Pembahasan

4
Yang warna biru belum diedit ya guuuyysss :* Pada skenario ini didapatkan pasien bernama Ny. Atik dengan keluhan kepala pusing dan leher cengeng. Usia Ny. Atik adalah 63 tahun, ini merupakan faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat diubah dimana sejak usia > 40 mempunyai risiko terkena hipertensi lebih tinggi. Pasien sudah menderita hipertensi selama 10 tahun dan minum Captopril 2 x 25 mg sesuai anjuran dokter, tetapi bila sudah merasa enak obat tidak diminium. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan tingkat kesadaran pasien yang masih kurang. Selain itu pasien juga sering merasa cemas karena takut akan menderita stroke seperti ayahnya sehingga mudah tersinggung dan sering marah-marah. Cemas, mudah tersinggung, dan sering marah-marah berhubungan dengan pengendalian emosi pasien yang kurang baik akibat stressor yang diterima. Stress yang berkepanjangan juga dikaitkan dengan kejadian hipertensi karena meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Akibatnya hubungan pasien dengan keluarganya menjadi kurang harmonis. Karakteristik keluarga sehat adalah komunikasi yang baik, adanya otonomi individu, fleksibilitas saling memberi dan menerima, apresiasi saling menegur dan memuji, serta pemberi semangat. Apabila dalam suatu anggota keluarga yang sakit, secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan anggota keluarga lain. Keluarga yang sehat akan memberikan semangat kepada pasien sehingga dapat menimbulkan rasa aman bagi pasien sehingga pasien akan terhindar dari stress tingkat lanjut. Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistole 180 dan diastole 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien di skenario mengalami hipertensi grade II. Respiratory rate 16 kali permenit berarti frekuensi pernafasan dalam batas normal yang berkisar antara 14- 20 kali per menit. Suhu menunjukan 37,2°C dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan tidak ada kelainan berupa infeksi maupun peradangan. Indeks massa tubuh 28 menunjukkan

description

tugas

Transcript of Pembahasan

Yang warna biru belum diedit ya guuuyysss :*

Pada skenario ini didapatkan pasien bernama Ny. Atik dengan keluhan kepala pusing dan leher cengeng. Usia Ny. Atik adalah 63 tahun, ini merupakan faktor pemicu hipertensi yang tidak dapat diubah dimana sejak usia > 40 mempunyai risiko terkena hipertensi lebih tinggi. Pasien sudah menderita hipertensi selama 10 tahun dan minum Captopril 2 x 25 mg sesuai anjuran dokter, tetapi bila sudah merasa enak obat tidak diminium. Hal ini berkaitan dengan perilaku dan tingkat kesadaran pasien yang masih kurang. Selain itu pasien juga sering merasa cemas karena takut akan menderita stroke seperti ayahnya sehingga mudah tersinggung dan sering marah-marah. Cemas, mudah tersinggung, dan sering marah-marah berhubungan dengan pengendalian emosi pasien yang kurang baik akibat stressor yang diterima. Stress yang berkepanjangan juga dikaitkan dengan kejadian hipertensi karena meningkatkan aktivitas saraf simpatis. Akibatnya hubungan pasien dengan keluarganya menjadi kurang harmonis. Karakteristik keluarga sehat adalah komunikasi yang baik, adanya otonomi individu, fleksibilitas saling memberi dan menerima, apresiasi saling menegur dan memuji, serta pemberi semangat. Apabila dalam suatu anggota keluarga yang sakit, secara tidak langsung akan mempengaruhi keadaan anggota keluarga lain. Keluarga yang sehat akan memberikan semangat kepada pasien sehingga dapat menimbulkan rasa aman bagi pasien sehingga pasien akan terhindar dari stress tingkat lanjut.

Hasil pemeriksaan fisik didapatkan tekanan darah sistole 180 dan diastole 100. Hal tersebut menunjukkan bahwa pasien di skenario mengalami hipertensi grade II. Respiratory rate 16 kali permenit berarti frekuensi pernafasan dalam batas normal yang berkisar antara 14- 20 kali per menit. Suhu menunjukan 37,2C dalam batas normal sehingga dapat disimpulkan tidak ada kelainan berupa infeksi maupun peradangan. Indeks massa tubuh 28 menunjukkan bahwa pasien mengalami obesitas atau kegemukan. Pasien mengalami obesitas grade II yaitu berkisar lebih dari 27, sedangkan untuk pria dewasa normal berkisar antara 18,5- 25. Kegemukan adalah salah satu faktor resiko dari terjadinya hipertensi. Status neurologis normal menunjukan belum ada komplikasi dari penyakit hipertensi yang diderita oleh pasien. Dokter menanyakan struktur keluarga pesien, siklus kehidupan dan membuat genogram. Hal tersebut dimaksudkan untuk mengetahui data-data terintergrasi antara kesehatan fisik dan mental dalam keluarga pasien serta pola multigenerasi dari penyakit. Ini sesuai dengan fungsi genogram yaitu untuk mengetahui apakah penyakit hipertensi yang diderita pasien merupakan penyakit turunan dan apakah keturunan pasien ada yang menderita penyakit serupa. Dukungan keluarga dan status ekonomi juga bisa dilihat pada genogram pasien. Sehingga pembuatan genogram penting untuk penatalasanaan secara holistik. Lalu dokter menilai faktor internal dan eksternal. Pada pasien ini didapatkan faktor internal berupa:

Usia

Pasien berusia 63 tahun, sehingga resiko untuk orang beusia lebih dari 40 tahun lebih tinggi daripada yang belum berusia 40 tahun.

Keturunan

Ayah pasien menderita stroke yang merupakan komplikasi dari hipertensi sehingga kemungkinan penyakit ini diturunkan dari ayah pasien.

Stess

Pasien mudah tersinggung dan sering marah menunjukkan tingkat stess yang tinggi sehingga lebih rentan mengalami hipertensi.

Kegemukan

IMT pasien lebih dari 27 sehingga pesien dapat dikatakan mengalami obesitas.

Sedangkan faktor eksternal dari tejadinya hipertensi pada pasien adalah gaya hidup yaitu pasien tidak meminum obat bila sudh merasa enak. Dampak kesakitan dapat berupa terganggunya fungsi keluarga, terjadinya kecemasan pada keluarga pasien dan meningkatnya resiko terjadinya penyakit pada keturunan pasien serta beban ekonomi bagi keluarga pasien.

Hubungan sosial pasien dengan keluarga menjadi salah satu faktor penting yang harus dipertimbangkan dalam rangka membuat diagnosis secara holistik dan merencanakan penatalaksanaan secara komprehensif. Dalam membuat diagnosis secara holistik, dokter mencari adanya penyebab peningkatan tekanan darah pasien di samping penyebab fisik. Hubungan sosial pasien dan keluarga yang kurang harmonis juga dapat menjadi pemicu stres yang bisa meningkatkan tekanan darah pasien. Sikap keluarga terhadap pasien sangat mempengaruhi kondisi kesehatan pasien.

Kunjungan rumah (home visit) terkadang perlu dilakukan dokter dalam rangka melihat secara langsung kondisi pasien dan lingkungannya serta memberikan pengobatan pada pasien. Seperti yang telah dijelaskan pada langkah sebelumnya, dalam kunjungan rumah biasanya juga dilakukan konseling. Salah satu tujuan konseling adalah untuk promosi kesehatan, untuk menyadarkan pasien dan anggota keluarga untuk dapat meningkatkan kontrol terhadap kesehatan mereka dan memperbaikinya. Ada 5 pendekatan pada promosi kesehatan (Notoatmodjo, 2003), pendekatan tersebut adalah:

Pendekatan Medik. Pendekatan ini melibatkan intervensi kedokteran untuk meringankan kesakitan, misalnya pemberian obat Captopril untuk menurunkan tekanan darah.

Pendekatan Perubahan Perilaku. Mengubah sikap dan perilaku individual masyarakat, sehingga mereka mengambil gaya hidup sehat.

Pendekatan Edukasional. Memberikan informasi, memastikan pengetahuan dan pemahaman tentang perihal kesehatan dan membuat mungkin keputusan ditetapkan atas dasar informasi yang ada.

Pendekatan Berpusat Pada Klien. Bekerja dengan klien agar dapat membantu mereka mengidentifikasi apa yang ingin mereka ketahui dan lakukan, dan membuat keputusan dan pilihan mereka sendiri sesuai dengan kepentingan dan nilai mereka.

Pendekatan Perubahan Sosietal. Melakukan perubahanperubahan pada lingkungan fisik, sosial, dan ekonomi supaya dapat membuatnya lebih mendukung untuk keadaan yang sehat. Jika keluarga menunjukkan sikap yang kurang baik terhadap penyakit pasien, maka dokter perlu melakukan konseling tersendiri terhadap keluarga. Keluarga perlu diberi pengertian agar tidak menyalahkan pasien atas kondisi yang dialaminya dan lebih memaklumi kondisi pasien dalam batasan yang semestinya, artinya sikap maklum keluarga jangan sampai membuat pasien menjadi manja dan membuat perkecualian untuk dirinya sendiri sehingga kehilangan kemandirian secara bertahap. Sebaliknya, sikap pasien terhadap keluarga juga perlu diperhatikan. Jika pasien, seperti Tn. Burhan, sering marah-marah tanpa alasan yang jelas, maka pasien perlu diberi pengertian agar lebih menerima penyakitnya dan berusaha keras untuk sembuh atau memperbaiki kondisi dirinya dan hendaknya tidak menumpahkan kemarahan atas penyakitnya pada orang-orang di sekitarnya, khususnya keluarga. Kondisi yang tidak sehat seperti di atas justru dapat memperberat penyakit pasien dan memunculkan tekanan psikis pada keluarga terdekat dan sangat memungkinkan menjadi risiko munculnya penyakit pada keluarga terdekat.