Pembahasan Pemicu 1 Multiple Malformasi Kongenital
-
Upload
gandra-wahyudi -
Category
Documents
-
view
202 -
download
5
Transcript of Pembahasan Pemicu 1 Multiple Malformasi Kongenital
1. Multiple Malformasi Kongenital
Definisi Kelainan Kongenital
Cacat lahir, malformasi kongenital adalah istilah-istilah yang digunakan untuk
menjelaskan gangguan structural, perilaku, fungsional dan metabolic yang ada sejak
lahir.
Jenis-jenis abnormalitas antara lain :
a. Malformasi : terjadi selama pembentukan struktur, sebagai contoh selama
organogenesis. Kelainan ini dapat menyebabkan ketiadaan suatu struktur secara
total atau parsial atau perubahan konfigurasi normal suatu struktur. Malformasi
disebabkan oleh factor lingkungan dan atau genetic yang belerja secara
independen atau bersamaan. Kebanyakan malformasi berawal pada minggu keiga
sampai minggu kedelapan kehamilan.
b. Disrupsi menyebabkan perubahan morfologis pada struktur yang sudah terbentuk
dan disebabkan oleh proses destruktif. Gangguan vascular yang menyebabkan
atresia usus dan cacat yang ditimbulkan pita amnion adalah contoh dari factor-
faktor perusak yang menyebabkan disrupsi.
c. Deformasi terjadi karena gaya mekanis yang mencetak suatu bagian janjin dalam
jangka lama. Club feet, sebagai contoh, disebabkan oleh penekanan di rongga
amnion. Deformasi sering mengenai system musculoskeletal dan mungkin pulih
setelah lahir.
d. Sindrom, adalah kumpulan anomaly yang terjadi bersamaan dan memiliki satu
penyebab spesifik.
Sumber : Langman, Embriologi Kedokteran Edisi 10, 2010.
Kelainan Kongenital merupakan kelainan morfologik dalam pertumbuhan struktur
bayi yang timbul sejak kehidupan hasil konsepsi dalam kandungan. Secara umum
dapat dibagi menjadi 2 kelompok :
1. Malformasi : yaitu kelainan congenital yang timbul sejak periode embrional sebagai
gangguan primer morfogenesis atau organogenesis.
2. Deformitas kongenital yang timbul pada fetus akibat mengalami perubahan posisi,
betuk, ukuran organ tubuh yang semla tumbuh normal.
Berdasarkan gangguan pertumbuhan organ, kelainan kongenital dapat dikelompokkan
sebagai berikut :
1. Gangguan pembentukan organ : tidak terbentuknya suatu organ atau sebagian organ,
misalnya anensefali, atau suatu organ terbentuk tetapi lebih kecil, misalnya
mikrosefali.
2. Gangguan fusi jaringan tubuh : misalnya labiopalatoskisis.
3. Gangguan diferensiasi organ : misalnya ginjal tapal kuda.
4. Gangguan menghilangnya jaringan yang seharusnya hilang pada pertumbuhan
normal, misalnya divertikulum Meckel.
5. Gangguan invaginas jaringan, misalnya atresia ani.
6. Gangguan migrasi suatu organ, misalnya adensus testis.
7. Gangguan pembentukan saluran, misalnya atresia esophagus.
8. Reduplikasi organ, misalnya ureter ganda.
9. Hipertrofi organ, msalnya hipertrofi adrenal.
10. “Abberant development and displacemen” misalnya transposisi pada kelainan
jantung.
Pembagian kelainan kongenital secara sederhana adalah :
1. Kelainan kongenital mayor yaitu kelainan daripada struktur yang memerlukan
pengelolaan yang serius, pengelolaan medis, pembedahan ataupun bedah plastic dan
berpengaruh terhadap morbidias ataupun mortalitasnya.
2. Kelainan kongenital minor yaitu kelainan kongenital yang tidak memerlukan
pengelolaan khusus dan tidak berpengaruh terhadap kehidupan normal penderita.
3. Sindrom yaitu kumpulan bentuk kelainan oleh karena penyebab tunggal atau
penyebab yang spesifik.
(Sumber : Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital, Made Prabawa)
A. Faktor-Faktor Penyebab Malformasi Kongenital
Faktor-faktor yg menenetukan kapasitas suatu agen untuk menimbulkan cacat lahir
telah diajukan sebagai prinsip teratology oleh Wilson (1959), yang mencakup :
1. Kerentanan terhadap teratogenesis yang bergantung pada genotip konseptus dan
cara bagaimana komposisi genetik ini berinteraksi dengan lingkungan. Genom ibu
juga penting dalam kaitannya dengan metabolism obat, resistensi terhadap infeksi,
dan proses biokimiawi dan molekular lainnya yang mempengaruhi konseptus.
2. Kerentanan tehadap teratogen bervariasi sesuai stadium perkembangan saat
pajanan. Periode paling peka untuk timbulnya cacat lahir adalah minggu ke tiga
hingga ke delapan kehamilan, yaitu periode embryogenesis. Setiap system organ
mungkin memiliki satu atau lebih tahap kerentanan. Sebagai contoh, langit-langit
sumbing dapa terinduksi pada tahap blastokista (hari ke-6), selama gastrulasi (hari
ke-14), pada tahap awal pembentukan tunas ekstremitas (minggu ke-5).
3. Manifestasi gangguan perkembangan bergantung pada dosis dan lama pajanan ke
teratogen.
4. Teratogen bekerja melalui jalur (mekanisme) spesifik pada sel dan jaringan yang
sedang berkembang untuk memicu kelainan embriogenesis (patogenesis).
Mekanisme ini mungkin melibatkan inhibitor proses biokimiawi atau molecular
tertentu, patogenesis mungkin melibatkan kematian sel, penurunan proliferasi sel,
atau fenomena sel lainnya.
5. Manifestasi kelainan perkembangan adalah kematian, malformasi, retardasi
pertumbuhan dan gangguan fungsional.
Sumber : Langman, Embriologi Kedokteran, 2010
Teratologi
Suatu teratogen adalah unsur atau factor apapun yang kalau mengenai janin akan
menimbulkan perubahan permanen pda bentuk atau fungus janin tersebut (Shepard,
1986). Faktor yang paling penting adalah periode waktu dalam kehamilan ketika janin
terkena unsur teratogen yang fatal.
Periode embrio merupakan periode yang paling kritis sehubungan dengan malformasi
karena periode ini mencakup organogenesis.
Faktor-faktor yang mempengaruhi janin pada masa kehamilan:
a. Genetik dan Lingkungan
b. Obat-obat medikasi selama kehamilan
c. Infeksi virus
d. Infeksi Virus lain dan Hipertermia
e. Radiasi
f. Bahan Kimia
g. Penyakit Ibu
h. Defisiensi gizi
i. Obesitas
j. Logam Berat
Sumber : Langman, Embriogenesis Kedokteran, Edisi 10, 2010.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelainan kongenital antara laian :
a. Faktor genetik dan kromosom
Kelainan kongenital yang terdapat pada ayah atau ibu kemungkinan besar akan
bepengaruh atas kejadian kelainan kongenital pada anaknya. Gen yang normal
ataupun yang tidak normal dapat diturunkan dari generasi ke generasi berikutnya.
Beberapa kelainan kongenital yang dihubungkan dengan kelainan kromosom,
dapat diketahui prenatal antara lain kelainan kromosom autosomal trisomi 21
sebagai sindrom Down maupun kelainan kromosom lainnya.
b. Faktor infeksi
Infeksi virus pada ibu hamil sering tidak menimbulkan gejala yang nyata, atau
tidak ada pengaruhnya terhadap ibu sendiri, tetapi mempunyai akibat yang serius
pada janin yang dikandungnya. Infeksi yang dapat menyebabkan kelainan
kongenital terutama yang terjadi pada trimester pertama kehamilan, yaitu pada
masa organogenesis. Adanya infeksi tertentu pada periode ini dapat berakibat
abortus ataupun menimbulkan gangguan pertumbuhan organ yang kemudian akan
mengakibatkan kelainan kongenital. Beberapa infeksi yang sering menyababkan
kelainan kongenital antara lain adalah TORCH yang terdiri dari Toksoplasmosis,
Rubella, Cytomegalovirus, Herpes Simplex Virus.
Infeksi yang terjadi pada trimester pertama sering kali menyebabkan abortus atau
kelainan kongenital yang berat, sedangkan infeksi pada kehamilan trimester dua
dan trimester tiga sering menyebabkan kelahiran premature dan bila terjadi
kelainan biasanya menyangkut fungsi suatu organ.
c. Faktor mekanis
Tekanan mekanis pada janin pada masa pertumbuhannya dalam rahim dapat
menyebabkan kelainan kongenital berupa kelainan bentuk organ tubuh sehingga
menaimbulkan kelainan deformitas organ tersebut. Sebagai contoh, kelainan
kongenital yang disebabkan oleh factor mekanis adalah jeratan pita amnion yang
dapat menimbulkan deformitas hingga amputasi organ (sindroma pita amnion).
d. Faktor obat-obaan
Resiko pemberian obat wanita hamil akan mempunyai akibat yang sangat besar
pada janin. Beberapa jenis obat yang diberikan pada masa kehamilan dapat
bersifat teratogen dan menyebabkan kelainan kongenital pada janin.
Sifat teratogen suatu jenis obat tergantung dari beberapa factor, yaitu :
1. Jenis obat itu sendiri : Beberapa jenis obat tertentu mempunyai sifat teratogen
ada setiap keadaan.
2. Farmakogenetik dari ibu dan fetus : Sifat teratogen obat tergantung dari
penyerapan, metabolism ibu, transfer plasenta dan metabolism fetus.
3. Saat pemberian obat pada kehamilan : Sifat teratogen suatu jenis obat akan
paling berat terlihat apabila diberikan pada masa-masa embryogenesis, di
mana pada saat ini terjadi pembelahan sel yang sangat cepat dalam proses
pembentukan organ.
4. Dosis pemberian obat : Dosis yang kecil mungki tidak menyebabkan efek
teratogen, akan tetapi pada dosis yang besar akan menyebabkan kematian
janin ataupun menyebabkan kelainan kongenital.
e. Radiasi
Setelah terjadi proses oembuahan, sel-sel menjadi sangat radiosensitive dan
mudah rusak oleh karena radiasi. Sinar radiasi akan berefek desrupsi dan
diferensiasi jaringan. Beratnya tingkat kerusakan sangat tergantung dari usia
kehamilan dan dosis dari radiasi.
Sumber : Kejadian Bayi Lahir dengan Kelainan Kongenital, Made Prabawa
f. Penyakit Ibu
Diabetes merupakan gangguan matabolisme karbohidrat. Gangguan metabolism
ini selama kehamilan pada pengidap diabetes menyebabkan peningkatan insiden
lahir-mati, kematian neonates, bayi yang terlalu besar, dan malformasi kongnital.
Resiko anomaly kongenital pada anak dari ibu pengidap diabetes adalah tiga
sampai empat kali lebih banyak dibandingkan anak dari ibu nondiabetik dan
pernah dilaporkan hingga setinggi 80 % pada anak dari ibu yang telah lama
mengidap diabetes.
Faktor-faktor yang berperan menimbulkan kelainan ini belum diketahui secara
pasti, namun, bukti-bukti menunjukkan bahwa perubahan kadar glukosa berperan
dan bahwa insulin tidak bersifat teratogenik. Dalam hal ini terdapat korelasi
signifikan antara keparahan dan lama penyakit ibu dan insiden malformasi.
Pengendalian ketat metabolism ibu dengan terapi insulin yang agresif sebelum
konsepsi dapat menguangi malformasi. Namun, terapi ini meningkatkan frekuensi
dan keparahan episode hipoglikemia.
Sumber : Embriologi Kedokteran, Edisi 10, Langman.
g. Obesitas
Obesitas prakehamilan yang didefinisikan sebagai indeks massa tubuh (IMT) > 30
kg/m2, berkaitan dengan dua sampai tiga kali lipat resiko melahirkan anak dengan
cacat tabung saraf.
Hubungan sebab-akibatnya belum dipastikan tetapi mungkin berkaitan dengan
gangguan metabolisme ibu yang mengenai glukosa, insulin, atau faktor lainnya.
Studi-studi juga memperlihatkan bahwa obesitas pra kehamilan mengingkatkan
resiko memiliki bayi dengan cacat jantung, onfalopel, dan anomali multipel.
1. Diagnosis Prenatal / Pemeriksaan Penunjang Janin
2. Pencegahan Multiple Malformasi Kongenital