TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA...

19
HABITAT DAN SEBARAN POPULASI RUSA SAMBAR DI KALIMANTAN TIMUR 1 Oleh : Amir Ma’ruf 2 Abstrak Rusa unicolor adalah salah satu jenis herbivora yang dilindungi dan kini keberadaanya semakin berkurang dikarenakan perburuan dan kerusakan habitat. Penyebaran populasi di Kalimantan Timur terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus (HLGB) sebanyak 22 titik dan Taman Nasional Kutai (TNK) sebanyak 15 titik. Tipe habitat Rusa Sambar di HLGB adalah hutan primer dan tercatat terdapat 23 jenis tumbuhan pakan rusa. Tipe habitat di TNK adalah hutan sekunder dan diketemukan sebanyak 7 jenis pakan rusa. Indeks Nilai Penting Beberapa jenis pakan rusa ditemukan, dan pada tingkat semai didominasi oleh Hypobathrum sp. (15.83) kemudian diikuti oleh jenis Leea indica (I2,44), Polyalthia sp. (10,8), Fordia splendidisima (7,92), Melicope sp. (2,26) dan Dacroides sp. (1,13). Kata Kunci : Rusa unicolor, habitat, sebaran populasi, pakan, Hutan Lindung Gunung Beratus, Taman Nasional Kutai I. Pendahuluan Menurut Chan (2008) dalam IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species, Rusa Sambar (Rusa unicolor) di klasifikasikan sebagai berikut : Filum : Kordata Subfilum : Vertebrata Kelas : Mammalia Ordo : Artiodactyla Sub Ordo : Ruminansia Famili : Cervidae Genus : Rusa Spesies : Rusa unicolor Nama lain : Rusa (Indonesia, Malaysia), Payau (Banjar). 1

Transcript of TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA...

Page 1: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

HABITAT DAN SEBARAN POPULASI RUSA SAMBARDI KALIMANTAN TIMUR1

Oleh : Amir Ma’ruf2

Abstrak

Rusa unicolor adalah salah satu jenis herbivora yang dilindungi dan kini keberadaanya semakin berkurang dikarenakan perburuan dan kerusakan habitat. Penyebaran populasi di Kalimantan Timur terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus (HLGB) sebanyak 22 titik dan Taman Nasional Kutai (TNK) sebanyak 15 titik. Tipe habitat Rusa Sambar di HLGB adalah hutan primer dan tercatat terdapat 23 jenis tumbuhan pakan rusa. Tipe habitat di TNK adalah hutan sekunder dan diketemukan sebanyak 7 jenis pakan rusa. Indeks Nilai Penting Beberapa jenis pakan rusa ditemukan, dan pada tingkat semai didominasi oleh Hypobathrum sp. (15.83) kemudian diikuti oleh jenis Leea indica (I2,44), Polyalthia sp. (10,8), Fordia splendidisima (7,92), Melicope sp. (2,26) dan Dacroides sp. (1,13).

Kata Kunci : Rusa unicolor, habitat, sebaran populasi, pakan, Hutan Lindung Gunung Beratus, Taman Nasional Kutai

I. Pendahuluan

Menurut Chan (2008) dalam IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species, Rusa

Sambar (Rusa unicolor) di klasifikasikan sebagai berikut :

Filum : KordataSubfilum : VertebrataKelas : MammaliaOrdo : ArtiodactylaSub Ordo : RuminansiaFamili : CervidaeGenus : RusaSpesies : Rusa unicolorNama lain : Rusa (Indonesia, Malaysia), Payau (Banjar).

Salah satu jenis kekayaan fauna Indonesia yang terdapat di Kalimantan yaitu Rusa

Sambar (Rusa unicolor) yang banyak ditemui di Kalimantan Timur. Rusa sambar yang

mempunyai habitat di Indonesia, India dan sejumlah negara di Asia Tenggara ini populasi di

habitat aslinya kian menipis (Antaranews, 2008).

1. Makalah disampaikan pada Seminar Ekspose Hasil-hasil Riset untuk Mendukung Konservasi yang Bermanfaat dan Pemanfaatan yang Konservatif di Hotel Grand Senyiur Balikpapan, 3 November 2011

2.peneliti Balai Penelitian Teknologi Konservasi Sumberdaya Alam, Samboja, Kalimantan Timur.

1

Page 2: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Di Kalimantan, penyebaran rusa sambar tercatat ada di semua daerah, baik hutan primer

maupun hutan sekunder. Penyebaran rusa sambar di Kalimantan Timur hampir mencakup

seluruh daerah (gambar 1), antara lain daerah sekitar Bantol, Sungai Malinau, Sungai

Semendarut, Sungai Sesayap, Apau Kayan, Long Pahangai, Muara Wahau, Sungai Sangatta,

Kutai, Muara Langun dan Bukit Soeharto dan Muara Koman. Habitat yang disukai adalah

hutan yang terbuka atau padang rumput dan hidup pada berbagai ketinggian mulai dari dataran

rendah sampai daerah pantai hingga ketinggian 3000 m di atas permukaan laut (Yasuma,

1990), semak belukar yang rapat digunakan sebagai tempat untuk berlindung dan bersembunyi

(Ariantiningsih, 2000). Ketersediaan air sangat penting bagi rusa sambar karena jenis ini lebih

memerlukan air dalam jumlah yang melimpah sepanjang tahun dibandingkan Rusa Timor

(Kwatrina dan Sukmana, 2008).

Rusa sambar adalah rusa tropis yang terbesar ukuran badannya, Ciri khas yang

dimiliki antara lain bulunya sangat kasar dengan warna bervariasi antara coklat hingga coklat

kehitaman atau coklat kemerahan (Semiadi, 2010). Berat tubuh rusa jantan berkisar antara

180 – 300 kg, betina 150 – 200 kg dan pada saat lahir 5 – 8 kg, sedangkan tingginya mulai

ujung kaki sampai pundak yang jantan + 127 cm dan betina 115 cm (Semiadi, 1998).

Status perlindungan rusa sambar di IUCN adalah vulnerable dan merupakan hewan

yang dilindungi menurut undang-undang Ordonansi dan Peraturan Perlindungan Binatang Liar

tahun 1931 No. 134 dan 266. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 7 Tahun 1999

tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa, pada tanggal 27 Januari 1999 memasukkan

semua jenis dan genus Cervus kedalam Lampiran Jenis-jenis Tumbuhan dan Satwa yang

Dilindungi (Anonim, 2008).

Menurut Semiadi (2002), pada tahun 1998 Nurshahbani melaporkan perburuan rusa

sambar secara illegal di Kalimantan Timur tiap tahun tidak kurang dari 5000 ekor, jumlah itu

setara dengan 412,5 ton karkas atau sekitar 198 ton venison. Rataan berat karkas rusa sambar

yang dijual di daerah Kalimantan Timur adalah 115 kg pada yang jantan dan 105 kg untuk

betina (Sukmaraga, 1982 dalam Semiadi, 2002b).

2

Page 3: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Gambar 1. Sebaran rusa sambar di Kalimantan Timur menurut Yasuma (1990)

Populasi rusa di alam dapat dikategorikan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok yang

hidup di kawasan hutan lindung/konservasi dan yang hidup di luar kawasan tersebut. Tidak

ada data yang pernah dicatat mengenai populasi yang berada di kawasan non konservasi.

Akibat perburuan secara modern dengan menggunakan senjata api yang cukup tinggi, saat ini

informasi populasi yang tertinggal tidak diketahui (Semiadi, 2002).

Keberadaan rusa sambar di Kalimantan Timur juga tidak terlepas dari tersedianya

habitat sebagai kawasan yang terdiri dari komponen fisik maupun abiotik yang merupakan

satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang biaknya. Menurut

Alikodra (1990), pengertian umum habitat adalah sebuah kawasan yang terdiri dari komponen

fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup

serta berkembang biaknya satwa liar.

Satwa liar menempati habitat yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk

mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan makanan, air dan

pelindung. Habitat yang sesuai untuk suatu jenis, belum tentu sesuai untuk jenis yang lain,

karena setiap satwa menghendaki kondisi habitat yang berbeda-beda. Habitat suatu jenis satwa

liar merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi antar komponen fisik dan biotik serta

dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya

3

Page 4: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang

mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu

satwa di identifikasi melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau

bertelur. Satwa memilih habitat yang tersedia dan sesuai untuk mempertahankan kelangsungan

hidupnya. Sedangkan struktur vegetasi merupakan susunan vertikal dan distribusi spasial

tumbuh-tumbuhan (vegetasi) dalam suatu komunitas. Struktur vegetasi berfungsi sebagai

pengaturan ruang hidup suatu individu dengan unsur utama adalah: bentuk pertumbuhan,

stratifikasi dan penutupan tajuk (UGM, 2007).

Kerusakan habitat dan hilangnya keanekaragaman hayati disebabkan oleh sistem

pengelolaan hutan dengan pola HPH, telah menyebabkan penurunan kualitas hutan sebagai

habitat. Pembukaan kawasan menyebabkan terbukanya kanopi dan masuknya intensitas sinar

matahari yang tinggi. Species tertentu yang tidak tahan dengan intensitas sinar tinggi akan

mati. Pembukaan kawasan untuk perkebunan, pertanian dan pemukiman telah menjadikan

fragmentasi habitat (Kuspriyadi, 2002).

II. METODOLOGI

A. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan di Hutan Lindung Gunung Beratus dan Taman Nasional Kutai.

B. Sebaran Satwa

Metode yang dipergunakan untuk mengetahui sebaran rusa sambar di habitatnya adalah

dengan metode tidak langsung. Metode ini digunakan karena rusa sambar termasuk jenis

satwa tidak mudah dijumpai karena memiliki prilaku akan menjauh apabila didekati oleh

manusia. Pengamatan dilakukan dari tanda-tanda khas satwa yang ditinggalkan di tempat yang

dilaluinya.

Tanda-tanda yang diamati antara lain :

1. Jejak

2. Bekas tumbuhan yang dimakan

3. Kotoran

4. Suara

Setiap tanda tersebut dibuat titik yang dilakukan pencatatan koordinat dengan

menggunakan Global Positioning System (GPS).

4

Page 5: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

B. Habitat Satwa

Penelitian sebaran populasi satwa liar juga diikuti oleh kegiatan pengamatan habitat

satwa. Vegetasi yang diamati berdasarkan jenis pakan yang dijumpai di sekitar tanda yang

ditinggalkan oleh rusa sambar. Sampel pohon diambil untuk pembuatan herbarium. Ukuran

plot sample kuadrat pesegi yang digunakan dalam analisis vegetasi adalah 2 x 2 m untuk

semai dan tumbuhan bawah (tinggi dibawah 1.5 m), 5 x 5 m untuk tingkat pancang (diameter

dibawah 10 cm dan tinggi diatas 1.5 m), 10 x 10 m untuk tingkat tiang (diameter 10-20 cm)

dan 20 x 20 m untuk tingkat pohon (diameter diatas 20 cm). Arah plot dibuat memanjang

sesuai dengan arah alur jejak.

C. Data Masyarakat

Pada penelitian ini digunakan metoda wawancara kepada masyarakat sekitar tempat

penelitian dan daerah peredaran daging rusa dengan menggunakan pedoman wawancara yang

berisi tentang informasi keberadaan rusa, pemanfaatan rusa oleh masyarakat dan cara

mendapatkannya.

III. HASIL PENELITIAN

A. Persebaran Rusa Sambar

Penelitian pertama dilakukan di Hutan Lindung Gunung Beratus yang berbatasan dengan

areal HTI PT BFI. Kawasan Gunung Beratus berada di wilayah Kabupaten Kutai Barat,

berdasar SK Menhut No 321/Kpts-II/ tahun 1992 dengan luas 20.261 ha. Hutan Lindung

Gunung Beratus dilalui jalan yang menghubungkan antara Kabupaten Penajam Paser Utara

dan Kabupaten Kutai Barat.

Penelitian kedua dilakukan dilakukan di Prevab Mentoko dalam kawasan Taman

Nasional Kutai (TNK) Wilayah I Sangatta. Koordinat sebaran populasi rusa sambar seperti

pada tabel 2. Di Prevab Mentoko, rusa sambar tersebar dari ketinggian 18,28 - 91,13 m diatas

permukaan laut dengan tipe hutan sekunder dan primer. Penelitian ketiga dilakukan disekitar

HLGB daerah HTI PT ITCIKU. Rusa tersebar pada ketinggian antara 25,90 - 429,15 m di atas

permukaan laut dengan tipe hutan adalah kerangas dan sekunder.

Dari penelitian yang dilakukan diperoleh titik sebaran rusa sambar dengan

menggunakan GPS dan kemudian di masukkan dalam Mapsource untuk diketahui peta

populasinya seperti terlihat pada gambar 3.

5

Page 6: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

6

Page 7: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Gambar.3 Peta Populasi Sebaran Rusa Sambar hasil penelitian.

Grafik 1. Ketinggian daerah sebaran Rusa Sambar di Meratus dan TNK

Pada pengamatan di lapangan, alur jejak kaki dan tumbuhan bekas dimakan selalu

mengarah ke daerah yang landai atau cekungan dimana terdapat air. Sumber air yang

dipergunakan dapat berupa anak sungai kecil atau genangan air hujan. Sumber air ini biasanya

juga dimanfaatkan oleh satwa lain seperti Sus barbatus, Muntiacus muntjak, dan herbivora

kecil lainnya. Rusa di alam memiliki kebiasaan untuk jalan pada jalur tertentu dan dapat

terlihat berupa lorong bekas tumbuhan atau semak yang dilewati. Frekuensi menggunakan

jalan yang sama dapat dipergunakan untuk menduga jumlah satwa yang lewat dengan

mengamati jumlah pasang jejak. Satu alur jejak di TNK Prevab-Mentoko terlihat satu jejak

besar dan satu jejak kecil, dimungkinkan adalah seekor induk betina dan seekor anak yang

masih ikut dengan induknya.

Hasil wawancara dengan 10 anggota masyarakat desa Pringtalik, semua menyatakan

bahwa kegiatan berburu rusa tidak pernah dilakukan lagi dikarenakan sudah jarang bertemu

rusa sambar. Demikian juga dengan kelompok pemburu yang berasal dari daerah Barong Kab.

Melak. Masyarakat Barong yang melakukan perburuan di daerah HLGM terbagi menjadi 2

kelompok terdiri dari 10 – 20 orang, setiap orang memiliki 20-25 jerat. Teknik jerat kaki

dengan pelenting dari kayu (bayur) adalah teknik yang dipergunakan oleh pemburu saat ini.

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 150

50100150200250300350400450500

MeratusTNK

7

Page 8: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Hasil perburuan yang diperoleh biasanya adalah rusa sambar (Rusa unicolor), babi hutan (Sus

barbatus), kijang (Muntiacus sp) dan Kancil (Tragulus sp).

Masyarakat yang berburu di daerah HLGM terdiri dari suku Dayak Barong Tongkok

(Kab. Melak), Suku Paser, Suku Banjar. Hasil buruan berupa rusa sambar atau payau

akan dipasarkan di daerah Sotek, Petung, Waru, Penajam dan Sekitarnya. Sedangkan hasil

buruan berupa babi hutan dipasarkan di daerah. Melak. Kabupaten Kutai Barat.

8

Page 9: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Sebagai satwa nocturnal yang aktif di malam hari, rusa sambar sangat sulit ditemui pada

siang hari. Perjumpaan terjadi di daerah Gunung Meratus pada jam 16.30 Wita, saat satwa

sedang melakukan aktivitas makan. Pengamatan malam hari juga dilakukan untuk dapat

terjadi perjumpaan, namun dari semua pengamatan malam hari juga tidak terjadi perjumpaan

dengan rusa sambar.

Identifikasi keberadaan rusa sambar dilakukan dengan menggunakan jejak, bekas

tumbuhan yang di makan dan kotoran yang diketemukan. Keberadaan sumber air merupakan

hal yang penting bagi rusa sambar baik untuk kepentingan kebutuhan minum maupun untuk

berkubang. Alur jejak yang diketemukan sebagian besar mengarah ke sumber air, baik anak

sungai atau genangan. Jejak diamati dan dibedakan dengan jejak satwa lain dengan cara

dibandingkan dengan pola jejak di literatur, jejak rusa di penangkaran dan dibantu dengan

pengalaman masyarakat yang membantu kegiatan penelitian.

B. Analisa Vegetasi

Hasil pengamatan di Hutan Lindung Gunung Beratus dan sekitarnya dapat diketahui

bahwa kondisi hutan daerah HLGB yang berdekatan dengan areal HPH PT BFI, cukup bagus

Gambar.6 Contoh jejak Rusa sambar (Rusa unicolor)

Gambar.6 contoh jejak babi hutan (Sus barbatus)

Gambar 5 Rusa Sambar hasil

9

Page 10: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

karena masih terdapat banyak pohon berdiameter lebih dari 20 cm. Namun kondisi hutan ini

dilalui oleh jalan yang menghubungkan Desa Gerunggung, Desa Deraya, Desa Pringtalik, dan

Desa Lemper untuk menuju ke daerah Sotek atau ke arah ibukota Kabupaten Penajam Paser

Utara. Lalu lintas masyarakat ini cukup mengganggu keberadaan rusa sambar di kawasan

tersebut. Selain untuk transportasi masyarakat, jalan tersebut juga dipergunakan oleh beberapa

perusahaan HPH untuk membawa muatan kayu besar.

Dari hasil analisa vegetasi di lokasi ini, diketahui jenis vegetasi yang mendominasi

adalah jenis Leea sp. (21,83), Bridelia Glauca (19,82), Mimosa pudica (15,80), Spatulobhus

sp (14,65), Vitex sp (12,63), Lantana sp (11,77), Agelaia sp (10,77) dan jenis lain yang

mempunyai INP antara 3,01-9,91. Jenis Leea sp, Vitex sp dan Agelaia sp. juga dimanfaatkan

sebagai pakan rusa sambar. Hal ini menggambarkan adanya ketersediaan pakan rusa sambar di

kawasan tersebut.

Tingkat perburuan di kawasan ini cukup tinggi, dikarenakan akses yang mudah untuk

menjangkau daerah yang diduga masih banyak terdapat satwa buruan. Pemburu di daerah ini

berasal dari masyarakat sekitar HLGB, Kecamatan Sotek dan bahkan dari Melak Kabupaten

Kutai Barat.

Di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus yang berada di wilayah HPH PT. ITCIKU

masih terdapat pohon-pohon besar dengan dengan ketinggian 10-20 meter. Hal ini karena

lokasi pengamatan rusa sambar berada pada kawasan hutan penelitian yang tidak dilakukan

penebangan. Vegetasi pada tingkat semai, didominasi oleh Maranthaceae, (51,35),

Melastoma sp (13,32), Zingiberaceae (10,43), Pternandra (9,40), Garcinia sp (8,44) dan

Callicarpa sp. (7,62). Untuk jenis pakan yang ditemukan adalah Agelaia sp (7,55) dan

Annonaceae (5,63). Pakan rusa cukup tersedia namun pada tingkat semai ketersediaannya

tidak banyak.

Pada pengamatan tingkat pancang daerah ini didominasi oleh tumbuhan jenis

Dendrocnide elliptica (16,41), Shorea sp (13,89), Pternandra (12,21) Baccaurea sp (10,11),

Syzygium sp (9,68) dan Mallothus sp (8,00). Sedangkan jenis lain berkisar antara 2,11-7,16.

Tumbuhan jenis pakan tingkat pancang di daerah ini adalah Syzygium (9,68), Aglaia (7,16),

Alphonsea sp (2,11), Glochidion sp (2,11), Polyalthia sp (2,11) dan Vatica sp (5,05).

TN Kutai dibatasi Sungai Sangatta di sebelah utara, sebelah selatan dibatasi Hutan

Lindung Bontang dan HPH PT Surya Hutani Jaya, dan sebelah barat TN Kutai secara

geografis berada di 0o7’54” - 0o33’53” LU dan 116o58’48” - 117o35’29” BT, sedangkan secara

10

Page 11: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

administrasi pemerintahan, kawasan dengan luas 198.629 ha ini terletak di tiga wilayah

administrative Pemerintah Daerah Tingkat II yang berbeda yaitu; Kabupaten Kutai Timur (±

80%), Kabupaten Kutai Kartanegara ( ±17,48%) dan Kota Bontang (±2,52%), Penelitian ini

dilakukan di daerah Prevab-Mentoko yang berbatasan dengan sungai Sangatta.

Berdasarkan pengamatan secara langsung maka dapat dinyatakan bahwa kondisi hutan di

Taman Nasional Kutai daerah Prevab Mentoko masih cukup bagus. Kondisi ini dicirikan

dengan masih terdapatnya pohon ulin (Eusideroxylon zwageri) dengan ketinggian antara 5 –

10 meter dan kerapatan tumbuhan bawah yang melapisi lantai hutan.

Tumbuhan bawah tingkat semai yang melapisi lantai hutan juga dimanfaatkan rusa

sambar sebagai pakan. Beberapa jenis pakan rusa pada tingkat semai ini didominasi oleh

Hypobathrum sp (15.83) kemudian diikuti oleh jenis pakan lain yaitu; Leea Indica (I2,44),

Polyalthia (10,8), Fordia splendidisima (7,92), Melicope (2,26) dan Dacroides (1,13).

Daerah pemanfaatan tumbuhan untuk pakan ini biasanya beralur memanjang

mengikuti daerah punggung bukit atau daerah yang landai. Lebar jalur daerah pakan rusa

berkisar antara 1-2 meter. Pemilihan daerah yang landai ini berkaitan dengan ketersediaan air

yang ada di lubang-lubang atau cekungan yang berfungsi sebagai penampungan air hujan.

Selain rusa, satwa lain seperti babi hutan (Sus barbatus) biasanya juga memanfaatkan

genangan air tersebut.

Vegetasi pada tingkat semai diketemukan sebanyak 65 jenis. Tidak semua tumbuhan

bawah dimanfaatkan sebagai pakan oleh rusa sambar, namun keberadaan jenis pada tingkat ini

dapat dipergunakan sebagai tempat untuk bersembunyi dari predator ataupun gangguan lain.

Pada pengamatan di lapangan, tempat yang sering dipakai oleh rusa untuk beristirahat terlihat

lebih bersih karena tumbuhan tingkat semai mati terkena badan rusa. Pada lokasi ini juga

biasanya ditemukan adanya kotoran rusa.

Vegetasi tingkat pancang di kawasan TNK daerah prevab-Mentoko didominasi oleh

Mallotus sp (21,08) dan disusul dengan Fordia splendidisima (19,93), Leea indica (18,27),

Polyalthia sp (12,92) dan Hypobathrum sp (10,30). Empat jenis tumbuhan tersebut juga

termasuk sebagai pakan rusa sambar. Jenis pohon yang lain mempunyai nilai INP yang

berkisar antara (0,77 – 9,05).

Pada tingkat pancang persentase pemanfaatan tumbuhan pakan dapat lebih difokuskan

kepada herbivore besar, karena ketinggian tumbuhan tingkat ini berkisar antara 1,5 – 5 m. jadi

untuk dapat manjangkau pucuk daun muda yang cukup tinggi maka satwa yang

11

Page 12: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

memanfaatkannya pun juga cukup tinggi. Ukuran ini yang sesuai dengan jenis herbivora besar

antara lain rusa sambar dan banteng. Untuk lebih meyakinkan satwa yang memakan tumbuhan

tersebut dilakukan juga eksplorasi jejak dan kotoran satwa.

IV. KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Sebaran populasi rusa sambar terdapat di kawasan Hutan Lindung Gunung Beratus dan

sekitarnya sebanyak 22 titik serta di kawasan Prevab Mentoko Taman nasional Kutai sebanyak

15 titik. Terdapat 23 jenis tumbuhan pakan di HLGB dan 7 jenis di kawasan Pevab Mentoko

TNK. Tipe Habitat rusa sambar tersebar di daerah hutan sekunder dan primer dengan

ketinggian antara 18,28 – 91,13 m untuk HLGB dan 25,90 – 429,15 untuk daerah Prevab

Mentoko TNK kaki diatas permukaan laut. Indeks Nilai Penting beberapa jenis pakan rusa

pada tingkat semai ini didominasi oleh Hypobathrum sp (15.83) kemudian diikuti oleh jenis

pakan lain yaitu; Leea Indica (I2,44), Polyalthia (10,8), Fordia splendidisima (7,92),

Melicope (2,26) dan Dacroides (1,13).

B. Saran

Penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebaran rusa sambar di Kalimantan perlu

terus dilakukan untuk menghetahui dan memperbarui data sebaran sebelumnya.

DAFTAR PUSTAKA

Antaranews, Kehidupan Rusa Sambar di Desa Api-Api Kamis, 10 April 2008 17:35 WIB | Warta Bumi, 2008.

Ariantiningsih, F. 2000. System Perburuan dan Sikap Masyarakat Terhadap Usaha-Usaha Konservasi Rusa Dipulau Rumberpon Kecamatan Ransiki Kabupaten Manokwari (skripsi). Universitas Cendrawasih. Manokwari

Chan, B.P.L. & Evans, T. 2008 dalam IUCN 2010. IUCN Red List of Threatened Species. Version 2010.4. <www.iucnredlist.org>. Downloaded on 21 December 2010.

Curran, L. M., Et all, 2004, Lowland Forest Loss in Protected Areas of Indonesian Borneo, Science 13 February 2004 : Vol. 303. no. 5660, pp. 1000 – 1003.

Kuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya, Makalah Seminar dan Lokalatih Rusa, Yogyakarta

12

Page 13: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

Kwatrina, R.T. dan A, Sukmana. 2008. Mengenal beberapa aspek dalam perencanaan penangkaran rusa sambar (Cervus unicolor) dengan sistem semi-intensif di Kampus kehutanan terpadu Aek Nauli. Prosiding ekspose hasil-hasil penelitian. Peran penelitian dalam melestarikan dan memanfaatkan potensi sumberdaya hutan di Sumbagut. Pusat Litbang Hutan dan Konservasi Alam. Bogor. Pp. 129-140

Rabinowitz, A, 1997, Wildlife Field Research and Conservation Trainnng Manual, The Wildlife Society Conservation International Programs, 185st Southern Blvd Bronx NY

Semiadi, G. 1998. Budidaya Rusa Tropika Sebagai Hewan Ternak. Masyarakat Zoologi Indonesia. Jakarta

Semiadi, G. 2002. Pengenalan Biologi Rusa: Kunci dalam Pemanfaatan Rusa. Seminar Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta

Semiadi, G. 2002b. Perkembangan dan status Populasi Rusa di Alam dan Penangkaran: Menuju Status Pemanfaatan. Seminar Prospek Penangkaran Rusa di Indonesia. Yogyakarta.

Stein, B.A, L.S. Kutner & J.S. Adams (eds.). 2000. Precious Heritage: The Status of Biodiversity in the United States. Oxford University Press, New York

Suhartono, T, Madiastuti, A, 2003, Pelaksanaan Konvemsi CITES di Indonesia, Jakarta JICA,

Sutedja, IGNN., Taufik, M. 1990. Mengenal Lebih Depkat Satwa yang Dilindungi. Mamalia. Biro Hubungan Masyarakat, Sekretaris Jenderal Departemen Kehutanan.

UGM., 2007. Buku Petunjuk Praktikum Pengelolaan Satwa Liar, Fakultas Kehutaan Universitas Gadjah Mada Yogyakarta.

Yasuma, S., Alikodra, H.S. 1990. Mammals of Bukit Suharto Protection Forest. The Tropical Rain Forest Research Centre. p.192, 379

13

Page 14: TEKNIK KONSERVASI INSITU DAN EKSITU FAUNA ...database.forda-mof.org/uploads/Bahan_Seminar_HABITAT_DAN... · Web viewKuspriyadi, 2002. Penangkaran Rusa dan Tata Cara Perijinannya,

JENIS-JENIS PAKAN RUSA SAMBAR

Polyalthia Sp.

Xantophylum sp Ziziphus sp

Agelaia Sp Vatica Sp.

Uvaria Sp.

14