PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN...
Transcript of PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN...
PEMBANGUNAN SUMBER BENIH JATI DI KALIMANTAN SELATAN
Reni Setyo Wahyuningtyas, Junaidah dan Rusmana
1) Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru
Jln. A. Yani Km. 28,7 Landasan Ulin, Banjarbaru Kalimantan Selatan 70721
Telp. / Fax. (0511) 4707872 ; Website : www.foreibanjarbaru.or.id
E-mail: [email protected]
Abstract - Jati (Tectona grandis) merupakan jenis eksotik di Kalimantan. Walaupun bukan jenis asli, namun
upaya penanaman jati oleh masyarakat telah dilakukan di beberapa wilayah terutama pada kondisi tanah
berkapur. Keberadaan tegakan jati dewasa berumur 40 tahunan dapat ditemukan di Kabupaten Grogot-
Kalimantan Timur, sedangkan tegakan berumur 10 tahunan cukup banyak ditemukan di lahan-lahan
masyarakat seperti di Kabupaten Kotabaru, Kab. Tanah Laut dan Kab. Rantau/Tapin-Kalimantan Selatan.
Dalam rangka mendapatkan klon yang sesuai di Kalimantan dan mendukung program jatinisasi yang pada
tahun 2003-2006 sedang digalakkan, Balai Penelitian Kehutanan Banjarbaru telah membangun uji klon jati
pada tahun 2005 dan 2007 di Cantung, Kecamatan Kelumpang Hulu-Kab. Kotabaru. Dari hasil uji 17 klon
umur 9 tahun 5 bulan diketahui bahwa terdapat 5 klon yang menunjukkan pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon
berasal dari Thailand, 4 klon dari Cepu. Sedangkan dari uji 50 klon umur 6 tahun 10 bulan diketahui terdapat 5
klon yang mempunyai pertumbuhan terbaik yaitu: 1 klon dari Thailand, 1 klon dari Rembang, 2 klon dari
Thailand dan 1 klon dari Muna, Sulawesi Tenggara. Dalam rangka penyediaan sumber benih unggul masa
depan, maka saat ini BPK Banjarbaru sedang melakukan pembangunan Kebun Pangkas (hedge orchard)
sebagai sumber benih unggul jati di Kalimantan. Sebagai tahap awal dari kegiatan tersebut, saat ini telah
dilakukan penyediaan materi KP dari bibit asal okulasi (bud grafting). Pada kegiatan okulasi tahap pertama
diperoleh persentase jadi bibit grafting berkisar antara 0-57%, sedangkan pada tahap kedua diperoleh
persentase jadi bibit antara 0-67%. Bibit dari KP diharapkan dapat menjadi sumber benih unggul untuk
mendukung pengembangan jati di Kalimantan.
Kata kunci: jati, klon, sumber benih, Kalimantan
I. PENDAHULUAN
Jati (Tectona grandis Linn F.) merupakan salah satu kayu jenis penghasil kayu berkualitas dan bernilai jual
tinggi sehingga banyak diminati masyarakat di Indonesia [1]. Tanaman jati, telah dikembangkan di Pulau Jawa
oleh pemerintah Kolonial Belanda sejak pertengahan abad ke-19 dan sejak tahun 1960 hutan jati dikelola oleh
Perhutani [2]. Selain tumbuh baik di Jawa, jati juga tumbuh di Madura, Kangean, Sulawesi Tenggara, Muna dan
Buton dengan daerah berciri musim kering 3-6 bulan setiap tahun, curah hujan 1.250-2500 mm per tahun,
tekstur tanah sedang dan pH netral hingga asam [3].
Seiring dengan kemajuan teknologi dan globalisasi informasi, ketertarikan masyarakat untuk mengembangkan
jati juga semakin luas dan tidak hanya terbatas pada jenis habitatnya saja [4]. Secara ekologis jati bukan jenis
asli Kalimantan, namun bukan berarti jati tidak ditemukan di pulau ini. Tegakan jati dewasa dengan dbh > 40
cm pernah ditemukan di Desa Petangis, Kecamatan Batu Engau, Kabupaten Paser, Propinsi Kalimantan Timur.
Tegakan dengan umur hampir sama juga dapat ditemukan di Kecamatan Kaubun, Kabupaten Kutai Kalimantan
Timur. Di lokasi tersebut jati dapat beradaptasi dengan tanah podzolik merah kuning dan aluvial, dengan
pH 5-6 dan kesuburan tanah sedang.
Penanaman jati di Kalimantan Selatan telah dimulai sebelum tahun 1940-an di daerah Sungai Bakau, Kabupaten
Kotabaru yang kemudian bijinya ditanam kembali oleh masyarakat di daerah Sungai Durian, Kabupaten
Kotabaru dan pada tahun 2003 lalu telah berumur 40 tahun. Jati juga dianam di beberapa lokasi lain seperti di
Kota Banjarbaru dan Rantau-Kabupaten Tapin dengan pertumbuhan yang cukup bagus (termasuk bonita II dan
III, berdasarkan tabel tegakan 10 jenis kayu industri tahun 1975 [4].
Berbeda dengan produk jati dengan kualitas baik yang sudah lama dikenal dihasilkan dari Pulau Jawa, maka jati
yang dikembangkan pada tanah podzolik merah kuning di beberapa daerah di Kalimantan Timur tumbuh relatif
berbeda. Jati yang ditanam di Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Kalimantan Timur pada umur 7 tahun
memiliki riap tinggi 1,56 m/tahun dan riap diameter 1,4 cm/tahun. Sedangkan jati di Wanariset Sebulu,
Kabupaten Kutai Kartanegara pada umur 7,5 tahun memiliki riap tinggi 0,84 m/tahun dan riap diameter 1,19
cm/tahun. Walaupun dari segi pertumbuhan baik, tetapi dari segi kualitas kayunya masih rendah. Hal ini
disebabkan banyaknya mata kayu dan adanya cacat kayu karena serangan penggerek batang (Xyleutes ceramicus
Wlk.) dan ulat daun (Pyrausta machaeralis Wlk.) [5].
Selain di Propinsi Kalimantan Timur, jati juga banyak ditemukan di Kabupaten Tanah Laut dan Kabupaten
Pulau Laut Propinsi Kalimantan Selatan. Pada areal Hutan Rakyat Murni (HRM) Kabupaten Tanah Laut, jati
sudah ditanam sejak tahun 2003 pada luasan sekitar 16,89 Ha atau 0,04% dari luas HR di daerah ini. Pada
lokasi tersebut rerata dbh jati berkisar 16 cm pada umur 5 tahun, namun kondisi tanaman kurang dipelihara,
banyak percabangan, serasah menumpuk sehingga rawan terjadi kebakaran di musim kemarau. Padahal jati
dapat tumbuh baik di Kalimantan jika dipelihara dengan baik, terbukti di Banjarbaru dapat ditemukan jati
dengan dbh 50 cm pada umur yang sama [6].
Sehubungan dengan program pembangunan Hutan Rakyat di Propinsi Kalimantan Selatan sejak tahun 2000 lalu
dengan salah satu jenis tanaman yang dikembangkan adalah jati [7] serta adanya keinginan yang besar oleh
masyarakat untuk menanam jati baik secara swadaya maupun keproyekan, menyebabkan kebutuhan bibit jati
berkualitas semakin meningkat.
Peningkatan luas areal pertanaman jati, khususnya untuk hutan rakyat tentu membutuhkan bibit yang berkualitas
dalam jumlah banyak dan berkesinambungan, sedangkan bibit yang berkualitas unggul dalam bentuk biji
ataupun klon dapat diperoleh melalui seleksi dan persilangan [8]. Menurut Direktur Bina Perbenihan Tanaman
Hutan, program penanaman memerlukan dukungan ketersediaan benih dalam jumlah yang memadai dan tepat
waktu, karena keberhasilan kegiatan penanaman dalam rangka rehabilitasi hutan dan lahan tidak terlepas dari
ketersediaan sumber benih yang mampu menghasilkan benih berkualitas, yaitu sumber benih bersertifikat [9].
Oleh karena itu, dalam rangka mendukung penyediaan sumber benih unggul jati di Kalimantan, maka Balai
Penelitian Kehutanan (BPK) Banjarbaru berupaya membangun sumber benih jati yang diharapkan dalam jangka
panjang dapat menjadi sumber benih andalan untuk mendukung program penanaman baik dalam rangka
rehabilitasi hutan dan lahan maupun pembangunan tanaman.
Makalah ini menyajikan pembangunan sumber benih jati yang dimulai dari pembangunan uji klon pada tahun
2005 dan 2007 di Cantung-Kabupaten Kotabaru, Propinsi Kalimantan Selatan serta upaya pembangunan Kebun
Pangkas (hedge orchard) sebagai sumber benih unggul jati di Kalimantan. Sebagai tahap awal dari kegiatan
tersebut juga dipaparkan pembuatan bibit asal okulasi (bud grafting) di persemaian.
II. PEMBANGUNAN UJI KLON JATI
Untuk mendapatkan klon yang unggul dikembangkan di suatu tempat, maka perlu dilakukan uji klon. Saat ini
BPK Banjarbaru telah membangun uji klon jati di daerah Cantung yang secara administratif termasuk wilayah
Desa Sungai Kupang, Kecamatan Kelumpang Hulu, Kabupaten Kotabaru. Dasar pemilihan lokasi ini adalah
karena jati di lokasi ini menunjukkan pertumbuhan lebih baik dibanding daerah lainnya. Hal ini disebabkan
solum tanah di daerah ini 1 meter, banyak terdapat gunung kapur di sekelilingnya sehingga pH tanah diduga
lebih sesuai untuk pertumbuhan jati (tidak asam) serta didukung aerasi tanahnya bagus atau tidak tergenang
[10]. Uji klon jati mulai dibangun secara bertahap yaitu pada tahun 2005 yang melibatkan 17 klon jati dan
tahun 2007 yang melibatkan 50 klon jati.
A. Uji 17 klon jati
Uji klon jati ini dibangun pada bulan Maret tahun 2005, melibatkan 17 klon jati dari berbagai asal. Rancangan
yang digunakan adalah acak kelompok (RCBD), single tree plot, dengan 3 blok (ulangan), jarak tanam 3 x 3
meter.
Klon-klon yang diujicobakan pada uji ini antara lain : 1) klon D-PW04 (Cepu), 2) klon 3 TG 10 (Thailand), 3)
klon O/T (Thailand), 4) klon U/G (…), 5) klon 006/DLO (Donoloyo-Wonogiri), 6) klon SP 010 (Cepu), 7) klon
PW 023/I (Cepu), 8) klon 008. AN.GK (Madiun), 9) klon PW/B/4 (Cepu), 10) klon RH 012 (Raha-Muna), 11),
klon 3 TO/P (Thailand), 12) klon PW-SP/007 (Cepu), 13) klon PW/G (Cepu), 14) klon BM (Madiun), 15) klon
O4 GK/TH (Thailand), 16) klon FU 44 (Cepu) dan 17) klon…/16/P (Cepu).
Berdasarkan hasil evaluasi pertumbuhan jati umur 9 tahun 5 bulan diperoleh 5 klon terbaik sehingga dihasilkan
rerata pertumbuhan tinggi dan diameter serta volume. Volume Jati diperoleh dengan menghitung volume
batang kayu Jati menggunakan angka bentuk 0,64 [11]. Data pertumbuhan dan volume uji 17 klon jati di
Cantung disajikan pada Gambar 1 dan Gambar 2.
Gambar 1. Pertumbuhan tinggi dan diameter jati dari 17 klon pada umur 9 tahun 5 bulan
Gambar 2. Volume jati dari 17 klon pada umur 6, 8 dan 9 tahun
Hasil analisis uji pada umur 6, 8 dan 9 tahun, diketahui bahwa terdapat 5 klon jati yang menunjukkan
pertumbuhan lebih baik dibandingkan lainnya yaitu : klon D-PW04 (Cepu), klon 3TG10 (Thailand), klon SP
010 (Cepu), klon PW/B/4 (Cepu) dan klon PW-SP/007 (Cepu).
B. Uji 50 klon jati
Uji klon jati ini dibangun pada bulan Oktober 2007 dengan melibatkan 50 klon jati dari berbagai asal.
Rancangan yang digunakan adalah acak kelompok (RCBD), jumlah blok/ulangan 15 namun tidak semua klon
ada dalam setiap ulangan, jarak tanam yang digunakan adalah 3x3 m.
Berdasarkan hasil evaluasi pertumbuhan jati umur 6 tahun 10 bulan diperoleh rerata pertumbuhan tinggi,
diameter serta volume (m3) seperti disajikan pada Gambar 3 dan Gambar 4.
D-PW 04
3 TG 10
O/T U/G006/D
LOSP
010PW
023/I008.AN.GK
PW/B/4
RH 012 B
3 TO/P
PW-SP/00
7
…../16/P
FU 44004
GK/TH
BM PW/G
Tinggi total (m) 015 015 013 010 014 015 014 012 014 013 015 014 015 013 014 013 014
dbh (cm) 026 023 018 012 016 025 021 015 023 018 017 023 021 017 017 016 023
000
005
010
015
020
025
030
Rataan pertumbuhan jati dari 17 klon umur 9 tahun 5 bulan di Cantung-Kotabaru, Kalsel
000
010
020
030
040
050
060
volu
me
(m
3)
Volume (m3) jati dari 17 klon pada 3 waktu pengamatan
6 tahun 7 bulan 8 tahun 8 bulan 9 tahun 5 bulan
Gambar 3. Pertumbuhan tinggi dan diameter jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan
Hasil analisis uji klon pada umur 6 tahun 10 bulan, diketahui terdapat 5 klon jati yang menunjukkan
pertumbuhan terbaik yaitu : klon P3K11 (Rembang), TOL 07 (Thailand), 07 Bantilan (Jawa), 6 Margasari
(Jawa), dan RH 14 (Muna). Namun demikian untuk mengetahui apakah rangking terbaik tersebut stabil, maka
perlu dilakukan pengamatan secara berkala.
Gambar 4. Volume jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan
III. Pembuatan bibit grafting (bud grafting)
Kemampuan suatu klon tumbuh bagus di suatu daerah belum tentu didukung tingkat kemudahannya untuk
dikembangbiakkan dengan teknik bud grafting. Walaupun dalam satu jenis, jati memiliki daya gabung yang
berbeda-beda, jati yang memiliki daya gabung baik akan menghasilkan persen keberhasilan okulasi yang besar.
Perbedaan daya gabung jati tersebut akan merespon penempelan mata atau okulasi yang dilakukan secara
berbeda pula [12].
000
005
010
015
020
025
01.7
2A A
FB
02.7
1 H
03. R
AA
FA
6 M
AR
GA
SA
RI
05.7
1 M
DI
07 B
AN
TIL
AN
09K
B
CE
PU
2
DLO
01
JP20
06D
JO
KD
I I
KE
ND
AL
P3K
11 PIR
PW
05
PW
16
PW
BO
RB
KM
B48
NO
25
RH
14
SP
74
T09
TC
001
TH
AIL
AN
D
TO
L10
WA
NA
GA
MA
2
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50
Rataan pertumbuhan jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan di Cantung, Kotabaru
TT (m) dbh (cm) TBC (m)
00
50
100
150
200
250
300
350
400
450
500
01.7
2A A
FB
02.7
1 H
03. R
AA
FA
6 M
AR
GA
SA
RI
05.7
1 M
PI
07 B
AN
TIL
AN
09K
B
CE
PU
2
DLO
01
JP20
06D
JO
KD
I I
KE
ND
AL
P3K
11 PIR
PW
05
PW
16
PW
BO
RB
KM
B48
NO
25
RH
14
SP
74
T09
TC
001
TH
AIL
AN
D
TO
L10
WA
NA
GA
MA
2
volu
me
(m3 )
Volume (m3) jati dari 50 klon pada umur 6 tahun 10 bulan
Oleh karena itu ujicoba pembuatan bibit grafting dari klon-klon terpilih perlu dilakukan di persemaian. Kegiatan
ini selain bertujuan untuk membangun Kebun Pangkas (hedge orchard), juga untuk mendapatkan data apakah
suatu klon mudah diperbanyak secara vegetatif atau tidak.
Pembibitan jati dengan okulasi dilakukan dengan menempelkan mata/tunas (scion) klon terpilih pada rootstock
(batang bawah). Keuntungan teknik okulasi adalah cara pengerjaan mudah, cepat dan menunjukkan persentase
hidup yang tinggi mencapai 88% [13]. Selain itu perbanyakan vegetatif akan menghasilkan anakan sama persis
dengan genotip induknya [14].
Dalam perbanyakan vegetatif, kemampuan kecepatan stek bertunas dan berakar menjadi pertimbangan dalam
pengembangan perhutanan klon. Keberhasilan okulasi dipengaruhi oleh jenis tanaman (klon) yang akan
menentukan kemampuan untuk menghasilkan kallus parenkim [15]. Dalam beberapa kasus, banyak klon yang
tumbuh baik di lapangan tetapi kemampuan bertunas dan berakar lambat, demikian sebaliknya. Mengingat hal
tersebut, klon yang diambil di lapangan bukan hanya klon-klon dengan pertumbuhan terbaik, tetapi klon-klon
lain juga diambil untuk diketahui kemampuan stek bertunas dan berakar. Koleksi seluruh klon juga bertujuan
untuk mendapatkan backup tanaman di lapangan, mengingat lokasi uji klon dibangun di lahan masyarakat.
Sampai saat ini dari seluruh klon yang diuji di Cantung, sebanyak 34 klon telah berhasil dibuat bibit grafting
nya. Jumlah bibit yang dihasilkan sebanyak 95 bibit dan masih dalam tahap pemeliharaan di persemaian. Dari
hasil pengamatan, persentase hidup klon sangat bervariasi mulai dari 10,0-66,67%. Variasi persentase hidup
bibit hasil okulasi tersebut salah satunya disebabkan oleh kondisi rootstock yang sangat beragam. Ukuran
rootstock jati yang tersedia di persemaian beragam ukurannya antara 0,5-1,5 cm, sedangkan scion yang tersedia
berukuran lebih besar (1-1,5 cm). Hal ini diduga menyebabkan ketidaksesuaian ukuran antara scion dan
rootstock.
Salah satu faktor yang mempengaruhi keberhasilan okulasi jati adalah kompatibilitas ukuran yang sesuai antara
rootstock dan scion [16]. Perbedaan ukuran menyebabkan proses metabolisme tanaman tidak akan berjalan
dengan sempurna. Semakin luas bidang sambungan yaitu bidang pertautan antara kambium scion dengan
rootstock akan menjamin keberhasilan grafting [17]. Klon jati yang berhasil dikembangbiakkan dengan grafting
disajikan pada Tabel 2 dan pertumbuhan bibit okulasi disajikan pada Gambar 5.
Tabel 2. Klon jati yang telah diokulasi di persemaian
No. Klon No. Klon
1 02.66 AHA (Madiun) 18 THAILAND (Thailand)
2 02.71 H (Jawa) 19 TOL07 (Thailand)
3 03.57 HMT (Randu Blatung) 20 ...16/P (Cepu)
4 07.01HSA (Madiun) 21 008.AN.GK (Madiun)
5 09KB (Muna) 22 04.GK/TH (Thailand)
6 CEPU4 (Cepu) 23 3.TO/P (Thailand)
7 KDI I (Muna) 24 OT (Thailand)
8 PIR (Rembang) 25 PW/B/4 (Cepu)
9 PW16 (Gunung Kidul) 26 FU 44 (Cepu)
10 PW3B (Birma) 27 3 TG.10 (Thailand)
11 PWK (Muna) 28 RH.O12.B (Raha-Muna)
12 RH 09KB (Muna) 29 PW.023/I (Cepu)
13 RH14 (Muna) 30 D-PW 04 (Cepu)
14 SP110 (Cepu) 31 PW/G (Cepu)
15 SP74 (Cepu) 32 BM (Madiun)
16 T09 (Thailand) 33 006 DLO (Donoloyo-Cepu)
17 T256 (Thailand) 34 U/G
Gambar 5. Proses munculnya tunas pada stek jati hasil okulasi
IV. Pembangunan Kebun Pangkas, Perbanyakan dalam Rangka Pengembangan Klon Unggul
Hasil evaluasi di lapangan dan persemaian dapat menjadi informasi awal klon-klon yang unggul. Karena belum
tentu klon yang unggul di lapangan mudah untuk dikembangbiakkan di persemaian. Klon tersebut tidak
direkomendassikan karena sulit diperbanyak secara vegetativ. Sebaliknya klon-klon unggul yang mudah
diperbanyak akan dijadikan materi Kebun Pangkas (hedge orchard).
Kebun Pangkas (KP) yang umumnya dihasilkan dari uji klon dengan menggunakan materi terseleksi melalui
okulasi dan stek pucuk ini memiliki peran yang sangat penting dalam perhutanan klon. Karena dengan KP,
materi tanaman dari pohon induk terpilih dapat tersedia setiap saat [18]. Di persemaian klon-klon unggul yang
telah berhasil dikembangbiakkan dengan grafting, kemudian dipelihara dan dipangkas untuk merangsang
pertumbuhan tunas/cabang dalam jumlah banyak. Pemangkasan yang berulang-ulang ini bertujuan untuk
mendapakan tunas yang tetap muda (juvenil) dalam jumlah yang banyak. Setelah pemangkasan ini, akan tumbuh
tunas-tunas yang bersifat juvenil dan mud ah berakar bila budidayakan dengan cara stek [19].
Sampai saat ini, kegiatan pembuatan kebun pangkas masih dalam tahap pemeliharaan bibit okulasi. Bibit hasil
okulasi telah berumur 1,5 bulan dan akan dilakukan pemangkasan pertama. Rencananya kegiatan pembangunan
kebun pangkas akan diteruskan sehingga dihasilkan bibit jati unggul dari klon-klon terpilih.
V. PENUTUP
Pembangunan sumber benih jati berkualitas di Kalimantan pada level kebun pangkas (hedge orchard)
diharapkan menjadi sumber benih yang dapat diandalkan terutama untuk memenuhi kebutuhan bibit di
Kalimantan. Program ke depan, perlu dilakukan uji klon di beberapa lokasi pengembangan dengan melibatkan
lebih sedikit klon yang terbukti memiliki pertumbuhan terbaik di Cantung serta mudah dikembangbiakkan
secara vegetatif. Klon yang menunjukkan pertumbuhan terbaik pada uji klon tersebut diharapkan dapat menjadi
penyusun kebun pangkas tahap II dan dapat digunakan sebagai materi sumber benih berkualitas untuk target-
target lokasi pengembangan dengan karakteristik yang berbeda di Kalimantan.
DAFTAR REFERENSI
[1] H. Simon, “Hutan Jati dan Kemakmuran”, Problematika dan Strategi Pemecahannya. Bigraf. Publishing,
Yogyakarta, Indonesia.
[2] I.N. Nurjaya, “Sejarah Hukum Pengelolaan Hutan di Indonesia”, Jurisprudence, vol.2, no.1, 2005, pp. 35-
55.
[3] L. Baskorowati dan M.A Fauzi, “Biologi Jati”, Benih Unggul untuk Pengembangan Hutan Jati Rakyat”,
November 2013, FORDA PRESS, Bogor, Indonesia. pp. 5-16.
[4]. D. Rachmanady, T. Yuwati dan Rusmana, ”Kajian Pertumbuhan Jati (Tectona grandis) di Kalimantan”,
Prosiding Workshop Nasional Jati, Mei 2003, Yogyakarta, Indonesia. pp. 71-80.
[5]. Sigit, B.P., Yusliansyah, Ngatiman, R. Gunawan, A. Suyana dan A. Kholil, “Prospek Pengembangan Jati
(Tectona grandis L.f) di Kalimantan Timur”, Ekspose Hasil-hasil Penelitian Balai Penelitian dan
Pengembangan Kehutanan Kalimantan, Oktober 2002, Samarinda, Indonesia, pp. 69-74.
[6]. M.A. Soendjoto, Suyanto, H. Noor, A. Purnama, A. Rafiqi dan S. Sjukran, “Keanekaragaman Tanaman
pada Hutan Rakyat di Kabupaten Tanah Laut, Kalimantan Selatan”, BIODIVERSITAS, vol. 9, no. 2, pp.
142-147.
[7]. Anonim, Data dan Fakta Pembangunan Kehutanan di Kalimantan Selatan, Januari 2007, Dinas
Kehutanan Propinsi Kalimantan Selatan, pp. 20-28.
[8]. AYPBC Widyatmoko dan A. Rimbawanto, “Identifikasi Asal-Usul Benih Jati”, Benih Unggul Untuk
Pengembangan Hutan Jati Rakyat, November 2013, FORDA PRESS, Bogor, Indonesia. pp. 53-58.
[9]. Direktur Bina Perbenihan Tanaman Hutan, “Kebutuhan Benih (Volume) per Wilayah Per Jenis Dalam
Kegiatan Rehabilitasi Hutan dan Lahan”, http://forda-mof.org/files/2.%20Paper%20KEBUTUHAN%20
BENIH%20Direktur%20Bina%20Perbenihan.pdf
[10]. K. Budiningsih, “Melongok Budidaya Tanaman Jati di Kalimantan Selatan”, Prosiding Workshop
Nasional Jati, Mei 2003, Yogyakarta, Indonesia. pp. 85-89
[11]. Arsa, R.D, “Pendugaan Volume Batang Bebas Cabang Pohon Jati Menggunakan Persamaan Taper di KPH
Kendal Perum Perhutani Unit I Jawa Tengah”, Skripsi Fakultas Kehutanan UGM Yogyakarta. dalam
Sugeng Pudjiono, Hamdan Adma Adinugraha Mahfudz, “Pembangunan Kebun Pangkas Jati sebagai Salah
Satu Sumber Benih untuk Mendapatkan Bibit Unggul Guna Mendukung Keberhasilan Program
Penanaman”, Info BPK Manado, Juni 2012, vol. 2 no 1.
[12]. R. Sadono, M. L. Silalahi, “Penentuan Tingkat Kompetensi Tajuk Tegakan Jati Hasil Uji Keturunan Umur
11 Tahun di KPH Ngawi”, Jurnal Ilmu Kehutanan, vol. IV, no.2, 2010, 80-86.
[13]. M.A., “Perbanyakan tanaman jati (Tectona grandis) secara vegetatif”, Prosiding Pelatihan Pengelola
Persemaian Jati Provinsi Sulawesi Tenggara, Nopember 2004, Kendari, pp. 21-27.
[14]. M. Na’iem, “Prospek Perhutanan Klon Jati di Indonesia”, Prosiding Seminar Nasional Status Silvikultur,
Fakultas Kehutanan UGM, 2000, Yogyakarta, Indonesia, pp. 173-179.
[15]. S. Pudjiono, “Penyerapan Perbanyakan Tanaman secara Vegetatif pada Pemuliaan Pohon”, Makalah Gelar
Teknologi Perbenihan Tanaman Hutan Kerjasama Dinas Kehutanan Propinsi Riau dengan Balai Besar
Penelitian Bioteknologi dan Pemuliaan Tanaman Hutan, Agustus 2008.
[16]. A. Wibowo, “Pengaruh Pemangkasan Pucuk dan Daun Jati terhadap Kemampuan Tumuhnya Tunas di
Kebun Pangkas Jati Cepu”, Laporan Praktikum Fisiologis Pohon, Program S2 UGM 1998, Yogyakarta,
Indonesia.
[17]. Mahfudz, H. Moko, A. Ajarul, “ Pengaruh Sumber Scion terhadap Pertumbuhan Bibit Jati Asal Grafting”,
Prosiding Pertemuan Forum Komunikasi Jati IV, April 2006, Yogyakarta, Indonesia, pp. 43-47.
[18]. Mahfuds, “ Penyediaan Benih unggul Jati untuk Mendukung Pengembangan Hutan Rakyat”, Prosiding
Seminar Potensi dan tantangan Pembudidayaan Jati di Sumatera, November 2007, Palembang, Indonesia,
pp 37-45.
[19] A. Wibowo, “Pengaruh Pemangkasan Pucuk dan Daun Jati terhadap Kemampuan Tumuhnya Tunas di
Kebun Pangkas Jati Cepu “,Laporan Praktikum Fisiologis Pohon. S2 1998, Pascasarjana. UGM,
Yogyakarta.