Pemanfaatan Teknologi Gis Dan Satelit Remote Sensing

download Pemanfaatan Teknologi Gis Dan Satelit Remote Sensing

of 5

Transcript of Pemanfaatan Teknologi Gis Dan Satelit Remote Sensing

PEMANFAATAN TEKNOLOGI GIS DAN SATELIT REMOTE SENSING PADA PENGELOLAAN DAS DI WILAYAH PEGUNUNGAN NEPAL OLEH ANGGA DE SAPUTRA H1E10063 PRODI TEKNIK LINGKUNGAN ABSTRAK Saat ini, teknologi GIS (geografich Information System) menempati peringkat teratas di antara alat-alat modern TI lainya untuk memberikan suatu dukungan yang penting dalam pengambilan keputusan masalah dengan dimensi spasial. GIS menawarkan integrasi data spasial dan nonspasial untuk memahami dan menganalisa proses DAS dan membantu dalam menggambar rencana untuk pengembangan pengelolaan DAS secara terpadu. Penggunaan GIS tidak hanya terbatas dalam satu bidang ilmu saja. Penggunaannya dapat diaplikasikan dalam berbagai disiplin ilmu seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu sosial budaya, termasuk peranan GIS dalam ilmu lingkungan seperti masalah erosi tanah di wilayah pegunungan Nepal, masalah perubahan lahan DAS di Hutan Simpan Pondok Tanjung dan masalah pasokan air minum di New York City. Pada zaman sekarang banyak ditemukannya daerah aliran sungai (DAS) yang tidak dikelola secara baik. Area disekitar DAS banyak yang berubah fungsi seperti menjadi lahan pertanian, perumahan, jalan raya dan lain sebagainya. Salah satu akibat dari lahan DAS yang diubah fungsinya menjadi lahan pertanian adalah terjadinya erosi tanah di wilayah pegunungan di Nepal. Dengan menggunakan teknologi GIS dan dibantu oleh satelit Remote Sensing (RS) kita dapat memantau kondisi penggunaan lahan, dan tingkat erosi serta kerusakan tanah di suatu DAS. Keywords : Pengelolaan DAS, GIS, Erosi Tanah, Remote Sensing. 1. PENDAHULUAN GIS atau Geografich Information System adalah sistem berbasis computer yang mempresentasikan dan menganalisa data dan kejadian di suatu daerah selengkap mungkin. Sistem ini mengintegrasikam operasi data base pada umumnya, seperti query dan analisa statistik terhadap data dengan visualisasi informasi yang unik dan analisa geografi yang lebih bermanfaat melalui peta. Penggunaan GIS tidak hanya terbatas dalam satu bidang ilmu saja. Penggunaannya dapat diaplikasikan dalam berbagai disiplin ilmu seperti ilmu kesehatan, ilmu ekonomi, ilmu sosial budaya, termasuk peranan GIS dalam ilmu lingkungan seperti masalah erosi tanah di wilayah pegunungan di Nepal, masalah perubahan penggunaaan lahan DAS di Hutan Simpan Pondok Tanjung dan masalah pasokan air minum di New York City.

Untuk mendapatkan suatu data yang akurat teknologi GIS tentunya tidak bekerja sendiri, tetapi juga didukung teknologi lain seperti satelit Remote Sensing (RS). Remote Sensing merupakan akuisisi informasi tentang suatu objek atau fenomena, tanpa melakukan kontak fisik dengan objek. Umumnya hal ini mengacu pada penggunaan teknologi sensor udara untuk mendeteksi dan mengklasifikasikan benda-benda di Bumi (baik di permukaan, di atmosfer maupun di samudra) dengan cara menyebarkan sinyal (misalnya radiasi elektromagnetik yang dipancarkan dari pesawat atau satelit). DAS (Daerah Aliran Sungai) merupakan suatu wilayah kesatuan ekosistem bentang lahan yang dibatasi oleh puncak-puncak gunung ataupun perbukitan yang menghubungkannya, didalamnya terdapat sistem sungai yang saling berhubungan. Pada zaman sekarang banyak ditemukan area di daerah aliran sungai (DAS) yang tidak dikelola secara terpadu. DAS atau lahan disekitarnya banyak yang berubah fungsi seperti DAS di pegunungan Nepal, New York City, dan di Hutan Simpan Pondok Tanjung. Akibatnya sering terjadi bencana di daerah sana. Praktek pengelolaan DAS yang berkelanjutan dan untuk penggunaan lahan harus direncanakan sebaik mungkin untuk menyeimbangkan permintaan antara pengelolaan DAS dan penggunaan lahan, agar dapat melindungi sumber daya air publik dan tidak mengganggu kestabilan ekosistem. Dalam beberapa kasus, penggunaan lahan untuk kegiatan manusia terletak di zona tangkapan air hujan. Di daerah ini tidak hanya cocok sebagai pembangunan ekonomi untuk manusia tetapi juga bisa menjadi kasus terburuk yang dapat menyebabkan gangguan fungsi pada DAS. Zona tangkapan air hujan adalah area dimana air dari hujan mengalir melalui sistem sungai dan anak sungai ke kolam penyimpanan yang dikenal sebagai reservoir. Pada paper ini akan membahas tentang pemanfaatan teknologi GIS dan satelit Remote Sensing pada pengelolaan DAS di wilayah pegunungan di Nepal. Diharapkan dengan menggunakan GIS dan didukung oleh satelit RS kita dapat memantau kondisi penggunaan lahan, dan tingkat erosi serta kerusakan tanah di suatu DAS, sehingga hal ini dapat menjadi cara alternatif untuk membantu dalam pengelolaan DAS yang lebih baik. 2. PEMBAHASAN Erosi tanah adalah salah satu masalah lingkungan yang paling mendesak di Nepal, sebuah negara dengan sekitar 83% dari daerah di wilayah pegunungan, yang sangat bergantung pada pertanian. Masalahnya lebih serius karena banyak perubahan lahan di DAS disekitar lereng gunung yang menjadi lahan pertanian, sehingga mendukung pertumbuhan populasi manusia. Melakukan pendekatan ilmiah sangat penting untuk menilai erosi tanah dan pengelolaan DAS yang didasarkan pada kriteria objektif. Daerah studi ini berada di daerah aliran sungai pada cekungan atas sungai Andhikhola yang terletak di lingkungan pegunungan tengah Nepal dan merupakan salah satu DAS yang paling rusak di Nepal . Hal ini terletak antara 28 02'46 "N 28 14'05" N 83 41'48 "E untuk

83 57'17" E, dengan topografi mulai dari 700 meter sampai 2500 meter di atas permukaan laut. Satelit Remote Sensing telah digunakan untuk menganalisis kondisi penggunaan lahan di DAS, yang merupakan salah satu faktor penting yang berkontribusi terhadap erosi tanah dan juga untuk analisis temporal dari perubahan penggunaan lahan selama tiga belas tahun 1978-1991. Ini melibatkan interpretasi foto udara dan pengolahan gambar digital dari data satelit dengan resolusi tinggi, yaitu SPOT HRV dan TM Landsat data. GIS pertama kali digunakan untuk menyiapkan suatu peta yang menunjukkan berbagai faktor USLE (Universal Soil Loss Equation), kemudian pada akhirnya data yang diperoleh mereka kembangkan menjadi peta erosi tanah. Hal itu kemudian digunakan untuk menganalisis erosi tanah di DAS dari sudut yang berbeda dan untuk mengembangkan sebuah model pengelolaan DAS yang berkelanjutan.Tabel 1. Penggunaan Lahan Pada Daerah Penelitian

Seperti yang ditunjukkan pada Tabel 1, ditemukan bahwa penggunaan lahan di DAS ini didominasi oleh penggunaan lahan pertanian dan tutupan hutannya sangat sedikit. Perubahan ini terjadi secara signifikan dalam penggunaan lahan yang diamati selama periode 13-tahun 1978-1991, dimana lebih dari seperempat dari hutan primer asli diubah menjadi hutan sekunder atau rusak karena aktivitas manusia. Selain itu, ditemukan bahwa lebih dari 50% dari area di DAS itu memiliki tingkat kerusakan tanah lebih dari 20 ton / ha / tahun dan hilangnya tanah akibat lahan pertanian memiliki kontribusi terbesar dalam hilangnya total tanah (dapat di lihat pada tabel 2 dan 3, dan Gambar 2).Tabel 2. Hilangnya Tanah di area DAS. Tabel 3. Kerusakan Tanah Katagori Penggunaan Lahan Berdasarkan

Gambar 1. Peta Erosi Tanah Berdasarkan Relief Topografi.

Gambar 2. Pengusulan Pengelolaan DAS Berdasarkan Batas Batas Erosi Tanah.

Ada perbedaan yang signifikan dalam pola penggunaan lahan di utara dan selatan yang menghadap ke lereng gunung. Pada lahan di utara yang menghadap lereng ditemukan 39% ditutupi dengan hutan dan pertanian dari 47%, sedangkan pada sisi yang berlawanan yaitu di selatan yang menghadap lereng hanya ditemukan 29% hutan dan 60% lahan pertanian. Sebuah analisis pola penggunaan lahan dengan ketinggian juga menunjukkan bahwa pada ketinggian di atas 1750 meter, daerah itu terdiri dari 40% lahan pertanian dan 45% hutan, sedangkan di bawah 1.750 meter, terdiri dari 58% lahan pertanian dan hutannya hanya mencakup 30%. Hal ini dijelaskan oleh cuaca hangat di lereng Selatan dan pada ketinggian di bawah 1.750 meter udaranya lebih baik untuk permukiman manusia. Berdasarkan data yang telah diperoleh, kegiatan pertanian merupakan pengguna lahan yang paling dominan dalam memberikan kontribusi akan hilangnya total tanah, maka analisis lebih lanjut akan dilakukan pada hilangnya tanah di lahan - lahan pertanian di bawah lereng yang berbeda. Analisis ini menunjukkan bahwa pertanian yang berada dibawah lereng yang sangat curam merupakan masalah utama yang tingkat kehilangan tanahnya sangat tinggi dari lahan pertanian (lihat Tabel 4).Tabel 4. Kerusakan Tanah Dari Lahan Pertanian Di Bawah Lereng yang Berbeda

3. KESIMPULAN 1. GIS dan satelit remote sensing merupakan teknologi yang sangat penting untuk manajemen daerah aliran sungai seperti yang digambarkan oleh contoh di atas. 2. Berdasarkan penelitian ini kita dapat menyimpulkan bahwa teknologi GIS dan satelit Remote Sensing dapat digunakan dengan sukses untuk menganalisis kondisi suatu DAS dalam hal penggunaan lahan dan erosi tanah sehingga dapat mengembangkannya untuk penggunaan lahan yang lebih baik agar dapat mengelola DAS secara terpadu. 3. Selain dapat digunakan sebagai analisis penggunaan lahan dan erosi tanah teknologi GIS dan satelit Remote Sensing juga dapat untuk pendistribusian pasokan air minum dengan didukung alat seperti segmentasi dinamis dan pemetaan. 4. Pekerjaan lebih lanjut perlu dilakukan untuk menetapkan cara cara penanganan dalam pengunaan lahan yang berkelanjutan yang merupakan dasar dari pengelolaan DAS. 4. REFRENSI Amirin, Khairul Mohmed dan Ismail Mohd Hasmadi.2010.Land Use

Changes in Perak Catchment Zone using Remote Sensing and GIS Technique.www.asciencejournal.net/asj/index.php/GIST/article/do wnload/52/42.Diakses tanggal 25 Oktober 2011. Janus, Lorine L. dan Yuri.2005.GIS Applications For Watershed Management.www.ncgia.ucsb.edu/conf/SANTA_FE_CDROM/sf_pa pers/gorokhovich_yuri/paper.html.Diakses tanggal 25 Oktober 2011. Pahari, Krisna, dkk. 1996. Remote Sensing And GIS For SustainableWatershed Managemet a Study From Nepal. www.kfunigraz.ac.at/geowww/hmrsc/pdfs/hmrsc4/PaEA_hm4.Diakses Tanggal 25 Oktober 2011.