PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf ·...

73
PEMBELAJARAN PIANO KLASIK DENGAN METODE FABER DAN RELEVANSINYA DALAM MENINGKATKAN MINAT ANAK DI PURWACARAKA MUSIC STUDIO (PCMS) PURWOKERTO Skripsi Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Seni Musik oleh Nur Aini Putri Utami 2501415121 JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK FAKULTAS BAHASA DAN SENI UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG 2019

Transcript of PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf ·...

Page 1: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

PEMBELAJARAN PIANO KLASIK DENGAN METODEFABER DAN RELEVANSINYA DALAMMENINGKATKANMINAT ANAK DI PURWACARAKAMUSIC STUDIO (PCMS)

PURWOKERTO

Skripsi

Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Pendidikan Seni Musik

oleh

Nur Aini Putri Utami

2501415121

JURUSAN PENDIDIKAN SENI DRAMA, TARI DAN MUSIK

FAKULTAS BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2019

Page 2: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan
Page 3: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan
Page 4: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan
Page 5: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

v

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

“Dan janganlah kamu berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya tiada

berputus dari rahmat Allah melainkan orang-orang yang kufur”

(QS Yusuf : 87)

PERSEMBAHAN

1. Orang tuaku tercinta, Bapak

Basuki dan Ibu Sri Murni.

2. Kakakku tersayang, Sri Astuti

Putri Ramdhani dan Prima

Aulia Rahman.

3. Sahabat terkasih: Wima, Salis,

Nana, Meli, Yusrizal, Hasbi,

Iyan, Fandi dan Fajar.

4. Teman-teman seperjuangan

dari semester awal sampai

saat ini : Puput, Diyah, Liyak.

5. Teman-teman terkasih yang

selalu support perjuanganku.

6. Almamaterku, Sendratasik.

Page 6: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

vi

KATA PENGANTAR

Puji syukur dan terima kasih kepada Allah Yang Maha Kuasa atas berkat

dan rahmatnya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini

dengan judul:

“Pembelajaran Piano Klasik Dengan Metode Faber Dan Relevansinya Dalam

Meningkatkan Minat Anak Di Purwacaraka Music Studio (PCMS) Purwokerto.”

Meskipun dalam penyusunan skripsi ini banyak mengalami hambatan,

tetapi dengan bantuan dari berbagai pihak, akhirnya dapat terselesaikan. Untuk itu,

penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

(1) Prof. Dr. Fathur Rokhman, M.Hum., Rektor Universitas Negeri Semarang

yang telah memberikan kesempatan penulis untuk menimba ilmu di Unnes.

(2) Prof. Dr. Muhammad Jazuli, M.Hum., Dekan Fakultas Bahasa dan Seni

Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan izin penelitian.

(3) Dr. Udi Utomo, M.S., Ketua Jurusan Pendidikan Seni Drama, Tari, dan

Musik Universitas Negeri Semarang yang telah memberikan kemudahan

dalam menyelesaikan skripsi ini.

(4) Kusrina Widjajantie, S.pd.,M.A selaku dosen pembimbing, yang telah

memberikan saran, koreksi, masukan, dan pengarahan kepada penulis dalam

menyelesaikan skripsi ini.

(5) Purwacaraka Music Studio Purwokerto, yang telah memberikan ijin dan

tempat bagi penulis untuk dijadikan sebagai obyek penelitian.

(6) Anisa Riyartini Lestari, selaku Guru Piano Klasik yang telah membantu

dalam proses penelitian.

(7) Siswa dan Wali Murid Purwacaraka Music Studio Purwokerto yang telah

bersedia memberikan data penelitian

(8) Semua pihak yang telah membantu penulis dalam penyusunan skripsi ini

yang tidak dapat disebutkan satu persatu.

Page 7: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

vii

Semoga Allah SWT memberikan rahmat dan kasih sayang-Nya kepada

pihak-pihak yang terkait tersebut dan membalasnya dengan lebih baik. Penulis

berharap semoga skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca.

Semarang, Maret 2019

Penulis

Page 8: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

viii

ABSTRAK

Utami, Nur Aini Putri. 2019. Pembelajaran Piano Klasik Dengan Metode FaberDan Relevansinya Dalam Meningkatkan Minat Anak Di PurwacarakaMusic Studio (PCMS) Purwokerto. Skripsi. Jurusan Pendidikan Seni DramaTari dan Musik, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Semarang.Pembimbing: Kusrina Widjajantie, S.Pd., M.A.

Kata kunci: metode, pembelajaran, piano klasik.

Siswa piano klasik Grade Preparatory di Purwacaraka Music Studio(PCMS) Purwokerto mampu memenangkan kompetisi piano klasik yang telahdiikuti. Salah satunya adalah siswa piano klasik mendapat juara 1 untuk kategoriB, dan 2 untuk kategori C pada “Purwacaraka Piano Competition”. Dari hasilobservasi, metode yang digunakan dalam pembelajaran piano klasik adalahmetode faber dengan menerapkan metode ceramah, metode tanya jawab danmetode latihan pada saat proses pembelajaran berlangsung. Penulis inginmengetahui tentang metode faber dan mendiskripsikan tentang penerapan sertarelevansi dalam meningkatkan minat anak dalam pembelajaran piano klasik diPCMS Purwokerto.

Pendekatan penelitian yang diterapkan dalam penelitian ini adalahdeskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi,wawancara dan studi dokumen. Metode pemeriksaan keabsahan datamenggunakan triangulasi data. Teknik analisis data dilakukan melaluipengumpulan data, reduksi data, penyajian data, penarikan kesimpulan.

Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan metode faberdalam pembelajaran piano klasik di PCMS Purwokerto hanya digunakan padatingkat pemula (Grade Preparatory). Pengggunaan metode faber dalammeningkatkan minat anak pada pembelajaran piano klasik di PCMS Purwokertocukup relevan karena metode faber merupakan metode yang dirancang khususbagi anak-anak. Dalam buku pembelajarannya banyak dimunculkan gambar,warna, dan simbol-simbol yang menarik perhatian anak. Proses pembelajaranyang dilaksanakan oleh guru piano klasik sesuai dengan pedoman yang terterapada buku-buku faber. Tetapi dalam penggunaan metode ceramah, metode tanyajawab dan metode latihan (drill), kerelevansian dalam meningkatkan minat anakhanya terjadi pada saat guru menerangkan dengan menggunakan metode ceramah.Untuk metode tanya jawab dan metode latihan (drill) kurang relevan dalammeningkatkan minat anak untuk mengikuti pembelajaran piano klasik.

Metode tanya jawab dan metode latihan (drill) kurang sesuai untukpembelajaran piano klasik pada tingkat Preparatory A karena siswa lebih senangpembelajaran dengan berdongeng dan bermain. Oleh sebab itu perludikembangkan lagi kreatifitas guru dalam penerapan metode pembelajaran padasiswa piano klasik tingkat Pemula A.

Page 9: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

ix

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ··································································· i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ································· ii

HALAMAN PENGESAHAN ······················································· iii

HALAMAN PERNYATAAN ······················································· iv

MOTTO DAN PERSEMBAHAN ·················································· v

KATA PENGANTAR ································································ vi

ABSTRAK ············································································ viii

DAFTAR ISI ··········································································· ix

DAFTAR TABEL ···································································· xv

DAFTAR GAMBAR ································································ xvi

DAFTAR BAGAN ································································· xviii

DAFTAR LAMPIRAN ····························································· xix

BAB I PENDAHULUAN ····························································· 1

1.1 Latar Belakang Masalah ··························································· 1

1.2 Rumusan Masalah ··································································· 6

1.3 Tujuan Penelitian ···································································· 6

1.4 Manfaat Penelitian ·································································· 7

1.4.1 Manfaat Teroritis ·································································· 7

1.4.2 Manfaat Praktis ···································································· 7

1.5 Sistematika Skripsi ·································································· 7

Page 10: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

x

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI··················· 9

2.1 Tinjauan Pustaka ···································································· 9

2.2 Landasan Teori ····································································· 17

2.2.1 Pengertian Musik ································································ 17

2.2.2 Pembelajaran ····································································· 19

2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran··························································· 20

2.2.2.2 Peserta Didik ··································································· 21

2.2.2.3 Tenaga Kependidikan ························································ 21

2.2.2.4 Kurikulum ······································································ 21

2.2.2.5 Materi Pembelajaran ·························································· 22

2.2.2.6 Metode Pembelajaran ························································ 23

2.2.2.7 Media Pembelajaran ·························································· 23

2.2.2.8 Evaluasi Pembelajaran ·························································24

2.2.3 Metode Faber ···································································· 24

2.2.3.1 Metode Ceramah ······························································ 26

2.2.3.2 Metode Tanya Jawab ························································· 26

2.2.3.3 Metode Latihan ································································ 27

2.2.4 Piano ·············································································· 27

2.2.4.1 Sejarah dan Perkembangan Piano ·········································· 28

2.2.4.2 Macam dan Jenis Piano ······················································ 31

2.2.4.3 Pembelajaran Piano ··························································· 32

2.3 Psikologi Anak ····································································· 33

2.3.1 FaseBayi (0–1tahun) ···························································· 34

Page 11: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xi

2.3.2 FaseAnak-Anak (1–3tahun) ···················································· 35

2.3.3 UsiaBermain (3–6tahun) ······················································· 35

2.3.4 UsiaSekolah (6–12tahun) ······················································ 36

2.3.5 Adolesen (12–20tahun) ························································· 37

2.3.6 DewasaAwal (20–30tahun) ···················································· 37

2.3.7 Dewasa (30–65tahun) ··························································· 37

2.3.8 UsiaTua (>65tahun) ····························································· 38

2.4 Kerangka Berpikir ································································· 38

BAB III METODE PENELITIAN ················································ 43

3.1 Pendekatan Penelitian ····························································· 43

3.2 Lokasi dan Sasaran Peneitian ···················································· 44

3.2.1 Lokasi Penelitian ································································ 44

3.2.2 Sasaran Penelitian································································ 44

3.3 Sumber Data ········································································ 45

3.3.1 Data Primer ······································································· 45

3.3.2 Data Sekunder ··································································· 45

3.4 Teknik Pengumpulan Data ······················································· 45

3.4.1 Teknik Observasi ································································ 46

3.4.2 Teknik Wawancara ······························································ 46

3.4.3 Studi Dokumen ·································································· 47

3.5 Teknik Keabsahan Data ·························································· 48

3.5.1 Sumber ············································································ 48

3.5.2 Metode Pengamatan ···························································· 49

Page 12: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xii

3.5.3 Teori ··············································································· 49

3.6 Teknik Analisis Data ······························································ 50

3.6.1 Pengumpulan Data ······························································ 51

3.6.2 Reduksi Data ····································································· 51

3.6.3 Sajian Data ······································································· 52

3.6.4 Penarikan Kesimpulan/Verifikasi ············································· 52

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ·········································· 53

4.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ············································ 53

4.1.1 Perkembangan PCMS Purwokerto ··········································· 53

4.1.2 Kondisi Fisik ····································································· 55

4.1.3 Visi dan Misi ····································································· 56

4.1.4 Struktur Organisasi ······························································ 57

4.1.5 Sarana dan Prasarana ··························································· 60

4.1.6 Tenaga Pengajar dan Peserta Kursus ········································· 65

4.1.6.1 Tenaga Pengajar ······························································· 65

4.1.6.2 Peserta Kursus ································································· 66

4.1.7 Ketentuan-Ketentuan Kursus ·················································· 67

4.1.8 Ketentuan-Ketentuan Dalam Mengikuti Ujian Piano Klasik ············· 67

4.2 Kurikulum Pembelajaran Piano Klasik di PCMS Purwokerto ·············· 68

4.2.1 Tingkat Pemula (Grade Prepatory) ·········································· 69

4.2.1.1 Tingkat Pemula A (Grade Prepatory A) ··································· 70

4.2.1.2 Tingkat Pemula B (Grade Prepatory B) ··································· 70

4.2.2 Tingkat (GradeI) I ······························································· 71

Page 13: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xiii

4.2.3 Tingkat (Grade) II ······························································· 72

4.2.4 Tingkat (Grade) III ······························································ 72

4.3 Pedoman Pembelajaran Piano Klasik di PCMS Purwokerto ················ 73

4.3.1 Materi Pembelajaran Piano Klasik ············································ 74

4.3.1.1 Tingkat Pemula (Prepatory) ················································· 74

4.3.1.1.1 Posisi Duduk ································································ 75

4.3.1.1.2 Bentuk Tangan dan Jari ···················································· 76

4.3.1.2 Grade I ·········································································· 78

4.3.1.3 Grade II ········································································· 78

4.3.1.4 Grade III ······································································· 79

4.3.2 Metode Pembelajaran Piano Klasik Grade Preparatory

Di PCMS Purwokerto ································································· 79

4.3.2.1 Proses Pembelajaran Piano Klasik Grade Preparatory ················· 80

4.3.2.2 Teknik Menerangkan Materi Pembelajaran

Grade Preparatory ····································································· 83

4.3.3 Tahap Pembelajaran Piano Klasik Grade Preparatory A

Di PCMS Purwokerto ···································································85

4.3.3.1 Pengenalan Tuts Hitam ······················································· 85

4.3.3.2 Pengenalan Ketukan Notasi ················································· 90

4.3.3.3 Pengenalan Tanda Dinamika ················································ 94

4.3.3.4 Penganalan Nama Notasi ···················································· 95

4.3.4 Evaluasi Pembelajaran Piano Klasik ········································ 100

Page 14: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xiv

4.4 Relevansi Metode Faber Dalam Meningkatkan Minat Anak Di PCMS

Purwokerto ············································································ 101

BAB V PENUTUP ·································································· 104

5.1 Simpulan ·········································································· 104

5.2 Saran ··············································································· 106

DAFTAR PUSTAKA ······························································· 107

LAMPIRAN-LAMPIRAN ························································ 115

Page 15: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

4.1 Tabel Struktur Organisasi PCMS Purwokerto ································ 57

4.2 Tabel Daftar Guru dan Instrumen ··············································· 65

4.3 Tabel Daftar Instrumen dan Jumlah Siswa ···································· 66

Page 16: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xvi

DAFTAR GAMBAR

Halaman

4.1 Gambar PCMS Purwokerto ······················································ 55

4.2 Gambar Peta Lokasi PCMS Purwokerto ······································· 56

4.3 Gambar Karyawan dan Staff Pengajar PCMS Purwokerto ················· 59

4.4 Gambar Fasilitas Di Ruang Piano ··············································· 61

4.5 Gambar Ruang Tunggu di PCMS Purwokerto ································ 62

4.6 Gambar Suasana Ruang Tunggu Pada Saat Ujian Kenaikan

Grade Di PCMS Purwokerto ························································· 62

4.7 Gambar Ruang Aula Di PCMS Purwokerto ···································· 63

4.8 Gambar Kegiatan Di Ruang Aula ··············································· 63

4.9 Gambar Front Office Di PCMS Purwokerto ·································· 64

4.10 Gambar Kegiatan Di Front Office ············································· 64

4.11 Gambar Buku- Buku Yang Digunakan Pada

Grade Preparatory A Dan Preparatory B ·········································· 71

4.12 Gambar Posisi Duduk Yang Benar Dalam Bermain Piano ················ 76

4.13 Gambar Posisi Tangan Dan Jari Dalam Piano ······························· 77

4.14 Gambar Bentuk Tangan Dan Jari Dalam Permainan Piano ················ 77

4.15 Gambar Pembelajaran Piano Klasik Di Dalam Kelas ······················ 82

4.16 Gambar Proses Pembelajaran Piano Klasik Di Dalam Kelas ·············· 83

4.17 Gambar Proses Menerangkan Materi Pembelajaran

Piano Klasik Pada Grade Preparatory A ··········································· 84

4.18 Gambar Pengenalan Tuts Hitam Dengan 2 Jari

Page 17: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xvii

Pada Tangan Kiri ········································································ 86

4.19 Gambar Pengenalan Tuts Hitam Dengan 2 Jari

Pada Tangan Kanan ···································································· 87

4.20 Gambar Pengenalan Tuts Hitam Dengan 3 Jari

Pada Tangan Kiri ······································································· 88

4.21 Gambar Pengenalan Tuts Hitam Dengan 3 Jari

Pada Tangan Kanan ···································································· 89

4.22 Gambar Pengenalan “The Quarter Note” Atau Notasi 1/4 ················· 90

4.23 Gambar Materi Lagu Dengan Notasi 1/4 ····································· 91

4.24 Gambar Pengenalan “The Half Note” Atau Notasi 1/2 ····················· 92

4.25 Gambar Notasi 1/2 Pada Lagu “The I Like Song” ·························· 93

4.26 Gambar Pengenalan “The Whole Note” Atau Notasi Utuh ················ 93

4.27 Gambar Pengenalan Tanda Dinamika ········································ 94

4.28 Gambar Pengenalan Nama Notasi ············································· 96

4.29 Gambar Mengenal Notasi C-D-E ·············································· 97

4.30 Gambar Lagu “Merrily We Roll Along” ····································· 98

4.31 Gambar Mengenal Notasi F-G-A-B ··········································· 98

4.32 Gambar Lagu “Ode To Joy” ···················································· 99

4.33 Gambar Ujian Evaluasi Siswa ················································ 101

Page 18: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xviii

DAFTAR BAGAN

Halaman

2.1 Bagan Kerangka Berpikir ························································ 39

3.1 Bagan Skema Analisis Data Kualitatif ········································· 51

Page 19: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Izin Penetapan Dosen ·········································· 116

Lampiran 2 Surat Izin Penelitian ··················································· 117

Lampiran 3 Surat Keterangan Melakukan Penelitian ··························· 118

Lampiran 4 Pedoman Observasi ···················································· 119

Lampiran 5 Pedoman Wawancara ················································· 120

Lampiran 6 Pedoman Studi Dokumen ············································· 124

Lampiran 7 Transkrip Wawancara Peneliti Dengan Guru ······················ 125

Lampiran 8 Transkrip Wawancara Peneliti Dengan Siswa ····················· 132

Lampiran 9 Transkrip Wawancara Peneliti Dengan Orang Tua ··············· 137

Lampiran 10 Foto-Foto Dokumentasi ············································· 139

Page 20: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan
Page 21: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pendidikan seni merupakan strategi menanamkan pengetahuan dan

ketrampilan, dengan cara mengondisikan siswa menjadi kreatif, inovatif, dan

mampu mengenali potensi dirinya secara karakteristik serta memiliki sensitivitas

terhadap berbagai perubahan sosial budaya dan lingkungan (Surono, 2001, p.3).

Menurut Joseph (2003, p.1), pendidikan seni yaitu penggunaan media seni untuk

mengubah tingkah laku peserta didik. Pendidikan seni bertautan dengan

pendidikan pribadi, dalam berbagai tautannya sehingga paradigma pendidikan

seni mengandung tujuan pendidikan keseluruhannya termasuk pendidikan musik

(Winata, 2015, p.18). Pendidikan seni diharapkan dapat menjadi bagian dalam

pembentukan manusia seutuhnya (Suharto, 2012, p.87).

Kompetensi dasar dari pendidikan seni dirancang secara sistemik

berdasarkan keseimbangan antara kognitif, afektif dan psikomotorik dengan

sistem pendekatan terpadu. Hal ini berkaitan dengan implementasi pembelajaran

seni khususnya pembelajaran musik untuk mengembangkan mental dan

psikomotorik anak dengan cara memberikan alat musik ritmis dan

memperdengarkan jenis aliran musik beragam seperti pop, rock, jazz, klasik,

terutama musik beraliran dangdut yang sangat diminati anak (Ardina, 2012,

p.129). Menurut Dewi (2009, p.108), musik dapat digunakan sebagai pilihan

pendekatan dalam membantu individu yang mengalami hambatan kondisi fisik,

Page 22: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

2

perilaku dan psikologis agar menjadi lebih baik. Musik dipercaya mempunyai

kekuatan yang ampuh untuk membantu orang meningkatkan kemampuan belajar,

berfikir, menstabilkan emosi dan menyeimbangkan mental seseorang (Wulandari,

2013, p.66).

Menurut Elliot dalam (Gunara, 2008, p.4), hakikat pendidikan musik

yang semestinya menjadi pedoman bagi seorang pendidik dan dipahami secara

esensial adalah sebagai berikut: (1) Education in music, yang berkaitan dengan

nilai-nilai pendidikan yang terkandung dalam pembelajaran musik; (2) Education

about music, yang berkaitan dengan pengetahuan musik yang berhubungan

dengan pembelajaran musik, seperti teori musik, harmoni dan sejarah musik; (3)

Education for music, berkaitan dengan tujuan mempelajari musik; (4) Education

by means of music, yang merupakan gabungan dari ketiga komponen di atas.

Upaya seorang pendidik atau instruktur meliliki pengaruh yang kuat pada

kepuasan dan perasaan pengayaan siswa (Iwaguchi, 2012, p.171).

Berkaitan dalam hal seni, di ASEAN salah saunya negara Jepang telah

memprioritaskan pelajaran musik untuk dijadikan pembelajaran wajib dari mulai

jenjang dasar sampai jenjang perguruan tinggi karena berkontribusi untuk

meningkatkan kesadaran mengenai taraf hidup yang lebih baik (Venier,

Yamashita, & Tsukahara, 2014, p.112). Mengenal musik dapat menciptakan

nilai-nilai postif pada anak salah satunya sebagai cara untuk menyatukan hal-hal

positif di budaya sehari-hari dalam keluarga, sekolah dan masyarakat (Rivera,

2018, p.60). Mengenal musik juga dapat memperluas pengetahuan dan pandangan

selain itu juga mengenal banyak hal lain di luar musik seperti menumbuhkan rasa

Page 23: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

3

penghargaan akan nilai seni serta mampu membentuk karakter anak (Aruja, 2016,

p.1).

Menurut Rosmiati (2014, p.71), pembentukan karakter dibutuhkan untuk

menanamkan pendidikan, kepribadian, dan moral kepada anak usia dini karena

memiliki peran yang besar dalam membangun dan membentuk karakter jangka

panjang pada anak. Masa anak usia dini merupakan masa keemasan atau sering

disebut masa Golden Age, biasanya ditandai oleh perubahan cepat dalam

perkembangan fisik, kognitif, sosial dan emosional (Widhianawati, 2011, p.220).

Pembentukan karakter pada anak dapat dioptomalkan melalui pembelajaran musik

dengan menggunakan pendekatan berbasis kreativitas karena memberikan peluang

dan wadah bagi siswa untuk berperan dengan imajinasi dan kreativitasnya dalam

proses belajar mengajar musik (Wicaksono, 2009, p.2). Untuk mengembangakn

kreativitas anak dibutuhkan dukungan sosial sehingga gagasan kreatif dapat di

realisasikan menjadi suatu wujud yang dapat diamati, dirasakan, maupun didengar

(Yosep, 2004, p.3).

Mendidik anak melalui musik lebih efektif karena lebih mudah

diinterpretasi oleh otak anak serta akan cenderung bertahan lebih lama dalam

ingatannya. Anak-anak akan lebih mudah belajar mengenal benda, bentuk, warna,

binatang, membaca, berhitung dan berbagai pengetahuan tentang dunia luar

melalui musik (Kusumawati, 2013, p.2). Campbell (dalam Supradewi, 2010, p.59),

mengataka bahwa metode pembelajaran dengan menggunakan musik mampu

mempercepat proses belajar dan mendapatkan hasil belajar yang optimum dan

biasanya musik yang dipakai adalah jenis musik klasik.

Page 24: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

4

Musik klasik dapat dimainkan dengan beberapa alat musik, salah satunya

yaitu piano. Dalam mempelajari alat musik piano, tentu tidak hanya dengan asal

bermain namun juga harus didukung dengan teori musik yang kuat (Sudargo,

Natadjaja, & Erandaru, 2015, p.2). Mengajarkan teori musik pada usia anak-anak

cenderung lebih sulit dibandingkan mengajarkan pada usia dewasa, karena

anak-anak cenderung lebih tertarik kepada gambar daripada tulisan dan lisan.

Anak-anak usia dini lebih memilih bermain karena melalui bermain, semua aspek

perkembangan anak dapat ditingkatkan (Zaini, 2015, p.3). Dalam hal ini guru

harus mempunyai strategi khusus dalam mengajarkan musik pada anak. Peran

guru sangat penting untuk memandu semua aksi keterampilan yang dilaksanakan

oleh siswa (Julien, 2014, p.30). Menurut Sinaga (2010, p.2), kemampuan guru

dalam menunjang proses pembelajara musik pada anak terdapat beberapa faktor

yaitu (1) kemampuan menentukan kegiatan pengalaman musik, (2) kemampuan

merancang bentuk kegiatan pengalaman musik yang akan dilakukan, (3)

kemampuan menentuan jenis karya musik dan lagu model yang akan dijadikan

sebagai media pembelajaran, (4) kreativitas guru dalam mengembangkan dan

berkreasi musik.

Piano klasik banyak diminati oleh orang tua untuk mengasah kemampuan

bermusik dan meningkatkan kecerdasan anak mereka. Para orang tua memasukan

anak mereka ke sekolah musik sedini mungkin karena semakin dini semakin baik

untuk tumbuh kembang otak anak (Aruja, 2016, p.2). Selain itu, apabila anak

mempelajari piano sebagai instrumen utama, maka dia akan dengan mudah belajar

instrumen musik lainnya seperti gitar, biola atau alat musik tiup (Sandra dalam

Page 25: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

5

(Pratama, 2017, p.3)). Kesadaran orang tua akan pentingnya belajar musik

khususnya piano bagi anak direspon dengan baik oleh berbagai sekolah musik,

terbukti dengan banyak bermunculan sekolah-sekolah musik di Indonesia.

Di Purwokerto sendiri terdapat beberapa sekolah musik yang berdiri salah

satunya yang sedang berkembang yaitu Purwacaraka Music Studio (PCMS)

Purwokerto yang beralamat di Jalan Pramuka No.240 Purwokerto Selatan. Ada

beberapa kelas yang dibuka dalam pembelajaran instrumen musik oleh PCMS

Purwokerto yaitu: vokal, piano klasik, piano pop, biola, keyboard, drum, dan gitar.

Berdasarkan hasil observasi di PCMS Purwokerto, kursus piano merupakan

kursus musik yang mendominasi jumlah siswanya di PCMS Purwokerto

dibandingkan dengan sekolah musik lain yang ada di Purwokerto karena

kurikulum yang digunakan dalam pembelajaran piano klasik yaitu menggunakan

metode faber untuk pengenalan piano kepada anak. Dalam konteks ini yang

dijadikan obyek adalah pembelajaran tentang alat musik khususnya piano. Dalam

penelitian ini mengambil obyek piano karena penulis sangat tertarik terhadap

permainan piano klasik, selain itu penulis ingin mengetahui bagaimana proses dan

metode yang digunakan dalam pembelajaran piano klasik.

Metode pengajaran dalam mengajarkan bermain musik sangatlah penting

karena metode pengajaran mempengaruhi proses pembelajaran musik pada anak.

Dalam metode pengajaran dibutuhkan guru yang aktif, kreatif, inovatif dan

kurikulum yang mendukung proses belajar mengajar. Sehingga, hasil

pembelajaran dapat diperoleh secara maksimal (Aruja, 2016, p.2). Metode yang

dipakai dalam pembelajaran piano di PCMS Purwokerto yaitu dengan

Page 26: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

6

menggunakan metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode latihan.

Berdasarkan hasil observasi diatas, penulis tertarik untuk melakukan

penelitian di PCMS Purwokerto yang menggunakan metode faber dalam

pembelajaran piano klasik dengan menerapkan metode ceramah, metode tanya

jawab, dan dan metode latihan pada saat pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang ada maka penulisan ini difokuskan pada

hal-hal berikut ini:

1.2.1 Bagaimanakah pembelajaran piano klasik dengan metode faber di

Purwacaraka Music Studio (PCMS) Purwokerto?

1.2.2 Bagaimanakah relevansinya metode faber dalam meningkatkan minat anak

pada pembelajaran piano klasik di Purwacaraka Music Purwacaraka (PCMS)

Purwokerto?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan permasalahan yang dikemukakan di atas, penelitian ini

bertujuan untuk:

1.3.1 Mengetahui dan mendeskripsikan pembelajaran piano klasik dengan metode

faber di Purwacaraka Music Studio (PCMS) Purwokerto.

1.3.2 Mengetahui dan mendeskripsikan relevansinya metode faber dalam

meningkatkan minat anak pada pembelajaran piano klasik di Purwacaraka

Page 27: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

7

Music Purwacaraka (PCMS) Purwokerto.

1.4 Manfaat Penelitian

Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai berikut:

1.4.1 Manfaat Teoritis

1.4.1.1 Sebagai sumbang pemikiran bagi lembaga pendidikan tinggi Universitas

Negeri Semarang khususnya mahasiswa jurusan musik untuk lebih

mengenal metode pembelajaran piano.

1.4.1.2 Hasil penelitian ini dapat dijadikan referensi pada penelitian berikutnya.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Bagi instruktur atau guru, dapat dijadikan sebagai informasi agar

pembelajarannya dapat dilakukan secara jelas dan mudah ditangkap siswa

sehingga dapat digunakan sebagai pedoman selanjutnya.

1.4.2.2 Bagi lembaga kursus, dapat dijadikan sebagai bahan masukan guna

mengupayakan dan meningkatkan pembelajaran piano.

1.5 Sistematika Skripsi

Secara garis besar sistematika skripsi sebagai berikut:

1.5.1Bagian awal skripsi berisi tentang: halaman judul, halaman pengesahan,

pernyataan motto dan persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi,

daftar tabel, daftar gambar, daftar bagan, daftar lampiran.

Page 28: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

8

1.5.2 Bab 1 yaitu Pendahuluan, diuraikan mengenai latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika

skripsi.

1.5.3 Bab 2 yaitu Tinjauan Pustaka dan Landasan Teori, pada bab ini memuat

tinjauan pustaka yang berisi tentang penelitian terdahulu yang berhubungan

dengan penelitian ini dan landasan teori yang berisi telaah pustaka yang

berhubungan dengan masalah-masalah yang di bahas dalam penelitian ini

yaitu tentang pembelajaran piano klasik, mengkaji metode faber dalam

pembelajaran piano klasik.

1.5.4 Bab 3 yaitu Metode Penelitian, pada bab ini terdiri dari hal-hal yang

berhubungan dengan prosedur penelitian yang meliputi: pendekatan

penelitian, lokasi dan sasaran penelitian, teknik pengumpulan data, teknik

keabsahan data, dan teknik analisis data.

1.5.5 Bab 4 yaitu Hasil Penelitian, pada bab ini memuat data-data yang diperoleh

sebagai hasil penelitian dan dibahas secara Deskriptif Kualitatif, hasil

penelitian termuat dalam bab 4 sekaligus merupakan jawaban dari

permasalahan yang diuraikan dari bab 1.

1.5.6 Bab 5 yaitu Penutup, pada bab ini memuat tentang simpulan dan saran.

1.5.7 Bagian akhir dari skripsi, terdiri atas: daftar pustaka dan lampiran berupa

gambar/foto, transkip wawancara dan instrumen penelitian.

Page 29: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

9

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

2.1 Tinjauan Pustaka

Artikel yang ditulis oleh Penelitian yang dilakukan oleh Sandie Gunara

yang berjudul “Pemanfaatan Bahan Sight Reading dalam Pembelajaran Piano”

yang memuat mahasiswa memiliki kesulitan dalam membaca partitur karena

belum terbiasa membaca secara langsung tanpa latihan terlebih dahulu. Proses

pembelajaran dengan menggunakan bahan-bahan sight reading pun memiliki

pengaruh hanya pada tataran permukaan saja yaitu mahasiswa hanya mampu

membaca dengan tepat nada dan ritmiknya saja. Sedangkan pada tataran yang

lebih dalam, seperti kesadaran musikal dalam menerapkan konsep-konsep musikal

secara praktik belum menunjukkan hasil yang maksimal. Penelitian ini

berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu penggunaan bahan

atau materi dalam pembelajaran piano klasik di Purwacaraka Music Studio

Purwokerto untuk mengukur kemampuan siswa selama mengikuti pembelajaran.

Artikel yang ditulis oleh Arumaya Aruja yang berjudul “Metode

Pembelajaran Piano Klasik Pada Anak Usia 7-10 Tahun Di PCMS Yogyakarta”

yang memuat pembelajaran di PCMS Yogyakarta menggunakan beberapa metode

pembelajaran piano klasik antara lain metode ceramah, metode pemberian tugas,

metode demonstrasi, metode latihan dan metode tanya jawab. Pada saat proses

belajar mengajar di dalam kelas pada tingkat yang berbeda yaitu tingkat pemula B

guru menggunakan metode tanta jawab, ceramah, demonstrasi, latihan dan

Page 30: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

10

pemberian tugas. Pada tingkat 1A guru menggunkan metode ceramah,

demonstrasi, pemberian tugas dan latihan. Penelitian ini sesuai dengan penelitian

yang akan penulis teliti yaitu tentang metode pembelajaran piano di PCMS

Purwokerto.

Artikel yang ditulis oleh Lula Amalia yang berjudul “Pembelajaran Piano

Untuk Anak Autisme Di Sekolah Musik Morizta” yang memuat proses

pembelajaran piano untuk anak autisme di Sekolah Musik Morizta terdiri dari

kegiatan menyapa murid, re-view pelajaran yang dilakukan selama 3 menit,

memberikan materi, guru melakukan evaluasi kepada murid, dan mengajarkan

bernyanyi kepada murid di waktu 5 menit terakhir. Penelitian ini berhubungan

dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu tentang pembelajaran piano.

Artikel yang ditulis oleh Nirmala Nandya Praditidina & Kusrina

Widjajantie yang berjudul “Penerapan Metode Mendongeng Dalam Pembelajaran

Electone Dasar Bagi Anak Usia Dini Di Yamaha Music School Kudus” yang

memuat pemilihan istilah-istilah musik yang diumpamakan dalam dongeng juga

dirasa tepat dan relevan. Pengumpamaan istilah musik dalam dongeng juga sesuai

dengan usia dan daya tangkap peserta didik. Selain itu, peserta didik yang berusia

kisaran 4 sampai 5 tahun menjadi lebih antusias dalam mendengarkan pengajar

dalam menyampaikan materi ajar bila diajarkan dengan metode mendongeng.

Penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti yaitu

tentang metode pembelajaran piano.

Artikel yang ditulis oleh Silvia Debora Siahaan yang berjudul “Model

Pembelajaran Piano Grade I Di Adis Music Yogyakarta” yang memuat

Page 31: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

11

pelaksanaan model pembelajaran piano klasik untuk grade 1 yang diperlukan di

Adis Musik Yogyakarta dapat diikuti dengan baik oleh para siswa yang belajar.

Hal ini dibuktikan dengan seluruh siswa dapat mengikuti ujian untuk kenaikan

grade 2. Model pembelajaran yang dipakai adalah menggunakan buku Andre

Fling, James Bastien Technic, James Bastien Performance, Sonatines Oscar

Block, teknik C, G, F Mayor, A minor, dan teori musik dasar seperti not 1/2, 1/4,

tanda alterasi #, b. Penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang akan

penulis teliti yaitu tentang materi yang digunakan dalam pembelajaran piano

klasik.

Artikel yang ditulis oleh Dwiyan Pandapotan yang berjudul “Metode

Pembelajaran Piano Untuk Anak Usia 3-5 Tahun Di Yamaha Music School” yang

memuat pembelajaran piano pada siswa tingkat sekolah dasar di Yamaha Music

School yang diterapkan pada kelas Prepatory, guru mempersiapkan beberapa poin

penting yang semuanya dijelaskan di dalam buku panduan mengajar (Teaching

Guide) dan harus menjadi acuan guru dalam mengajar. Mengenai hasil

pembelajarannya, siswa terbukti senang dan mampu memainkan lagu dengan

menggunakan alat musik piano. Penelitian ini berhubungan dengan penelitain

yang akan penulis teliti yaitu tentang metode pembelajaran piano klasik di sekolah

musik.

Artikel yang ditulis oleh Praditia Indra Setiawan yang berjudul “Metode

Pembelajaran Drum Pada Junior Groove Class Level Reading Di Gilang

Ramadhan Studio Band Semarang” yang memuat metode pembelajaran pada

Junior Groove Class Level Reading di Gilang Ramadhan Studio Band dengan

Page 32: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

12

menggunakan metode ceramah, metode demonstrasi, metode latihan, metode

tanya jawab, metode resitasi. Kelima metode tersebut merukapan metode

pembelajaran yang sesuai dengan kurikulum di Gilang Ramadhan Studio Band

Semarang. Penelitian ini berhubungan dengan penelitian yang akan penulis teliti

yaitu tentang meode pembelajaran musik yang digunakan sesuai dari kurikulum di

sekolah musik.

Artikel yang ditulis oleh Arga Novia Bernadetta S yang berjudul

“Implementasi Metode Suzuki Dalam Pembelajaran Biola Tingkat Dasar Di Era

Musik Medan” yang memuat dalam proses pembelajaran biola di Era Musika

Medan tidak sepenuhnya menerapkan metode Suzuki, itu terbukti tidak adanya

CD materi pembelajaran dalam proses pembelajaran berlangsung dan

pembelajaran kelompok yang tidak ada serta peran orang tua yang kurang aktif.

Namun penerapannya sudah mengacu pada penerapan yang dilakukan Metode

Suzuki. Hal ini berkaitan dengan penelitian yang akan saya teliti yaitu tentang

penerapan metode yang sesuai dalam pembelajaran piano.

Artikel yang ditulis oleh Wagiman Joseph yang berjudul

“Pendidikan Kesenian di Sekolah Sub Materi Musik” yang memuat pembelajaran

seni harus selalu mengacu pada tujuan pendidikan seni yakni, sebagai pendidikan

apresiasi dan kreasi agar ada keseimbangan antara olah piker yang diberikan pada

mata pelajaran yang lain dengan olah rasa yang harus diberikan melalui

pendidikan seni.

Artikel yang ditulis oleh Dean Arda Winata yang berjudul “Pembelajaran

Piano Klasik Untuk Siswa Tingkat Dasar di Maestro Musc School Semarang”

Page 33: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

13

yang memuat proses pembelajaran diterapkan dengan metode solfegio. Ada 3

aspek solfegio yang dilaksanakan di dalam pembelajaran, yaitu ear training, sight

singing, sight reading. Semua berjalan dengan lancar hingga pada proses evaluasi

menunjukan hasil yang membanggakan dan terbukti efektif dalam membentuk

dan menumbuhkan kualitas musikal siswa.

Artikel yang ditulis oleh Suharto yang berjudul “Problem in

Implementation of Arts Education in Non-Arts Vocational Schools” yang memuat

pendidikan seni budaya yang antara lain membentuk pribadi dan karakter atau

watak yang lembut, halus seperti inovatif dan kreatif yang dapat menunjang

tujuan pendidikan jenis lain yang mengarah pada kecerdasan seperti logika dan

analisa. Sifat-sifat watak atau karakter tersebut yang ditimbulkan dari pendidi-

kan seni di sekolah tersebut adalah untuk mencapai pendidikan secara umum.

Artikel yang ditulis oleh Mayliza Defly Ardina yang berjudul

“Implementasi Pembelajaran Musik Untuk Mengembangkan Mental Dan

Psikomotorik Anak Penderita Down Syndrom” yang memuat pembelajaran musik

mampu mengembangkan mental dan psikomotorik anak penderita down syndrom

dengan cara memberikan alat musik ritmis dan memperdengarkan jenis aliran

musim beragam seperti pop, rock, jazz, klasik, terutama musik beraliran dangdut

yang sangat diminati anak.

Artikel yang ditulis oleh Mahargyantari P Dewi yang berjudul “Studi

Metaanalis: Musik Untuk Menurunkan Stress” yang memuat musik dapat

digunakan sebagai pilihan pendekatan dalam membantu individu yang mengalami

hambatan kondisi fisik, perilaku dan psikologis agar menjadi lebih baik.

Page 34: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

14

Artikel yang ditulis oleh Tirza Aprillivia Wulandari yang berjudul

“Pembelajaran Piano Dasar Pada Anak Autis Melalui Metode Memory Singing,

Hearing, Reading, Dan Fingerdrill Di Sekolah Harapan Bunda” yang memuat

ditemukan beberapa perkembangan perilku dan keterampilan bermain piano

secara signifikan dan memperlihatkan hasil yang baik yang ditimbulkan oleh

siswa. Perilaku yang awalnya tidak bisa diatur maupun hanya pasif dalam

pembelajaran, berangsur-angsur menjadi lebih baik dan mampu mengikuti

pembelajaran dengan baik. Seni musik adalah seni yang sangat digemari oleh

anak autis karena memiliki ketertarikan tersendiri melalui metode-metode yang

diterapkan.

Artikel yang ditulis oleh Matteo Venier, Kaoruko Yamashita, dan Yasuko

Tsukahara yang berjudul “The Teaching of Music History in Japanese Music

Education” yang memuat bahwa Jepang telah memprioritaskan pelajaran musik

untuk dijadikan pembelajaran wajib dari mulai jenjang dasar sampai jenjang

perguruan tinggi karena berkontribusi untuk meningkatkan kesadaran mengenai

taraf hidup yang lebih baik.

Artikel yang ditulis oleh Jorge Montoya Rivera yang berjudul “The

Formation of Values Through Music in Children of Preschool Education Who Are

in Temporary Refugee Status” yang memuat mengenal musik dapat menciptakan

nilai-nilai postif pada anak salah satunya sebagai cara untuk menyatukan hal-hal

positif di budaya sehari-hari dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

Artikel yang ditulis oleh Ana Rosmiati yang berjudul “Teknik Stimulasi

dalam Pendidikan Karakter Anak Usia Dini melalui Lirik Lagu Dolanan” yang

Page 35: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

15

memuat bahwa pembentukan karakter pada anak-anak harus dimulai ketika pada

masa kanak-kanak. Pembentukan karakter pada anak dapat dilakukan dengan

teknik stimulasi melalui musik. Musik dapat digunakan sebagai media untuk

membantu mengatur tingkat emosional. Pada masa anak-anak tingkat

emosinalnya masih labil.

Artikel yang ditulis oleh Nana Widhianawati yang berjudul “Pengaruh

Pembelajaran Gerak Dan Lagu Dalam Meningkatkan Kecerdasan Musikal Dan

Kecerdasan Kinestik Anak Usia Dini (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak

Kelompok Bermain Mandiri SKB Sumedang)" yang memuat tentang pengaruh

positif bahwa dengan pembelajaran gerak dan lagu dapat meningkatkan

kecerdasan musikal dan kecerdasan kinestetik anak secara signifikan.

Rekomendasi diberikan kepada Pengelola Pendidikan Anak Usia Dini agar

mensosialisasikan pembelajaran gerak dan lagu sebagai salah satu alternatif

pembelajaran bagi guru agar lebih meningkatkan seluruh aspek perkembangan

khususnya aspek kecerdasan musikal dan kecerdsan kinestetik.

Artikel yang ditulis oleh Wagiman Yosep yang berjudul “Pembelajaran

Musik Kreatif Pada Anak Usia Dini” yang memuat proses pembelajaran musik

yang kreatif, tanpa ditunjang oleh suasana kegiatan belajar yang kondusif, hasil

belajar musik tidak akan baik.

Artikel yang ditulis oleh Ratna Supradewi yang berjudul “Otak, Musik

Dan Proses Belajar” yang memuat musik memang dapat mempengaruhi

gelombang otak dan neuro fisiologis tubuh manusia yang bila digunakan dalam

proses belajar memberikan hasil yang positif karena lebih meningkatkan

Page 36: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

16

konsentrasi, merekatkan ingatan materi pelajaran, membuat suasana lebih rileks

dan gembira, dan akhirnya dapat mempengaruhi performa untuk mendapatkan

nilai tes yang lebih tinggi.

Artikel yang ditulis oleh Felecia Yeremia Sudargo, Listia Natadjaja, dan

Erandaru yang berjudul “Perancangan Media Bantu Pembelajaran Interaktif untuk

Miracle Music Learning Center di Surabaya” yang memuat bahwa pendidikan

musik terutama dalam alat musik piano sangat digemari oleh anak-anak namun

ditemukan fakta bahwa anak-anak usia 5-10 tahun menjumpai kesusahan pada

skill sight reading untuk mempelajari piano sehingga minat anak-anak berkurang

dan mereka “bosan” dengan piano karena tertanam pada mindset mereka bahwa

belajar piano itu susah.

Artikel yang ditulis oleh Ahmad Zaini yang berjudul “Bermain Sebagai

Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini” yang memuat banyak metode

pembelajaran yang dapat diterapkan bagi anak-anak usia dini, salah satunya

melalui bermain. Belajar sambil bermain dapat menyenangkan dan menghibur

bagi anak-anak. Bermain bagi anak adalah kegiatan yang serius tetapi

menyenangkan. Bermain adalah salah satu pendekatan dalam melaksanakan

kegiatan pendidikan untuk anak usia dini.

Artikel yang ditulis oleh Syahrul Syah Sinaga yang berjudul

“Pemanfaatan Dan Pengembagan Lagu Anak-Anak Dalam Pembelajaran Tematik

Pada Pendidikan Anak Usia Dini/TK” yang memuat bahwa pemanfaatan lagu

anak-anak dalam proses pembelajaran selain dianggap dapat memudahkan dan

memperbanyak jumlah lagu anak-anak yang sesuai dengan 11 macam tema

Page 37: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

17

pembelajaran, dapat pula dijadikan sebagai media pembelajaran yang mendukung

pesan tema pembelajaran, sehingga membantu anak dalam memahami materi

pembelajaran dan menjadikan proses pembelajaran berlangsung dalam situasi

yang lebih menyenangkan. Bahkan beberapa guru seringkali memanfaatkan lagu

anak-anak untuk kepentingan pengelolaan kelas.

2.2 Landasan Teori

2.2.1 Pengertian Musik

Musik berasal dari nama Dewa Muse (nama diantara dewa dalam

mitologi Yunani Kuno). Dewa ini mewakili cabang seni dan ilmu pengetahuan.

Selain itu, Banoe berpendapat bahwa pengertian seni musik adalah cabang seni

yang menjelaskan tentang berbagai macam suara dalam pola yang dapat

diapahami oleh manusia (Banoe, 2003, p.288). Sedangkan menurut Soeharto

(1992, p.86), mengungkapkan bahwa musik adalah pengungkapan gagasan

melalui bunyi, yang unsur dasarnya berupa irama, melodi, dan harmoni, dengan

unsur pendukung berupa bentuk musik, dinamika dan warna bunyi (suara).

Namun dalam penyajiannya seiring dengan unsur-unsur lain seperti bahasa, gerak

ataupun warna. Unsur-unsur musik tersebut merupakan satu kesatuan yang saling

melengkapi dan tidak dapat dipisahkan. Penjelasan unsur-unsur musik tersebut

dapat diuraikan sebagai berikut:

Unsur musik yang pertama adalah Irama. Irama adalah rangkaian gerak

yang terdapat dalam musik dan tari. Dalam musik irama adalah unsur pokok

musik yang terbentuk dari sekelompok bunyi dan diam dengan panjang pendek

Page 38: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

18

yang berbeda lama waktunya. Secara singkat irama adalah pola panjang pendek

bunyi dalam lagu. Istilah asing untuk irama adalah rhythm, yang dterjemaahkan

ritme atau ritmis (Yosep, 2004, p.52). Unsur musik yang kedua adalah melodi.

Melodi adalah suatu rangkaian nada-nada yang terkait biasanya bervariasi dalam

tinggi rendah dan panjang pendeknya nada. Perlu ditambahkan bahwa seperti

kata-kata dalam sebuah kalimat, nada-nada dari sebuah melodi membentuk suatu

ide musikal yang lengkap (Miller, 2001, p.34). Sedangkan menurut Jamalus (1988,

p.16), melodi adalah susunan rangkaian nada (bunyi dengan teratur) yang

terdengar berurutan serta berirama dan mengungkapkan suatu gagasan. Unsur

musik yang ketiga adalah Harmoni.

Harmoni adalah elemen musikal yang didasarkan atas penggabungan

secara simultan dari nada-nada. Jika melodi adalah sebuah konsep horizontal,

maka harmoni adalah konsep vertical (Miller, 2001, p.41). Menurut Jamalus

(1988, p.35), harmoni adalah keselarasan bunyi yang berupa gabungan dua nada

atau lebih yang berbeda tinggi rendahnya. Unsur musik yang keempat struktur/

bentuk musik. Struktur atau bentuk musik adalah susunan serta hubungan antara

unsur-unsur musik dalam suatu musik atau lagu, sehingga menghasilkan yang

bermakna. Sebuah lagu dapat terdiri dari satu atau lebih kalimat lagu yang terdiri

dari kalimat tanya dan kalimat jawaban (Jamalus, 1988, p.35). Struktur lagu

musik ada 3 macam: (a) bentuk lagu 1 bagian, (b) bentuk lagu 2 bagian, dan (3)

bentuk lagu 4 bagian.

Unsur musik yang kelima adalah Dinamik. Dinamik adalah kuat atau

lemahnya nada dalam suatu bentuk komposisi musik yang terdiri dari forte (keras),

Page 39: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

19

piano (lembut), fortissimo (sangat keras), pianissimo (sangat lembut), mezzo forte

(agak keras), mezzo piano (agak lembut) (Miller, 2001, p.58). Unsur musik yang

ketujuh adalah warna suara. Menurut Jamalus (1988, p.40), warna suara adalah

ciri khas bunyi yang terdengar bermacam-macam dan dihasilkan oleh bahan

sumber atau bunyi yang berbeda-beda. Warna nada juga mempengaruhi ekspresi

yang menurut Jamalus (1988, p.38), diungkapkan sebagai ungkapan pikiran dan

perasaan yang mencakup tempo, dinamik, dan warna nada itu sendiri dari

unsur-unsur pokok musik yang diwujudkan oleh seniman musik atau penyanyi

yang disampaikan kepada pendengarnya.

2.2.2 Pembelajaran

Pembelajaran adalah sesuatu yang dilakukan oleh siswa, bukan dibuat

untuk siswa. Pembelajaran pada dasarnya merupakan upaya pendidikan untuk

membantu peserta didik melakukan belajar (Isjoni, 2010, p.12). Lebih lanjut,

menurut Hutabarat (1986, p.100), pembelajaran adalah totalitas aktifitas

belajar-mengajar yang diawali dengan perencanaan dan diakhiri dengan evaluasi

yang selanjutnya ditindak lanjuti dengan follow up.

Kegiatan Pembelajaran menurut Sudjana (2005, p.80), adalah setiap

upaya yang dilakukan dengan sengaja oleh pendidik yang dapat menyebabkan

siswa melakukan belajar. Sedangkan Gulo (dalam Sugihartono, 2007, p.80),

mendefinisikan pembelajaran sebagai suatu usaha untuk menciptakan sistem

lingkungan yang mengoptimalkan kegiatan belajar. Adapun di dalam Kamus

Besar Bahasa Indonesia disebutkan arti dari pembelajaran adalah proses, cara,

Page 40: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

20

perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Jadi dapat disimpulkan,

pembelajaran adalah sebuah usaha yang dilakukan untuk membelajarkan siswa.

Menurut Hamalik (2004, p.77), proses pembelajaran merupakan satu

sistem artinya keseluruhan yang terjadi dari komponen-komponen yang

berinteraksi antara satu dengan yang lainnya dan dengan keseluruhan untuk

mencapai tujuan pembelajaran. Komponen-komponen pokok dalam pembelajaran

adalah sebagai berikut: tujuan pembelajaran, peserta didik (siswa), tenaga

kependidikan (guru), kurikulum, materi pembelajaran, metode pembelajaran,

sarana (alat, media) pembelajaran, dan evaluasi pembelajaran (Hamalik, 2003,

p.77). Adapun komponen-komponen tersebut akan dijelaskan sebagai berikut:

2.2.2.1 Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran merupakan acuan yang dipertimbangkan untuk

memilih strategi belajar-mengajar. Tujuan pembelajaran dapat didefinisikan

sebagai kemampuan yang harus dimiliki oleh anak didik setelah mereka

mempelajari bahasan tertentu dalam satu kali pertemuan (Sanyaja, 2008, p.68).

Sugandi, dkk (2004, p.9), berpendapat bahwa tujuan pembelajaran merupakan

perubahan perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik setelah

mengikuti kegiatan belajar mengajar, seperti: perubahan yang secara psikologis

akan tampil dalam tingkah laku yang dapat diamati melalui alat indera oleh orang

lain baik tutur katanya, motorik dan gaya hidupnya. Menurut pendapat di atas

tujuan pembelajaran adalah kemampuan, keterampilan, dan sikap yang harus

dicapai peserta didik setelah peserta didik melakukan proses pembelajaran agar

Page 41: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

21

dapat merubah perilaku dan tingkah laku yang positif dari peserta didik itu

sendiri.

2.2.2.2 Peserta Didik

Aly (1999, p.113), peserta didik ialah setiap manusia yang sepanjang

hayatnya selalu berada dalam perkembangan. Jadi bukan hanya anak-anak yang

sedang dalam pengasuhan dan pengasihan orangtuanya, bukan pula anak-anak

dalam usia sekolah. Kemudian Sarwono (2007, p.8), mengemukakan bahwa siswa

merupakan setiap orang yang secara resmi terdaftar untuk mengikuti pelajaran di

dunia pendidikan.

Menurut pendapat di atas peserta didik ialah semua manusia yang

sepanjang hayatnya selalu berada dalam perkembangan dan terdaftar resmi untuk

mengikuti pelajaran di dunia pendidikan.

2.2.2.3 Tenaga Kependidikan

Tenaga kependidikan bisa disebut juga dengan pendidik. Menurut

Mulyasa (2003, p.53), pendidik yaitu orang yang memiliki kualifikasi akademik

dan kompetensi sebagai agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta

memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Lebih lanjut Atmaka

(2004, p.17), berpendapat bahwa pendidik adalah orang yang bertanggung jawab

untuk memberikan bantuan kepada siswa dalam pengembangan baik fisik dan

spiritual. Pendidik hanya memfasilitasi transisi pengetahuan dari sumber belajar

ke peserta didik (Chotimah, 2008, p.3).

2.2.2.4 Kurikulum

Page 42: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

22

Kurikulum merupakan seluruh pembelajaran yang dirancang dan

dilakukan secara individu maupun kelompok, baik didalam sekolah maupun diluar

sekolah (Kerr, 1968, p.74). Lebih lanjut Beauchamp (1975, p.58), berpendapat

bahwa kurikulum diartikan sebagai dokumen tertulis yang berisikan seluruh mata

pelajaran yang akan diajarkan kepada peserta didik melalui pilihan sebagai

disiplin ilmu dan rumusan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Kurikulum

adalah suatu rangkaian unit materi belajar yang disusun sedemikian rupa,

sehingga anak didik dapat mempelajarinya berdasarkan kemampuan awal yang

dimiliki atau dikuasai sebelumnya (Ahmad,1998, p.14).

Menurut pendapat diatas kurikulum merupakan rangkaian rencana dan

pengaturan tentang materi pembelajaran yang disusun sesuai jenjang dan jenis

pendidikn, sehingga peserta didik mampu menguasai materi pembelajaran.

2.2.2.5 Materi Pembelajaran

Yang dimaksud dengan materi pembelajaran adalah bahan ajar yang

disiapkan untuk disajikan dan dilatihkan kepada siswa. Materi pelajaran adalah

bahan pelajaran yang merupakan isi dari proses interaksi (Suryobroto, 1986, p.12).

Sebagaimana Mulyasa (2006, p.96), mengemukakan bahwa bahan ajar merupakan

salah satu bagian dari sumber ajar yang dapat diartikan sesuatu yang mengandung

pesan pembelajaran baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat umum yang

dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

Menurut pendapat diatas materi merupakan bahan ajar yang dirancang

oleh pengajar untuk dibelajarkan kepada siswa atau peserta didik yang

Page 43: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

23

mengandung pesan pembelajaran baik yang bersifat khusus maupun yang bersifat

umum yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan pembelajaran.

2.2.2.6 Metode Pembelajaran

Gerlach & Ely (1980, p.40), menyatakan bahwa metode pembelajaran

adalah cara yang dipilih untuk menyampaikan pelajaran dalam lingkungan

pengajaran tertentu yang meliputi sifat, lingkup dan urutan kegiatan yang dapat

memberikan pengalaman kepada siswa. Metode pembelajaran ialah cara yang

dipergunakan guru dalam mengadakan hubungan dengan siswa pada saat

berlangsungnya pembelajaran (Sudjana, 2005, p.76). Selanjutnya (Sutikno, 2009,

p.88), berpendapat bahwa metode pembelajaran adalah caracara menyajikan

materi pelajaran yang dilakukan oleh pendidik supaya terjadi proses pembelajaran

pada diri siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan.

Menurut pendapat di atas metode pembelajaran merupakan cara yang

dilakukan oleh pendidik atau guru dalam menyampaikan materi pembelajaran

agar tujuan pembelajaran dapat tercapai secara maksimal.

2.2.2.7 Media Pembelajaran

Media merupakan seperangkat alat bantu atau pelengkap yang digunakan

oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta

didik (Yuwono, 2011, p.10). Menurut Supriyanto (2008, p.9), media pembelajaran

adalah alat untuk mencapai suatu tujuan pembelajaran yang akan digunakan oleh

pendidik atau guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Memilih dan

menggunakan media pembelajaran yang sesuai dengan situasi dan kondisi siswa

dan lingkungan yang dapat mendukung keberhasilan tujuan pembelajaran yang

Page 44: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

24

telah direncanakan.

Menurut pendapat di atas media pembelajaran adalah suatu alat yang

digunakan pendidik untuk menyampaikan materi supaya tujuan dari pembelajaran

berhasil.

2.2.2.8 Evaluasi Pembelajaran

Dengan adanya evaluasi terhadap hasil pembelajaran yang teratur akan

memudahkan pendidik untuk mengontrol tingkat perkembangan peserta didik

sehingga pencapaian tujuan pendidikan dapat dioptimalkan (Yuwono, 2011, p.10).

Menurut Suryobroto (1986, p.12), evaluasi merupakan barometer untuk mengukur

tercapainya proses interaksi, dengan mengadakan evaluasi dapat mengontrol hasil

belajar siswa dan juga dapat mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan

oleh guru, sehingga pencapain tujuan pembelajaran dapat dioptimalkan.

Menurut pendapat diatas pelaksanaan evaluasi pembelajaran dapat

memudahkan pendidik untuk mengontrol perkembangan peserta didik dan dapat

juga untuk mengontrol ketepatan suatu metode yang digunakan supaya

pencapaian tujuan pendidikan dapat dioptimalkan.

2.2.4 Metode Faber

Berasal dari bahasa Yunani, metha (melalui atau melewati), dan hodos

(jalan atau cara). Metode merupakan prosedur atau cara yang ditempuh untuk

mencapai tujuan tertentu (Ramdani, 2016, p.4). Secara umum metode dapat

diartikan sebagai suatu cara atau strategi untuk mencapai tujuan dan kegunaan

tertentu (Hasibuan, 2002, p.19). Suryobroto (1986, p.3), berpendapat bahwa

Page 45: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

25

metode adalah cara yang dalam fungsinya sebagai alat untuk mencapai tujuan.

Semakin tepat metode yang digunakan diharapkan semakin efektif pencapaian

tujuan tersebut. Selanjutnya Ruslan (2003, p.24), berpendapat bahwa metode

merupakan kegiatan ilmiah yang berkaitan dengan suatu cara kerja (sistematis)

untuk memahami suatu subjek atau objek penelitian sebagai upaya untuk

menemukan jawaban yang tepat. Dengan kata lain, metode berarti jalan atau cara

yang harus dilalui untuk mencapai tujuan tertentu (Karo-Karo, 1985, p.7).

Selanjutnya penjelasan mengenai metode faber.

Metode faber merupakan metode pengenalan piano untuk kelas pemula

yang diciptakan oleh seorang composer dan pianis bernama Nancy dan Randall

Faber. Metode faber diciptakan dengan alasan untuk mendukung guru dan siswa

piano pada saat pembelajaran, karena banyak ditemui diberbagai negara masih

banyak hambatan yag terjadi seperti siswa masih bingung dengan alat musik yang

bernama piano. Sehingga Nancy dan Randall Faber memutuskan untuk

menciptakan metode faber sebagai metode pengenalan piano untuk siswa yang

baru belajar piano.

Nancy dan Randal Faber telah mengubah wajah pedagogi piano modern

dengan merevolusi pengajaran piano. Terdapat banyak celah dan jebakan dalam

metode lain, sehingga Nancy dan Randall Faber mulai menulis metode yang

selalu mereka inginkan untuk siswa mereka sendiri. Sebagai pendidik, mereka

memahami motivasi intrinsic sehingga menciptakan perpustakaan dengan semua

genre dan selera musik yang ada didunia.

Semua buku pembelajaran piano klasik yang diciptakan oleh Nancy dan

Page 46: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

26

Randall Faber diberi nama Piano Adentures. Hal ini bertujuan sebagai pendekatan

yang berpusat pada siswa dengan menggunakan analisis, kreativitas, dan ekspresi

untuk mengembangkan pikiran dan hati pada saat bermain piano. Buku-buku

faber dirancang khusus untuk pemula dengan memunculkan banyak gambar,

symbol, dan warna. Proses pembelajaran piano menurut buku-buku faber

dilaksanakan secara menyenangkan dan teori kreatif dikombinasikan dengan

pendekatan teknis yang mendorong praktik dan kemajuan, sehingga siswa

merasakan petualangan yang sangat menyenangkan pada saat belajar piano. Piano

Adventures sangat disegani karena memotivasi siswa seluruh dunia. (Leonard,

2006).

Pembelajaran piano klasik di Purwacaraka Music Studio (PCMS)

Purwokerto menggunakan metode faber dengan menerapkan metode ceramah,

metode tanya jawab dan metode latihan. Adapaun pengertian masing-masing

metode tersebut sebagai berikut:

2.2.3.1 Metode Ceramah

Metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi melalui penerangan

dan penuturan secara lisan oleh seseorang terhadap sekelompok pendengar

(Surakhmad, 1980, p.98). Selanjutnya Sanjaya (2006, p.147), mendefinisikan

metode ceramah adalah cara menyajikan pelajaran melalui penuturan secara lisan

atau penjelasan langsung kepada siswa. Metode ceramah hanya mengandalkan

indera pendengaran sebagai alat belajar yang paling dominan (Juniari, 2016,

p.15).

2.2.3.2 Metode Tanya Jawab

Page 47: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

27

Metode tanya jawab adalah suatu cara penyampaian pelajaran oleh guru

dengan jalan mengajukan pertanyaan dan murid menjawabnya yang bertujuan

untuk meninjau pelajaran yang lalu agar para murid memusatkan lagi

perhatiannya tentang sejumlah kemajuan yang telah dicapai sehingga dapat

melanjutkan pada pelajaran berikutnya (Alipandie, 1984, p.79). Lebih lanjut

Sudirman (1992, p.199), berpendapat bahwa metode Tanya jawab merupakan

suatu cara penyajian pelajaran dalam bentuk petanyaan yang harus dijawab,

terutama dari guru kepada siswa maupun sebaliknya. Penggunaan metode Tanya

awab dapat dinilai sebagai metode yang cukup wajar dan tepat pada saat

melaksanakan ulangan, evaluasi dan memberikan selingan dalam ceramah

(Zuhairini, 1993, p.46).

2.2.3.3 Metode Latihan

Metode latihan atau biasa disebut metode drill adalah suatu cara mengajar

dimana siswa melaksanakan kegiatan-kegiatan latihan agar siswa memiliki

ketangkasan atau keterampilan yang lebih tinggi dari apa yang telah dipelajari

(Roestiyah, 2001, p.23). Selanjutnya Sagala (2003, p.18), berpendapat bahwa

metode drill merupakan suatu cara mengajar yang baik untuk menanamkan

kebiasaan-kebiasaan tertentu yang dijadikan sebagai sarana memperoleh

ketangkasan, ketepatan, kesempatan dan keterampilan.

2.2.4 Piano

Piano adalah alat musik yang bisa dimasukkan dalam kategori alat musik

tertua, sekaligus termahal di dunia dan dimainkan dengan jari-jemari tangan.

Page 48: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

28

Pemain piano disebut pianis. Piano merupakan perangkat alat musik yang berupa

jajaran bilah-bilah papan nada yang membentuk urutan tangga nada, dimainkan

oleh kedua tangan dengan sepuluh jarinya secara bergantian atau bersamaan

dengan menekan tuts yang menghasilkan nada dan melodi serta akord yang

harmonis (Munthoriq, 2015).

2.2.4.1 Sejarah dan Perkembangan Piano

Cikal bakal piano sebenarnya adalah alat musik kecapi. Kesamaan dari

dua instrumen ini adalah sama-sama menggunakan senar. Cara kerja kecapi

dengan dipetik. Kemudian setelah itu muncul alat musik monochord lalu muncul

juga gambus. Gambus umum pada abad ke-14 dan ke-15. Bentuknya seperti kotak

tertutup dan ada senar yang membujur diatasnya. Cara memainkannya sama-sama

dipetik. Selain gambus ada pula dulcimer, bentuknya sangat mirip dengan gambus

akan tetapi cara memainkannya yang berbeda. Dulcimer dimainkan dengan cara

dipukul senarnya, sehingga disinyalir muasal piano adalah dulcimer. Hingga pada

tahun 800M di Roma, mulai ada pengembangan terhadap notasi musik. Kemudian

pada tahun 1400 di Inggris mulai dikenal rumah para nada, atau biasa dilihat

sebagai lima buah garis tempat untuk meletakkan not balok.

Pada saat awal-awal diciptakan, suara piano tidak sekeras piano abad

ke-11, seperti piano yang dibuat oleh Bartolomeo Cristofori (1655-1731) buatan

1720. Pasalnya, tegangan senar piano kala itu tidak sekuat sekarang. Kini piano

itu dipajang di Metropolitan Museum of Art di New York. Meskipun siapa

penemu pertama piano, yang awalnya dijuluki gravecembalo col piano e forte

(harpsichord dengan papan tuts lembut dan bersuara keras), masih menjadi

Page 49: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

29

perdebatan, banyak orang mengakui, Bartolomeo Cristofori sebagai penciptanya.

Piano juga bukan alat musik pertama yang menggunakan papan tuts dan bekerja

dengan dipukul. Alat musik berprinsip kerja mirip piano telah ada sejak 1440.

Menjelang pertengahan abad ke-14 atau sekitar tahun 1350, pandai besi

dari Jerman mulai melakukan terobosan untuk membuat senar (string) untuk alat

musik. Ada yang terbuat dari plat baja. Sampai pada awal abad ke-19 besi, emas,

perak, kuningan, usus, rambut kuda, hingga nylon digunakan sebagai bahan untuk

membuat senar. Awalnya senar dari plat baja muncul pada tahun 1735 di Wales.

Sebuah perusahaan piano bernama “Broadwood” menyatakan bahwa mereka

menggunakan plat baja sebagai senarnya tetapi belum ada yang mengkonfirmasi

kejelasannya.

Christian Ernst Friederici murid dari Silberman melakukan percobaan

dengan membuat piano kecil berbentuk kotak dengan nama fortbien. Selain

fortbien, Fruederici juga membuat piano berbentuk pyramid setelah berakhirnya

perang yang melanda Jerman sekitar tahun 1760. Piano menjadi sangat diminati

oleh masyarakat pada saat itu. Piano sendiri lahir dari keinginan untuk

menggabungkan keindahan nada clavichord dengan kekuatan harpsichord. Hasrat

itu mendorong Marius dari Paris (1716), Schroter dari Saxony (1717), dan

Christofori (1720) dari Padua, Italia, untuk membuat piano. Namun, hasil utuh

dan lengkap Cuma ditunjukkan Bartolomeo Christofori.

Pada akhir periode 1790 - 1860, piano era Mozart mengalami

perubahan instrumen modern semakin terlihat memimpin. Pada revolusinya, piano

banyak mendapat dukungan dari komposer dan pianis terkenal yang mengiringi

Page 50: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

30

perkembangannya. Sehingga piano dalam musik semakin memiliki power yang

tinggi. Teknologi dalam pembuatan piano menggunakan alat-alat berteknologi

tinggi. Dalam beberapa waktu gaya suara piano meningkat dari 5 oktaf menjadi 7

1/3 oktaf (atau bahkan lebih). Perusahaan Broadwood mengirim piano mereka

kepada Hadyn dan Bethoveen. Cakupan kemampuan piano yang mereka kirim

lebih dar 5 oktaf pada tahun 1790an, pada tahun 1810 menyusul menjadi 6 oktaf

sampai pada tahun 1820 akhirnya menjadi 7 oktaf.

Pada pertengahan abad ke-17 piano dibuat dengan beberapa bentuk.

Awalnya, ada yang dibuat mirip desain harpsichord, dengan dawai menjulang.

Piano menjadi lebih rendah setelah John Isaac Hawkins memodifikasi letaknya

menjadi sejajar lantai. Lalu, dengan munculnya tuntutan instrumen musik lebih

ringan, tidak mahal, dan dengan sentuhan lebih ringan, para pembuat piano

Jerman menjawabnya dengan piano persegi. Sampai 1860 piano persegi ini

mendominasi penggunaan piano di rumah.

Rangka untuk senar piano pertama menggunakan rangka kayu dan hanya

dapat menahan tegangan ringan dari senar. Akibatnya, ketika pada abad ke-19

dibangun gedung-gedung konser berukuran besar, suara piano tadi kurang

memadai. Maka, mulailah dibuat piano dengan rangka besi. Sekitar tahun 1800

Joseph Smith dari Inggris membuat suatu piano dengan rangka logam seluruhnya.

Piano hasil inovasinya mampu menahan tegangan senar sangat kuat, sehingga

suara yang dihasilkan pun lebih keras. Sekitar 1820, banyak pembuat

menggunakan potongan logam untuk bagian piano lainnya. Pada 1822, Erard

bersaudara mematenkan double escapement action, yang merupakan temuan

Page 51: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

31

tersohor dari yang pernah ada berkaitan dengan cara kerja piano.

Dalam perkembangannya, sebelum memiliki 88 tuts seperti sekarang,

piano memiliki 5 oktaf dan 62 tuts. Ia juga dilengkapi dengan pedal. Semula pedal

itu digerakkan dengan lutut. Namun, kemudian pedal kaki yang diperkenalkan di

Inggris menjadi populer hingga sekarang. (Rizki, 2009)

2.2.4.2 Macam dan Jenis Piano

Piano hadir dalam berbagai versi yang menawarkan berbagai tingkat

kualitas suara, ukuran dan kepraktisan. Piano memiliki dua kategori dasar: piano

vertikal dan horisontal. Piano Vertikal disebut piano vertikal karena tingginya dan

posisi senarnya.

Tinggi piano ini berkisar antara 36 sampai dengan 60 inci. Ada 4 jenis

piano vertikal antara lain: (1) Spinet yaitu dengan ketinggian sekitar 36 sampai 38

inci, dan lebar perkiraan 58 inci, spinet adalah piano terkecil. (2) Piano Konsol

agak lebih besar dari spinet, tingginya berkisar 40-43 inci dan lebar sekitar 58 inci.

(3) Piano studio ini adalah jenis piano yang biasanya kamu lihat di

sekolah-sekolah musik dan studio musik. Tingginya sekitar 45 sampai 48 inci dan

memiliki lebar sekitar 58 inci. Karena soundboard yang lebih besar dan senar

yang panjang, maka bisa menghasilkan kualitas nada yang baik dan panjang. (4)

Piano Upright adalah piano yang tertinggi di antara piano vertikal, dengan

perkiraan ketinggian mulai dari 50 hingga 60 inci dan lebar 58 inci.

Selanjutnya piano horizontal juga dikenal sebagai Grand Piano. Disebut

piano horizontal karena panjangnya dan penempatan stringnya yang disusun

secara horizontal dan bertumpu pada 3 buah kaki. Grand Piano bisa dikatakan

Page 52: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

32

menghasilkan nada lebih halus dan memiliki kunci yang paling responsif. Ada 6

tipe dasar dari piano horizontal yaitu: (1) Petite Grand adalah yang terkecil dari

piano horizontal. Ukurannya berkisar dalam ukuran dari 4 kaki 5 inci sampai 4

kaki 10 inci. (2) Baby Grand Jenis yang sangat popular yang ukurannya berkisar

antara 4 kaki 11 inci sampai 5 kaki 6 inci. (3) Medium Grand lebih besar dari

Baby Grand ukurannya sekitar 5 kaki dan 7 inci. (4) Parlor Grand ukurannya

berkisar antar 5 kaki 9 inci sampai 6 kaki 1 inci. (5) Semiconcert atau Ballroom

berukuran lebih besar Grand Parlor, adalah sekitar 6 kaki 2 inci sampai 7 kaki. (6)

Concert Grand ukurannya sekitar 9 kaki, yang terbesar dari semua piano grand.

(Munthoriq, 2015).

2.2.4.3 Pembelajaran Piano

Pembelajaran piano disuatu lembaga atau sekolah musik umumnya dibagi

menjadi dua macam yaitu piano klasik dan piano pop. Piano klasik mempelajari

tentang segala macam lagu komponis era dahulu, seperti J.S Bach, W.A Mozart,

L.W Beethoven, dan lain-lain. Pada piano klasik ini not-not yang dipelajari lebih

kompleks daripada piano pop, karena visualisasi yang ada pada partitur atau not

piano klasik lebih rumit dan kompleks, tidak seperti piano pop yang easy listening

dan mudah di dengar. Belajar piano klasik memerlukan ketekunan dan kesabaran,

juga waktu yang relatif lebih lama dibandingkan dengan belajar piano pop

maupun keyboard. Teknik yang dipakai pada permainan piano klasik dijadikan

dasar pada permainan piano pop atau keyboard.

Selanjutnya yaitu piano pop. Dasar dari permainan piano pop tidak jauh

berbeda dengan piano klasik. Namun pada piano pop, partitur atau notnya lebih

Page 53: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

33

sederhana dan tidak serumit piano klasik. Materi lagu yang dimainkan yaitu lagu

modern atau lagu jaman sekarang. Jadi pada piano pop lebih banyak ditekankan

improvisasi lagu. Dilihat dari bentuk sajiannya, piano pop dibagi menjadi dua

yaitu, (1) piano pop sebagai performance style, sajian ini adalah gaya paling

umum dari piano pop yakni memainkan melodi dengan simbol akor dan iringan

tidak ditulis secara detail. Pianis dituntut untuk mengembangkan permainan

tangan kirinya secara mandiri; (2) piano pop sebagai performance genre, sajian ini

adalah lagu pop yang ditata dengan gaya permainan piano klasik. Umumnya lagu

ditulis dalam partitur yang legkap untuk tangan kanan dan kiri secara detail

(Tjahjadi, 2017).

2.3 Psikologi Anak

Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang

baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara

langsung (Abdi, 1990). Selanjutnya Syah (1999, p.34), mengatakan bahwa

psikologi adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari tingkah laku terbuka dan

tertutup pada manusia baik selaku individu maupun kelompok, dalam

hubungannya dengan lingkungan. Psikologi membahas tingkah laku manusia

dalam hubungannya dengan lingkungannya (Dakir, 1993, p.19).

Dalam perkembangannya ilmu psikologi dikelompokkan dalam beberapa

bidang, salah satunya adalah bidang psikologi perkembangan. Lerner (1976,

p.110), merumuskan bahwa psikologi perkembangan sebagai pengetahuan yang

memperlajari persamaan dan perbedaan fungsi-fungsi psikologis sepanjang hidup

Page 54: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

34

salah satunya psikologi perkembangan anak yang mempelajari persamaan dan

perbedaan proses berpikir pada anak umur 1-5 tahun atau mempelajari bagaimana

kepribadian seseorang berubah dan berkembang dari anak-anak, remaja sampai

dewasa.

Psikologi anak adalah sebuah cabang dari ilmu psikologi yang

mempelajari tentang tumbuh kembang dan perilaku siapapun yang berusia di

bawah 18 tahun (Hodgkin & Newell, 1989, p.12). Selanjutnya (Havighurst, 1985,

p.76), menfefinisikan psikologi anak adalah bagian dari ilmu psikologi

perkembangan yang khusus mempelajari tahap perkembangan anak dan

membahas tentang cara memahami anak dan cara memberi perlakuan yang tepat

dengan mempertimbangkan kondisi mereka. Anak merupakan pribadi yang masih

bersih dan peka terhadap rangsa-rangsangan yang berasal dari lingkungan (Locke,

2002, p.12). Perkembangan pada anak mengakibatkan perubahan pada

kematangan tingkat berfikir, interaksi sosial, dan semakin matangnya fungsi

motorik (Seifert & Hoffnung, 1994, p.114).

Selanjutnya (Erikson, 1968), berpendapat tahap-tahap perkembangan

manusia dari lahir sampai mati dipengaruhi oleh interaksi sosial dan budaya

antara masyarakat terhadap perkembangan kepribadian, perkembangan psikologis

disepanjang kehidupan manusia dan bukan antar masa bayi dan remaja. Adapun

Erikson membagi fase-fase perkembangan sebagai berikut:

2.3.1 Fase Bayi (0 – 1 tahun)

Pada tahap ini bayi hanya memasukkan (incorporation), bukan hanya

melalui mulut (menelan) akan tetapi juga bisa dari semua indera. Tahap sensori

Page 55: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

35

oral ditandai oleh dua jenis inkorporasi: mendapat (receiving) dan menerima

(accepting). Tahun pertama kehidupannya, bayi memakai sebagian besar

waktunya untuk makan, eliminasi (buang kotoran), dan tidur. Ketika ia menyadari

ibu akan memberi makan/minum secara teratur, mereka belajar dan memperoleh

kualitas ego atau identitas ego yang pertama, perasaan kepercayaan dasar (basic

trust). Bayi harus mengalami rasa lapar, haus, nyeri, dan ketidaknyamanan lain,

dan kemudian mengalami perbaikan atau hilangnya kondisi yang tidak

menyenangkan itu.

2.3.2 Fase Anak-Anak (1 – 3 tahun)

Pada tahap ini anak dihadapkan dengan budaya yang menghambat

ekspresi diri serta hak dan kewajiban. Anak belajar untuk melakukan

pembatasan-pembatasan dan kontrol diri dan menerima kontrol dari orang lain.

Hasil mengatasi krisis otonomi versus malu-ragu adalah kekuatan dasar kemauan.

Ini adalah permulaan dari kebebasan kemauan dan kekuatan kemauan

(benar-benar hanya permulaan), yang menjadi wujud virtue kemauan di dalam

egonya. Pada tahap ini pola komunikasi mengembangkan penilaian benar atau

salah dari tingkah laku diri dan orang lain, disebut bijaksana (judicious), dengan

sikap seperti itu anak pun akan merasa dihargai dengan sendirinya dan secara

otomatis akan tumbuh kepercayaan dirinya ketika berinteraksi dengan yang

lainnya.

2.3.3 Usia Bermain (3 – 6 tahun)

Pada tahap ini Erikson mementingkan perkembangan pada fase bermain,

yakni identifikasi dengan orang tua (odipus kompleks), mengembangkan gerakan

Page 56: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

36

tubuh, ketrampilan bahasa, rasa ingin tahu, imajinasi, dan kemampuan

menentukan tujuan. Erikson mengakui gejala odipus muncul sebagai dampak dari

fase psikososeksual genital-locomotor, namun diberi makna yang berbeda.

Menurutnya, situasi odipus adalah prototip dari kekuatan yang abadi dari

kehidupan manusia. Aktivitas genital pada usia bermain diikuti dengan

peningkatan fasilitas untuk bergerak. Inisiatif yang dipakai anak untuk memilih

dan mengejar berbagai tujuan, seperti kawain dengan ibu/ayah, atau meninggalkan

rumah, juga untuk menekan atau menunda suatu tujuan. Konflik antara inisiatif

dengan berdosa menghasilkan kekuatan dasar (virtue) tujuan (purpose). Tahap ini

dipenuhi dengan fantasi anak, menjadi ayah, ibu, menjadi karakter baik untuk

mengalahkan penjahat.

2.3.4 Usia Sekolah (6 – 12 tahun)

Pada usia ini dunia sosial anak meluas keluar dari dunia keluarga, anak

bergaul dengan teman sebaya, guru, dan orang dewasa lainnya. Pada usia ini

keingintahuan menjadi sangat kuat dan hal itu berkaitan dengan perjuangan dasar

menjadi berkemampuan (competence). Memendam insting seksual sangat penting

karena akan membuat anak dapat memakai energinya untuk mempelajari

teknologi dan budayanya serta interaksi sosialnya. Krisis psikososial pada tahap

ini adalah antara ketekunan dengan perasaan inferior (industry – inveriority). Dari

konflik antar ketekunan dengan inferiorita, anak mengembangkan kekuatan dasar

kemampuan (competency). Di sekolah, anak banyak belajar tentang sistem, aturan,

metoda yang membuat suatu pekerjaan dapat dilakukan dengan efektif dan

efisien.

Page 57: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

37

2.3.5 Adolesen (12 – 20 tahun)

Tahap ini merupakan tahap yang paling penting diantara tahap

perkembangan lainnya, karena orang harus mencapai tingkat identitas ego yang

cukup baik. Bagi Erikson, pubertas (puberty) penting bukan karena kemasakan

seksual, tetapi karena pubertas memacu harapan peran dewasa pada masa yang

akan datang. Pencarian identitas ego mencapai puncaknya pada fase ini, ketika

remaja berjuang untuk menemukan siapa dirinya. Kekuatan dasar yang muncul

dari krisis identitas pada tahap adolesen adalah kesetiaan (fidelity), yaitu setia

dalam beberapa pandangan idiologi atau visi masa depan.

2.3.6 Dewasa Awal (20 – 30 tahun)

Pengalaman adolesen dalam mencari identitas dibutuhkan oleh

dewasa-awal. Perkembangan psikoseksual tahap ini disebut perkelaminan

(genitality). Keakraban (intimacy) adalah kemampuan untuk menyatukan identitas

diri dengan identitas orang lain tanpa ketakutan kehilangan identitas diri itu.

Ritualisasi pada tahap ini adalah Afiliasi, refleksi dari kenyataan adanya cinta,

mempertahankan persahabatan, ikatan kerja.

2.3.7 Dewasa (30 – 65 tahun)

Tahap dewasa adalah waktu menempatkan diri di masyarakat dan ikut

bertanggung jawab terhadap apapun yang dihasilkan dari masyarakat. Kualitas

sintonik tahap dewasa adalah generativita, yaitu penurunan kehidupan baru, serta

produk dan ide baru. Kepedulian (care) adalah perluasan komitmen untuk

merawat orang lain, merawat produk dan ide yang membutuhkan perhatian.

Kepedulian membutuhkan semua kekuatan dasar ego sebelumnya sebagai

Page 58: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

38

kekuatan dasar orang dewasa. Generasional adalah interaksi antara orang dewasa

dengan generasi penerusnya bisa berupa pemberian hadiah atau sanjungan,

sedangkan otoritisme mengandung pemaksaan.

2.3.8 Usia Tua (> 65 tahun)

Tahap terakhir dari psikoseksual adalah generalisasi sensualitas

(Generalized Sensuality): kenikmatan dari berbagai sensasi fisik, penglihatan,

pendengaran, kecapan, bau, dan juga stimulasi genital. Banyak terjadi pada krisis

psikososial terakhir ini, kualitas distonik “putus asa” yang menang. Orang dengan

kebijaksanaan matang, tetap untuk integritasnya ketika kemampuan fisik dan

mentalnya menurun. Pada tahap usia tua, ritualisasinya adalah integral; ungkapan

kebijaksanaan dan pemahaman makna kehidupan. Interaksi yang tidak

mementingkan keinginan dan kebutuhan duniawi.

2.4 Kerangka Berpikir

Menurut Uma Sekaran (dalam Sugiyono, 2011, p.60), kerangka berpikir

merupakan model konseptual tentang bagaimana teori terhubung dengan berbagai

faktor yang telah diidentifikasi sebagai hal yang penting, jadi dengan demikian

maka kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi

pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar

dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran atau suatu bentuk proses keseluruhan

dari penelitian yang akan dilakukan.

Page 59: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

39

Bagan 2.1 Kerangka Berpikir

Penjelasan kerangka berpikir diatas adalah sebagai berikut:

Dari kerangka konsep diatas, penulis akan mengemukakan deskripsi dari

pembelajaran alat musik piano klasik di PCMS Purwokerto dengan menjelaskan

urutan dari pembelajaran alat musik piano klasik dengan faber dengan

menerapkan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode latihan sebagai

metode pembelajaran yang digunakan sampai pada hasil belajar. Penggunakan

metode faber sebagai metode yang diterapkan dalam pembelajaran piano klasik,

ini akan melalui tiga tahap sebelum mencapai hasil belajar, yaitu: (1) perencanaan,

(2) pelaksanaan, (3) evaluasi.

PEMBELAJARAN PIANOKLASIK

METODE FABER

PERENCANAAN PELAKSANAAN EVALUASI

METODE CERAMAH

HASIL

METODE TANYAJAWAB

METODE LATIHAN(DIRLL)

RELEVAN DALAMMENINGKATKAN MINAT

ANAK ATAU TIDAK

Page 60: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

40

Perencanaan dapat didefinisikan sebagai keseluruhan proses pemikiran

dan penentuan secara matang dari hal-hal yang akan dikerjakan di masa yang akan

datang dalam rangka pencapaian tujuan yang telah ditentukan (Siagian, 1994,

p.108). Selanjutnya Suandy (2001, p.2), mengemukanan bahwa perencanaan

merupakan suatu proses penentuan tujuan organisasi dan kemudian menyajikan

dengan jelas strategi-strategi, taktik-taktik, dan operasi yang diperlukan untuk

mencapai tujuan organisasi secara menyeluruh. Dalam organisasi di PCMS

Purwokerto merencanakan suatu pembelajaran instrumen salah satunya yaitu

piano klasik dengan kurikulum yang telah disusun. Setelah perencanaan, tahap

yang harus dilalui selanjutnya adalah pelaksanaan. Lebih lanjut Terry (1986, p.15),

mengemukakan bahwa actuating (pelaksanaan) merupakan usaha menggerakkan

anggota kelompok sedemikian rupa sehingga mereka berkeinginan dan berusaha

untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota perusahaan tersebut oleh

karena para anggota itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut. Pelaksanaan

(implementasi) bermuara pada aktivitas, aksi, tindakan atau adanya mekanisme

suatu sistem. Pelaksanaan bukan sekedar aktivitas, tetapi suatu kegiatan yang

terencana dan untuk mencapai tujuan kegiatan (Usman, 2002, p.70). Dalam

kerangka konsep diatas diartikan sebagai semua aktifitas dan usaha yang

dilaksanakan berdasar perencanaan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan

pembelajaran piano akan menggunakan metode yang telah ditentukan sesuai

kurikulum yaitu metode faber dan pada penerapannya dengan menggunakan

metode ceramah, metode tanya jawab, dan metode lathan. Kemudian diteliti lagi

apakah penerapan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode latihan pada

Page 61: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

41

metode faber tersebut relevan dalam meningkatkan minat anak pada saat

pembelajaran berlangsung.

Setelah tahap pelaksanaan dalam kerangka konsep ini, selanjutnya adalah

tahap evaluasi yang merupakan proses menentukan nilai untuk suatu hal objek

yang berdasarkan pada acuan-acuan tertentu untuk menentukan tujuan tertentu.

Penilaian ini bersifat netral, positif atau negatif dan bisa juga merupakan

gabungan dari keduanya. Proses evaluasi biasanya akan diikutkan dengan

pengambilan keputusan atas objek yang dievaluasi. Evaluasi merupakan kegiatan

yang membandingkan antara hasil implementasi dengan kriteria dan standar yang

telah ditetapkan untuk melihat keberhasilannya.

Dalam pelaksanaannya, evaluasi yang digambarkan pada kerangka

konsep ini, dilakukan sebagai suatu proses menjelaskan, memperoleh dan

menyediakan data untuk penilaian alternatif keputusan atau kebijakan yang pada

akhirnya akan diambil, dan yang terakhir adalah hasil belajar. Setiap proses

belajar yang dilaksanakan oleh peserta didik akan menghasilkan hasil belajar.

Hasil belajar yang baik hanya dicapai melalui proses belajar yang baik pula. Jika

proses belajar tidak optimal sangat sulit diharapkan terjadinya hasil belajar yang

baik.

Ada pun beberapa pengertian hasil belajar menurut para ahli:

Menurut Suprijono (2013, p.7), hasil belajar adalah perubahan perilaku

secara keseluruhan, bukan hanya satu aspek potensi kemanusiaan saja. Hasil

belajar merupakan pencapaian bentuk perubahan perilaku yang cenderung

menetap dari ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik dari proses belajar yang

Page 62: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

42

dilakukan dalam waktu tertentu (Jihad & Haris, 2012, p.14). Lebih lanjut Hamalik

(2004, p.3), mendefinisikan hasil belajar sebagai tingkat penguasaan yang dicapai

oleh pelajar dalam mengikuti proses belajar mengajar sesuai dengan tujuan

pendidikan yang ditetapkan. Sedangkan menurut Nawawi (dalam Susanto, 2013,

p.5), menyatakan bahwa hasil belajar dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan

siswa dalam mempelajari materi pelajaran di sekolah yang dinyatakan dalam skor

yang diperoleh dari hasil tes mengenal sejumlah pelajaran tertentu.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar

merupakan hasil yang diperoleh siswa setelah terjadinya proses pembelajaran

piano klasik yang ditunjukkan dengan kelancaran atau skill siswa dalam bermain

alat musik piano yang diberikan oleh pengajar setelah selesai memberikan materi

pelajaran pada satu pokok bahasan atau materi ajar

Page 63: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

104

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang pengguaan metode

faber dalam pembelajaran piano klasik di PCMS Purwokerto, maka dapat

disimpulkan bahwa:

Metode faber merupakan metode yang disusun sesuai kurikulum di

PCMS Purwokerto.Dalam penerapannya, guru menggunakan metode ceramah,

metode tanya jawab, dan metode latihan (drill). Penggunaan metode faber dalam

pembelajaran piano klasik hanya diterapkan pada tingkat Pemula (Grade

Preparatory) yang terbagi dalam Grade Preparatory A dan Grade Preparatory B.

Materi pada tingkat Pemula (Grade Preparatory) terbagi menjadi dua yaitu materi

teori praktik dan materi praktik. Buku pembelajaran yang digunakan untuk

pembelajaran piano klasik yaitu dengan menggunakan buku-buku faber yang

sudah modern dan dirancang khusus bagi pemula dengan terdapat banyak gambar,

sehingga peserta didik tertarik untuk mempelajari materi dalam buku-buku faber.

Proses pembelajaran piano klasik, guru dibekali pedoman yaitu (1) materi

pembelajaran, (2) metode pembelajaran, (3) tahapan pembelajaran, dan (4)

evaluasi pembelajaran. Pedoman tersebut merupakan komponen pembelajaran

piano klasik di PCMS Purwokerto.

Sebelum memulai pembelajaran, guru mengulas materi pembelajaran

dengan cara berdongeng agar peserta didik fokus untuk mengkuti pembelajaran

piano klasik. Kemudian setelah peserta didik fokus, guru mengajak siswa untuk

Page 64: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

105

mewarnai gambar-gambar yang ada didalam buku pembelajaran sesuai dengan

kemauan peserta didik. Setelah mewarnai, guru mulai menerangkan materi dan

mengajak peserta didik untuk mempraktikkan materi pembelajaran yang telah

dibahas.

Pengggunaan metode faber dalam meningkatkan minat anak pada

pembelajaran piano klasik di PCMS Purwokerto cukup relevan karena metode

faber merupakan metode yang dirancang khusus bagi anak-anak. Dalam buku

pembelajarannya banyak dimunculkan gambar, warna, dan simbol-simbol yang

menarik perhatian anak. Proses pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru piano

klasik sesuai dengan pedoman yang tertera pada buku-buku faber. Tetapi dalam

penggunaan metode ceramah, metode tanya jawab dan metode latihan (drill),

kerelevansian dalam meningkatkan minat anak hanya terjadi pada saat guru

menerangkan dengan menggunakan metode ceramah. Untuk metode tanya jawab

dan metode latihan (drill) kurang relevan dalam meningkatkan minat anak untuk

mengikuti pembelajaran piano klasik.

Evaluasi dari pembelajaran piano klasik di PCMS Purwokerto dengan

menggunakan metode faber ini dilakukan setiap tahun untuk ujian kenaikan

tingkat (grade) dan evaluasi tuga bulanan yang bertujuan untuk mengukur

kemampuan peserta didik dalam hal pemahaman musikal yang kuat dan teknik

bermain yang benar serta menguji kesiapan siswa dalam menghadapi grade

selanjutnya. Kemampuan siswa yang akan diuji meliputi: (1) posisi duduk, (2)

bentuk tangan dan jari, (3) teknik dasar (artikulasi: legato, staccato dan dua

tangan), (4) hitungan, (5) sight reading, dan (6) aural test meliputi tepuk tangan

Page 65: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

106

dan baca not. Dari aspek-aspek yang diujikan, hampir seluruh peserta didik

mampu melaluinya dengan sangat baik dan lancar. Siswa yang mengikuti ujian

kenaikan grade lulus sekitar 90%. Berkaitan dengan hasil pembelajarannya,

peserta didik terbukti senang dan mampu memainkan lagu menggunakan alat

musik piano dengan teknik bermain yang benar, peserta didik juga mampu untuk

membaca notasi lagu dan tanda baca dengan baik. Dengan demikian, penerapan

metode faber dalam pembelajaran piano klasik terbukti efektif untuk

pembelajaran pada tingkat dasar, karena dapat dijadikan dasar atau pondasi yang

kuat dalam permainan piano klasik dengan teknik yang baik dan benar serta

efektif untuk menumbuhkan kepekaan musikal dan skill peserta didik.

5.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan tentang Pembelajaran Piano

Klasik Dengan Metode Faber dan Relevansinya Dalam Meningkatkan Minat

Anak di PCMS Purwokerto, guru piano klasik hanya menerapkan metode

ceramah, metode tanya jawab dan metode latihan. Metode yang relevan dalam

meningkatkan minat anak yaitu hanya metode ceramah. Metode tanya jawab dan

metode latihan (drill) kurang sesuai untuk pembelajaran piano klasik pada Grade

Preparatory A karena siswa Grade Preparatory A lebih senang pembelajaran

dengan berdongeng dan bermain. Oleh sebab itu perlu dikembangkan lagi

kreatifitas guru dalam penerapan metode pembelajaran pada siswa piano klasik

tingkat Pemula A.

Page 66: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

107

DAFTAR PUSTAKA

Abdi, C. P. (1990). Ensiklopedi nasional Indonesia Jilid 13: Per-Py. InEnsiklopedia Nasional (Jilid 13). Telkom Library.

Ahmad. (1998). Pengembangan Kurikulum. Bandung: CV Pustaka Setia.

Alipandie, I. (1984). Didaktik Metodik Pendidikan. Surabaya: Usaha Nasional.

Aly, H. N. (1999). Ilmu Pendidikan Islam (Cetakan 1). Jakarta: Jakarta Logos.

Amalia, L. (2017). Pembelajaran Piano Untuk Anak Autisme Di Sekolah MusikMorizta. Ilmiah Mahasiswa Sendratasik, 11(3), 30–38.

Ardina, M. D. (2012). Implementasi Pembelajaran Musik Untuk MengembangkanMental Dan Psikomotorik Anak Penderita Down Syndrom. Harmonia, 12(2),125–131.

Arikunto, S. (1998). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta:Bumi Aksara.

Arneti. (2013). Pembelajaran Notasi Balok Melalui Metode Drill Di SMP Negeri1 Sungai Sariak Kabupaten Padangpariaman. Sendratasik, 1(3), 54–61.

Aruja, A. (2016). Metode Pembelajaran Piano Klasik Pada Anak Usia 7-10 TahunDi Sekolah Musik Purwacaraka Yogyakarta. Resital, 4(2), 16.

Astuti, E. (2015). Perancangan Aplikasi Pembelajaran Notasi Musik Piano UntukMelatih Meningkatka Kecerdasan Manusia Menggunakan Visual Basic 6.0.Prosiding, 1(1), 435–441.

Atmaka, D. (2004). Tips Menjadi Guru Kreatif. Bandung: Yrama Widya.

Banoe, P. (2003). Kamus Musik. Yogyakarta: PT. Kanisius.

Beauchamp, G. A. (1975). Curriculum Theory. Wilmette Illionis: The Kagg Press.

Bernadetta S, A. N. (2018). Implementasi Metode Suzuki Dalam PembelajaranBiola Tingkat Dasar Di Era Musika Medan. Grenek Music, 7(2), 1–10.

Chotimah, H. (2008). Tips Menjadi Guru Inspiratif. Retrieved fromhttp://zonainfosemua.blogspot.com./2015/02/pengertian-model-pembelajaran-student-centered.html.

Page 67: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

108

Clark, B. (2013). Relevance Theory. Cambridge: Cambridge University Press.

Dakir. (1993). Dasar-Dasar Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Dewi, M. P. (2009). Studi Metaanalisis : Musik Untuk Menurunkan Stres.Psikologi, 36(2), 106–115.

Erikson, E. H. (1968). Identity, youth, and Crisis. New York: InternationalUniversity Press.

Gerlach, & Ely, D. P. (1980). Teaching And Media: A Systematic Approach.Pearson Education, 12(4), 34–47.

Gunara, S. (2008). "Konsep Pembelajaran Musik di Sekolah Umum” dalamPendidikan Seni dan Perubahan Sosial Budaya. Bandung: Bintang WarliArtika.

Gunara, S. (2016). Pemanfaatan Bahan Sight Reading dalam Pembelajaran Piano.Ritme, 2(1), 78–85.

Hamalik, O. (2003). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hamalik, O. (2004). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Hasibuan, S. (2002). Manajemen Sumber Daya Manusia. Jakarta: PT. BumiAksara.

Havighurst, R. J. (1985). Human Development & Education. Wisconsin: NewYork Longmans.

Hidayat, S., & Sedarmayanti. (2002). Metodologi Penelitian. Bandung: MandarMaju.

Hodgkin, R., & Newell, P. (1989). Convention on The Right Of the Child. InImplementation Handbook. UNICEF.

Hutabarat, D. (1986). Cara Belajar. Jakarta: Gunung Mulia.

Isjoni. (2010). Pembelajaran Kooperatif. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Iwaguchi, S. (2012). Frim Student Evaluations To Teacher Performance: A StudyOf Piano Class Instruction. Routledge, 14(2), 171–185.

Jamalus. (1988). Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta: DirjenDikti Depdikbud.

Page 68: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

109

Jihad, A., & Haris, A. (2012). Evaluasi Pembelajaran. Yogyakarta: MultiPressindo.

Joseph, W. (2003). Pendidikan Kesenian di Sekolah Sub Materi Musik. Harmonia,4(1), 1–9.

Julien, L. (2014). Enacting Teaching and Learning in The Interaction Process:“Key” For Developing Skills in Piano Lessons Trough Four-HandImprovisations. Educational Magazine, 5(1), 24–47.

Juniari. (2016). Efektivitas Metode Ceramah Dengan Multi Media Dan MetodeCeramah Tanpa Multimedia Terhadap Pembelajaran Ilmu PengetahuanSosial (IPS) Pada Hasil Belajar Siswa Kelas V Madrasah Ibtidaiyah (MI) SeKecamatan Ringinrejo Kab.Kediri. IAIN Tulungagung.

Karo-Karo, U. B. (1985). Metodologi Pengajaran. Salatiga: CV Saudara.

Kerr, J. F. (1968). Changing The Curriculum. London: University of LondonPress.

Kesumawati, N. (2013). Pemahaman Konsep Matematika Dalam PembelajaranMatematika. Pendidikan Matematika, 5(1), 1–7.

Kusumawati, H. (2013). Pendidikan Karakter Melalui Lagu Anak-Anak. Imaji,11(2), 1–7.

Leonard. (2006). Faber Piano Adventures. Retrieved fromhttps://pianoadventures.com/

Lerner, R. M. (1976). Concept and Theories of Human Development. Philippines:Addison-Wesley Publishing Company.

Locke, J. (2002). An Essay Concerning the True Original, Extent and End of CivilGovernment. Dunn: Grafiti.

Margono, S. (2007). Metodologi Penelitian Pendidikan Komponen MKDK.Jakarta: Rineka Cipta.

Miller, H. (2001). Apresiasi Musik (Terjemahan oleh Bramantyo). Yogyakarta:Yayasan Lentera Budaya.

Moleong, L. J. (1986). Metodelogi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Moleong, L. J. (2002). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Page 69: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

110

Moleong, L. J. (2006). Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kulalitatif. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Mulyasa, E. (2003). Kurikulum Berbasis Kompetens: Konsep, Karakteristik danImplementasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2006). Kurikulum Yang Di Sempurnakan. Bandung: PT. RemajaRosdakarya.

Munthoriq, I. (2015). Mengenal Alat Musik Piano. Retrieved fromhttps://klinikmusik.wordpress.com/2015/02/04/mengenal-alat-musik-pianogrand-piano/

Nasir, M. (1985). Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Jakarta.

Pandapotan, D. (2018). Metode Pembelajaran Piano Untuk Anak Usia 3-5 TahunDi Yamaha Music School. Pendidikan Sendratasik, 6(1), 1–18.

Praditidina, N. N., & Widjajantie, K. (2017). Penerapan Metode MendongengDalam Pembelajaran Electone Dasar Bagi Anak Usia Dini Di Yamaha MusicSchool Kudus. Jurnal Seni Musik, 6(1), 1–10.

Prasetyo, E. (2015). Pedoman Melaksanakan Penelitian Bidang Pendidikan.Yogyakarta: Edunomi.

Pratama, S. A. (2017). Proses Pembelajaran Piano Pop Grade I Di Rhythm StarMusic School Jogja. Resital, 5(1), 1–14.

Ramdani, T. (2016). Pengertian Metode dan Metodologi Penelitian. Retrievedfromwww.slideshare.net/mobile/tri-ramdani/pengertian-metode-dan-metodologi-penelitian

Rivera, J. M. (2018). The Formation of Values Through Music in Children ofPreschool Education Who Are in Temporary Refugee Status. Master Society,1(2), 55–66.

Rizki, A. (2009). Sejarah dan Perkembangan Piano. Retrieved fromwww.academia.edu/19232146/Sejarah_dan_perkembangan_piano_ami

Roestiyah. (2001). Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Rosmiati, A. (2014). Teknik Stimulasi dalam Pendidikan Karakter Anak Usia

Page 70: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

111

Dini melalui Lirik Lagu Dolanan. Resital, 15(1), 71–82.

Rusdewanti, P. P. (2014). Upaya Peningkatan Hasil Belajar Piano 2 MelaluiMetode Sight Reading Di Jurusan Pendidikan Seni Musik FBS UNY.Pendidikan Seni Musik, 13(2), 1–17.

Ruslan, R. (2003). Metode Penelitian PR dan Komunikasi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.

Rustaman. (2001). Pengertian Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sagala, S. (2003). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.

Sanjaya, W. (2006). Strategi Pembelajaran. Jakarta: Kencana.

Sanyaja, W. (2008). Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:Kencana.

Sarwono. (2007). Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Matematis Siswa SMPMelalui Pembelajaran dalam Kelompok Kecil dengan Strategi MasteryLearning. Bandung: Sps UPI.

Sayekti, D., & Handayaningrum, W. (2017). Pembelajaran Piano Beginner Grade1-2 Program Private Class Di Sekolah Musik Indonesia Cabang RungkutSurabaya. Sendratasik, 6(1), 1–16.

Seifert, K. L., & Hoffnung, R. J. (1994). Child and Adolescent Development.Boston: Houghton Miflin Company.

Setiawan, P. I. (2014). Metode Pembelajaran Drum Pada Junior Groove ClassLevel Reading Di Gilang Ramadhan Studio Band Semarang. Jurnal SeniMusik, 3(1), 1–14.

Siagian, S. P. (1994). Organisasi, Kepemimpinan, Perilaku Administrasi. Jakarta:CV. Haji Mas Agung.

Siahaan, S. D. (2015). Model Pembelajaran Piano Grade I Di Adis MusikYogyakarta. ISI Yogyakarta.

Sinaga, S. S. (2010). Pemanfaatan Dan Pengembagan Lagu Anak-Anak DalamPembelajaran Tematik Pada Pendidikan Anak Usia Dini/TK. Harmonia,10(1), 1–15.

Soeharto, M. (1992). Kamus Musik. Jakarta: Gramedia Widia Sarana Indonesia.

Suandy, E. (2001). Perencanaan Pajak. Jakarta: Salemba Empat.

Page 71: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

112

Sudargo, F. Y., Natadjaja, L., & Erandaru. (2015). Perancangan Media BantuPembelajaran Interaktif untuk Miracle Music Learning Center di Surabaya.Desain Komunikasi Visual Adiwarna, 1(3), 1–14.

Sudibyo, P. (2008). Teknik Praktis Bermain Organ dan Kibor Tunggal. Depok:Puspa Swara.

Sudirman, N. (1992). Ilmu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Sudjana, N. (2005). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar BaruAlgensindo.

Sugandi, A., & Dkk. (2004). Teori Pembelajaran. Bandung: UPT MKK UNNES.

Sugihartono. (2007). Psikologi Pendidikan. Yogyakarta: UNY Press.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D. Bandung:Alfabeta.

Sugiyono. (2011). Metode Penelitian Untuk Bisnis. Jakarta: Salemba Empat.

Suharto. (2012). Problem in Implementation of Arts Education in Non- ArtsVocational Schools. Harmonia: Jornal of Arts Research and Education,12(1), 87–94. https://doi.org/10.15294/harmonia.v12i1.2221

Sumaryanto, F. T. (2005). Efektifitas Penggunaan Metode Solfegio UntukPembelajaran Keterampilan Bermain Musik Di Sekolah Dasar. Harmonia,6(2), 1–10.

Sumaryanto, F. T. (2007). Pendekatan Kuantitatif dan Kualitatif Dalam PenelitianPendekatan Seni. Harmonia, 3(6), 18–30.

Supradewi, R. (2010). Otak, Musik, Dan Proses Belajar. Jurnal Buletin Psikologi,18(2), 58–68.

Suprijono, A. (2013). Cooperative Learning (Teori dan Aplikasi Paikem). Jakarta:Pustaka Pelajar.

Supriyanto, I. (2008). Metode Pembelajaran Ansambel Drum Anal-Anak DR.Ensembel Surakarta. Pendidikan Seni Musik, 11(3), 1–12.

Surakhmad, W. (1980). Pengantar Interaksi Dasa-Dasar Belajar Mengajar danTeknik Metodologi Pengajaran. Bandung: Tarsito.

Page 72: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

113

Surono, C. K. (2001). Konsep Pendidikan Seni Tingkat SD-SLTP-SMU Jakarta:Jakarta.

Suryobroto. (1986). Metode Pengajaran di Sekolah dan Pendekatan Baru dalamProses Belajar-Mengajar. Yogyakarta: Amarta.

Susanto, A. (2013). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar DalamProses Belajar-Mengajar. Jakarta: Kencana.

Sutikno, M. S. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Bandng: Prospect.

Syah, M. (1999). Psikologi Belajar. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.

Terry, G. R. (1986). Asas-Asas Manajemen. Bandung: Alumni.

Tjahjadi, D. (2017). Piano Klasik, Piano Pop atau Keyboard? Retrieved fromwww.nuansamusik.com/posts/piano-klasik-piano-pop

Usman, N. (2002). Konteks Implementasi Berbasis Kurikulum. Bandung: CV.Sinar Baru.

Utomo, U. (2013). Pengembangan Instrumen Penilaian Unjuk Kerja (PerformanceAssessement) Kompetensi Ekspresi Dan Kreasi Musik Di SekolahMengengah Pertama (SMP). Harmonia, 13(1), 1–9.

Venier, M., Yamashita, K., & Tsukahara, Y. (2014). The Teaching of MusicHistory in Japanese Music Education. Musica Docta, 4(1), 111–119.

Wicaksono, H. Y. (2009). Kreativitas Dalam Pembelajaran Musik. CakrawalaPendidikan, 3(1), 1–12.

Widhianawati, N. (2011). Pengaruh Pembelajaran Gerak Dan Lagu DalamMeningkatkan Kecerdasan Musikal Dan Kecerdasan Kinestik Anak UsiaDini (Studi Eksperimen Kuasi Pada Anak Kelompok Bermain Mandiri SKBSumedang). Penelitian Pendidikan, 11(2), 220–228.

Widyawati, H. (2016). Peningkatan Keterampilan Bermain Pianika MelaluiMetode Tutor Sebaya. Ilmiah Kependidikan, 3(3), 227–234.

Winata, D. A. (2015). Pembelajaran Piano Klasik untuk Siswa Tingkat Dasar diMaestro Music School Semarang. Universitas Negeri Semarang.

Wulandari, T. A. (2014). Pembelajaran Piano Dasar Pada Anak Autis MelaluiMetode Memory Singing, Hearing, Reading, Dan Fingerdrill Di SekolahHarapan Bunda. Pendidikan Sendratasik, 2(1), 65–76.

Page 73: PEMBELAJARANPIANOKLASIKDENGANMETODE FABER ...lib.unnes.ac.id/35281/1/2501415121_Optimized.pdf · viii ABSTRAK Utami,NurAiniPutri.2019.PembelajaranPianoKlasikDenganMetodeFaber Dan

114

Yosep, W. (2004). Pembelajaran Musik Kreatif Pada Anak Usia Dini. Harmonia,5(1), 1–10.

Yuwono, Y. E. (2011). Metode Pembelajaran Musik Ensembel Yang DiterapkanDalam Komunitas Pemusik Akustik B-01 Di Gereja Benteng Yogyakarta.Pendidikan Seni Musik, 3(2), 1–14.

Zaini, A. (2015). Bermain Sebagai Metode Pembelajaran Bagi Anak Usia Dini.Inovasi Pendidikan Guru Raudhatul Athfal, 3(1), 118–134.

Zuhairini. (1993). Metodologi Pendidikan Agama. Solo: Ramadhani.