PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

11
PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA KABUPATENBANJARNEGARA TAHUN 2014 Erviana Septi Safitri 1) , Sugi Purwanti 2) Latar Belakang : Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins yang dapat menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat mengurangi kontraksi otot. Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan nyeri Dismenore pada siswi kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara. Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental design dengan pretest-posttest design. Sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, Sampel yang dipakai dalam penelitian ini adalah 32 remaja putri. Analisis menggunakan pair t test dan independent t test. Hasil Penelitian: Intensitas nyeri sebelum terapi musik klasik mayoritas pada skala nilai 6.Setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan intensitas nyeri mayoritas nilai nyeri pada skala 3.Intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik kesukaan mayoritas pada skala nilai 5.Nilai intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik klasik mayoritas pada skala nilai 4. Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik kesukaan terhadap penurunan rasa nyeri saat dismenore. Kata Kunci : Terapi musik dan nyeri dismenore

Transcript of PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

Page 1: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN TERHADAP PENURUNAN NYERI DISMENORE

PADA SISWI KELAS X SMA NEGERI 1 BANJARNEGARA KABUPATENBANJARNEGARA TAHUN 2014

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

Latar Belakang : Mendengarkan musik dapat memproduksi zat endorphins yang dapat

menghambat transmisi impuls nyeri di sistem saraf pusat, sehingga sensasi nyeri

menstruasi dapat berkurang, musik juga bekerja pada sistem limbik yang akan

dihantarkan kepada sistem saraf yang mengatur kontraksi otot-otot tubuh, sehingga dapat

mengurangi kontraksi otot.

Tujuan Penelitian : Mengetahui perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik

kesukaan terhadap penurunan nyeri Dismenore pada siswi kelas X SMA Negeri 1

Banjarnegara.

Metode Penelitian : Penelitian ini adalah penelitian pre eksperimental design dengan

pretest-posttest design. Sampel yang digunakan adalah consecutive sampling, Sampel

yang dipakai dalam penelitian ini adalah 32 remaja putri. Analisis menggunakan pair t

test dan independent t test.

Hasil Penelitian: Intensitas nyeri sebelum terapi musik klasik mayoritas pada skala nilai

6.Setelah dilakukan terapi musik klasik terjadi penurunan intensitas nyeri mayoritas nilai

nyeri pada skala 3.Intensitas nyeri sebelum dilakukan terapi musik kesukaan mayoritas

pada skala nilai 5.Nilai intensitas nyeri setelah dilakukan terapi musik klasik mayoritas

pada skala nilai 4.

Kesimpulan : Tidak terdapat perbedaan terapi musik klasik dengan terapi musik

kesukaan terhadap penurunan rasa nyeri saat dismenore.

Kata Kunci : Terapi musik dan nyeri dismenore

Page 2: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

DIFFERENCES BETWEEN CLASSICAL MUSIC THERAPY AND FAVORITE MUSIC DECREASE IN PAIN DYSMENORRHEA AT

GRADE X BANJARNEGARA SENIOR HIGH SCHOOL OF BANJARNEGARA REGENCY IN 2014

Erviana Septi Safitri 1), Sugi Purwanti 2)

ABSTRACT

Listening to music can produce endorphins substances that can inhibit the

transmission of pain impulses in the central nervous system, resulting in

menstrual pain sensation can be reduced, the music also works on the limbic

system which will be delivered to the system nerves that regulate contraction of

the muscles of the body, thereby reducing muscle contraction. To find out the

differences between classical music therapy and music therapy to decrease pain

Dysmenorrhea A student of class X at Banjarnegara.Senior High School. This

research used the pre eksperimental design with pretest-posttest design. The

sample used the consecutive sampling, the sample in this research is 32 people.

Analysis used pair t test and independent t test. From the research result it is pain

intensity before treatment the majority of classical music on a scale score of 6.

Having performed classical music therapy decreased pain intensity pain in the

majority of the value scale 3. Intensity of pain before A majority of music therapy

on a scale of 5 grades. Value of pain intensity after treatment the majority of

classical music on a 4 point scale.There is no difference with the classical music

therapeutic music therapy joy to decrease pain during dysmenorrhea.

Keywords : Music therapy and pain of dysmenorrhea.

12 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 11-21

Page 3: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

PENDAHULUAN

Dismenorea merupakan nyeri

perut bagian bawah, terkadang rasa

nyeri tersebut meluas hingga ke

pinggang, punggung bagian bawah dan

paha (Badziad, 2003). Dismenore

primer adalah nyeri haid yang

terjadi tanpa terdapat kelainan

anatomis alat kelamin, sehingga rasa

sakit yang disertai adalah wajar dan

biasa terjadi sebagai bagian dari siklus

menstruasi yang tidak membahayakan.

Dismenore sekunder adalah nyeri haid

yang berhubungan dengan kelainan

anatomis yang jelas, kelainan antomis

ini kemungkinan adalah haid disertai

infeksi, endometriosis, mioma uteri,

polip endometrial, polip serviks,

pemakai IUD atau AKDR (alat

kontrasepsi dalam rahim) (Manuaba,

2008).

Secara umum penanganan nyeri

terbagi dalam dua kategori yaitu

pendekatan farmakologis dan non

farmakologis. Secara farmakologis

nyeri dapat ditangani dengan terapi

analgesik yang merupakan metode

paling umum digunakan untuk

menghilangkan nyeri. Terapi ini dapat

berdampak ketagihan dan akan

memberikan efek samping obat yang

berbahaya bagi pasien. Secara non

farmakologis untuk mengurangi nyeri,

salah satunya dengan teknik distraksi.

Teknik distraksi yang biasa digunakan

adalah berdoa, mendengarkan musik,

bermain atau menceritakan gambar

dengan suara keras.

Mendengarkan musik dapat

memproduksi zat endorphins

(substansis ejenis morfin yang disuplai

tubuh yang dapat mengurangi rasa

sakit/ nyeri) yang dapat menghambat

transmisi impuls nyeri di sistem saraf

pusat, sehingga sensasi nyeri

menstruasi dapat berkurang, musik

juga bekerja pada sistem limbik yang

akan dihantarkan kepada sistem saraf

yang mengatur kontraksi otot-otot

tubuh, sehingga dapat mengurangi

kontraksi otot.

Selama ini terapi musik yang

digunakan adalah musik klasik tetapi

tidak semua orang menyukai musik

klasik sehingga perlu dilakukan uji

coba dengan menggunakan musik

kesukaan klien. Musik kesukaan

diharapkan dapat memberikan efek

yang bisa merangsang atau merelaksasi

impuls saraf nyeri pada saat Dismenore

sehingga nyeri akan berkurang.

Erviana Septi Safitri, Sugi Purwanti, Perbedaan Terapi Musik Klasik… 13

Page 4: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

TINJAUAN PUSTAKA

1. Menstruasi

Menstruasi adalah perdarahan

secara periodik dan siklik dari uterus,

disertai pelepasan (deskuamasi)

endometrium. Panjang siklus

menstruasi ialah antara tanggal

mulainya menstruasi yang lalu dan

mulai menstruasi berikutnya.

Walaupun setiap wanita memiliki

siklus individual yang lamanya

bervariasi, siklus rata-rata adalah 28

hari dan berulang secara teratur sejak

masa pubertas sampai menopause,

kecuali jika terjadi kehamilan. Hari

pertama siklus adalah hari menstruasi

mulai terjadi. Terdapat 3 fase utama

yang mempengaruhi struktur jaringan

endometrium yang dikendalikan oleh

hormon ovarium. Beberapa contoh

kelainan menstruasi adalah:Amenore,

dismenore, menorrhagia

2. Dismenore

Dismenore merupakan perasaan

nyeri pada waktu haid dapat berupa

kram ringan pada bagian kemaluan

sampai terjadi gangguan dalam tugas

sehari-hari. Gangguan ini ada 2

jenisyaitu dismenore primer dan

sekunder. Dismenore primer yaitu

dismenore yang terjadi tanpa adanya

kelainan anatomis genitalis.

Sedangkan dismenore sekunder adalah

dismenore yang terjadi akibat kelainan

anatomis genitalis seperti misalnya

haid disertai infeksi, endometriosis,

mioma uteri, polip serviks, dan lain-

lain (Manuaba, 2009).

Menurut Baziad (2003) dismenore

dapat diklasifikasikan menjadi tiga,

yaitu:

a) Dismenore Ringan

Rasa nyeri yang berlangsung beberapa

saat, hanya diperlukan istirahat

sejenak (duduk, berbaring) sehingga

dapat dilakukan kerja atau aktivitas

sehari-hari.

b) Dismenore Sedang

Diperlukan obat untuk menghilangkan

rasa nyeri tanpa perlu meninggalkan

aktivitas sehari-hari.

c) Dismenore Berat

Untuk menghilangkan keluhan istirahat

beberapa hari, dengan akibat

meninggalkan aktivitas sehari-hari.

3. Terapi Musik

Musik adalah kesatuan dari

kumpulan suara melodi, ritme dan

harmoni yang dapat membangkitkan

emosi. Terapi musik adalah sebuah

terapi kesehatan yang menggunakan

musik untuk meningkatkan atau

14 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 11-21

Page 5: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

memperbaiki kondisi fisik, kognitif,

dan sosial bagi individu (Pratiwi,2008).

Menurut Pratiwi (2008) secara garis

besar tujuan terapi musik adalah:

a)Menjaga dan meningkatkan

kesehatan, b)Mengendalikan stress,

c)Mengurangi rasa sakit.

METODE PENELITIAN

Variabel bebas dalam penelitian

ini adalah terapi musik klasik dan

kesukaan sedangkan variabel terikat

dalam penelitian ini adalah nyeri saat

disminore. Jenis penelitian ini adalah

quasi eksperimental. Populasi

penelitian ini adalah seluruh siswi

kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

sebanyak 204 siswi. Jumlah sampel

pada penelitian ini sebanyak 32 remaja

putri dengan teknik sampling ceklist.

Analisa data menggunakan uji statistic

pair.

HASIL PENELITIAN DAN

PEMBAHASAN

A. Analisa Univariat

1. Gambaran Frekuensi Tingkat

Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan

Terapi Musik Klasik PadaSiswi Kelas

X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 1. Distribusi Frekuensi Kejadian

Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum

Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi

Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 1 diketahui

dari 16 siswi yang akan diberikan

musik klasik menunjukkan hasil

mayoritas siswi menggambarkan

intensitas nyeri pada kategori nyeri

sedang sebanyak 10 siswi (62,5%)

sedangkan pada nyeri berat sebanyak 6

siswi (37,5%).

Dismenore yaitu nyeri di perut

bawah menyebar ke daerah pinggang

dan paha, nyeri ini timbul tidak lama

sebelumnya atau bersamaan dengan

permulaan haid dan berlangsung untuk

beberapa jam, walaupun beberapa

kasus dapat berlangsung beberapa

hari sebelum dan selama menstruasi

(Wiknjosastro, 2007).

2. Gambaran Frekuensi Tingkat

Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan

Terapi Musik Klasik Pada Siswi Kelas

X SMA Negeri 1 Banjarnegara

0

5

10

Intensitas Nyeri Pre

Musik Klasik

106

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Erviana Septi Safitri, Sugi Purwanti, Perbedaan Terapi Musik Klasik… 15

Page 6: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

Diagram 2. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Klasik PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 2 menunjukkan hasil

setelah dilakukan terapi musik klasik

intensitas nyeri ringan sebanyak 8

siswi (50%) dan nyeri sedang sebanyak

8 siswi (50%).Untuk mengatasi rasa

nyeri dapat dilakukan dengan metode

farmakologi dan nonfarmakologi.

Salah satu metode nonfarmakologis

yang dapat diberikan adalah teknik

distraksi.

3. Gambaran Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Diagram 3. Distribusi Frekuensi Tingkat

Nyeri Dismenore Sebelum Dilakukan

Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi Kelas

X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 3 diketahui

bahwa mayoritas siswi mengalami

intensitas nyeri pada kategori nyeri

sedang sebanyak 11 siswi (68,75%)

sedangkan pada kategori nyeri berat

sebanyak 5 (31,25%).Dismenore

primer adalah nyeri haid yang dijumpai

tanpa kelainan alat genital yang nyata,

atau tidak ada hubungan dengan

kelainan genekologik dan merupakan

suatu ciri-ciri siklus ovulasi dan

biasanya timbul setelah 12 bulan atau

lebih setelah menarche. Rasa nyeri

timbul tidak lama sebelumnya atau

bersama-sama dengan permulaan haid

dan berlangsung beberapa jam,

walaupun dalam beberapa kasus dapat

berlangsung beberapa hari. Sifat rasa

nyeri ialah seperti kejang yang

biasanya terbatas pada perut bawah

tetapi dapat menyebar ke daerah

pinggang dan paha. Bersamaan dengan

rasa nyeri dapat di jumpai rasa mual,

muntah, sakit kepala, diare, iritabilitas,

dan sebagainya (Prawirohardjo, 2009).

4. Gambaran Frekuensi Tingkat

Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan

Terapi Musik Kesukaan PadaSiswi

Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

0

20

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

115

Intensitas Nyeri Pre Musik Kesukaan

Nyeri Sedang

Nyeri Berat

Nyeri Ringan;

8

Nyeri Sedang

; 8

Intensitas Nyeri Post Musik Klasik

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

16 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 11-21

Page 7: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

Diagram 4. Distribusi Frekuensi Tingkat Nyeri Dismenore Setelah Dilakukan Terapi Musik Kesukaan Pada Siswi Kelas X SMA Negeri 1 Banjarnegara

Berdasarkan diagram 4 diketahui

mayoritas intensitas nyeri setelah

dilakukan terapi musik kesukaan pada

kategori nyeri sedang sebanyak 11

siswi (68,75%) sedangkan nyeri ringan

sebanyak 5 siswi (31,25%).Teknik

distraksi yang sering digunakan adalah

mendengarkan musik. Mendengarkan

musik dapat memproduksi zat

endorphins (substansi sejenis morfin

yang disuplai tubuh yang dapat

mengurangi rasa sakit/ nyeri) yang

dapat menghambat transmisi impuls

nyeri di sistem saraf pusat, sehingga

sensasi nyeri menstruasi dapat

berkurang, musik juga bekerja pada

sistem limbic yang akan dihantarkan

kepada sistem saraf yang mengatur

kontraksi otot-otot tubuh, sehingga

dapat mengurangi kontraksi otot.

B. Analisa Bivariat

1. Efektifitas Sebelum Dan

Setelah Terapi Musik Klasik Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenore

PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1

Banjarnegara

Tabel 4. Efektifitas Sebelum

Dan Setelah Terapi Musik Klasik

Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara

Perlakuan Terapi Musik Klasik N Mean

Nilai Pair T Test

P value

Pre Musik Klasik 16 2,18750 6,143 0,000

Post Musik Klasik

Berdasarkan tabel 4. Diketahui

nilai p-value = 0,000, berdasarkan

perhitungan statistik p-value< 0,05

sehingga H0 ditolak dan Ha diterima

yaitu terapi musik klasik efektif untuk

mengurangi nyeri dismenore.

Penelitian ini menunjukkan bahwa

musik klasik efektif untuk menurunkan

intensitas nyeri dismenore hal ini

ditunjukkan dengan nilai p-value dari

uji Pair T test yaitu 0,000 yang

menunjukkan terdapat perbedaan yang

signifikan antara sebelum dan setelah

pemberian musik klasik terhadap

intensitas nyeri haid pada remaja putri.

01020

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

511

Intensitas Nyeri Post Musik Kesukaan

Nyeri Ringan

Nyeri Sedang

Erviana Septi Safitri, Sugi Purwanti, Perbedaan Terapi Musik Klasik… 17

Page 8: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

Musik klasik ini memiliki irama

dan nada-nada yang teratur, bukan

nada-nada miring. Musik klasik

mempunyai fungsi menenangkan

pikiran dan katarsis emosi, serta dapat

mengoptimalkan tempo, ritme, melodi,

dan harmoni yang teratur dan dapat

menghasilkan gelombang alfa serta

gelombang beta dalam gendang telinga

sehingga memberikan ketenangan yang

membuat otak siap menerima masukan

baru, efek rileks, dan menidurkan

(Nurseha dan Djaafar, 2002). Selain itu

musik klasik berfungsi mengatur

hormon-hormon yang berhubungan

dengan stres antara lain ACTH,

prolaktin, dan hormon pertumbuhan

serta dapat meningkatkan kadar

endorfin sehingga dapat mengurangi

nyeri (Champbell, 2001).

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian yang dilakukan Ridwan

(2011) yang dilakukan pada siswi

SMA Adabiah dengan hasil terdapat

perubahan derajat nyeri menstruasi

pada remaja putri sebelum dan setelah

dilakukan terapi musik Mozart pada

hari pertama menstruasi selama 20

menit dengan nilai p=0,000.

2. Efektifitas Sebelum Dan

Setelah Terapi Musik Kesukaan

Terhadap Penurunan Nyeri Dismenore

PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1

Banjarnegara

Tabel 5. Efektifitas Sebelum Dan

Setelah Terapi Musik Kesukaan

Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara

Perlakuan Terapi

Musik Kesukaaan N Mean

Nilai

Pair T

Test

P

value

Pre Musik Kesukaan

16 2 8,281 0,000

Post Musik Kesukaan

Berdasarkan tabel 5. diketahui

bahwa nilai p-value = 0,000,

berdasarkan perhitungan statistik p-

value< 0,05 sehingga H0 ditolak dan

Ha diterima yaitu terapi musik

kesukaan efektif untuk mengurangi

nyeri dismenore.Hasil penelitian ini

juga menunjukkan bahwa terapi musik

kesukaan efektif untuk menurunkan

intensitas nyeri haid yang dirasakan

oleh remaja putri. Hal ini terlihat dari

nilai p-value yaitu 0,000.

Pada penelitian ini jenis musik

kesukaan pilihan dari remajaputri

adalah musik pop. Penggunaan musik

pop pada penelitian ini dikarenakan

semua responden lebih menyukai dan

18 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 11-21

Page 9: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

memahami alunan musik pop

dibandingkan jenis musik lain, mereka

lebih familiar terhadap jenis musik ini

sehingga peneliti mengikuti kemauan

responden untuk memperdengarkan

musik pop.

Pada remaja putri yang menyukai

musik pop terlihat bahwa musik

tersebut dapat mengurangi intensitas

nyeri baik dari nyeri berat ke nyeri

sedang ataupun nyeri sedang menjadi

nyeri ringan. Pendapat inidiperkuat

oleh Campbell yang menyatakan

bahwa musik pop yang didengarkan

seseorang dapat menggugah emosi dan

menciptakan perasaan sejahtera serta

mengilhami gerakan ringan hingga

moderat (Campbell, 2001). Perasaan

sejahtera, nyaman, dan tenang inilah

merupakan ciri khas dari kondisi

seseorang yang berada dalam

keadaan alfa. Pada saat kondisi ini

otak memproduksi hormon serotonin

dan endorfin yang menyebabkan

seseorang merasakan rasa nyaman,

tenang dan bahagia. Sehingga

intensitas nyeri dapat berkurang

(Amsila, 2011). Selain itu tempo

standar dari musik pop adalah 64-80

ketukan per menit.

Penelitian ini sejalan dengan

penelitian Mitchell (2006) yang

melakukan perbandingan antara

musik relaksasi dengan musik

kesukaan terhadap persepsi nyeri

pada 20 orang pria dan 34 wanita

yang berusia 18-51 tahun dimana

didapatkan hasil bahwa musik

kesukaan merupakan terapi yang

efektif untuk mengurangi persepsi

nyeri.

3. Perbedaan Terapi Musik Klasik

Dengan Musik Kesukaan Terhadap

Penurunan Nyeri Dismenore

PadaSiswi Kelas X SMA Negeri 1

Banjarnegara

Tabel 6. Perbandingan Frekuensi

Intensitas Nyeri Post Terapi Musik

Klasik dan Musik Kesukaan

Terhadap Penurunan Nyeri

Dismenore PadaSiswi Kelas X SMA

Negeri 1 Banjarnegara

Perlakuan Terapi

Musik N

Nilai

Independent

T Test

P

value

Post Musik Klasik

32 -0,169 0,065

Post Musik Kesukaan

Berdasarkan tabel 6 nilai p-value

uji Independent T test menunjukkan

hasil 0,065 , secara statitik nilai p-

value > 0,05 sehingga H0 diterima

Erviana Septi Safitri, Sugi Purwanti, Perbedaan Terapi Musik Klasik… 19

Page 10: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

yaitu tidak ada perbedaan terapi musik

klasik dengan terapi musik kesukaan

terhadap penurunan rasa nyeri saat

dismenore.Penelitian menujukkan

tidak terdapat perbedaan antara terapi

musik klasik dan musik kesukaan, hal

itu dikarenakan kedua jenis musik ini

terbukti dapat menurunkan intensitas

nyeri dismenore.

Impuls nyeri dihantarkan saat

sebuah pertahanan dibuka dan impuls

dihambat saat sebuah pertahanan

ditutup. Merangsang β-endorfin

merupakan salah satu cara untuk

menutup mekanisme pertahanan

sehingga menghambat pelepasan

substansi P yang merupakan salah satu

transmiter nyeri. Seperti yang

dipaparkan diatas bahwa musik klasik

dan musik kesukaan (jenis pop) sama-

sama dapat merangsang peningkatan β-

endorfin yang disuplai oleh tubuh.

Sehingga pada saat neuron nyeri

perifer mengirimkan sinyal ke sinaps,

terjadi sinapsis antara neuron perifer

dan neuron yang menuju otak tempat

seharusnya substansi P akan

menghantarkan impuls. Pada saat

tersebut, β-endorfinakan memblokir

lepasnya substansi P dari neuron

sensorik sehingga transmisi impuls

nyeri di medula spinalis menjadi

terhambat dan sensasi nyeri berkurang

(Farida, 2010).

Dengan demikian teknik distraksi

dengan terapi musik (baik terapi

musik maupun terapi musik kesukaan)

dapat membantu seseorang

melepaskan endorfin yang ada di

dalam tubuh sehingga dapat

menghambat transmisi nyeri.

PENUTUP

Kesimpulan

1. Intensitas nyeri sebelum terapi

musik klasik mayoritas pada

kategori nyeri sedang.

2. Setelah dilakukan terapi musik

klasik terjadi penurunan intensitas

nyeri mayoritas kategori nyeri

ringan.

3. Intensitas nyeri sebelum dilakukan

terapi musik kesukaan mayoritas

pada kategori nyeri sedang.

4. Nilai intensitas nyeri setelah

dilakukan terapi musik klasik

mayoritas pada kategori nyeri

sedang

5. Terapi musik klasik efektif

mengurangi nyeri dismenore pada

remaja putri.

20 Jurnal Involusi Kebidanan, Vol. 2, No. 4, Juni 2012, 11-21

Page 11: PERBEDAAN TERAPI MUSIK KLASIK DENGAN MUSIK KESUKAAN ...

6. Terapi musik kesukaan efektif

mengurangi nyeri dismenore pada

remaja putri.

7. Tidak terdapat perbedaan terapi

musik klasik dengan terapi musik

kesukaan terhadap penurunan

rasa nyeri saat dismenore.

DAFTAR PUSTAKA

Baziad Ali, (2003). Menopouse dan andropause Edisi 1. Jakarta: EGC

Campbell, Don. (2001). Efek Mozart : Memanfaatkan kekuatan music untuk mempertajam pikiran, meningkatkan kreatifitas, dan menyehatkan tubuh. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Derek, Llewellyn-Jones. (2002). Dasar-dasar obstetri dan ginekologi. Edisi 6. Jakarta: Hipokrates

Manuaba IBG. (2008). Ilmu kebidanan, penyakit kandungan & keluarga berencana untuk pendidikan bidan. Jakarta: EGC.Mansjoer, 1999.

Manuaba, Ida Ayu Chandranita, (2009). Gadar obstetri & ginekologi & obstetri ginekologi sosial untuk profesi bidan. Jakarta: EGC.

Potter., Perry. (2006). Fundamental keperawatan. Vol: 2. Jakarta : EGC

Potter, P.A, Perry, A.G. (2005). Buku ajar fundamental keperawatan : konsep, proses, dan praktik.Edisi 4.Volume 2.Alih Bahasa: Renata Komalasari,dkk. Jakarta: EGC

Price and Wilson. (2005). Konsep klinis proses-proses penyakit Edisi 6. Vol.2. Jakarta: EGC

Price A. Sylvia & Lorraine M. Wilson. (2006). Patofisologi edisi 6,vol.2. Jakarta: EGC

Smeltzer, Suzanne C. dan Bare, Brenda G, (2002). Buku ajar keperawatan medikal bedah Brunner dan Suddarth (Ed.8, Vol. 1,2), Alih bahasa oleh Agung Waluyo (dkk). Jakarta: EGC

Erviana Septi Safitri, Sugi Purwanti, Perbedaan Terapi Musik Klasik… 21