasi, nyeri cenut-

cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul

selama 5 menit, respon obyektif klien tampak memegangi bagian pinggul

sebalah kiri dan klien terlihat sedikit rileks. Jam 17.00 berkolaborasi dengan

tim medis dalam pemberian analgetik (ceftazidine 1 gram/ 12 jam, cefotaxime

1 gram/ 12 jam, paracetamol infus 100 mili/ 8 jam, mecobalamin 500 mg/ 12

jam), respon subyektif klien mengatakan bersedia diberikan injeksi, respon

obyektif, obat sudah masuk melalui intravena, klien terlihat tidak megalami

alergi.

Page 66: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

55

Jam 20.00 memonitor tidur klien, respon subyektif klien mengatakan

tidak tidur siang, tidur malam 5 jam sering terbangun karena merasakan nyeri,

respon obyektif klien terlihat pucat, mata pasien terlihat merah, cowong dan

terdapat garis hitam. Jam 20.05 menciptakan lingkungan yang nyaman,

respon subyektif klien mengatakan merasa nyaman, respon obyektif klien

terlihat tenang.

Jam 20.10 mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, respon

subyektif klien mengatakan tubuh terasa lemas, hanya mampu terbaring di

tempat tidur dan aktivitas dibantu keluarga, respon obyektif klien terlihat

lemah, aktivitas klien terlihat dibantu keluarga. Jam 20.15 mendampingi dan

membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL, respon

subyektif klien mengatakan makan atau minum, berpakaian, mobilitas di

tempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM dibantu keluarga dan toileting

dibantu keluarga dan alat, respon obyektif klien terlihat lemas, hanya bisa

berbaring di tempat tidur, didapatkan hasil pasien dibantu keluarga.

Tindakan yang dilakukan tanggal 8 Januari 2016 pada jam 15.00

mengkaji status nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran

nyeri, respon subyektif klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas

operasi, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 3,

nyeri hilang timbul selama 5 menit, respon obyektif klien terlihat memegangi

bagian pinggul sebalah kiri dan sedikit rileks. Jam 15.05 memonitor tanda-

tanda vital klien, respon subyektif klien mengatakan bersedia dilakukan

Page 67: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

56

pemeriksaan, respon obyektif pasien terlihat tenang, tekanan darah 150/70

mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,5oC, pernafasan 20 kali per menit.

Jam 15.10 mengajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi

dengan terapi musik klasik, respon subyektif klien mengatakan bersedia

diberikan terapi musik klasik, respon obyektif klien terlihat mendengarkan

musik klasik dengan tenang, klien terlihat rileks. Jam 15.20 mengkaji status

nyeri klien meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran nyeri, respon

subyektif klien mengatakan nyeri saat digerakkan karena bekas operasi, nyeri

cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 1, nyeri hilang

timbul selama 1 menit, respon obyektif klien terlihat tersenyum dan tenang.

Jam 17.00 berkolaborasi dengan tim medis dalam pemberian analgetik

(cefotaxime 1 gram/ 12 jam, ceftazidime 1 gram/ 12 jam), respon subyektif

klien bersedia diberikan injeksi, respon obyektif klien terlihat tenang, obat

sudah masuk melalui intra vena, klien terlihat tidak megalami alergi.

Jam 20.00 memonitor tidur pasien, respon subyektif klien mengatakan

tidur siang ± 3 jam dan tidur malam ± 7 jam, respon obyektif klien terlihat

tidak pucat, mata pasien terlihat tidak cowong dan tidak terdapat garis hitam.

Jam 20.10 mengkaji kemampuan pasien dalam mobilisasi, respon subyektif

klien mengatakan tubuh terasa lemas, hanya mampu terbaring di tempat

tidurdan aktivitas dibantu keluarga, respon obyektif klien terlihat lemah,

aktivitas klien terlihat dibantu keluarga. Jam 20.15 mendampingi dan

membantu pasien saat mobilisasi dan bantu penuhi kebutuhan ADL, respon

subyektif klien mengatakan makan atau minum, berpakaian, mobilitas di

Page 68: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

57

tempat tidur, berpindah, ambulasi atau ROM dibantu keluarga dan toileting

dibantu keluarga dan alat, respon obyektif klien terlihat lemas, hanya bisa

berbaring di tempat tidur, didapatkan hasil pasien dibantu keluarga.

F. Evaluasi

Setelah dilakukan tindakan keperawatan, hasil evaluasi dilakukan pada

hari Rabu, 6 Januari 2016, jam 20.30 dengan menggunakan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Assessment, Planning), untuk diagnosa nyeri akut data

subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat bergerak, nyeri cenut-cenut,

nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 5, nyeri hilang timbul selama 5

menit, data obyektif klien terlihat meringis kesakitan, memegangi bagian

pinggul sebelah kiri, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali per menit,

suhu 36,7oC, respirasi 20 kali per menit, masalah nyeri akut belum teratasi,

intervensi dilanjutkan, observasi status nyeri klien (PQRST), observasi tanda-

tanda vital, ajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi

musik klasik, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik.

Evaluasi dilakukan pada hari Rabu, 6 Januari 2016, jam 20.45 untuk

diagnosa gangguan pola tidur, data subyektif klien mengatakan tidak tidur

siang, tidur malam ± 3 jam, sering terbangun karena merasakan nyeri, data

obyektif klien terlihat pucat, lemas, mata klien terlihat merah, cowong dan

Page 69: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

58

terdapat garis hitam, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali per menit,

suhu 36,7oC, respirasi 20 kali per menit, masalah pola tidur belum teratasi,

intervensi dilanjutkan, monitor tidur pasien, ciptakan lingkungan yang

nyaman, diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klie,

kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik.

Evalusi dilakukan pada hari Rabu, 6 Januari 2016, jam 20.50 untuk

diagnosa hambatan mobilitas fisik, data subyektif klien mengatakan makan

atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi atau

ROM dibantu keluarga, toileting dibantu keluarga dan alat, data obyektif

klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri dibalut dan

tangan kanan dipasang infus, data diatas didapakan hasil pasien total dibantu

keluarga, masalah mobilitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji

kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-tanda vital, latih klien

dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan, bantu

klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL, konsultasikan dengan

fisioterapi.

Hasil evaluasi dilakukan pada hari Kamis, 7 Januari 2016, jam 20.30

untuk diagnosa nyeri akut data subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat

bergerak, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 3,

nyeri hilang timbul selama 5 menit, data obyektif klien terlihat memegangi

bagian pinggul sebelah kiri dan sedikit rileks, tekanan darah 170/100 mmHg,

nadi 86 kali per menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali per menit, masalah nyeri

teratasi sebagian, intervensi dilanjutkan, observasi status nyeri klien

Page 70: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

59

(PQRST), observasi tanda-tanda vital, ajarkan teknik mengontrol nyeri non

farmakologi dengan terapi musik klasik, kolaborasi dengan tim medis dalam

pemberian obat analgesik.

Evaluasi dilakukan pada hari Kamis, 7 Januari 2016, jam 20.45 untuk

diagnosa gangguan pola tidur, data subyektif klien mengatakan tidak tidur

siang, tidur malam ± 5 jam, sering terbangun karena merasakan nyeri, data

obyektif klien terlihat pucat, lemas, mata klien tampak merah, cowong dan

terdapat garis hitam, tekanan darah 170/100 mmHg, nadi 86 kali per menit,

suhu 36,5oC, respirasi 20 kali per menit, masalah pola tidur teratasi sebagian,

intervensi dilanjutkan, monitor tidur pasien, ciptakan lingkungan yang

nyaman, kolaborasi dengan tim medis dalam pemberian obat analgesik.

Evalusi dilakukan pada hari Rabu, 7 Januari 2016, jam 20.50 untuk

diagnose hambatan mobilitas fisik, data subyektif klien mengatakan makan

atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi atau

ROM dibantu keluarga, toileting dibantu keluarga dan alat, data obyektif

klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri dibalut dan

tangan kanan dipasang infus, data diatas didapakan hasil pasien total dibantu

keluarga, masalah mobilitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji

kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-tanda vital, latih klien

dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan, bantu

klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL, konsultasikan dengan

fisioterapi.

Page 71: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

60

Hasil evaluasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 Januari 2016, jam 20.30

untuk diagnosa nyeri akut data subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat

bergerak, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 1,

nyeri hilang timbul selama 1 menit, data obyektif klien terlihat tersenyum,

rileks dan tenang, tekanan darah 150/70 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu

36,5oC, respirasi 20 kali per menit, masalah nyeri teratasi, intervensi

dihentikan.

Evaluasi dilakukan pada hari Jum’at, 8 Januari 2016, jam 20.45 untuk

diagnosa gangguan pola tidur, data subyektif klien mengatakan tidur siang ±

3 jam dan tidur malam ± 7 jam, data obyektif klien tampak tidak pucat, mata

klien tidak merah, tidak cowong dan tidak terdapat garis hitam, tekanan darah

150/70 mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali per

menit, masalah pola tidur teratasi, intervensi dihentikan.

Evalusi dilakukan pada hari Jum’at, 8 Januari 2016, jam 20.50 untuk

diagnosa hambatan mobilitas fisik, data subyektif klien mengatakan makan

atau minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur, berpindah, ambulasi atau

ROM dibantu keluarga, toileting dibantu keluarga dan alat, data obyektif

klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri dibalut dan

tangan kanan dipasang infuse, data diatas didapakan hasil pasien total dibantu

keluarga, masalah mobilitas belum teratasi, intervensi dilanjutkan, kaji

kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-tanda vital, latih klien

dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai kemampuan, bantu

Page 72: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

61

klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL, konsultasikan dengan

fisioterapi.

Page 73: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

61

BAB V

PEMBAHASAN

Bab ini akan membahas tentang pemberian terapi musik klasik terhadap

penurunan nyeri pada asuhan keperawatan Ny. M dengan post op fraktur di ruang

rawat inap Mawar di RSUD Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri. Disamping

itu penulis akan membahas tentang faktor pendukung dan kesenjangan-

kesenjangan yang terjadi antar teori dengan kenyataan yang meliputi pengkajian,

diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi, dan evaluasi.

A. Pengkajian

Pengkajian adalah tahap awal dari proses keperawatan dan merupakan

proses yang sistematis dalam pengumpulan data dari berbagai sumber data

untuk mengevaluasi dan mengidentifikasi status kesehatan klien (Lyer et al.,

1996 dalam Setiadi 2012).

Pengkajian dilakukan pada tanggal 05 Januari 2016 pada Ny.M

didapatkan keluhan utama nyeri pada pinggul sebelah kiri berkaitan dengan

fraktur.Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi,

tulang rawan epifisis baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad,

2007).Nyeri setelah pembedahan merupakan hal yang fisiologis, tetapi hal ini

merupakan salah satu keluhan yang paling ditakuti oleh pasien setelah

pembedahan.Nyeri menurut Asosiasi Nyeri Internasional (1979 dalam

Tamsuri, 2007) adalah suatu pengalaman sensorik dan emosional yang tidak

Page 74: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

62

menyenangkan yang berhubungan dengan adanya kerusakan jaringan baik

secara aktual maupun potensial, atau menggambarkan keadaan kerusakan

seperti tersebut di atas.

Pemenuhan aktivitas dan latihan (ADL) Ny. M mengatakan dalam

melakukan aktivitas seperti makan, minum, berpakaian, mobilitas dan

berpindah dibantu oleh keluarga dan toileting dibantu keluarga dan alat.

Menurut Widya (2010) dalam Rustianawati (2013), pasien pasca operasi

sering kali dihadapkan pada permasalahan adanya proses peradangan akut

dan nyeri yang mengakibatkan keterbatasan gerak.

Pengkajian pada pola istirahat tidur, klien mengatakan tidak tidur siang

dan tidur malam ±3 jam, sering terbangun karena merasakan nyeri setelah

operasi, klien terlihat layu, mata merah, cowong dan terdapat garis hitam.

Klien yang mengalami nyeri akan berpengaruh pada perubahan pola istirahat

tidur (Potter dan Perry, 2005).

Pada pola kognitif perseptual klien mengatakan nyeri pada pinggul

sebelah kiri, nyeri timbul saat bergerak, nyeri cenut-cenut, skala nyeri 6, dan

nyeri hilang timbul selama 5 menit. Menurut klasifikasinya nyeri pada Ny. M

tergolong nyeri akut dimana nyeri akut diartikan sebagai nyeri yang terjadi

dalam waktu atau durasi 1 detik sampai dengan kurang dari 6 bulan.Nyeri

akut biasanya menghilng dengan sendirinya dengan atau tanpa tindakan

setelah kerusakan jaringan menyembuhkan (Tamsuri, 2006).

Nyeri yang dirasakan Ny. M tergolong nyeri sedang karena skala nyeri

yang dirasakan skala 6 (agak mengganggu). Nyeri dapat diukur dengan

Page 75: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

63

numeric rating scale (NRS) yaitu, skala 0 adalah tidak nyeri, skala 1-3 adalah

nyeri ringan, secara obyektif klien dapat berkomunikasi dengan baik, skala 4-

6 adalah nyeri sedang, secara obyektif klien mendesis, menyeringai, dapat

menunjukkan lokasi nyeri, dapat mendeskripsikannya, dapat mengikuti

perintah dengan baik, skala 7-9 adalah nyeri berat, secara obyektif klien

terkadang tidak dapat mengikuti perintah tapi masih respon terhadap

tindakan, dapat menunjukkan lokasi nyeri, tidak dapat mendeskripsikannya,

tidak dapat diatasi dengan alih posisi nafas panjang dan distraksi, skala 10

nyeri sangat berat , pasien sudah tidak mampu lagi berkomunikasi, memukul

(Potter & Perry, 2006).

Hasil pemeriksaan fisik tanda-tanda vital Ny. M, yaitu tekanan darah

190/100 mmHg, nadi 86 kali per menit, frekuensi pernafasan 20 kali per

menit, suhu 36,7oC. Hal ini terjadi peningkatan tekanan darah dari normal

yaitu untuk tekanan darah 120/80 mmHg, frekuensi pernafasan 14-20 kali per

menit, nadi 60-100 kali per menit, suhu 36,5-37,5 oC untuk suhu dewasa

(Bickley, 2008).

Hasil pengkajian kekuatan otot pada Ny. M yang terjadi pada

ekstremitas bawah kaki kiri mengalami penurunan kekuatan otot yaitu

kekuatan otot 2 sedangkan ekstremitas yang lain tidak mengalami masalah

dengan kekuatan otot 5. Penurunan otot disebabkkan karena nyeri yang

dialami klien post operasi fraktur collum femur sinistra, selain itu adanya

pengaruh ansietas dan pengaruh dari anastesi (Brunner dan Suddart, 2002)

Page 76: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

64

Hasil pemeriksaan ekstremitas kebanyakan klien merasa takut untuk

bergerak setelah pasca operasi fraktur karena merasa nyeri pada luka bekas

operasi dan luka bekas trauma (Brunner dan Suddarth, 2002).Pemeriksaan

tentang gerak sendi (ROM/ range of joint motion), dan pengkajian kekuatan

otot sangat penting dilakukan apabila klien mengeluh rasa nyeri pada

ekstremitas atau kehilangan fungsi sendi atau otot.

Pemeriksaan laboratorium dilakukan karena dapat membantu

menentukan adanya perdarahan abnormal, sehingga dapat menentukan

tindakan keperawatan (Sjamsuhidajat, 2004).Hasil pemeriksaan laboratorium

yang dilakukan pada klien yaitu pemeriksaan darah lengkap didapatkan hasil

nomal.

Klien mendapatkan cairan intravena NaCl 0,9% 500 ml dengan dosis 20

tetes per menit untuk indikasi mengembalikan keseimbangan elektrolit, asam

tranexamat 50miligram/12jam untuk indikasi fibrinolisis dan epitaksis local,

caftazidime 1gram/12 jam untuk indikasi berbagai infeksi bakteri tulang dan

sendi, paracetamol 100 mili/8 jam untuk indikasi meredakan rasa sakit dan

demam, cefotaxime 1 gram/12 jam untuk indikasi infeksi serius mengancam

jiwa, mecobalamin 500 miligram/12 jam indikasi untuk neuropati perifer dan

anemia megaloblastik (ISO, 2012).

Pada pemeriksaan foto rontgen didapatkan kesimpulan bahwa adanya

fraktur collum femur sinistra.Fraktur femur adalah terputusnya kontinuitas

batang femur yang bisa terjadi akibat trauma langsung (kecelakaan lalu lintas,

jatuh dari ketinggian), dan biasanya lebih banyak dialami oleh laki-laki

Page 77: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

65

dewasa.Patah pada daerah ini dapat menimbulkan perdarahan yang cukup

banyak, mengakibatkan penderita jatuh dalam syok.(FKUI, 1995:543) dalam

Jitowiyono (2012).

B. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan yang diambil oleh penulis pada tanggal 06

Januari 2016 adalah nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur

collum femur sinistra), yang telah disesuaikan dengan diagnosa keperawatan

NANDA. Pada kasus Ny. M terjadi nyeri akut yaitu pengalaman sensori dan

emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan

yang aktual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan sedemikian

rupa (International Association for the Study of Pain) awitan tiba-tiba atau

lambat dari intensitas ringan hingga berat dengan akhir yang dapat

diantisipasi atau diprediksi dan berlangsung kurang dari 6 bulan

(Herdman, 2012).

Nyeri yang dialami Ny. M berkaitan dengan nyeri akut yang terjadi

adanya luka insisi bekas pembedahan (Perry & Potter, 2006). Batasan

karakteristik menurut teori yang ada yaitu perubahan tekanan darah,

perubahan frekuensi jantung, perubahan frekuensi pernafasan,

mengekspresikan perilaku (gelisah, merengek, menangis, waspada iritabilitas

mendesal), perubahan posisi untuk menghindari nyeri, sikap melindungi area

nyeri (Herdman, 2012). Pada Ny. M batasan karakteristik yang ditemukan

meliputi data subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat bergerak, klien

Page 78: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

66

merasakan nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kiri, skala nyeri 6

(agak mengganggu), nyeri hilang timbul selama 5 menit, dan data obyektif

wajah klien terlihat meringis kesakitan, klien terlihat memegangi bagian

pinggul sebelah kiri, tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali per menit,

respirasi 20 kali per menit, suhu 36,7oC.

Analisa data yang kedua data subyektif: klien mengatakan tidak tidur

siang dan tidur malam ±3 jam karena nyeri setelah operasi. Data obyektif

diperoleh klien terlihat layu, mata merah, cowong dan terdapat garis hitam.

Gangguan pola tidur dapat di definisikan sebagai gangguan jumlah dan

kualitas tidur (penghentian kesadaran alami, periodik) yang dibatasi waktu

dalam jumlah dan kualitas (Wilkinson, 2007).

Analisa data yang ketiga data subyektif: respon klien mengatakan

selama sakit dalam melakukan aktivitas dan latihan seperti makan, minum,

berpakaian, mobilitas maupun berpindah dibantu oleh keluarga dan toileting

dibantu oleh keluarga dan alat. Data obyektif yang diperoleh, klien terlihat

dibantu keluarga dalam aktivitas maupun latihan seperti makan, mobilitas,

berpakaian maupun toileting, klien terlihat kesulitan bergerak dan lemas,

kekuatan otot tangan kanan dan tangan kiri 5, sedangkan kekuatan otot kaki

kanan 5 dan kaki kiri 2. Berdasarkan hasil analisa data yang didapat, maka

penulis menegakkan diagnosa keperawatan yaitu hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan musculoskeletal.

Hambatan mobilitas fisik adalah keterbatasan pada pergerakan fisik

tubuh atau satu atau lebih ekstremitas secara mandiri. Batasan

Page 79: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

67

karakteristiknya antara lain: penurunan waktu reaksi, kesulitan membolak

balikan posisi, melakukan aktivitas lain sebagai pengganti pergerakan

(missal: meningkatkan perhatian pada aktivitas orang lain, mengendalikan

perilaku, fokus pada ketunadayaan/ aktivitas sebelum sakit), dispnea setelah

beraktivitas, perubahan cara berjalan, keterbatasan kemampuan melakukan

keterampilan motorik halus, keterbatasan tentang gerak sendi, tremor akibat

pergerakan, pergerakan lambat dan pergerakan tidak berkoordinasi (Nanda,

2013: 612).

Penulis memprioritaskan diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen

cidera fisik (post operasi fraktur collum femur sinistra) sebagai diagnosa

pertama. Alasan penulis memprioritaskan masalah nyeri akut sebagai prioritas

pertama, karena berdasarkan pada keaktualan masalah yang sesuai dengan

tipe-tipe diagnosa keperawatan. Menurut Carpenito (2002) dalam Setiadi

(2012: 40), bahwa terdapat 5 tipe diagnosa yaitu aktual, risiko, kemungkinan,

kesejahteraan, dan sindrom. Diagnosa aktual adalah menyajikan keadaan

yang secara klinis telah di validasi melalui batasan karakteristik mayor yang

dapat diidentifikasi, karena nyeri dapat mengganggu kebutuhan rasa aman

dan nyaman serta merupakan masalah yang paling utama maka harus

didahulukan daripada kebutuhan yang lain.

Apabila diagnosa nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

(post operasi fraktur collum femur sinistra) tidak ditegakkan padahal terdapat

data-data yang mendukung untuk ditegakkannya diagnosa tersebut maka

individu akan merespon secara biologis dan perilaku yang menimbulkan

Page 80: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

68

respon fisik dan psikis. Respon psikis meliputi perubahan keadaan umum,

ekspresi wajah, nadi, pernafasan, suhu, sikap badan dan apabila nyeri berada

pada derajat berat dapat menyebabkan kolaps kadiovaskuler dan syok.

Respon psikis akibat nyeri dapat merangsang respon stress yang dapat

menekan sistem imun dan peradangan, serta menghambat penyembuhan.

Respon yang lebih parah akan mengarah pada ancaman merusak diri

(Rustinawati, 2013).

Penulis mengangkat diagnosa gangguan pola tidur karena telah sesuai

dengan batasan karakteristik (Wilkinson, 2007) yang menyebutkan bahwa

karakteristik gangguan pola tidur yaitu bangun lebih awal atau lebih lambat

dari yang diinginkan, ketidakpuasan tidur, keluhan verbal tentang kesulitan

untuk tidur, keluhan verbal tentang perasaan tidak dapat beristirahat dengan

baik. Batasan karakteristik lain yang mungkin muncul yaitu lingkaran gelap

dibawah mata, penurunan rentang perhatian, aek datar, sering menguap, tidur

terganggu, tidak bergairah, dan perubahan mood. Berdasarkan batasan

karakteristik maka etiologi yang dapat diambil oleh penulis yaitu gangguan

(nyeri pasca operasi).

Penulis memprioritaskan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan

musculoskeletal sebagai prioritas diagnosa keperawatan ketiga. Karena dalam

hambatan mobilitas faktor penyebab adalah nyeri akut sehingga penulis

menjadikan hambatan mobilitas fisik sebagai prioritas diagnosa keperawatan

yang ketiga.

Page 81: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

69

C. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan keperawatan adalah bagian dari fase pengorganisasian

dalam proses keperawatan sebagai pedoman untuk mengarahkan tindakan

keperawatan dalam usaha membantu, meringankan, memecahkan masalah

atau untuk memenuhi kebutuhan klien. Perencanaan yang tertulis dengan baik

akan memberi petunjuk dan arti pada asuhan keperawatan, karena

perencanaan adalah sumber informasi bagi semua yang terlibat dalam asuhan

keperawatan klien. Rencana ini merupakan sarana komunikasi yang utama,

dan memelihara continuitas asuhan keperawatan klien bagi seluruh anggota

tim (Setiadi, 2012).

Proses perencanaan keperawatan meliputi penetapan tujuan perawatan,

penetapan kriteria hasil, pemilihan intervensi yang tepat, dan rasionalisasi

dari intervensi dan mendokumentasikan rencana perawatan (Setiadi, 2012).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang pertama penulis menyusun

perencanaan antara lain: yang pertama kaji nyeri secara komprehensif

(meliputi lokasi, skala, durasi dan penyebaran nyeri). Pengukuran intensitas

nyeri sangat subjektif dan individual. Kemungkinan nyeri dalam intensitas

yang sama dirasakan sangat berbeda oleh dua orang yang berbeda (Tamsuri,

2007). Perencanaan kedua yaitu observasi tanda-tanda vital, tekanan darah

yang tinggi dan nafas yang cepat terlihat sebagai respon terhadap nyeri atau

ansietas. Perencanaan ketiga yaitu berikan posisi yang nyaman (posisi untuk

menghindari nyeri dan sikap melindungi area nyeri). Pasien ditempatkan pada

posisi yang senyaman mungkin yang dapat mengurangi pergerakan yang

Page 82: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

70

dapat menimbulkan nyeri (Tamsuri, 2007). Perencanaan keempat yaitu

ajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi musik klasik.

Musik klasik memiliki tempo lambat dan menenangkan bisa menjadi terapi

yang dapat diartikan sebagai pengobatan. Musik klasik tersebut memiliki

aspek terapeutik, sehingga musik klasik banyak digunakan untuk

penyembuhan (Musbikin, 2009). Perencaan kelima yaitu kolaborasi

pemberian analgetik (NIC dalam Huda amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 660).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang kedua penulis menyusun

perencanaan antara lain: yang petama monitor tidur klien (jumlah jam tidur

dalam batas normal 6-8 jam per hari). Untuk dapat berfungsi secara normal

maka setiap orang memerlukan istirahat dan tidur yang cukup. Pada kondisi

istirahat dan tidur, tubuh melakukan proses pemulihan untuk mengembalikan

stamina tubuh hingga berada dalam kondisi yang optimal (Potter dan Perry,

2006). Perencanaan kedua yaitu ciptakan lingkungan yang nyaman. Suara

bising dilingkungan dapat mengambat tidur, ketdaknyamanan akibat suhu

lingkungan dan kurang ventilasi dapat mempengaruhi tidur. Kadar cahaya

dapat menjadi factor lain yang berpengaruh (Asmadi, 2008). Perencanaan

ketiga yaitu diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien,

dan perencanaan keempat kolaborasi pemberian obat (NIC dalam Huda amin

dan Kusuma Hardhi, 2013: 603).

Berdasarkan diagnosa keperawatan yang ketiga penulis menyusun

perencanaan antara lain: observasi tanda-tanda vital, kaji kemampuan klien

dalam mobilisasi, dampingi dan bantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi

Page 83: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

71

kebutuhan ADL, ajarkan klien bagaimana merubah posisi dan berikan

bantuan jika diperlukan (posisi miring dan bergeser), konsultasikan dengan

fisioterapi tentang rencana ambulasi sesuai dengan kebutuhan (NIC dalam

Huda amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 612).

D. Tindakan Keperawatan

Berdasarkan masalah kepeawatan tersebut perawat melakukan

implementasi dan evaluasi selama 3 hari sesuai tujuan, kriteria hasil, dan

intervensi yang telah dibuat berdasarkan NIC dan NOC.

Tindakan keperawatan yang dilakukan pada Ny. M sama dengan yang

ada di intervensi pada diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan

agen cidera fisik (fraktur collum femur sinistra) dengan mengobservasi

karakteristik nyeri (PQRST), memberikan posisi yang nyaman, mengajarkan

teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi musik klasik, dan

berkolaborasi dengan dokter pemberian analgesik.

Penulis melakukan implementasi untuk diagnosa nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur collum femur sinistra) selama

3 hari. Tindakan yang pertama yaitu mengobservasi karakteristik nyeri

(PQRST), didapatkan respon subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat

bergerak, nyeri cenut-cenut, nyeri pada pinggul sebelah kanan, skala nyeri 6,

dan nyeri hilang timbul selama 5 menit, respon obyektif wajah klien terlihat

meringis kesakitan, klien terlihat memegangi bagian pinggul sebelah kiri,

tanda-tanda vital klien tekanan darah 180/100 mmHg, nadi 88 kali per menit,

Page 84: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

72

respirasi 20 kali per menit, suhu 36,7oC. Dalam teori, observasi karakteristik

nyeri dilakukan untuk mengetahui pemicu nyeri, kualitas nyeri, lokasi nyeri,

intensitas nyeri dan waktu serangan nyeri (Saputra, 2013).

Setelah melakukan observasi nyeri, untuk mengatasi nyeri klien, penulis

memberikan posisi yang nyaman terhadap klien, didapat respon subyektif

klien mengatakan nyaman dengan posisi tidurnya sekarang, respon obyektif

klien terlihat tenang.

Penulis mengajarkan teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan

pemberian terapi musik klasik, didapatkan respon subyektif klien mengatakan

bersedia diberikan terapi musik klasik, respon obyektif klien terlihat rileks

mau mendengarkan musik klasik dengan tenang. Berdasarkan teori terapi

musik klasik dapat mengatasi nyeri berdasarkan teori Gate Control bahwa

impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di

sepanjang sistem saraf pusat.

Musik dihasilkan dari stimulus yang dikirim dari akson-akson serabut

sensori ascenden ke neuron-neuron Reticular Activaty System (RAS). Stimuli

ini akan ditransformasikan oleh nuclei spesifik dari thalamus melewati area

korteks serebri, system limbic, corpus collosum, serta area sistem saraf

otonom dan sistem neuroendokrin. Musik dapat memberikan rangsangan pada

saraf simpatis dan parasimpatis untuk menghasilkan respons relaksasi.

Karakteristik respons relaksasi yang ditimbulkan berupa penurunan frekuensi

nadi, relaksasi otot, dan keadaan tidur (Tuner, 2010).

Page 85: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

73

Efek musik pada sistem neuroendokrin adalah memelihara

keseimbangan tubuh melalui sekresi hormon-hormon oleh zat kimia ke dalam

darah, seperti ekskresi endorphin yang berguna dalam menurunkan nyeri,

mengurangi pengeluaran katekolamin, dan kadar kortikosteroid adrenal

(Tuner, 2010).

Endorfin memiliki efek relaksasi pada tubuh (Potter & Perry, 2006).

Endorfin juga sebagai ejektor dari rasa rileks dan ketenangan yang timbul,

midbrain mengeluarkan Gama Amino Butyric Acid (GABA) yang berfungsi

menghambat hantaran impuls listrik dari satu neuron ke neuron lainnya oleh

neurotransmitter di dalam sinaps. Selain itu, midbrain juga mengeluarkan

enkepalin dan beta endorfin. Zat tersebut dapat menimbulkan efek analgesia

yang akhirnya mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusat persepsi

dan interpretasi sensorik somatic di otak. Sehingga efek yang bisa muncul

adalah nyeri berkurang (Guyton & Hall, 2008).

Musik merupakan teknik distraksi efektif yang dapat menurunkan

intensitas nyeri, keadaan stress, dan tingkat kecemasan dengan cara

mengalihkan perhatian seseorang dari perasaan nyeri yang dirasakan.

Menurut Kemper & Denhaueur (2005), musik dapat memberikan efek pada

peningkatan kesehatan, mengurangi stress, dan mengurangi nyeri.

Arslan, Ozer dan Ozyurt (2007) menjelaskan bahwa efek yang

ditimbulkan musik adalah menurunkan stimulus sistem syaraf simpatis.

Respon yang muncul dari penurunan aktifitas tersebut adalah menurunnya

aktifitas adrenalin, menurunkan ketegangan neuromuskular, meningkatkan

Page 86: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

74

ambang kesadaran. Indikator yang bisa diukur dengan penurunan itu adalah

menurunnya heart rate, respiratory rate, metabolicrate, konsumsi oksigen

menurun, menurunnya ketegangan otot, menurunnya level sekresi epinefrin,

penurunan asam lambung, meningkatnya motilitas, penurunan kerja kelenjar

keringat, penurunan tekanan.

Terapi musik memiliki tiga bagian penting yaitu beat, ritme dan

harmoni. Beat mempengaruhi tubuh, ritme mempengaruhi jiwa sedangkan

harmoni mempengaruhi roh. Musik klasik ini memiliki irama dan nada-nada

yang teratur, bukan nada-nada miring (Surilena, 2008). Mendengarkan musik

akan mengalihkan perhatian terhadap nyeri (distraksi) dan memberikan rasa

nyaman dan rilek (relaksasi). Sesuai dengan teori menurut Campbell (2001)

musik dapat digunakan sebagai terapi musik untuk meningkatkan

kemampuan manusia terhadap berbagai jenis penyakit dan dapat

dimanfaatkan sebagai aktivitas didtraksi. Teknik distraksi dengan terapi

musik akan membantu melepaskan endorfhin yang ada dalam tubuh. Seperti

diketahui bahwa endorphin memiliki efek relaksasi dalam tubuh (Potter &

Perry, 2006). Endorphin tersebut dapat menimbulkan efek analgesia yang

mengeliminasi neurotransmitter rasa nyeri pada pusa persepsi dan interpretasi

sensori dalam otak. Sehingga efek yang bisa muncul adalah nyeri berkurang

(Guyton & Hall, 2008).

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan terapi non farmakologi yaitu

menggunakan terapi musik klasik pada kelompok eksperimen yang terbukti

dapat menurunkan skala nyeri yang lebih signifikan dibandingkan dengan

Page 87: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

75

kelompok kontrol tanpa mendapatkan terapi musik klasik. Pada kelompok

eksperimen diminta untuk medengarkan musik klasik yang dibawakan Kenny

G yang berjudul “My Heart Will Go On” agar pasien lebih bisa menikmati

dan menghayati musik klasik instrumental tersebut untuk mengalihkan

perhatian pasien dari rasa nyeri agar mendapatkan hasil yang lebih efektif.

Diberikan selama 10 menit.

Pemberian terapi musik pada Ny. M diberikan dengan earphone, musik

dengan judul lagu instrument my heart will go on, diberikan selama 10 menit,

dengan volume sesuai keinginan klien. Dengan menggunakan headphone dan

earphone dapat membantu fokus klien dalam mendengarkan terapi musik

klasik. Sehingga penurunan nyeri yang dialami Ny. M dapat teratasi dengan

maksimal.

Setelah pemberian terapi musik dilakukan observasi nyeri, dengan hasil

respon subyektif klien mengatakan nyeri timbul saat bergerak, nyeri cenut-

cenut, nyeri pada pinggul sebelah kanan, skala nyeri 5, dan nyeri hilang

timbul selama 5 menit, respon obyektif wajah klien terlihat meringis

kesakitan, klien terlihat memegangi bagian pinggul sebelah kiri.

Hasil ini menunjukkan bahwa pemberian terapi musik efektif

menurunkan skala nyeri klien. Hal ini sesuai dengan jurnal, dimana dalam

jurnal disebutkan bahwa tingkat nyeri klien post op fraktur akan menurun

setelah diberikan terapi musik. Menurut Guzzata pada tahun 1989 dalam

potter dan Perry pada tahun 2006 musik dapat menurunkan nyeri, fisiologis,

stress, dan kecemasan dengan mengalihkan perhatian seseorang dari nyeri.

Page 88: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

76

Diagnosa keperawatan kedua implementasi yang dilakukan monitor

tidur klien, ciptakan lingkungan yang nyaman, diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang teknik tidur klien, kolaborasi pemberian obat (NIC dalam

Huda amin dan Kusuma Hardhi, 2013: 603).

Diagnosa keperawatan ketiga implementasi yang dilakukan mengkaji

kemampuan klien dalam mobilisasi dengan respon klien mengatakan tubuh

terasa lemas, hanya mampu terbaring di tempat tidur dan aktivitas dibantu

keluarga, klien terlihat lemah dan aktivitas klien terlihat dibantu keluarga.

Mendampingi dan membantu klien saat mobilisasi dan bantu penuhi

kebutuhan ADL dengan respon subyektif klien mengatakan makan/ minum,

berpakaian, mobilisasi di tempat tidur, berpindah, ambulasi dibantu keluarga

dan toileting dibantu keluarga dan alat, klien terlihat lemas, hanya bisa

berbaring di tempat tidur. Kompresi perban dan gerakan kaki yang terganggu

dapat mempengaruhi gerakan dan meningkatkan resiko jatuh (Carpenito,

1999: 477).

E. Evaluasi Tindakan

Tahap evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana

tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan

dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga dan tenaga

kesehatan lainnya. Tujuan evaluasi adalah untuk melihat kemampuan klien

dalam mencapai tujuan yang disesuaikan dengan kriteria hasil pada tahap

perencanaan (Setiadi, 2012).

Page 89: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

77

Evaluasi dari tindakan yang dilakukan dengan metode SOAP

(Subyektif, Obyektif, Asessment, Planning). Evaluasi pada hari pertama

diagnosa pertama yaitu nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

(fraktur collum femur sinistra), Rabu 06 Januari 2016 pukul 20.30 WIB

dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan nyeri karena bekas operasi,

Provoking (P): nyeri saat bergerak, Quality (Q): nyeri cenut-cenut, Region

(R): nyeri pada pinggul sebelah kiri, Saverity (S): skala nyeri 5, Time (T):

nyeri hilang timbul selama 5 menit. Obyektif (O) pasien terlihat meringis

kesakitan dan memegangi bagian pinggul sebelah kiri, tekanan darah 180/100

mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,7oC, respirasi 20 kali per menit.

Asessment (A) masalah belum teratasi dengan kriteria hasil skala nyeri 1-3,

tanda-tanda vital dalam batas normal, tekanan darah 120/80 mmHg, nadi 60-

100 kali per menit, respirasi 16-24 kali per menit, pasien mengatakan nyeri

atau ketidaknyamanan hilang atau terkontrol, pasien mampu menggunakan

teknik non farmakologi untuk mengurangi nyeri dan Planning (P) lanjutkan

intervensi dengan observasi status nyeri, observasi tanda-tanda vital, ajarkan

teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi musik klasik,

kolaborasi dalam pemberian analgesik.

Evaluasi diagnosa kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan

dengan gangguan (nyeri pasca operasi), Rabu 06 Januari 2016 pukul 20.45

WIB Subyektif (S) klien mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ±3 jam,

sering terbangun karena merasakan nyeri. Obyektif (O) klien terlihat pucat,

tidak fresh, lemas, mata terlihat merah, cowong dan terdapat garis hitam.

Page 90: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

78

Asessment (A) masalah belum teratasi dengan kriteria hasil jumlah jam tidur

dalam batas normal 6-8 jam/hari, pola tidur dan kualitas dalam batas normal,

tubuh segar sesudah tidur dan istirahat, mampu mengidentifikasi hal-hal yang

meningkatkan tidur dan Planning (P) lanjutkan intervensi monitor tidur

pasien, ciptakan lingkungan yang nyaman, diskusikan dengan klien dan

keluarga tentang teknik tidur klien dan kolaborasi pemberian obat tidur.

Evaluasi diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan musculoskeletal , Rabu 06 Januari 2016 pukul 20.50 WIB Subyektif

(S) klien mengatakan makan/minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi dibantu keluarga dan toileting dibantu keluarga dan alat,

Obyektif (O) klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri

dibalut, Asessment (A) masalah belum teratasi dengan kriteria hasil klien

meningkat dalam aktivitas fisik, memverbalisasikan perasaan dalam

meningkatkan kekuatan dan kemampuan berpindah dan Planning (P)

lanjutkan intervensi kaji kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-

tanda vital, latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri

sesuai kemampuan, bantu klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan

ADL, konsultasikan dengan fisioterapi.

Evaluasi hari kedua nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

(fraktur collum femur sinistra), Kamis 07 Januari 2016 pukul 20.30 WIB

dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan nyeri karena bekas operasi,

Provoking (P): nyeri saat bergerak, Quality (Q): nyeri cenut-cenut, Region

(R): nyeri pada pinggul sebelah kiri, Saverity (S): skala nyeri 3, Time (T):

Page 91: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

79

nyeri hilang timbul selama 5 menit. Obyektif (O) pasien terlihat meringis

kesakitan dan memegangi bagian pinggul sebelah kiri, tekanan darah 170/100

mmHg, nadi 86 kali per menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali per menit.

Asessment (A) masalah teratasi sebagian dan Planning (P) lanjutkan

intervensi dengan observasi status nyeri, observasi tanda-tanda vital, ajarkan

teknik mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi musik klasik,

kolaborasi dalam pemberian analgesik.

Evaluasi diagnosa kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan

dengan gangguan (nyeri pasca operasi), Kamis 07 Januari 2016 pukul 20.45

WIB Subyektif (S) klien mengatakan tidak tidur siang, tidur malam ±5 jam,

sering terbangun karena merasakan nyeri. Obyektif (O) klien terlihat pucat,

tidak fresh, lemas, mata terlihat merah, cowong dan terdapat garis hitam.

Asessment (A) masalah teratasi sebagian dan Planning (P) lanjutkan

intervensi monitor tidur pasien, ciptakan lingkungan yang nyaman,

diskusikan dengan klien dan keluarga tentang teknik tidur klien dan

kolaborasi pemberian obat tidur.

Evaluasi diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan musculoskeletal , Kamis 07 Januari 2016 pukul 20.50 WIB Subyektif

(S) klien mengatakan makan/minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi dibantu keluarga dan toileting dibantu keluarga dan alat,

Obyektif (O) klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri

dibalut, Asessment (A) masalah belum teratasi dan Planning (P) lanjutkan

intervensi kaji kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-tanda

Page 92: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

80

vital, latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai

kemampuan, bantu klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL,

konsultasikan dengan fisioterapi.

Evaluasi hari ketiga nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik

(fraktur collum femur sinistra), Jumat 08 Januari 2016 pukul 20.30 WIB

dengan hasil Subyektif (S) pasien mengatakan nyeri karena bekas operasi,

Provoking (P): nyeri saat bergerak, Quality (Q): nyeri cenut-cenut, Region

(R): nyeri pada pinggul sebelah kiri, Saverity (S): skala nyeri 1, Time (T):

nyeri hilang timbul selama 1 menit. Obyektif (O) pasien terlihat meringis

kesakitan dan memegangi bagian pinggul sebelah kiri, tekanan darah 150/70

mmHg, nadi 88 kali per menit, suhu 36,5oC, respirasi 20 kali per menit.

Asessment (A) masalah teratasi dan Planning (P) hentikan intervensi.

Evaluasi diagnosa kedua yaitu gangguan pola tidur berhubungan

dengan gangguan (nyeri pasca operasi), Jumat 08 Januari 2016 pukul 20.45

WIB Subyektif (S) klien mengatakan tidur siang ±3 jam dan tidur malam ±8

jam. Obyektif (O) klien terlihat segar, mata terlihat tidak merah, tidak cowong

dan tidak terdapat garis hitam. Asessment (A) masalah teratasi dan Planning

(P) hentikan intervensi.

Evaluasi diagnosa ketiga yaitu hambatan mobilitas fisik berhubungan

dengan musculoskeletal , Jumat 08 Januari 2016 pukul 20.50 WIB Subyektif

(S) klien mengatakan makan/minum, berpakaian, mobilitas di tempat tidur,

berpindah, ambulasi dibantu keluarga dan toileting dibantu keluarga dan alat,

Obyektif (O) klien terlihat lemas, kesulitan bergerak, pinggul sebelah kiri

Page 93: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

81

dibalut, Asessment (A) masalah belum teratasi dan Planning (P) lanjutkan

intervensi kaji kemampuan klien dalam mobilisasi, observasi tanda-tanda

vital, latih klien dalam pemenuhan kebutuhan ADL secara mandiri sesuai

kemampuan, bantu klien saat mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL,

konsultasikan dengan fisioterapi.

Page 94: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

82

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

Setelah penulis melakukan pengkajian, analisa data, penentuan diagnosa,

implementasi dan evaluasi tentang Pemberian Terapi Musik Klasik Terhadap

Intensitas Nyeri pada Ny. M dengan Post Operasi Fraktur di Ruang Mawar RSUD

Dr. Soediran Mangun Sumarso Wonogiri.Secara metode studi kasus, maka dapat

ditarik kesimpulan.

A. Kesimpulan

1. Pengkajian terhadap masalah nyeri akut pada Ny. M telah dilakukan

secara komprehensif dan diperoleh hasil yaitu terdapat keluhan utama

nyeri, nyeri karena luka bekas operasi, nyeri cenut-cenut, nyeri pada

pinggul sebelah kiri, nyeri dengan skala 6, nyeri hilang timbul selama 5

menit. Tekanan darah 190/100 mmHg, nadi 86 x/menit, pernafasan 20

x/menit, suhu 36,7oC. Pengkajian fisik terdapat balutan luka post operasi

fraktur collum femur sinistra.

2. Diagnosa yang muncul pada Ny. M yang pertama adalah nyeri akut

berhubungan dengan agen cidera fisik (fraktur collum sinistra). Diagnosa

kedua adalah gangguan pola tidur berhubungan dengan gangguan (nyeri

pasca operasi). Diagnosa ketiga adalah hambatan mobilitas fisik

berhubungan dengan gangguan musculoskeletal.

Page 95: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

83

3. Rencana keperawatan yang disusun untuk diagnosa nyeri akut yaitu kaji

skala nyeri (PQRST), berikan posisi yang nyaman, ajarkan teknik

mengontrol nyeri non farmakologi dengan terapi musik klasik, kolaborasi

dengan dokter pemberian analgetik. Pada diagnosa gangguan pola tidur

intervensinya yaitu monitor tidur pasien, ciptakan lingkungan yang

nyaman, diskusikan dengan pasien dan keluarga tentang teknik tidur

pasien, kolaborasi pemberian obat. Pada diagnosa hambatan mobilitas

fisik intervensinya yaitu monitoring vital sign, kaji kemampuan pasien

dalam mobilisasi, damping dan bantu pasien saat mobilisasi dan bantu

penuhi kebutuhan ADL, ajarkan pasien bagaimana merubah posisi dan

berikan bantuan jika diperlukan.

4. Tindakan keperawatan yang dilakukan merupakan implementasi dari

rencana keperawatan yang telah disusun.

5. Evaluasi keperawatan yang dilakukan selama dua hari sudah dilakukan

secara komprehensif dengan acuan Rencana Asuhan Keperawatan

(Brunner dan Suddarth, 2002) serta telah berkolaborasi dengan tim

kesehatan lainnya didapatkan hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria

hasil sudah teratasi, maka nyeri akut berhubungan dengan agen cidera

fisik (fraktur collum femur sinistra) pada Ny. M teratasi dan intervensi

dihentikan. Pada diagnosa pola tidur berhubungan dengan gangguan

(nyeri pasca operasi) pada Ny. M teratasi dan intervensi dihentikan. Pada

diagnosa hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan

muskuloskeletal hasil evaluasi keadaan klien dengan kriteria hasil belum

Page 96: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

84

tercapai, maka hambatan mobilitas fisik pada Ny. M teratasi sebagian

dan intervensi dilanjutkan dengan observasi ulang keadaan umum,

anjurkan klien melakukan aktivitas secara mandiri, bantu klien saat

mobilisasi dan pemenuhan kebutuhan ADL, kolaborasi dengan

fisioterapi.

6. Pemberian teknik relaksasi nafas dalam pada Ny. M yang dilakukan

selama tiga hari mampu menurunkan skala nyeri 6 menjadi 1.

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan nyeri

akut, penulis akan memberikan usulan dan masukan yang positif khususnya

dibidang kesehatan antara lain :

1. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan (Rumah Sakit)

Hal ini diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan

kesehatan dan mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim

kesehatan maupun klien. Sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan

asuhan keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien post operasi

fraktur khususnya dan diharapkan rumah sakit mampu menyediakan

fasilitas serta sarana dan prasarana yang dapat mendukung kesembuhan

klien.

2. Bagi Tenaga Kesehatan Khususnya Perawat

Diharapkan selalu berkoordinasi dengan tim kesehatan lainnya

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien agar lebih maksimal,

Page 97: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

85

khususnya pada klien dengan post operasi fraktur. Perawat diharapkan

dapat memberikan pelayanan profesional dan komprehensif.

3. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga dapat tercipta perawat profesional,

terampil, inovatif dan bermutu yang mampu memberikan asuhan

keperawatan secara menyeluruh berdasarkan kode etik keperawatan.

Page 98: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

86

DAFTAR PUSTAKA

Andarmoyo, S. 2013. Konsep & proses keperwatan nyeri. Ar-ruzz. Yogyakarta

Arslan, S., Ozer, N.,& Ozyurt, F. (2007). Effect of music on preoperative anxiety in meduring

undergoing urogenital surgery. Australian Journal of Advanced Nursing,26 (2), 46-

54.

Aziz, A. 2009. Kebutuhan Dasar Manusia. Salemba Medika. Jakarta

Black, J.M. & Hawks, J.H. 2009. Medical-Surgical Nursing Clinical Management forPositive

Outcomes. (8th ed.). St. Louis: Elsevier.

Deden, Dermawan. 2012. Proses Keperawatan. Buku Kedokteran. EGC : Jakarta.

Djohan. 2006. Terapi Musik, Teori dan Aplikasi. Galangpres. Yogyakarta

Guyton, A. & Hall, J. E. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. EGC. Jakarta

Herdman, T. Heather. 2012. Nanda International Diagnosa Keperawatan Definisi dan

Klasifikasi 2012-2014. Ahli Bahasa : Sumarwati Made, Subekti Nike. EGC. Jakarta.

ISO. 2010. Informasi Spesialite Obat. Jakarta : PT. ISFI

Jitowiyono S. & Kristiyanasari W.2012. Asuhan keperawatan post operasi edisi 2. Nuha

Medika. Yogyakarta

Kemper, K., J., & Danhauer, S., C. (2005). Music as therapy. Southern Medical Journal,98

(3), 282-288.

Lewis, et al. 2011. Medical Surgical Nursing Assesment and Management of Clinical

Problems Volume 2. Mosby: ELSEVIER

Muttaqin, M dan Kustap, (2008). Seni musik klasik untuk sekolah menegah kejuruan. Jakarta

: Departemen Pendidikan Nasional

Nanda International. 2013. Diagnosis Keperawatan Definisidan Klasifikasi. Jakarta: EGC.

New Zealand Society for Music Therapy (NZSMT). (2005). Evidence Based Review: Music

Therapy. Accident Compensation Corporation, 4, 1-54.

Novita, D. (2012). pengaruh terapi musik terhadp nyeri post operasi Open Reduction And

Internal Fixation (ORIF) di RSUD DR.H. Abdul Moeloek Propinsi Lampung.

www.digital_20328120_T30673_pengaruh terapi_5. Pdf. Diperoleh 22 November

2015.

Pertamax. (2011). Tertawa dan Mendengarkan Musik Favorit dapat Menurunkan Hipertensi.

http://forum.viva.co.id/kesehatan/110 860-tertawa-dan-mendengarkan- music-favorit-

dapat-menurunkan- hipertensi.html diperoleh tanggal 22 November 2015.

Page 99: PEMBERIAN TERAPI MUSIK KLASIK TERHADAP · PDF filepemberian terapi musik klasik terhadap intensitas nyeri pada asuhan keperawatan ny. m dengan post operasi fraktur di ruang mawar rsud

87

Potter, P. A,. & Perry, A. G. 2005. Buku Ajar Fundamental Keperawatan : Konsep, Proses

dan Praktek Volume 1, Edisi 4. EGC. Jakarta

Potter, P. A,. & Perry, A. G. 2006. Buku Ajar Fundamental Keperawatan Konsep, Proses

dan Praktek Volume2, Edisi 4. EGC. Jakarta

Price, S.A., & Wilson, L. M. 2006. Patofisiologi konsep klinis proses-proses penyakit. (Ed.6).

EGC. Jakarta

Rasjad Chairuddin. 2007. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi edisi ketiga. PT.Yarsif

Watampone. Jakarta

Reksoprodjo, S. 2010. Kumpulan Kuliah Ilmu Bedah. Binarupa Aksara. Tangerang

Runiari, Nengah. 2010. Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Hiperemesis Gravidarum.

Salemba Medika. Jakarta

Saputra, Lyndon. 2013. Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia. Binarupa Aksara Publisher.

Tangerang Selatan.

Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktik.

Graha Ilmu. Yogyakarta.

Setyoadi, K. (2011). Terapi Modalitas keperawatan pada pasien Psikogeriatrik. Jakarta:

Salemba Medika.

Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. 2005. Buku ajar ilmu bedah. EGC. Jakarta

Sjamsuhidajat, R & Jong, W.D. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah, Edisi 2. EGC. Jakarta

Smeltzer,S.,C., dan Bare, G. 2008. Brunner & Suddarth’s Textbook of Medical Surgical

Nursing. Philadelpia : Lippincott.

Suryana, D. 2012. Terapi Musik. Ebook: www.books.google.co.id. Diakses tanggal 22

November 2015

Tamsuri, A. 2006. Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta

Tamsuri, A. 2007. Konsep & Penatalaksanaan Nyeri. EGC. Jakarta

Tse, M., Chan, M., F., & Benzie, I.F. (2005). The effect of music therapy on postoperative

pain, heart rate, systolic blood pressure and analgesic using followingnasal surgery.

Journal Pain Palliative Care Pharmacother, 19, 21-28.

Wijaya, A., Saferi dan Putri, M., Yesse. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah

Keperawatan Dewasa Teori dan Contoh Askep. 1nd

ed. Nuha Medika. Yogyakarta

Wilkinson, Judith M. 2007. Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Jakarta : Salemba Medik