PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM...
Transcript of PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM...
PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM MENINGKATKAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS
SISWA KELAS VII E DI SMPN 1 KOTA MALANG
SKRIPSI
Oleh:
ULFA KHOLIFA HANU
NIM 11110182
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
i
PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM MENINGKATKAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS
SISWA KELAS VII E DI SMPN 1 KOTA MALANG
SKRIPSI
Diajukan oleh:
Ulfa Kholifa Hanu
NIM 11110182
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
ii
PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM MENINGKATKAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS
SISWA KELAS VII E DI SMPN 1 KOTA MALANG
SKRIPSI
Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah Dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Strata Satu
Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Diajukan oleh:
Ulfa Kholifa Hanu
NIM 11110182
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MAULANA MALIK IBRAHIM
MALANG
2015
iii
HALAMAN PERSETUJUAN
PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM MENINGKATKAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS SISWA
KELAS VII E DI SMPN 1 KOTA MALANG
SKRIPSI
Oleh:
Ulfa Kholifa Hanu
NIM 11110182
Telah Disetujui Oleh:
Dosen Pembimbing
Dr. H. Mulyono, M.A
NIP. 196606262005011003
Tanggal, 15 April 2015
Mengetahui,
Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Dr. Marno, M.Ag
NIP. 1972082220021211001
iv
HALAMAN PENGESAHAN
PEMBELAJARAN PAI BERBASIS PENDEKATAN SAINTIFIK
DALAM MENINGKATKAN HARD SKILLS DAN SOFT SKILLS SISWA
KELAS VII E DI SMPN 1 KOTA MALANG
SKRIPSI
Dipersiapkan dan disusun oleh
Ulfa Kholifa Hanu (11110182)
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 8 Mei 2015
dan telah dinyatakan diterima sebagai salah satu persyaratan untuk memperoleh
gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Panitia Ujian Tanda Tangan
Ketua Sidang
: Mujtahid, M.Ag
NIP. 197501052005011003
___________________
Sekretaris
: Dr. H. Mulyono, M.A
NIP. 196606262005011003
____________________
Penguji Utama
: Dr. H. Moh. Padil, M.Pd.I
NIP. 196512051994031003
____________________
Pembimbing
: Dr. H. Mulyono, M.A
NIP. 196606262005011003
____________________
Mengesahkan,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
Dr. H. Nur Ali, M.Pd.
NIP. 196504031998031002
v
MOTTO
او ه ط خ يسهف ههطهخ سهو ن ي د ال لى اا ض ير ف للاهاض ر
“Keridhaan Allah itu ada pada keridhaan kedua orang tua dan Kemurkaan-Nya
ada pada kemurkaan keduanya.” (HR. Thabrani)
اس لن ل ن ههعهف ن ا اس الن رهي خ
“Sebaik-baik manusia adalah mereka yang paling bermanfaat bagi manusia yang
lain.” (HR. Thabrani)
vi
PERSEMBAHAN
Dari lubuk hati yang terdalam
Ku ucap beribu syukur atas nikmat-Mu ya Rabbii…
Yang telah memberi ku kekuatan dalam setiap langkah
Shalawat serta salam kepada junjungan Rasulullah SAW yang telah memberiku
kebanggaan dengan menjadi salah satu dari umat yang terpilih..
Ku persembahkan karya ini untuk Ibu ku Yatemi dan Bapak ku Radin tercinta
Yang setiap saat selalu bersujud kepada Allah dan membanting tulang tanpa
mengenal lelah
Serta senantiasa mendukung dan memberi ku kekuatan untuk terus berjuang.
Ya Allah sujud dan syukur ku atas kehadiran hamba-hamba-Mu
Yang senantiasa menyayangi ku sebagai bukti rahmat-Mu.
Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi umat.
Amin…
vii
Dr. Mulyono, M.A
Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Universitas Islam Negeri Maulana Malik Ibrahim Malang
NOTA DINAS PEMBIMBING
Hal : Skripsi Ulfa Kholifa Hanu Malang, 15 April 2015
Lamp. : 4 (empat) eksemplar
Kepada Yth.
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Malang
Di
Malang
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
Sesudah melakukan beberapa kali bimbingan, baik dari segi isi, bahasa
maupun teknis penulisan, dan setelah membaca skripsi mahasiswa tersebut di
bawah ini:
Nama : Ulfa Kholifa Hanu
NIM : 11110182
Jurusan : Pendidikan Agama Islam
Judul Skripsi : Pembelajaran Pai Berbasis Pendekatan Saintifik
Dalam Meningkatkan Hard Skills Dan Soft Skills Siswa
Kelas VII E Di Smpn 1 Kota Malang
maka selaku Pembimbing, kami berpendapat bahwa skripsi tersebut sudah layak
diajukan untuk diujikan.
Demikian, mohon dimaklumi adanya.
Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pembimbing,
Dr. H. Mulyono, M.A
NIP. 196606262005011003
viii
SURAT PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini tidak terdapat karya yang
pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan pada suatu perguruan tinggi,
dan sepanjang pengetahuan saya, juga tidak terdapat karya atau pendapat yang
pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu
dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar rujukan.
Malang, 15 April 2015
Ulfa Kholifa Hanu
ix
KATA PENGANTAR
ل ى ع مه الس ل و ةه ل الص و . ي ن ال و ا لع ب ر لل ده و ا ل ح . ي ن ح الر ون ح الر للا ن ب س ا أل ن ب ي اء ف ر ا ش
... ده اب ع .ا ه ي ن ع و اب ه ا ج ح ا ص ل ىال ه و ع .و ل ي ن س ر ا لوه و
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam yang selalu melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya. Tidak lupa shalawat serta salam yang selalu
dipanjatkan kepada pemimpin umat manusia, pejuang agama islam, dan utusan
Allah yakni baginda Nabi Muhammad SAW yang telah menunjukkan manusia
pada jalan yang diridhoi-Nya yakni ad-dinul islam.
Penulisan skripsi ini dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan guna
memperoleh gelar sarjana strata satu (S1) di jurusan Pendidikan Agama Islam
Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana
Malik Ibrahim Malang. Sedangkan penulisan skripsi ini bertujuan untuk
mengetahui judul Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa Kelas VII E di SMPN 1 Kota
Malang.
Dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini, penulis tidak lepas dari
bimbingan dan bantuan serta dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Ibu dan Bapak tercinta yang telah tulus dan ikhlas mendo’akan setiap langkah
penulis serta memberikan motivasi dan kasih sayang yang sangat berharga
sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
2. Bapak Prof. Dr. Mudjia Rahardjo, M.Si, selaku Rektor Universitas Negeri
Islam (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
3. Bapak Dr. Nur Ali, M.Pd., selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan Universitas Negeri Islam (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
4. Bapak Dr. Marno, M. Ag., selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam
Universitas Negeri Islam (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
5. Bapak Dr. H. Mulyono, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
banyak meluangkan waktu, memberikan kontribusi tenaga dan pikiran guna
x
memberikan bimbingan dan petunjuk serta pengarahan kepada penulis dalam
menyelesaikan skripsi ini.
6. Seluruh Bapak/Ibu dosen Universitas Negeri Islam (UIN) Maulana Malik
Ibrahim Malang, khususnya Bapak/Ibu dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan
Keguruan yang telah mendidik dan memberikan ilmu pengetahuan kepada
penulis selama menempuh studi di kampus ini.
7. Ibu Dra. Hj. Lilik Ermawati, M.Pd., selaku Kepala sekolah di SMPN 1
Malang yang telah memberikan izin kepada penulis untuk mengadakan
penelitian di lembaganya.
8. Ibu Nurotul Chasanah, selaku guru agama di SMPN 1 Malang dan guru-guru
yang lain serta siswa kelas VII E yang telah ikut membantu penulis dalam
penelitian skripsi ini.
9. Ustadzah Iffat Maimunah sekeluarga yang telah membantu dan memberi
motivasi kepada penulis.
10. Kakak ku Resti dan Eko serta sahabat-sahabatku Fahrudin, Ahmad Faishol,
Badriyah, dan Indah, Mbak mia terima kasih atas motivasi, do’a dan semangat
serta kebersamaannya selama ini sebagai tempat curhat, bertukar ide, gagasan,
dan senda gurau.
11. Semua pihak yang tidak mungkin penulis sebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan dan do’a yang sangat bermanfaat bagi penulis demi
terselesainya penyusunan skripsi ini.
Tiada ucapan yang dapat penulis haturkan kecuali “jazakumullah khairon
wa ahsanal jaza” dan semoga semua amal baiknya diterima oleh Allah SWT.
Untuk itu penulis mengharapkan masukan berupa saran dan kritik dari pembaca
demi memperbaiki karya tulis yang sederhana ini.
Malang, 15 April 2015
Penulis
xi
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN
Penulisan transliterasi Arab-Latin dalam skripsi ini menggunakan pedoman
transliterasi berdasarkan keputusan bersama Menteri Agama RI dan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan RI no. 158 tahun 1987 dan no. 0543 b/U/1987 yang
secara garis besar dapat diuraikan sebagai berikut:
A. Huruf
q = ق z = ز a = ا
k = ك s = س b = ب
l = ل sy = ش t = ت
m = م sh = ص ts = ث
n = ن dl = ض j = ج
w = و th = ط h = ح
h = ه zh = ظ kh = خ
, = ء ’ = ع d = د
y = ي gh = غ dz = ذ
f = ف r = ر
B. Vokal Panjang C. Vokal Diftong
Vokal (a) panjang = â أو = aw
Vokal (i) panjang = î أي = ay
Vokal (u) panjang = û أو = û
î = إي
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ............................................................................................. i
HALAMAN PENGAJUAN .................................................................................. ii
HALAMAN PERSETUJUAN ............................................................................ iii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iv
HALAMAN MOTTO ........................................................................................... v
HALAMAN PERSEMBAHAN .......................................................................... vi
HALAMAN NOTA DINAS PEMBIMBING ................................................... vii
HALAMAN PERNYATAAN ............................................................................ viii
KATA PENGANTAR .......................................................................................... ix
PEDOMAN TRANSLITERASI ARAB LATIN ............................................... xi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii
DAFTAR TABEL ............................................................................................... xv
DAFTAR SKEMA ............................................................................................. xvi
DAFTAR GAMBAR ......................................................................................... xvii
DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii
ABSTRAK .......................................................................................................... xix
BAB I PENDAHULUAN ..................................................................................... 1
A. Latar Balakang Masalah .......................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................... 7
C. Tujuan Penelitian ..................................................................................... 8
D. Manfaat Penelitian................................................................................... 8
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian ......................................... 10
F. Definisi Operasional .............................................................................. 10
G. Sistematika Pembahasan ....................................................................... 12
BAB II KAJIAN TEORI .................................................................................... 14
A. Pembelajaran PAI ................................................................................. 14
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam ............................................. 14
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam ...................... 16
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam ................................ 19
xiii
B. Pendekatan Saintifik ............................................................................. 23
1. Pengertian Pendekatan Saintifik .................................................... 23
2. Prinsip-Prinsip Pendekatan Saintifik ............................................. 28
3. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik.......................................... 30
C. Hard Skills dan Soft Skills .................................................................... 41
1. Pengertian Hard Skills dan Soft Skills ............................................ 41
2. Urgensi Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills ........................ 48
3. Cara Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills ............................ 52
BAB III METODE PENELITIAN .................................................................... 56
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................... 56
1. Jenis Penelitian ............................................................................... 56
2. Pendekatan Penelitian .................................................................... 57
B. Lokasi Penelitian .................................................................................. 59
C. Kehadiran Peneliti ................................................................................ 60
D. Informan (Subyek Penelitian) .............................................................. 61
E. Teknik Pengumpulan Data ................................................................... 63
F. Teknik Analisis Data ............................................................................ 67
G. Pengecekan Keabsahan Temuan ......................................................... 70
BAB IV PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ......................... 73
A. Deskripsi Data ...................................................................................... 73
1. Profil SMPN 1 Malang .................................................................. 73
2. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Malang ............................................. 73
3. Motto .............................................................................................. 75
4. Visi dan Misi .................................................................................. 76
5. Tujuan dan Strategi SMPN 1 Malang ............................................ 77
6. Struktur Organisasi ........................................................................ 78
7. Data Siswa 6 (enam tahun terakhir) Siswa Reguler ....................... 79
8. Pendidik dan Tenaga Kependidikan............................................... 80
B. Paparan Data Penelitan ....................................................................... 81
1. Proses Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E
xiv
di SMPN 1 Malang ........................................................................ 82
2. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan
Saintifik Dalam Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang ..................................................... 89
3. Dampak Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan
Saintifik Terhadap Siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang ............ 92
BAB V PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ........................................... 102
A. Proses Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E
di SMPN 1 Malang .............................................................................. 102
B. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan
Saintifik Dalam Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang ........................................................... 110
C. Dampak Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan
Saintifik Terhadap Siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang ................. 114
BAB VI PENUTUP .......................................................................................... 127
A. Kesimpulan ........................................................................................ 127
B. Saran .................................................................................................... 129
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 131
LAMPIRAN-LAMPIRAN
xv
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1 Daftar Nama Kepala Sekolah SMPN 1 Malang..................................... 75
Tabel 4.2 Data Siswa 6 Tahun Terakhir Siswa Reguler ........................................ 79
Tabel 4.3 Kepala Sekolah ...................................................................................... 80
Tabel 4.4 Guru (Kualifikasi Pendidikan, Jenis Kelamin, dan Jumalh) .................. 80
Tabel 4.5 Pengembangan Kompetensi/Profesionalisme Guru ............................... 80
Tabel 5.6 Dampak Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik ................ 122
xvi
DAFTAR SKEMA
Skema 4.1 Struktur Organisasi SMPN 1 Malang .................................................. 78
Skema 5.2 Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik .............................. 121
Skema 5.3 Tingkat Berfikir Siswa Pada Rana Kognitif ....................................... 124
Skema 5.4 Tingkat Berfikir Siswa Pada Rana Afektif ......................................... 125
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Pendekatan Induktif Dan Pendekatan Deduktif ................................. 25
Gambar 2.2 Tujuan Pendekatan Saintifik .............................................................. 31
xviii
DAFTAR LAMPIRAN
a. Denah Ruang SMPN 1 Malang
b. Transkip wawancara
c. Pedoman Observasi
d. Dokumentasi Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik di SMPN 1
Malang
e. Bukti Konsultasi Pada Pembimbing
f. Surat Izin Penelitian Dari Fakultas
g. Surat Izin Penelitian Dari DIKNAS
h. Surat Keterangan Telah Melakukan Penelitian
i. Biodata Penulis
xix
ABSTRAK
Hanu, Ulfa Kholifa. 2015. Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik
Dalam Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa Kelas VII E di SMPN 1
Kota Malang. Skripsi, Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Ilmu Tarbiyah
dan Keguruan, Universitas Islam Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang.
Dr. H. Mulyono, M.A.
Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang
pesat. Hal ini menyebabkan adanya banyak perubahan dan tuntutan yang
dirasakan oleh masyarakat. Oleh karena itu, di era global dibutuhkan tenaga kerja
yang memiliki kemampuan dalam bentuk hard skills dan soft skills. Untuk
menghasilkan lulusan yang memiliki kemampuan hard skills dan soft skills maka
digunakan salah satu pendekatan pembelajaran yaitu pendekatan saintifik.
Pendekatan saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang dengan
menggunakan proses mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan.
Penelitian ini bertujuan untuk: 1) memahami proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang; 2) memahami faktor pendukung proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills
dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang; 3) memahami dampak
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa kelas VII E di
SMPN 1 Malang.
Untuk mencapai tujuan tersebut, digunakan metode pengumpulan data melalui
observasi, wawancara, dan dokumentasi. Dalam menganalisis data, penulis
menggunakan teknik analisis model interaktif yang dikembangkan oleh Miles dan
Huberman. Teknik analisis model interaktif adalah analisis data yang berlangsung
secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data.
Hasil penelitan ini dapat disimpulkan sebagai berikut: pertama, proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang dilaksanakan
melalui lima tahap yaitu: 1) mengamati, pada tahap ini kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan cara siswa mengamati obyek pengamatan, siswa mencatat
hasil pengamatan, dan guru mengamati siswa serta memberikan penilaian; 2)
menanya, pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa
bertanya tentang hasil pengamatan yang belum dipahami dan guru menjawab
pertanyaan siswa; 3) mengeksplorasi, pada tahap ini kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan cara siswa berdiskusi dengan mengambil berbagai sumber
belajar dan guru mengamati setiap kelompok serta memberikan penilaian; 4)
mengasosiasi, pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara
siswa dan guru berdiskusi tentang manfaat dan alasan mempelajari materi yang
kemudian dikaitkan dengan fakta yang ada di masyarakat; 5)
mengkomunikasikan, pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan
cara siswa presentasi dan kelompok lain memberikan tanggapan atau pertanyaan
xx
serta guru memberikan penilaian. Kedua, faktor pendukung proses pembelajaran
PAI berbasis pendekatan saintifik meliputi: 1) mengamati yang terdiri dari LCD,
video, gambar, buku cetak, alat tulis, dan kondisi kelas terarah; 2) menanya yang
terdiri dari siswa aktif dan guru memberikan stimulus yang baik kepada siswa; 3)
mengeksplorasi yang terdiri dari siswa aktif berdiskusi, buku cetak, laptop, alat
tulis, dan bimbingan guru; 4) mengasosiasi yang terdiri dari siswa aktif dan guru
aktif; 5) mengkomunikasikan yang terdiri dari keaktifan siswa, apresiasi siswa
terhadap kelompok lain, dan bimbingan guru. Ketiga, dampak yang dihasilkan
dari proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik meliputi: 1)
mengamati yang terdiri dari siswa mampu melaksanakan sholat berjama’ah, sholat
jamak, sholat qasar, sikap dapat dipercaya, sikap jujur, sikap hidup sederhana,
sikap tidak merasa rendah diri, sikap tidak meremehkan orang lain, teliti, dan
tekun; 2) menanya yang terdiri dari kemampuan merangkai pertanyaan, lebih
memahami materi yang dipelajari, dan sikap berani menungkapkan pendapat; 3)
mengeksplorasi yang terdiri dari lebih memahami materi yang dipelajari, siswa
mampu menjalankan sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat qasar,
kemampuan membuat suatu karya tulis, sikap jeli, sikap bekerja sama, dan sikap
tolong menolong; 4) mengasosiasi yang terdiri dari lebih memahami materi yang
dipelajari, siswa mampu menjalankan sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat
qasar, sikap bekerja sama, sikap tidak egois, sikap memperdulikan orang lain, dan
sikap menghargai orang lain; 5) mengkomunikasikan yang terdiri dari
kemampuan mengungkapkan pendapat, kemampuan berbahasa, sikap berani,
sikap disiplin, sikap tanggung jawab, dan sikap bekerja sama, dan kreatifitas
siswa.
Kata Kunci: Pembelajaran PAI, Pendekatan Saintifik, Hard Skills dan Soft Skills
xxi
لص البحثستخم
. تعلم التربية اإلسالمية تستند على النهج العلمي, في زيادة 5105خليفة. ىانو , ألفىفي المدرسة اإلعدادية Eالمهارات الصعبة والمهارات الناعمة للطلبة بالفرقة السابعة
مقال, الشعبة التربية اإلسالمية, كلية العلوم التربية, جامعة الحكومية الواحدة بالماالنج. إسالمية حكومية موالنا مالك إبراىيم بالماالنج. دكتور الحاج مليونو.
, العلوم و التكنولوجيا متزايد بالسريع. ىذه القضية يسبب عن كثرة في عصر العولمة
التغيير والطلب الذي يشعر بها المجتمع. باالتالي, ففي عصر العولمة مطلوب عن العامل الذي عنده القدرة من المهارات الصعبة والمهارات الناعمة. إلنتاج الخريج بالمهارات الصعبة
فاستخدامها بأحداألسلوب من أساليب التعليم, فيسمى بالنهج العلمي. والمهارات الناعمة .لمي ىو األسلوب التعليم بالخطة النظر, السؤال, التجريب, الجمعي و اإلتصاالتالنهج الع
( فهم عملية التعلم التربية اإلسالمية تستند بالنهج العلمي 0 ىذا البحث يهدف إلى :في المدرسة اإلعدادية E لزيادة المهارات الصعبة والمهارات الناعمة للطلبة بالفرقة السابعة
( فهم دعم العوامل عملية التعلم التربية اإلسالمية تستند 5الحكومية الواحدة بالماالنج, في Eبالنهج العلمي لزيادة المهارات الصعبة والمهارات الناعمة للطلبة بالفرقة السابعة
لتربية اإلسالمية ا فهم تأثير التعلم (3المدرسة اإلعدادية الحكومية الواحدة بالماالنج, في المدرسة اإلعدادية الحكومية الواحدة E تستند بالنهج العلمي للطلبة بالفرقة السابعة
بالماالنج.بالبحث والحوار والتوثيق. في لتحصيل ذلك األىداف, تستخدم بطريقة جمع البيانات
لز و ىوبرمان. تحليل البيانات, الكاتب تستخدم بمنهجية تحليل المتفاعل الذي تطور عنو ماي الذي يجري في وقت واحد بجمع البيانات. منهجية تحليل المتفاعل يعني تحليل البيانات, عملية التعلم التربية الدينية اإلسالمية تستند أوالىذا البحث يمكن أن خلص كما يلى:
( 0على خمسة مراحل: بالنهج العلمي في المدرسة اإلعدادية الحكومية الواحدة بالماالنجالنظر, في ىذه المرحلة عملية التعلم بطريقة أن الطلبة ينظر إلى وجوه النظر, ثم يدون
( السؤال, في ىذه المرحلة 5مالحظات النتائج, والمعلم ينظر إلى الطلبة ثم يقوم بالتقييم,
xxii
عملية التعلم بطريقة أن الطلبة يسأل عن النتائج الذي لم يفهم من قبل, ثم اليجيب عنو المناقشة بين الطلبة بالتخاذ ( اإلستكشاف, في ىذه المرحلة عملية التعلم بطريقة3المعلم,
( الجمعي, في ىذه 4مصادر التعليم, والمعلم ينظر إلى كل فرقة منهم ثم يقوم بالتقييم, المناقشة بين الطلبة والمعلم عن المنفعة و سبب تعلم المواد المرحلة عملية التعلم بطريقة
( اإلتصاالت, في ىذه المرحلة عملية التعلم 5تربطها بأمر واقعي في المجتمع, التعليمية, ثم , ثانيايقدمها والفراق األخرى يرد أو يسأل عنها, ثم يقوم المعلم بالتقييم. بطريقة أن الطلبة
( النظر, 0دعم العوامل عملية التعلم التربية الدينية اإلسالمية تستند بالنهج العلمي, كما يلى: (, الفيديو, الصورة, الكتب المطبوعة, األدوات LCD) ف من شاشات الكريستال السائلتتأل
( السؤال, تتألف من نشطة الطلبة والمعلم يعطي 5الكتابة, والحصة في حالة المنتظمة, نشطة الطلبة بالمناقشة, الكتب المطبوعة, ( اإلستكشاف, تتألف من3حسن الحافز للطلبة, ( الجمعي, تتألف من نشطة الطلبة والمعلم, 4الكتابة و توجيو المعلم, الب توب, األدوات
نشطة الطلبة, تقدير الطلبة إلى فراق أخرى, و توجيو المعلم. ( اإلتصاالت, تتألف من5( النظر, تتألف من 0التربية اإلسالمية تستند بالنهج العلمي, كما يلي: تأثير التعلم ثالثا,
ة بالجماعة, لالة الجمع, لالة القصر, أمانة, لديق, حياة قدرة الطلبة إلقامة الصال( السؤال, 5بسيطة, ال شعور بالمنخفض النفس, ال يقلل من شأن األخر, دقيق ومجتهد,
األراء, تتألف من القدرة إلنشاء األسئلة, فهم المواد التعليمية باألكثر و تجرؤ على الكشفليمية باألكثر, قدرة الطلبة إلقامة الصالة ( اإلستكشاف, تتألف من فهم المواد التع3
( 4إلنشاء األوراق الرسمية, دقيق, والتعاون, بالجماعة, لالة الجمع, لالة القصر, قدرةالجمعي, تتألف من فهم المواد التعليمية باألكثر, قدرة الطلبة إلقامة الصالة بالجماعة, لالة
( اإلتصاالت, تتألف من القدرة 5اية للغير, الجمع, لالة القصر, التعاون, بدون األنانية, رع األراء, قدرة التكلم, الجريء, اإلنضباط, المسؤول, التعاون واإلبدائي. على الكشف
تعلم التربيو اإلسالمية, النهج العلمي, المهارات الصعبة و المهارات :الكلمات المفتاحية
الناعمة
xxiii
ABSTRACT
Hanu, Ulfa Kholifa. 2015. PAI Learning-Based on Scientific Approach to
Improve Hard Skills and Soft Skills of students in SMPN 1 Malang Grade VII E.
Thesis, Department of Islamic Education, Faculty of MT and Teaching, State
Islamic University (UIN) Maulana Malik Ibrahim Malang. Dr H. Mulyono, M.A.
In the era of globalization, science and technology is growing rapidly. This
caused a lot of changes and demands perceived by society. Therefore, in the
global era, labor who have the ability in the form of hard skills and soft skills are
needed. To produce graduates who have the ability of hard skills and soft skills
then one of teaching approach is used, that is scientific approach. Scientific
approach is a learning approach that is designed by using the process of
observing, asking, trying, associating, and communicating.
This study aims to: 1) understand the PAI learning process based on scientific
approaches to increase the hard skills and soft skills of students of class VII E in
SMPN1 Malang; 2) understand the factors supporting the learning process of PAI-
based scientific approaches to improve the hard skills and soft skills of students of
class VII E in SMPN1 Malang; 3) to understand the impact of PAI learning-based
on scientific approaches to class VII E in SMPN 1 Malang.
To achieve these goals, the method of collecting data through observation,
interviews, and documentation is used. In analyzing the data, the authors use an
interactive model analysis techniques developed by Miles and Huberman.
Interactive model analysis techniques is the analysis of the data takes place
simultaneously performed in conjunction with the data collection process.
The results of this research can be summarized as follows: first, PAI learning
process based on the scientific approach in SMPN 1 Malang is implemented
through five stages: 1) observing, at this stage of the learning activities carried out
in a way students observe the object of observation, students record observations,
and teacher observes students and gives judgment; 2) asking, at this stage, the
learning activities are carried out by students ask about the observation result not
understood and teacher gives answer to the questions; 3) exploring, at this stage,
the learning activities are undertaken by the way students discuss by taking a
variety of learning resources and teacher observe each group and provide an
assessment; 4) associating, at this stage, the learning activities are undertaken by
the way students and teacher discuss the benefits and reasons to learn the material
which is then attributed to the fact existing in society; 5) communicating, at this
stage, the learning activities are carried out by means of student give presentations
and other groups provide feedback or questions and the teacher provides
assessment. Second, the factors supporting the scientific approach based on-
learning process of PAI include: 1) observing that consists of LCDs, videos,
pictures, textbooks, stationery, and directed class condition; 2) asking, consisting
of active students and teachers provide a good stimulus to the students; 3)
exploring, consisting of active student discussions, printed books, laptops,
xxiv
stationeries, and the guidance of the teacher; 4) associating, consisting of active
students and active teachers; 5) communicating, consisting of student activity,
students appreciation to other groups, and teacher guidance. Third, the impact
resulting from the learning process PAI-based on scientific approach include: 1)
observing that consists of students were able to conduct congregational prayer,
jama’ prayer, qasar prayer, trustworthy attitudes, honest attitude, the attitude of
the simple life, an attitude not feel inferior , not underestimate others,
conscientious, and diligent; 2) asking which consists of the ability to assemble
questions, a better understanding of the material being studied, and a bold attitude
to express opinion; 3) exploring, consisting of a better understanding of the
material being studied, students are able to perform prayer in congregation, prayer
jama', and prayer qasar, the ability to write a paper, observant attitude, attitude to
work together, and the attitude to help each other; 4) associating, consisting of a
better understanding of the material being studied, students are able to perform
prayer in congregation, pray jama ', and prayer Qasar, attitude to work together,
selflessness, considering the attitude of others, and respect for others; 5)
communicating that consists of the ability to express opinions, language skills,
daring attitude, discipline, attitude, responsibility, and attitudes to work together,
and creativity of students.
Keywords: PAI Learning, Scientific Approach, Hard Skills and Soft Skills
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Di era globalisasi, ilmu pengetahuan dan teknologi semakin berkembang
pesat. Perkembangan ini menyebabkan adanya banyak perubahan dan tuntutan
yang dirasakan oleh masyarakat sehingga persaingan dalam masyarakat semakin
ketat pula. Diantara perubahan yang terjadi ialah perubahan dalam kualifikasi
permintaan tenaga kerja yang semakin tinggi terlebih dalam dunia kerja yang
bersifat global.
Terdapat tiga kekuatan besar yang mempengaruhi perkembangan individu
dewasa ini, yaitu: 1) Masyarakat madani; 2) Negara-bangsa (nation state); 3)
Globalisasi.1 Ketiga hal tersebut merupakan suatu hal yang tidak dapat dihindari
oleh masyarakat terutama dalam hal globalisasi. Mereka hanya memiliki dua
pilihan yaitu memilih dan menempatkan diri dalam arus perubahan globalisasi
atau hanyut dibawa arus gelombang globalisasi. Apabila mereka mampu
menempatkan dirinya dalam gelombang globalisasi maka akan dapat bertahan
hidup. Begitu pula sebaliknya, apabila mereka tidak mampu menempatkan dirinya
maka hidupnya akan terbawa arus gelombang globalisasi.
Globalisasi adalah arus utama yang membawa dampak yang sangat hebat
terhadap ruang waktu yang mengalami percepatan atau terjadinya-dalam bahasa
Anthony Giddens-time-spacedistanziation. Tentu saja interaksi manusia dengan
1 H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasionla-Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 140
2
teknologi, manusia dengan manusia lain semakin intensif: makna baru didapat
dari objektivikasi baik rasional maupun irasional karena perkembangan basis
material, IPTEK yang terus berubah.2 Adapun di era global sebagaimana yang
dimaksud penjelasan diatas bahwa persaingan akan dirasa semakin ketat dalam
dunia kerja. Dunia kerja sekarang membutuhkan calon pekerja yang tidak hanya
memiliki kecakapan dalam bidang akademik saja. Akan tetapi, juga dibutuhkan
calon pekerja yang memiliki kecakapan lainnya seperti kecakapan memimpin,
berkomunikasi, memiliki sikap disiplin, jujur, sopan santun, dan lain sebagainya.
Kecakapan tersebut merupakan kecakapan dalam ranah soft skills.
Pada realita kehidupan banyak dijumpai para alumni pendidikan yang
memiliki kecerdasan intelektual tinggi tetapi tidak memiliki sikap yang baik. Hal
ini dapat dibuktikan dengan maraknya korupsi yang terjadi di Negara Indonesia.
Para koruptor tersebut bukanlah orang-orang yang tidak mengenyam pendidikan
tetapi mereka adalah orang-orang yang berpendidikan, seperti: pejabat BI, polisi,
jaksa di Kejaksaan Agung, hakim di Mahkamah Agung, anggota legislatif, dan
menteri. Sebagaimana dalam pernyataan berikut ini:
Tahun 2008 kasus BI yang gubernurnya tersangka sebagai “saksi
korupsi”, bahkan anggota komisi Yudisial yang seharusnya meneliti calon
hakim malah melakukan korupsi….Disamping gubernur BI juga ada menteri
dan anggota DPR. Dalam kasus ini ada 52 anggota DPR yang terindikasi
menerima uang korupsi dalam perkara BI….Diantara nama menteri tersebut
adalah menteri PPN/Kepala Bappenas Paskah Suzetta yang menerima Rp. 1
miliar dan Menhut M.S. Kaban Rp. 300 juta.3
2 Nurani Soyomukti, Pendidikan Berperspektif Globalisasi (Jogjakarta: Ar-Ruzz Media,
2008), hal. 42 3 Dr. Ulul Albab, A to Z Korupsi Menumbuhkembangkan Spirit Antikorupsi (Surabaya: Jaring
Pena, 2009), hal. 155
3
Dari laporan BPK saja, selama lima tahun sejak 1999-2004,
penyelewengan uang Negara terjadi sebesar Rp. 166,5 triliun rupiah, dimana
sebesar Rp. 144 triliun adalah merupakan pelanggaran BLBI, sedangkan
sisanya berasal dari kasus-kasus lain. Dari temuan BPK maka lembaga
Negara yang penyelewengannya paling tinggi adalah Kejaksaan Agung,
dengan presentasi 51,8%. Sedangkan untuk semester pertama tahun 2004
saja, penyelewengan yang ditemukan sudah berjumlah Rp. 37,39 triliun, dari
total anggaran dan kekayaan yang diperiksa sebesar Rp. 1.312 triliun.4
Berdasarkan paparan diatas bahwa korupsi di Indonesia dari tahun ke tahun
semakin meningkat. Adapun yang melakukan korupsi adalah orang-orang yang
memiliki pendidikan dan jabatan tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa seseorang
tidak cukup memiliki intelektual tinggi saja tetapi dibutuhkan sikap yang baik.
Mencetak generasi yang memiliki keterampilan intelektual dan sikap serta nilai
yang baik merupakan salah satu tugas dari pendidikan. Hal ini dapat dipahami dari
pengertian pendidikan dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun
2003 tentang sistem pendidikan nasional pasal 1, yaitu:
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif
mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.”5
Selain itu, juga dapat dilihat pada tujuan pendidikan dalam UU SISDIKNAS
No.20 Tahun 2003, menyebutkan bahwa:
4 Dr. Eggi Sudjana, S.H., M.Si. Republika Tanpa KPK Koruptor Harus Mati (Surabaya: JP
Books, 2008), hal. 22 5UUD 1945.Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya(Penabur Ilmu, 2004),
hal. 3
4
“Pendidikan nasional bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik
agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang
Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
menjadi warga negara yang demokratis, serta bertanggung jawab”6.
Adapun dalam pembukaan UUD 1945 alinea empat disebutkan bahwa yang
dimaksud manusia Indonesia yang cerdas dapat dirinci sebagai berikut: 1)
Manusia Indonesia cerdas adalah anggota masyarakat yang berbudaya; 2)
Bertalian erat dengan nilai-nilai pancasila yaitu kepemilikan akan identitas
Indonesia; 3) “Indonesia” bukanlah suatu pengertian yang beku tetapi sesuatu
yang dinamis yang masih perlu dikembangkan dan dihidupkan; 4) Manusia
Indonesia cerdas haruslah mempunyai orientasi terhadap perubahan global; 5)
Manusia yang cerdas adalah manusia yang mandiri; 6) Manusia yang cerdas
bukan hanya memiliki kemampuan inteligensi yang tinggi karena telah
dikembangkan tetapi juga disertai dengan pertimbangan-pertimbangan moral.7
Berdasarkan pada realita dan konsep yang ada dalam tujuan pendidikan
yaitu UU SISDIKNAS serta UUD 1945 dapat disimpulkan bahwa pendidikan
mempunyai kewajiban untuk mencetak generasi bangsa yang memiliki hard skills
dan soft skills yang bagus. Hal ini dapat dilakukan oleh lembaga pendidikan
dengan cara memaksimalkan manajemen sekolah baik dari segi pengembangan
kurikulum, proses pembelajaran, maupun meningkatkan sarana dan prasarana di
sekolah. Dengan demikian, lembaga pendidikan dapat mewujudkan generasi
bangsa yang intelektual ulama dan ulama yang intelektual.
6 Dr.M. Sukardjo dan Ukim Komarudin, M.Pd.,Landasan Pendidikan Konsep dan
Apliikasinya (Jakarta: Rajawali Pres, 2009), hal. 14 7 H.A.R. Tilaar, Standarisasi Pendidikan Nasionla-Suatu Tinjauan Kritis (Jakarta: Rineka
Cipta, 2006), hal. 149
5
Dalam konteks ini misi seseorang ilmuwan menjadi ganda: pada satu sisi ia
menjadi komunitas “pencerah” masyarakat dan pada saat yang sama ia menjadi
“pensholeh” bagi masyarakat.” Apabila keadaan ini tidak berjalan seimbang maka
ketinggian nilai ilmu pengetahuan menjadi hilang maknanya. Ilmu yang dapat
mencerahkan tetapi tidak dapat mensholehkan akan melahirkan manusia cerdas
tetapi jahat. Sebaliknya, manusia yang hanya bermoral tetapi tidak berilmu sering
kali akan menjadi objek dan komoditas yang selalu diperalat dan diombang-
ambingkan pihak lain.8
Al-Qur’an Karim juga menjelaskan tentang posisi para cendekiawan yaitu
dalam QS. Al-mujadalah: 11
“Hai orang-orang beriman apabila dikatakan kepadamu: "Berlapang-
lapanglah dalam majlis", Maka lapangkanlah niscaya Allah akan memberi
kelapangan untukmu. dan apabila dikatakan: "Berdirilah kamu", Maka
berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di
antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.
dan Allah Maha mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Ayat tersebut menjelaskan bahwa posisi para cendekiawan berada di tempat
yang tinggi (mulia). Akan tetapi posisi tersebut haruslah diiringi dengan keimanan
dan akhlak yang baik karena Allah memandang orang yang berilmu merupakan
8 Prof. Dr. Syahrin Harahap, M.A., Penegakan Moral Akademik di dalam dan di luar Kampus
(Jakarta: Rajagrafindo Persada, 2005), hal. 105
6
komunitas orang yang bertakwa. Sebagaimana yang dijelaskan dalam QS. Fatir:
28
“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan
binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun.”
Melihat realita yang ada di masyarakat Indonesia Ketua Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan periode 2009-2014 yaitu Bapak Muhammad Nuh, memberikan
kebijakan dengan adanya kurikulum baru yang disebut dengan kurikulum 2013.
Mulai tahun ajaran baru 2014 kurikulum 2013 sudah diterapkan secara
menyeluruh. Kurikulum 2013 pada tingkat SD/MI menggunakan pembelajaran
tematik integratif. Sedangkan di tingkat SMP/MTs dan SMA/MA serta SMK
menggunakan pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Tujuan diberlakukannya
kurikulum 2013 yaitu untuk mencetak generasi yang memiliki kemampuan
akademik (hard skills) dan sikap (soft skills) yang seimbang sehingga mampu
bersaing di era global. Melalui proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik
diharapkan tujuan kurikulum 2013 dapat tercapai. Dalam hal ini khususnya
pembelajaran PAI di sekolah. Sebab, mata pelajaran PAI memiliki kontribusi
besar terhadap pembentukan generasi bangsa yang berbudi pekerti luhur.
Berdasarkan observasi sementara, dari sejumlah sekolah yang sudah
menerapkan kurikulum 2013 adalah SMPN 1 Malang. Bahkan SMPN 1 Malang
7
ditunjuk lebih awal oleh pemerintah dalam pelaksanaan kurikulum 2013. SMPN 1
Malang merupakan salah satu sekolah favorit di kota Malang yang berlokasi di
jalan Lawu 12 Malang. SMPN 1 Malang adalah lembaga pendidikan umum
ditingkat menengah yang diselenggarakan oleh Pendidikan Nasional (DIKNAS)
yang mempunyai keunggulan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi
berlandaskan budi pekerti luhur yang berwawasan lingkungan. Beberapa prestasi
telah diraih baik dalam bidang akademik maupun non akademik baik di tingkat
lokal, regional, maupun nasional.
Dari pemaparan kasus diatas maka peneliti mengambil judul
“Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam Meningkatkan
Hard Skills dan Soft Skills Siswa Kelas VII E di SMPN 1 Kota Malang”.
Pemilihan judul tersebut diharapkan mampu memberikan kontribusi kepada
lembaga pendidikan tentang proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka fokus penelitian ini adalah
penerapan pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam menigkatkan
hard skills dan soft skills siswa. Berangkat dari fokus penelitian tersebut dapat
dikembangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang?
8
2. Apa faktor pendukung proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang?
3. Apa dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan pada rumusan masalah diatas maka tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk memahami proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang.
2. Untuk memahami faktor pendukung proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang.
3. Untuk memahami dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
terhadap siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang?
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Memberikan informasi tentang proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
9
b. Memberikan kontribusi secara ilmiah tentang proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft
skills siswa.
c. Memberikan sumbangan bagi perkembangan khasanah keilmuan
khususnya dalam bidang proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik.
2. Manfaat Praktis
a. Peneliti
1) Penelitian ini berguna untuk menambah wawasan dan mempertajam
kajian tentang proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
2) Dapat menunjang tugas akademik, khususnya proses perkuliahan
dalam pengembangan materi kuliah.
b. Guru
1) Memberikan langkah-langkah proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills
siswa.
2) Memberikan kontribusi dalam pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills.
c. Lembaga Pendidikan
1) Penelitian ini dapat menambah khasanah keilmuan di bidang
pendidikan.
10
2) Penelitian ini menjadi bahan masukan berharga bagi pengambil
kebijakan pendidikan dan para praktisi pendidikan dalam menentukan
langkah-langkah yang lebih efektif dalam upaya untuk meningkatkan
mutu pendidikan.
E. Ruang Lingkup dan Keterbatasan Penelitian
Kajian tentang pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik sangat
luas. Untuk mempermudah pelaksanaan penelitian ini dan dapat dilakukan
lebih mendalam maka tidak semua variabel diteliti. Oleh karena itu, peneliti
membatasi dalam ruang lingkup, sebagai berikut:
1. Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang.
2. Faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang.
3. Dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang.
F. Definisi Operasional
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas tentang arah penulisan skripsi ini
ada baiknya penulis menjelaskan terlebih dahulu kata kunci yang terdapat
dalam pembahasan ini.
11
1. PAI
Pendidikan agama islam adalah usaha sadar yang dilakukan pendidik
dalam mempersiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami, dan
mengamalkan ajaran islam melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, atau
pelatihan yang telah direncanakan untuk mencapai tujuan yang telah
ditetapkan.9
2. Pendekatan saintifik
Pendekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan
melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating).10
3. Hard skills
Bahrumsyah (2010) hard skill merupakan penguasaan ilmu pengetahuan,
teknologi dan keterampilan teknis yang berhubungan dengan bidang
ilmunya.11
4. Soft skills
Bahrumsyah soft skill merupakan keterampilan seseorang dalam
berhubungan dengan orang lain (interpersonal skills) dan keterampilan
9 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), Hal. 13 10
M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 176 11(http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html (Diakses
pada tanggal 20/10/14, jam 19:29)
12
mengatur dirinya sendiri (intrapersonal skills) yang mampu
mengembangkan untuk kerja secara maksimal.12
G. Sistematika Pembahasan
Untuk mendapatkan gambaran yang jelas dan menyeluruh tentang isi
skripsi ini, secara singkat dapat dilihat dalam sistematika pembahasan di
bawah ini, dimana dalam skripsi ini dibagi menjadi enam bab, yaitu:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah,
tujuan penelitian, manfaat penelitian, ruang lingkup dan
keterbatasan penelitian, definisi operasional, dan sistematika
pembahasan.
BAB II : Kajian Teori
Bab ini membahas tentang pendekatan saintifik yang meliputi
pengertian pendekatan saintifik, prinsip-prinsip pendekatan
saintifik, dan langkah-langkah pendekatan saintifik. Hard skills
dan soft skills yang meliputi pengertian hard skills dan soft skills,
urgensi meningkatkan hard skills dan soft skills, dan cara
meningkatkan hard skills dan soft skills.
BAB III : Metode Penelitian
12
Ibid
13
Bab ini membahas tentang jenis dan pendekatan penelitian,
lokasi penelitian, kehadiran penelitian, informan (subyek
penelitian), teknik pengumpulan data, dan teknik analisis data.
BAB IV : Paparan Data dan Temuan Penelitian
Bab ini membahas tentang latar belakang obyek penelitian,
paparan data yang meliputi observasi, hasil wawancara dan
dokumentasi.
BAB V : Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini membahas tentang hasil penelitian yang meliputi proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di
SMPN 1 Malang, faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft
skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang, serta dampak
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang.
BAB VI : Penutup
Bab ini merupakan akhir dari pembahasan yang membahas
tentang kesimpulan terhadap pembahasan data-data yang telah
dianalisis dan saran-saran sebagai bahan pertimbangan.
14
BAB II
KAJIAN TEORI
Dalam kajian teori ini berisikan tentang kajian-kajian yang dijadikan sebagai
rujukan langsung dalam penelitian dan penulisan skripsi serta sebagai alat untuk
memecahkan masalah maupun sebagai bahan pengayaan. Selain itu, kajian ini
juga digunakan untuk pembahasan dan acuan pembanding dalam memaknai
temuan penelitian yang telah dilakukan oleh peneliti.
A. Pembelajaran PAI
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pembelajaran pendidikan agama islam itu secara keseluruhannya
terliput dalam lingkup al-qur‟an dan al-hadits, keimanan, akhlak,
fiqih/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan bahwa ruang lingkup
pendidikan agama islam mencakup perwujudan keserasian, keselarasan,
dan kesinambungan hubungan manusia dengan Allah SWT, diri sendiri,
sesama manusia, makhluk lainnya maupun lingkungannya (Hablun
minallah wa hablun minannas).1 Jadi, pendidikan agama islam merupakan
usaha sadar yang dilakukan pendidik dalam mempersiapkan peserta didik
untuk meyakini, memahami, dan mengamalkan ajaran islam melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, atau pelatihan yang telah direncanakan
untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.2
1 Abdul Majid, Belajar Dan Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (Bandung: PT Remaja
Rosdakarya), Hal. 12 2 Ibid, hal. 13
15
Dari pengertian tersebut dapat ditemukan beberapa hal yang perlu
diperhatikan dalam pembelajaran pendidikan agama islam, yaitu:
a. Pendidikan agama islam (PAI) sebagai usaha sadar yakni secara
keseluruhannya terliput dalam lingkup al-qur‟an dan al-hadits,
keimanan, akhlak, fiqih/ibadah, dan sejarah sekaligus menggambarkan
bahwa ruang lingkup pendidikan agama islam mencakup perwujudan
keserasian, keselarasan, dan kesinambungan hubungan manusia
dengan Allah SWT, diri sendiri, sesama manusia, makhluk lainnya
maupun lingkungannya (Hablun minallah wa hablun minannas).
b. Peserta didik yang hendak disiapkan untuk mencapai tujuan; dalam arti
ada yang dibimbing, yang diajari dan atau dilatih dalam peningkatan
keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan terhadap ajaran
agama islam.
c. Pendidik atau guru pendidikan agama islam (GPAI) yang melakukan
kegiatan bimbingan, pengajaran dan atau latihan secara sadar terhadap
peserta didiknya untuk mencapai tujuan pendidikan agama islam
(PAI).
d. Kegiatan (pembelajaran) pendidikan agama islam (PAI) diarahkan
untuk meningkatkan keyakinan, pemahaman, penghayatan, dan
pengamalan ajaran agama islam dari peserta didik, yang disamping
untuk membentuk kesalehan-kesalehan atau kualitas pribadi, juga
sekaligus untuk membentuk kesalehan sosial. Dalam arti, kualitas atau
kesalehan pribadi itu diharapkan mampu memancar keluar dalam
16
hubungan keseharian dengan manusia lainnya (bermasyarakat), baik
yang seagama (sesame muslim) atau yang tidak seagama (hubungan
dengan non muslim), serta dalam berbangsa dan bernegara sehingga
dapat terwujud persatuan dan kesatuan nasional (ukhuwah wathoniyah)
dan bahkan ukhuwah insaniyah (persatuan dan kesatuan antar sesama
manusia).3
2. Dasar-dasar Pelaksanaan Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama islam dilakukan untuk mempersiapkan peserta didik
meyakini, memahami, dan mengajarkan islam. Pendidikan tersebut
melalui kegiatan bimbingan, pengajaran atau pelatihan yang telah
ditentukan untuk mencapi tujuan yang telah ditetapkan. Pelaksanaan
pendidikan agama islam di perguruan tinggi umum mempunyai dasar yang
sangat kuat. Dasar tersebut dapat ditinjau dari berbagai aspek, yaitu:4
a. Dasar yuridis
Dasar pelaksanaan pendidikan agama berasal dari perundang-
undangan yang secara tidak langsung dapat menjadi pegangan dalam
melaksanakan pendidikan agama di sekolah secara formal. Dasar
yuridis formal tersebut terdiri atas:
1) Dasar ideal, yaitu dasar falsafah negara pancasila, sila pertama:
Ketuhanan Yang Maha Esa
3 Muhaimin, dkk. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan Pendidikan Agama
Islam Di Sekolah (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 76 4 Drs. Muhammad Alim, M.Ag.,Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan Pemikiran
dan Kepribadian Muslim (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2006), hal. 4-6
17
2) Dasar struktural atau konstitusional, yaitu UUD 1945 dalam Bab
XI pasal 29 ayat 1 dan 2 yang berbunyi: a) Negara berdasarkan atas
Ketuhanan Yang Maha Esa; b) Negara menjamin kemerdekaan
tiap-tiap penduduk untuk memeluk agama masing-masing dan
beribadah menurut agama dan kepercayaannya itu.
3) Dasar operasional, yaitu terdapat dalam Tap. MPR No.
IV/MPR/1973/ yang kemudian dikokohkan dalam Tap. MPR No.
IV/MPR 1978 jo. Ketetapan MPR No. II/MPR/1983, diperkuat
oleh Tap. MPR No. II/MPR/1988 dan Tap. MPR No. II/MPR/1993
tentang Garis-Garis Besar Haluan Negara yang pada pokoknya
menyatakan bahwa pelaksanaan pendidikan agama secara langsug
dimaksudkan dalam kurikulum sekolah-sekolah formal, mulai dari
sekolah dasar hingga perguruan tinggi.
b. Dasar religius
Yang dimaksud dengan dasar religius adalah dasar yang bersumber
dari ajaran islam. Menurut ajaran islam pendidikan agama adalah
perintah dari Tuhan dan merupakan perwujudan ibadah kepada-Nya.
Dalam al-qur‟an banyak ayat-ayat yang menunjukkan perintah
tersebut, antara lain:
1) Alqur‟an surat an-Nahl ayat 125: “Serulah manusia kepada jalan
Tuhanmu (islam) dengan hikmah dan pelajaran yang baik…”
18
2) Alqur‟an surat Ali Imran ayat 104: “Dan hendaklah diantara kamu
ada segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang ma‟ruf, dan mencegah dari yang munkar...”
3) Alqur‟an surat al-Mujadalah ayat 58: “Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman dan berilmu sebanyak beberapa
derajat.”
4) Sunnah Rasulullah: “Sampaikanlah ajaran kepada orang lain
walaupun hanya sedikit.”
c. Dasar psikologis
Dasar psikologis yaitu dasar yang berhubungan dengan aspek kejiwaan
kehidupan bermasyarakat. Hal ini didasarkan bahwa dalam hidupnya
manusia baik sebagai individu maupun sebagai anggota masyarakat
dihadapkan pada hal-hal yang membuat anggota masyarakat tidak
tenang dan tidak tentram akibat dari rasa frustasi (tekanan perasaan),
konflik (adanya pertentangan batin), dan kecemasan sehingga
memerlukan adanya pegangan hidup (agama). Kebutuhan agama
sangat erat hubungannya dengan usaha manusia untuk menciptakan
hidup bahagia, sebab banyak sekali kenyataan-kenyataan yang dapat
kita lihat, misalnya seseorang yang dalam segi kebutuhan materialnya
terpenuhi, tetapi tidak diimbangi dengan kesiapan mental yang cukup,
maka hal tersebut akan menambah beban kehidupan belaka atau
sebaliknya. Oleh sebab itu kondisi manusia pada hakikatnya menuntut
agar semua kebutuhan-kebutuhan itu dapat dipenuhi dalam rangka
19
mewujudkan hidup yang harmonis, dan bahagia termasuk juga
kebutuhan rohani seseorang terhadap agama. Untuk membuat hati
tenang dan tenteram ialah dengan jalan mendekatkan diri kepada
Tuhan. Hal ini sesuai dengan firman Allah dalam surat al-Ra‟du ayat
28 yaitu: “…Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi
tenteram.”
3. Tujuan dan Fungsi Pendidikan Agama Islam
Abd Ar-Rahman Shaleh Abd Allah dalam bukunya, Educational
Theory, a Qur‟anic Outlook (terj. Arifin HM, 1991: 138-153), menyatakan
tujuan pendidikan islam dapat diklasifikasikan menjadi empat dimensi
berikut.
a. Tujuan pendidikan jasmani (al-ahdaf al-jismiyyah)
Mempersiapkan diri manusia sebagai pengemban tugas khalifah di
bumi melalui keterampilan-keterampilan fisik. Ia berpijak pada
pendapat dari Imam Nawawi yang menafsirkan “al-qawy” sebagai
kekuatan iman yang ditopang oleh kekuatan fisik. (QS. Al-Baqarah
(2): 247 dan Al-Anfal (8): 60)
b. Tujuan pendidikan ruhani (al-ahdaf ar-ruhaniyyah)
Meningkatkan jiwa dan kesetiaan yang hanya kepada Allah semata dan
melaksanakan moralitas islami yang dicontohkan oleh Nabi
berdasarkan cita-cita ideal dalam Al-qur‟an (QS. Ali Imran (3): 19).
Indikasi pendidikan ruhani adalah tidak bermuka dua (QS.Al-Baqarah
(2): 10), berupaya memurnikan dan menyucikan diri manusia secara
20
individual dari sikap negatif (QS.Al-Baqarah (2): 126), inilah yang
disebut dengan tazkiyyah (purification) dan hikmah (wisdom).
c. Tujuan pendidikan akal (al-ahdaf al-„aqliyyah)
Pengarahan inteligensi untuk menemukan kebenaran dan sebab-
sebabnya dengan telaah tanda-tanda kekuasaan Allah dan menemukan
pesan-pesan ayat-ayat-Nya yang berimplikasi pada peningkatan iman
kepada Sang Pencipta. Tahapan pendidikan akal ini adalah
1) Pencapaian kebenaran ilmiah („ilm al-yaqin) (QS. At-Takatsur
(102): 5)
2) Pencapaian kebenaran empiris („ain al-yaqin) (QS. At-Takatsur
(102): 7)
3) Pencapaian kebenaran metaempiris atau mungkin lebih tepatnya
sebagai kebenaran filosofis (haqq al-yaqin) (QS. Al-Waqi‟ah (56):
95)
d. Tujuan pendidikan sosial (al-ahdaf al-ijtima‟iyyah)
Tujuan pendidikan sosial adalah pembentukan kepribadian yang utuh,
yang menjadi bagian dari komunitas sosial. Identitas individu di sini
tercermin sebagai “an-nas” yang hidup pada masyarakat yang plural
(majemuk).5
Berdasarkan pada tujuan pendidikan islam tersebut maka ada tiga
fungsi pendidikan islam dalam kehidupan manusia, yaitu:
1) Pendidikan sebagai pengembangan potensi
5 Drs. Bukhari Umar, M.Ag.,Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Amzah, 2010), hal. 59-60
21
Fungsi pendidikan islam ini merupakan realisasi dari pengertian
tarbiyah al-insya‟ (menumbuhkan atau mengaktualisasikan potensi).
Asumsi tugas ini adalah bahwa manusia mempunyai sejumlah potensi
atau kemampuan, sedangkan pendidikan merupakan proses untuk
menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi tersebut.
Pendidikan berusaha untuk menampakkan (aktualisasi) potensi-potensi
laten tersebut yang dimiliki oleh setiap peserta didik.
Dalam islam, potensi laten yang dimiliki manusia banyak
ragamnya. Abdul Mujib menyebutkan tujuh macam potensi bawaan
manusia, yaitu: al-fithrah (citra asli), struktur manusia, al-hayah
(vitality), al-khuluq (karakter), ath-thab‟u (tabiat), as-sajiyah (bakat),
as-sifat (sifat-sifat), dan al-„amal (perilaku).
2) Pendidikan sebagai pewarisan budaya
Tugas pendidikan islam ini sebagai realisasi dari pengertian
tarbiyah at-tabligh (menyampaikan atau transformasi kebudayaan).
Tugas pendidikan selanjutnya adalah mewariskan nilai-nilai budaya
islami. Hal ini perlu karena kebudayaan islam akan mati apabila nilai-
nilai dan normanya tidak berfungsi dan belum sempat diwariskan
kepada generasi berikutnya.
Dalam pendidikan islam, sumber nilai budaya dapat dibedakan
menjadi dua bagian, yaitu:
a. Nilai ilahiyyah, nilai yang dititahkan Allah melalui para rasul-Nya
yang diabadikan pada wahyu. Inti nilai ini adalah iman dan takwa.
22
Nilai ini tidak mengalami perubahan karena mengandung
kemutlakan.
b. Nilai insaniyyah, nilai yang tumbuh atas kesepakatan manusia serta
hidup dan berkembang dari peradaban manusia. Nilai ini bersifat
dinamis, yang keberlakuannya relatif dan dibatasi oleh ruang dan
waktu.
3) Interaksi antara potensi dan budaya
Manusia secara potensial mempunyai potensi dasar yang harus
diaktualkan dan dilengkapi dengan peradaban dan kebudayaan islam.
Demikian juga, aplikasi peradaban dan kebudayaan harus relevan
dengan kebutuhan dan perkembangan potensi dasar manusia. Tanpa
memperhatikan kebutuhan dan perkembangan, peradaban dan
kebudayaan hanya akan menambah beban hidup yang mengakibatkan
kehidupan yang anomali (inkhiraf) yang menyalahi desain awal Allah
ciptakan. Interaksi antara potensi dan budaya harus mendapatkan
tempat dalam proses pendidikan, dan jangan sampai salah satunya ada
yang diabaikan. Tanpa interaksi tersebut, harmonisasi kehidupan akan
terhambat.6
Jadi apabila ketiga fungsi pendidikan islam tersebut dapat difungsikan
dengan baik dalam kehidupan maka akan memiliki dampak yang baik bagi
kehidupan manusia. Segala perkembangan yang terjadi dalam kehidupan
6 Ibid, hal. 69-82
23
manusia akan dapat diatur dengan baik oleh manusia melaui pendidikan
agama islam.
B. Pendekatan Saintifik
1. Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran melalui proses ilmiah.7 Adapun yang dimaksud dengan
proses ilmiah yaitu proses pembelajaran yang dilakukan siswa dengan akal
pikiran berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dalam proses pembelajaran
tersebut siswa melakukannya sendiri sehingga mereka memiliki
pengalaman secara langsung. Melalui pendekatan ini siswa diharapkan
dapat berfikir analitis dan sistematis sehingga mampu memecahkan
masalah yang sedang dihadapinya. Dengan demikian, pada proses
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik bertujuan untuk
mempersiapkan siswa agar dapat hidup mandiri dan dapat memecahkan
masalah yang akan dihadapi pada masa sekarang dan masa yang akan
datang. Sehingga melalui kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik siswa tidak hanya mampu menguasai ilmu pengetahuan secara
teoritis saja melainkan mampu mengaplikasikan teori yang sudah
dipelajari dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam memecahkan masalah, anak dibawa berfikir melewati beberapa
tahap yang disebut metode berfikir ilmiah, sebagai berikut:
7 M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 175
24
a. Anak menghadapi keraguan, merasakan adanya masalah
b. Menganalisis masalah tersebut dan menduga atau menyusun hipotesis-
hipotesis yang mungkin
c. Mengumpulkan data yang akan membatasi dan memperjelas masalah
d. Memilih dan menganalisis hipotesis sementara
e. Mencoba, menguji, dan membuktikan.8
Melalui metode berfikir ilmiah tersebut, siswa diharapkan dapat
berfikir lebih kritis terhadap segala perubahan yang terjadi di era global.
Sehingga dalam pendekatan ini para ilmuwan lebih mengedepankan
penalaran induktif daripada penalaran deduktif.
Adapun yang dimaksud dengan penalaran induktif adalah penalaran
yang dilakukan dengan dimulai pemberian berbagai kasus, fakta, contoh
atau sebab yang mencerminkan suatu konsep atau prinsip kemudian siswa
dibimbing untuk berusaha keras mensintesiskan, menemukan, atau
menyimpulkan prinsip dasar dari pelajaran tersebut. Sedangkan yang
dimaksud penalaran deduktif adalah penalaran dengan cara pemberian
penjelasan tentang prinsip-prinsip isi pelajaran kemudian dijelaskan dalam
bentuk penerapannya atau contoh-contohnya dalam situasi tertentu.9 Maka
dalam pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik siswa diajak
berfikir dengan cara menelaah fakta-fakta yang ada di masyarakat yang
8 Drs. H. Burhanuddin Salam, Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu Mendidik) (Jakarta:
Rineka Cipta, 2002), hal. 52 9 Drs. H. Martinis Yamin, M.Pd, Paradigma Pendidikan Konstruktivistik (Jakarta: Gedung
Persada Press, 2008), hal. 89
25
kemudian dikaji dengan teori yang sudah ada sehingga siswa mampu
menyimpulkan prinsip dasar dari materi yang dipelajari.
Lebih jelasnya tentang penalaran induktif dan deduktif dapat
digambarkan sebagai berikut:10
Gambar 2.1
Pendekatan induktif dan pendekatan deduktif
Saintis mempelajari gejala alam melalui proses tertentu, misalnya
pengamatan, eksperimen, dan penalaran induktif-deduktif. Mereka
membawakan sikap ilmiah tertentu, seperti obyektif dan jujur apabila
mengumpulkan dan menganalisis data. Dengan menggunakan proses dan
sikap ilmiah itu saintis memperoleh penemuan-penemuan dan penemuan-
penemuan ini merupakan produk sains. Para ahli pendidikan sains
memandang sains tidak hanya terdiri atas produk yang terdiri dari fakta,
10
http://Fakhmadsudrajat.files.wordpress.com-pendekatan-saintifik-ilmiah-dalam-
pembelajaran(Dikases pada tanggal 5/12/2013, jam 21:37)
26
konsep, dan teori yang dapat dihafalkan tetapi juga terdiri atas kegiatan
atau proses aktif menggunakan pikiran dan sikap ilmiah dalam
mempelajari gejala alam yang belum dapat diterangkan. “Science is what
scientist do!” (Butts & Hall, 1975, H.1). Secara garis besar sains dapat
didefinisikan terdiri atas tiga komponen, yaitu: sikap ilmiah, proses ilmiah,
dan produk ilmiah.11
Pendekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan
melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba
(experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating).12
Jadi dapat disimpulkan bahwa pendekatan saintifik
adalah pendekatan pembelajaran yang dirancang melalui beberapa tahap
yang dilakukan melalui proses ilmiah yaitu mengamati, menanya,
mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Sebagaimana yang telah disebutkan diatas bahwa penerapan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran melibatkan proses mengamati,
menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan. Oleh karena itu,
pendekatan saintifik sangat relevan dengan teori belajar Piaget dan Bruner.
Menurut jean Piaget (1975) salah seorang penganut aliran kognitif
yang kuat bahwa proses belajar sebenarnya terdiri dari tiga tahapan, yakni:
asimilasi, akomodasi, dan equilibrasi (penyeimbangan). Proses asimilasi
adalah proses penyatuan (pengintegrasian) informasi baru ke struktur
11
Soetardjo, Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Ketrampilan Proses
(Surabaya: SIC, 1998), hal. 2 12
M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 176
27
kognitif yang sudah ada dalam benak siswa. Akomodasi adalah
penyesuaian struktur kognitif ke dalam situasi yang baru. Equilibrasi
adalah penyesuaian berkesinambungan antara asimilasi dan akomodasi.13
Piaget menggunakan skema (schema, jamaknya skemata, schemata)
sebagai variabel perantara favoritnya. Skemata adalah cara mempersepsi,
memahami, dan berpikir tentang dunia. Kita bisa menyebutnya sebagai
kerangka atau struktur pengorganisir aktivitas mental.14
Maka dalam teori
ini, siswa secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasi lingkungan
sekitarnya.
Sedangkan, Bruner (1960) mengusulkan teorinya yang disebut free
discovery learning. Menurut teori ini, proses belajar akan berjalan dengan
baik dan kreatif jika guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
menemukan suatu aturan (termasuk konsep, teori, definisi, dan
sebagainya) melalui contoh-contoh yang menggambarkan (mewakili)
aturan yang menjadi sumbernya. Dengan kata lain, siswa dibimbing secara
induktif untuk memahami suatu kebenaran umum.15
Maka dalam teori
yang dikemukakan oleh Bruner sebagaimana yang diterapkan dalam
pendekatan saintifik bahwa penalaran yang digunakan adalah penalaran
induktif.
13
Dr. Hamzah B. uno, M.Pd, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hal. 10-11 14
Winfred F. Hill, Theories of Learning Teori-Teori Pembelajaran (Bandung: Nusa Media,
2009), hal. 157 15
Dr. Hamzah B. uno, M.Pd, Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran (Jakarta: Bumi
Aksara, 2006), hal. 12
28
2. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik
Menurut Sudarwan, pendekatan saintifik bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan
tentang suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus
dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria
ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti
berikut ini.
a. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan
sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-
peserta didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis,
analistis, dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan
masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
e. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon substansi atau materi pembelajaran.
29
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik sistem penyajiannya.16
Dalam mewujudkan ketercapaian pembelajaran tersebut, ada prinsip-
prinsip yang dapat dijadikan bahan acuan guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran, diantaranya sebagai berikut:
1) Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu.
2) Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis
aneka sumber belajar.
3) Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah.
4) Dari pembelajaran berbasis konten menuju pembelajaran berbasis
kompetensi.
5) Dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.
6) Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju
pembelajaran dengan jawaban yang kebenarannya multidimensi.
7) Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
8) Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills)
dan keterampilan mental (soft skills).
9) Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan
peserta didik sebagai pembelajar sepanjang hayat.
16
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal.
194
30
10) Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi
keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing
madyo mangun karso) dan mengembangkan kreatifitas peserta didik
dalam proses pembelajaran (tut wuri handayani).
11) Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di
masyarakat.
12) Pembelajaran yang menerapkan prinsip siapa saja adalah guru, siapa
saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas.
13) Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan
efisiensi dan efektifitas pembelajaran.
14) Pengakuan atas perbedaan individual dan latar belakang budaya
peserta didik.17
3. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik
Pendekatan saintifik merupakan pendekatan yang digunakan dalam
proses pembelajaran kurikulum 2013. Pelaksanaan proses pembelajaran
kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik menyentuh tiga ranah yaitu:
sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Ranah sikap yang harus dihasilkan
dari proses pembelajaran tersebut adalah agar siswa tahu “kenapa”,
sedangkan ranah keterampilan agar siswa tahu “bagaimana”, dan ranah
pengetahuan agar siswa tahu “apa”. Tujuan yang didapat dari proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah agar siswa memiliki
keseimbangan hard skills dan soft skills.
17
M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,
SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 174-175
31
Agar lebih jelas tentang tujuan proses pembelajaran pendekatan
saintifik yaitu untuk menyeimbangkan hard skills dan soft skills siswa
dapat dilihat pada gambar berikut:18
Gambar 2.2
Tujuan Pendekatan Saintifik
M. Fadlillah dalam bukunya yang berjudul “Implementasi Kurikulum
2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA” menyebutkan
pengertian pendekatan saintifik ialah pendekatan pembelajaran yang
dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning),
mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communicating). Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa langkah-
langkah yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik, yaitu:
a. Mengamati
18
http://Fakhmadsudrajat.files.wordpress.com-pendekatan-saintifik-ilmiah-dalam-
pembelajaran (Dikases pada tanggal 5/12/2013, jam 21:37)
32
Langkah pertama yang harus dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan pendekatana saintifik ialah mengamati. Mengamati merupakan
kegiatan yang lebih mengutamakan kebermaknaan. Dalam kegiatan ini
peserta didik dihadapkan pada objek-objek yang nyata sehingga
mereka mampu menghubungkan antara objek yang diteliti dengan
materi yang dipelajari. Dengan demikian mereka akan merasa senang
dan tertantang dalam proses pembelajaran serta dapat memenuhi dan
menjawab rasa ingin tahu mereka.
Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan
menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
1) Menentukan objek apa yang akan diobservasi.
2) Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi.
3) Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi baik
primer maupun sekunder.
4) Menentukan dimana tempat objek yang akan diobservasi.
5) Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan
untuk mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
6) Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya. Kegiatan observasi dalam
proses pembelajaran meniscayakan keterlibatan peserta didik
33
secara langsung. Dalam kaitan ini, guru harus memahami bentuk
keterlibatan peserta didik dalam observasi tersebut.19
Berdasarkan langkah-langkah tersebut, menurut teori observasi,
proses observasi memiliki empat buah unsur, dua diantaranya
membutuhkan sebuah kompromi yang signifikan dengan teori perilaku
Skinnerian.
a) Perhatian
Proses observasi pertama-tama akan mengasumsikan bahwa siswa
mampu dan akan memfokuskan perhatian mereka dan bahwa, dari
waktu ke waktu, perhatian ini akan diarahkan pada sebuah perilaku
contoh.
b) Ingatan
Menyangkut unsur keduanya, teori observasi mengasumsikan
bahwa para siswa mampu mengingat perilaku-perilaku yang pernah
mereka saksikan, sehingga cukup bagi mereka untuk sewaktu-
waktu menunjukkan perilaku yang sama di kesempatan lain.
c) Kecakapan motorik
Elemen ketiga dari teori observasi tidak bertentangan dengan
filosofis teori perilaku Skinnerian. Untuk menunjukkan sebuah
perilaku yang selama ini mereka perhatikan, para siswa harus
memiliki kecakapan motorik yang dibutuhkan untuk melakukan
19
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal.
212
34
perilaku tersebut, dan kecakapan ini biasanya membutuhkan
latihan nyata dan bukan pengamatan yang samar.
d) Penguatan motivasi
Unsur keempat dari teori observasi adalah penguatan motivasi.
Proses ini bisa memperbesar pengaruh dari percontohan. Ia bisa
mengalihkan perhatian pada perilaku contoh tertentu dan
pelakunya atau memberitahukan siswa bahwa sebuah perilaku itu
cukup berharga dan karenanya layak untuk dicontoh.20
Adapun prinsip-prinsip yang harus diperhatikan oleh guru dan
peserta didik selama observasi pembelajaran disajikan berikut ini.
(1) Cermat, objektif, dan jujur serta terfokus pada objek yang
diobservasi untuk kepentingan pembelajaran.
(2) Banyak atau sedikit serta homogenitas atau hiterogenitas subjek,
objek, atau situasi yang diobservasi. Makin banyak dan hiterogen
subjek, objek, atau situasi yang diobservasi, makin sulit kegiatan
obervasi itu dilakukan. Sebelum obsevasi dilaksanakan, guru dan
peserta didik sebaiknya menentukan dan menyepakati cara dan
prosedur pengamatan.
(3) Guru dan peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat,
direkam, dan sejenisnya, serta bagaimana membuat catatan atas
perolehan observasi.21
20
Kelvin Seifert. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi pendidikan-Manajemen Mutu
Psikologi Pendidikan Para Pendidik (Jogjakarta: IRCiSoD, 2007), hal. 68-70 21
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal.
214
35
Sebagaimana yang disebutkan dalam Permendikbud No. 81 a
bahwa kegiatan mengamati dalam proses pembelajaran dapat
dilakukan melalui kegiatan melihat, menyimak, mendengar, dan
membaca. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam proses
mengamati yaitu melatih kesungguhan, ketelitian, dan mencari
informasi oleh siswa.
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati guru membuka kesempatan yang luas
kepada peserta didik untuk bertanya tentang apa saja yang sudah
dilihat pada saat mengamati. Guru membimbing peserta didik dalam
mengajukan pertanyaan tentang hasil pengamatan mulai dari objek
yang nyata sampai kepada yang abstrak dan mulai dari yang bersifat
faktual sampai kepada yang bersifat hipotetik atau dugaan sementara.
Dari berbagai pertanyaan yang sudah diajukan peserta didik,
melalui kegiatan kedua yaitu “menanya” guru harus mampu
mengembangkan rasa ingin tahu mereka. Sebab, pertanyaan tersebut
menjadi dasar untuk mencari berbagai informasi. Semakin terlatih
mereka untuk bertanya maka rasa ingin tahu mereka dapat
dikembangkan. Adapun kompetensi yang diharapkan dalam kegiatan
menanya adalah mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis
yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
c. Mencoba
36
Mencoba merupakan tindak lanjut dari menanya. Dalam kegiatan
pembelajaran ini peserta didik harus mendapatkan informasi yang
dibutuhkan. Kegiatan ini dilakukan agar peserta didik memperoleh
hasil belajar yang nyata.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Permendikbud No. 81 a
bahwa aktivitas mengumpulkan informasi dapat dilakukan melalui
eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek
atau peristiwa, wawancara, dan sebagainya. Adapun kompetensi yang
diharapkan dari mencoba ialah mengembangkan sikap teliti, jujur,
sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai
cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Kegiatan pembelajaran dengan pendekatan eksperimen atau
mencoba dilakukan melalui tiga tahap, yaitu, persiapan, pelaksanaan,
dan tindak lanjut. Ketiga tahapan eksperimen atau mencoba tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1) Persiapan
a) Menetapkan tujuan eksperimen.
b) Mempersiapkan alat atau bahan.
c) Mempersiapkan tempat eksperimen sesuai dengan jumlah
peserta didik serta alat atau bahan yang tersedia. Di sini guru
perlu menimbang apakah peserta didik akan melaksanakan
37
eksperimen atau mencoba secara serentak atau dibagi menjadi
beberapa kelompok secara paralel atau bergiliran.
d) Mempertimbangkan masalah keamanan dan kesehatan agar
dapat memperkecil atau menghindari risiko yang mungkin
timbul.
e) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan
dan tahapan-tahapan yang harus dilakukan peserta didik,
termasuk hal-hal yang dilarang atau membahayakan.
2) Pelaksanaan
a) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru ikut
membimbing dan mengamati proses percobaan. Di sini guru
harus memberikan dorongan dan bantuan terhadap kesulitan-
kesulitan yang dihadapi oleh peserta didik agar kegiatan itu
berhasil dengan baik.
b) Selama proses eksperimen atau mencoba, guru hendaknya
memperhatikan situasi secara keseluruhan, termasuk membantu
mengatasi dan memecahkan masalah-masalah yang akan
menghambat kegiatan pembelajaran.
3) Tindak lanjut
a) Peserta didik mengumpulkan laporan hasil eksperimen kepada
guru.
b) Guru memeriksa hasil eksperimen peserta didik.
38
c) Guru memberikan umpan balik kepada peserta didik atas hasil
eksperimen.
d) Guru dan peserta didik mendiskusikan masalah-masalah yang
ditemukan selama eksperimen.
e) Guru dan peserta didik memeriksa dan menyimpan kembali
segala bahan dan alat yang digunakan.22
d. Menalar
Penalaran adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh
simpulan berupa pengetahuan.23
Dari pengertian tersebut dapat
dipahami bahwa dalam proses menalar peserta didik harus lebih aktif
daripada guru.
Kegiatan menalar dalam pendekatan saintifik merujuk pada teori
asosiasi. Adapun asosiasi merupakan menggabungkan bermacam-
macam ide dan mengasosiasikan bermacam-macam peristiwa yang
kemudian tersimpan di dalam memori. Pengalaman yang sudah
tersimpan didalam memori otak akan berinteraksi dengan pengalaman
sebelumnya.
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk
meningkatkan daya menalar peserta didik dapat dilakukan dengan cara
berikut ini.
22
Abdul Majid, Pembelajaran Tematik Terpadu (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2014), hal.
232 23
Ibid, hal. 223
39
1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode
kuliah. Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi
jelas dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun
dengan cara simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hirarkis,
dimulai dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada
yang kompleks (persyaratan tinggi).
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati
5) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau
otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.24
Sebagaimana yang disebutkan dalam Permendikbud No. 81 a
bahwa menalar atau mengasosiasikan dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu mengolah informasi yang sudah dikumpulkan baik terbatas dari
hasil kegiatan mengumpulkan atau mencoba (eksperimen) maupun
24
Ibid, hal. 227
40
hasil dari kegiatan mengamati dan kegiatan mengumpulkan informasi
serta pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
menambah keluasan dan kedalaman sampai kepada pengolahan
informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang
memiliki pendapat yang berbeda sampai kepada yang bertentangan.
Adapun kompetensi yang hendak dicapai yaitu mengembangkan sikap
jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam
menyimpulkan.
e. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan merupakan langkah terakhir dalam proses
pembelajaran saintifik. Dalam proses ini guru memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menyampaikan hasil pekerjaannya baik
secara individu maupun kelompok. Hasil pekerjaan yang hendak
disampaikan bisa melalui lisan seperti menceritakan atau dengan
tulisan.
Sebagaimana yang disebutkan dalam Permendikbud No. 81 a
bahwa menyampaikan hasil pengamatan atau mengkomunikasikan
dapat dilakukan secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Adapun
kompetensi yang diharapkan dalam proses mengkomunikasikan atau
menyampaikan adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan
41
singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang
baik dan benar.
Dalam proses mengkomunikasikan guru memberikan penilaian dan
klarifikasi terhadap hasil pekerjaan peserta didik agar mereka
mengetahui secara benar tentang materi yang dikaji sehingga peserta
didik bisa memperbaiki hasil pekerjaan yang kurang benar.
C. Hard Skills dan Soft Skills
1. Pengertian Hard Skills dan Soft Skills
a. Hard Skills
Menurut Bahrumsyah (2010) hard skill merupakan penguasaan
ilmu pengetahuan, teknologi dan keterampilan teknis yang
berhubungan dengan bidang ilmunya. Menurut Syawal (2010) hard
skill yaitu lebih beriorentasi mengembangkan intelligence quotient
(IQ).25
Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa hard skills
merupakan kemampuan menguasai ilmu pengetahuan yang telah
dipelajarinya dan keterampilan teknis yang sesuai dengan bidangnya.
Misalnya, peserta didik yang sudah belajar fiqh bab “sholat” maka ia
harus bisa mengerjakan sholat.
Sebagaimana dalam suatu organisasi, pasti juga terdapat hal-hal
yang bersifat hard. Aspek-aspek yang menyangkut hard tersebut
diantaranya ialah: struktur organisasi, aturan-aturan, kebijakan,
25
http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html (Diakses
pada tanggal 20/10/14, jam 19:29)
42
teknologi, dan keuangan. Hal-hal tersebut dapat diukur,
dikuantifikasikan serta dikontrol dengan relatif mudah.26
Dan aspek
hard skills (kecakapan teknis) hanya diwakili dua aspek yakni
berpengetahuan dan kompeten.27
Dengan demikian, hard skills adalah
keterampilan yang dapat diukur sehingga seseorang dapat dengan
mudah melakukan bimbingan dalam meningkatkan hard skills yang
telah dimilikinya.
Dalam hal ini, hard skills dikelompokkan menjadi dua macam,
yaitu:
1) Ilmu (kecerdasan intelektual)
Yang dimaksud dengan ilmu dalam hard skills adalah
kecerdasan intelektual atau kemampuan seseorang dalam
memahami ilmu yang telah dipelajarainya. Ilmu merupakan
wilayah kerja aspek kognisi. Dalam hal ini, sering dikenal dengan
istilah IQ. Ketika seseorang memiliki IQ yang tinggi maka ia
dikatakan sebagai orang yang cerdas. Hal ini dapat dilihat melalui
pengukuran atau tes.
Rana kognitif (cognitive domain) menurut taksonomi Bloom
dan kawan-kawan:
(a) Pengetahuan (knowledge)
(b) Pemahaman (comprehension)
26
Marno, M.Ag dan Triyo Supriyatno, S.Pd., M.Ag, Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam (Bandung: Refika Aditama, 2008), hal. 139 27
Aries Musnandar, Pendidikan yang Mencerdaskan-Esai-Esai Pendidikan Aries Musnandar
(Yogyakarta: Naila Pusataka, 2013), hal. 91
43
(c) Penerapan (application)
(d) Analisa (analysis)
(e) Sintesa (synthesis)
(f) Evaluasi (evaluation)28
Menurut English & English dalam bukunya “A Comprehensive
Dictionary of Psychological and Psychoanalitical Terms”, istilah
intellect berarti antara lain: kekuatan mental dimana manusia dapat
berpikir, suatu rumpun nama untuk proses kognitif terutama untuk
aktivitas yang berkenaan dengan berpikir (misalnya
menghubungkan, menimbang, dan memahami) dan kecakapan
terutama kecakapan yang tinggi untuk berpikir (bandingkan dengan
intelligence. Intelligence=intellect).29
Konsep kecerdasan intelektual itu sendiri terbagi dalam dua
kategori kecenderungan. Intelektual dalam arti kemampuan dalam
sistem pemikiran filosofis dan dalam arti konkrit. Sistem pemikiran
filosofis melahirkan suatu sistem tatanan pengetahuan pemandu
peri kehidupan manusia, sedangkan sistem pemikiran yang konkrit
melahirkan suatu sistem kemajuan ilmu pengetahuan dan
teknologi. Meskipun kedua kategori pemetaan ini pada hakekatnya
satu kesatuan yang tak terpisahkan, namun secara ontology
28
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 149 29
Prof. Dr. H. Sunarto dan Dra. Ny. B. Agung Hartono, Perkembangan Peserta Didik
(Jakarta: Rineka Cipta, 2006), hal. 99
44
terbentang sebagai suatu kutub dikotomi semesta konsep
pengetahuan.30
2) Keterampilan
Yang dimaksud keterampilan disini adalah kemampuan
seseorang menerapkan ilmu yang telah dipelajarinya dalam
kehidupan sehari-hari. Misalnya, seorang anak yang bisa
melalukan sholat setelah belajar fiqh bab sholat atau seorang
sarjana jurusan PAI yang mampu mengajar mata pelajaran PAI.
Adapun keterampilan merupakan wilayah kerja aspek motorik.
Dalam dataran pembelajaran yang lebih praktis, aspek motorik
terbagi dalam 7 tingkat menurut tingkatan kesulitan yang
terkandung. Tahap pertama, tahap yang paling sederhana disebut
persepsi, tahap ini berkenaan dengan penggunaan organ indra
untuk menangkap isyarat yang membimbing aktifitas gerak. Tahap
kedua adalah kesiapan yaitu kesiapan untuk melakukan tindakan
tertentu. Berikutnya adalah gerakan terbimbing sebagai tahap awal
dari mempelajari keterampilan yang kompleks. Tahap gerakan
terbiasa berkenaan dengan kinerja dimana gerakan subjek belajar
sudah menjadi kebiasaan. Gerakan kompleks menunjukkan
gerakan yang sangat terampil dengan pola-pola gerakan yang
sangat kompleks.Gerakan pola penyesuaian berkenaan dengan
keterampilan yang dikembangkan dengan baik sehingga seseorang
30
Jasa Ungguh Muliawan, Epistimologi Pendidikan (Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press, 2008), hal. 109-110
45
dapat memodifikasi pola-pola gerakan untuk penyesuaian terhadap
tuntutan tertentu atau menyesuaikan situasi tertentu. Tahap terakhir
kreatifitas yang menunjukkan kepada penciptaan pola-pola gerakan
baru untuk menyesuaikan situasi tertentu atau problem khusus.31
b. Soft Skills
Menurut Ramdhani (2008) dan Syawal (2010) pengertian soft skills
didefinisikan sebagai keterampilan lunak (soft) yang digunakan dalam
berhubungan dan bekerjasama dengan orang lain, atau dikatakan
sebagai interpersonal skills. Menurut Bahrumsyah soft skills
merupakan keterampilan seseorang dalam berhubungan dengan orang
lain (interpersonal skills) dan keterampilan mengatur dirinya sendiri
(intrapersonal skills) yang mampu mengembangkan untuk kerja secara
maksimal.32
Soft skills identik dengan sikap atau nilai-nilai yang
dimiliki seseorang atau bisa disebut dengan keterampilan insaniyah.
Dengan demikian, soft skills merupakan wilayah kerja aspek afeksi.
Rana afektif (affective domain) menurut taksonomi Kratwohl,
Bloom dan kawan-kawan:
1) Penerimaan (receiving)
2) Partisipasi (responding)
3) Penilaian/penentuan sikap (valuing)
4) Organisasi (organization)
31
Ibid, hal. 104-105 32
http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-skill.html (Diakses
pada tanggal 20/10/14, jam 19:29)
46
5) Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value
complex).33
Tahap ini dalam sistem pendidikan lebih dikenal dengan istilah
meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional secara
konseptual merupakan bentuk penguasaan pada pengendalian diri,
nafsu, dan emosi. Tujuan pendidikan secara individual adalah
penguasaan untuk mengendalikan diri yang dimulai pada pengetahuan
terhadap diri, berlanjut pada pemahaman terhadap lingkungan dan
berakhir pada kemampuan mengatur dan mengarahkan dorongan
emosional pribadi baik dalam berbicara, berbuat, bertingkah laku,
bergaul dan seterusnya. Orang akan semakin menjadi lebih sabar,
tabah, rendah hati, dan bijaksana.34
Konsep yuridis yang dituangkan dalam UUD 45 dan dielaborasi
melalui UU Sistem Pendidikan Nasional (SPN) no. 20 tahun 2003
secara singkat, tegas namun jelas telah mencantumkan pentingnya
kecakapan insaniyah bagi peserta didik. Bab 2 pasal 3 UU SPN no.
20/2003 menyebutkan delapan aspek kecakapan insaniyah yakni:
beriman dan bertakwa, akhlak mulia, sehat, kreatif, mandiri,
demokratis dan bertanggung jawab. Kedelapan aspek ini merupakan
bagian dari soft skills anak didik.35
33
W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 150 34
Ibid, hal. 106 35
Aries Musnandar, Pendidikan yang Mencerdaskan-Esai-Esai Pendidikan Aries Musnandar
(Yogyakarta: Naila Pusataka, 2013), hal. 90
47
Adapun soft skills dibagi menjadi dua bagian, yaitu: interpersonal
skills dan intrapersonal skills.
a) Interpersonal skills
Interpersonal skills ialah kecakapan memahami dan merespon serta
berinteraksi dengan orang lain dengan tepat, watak, temperamen,
motivasi, dan kecenderungan terhadap orang lain. Orang-orang
yang memiliki kecerdasan hubungan sosial diantaranya guru,
konselor, pekerja sosial, aktor, pimpinan masyarakat, politikus,
dll.36
Dengan kata lain, interpersonal skills adalah keterampilan
seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.
b) Intrapersonal skills
Intrapersonal skills ialah kecakapan memahami kehidupan
emosional, membedakan emosi orang-orang, pengetahuan tentang
kekuatan dan kelemahan diri. Kecakapan membentuk persepsi
yang tepat terhadap orang, menggunakannya dalam merencanakan
dan mengarahkan kehidupan yang lain. Agamawan, psikolog,
psikiater, filosof, adalah mereka yang memiliki kecerdasan pribadi
yang tinggi.37
Berdasarkan pada pengertian tersebut dapat
disimpulkan bahwa intrapersonal skills adalah keterampilan
seseorang dalam mengatur diri sendiri.
Soft skills merupakan keterampilan yang harus dimiliki oleh
seseorang. Sebab, dengan adanya soft skills seseorang akan lebih
36
Prof. Dr. Nana Syaodih Sukmadinata, Landasan Psikologi Proses Pendidikan (Bandung,
Remaja Rosdakarya, 2005), hal. 97 37
Ibid, hal. 97
48
diterima keberadaannya dalam masyarakat. Soft skills yang dimiliki
oleh seseorang mempunyai kadar yang berbeda. Hal ini dipengaruhi
oleh cara berfikir, berkata, dan bertindak dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi, hal ini dapat dirubah dengan cara membiasakan diri
dengan hal-hal yang baru serta berusaha keras untuk merubahnya.
2. Urgensi MeningkatkanHard Skills dan Soft Skills
Undang-Undang No. 20 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3
menyatakan:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermanfaat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi
peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung
jawab.38
Menurut Robert M. Gagne, kondisi-kondisi belajar dikelompokkan
sesuai dengan tujuan-tujuan belajar yang hendak dicapai sehingga pada
akhirnya lulusan memiliki kemampuan-kemampuan tertentu sesuai dengan
apa yang diharapkan, diantaranya kemampuan-kemampuan sebagai
berikut:
a. Keterampilan intelektual yaitu salah satu hasil belajar terpenting dari
sistem lingkungan skolastik yang terdiri dari sepuluh kemampuan
38
Prof. Dr. H. Oemar Hamalik, Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Roadakarya, 2007), hal. 131
49
mulai dari baca, tulis, hitung sampai kemampuan memperhitungkan
kekuatan sebuah jembatan atau akibat devaluasi.
b. Strategi kognitif yaitu mengatur “cara belajar” dan berfikir seseorang
dalam arti yang seluas-luasnya termasuk kemampuan memecahkan
masalah.
c. Informasi verbal yakni kemampuan untuk mencari dan mengolah
sendiri informasi sehingga jauh lebih bermanfaat daripada
informasinya sendiri.
d. Keterampilan motorik, disini maksudnya adalah kemampuan-
kemampuan yang diperoleh di sekolah seperti menulis, mengetik, dan
menggunakan busur derajat yang kemudian dipergunakan juga didalam
kehidupan.
e. Sikap dan nilai yakni kemampuan yang berhubungan dengan aspek
serta intensitas emosional yang dimiliki seseorang.39
Dari pernyataan UU SISDIKNAS No. 20 pasal 3 dan pendapat Robert
M. Gagne tentang kemampuan yang harus dimiliki oleh lulusan sudah
sangat jelas bahwa pendidikan harus mampu meningkatkan hard skills dan
soft skills siswa.
Dunia kerja di era globalisasi juga membutuhkan calon pekerja yang
tidak hanya memiliki nilai IPK tertinggi dan keterampilan teknis (hard
skills) tetapi juga harus memiliki sikap yang baik (soft skills). Misalnya, di
Jawa banyak lulusan sarjana maka hal ini mengakibatkan persaingan yang
39
Drs. A. Tabrani Rusyan dkk, Pendekatan Dalam Proses Belajar Mengajar (Bandung:
Remadja Karya, 1989), hal. 1-2
50
ketat dalam dunia kerja. Bagi seseorang yang memiliki hard skills dan soft
skills yang baik maka ia akan dapat diterima dalam dunia kerja dengan
mudah dan menjadi pemenang dalam persaingan tersebut. Akan tetapi,
bagi mereka yang hanya memiliki keterampilan sepihak saja maka
kemampuan yang telah dimilikinya masih dipertimbangkan oleh dunia
kerja. Oleh karena itu, setiap manusia harus memiliki kecakapan hidup
yang baik agar bisa bersaing dalam dunia kerja khususnya dalam dunia
kerja yang bersifat global.
WHO (1997) mendefinisikan kecakapan hidup sebagai keterampilan
atau kemampuan untuk dapat beradaptasi dan berperilaku positif yang
memungkinkan seseorang mampu menghadapi berbagai tuntutan dan
tantangan dalam kehidupan secara lebih efektif. Kecakapan hidup
mencakup lima jenis, yaitu kecakapan mengenal diri, kecakapan berfikir,
kecakapan sosial, kecakapan akademik, dan kecakapan kejujuran.40
Dalam
hal ini, kecakapan hidup yang harus dimiliki oleh seseorang dapat
diklasifikasikan menjadi dua hal yaitu kecakapan hidup yang berbentuk
hard skills dan soft skills.
Soft skills merupakan penunjang dari hard skills. Sebab, soft skills akan
menentukan arah pemanfaatan hard skills dalam kehidupan seseorang.
Apabila seseorang memiliki soft skills yang baik maka ilmu pengetahuan
dan keterampilan (hard skills) yang dimilikinya akan membawakan
dampak positif bagi hidupnya dan orang lain. Akan tetapi, apabila
40
Drs. Zainal Arifin, M.Pd, Konsep & Model Pengembangan Kurikulum (Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011), hal. 244
51
seseorang tidak memiliki soft skills yang baik maka ilmu pengetahuan dan
keterampilan teknis (hard skills) yang dimilikinya akan membahayakan
dirinya.
Begitu pentingnya hard skills dan soft skills dalam hidup seseorang
maka keduanya harus seimbang. Sebab, soft skills merupakan pelengkap
dari hard skills seseorang. Tanpa adanya soft skills seseorang tidak akan
bisa diterima dalam dunia kerja atau masyarakat. Sebaliknya, tanpa adanya
hard skill seseorang tidak akan bisa menjalankan tugasnya dalam dunia
kerja.
Dan yang telah dipaparkan dari hasil penelitian psikologi sosial
menunjukkan bahwa orang yang sukses di dunia ditentukan oleh peranan
ilmu sebesar 18%. Sisanya 80% dijelaskan oleh keterampilan emosional,
soft skills, dan sejenisnya.41
Penelitian yang dilakukan di Harvard
University Amerika Serikat misalnya, menemukan bahwa ternyata
kesuksesan seseorang tidak ditentukan semata-mata oleh pengetahuan dan
kemampuan teknis (hard skills) saja, tetapi lebih oleh kemampuan
mengelola diri dan orang lain (soft skills). Penelitian ini mengungkapkan,
kesuksesan hanya ditentukan sekitar 20% oleh hard skills dan sisanya 80%
oleh soft skills. Bahkan orang-orang tersukses di dunia bisa berhasil
dikarenakan lebih banyak didukung kemampuan soft skills daripada hard
skills. Singkatnya, tingkat kecerdasan hanya menyumbang sekitar 20-30
persen, sementara jiwa kewirausahaan yang didukung kecerdasan sosial
41
Prof. Dr. Elfindri dkk, Soft Skills Untuk Pendidik (Baduose Media, 2010), hal. 68
52
justru menyumbang 80 persen keberhasilan seseorang kelak di kemudian
hari.42
3. Cara Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills
Tujuan Pendidikan Nasional sebagaimana yang disebutkan dalam UU
Sisdiknas No.20 Tahun 2003 yaitu mencetak manusia yang beriman dan
bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis, serta
bertanggung jawab.
Dalam tujuan tersebut tertera beberapa aspek yang harus dimiliki oleh
peserta didik sebagai hasil belajarnya. Aspek tersebut mencakup hard
skills dan soft skills yaitu disamping mereka memiliki ilmu pengetahuan
yang luas tetapi mereka juga harus memiliki sikap yang baik. Untuk
mencapai tujuan yang telah dirumuskan tersebut bukan hal yang mudah.
Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara yang efektif untuk mencapai
tujuan tersebut.
Cara yang tepat untuk mengajarkan hard skills dan soft skills serta
langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut:
a. Keyakinan yang tinggi
Seorang pendidik harus yakin bahwa dirinya mampu mengajarkan
hard skills dan soft skills sekaligus. Keyakinan ini dapat muncul jika
ditopang dasar yang kuat yakni penguasaan terminologi, ruang lingkup
serta teknik pembelajarannya.
42
Agus Wibowo, Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi) (Yogyakarta: Pustaka
Pelajar,2011), hal. 18
53
b. Menyusun perencanaan pembelajaran kuliah
Menyusun perencanaan perkuliahan yang dengan secara sadar
memasukkan pembelajaran soft skills kedalam pembelajaran hard
skills. Seorang dosen sebelum perkuliahan hendaknya merumuskan
keterampilan soft skills apa saja yang harus dikuasai mahasiswa dalam
pembelajaran materi tertentu. Selanjutnya menentukan cara atau
metode pembelajaran yang digunakan serta cara mengevaluasinya.
c. Gunakan strategi pembelajaran yang tepat
Gunakan strategi pemberian model atau percontohan. Pendidik
diharapkan menjadikan dirinya sebagai model penguasaan soft skills
dan menerapkannya dalam proses pembelajaran dan dalam kehidupan
sehari-hari.
d. Berikan bimbingan
Selain memberikan contoh pendidik juga hendaknya memberikan
bimbingan secara intensif.43
Dari langkah-langkah tersebut, penggunaan strategi pembelajaran yang
tepat dapat dispesifikasikan sebagai berikut:
1) Proses belajar satu kelas penuh: Pengajaran yang dipimpin oleh guru
yang menstimulasi seluruh siswa.
2) Diskusi kelas: Dialog dan debat tentang persoalan-persoalan utama.
3) Pegajuan pertanyaan: Siswa meminta penjelasan.
43
Prof. Dr. Elfindri dkk, Soft Skills Untuk Pendidik (Baduose Media, 2010), hal. 177
54
4) Kegiatan belajar kolaboratif: Tugas dikerjakan secara bersama dalam
kelompok kecil.
5) Pengajaran oleh teman sekelas: Pengajaran yang dilakukan oleh siswa
sendiri.
6) Kegiatan belajar mandiri: Aktivitas belajar yang dilakukan secara
perseorangan.
7) Kegiatan belajar aktif: Kegiatan yang membantu siswa memahami
perasaan, nilai-nilai, dan sikap mereka.
8) Pengembangan keterampilan: Mempelajari dan mempraktikkan
keterampilan, baik teknis maupun non-teknis.44
Strategi pembelajaran tersebut sebagaimana yang diterapkan dalam
pembelajaran dengan pendekatan saintifik meskipun terdapat perbedaan.
Akan tetapi, keduanya memiliki kesamaan dalam proses kegiatan belajar
mengajar yaitu siswa adalah subyek belajar yang aktif atau student center,
adanya proses bertanya, diskusi, dan siswa belajar dengan pengalaman
secara langsung. Dengan demikian, langkah-langkah yang dapat dilakukan
untuk meningkatkan hard skills dan soft skills siswa ialah menerapkan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik. Sebagaimana yang telah
dipaparkan dalam pengertian pendekatan saintifik bahwa secara garis
besar sains (pendekatan saintifik) terdiri dari tiga komponen yaitu sikap
ilmiah, proses ilmiah, dan produk ilmiah.
44
Melvin L. Silberman, Active Learning (Bandung: Nusamedia, 2006), hal. 13-14
55
Komponen sikap ilmiah yang perlu ditumbuhkan antara lain adalah
tanggungjawab, keinginan hendak tahu, jujur, terbuka, obyektif, kreatif,
toleransi, kecermatan bekerja, percaya diri sendiri, konsep diri positif,
mengenal hubungan antara masyarakat dan sains, perhatian terhadap
sesama makhluk hidup, menyadari bahwa kemajuan ilmiah diperoleh dari
usaha bersama, dan menginterprestasikan gejala alam dari sudut prinsip-
prinsip ilmiah. Dengan kata lain pendidikan sains juga bertujuan
mengembangkan kepribadian siswa.45
Proses dapat didefinisikan sebagai
perangkat keterampilan kompleks yang digunakan ilmuwan dalam
melakukan penyelidikan ilmiah. Proses atau metode ilmiah itu merupakan
konsep besar yang dapat diperinci menjadi sejumlah komponen yang harus
dikuasai seseorang apabila orang itu hendak melakukan penelitian dan
pengembangan dalam bidang lainnya.46
Dengan demikian, pendekatan
saintifik merupakan pendekatan pembelajaran yang bertujuan untuk
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
45
Soetardjo, Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan Ketrampilan Proses
(Surabaya: SIC, 1998), hal. 2 46
Ibid, hal. 2
56
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis dan Pendekatan Penelitian
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian
kualitatif. Penelitian kualitatif ialah penelitian yang bermaksud untuk
memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian
misalnya perilaku, persepsi, motivasi, tindakan, dll secara holistik dan
dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa pada suatu
konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode
alamiah.1 Dari pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa penelitian
kualitatif adalah penelitian yang dilakukan secara alamiah tanpa ada
rekayasa peneliti dalam mencari data-data yang dibutuhkan di lapangan.
Jadi apa yang ada di lapangan harus disajikan sesuai dengan realitanya.
Oleh karena itu, peneliti harus mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungan yang digunakan dalam penelitian sehingga dapat melakukan
penelitian dengan mudah.
Metode kualitatif memiliki beberapa sifat khasnya yaitu penekanan
pada lingkungan yang alamiah (naturalistic setting), induktif (inductive),
fleksibel (flexible), pengalaman langsung (direct verstehen), keseluruhan
1 Lexy J. Moleong, Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: Remaja Karya, 1989), hal. 6
57
(wholeness), partisipasi aktif dari partisipan dan penafsiran
(interpretation).2
Melalui penelitian kualitatif, peneliti ingin meneliti tentang:
a. Perilaku guru dalam proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII
E di SMPN 1 Malang.
b. Faktor pendukung proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII
E di SMPN 1 Malang.
c. Dampak proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
terhadap siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang.
2. Pendekatan Penelitian
Pendekatan adalah perlakuan terhadap objek sebagai sudut pandang
etik atau sebaliknya bagaimana seharusnya memperlakukan objek sebagai
sudut pandang emik (Ratna, 2010:44).3 Adapun pendekatan penelitian
yang digunakan peneliti adalah pendekatan paradigma alamiah atau lebih
dikenal dengan paradigma fenomenologis.
Pandangan fenomenologis berusaha memahami perilaku manusia dari
kerangka berpikir maupun bertindak orang itu sendiri. Bagi mereka yang
penting adalah kenyataan yang terjadi sebagai yang dibayangkan atau
2 Dr. J.R. Raco, M.E, M.Sc, Metode Penelitian Kualitatif-Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya (Jakarta: Grasindo, 2010), hal. 56 3 Andi Prastowo, Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif Rancangan Penelitian
(Jogjakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 181
58
dipikirkan oleh orang-orang itu sendiri.4 Oleh karena itu, peneliti harus
terjun langsung di lapangan dalam mencari data tentang proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard
skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang, faktor
pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang, dan dampak dari proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik terhadap siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang tanpa merekayasa
data yang sudah didapatkan dari objek penelitian.
Pendekatan ini juga sering disebut sebagai jenis pendekatan kualitatif,
post positivistic, etnografik, humanistik, atau studi kasus (case study).5
Pendekatan ini disebut sebagai pendekatan naturalistik karena penelitian
dilakukan berdasarkan latar alamiahnya, tanpa ada rekayasa dan tidak
diatur dengan eksperimen atau tes. Penelitian kualitatif ini tidak
dimaksudkan untuk menghasilkan generalisasi sebagaimana penelitian
kuantitatif, yang memperlakukan prinsip-prinsip hasil penelitian secara
universal bagi semua kasus.6 Adapun studi mendalam yang dilakukan
oleh peneliti ditujukan untuk membentuk suatu model atau teori
berdasarkan pada saling berhubungan antara data yang sudah
ditemukan.
4 H. Rochajat Harun, Metode Penelitian Kualitatip Untuk pelatihan (Bandung: Mandar Maju,
2007), hal. 27-28 5 Nana Sudjana dan Ibrahim, Penelitian dan Penilaian Pendidikan(Bandung: Sinar Baru,
1989), hal. 8 6Nasution, S. Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif(Bandung: Tarsito, 1988),hal. 15
59
B. Lokasi Penelitian
Sekolah Menengah Pertama Negeri 1 Malang (SMPN 1 Malang)
merupakan salah satu sekolah favorit yang ada di Kota Malang. Hal ini tidak
lepas dari hasil jerih payah pihak sekolah yang terus melakukan
pengembangan dan perbaikan dalam berbagai hal yang menyangkut proses
pembelajaran di sekolah. Berangkat dari sebuah visi dan misi yang
dirumuskan mampu memberikan perubahan-perubahan baik di bidang
akademik maupun non akademik dan telah memberikan warna baru terhadap
kualitas pendidikan di SMPN 1 Malang yang diwujudkan dalam bentuk
prestasi-prestasi yang telah diraih, baik oleh siswa maupun tenaga pendidik di
SMPN 1 Malang.
Alasan SMPN 1 Malang dipilih sebagai lokasi penelitian antara lain:
1. SMPN 1 Malang menjadi salah satu sekolah yang ditunjuk oleh
pemerintah untuk menerapkan kurikulum 2013 lebih awal sehingga
dianggap lebih paham dalam penerapan pendekatan saintifik pada
kurikulum 2013.
2. SMPN 1 Malang memiliki kualitas guru yang baik sehingga professional
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik khususnya dalam
penerapan pendekatan saintifik pada kurikulum 2013.
3. SMPN 1 Malang merupakan salah satu sekolah favorit di Malang sehingga
dianggap pantas untuk memberikan contoh bagi sekolah-sekolah lain yang
kurang maju dalam meningkatkan mutu pendidikan.
60
C. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif menjadikan peneliti sebagai instrumen bukan sebagai
subyek dalam penelitain. Oleh karena itu, peneliti harus terjun langsung ke
lapangan dalam mencari data. Peneliti harus berbaur langsung dan berinteraksi
dengan subyek atau informan yang hendak diteliti. Kehadiran peneliti di
lapangan sangat penting karena hanya peneliti yang dapat menemukan makna
dan tafsiran dari subjek dalam penelitian kualitatif. Selain itu, melalui
keterlibatan langsung peneliti di lapangan dapat diketahui adanya informasi
tambahan dari informan berdasarkan cara pandang, prestasi, pengalaman,
keahlian dan kedudukannya.
Adapun data yang hendak dibutuhkan oleh peneliti, yaitu:
1. Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang.
2. Faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang.
3. Dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa
kelas VII E di SMPN 1 Malang.
Seorang informan atau subyek yang ingin diteliti merupakan orang asing
bagi peneliti sehingga membutuhkan pendekatan-pendekatan yang membuat
mereka bisa menerima kehadiran peneliti. Dalam hal ini, maka peneliti harus
pandai berkomunikasi dan bisa beradaptasi serta menyesuaikan diri dengan
61
subyek atau informan. Dengan adanya hubungan yang baik antara peneliti
dengan subyek atau informan maka peneliti bisa menggali secara penuh data-
data yang dibutuhkan.
D. Informan (subyek Penelitian)
Dalam pelajaran bahasa (Indonesia) secara essensial yang dimaksud
subjek dalam suatu kalimat adalah orang yang melakukan sesuatu. Sebuah
kajian (disiplin) ilmu memiliki kekhasan dalam memberikan nama (label) atau
konsep terhadap suatu objek. Dalam beberapa karya tulis metode penelitian
para penulis menyebut informan atau responden sebagai subjek penelitian,
bukan objek, yang disebut sebagai objek penelitian adalah fokus, kata-kata
kunci atau topik penelitiannya, yang menyebut informan dan responden
sebagai subjek penelitian, menjelaskan karena yang menjadi pelaku pemberi
informan atau data dalam suatu penelitian adalah mereka yakni siapa
(individu) atau apa yang menjadi tempat pengumpulan informasi atau data.7
Jadi yang dimaksud dengan subyek atau informan dalam penelitian kualitatif
adalah siapa saja yang dapat memberikan informasi atau data kepada peneliti.
Dalam penelitian kualitatif sebenarnya jumlah subyek penelitian bukan
kriteria utama, tetapi lebih ditekankan kepada sumber data yang dapat
memberikan rentang informasi yang sesuai dengan tujuan penelitian.
Selanjutnya sampel akan berkembang sesuai dengan pencarian data atau
7 Prof. Dr. Hamidi, M.Si, Metode Penelitian Kualitatif-Pendekatan Praktis, Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian (Malang: UMM Press, 2010), hal. 74
62
informasi yang dibutuhkan. Hanya sampel awal saja yang dapat disebutkan
sebelumnya.8
Adapun subyek atau informan dalam penelitian ini adalah guru PAI di
SMPN 1 Malang, siswa kelas VII E, Guru BK, dan waka kurikulum. Mereka
adalah subyek atau informan yang dianggap dapat memberikan informasi atau
data yang hendak diteliti oleh peneliti. Sebab, guru PAI adalah orang yang
melaksanakan proses pembelajaran di kelas sehingga guru PAI dapat
memberikan semua informasi tentang proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik yang memiliki dampak terhadap siswa di kelas kepada
peneliti. Adapun siswa merupakan informan yang dapat memberikan
informasi kepada peneliti karena siswa juga salah satu dari variabel yang
diteliti dalam penelitian ini yaitu sebagai hasil dari proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik. Guru BK dan waka kurikulum juga merupakan
informan karena informasi dari keduanya dapat mendukung informasi yang
telah diberikan oleh guru PAI dan siswa kelas VII E. Dengan demikian,
peneliti akan mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitiannya dan data
tersebut menjadi valid. Tentu saja hal ini sesuai dengan apa yang dibahas oleh
peneliti yaitu tentang pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang.
8 Sapiah Faisal, Penelitian Kualitatip, dasar-dasar dan aplikasi, cet I (Malang: YA3 Malang,
1990), hal. 38-39
63
E. Teknik Pengumpulan Data
Secara garis besar teknik pengumpulan data dalam penelitian kualitatif
dapat dibedakan menjadi dua kategori, yaitu pengumpulan data yang bersifat
interaktif dan pengumpulan data yang bersifat non interaktif. Adapun
pengumpulan data yang bersifat interaktif seperti wawancara dan pengamatan.
Sedangkan pengumpulan data yang bersifat non interaktif seperti
dokumentasi. Adapun teknik pengumpulan data dalam penelitian ini, ialah:
1. Observasi
Metode observasi adalah pengumpulan data dimana penyelidik
mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-
gejala yang dihadapi (diselidiki) baik pengamatan itu dilaksanakan dalam
situasi buatan yang harus diadakan.9 Observasi atau pengamatan adalah
alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan
mencatat secara sistematik gejala-gejala yang diselidiki.10
Dilihat dari hubungan antara observasi dan observan (yang
diobservasi), dapat dibedakan menjadi observasi partisipan dan observasi
non partisipan.
a) Observasi partisipan
Dalam observasi partisipan, observer berperan ganda yaitu sebagai
pengamat sekaligus menjadi bagian dari yang diamati.
b) Observasi non partisipan
9 Winarno Surakhmad, Dasar-dasar dan Tehnik Research (Bandung: Tarsito Karya, 1990),
hal. 155 10
Achmadi dan Narbuko, Metodologi Penelitian (Jakarta: Bumi Aksara), hal. 20
64
Observer hanya memerankan diri sebagai pengamat. Perhatian
peneliti terfokus pada bagaimana mengamati, merekam, memotret,
mempelajari, dan mencatat tingkah laku atau fenomena yang diteliti.11
Berdasarkan pada judul skripsi ini maka peneliti melakukan kegiatan
observasi dengan cara non partisipan. Jadi peneliti terjun langsung ke
lapangan untuk melakukan pengamatan tentang fenomena yang diteliti
tanpa menjadi bagian yang diamati. Melalui teknik observasi ini diperoleh
data tentang keadaan SMPN 1 Malang sebagai obyek penelitian yang
meliputi:
1) Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dan keadaan
guru serta peserta didik dalam proses pembelajaran.
2) Faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik.
3) Dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap
siswa kelas VII E.
2. Wawancara
Wawancara adalah komunikasi yang dilakukan oleh dua orang dimana
satu orang sebagai penggali informasi dan satu orang yang lain sebagai
sumber informasi. Penggunaan wawancara didasarkan pada dua alasan.
Pertama, dengan wawancara, peneliti dapat menggali tidak saja apa yang
diketahui dan dialami subjek yang diteliti, akan tetapi apa yang
tersembunyi jauh di dalam diri subjek penelitian. Kedua, apa yang
ditanyakan kepada informan bisa mencakup hal-hal yang bersifat lintas
11
Iin Tri Rahayu dan Triatiadi Ardi Ardani, Observasi dan Wawancara (Malang:
Banyumedia, 2004), hal. 15
65
waktu, yang berkaitan dengan masa lampau, masa sekarang, dan juga masa
mendatang.12
Dedy Mulyana membagi wawancara dalam dua macam,13
wawancara
tak struktur (unstandardized interview) dan wawancara terstruktur
(standardized interview).
a. Wawancara tak struktur (unstandardized interview)
Wawancara tak struktur juga disebut wawancara mendalam atau
terbuka. Sebab, dalam wawancara tak struktur peneliti secara intensif
melakukan wawancara tanpa ada pertanyaan yang sudah disusun
secara sistematis oleh peneliti. Jadi dalam pelaksanaan wawancara ini
peneliti bisa langsung mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada
informan secara bebas. Mengajukan pertanyaan-pertanyaan mulai dari
yang sifatnya umum seperti popularitas SMPN 1 Malang yang
diwujudkan dengan prestasi yang telah diraih siswa, pengalaman guru
dalam pembelajaran, harapan orang tua terhadap keberhasilan siswa,
dan sebagainya. Kemudian pertanyaan semakin spesifik sehingga
masuk ke fokus mengenai proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dalam meningkatkan hard skills dan soft skills
siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang, faktor pendukung dan dampak
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik terhadap siswa.
b. Wawancara terstruktur (standardized interview)
12
Hamid Patilima, Metode Penelitian Kualitatif (Bandung: Alfabeta, 2007), hal. 65 13
Deddy Mulyana, Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan
Ilmu Sosial Lainnya (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2001), hal. 180
66
Wawancara terstruktur adalah wawancara yang dilakukan oleh
peneliti dimana pertanyaannya tidak memiliki struktur tertentu akan
tetapi selalu terpusat pada satu pokok masalah ke pokok masalah yang
lain. Dalam hal ini, fokus wawancara adalah tentang proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam meningkatkan
hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang, faktor
pendukung dan dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik terhadap siswa.
. Wawancara ditujukan kepada informan tertentu yang dianggap
sebagai informan kunci (key informants). Dalam penelitian ini, informan
kuncinya ialah guru PAI dan siswa kelas VII E.
Pada saat melakukan wawancara terstruktur, hendaknya peneliti
mempersiapkan bahan-bahan yang diangkat dari isu-isu yang dieksplorasi
sebelumnya. Dalam hal ini dilakukan pendalaman untuk menjaga
kemungkinan terjadinya bias dalam wawancara. Namun, hal ini harus
dilakukan dengan penuh hati-hati, sopan, dan santai sehingga informan
tidak tersinggung dan marah. Sifat naturalistik menjadikan peneliti
berfungsi sebagai instrumen pengumpul data. Untuk itu diperlukan
kemampuan menyesuaikan diri dengan berbagai ragam realitas yang ada.
3. Dokumentasi
Dokumentasi merupakan salah satu cara yang dapat dilakukan dalam
pengumpulan data. Dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk
67
menggambarkan secara visual tentang kondisi proses pembelajaran dengan
pendekatan saintifik.
Menurut Lofland dan sumber data utama dalam penelitian kualitatif
ialah kata-kata dan tindakan selebihnya adalah data tambahan seperti
dokumen dan lain-lain14
. Namun demikian dalam penelitian ini, dokumen
dijadikan sumber data yang utama mengingat menyangkut lembaga resmi,
tentunya data yang sudah tertulis apalagi telah terpublikasi akan memiliki
nilai kevalidan dan derajat keformalan lebih tinggi. Baik data tersebut
menyangkut masalah sejarah perkembangan, perundang-undangan,
peraturan, kebijakan-kebijakan, program kerja, struktur kelembagaan, tata
tertib dan sebagainya. Kemudian sumber data tersebut dilengkapi dengan
hasil wawancara dan observasi lapangan.15
Metode dokumentasi digunakan untuk memperoleh data tentang:
a) Profil SMPN 1 Malang
b) Data guru, siswa, karyawan, dan struktur organisasi SMPN 1 Malang.
c) Data program-program guru yang direncanakan untuk pembelajaran.
d) Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik.
F. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis data model interaktif seperti
yang dikembangkan oleh Miles dan Huberman. Analisis data berlangsung
14
Lofland, John & Lyn H. Lofland, Analyzing social Settings: A Guide to Qualitative
Observation and Analysis(Belmont Cal.: Wadsworth Publishing Company, 1984), hal. 47 15
Sanusi Uwes, Manajemen Pengembangan Mutu Dosen (Jakarta: Logos Wacana Ilmu,
1999), hal. 74
68
secara simultan yang dilakukan bersamaan dengan proses pengumpulan data,
dengan alur tahapan: pengumpulan data (data collection), reduksi data (data
reduction), penyajian data (data display), dan kesimpulan atau verifikasi
(conclution drawing & verifying).16
1. Tahap Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan hasil
observasi, hasil wawancara, dan hasil dokumentasi. Dari pengumpulan
data tersebut kemudian dipilah-pilah ke dalam fokus penelitian yaitu
proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dalam
meningkatkan hard skills dan soft skills siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang, faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik, dan dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
terhadap siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang.
2. Tahap Reduksi Data
Reduksi data ialah proses pemilihan, penyederhanaan, pengabstrakan
dan transformasi data kasar yang muncul dari catatan-catatan tertulis di
lapangan. Reduksi data merupakan bentuk analisis yang menajamkan,
menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan
mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa sehingga kesimpulan
finalnya dapat ditarik dan diverifikasi.17
Pada tahap ini peneliti melakukan
pemusatan data yang sudah dikumpulkan ke dalam fokus penelitian dan
kemudian memberikan kesimpulan. Jadi peneliti mengklarifikasi dan
16
Matthew B. Miles, A. Michael Huberman, Qualitative Data Analysis, (Trj. Tjetjep Rohendi
Rohidi, Analisis data Kualitatip) (Jakarta: UI Press, 1992), hal. 16 17
Ibid, hal. 16
69
menyederhanakan data yang terpilih sesuai dengan tema yang dikaji
dengan cara memadukan berbagai data yang tersebar dan menelusuri tema
untuk merekomendasikan data tambahan. Pada akhir tahap ini, peneliti
membuat abstrak data kasar berdasarkan data yang sudah diklarifikasi dan
disimpulkan menjadi uraian singkat.
3. Tahap Display Data
Tahap display data dimaksudkan untuk menyajikan data, gambaran
keseluruhan atau bagian-bagian tertentu dari penelitian yang diusahakan
membuat berbagai bagan, grafik, matrik, charts dan lain sebagainya.18
Pada tahap ini peneliti menyajikan data dan mengorganisasikan data dalam
bentuk penyajian informasi berupa teks naratif. Selanjutnya, teks naratif
tersebut diringkas dalam bentuk bagan yang menggambarkan interpretasi
tentang makna perilaku subyek penelitian.
4. Tahap Kesimpulan atau Verifikasi
Pada tahap ini, peneliti melakukan uji kebenaran dari setiap makna
yang terdapat dalam data yang sudah didapatkan. Dalam hal ini, peneliti
tidak hanya bersandar pada klarifikasi data tetapi juga pada abstraksi data
yang menunjang. Adapun ketiga tahapan dalam proses analisis data (tahap
pengumpulan data, reduksi data dan display data) berjalan secara
simultan. Dengan demikian, penulisan laporan terus berkembang sejalan
dengan proses pengumpulan dan analisis data sehingga kemungkinan
besar terjadi bongkar pasang sejalan dengan ditemukan data dan fakta
18
H. Rochajat Harun, Metode Penelitian Kualitatip Untuk pelatihan(Bandung: Mandar Maju,
2007), hal. 77
70
baru. Dan apabila ditemukan data yang dipandang tidak memiliki relevansi
dengan tujuan penelitian ini akan dikesampingkan.
G. Pengecekan Keabsahan Data
Ada tiga kegiatan untuk mengecek keabsahan data dalam penelitian ini,
yaitu: kredibilitas (credibility), dependabilitas (dependability), dan
konfirmabilitas (confirmability). Ketiga kegiatan penelitian tersebut akan
dijelaskan sebagai berikut:
1. Kredibilitas Atau Derajat Kepercayaan
Instrumen dalam penelitian kualitatif adalah peneliti itu sendiri. Oleh
karena itu, tidak menutup kemungkinan akan terjadi purbasangka dalam
mengambil data di lapangan. Sehingga untuk mengatasi hal tersebut
hendaknya dilakukan pengujian keabsahan data atau kredibilitas.
Kredibilitas data adalah upaya peneliti untuk menjamin kesahihan data
dengan mengkonfirmasikan antara data yang diperoleh dengan obyek
penelitian. Tujuannya adalah untuk membuktikan bahwa apa yang diamati
peneliti sesuai dengan apa yang sesungguhnya ada dan sesuai dengan apa
yang sebenarnya terjadi pada obyek penelitian.19
Untuk bisa mencapai data
ini digunakanlah beberapa teknik, yaitu; teknik triangulasi sumber,
pengecekan anggota, perpanjangan kehadiran peneliti, diskusi teman
19
Nasution S,Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif(Bandung: Tarsito, 1988), hal. 105-108
71
sejawat, pengamatan secara terus-menerus, pengecekan kecukupan bahan
referensi.20
2. Dependibilitas Atau Kebergantungan
Dalam konteks ini berkaitan dengan apakah penelitian dapat diulangi
oleh peneliti lain yang menemukan hasil yang sama dengan metode
penelitian yang sama pula. Oleh karena itu, konsistensi peneliti dalam
proses penelitian menyebabkan memiliki dependibilitas tinggi yang dapat
dipercaya hasil penelitiannya. Agar data yang dihasilkan tetap valid maka
kumpulan interpretasi data yang ditulis dikonsultasikan dengan pihak yang
memeriksa proses penelitian sehingga hasil penelitian dapat dipertahankan
dan dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Adapun dependibilitas
digunakan untuk menilai proses penelitian mulai dari pengumpulan data
sampai pada penulisan laporan.
3. Konfirmabilitas Atau Kepastian
Konfirmabilitas dalam penelitian ini dilakukan bersamaan dengan
dependabilitas, perbedaannya terletak pada orientasi penilaiannya.
Konfirmabilitas digunakan untuk menilai hasil penelitian, terutama
berkaitan dengan deskripsi temuan penelitian dan diskusi hasil penelitian.
Sedangkan dependabilitas digunakan untuk menilai proses penelitian,
mulai pengumpulan data sampai pada bentuk laporan yang terstruktur
dengan baik.
20
Y.S. Lincoln & E.G. Guba, Naturalistic Inquary (Beverly Hills: Sage Publication, 1985),
hal. 305-374
72
Untuk memeriksa dependibilitas dan konfirmabilitas data ini
digunakan suatu cara yang disebut dengan “audit trail” sebagai suatu
usaha yang lazim dilakukan seorang akuntan pemeriksa keuangan. Dalam
konteks penelitian kualitatif “audit trail” dilakukan oleh orang yang ahli
dalam penelitian tesis atau disertasi yang dilakukan oleh pembimbing.
Berkenaan dengan hal tersebut, peneliti akan mengajukan laporan hasil
penelitian ini kepada pembimbing untuk selanjutnya diadakan audiabilitas
terhadap hasil penelitian ini.21
21
Nasution S, Metode Penelitian Naturalistik-Kualitatif (Bandung: Tarsito, 1988), hal. 108-
112
73
BAB IV
PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
A. Deskripsi Data
1. Profil Sekolah SMPN 1 Malang
Nama Sekolah : SMP Negeri 1 Malang
No. Statistik Sekolah : 201056101001
NPSN : 20533781
Tipe Sekolah : A/A1/A2/B/B1/B2/C/C1/C2
Alamat Sekolah : Jl. Lawu 12 Malang
(Kecamatan) Klojen
(Kabupaten/Kota) Kota Malang
(Propinsi) Jawa Timur
Telepon/HP/Fax : 0341-325206 / 0341-323468
Email/Website :[email protected]/www.smpn1-
mlg.sch.id
Status Sekolah : Negeri/Swasta (coret yang tidak perlu)
Nilai Akreditasi Sekolah : A (96,95)
2. Sejarah Berdirinya SMPN 1 Malang
SMP Negeri 1 Malang merupakan satu dari beberapa sekolah lama di
Malang letaknya yang tersembunyi namun terjangkau untuk akses
kendaraan dan dikelilingi komplek pemukiman, membuat sekolah ini
menjadi salah satu sekolah favorit di Kota Malang.
74
Gedung sekolah ini didirikan pada zaman penjajahan Belanda yaitu
sekitar tahun 1927 dan diperuntukan bagi anak-anak Belanda yang tinggal
disekitar jalan Ijen, jalan Merapi, jalan Semeru dan jalan Buring yang
dinamakan sekolah ELS (Europese Lager School) atau sekolah Belanda 7
tahun dan termasuk juga Freubel School (TK).
Tahun 1929 gedung sekolah selesai dibangun dan mulai digunakan,
sebelumnya siswa-siswi dititipkan di sebuah gedung di jalan Arjuno
(sekarang DKK) dan jalan Klojen (Sekolah St Yusuf) dan sekolah ini
digunakan sampai tahun 1942.
Pada masa pendudukan Jepang tahun 1942-1945, karena gedungnya
yang besar maka gedung sekolah tersebut digunakan sebagai rumah sakit
darurat sedangkan rumah-rumah disekitar gedung sekolahan menjadi kamp
tahanan sementara.
Tahun 1945 setelah masa merdeka menjadi sekolah "Recomba"
dimana para siswanya pada waktu masuk sekolah ada yang membawa
pistol dan diletakan diatas meja pada saat pelajaran berlangsung. Pada
tanggal 23 Juli 1951 sekolah ini menerima SK Penegrian dengan luas
sekolah + tanah kurang lebih 4400 m2 dengan letak antara jalan Argopuro
(sebelah selatan), jalan Lawu, dan jalan Lamongan (sebelah utara) atau
tepatnya Jalan Lawu No. 12 Kota Malang Jawa Timur-Indonesia sampai
sekarang ini.
Adapun kepala sekolah yang pernah bertugas dan membesarkan SMP
Negeri 1 Malang adalah sebagai berikut:
75
Tabel 4.1
Daftar Nama Kepala Sekolah
No Nama Kepala Sekolah Masa Jabatan
1. Koesnadi 1946 – 1949
2. Damadi 1950 – 1954
3. Safiudin 1955-1958
4. Wirai 1959-1960
5. Islan, Ba 1960-1967
6. Drs. R. Soepadi 1968-1980
7. Drs. Soewandi 1980-1985
8. Drs. Slamet Sudarto 1985-1989
9. Djari Slamet 1989-1992
10. Drs. Soemarto 1992-1995
11. Drs. Soetjipto 1995-2002
12. Drs. H. Muchlis Ridwan 2002-2004
13. Drs. H. Burhanuddin, M.Pd 2004-2010
14. Drs. Hadi Hariyanto, M.Pd 2010-Sekarang
Sumber: dokumen profil SMPN 1 Malang
3. Motto
"EKA SATYA NUGRAHA"
(EKSAWIGRAHA)
Adapun motto tersebut memiliki arti sebagai beriku:
EKA (SATU)
Artinya adalah yang paling utama, atau bagian yang sangat
diprioritaskan
SATYA (JANJI ATAU KEMANTAPAN)
Artinya janji atau kemantapan jiwa dalam mencapai suatu maksud atau
tujuan dalam hidup di dunia
76
WIRA (BERANI)
Artinya berani mengambil keputusan demi terwujudnya suatu janji
atau keinginan dalam menghadapi suatu kehidupan.
NUGRAHA (MULIA)
Artinya bahwa ilmu yang kita dapatkan nantinya dapat bermanfaat
bagi kehidupan kesejahteraan kepada manusia.
Maksud dari semboyan tersebut diatas adalah: Anak-anak yang belajar
di SMP Negeri 1 hendaknya memiliki satu kemantapan atau kebulatan
tekad serta berani menghadapi tantangan demi mewujudkan cita-cita yang
mulia yaitu ilmu atau kepandaian yang didapatkan pada akhirnya nanti
dapat bermanfaat bagi kehidupan semua makhluk ciptaan Tuhan.
4. Visi dan Misi
a. Visi
Unggul berlandaskan budi pekerti luhur yang berwawasan lingkungan.
b. Misi
1) Melaksanakan pengembangan kurikulum berbasis nasional.
2) Melaksanakan pengembangan proses pembelajaran yang bermutu
sesuai standar nasional.
3) Melaksanakan pengembangan standar kelulusan baik akademis
maupun non akademis sesuai standar nasional.
4) Melaksanakan pengembangan tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan sesuai standar nasional.
77
5) Melaksanakan pengembangan sarana dan prasarana pendidikan
sesuai standar nasional.
6) Melaksanakan pengembangan manajemen pendidikan sesuai
dengan standar nasional.
7) Melaksanakan pengembangan pembiayaan sesuai dengan standar
pembiayaan nasional.
8) Melaksanakan pengembangan sistem penilaian sesuai dengan
standar penilaian nasional.
9) Melaksanakan pengembangan budaya dan lingkungan sekolah
sesuai dengan standar nasional.
Berdasarkan pada visi dan misi tersebut maka SMPN 1 Malang
merupakan sekolah yang secara terus menerus melakukan pengembangan
dalam manajemen sekolah untuk mencetak siswa yang unggul dalam
akademik dan memiliki budi pekerti yang luhur.
5. Tujuan dan Strategi SMPN 1 Malang
a. Tujuan
1) Tahun Pelajaran 2005-2006 perolehan NUN rata-rata 8.00
2) Lulusan Tahun Pelajaran 2005-2006 dapat memenuhi kriteria
masuk pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi
3) Memperoleh hasil juara pertama tingkat provinsi lomba bahasa
Inggris
4) Memperoleh kejuaraan lomba siswa teladan tingkat nasional
5) Memperoleh juara pertama lomba KIR / PIR tingkat Nasional
78
b. Strategi
1) Melaksanakan KBM dengan tertib
2) Mengoptimalkan kegiatan ekstra kurikuler
3) Menyiapkan tenaga professional
4) Melengkapi kebutuhan sarana/prasarana
5) Menciptakan suasana kerja yang saling asah, asih, asuh.
Berdasarkan pada tujuan dan strategi tersebut menunjukkan bahwa
SMPN 1 Malang memiliki tujuan yang jelas sebagai wujud dari visi yang
telah dibuat. Untuk mencapai tujuan tersebut maka SMPN 1 Malang
menyusun strategi secara efektif dan efisien.
6. Struktur Organisasi
Sumber data: dokumen profil SMPN 1 Malang
Skema 4.1
Struktur Organisasi SMPN 1 Malang
Dengan adanya struktur organisasi tersebut maka setiap bagian
dikerjakan oleh pihak yang bertugas sesuai dengan bidangnya. Dengan
79
demikian, pengelolaan sekolah di SMPN 1 Malang dapat dilakukan
dengan baik.
7. Data Siswa 6 (enam tahun terakhir) siswa reguler
Tabel 4.2
Data siswa 6 tahun terakhir siswa regular
Th.
Pel
ajar
an
Jml
Siswa
Kelas VII Kelas VIII Kelas IX
Jumlah
(Kls. VII + VIII +
IX)
Jml Siswa Jumlah
Rombel
Jml Siswa Jumlah
Rombel
Jml Siswa Jumlah
Rombel
Siswa Rombel
L P L P L P L P
2008/
2009 556 157
121 8
165 117
8 145 129 7 467 367 23
2009/
2010 452 108
163 8
120 154
7 152 108 8 380 425 23
2010/
2011 499 108
128 8
101 146
8 110 165 9 319 438 25
2011/
2012 411 89
113 7
106 130
8 100 144 8 295 387 23
2012/
2013 520 112
141 9
93 115
8 89 115 7 294 371 24
2013/
2014 672 76
150 8
114 143
9 87 102 8 226 257 189
2014/
2015 742 95
162 8
87 157
8 108 135 8 289 453 24
Sumber data: dokumen profil SMPN 1 Malang
Data jumlah siswa tersebut menunjukkan bahwa pada setiap tahunnya
penerimaan siswa di SMPN 1 Malang memiliki jumlah yang berbeda-
beda. Hal ini menunjukkan bahwa SMPN 1 Malang melakukan
penyeleksian siswa baru yang ingin masuk ke sekolah tersebut dengan
ketat. Jadi SMPN 1 Malang tidak hanya mementingkan kuantitas siswanya
tetapi lebih mementingkan kualitas siswanya.
80
8. Pendidik dan Tenaga Kependidikan
Tabel 4.3
Kepala sekolah
Nama
Jenis
Kelamin Usia Pend.
Akhir
Masa
Kerja L P
1. Kepala Sekolah Dra. Hj. Lilik
Ermawati, M.Pd
54 S2 28
2. Wakil Kepala Sekolah Hj. Sufairoh,
S.Pd,MM
50 S2 25
Sumber data: dokumen profil SMPN 1 Malang
Tabel 4.4
Guru (Kualifikasi Pendidikan, Status, Jenis Kelamin, dan Jumlah)
No. Tingkat Pendidikan
Jumlah dan Status Guru
Jumlah GT/PNS GTT
L P L P
1. S3/S2 10 10
2. S1 3 25 1 29
3 D3 1 1
Jumlah 4 34 1 40
Sumber data: dokumen profil SMPN 1 Malang
Tabel 4.5
Pengembangan kompetensi/profesionalisme guru
No. Jenis Pengembangan
Kompetensi
Jumlah Guru yang telah mengikuti
kegiatan pengembangan
kompetensi/profesionalisme
Laki-laki Perempuan Jumlah
1. Penataran KTSP 5 35 40
81
2. Penataran Kurikulum
2013
5 35 40
3. Penataran Metode
Pembelajaran
(termasuk CTL)
5 35 40
4. Penataran PTK 5 35 40
5. Penataran Karya
Tulis Ilmiah
5 35 40
6. Sertifikasi
Profesi/Kompetensi
5 35 40
7. Penataran PTBK 5 35 40
8. Penataran lainnya:
..............
5 35 40
Sumber data: dokumen profil SMPN 1 Malang
Data pengembangan kompetensi guru tersebut menunjukkan bahwa
SMPN 1 Malang selalu berupaya untuk meningkatkan mutu guru-gurunya
sehingga mereka dapat melakukan tugasnya dengan professional. Sebab,
guru memiliki tugas yang utama dalam mencetak siswa yang unggul dan
berbudi pekerti luhur.
B. Paparan Data Penelitian
Dalam paparan data dibahas uraian tentang temuan penelitian yang didapat
melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi yang sesuai dengan fokus
masalah pada BAB I. Adapun pembahasan dalam paparan data penelitian
sebagai berikut:
82
1. Proses Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E di SMPN
1 Malang
Proses pembelajaran merupakan serangkaian kegiatan belajar mengajar
yang dilakukan oleh guru dan siswa baik di dalam kelas maupun di luar
kelas. Proses pembelajaran tersebut harus dilakukan secara sistematis.
Oleh karena itu, setiap proses pembelajaran membutuhkan langkah-
langkah yang harus dilakukan agar proses pembelajaran dapat
dilaksanakan dengan baik. Dengan demikian, seorang guru dapat
mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Langkah-langkah pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang
dilakukan oleh guru PAI di SMPN 1 Malang dilaksanakan melalui lima
tahap, yaitu:
a. Mengamati
Pada kegiatan ini siswa mengamati objek pengamatan yang sudah
disediakan oleh guru baik dengan video, gambar, buku cetak, atau
temannya sendiri. Pemilihan objek tersebut dilakukan berdasarkan
pada tema materi yang sedang dipelajari. Dalam kegiatan ini pula
seorang guru harus memberikan pengantar terlebih dahulu agar siswa
dapat melakukan pengamatan dengan baik.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah,
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25
November 2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
83
“Ya, anak-anak kan ditunjukkan misalnya biasanya kita kalau
ngajar itu kan pakek LCD atau pakek pengamatan di buku cetak,
kalau misalnya LCDnya tidak bisa jalan ya pakek buku cetak tapi
tetep harus ada keterangan, karena kalau tidak anak-anak tidak
bisa. Jadi suatu contoh gini misalnya, kalau praktek ya misalnya
sholat masih mudah ya, anak-anak sholat berjama’ah, yang
sebagian sholat, sebagian mengamati. Nah, dengan pengamatan itu
nanti anak ditanya “apa sih yang kamu temukan didalam
pembelajaran itu?” itu kalo untuk sholat berjama’ah. Tapi kalau
untuk pelajaran lain disuruh mengamati gambar kemudian kamu
tanggapi apa yang kamu dapatkan dari gambar tersebut, misalnya
menjelaskan tentang iman kepada Allah atau asmaul husna dikasih
gambar-gambar yang ada hubungannya dengan materi tadi
kemudian anak-anak disuruh menanggapi. Terus disitulah
munculnya kreatifitas anak. Tapi tetap masih diberi pengantar. Jadi
harus bagaimana caranya menemukan kreatifitas anak, harus
menarik.”1
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti pada proses pembelajaran di kelas pada tanggal 3 Desember
2014 di RKB 1 di SMPN 1 Malang, sebagai berikut:
“Kegiatan mengamati yang dilakukan dikelas dengan cara: siswa
mengamati video pembelajaran tentang perjuangan Nabi
Muhammad Saw Periode Makkah, siswa mencatat hasil
pengamatan video, dan guru mengelilingi dan mengamati setiap
kelompok dalam kegiatan pengamatan kemudian melakukan
penilaian terhadap sikap siswa.”2
Berdasarkan pada paparan tersebut menunjukkan bahwa dalam
kegiatan mengamati guru harus mampu menarik perhatian siswa dalam
kegiatan belajar dengan cara memilih objek pengamatan yang menarik
1Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang
2Hasil Observasi, Rabu, 3 Desember 2014 di RKB 1 Di SMPN 1 Malang
84
dan sesuai dengan karakteristik siswa. Selain itu, pemilihan objek
pengamatan harus dilakukan dengan tepat. Hal ini sangat penting
untuk dilakukan oleh guru agar siswa tertarik untuk belajar.
b. Menanya
Kegiatan menanya dilakukan dengan cara guru memberikan
kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang hasil pengamatan
yang belum dipahami. Akan tetapi, biasanya guru yang memberikan
pertanyaan kepada siswa.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah,
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25
November 2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Pengamatan, kemudian tanya. Biasanya saya menanyakan kepada
mereka misalnya tentang tanda-tanda kiamat kecil itu apa? Dan
mereka saya suruh untuk mencari di mbah google tentang tanda-
tanda kiamat kecil.”3
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti pada proses pembelajaran di kelas pada tanggal 3 Desember
2014 di RKB 1 di SMPN 1 Malang, sebagai berikut:
“Kegiatan menanya yang dilakukan dalam proses pembelajaran
yaitu dengan cara guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
belum paham dari pengamatan video.4
3Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang
4Hasil Observasi, Rabu, 3 Desember 2014 di RKB 1 Di SMPN 1 Malang
85
Berdasarkan pada data tersebut maka seorang guru harus mampu
memberikan stimulus yang baik kepada siswa untuk meningkatkan
rasa ingin tahu siswa sehingga siswa dapat lebih memahami materi
yang dipelajari dan mampu berpikir kritis melalui kegiatan menanya.
c. Mengeksplorasi
Tahap pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang ketiga
adalah mengeksplorasi. Kegiatan ini dilakukan setelah kegiatan
menanya.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah,
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25
November 2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Terus nanti kan anak-anak tahap akhirnya disuruh diskusi.”5
Adapun pelaksanaan kegiatan mengeksplorasi sebagaimana yang
terdapat dalam hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti pada
proses pembelajaran di kelas pada tanggal 3 Desember 2014 di RKB 1
di SMPN 1 Malang, sebagai berikut:
Dalam tahap mengeksplorasi, kegiatan pembelajaran yang
dilakukan yaitu: siswa berdiskusi bersama kelompok masing-
masing dari hasil pengamatan video tentang perjuangan Nabi
Muhammad Saw Periode Makkah, guru mengelilingi dan
mengamati diskusi kelompok, guru menghampiri setiap kelompok
untuk melakukan penilaian terhadap sikap siswa, dan guru
5Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
86
memberikan penjelasan atau mengarahkan kepada siswa apabila
dalam diskusi tidak berjalan sesuai dengan materi yang dipelajari.6
Hal ini juga seperti yang terdapat pada RPP yang sudah diberikan
oleh Bu Nurotul Chasanah sebagai guru agama di SMPN 1 Malang
(lihat pada lampiran IV).
Berdasarkan pada data tersebut maka kegiatan mengeksplorasi
dilakukan dengan cara siswa berdiskusi tentang hasil pengamatan
yang telah dilakukan dengan melihat dari berbagai sumber belajar
sehingga siswa dapat mengetahui kebenaran dari apa yang sudah
diamati dengan apa yang ada di buku atau internet. Dan dalam
kegiatan ini seorang guru harus mendampingi siswa dalam berdiskusi
sehingga siswa dapat berdiskusi dengan baik dan terarah.
d. Mengasosiasi
Mengasosiasi merupakan kegiatan pembelajaran yang dilakukan
dengan cara guru dan siswa berdiskusi tentang makna materi yang
telah dipelajari melalui pengetahuan tentang manfaat dan alasan siswa
belajar.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah,
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti, yaitu:
“Untuk menalar, saya rasa mereka masih kurang. Jadi, dalam hal
ini mereka masih perlu dibimbing.7 Di dalam proses mengasosiasi,
6Hasil Observasi, Rabu, 3 Desember 2014 di RKB 1 Di SMPN 1 Malang
7Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
87
kegiatan pembelajaran yang dilakukan berupa menilai kelompok
lain, mengamati dan mendiskusikan tentang alasan mempelajari
sejarah dan manfaat mempelajari sejarah serta guru memberikan
penilaian khususnya sikap, jujur, disiplin, tanggung jawab,
demokrasi, dan kerja sama.”8
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti pada proses pembelajaran di kelas pada tanggal 3 Desember
2014 di RKB 1 di SMPN 1 Malang, sebagai berikut:
Dalam tahap mengasosiasi, kegiatan pembelajaran yang dilakukan
yaitu: guru menilai kelompok lain, mengamati dan mendiskusikan
tentang alasan mempelajari sejarah, mengamati dan mendiskusikan
tentang manfaat mempelajari sejarah, dan memberikan penilaian
khususnya sikap jujur, disiplin, tanggung jawab, demokrasi, dan
kerja sama.9
Berdasarkan pada data tersebut maka seorang guru harus melatih
siswa untuk menalar karena siswa SMP masih membutuhkan
bimbingan dalam menalar suatu informasi sehingga dapat
memecahkan suatu masalah yang dihadapi berdasarkan ilmu yang
sudah didapatkan.
e. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan merupakan tahap terakhir dalam
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik. Tahap ini sebagai
8Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Kamis, 11 Desember2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
9Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Kamis, 11 Desember2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
88
proses penyampaian hasil belajar yang telah dilakukan oleh siswa
sesuai dengan kelompok kerja masing-masing.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah,
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25
November 2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Proses pelaksanaan mengkomunikasikan saya lakukan dengan
berbagai cara, diantaranya yaitu diskusi, permainan, dan presentasi.
Nanti dari situ bisa terlihat mana saja siswa yang aktif atau kurang
aktif. Dari situ juga dapat dinilai mengenai sikap anak seperti jujur.
Biasanya permainan yang saya gunakan seperti misalnya materi
tentang ayat, disitu anak disuruh menghafal dan saya membuat
potongan kertas yang saya tulisi dengan potongan ayat-ayat kemudian
saya bagikan. Apabila siswa-siswa tersebut tidak mencontek maka
ketika saya tanya arti sebuah lafadz maka mereka bisa menjawab
dengan benar. Atau seperti, saya membentuk mereka dalam barisan
kemudian saya bisikkan ayat ke telinga siswa yang paling ujung
kemudian melanjutkan membisikkan ke telinga siswa yang ada
didepannya terus berlanjut sampai ujung. Kemudian yang paling akhir
menuliskan ayat yang dibisikkan ke papan tulis. Disini juga melatih
pendengaran siswa.”10
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh
peneliti pada proses pembelajaran di kelas pada tanggal 3 Desember
2014 di RKB 1 di SMPN 1 Malang, sebagai berikut:
“Kegiatan mengkomunikasikan yang dilakukan dalam proses
pembelajaran yaitu dengan cara: guru menunjuk kelompok untuk
mempresentasikan hasil diskusi, siswa membacakan hasil diskusi
sesuai dengan kreatifitasnya, guru melakukan penilaian hasil
presentasi, dan guru bersama siswa menyimpulkan hasil belajar
tentang perjuangan Nabi Muhammad Saw Periode Makkah.11
10
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
11 Hasil Observasi, Rabu, 3 Desember 2014 di RKB 1 Di SMPN 1 Malang
89
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa kegiatan
mengkomunikasikan merupakan kegiatan pembelajaran yang
dilakukan dengan cara siswa mempresentasikan hasil belajar bersama
teman kelompoknya di depan kelas. Dalam kegiatan ini seorang guru
harus menggunakan cara yang bervariasi agar siswa tidak bosan.
2. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik
Dalam Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E di
SMPN 1 Malang
Faktor pendukung pembelajaran adalah sesuatu yang dapat
mempengaruhi proses kegiatan pembelajaran yang bersifat mendukung
atau mendorong pelaksanaan pembelajaran sehingga proses pembelajaran
dapat dilaksanakan secara maksimal dan dapat mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditetapkan. Faktor pendukung pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang terdiri dari dua faktor
pendukung yaitu faktor pendukung internal dan faktor pendukung
eksternal. Adapun yang dimaksud faktor pendukung internal dalam hal ini
yaitu faktor pendukung yang muncul dari dalam diri individu baik siswa
maupun guru. Sedangkan, faktor pendukung eksternal yaitu faktor
pendukung yang muncul dari luar diri individu yaitu lingkungan atau
sesuatu yang diciptakan individu untuk mendukung pelaksanaan proses
pembelajaran seperti media.
90
Seperti yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah pada wawancara
yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 25 November 2014 di Ruang
guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Anak-anaknya bagus, medianya tersedia seperti LCD, situasi kelas,
dan kondisi kelas. Jadi kalau untuk faktor pendukungnya sangat
memadai karena memang disini medianya benar-benar disediakan.
Bahkan juga ada wifinya jadi mudah untuk melakukan akses ke
jaringan internet dan anak-anak juga membawa HP yang bisa
digunakan untuk koneksi interet.”12
Hal ini sesuai dengan hasil pengamatan yang dilakukan oleh peneliti
pada proses pembelajaran di kelas, yaitu:
“Setiap proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
dipengaruhi oleh beberapa faktor pendukung, yaitu: pertama,
mengamati. Pada proses ini terdapat empat faktor pendukung yaitu
LCD, Video tentang perjuangan Nabi Muhammad Saw Periode
Makkah, alat tulis, dan kondisi kelas terarah sehingga semua siswa
memperhatikan video tentang perjuangan Nabi Muhammad Saw
Periode Makkah dengan seksama. Kedua, menanya. Pada proses ini
terdapat dua faktor pendukung yaitu siswa aktif dan guru memberikan
stimulus kepada siswa untuk bertanya. Ketiga, mengeksplorasi. Pada
proses ini terdapat empat faktor pendukung yaitu siswa secara aktif
melakukan kegiatan diskusi hasil pengamatan video tentang
perjuangan Nabi Muhammad Saw Periode Makkah, adanya buku
cetak, adanya laptop, dan alat tulis. Keempat, mengasosiasi. Pada
proses ini terdapat dua faktor pendukung yaitu siswa aktif dan guru
aktif.13
Kelima, mengkomunikasikan. Pada proses ini terdapat tiga
faktor pendukung yaitu kreatifitas siswa, keaktifan siswa, dan apresiasi
siswa terhadap kelompok yang presentasi.”14
12
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November 2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang 13
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Kamis, 11 Desember 2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang 14
Hasil Observasi, Rabu, 3 Desember 2014 di RKB 1 Di SMPN 1 Malang
91
Data tersebut juga didukung dengan data wawancara yang dilakukan
peneliti dengan waka kurikulum SMPN 1 Malang yang diwakili oleh Ibu
Tatik Sriwedari pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang staf, yaitu:
“Kalau dukungan dari sekolah bagus mbak dari segi sarana prasarana
maupun motivasi untuk SDMnya kan diikutkan pelatihan. Jadi
insyaallah semuanya terpenuhi untuk media pembelajarannya.””15
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa proses
pembelajaran dapat dilaksanakan secara efektif dan efesien apabila
terdapat faktor yang mendukung baik dari Sumber Daya Manusia maupun
sarana dan prasarana yang ada di sekolah. Sebagaimana yang dinyatakan
oleh wakil waka kurikulum bahwa SMPN 1 Malang memberikan pelatihan
kepada guru untuk meningkatkan mutu guru sehingga dapat melaksanakan
proses pembelajaran dengan professional sehingga mampu menggunakan
media pembelajaran dengan memanfaatkan sarana dan prasarana yang
disediakan sekolah. Dengan adanya faktor pendukung tersebut maka
pembelajaran dapat mencapai tujuan yang telah ditetapkan dengan mudah.
Hal ini juga didukung oleh data yang didapatkan peneliti dari hasil
wawancara dengan siswa kelas VII E pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang
agama, yaitu:
“Gurunya ramah dan kondisi kelas yang mendukung buat belajar.
Lingkungan nyaman untuk belajar, teman-teman mendukung (kerja
sama), Gurunya kalau mengajar menarik, penjelasan tidak monoton,
15
Ibu Tatik Sriwedari, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang staf SMPN 1 Malang
92
dan gurunya juga baik. Gurunya selalu menyemangati siswa untuk
berbuat baik, memotivasi, dan metode yang digunakan menarik.
Gurunya memiliki wawasan yang luas, menyemangati dan
mendukung siswa untuk berbuat baik, temen-temen yang antusias
belajar mata pelajaran agama, dan guru menggunakan pendekatan
saintifik yang bermanfaat lebih mengenal siswa serta selalu
mengingatkan siswa.”16
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dapat mencapai tujuannya yaitu mencetak siswa yang
memiliki hard skills dan soft skills dengan didukung oleh sumber daya
manusia yang unggul dan professional serta sarana dan prasarana yang
memadai.
3. Dampak Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Terhadap
Siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang
Dampak pembelajaran yang dimaksud dalam hal ini ialah sesuatu yang
dapat dihasilkan dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan
terhadap siswa baik berupa sikap, pengetahuan maupun keterampilan.
Dampak merupakan tujuan dari pelaksanaan pembelajaran. Oleh karena
itu, proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik memiliki
dampak terhadap perkembangan siswa. Adapun dampak tersebut
ditemukan dari setiap tahap kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik.
a. Mengamati
16
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang
93
Dari kegiatan mengamati siswa dapat mencontoh apa saja yang
sudah diamati. Sebab, dalam kegiatan ini siswa melihat secara nyata
obyek pengamatan yang berkaitan dengan materi yang dipelajari.
Sehingga kegiatan mengamati membuat siswa lebih mudah untuk
menirukan.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3
Desember 2014 di Ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Ya perilakunya nanti seperti, kisah lahirnya Rasulullah misalnya
al-amin, mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa
jujur itu penting, kemudian kesederhanaan kemudian tidak boleh
merasa rendah diri.”17
Selain itu, juga seperti yang dikatakan oleh siswa kelas VII E pada
wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang agama,
yaitu:
“Materi yang tercantum di dalam power point yang biasa dibuat
kelompok lain, video, dan gambar yang menjelaskan materi. Saya
dapat memperoleh wawasan yang luas, dapat menambah
informasi dan bisa membuat kita mengerti dengan benar dari
kegiatan mengamati ini. Mendapatkan pelajaran atau materi
dengan mudah karena dapat menelaah dari gambar atau video
yang ditampilkan. Yang dipahami yaiu kami dapat memperoleh
ilmu yang bermanfaat, berinovasi, dan mendapat hikmah dari
itu.”18
17
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Rabu, 3 Desember2014 di Ruang agama SMPN 1
Malang 18
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang
94
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui
kegiatan mengamati siswa dapat memahami materi yang dipelajari
dengan baik dan benar. Selain itu, siswa juga dapat memahami materi
dengan mudah. Hal ini dikarenakan melalui kegiatan mengamati siswa
melihat secara langsung atau mengalami sendiri dalam mencari
informasi sehingga otak berfikirnya dapat mengingat dengan baik
tentang apa saja yang telah diamati.
b. Menanya
Kegiatan menanya dilakukan dengan tujuan siswa bisa memahami
hasil pengamatan yang telah dilakukan sebelumnya. Sehingga
pemahaman materi dari hasil pengamatan sesuai dengan yang
diharapkan.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3
Desember 2014 di ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Kalau menanya anak-anak yang belum mengerti, biasanya belum
dipahami.”19
Selain itu, juga seperti yang dikatakan oleh siswa kelas VII E pada
wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang agama,
yaitu:
19
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Rabu, 3 Desember 2014 di Ruang agama SMPN 1
95
“Mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui. Dapat
saling berbagi ilmu, dan mengetahui apa yang kita belum tahu,
mengajarkan saling berbagi. Mengetahui tambahan ilmu dari
pertanyaan teman yang sebelumnya tidak dimengerti. Manfaatnya
yaitu kami dapat ilmu dari pembelajaran, kami mendapat
pengajaran mengenai akhlakul karimah, dan perbuatan baik dalam
islam.”20
Berdasarkan data tersebut maka melalui kegiatan menanya siswa
dapat memahami materi lebih luas dan mengetahui ilmu baru dari
informasi yang didapatkan melalui pertanyaan-pertanyaan dari teman.
Selain itu, melalui kegiatan ini pula mereka sadar bahwa dalam
kehidupan harus saling berbagi dengan orang lain.
c. Mengeksplorasi
Kegiatan mengeksplorasi dilakukan dengan cara siswa berdiskusi
dengan teman kelompoknya tentang materi yang dipelajari dengan
memadukan antara hasil pengamatan dengan sumber belajar lain
seperti buku cetak atau internet. Dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk
menalar dan menguraikan hasil pengamatan dalam sebuah kalimat.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3
Desember 2014 di ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Kemampuan menalar, terus mengamati, mendengar, menguraikan
setiap tahap yang dia lihat maka dia tulis disitu sehingga kalimat-
kalimat yang dia sampaikan hampir sempurna, dan melatih kejelian
mereka.”21
20
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang 21
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Rabu, 3 Desember 2014 di Ruang agama SMPN 1
96
Selain itu, juga seperti yang dikatakan oleh siswa kelas VII E pada
wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang agama,
yaitu:
“Belajar bekerja sama dengan teman dan juga belajar untuk
menerima pendapat teman, itu yang membuat kita belajar tidak
egois. Saling bertukar informasi, dapat memupuk rasa
kekeluargaan, dan belajar menghargai satu sama lain. Mendapatkan
pendidikan karakter dari sifat gotong royong dan kerja sama atar
kelompok. Manfaatnya yaitu kami mendapat pendidikan karakter
yaitu setia kawan dan saling bekerja sama dengan teman lain
sehingga memperoleh gagasan dan tambahan ilmu.”22
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa melalui
kegiatan mengeksplorasi siswa dapat memahami materi lebih luas dan
membiasakan diri untuk hidup bersama dengan orang lain sehingga
terbentuk karakter yang mulia seperti bekerja sama, menghargai orang
lain, tidak egois, dan saling tolong menolong.
d. Mengasosiasi
Mengasosiasi adalah kegiatan yang dilakukan dengan cara guru
dan siswa berdiskusi tentang manfaat dan alasan belajar suatu materi.
Sehingga dalam kegiatan ini siswa dilatih untuk menalar suatu materi
dengan realita yang ada dalam masyarakat.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 11
Desember 2014 di ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
22
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang
97
“Ya perilaku siswa yaitu meneladani perilaku rasul (bisa
menghargai orang lain, hidup sederhana, tidak meremehkan orang
lain, tidak merasa rendah diri, jujur, dan dapat dipercaya).
Kemudian, mereka juga tidak egois, kerja sama, dan disiplin.”23
Selain itu, juga seperti yang dikatakan oleh siswa kelas VII E pada
wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang agama,
yaitu:
“Mengasah kepintaran dan kecerdasan otak kita. Mengasah otak,
melatih kemampuan berfikir. Mendapatkan ilmu yang luas dan
mendapat tambahan ilmu yang sebelumnya tidak tahu menjadi
tahu. Kami mendapatkan manfaat yaitu menyadari bahwa
perbuatan dahulu yang kami lakukan salah atau benar, mendapat
ilmu dengan cara saintifik, dan memperoleh hal-hal baru yang
dapat menyemangati kehidupan.”24
Berdasarkan data tersebut maka dapat disimpulkan bahwa melalui
kegiatan mengasosiasi siswa dapat mengasah otak sehingga cara
berfikirnya berkembang dan dapat mengetahui ilmu secara mendalam
serta mengetahui perbuatan yang baik dan buruk sesuai dengan ilmu
pengetahuan yang telah didapatkan. Dengan demikian, siswa dapat
bersikap sesuai dengan kaidah yang benar.
e. Mengkomunikasikan
Mengkomunikasikan adalah kegiatan terakhir dalam pembelajaran
dengan pendekatan saintifik. Kegiatan ini dilakukan dengan cara siswa
membacakan hasil diskusinya di depan kelas bersama kelompoknya.
Sehingga kegiatan ini dapat mencetak siswa yang berani berbicara di
23
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Kamis, 11 Desember2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang 24
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang
98
depan umum dan bertanggung jawab atas hasil belajar yang sudah
didapatkan selama berdiskusi dengan teman kelompoknya.
Hal ini sebagaimana yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah
pada wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 3
Desember 2014 di ruang guru SMPN 1 Malang, yaitu:
“Keberanian kemudian disiplin. Dalam menyampaikan seperti itu
untuk melatih suatu keberanian, dia tanggung jawab atau ndak,
kemudian disiplin dengan apa yang sudah dia dapatkan tadi.”25
Selain itu, juga seperti yang dikatakan oleh siswa kelas VII E pada
wawancara yang dilakukan pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang agama,
yaitu:
“Melatih kita untuk percaya diri dan untuk belajar tampil di depan
umum. Melaih percaya diri, dapat saling berbagi informasi yang
kita dapatkan dengan orang lain. Mendapat ilmu tambah dari
presentasi milik teman atau kelompok lain karena ada perbedaan isi
atau kandungan dari presentasi tersebut. Dari presentasi saya
memahami bahwa ilmu yang saya dapatkan itu masih kurang dan
ditambah ilmunya oleh yang muncul dipresentasi itu.”26
Berdasarkan data tersebut maka melalui kegiatan
mengkomunikasikan dapat mencetak pribadi siswa yang pemberani,
percaya diri, dan mendapat ilmu pengetahuan lebih luas sehingga
materi yang dipelajari dapat dipahami secara mendalam.
25
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Rabu, 3 Desember2014 di Ruang agama SMPN 1
Malang 26
Siswa kelas VII E, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang agama SMPN 1 Malang
99
Dari berbagai data yang telah didapatkan oleh peneliti melalui
wawancara dengan guru agama dan siswa kelas VII E tersebut maka dapat
disimpulkan bahwa pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
memiliki dampak yaitu meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
Seperti yang disampaikan oleh ibu Nurotul Chasanah pada wawancara
yang dilakukan peneliti pada tanggal 25 November 2014 di Ruang guru
SMPN 1 Malang, yaitu:
“Anak-anak bisa belajar dengan aktif, bisa menumbuhkan kreatifitas
anak, anak juga dapat berfikir secara ilmiah, dan tahu apa yang
dipelajari dengan apa yang ada di lingkungan. Apalagi dalam
pelajaran agama, anak-anak harus bisa bersikap baik sesuai dengan
yang dipelajari, misalnya sholat berjama’ah. Untuk hard skillsnya
anak-anak bisa memahami materi yang dipelajari karena disini anak-
anak belajar secara aktif, mereka yang mencari dan mereka yang
menjelaskan akhirnya materi yang dipelajari bisa diingat oleh mereka
sehingga dalam kehidupan sehari-hari mereka mampu menerapkan
sesuai dengan yang dipelajari. Untuk soft skillsnya, dengan belajar tadi
mereka bisa bersikap jujur, disiplin, tepat waktu, dan lainnya.
Memang dengan ini anak-anak bisa berfikir lebih realita, ilmiah, dan
kreatif. Dalam PAI anak-anak diharapkan bisa melaksanakan nilai-
nilai yang baik dalam kehidupan sehari-hari.”27
Hal ini didukung oleh pernyataan wakil waka kurikulum yang
disampaikan dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal
13 Mei 2015 di ruang staf SMPN 1 Malang, yaitu:
“Insyaallah bisa, selama bapak ibu guru itu menerapkan sesuai dengan
aturan yang diberikan jadi misalnya oh harusnya begini terus
mengambil penilaiannya sesuai insyaallah bisa untuk mengontrol hard
27
Ibu Nurotul Chasanah, Wawancara, Selasa, 25 November 2014 di Ruang guru SMPN 1
Malang
100
skills dan soft skillsnya itu sehingga bisa mencetak generasi yang
berakhlak mulia, berbudi luhur, juga cerdas. Insyaallah bisa tapi
penilainaanya banyak jadi untuk mengambil nilai ini guru harus betul-
betul mengamati.”28
Sebagaimana yang dinyatakan oleh berbagai pihak bahwa
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dapat mencetak siswa
yang memiliki hard skills yaitu memiliki ilmu pengetahuan yang unggul
dan keterampilan sesuai dengan bidang yang dipelajari serta dapat
mencetak siswa yang memiliki soft skills yaitu pribadi siswa yang
berakhlak mulia. Akan tetapi, proses yang harus dilakukan oleh seorang
guru agama labih banyak dengan adanya penilaian dari berbagai aspek
sehingga harus memahami siswa dengan baik.
Hal ini juga didukung dengan daftar nilai siswa kelas VII E pada mata
pelajaran agama dan budi pekerti (dapat dilihat pada lampiran IV). Pada
daftar nilai siswa tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII E
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi karena data tersebut menunjukkan
bahwa sebagian besar siswa memiliki nilai diatas KKM. Sedangkan, dalam
aspek keterampilan semua siswa kelas VII E juga memiliki nilai yang
bagus. Adapun dalam aspek sikap sebagian besar siswa kelas VII E
memiliki sikap yang baik. Hampir semua siswa mendapat nilai 4 yang
menunjukkan sikap tersebut adalah sangat baik dan sebagian kecil siswa
mendapat nilai 3 yang menunjukkan sikap tersebut adalah baik.
28
Ibu Tatik Sriwedari, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang staf SMPN 1 Malang
101
Hal ini juga didukung dengan data yang didapatkan oleh peneliti
melalui wawancara yang dilakukan dengan guru BK Ibu Anna Aisyiyah
kelas VII E pada tanggal 13 Mei 2015 di ruang konseling, yaitu:
“Ya hampir semua siswa kelas VII E baik-baik meskipun ada beberapa
yang berkelompok, cara berbicara dengan guru yang kelewatan batas
karena terlalu dekat dengan guru sehingga mereka berbicara seperti sama
temannya sendiri, dan kurang peka dengan orang lain karena
perkembangan IPTEK sehingga mereka sibuk dengan main gadget sendiri.
Tapi yang seperti itu hanya sedikit. Hanya 10% siswa saja yang kurang
baik. Selain itu, semua siswa kelas VII E memiliki sikap yang baik.”29
Berdasarkan data tersebut dapat disimpulkan bahwa siswa kelas VII E
memiliki ilmu pengetahuan yang tinggi dan keterampilan yang baik serta
sikap yang baik. Dengan demikian, melalui pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik dapat meningkatkan hard skills dan soft skills siswa.
Akan tetapi, untuk meningkatkan hard skills dan soft skills tidak hanya
dengan pembelajaran berbasis pendekatan saintifik saja melainkan juga
dengan bimbingan guru di luar kelas sehingga guru harus melakukan
pendekatan yang baik kepada siswa dan selalu menjadi uswah hasanah
atau suri teladan bagi siswanya.
29
Ibu Anna Aisyiyah, Wawancara, Rabu, 13 Mei 2015 di Ruang konseling SMPN 1 Malang
102
BAB V
PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN
Sebagaimana yang terdapat pada BAB IV telah ditemukan data sesuai dengan
rumusan masalah pada BAB I. Data tersebut peneliti dapatkan melalui berbagai
cara baik dari hasil observasi, wawancara, maupun dokumentasi. Pada uraian ini
akan peneliti sajikan tentang bahasan yang sesuai dengan rumusan masalah
penelitian dan tujuan penelitian. Pada pembahasan ini peneliti akan
mengintegrasikan temuan yang ada di lapangan kemudian menyamakan dengan
teori-teori yang ada dalam kajian teori. Selain itu, dalam pembahasan ini akan
disajikan analisa data yang telah diperoleh kemudian diinterpretasikan secara
terperinci. Adapun uraian pembahasan pada penelitian ini, sebagai berikut:
A. Proses Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E di SMPN 1
Malang
Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang dilaksanakan
di SMPN 1 Malang melalui lima tahap, yaitu mengamati, menanya,
mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Ke limatahap
pembelajaran berbasis pendekatan saintifik tersebut sudah dilaksanakan oleh
guru agama di SMPN 1 Malang secara sistematis. Selain itu, guru agama di
SMPN 1 Malang juga dapat mengatur pelaksanaan pembelajaran dengan baik
pada setiap tahap pembelajaran berbasis pendekatan saintifik.
103
Sebelum pelaksanaan pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
dengan lima tahap yaitu: mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi,
dan mengkomunikasikan guru memulai pelajaran dengan mengucap salam,
berdo’a, menyampaikan topik pembahasan, kemudian menyampaikan fakta-
fakta yang terjadi dalam masyarakat yang berkaitan dengan materi yang akan
dipelajari, memberikan motivasi kepada siswa, dan menyampaikan kegiatan
pembelajaran yang akan dilaksanakan. Tujuan penyampaian fakta-fakta yang
terjadi di masyarakat yang berkaitan dengan materi yang akan dipelajari
adalah agar siswa dapat menganalisa dan memahami substansi materi yang
dipelajari sehingga dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-sehari
sesuai dengan ajaran agama islam. Selain itu, agar siswa mengetahui
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan ajaran islam sehingga tidak
mencontoh perbuatan yang tidak sesuai dengan ajaran agama islam di
masyarakat dan mampu menghadapi problema yang terjadi dalam masyarakat.
Adapunprosespembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1
Malang dilaksanakan, sebagai berikut:
1. Mengamati
Pada tahap mengamati, guru mempersiapkan objek yang digunakan
dalam kegiatan pengamatan.Salah satu objek yang digunakan dalam
kegiatan pengamatan adalah video.Akan tetapi, selain video guru juga
menggunakan gambar atau buku cetak sebagai objek pengamatan siswa
pada kegiatan mengamati.Kemudian, guru membagi siswa ke dalam
kelompok dan siswa duduk dengan kelompok masing-masing.Setelah
104
siswa berkumpul dengan kelompok masing-masing, guru memberikan
petunjuk kepada siswa yaitu agar siswa mempersiapkan buku dan
mencatat semua data yang sudah dilihat dalam video.Selanjutnya, siswa
melakukan kegiatan pengamatan secara seksama berdasarkan kelompok
masing-masing.Dan guru mendampingi siswa pada saat kegiatan
pengamatan serta memberikan penilaian kepada siswa.
Kegiatan pengamatan dilaksanakan secara seksama oleh siswa kelas
VII E di SMPN 1 Malang.Hal ini dikarenakan, guru memberikan
pendahuluan materi secara menarik sehingga menumbuhkan rasa ingin
tahu siswa.Selain itu, juga dikarenakan video yang disajikan oleh guru
jelas dan menarik.
Kegiatan mengamati dilakukan agar siswa mendapatkan gambaran
secara konkrit terhadap materi yang dipelajari sehingga siswa dapat lebih
memahami materi dengan mudah.Selain itu, agar siswa memiliki uswah
hasanah atau contoh konkrit dari obyek pengamatan video tersebut.Dengan
demikian, siswa dapat mengaplikasikan materi yang dipelajari dalam
kehidupan sehari-hari dengan mudah.
2. Menanya
Pada tahap kedua pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
adalah menanya.Tahap ini merupakan lanjutan dari tahap pertama yaitu
mengamati.Setelah kegiatan mengamati, guru memberikan kesempatan
kepada siswa untuk bertanya tentang hasil pengamatan yang tidak
dipahami oleh siswa.
105
Pada tahap menanya, siswa akan aktif bertanya apabila mereka tidak
dapat memahami pengamatan dengan baik. Begitu pula sebaliknya,
apabila hasil pengamatan yang mereka dapatkan sudah jelas sehingga
mareka dapat memahami materi maka sedikit dari siswa yang bertanya
bahkan tidak ada yang bertanya.Jadi, keaktifan siswa dalam bertanya
tergantung pada hasil pengamatan yang mereka lakukan dan kejelasan
obyek pengamatan yang disediakan oleh guru.
Pada kegiatan ini, guru akan menjawab pertanyaan siswa dan mencoba
untuk mengajak siswa lain untuk menjawab pertanyaannya. Dengan
adanya jawaban dari guru dan siswa yang lain maka siswa yang bertanya
dapat memahami materi yang belum dipahami dengan baik.
Kegiatan menanya yang dilaksanakan oleh guru agama di SMPN 1
Malang bertujuan agar siswa lebih memahami materi berdasarkan pada
kegiatan mengamati.Selain itu, juga bertujuan untuk mengaktifkan siswa
dalam kegiatan belajar mengajar sehingga siswa dapat lebih mengingat
hasil belajarnya.
3. Mengeksplorasi
Pada tahap mengeksplorasi, guru menjelaskan hal-hal yang harus
dilakukan siswa yaitu agar siswa membuat kalimat dari hasil pengamatan
dan membuat kalimat tersebut menjadi sebuah paragraf.Kemudian,
menuliskan hasil diskusi dalam buku atau lembaran.Dalam kegiatan ini,
guru memerintahkan siswa untuk berdiskusi dengan teman kelompoknya
dan mengumpulkan data sebanyak-banyaknya.Data yang dikumpulkan
106
dari hasil pengamatan dan dari sumber lainnya seperti buku pegangan
siswa atau internet.
Ketika siswa berdiskusi dengan teman kelompoknya, guru
mengelilingi dan mengamati diskusi yang dilakukan siswa. Guru
menghampiri setiap kelompok untuk memberikan penilaian terhadap sikap
siswa dalam berdiskusi. Dan pada saat itu juga, guru memberikan
pengarahan kepada kelompok yang diskusinya tidak sesuai dengan materi
yang dipelajari serta memberikan petunjuk kepada kelompok yang
bertanya tentang materi yang belum dipahami.Jadi dalam kegiatan
mengeksplorasi, guru tetap memantau proses belajar siswa dan
memberikan bimbingan selama proses pembelajaran berlangsung sehingga
kegiatan diskusi yang dilakukan oleh siswa menjadi terarah.
Kegiatan mengeksplorasi dilaksanakan agar siswa dapat belajar dengan
cara mencari informasi sendiri dan menggali informasi secara mendalam
dengan teman kelompoknya sehingga siswa dapat memahami materi lebih
luas. Selain itu, dalam kegiatan mengeksplorasi melatih siswa untuk hidup
bersama, saling tolong-menolong, bekerja sama, dan menghargai pendapat
orang lain. Dalam keterampilan teknisnya, melatih siswa untuk membuat
sebuah karya tulis dan menggunakan IT dengan baik karena terdapat
sebagian siswa yang menggunakan laptop dalam mencari sumber lain pada
saat berdiskusi.
4. Mengasosiasi
107
Pada tahap mengasosiasi, ada beberapa hal yang dilakukan oleh guru
yaitu: mengajak siswa untuk mendiskusikan tentang alasan dan manfaat
mempelajari materiyang sedang dipelajari sehingga secara sadar siswa
mengetahui manfaat yang mereka pelajari yaitu agar berbuat sesuai dengan
ajaran agama islam. Selain itu, gurumemberikan penilaian terhadap diskusi
kelompok khususnya pada penilaian sikap jujur, disiplin, tanggung jawab,
demokrasi, dan kerja sama.
Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk menyadarkan kepada siswa
hakikat mereka belajar dan agar siswa mengetahui alasan mereka
mempelajari materi agama sehingga mereka belajar atas kemauan sendiri
serta lebih semangat dalam mempelajari materi agama. Pada kegiatan ini
pula, melatih siswa untuk menalar terhadap materi yang dipelajari
sehingga memiliki kemampuan menalar terhadap peristiwa yang terjadi di
masyarakat dan menjadi tahu perbuatan yang benar atau perbuatan yang
salah menurut ajaran agama islam. Dengan demikian, siswa akan berbuat
sesuai dengan ajaran agama islam.
5. Mengkomunikasikan
Pada tahap mengkomunikasikan, siswa menyampaikan hasil diskusi
dengan kelompoknya di depan kelas. Kegiatan ini dilakukan dengan cara
kelompok maju secara bergantian. Adapun yang menentukan kelompok
untuk maju ke depan kelas membacakan hasil diskusinya ialah guru. Jadi,
pada kegiatan ini guru menunjuk kelompok untuk mempresentasikan hasil
diskusinya di depan kelas berdasarkan kelompok yang lebih dahulu selesai
108
dalam berdiskusi. Selanjutnya, kelompok membacakan hasil diskusi di
depan kelas sesuai dengan kreatifitas kelompok baik dengan memberikan
selingan sholawat atau puisi, sedangkan kelompok lain menyimak. Setelah
selesai membacakan hasil diskusinya, kelompok memberikan kesempatan
kepada kelompok lain untuk bertanya atau memberikan tanggapan atas
hasil diskusi yang telah dibacakan. Kelompok lain memberikan apresiasi
terhadap kelompok yang sudah mempresentasikan hasil diskusinya.
Adapun tugas guru pada kegiatan ini ialah memberikan penilaian terhadap
hasil presentasi kelompok.
Pada kegiatan penutup setelah melaksanakan kegiatan mengamati,
menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan maka guru
bersama siswa menyimpulkan materi yang dipelajari.Pada kegiatan
menyimpulkan, guru memberikan penekanan terhadap nilai-nilai atau ibroh
yang dapat diambil dari materi yang dipelajari serta memberikan penekanan
pula kepada siswa agar melaksanakan nilai-nilai baik atau ibroh yang telah
didapat dalam kehidupan sehari-hari. Selanjutnya, guru menyampaikan materi
yang akan dipelajari pada pertemuan yang akan datang. Dan memberikan
tugas kepada siswa sebagai faktor pendukung siswa untuk belajar di luar
sekolah. Kemudian, mengumpulkan tugas pada pertemuan yang akan datang.
Dengan demikian, siswa dapat memahami materi agama dengan baik.
Dari kajian teori pada bab dua dan hasil penelitian yang sudah dipaparkan
pada bab empat, setidaknya terdapat persamaan persepsi yang saling
melengkapi satu sama lain. Di dalam kajian teori dijelaskan bahwa langkah-
109
langkah pembelajaran dengan pendekatan saintifik dilaksanakan melalui lima
tahap ialah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses
mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting),
menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communicating).109 Maka di
SMPN 1 Malang khususnya pada mata pelajaran PAI, guru melaksanakan
proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik melalui lima tahap
yaitu: mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengasosiasi, dan
mengkomunikasikan. Pada tahap ketiga terdapat perbedaan yaitu dalam teori
disebutkan mencoba, sedangkan data yang diperoleh peneliti di lapangan
tahap ketiga dalam proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik
ialah mengeksplorasi. Hal ini dikarenakan tidak semua materi dalam PAI
dapat dilakukan dengan kegiatan mencoba, misalnya pada materi yang
pembahasannya tentang sejarah kebudayaan islam seperti kisah perjalanan
nabi Muhammad SAW periode Makkah dan Madinah. Pada pembahasan
sejarah kebudayaan islamproses pembelajaran tidak dapat dilakukan melalui
kegiatan mencoba karena sejarah islam pada masa lampau tidak dapat
dipraktekkan.Berbeda dengan materi tentang sholat berjama’ah atau sholat
jamak dan qasar. Maka pada materi tersebut proses pembelajaran dapat
dilakukan dengan mencoba karena sholat berjama’ah, jamak, dan qasar dapat
dipraktekkan.
109 M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 176
110
B. Faktor Pendukung Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik
Dalam Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa kelas VII E di
SMPN 1 Malang
Faktor pendukung pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang
ditemukan oleh peneliti di SMPN 1 Malang terdiri dari dua macam, yaitu:
faktor pendukung yang bersifat internal dan faktor pendukung yang bersifat
eksternal. Faktor pendukung yang bersifat internal adalah faktor pendukung
yang muncul dari dalam individu itu sendiri baik dari guru maupun dari
siswa.Misalnya, guru professional dan siswa yang aktif.Adapun faktor
pendukung yang bersifat eksternal adalah faktor pendukung yang muncul dari
luar diri individu baik dari sarana dan prasarana di sekolah maupun kondisi
kelas.Misalnya, media pembelajaran dan suasana kelas terarah.
Dalam hal ini, peneliti akan menguraikan faktor pendukung yang telah
ditemukan dari hasil analisis data yang diperoleh berdasarkan pada setiap
proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang.
Adapun faktor pendukung tersebut ialah sebagai berikut:
1. Faktor pendukung pada tahap mengamati terdiri dari LCD, video, gambar,
buku cetak, alat tulis, dan kondisi kelas terarah. Keempat hal tersebut
menjadi faktor pendukung pada tahap mengamati karena memiliki
pengaruh dan sebagai pelengkap dalam proses pembelajaran. LCD
dibutuhkan sebagai alat untuk menampilkan video yang disediakan guru
sebagai obyek pengamatan dalam kegiatan mengamati. Adapun alat
tulisnya digunakan siswa untuk mencatat hasil pengamatan. Dan kelas
111
terarah merupakan situasi dan kondisi yang membuat siswa merasa
nyaman dalam kegiatan pengamatan sehingga siswa dapat melakukan
pengamatan dengan baik. Selain itu, dengan kelas yang terarah, kegiatan
pengamatan dapat dilaksanakan secara optimal dalam proses pembelajaran
PAI berbasis pendekatan saintifik.
2. Faktor pendukung pada tahap menanya terdiri dari siswa aktif dan guru
memberikan stimulus yang baik kepada siswa. Kedua faktor tersebut
menjadi faktor pendukung karena keduanya memiliki pengaruh terhadap
kegiatan menanya. Siswa yang aktif menjadi pendukung dalam kegiatan
menanya karena dengan adanya siswa yang aktif maka pada kegiatan
menanya akan berjalan secara optimal. Siswa yang aktif adalah siswa yang
dapat mengembangkan pikirannya terhadap materi yang telah dipelajari
sehingga ia bersikap lebih kritis dan selalu ingin menanggapi dari hasil
materi yang telah didapatkan. Adapun guru yang memberikan stimulus
yang baik merupakan guru yang selalu mendorong siswa untuk bertanya
dan berfikir kritis. Sehingga guru selalu memberikan kesempatan bertanya
untuk siswa dan memberikan jawaban yang dapat memuaskan siswa.
Dengan demikian, kegiatan menanya dapat dilakukan dengan baik.
3. Faktor pendukung pada tahap mengeksplorasi terdiri dari siswa aktif
berdiskusi, buku cetak, laptop, alat tulis, dan bimbingan guru. Kelima
faktor tersebut memberikan pengaruh terhadap kegiatan mengeksplorasi.
Sebab, dalam kegiatan ini dilaksanakan melalui siswa berdiskusi dengan
kelompok masing-masing. Oleh karena itu, siswa aktif berdiskusi menjadi
112
faktor pendukung dan guru sebagai pembimbing siswa ketika berdiskusi
sehingga diskusi selalu terarah. Sedangkan, buku cetak dan laptop sebagai
sumber lain selain video yang dijadikan siswa sebagai bahan dalam
kegiatan diskusi sehingga siswa dapat mengetahui informasi lebih luas
tentang materi yang dibutuhkan pada proses pembelajaran. Adapun alat
tulisnya sebagai alat untuk membuat karya tulis hasil diskusi yang telah
dilakukan. Dengan adanya kelima faktor tersebut maka kegiatan
mengeksplorasi dapat dilaksanakan secara optimal.
4. Faktor pendukung pada tahap mengasosiasi terdiri dari siswa aktif dan
guru aktif. Mengasosiasi adalah kegiatan pembelajaran yang dilakukan
melalui berdiskusi antara guru dengan siswa yang membahas tentang
alasan dan manfaat siswa mempelajari materi. Dengan demikian, pada
tahap ini yang menjadi faktor pendukung adalah siswa aktif dan guru aktif.
Sebab, dengan adanya siswa dan guru yang aktif maka kegiatan
mengasosiasi dapat dilaksanakan secara optimal sehingga guru berhasil
mengajak siswa untuk berfikir tentang substansi isi materi yang mereka
pelajari di kelas yaitu agar siswa dapat berbuat sesuai dengan ajaran agama
islam. Dan menyadarkan siswa bahwa mereka harus belajar atas
keinginannya sendiri sehingga pembelajaran terasa menyenangkan.
5. Faktor pendukung pada tahap mengkomunikasikan terdiri dari keaktifan
siswa, apresiasi siswa terhadap kelompok lain, dan bimbingan guru.
Ketiga faktor tersebut menjadi faktor pendukung kegiatan
mengkomunikasikan karena memiliki pengaruh terhadap kegiatan belajar
113
ini. Adanya keaktifan siswa dan bimbingan guru maka kegiatan
mengkomunikasikan dapat berjalan secara optimal. Sedangkan, apreasiasi
siswa terhadap kelompok lain menjadi motivasi bagi kelompok sehingga
kegiatan mengkomunikasikan dapat dilakukan secara efektif. Sebab,
mereka akan berusaha tampil di depan kelas untuk menjadi kelompok
terbaik. Oleh karena itu, pada kegiatan ini presentasi siswa bermacam-
macam. Sebagian kelompok presentasi dengan memberikan nyanyian atau
sholawat sehingga dengan kegiatan ini pula dapat menumbuhkembangkan
kreatifitas siswa.
Sebagaimana yang terdapat pada uraian tersebut bahwa faktor pendukung
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang sangat
menunjang keberhasilan proses pembelajaran. Selain itu, faktor pendukung
tersebut juga mudah didapatkan oleh guru karena SMPN 1 Malang merupakan
sekolah unggulan sehingga sarana dan prasarana yang dibutuhkan
tersedia.Dengan demikian, proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik di SMPN 1 Malang dapat dilakukan secara efektif dan efisien sesuai
dengan tahap-tahap pembelajaran dengan pendekatan saintifik.
Hal ini yang paling urgen dalam proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik untuk meningkatkan hard skills dan soft skills siswa
adalah adanya faktor pendukung yang menunjang keberhasilan pelaksanaan
proses pembelajaran. Sebab, dengan adanya faktor pendukung tersebut proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dapat dilaksanakan secara
efektif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.
114
C. Dampak Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Terhadap
Siswa kelas VII E di SMPN 1 Malang
Dampak atau akibat dari proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik di SMPN 1 Malang dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu: dampak
yang berbentuk hard skills dan soft skills. Dampak yang berbentuk hard skills
merupakan pengetahuan dan keterampilan teknik yang dimiliki oleh siswa
sebagai akibat dari proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik.
Sedangkan, dampak yang berbentuk soft skills merupakan keterampilan
interpersonal dan intrapersonal atau yang sering disebut dengan keterampilan
sikap.
Hal yang paling urgen dalam dampak proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang adalah adanya akibat dari hasil proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik. Sebab, proses belajar
mengajar dikatakan berhasil apabila dapat mencapai tujuan yang telah
ditetapkan yaitu dapat mencetak pribadi siswa yang unggul berlandaskan budi
pekerti luhur yang berwawasan lingkungan. Artinya, bahwa dengan adanya
proses pembelajaran berbasis pendekatan saintifik dapat meningkatkan mutu
pembelajaran dengan mencetak siswa yang memiliki ilmu pengetahuan yang
tinggi dan memiliki budi pekerti yang luhur.
Adapun dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang
dihasilkan peneliti dari proses analisis data yang telah ditemukan di SMPN 1
Malang, sebagai berikut:
115
1. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan mengamati adalah siswa mampu
melaksanakan sholat berjama’ah, sholat jama’ dan sholat qasar dengan
baik. Melalui proses pengamatan maka siswa akan mendapat gambaran
yang jelas dari materi yang dipelajari sehingga meniru dari apa yang telah
diamati dari video, gambar, atau buku cetak. Kemampuan mengamati
tersebut merupakan dampak yang berbentuk hard skills karena merupakan
keterampilan yang dihasilkan dari proses belajar. Pada kurikulum 2013
kemampuan tersebut termasuk pada domain keterampilan (KI-4). Selain
itu, dampak yang dihasilkan dari proses belajar juga berbentuk soft skills.
Adapun dampak tersebut seperti sikap dapat dipercaya, sikap jujur, sikap
hidup sederhana, sikap tidak merasa rendah diri, sikap tidak meremehkan
orang lain, teliti, dan tekun. Sikap tersebut dihasilkan melalui kegiatan
mengamati karena dalam proses mengamati siswa dapat mengambil ibroh
atau nilai-nilai yang terkandung dalam video. Pada kurikulum 2013
kemampuan tersebut termasuk pada domain sikap sosial (KI-2).
2. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan menanya adalah kemampuan
merangkai pertanyaan. Sebab, pada kegiatan menanya maka siswa dilatih
untuk bertanya sehingga dapat mengembangkan keterampilan siswa dalam
merangkai kalimat pertanyaan. Kemampuan merangkai kalimat pertanyaan
tersebut merupakan keterampilan yang diperoleh siswa dari proses belajar
melalui kegiatan menanya. Pada kurikulum 2013 kemampuan tersebut
termasuk dalam domain keterampilan (KI-4). Selain itu, melalui kegiatan
menanya maka siswa dapat lebih memahami materi yang dipelajari
116
sehingga siswa menguasai ilmu pengetahuan secara mendalam. Maka
dalam hal ini, pada kurikulum 2013 termasuk dalam domain pengetahuan
(KI-3). Keterampilan dan pengetahuan tersebut merupakan dampak yang
berbentuk hard skills. Adapun dampak yang berbentuk soft skills yang
dihasilkan dari kegiatan menanya adalah sikap berani mengungkapkan
pendapat. Sebab, dalam kegiatan menanya siswa dilatih untuk
mengungkapkan pendapatnya sehingga akan terbentuk pribadi yang
pemberani. Hal ini pada kurikulum 2013 termasuk dalamdomain sikap
sosial (KI-2).
3. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan mengeksplorasi adalah kemampuan
menganalisis sehingga siswa dapat memahami materi yang dipelajari
dengan baik. Dengan demikian, siswa dapat memahami ilmu pengetahuan
secara mendalam. Sebab, kegiatan mengeksplorasi dilaksanakan melalui
diskusi dengan teman kelompok sehingga dapat mengembangkan pola
pikir siswa. Selanjutnya, siswa mampu menerapkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Maka dalam hal ini, secara sadar siswa akan menjalankan
sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat qasar. Maka pada kurikulum
2013 hal ini termasuk dalam domain pengetahuan (KI-3) dan domain
keterampilan (KI-4) yang disebut dengan dampak yang berbentuk hard
skills. Selain itu, melalui kegiatan mengeksplorasi pula siswa dilatih untuk
membuat karangan dari hasil diskusi yang telah dilakukan. Hal ini
mengakibatkan siswa memiliki kemampuan membuat suatu karya tulis.
Pada kurikulum 2013 kemampuan tersebut termasuk dalam domain
117
keterampilan (KI-4). Keterampilan dan pengetahuan tersebut merupakan
dampak yang berbentuk hard skills. Adapun dampak yang berbentuk soft
skills melalui kegiatan mengeksplorasi adalah sikap jeli, sikap bekerja
sama, dan sikap tolong menolong. Semua sikap tersebut dapat terbentuk
dalam diri siswa karena pada kegiatan mengeksplorasi siswa dibiasakan
untuk hidup bersama dalam kelompok sehingga akan terbentuk pribadi
yang saling bekerja sama dan tolong menolong. Hal ini pada kurikulum
2013 termasuk dalam domain sikap sosial (KI-2)
4. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan mengasosiasi adalah kemampuan
menalar. Sebab, dalam kegiatan ini siswa dan guru mendiskusikan tentang
manfaat dan alasan siswa belajar sehingga dikaitkan dengan fakta yang
terjadi dalam masyarakat. Dengan demikian, siswa akan mampu
memahami materi yang dipelajari dengan baik dan mampu menerapkannya
dalam kehidupan sehari-hari. Maka dalam hal ini, secara sadar siswa akan
menjalankan sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat qasar. Maka pada
kurikulum 2013 hal ini termasuk dalam domain pengetahuan (KI-3) dan
domain keterampilan (KI-4) yang disebut dengan dampak yang berbentuk
hard skills. Adapun dampak yang berbentuk soft skills dari kegiatan
mengasosiasi adalah sikap bekerjasama, sikap tidak egois, sikap
memperdulikan orang lain, dan sikap menghargai orang lain. Sikap
tersebut dapat menjadi pribadi siswa melalui kegiatan diskusi dan ibroh
atau nilai-nilai yang dapat diambil dari materi yang dipelajari. Pada
kurikulum 2013 hal ini termasuk dalam domain sikap sosial (KI-2).
118
5. Dampak yang dihasilkan dari kegiatan mengkomunikasikan adalah
kemampuan mengungkapkan pendapat dan kemampuan berbahasa siswa
karena dalam kegiatan mengkomunikasikan setiap kelompok
menyampaikan hasil diskusi. Hal ini pada kurikulum 2013 termasuk dalam
domain keterampilan (KI-4)yang termasuk dalam dampak yang berbentuk
hard skills. Adapun dampak yang berbentuk soft skills dari kegiatan
mengkomunikasikan adalah sikap berani, sikap disiplin, sikap tanggung
jawab, sikap bekerjasama dan kreatifitas siswa. Sikap tersebut dapat
terbentuk dalam diri siswa karena dalam kegiatan mengkomunikasikan
siswa dilatih untuk berani dan tanggung jawab atas apa yang sudah
disampaikan kepada kelompok lain. Selain itu, dalam mempresentasikan
hasil diskusi siswa menggunakan cara yang berbeda-beda seperti
menggunakan sholawat. Pada kurikulum 2013 hal ini termasuk dalam
domain sikap sosial (KI-2).
Sebagaimana yang terdapat pada uraian tersebut bahwa dampak yang
dihasilkan dari proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1
Malang tidak hanya sebatas pada pengetahuan (hard skills)saja. Akan tetapi,
dampak tersebut juga menyentuh pada ranah afektif (soft skills).Oleh karena itu,
dampak proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik sangat relevan
dengan tujuan pendekatan saintifik yaitu untuk menyeimbangkan hard skills dan
soft skills. Adapun teori yang menyatakan hal tersebut ialah prinsip-prinsip yang
dapat dijadikan bahan acuan guru dalam melaksanakan proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik, diantaranya sebagai berikut:
119
1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu.
2. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar.
3. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah.
4. Dari pembelajaran verbalisme menuju keterampilan aplikatif.
5. Peningkatan dan keseimbangan antara keterampilan fisik (hard skills) dan
keterampilan mental (soft skills).
6. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan (ing
ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo mangun karso) dan
mengembangkan kreatifitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani).110
Dampak yang dihasilkan di SMPN 1 Malang tidak hanya melalui proses
pembelajaran di kelas tetapi juga karena adanya bimbingan guru di luar kelas.
Siswa mampu mengimplementasikan nilai-nilai yang didapat dari hasil belajar
dengan dukungan guru di SMPN 1 Malang melaluipemberian contoh yang baik
kepada siswanya.Selain sebagai uswah hasanah, guru juga membiasakan sikap
yang baik kepada siswanya. Hal ini dilakukan oleh guru pada saat di luar jam
pelajaran. Sehingga siswa akan menjadi manusia yang memiliki ilmu pengetahuan
tinggi dan sikap yang baik.
Berdasarkan uraian tersebut maka untuk menghasilkan siswa yang memiliki
hard skills dan soft skills dapat dilakukan melalui beberapa langkah, yaitu:
110 M. Fadlillah, M.Pd.I, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2014), hal. 174-175
120
1. Mempersiapkan perencanaan pembelajaran dengan baik
2. Menggunakan pendekatan, strategi, metode dan media yang tepat dalam
pelaksanaan pembelajaran
3. Memberikan bimbingan kepada siswa di dalam kelas dan di luar kelas.
Hal ini relevan dengan langkah-langkah untuk mengajarkan hard skills dan
soft skills kepada siswa yang terdapat dalam teori. Adapun teori tersebut
menyatakan, bahwa: Cara yang tepat untuk mengajarkan hard skills dan soft skills
serta langkah-langkah yang dapat ditempuh sebagai berikut:
1. Keyakinan yang tinggi
2. Menyusun perencanaan pembelajaran kuliah
3. Gunakan strategi pembelajaran yang tepat
4. Berikan bimbingan.111
Berdasarkan pada uraian pembahasan hasil penelitian secara keseluruhan
maka pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dapat dilihat pada skema
berikut ini:
111Prof. Dr. Elfindri dkk, Soft Skills Untuk Pendidik (Baduose Media, 2010), hal. 177
121
Skema 5.2Pembelajaran PAI BerbasisPendekatanSaintifik
PEMBELAJARANPAI BERBASISPENDEKATAN
SAINTIFIKMALANG
ProsesFaktorPenduku
ngDampak
MengamatiLCD, Video,gambar,bukucetak, alattulis,dankondisikelasterarah
Siswamampumelaksanakansholatberjama’ah, sholatjama’ sholatqasar,sikapdapatdipercaya, sikapjujur,sikaphidupsederhana,sikaptidakmerasarendahdiri,sikaptidakmeremehkan orang lain, teliti,dantekun
MeningkatkanH
ardSkillsda
nSoftSkills
Menanya Siswaaktifdan Gurumemberikanstimulus yangbaikkepadasiswa
Kemampuanmerangkaipertanyaan,lebihmemahamimateri yang dipelajari,dansikapberanimengungkapkanpendapat
Mengeksplorasi Siswaaktifberdiskusi,Bukucetak, Laptop,Alattulis, danBimbinganguru
Lebihmemahamimateri yang dipelajari,kemampuanmenjalankansholatberjama’ah, sholatjama’, sholatqasar,kemampuanmembuatsuatukaryatulis,sikapjeli, sikapbekerjasama,dansikaptolongmenolong
MengasosiasiSiswaaktifdan Guru aktif
Lebihmemahamimateri,kemampuanmenjalankansholatberjama’ah, sholatjama’, sholatqasar,sikapbekerjasama, sikaptidakegois,sikapmemperdulikan orang lain,sikapmenghargai orang lain
MengkomunikasikanKeaktifansiswa,Apresiasisiswaterhadapkelompok lain danBimbinganguru
Kemampuanmengungkapkanpendapat,kemampuanberbahasa,sikapberani,sikapdisiplin, sikaptanggungjawab,sikapbekerjasama, dankreatifitassiswa
Evaluasi
Siswamengamati video,siswamencatathasilpengamatan, gurumengamatisiswadanmenilai
Siswabertanyahasilpengamatan yang belumjelasdan gurumenjawab
Siswaberdiskusidan gurumengamatisetiapkelompoksertamemberikanpenilaian
Gurudansiswaberdiskusitentangmanfaatdanalasanbelajarsertaguru menilaisikapsiswa
Siswapresentasihasildiskusi,kelompok lain menanggapi,dan guru menilai
122
Pada gambar tersebut dampak hard skills dan soft skills yang dihasilkan dari
proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik dapat dilihat pada tabel di
bawah ini:
Tabel 5.6
Dampak pembelajaran PAI berbasis pendekatan sainitifik
No. Proses Dampak
Hard skills Soft skills
1. Mengamati Siswa mampu
melaksanakan
sholat berjama’ah
Siswa mampu
melaksanakan
sholat jama’
Siswa mampu
melaksanakan
sholat qasar
Sikap dapat
dipercaya
Sikap jujur
Sikap hidup
sederhana
Sikap tidak
merasa rendah
diri
Sikap tidak
meremehkan
orang lain
Teliti
Tekun
2. Menanya Kemampuan
merangkai
pertanyaan
Lebih memahami
materi yang
dipelajari
Sikap berani
mengungkapkan
pendapat
3. Mengeksplorasi Lebih memahami
materi yang
dipelajari
Sikap jeli
Sikap bekerja
sama
123
Siswa mampu
menjalankan
sholat berjama’ah,
sholat jama’, dan
sholat qasar
Kemampuan
membuat suatu
karya tulis
Sikap tolong
menolong
4. Mengasosiasi Lebih memahami
materi yang
dipelajari
Siswa mampu
menjalankan
sholat berjama’ah,
sholat jama’, dan
sholat qasar
Sikap bekerja
sama
Sikap tidak egois
Sikap
memperdulikan
orang lain
Sikap menghargai
orang lain
5. Mengkomunikasikan Kemampuan
mengungkapkan
pendapat
Kemampuan
berbahasa
Sikap berani
Sikap disiplin
Sikap tanggung
jawab
Sikap bekerja
sama
Kreatifitas siswa
Berdasarkan pada tabel tersebut maka dapat dilihat tingkat berfikir siswa
dalam ranah kognitif melalui kegiatan pembelajaran PAI berbasis pendekatan
saintifik. Hal ini sebagaimana yang terdapat pada skema berikut:
124
Skema 5.3
Tingkat Berfkir Siswa Pada Rana Kognitif
Berdasarkan pada skema tersebut maka dampak proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik yang berbentuk hard skills relevan dengan teori
kognitif yang dicetuskan oleh Bloom. Adapun teori tersebut menyatakan bahwa:
Rana kognitif (cognitive domain) menurut taksonomi Bloom dan kawan-kawan:
1. Pengetahuan (knowledge)
2. Pemahaman (comprehension)
3. Penerapan (application)
Proses belajar Tingkat berfikir siswa
Mengamati
Menanya
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Mengkomunikasikan
Mengingat
Memahami
Memahami
Membuktikan
Membedakan
Memahami
Mengkritik
Membuktikan
Taksonomi kognitif
Penerapan
Analisis
Pemahaman
Penerapan
Sintesa
Pemahaman
Pemahaman
Pengetahuan
Merangkai
Evaluasi
125
4. Analisa (analysis)
5. Sintesa (synthesis)
6. Evaluasi (evaluation)112
Adapun proses berfikir siswa dalam rana afektif sebagai dampak proses
pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik yang berbentuk soft skills dapat
dilihat pada skema berikut:
7.
8.
9.
Skema 5.4
Tingkat Berfkir Siswa Pada Rana Afektif
Berdasarkan pada skema tersebut maka dampak proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik yang berbentuk soft skills(rana afektif) relevan
112W.S. Winkel, Psikologi Pengajaran (Jakarta: Gramedia, 1987), hal. 149
Proses belajar Tingkat berfikir siswa
Mengamati
Menanya
Mengeksplorasi
Mengasosiasi
Mengkomunikasikan
Memperhatikan
Merespon
Menunjukkan
Membandingkan
Melakukan
Taksonomi afektif
Organisasi
Penilaian
Partisipasi
Penerimaan
Pembentukanpola hidup
126
dengan teori yang dicetuskan oleh Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan. Adapun
teori tersebut menyatakan bahwa: Rana afektif (affective domain) menurut
taksonomi Kratwohl, Bloom dan kawan-kawan:
1. Penerimaan (receiving)
2. Partisipasi (responding)
3. Penilaian/penentuan sikap (valuing)
4. Organisasi (organization)
5. Pembentukan pola hidup (characterization by a value or value complex).113
113Ibid, hal. 150
127
BAB VI
PENUTUP
Pada bab terakhir ini, akan dipaparkan kesimpulan yang sesuai dengan
rumusan masalah pada bab satu berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh
peneliti. Selain itu, juga akan dipaparkan beberapa saran yang mungkin akan
bermanfaat dalam pengambilan kebijakan selanjutnya untuk kemajuan SMPN 1
Malang.
A. Kesimpulan
1. Proses pembelajaran PAI berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang
dilaksanakan melalui lima tahap yaitu: 1) mengamati, pada tahap ini
kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa mengamati obyek
pengamatan yang disediakan guru, siswa mencatat hasil pengamatan, dan
guru mengamati siswa serta memberikan penilaian; 2) menanya, pada
tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa bertanya
tentang hasil pengamatan yang belum dipahami dan guru menjawab
pertanyaan siswa; 3) mengeksplorasi, pada tahap ini kegiatan
pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa berdiskusi dengan
kelompoknya tentang materi yang dipelajari dengan mengambil berbagai
sumber belajar dan guru mengamati setiap kelompok serta memberikan
penilaian; 4) mengasosiasi, pada tahap ini kegiatan pembelajaran
dilaksanakan dengan cara siswa dan guru mendiskusikan tentang manfaat
dan alasan mempelajari materi yang kemudian dikaitkan dengan fakta
128
yang ada di masyarakat sehingga siswa memahami hakikat belajar serta
guru memberikan penilaian terhadap sikap siswa; 5) mengkomunikasikan,
pada tahap ini kegiatan pembelajaran dilaksanakan dengan cara siswa
mempresentasikan hasil diskusi dan kelompok lain memberikan tanggapan
atau pertanyaan kepada presentator serta guru memberikan penilaian.
2. Faktor pendukung pada setiap tahap proses pembelajaran PAI berbasis
pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang terdiri dari: 1) mengamati yang
terdiri dari LCD, video, gambar, buku cetak, alat tulis, dan kondisi kelas
terarah; 2) menanya yang terdiri dari siswa aktif dan guru memberikan
stimulus yang baik kepada siswa; 3) mengeksplorasi yang terdiri dari
siswa aktif berdiskusi, buku cetak, laptop, alat tulis, dan bimbingan guru;
4) mengasosiasi yang terdiri dari siswa aktif dan guru aktif; 5)
mengkomunikasikan yang terdiri dari keaktifan siswa, apresiasi siswa
terhadap kelompok lain, dan bimbingan guru.
3. Dampak yang dihasilkan dari setiap tahap proses pembelajaran PAI
berbasis pendekatan saintifik di SMPN 1 Malang dapat diklasifikasikan
menjadi dua bentuk yaitu hard skills dan soft skills. Adapun dampak yang
dihasilkan meliputi: 1) mengamati yang terdiri dari dampak yang
berbentuk hard skills yaitu siswa mampu melaksanakan sholat berjama’ah,
siswa mampu melaksanakan sholat jama’, serta siswa mampu
melaksanakan sholat qasar dan dampak yang berbentuk soft skills yaitu
sikap dapat dipercaya, sikap jujur, sikap hidup sederhana, sikap tidak
merasa rendah diri, sikap tidak meremehkan orang lain, teliti, serta tekun;
129
2) menanya yang terdiri dari dampak yang berbentuk hard skills yaitu
kemampuan merangkai pertanyaan serta lebih memahami materi yang
dipelajari dan dampak yang berbentuk soft skills yaitu sikap berani
mengungkapkan pendapat; 3) mengeksplorasi yang terdiri dari dampak
yang berbentuk hard skills yaitu lebih memahami materi yang dipelajari,
siswa mampu menjalankan sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat
qasar serta kemampuan membuat suatu karya tulis dan dampak yang
berbentuk soft skills yaitu sikap jeli, sikap bekerjasama, serta sikap tolong
menolong; 4) mengasosiasi yang terdiri dari dampak yang berbentuk hard
skills yaitu lebih memahami materi yang dipelajari serta siswa mampu
menjalankan sholat berjama’ah, sholat jama’, dan sholat qasar dan dampak
yang berbentuk soft skills yaitu sikap bekerjasama, sikap tidak egois, sikap
memperdulikan orang lain, serta sikap menghargai orang lain; 5)
mengkomunikasikan yang terdiri dari dampak yang berbentuk hard skills
yaitu kemampuan mengungkapkan pendapat serta kemampuan berbahasa
dan dampak yang berbentuk soft skills yaitu sikap berani, sikap disiplin,
sikap tanggung jawab, sikap bekerjasama, dan kreatifitas siswa.
B. Saran
Proses pembelajaran yang baik adalah penentu kesuksesan suatu lembaga
pendidikan karena proses pembelajaran merupakan langkah utama dalam
mencapai suatu tujuan. Sebab, keberhasilan mencetak siswa yang memiliki
hard skills dan soft skills sangat bergantung pada mutu pembelajaran. Apabila
130
proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru dapat berjalan secara efektif
dan efisien maka mutu yang dihasilkan juga akan baik. Oleh karena itu,
sekedar sumbang saran yang dapat dijadikan dasar pijakan atau pertimbangan
oleh para pemegang tampuk pimpinan lembaga pendidikan di SMPN 1
Malang dan juga para khasanah keilmuan dalam upaya meningkatkan mutu
pendidikan yang akan mencetak siswa yang memiliki hard skills dan soft skills
dimasa sekarang dan mendatang, sebaiknya:
1. Teoritis
Untuk para pimpinan lembaga pendidikan dan para khasanah keilmuan,
agar menjadi pihak yang kritis dan selektif serta bijak dalam memilih
kebijakan-kebijakan yang akan diambil yang berkaitan dengan mutu
pendidikan. Oleh karena itu, dalam menentukan sebuah kebijakan yang
berkaitan dengan mutu pendidikan seharusnya para pimpinan dan
khasanah keilmuan memperhatikan permasalahan serta kondisi masyarakat
yang terjadi dalam kehidupan. Sebaik apapun kebijakan yang dibuat oleh
para pimpinan pendidikan tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik
apabila tidak sesuai dengan kondisi masyarakat dalam realita.
2. Praktis
Untuk SMPN 1 Malang dapat menyatukan semua guru sebagai uswah
hasanah bagi siswa sehingga dalam mencetak siswa yang memiliki hard
skills dan soft skills lebih mudah dilakukan.
131
DAFTAR PUSTAKA
Achmadi dan Narbuko.2002. Metodologi Penelitian. Jakarta: Bumi Aksara
Albab, Ulul. 2009. A to Z Korupsi Menumbuhkembangkan Spirit Antikorupsi.
Surabaya: Jaring Pena
Alim, Muhammad. 2006. Pendidikan Agama Islam Upaya Pembentukan
Pemikiran dan Kepribadian Muslim. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Arifin, Zainal. Konsep & Model Pengembangan Kurikulum. 2011.
Bandung:Remaja Rosdakarya
Elfindri dkk. 2010. Soft Skills Untuk Pendidik. Baduose Media
Fadlillah, M. 2014. Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran
SD/MI, SMP/MTs, & SMA/MA.: Yogyakarta Ar-Ruzz Media
Faisal, Sapiah. 1990. Penelitian Kualitatip, dasar-dasar dan aplikasi, cet 1.
Malang: YA3 Malang
Hamidi. 2010. Metode Penelitian Kualitatif-Pendekatan Praktis, Penulisan
Proposal dan Laporan Penelitian. Malang: UMM Press
Hamalik, Oemar. 2007. Dasar-Dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:
Remaja Rosdakarya
Harahap, Syahrin. 2005. Penegakan Moral Akademik di dalam dan di luar
Kampus. Jakarta: Rajagrafindo Persada
Harun, Rochajat. 2007. Metode Penelitian Kualitatip Untuk pelatihan.
Bandung: Mandar Maju
H.A.R., Tilaar. 2006. Standarisasi Pendidikan Nasionla-Suatu Tinjauan
Kritis. Jakarta: Rineka Cipta
Hill, Winfred F. 2009. Theories Of Learning Teori-Teori Pembelajaran.
Bandung: Nusa Media
Huberman, Matthew B. Miles, A. Michael. 1992. Qualitative Data Analysis,
(Trj. Tjetjep Rohendi Rohidi, Analisis data Kualitatip). Jakarta: UI Press
132
John, Lofland dan Lofland, Lyn H. 1984.Analyzing social Settings: A Guide to
Qualitative Observation and Analysis.Belmont Cal: Wadsworth Publishing
Company
Lincoln, Y.S. & Guba, E.G. 1985.Naturalistic Inquary.Beverly Hills: Sage
Publication
Majid, Abdul. 2014. Pembelajaran Tematik Terpadu. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Marno dan Supriyatno, Triyo. 2008. Manajemen dan Kepemimpinan
Pendidikan Islam. Bandung: Refika Aditama
Moleong, Lexy J. 1989. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja
Karya
Muhaimin. 2001. Paradigma Pendidikan Islam, Upaya Mengefektifkan
Pendidikan Agama Islam Di Sekolah. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Muliawan, Jasa Ungguh. 2008. Epistimologi Pendidikan. Yogyakarta: Gadjah
Mada University Press
Mulyana, Deddy. 2001. Metodologi Penelitian Kualitatif, Paradigma Baru
Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya. Bandung: Remaja Rosdakarya
Musnandar, Aries. 2013. Pendidikan yang Mencerdaskan Esai-Esai
Pendidikan Aries Musnandar. Yogyakarta: Naila Pustaka
Patilima, Hamid. 2007. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Alfabeta
Prastowo, Andi. 2011. Metode Penelitian Kualitatif dalam Perspektif
Rancangan Penelitian. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media
Raco, J.R. 2010.Metode Penelitian Kualitatif-Jenis, Karakteristik, dan
Keunggulannya. Jakarta: Grasindo
Rahayu, Iin Tri dan Ardani, Triatiadi Ardi. 2004.Observasi dan Wawancara.
Malang: Banyumedia
Rusyan, A. Tabrani dkk.1989. Pendekatan Dalam Proses Belajar
Mengajar.Bandung: Remadja Karya
Salam, Burhanuddin. 2002. Pengantar Pedagogik (Dasar-Dasar Ilmu
Mendidik). Jakarta: Rineka Cipta
133
Seifert, Kelvin. 2007. Manajemen Pembelajaran dan Instruksi pendidikan-
Manajemen Mutu Psikologi Pendidikan Para
Pendidik.Jogjakarta:IRCiSoD
Silberman, Melvin L. 2006. Active Learning. Bandung: Nusamedia
Soetardjo. 1998. Proses Belajar Mengajar Dengan Metode Pendekatan
Keterampilan Proses. Surabaya: SIC
Soyomukti, Nurani. 2008. Pendidikan Berperspektif Globalisasi. Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media
Sudjana, Eggi. 2008. Republika Tanpa KPK Koruptor Harus Mati. Surabaya:
JP Books, 2008
Sudjana, Nana dan Ibrahim. 1989.Penelitian dan Penilaian Pendidikan.
Bandung: Sinar Baru
Sukardjo, Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan Konsep dan
Aplikasinya.Jakarta:Rajawali Pres
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan.
Bandung: Remaja Rosdakarya
Sunarto dan Hartono, B. Agung. 2006. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:
Rineka Cipta
Surakhmad, Winarno. 1990.Dasar-dasar dan Tehnik Research. Bandung:
Tarsito Karya
S, Nasution. 1988.Metode Penelitian Naturalistik Kualitatif.Bandung:Tarsito
Umar, Bukhari. 2010. Ilmu Pendidikan Islam.Jakarta: Amzah
Uno, B. Hamzah. 2006. Orientasi Baru Dalam Psikologi Pembelajaran.
Jakarta: Bumi Aksara
UUD 1945. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia dan Perubahannya.
Penabur Ilmu
Uwes, Sanusi. 1999. Manajemen Pengembangan Mutu Dosen. Jakarta: Logos
Wacana Ilmu
134
Wibowo, Agus. 2011. Pendidikan Kewirausahaan (Konsep dan Strategi).
Yoyakarta: Pustaka Pelajar
Winkel, W.S. 1987. Psikologi Pengajaran. Jakarta: Gramedia
Yamin, Martinis. 2008. Paradigma Pendidikan Konstruktivistik. Jakarta:
Gedung Persada Press
http://Fakhmadsudrajat.files.wordpress.com-pendekatan-saintifik-ilmiah-
dalam-pembelajaran(Dikases pada tanggal 5/12/2013, jam 21:37)
http://hardinan.blogspot.com/2012/02/pentingnya-hard-skill-dan-soft-
skill.html(Diakses pada tanggal 20/10/14, jam 19:29)
LAMPIRAN-LAMPIRAN
Lampiran I: Denah Ruang SMPN 1 Malang
Lampiran II: Transkip Wawancara
Nama Informan : Bu Nurotul Chasanah
Jabatan : Guru Agama di SMPN 1 Malang
Waktu : Selasa, 25 November2014
Pukul : 10.30 – 11.00 WIB
Tempat : Ruang guru SMPN 1 Malang
Peneliti menemui Bu Nur sebagai guru agama ketika beliau sedang menuju ruang
guru setelah mengajar, kemudian peneliti menyapa:
Peneliti : “Assalamu’alaikum, Bu…”
Bu Nur : “Wa’alaikumsalam, iya mari masuk, silahkan duduk. Apa yang
bisa saya bantu?”
Peneliti : “Jadi, hari ini saya bisa langsung wawancara sama ibu?”
Bu Nur : “iya, tapi jangan lama-lama karena hari ini saya jamnya penuh.”
Peneliti : “Oh…, iya Bu. Mungkin untuk yang pertama yang ingin saya
tanyakan itu bagaimana sih pendapatnya ibu tentang pendekatan
saintifik itu sendiri?
Bu Nur : “Ya, menurut saya itu bisa, apa itu, mengembangkan pikiran anak
untuk berfikir lebih realistis terus lebih ilmiah terus lebih kreatif.
Bagi kita yang mengajar bagus tapi yang mengalami kesulitan itu
untuk penilaiannya. Dalam arti kalau setiap guru dipegangi 1-2
kelas tidak apa-apa tapi kalau seperti kita, guru agama, PKn, Bahasa
Daerah kan cuma 2 sehingga harus ngawasi anak 10 kelas itu kan
sulit, itu penilaiannya. Kalau ngajarnya enak.”
Peneliti : “Bagaimana proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik itu
sendiri Bu?
Bu Nur : “Ya, anak-anak kan ditunjukkan misalnya biasanya kita kalau
ngajar itu kan pakek LCD atau pakek pengamatan di buku cetak,
kalau misalnya LCDnya tidak bisa jalan ya pakek buku cetak tapi
tetep harus ada keterangan, karena kalau tidak anak-anak tidak bisa,
jadi suatu contoh gini misalnya, kalau praktek ya misalnya sholat
masih mudah ya, anak-anak sholat berjama’ah, yang sebagian
sholat, sebagian mengamati kan itu sudah saintifik to? Nah, dengan
pengamatan itu nanti anak ditanya “apa sih yang kamu temukan
didalam pembelajaran itu?” itu kalo untuk sholat berjama’ah. Tapi
kalau untuk pelalajaran lain ya….disuruh mengamati gambar
kemudian kamu tanggapi apa yang kamu dapatkan dari gambar
tersebut, misalnya menjelaskan tentang iman kepada Allah atau
asmaul husna dikasih gambar-gambar yang bisa, yang ada
hubungannya dengan materi tadi kemudian anak-anak disuruh
menanggapi. Jadi, disitulah enaknya guru sebetulnya. Terus
disitulah munculnya kreatifitas anak. Tapi tetap masih diberi
pengantar, kalau tidak, anak-anak disuruh menanggapi, ya…cuma,
misalnya oh...itu gambarnya misalnya gambarnya orang beramal, ya
cuma gitu aja. Jadi harus bagaimana caranya menemukan kreatifitas
anak, harus menarik.
Peneliti : “Jadi mungkin bisa diperjelas Bu tahapannya proses
pembelajarannya seperti apa?
Bu Nur : “Pengamatan, kemudian tanya. Disitu kan ada di prosesi. Sudah
pernah membuat RPP belum? Ya, terus nanti kan anak-anak tahap
akhirnya disuruh diskusi, mendiskusikan itu baru nanti kedepan
mempresentasikan. Terus akhirnya nanti bersama-sama siswa
mengambil kesimpulannya. Jadi seperti tahap yang ada di RPP itu
sama, cuma nanti, pokoknya yang nomor satu bagaimana sih supaya
pelajaran itu menarik untuk anak-anak, ya ketika kita menampilkan
gambar tadi atau pokoknya media supaya menarik.”
Peneliti : “Apa saja yang Ibu persiapkan sebelum melaksanakan proses
pembelajaran dengan pendekatan saintifik?”
Bu Nur : “Ya biasanya RPP itu pasti, media, disini kan karena ada LCD ya
LCD itu pasti.
Peneliti : “Dalam tahap menanya, bagaimana caranya agar siswa aktif
bertanya?”
Bu Nur : “Kalau disini ya mbak, siswa-siswanya itu aktif-aktif sampai jam
pelajarannya kurang. Mereka juga bilang kalau waktunya pelajaran
agama itu jamnya cepat. Biasanya saya menanyakan kepada mereka
misalnya tentang tanda-tanda kiamat kecil itu apa? Dan mereka saya
suruh untuk mencari di mbah google tentang tanda-tanda kiamat
kecil. Setelah mereka tahu dan menjawabnya, saya bilang itu kamu
sendiri loh ya yang mencari bukan saya.”
Peneliti : “Bagaimana proses pelaksanaan eksperimen atau mencoba dalam
mata pelajaran PAI?”
Bu Nur : “Mencoba? Dalam mata pelajaran PAI itu mencoba tidak ada.
Berbeda dengan mata pelajaran IPA yang banyak eksperimennya.
Tapi wudhu atau sholat itu juga bisa dimasukkan ke dalam
eksperimen karena setelah siswa-siswa praktek wudhu atau sholat,
mereka bisa memahami bagaimana tata cara wudhu atau sholat.”
Peneliti : “Bagaimana caranya agar siswa mampu menalar materi yang
dipelajari?”
Bu Nur : “Untuk menalar, saya rasa mereka masih kurang. Jadi, dalam hal
ini mereka masih perlu dibimbing dan yang paling penting mereka
sudah aktif bertanya yang kemudian menumbuhkan rasa ingin tahu
mereka sehingga mereka bisa tahu apa yang dipelajari dengan yang
ada dalam realita. Kalau rasa ingin tahu itu sudah muncul maka
keinginan mereka untuk belajar itu tinggi.”
Peneliti : “Bagaimana proses pelaksanaan mengkomunikasikan dalam
pendekatan saintifik?”
Bu Nur : “Proses pelaksanaan mengkomunikasikan saya lakukan dengan
berbagai cara, diantaranya yaitu diskusi, permainan, dan presentasi.
Nanti dari situ bisa terlihat mana saja siswa yang aktif atau kurang
aktif. Dari situ juga dapat dinilai mengenai sikap anak seperti jujur.
Biasanya permainan yang saya gunakan seperti misalnya materi
tentang ayat, disitu anak disuruh menghafal dan saya membuat
potongan kertas yang saya tulisi dengan potongan ayat-ayat
kemudian saya bagikan. Apabila siswa-siswa tersebut tidak
mencontek maka ketika saya tanya arti sebuah lafadz maka mereka
bisa menjawab dengan benar. Atau seperti, saya membentuk mereka
dalam barisan kemudian saya bisikkan ayat ke telinga siswa yang
paling ujung kemudian melanjutkan membisikkan ke telinga siswa
yang ada didepannya terus berlanjut sampai ujung. Kemudian yang
paling akhir menuliskan ayat yang dibisikkan ke papan tulis. Disini
juga melatih pendengaran siswa.”
Peneliti : “Sejauh mana pelaksanaan pendekatan saintifik pada mata
pelajaran PAI selama ini?”
Bu Nur : “Ya…selama ini yang saya lakukan hasilnya bagus. Karena disini
anak-anak bisa belajar dengan aktif, bisa menunmbuhkan kreatifitas
anak, anak juga dapat berfikir secara ilmiah, dan tahu apa yang
dipelajari dengan apa yang ada di lingkungan. Apalagi dalam
pelajaran agama, anak-anak harus bisa bersikap baik sesuai dengan
yang dipelajari, misalnya sholat berjama’ah, sholat tepat waktu,
makan dengan tangan kanan, cara berwudhu yang tepat, misalnya
mengusap kepala itu harus pada sebagian kepala bukan pada dahi
saja. Disini mereka juga saling mengingatkan kepada temannya
yang salah. Saya juga biasanya berkeliling ketika jam istirahat,
apabila saya melihat siswa yang makan tangan kiri kemudian saya
mengingatkan.”
Peneliti : “Dengan begitu, apakah pendekatan saintifik dapat
menyeimbangkan hard skills dan soft skills?”
Bu Nur : “Ya…jelas bisa. Untuk hard skillsnya anak-anak bisa memahami
materi yang dipelajari karena disini anak-anak belajar secara aktif,
mereka yang mencari dan mereka yang menjelaskan akhirnya
materi yang dipelajari bisa diingat oleh mereka sehingga dalam
kehidupan sehari-hari mereka mampu menerapkan sesuai dengan
yang dipelajari. Untuk soft skillsnya, dengan belajar tadi mereka
bisa bersikap jujur, disiplin, tepat waktu, dan lainnya. Bahkan
sampai-sampai orang tua mereka bilang terima kasih kepada saya
karena kalau di rumah mereka sholat tanpa dioprak-oprak.”
Peneliti : “Apa faktor penghambat dari setiap proses pembelajaran
pendekatan saintifik?”
Bu Nur : “Kalau untuk faktor penghambatnya, apa ya….anak yang malas,
anak yang mengganggu temannya. Tetapi faktor penghambat disini
tidak begitu penting karena anak yang malas dan anak yang
mengganggu proses belajar itu hanya sebagian kecil. Sedangkan
sebagian besar dari mereka tidak seperti itu.”
Peneliti : “Apa faktor pendukung dari setiap proses pembelajaran
pendekatan saintifik?”
Bu Nur : “Anak-anaknya bagus, medianya tersedia seperti LCD, situasi
kelas, dan kondisi kelas. Jadi kalau untuk faktor pendukungnya
sangat memadai karena memang disini medianya benar-benar
disediakan. Bahkan juga ada wifinya jadi mudah untuk melakukan
akses ke jaringan internet dan anak-anak juga membawa HP yang
bisa digunakan untuk koneksi interet. Tapi, untuk sekarang wifinya
di password oleh pihak sekolah jadi untuk mengakses internet
terbatas. Berbeda dengan almarhum kepala sekolah yang dulu,
penggunaan wifinya tidak dibatasi sehingga dengan mudah anak-
anak bisa mengakses internet.”
Peneliti : “Apa dampak proses pembelajaran dengan pendekatan saintifik?”
Bu Nur : “Menghasilkan yang diharapkan. Jadi, memang dengan ini anak-
anak bisa berfikir lebih realita, ilmiah, dan kreatif. Dalam PAI anak-
anak diharapkan bisa melaksanakan nilai-nilai yang baik dalam
kehidupan sehari-hari.”
Peneliti : “Mungkin cukup itu dulu Bu, bisa dilanjutkan di hari lain. Trima
kasih atas waktunya dan maaf mengganggu waktu ibu.
Assalamu’alaikum…”
Bu Nur : “Iya mbak… tidak apa-apa. Wa’alaikumsalam…”
Nama Informan : Bu Nurotul Chasanah
Jabatan : Guru Agama di SMPN 1 Malang
Waktu : Rabu, 3 Desember 2014
Pukul : 09.00 – 10.00 WIB
Tempat : Ruang agama
Bu Nur menghampiri peneliti yang sedang duduk di tempat menunggu kemudian
mengajak peneliti untuk melakukan wawancara. Keduanya menuju ruang kelas
Peneliti : “Em...jadi gini Bu, tadi kan saya sudah mengamati semuanya
dari proses mengamati sampai mengkomunikasikan. Disini masih
ada pertanyaan, mungkin apa sih Bu dampak atau hasil dari setiap
item tadi? Misalnya untuk mengamati, anak-anak itu dari
mengamati apa yang didapatkan, dampaknya terhadap anak itu
sendiri?”
Bu Nur : “Ya perilakunya nanti, mungkin seperti tadi ya...em...apa itu,
perjuangan Nabi Muhammad Saw Periode Makkah terus, tadi kan
dibahas sedikit bahwa Rasulullah seperti itu maka paling tidak
anak-anak akan mengambil perilakunya Rasulullah kayak apa seh
Rasulullah misalnya tadi ada sebutan al-amin, minimal
harapannya kita guru agama itu, anak itu bisa mencontoh dan
mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari bahwa jujur itu
ternyata penting, kejujuran yang diambil kemudian kesederhanaan
kemudian tadi kan Rasulullah menggembala padahal seorang nabi
sehingga kita mengambil pelajaran dari situ bahwa kita tidak
boleh merasa rendah ketika kita mendapatkan pekerjaan seperti
itu, kan biasanya orang meremehkan.”
Peneliti : “Kalau dari hasil menanya nya Bu? Tadi kan ada salah satu
siswa yang menanya, mungkin dari situ apa yang dihasilkan?”
Bu Nur : “Kalau pertanyaan mungkin anak-anak yang belum mengerti,
biasanya belum dipahami. Jadi kenapa tadi kok cuma satu?
Karena mungkin mereka sudah paham dengan video tadi.
Biasanya anak-anak itu kan bertanya yang tidak paham aja. Dan
memang itu harapannya, yang belum mengerti aja. Lah...ini tadi
karena apa waktunya tidak cukup ya? karena ngepres sekali,
kalau seandainya tadi masuknya gak telat, tadi kan agak
terlambat, ada pengumuman-pengumuman. Nah itu biasanya
pertanyaannya banyak setelah selesai pelajaran, akhir kesimpulan
kemudian ada pertanyaan-pertanyaan dengan adanya gambar-
gambar atau kisah tadi. ”
Peneliti : “Kalau dari diskusi tadi bu? Itu anak-anak, em..kompetensi yang
dicapai apa?
Bu Nur : “Kemampuan menalar, terus mengamati, mendengar kan
kadang-kadang anak-anak itu, tadi aja kan ada yang hampir
sempurna toh dengan adanya gambar, kelompok berapa tadi, saya
lihat kelompoknya Noval, dia menguraikannya setiap tahap yang
dia lihat maka dia tulis disitu sehingga kalimat-kalimat yang dia
sampaikan hampir sempurna. Nomor satu itu menalar untuk anak-
anak cuma dengan gambar seperti tadi. Kan kadang ada anak
yang nyonto tapi dengan tadi kan melatih kejelian mereka.”
Peneliti : “Kalau untuk mengkomunikasikan tadi Bu? Untuk
mempresentasikan tadi itu anak-anak mungkin kemampuan yang
dicapai apa bu dari hasil tadi?”
Bu nur : “Keberanian kemudian apa itu...disiplin. Kan ada anak yang
guyon, iya toh? Dalam menyampaikan seperti itu, lah itu lah
proses penilaiannya yang sulit disitu. Kalau ngajarnya enak,
santai. Dalam arti gak seperti dulu kan harus dengan adanya
sejarah kan harus cerita. Memang cerita saya untuk menarik anak-
anak yang pertama itu cerita, itu sangat menarik bagi anak-anak.
Nah...kan dengan itu anak-anak bisa menarik. Disini dengan
presentasi tadi kan ada seng saenake dewe. Nah...disitu untuk
melatih suatu keberanian, dia tanggung jawab atau ndak,
kemudian disiplin dengan apa yang sudah dia dapatkan tadi.”
Peneliti : “Terus pada wawancara kemarin kan Ibu setuju bahwasannya
penerapan pendekatan saintifik ini dapat menyeimbangkan hard
skills dan soft skills siswa, itu mungkin bagaimana sih bu atau
cara mengukurnya kalau ternyata hard skills dan soft skills itu
sudah seimbang?”
Bu Nur : “Sebetulnya kalau agama itu kan tidak hanya sekarang loh ya,
tidak hanya kurikulum 2013. Karena harapannya kurikulum 2013
itu kan pembentukan karakter padahal pelajaran agama sejak dulu
ya sudah pembentukan karakter kalau saya, saya rasa sama dulu
dengan sekarang, kalau untuk pelajaran agama. Kalau untuk
pelajaran yang lain mungkin lebih manfaat sekarang karena
mungkin mereka baru menerapkan sekarang. Kalau pelajaran
agama saya timbang-timbang, saya pikir ternyata dulu ya sudah
melaksanakan seperti itu, cuman belum ada kata-kata yang seperti
tadi disampaikan. Padahal sudah pembentukan karakter misalnya
apa sih harapannya guru agama ketika mengajarkan supaya setiap
apa yang sudah disampaikan itu dimunculkan anak dalam
kehidupan sehari-hari. Jadi merubah perilaku mereka, suatu
contoh ya seperti tadi kisah rasulullah apa yang bisa diambil dari
kisah Rasulullah,nah apa itu banyak sekali misalnya dari tutur
katanya, dalam perilakunya. Kalau sekarang ya tambah dituntut
seperti itu ya malah bagus. Kalau dulu kan ndak dimunculkan,
sekarang harus dimunculkan itu yang menjadikan kita itu menjadi
jelas padahal sebetulnya kalau saya ya sejak dulu seperti itu.
Cuman sekarang lebih ditekankan harus betul-betul muncul
karena dituntut untuk nilai itu tadi. Nilainya kan harus
dimunculkan. Tapi kesulitannya masih banyak karena kalau kita
mengajar untuk 2 atau 3 kelas tidak papa tapi untuk guru agama
saat ini kan masih kurang sekali, guru agama kan cuman 2
sehingga dengan kelas yang seperti ini dan dengan kurikulum
2013 kan, sekarang pelajaran agama 3 jam padahal sebetulnya
dulu itu malah 4 jam, waktu saya masih sekolah itu masih ngajar
di SD 4 jam kemudian diambil menjadi 3 jam karena untuk
tambahan bukan 3 jam, 2 jam langsung untuk tambahan materi
yang unas. Nah akhirnya setelah melihat kondisi pemerintah
seperti ini baru dimunculkan lagi pelajaran agama ditambah,
tujuannya kan ya itu tadi untuk membentuk karakter padahal
sebetulnya dulu itu sudah kalau seandainya tetep dilaksanakan
seperti itu. Makanya ada profesor yang mengatakan bahwa
kuriukulum yang paling bagus adalah kurikulum 1968 karena kan
sudah muncul begitu, orang dulu itu coba lihat kalau ada gurunya
pakai sepeda dari jauh atau jalan tasnya sudah dibawa kalau
sekarang lewat aja tidak kecuali yang dia senengi. Jadi misalnya,
saya bukan membanggakan diri saya ndak karena pendekatan
sama anak itu penting terutama guru agama sehingga anak-anak
di jalan “Bu Nur Assalamu’alaikum, hati-hati ya Bu Nur” guru-
guru yang lain mesti iri, kenapa seh cuma Bu Nur padahal saya
setiap kali memberi tahu “gak boleh nak kamu seperti itu karena
semua yang ada disini guru mu walaupun gak ngajar kamu”,
didengarkan tapi gak dijalankan. Nah ini kan yang masih perlu.
Terus untuk yang kelas 7 betul-betul alhamdulillah bagus dan
nurut, memang anak-anaknya yang kelas 7 sekarang itu mbak
cara berfikirnya lebih cerdas lagi, kalau gak sesuai ya ditanyakan.
Contohnya, ada guru bahasa indonesia, “Bu katanya bu Nur
menjelaskan bahwa nanti itu nabi menangis melihat umatnya
yang berpakaian tetapi seperti telanjang, telanjang itu kayak apa
bu kan dulu kan yang ketat-ketat, sedangkan guru-guru disini kan
banyak yang seperti itu pakai jilbab tetapi pakaiannya ketat-ketat.
Nah..itu berarti bagus kan, bagaimana caranya menjelaskan.
Siswa sekarang itu nyoroti guru-guru terus. Nah inilah perlunya
proses itu tadi, bagaimana menghadapi seperti itu, kalau istirahat
saya keliling-keliling, “makannya pakai tangan kanan nak, kan
kalian sudah belajar teladannya Rasulullah, apa kata Rasulullah:
“jangan makan dan minum pakai tangan kiri karena makan dan
minum pakai tangan kiri itu adalah setan.” “ya ya Bu maaf maaf”.
Terus pas saya jalan, “ada Bu Nur, ada Bu Nur.” “jangan takut
sama Bu Nur, saya langsung gitu, takutlah sama Allah, teladan
Rasulullah, kamu pengen dapat pahala apa gak?”. “iya Bu”.
“jangan takut sama Bu Nur ya..” nah langsung gitu. Kan ada yang
seperti itu berarti kan sudah jalan toh, terus sholat ya gitu, saya
langsung negur, kalau gak ditegur saat itu nanti lupa.”
Peneliti : “Berarti untuk mengetahui keseimbangan tadi tetap
menggunakan penilaian tadi sama dalam sehari-hari?”
Bu Nur : “iya, pendekatan kepada siswanya, selalu, harus itu mbak dan
kita tidak boleh malas dan tidak boleh bosan mengingatkan anak-
anak. Sampai guru-guru itu bilang gini, “hallah..bu Nur wes bah-
bah”. “loh..jangan seperti itu, tugasnya guru tidak hanya
mengajar, menghabiskan materi tetapi mendidik.” Saya bilang
sama guru-guru, “memang tanggung jawabnya guru agama itu
lebih besar karena harus berhadapan dengan Allah.” Saya juga
kasih tahu sama anak-anak, sekalipun ulangan mu 100, saya yakin
karena visi misinya SMP 1 itu unggul berlandaskan budi pekerti
luhur toh, unggul kamu sudah, kamu masuk sini gak main-main
kan rata-ratanya harus 9,33 itu untuk tahun kemarin berarti kamu
sudah unggul tetapi unggul dalam pengetahuan, sekarang budi
pekerti mu kayak apa? Selalu ngasih tahu seperti itu dan selalu
dilihat harus dilihat, tidak boleh bosan mengingatkan anak-anak
karena anak-anak sekarang lebih kritis. Jadi peran agama saat ini
betul-betul difungsikan dan dibutuhkan. Kalau dulu kan
diremehkan, saya selalu mengatakan pada anak-anak, “coba kamu
lihat orangtua mu sampai sekarang pun, saya yakin satu kelas,
siapa yang orangtuanya selalu peduli anak-anaknya sholat apa
gak, baca qur’an pa gak tapi selalu peduli apa kalau melihat nilai
matematikanya jelek.” “iya Bu, betul betul”. Nah kan berarti
masih dunia yang dia dipikir, “makanya kamu yang harus pinter.”
Terus yang kelas tadi ada Amel yang pakai kaca mata dan satu
lagi tadi ikut workshop, dia bilang gini, “mulai hari ini saya
berhenti les musik”. Kenapa, karena saya jelaskan sama anak-
anak musik itu kan haram, nah kamu harus tahu, buka internet
terus gak usah jauh-jauh, buka tanda-tanda kecil kiamat sughro,
disitu kan musik merajalela dan penyanyinya adalah wanita.” Itu
aja dia sudah sadar, itu kan berarti cara berfikirnya sudah bagus.
Terus saya tanya, “kenapa kamu berhenti? Apa mama tidak
melarang”. “ndak Bu, mama saya suruh buka internet terus mama
saya nyuruh berhenti”. Berarti alhamdulillah, bertahap toh . Dan
ada orang tua yang bilang kepada saya “terima kasih Bu Nur, dulu
anak-anak saya suka bandel”. Makanya guru agama itu harus suka
ngomel, kita gak boleh bosan. Sampai guru-guru sini bilang, “aku
seneng lek bu Nur ngulang, arek-arek mueneng mari ngono aku
melu ngrungokno.” Jadi harus cerita yang sesuai dengan ajaran
karena guru agama itu tanggung jawabnya sama Allah, kalau gak
benar apa yang diucapkan. Pokoknya nanti nomor satu, kalau
sudah dikasih kelancaran, sudah ngajar seperti saya kalau
memang cita-citanya seperti itu, jangan pernah bosan dan harus
selalu melakukan pendekatan sama anak-anak, pokok kalau sudah
dekat itu ya Allah anak-anak, do’anya anak-anak.”
Peneliti : “Terus kembali ke tadi bu, pas anak-anak diskusi itu kan Ibu
menghampiri setiap kelompok, itu apa yang dilakukan?
Bu Nur : “Untuk menilai, siapa yang mau kerja dengan baik, siapa yang
tidak ngerjakan dengan baik. Kan tadi ada yang cuma tidur-
tiduran. Tapi ada juga yang antusias. Memang tujuannya seperti
itu, kalau pas diskusi ya masuk penilaian, dia tanggung jawab
atau gak, disiplin dalam diskusi atau gak, bekerjasama dengan
temannya apa gak, kan nanti masuk nilai sikap”.
Peneliti : “Berarti penilaiannya gimana Bu?”
Bu Nur : “Ada banyak penilaiannya. Kan nanti penilaiannya diminta dan
nanti itu kolom-kolomnya, makanya mestinya dalam pelajaran
agama itu kan ada 6 KD tapi saya masukkan 4 KD karena terlalu
banyak.”
Peneliti : “Mungkin ini sudah cukup Bu.., terima kasih atas waktunya dan
maaf mengganggu waktu Ibu.”
Bu Nur : “oh…iya mbak gak papa, semoga nanti bermanfaat. Kalau ada
apa-apa nanti telfon saya saja.”
Peneliti : “Iya Bu, terima kasih. Assalamu’alaikum…”
B Nur : “Wa’alaikumsalam…”
Nama Informan : Bu Nurotul Chasanah
Jabatan : Guru Agama di SMPN 1 Malang
Waktu : Selasa, 11 Desember2014
Pukul : 13.30 – 14.00 WIB
Tempat : Ruang guru SMPN 1 Malang
Bu Nur menghampiri peneliti yang sedang duduk di tempat menunggu setelah
satu jam peneliti menunggu beliau yang sedang mengawas ujian. Kemudian beliau
mengajak peneliti ke ruang guru.
Peneliti : “Assalamu’alaikum Bu…” sambil berjabat tangan kepada Bu
Nur.
Bu Nur : “Wa’alaikumsalam. Ada yang bisa saya bantu mbak?”
Peneliti : “Iya Bu. Sebelumnya saya minta maaf karena saya tidak telfon
jenengan terlebih dahulu.
Bu Nur : “Iya, tidak papa.”
Peneliti : “Jadi gini Bu, saya hanya ingin mengkonfirmasikan data yang
sudah saya dapat sebelumnya dan untuk memperjelas lebih lanjut.
Berdasarkan hasil pengamatan saya kemarin, proses pembelajaran
dengan pendekatan saintifik dilakukan dengan empat tahap yaitu
mengamati, menanya, mengeksplorasi, dan mengkomunikasikan.”
Bu Nur : “Kurang satu mbak yaitu mengasosiasi, karena dalam pendekatan
saintifik itu terdapat lima proses pembelajaran. Hal ini sesuai
dengan apa yang ada di RPP saya. Di dalam proses mengasosiasi,
kegiatan pembelajaran yang dilakukan berupa menilai kelompok
lain, mengamati dan mendiskusikan tentang alasan mempelajari
sejarah dan manfaat mempelajari sejarah serta guru memberikan
penilaian khususnya sikap jujur, disiplin, tanggung jawab,
demokrasi, dan kerja sama.”
Peneliti : “Untuk faktor pendukung dalam proses mengasosiasi apa Bu?”
Bu Nur : “Guru dan siswa aktif.”
Peneliti : “Kemudian, apa dampak yang dihasilkan dari proses
mengasosiasi?”
Bu Nur : “Ya…, perilaku siswa yaitu meneladani perilaku rasul (bisa
menghargai orang lain, hidup sederhana, tidak meremehkan orang
lain, tidak merasa rendah diri, jujur, dan dapat dipercaya).
Kemudian, mereka juga tidak egois, kerja sama, dan disiplin.”
Peneliti : “Oh…iya Bu. Mungkin setelah ini saya lama tidak kesini Bu
karena bulan depan saya PKL dan saya dapat tempat di Kediri.
Nanti kalau saya sudah selesai semuanya, insyaAllah kesini lagi.”
Bu Nur : “Iya mbak, semoga sukses dan manfaat ilmunya.”
Peneliti : “Amin…, saya pamit dulu Bu. Terima kasih sudah meluangkan
waktunya buat saya. Assalamu’alaikum…”
Bu Nur : “Iya mbak, tidak papa. Wa’alaikumsalam…”
Nama Informan : Siswa kelas VII E
Jabatan : Siswa
Waktu : Rabu, 13 Mei 2015
Pukul : 07.50 – 08.20 WIB
Tempat : Ruang agama SMPN 1 Malang
Peneliti masuk ruang agama dan meminta siswa kelas VII E agar bersedia
diwawancarai kemudian menyapa siswa-siswa tersebut. Selanjutnya, peneliti
menjelaskan maksud wawancara yang akan dilakukan.
Peneliti : “Menurut kalian bagaimana cara mengajar Bu Nur?”
Siswa I : “Seru, karena Bu Nur cara mengajarnya dengan bercerita tetapi
cerita tersebut memiliki nilai yang tinggi dan itu yang membuat
seru. Terkadang juga ada sesi tanya jawab yang bisa buat kita tau
apa yang sebelumnya belum kita ketahui.”
Siswa II : “Bu Nur mengajarnya seru dan menarik sehingga kita (saya)
merasa tertarik untuk memperdalam islam saya.”
Siswa III : “Bu Nur mengajar dengan cara menarik dan memotivasi murid-
muridnya sehingga dapat menerima pelajaran dengan baik.”
Siswa IV : “Bu Nur mengajar dengan cara yang menarik, baik, dan tidak
monoton. Ini yang menjadikan siswa lebih senang diajar bersama
Bu Nur. Bu Nur juga memberikan sekilas info dan memotivasi.”
Peneliti : “Apa manfaat yang kalian dapat dari kegiatan mengamati?”
Siswa I : “Materi yang tercantum di dalam power point yang biasa dibuat
kelompok lain, video, dan gambar yang menjelaskan materi.”
Siswa II : “Saya dapat memperoleh wawasan yang luas, dapat menambah
informasi dan bisa membuat kita mengerti dengan benar dari
kegiatan mengamati ini.”
Siswa III : “Mendapatkan pelajaran atau materi dengan mudah karena dapat
menelaah dari gambar atau video yang ditampilkan.”
Siswa IV : “Yang dipahami yaiu kami dapat memperoleh ilmu yang
bermanfaat, berinovasi, dan mendapat hikmah dari itu.”
Peneliti : “Apa manfaat yang kalian dapat dari kegiatan menanya?”
Siswa I : “Mengetahui sesuatu yang sebelumnya belum kita ketahui.”
Siswa II : “Dapat saling berbagi ilmu, dan mengetahui apa yang kita belum
tahu, mengajarkan saling berbagi.”
Siswa III : “Mengetahui tambahan ilmu dari pertanyaan teman yang
sebelumnya tidak dimengerti.”
Siswa IV : “Manfaatnya yaitu kami dapat ilmu dari pembelajaran, kami
mendapat pengajaran mengenai akhlakul karimah, dan perbuatan
baik dalam islam.”
Peneliti : “Apa manfaat yang kalian dapat dari kegiatan menngeksplorasi?”
Siswa I : “Belajar bekerja sama dengan teman dan juga belajar untuk
menerima pendapat teman, itu yang membuat kita belajar tidak
egois.”
Siswa II : “Saling bertukar informasi, dapat memupuk rasa kekeluargaan,
dan belajar menghargai satu sama lain.”
Siswa III : “Mendapatkan pendidikan karakter dari sifat gotong royong dan
kerja sama atar kelompok.”
Siswa IV : “Manfaatnya yaitu kami mendapat pendidikan karakter yaitu setia
kawan dan saling bekerja sama dengan teman lain sehingga
memperoleh gagasan dan tambahan ilmu.”
Peneliti : “Apa manfaat yang kalian dapat dari kegiatan mengasosiasi?”
Siswa I : “Mengasah kepintaran dan kecerdasan otak kita.”
Siswa II : “Mengasah otak, melatih kemampuan berfikir.”
Siswa III : “Mendapatkan ilmu yang luas dan mendapat tambahan ilmu yang
sebelumnya tidak tahu menjadi tahu.”
Siswa IV : “Kami mendapatkan manfaat yaitu menyadari bahwa perbuatan
dahulu yang kami lakukan salah atau benar, mendapat ilmu dengan
cara saintifik, dan memperoleh hal-hal baru yang dapat
menyemangati kehidupan.”
Peneliti : “Apa manfaat yang kalian dapat dari kegiatan
mengkomunikasikan?”
Siswa I : “Melatih kita untuk percaya diri dan untuk belajar tampil di depan
umum.”
Siswa II : “Melatih percaya diri, dapat saling berbagi informasi yang kita
dapatkan dengan orang lain.”
Siswa III : “Mendapat ilmu tambah dari presentasi milik teman atau
kelompok lain karena ada perbedaan isi atau kandungan dari
presentasi tersebut.”
Siswa IV : “Dari presentasi saya memahami bahwa ilmu yang saya dapatkan
itu masih kurang dan ditambah ilmunya oleh yang muncul
dipresentasi itu.”
Peneliti : “Apakah kalian bisa melaksanakan nilai-nilai yang ada dalam
materi yang sudah dipelajari dalam kehidupan sehari-hari? Apa saja
nilai-nilai tersebut?”
Siswa I : “Bisa insyaallah, contohnya belajar untuk menghargai orang lain,
menghormati orang lain, tidak egois, kerja keras, tidak sombong,
berani untuk kebenaran.”
Siswa II : “Bisa, misalnya kita (saya) menjadi percaya diri saat disuruh maju
di depan umum, dapat mengetahui informasi yang belum kita
ketahui sehingga memperbanyak informasi, melatih kesabaran, dan
rela berkorban.”
Siswa III : “Bisa, nilai gotong royong seperti menolong ibu dalam
mengerjakan pekerjaan rumah, sopan santun seperti menghormati
orang yang lebih tua, pantang menyerah dalam melakukan sesuatu
yang dirasa sulit.”
Siswa IV : “Ya, dari semua nilai pendidikan karakter dan ilmu yang didapat
saya mendapat kesimpulan bahwa nilai-nilai, sunnah, apa yang
dicontohkan Allah dan Rasul-Nya patut dikerjakan dalam
kehidupan. Membuat lebih menyadari berbagai sifat disiplin, rela
berkorban, dan hati kita harus senantiasa baik.”
Peneliti : “Apa saja faktor yang mendukung dalam proses pembelajaran
sehingga kalian dapat memahami materi dengan baik?”
Siswa I : “Gurunya ramah dan kondisi kelas yang mendukung buat
belajar.”
Siswa II : “Lingkungan nyaman untuk belajar, teman-teman mendukung
(kerja sama), Gurunya kalau mengajar menarik, penjelasan tidak
monoton, dan gurunya juga baik.”
Siswa III : “Gurunya selalu menyemangati siswa untuk berbuat baik,
memotivasi, dan metode yang digunakan menarik.”
Siswa IV : “Gurunya memiliki wawasan yang luas, menyemangati dan
mendukung siswa untuk berbuat baik, temen-temen yang antusias
belajar mata pelajaran agama, dan guru menggunakan pendekatan
saintifik yang bermanfaat lebih mengenal siswa serta selalu
mengingatkan siswa.”
Nama Informan : Ibu Tatik Sriwedari
Jabatan : Wakil waka kurikulum
Waktu : Rabu, 13 Mei 2015
Pukul : 08.30 – 08.50 WIB
Tempat : Ruang staf SMPN 1 Malang
Peneliti datang ke ruang guru dan bertanya kepada guru lain waka kurikulum di
SMPN 1 Malang. Peneliti memperkenalkan diri dan menyampaikan tujuan untuk
wawancara kepada bu Tatik sambil berjabat tangan. Beliau mengajak ke ruang
staf dan melakukan wawancara.
Peneliti : “Apa alasan SMPN 1 Malang menggunakan kurikulum 2013?
Bu Tatik : “Kalau menggunakan kurikulum 2013 memang SMPN 1, jadi
SMPN 1, SMPN 3, dan SMPN 5 itu sebagai piloting karena mantan
sekolah rintisan bertaraf nasional jadi sebagai piloting. Tapi kepala
dinas kota malang mempunyai kebijakan untuk memberlakukan
kurikulum 2013 di kota malang. Jadi kalau SMPN kan mulai kelas
7, SMA itu kelas 10 kalau SD itu kelas 1 dan kelas 4. Jadi kami
langsung melakukan itu. Walaupun ada perintah dari menteri
pendidikan ya kalo disuruh menghentikan tapi sekolah kami tetap
melanjutkan itu karena sekolah kami sebagai piloting, sekolah
sasaran lah istilahnya.”
Peneliti : “Bagaimana pelaksanaan kurikulum 2013 khususnya dalam
pendekatan saintifik?”
Bu Tatik : “Pelaksanaannya kalau dalam pembelajaran seperti IPA kalau
menggunakan pendekatan saintifik sudah biasa tapi untuk mata
pelajaran yang lain mungkin ditambahkan trus kalau dalam hal
penilaian dulu kan hanya kognitif, afektif, dan psikomotor. Lah
sekarang lebih, mengamati betul prosesnya siswa sehingga banyak
tagihan tugas yang harus dinilai jadi proyek, produk, unjuk kerja
dan lain sebagainya jadi lebih komplek dalam penilaian. Dan
memberikan siswa itu untuk mengeksplor pengetahuan. Jadi guru
bukan satu-satunya orang pinter di kelas, jadi guru hanya mendidik
saja, memberikan motivasi kepada siswa. Sesekali waktu kalau pas
anak-anak diberi permasalahan jadi anak-anak sudah bisa mengerti
saya harus bagaimana, membelajarkan anak untuk berbicara di
depan temannya.”
Peneliti : “Apakah dengan pelaksanaan pendekatan saintifik dapat
mencetak siswa yang memiliki ilmu pengetahuan tinggi,
keterampilan baik, dan sikap yang baik?”
Bu Tatik : “insyaallah bisa, selama bapak ibu guru itu menerapkan sesuai
dengan aturan yang diberikan jadi misalnya oh harusnya begini
terus mengambil penilaiannya sesuai insyaallah bisa untuk
mengontrol hard skills dan soft skillsnya itu sehingga bisa
mencetak generasi yang berakhlak mulia, berbudi luhur, juga
cerdas. Insyaallah bisa tapi penilaiannya banyak jadi untuk
mengambil nilai ini guru harus betul-betul mengamati.”
Peneliti : “Apa saja faktor pendukung yang diberikan sekolah dalam
pelaksanaan kurikulum 2013 dengan pendekatan saintifik?”
Bu Tatik : “Kalau dukungan dari sekolah bagus mbak dari segi sarana
prasarana maupun motivasi untuk SDMnya kan diikutkan
pelatihan. Jadi insyaallah semuanya terpenuhi untuk media
pembelajarannya.”
Peneliti : “Ya…mungkin ini sudah cukup Bu. Terima kasih dan maaf sudah
mengganggu waktu Ibu.”
Bu Tatik : “Iya mbak, tidak apa-apa. Semoga sukses.”
Peneliti : “Iya bu, terima kasih. Assalamu’alaikum.”
Bu Tatik : “Wa’alaikumsalam.”
Nama Informan : Ibu Anna Aisyiyah
Jabatan : Guru BK
Waktu : Rabu, 13 Mei 2015
Pukul : 08.55 – 09.10 WIB
Tempat : Ruang konseling SMPN 1 Malang
Peneliti masuk ruang BK dan memperkenalkan diri. Selanjutnya minta izin untuk
mewawancarai guru BK mengenai sikap siswa kelas VII E.
Peneliti : “Bagaimana sikap yang ditunjukkan oleh siswa kelas VII E?”
Bu Aisy : “sikap yang dimiliki siwa kelas VII E baik-baik. Meskipun
sekarang BK tidak memiliki waku yang banyak karena mata
pelajaran BK sudah dihapus. Tapi saya masih bisa. memantau
mereka dengan baik. Saya mengamati mereka dengan cara
bersembuyi-sembunyi atau pada saat jam kosong. Tapi mereka
baik-baik mbak, sopan.”
Peneliti : “Apakah semua siswa kelas VII E memiliki sikap yang baik?”
Bu Aisy : “Ya hampir semua siswa baik-baik meskipun ada beberapa yang
berkelompok, cara berbicara dengan guru yang kelewatan batas
karena terlalu dekat dengan guru sehingga mereka berbicara seperti
sama temannya sendiri, dan kurang peka dengan orang lain karena
perkembangan IPTEK sehingga mereka sibuk dengan main gadget
sendiri. Tapi yang seperti itu hanya sedikit.”
Peneliti : “Ada berapa siswa yang memiliki sikap kurang baik tersebut ya
Bu?”
Bu Aisy : “Hanya 10% siswa saja yang kurang baik. Selain itu, semua siswa
kelas VII memiliki sikap yang baik.”
Peneliti : “Oh..iya bu. Mungkin ini sudah cukup Bu. Terima kasih banyak
dan maaf mengganggu waktu Ibu.”
Bu Aisy : “Iya mbak, tidak apa-apa.”
Peneliti : “Kalau gitu saya permisi dulu Bu. Asalamu’alaikum.” Sambil
berjabat tangan dengan Bu Aisy.
Bu Aisy : “Wa’alaikumsalam.”
Lampiran III: Pedoman Observasi
Nama Sekolah :
Tempat/Waktu Observasi :
Narasumber :
Observasi Kegiatan Pengajaran Guru
KEGIATAN Catatan
Observasi
TUJUAN PEMBELAJARAN
a. Kesesuaian dengan SK, KD dan indikator
b. Tujuan dirumuskan dengan lengkap dan jelas
MATERI AJAR
a. Berpedoman pada materi pokok/pembelajaran dalam silabus
b. Memilih dengan tepat materi ajar sesuai dengan karakteristik peserta didik
METODE PEMBELAJARAN
a. Memilih metode pembelajaran yang relevan dengan tujuan dan materi
ajar
LANGKAH PEMBELAJARAN
Kegiatan awal
a. Pengarahan tentang kegiatan belajar
b. Apersepsi/panduan tes awal
c. Menentukan cara-cara memotivasi peserta didik
Kegiatan inti
a. Menanya
b. Mengamati
c. Mencoba
d. Mengasosiasi
e. Mengkomunikasikan
Kegiatan akhir
a. Meninjau kembali penguasaan inti pelajaran
b. Merancang tugas rumah
c. Menyimpulkan materi
ALAT/BAHAN/SUMBER BELAJAR
a. Menentukan media pengajaran
b. Menetukan sumber belajar
PENILAIAN
a. Menetukan prosedur dan jenis penilaian
b. Membuat alat penilaian
Lampiran IV: Dokumentasi Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan
Saintifik di SMPN 1 Malang
Gambar 3: Proses Pembelajaran Mengamati
Gambar 4: Proses Pembelajaran Menanya
Gambar 5: Proses Pembelajaran Mengeksplorasi
Gambar 6: Proses Pembelajaran Mengasosiasi
Gambar 7: Proses Pembelajaran Mengkomunikasikan
Gambar 8: Guru menyimuplkan bersama siswa
Gambar 9: Wawancara dengan Siswa Kelas VII E
Gambar 10: Wawancara dengan Wakil Waka Kurikulum
Gambar 11: Wawancara dengan Guru BK
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 MALANG
Mata Pelajaran : Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 1 (Ganjil)
Kompetensi Inti :
(KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
(KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;
(KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang/teori.
A. Materi Pokok/Tema
Indahnya Kebersamaan dengan Berjama’ah
B. Alokasi Waktu
8 x 40 Menit
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui pengamatan guru, peserta didik diharapkan mampu:
1. Membaca ketentuan shalat berjama’ah
2. Menela’ah ketentuan shalat berjama’ah
3. Menjelaskan pengertian shalat wajib secara berjama’ah dan dasar
hukumnya
4. Menjelaskan syarat syah shalat berjama’ah
5. Menyebutkan hukum shalat masbuk
6. Menyebutkan halangan shalat berjama’ah
7. Menyebutkan keutamaan shalat berjama’ah
8. Menunjukkan tata cara shalat berjama’ah dengan benar
9. Mempraktikkan shalat berjama’ah dalam kehidupan sehari-hari
D. Kompetensi Dasar
1.5 Menunaikan shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari
pemahaman Rukun Islam
3.9 Memahami ketentuan shalat berjama’ah
4.9 Mempraktikkan shalat berjamaah
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
1.5.1 Menjelaskan tata cara shalat wajib berjama’ah
1.5.2 Mendemonstrasikan tata cara shalat wajib berjama’ah
1.5.3 Melaksanakan shalat wajib berjama’ah sebagai implementasi dari
pemahaman rukun Islam
3.9.1 Menunjukkan tata cara shalat berjama’ah
3.9.2 Menjelaskan syarat syah shalat berjama’ah
3.9.3 Menyebutkan hukum shalat masbuk
3.9.4 Menyebutkan halangan shalat berjama’ah
3.9.5 Menyebutkan keutamaan shalat berjama’ah
4.9.1 Menunjukkan tata cara shalat berjama’ah dengan benar
4.9.2 Mempraktikkan shalat berjama’ah dalam kehidupan sehari-hari
E. Materi Pembelajaran
Indahnya Kebersamaan dengan Berjama’ah
1. Shalat berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan oleh dua orang atau lebih
secara bersama-sama dan salah seorang menjadi imam sedang yang
lainnya menjadi makmum
2. Hukum shalat berjama’ah adalah sunah muakkad yaitu sunah yang sangat
dianjurkan. Sebagian ulama’ menyatakan hukum shalat berjama’ah fardhu
kifayah.
3. Untuk menjadi imam harus memenuhi syarat antara lain :
- mengetahui syarat dan rukun shalat
- mengetahui hal-hal yang membatalkan shalat
- fasih dalam bacaan Al-Qur’an
- paling tinggi ilmunya dibandingkan dengan yang lain
- berakal sehat
- sudah baligh
4. Masbuq, yaitu : orang yang mengikuti imam tetapi tidak sempat membaca
surat Al-Fatihah bersama imam pada raka’at yang pertama
5. Keutamaan shalat berjama’ah adalah :
- menjalin tali silaturahmi antar sesama
- mengajarkan hidup disiplin
- saling mencitai dan menghargai
- menjaga persatuan dan kesatuan
- menahan diri dari sikap egois
- patuh kepada pemimpinnya
F. MetodePembelajaran
Metode:
1. Ceramah
2. Tanya jawab
3. Diskusi
G. Media Pembelajaran
Video pembelajaran tentang shalat berjama’ah
H. Sumber Belajar
- Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls VII SMP
- Al Qur’an dan Terjemah
I. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
a. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh
khidmat;
b. Memulai pembelajaran dengan membaca Hadits tentang
15 menit
No. Kegiatan Waktu
Shalat berjama’ah yaitu H.R Bukhari-Muslim dan H.R Ibnu
Majah
c. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan
tema shalat berjama’ah
d. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan
dicapai;
e. Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menyimak, menanya, berdiskusi,
mengkomunikasikan dengan menyampailan, menanggapi dan
membuat kesimpulan hasil diskusi
2. Kegiatan Inti
a. Mengamati
mengamati video pembelajaran tentang shalat berjama’ah .
Mencatat hasil pengamatan terhadap hal- hal penting dari
tayangan video
b. Menanya
Melalui motivasi dari guru mengajukan pertanyaan kepada
teman kelompok dan guru tentang hal- hal yang belum
jelas dari pengamatan terhadap video
c. Eksperimen/Explore
Peserta didik bersama kelompok mendiskusikan isi video
dengan ajaran agama Islam dalam H.R Bukhari-Muslim
dan
H.R Ibnu Majah
Siswa bertanya jawab dengan guru dari hasil pengamatan
terhadap video tentang nilai positif dari video tersebut
d. Asosiasi
Bersama kelompok, siswa mendiskusikan alasan penting
kenapa
Shalat dianjurkan untuk berjama’ah
Mendiskusikan manfaat shalat berjama’ah
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
penilaian otentik
e. Komunikasi.
Menyampaikan hasil diskusi tentang pentingnya shalat
berjama’ah
Menanggapi hasil praktik shalat berjama’ah kelompok lain
Membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
55 menit
3. Penutup
a. Untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran, guru
melakukan penilaian tes dalam bentuk uraian objektif.
b. Melaksanakan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;
10 menit
No. Kegiatan Waktu
c. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik
yang menguasai materi;
d. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
Pertemuan Kedua:
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
f. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh
khidmat;
g. Memulai pembelajaran dengan membaca Hadits tentang
Shalat berjama’ah yaitu H.R Bukhari-Muslim dan H.R Ibnu
Majah
h. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan
tema shalat berjama’ah
i. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan
dicapai;
j. Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menyimak, menanya, berdiskusi,
mengkomunikasikan dengan menyampailan, menanggapi dan
membuat kesimpulan hasil diskusi
15 menit
2. Kegiatan Inti
f. Mengamati
mengamati video pembelajaran tentang shalat berjama’ah .
Mencatat hasil pengamatan terhadap hal- hal penting dari
tayangan video
g. Menanya
Melalui motivasi dari guru mengajukan pertanyaan kepada
teman kelompok dan guru tentang hal- hal yang belum
jelas dari pengamatan terhadap video
h. Eksperimen/Explore
Peserta didik bersama kelompok mendiskusikan isi video
dengan ajaran agama Islam dalam H.R Bukhari-Muslim
dan
H.R Ibnu Majah
Siswa bertanya jawab dengan guru dari hasil pengamatan
terhadap video tentang nilai positif dari video tersebut
i. Asosiasi
Bersama kelompok, siswa mendiskusikan alasan penting
kenapa
Shalat dianjurkan untuk berjama’ah
Mendiskusikan manfaat shalat berjama’ah
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
55 menit
No. Kegiatan Waktu
penilaian otentik
j. Komunikasi.
Menyampaikan hasil diskusi tentang pentingnya shalat
berjama’ah
Menanggapi hasil praktik shalat berjama’ah kelompok lain
Membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
3. Penutup
e. Untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran, guru
melakukan penilaian tes dalam bentuk uraian objektif.
f. Melaksanakan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;
g. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik
yang menguasai materi;
h. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
10 menit
Pertemuan Ketiga:
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
k. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh
khidmat;
l. Memulai pembelajaran dengan membaca Hadits tentang
Shalat berjama’ah yaitu H.R Bukhari-Muslim dan H.R Ibnu
Majah
m. Mengajukan pertanyaan secara komunikatif berkaitan dengan
tema shalat berjama’ah
n. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan
dicapai;
o. Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menyimak, menanya, berdiskusi,
mengkomunikasikan dengan menyampailan, menanggapi dan
membuat kesimpulan hasil diskusi
15 menit
2. Kegiatan Inti
k. Mengamati
mengamati video pembelajaran tentang shalat berjama’ah .
Mencatat hasil pengamatan terhadap hal- hal penting dari
tayangan video
l. Menanya
Melalui motivasi dari guru mengajukan pertanyaan kepada
teman kelompok dan guru tentang hal- hal yang belum
55 menit
No. Kegiatan Waktu
jelas dari pengamatan terhadap video
m. Eksperimen/Explore
Peserta didik bersama kelompok mendiskusikan isi video
dengan ajaran agama Islam dalam H.R Bukhari-Muslim
dan
H.R Ibnu Majah
Siswa bertanya jawab dengan guru dari hasil pengamatan
terhadap video tentang nilai positif dari video tersebut
Bersama masing-masing kelompoknya siswa
mempraktikkan
Shalat fardhu berjama’ah.
n. Asosiasi
Bersama kelompok, siswa mendiskusikan alasan penting
kenapa Shalat dianjurkan untuk berjama’ah
Mendiskusikan manfaat shalat berjama’ah
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
penilaian otentik
o. Komunikasi.
Menyampaikan hasil diskusi tentang pentingnya shalat
berjama’ah
Menanggapi hasil praktik shalat berjama’ah kelompok lain
Membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
3. Penutup
i. Untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran, guru
melakukan penilaian tes dalam bentuk uraian objektif.
j. Melaksanakan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;
k. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik
yang menguasai materi;
l. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
10 menit
J. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa.Hasil penilaian digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki
proses pembelajaran.
1. Observasi
Mengamati pelaksanaan diskusi untuk melihat cara shalat berjama’ah
siswa dengan lembar observasi yang menilai sebagai berikut
No Kriteria
Pengamatan
Skor Nilai
4
(sangat
baik)
3
(Baik)
2
(Cukup)
1
(Kurang)
1 Kerjasama
dengan teman
kelompok
2 Kepedulian pada
teman kelompok
3 Sikap
menghargai
teman
4
Partisipasi dalam
kelompok
Skor Maksimum : 16
N = ∑
∑
Konfersi Nilai Kualitatif
MK = 14 - 16
MB = 11 - 13
MT = 7 - 10
BT = 4 - 6
Keterangan:
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator
tetapi belum konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan
perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
2. Portofolio
Membuat paparan tentang contoh shalat berjama’ah dimushallan atau
masjid dilingkungan
nya masing-masing
Instrumen Penilaian Portofolio
No Kriteria
Pengamatan
Skor Nilai
4
(sangat
baik)
3
(Baik)
2
(Cukup)
1
(Kurang)
1 Bacaan imam
2 Kelurusan shaf
3 Makmum
masbuq
4
Kesimpulan
Skor Maksimum : 16
N = ∑
∑
3. Tes
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
1. Apa yang dimaksud dengan shalat berjama’ah ?
2. Sebutkan syarat syah shalat berjama’ah !
3. Sebutkan syarat-syarat menjadi makmum !
4. Jelaskan apa yang dimaksud dengan makmum masbuq ?
Kunci Jawaban dan skor
No Kunci
Skor
1 Shalat berjama’ah adalah shalat yang dikerjakan oleh
dua orang atau lebih yang satu menjadi imam dan yang
lain menjadi makmum
5 - 15
2 • Ada imam
• Makmum berniat mengikuti imam
• Shalat dikerjakan dalam satu tempat
• Shalatnya makmum sama dengan shalatnya
imam
10- 25
3 Makmum berniat mengikuti imam
Makmum mengetahui gerakan shalat imam
Berada dalam satu tempat dengan imam
Posisi dibelakang imam
15 - 30
4 Makmum makmum yaitu orang yang mengikuti imam
tetapi tidak sempat membaca surat Al-Fatihah pada
rakaat pertama.
15- 30
Mengetahui,
Kepala SMPN 1Malang
Dra.Hj.Lilik Ermawati, M.Pd
NIP. 19601118 198603 2 010
Malang, 30 Juli 2014
Guru Mata Pelajaran PAI
Nurotul Chasanah, S.Ag
NIP. 19561001 198103 2001
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN
(RPP)
Nama Sekolah : SMP NEGERI 1 MALANG
Mata Pelajaran : Agama Islam dan Budi Pekerti
Kelas : VII (Tujuh)
Semester : 1 (Ganjil)
Kompetensi Inti :
(KI-1) Menghargai dan menghayati ajaran agama yang dianutnya;
(KI-2) Menghargai dan menghayati perilaku jujur, disiplin, tanggungjawab,
peduli (toleransi, gotong royong), santun, percaya diri dalam
berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam dalam
jangkauan pergaulan dan keberadaannya;
(KI-3) Memahami pengetahuan (faktual, konseptual dan procedural)
berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi,
seni, budaya terkait fenomena dan kejadian tampak mata;
(KI-4) Mencoba, mengolah, dan menyaji dalam ranah konkret
(menggunakan, mengurai, merangkai, memodifikasi, dan membuat)
dan ranah abstrak (menulis, membaca, menghitung, menggambar, dan
mengarang) sesuai dengan yang dipelajari di sekolah dan sumber lain
yang sama dalam sudut pandang/teori.
A. Materi Pokok/Tema
Selamat Datang Nabi Kekasihku
B. Alokasi Waktu
3 x 40 Menit
C. Tujuan Pembelajaran
Melalui metode Membaca Buku, peserta didik mampu:
Menujukkan contoh prilaku meneladani perjuangan Nabi
Muhammad Saw Periode Makkah
Mempraktekkan contoh prilaku meneladani perjuangan Nabi
Muhammad Saw Periode Makkah
D. Kompetensi Dasar
2.8 Meneladani perilaku perjuangan Nabi Muhammad Saw periode Makkah
E. Indikator Pencapaian Kompetensi
2.2.1 Menjelaskan contoh pilaku meneladani perjuangan Nabi Muhammad
Saw periode Makkah
2.2.2 Menerapkan contoh perilaku meneladani perjuangan Nabi Muhammad
Saw peride Makkah
F. Materi Pembelajaran
1. Kelahiran Nabi Muhammad Saw
Nabi Muhammad Saw lahir hari senin, 12 Rabiul Awwal atau bertepatan
dengan 20 April 571M. Tahun kelahiran Nabi di sebut tahun gajah.
2. Sifat-sifat Nabi Muhammad Saw,
Antara lain,tidak putus asa, semangat kerja yang sangat tinggi, selalu jujur,
amanah, tabah, optimis dan percaya diri
3. Nabi Muhammad Saw di angkat menjadi rasul
Nabi Muhammad Saw di angkat menjadi rasul pada usia 40 tahun dengan
menerima wahyu pertama surat Al Alaq/96 :1-5 melalui perantara malaikat
jibril di gua hiro, dakwah nabi secara sembunyi-sembunyi di mulia setelah
turun wahyu ke dua, surat Al Muddasir/74 ;1-7, masih sebatas keluarga
dekat.dakwa mabi secara terang-terangan di mulai setelah turun wahyu
surat Al Hijr/15 :94-95. Dalam berdakwa beliau mendaptkan berbagai
rintangan, baik dari keluarga maupun kaum Quraisy dan pihak luar.
Namun, semua dihadapi oleh nabi dengan penuh kesabaran dan
kekhilasan.
G. MetodePembelajaran
Metode:
4. Ceramah.
5. Tanya Jawab.
H. Media Pembelajaran
Video pembelajaran tentang perilaku perjuangan Nabi Muhammad Saw
I. Sumber Belajar
- Buku PAI dan Budi Pekerti PAI Kls VII SMP
- Al Qur’an dan Terjemah
J. Langkah-langkah Pembelajaran
Pertemuan Pertama:
No. Kegiatan Waktu
1. Pendahuluan
p. Membuka pembelajaran dengan salam dan berdo’a bersama
dipimpin oleh salah seorang peserta didik dengan penuh
khidmat;
q. Memulai pembelajaran dengan mendengarkan nasehat guru
yang mengacu pada materi pembelajaran.
r. Menyampaikan kompetensi dasar dan tujuan yang akan
dicapai;
15 menit
No. Kegiatan Waktu
s. Menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan
mengamati, menyimak,menanya, berdiskusi,
mengkomunikasikan dengan menyampaikan, menanggapi dan
membuat kesimpulan hasil diskusi
2. Kegiatan Inti
p. Mengamati
mengamati video pembelajaran tentang salah satu contoh
tentang perilaku perjuangan Nabi Muhammad Saw
Mencatat hasil pengamatan terhadap hal- hal penting dari
tayangan video
q. Menanya
Melalui motivasi dari guru mengajukan pertanyaan kepada
siswa tentang kebiasaan perilaku baik Nabi Muhammad
saw.
r. Eksperimen/Explor
Siswa bertanya jawab dengan guru dari hasil cerita tentang
Nabi Muhammad saw.
s. Asosiasi
Bersama kelompok, siswa mendiskusikan alasan penting
kenapa belajar perilaku perjuangan Nabi Muhammad Saw.
Mendiskusikan manfaat belajar perilaku perjuangan Nabi
Muhammad Saw.
Selama proses pembelajaran berlangsung, guru melakukan
penilaian otentik
t. Komunikasi.
Menyampaikan hasil diskusi tentang penting tentang
perilaku perjuangan Nabi Muhammad Saw Menanggapi
hasil presentasi (melengkapi, mengkonfirmasi,
menyanggah)
Membuat kesimpulan dibantu dan dibimbing guru
55 menit
3. Penutup
m. Untuk melihat ketercapaian hasil pembelajaran, guru
melakukan penilaian tes dalam bentuk uraian objektif.
n. Melaksanakan refleksi dengan mengajukan pertanyaan atau
tanggapan peserta didik dari kegiatan yang telah dilaksanakan
sebagai bahan masukan untuk perbaikan langkah selanjutnya;
o. Merencanakan kegiatan tindak lanjut dengan memberikan
tugas baik cara individu maupun kelompok bagi peserta didik
10 menit
No. Kegiatan Waktu
yang menguasai materi;
p. Menyampaikan rencana pembelajaran pada pertemuan
berikutnya.
K. Penilaian Hasil Pembelajaran
Penilaian terhadap proses dan hasil pembelajaran dilakukan oleh guru untuk
mengukur tingkat pencapaian kompetensi siswa.Hasil penilaian digunakan
sebagai bahan penyusunan laporan kemajuan hasil belajar dan memperbaiki
proses pembelajaran.
a. Observasi
Mengamati pelaksanaan diskusi untuk melihat siswa dengan lembar
observasi yang menilai sebagai berikut
No Kriteria
Pengamatan
Skor Nilai
4
(sangat
baik)
3
(Baik)
2
(Cukup)
1
(Kurang)
1 Kerjasama
dengan teman
kelompok
2 Kepedulian pada
teman kelompok
3 Sikap
menghargai
teman
4
Partisipasi dalam
kelompok
Skor Maksimum : 16
N = ∑
∑
Konfersi Nilai Kualitatif
MK = 14 - 16
MB = 11 - 13
MT = 7 - 10
BT = 4 - 6
Keterangan:
BT : Belum Terlihat (apabila peserta didik belum memperlihatkan tanda-
tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator).
MT : Mulai Terlihat (apabila peserta didik sudah mulai memperlihatkan
adanya tanda-tanda awal perilaku yang dinyatakan dalam indikator
tetapi belum konsisten).
MB : Mulai Berkembang (apabila peserta didik sudah memperlihatkan
berbagai tanda perilaku yang dinyatakan dalam indikator dan mulai
konsisten).
MK : Membudaya (apabila peserta didik terus menerus memperlihatkan
perilaku yang dinyatakan dalam indikator secara konsisten).
b. Portofolio
Membuat paparan tentang contoh kisah kejadian sehari- hari tentang
kesuksesan anak yang selalu berbakti kepada orangtuanya.
Instrumen Penilaian Portofolio
No Kriteria
Pengamatan
Skor Nilai
4
(sangat
baik)
3
(Baik)
2
(Cukup)
1
(Kurang)
1 Sistematika
Penulisan
2 Kesesuaian
paparan dengan
tema
3 Analisis
4
Kesimpulan
Skor Maksimum : 16
N = ∑
∑
c. Tes
Jawablah pertanyaan dibawah ini!
5. Kapan Nabi Muhammad di lahirkan dan di sebut tahun apa?
6. Sebutkan contoh sifat Nabi muhammad Saw berdakwa?
7. Jelaskan proses ketika pertama kali menerima wahyu ?
8. Mengapa Nabi Muhammad Saw berdakwa secara sembunyi?
Kunci Jawaban dan skor
No Kunci
Skor
1 Nabi Muhammad Saw lahir hari senin, 12 Rabiul
Awwal atau bertepatan dengan 20 April 571M.
Tahun kelahiran Nabi di sebut tahun gajah.
5 - 15
2 Tidak putus asa, semangat kerja yang sangat tinggi,
selalu jujur, amanah, tabah, optimis dan percaya diri
10- 25
3 Nabi Muhammad Saw di angkat menjadi rasul pada
usia 40 tahun dengan menerima wahyu pertama surat
Al Alaq/96 :1-5 melalui perantara malaikat jibril di
gua hiro, dakwah nabi secara sembunyi-sembunyi di
mulia setelah turun wahyu ke dua, surat Al
Muddasir/74 ;1-7, masih sebatas keluarga
dekat.dakwa mabi secara terang-terangan di mulai
setelah turun wahyu surat Al Hijr/15 :94-95. Dalam
berdakwa beliau mendaptkan berbagai rintangan,
baik dari keluarga maupun kaum Quraisy dan pihak
luar. Namun, semua dihadapi oleh nabi dengan
penuh kesabaran dan kekhilasan.
15 - 30
4 Karena pertama kali berdakwa masih banyak
pertentangan dengan kafir qurasy
15- 30
Mengetahui,
Kepala SMPN 1Malang
Dra.Hj.Lilik Ermawati, M.Pd
NIP. 19601118 198603 2 010
Malang, 30 Juli 2014
Guru Mata Pelajaran PAI
Nurotul Chasanah, S.Ag
NIP. 19561001 198103 2001
Lampiran V: Bukti Konsultasi
DEPARTEMEN AGAMA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI
MAULANA MALIK IBRAHIM MALANG
FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
Jl. Gajayana No. 50 Malang 65144 Telp. (0341) 552398
Nama : Ulfa Kholifa Hanu
TTL : Nganjuk, 19 Maret 1993
Judul Skripsi :Pembelajaran PAI Berbasis Pendekatan Saintifik Dalam
Meningkatkan Hard Skills dan Soft Skills Siswa Kelas VII E di
SMPN 1 Kota Malang
Pembimbing : Dr. H. Mulyono, M.A
BUKTI KONSULTASI
No. Tanggal/Bulan Hal yang Dikonsultasikan Tanda Tangan
1. 27 Oktober 2014 Konsultasi Proposal 1
2. 28 Oktober 2014 Konsultasi BAB I 2
3. 29 Oktober 2014 Konsultasi BAB II dan III 3
4. 18 Maret 2015 Konsultasi BAB IV 4
5. 23Maret 2015 Konsultasi BAB V 5
6. 25 Maret 2015 Konsultasi BAB VI 6
7. 27 Maret 2015 Konsultasi abstrak 7
8. 15 April 2015 ACC Skripsi 8
Malang,15 April 2015
Mengetahui,
Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan,
Dr. H. Nur Ali, M.Pd.
NIP. 196504031998031002
Lampiran IX: Biodata Mahasiswa
Nama : Ulfa Kholifa Hanu
NIM : 11110182
Tempat Tanggal Lahir: Nganjuk, 19 Maret 1993
Fak./Jurusan : FITK/Pendidikan Agama Islam
Tahun Masuk : 2011
Alamat Rumah : Des. Sumbersono, Kec. Lengkong,
Kab. Nganjuk
Alamat di Malang : Rumah Dosen No. 3 UIN Malang
No. HP : 085736814273
Hobi : Koleksi Buku Keagamaan