pembahasan kunlap jiwa.docx

3
Perjalanan penyakit skizofrenia diawali dengan gejala pra-morbid gejala prodormal yang dipresipitasi oleh keadaan gejala nyata remisi eksaserbasi. Skizofrenia tidak bisa terlepas dari perjalanan penyakit yang mendasari diagnosis pasien pada saat ini. Perjalanan penyakit skizofrenia dimulai saat pasien memunculkan gejala pre morbid yang biasanya idketahui secara retrospektif setelah pasien masuk rumah sakit jiwa. Pada pasien nampak bahwa gejala premorbidnya didasari oleh trauma masa kecil yang sering dimarahi dan diteriaki oleh ibu kandungnya untuk masalah yang sepele, pasien mengisahkan bahwa dia bisa diteriaki oleh ibunya bahkan saat menonton tv. Pola asuh ibu disini sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang tertutup dan jarang bergaul. Pasien mengaku bahwa dia cendenrung pendiam dan jarang bersosialisasi. Selain itu, saat kecil pasien mengaku sudah diasuh oleh kakeknya dan tinggal jauh dari ibunya, hal ini bukan karena ibu pasien bekerja. Berangkat dari penuturan pasien, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peran ibu saat kecil untuk membentuk kepribadiannya tidak ada. Tidak terdapat peran ibu dalam masa kecil pasien, hal ini juga didukung oleh tingginya tekanan saat tinggal bersama kakek, pasien mengaku sering dimarah saat bekerja membantu kakek. Saat kecil pasien juga berkeinginan untuk bersekolah, namun hal itu tidak dapat tercapai karena masalah biaya. Hal inidpat mebuat pasien mengalami kekecewaan yang dalam dan terbentuk dalam ego defens berupa represi di aam baah

description

blok 17

Transcript of pembahasan kunlap jiwa.docx

Perjalanan penyakit skizofrenia diawali dengan gejala pra-morbid gejala prodormal yang dipresipitasi oleh keadaan gejala nyata remisi eksaserbasi.Skizofrenia tidak bisa terlepas dari perjalanan penyakit yang mendasari diagnosis pasien pada saat ini. Perjalanan penyakit skizofrenia dimulai saat pasien memunculkan gejala pre morbid yang biasanya idketahui secara retrospektif setelah pasien masuk rumah sakit jiwa. Pada pasien nampak bahwa gejala premorbidnya didasari oleh trauma masa kecil yang sering dimarahi dan diteriaki oleh ibu kandungnya untuk masalah yang sepele, pasien mengisahkan bahwa dia bisa diteriaki oleh ibunya bahkan saat menonton tv. Pola asuh ibu disini sangat berperan dalam membentuk kepribadian yang tertutup dan jarang bergaul. Pasien mengaku bahwa dia cendenrung pendiam dan jarang bersosialisasi. Selain itu, saat kecil pasien mengaku sudah diasuh oleh kakeknya dan tinggal jauh dari ibunya, hal ini bukan karena ibu pasien bekerja. Berangkat dari penuturan pasien, kita dapat mengambil kesimpulan bahwa peran ibu saat kecil untuk membentuk kepribadiannya tidak ada. Tidak terdapat peran ibu dalam masa kecil pasien, hal ini juga didukung oleh tingginya tekanan saat tinggal bersama kakek, pasien mengaku sering dimarah saat bekerja membantu kakek. Saat kecil pasien juga berkeinginan untuk bersekolah, namun hal itu tidak dapat tercapai karena masalah biaya. Hal inidpat mebuat pasien mengalami kekecewaan yang dalam dan terbentuk dalam ego defens berupa represi di aam baah sadar yang menurut Freud mekanisme pertahanan ego represi ini beresiko tinggi mengalami skizofrenia.Hal ini berlanjut dengan munculnya gejala prodormal yang dipresipitasi oleh suatu peristiwa. Pada anamnesis secara jelas pasien mengaku kehilangan sosok perempuan yang dekat dengan sahabat pasien. Berawal dari saat itu, nampak jelas kecuriaan pasien yang semakin tinggi saat awalnya diberikan makanan oleh sahabatnya tersebut, dan khawatir akan di racun. Hal ini sudah mengindikasikan suatu keadaan paranoid pasien dimana pasien selalu curiga tanpa dasar. Awal masuk rumah sakit pasien sudah menunjukkan gejala yang nyata berupa amukan dengan membanting perabot rumah, dan dibawa oleh keluarga pasien ke rumah sakit jiwa. Tilikan pasien saat pertama dibawa sangat buruk, hal ini dibuktikan dengan amukan dan penolakan saat pertama masuk rumah sakit. Seiring dengan berjalannya waktu, sekarang tilikan pasien sangat baik, setelah 25 kali masuk rumah sakit.Proses remisi pasien terlihat saat anamnesis pasien mengatakan sudah 25 kali masuk rumah sakit, dan alasan kembalinya disebabkan oleh adanya remisi saat tinggal dengan keluarga.Proses eksaserbasi diawali denganmasuknya pasien ke rumah sakit kembali, dipresipitasi oleh stressor yang meningkat. Kami mengindikasikan bahwa stressor pasien ketika kembali ke rumah adalah tekanan dari keluarga pasien untuk segera menikah, namun pasien belum siap dengan tuntutan tersebut.