Pembelajaran BAHASA INDONESIA · PDF filemelaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI....
-
Upload
nguyencong -
Category
Documents
-
view
261 -
download
10
Transcript of Pembelajaran BAHASA INDONESIA · PDF filemelaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI....
MelaluiPendekatanSaintifik
DIREKTORAT PEMBINAAN SMA
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN MENENGAH
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
2014
Pembelajaran
BAHASA INDONESIA
Naskah Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ii
KATA PENGANTAR
Naskah Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
iii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................................ ii
DAFTAR ISI .................................................................................................................. iii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................... 1
A. Latar Belakang.......................................................................................... 1
B. Tujuan ..................................................................................................... 2
C. Ruang Lingkup ......................................................................................... 3
D. Landasan Hukum ...................................................................................... 3
BAB II PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK ...................................... 5
A. Prinsip ..................................................................................................... 5
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia .... 6
C. Metode dan Model Pembelajaran dalam Bahasa Indonesia ........................... 9
D. Pemilihan Model Pembelajaran ................................................................. 18
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastera Indonesia ........ 19
1. Penilaian Aspek sikap ......................................................................... 20
2. Penilaian Aspek Pengetahuan ............................................................. 21
3. Penilaian Aspek keterampilan ............................................................. 21
BAB III ANALISIS KOMPETENSI ................................................................................. 25
A. Kompetensi ............................................................................................ 25
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus dan buku (buku guru dan
buku siswa) ............................................................................................ 26
BAB IV P E N U T U P ................................................................................................ 33
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................................... 35
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1
BAB I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional menyatakan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang
diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selanjutnya dalam rangka
mencapai tujuan tersebut disusun standar pendidikan nasional, terdiri atas: standar
kompetensi lulusan, standar isi, standar proses, standar sarana prasarana, standar
pendidik dan tenaga kependidikan, standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan
standar penilaian.
Setiap pendidik pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran
berlangsung secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi
peserta didik untuk berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup
bagi prakarsa, kreativitas, dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan
perkembangan fisik serta psikologis peserta didik. Untuk itu setiap satuan
pendidikan perlu melakukan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan proses
pembelajaran serta penilaian proses pembelajaran dengan strategi yang benar untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas ketercapaian kompetensi lulusan.
Strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh
kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013. Kurikulum memuat apa yang
seharusnya diajarkan kepada peserta didik, sedangkan pembelajaran merupakan cara,
bagaimana, apa yang diajarkan bisa dikuasai oleh peserta didik. Pelaksanaan
pembelajaran didahului dengan penyiapan RPP yang dikembangkan oleh guru baik
secara individual maupun kelompok yang mengacu pada silabus.
Sedangkan Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik dan instrumen penilaian hasil belajar dengan
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 2
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
pendekatan autentik. Penilaian memungkinkan para pendidik mampu menerapkan
program remedial bagi peserta didik yang tergolong pebelajar lambat dan program
pengayaan bagi peserta didik yang termasuk kategori pebelajar cepat.
Pemerintah melalui surat edaran Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan
(Kemendikbud) Nomor 156928/MPK.A/KR/2013 tanggal 8 November 2013 menyatakan
bahwa mulai tahun pelajaran 2014/2015 seluruh SMA sejumlah 12.637 wajib
melaksanakan Kurikulum 2013 di kelas X dan kelas XI. Untuk menyiapkan kemampuan
guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran saintifik, serta melakukan
penilaiain autentik, Pemerintah telah melatih guru inti dan guru sasaran, serta
menyediakan silabus, buku guru, dan buku teks untuk peserta didik.
Selain itu Direktorat Pembinaan SMA menyiapkan kemampuan guru melalui workshop
dan bimbingan teknis terutama dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
saintifik serta merancang dan melakukan penilaian autentik, mengembangkan materi
pembelajaran, mengembangkan langkah pembelajaran serta merancang dan
melaksanakan penilaian autentik berdasarkan silabus dan buku. Selanjutnya untuk
memfasiltasi guru Bahasa Indonesia secara individual dan kelompok dalam
mengembangkan dan melaksanakan pembelajaran dalam berbagai modus, strategi,
dan model untuk muatan dan/atau mata pelajaran yang diampunya Direktorat PSMA
menyusun naskah model pembelajaran dengan pendekatan saintifik dan
menggunakan model-model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik masing-
masing mata pelajaran.
Pembelajaran bahasa Inonesia adalah pembelajaran berbasis jenis teks. yang dikemas
di dalam metode yang melibatkan siswa melakukan „dekonstruksi dan rekonstruksi
secara integrative. Oleh karena itu, pembelajaran pembelajaran bahasa memerlukan
metode pembelajaran yang interaktif, dekonstruktif dan rekonstruktif. Langkah
pembelajaran dilaksanakan dalam empat tahap: membangun konteks, pemodelan,
membangun teks bersama-sama,dan membangun teks mandiri.
B. Tujuan
Secara umum tujuan penulisan naskah ini adalah membantu guru mata pelajaran
dalam mengimplementasikan kurikulum 2013 dengan memafaatkan buku sumber yang
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 3
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
ada. Secara khusus naskah ini bertujuan untuk memberikan rambu-rambu bagi guru
Bahasa Indonesia dalam mengkaji silabus sedemikian sehingga dapat:
Mengembangkan materi pembelajaran berdasarkan materi pokok dari silabus
mata pelajaran.
Mengembangkan kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Mengembangkan indikator pencapaian kompetensi dan penilaian
Merancang penilaian otentik
Mengembangkan pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks
C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup buku ini terdiri atas:
1. Penjelasan tentang Pembelajaran Saintifik dan Penilaian Autentik
2. Langkah-langkah pembelajaran saintifik dalam mata pelajaran Bahasa Indonesia
3. Penilaian Autentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia
4. Penjelasan tentang Analisis Kompetensi
D. Landasan Hukum
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional
2. Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2013 tentang perubahan atas Peraturan
Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
3. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 Tahun 2013 tentang
Standar Kompetensi Lulusan
4. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah
5. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 65 Tahun 2013 tentang
Standar Proses
6. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 66 Tahun 2013 tentang
Standar Penilaian
7. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 69 Tahun 2013 tentang
Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum SMA-MA
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 4
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
8. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 81A tentang Implementasi
Kurikulum
9. Surat Edaran Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 156928/MPK.A/KR/2013
Tahun 2013 tanggal 8 November Tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum
10. Surat Edaran bersama Menteri Dalam Negeri dan Menteri Pendidikan dan
Kebudayaan Nomor 0258/MPK.A/KR/2014 Tahun 2014 dan Nomor 420/176/SJ
tanggal 9 Januari Tahun 2014 tentang Implementasi Kurikulum
11. Peraturan lain tentang Kurikulum 2013 yang berlaku.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
5
BAB II.
PEMBELAJARAN SAINTIFIK DAN PENILAIAN AUTENTIK
A. Prinsip
Prinsip pembelajaran pada kurikulum 2013 menekankan perubahan paradigma: (1)
peserta didik diberi tahu menjadi peserta didik mencari tahu; (2) guru bukan sebagai
satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka sumber belajar; (3)
pendekatan tekstual dan kontekstual menjadi pendekatan proses sebagai penguatan
penggunaan pendekatan ilmiah; (4) pembelajaran berbasis konten menjadi
pembelajaran berbasis kompetensi; (5) pembelajaran parsial menjadi pembelajaran
terpadu; (6) pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menjadi pembelajaran
dengan jawaban yang kebenarannya multi dimensi; (7) pembelajaran verbalisme
menjadi keterampilan aplikatif; (8) peningkatan dan keseimbangan antara
keterampilan fisikal (hardskills) dan keterampilan mental (softskills); (9) pembelajaran
yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik sebagai
pebelajar sepanjang hayat; (10) pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan
memberi keteladanan (ing ngarso sung tulodo), membangun kemauan (ing madyo
mangun karso), dan mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses
pembelajaran (tut wuri handayani); (11) pembelajaranyang berlangsung di rumah,
di sekolah, dan di masyarakat; (12) pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa
siapa saja adalah guru, siapa saja adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas; (13)
pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran; dan (14) pengakuan atas perbedaan individual dan latar
belakang budaya peserta didik.
Karakteristik pembelajaran terkait erat dengan Standar Kompetensi Lulusan dan
Standar Isi. Standar Kompetensi Lulusan memberikan kerangka konseptual tentang
sasaran pembelajaran yang harus dicapai, dan Standar Isi memberikan kerangka
konseptual tentang kegiatan belajar dan pembelajaran yang dikembangkan dari
tingkat kompetensi dan ruang lingkup materi. Sesuai dengan Standar Kompetensi
Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup pengembangan domain sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang memiliki karakteristik berbeda untuk masing-
masing mata pelajaran. Sikap diperoleh melalui aktivitas menerima, menjalankan,
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 6
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
menghargai, menghayati, dan mengamalkan. Pengetahuan diperoleh melalui
aktivitas mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis, mengevaluasi, dan
mencipta. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas mengamati, menanya,
mencoba, menalar, menyaji, dan mencipta. Pencapain kompetensi tersebut
berkaitan erat dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan. Oleh sebab itu, guru
harus merencanakan pembelajaran sesuai tuntutan kurikulum dengan menggunakan
pendekatan saintifik dan model pembelajaran yang mendorong kemampuan peserta
didik untuk melakukan penyingkapan/penelitian, serta dapat menghasilkan karya
kontekstual, baik individual maupun kelompok. Pendidik disarankan untuk
menggunakan menggunakan model pembelajaran antara lain model inkuiri based
learning, discovery based learning, problem based learning, dan project based
learning.
Pembelajaran Bahasa Indonesia adalah pembelajaran berbasis teks, artinya
pembelajaran melalui pendekatan jenis teks. Misalnya, teks anekdot, teks eksposisi,
teks laporan hasil observasi, teks prosedur kompleks, teks negosiasi. Berdasarkan teks
tersebut, siswa dapat memahami struktur teks, kaidah/fitur bahasa, menganalisis teks,
menginterpretasi makna teks, mengabstrak isi teks , dan lain-lain. Untuk mencapai
tujuan tersebut, proses pembelajaran dilakukan melalui pendekatan saintif.
B. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Pembelajaran saintifik merupakan pembelajaran yang mengadopsi langkah-langkah
saintis dalam membangun pengetahuan melalui metode ilmiah. Model pembelajaran
yang diperlukan adalah yang memungkinkan terbudayakannya kecakapan berpikir
sains, terkembangkannya “sense of inquiry” dan kemampuan berpikir kreatif siswa
(Alfred De Vito, 1989). Model pembelajaran yang dibutuhkan adalah yang mampu
menghasilkan kemampuan untuk belajar (Joice & Weil: 1996), bukan saja
diperolehnya sejumlah pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi yang lebih
penting adalah bagaimana pengetahuan, keterampilan, dan sikap itu diperoleh peserta
didik (Zamroni, 2000; & Semiawan, 1998).
Pembelajaran saintifik tidak hanya memandang hasil belajar sebagai muara akhir,
namum proses pembelajaran dipandang sangat penting. Oleh karena itu pembelajaran
saintifik menekankan pada keterampilan proses. Model pembelajaran berbasis
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 7
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
peningkatan keterampilan proses sains adalah model pembelajaran yang
mengintegrasikan keterampilan proses sains ke dalam sistem penyajian materi secara
terpadu (Beyer, 1991). Model ini menekankan pada proses pencarian pengetahuan
dari pada transfer pengetahuan, peserta didik dipandang sebagai subjek belajar yang
perlu dilibatkan secara aktif dalam proses pembelajaran, guru hanyalah seorang
fasilitator yang membimbing dan mengkoordinasikan kegiatan belajar. Dalam model
ini peserta didik diajak untuk melakukan proses pencarian pengetahuan berkenaan
dengan materi pelajaran melalui berbagai aktivitas proses sains sebagaimana
dilakukan oleh para ilmuwan (scientist) dalam melakukan penyelidikan ilmiah (Nur:
1998), dengan demikian peserta didik diarahkan untuk menemukan sendiri berbagai
fakta, membangun konsep, dan nilai-nilai baru yang diperlukan untuk kehidupannya.
Fokus proses pembelajaran diarahkan pada pengembangan keterampilan siswa dalam
memproseskan pengetahuan, menemukan dan mengembangkan sendiri fakta, konsep,
dan nilai-nilai yang diperlukan (Semiawan: 1992).
Model ini juga tercakup penemuan makna (meanings), organisasi, dan struktur dari
ide atau gagasan, sehingga secara bertahap siswa belajar bagaimana
mengorganisasikan dan melakukan penelitian. Pembelajaran berbasis keterampilan
proses sains menekankan pada kemampuan peserta didik dalam menemukan sendiri
(discover) pengetahuan yang didasarkan atas pengalaman belajar, hukum-hukum,
prinsip-prinsip dan generalisasi, sehingga lebih memberikan kesempatan bagi
berkembangnya keterampilan berpikir tingkat tinggi (Houston, 1988). Dengan
demikian peserta didik lebih diberdayakan sebagai subjek belajar yang harus berperan
aktif dalam memburu informasi dari berbagai sumber belajar, dan guru lebih berperan
sebagai organisator dan fasilitator pembelajaran.
Sesuai dengan karakteristik Bahasa Indonesia sebagai bagian dari natural science,
pembelajaran Bahasa Indonesia harus merefleksikan kompetensi sikap ilmiah, berpikir
ilmiah, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan pembelajaran dilakukan melalui proses
mengamati, menanya, mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
Pembelajaran Bahasa Indonesia sebagai penghela ilmu pengetahuan mengandung
makna bahwa dalam pembelajaran Bahasa Indonesia berbasis teks, teks yang
digunakan dalam pembelajaran dapat berisi berbagai pengetahuan, seperti biologi,
kimia, sosial, ekonomi, dan politik.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 8
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
1. Kegiatan mengamati bertujuan agar pembelajaran berkaitan erat dengan konteks
situasi nyata yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari. Proses mengamati fakta
atau fenomena dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan melalui
melihat, mendengar, membaca, dan atau menyimak, serta mencari informasi.
2. Kegiatan menanya dilakukan sebagai salah satu proses membangun pengetahuan
siswa dalam bentuk konsep, prinsip, prosedur, hukum dan teori, hingga berpikir
metakognitif. Tujuannnya agar siswa memiliki kemapuan berpikir kritis (critical
thingking skill), logis, dan sistematis. Proses menanya dapat dilakukan melalui
kegiatan diksusi dan kerja kelompok serta diskusi kelas. Praktik diskusi kelompok
memberi ruang kebebasan mengemukakan ide/gagasan dengan bahasa sendiri,
termasuk dengan menggunakan bahasa daerah.
3. Kegiatan mencoba bermanfaat untuk meningkatkan keingintahuan peserta didik,
mengembangkan kreativitas, dan keterampilan kerja ilmiah. Kegiatan ini
mencakup merencanakan, merancang, dan melaksanakan eksperimen, serta
memperoleh, menyajikan, dan mengolah data. Pemanfaatan sumber belajar
termasuk mesin komputasi dan otomasi sangat disarankan dalam kegiatan ini.
4. Kegiatan mengasosiasi bertujuan untuk membangun kemampuan berpikir dan
bersikap ilmiah. Kegiatan dapat dirancang oleh guru melalui situasi yang
direkayasa dalam kegiatan tertentu sehingga siswa melakukan aktivitas antara
lain menganalisis data, mengelompokkan, membuat kategori, menyimpulkan, dan
memprediksi/mengestimasi dengan memanfaatkan lembar kerja diskusi atau
praktik.
5. Kegiatan mengomunikasikan adalah sarana untuk menyampaikan hasil
konseptualisasi dalam bentuk lisan, tulisan, gambar/sketsa, diagram, atau grafik.
Kegiatan ini dilakukan agar siswamampu mengomunikasikan pengetahuan,
keterampilan, dan penerapannya, serta kreasi siswa melalui presentasi, membuat
laporan, dan/ atau unjuk karya.
Pembelajaran berbasis teks
Pembelajaran bahasa Indonesia berbasis teks dilaksanakan dengan menerapkan
prinsip bahwa (1) bahasa hendaknya dipandang sebagai teks, bukan semata-mata
kumpulan kata atau kaidah kebahasaan, (2) penggunaan bahasa merupakan proses
pemilihan bentuk-bentuk kebahasaan untuk mengungkapkan makna, (3) bahasa
bersifat fungsional, yaitu penggunaan bahasa yang tidak pernah dapat dilepaskan dari
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 9
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
konteks karena bentuk bahasa yang digunakan itu mencerminkan ide, sikap, nilai, dan
ideologi penggunanya, dan (4) bahasa merupakan sarana pembentukan kemampuan
berpikir manusia. Sehubungan dengan prinsip-prinsip itu, perlu disadari bahwa setiap
teks memiliki struktur tersendiri yang satu sama lain berbeda.
Sementara itu, struktur teks merupakan cerminan struktur berpikir. Dengan demikian,
makin banyak jenis teks yang dikuasai siswa, makin banyak pula struktur berpikir yang
dapat digunakannya dalam kehidupan sosial dan akademiknya. Hanya dengan cara itu,
siswa kemudian dapat mengonstruksi ilmu pengetahuannya melalui kemampuan
mengobservasi, mempertanyakan, mengasosiasikan, menganalisis, dan menyajikan
hasil analisis secara memadai.
Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuan yakni fungsi sosial teks
dan struktur teks (tata organisasi), dan ciri-ciri kebahasaan teks. Sesuai dengan
prinsip tersebut, teks yang berbeda tentu memiliki fungsi yang berbeda, struktur teks
yang berbeda, dan ciri-ciri kebahasaan yang berbeda. Dengan demikian, pembelajaran
bahasa berbasis teks merupakan pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk
menguasai dan menggunakan jenis-jenis teks tersebut di masyarakat.
Dalam kehidupan sehari-hari, manusia tidak dapat terlepas dari penggunaan teks yang
berupa lisan, tulisan, atau multimodal seperti gambar. Sebagai contoh, orang
menerapkan teks prosedur untuk menjalankan mesin cuci, untuk mengurus SIM, KTP,
paspor, atau surat-surat penting yang lain untuk berobat di rumah sakit, dan untuk
menjalani kegiatan lain yang membutuhkan langkah-langkah tertentu. Orang
menggunakan teks deskripsi untuk memperkenalkan diri kepada orang lain. Orang
menggunakan teks eksposisi untuk mengusulkan sesuatu kepada pihak lain. Dengan
demikian orang selalu menggunakan jenis teks yang sesuai dengan tujuan kegiatan
yang dilakukannya. Dengan demikian, jenis-jenis teks tersebut diproduksi dalam
konteks sosial yang melatarbelakangi kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh manusia,
baik konteks situasi maupun konteks budaya
C. Metode dan Model Pembelajaran dalam Bahasa Indonesia
Pembelajaran Bahasa Indonesia memanfaatkan metode pembelajaran yang meliputi
empat tahap, yaitu:
1. Membangun konteks (MK) melalui kegiatan mengamati teks dalam konteksnya
dan menanya tentang berbagai hal yang berkaitan dengan teks yang diamatinya.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 10
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Pada langkah membangun konteks siswa dapat didorong untuk memahami nilai
spiritual, nilai budaya, tujuan yang melatari bangun teks. Pada proses ini siswa
mengeksplorasi kandungan teks serta nilai-nilai yang tersirat di dalamnya. Di sini
siswa dapat mengungkap laporan hasil pengamatan untuk bahan tindak lanjut
dalam kegiatan belajar.
2. Membentuk model (Pemodelan) melalui kegiatan mencoba dan menalar
merumuskan model strukur fonologi, gramatikal, leksikal, dan makna teks
dibacanya. Pada langkah ini siswa didorong untuk meningkatkan rasa ingin tahu
dengan memperhatikan (1) simbol, (2) bunyi (3) tata bahasa dan (4) makna.
Melalui analisis fakta dan data pada teks yang dipelajarinya siswa memperoleh
model imbuhan, struktur imkata, frase, klausa, kalimat, maupun paragraf. Semua
hal tersebut siswa pelajari pada konteks pemakaiannya. Pada tahapan ini siswa
dapat mengeksplorasi jenis teks yang dipelajarinya serta mengenali ciri-cirinya.
Proses aktivitas pengenalan bukan sebagai tujuan akhir pembelajaran, melainkan
sebagai awal kegiatan untuk mengembangkandaya cipta.
3. Membangun teks bersama-sama (MTB) menyusun teks bersama masih dalam
kegiatan mencoba, menalar, dan mencipta secara kolaboratif yang dilanjutkan
dengan menyaji. Siswa menggunakan hasil mengeksplorasi model-model
teks untuk membangun teks dengan cara berkolaborasi dalam kelompok. Melalui
kegiatan ini diharapkan semua siswa dapat memperoleh pengalaman mencipta
teks sebagai dasar untuk mengembangkan kompetensi individu.
4. Mengembangkan teks secara mandiri (MTM) dengan titik tekan pada siswa dapat
menunjukkan kompetensinya secara individual dalam mencipta. Karena itu,
dimensi kegiatan pembelajaran bahasa Indonesia wajib memenuhi empat langkah
dasar, enam langkah mengembangkan keterampilan beraktivitas secara saintifik,
dua model kegiatan koloboratif dan individual, dan berdimesi beraktivitas dan
berkarya.
Model-model pembelajaran yang dapat digunakan dalam pembelajaran Bahasa
Indonesia antara lain, Discovery Based Learning, Project Based Learning dan
Problem Based Learning.
1. Discovery Based Learning
Discovery Based Learning adalah teori belajar yang menempatkan peserta didik
sebagai pembelajar aktif dalam membangun pengetahuan yang diharapkan.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 11
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Langkah-langkah pembelajaran tersebut dalam Bahasa Indonesia adalah sebagai
berikut.
a. Menciptakan stimulus
Kegiatan penciptaan stimulus (rangsangan) dilakukan pada saat peserta didik
melakukan aktivitas mengamati fakta atau fenomena dengan cara melihat,
mendengar, membaca, atau menyimak. Fakta yang disediakan dimulai dari
yang sederhana hingga kompleks atau fenomena yang menimbulkan
kontroversi. Pada tahap ini, misalnya, peserta didik mengamati fakta tentang
beberapa teks naratif. Kemudian, diberi fakta lain tentang paparan identitas
diri seseorang yang ada pada kompetensi dasar sebelumnya. Dari segi
informasi kedua teks tersebut terlihat hampir sama namun memiliki genre
yang berbeda. Dengan demikian, peserta didik termotivasi untuk mencari
tahu lebih lanjut tentang fakta dan fenomena tersebut dengan membaca dari
berbagai sumber atau mempertanyakan kepada guru.
Selanjutnya peserta didik dihadapkan pada teks dengan genre yang sama
namun bervariasi dalam fungsi sosial dan unsur kebahasaan sehingga
membangkitkan rasa penasaran (curiosity). Tahapan ini tidak dilanjutkan
dengan memberi generalisasi kepada peserta agar peserta didik dapat
mengetahui perbedaan fungsi sosial dari teks-teks tersebut.
Selain itu, guru dapat memulai kegiatan pembelajaran dengan mengajukan
pertanyaan, anjuran membaca buku, dan aktivitas belajar lainnya yang
mengarah pada persiapan pemecahan masalah. Stimulasi pada tahap ini
berfungsi untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yang dapat membantu
peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Ketika memberikan stimulus, guru
dapat menggunakan teknik bertanya, dengan cara mengajukan pertanyaan-
pertanyaan yang dapat mengarahkan peserta didik pada kondisi internal yang
mendorong eksplorasi.
b. Menyiapkan pernyataan masalah
Tahap kedua, guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk
mengidentifikasi masalah-masalah yang relevan dengan bahan pelajaran.
Kemudian peserta memilih salah satu masalah dan dirumuskan dalam bentuk
paragraph. Dalam pembelajaran teks anekdot, guru memberikan contoh
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 12
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
dalam bentuk cerita bergambar. Peserta didik ditugaskan mencari teks lain
dengan ciri-ciri yang sama dengan cerita bergambar yang disajikan. Peserta
didik merumuskan pernyataan masalah misalnya “semua teks naratif memiliki
alur cerita orientasi, dan komplikasi”.
c. Mengumpulkan data/mencoba
Tahap ketiga, ketika eksplorasi berlangsung, peserta didik mengumpulkan
informasi sebanyak-banyaknya yang relevan untuk membuktikan benar atau
tidaknya pernyataan masalah tersebut. Dalam hal ini informasi yang
dikumpulkan berfungsi untuk membuktikan pernyataan masalah dalam
contoh teks anekdot. Pembuktian ini dapat dilakukan dengan cara
mengumpulkan berbagai informasi yang relevan, membaca literatur,
mengamati objek, atau wawancara dengan nara sumber.
d. Mengolah Data
Tahap keempat, peserta didik melakukan pengolahan data dan informasi
yang telah diperoleh baik melalui wawancara, observasi, dan metode lainnya,
lalu ditafsirkan. Semua informasi yang telah dikumpulkan, semuanya diolah,
diacak, dan diklasifikasikan.
e. Memverifikasi data
Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat untuk
membuktikan benar atau tidaknya jawaban atas pernyataan masalah.
Verifikasi bertujuan agar proses belajar akan berjalan dengan baik dan
kreatif. Berdasarkan hasil pengolahan dan tafsiran, atau informasi yang ada,
pernyataan terdahulu itu kemudian dicek, apakah terjawab atau tidak, apakah
terbukti atau tidak.
f. Menarik kesimpulan
Tahap generalisasi atau menarik kesimpulan adalah proses menarik sebuah
kesimpulan yang dapat dijadikan prinsip umum dan berlaku untuk semua
kejadian atau masalah yang sama, dengan memperhatikan hasil verifikasi.
Berdasarkan hasil verifikasi, dirumuskan prinsip-prinsip yang mendasari
generalisasi. Setelah menarik kesimpulan, peserta didik harus memperhatikan
proses generalisasi yang menekankan pentingnya penguasaan materi
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 13
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
pelajaran atas makna dan kaidah atau prinsip-prinsip yang luas yang
mendasari pengalaman seseorang, serta pentingnya proses pengaturan dan
generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.
2. Project Based Learning
Pembelajaran berbasis proyek (PBL) merupakan metode belajar yang
menggunakan masalah sebagai langkah awal dalam mengumpulkan dan
mengintegrasikan pengetahuan baru berdasarkan pengalamannya dalam
beraktivitas secara nyata. Langkah-langkah operasionalnya adalah sebagai
berikut:
a. Menentukan pertanyaan mendasar.
Pada tahapan ini, guru memberikan pertanyaan yang dapat memberi
penugasan peserta didik dalam melakukan suatu aktivitas dengan cara
mengambil topik yang sesuai dengan realitas dunia nyata dan dimulai dengan
sebuah investigasi mendalam. Guru diharapkan dapat mengangkat topik yang
relevan untuk para peserta didik sesuai dengan tuntutan kompetensi.
Penyiapan pertanyaan dapat dilakukan diawal semester agar dapat
merancang kegiatan selanjutnya.
b. Mendesain perencanaan proyek
Perencanaan dilakukan secara kolaboratif antara pendidik dan peserta didik.
Dengan demikian, peserta didik diharapkan akan merasa “memiliki” proyek
tersebut. Perencanaan terdiri dari aturan main, pemilihan aktivitas yang dapat
mendukung dalam menjawab pertanyaan esensial, pengintegrasian
berbagai subjek yang mungkin, dan alat dan bahan yang dapat diakses untuk
membantu penyelesaian proyek.
c. Menyusun Jadwal
Pendidik dan peserta didik secara kolaboratif menyusun jadwal aktivitas
dalam menyelesaikan proyek. Aktivitas pada tahap ini antara lain:
1. membuat timeline untuk menyelesaikan proyek,
2. membuat deadline penyelesaian proyek,
3. membawa peserta didik agar merencanakan cara yang baru,
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 14
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
4. membimbing peserta didik ketika mereka membuat cara yang tidak
berhubungan dengan proyek, dan
5. meminta peserta didik untuk membuat penjelasan (alasan) tentang
pemilihan suatu cara.
d. Memonitor kegiatan dan perkembangan proyek
Pendidik bertanggungjawab untuk memonitor aktivitas peserta didik selama
menyelesaikan proyek. Monitoring dilakukan dengan cara memfasilitasi
peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, pemdidik berperan
sebagai mentor pada saat peserta didik beraktivitas. Rubrik dapat digunakan
untuk mempermudah proses monitoring dan merekam keseluruhan aktivitas
peserta didik.
e. Menguji hasil
Penilaian dilakukan untuk membantu pendidik dalam mengukur ketercapaian
kompetensi dasar, serta mengevaluasi kemajuan masing- masing peserta
didik, memberi umpan balik tentang tingkat pemahaman yang sudah dicapai
peserta didik dan membantu pendidik dalam menyusun strategi pembelajaran
berikutnya.
f. Mengevaluasi kegiatan/pengalaman
Pada akhir pembelajaran, guru dan peserta didik melakukan refleksi
terhadap aktivitas dan hasil proyek yang sudah dijalankan. Proses refleksi
dilakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tahap ini, peserta
didik diminta untuk mengungkapkan perasaan dan pengalamannya selama
menyelesaikan proyek. guru dan peserta didik mengembangkan diskusi dalam
rangka memperbaiki kinerja selama proses pembelajaran, sehingga pada
akhirnya diperoleh suatu temuan baru (new inquiry) untuk menjawab
permasalahan yang diajukan pada tahap awal pembelajaran.
Pemilihan model Project Based Learning memerlukan dukungan persyaratan
untuk mereduksi kendala yang sering terjadi, antara lain:
a. peserta didik terbiasa dengan aktivitas pemecahan masalah sehingga
proyek tidak memakan waktu terlalu lama;
b. dukungan sarana dan perasarana memadai termasuk perlatan belajar di
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 15
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
laboratorium;
c. pengaturan waktu dan jadwal kegiatan yang terkontrol;
d. perlunya kejelasan tugas dan hasil yang diharapkan dari kegiatan proyek.
Manfaat pemilihan model pembelajaran Project Based Learning, antara lain:
a. meningkatkan motivasi peserta didik untuk belajar;.
b. mendorong kemampuan peserta didik melakukan pekerjaan penting;
c. mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memecahkan masalah
dan berpikir kritis;
d. mengembangkan keterampilan komunikasi, kolaborasi, dan pengelolaan
sumber daya;
e. memberikan pengalaman kepada peserta didik pembelajaran dan praktik
dalam mengorganisasi proyek dan membuat alokasi waktu serta sumber-
sumber lain seperti perlengkapan untuk menyelesaikan tugas;
f. melibatkan para peserta didik untuk belajar mengambil informasi dan
menunjukkan pengetahuan yang dimiliki dan kemudian
mengimplementasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
g. membuat suasana belajar menyenangkan sehingga peserta didik maupun
guru menikmati proses pembelajaran.
3. Problem Based Learning (PBL)
1. Langkah pembelajaran yang mengkondisikan peserta didik pada masalah.
Pembelajaran dimulai dengan menjelaskan tujuan pembelajaran dan aktivitas-
aktivitas yang akan dilakukan. Dalam Problem Based Learning, tahapan ini
sangat penting karena guru harus menjelaskan dengan rinci apa yang akan
dilakukan oleh peserta didik dan juga oleh pendidik serta menjelaskan
bagaimana guru akan mengevaluasi proses pembelajaran. Hal ini bertujuan
untuk memberikan motivasi agar peserta didik dapat mengerti pembelajaran
yang akan dilakukan. Ada empat hal yang perlu dilakukan dalam proses ini,
yaitu:
a. tujuan utama pembelajaran menyelidiki masalah-masalah penting dan
bagaimana menjadi peserta didik yang mandiri,
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 16
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
b. permasalahan dan pertanyaan yang diselidiki tidak mempunyai
jawaban mutlak “benar“, sebuah masalah yang rumit atau kompleks
mempunyai banyak penyelesaian dan seringkali bertentangan,
c. selama tahap penyelidikan, peserta didik didorong untuk mengajukan
pertanyaan dan mencari informasi. Pendidik akan bertindak sebagai
pembimbing yang siap membantu, namun peserta didik harus berusaha
untuk bekerja mandiri atau dengan temannya, dan
d. selama tahap analisis, peserta didik akan didorong untuk menyatakan
ide-idenya secara terbuka dan penuh kebebasan. Semua peserta didik
diberi peluang untuk berperan serta pada penyelidikan dan
menyampaikan ide-ide mereka.
2. Mengorganisasikan kegiatan pembelajaran.
Disamping mengembangkan keterampilan memecahkan masalah, model
Problem Based Learning juga mendorong peserta didik belajar
berkolaborasi. Dalam memecahkan suatu masalah sangat membutuhkan
kerjasama dan sharing antaranggota. Oleh sebab itu, pendidik dapat memulai
kegiatan pembelajaran dengan membentuk kelompok-kelompok dan masing-
masing kelompok akan memilih dan memecahkan masalah yang berbeda.
Prinsip-prinsip pengelompokan peserta didik dalam pembelajaran kooperatif
dapat digunakan dalam konteks ini seperti: kelompok harus heterogen,
pentingnya interaksi antaranggota, komunikasi yang efektif, adanya tutor
sebaya, dan sebagainya.
Peserta didik harus memonitor dan mengevaluasi kerja masing-masing
kelompok untuk menjaga kinerja dan dinamika kelompok selama
pembelajaran. Setelah peserta didik diorientasikan pada suatu masalah dan
telah membentuk kelompok belajar, guru dan peserta didik menetapkan
subtopik-subtopik yang spesifik, tugas-tugas penyelidikan, dan jadwal.
Tantangan utama bagi guru pada tahap ini adalah mengupayakan agar semua
peserta didik terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan penyelidikan dan hasil-
hasil penyelidikan ini dapat menghasilkan penyelesaian terhadap
permasalahan tersebut, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta
memamerkannya.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 17
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Guru bertanggungjawab dalam melakukan pengawasan terhadap aktivitas
peserta didik selama penyelesaian proyek. Pengawasan dilakukan dengan
cara menfasilitasi peserta didik pada setiap proses. Dengan kata lain, guru
berperan sebagai mentor bagi aktivitas peserta didik. Untuk mempermudah
proses monitoring, guru membuat sebuah rubrik yang dapat merekam
keseluruhan aktivitas yang penting.
3. Membimbing penyelidikan mandiri dan kelompok
Penyelidikan adalah inti dari Problem Based Learning. Setiap situasi
permasalahan memerlukan teknik penyelidikan yang berbeda, namun pada
umumnya melibatkan karakter yang identik, yakni pengumpulan data dan
eksperimen, perumusan hipotesis dan penjelasan, dan pemecahan masalah.
Pengumpulan data dan eksperimen merupakan aspek yang sangat penting.
Pada tahap ini, guru harus mendorong peserta didik untuk mengumpulkan
data dan melaksanakan eksperimen (mental maupun aktual) sampai mereka
betul-betul memahami dimensi situasi permasalahan. Tujuannya adalah agar
peserta didik mengumpulkan cukup informasi untuk menciptakan dan
membangun ide mereka sendiri.
Guru membantu peserta didik untuk mengumpulkan informasi sebanyak-
banyaknya dari berbagai sumber dan mengajukan pertanyaan tentang
masalah dan ragam informasi yang dibutuhkan untuk pemecahan masalah.
Setelah peserta didik mengumpulkan cukup data dan menentukan
permasalahan tentang fenomena yang mereka selidiki, mereka mulai
merumuskan hipotesis, penjelasan, dan pemecahan masalah.
Esensi dari tahap ini adalah guru mendorong peserta didik untuk
menyampaikan ide-idenya dan menerima ide mereka. Guru juga harus
mengajukan pertanyaan yang membuat peserta didik berpikir tentang
kelayakan hipotesis dan solusi yang mereka buat serta tentang kualitas
informasi yang dikumpulkan.
4. Mengembangkan dan menyajikan hasil karya
Tahap penyelidikan diikuti dengan menciptakan artifak (hasil karya) dan
pameran. Artifak bisa berbentuk laporan tertulis, video, tape (menunjukkan
situasi masalah dan pemecahan yang diusulkan), model (perwujudan secara
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 18
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
fisik dari situasi masalah dan pemecahannya), program komputer, dan sajian
multimedia. Tentunya kecanggihan artifak sangat dipengaruhi oleh tingkat
berpikir peserta didik. Langkah selanjutnya, peserta didik memamerkan hasil
karyanya dan pendidik berperan sebagai organisator pameran. Akan lebih
baik jika dalam pemeranan ini, melibatkan peserta didik-peserta didik lainnya,
Guru lainnya, para orang tua, dan pihak lain yang dapat menjadi “penilai”
atau pemberi umpan balik.
5. Analisis dan evaluasi proses pemecahan masalah
Fase ini merupakan tahap akhir dalam Problem Based Learning. Fase ini
dimaksudkan untuk membantu peserta didik menganalisis dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah mereka sendiri dan keterampilan penyelidikan
serta pola pikir yang mereka gunakan. Selama fase ini, guru meminta peserta
didik untuk merekonstruksi pemikiran dan aktivitas yang telah dilakukan
selama proses kegiatan belajarnya.
D. Pemilihan Model Pembelajaran
Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan
saintifik pembelajaran memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik
kompetensi dan kegiatan pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran
mempertimbangkan hal-hal berikut.
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan konsepetual,
guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk pengetahuan
prosedural Project Based Learning dan Task Based Learning.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari KI-
4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan Task
Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan Project
Based Learning.
3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)
Contoh matrik pemilihan model yang dapat digunakan sesuai dengan dimensi
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 19
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
pengetahuan dan keterampilan tampak pada tabel 1 berikut;
Tabel 1
Dimensi Pengetahuan
Dimensi Keterampilan
Abstrak Konkrit
Faktual Discovery Learning Discovery Learning
Konseptual Discovery Learning Discovery Learning
Prosedural Discovery Learning
Problem Based Learning
Discovery Learning Problem Based Learning
Metakognitif
Discovery Learning Project Based Learning
Problem Based Learning
Discovery Learning Project Based Learning
Problem Based Learning
Pemilihan model-model pembelajaran di atas sebagai pelaksanaan pendekatan saintifik
memerlukan analisis yang cermat sesuai dengan karakteristik kompetensi dan kegiatan
pembelajaran dalam silabus. Pemilihan model pembelajaran mempertimbangkan hal-
hal berikut.
1. Karakteristik pengetahuan yang dikembangkan menurut kategori pengetahuan
faktual, konseptual, dan prosedural. Untuk pengetahuan faktual dan
konsepetual, guru dapat memilih Discovery Learning, sedangkan untuk
pengetahuan prosedural Project Based Learning dan Problem Based Learning.
2. Karakteristik keterampilan yang tertuang pada rumusan kompetensi dasar dari
KI- 4. Untuk keterampilan abstrak, guru dapat memilih Discovery Learning dan
Problem Based Learning, sedangkan untuk keterampilan konkrit menggunakan
Project Based Learning.
3. Karakteristik sikap yang dikembangkan, baik sikap religious (KI-1) maupun sikap
sosial (KI-2)
E. Penilaian Autentik dalam Pembelajaran Bahasa dan Sastera Indonesia
Penilaian autentik adalah proses pengumpulan informasi oleh guru tentang
perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan anak didik melalui
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 20
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan
secara tepat bahwa tujuan pembelajaran dan tiga domain kompetensi sikap,
pengetahuan, dan keterampilan telah benar-benar dikuasai dan dicapai peserta didik.
Penilaian autentik dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dapat dilakukan sebagai
berikut
1. Penilaian Aspek sikap
Penilaian sikap dilakukan melalui pengamatan dengan menggunakan lembar
pengamatan atau daftar ceklis pengamatan yang memuat aspek sikap yang
diamati.Rincian aspek sikap yang diamati merujuk pada indikator sikap yang
dijabarkan dari KI-1 dan KI-2 pada saat dilakukan analisis kompetensi.Penilaian
sikap dilakukan sebagai upaya mengembangkan sikap sosial dan sikap religius
dalam rangka pengembangan nilai karakter bangsa.
Pemilihan aspek sikap yang diamati pada setiap materi pokok harus menjadi bagian
dari keseluruhan pencapaian sikap yang bermuara pada pencapaian standar
kopetensi lulusan tentang sikap, yaitu “Menghayatidan mengamalkan ajaran agama
yang dianutnya” dan “Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin,
tanggungjawab, peduli (gotongroyong, kerjasama, toleran, cinta damai), santun,
responsif dan proaktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas
berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan
alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia”.
Oleh karena itu, pengembangan sikap pada mata pelajaran Bahasa Indonesia
dengan fokus utama pengembangan sikap ilmiah merupakan bagian dari upaya
pencapaian kedua sikap tersebut (religius dan sosial). Guru Bahasa dan Sastra
Indonesia perlu memetakan sikap yang dikembangkan pada setiap materi pokok
sesuai dengan relevansi dan karakteristik yang tersirat dari rumusan KI-3 dan KI-4.
Penilaian sikap juga berkaitan erat dengan aktivitas siswa pada saat pengamatan
dilakukan. Pengamatan sikap dapat dilakukan pada saat diskusi kelompok,
kegiatan presentasi, atau kegiatan praktik dan tugas projek.Berikut ini contoh
aspek pengamatan sikap sesuai dengan aktivitas siswa.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 21
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
2. Penilaian Aspek Pengetahuan
Kompetensi siswa pada aspek pengetahuan dapat diukur melalui tes dan nontes.
Bentuk tes yang digunakan antara lain adalah tes tertulis (uraian, pilihan ganda,
isian, benar salah, dll) dan/atau tes praktik. Sedangkan, bentuk nontes dapat
dilakukan melalui tugas-tugas yang diberikan, baik tugas menjawab soal, atau
tugas membuat laporan tertulis.
Pengukuran kompetensi pengetahuan melalui tes dan nontes dirancang dan
didesain dimulai dengan menyusun indikator pencapaian, indikator soal, dan/ atau
aspek penilaian nontes, hingga pedoman penilaian/penskoran. Dalam menyusun
indikator soal tes tertulis, perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
a. Indikator soal dinyatakan dengan kalimat pernyataan dengan memuat empat
unsur, yaitu subjek (siswa), kompetensi (dinyatakan dengan kata kerja
operasional), konten (isi, materi), dan derajat pencapaian komeptensi
b. Indikator yang baik dinyatakan dengan jelas dan tegas sehingga dapat dibuat
soalnya
c. Pada soal uraian atau tes praktik, indikator menjadi pedoman dalam
mengembangkan rubrik penilaian dan pedoman peskoran/penilaian
Penilaian pengetahuan melalui tugas sebaiknya ditekankan pada aspek yang
relevan dengan rumusan kompetensi dasar. Aspek yang dapat dinilai melalui tugas
antara lain: kelengakapan isi, kedalaman/keluasan isi, dan kebenaran isi. Dalam
menilai tugas sebaiknya digunakan format penilaian berbentuk daftar ceklis atau
menggunakan skala penilaian. Contoh format penilaian tugas dapat dilihat pada
lampiran RPP.
3. Penilaian Aspek keterampilan
Ada dua ranah keterampilan yang dapat dikembangkan sesuai dengan kompetensi
lulusan tingkat SMA yang diharapkan, yaitu ranah abstrak dan ranah konkret. Pada
ranah abstrak cenderung pada keterampilan seperti menyaji, mengolah, menalar,
dan mencipta dengan dominan pada kemampuan mental (berpikir) tanpa bantuan
alat. Sedangkan untuk ranah konkret cenderung pada kemampuan fisik seperti
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 22
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
menggunakan alat, mencoba, membuat, memodifikasi, dan mencipta dengan
bantuan alat.
Kompetensi aspek keterampilan dapat diukur melalui pengamatan pada saat
mereka bekerja dalam kelompok, berdiskusi, presentasi, eksperimen, atau tugas
projek. Berikut ini contoh pengamatan aspek keterampilan pada beberapa
kegiatan.
Aspek keterampilan juga dapat dinilai berdasarkan produk yang dihasilkan siswa
yang didokumentasikan perkembangannya dalam bentuk portofolio. Bentuk
portofolio yang dapat digunakan antara lain laporan tertulis, hasil tugas projek,
dan lain-lain. Dalam merancang, mendesain, dan melaksanakan penilaian aspek
keterampilan, guru sebaiknya menetapkan fokus penilaian keterampilan.
Penilaian dalam pembelajaran Bahasa Indonesia yang menggunakan model PBL
dapat dilakukan dengan cara penilaian diri (self-assessment) dan penilaian antar
teman (peer-assessment).
Self-assessment. Penilaian yang dilakukan oleh pembelajar itu sendiri
terhadap usaha-usahanya dan hasil pekerjaannya dengan merujuk pada
tujuan yang ingin dicapai (standar) oleh pebelajar itu sendiri dalam belajar.
Peer-assessment. Penilaian di mana pembelajar berdiskusi untuk memberikan
penilaian terhadap upaya dan hasil penyelesaian tugas-tugas yang telah
dilakukannya sendiri maupun oleh teman dalam kelompoknya.
Cara penilaian lain yang relevan dalam PBL dalam pembelajaran Bahasa dan
Sastera Indonesia, antara lain sebaiai berikut:
1. Penilaian Kinerja Peserta Didik
Pada penilaian kinerja ini, peserta didik diminta untuk unjuk kerja atau
mendemonstrasikan kemampuan melakukan tugas-tugas tertentu, seperti
menulis karangan, melakukan suatu eksperimen, menginterpretasikan
jawaban pada suatu masalah, memainkan suatu lagu, atau melukis suatu
gambar.
2. Penilaian Portofolio Peserta Didik
Penilaian portofolio adalah penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada
kumpulan informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan peserta
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 23
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
didik dalam suatu periode tertentu. Informasi perkembangan peserta didik
dapat berupa hasil karya terbaik peserta didik selama proses belajar,
pekerjaan hasil tes, piagam penghargaan, atau bentuk informasi lain yang
terkait kompetensi tertentu dalam suatu mata pelajaran.
Dari informasi perkembangan itu peserta didik dan guru dapat menilai
kemajuan belajar yang dicapai dan peserta didik terus berusaha memperbaiki
diri. Penilain portofolio dapat dipakai untuk penilaian pembelajaran yang
dilakukan secara kolaboratif.
3. Penilaian Potensi Belajar
Penilaian yang diarahkan untuk mengukur potensi belajar peserta didik, yaitu
mengukur kemampuan yang dapat ditingkatkan dengan bantuan guru atau
teman-temannya yang lebih maju. PBL yang memberi tugas-tugas pemecahan
masalah memungkinkan peserta didik untuk mengembangkan dan mengenali
potensi kesiapan belajarnya.
4. Penilaian Usaha Kelompok
Menilai usaha kelompok seperti yang dilakukan pada pembelajaran kooperatif
dapat dilakukan pada PBL. Penilaian usaha kelompok mengurangi kompetisi
merugikan yang sering terjadi, misalnya membandingkan peserta didik
dengan temannya. Penilaian dan evaluasi yang sesuai dengan model
pembelajaran berbasis masalah adalah menilai pekerjaan yang dihasilkan oleh
peserta didik sebagai hasil pekerjaan mereka dan mendiskusikan hasil
pekerjaan secara bersama-sama.
Penilaian proses dapat digunakan untuk menilai pekerjaan peserta didik
tersebut, penilaian ini antara lain 1) assesment kerja, 2) assesment autentik,
dan 3) portofolio. Penilaian proses bertujuan agar guru dapat melihat
bagaimana peserta didik merencanakan pemecahan masalah, melihat
bagaimana peserta didik menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya.
Penilaian kinerja memungkinkan peserta didik menunjukkan apa yang dapat
mereka lakukan dalam situasi yang sebenarnya. Sebagian masalah dalam
kehidupan nyata bersifat dinamis sesuai dengan perkembangan zaman dan
konteks atau lingkungannya. Karena itu, di samping pengembangan kurikulum
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 24
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
juga perlu dikembangkan model pembelajaran yang sesuai tujuan kurikulum
yang memungkinkan peserta didik dapat secara aktif mengembangkan
kerangka berpikir dalam memecahkan masalah serta kemampuannya untuk
bagaimana belajar (learning how to learn).
Dengan kemampuan atau kecakapan tersebut diharapkan peserta didik akan
mudah beradaptasi. Dasar pemikiran pengembangan strategi pembelajaran
tersebut sesuai dengan pandangan kontruktivis yang menekankan kebutuhan
peserta didik untuk menyelidiki lingkungannya dan membangun pengetahuan
secara pribadi pengetahuan bermakna. Tahap evaluasi pada PBM terdiri atas
tiga hal, yaitu 1) bagaimana peserta didik dan evaluator menilai produk (hasil
akhir) proses; 2) bagaimana mereka menerapkan tahapan PBM untuk bekerja
melalui masalah; dan 3) bagaimana peserta didik menyampaikan
pengetahuan hasil pemecahan masalah atau sebagai bentuk
pertanggungjawaban mereka belajar menyampaikan hasil-hasil penilaian atau
respon-respon mereka dalam berbagai bentuk yang beragam, misalnya secara
lisan atau verbal, laporan tertulis, atau sebagai suatu bentuk penyajian formal
lainnya. Sebagian dari evaluasi memfokuskan pada pemecahan masalah oleh
peserta didik atau dengan cara melakukan proses belajar kolaborasi (bekerja
bersama pihak lain).
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
25
BAB III.
ANALISIS KOMPETENSI
A. Kompetensi
Kurikulum berbasis kompetensi menekankan pada pencapaian kompetensi yang
dirumuskan dalam standar kompetensi lulusan, komptensi inti dan kompetensi dasar.
Oleh karena itu fokus pertama dan utama bagi guru dalam menyiapkan pembelajaran
adalah melakukan analisis pada ketiga kompetensi itu. Dari analisis itulah akan
diperoleh penjabaran materi pembelajaran, kegiatan pembelajaran, dan penilaian yang
diperlukan.
Standar kompetensi lulusan adalah muara utama pencapaian yang dituju semua mata
pelajaran pada jenjang tertentu. Sedangkan kompetensi inti adalah pijakan pertama
pencapaian yang dituju semua mata pelajaran pada tingkat kompetensi tertentu.
Penjabaran kompetensi inti untuk tiap mata pelajaran tersaji dalam rumusan
kompetensi dasar.
Rumusan standar kompetensi lulusan seperti yang tercantum pada Peraturan Menteri
Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 54 tahun 2013 untuk tingkat SMA adalah sebagai
berikut.
Tabel 2: Kompetensi Inti kelas X
Dimensi Kualifikasi Kemampuan
Sikap Memiliki perilaku yang mencerminkan sikap orang beriman, berakhlak mulia, berilmu, percaya diri, dan bertanggung jawab dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan Memiliki pengetahuan faktual, konseptual, prosedural,dan metakognitif dalam ilmu pengetahuan, teknologi,seni, dan budaya dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab serta dampak fenomena dan kejadian.
Keterampilan Memiliki kemampuan pikir dan tindak yang efektif dan kreatif dalam ranah abstrak dan konkret sebagai pengembangan dari yang dipelajari di sekolah secara mandiri.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 26
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi inti tingkat SMA terdiri atas dua tingkatan, yaitu tingkat kompetensi ke
lima yang mencakup kelas X dan kelas XI, dan tingkat kompetensi ke enam untuk
kelas XII. Rumusan kompetensi yang relevan bagi kelas XI dan XII sesuai Peraturan
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 64 Tahun 2013 tentang Standar Isi adalah
sebagai berikut;
Tabel 3: Kompetensi Inti Kelsa XI dan XII
Kompetensi Deskripsi Kompetensi
Sikap Spiritual 1. Menghayati dan mengamalkan ajaran agama yang dianutnya
Sikap Sosial 2. Menghayati dan mengamalkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, peduli (gotong royong, kerjasama, toleran, damai), santun, responsif dan pro-aktif dan menunjukkan sikap sebagai bagian dari solusi atas berbagai permasalahan dalam berinteraksi secara efektif dengan lingkungan sosial dan alam serta dalam menempatkan diri sebagai cerminan bangsa dalam pergaulan dunia
Pengetahuan 3. Memahami, menerapkan, dan menganalisis pengetahuan faktual, konseptual, prosedural, dan metakognitif berdasarkan rasa ingin tahunya tentang ilmu pengetahuan, teknologi, seni, budaya, dan humaniora dengan wawasan kemanusiaan, kebangsaan, kenegaraan, dan peradaban terkait penyebab fenomena dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang spesifik sesuai dengan bakat dan minatnya untuk memecahkan masalah
Keterampilan 4. Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak terkait dengan pengembangan dari yang dipelajarinya di sekolah secara mandiri, bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai dengan kaidah keilmuan
B. Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus dan buku (buku guru dan
buku siswa)
Mengkaji keterkaitan KI dan KD dalam silabus maupun buku secara umum dapat
digambarkn dengan bagan 1 sebagai berikut;
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 27
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Penjelasan Bagan 1;
1. Kegiatan diawali dengan analisis keterkaitan antar KI dan KD sebagai berikut;
a. KI-3 dan KI-4 merupakan kompetensi pengetahuan dan keterampilan yang
harus dicapai oleh peserta didik melalui kegiatan pembelajaran (though
curriculum) yang akan memberikan pengalaman belajar secara langsung
(direct teaching) kepada peserta didik.
b. KI-1 dan KI-2 merupakan kompetensi sikap religious dan sikap social yang
harus dicapai peserta didik sebagai dampak pengiring (nurturant effects) yang
merupakan pengalaman belajar tidak langsung (indirect teaching)
c. Keempat kompetensi tersebut harus merupakan hasil pembelajaran secara
utuh atau teerpadu.
Untuk mencapai ke-empat kompetensi tersebut, untuk setiap kegiatan
pembelajaran dikembangkan indikator pencapain kompetensi (IPK) yang
menggambarkan karakteristik, ciri-ciri, perbuatan, atau respon yang harus
ditunjukkan atau dilakukan oleh peserta didik dan digunakan sebagai
penanda/indikasi pencapaian kompetensi dasar. Indikator Pencapaian Kompetensi
(IPK) adalah perilaku yang dapat diukur dan/atau diobservasi untuk menunjukkan
ketercapaian kompetensi dasar tertentu yang menjadi acuan penilaian mata
pelajaran. Indikator pencapaian kompetensi dapat dirumuskan dengan
menggunakan kata kerja operasional yang dapat diamati dan diukur, yang
mencakup sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
Contoh Indikator;
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 28
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kompetensi Dasar IPK Sikap IPK Pengetahuan IPK Keterampilan
3.1 Memahami struktur dan kaidah teks eksposisi baik melalui lisan maupun tulisan
4.1 Menginterinterpretasi
makna teks eksposisi baik secara lisan maupun tulisan
1. Menunjukkan sikap positif secara individu dan social dalam diskusi
2. Menunjukkan sikap ilmiah pada waktu berdiskusi
3. ...
1. Membaca teks tentang struktur dan kaidah teks eksposisi.
2. Mencermati uraian yang berkaitan dengan struktur dan kaidah teks eksposisi.
1. Melaporkan hasil membaca teks tentang struktur dan kaidah teks eksposisi.
2. Aloksi waktu/Alat/Bahan/Media
a. Alokasi waktu diambil jumlah yang sesuai dengan silabus atau buku dengan
mempertimbangkan keluasan dan/atau kedalaman materi pembelajaran.
b. Sumber/Alat/media; jika hasil kajian analisis memiliki perbedaan dengan yang
tercangtum di salabus, maka dilakukn peneyesuain dengn hasil kajian (sesuai
karakteristik materi pemebelajaran)
3. Mengembangkan Materi Pembelajaran
Materi pembelajaran dikembangkan sesuai dengan tuntutan KD-3. Guru dapat
mengembangkan materi pembelajaran yang sudah tercntum di silabus atau buku
sesuai dengan karakteristik peserta didik, serta menggunakan sumber lain yang
relevan dengan sudut pandang yang berbeda. Pengembangan materi
pembelajaran merujuk pada materi pokok dalam silabus atau buku, serta
kompetensi dasar yang termuat dalam kompetensi inti ketiga (pengetahuan).
Untuk Bahasa Indonesia materi pembelajaran dapat dirinci sebagai berikut;
Teks dapat diperinci ke dalam berbagai jenis, anatara lain; deskripsi, penceritaan
(recount), prosdedur, laporan, eksplanasi, eksposisi, diskusi, surat, iklan, catatan
harian, negoisasi, pantun, dongeng, anekdot, dan fiksi sejarah.
Semua jenis teks itu dapat dikelompokkan ke dalam;
teks cerita merupakan jensi teks sastra yang dapt diperinci menjadi teks
cerita naratif dan teks cerita nonnartif.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 29
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
teks faktual, dan teks tanggapan merupakan jendi teks nonsastra yang
masing-masing dapt dibagi menjadi teks laporan, teks prosedural, teks
transaksional, dan teks ekspositori.
Sesuai dengan Kurikulum 2013, buku siswa kelas X Bahasa Indonesia memuat lima
pelajaran yaitu;
dua jenis teks faktual, yaitu laporan hasil observasi dan prosedur kompleks;
dua jenis teks tanggapan, yaitu teks negosiasi, dan teks ekposisi; dan
satu jenis teks cerita, yaitu teks anekdot
teks anekdot.
Jenis-jenis teks tersebut dapat dibedakan atas dasar tujuannya yakni
fungsi sosial teks),
struktur teks (tata organisasi), dan
ciri-ciri kebahasaan teks-teks tersebut.
Guru juga harus dapat mengembangkan materi yang kontekstual, baik materi yang
sudah tercantum dalam buku maupun pengembangan dengan menggunakan
sumber lain. Materi yang kontekstual dapat mengintegrasikan muatan local yang
mencakup keunggulan lingkungan setempat atau materi kekinian yang sedang
menjadi pembicaraan.
Selanjutnya guru juga harus mencari materi dari buku atau mengembangkannya
dari sumber lain yang dapat diaktualisasikan dalam kegiatan kepramukaan. Dari
materi tersebut dibuat suatu kegiatan yang berisi nilai-nilai kepramukaan untuk
diserahkan dan dilaksanakan kepada dan oleh Pembina Pramuka pada saat
kegaiatan kepramukaan yang terjadwal.
Contoh aktualisasi Bahasa Indonesia dalam kegiatan kepramukaan;
Membuat tulisan berupa himbauan tentang kebersihan di sekitar sekolah. Kegiatan
ini akan melatih antara lain peduli lingkungan, serta kecerdasan dan keterampilan
berfikir dan bertindak.
Selain itu juga materi dikembangkan agar siswa memiliki Lower Order Thinking
Skills (LOTS) dan Higher Order Thinking Skills (HOTS), misalnya ;
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 30
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
a. Menjawab pertanyaan yang berkaitan dengan teks yang disajikan (LOTS)
b. Menganalisis perbedaan jenis-jenis teks (HOTS)
4. Mengembangkan Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran mencakup kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan
kegiatan penutup. Kegiatan inti mencakup kegiatan mengamati, menanya,
mencoba, mengasosiasi, dan mengomunikasikan.
a. Mengamati adalah kegiatan yang dilakukan dengan memaksimalkan
pancaindra dengan cara melihat, mendengar, membaca, menyentuh, atau
menyimak. Yang diamati adalah materi yang berbentuk fakat, yaitu fenomena
atau beristiwa dalam bentuk gambar, video, rekaman suara, atau fakta
langsung yang bisa disentuh, dilihat, dan sebagainya
b. Menanya adalah proses mengonstruksi pengetahuan berupa konsep, prinsip
dan prosedur melalui diskusi kelompok atau diskusi kelas. Dalam kegiatan
menanya, siswa mengembangkan keterampilan lisan dan tertulis dalam
merumuskan pertanyaan, mulai pertanyaan sederhana dan pendek hingga
pertanyaan kompleks dan kritis.
c. Mencoba adalah proses kegiatan memperkuat pemahaman faktual,
konspetual, dan prosedural melalui kegiatan langsung mengumpulkan data.
Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba
prinsip/prosedur seperti yang dipeorleh melalui diskusi, dan mencoba
mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi baru.
d. Mengasosiasi atau menalar adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap
data yang didapat melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori
mengasosiasi adalah menyajikan data secara sistematis, memilah,
mengelompokkan, menghubungkan, merumuskan, menyimpulkan dan
menafsirkan.
e. Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan pembelajaran dimana
siswa mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan, dan keterampilannya
dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya yang relevan. Kegiatan ini menjadi
sarana agar siswa terbiasa berbicara, menulis, atau membuat karya tertentu
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 31
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, kesan, dan lain sebagainya
termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya.
Kegiatan mengomunikasikan juga membuka ruang bagi siswa
mengungkapkannya dalam struktur tidak formal sehingga mereka bebas
berekpresi menuangkan inovasi dan kreativitasnya. Membuat blog, membuat
laporan deskriptif, dan membuat video kegaitan dengan memanfaatkan
website dan internet adalah bentuk komunikasi dengan struktur yang tidak
terlalu formal.
Kelima kegiatan tersebut di atas, tidak harus terjadi dalam satu kali
pertemuan, tetapi setiap pertemuan fokus kepada kegiatan mana yang akan
dilakukan disesuaikan dengan karakteristik materi atau IPK.
Contoh;
Jika dalam satu RPP terdapat 3 (tiga) kali pertemuan, maka ada kemungkinan
sebagai berikut;
a. pertemuan pertama fokus kepada kegiatan mengamati dan menanya,
b. pertemuan kedua fokus kepada menanya, mengumpulkan informasi, dan
mengasosiasi
c. pertemuan ketiga fokus kepada kegiatan mengomunikasikan.
Dalam pembelajaran bahasa dirancang agar siswa aktif melakukan kegiatan
belajar melalui tugas-tugas, baik secara kelompok maupun mandiri. Seperti
uraian di Bab II, untuk mengajarkan bahasa Indonesia tahap yang harus
dilakukan oleh siswa menempuh empat tahap pembelajaran, yaitu
(1) tahap pembangunan konteks,
(2) tahap pemodelan teks,
(3) tahap pembuatan teks secara bersama-sama, dan
(4) tahap pembuatan teks secara mandiri.
Teks buatan siswa diharapkan dapat dipublikasikan melalui forum komunikasi
atau media publikasi yang tersedia di sekolah.
Setiap pelajaran pada buku ini terdapat tiga kegiatan pembelajaran bahasa
Indonesia, termasuk apresiasi sastra.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 32
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Kegiatan 1
Kegiatan 1 berkenaan dengan tahap pembangunan konteks yang
dilanjutkan dengan pemodelan. Pembangunan konteks dimaksudkan sebagai
langkah awal yang dilakukan oleh guru bersama siswa untuk mengarahkan
pemikiran ke dalam pokok persoalan yang akan dibahas pada setiap
pelajaran. Tahap pemodelan adalah tahap yang berisi pembahasan teks
yang disajikan sebagai model pembelajaran. Pembahasan diarahkan kepada
semua aspek kebahasaan yang menjadi sarana pembentuk teks itu secara
keseluruhan. Tahap pembangunan teks secara bersama-sama dilaksanakan
pada
Kegiatan 2, Pada tahap ini semua siswa dan guru sebagai fasilitator
menyusun kembali teks seperti yang ditunjukkan pada model. Tugas-tugas
yang dilakukan berupa semua aspek kebahasaan yang sesuai dengan ciri-ciri
yang dituntut dalam jenis teks yang dimaksud.
Kegiatan 3 merupakan kegiatan belajar mandiri. Pada tahap ini, siswa
diharapkan dapat mengaktualisasikan diri dengan menggunakan dan
mengkreasikan teks sesuai dengan jenis dan ciri-ciri seperti yang ditunjukkan
pada model.
5. Mengembangkan rencana penilaian yang mencakup penilaian kompetensi
sikap, pengetahuan, dan keterampilan sesuai dengan tujuan pembelajaran.
Catatan:
Agar lebih jelas bagaimana merancang dan menyusun, serta melaksanakan
penilaian, lihat naskah Model Penilaian di SMA).
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
33
BAB IV.
P E N U T U P
Efektivitas pembelajaran merupakan indikator keberhasilan belajar. Semakin efektif kegiatan
pembelajaran, maka hasil belajar semakin berkualitas. Sebaliknya, semakin tidak efektif
pembelajaran, akan berdampak pada hasil belajar yang tidak optimal.
Kurikulum 2013 mengembangkan dua modus proses pembelajaran yaitu proses
pembelajaran langsung dan proses pembelajaran tidak langsung. Proses pembelajaran
langsung adalah proses pembelajaran yang menjadikan peserta didik mengembangkan
pengetahuan, kemampuan berpikir dan keterampilan psikomotorik melalui interaksi
langsung dengan sumber belajar yang dirancang dalam silabus dan RPP berupa kegiatan-
kegiatan pembelajaran. Dalam pembelajaran langsung peserta didik melakukan kegiatan
belajar dengan pendekatan saintifik yaitu melalui mengamati, menanya, mengumpulkan
informasi, mengasosiasi atau menganalisis, dan mengkomunikasikan apa yang sudah
ditemukannya.
Pembelajaran tidak langsung adalah proses pendidikan yang terjadi selama proses
pembelajaran langsung tetapi tidak dirancang dalam kegiatan khusus. Pembelajaran tidak
langsung berkenaan dengan pengembangan nilai dan sikap. Baik pembelajaran langsung
maupun pembelajaran tidak langsung terjadi secara terintegrasi dan tidak terpisah.
Pembelajaran langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-3 dan KI-4. Keduanya, dikembangkan secara bersamaan dalam suatu
proses pembelajaran dan menjadi wahana untuk mengembangkan KD pada KI-1 dan KI-2.
Pembelajaran tidak langsung berkenaan dengan pembelajaran yang menyangkut KD yang
dikembangkan dari KI-1 dan KI-2.
Pelaksanaan pembelajaran didahului dengan penyiapan rencana pelaksanaan pembelajaran
(RPP) yang dikembangkan oleh guru baik secara individual maupun kelompok yang
mengacu pada Silabus dan buku.
Dalam hal ini, strategi pembelajaran sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya
seluruh kompetensi yang dimuat dalam Kurikulum 2013 agar KI-1, KI-2, KI-3, dan KI-4
dapat tercapai secara terintegrasi.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA 34
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
Untuk menyiapkan kemampuan guru dalam merancang dan melaksanakan pembelajaran
saintifik serta melakukan penilaiain autentik menggunakan silabus dan buku sebagai acuan,
perlu penjabaran operasional antara lain dalam mengembangkan materi pembelajaran yang
memuat pengetahuan faktual, konseptual, dan procedural, serta metakognistif. Selanjutnya,
mengembangkan langkah alternatif pembelajaran serta merancang dan melaksanakan
penilaian autentik. Strategi penilaian disiapkan untuk memfasilitasi guru dalam
mengembangkan pendekatan, teknik, dan instrumen penilaian hasil belajar dengan
pendekatan autentik.
Naskah Model Pembelajaran Bahasa Indonesia Kurikulum 2013 di SMA
©2014,Direktorat Pembinaan SMA-Ditjen Pendidikan Menengah
35
DAFTAR PUSTAKA
Anderson, Le.W. dan Kreathwohl, D.R. (2001). A Taxonomy For Learning, Teaching, And Assesssing: A Revision of Bloom,s Taxonomy of Educational Objectives. New York. Longman.
Bruner, J. (1996). The Culture of Education. Cambridge, MA: Harvard University Press. Harding, S. (1998). Is Science Multicultural? Postcolonialisms, Feminisms, and
Epistemologies. Bloomington: Indiana University Press. Calabrese Barton, A. (1998). Reframing “science for all” through the politics of poverty.
Educational Policy, 12, 525-541. http://www.ase.org.uk/documents/principles-and-big-ideas-of-science-education Peraturan Pemerintah No.32 Tahun 2013 tentang perubahan atas PP No. 19 tahun 2005
tentang Standar Nasional pendidikan (Lembar Negara RI Tahun 2013 No.71, Tambahan Lembar Negara)
Permendikbud No.54 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan Pendidikan Dasar
dan Menengah; Permendikbud No.64 Tahun 2013 tentang Standar Isi Pendidikan Dasar dan Menengah. Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang Standar proses Pendidkan Dasar dan Menengah. Permendikbud No.66 Tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan Dasar dan
Menengah. Permendikbud No.69 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah
Menengah Atas/Madrasah Aliyah. UU No 20 tahun 2003 tentang Sisten Pendidikan Nasional (lembar Negara RI tahun 2003
No. 78, Tambahan lembar Negara RI No. 4301), Young, Jolee. And Elaine Chapman (2010). Generic Competency Frameworks: a Brief
Historical Overview. Education Research and Perspectives, Vol.37. No.1. The University of Western Australia.