Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

12
Rona Teknik Pertanian, 13 (2) Oktober 2020 59 Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki Kesuburan Tanah dan Hasil Padi I Nengah Muliarta 1* 1 Program Studi Teknik Industri, Universitas Mahendradatta, Denpasar-Bali. *E-mail: [email protected] Abstrak Tujuan dari penelitian untuk meneliti dampak kombinasi kompos jerami padi dan pupuk anorganik (phonska) terhadap kesuburan tanah dan hasil tanaman padi. Padi yang digunakan dalam penelitian ini merupakan benih padi varietas Ciherang. Penelitian dilakukan dalam wadah pot dengan ukuran diameter 24 cm dan dengan tinggi 26 cm. Setiap pot diberikan tanah 8 kg, dengan kualitas kompos yang digunakan yaitu memiliki pH sebesar 7,58, kadar air sebesar 11, 79%, rasio C/N sebesar 16,50, Kandungan C-organik sebesar 27,84%, N sebesar 1,69&, kandungan P sebesar 0,23% dan K yaitu 5,04%. Kombinasi kompos jerami padi dan phonska yang digunakan dalam penelitian ini yaitu P0 (0% kompos + 0% phonska), P1 (0% kompos + 100% phonska), P2 (20% kompos + 80% phonska), P3 (40% kompos + 60% phonska), P4 (60% kompos + 40% phonska) dan P5 (80% kompos + 20% phonska). Penelitian dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan ini menggunakan rancangan acak kelompok (RAK). Hasilnya kombinasi kompos dan pupuk phonska meningkatkan parameter fisik, biologi dan kimia tanah, namun belum mampu mengubah status kesuburan tanah. Pemanfaatan kompos yang dikombinasikan pupuk anorganik juga memberikan hasil sama dengan 100% phonska. Dimana kombinasi dosis 60% kompos + 40% phonska memberikan hasil berat gabah kering giling tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya. Kata Kunci : Jerami Padi, Kompos, Hasil Padi, Kesuburan Tanah, Pupuk Anorganik Utilization of Rice Straw Compost To Improve Soil Fertility and Rice Results I Nengah Muliarta 1* 1 Industrial Engineering Study Program, Mahendradatta University, Denpasar-Bali. *[email protected] Abstract The purpose of this study is to examine the impact of a combination of rice straw compost and inorganic fertilizer (phonska) on soil fertility and rice crop yields. The rice used in this study is the rice seed of the Ciherang variety. The research was conducted in a pot container

Transcript of Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Page 1: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

59

Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki Kesuburan Tanah

dan Hasil Padi

I Nengah Muliarta1* 1Program Studi Teknik Industri, Universitas Mahendradatta, Denpasar-Bali.

*E-mail: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari penelitian untuk meneliti dampak kombinasi kompos jerami padi dan pupuk

anorganik (phonska) terhadap kesuburan tanah dan hasil tanaman padi. Padi yang digunakan

dalam penelitian ini merupakan benih padi varietas Ciherang. Penelitian dilakukan dalam

wadah pot dengan ukuran diameter 24 cm dan dengan tinggi 26 cm. Setiap pot diberikan

tanah 8 kg, dengan kualitas kompos yang digunakan yaitu memiliki pH sebesar 7,58, kadar

air sebesar 11, 79%, rasio C/N sebesar 16,50, Kandungan C-organik sebesar 27,84%, N

sebesar 1,69&, kandungan P sebesar 0,23% dan K yaitu 5,04%. Kombinasi kompos jerami

padi dan phonska yang digunakan dalam penelitian ini yaitu P0 (0% kompos + 0% phonska),

P1 (0% kompos + 100% phonska), P2 (20% kompos + 80% phonska), P3 (40% kompos +

60% phonska), P4 (60% kompos + 40% phonska) dan P5 (80% kompos + 20% phonska).

Penelitian dengan 6 perlakuan dan 4 ulangan ini menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK). Hasilnya kombinasi kompos dan pupuk phonska meningkatkan parameter fisik,

biologi dan kimia tanah, namun belum mampu mengubah status kesuburan tanah.

Pemanfaatan kompos yang dikombinasikan pupuk anorganik juga memberikan hasil sama

dengan 100% phonska. Dimana kombinasi dosis 60% kompos + 40% phonska memberikan

hasil berat gabah kering giling tertinggi dibandingkan kombinasi lainnya.

Kata Kunci : Jerami Padi, Kompos, Hasil Padi, Kesuburan Tanah, Pupuk Anorganik

Utilization of Rice Straw Compost To Improve Soil Fertility and Rice Results

I Nengah Muliarta1* 1Industrial Engineering Study Program, Mahendradatta University, Denpasar-Bali.

*[email protected]

Abstract

The purpose of this study is to examine the impact of a combination of rice straw compost

and inorganic fertilizer (phonska) on soil fertility and rice crop yields. The rice used in this

study is the rice seed of the Ciherang variety. The research was conducted in a pot container

Page 2: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

60

with a diameter of 24 cm and with a height of 26 cm. Each pot is given 8 kg of soil, with the

quality of compost used which has a pH of 7.58, the water content of 11.79%, C/N ratio of

16.50, C-organic content of 27.84%, N of 1.69&, P content of 0.23% and K of 5.04%. The

combination of rice straw compost and phonska used in this study is P0 (0% compost + 0%

phonska), P1 (0% compost + 100% phonska), P2 (20% compost + 80 % phonska), P3 (40%

compost + 60% phonska), P4 (60% compost + 40% phonska) and P5 (80% compost + 20%

phonska). The study with 6 treatments and 4 replays used a randomized design group (RAK).

As a result, the combination of compost and inorganic fertilizer (phonska) improves the

physical, biological, and chemical parameters of the soil, but has not been able to change the

fertility status of the soil. The utilization of compost combined with inorganic fertilizer also

gives the same result as 100% phonska. Where a combination dose of 60% compost + 40%

phonska gives the highest dry grain weight results compared to other combinations.

Keywords : Rice Straw, Compost, Rice Products, Soil Fertility, Inorganic Fertilizer

PENDAHULUAN

Pemanfaatan jerami padi dapat menjadi jalan dalam menghadapi permasalahan

pembuangan limbah jerami padi dan mengurangi pencemaran lingkungan akibat pembakaran

di lahan terbuka (Kadam, Forrest, & Jacobson, 2000). Jerami adalah satu-satunya bahan

organik yang umumnya tersedia dalam jumlah yang melimpah. Pengembalian jerami padi ke

tanah berarti mengembalikan sebagian unsur hara dan membantu menjaga ketersediaan unsur

hara tanah (Dobermann & Fairhurst, 2002). Pengembalian jerami padi ke lahan sawah

melalui proses dekomposisi dapat menjadi pilihan bagi petani dalam pemanfaatan limbah

pertanian dengan teknologi yang ramah lingkungan dan upaya mengurangi biaya pupuk

(Gaind & Nain, 2011).

Kompos dapat digunakan sebagai alternatif pengganti pupuk anorganik untuk

meningkatkan produksi tanaman (Palanivell, Susilawati, Ahmed, & Majid, 2013; Watanabe

et al., 2009). Kompos jerami padi dan pemanfaatanmya pada tanah pertanian berfungsi untuk

menjaga kandungan bahan organik tanah dan sifat mikrobiologi tanah. Kompos jerami padi

bila digunakan akan mengurangi biaya pertanian dan akan meningkatkan kesuburan tanah

(Goyal, Singh, Suneja, & Kapoor, 2009).

Kombinasi kompos jerami padi dengan pupuk anorganik memberikan kontribusi

terhadap peningkatan populasi mikroba tanah dibandingkan dengan penggunaan pupuk

anorganik saja (Man, Khang, & Watanabe, 2010). Dalam jangka panjang, aplikasi kombinasi

kompos jerami padi dan pupuk anorganik mengakibatkan peningkatan kandungan bahan

organik tanah dan penyerapan karbon dibandingkan dengan tanpa penambahan kompos

jerami padi. Kombinasi pupuk organik dengan pupuk anorganik merupakan pendekatan yang

menjanjikan untuk mengembangkan strategi pemupukan yang lebih berkelanjutan (Liu et al.,

2009). Dalam implementasi di lapangan, petani memerlukan panduan kombinasi pupuk

anorganik dan kompos jerami padi yang dapat menghasilkan produksi yang maksimal, biaya

yang rendah dan dapat memberikan pemulihan kesuburan tanah.

METODE

Penelitian dengan metode eksperimen ini menggunakan rancangan acak kelompok

(RAK). Penelitian aplikasi kompos jerami pada tanaman padi dilaksanakan pada 19 Februari-

4 Juli 2018 di Desa Tangkas, Klungkung-Bali. Padi yang digunakan dalam penelitian ini

Page 3: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

61

merupakan bibit padi varietas Ciherang yang didapatkan dari UD Maruti Denpasar. Ciherang

merupakan salah salah satu varietas padi yang mirip dengan padi IR64 dan dirilis pada tahun

2000 (Prasetiyono, Dadang, Tasliah, & Fatimah, 2013). Penelitian pengaruh kompos jerami

pada tanaman padi dilakukan dalam pot dengan ukuran diameter 24 cm dan tinggi 26 cm.

Setiap pot diberikan tanah sebanyak 8 kg, dengan kualitas kompos yang digunakan yaitu

memiliki pH sebesar 7,58, kadar air sebesar 11, 79%, rasio C/N sebesar 16,50, Kandungan

C-organik sebesar 27,84%, N sebesar 1,69&, kandungan P sebesar 0,23% dan K yaitu

5,04%. Perlakuan aplikasi kompos jerami padi yang dilakukan dengan takaran 0%, 20%,

40%, 60%, dan 80%. Dosis pupuk organik yang digunakan pada budidaya padi organik

sekitar 8-10 ton/ha (Ragályi et al., 2009). Perlakuan aplikasi pupuk anorganik dengan takaran

100%, 80%, 60%, 40% dan 20%. Sesuai Permentan No. 40/Permentan/OT.140/4/2007

tentang rekomendasi pemupukan N, P dan K pada padi sawah, takaran phonska yang

dianjurkan yaitu 300 kg/ha. Adapun kombinasi kompos jerami dan pupuk anorganik yang

digunakan diperlihatkan dalam Tabel 1.

Tabel 1. Perlakuan kombinasi kompos dan phonska yang digunakan untuk penanaman padi Perlakuan Dosis (kg ha-1) Dosis (g pot-1)

P0 (0% kompos + 0% phonska) 0 kg ha-1 kompos + 0 kg ha-1 phonska 0 g pot-1 kompos + 0 g pot-1 phonska

P1 (0% kompos + 100%

phonska) 0 kg ha-1 kompos + 300 kg ha-1

phonska 0 g pot-1 kompos + 1.2 g pot-1 phonska

P2 (20% kompos + 80%

phonska) 2000 kg ha-1 kompos + 240 kg ha-1

phonska 8 g pot-1 kompos + 0.96 g pot-1

phonska P3 (40% kompos + 60%

phonska) 4000 kg ha-1 kompos + 180 kg ha-1

phonska 16 g pot-1 kompos + 0.72 g pot-1

phonska P4 (60% kompos + 40%

phonska) 6000 kg ha-1 kompos + 120 kg ha-1

phonska 24 g pot-1 kompos + 0.48 g pot-1

phonska P5 (80% kompos + 20%

phonska) 8000 kg ha-1 kompos + 60 kg ha-1

phonska 32 g pot-1 kompos + 0.24 g pot-1

phonska

Pengairan dalam penelitian menggunakan sistem terputus (intermittent) dan

pengendalian gulma dilakukan dengan mencabut langsung, sedangkan pengendalian hama

secara manual untuk belalang. Pengendalian walang sangit dilakukan dengan penyemprotan

biourin pada 7 hari dan 70 hari setelah tanam.

Parameter pertumbuhan dan hasil padi yang diukur dalam penelitian ini yaitu jumlah

anakan produktif per-rumpun, jumlah gabah isi per-malai, jumlah malai isi per-rumpun, berat

gabah 100 biji dan hasil gabah kering giling per-rumpun. Penentuan kesuburan tanah

merujuk pada pedoman yang dibuat oleh Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1995), dimana

penetapan kesuburan tanah ditentukan melalui parameter C-organik, Kapasitas Tukar Kation,

Kejenuhan Basa, Kadar P dan K total tanah. Adapun kriteria penilaian untuk parameter

kesuburan tanah ditampilkan pada Tabel 2.

Tabel 2. Kriteria penilaian untuk parameter kesuburan tanah. No Parameter SR R S T ST

1 C organik (%) < 1,00 1,00-2,00 2,01-3,00 3,01-5,00 > 5,00

2 P2O5 (ppm) < 10 10-15 16-25 26-35 > 35

3 K2O (ppm) < 78 78-117 156-192 243-390 > 390 4 Kejenuhan Basa (%) < 20 20-35 36-50 51-70 >70 5 KTK (me/100 g) < 5 5-15 17-24 25-40 >40

Keterangan : SR/R/S/T/ST : Sangat Rendah/Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi.

Sumber : PPT Bogor (1995).

Page 4: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

62

Penentuan status kesuburan tanah merujuk pada petunjuk teknis evaluasi kesuburan tanah

dari Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor (1995) yang ditampilkan pada Tabel 3.

Tabel 3.Kriteria penilaian status kesuburan tanah No KTK KB P2O5, K2O, C organik Status Kesuburan

1 T T 2 T Tanpa R Tinggi

2 T T 2 T Dengan R Sedang

3 T T 2 S Tanpa R Tinggi

4 T T 2 S Dengan R Sedang

5 T T T S R Sedang

6 T T 2 R Dengan T Sedang

7 T S 2 R dengan S Rendah

8 T S 2 T Tanpa R Tinggi

9 T S 2T Dengan R Sedang

10 T S 2 S Tanpa R Sedang

11 T S Kombinasi Lain Rendah

12 T R 2 T Tanpa R Sedang

13 T R 2 T Dengan R Rendah

14 T R Kombinasi Lain Rendah

15 S T 2 T Tanpa R Sedang

16 S T 2 T Dengan R Sedang

17 S T Kombinasi Lain Rendah

18 S S 2 T Tanpa R Sedang

19 S S 2 T Dengan R Sedang

20 S S Kombinasi Lain Rendah

21 S R 3 T Sedang

22 S R Kombinasi Lain Rendah

23 R T 2 T Tanpa R Sedang

24 R T 2 T Dengan R Rendah

25 R T 2 S Tanpa R Sedang

26 R T Kombinasi Lain Rendah

27 R S 2 T Tanpa R Sedang

28 R S Kombinasi Lain Rendah

29 R R Semua Kombinasi Rendah

30 SR TSR Semua Kombinasi Sangat Rendah

Keterangan : SR/R/S/T/ST : Sangat Rendah/Rendah/Sedang/Tinggi/Sangat Tinggi.

Sumber : PPT Bogor (1995).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska berpengaruh terhadap

parameter bulk density, kadar air, KTK dan KB tanah, seperti yang ditampilkan dalam Tabel

4.

Tabel 4. Bulk density, kadar air, pH, KTK dan KB tanah setelah panen akibat pemberian

kombinasi kompos jerami padi dan pupuk phonska. Perlakuan Bulk density

(g cm-3)

Kadar air

Tanah (%)

pH

tanah

KTK tanah

(me/100 g)

KB tanah

(%)

0% kp+0% pns (P0) 1,084a 31,60c 6,8a 12,00c 96,98b

0% kp+100% pns (P1) 0,944b 37,19b 6,7a 16,72b 98,86b

20% kp+80% pns (P2) 0,887bc 37,21b 6,9a 16,87b 111,03a

40% kp+60% pns (P3 0,859c 37,85ab 7,0a 16,91b 109,44a

60% kp+40% pns (P4) 0,845c 39,00ab 6,9a 21,82a 112,09a

80% kp+20% pns (P5) 0,876c 40,26a 6,8a 23,44a 111,14a

BNT 5% 0,0676 2,824 - 2,162 7,995

Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna

tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)

Page 5: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

63

Hasil analisis sidik ragam menunjukkan bahwa kombinasi kompos jerami padi dan

phonska yang diberikan tidak berpengaruh terhadap pH tanah (p>0,05). Kombinasi kompos

jerami padi dengan pupuk anorganik tidak mempengaruhi pH karena kapasitas buffering

(peyangga) yang tinggi pada tanah percobaan (Goyal et al., 2009). Perubahan pH tanah

setelah penambahan kompos tergantung pada pH tanah dan tingkat mineralisasi pupuk

organik (Yu et al., 2014). Pada dasarnya penambahan kompos akan meningkatkan pH tanah,

karena dekomposisi bahan organik akan menghasilkan ion OH- yang memiliki kemampuan

untuk menetralisir aktivitas ion H+ (Hargreaves, Adl, & Warman, 2008).

Perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska memberikan pengaruh nyata

terhadap kadar air tanah pasca penanaman padi. Analisis sidik ragam menunjukkan adanya

perbedaan yang nyata antar perlakuan, termasuk dengan kontrol (p<0,05). Kadar air tanah

tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yang mencapai 40,26%, namun secara statistik tidak

berbeda nyata dengan perlakuan P4 dan P3. Secara umum terlihat semakin tinggi dosis

kompos jerami yang ditambahkan maka kadar air tanah semakin meningkat. Hasil ini sejalan

dengan kajian Berman D. Hudson, (1994), Rawls, Pachepsky, Ritchie, Sobecki, &

Bloodworth, (2003), Sepehya, Subehia, Rana, & Negi, (2012) dan Song, Zhang, Liu, Sui, &

Li, (2010) yang menyatakan peningkatan kandungan bahan organik tanah mengakibatkan

peningkatan retensi air dalam tanah.

Penambahan kompos jerami padi ternyata menyebabkan penurunan bulk density

tanah, dimana bulk density pada kontrol berbeda nyata (P<0,05) dengan perlakuan lainnya.

Nilai bulk density terendah terdapat pada P4 yaitu mencapai 0,845, namun bulk density P4

tidak berbeda nyata dengan P5, P3, dan P2. Menurut Arpindra Surya, Nuraini, & Widianto,

(2017), penurunan bulk density disebabkan oleh meningkatnya porositas total akibat agregasi

tanah yang lebih baik setelah adanya penambahan bahan organik.

Tabel 4 menjelaskan nilai KTK tanah terendah terdapat pada perlakuan P0 (kontrol)

yang mencapai 12,00 me/100 g dan nilai KTK tertinggi terdapat pada perlakuan P5 yang

mencapai 23,44 me/100 g. Terdapat juga trend peningkatan KTK dari P2 hingga P5 karena

peningkatan aplikasi dosis kompos jerami padi. Artinya, peningkatan dosis bahan organik ke

tanah akan linier meningkatkan nilai KTK tanah tersebut. Semakin banyak bahan organik

yang diberikan akan semakin tinggi nilai KTK. Hasil ini sejalan dengan pendapat Minardi,

Winarno, Hanif, & Abdillah, (2009) yang menyatakan kontribusi pupuk organik

berhubungan sangat erat dengan peningkatan nilai KTK, karena mempunyai kemampuan

dalam menyerap kation.

Penambahan kompos jerami padi secara statistik juga memberikan pengaruh yang

berbeda (P<0,05) pada KB tanah. Apabila diperhatikan KB tanah pada kontrol (P0) memiliki

nilai paling rendah yaitu mencapai 96,98%, namun tidak berbeda dengan perlakuan P1

(100% phonska). Sedangkan perlakuan P2, P3, P4 dan P5 sama-sama memiliki nilai KB

diatas 100% . Tanah diasumsikan akan memiliki kejenuhan basa 100% apabila memiliki nilai

pH 7 (Kamprath & Smyth, 2005).

Penelitian ini juga mengungkapkan bahwa perlakuan kombinasi kompos jerami padi

dan pupuk phonska memberikan pengaruh terhadap parameter kimia dan biologi tanah yang

diukur pada suhu kering udara 12,90o C, seperti yang ditampilkan dalam Tabel 5.

Page 6: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

64

Tabel 5. Kadar N, P, K total dan total mikroba tanah setelah panen akibat pemberian

kombinasi kompos jerami padi (hasil aplikasi dekomposer dan pencacahan bahan) dan pupuk

phonska. Perlakuan Kadar

C-organik

tanah (%)

Kadar N

total tanah

(%)

Kadar P

total tanah

(ppm)

Kadar K

total tanah

(ppm)

Total mikroba

tanah (cfu/mg)

0% kp+0% pns (P0) 0,77d 0,09b 13,99b 134,71b 5,77x106 b

0% kp+100% pns (P1) 0,76d 0,12a 22,21a 221,68a 8,37x106 b

20% kp+80% pns (P2) 1,54c 0,12a 24,86a 248,01a 10,96x106 b

40% kp+60% pns (P3) 1,97bc 0,13a 25,00a 236,89a 18,40x106 ab

60% kp+40% pns (P4) 2,40ab 0,13a 24,29a 202,72a 30,40 x106 a

80% kp+20% pns (P5) 2,57a 0,13a 24,62a 245,66a 29,50 x106 a

BNT 5% 0,520 0,025 6,671 68,497 15,449

Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna

tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)

Tercatat perlakuan P5 yang kandungan C-organiknya tertinggi, tetapi secara statistik

tidak berbeda nyata dengan P4. Jika dilihat terjadi trend peningkatan kandungan C-organik

dari P2 hingga P5. Dimana semakin tinggi dosis pupuk organik yang ditambahkan ke dalam

tanah, maka semakin besar pula peningkatan kandungan C-organik dalam tanah. Hal ini

sejalan dengan kajian Watanabe et al. (2009) yang menyatakan bahwa penerapan kompos

jerami padi mampu meningkat total-C dalam tanah. Jadi secara umum dapat dikatakan bahwa

perlakuan kombinasi dosis kompos jerami padi dan phonska memberikan pengaruh yang

berbeda (P>0,05) terhadap kandungan C-organik tanah.

Apabila dicermati kandungan N tertinggi terdapat pada perlakuan P3, P4 dan P5

(0,13%) dan secara statistik tidak berbeda nyata dengan perlakuan P1 dan P2 yang memiliki

kandungan N 0,12%. Peningkatan dosis kompos jerami padi yang diberikan dalam perlakuan

kombinasi memperlihatkan peningkatan kandungan N tanah. Hasil ini sejalan dengan kajian

Sharma & Mittra, (1991) yang menyatakan aplikasi bahan organik dapat meningkatkan N-

total tanah kendati peningkatannya tidak signifikan. Peningkatan N-total tanah ini berasal

dari proses mineralisasi bahan organik yang diberikan pada tanah. Menurut Yoshida (1981),

pemulihan kandungan N pada tanah bervariasi, karena dipengaruhi oleh sifat-sifat tanah,

manajemen olah tanah, metode, jumlah, dan waktu aplikasi pupuk.

Kandungan P tanah tertinggi terdapat pada P3 (25,00 ppm), namun secara analisis

sidik ragam tidak berbeda dengan P1, P2, P4 dan P5. Hasil ini sejalan dengan hasil yang

didapatkan Yoshida (1981), dimana penggunaan setengah dosis pupuk NPK yang

dikombinasikan dengan jerami dapat meningkatkan ketersediaan hara P, yang kadarnya

tidak berbeda dengan penggunaan satu dosis pupuk NPK. Hal menjadi pentunjuk bahwa

jerami dapat menyumbangkan P yang cukup besar.

Kadar K tanah tertinggi terdapat pada P2 yaitu mencapai 248,01 ppm, namun secara

statistik tidak berbeda dibandingkan perlakuan P1, P3, P4 dan P5. Hasil ini sejalan dengan

pendapat Saha, Miah, Hossain, Rahman, & Saleque, (2009) yang menyatakan bahwa

penggabungan jerami padi dengan pupuk K anorganik berkontribusi terhadap peningkatan

kandungan K tanah dan mengurangi pemanfaatan K anorganik. Begitu juga Dobermann &

Fairhurst (2002) yang menyatakan pengembalian jerami padi ke tanah akan menjaga

keseimbangan kandungan K tanah, sedangkan pembakaran jerami padi akan berdampak pada

penurunan kandungan K tanah dan polusi udara.

Page 7: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

65

Total mikroba tanah terendah dalam penelitian ini didapatkan pada perlakuan P0

(kontrol) yang mencapai 5,77 x 106 cfu/gr, dimana total mikroba pada P0 tidak berbeda nyata

dengan P1, P2 dan P3. Total mikroba tertinggi terdapat pada perlakuan P4 (60% kompos +

40% phonska) yang mencapai 30,50 x 106 cfu/gr, namun secara statistik tidak berbeda nyata

dengan P5 dan P3. Semakin tinggi dosis kompos jerami padi yang diberikan dalam perlakuan

kombinasi memperlihatkan trend total mikroba semakin meningkat. Hasil ini sejalan dengan

kajian Lalande, Gagnon, Chapman, & Barnett (2011) dan Nirukshan, Herath, Wijebandara,

& Dissanayake (2016) yang menyatakan penambahan pupuk organik yang kaya akan C dan

N akan meningkatkan kandungan C tanah sehingga memberikan dampak positif bagi

populasi dan aktivitas mikroba.

Kombinasi kompos jerami padi dengan phonska secara umum pada penelitian ini

menyebabkan peningkatan parameter fisik, kimia dan biologi tanah, seiring dengan

peningkatan dosis kompos yang ditambahkan (Tabel 4 dan Tabel 5). Peningkatan parameter

yang terjadi belum memberikan peningkatan status kesuburan tanah dibandingkan status

kesuburan tanah awal yang masuk dalam kategori rendah, seperti yang ditampilkan dalam

Tabel 6.

Tabel 6. Status kesuburan tanah untuk masing-masing perlakuan kombinasi pupuk Perlakuan Parameter Nilai Kriteria Kesuburan Status

Awal

KTK (me/100 g) 21,23 Sedang

KB (%) 30,78 Rendah

C organik (%) 1,76 Rendah Rendah

P2O5 (ppm) 29,01 Tinggi K2O (ppm) 274,39 Tinggi

0% kp + 0% pns

(P0)

KTK (me/100 g) 12,00 Rendah

KB (%) 96,98 Sangat Tinggi C organik (%) 0,77 Sangat Rendah Rendah

P2O5 (ppm) 13,99 Rendah

K2O (ppm) 134,71 Sedang

0% kp + 100% pns

(P1)

KTK (me/100 g) 16,72 Sedang KB (%) 98,86 Sangat Tinggi Rendah

C organik (%) 0,76 Sangat Rendah

P2O5 (ppm) 22,21 Sedang K2O (ppm) 221,68 Tinggi

20% kp + 80% pns (P2)

KTK (me/100 g) 16,87 Sedang

KB (%) 111,03 Sangat Tinggi C organik (%) 1,54 Rendah Rendah

P2O5 (ppm) 24,86 Sedang

K2O (ppm) 248,01 Tinggi

40% kp + 60% pns

(P3)

KTK (me/100 g) 16,91 Sedang

KB (%) 109,44 Sangat Tinggi

C organik (%) 1,97 Rendah Rendah P2O5 (ppm) 25,00 Sedang

K2O (ppm) 236,89 Tinggi

60% kp + 40% pns (P4)

KTK (me/100 g) 21,82 Sedang

KB (%) 112,09 Sangat Tinggi C organik (%) 2,40 Sedang Rendah

P2O5 (ppm) 24,29 Sedang

K2O (ppm) 202,72 Sedang

80% kp + 20% pns

(P5)

KTK (me/100 g) 23,44 Sedang

KB (%) 111,14 Sangat Tinggi

C organik (%) 2,57 Sedang Rendah P2O5 (ppm) 24,62 Sedang

K2O (ppm) 245,66 Tinggi

Keterangan : Pk = kompos, pns = phonska

Dibutuhkan waktu yang panjang untuk dapat meningkatkan status kesuburan tanah,

karena kompos memberikan perubahan parameter secara perlahan (Courtney & Mullen,

2008; Ros, Klammer, Knapp, Aichberger, & Insam, 2006). Namun aplikasi kombinasi pupuk

Page 8: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

66

organik dan anorganik selain tetap memberikan hasil yang tinggi dan berkelanjutan, juga

memberikan efisiensi ekonomi dengan tetap menjaga keseimbangan unsur hara tanah (De-

Ren & Wan, 1998). Aplikasi bahan organik dalam jangka panjang juga dapat memainkan

peran positif dalam mitigasi perubahan iklim melalui penyerapan karbon (Diacono &

Montemurro, 2011; Sodhi, Beri, & Benbi, 2009).

Peningkatan parameter fisik, biologi dan kimia tanah akibat perlakuan kombinasi

kompos jerami padi dan pupuk anorganik (phonska) menyebakan adanya perbedaan pada

komponen hasil padi terhadap kontrol, seperti yang disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Komponen hasil padi dari perlakuan kombinasi kompos jerami padi dan phonska Perlakuan Jumlah anakan

produktif (anakan)

Jumlah gabah

(gabah malai-1)

Jumlah gabah isi

(gabah malai-1)

Berat 100 biji gabah

(g rumpun-1)

0% kp+0% pns (P0) 8,75b 88,00b 86,00b 2,14b

0% kp+100% pns (P1) 14,,25a 123,25a 118,50a 2,59a

20% kp+80% pns (P2) 14,50a 123,75a 119,00a 2,44a

40% kp+60% pns (P3 16,50a 118,50a 115,50a 2,50a

60% kp+40% pns (P4) 17,00a 122,25a 118,75a 2,54a

80% kp+20% pns (P5) 17,00a 119,75a 116,50a 2,57a

BNT 5% 2,775 16,163 16,016 0,166

Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna

tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)

Tabel 7 menjelaskan jumlah anakan produktif per-rumpun terendah terdapat pada

perlakuan P0 (kontrol), dengan rata-rata jumlah anakan 8,75 anakan. Jika diperhatikan maka

jumlah anakan produktif pada kontrol berbeda nyata dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Hal

ini terjadi karena adanya defisiensi N dan nutrisi lainnya yang diperlukan untuk produksi

anakan produktif yang lebih banyak. Hasil ini sejalan dengan pendapat Hasanuzzaman et al.,

(2010) dan R. Saha, Saieed, & Chowdhury (2013) yang menyatakan peningkatan jumlah

anakan dan anakan produktif per-rumpun dipengaruhi oleh pasokan nitrogen yang sangat

penting dalam pertumbuhan vegetatif. Jumlah anakan produktif tertinggi terdapat pada

perlakuan P4 dan P5 yaitu 17,00 anakan, tetapi jumlahnya tidak berbeda dengan perlakuan

lainnya, kecuali dengan kontrol. Hasil ini memberi petunjuk bahwa kelebihan penerapan

pupuk anorganik tidak diperlukan untuk menghasilkan anakan yang efektif jika dapat

menambahnya dari pupuk organik (Hasanuzzaman et al., 2010).

Jumlah gabah terendah terjadi pada perlakuan P0 (kontrol), dengan jumlah gabah

mencapai 88,00 gabah/malai. Jumlah gabah pada P0 jika dibandingkan dengan perlakuan

lainnya terlihat berbeda nyata (P<0,05). Haque & Haque (2016) menyatakan Jumlah gabah

per-malai akan lebih banyak pada tingkat pemberian nitrogen yang lebih tinggi, hal ini diduga

akibat penyerapan nitrogen yang lebih banyak akan berkontribusi pada pembentukan jumlah

cabang per-malai yang lebih banyak.

Jumlah gabah isi per-malai pada penelitian ini secara rata-rata berkisar antara 86,00-

119,00 gabah per-malai dan secara analisis statistik jumlah gabah per-malai pada kontrol

berbeda nyata atau lebih kecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya (p<0,05). Kondisi ini

diduga berkaitan dengan ketersediaan kandungan nitrogen dalam tanah dan jumlah serapan

nitrogen oleh tanaman. Fairhurst, Witt, Buresh, & Dobermann (2007) menyatakan pasokan

N tanah umumnya tidak cukup untuk mendukung hasil yang lebih tinggi dari varietas

modern, sehingga kekurangan N adalah umum di semua wilayah utama penanaman padi.

Page 9: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

67

Bobot 100 gabah isi secara rata-rata terendah terjadi pada perlakuan P0 (kontrol) yaitu

2,14 g dan jika dibandingkan secara statistik dengan perlakuan lainnya terlihat berbeda sangat

nyata (p<0,01). Hasil ini sejalan dengan pandangan Hasanuzzaman et al. (2010) yang

menyatakan bahwa khusus pada kasus defisiensi nutrisi esensial yang parah akan

menyebabkan tanaman gagal menghasilkan butir gabah yang memiliki bobot optimal. Bobot

100 gabah isi tertinggi dalam penelitian ini didapatkan pada perlakuan P1 (0% kompos +

100% phonska) yaitu 2,59 gram, namun secara statistik P1 tidak berbeda dengan P2, P3, P4

dan P5. Hasil ini sejalan dengan kajian Hasanuzzaman et al. (2010) yang menyatakan rata-

rata bobot gabah padi dalam satu varietas cenderung memiliki nilai stabil. Bobot 100 gabah

isi atau bobot 1.000 butir dipengaruhi oleh sifat genetik, sehingga perbedaan yang terjadi

merupakan bagian dari sifat genetik.

Tabel 8. Berat gabah kering panen dan berat gabah kering giling per-rumpun Perlakuan Berat gabah kering

panen (g rumpun-1)

Kadar air gabah

kering panen (%)

Berat gabah kering

giling (g rumpun-1)

Kadar air gabah

kering giling (%)

0% kp+0% pns (P0) 17,86b 18,92a 15,112c 12,42a

0% kp+100% pns (P1) 28,55a 20,70a 22,687b 12,55a

20% kp+80% pns (P2) 27.535a 19,09a 20,012b 12,52a

40% kp+60% pns (P3 27,245a 19,11a 23,537ab 12,57a

60% kp+40% pns (P4) 27,627a 20,27a 27,455a 12,32a

80% kp+20% pns (P5) 27,692a 20,57a 23,995ab 12,40a

BNT 5% 6,090 - 4,480 -

Keterangan: Angka yang disertai huruf yang sama, pada kolom yang sama dalam perlakuan memiliki makna

tidak berbeda nyata pada uji BNT 5%. (kp = kompos, pns = phonska)

Berat gabah kering panen tertinggi terdapat pada perlakuan P1 (100% phonska) yaitu

mencapai 28,55 g/rumpun, namun secara statistik hasil P1 sama dengan P2, P3, P4 dan

perlakuan P5. Berat gabah kering panen yang didapatkan diukur pada kadar air berkisar

antara 18,92-20,70%, yang secara sidik ragam tidak berbeda nyata (p>0,05) antar perlakuan

dosis (Tabel 8). Kadar air gabah kering panen yang didapatkan dalam penelitian ini sejalan

dengan pendapat Bautista, Siebenmorgen, & Mauromoustakos (2009) yang menyatakan

kadar air kering panen gabah pada umumnya berkisar antara 18 hingga 22%.

Kombinasi dosis kompos jerami padi dan phonska mengakibatkan berat gabah kering

giling antar perlakuan berbeda nyata (p<0,05). Perbedaan terlihat antara kontrol dengan

perlakuan kombinasi dosis ataupun antar perlakuan kombinasi dosis kompos jerami padi

dengan phonska. Dimana berat gabah kering giling diukur pada kadar air yang berkisar antara

12,32-12,55%. Menurut Furahisha, Chove, & Chaula (2016) untuk penggilingan yang

efektif, kadar air gabah kering giling yang baik sekitar 10,5 hingga 14%. Berdasarkan hasil

perhitungan memperlihatkan bahwa berat gabah kering giling terbesar terdapat pada

perlakuan P4 (60% kompos + 40% phonska), yang beratnya mencapai 27,455 g/rumpun.

Hasil ini berbeda nyata atau lebih tinggi dari dari berat gabah kering giling pada perlakuan

dengan dosis 100% phonska (P1), namun tidak berbeda dengan hasil P3 (40% kompos + 60%

phonska) dan P5 (80% kompos dan 20% phonska).

Page 10: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

68

KESIMPULAN

Kesimpulan dari penelitian ini yaitu :

1. Kombinasi kompos jerami padi dan pupuk anorganik menyebabkan peningkatan

parameter fisik, kimia dan biologi tanah. Perlakuan kombinasi belum mampu

mengubah status kesuburan tanah, karena perlu waktu panjang dan berkelanjutan

untuk dapat meningkatkan status kesuburan tanah.

2. Penambahan kompos jerami padi yang dikombinasikan dengan pupuk anorganik

menghasilkan produksi yang sama dengan 100% pupuk anorganik. Hasil ini menjadi

bukti bahwa kompos jerami padi dapat memberikan efisiensi penggunaan pupuk

anorganik sekitar 20-80%.

3. Kombinasi dosis 60% kompos + 40% phonska memberikan hasil berat gabah kering

giling tertinggi, bahkan lebih tinggi dari 100% phonska.

SARAN

Merujuk pada hasil penelitian maka diperlukan penelitian lanjutan terkait penggunaan

kompos jerami padi terhadap tanaman selain padi, khususnya pada pada tanaman palawija.

Perlu juga penelitian lanjutan dengan menggunakan dosis dan kualitas kompos yang lebih

baik.

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih penulis sampaikan kepada pemilik Darma Farm I Ketut

Darmawan yang telah membantu dalam penyediaan tempat penelitian. Ucapan yang sama

penulis juga penulis sampaikan kepada Wayan Ama yang membantu melakukan perawatan

tanaman selama proses penelitian dan membantu dalam pencatatan data.

DAFTAR PUSTAKA

Arpindra Surya, J., Nuraini, Y., & Widianto. (2017). Kajian Porositas Tanah Pada Pemberian

Beberapa Jenis Bahan Organik Di Perkebunan Kopi Robusta. Jurnal Tanah Dan

Sumberdaya Lahan, 4(1), 463–471.

Bautista, R. C., Siebenmorgen, T. J., & Mauromoustakos, A. (2009). The Role of Rice

Individual Kernel Moisture Content Distributions At Harvest on Milling Quality.

American Society of Agricultural and Biological Engineers, 52(5), 1611–1620.

Berman D. Hudson. (1994). Journal of Soil and Water Conservation Soil Organic Matter and

Available Water Capacity. Journal of Soil and Water Conservation, 49, 189–194.

Courtney, R. G., & Mullen, G. J. (2008). Soil quality and barley growth as influenced by the

land application of two compost types. Bioresource Technology, 99(8), 2913–2918.

https://doi.org/10.1016/j.biortech.2007.06.034

De-Ren, W., & Wan, L. (1998). Nutrient Balance of Nitrogen, Phosphorus and Potassium

under Triple Cropping Systems Based on Rice C h i n a. In Better Crops International

(Vol. 12).

Diacono, M., & Montemurro, F. (2011). Long-Term Effects of Organic Amendments on Soil

Fertility. In Sustainable Agriculture (Vol. 2, pp. 761–786). https://doi.org/10.1007/978-

94-007-0394-0_34

Dobermann, A., & Fairhurst, T. H. (2002). Rice Straw Management. In Better Crops

Page 11: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

69

International (Vol. 16).

Fairhurst, T., Witt, C., Buresh, R., & Dobermann, A. (2007). Rice: A Practical Guide to

Nutrient Management (Second edi; and A. D. Thomas Fairhurst, Christian Witt, Roland

Buresh, Ed.). https://doi.org/10.1016/j.jcrs.2007.08.023

Furahisha, K., Chove, L. M., & Chaula, D. (2016). Effect of Final Moisture Content , Cooling

Time and Paddy Variety on Milling Quality of Rice (Oryza sativa , L.). Journal of

Agricultural Science and Food Technology, 2(11), 169–179. Retrieved from

http://pearlresearchjournals.org/journals/jasft/index.html

Gaind, S., & Nain, L. (2011). Soil Health in Response to Bio-Augmented Paddy Straw

Compost. World Journal of Agricultural Sciences, 7(4), 480–488.

Goyal, S., Singh, D., Suneja, S., & Kapoor, K. K. (2009). Effect Of Rice Straw Compost on

Soil Microbiological Properties and Yield of Rice. In Indian J. Agric. Res (Vol. 43).

Retrieved from www.arccjournals.com/indianjournals.com

Haque, M. A., & Haque, M. M. (2016). Growth, Yield and Nitrogen Use Efficiency of New

Rice Variety under Variable Nitrogen Rates. American Journal of Plant Sciences,

07(03), 612–622. https://doi.org/10.4236/ajps.2016.73054

Hargreaves, J. C., Adl, M. S., & Warman, P. R. (2008, January). A Review of The Use of

Composted Municipal Solid Waste In Agriculture. Agriculture, Ecosystems and

Environment, Vol. 123, pp. 1–14. https://doi.org/10.1016/j.agee.2007.07.004

Hasanuzzaman, M., Ahamed, K. U., Rahmatullah, N. M., Akhter, N., Nahar, K., & Rahman,

M. L. (2010). Plant Growth Characters and Productivity of Wetland Rice (Oryza sativa

l.) as Affected by Application of Different Manures (Vol. 22). Retrieved from

http://ffa.uaeu.ac.ae/ejfa.shtml46

Kadam, K. L., Forrest, L. H., & Jacobson, W. A. (2000). Rice straw as a lignocellulosic

resource: Collection, processing, transportation, and environmental aspects. Biomass

and Bioenergy, 18(5), 369–389. https://doi.org/10.1016/S0961-9534(00)00005-2

Kamprath, E. J., & Smyth, T. J. (2005). Liming. Encyclopedia of Soils in the Environment,

II (Elsevier Ltd.. London.), 350–358.

Lalande, R., Gagnon, B., Chapman, R. A., & Barnett, G. M. (2011). Soil Microbial

Populations, Activity, and Community Structure in Continuous Corn or Forage Systems

Under Organic or Inorganic Fertilization in Eastern Canada. Canadian Journal of Soil

Science, 85(1), 27–38. https://doi.org/10.4141/s04-043

Liu, M., Hu, F., Chen, X., Huang, Q., Jiao, J., Zhang, B., & Li, H. (2009). Organic

Amendments With Reduced Chemical Fertilizer Promote Soil Microbial Development

and Nutrient availability in a subtropical paddy field: The influence of quantity, type

and application time of organic amendments. Applied Soil Ecology, 42(2), 166–175.

https://doi.org/10.1016/j.apsoil.2009.03.006

Man, L. H., Khang, V. T., & Watanabe, T. (2010). Improvement of Soil Fertility by Rice

Straw Manure. Omonrice, 131(15), 123–131.

Minardi, S., Winarno, J., Hanif, D. A., & Abdillah, N. (2009). Efek Perimbangan Pupuk

Organik dan Pupuk Anorganik Terhadap Sifat Kimia Tanah Andisol Tawangmangu dan

Hasil Tanaman Wortel (Daucus carota L.). In Sains Tanah-Jurnal Ilmu Tanah dan

Agroklimatologi (Vol. 6).

Nirukshan, G. S., Herath, I., Wijebandara, I., & Dissanayake, P. D. (2016). Soil Microbial

Population and Activity Affected by Fertilizer and Manure Addition in a coconut

Growing Sandy Regosol Soil Microbial Population and Activity Affected by Fertilizer

and Manure Addition in a Coconut Growing Sandy Regosol. 6th Sypmosium on

Page 12: Pemanfaatan Kompos Jerami Padi Guna Memperbaiki …

Rona Teknik Pertanian, 13 (2)

Oktober 2020

70

Plantation Crop Research, (November).

Palanivell, P., Susilawati, K., Ahmed, O. H., & Majid, N. M. (2013). Compost and Crude

Humic Substances Produced from Selected Wastes and Their Effects on Zea mays L.

Nutrient Uptake and Growth . The Scientific World Journal, 2013, 1–15.

https://doi.org/10.1155/2013/276235

Prasetiyono, J., Dadang, A., Tasliah, & Fatimah. (2013). Perbaikan Padi (Oryza sativa l.)

Varietas ciherang untuk sifat umur genjah dan produksi tinggi menggunakan marka

molekuler. In Berita Biologi (Vol. 12).

Pusat Penelitian Tanah (PPT) Bogor. (1995). Petunjuk Teknis Evaluasi Kesuburan Tanah.

Laporan Teknis No.14. Versi 1,0.1. REP II Project, CSAR, Bogor. Bogor.

Rawls, W. J., Pachepsky, Y. A., Ritchie, J. C., Sobecki, T. M., & Bloodworth, H. (2003).

Effect of Soil Organic Carbon on Soil Water Retention. Geoderma, 116(1–2), 61–76.

https://doi.org/10.1016/S0016-7061(03)00094-6

Ros, M., Klammer, S., Knapp, B., Aichberger, K., & Insam, H. (2006). Long-Term Effects

of Compost Amendment of Soil on Functional and Structural Diversity and Microbial

Activity. Soil Use and Management, 22(2), 209–218. https://doi.org/10.1111/j.1475-

2743.2006.00027.x

Saha, P., Miah, M., Hossain, A., Rahman, F., & Saleque, M. (2009). Contribution of Rice

Straw to Potassium Supply in Rice-Fallow-Rice Cropping Pattern. Bangladesh Journal

of Agricultural Research, 34(4), 633–643. https://doi.org/10.3329/bjar.v34i4.5839

Saha, R., Saieed, M. A. U., & Chowdhury, M. A. K. (2013). Growth and Yield of Rice (Oryza

sativa) as Influenced by Humic Acid and Poultry Manure. Universal Journal of Plant

Science, 1(3), 78–84. https://doi.org/10.13189/ujps.2013.010304

Sepehya, S., Subehia, S. K., Rana, S. S., & Negi, S. C. (2012). Effect of Integrated Nutrient

Management on Rice-Wheat Yield and Soil Properties in a North Western Himalayan

Region. Indian Journal of Soil Conservation, 40(2), 135–140.

Sharma, A. R., & Mittra, B. N. (1991). Effect of Different Rates of Application of Organic

and Nitrogen Fertilizers in a Rice-Based Cropping System. The Journal of Agricultural

Science, 117(3), 313–318. https://doi.org/10.1017/s0021859600067046

Sodhi, G. P. S., Beri, V., & Benbi, D. K. (2009). Soil Aggregation and Distribution of Carbon

and Nitrogen in Different Fractions Under Long-Term Application of Compost in Rice-

Wheat System. Soil and Tillage Research, 103(2), 412–418.

https://doi.org/10.1016/j.still.2008.12.005

Song, C. Y., Zhang, X. Y., Liu, X. B., Sui, Y. Y., & Li, Z. L. (2010). Impact of Long Term

Fertilization on Soil Water Content in Haploborolls. Plant, Soil and Environment, 56(9),

408–411.

Watanabe, T., Man, L. H., Vien, D. M., Khang, V. T., Ha, N. N., Linh, T. B., & Ito, O. (2009).

Effects of Continuous Rice Straw Compost Application on Rice Yield and Soil

Properties in The Mekong Delta. Soil Science and Plant Nutrition, 55(6), 754–763.

https://doi.org/10.1111/j.1747-0765.2009.00424.x

Yoshida, S. (1981). Fundamentals of Rice Crop Science. Growth and Development of The

Rice Plant. In Fundamentals of rice crop science. Manila: IRRI.

Yu, W., Ding, X., Xue, S., Li, S., Liao, X., & Wang, R. (2014). Effects of Organic-Matter

Application on Phosphorus Adsorption of Three Soil Parent Materials. Journal of Soil

Science and Plant Nutrition, (ahead), 0–0. https://doi.org/10.4067/s0718-

95162013005000079